case thalassemia
TRANSCRIPT
LAPORAN KASUS
Thalassemia
Pembimbing: dr. Nurvita Susanto Sp.A
Oleh: Nurul Hikmah
Bagian / SMF Ilmu Kesehatan Anak RSUD Soreang
2012
BAB 1
ILUSTRASI KASUS
I. IDENTITAS
Nama : An. H
Umur : 6 tahun
Jenis Kelamin : Laki - laki
Alamat : Situgede 07/09 Tenjolaya pasirjambu kabupaten: Bandung
Masuk Ruangan : 15 Februari 2012
No. Rekam Medis : 254906
Tgl. Diperiksa : 15 Februari 2012
Nama Ayah : Tn. I
Umur : 36 Tahun
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Buruh
Nama Ibu : Ny.R
Umur : 22 Tahun
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
II. ANAMNESIS
Autoanamnesis terhadap Ibu Pasien , serta dari Rekam Medik.
1. Keluhan Utama
Pucat
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Os datang dengan keluhan tampak pucat sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit. Keluhan pucat
terjadi secara berulang dan pertama kali os tampak pucat kurang lebih sekitar 2 tahun yang lalu.
Menurut keterangan ibunya, keluhan pucat paling terlihat di daerah muka, telapak tangan, dan
telapak kaki. Keluhan pucat disertai rasa cepat lelah. Keluhan disertai rasa pusing, namun tidak
sampai mengganggu konsentrasi belajar. 1 hari keluhan tidak ada perbedaan dengan hari
sebelumnya. Keluhan tidak disertai panas badan, sesak, mual dan muntah. Ibu os mengatakan,
berat badan Os sulit naik.
Riwayat adanya batuk yang tidak sembuh-sembuh disangkal. Riwayat kontak dengan penderita
batuk lama atau batuk berdahak diakui oleh ibu Os. Riwayat mudah patah tulang bukan akibat
benturan atau trauma lainnya dan tanpa diketahui sebab yang jelas disangkal. Riwayat
perdarahan seperti mimisan, kecelakaan, perdarahan yang sukar berhenti, adanya luka memar
serta bintik kemerahan yang sering muncul dikulit atau gejala muntah dan berak darah
disangkal. Riwayat adanya perubahan tingkah laku yang aneh disangkal. Riwayat cacingan
seperti terasa gatal didaerah sekitar dubur disangkal. Riwayat mempunyai kebiasaan main
ditanah atau pasir di luar rumah tanpa menggunakan alas kaki disangkal. Riwayat pada anggota
keluarga penderita pernah transfusi darah berulang diakui, yaitu kakek dari ibu Os. Riwayat ibu
sering mengalami kurang darah disangkal. Riwayat pernikahan anggota keluarga yang masih
berhubungan darah disangkal.
Saat Os berusia 4 tahun, saat keluhan pucat pertama kali muncul. Os tampak pucat sekali yang
disertai keluhan lemah dan lesu, tidak ada demam, tidak ada bintik-bintik merah di kulit, tidak
ada mimisan atau perdarahan di gusi, dan gejala batuk pilek dikatakan tidak ada. Os dibawa
berobat oleh ibunya ke IGD RSUD Soreang. Setelah dilakukan pemeriksaan, Os dikatakan
mengidap anemia berat yang memerlukan transfuse secara rutin . Os dirawat selama 2 hari untuk
mendapatkan transfuse darah merah (Ibu Os tidak mengetahui jumlah darah merah yang
ditransfusikan), serta vitamin. Selama perawatan kondisi Os membaik, dan pucat berkurang.
Setelah itu Os rutin menjalani terapi transfusi rata-rata setiap 4 minggu sekali atau jika Os
tampak semakin pucat. Setelah dilakukan transfusi keluhan pucat berkurang. Dua hari setelah
terapi transfusi Os rutin kontrol di poli klinik anak.
3.Riwayat Penyakit Dahulu
Saat os berusia 2 tahun,saat pertama kali pucat, Os mengalami keluhan yang sama seperti
sekarang.
