case radiologi stevan word

43
[Type the document title] DAFTAR ISI Halaman BAB I : PENDAHULUAN ................................... ..................... 2. BAB II : TINJAUAN PUSATAKA ...................................... ....... 4. BAB III : LAPORAN KASUS ......................................... ........... 18. BAB IV : KESIMPULAN ................................... ................. 27 PENUTUP ....................................... ............................................ 28.

Upload: hendra-lo

Post on 17-Jan-2016

36 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

KASUS RADIOLOGI bno ivp

TRANSCRIPT

Page 1: Case Radiologi Stevan Word

[Type the document title]

DAFTAR ISI

Halaman

BAB I : PENDAHULUAN ........................................................ 2.

BAB II : TINJAUAN PUSATAKA ............................................. 4.

BAB III : LAPORAN KASUS ....................................................

18.

BAB IV : KESIMPULAN .................................................... 27

PENUTUP ...................................................................................

28.

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................

29.

Page 2: Case Radiologi Stevan Word

Laporan Kasus Radiologi – Vesicolithiasis

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Vesikolithiasis adalah batu yang terdapat di traktus urinarius bagian bawah, tepatnya

di vesica urinaria atau buli-buli atau kandung kemih. Batu dapat berasal dari kandung kemih

itu sendiri, batu primer. Dapat juga berasal dari organ traktus urinarius lainnya, batu

sekunder

Beberapa penyebab timbulnya batu buli-buli adalah adanya stagnansi aliran urin

yang disertai konsentrasi mineral yang meningkat dalam urin akibat urin mengental sebagai

respon tubuh atas kekurangan cairan, maupun peningkatan suhu lingkungan.

Adapun penyebab lainnya adalah diet tinggi protein yang dapat menyebabkan

timbulnya batu asam urat

Infeksi juga dapat menyebabkan timbulnya batu pada saluran kemih. Batu ini dikenal

dengan sebutan batu struvit yang timbul akibat mekanisme respon peradangan oleh tubuh

Pada beberapa pasien dengan kelainan resesif autosomal dapat timbul batu sistin

Batu saluran kemih dapat berukuran dari sekecil pasir hingga sebesar buah anggur.

Batu yang berukuran kecil biasanya tidak menimbulkan gejala dan biasanya dapat keluar

bersama dengan urin ketika berkemih. Batu yang berada di saluran kemih atas (ginjal dan

ureter) menimbulkan kolik dan jika batu berada di saluran kemih bagian bawah (kandung

kemih dan uretra) dapat menghambat buang air kecil. Batu yang menyumbat ureter, pelvis

renalis, maupun tubulus renalis dapat menyebabkan nyeri punggung atau kolik renalis (nyeri

Kepaniteraan Klinik Radiologi RSUD Kota Semarang Page 2

FK Universitas Tarumanagara

Stevan Pagar P.S (406138052)

Page 3: Case Radiologi Stevan Word

Laporan Kasus Radiologi – Vesicolithiasis

kolik yang hebat di daerah antara tulang rusuk dan tulang pinggang yang menjalar ke perut

juga daerah kemaluan dan paha sebelah dalam). Hal ini disebabkan karena adanya respon

ureter terhadapa batu tersebut, dimana ureter akan berkontraksi yang dapat menimbulkan

rasa nyeri kram yang sangat hebat.

Sejak abat 19, insiden batu kandung kemih di USA dan negara-negara Eropa sudah

berkurang karena meningkatnya kesadaran masyarakat akan diet yang baik dan kontrol

infeksi. Di negara-negara ini menyerang orang dewasa dengan insidensi pada anak-anak

yang menurun secara konsisten. Di negara Eropa, batu kandung kemih biasanya menyerang

laki-laki yang berusia lebih dari 50 tahun dengan obstruksi kandung kemih.

Bagaimanapun juga insiden batu kandung kemih di negara berkembang seperti

Indonesia, Thailand, Burma, Middle East, dan Afrika Utara masih tinggi dan masih sering

menyerang anak-anak. Dan lebih sering menyerang laki-laki dibanding perempuan.

Batu pada saluran kemih memiliki insidensi yang cukup tinggi, sekitar 10-12% di

dunia sehingga penulis merasa perlu untuk melakukan pengkajian atas kasus ini mengingat

tingginya angka kejadian batu saluran kemih pada negara-negara baik yang berkembang

maupun negara maju.

1.2 Tujuan

Laporan kasus ini dibuat untuk membantu memahami tentang traktus urinarius,

kandung kemih, dan batu pada kandung kemih

1.3 Maksud

Menambah wawasan mengenai penyakit pada kandung kemih

Kepaniteraan Klinik Radiologi RSUD Kota Semarang Page 3

FK Universitas Tarumanagara

Stevan Pagar P.S (406138052)

Page 4: Case Radiologi Stevan Word

Laporan Kasus Radiologi – Vesicolithiasis

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Sistem Kemih.

Sistem kemih (urinearia) adalah suatu sistem tempat terjadinya proses penyaringan darah

dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih di

pergunakan oleh tubuh. Zat –zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh larut dalam air dan

dikeluarkan berupa urine (air kemih). Sistem kemih terdiri atas saluran kemih atas (sepasang

ginjal dan ureter) dan saluran kemih bawah (satu kandung kemih dan uretra).

2. Saluran Kemih Atas.

a. Ginjal.

Dalam keadaan normal, manusia memiliki 2 ginjal. Ginjal merupakan organ yang

berbentuk seperti kacang berwarna merah tua, panjangnya sekitar 12,5 cm dan tebalnya

sekitar 2.5 cm (kurang lebih sebesar kepalan tangan). Ginjal adalah organ yang

beerfungsi sebagai penyaring darah yang terletak di bagian kavum abdominalis di

belakang peritoneum melekat langsung ada dinding belakang abdomen.

Setiap ginjal memiliki ureter, yang mengalirkan air kemih dari pelvis renalis (bagian

ginjal yang merupakan pusat pengumpulan air kemih) ke dalam kandung kemih. Setiap

ginjal terdiri atas 1-4 juta nefron. Selama 24 jam dapat menyaring darah 170 liter. Fungsi

yang lainnya adalah ginjal dapat menyaring limbah metabolik, menyaring kelebihan

natrium dan air dari darah, membantu mengatur tekanan darah, pengaturan vitamin D

dan Kalsium.

Ginjal mengatur komposisi kimia dari lingkungan dalam melalui suatu proses majemuk

yang melibatkan filtrasi, absorpsi aktif, absorpsi pasif dan sekresi. Filtrasi terjadi dalam

glomerulus, tempat ultra filtrate dari plasma darah terbentuk. Tubulus nefron, terutama

tubulus kantortus proksimal berfungsi mengabsorpsi dari substansi-substansi yang

berguna bagi metabolisme tubuh, sehingga dengan demikian memelihara homeostatis

lingkungan dalam. Dengan cara ini makhluk hidup terutama manusia mengatur air,

cairan intraseluler, dan keseimbangan osmotiknya. Gangguan fungsi ginjal akibat BSK

pada dasarnya akibat obstruksi dan infeksi sekunder. Obstruksi menyebaban perubahan

Kepaniteraan Klinik Radiologi RSUD Kota Semarang Page 4

FK Universitas Tarumanagara

Stevan Pagar P.S (406138052)

Page 5: Case Radiologi Stevan Word

Laporan Kasus Radiologi – Vesicolithiasis

struktur dan funsi pada traktus urienarius dan dapat berakibat disfungsi atau insufisiensi

ginjal akibat kerusakan dari paremkim ginjal.

b. Ureter

Ureter merupakan saluran kecil yang menghubungkan antara ginjal dengan kandung

kemih (vesica uriearia) dengan panjang ± 25-30 cm, dengan penampang ± 0.5 cm.

Saluran ini menyempit di tiga tempat yaitu di titik asal ureter pada pelvis ginjal, di titik

saat melewati penggiran pelvis, dan di titik pertemuannya dengan kandung kemih. BSK

dapat tersangkut dalam ureter di ketiga tempat tersebut, yang mengakibatkan nyeri (kolik

urter).