4.Riwayat Penyakit Keluarga
Ibu os mengatakan , kakek dari ibu Os, mengalami keluhan yang sama seperti Os. Kakek Os
rutin transfuse darah merah setiap 4 minggu sekali. 3 tahun yang lalu, kakek Os meninggal
(penyebab kematian, tidak diketahui oleh ibu Os).
5.Silsilah/Ikhtisar keturunan
Keterangan:
= laki-laki sehat
= laki – laki sakit
= perempuan sehat
6.Riwayat pribadi
a. Riwayat kehamilan
Kehamilan ini merupakan kehamilan yang kedua. Menurut keterangan ibunya, ia mengandung 9
bulan. Ibu tidak pernah sakit yang serius selama hamil. Riwayat minum jamu atau obat-obatan
disangkal. Memeriksakan kehamilannya ke bidan secara teratur dan mengkonsumsi vitamin yang
diberikan oleh bidan.
b.Riwayat persalinan
Os lahir spontan, cukup bulan, ditolong bidan, langsung menangis,berat lahir 2,6 kg, tetapi
ibunya lupa panjang badan Os.
c.Riwayat pascalahir
Tidak ada keluhan
7.Riwayat Makan dan Minum Anak :
ASI diberikan sejak lahir sampai usia 9 bulan.
Sejak usia 9 bulan diberikan bubur SUN 3 x sehari @ 3 sendok teh, habis.
Sejak usia 9 bulan diberikan buah pisang sehari 1 buah dan kadang- kadang jus alpukat
sebanyak 4-5 sendok makan, habis.
Sejak usia 10 bulan diberikan nasi tim bersama bayam, sup, wortel dengan lauk ikan
goreng, tempe goreng, tahu goreng, hati ayam, cakar ayam, telur 1- 2x sehari 2-3 sendok
kecil, habis.
Makanan padat : usia 1 tahun hingga sekarang diberikan makanan keluarga. Frekuensi
makan rata-rata 3 kali sehari sebanyak kurang lebih 1 piring dengan banyaknya nasi kira-
kira seukuran 1 mangkuk kecil. Lauk pauk yang diberikan biasanya telur, tempe, tahu,
ikan dan kadang-kadang daging ayam atau sapi, biasanya Os paling suka makan daging
ayam dan telur.
Susu formula bubuk instan ( susu Bendera 123 ) diberikan sejak usia 3 bulan hingga
sekarang.
8.Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
Ibu pasien tidak dapat menjelaskan pertumbuhan dan perkembangan anak secara jelas, namun
ibu pasien mengatakan pertumbuhan dan perkembangan pasien sama dengan anak-anak
seusianya.
9.Riwayat Imunisasi
Riwayat imunisasi Os dikatakan lengkap di posyandu, namun ibu Os tidak dapat menjelaskan
waktu pemberian imunisasi.
10.Sosial Ekonomi dan Lingkungan
a. Social Ekonomi
Ibu pasien tidak mau mengatakan berapa jumlah penghasilan suami.
b. Lingkungan
Os tinggal bersama orang tuanya. Di rumah yang lingkungan nya cukup bersih. sirkulasi
udara dan pencahayan cukup baik.
III. Pemeriksaan Fisik
A. Pemeriksaan Umum
1. Kesadaran : Compos mentis
2. Tanda Vital : Frekuensi Nadi : 128x/ menit
: Frekuensi Nafas : 44x/ menit
: Suhu : 37,3°C
: Tekanan Darah : 100/70 mmHg
3. Status Gizi : Berat Badan : 11,5 Kg
: Tinggi badan : 100 cm
: Status gizi : KEP I
Pemeriksaan Khusus
KULIT
Petekie (-), ekimosis (-), hematoma (-)
KEPALA
Deformitas (-), rambut kuning seperti jagung tidak mudah dicabut, facies cooley (+), nyeri tekan
sinus paranasal (-).
MATA
Konjungtiva pucat, sklera tidak ikterik, pupil bulat isokor, reflek cahaya (+), sekret (-).
TELINGA
Telinga tidak ada tanda-tanda peradangan, serumen (-), sekret (-), nyeri tekan tragus (-).
HIDUNG
PCH (-), Sekret (-), deviasi septum nasi (-), nyeri tekan os. nasal (-).