Lapisan dinding ureter terdiri dari dinding luar berupa jaringan ikat (jaringan fibrosa),

lapisan tengah terdiri dari lapisan otot polos, lapisan sebelah dalam merupakan lapisan

mukosa. Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan-gerakan perstaltik tiap 5 menit

sekali yang akan mendorong air kemih masuk ke dalam kandung kemih (vesica

uriearia).

Setiap ureter akan masuk ke dalam kandung kemih melalui suatu sfingter. Sfingter

adalah suatu struktur muskuler (berotot) yang dapat membuka dan menutup sehingga

dapat mengatur kapan air kemih bisa lewat menuju ke dalam kandung kemih. Air kemih

yang secara teratur tersebut mengalis dari ureter dakan di tampung dan terkumpul di

dalam kandung kemih.

3. Saluran Kemih Bawah.

a. Kandung Kemih

Kandung kemih merupakan kantong muscular yang bagian dalamnya dilapisi oleh

membran mukosa dan terletak didepan organ pelvis lainnya sebagai tempat menampung

air kemih yang dibuang dari ginjal melalui ureter yang merupakan hasil buangan

penyaringan darah. Dalam penampung air kemih kandung kemih mempunyai kapasitas

maksimal yaitu untuk volume orang dewasa lebih kurang adalah 30-450ml.

Kandung kemih bersifat elasitis, sehingga dapat mengembang dan mengkerut. Ketika

kosong atau setengah terdistensi, kandung kemih teletak pada pelvis dan ketika lebih

dari setengah terdistensi maka kandung kemih akan berada pada abdomen diatas pubis.

Dimana ukurannya secara bertahap membesar ketika sedang menampung jumlah air

Kepaniteraan Klinik Radiologi RSUD Kota Semarang Page 5

FK Universitas Tarumanagara

Stevan Pagar P.S (406138052)

Page 6: Case Radiologi Stevan Word

Laporan Kasus Radiologi – Vesicolithiasis

kemih yang secara teratur bertambah. Apabila kandung kemih telah penuh, maka akan

dikirim sinyal ke ota dan menyampaikan pesan untuk berkemih. Selama berkemih,

sfingter lainnya yang terletak diantara kandung kemih dan uretra akan membuka dan

akan diteruskan keluar melalui uretra. Pada saat itu, secara bersamaan dinding kandung

kemih berkontraksi yang menyebabkan terjadinya tekanan sehingga dapat membantu

mendorong air kemih keluar menuju uretra.

b. Uretra.

Saluran kemih (uretra) merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih

yang berfungsi menyalurkan air kemih keluar. Pada laki-laki uretra berjalan berkelok-

kelok melalui tengah-tengah prostat kemudian menembus lapisan fibrosa yang

menembus tulang pubis ke bagian penis panjangnya ± 20cm. Uretra pada laki-laki terdiri

dari uretra prostatika, uretra membranosa, dan uretra kavernosa. Uretra prostatika

merupakansaluran terlebar dengan panjang 3 cm, dengan bentuk seperti kumparan yang

bagian tengahnya lebih luas dan makin ke bawah makin dangkal kemudian bergabung

dengan uretra membranosa. Uretra membranosa merupakan saluran yang paling pendek

dan paling dangkal. Uretra kavernosa merupakan saluran terpanjang dari uretra dengan

panjang kira-kira 15cm.

Pada wanita, uretra terletak dibelakang simfisi pubis berjalan miring sedikit kearah atas,

panjangnya ± 3-4cm. Muara uretra pada wanita terletak di sebelah atas vagina (antara

clitoris dan vagina) dan uretra disini hanya sebagai saluran ekskresi. Uretra wanita jauh

lebih pendek daripada uretra laiki-laki.

4. Penyebab Pembentukan Batu Saluran Kemih.

Penyebab pasti membentukan BSK belum diketahui, oleh karena banyak faktor yang

dilibatkannya, sampai sekarang banyak teori dan faktor yang berpengaruh terhadap

pembentukan BSK, yaitu :

a. Teori Fisiko Kimiawi

Prinsip dari teori ini adalah terbentuknya BSK karena adanya proses kimia, fisika,

maupun gabungan fisiko kimiawi. Dari hal tersebut di ketahui bahwa terjadinya batu

sangat dipengaruhi oleh konsentrasi bahan pembentuk batu di saluran kemih.

o Teori Supersaturasi

Kepaniteraan Klinik Radiologi RSUD Kota Semarang Page 6

FK Universitas Tarumanagara

Stevan Pagar P.S (406138052)

Page 7: Case Radiologi Stevan Word

Laporan Kasus Radiologi – Vesicolithiasis

Supersaturasi air kemih dengan garam-garam pembentuk batu merupakan dasar

terpenting dan merupakan syarat terjadinya pengendapan. Apabila kelarutan

suatu produk tinggi dibandingkan titik endapannya maka terjadi supersaturasi

sehingga menimbulkan terbentuknya kristal dan pada akhirnya akan terbentuk

batu.

Supersaturasi dan kristalisasi dapat terjadi apabila ada penambahan suatu bahan

yang dapat mengkristal di dalam air dengan pH dan suhu tertentu yang suatu saat

akan terjadi kejenuhan dan terbentuklah kristal. Tingkat saturasi dalam air kemih

tidak hanya dipengaruhi oleh jumlah bahan pembentuk BSK yang larut, tetapi

juga oleh kekuatan ion, pembentukan kompleks dan pH air kemih.

o Teori Matrik

Di dalam air kemih terdapat protein yang berasal dari pemecahan mitokondria sel

tubulus renalis yang berbentuk laba-laba. Kristal batu oksalat maupun kalsium

fosfat akan menempel pada anyaman tersebut dan berada di sela-sela anyaman

sehingga terbentuk batu. Benang seperti laba-laba terdiri dari protein 65%,

heksana 10%, heksosamin 2-5% sisanya air.

Pada benang menempel kristal batu yang seiring waktu batu akan semakin

membesar. Matriks tersebut merupakan bahan yang merangsang timbulnya batu.

o Teori Tidak adanya Inhibitor

Dikenal 2 jenis inhibitor yaitu organik dan anorganik. Pada inhibitor organik

terdapat bahan yang sering terdapat dalam proses penghambatan terjadinya batu

yaitu asam sitrat, nefrokalsin, dan tamma-horsefall glikoprotein sedangkan yang

jarang terdapat adalah gliko-samin glikans dan uropontin.

Pada inhibitor anorganik terdapat bahan pirofosfat dan Zinc. Inhibitor yang

paling kuat adalah sitrat, karena sitrat akan bereaksi dengan kalsium membentuk

kalsium sitrat yang dapat larut dalam air. Inhibitor mencegah terbentukya kristal

kalsium oksalat dan mencegah pelengketan kristal kasium oksalat pada membran

tubulus. Sitrat terdapat pada hampir semuah buah-buahan tetapi kadar tertinggi

pada jeruk. Hal tersebut yang dapat menjelaskan mengapa pada sebagian

individu terjadi pembentukan BSK, sedangkan pada individu lain tidak,

meskipun sama-sama terjadi supersanturasi.

o Teori Infeksi

Kepaniteraan Klinik Radiologi RSUD Kota Semarang Page 7

FK Universitas Tarumanagara

Stevan Pagar P.S (406138052)

Page 8: Case Radiologi Stevan Word

Laporan Kasus Radiologi – Vesicolithiasis

Teori terbentuknya BSK juga dapat terjadi karena adanya infeksi dari kuman

tertentu. Pengaruh infeksi pada pembentukan BSK adalah teori terbentuknya batu

survit dipengaruhi oleh pH air kemih >7 dan terjadinya reaksi sintesis ammonium

fosfat (batu survit) misalnya saja pada bakteri pemecah urea yang menghasilkan

urease. Bakteri yang menghasilkan urease yaitu Proteus spp, Klebsiella, Serratia,

Enterobakter, Pseudomonas, dan Staphioccocus.

b. Teori Vaskuler

Pada penderita BSK sering didapat penyakit hipertensi dan kadar kolesterol darah yang

tinggi, maka Stoller mengajukan teori Vaskuler untuk terjadinya BSK, yaitu :

o Hipertensi

Pada penderita hipertensi 83% mempunyai perkapuran ginjal sedangkan pada

orang yang tidak hipertensi yang mempunyai perkapuran ginjal sebanyak 52%.