MULUT
POC (-), pharing tidak hiperemis, tonsil T1-T1, perdarahan (-), karies gigi (+).
LEHER
Kelenjar getah bening teraba multiple a/r colli dekstra dan sinistra, dengan diameter terbesar ±
1cm x 1 cm, mobile, kenyal, tidak hiperemis dan tidak ada nyeri tekan.
THORAKS
Bentuk dan Pergerakan simetris saat Statis dan Dinamis, Retraksi sela iga (-)
PARU KANAN dan KIRI
Inspeksi : Pergerakan simetris kanan dan kiri
Palpasi : Tidak ada krepitasi, nyeri tekan, fremitus vokal dan taktil di kedua
Hemithoraks simetris
Perkusi : Sonor pada seluruh lapangan paru
Auskultasi : Vesikuler (+/+), Rhonki (-/-), Whezing (-/-), Slem (-/-)
JANTUNG
Inspeksi : Pulsasi iktus kordis terlihat
Palpasi : Pulsasi iktus kordis teraba normal
Perkusi : Dalam batas normal
Auskultasi : Bunyi Jantung 1 dan Bunyi Jantung 2 murni regular, tidak ada
Murmur/Gallop
ABDOMEN
Perut datar lemas, turgor baik, hepar teraba 3 cm dibawah arkus costae dan 4 cm di bawah
prosessus xifoideus rata kenyal, lien teraba di garis schufner III, nyeri tekan (-), bising usus
(+) normal, perkusi timpani pada seluruh kuadran abdomen.
EKSTREMITAS
Akral hangat, udem (-), CRT < 2 detik, kekuatan otot pada seluruh ekstremitas adalah 5.
IV.PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hematologi Hasil Nilai Rujukan
Darah rutin
Hemoglobin 4,3 gr/dL 12-14
Hematokrit 12% 40-48
Leukosit 6.000/mm3 6.000-15.000
Trombosit 305.000/mm3 150.000-400.000
Hematologi
SADT
Eritrosit Hipokrom, anisositosis, poikilositosis, normoblas (-)
leukosit Junula tampak berkurang, granula toksik (+), limfosit plasma biru
(+), tidak ada kelainan morfologi.
Tombosit Jumlah trombosit cukup, giant trombosit (+)
V.DIAGNOSIS BANDING
Anemia gravis ec susp thalassemia dd/ Anemia defisiensi besi
Suspek TB paru
KEP
VI.DIAGNOSIS KERJA
Anemia gravis ec susp Talasemia
Suspek TB paru
KEP I
VII.RENCANA PENGELOLAAN
a.Usulan Pemeriksaan
Besi serum, TIBC, feritin serum
MCV
Elektroforesis hemoglobin
Screening TB ( LED jam I dan II, SGPT, SGOT, uji tuberkulin, foto rontgen thorak)
b.Rencana pengobatan
Transfusi darah dengan PRC (packed red cell) 10-15 cc/kgbb, berarti Os diberikan
transfusi PRC sebanyak 115 cc – 172,5 cc.
Saat transfusi diberikan juga furosemid 1 mg/kgbb iv d, Os diberikan furosemid 16
mg yang diberikan masing-masing 8 mg diawal transfusi dan 8 mg dipertengahan
transfusi.
Kelasi besi dimulai bila kadar feritin serum 1000 ng/ml atau bila sudah menerima
3-5 liter darah atau setelah 10-20 kali transfusi. Diberikan deferioksamin 30-50
mg/kgbb/hari, 5-7 kali seminggu subkutan selama 8-12 jam dengan syringe pump.
c.Rencana edukasi dan diet
Mengurangi konsumsi bahan makanan yang menjadi sumber besi seperti hati, daging,
kuning telur, polong, biji-bijian utuh, udang, tiram, dan sayuran berwarna hijau tua.
Mengonsumsi makanan yang dapat menurunkan absorbsi besi misalnya sereal, teh hitam,
kopi, produk susu.
Susu sapi/kambing mempunyai kandungan besi yang lebih rendah dari pada susu
formula.
Menganjurkan ibunya untuk tetap menjaga keseimbangan nutrisi anaknya dengan cara
memberi makanan yang sehat dan bergizi untuk memperbaiki gizi anaknya.