Hal ini disebabkan aliran darah pada papilla ginjal berbelok 180˚ dan aliran darah

berubah dari aliran laminer menjadi turbulensi. Pada penderita hipetersialiran

turbelen tersebut berakibat terjadinya pengendapan ion-ion kalsium papilla

(Ranall’s plaque) disebut juga perkapuran ginjal yang dapat berubah menjadi

batu.

o Kolesterol

Adanya kadar kolesterol yang tinggi dalam darah akan disekresi melalui

glomerulus ginjal dan trcampur didalam air kemih. Adanya butiran kolesterol

tersebut akan merangsang agregasi dengan kristal kalsium oksalat dan kalsium

fosfat sehingga terbentuk batu yang bermanifestasi klinis (teori epitaksis).

Menurut Hardjoeno (2006), diduga dua prses yang terlibat dalam BSK yakni

supersaturasi dan nukleasi. Supersaturasi terjadi jika substansi yang menyusun

batu terdapat dalam jumlah yang besar dalam urine, yaitu ketika volume urine

dan kimia urine yang menekan pembentukan menurun. Pada proses nukleasi,

natrium hidrogen urat, asam urat dan kristal hidroksipatit membentuk inti. Ion

kalsium dan oksalat kemudian merekat (adhesi) di inti untuk membentuk

campuran batu. Proses ini dinamakan nukleasi heterogen. Analisis batu yang

memadai akan membantu memahami mekasime patogenesis BSK dan

merupakan tahap awal dalam penilaian dan awal terapi pada penderita BSK.

Kepaniteraan Klinik Radiologi RSUD Kota Semarang Page 8

FK Universitas Tarumanagara

Stevan Pagar P.S (406138052)

Page 9: Case Radiologi Stevan Word

Laporan Kasus Radiologi – Vesicolithiasis

5. Klasifikasi Batu Saluran Kemih.

Komposisi kimia yang terkandung dalam batu ginjal dan saluran kemih dapat diketahui

dengan menggunakan analisis kimai khusus untuk mengatahui adanya kalsium,

magnesium, amonium, karbonat, fosfat, asam urat oksalat, dan sistin.

o Batu Kalsium

Kalsium adalah jenis batu yang paling banyak menyebabkan BSK yaitu sekitar

70%-80% dari seluruh kasus BSK. Batu ini kadang-kadang di jumpai dalam

bentuk murni atau juga bisa dalam bentuk dampuran, misalnya dengan batu

kalsium oksalat, batu kalsium fosfat atau campuran dari kedua unsur tersebut.

Terbentuknya batu tersebut diperkirakan terkait dengan kadar kalsium yang

tinggi dalam urine atau darah dan akibat dari dehidrasi. Batu kalsium terdiri dari

dua tipe yang berbeda, yaitu Whewellite (monohidrat) yaitu, batu berbentuk

padat, warna coklat/hitam dengan konsentrasi asam oksalat yang tinggi pada air

kemih. Serta kombinasi kalsium dan magnesium menjadi weddllite (dehidrat)

yaitu batu berwarna kuning, mudah handur daripada whewellite.

o Batu Asam Urat

Lebih kurang 5-10% penderita BSK dengan komposisi asam urat. Pasien

biasanya berusia >60 tahun. Batu asam urat dibentuk hanya oleh asam urat.

Kegemukan, peminum alkohol, dan diet tinggi protein mempunyai peluang lebih

besar menderita penyakit BSK, karena keadaan tersebut dapat meningatakan

ekskresi asam urat sehingga pH iar kemih menjadi rendah. Ukuran batu asam

urat bervariasi mulai dari ukuran kecil sampai sampai ukuran yang besar

sehingga membentuk stahhorn (tanduk rusa). Batu asam urat ini adalah tipe batu

yang dapat dipecah dengan terapi kemolisis.

o Batu Struvit (magnesium-amonium fosfat)

Batu struvit disebut juga batu infeksi, karena terbentuknya batu ini disebabkan

oleh adanya infeksi saluran kemih. Kuman penyebab infeksi ini adalah golongan

kuman pemecah urea atau urea splitter yang dapat menghasilkan enzim urease

dan merubah urine menjadi bersuasana basa melalui hidrolisis urea menjadi

amoniak. Kuman yang termasuk pemecah urea di antaranya adalah : Proteus spp,

Klebsiella, Serratia, Enterobakter, Pseudomonas, dan Staphiloccocus.

Kepaniteraan Klinik Radiologi RSUD Kota Semarang Page 9

FK Universitas Tarumanagara

Stevan Pagar P.S (406138052)

Page 10: Case Radiologi Stevan Word

Laporan Kasus Radiologi – Vesicolithiasis

Ditemukan sekitar 15-20% pada penderita BSK. Batu struvit lebih sering terjadi

pada wanita daripada laki-laki. Infeksi saluran kemih terjadi karena tingginya

konsentrasi ammonium dan pH air kemih >7. Pada baru struvit volume air kemih

yang banyak sangat penting untuk membilas bakteri dan menurunkan

supersaturasi dari fosfat.

o Batu Sistin

Batu sistin terjadi pada saat kehamilan, disebabkan karena gangguan ginjal.

Merupakan batu yang paling jarang dijumpai dengan frekuensi kejadian 1-2%.

Reabsobsi asam amino, sistin, arginin, lysin, dan ornithine berkurang,

pembentukan batu terjadi saat bayi. Disebabkan faktor keturunan dan pH urine

yang asam. Selain karena urine yang sangat jenuh, pembentukan batu dapat juga

terjadi pada individu yang memiliki riwayat batu sebelumnya atau pada individu

yang statis karena imobilitas. Memerlukan pengobatan seumur hidup, diet

mungkin menyebabkan pembentukan batu, pengenceran air kemih yang rendah

dan asupan protein hewani yang tinggi menaikkan ekskresi sistin dalam air

kemih.

6. Gejala Batu Saluran Kemih.

Manifestasi klinik adanya batu dalam saluran kemih bergantung pada adanya obstruksi,

infeksi, edema. Ketika batu menghambat aliran urine, terjadi obstruksi yang dapat

mengakibatkan terjadinya peningkatan tekanan hidrostatik dan distensi piala ginjal serta

ureter proksimal. Infeksi biasanya disertai gejala demam, menggigil, dan dysuria. Namun,

beberapa batu jika ada gejala tetapi hanya sedikit dan secara perlahan merusak unit

fungsional (nefron) ginjal, dan gejala lainnya adalah nyeri yang luar biasa (kolik).

Gejala klinis yang dapay dirasakan yaitu :

o Rasa Nyeri

Lokasi nyeri tergantung dari letak batu. Rasa nyeri yang berulang (kolik)

tergantung dari lokasi batu. Bila nyeri mendadak menjadi akut, disertai nyeri

tekan dikeseluruhan area kostoverbratal, tidak jarang disertai mual dan muntah,

maka pasien tersebut sedang mengalami kolik ginjal. Batu yang berada di ureter

apat menyebabkan nyeri yang luar biasa, akut, dan kolik yang menyebar ke paha

dan genitalia. Pasien sering ingin merasa berkemih, namun hanya sedikit urine

Kepaniteraan Klinik Radiologi RSUD Kota Semarang Page 10

FK Universitas Tarumanagara

Stevan Pagar P.S (406138052)