VIII.PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad malam
FOLLOW UP 16 & 17 FEBRUARI 2012
16 Februari 2012
KU:CM
TD:100/70
N:110x/m
S:36,60C
Keluhan: Pucat (+), batuk(+), lemas(+), pusing(+)
PF:
Mata: SI (-), KA(+)
Leher: KGB Teraba multiple a/r colli dekstra dan sinistra, dengan diameter terbesar ± 1
x1cm.
Abdomen: hepar teraba 3cm BAC, 4cm BPX, Lien teraba shufner III.
Hasil lab: 5,8g/dL (Hb post transfuse PRC 150cc).
Th: PRC 150cc
Lasik 10mg ditengah transfusi
17 Februari 2012
KU:CM
TD:110/80
N:115x/m
S:37,00C
Keluhan: Pucat (+) berkurang, lemas (-), pusing(-)
PF: sqa
Th:
PRC 150 cc
Lasik 7mg di awal dan di tengah transfusi
Hasil lab post transfuse:
Hb: 9,3g/dL
Ht:27%
Leukosit; 6000/mm3
Trombosit:400.000/mm3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian dan Patofisiologi Thalassemia 1
Thalassemia adalah gangguan darah karena factor genetic. Untuk memahami efek thalassemia,
maka harus diketahui pembuatan sel darah merah. Darah membawa oksigen dari paru-paru ke
jaringan tubuh. Oksigen tersebut berada pada suatu unsure dari sel darah merah yang dinamakan
hemoglobin.
Hemoglobin terbuat dari dua unsure protein yang berbeda, yang disebut globin alpha dan beta.
Pembuatan protein globin tersebut, berada pada bagian kromosom yang berbeda. Jika ada
kesalahan pada kromosom gen, maka akan terjadi penurunan produksi dari gen tersebut.
Darah orang dewasa, mengandung 3 jenis hemoglobin. Komponen utama dari Hb dewasa adalah
Hb A dengan struktur molecular α2β2 hemoglobin minor mengandung rantai γ pada (Hb janin
atau Hb F) dan δ (Hb A2). Gen untuk rantai globin terdapat pada 2 kelompok ε, δ, β, di
kromosom 11 dan ζ, α pada kromosom 16.
Hemoglobin embrio tertentu biasanya hanya diekspresikan pada eritroblas kantung kuning telur.
Gen globin beta diekspresikan pada kadar rendah
Dalam awal kehidupan janin, tetapi perubahan utama menjadi Hb dewasa terjadi setelah 3-6
bulan setelah kelahiran pada saat sintesis rantai γ sebagian besar digantikan dengan rantai β.
Klasifikasi Thalassemia2
Thalassemia alfa α
Alfa globin memiliki 4 gen pada kromosom 16. Adanya gen abnormal pada 1 atau 2 gen α, maka
disebut dengan alfa thalassemia trait.
Pembagian thalassemia alfa
Thalassemia trait:
1gen abnormal
2 gen abnormal
Thalassemia silent carrier
Thalassemia alfa minor.
3 gen abnormal Thalassemia Hb H disease
4 gen abnormal Thalassemia alfa mayor “hydrops fetalis”
Thalassemia beta β
Beta globin memiliki 2 gen pada kromosom 11. Adanya gen abnormal pada 1 gen β, disebut
dengan beta thalassemia trait.
Pembagian thalassemia beta
1 gen abnormal Thalassemia beta trait
2 gen abnormal Thalassemia intermedia
Thalassemia beta mayor “ anemia ccoley”
Manifestasi Klinik Thalassemia3
Jika tidak mendapat pengobatan maka anak-anak dengan talasemia beta akan bergejala anemia
berat, lemas, cardiac decompensation selama periode 6 bulan kedua kehidupannya. Transfusi
darah harus dilakukan terutama bulan kedua atau tahun kedua kehidupan. Transfusi darah
bergantung pada kemampuan anak untuk mengkompensasi derajat anemianya. Kebanyakan
penderita gagal mengkompensasi ketika hemoglobin lebih rendah dari 4,0 g/dL. Terdapat juga
fatigue, nafsu makan menurun, letargi. Gejala klinis pada pasien anak dengan talasemi berat
adalah facies Cooley (maxillary hyperplasia, flat nasal bridge, frontal bossing), patah tulang
yang patologis, hepatosplenomegali.
Anemia akan mengakibatkan peningkatan penyerapan besi pada gastrointestinal tract yang akan
menyebabkan komplikasi pada akhirnya. Gejala-gejala akan berkurang dengan dilakukannya
transfusi darah. Transfusi darah maka akan menyebabkan peningkatan kadar besi dalam darah
yang akan menyebabkan banyak gangguan. Hal ini dapat ditangani dengan pemberian kelasi
besi. Tetapi bagaimanapun terapi kelasi besi juga memiliki hubungan dengan berbagai
komplikasi. Gangguan pada endokrin dan jantung biasanya terjadi pada pasien dengan riwayat
transfusi berulang. Kelainan endokrin dapat berupa hipotiroid, gonadal failure, hipoparatiroid
dan diabetes mellitus. Kelainan jantung berupa CHF dan aritmia. Tumbuh kembang juga
terganggu dan pubertas terlambat.
Pemeriksaan Penunjang 4
Laboratorium
Kadar hemoglobin berkisar antara 3-9 gr/dl.
Apusan darah tepi : mikrositik, hipokrom, anisositosis, poikilositosis, polikromasi, sel
target, normoblast, fragmentosit,basophilic stipling.
Retikulositosis.
Indeks eritrosit : MCV, MCH, dan MCHC menurun.
Sumsum tulang : hyperplasia eritroid dan cadangan besi meningkat.
Red cell survival memendek.
Tes fragilitas osmotic : eritrosit lebih tahan terhadap larutan salin hipotonik.
Elektroforesis hemoglobin : Hb F meningkat 10-98 %. Hb A bisa ada (pada β+) , bisa
tidak ada (pada β0). HbA2 sangat bervariasi kadang normal, meningkat atau rendah.
Bilirubin indirek meningkat
Ferritin serum meningkat
Saturasi transferin meningkat.
Penatalaksanaan5
Transfusi darah
o Sebelum mendapat transfusi darah maka orang tua pasien dengan diagnosis β0-
thalassemia harus mendapat penjelasan bahwa pengobatan yang akan dijalani
anak mereka adalah pengobatan seumur hidup. Transfusi biasanya dilakukan
setiap bulan dengan target Hb sebelum transfusi >9.5 dan <10.5 g/dL, Sebelum
dilakukan transfusi pertama, idealnya harus diukur status besi dan folat, diberikan
vaksin hepatitis B, dan fenotip sel darah merah secara lengkap ditentukan,
sehingga alloimunisasi yang timbul dapat dideteksi. Transfusi dengan dosis 10-15
mL/kgBB Packed Red Cells (PRC).
Obat-obatan
o Asam folat 2 x 1 mg/hari per oral.
o Vitamin E 2x 100 IU untuk anak kurang dari 5 tahun, 2 x 200 IU untuk anak lebih
dari 5 tahun.
o Vitamin C 2-3 mg/kgbb/hari (maksimal 50 mg pada anak dibawah 10 tahun dan
100 mg pada anak diatas 10 tahun, tidak melebihi 200 mg/hari) dan hanya
diberikan saat pemakaian deferioksamin(DFO), tidak dipakai pada pasien dengan
gangguan fungsi jantung.
Diet: Mengurangi konsumsi bahan makanan sumber besi bentuk heme (berasal dari hewan).
Bentuk non heme berasal dari nabati. Sumber makanan yang mengandung besi antara
lain hati, daging, kuning telur, polong, biji-bijian utuh, udang, tiram, dan sayuran
berwarna hijau tua.
Mengonsumsi makanan yang dapat menurunkan absorbsi besi misalnya sereal, teh hitam,
kopi, produk susu.
Susu formula boleh dikonsumsi karena pada susu formula selain terdapat kadar besi yang
tinggi juga terdapat kadar kalsium yang tinggi. Bahan makanan lain yang mengandung
kalsium adalah ikan sardine, salmon, tiram, kerang, sayuran berwarna hijau tua, kedelai
Susu sapi/kambing mempunyai kandungan besi yang lebih rendah dari pada susu
formula.
Vitamin D (50,000 IU tiap minggu sampai mencapai kadar normal) ini diindikasikan bagi
pasien yang memiliki 25-hydroxy vitamin D <20 ng/dL.
Lengkapi imunisasi
Periksa kadar feritin
o Diperiksa setelah transfusi darah sudah mencapai 3000-5000 ml atau sudah
menjalani 15-20x transfusi.
o Diagnosis kelebihan besi dalam tubuh didapat dengan melakukan pemeriksaan kadar
feritin serum, biopsi hati dan Magnetic Resonance Imaging jantung.
o Apabila kadar feritin sudah mencapai > 1000 ng/ml maka dilakukan terapi kelasi besi.
Pada saat pemberian kelasi besi subkutan (deferioksamin) juga diberi Vitamin C 2-3
mg/kg/hari.
o Terapi kombinasi deferiosamin dan deferiprone jika kadar feritin > 3000 ng/ml yang
bertahan minimal selama 3 bulan, adanya gangguan jantung/kardiomiopati akibat
kelebihan besi, untuk jangka waktu tertentu (6-12 bulan) bergantung pada kadar
feritin dan fungsi jantung saat evaluasi.
SPLENEKTOMI
Splenektomi dilakukan dengan indikasi, yaitu: o tanda-tanda hiperslenisme dini: kebutuhan transfusi sudah mencapai 200-250
ml/kgBB/tahun.
o tanda-tanda hipersplenisme lanjut: pansitopenia
o limpa > 6 cm di bawah arkus kosta, yang menyebabkan rasa tidak nyaman dan
mencegah terjadinya ruptur.
Sebagian besar pasien dengan thalassemia beta yang berat akan mengalami pembesaran
limpa yang bermakna dan peningkatan kebutuhan sel darah merah setiap tahunnya pada dekade
pertama kehidupan. Splenektomi dapat menurunkan kebutuhan sel darah merah sampai 30%
pada pasien yang indeks transfusinya melebihi 200 mL/kgBB/tahun. Waktu pelaksanaan
sebaiknya pada saat anak berusia lebih dari 5 tahun untuk menghindari terjadinya kemungkinan
infeksi. 2-3 minggu sebelum dilakukan operasi, pasien sebaiknya diimunisasi HiB, Hepatitis B,
dan pneumococcal. Selain itu, fungsi hati terutma PT-APTT, fungsi ginjal, foto toraks, fungsi
jantung, dan uji fungsi paru juga dilakukan. Untuk antibiotik jika anak alergi penisilin maka
dapat diganti dengan eritromisin. Setelah operasi, waspadai terjanya trombositosis 3 hari setelah
operasi dan bahaya infeksi selama 2 tahun setelah operasi. Jika trombosit > 600.000 / μl
sebaiknya dimulai pemberian aspirin dosis rendah (1x80 mg oral)
TRANSPLANTASI SUMSUM TULANG
o Transplantasi sumsum tulang telah menyembuhkan >1.000 pasien yang memiliki
talasemia mayor. Keberhasilan terbesar ketika transplantasi dilakukan pada saat usia
< 15 tahun tanpa adanya penumpukan besi dan hepatomegali serta memiliki HLA
yang sesuai dengan donor.
Daftar Pustaka
1. Thalassemia. Surface D. Cooley Anemia Foundation. New York.
2. Richard E. Behrman, Robert M. kliegman, Ann M. Arvin. Ilmu Kesehatan Anak Nelson.
Vol 2. Edisi 15. Jakarta: EGC. 1999.
3. Pudjiadi H, Hegar B, Handryastuti S, Idris S, Gandaputra P, Harmoniati D, editors.
Pedoman Pelayanan Medis. Jilid 1. Jakarta: Badan Penerbit IDAI. 2010.
4. Bakta I Made. Hematologi Klinik Ringkas. Jakarta: EGC. 2006.
5. Permono Bambang. Talasemia. Dalam : Sutaryo, Ugrasena, Windiastuti dkk, editors.
Buku Ajar Hematologi-Onkologi Anak. Jakarta: Badan Penerbit IDAI. 2010.