Page 11: Case Radiologi Stevan Word

Laporan Kasus Radiologi – Vesicolithiasis

yang keluar, dan biasanya air kemih disertai dengan darah, maka pasien tersebut

mengalami kolik ureter.

o Demam

Demam terjadi karena adanya kemuan yang beredar di dalam darah sehingga

menyebabkan suhu badan meningkat melebihi batas normal. Gejala ini disertai

jantung berdebar, tekanan darah rendah, dan pelebaran pembuluh darah di kulit.

o Infeksi

BSK jenis apapun seringkali berhubungan dengan infeksi sekunder akibat

obstruksi dan statis di proksimal dari sumbatan. Infeksi yang terjadi di saluran

kemih karena kuman Proteus spp, Klebsiella, Serratia, Enterobakter,

Pseudomonas, dan Staphiloccocus.

o Hematuria dan kristaluria

Terdapat sel darah merah bersama dengan air kemih (hematuria) dan air kemih

yang berpasir (kristaluria) dapat membantu diagnosis adanya penyakit BSK.

o Mual dan muntah

Obstruksi saluran kemih bagian atas (ginjal dan ureter) seringkali menyebabkan

mual dan muntah.

7. Tata Laksana Medis Batu Saluran Kemih.

Tujuan dasar penatalaksanaan medis BSK adalah untuk menghilangkan batu, menentukan

jenis batu, mencegah kerusakan nefron, mengendalikan infeksi, dan mengurangi obstruksi

yang terjadi. 30 batu dapat dikeluarkan dengan cara medikamentosa, pengobatan medik

selektif dengan pemberian obat-obatan, tanpa operasi, dan pembedahan terbuka.

7.1 Mediakamentosa.

Terapi mediakamentosa ditujukan untuk batu yang berukuran lebih kecil yaitu dengan

diameter kurang dari 5mm, karena diharapkan batu dapat keluar tanpa intervensi

medis. Dengan cara mempertahankan keenceran urine dan diet makanan tertentu yang

dapat merupakan bahan utama pembentuk batu (misalnya kalsium) yang efektif

mencegah pembentukan batu atau lebih jauh meningkatkan ukuran batu yang telah

ada. Setiap pasien BSK harus minum paling sedikit 8 gelas air sehari.

7.2 Pengobatan Selektif dengan Obat-obatan.

Kepaniteraan Klinik Radiologi RSUD Kota Semarang Page 11

FK Universitas Tarumanagara

Stevan Pagar P.S (406138052)

Page 12: Case Radiologi Stevan Word

Laporan Kasus Radiologi – Vesicolithiasis

Analgesia dapat diberikan untuk meredakan nyeri dan mengusahkan agar batu dapat

keluar sendiri secara spontan. Opioid seperti injeksi morfin sulfat yaitu petidin

hidroklorida atau obat anti inflamasi nonsteroid seperti ketorolac dan naproxen dapat

diberikan tergantung pada intensitas nyeri. Propantelin dapat digunakan untuk

mengatasi spasme ureter. Pemberian antibiotik apabila terdapat infeksi saluran kemih

atau pada pengangkatan batu untuk mencegah infeksi sekunder. Setelah batu

dikeluarkan, BSK dapat dianalisis untuk mengetahui komposisi dan obat tertentu

dapat diresepkan untuk mencegah atau menghambat pembentukan batu berikutnya.

7.3 ESWL.

Merupakan tindakana non-invasif dan tanpa pembiusan, pada tindakan ini digunakan

gelombang kejut eksternal yang dialirkan mmelalui tubuh untuk memecah batu. Alat

ESWL adalah pemecah batu yang diperkenalkan pertama kali oleh Caussy pada tahun

1980. Alat ini dapat memecah batu ginjal, batu ureter proximal, atau menjadi

fragmen-fragmen kecil sehingga mudah dikeluarkan melalui saluran kemih. ESWL

dapat mengurangi keharusan melakukan prosedur invasif dan terbukti dapat

menurunkan lama rawat inap di rumah sakit.

7.4 Endourologi.

Tindakan endourologi adalah tindakan invasif minimal untuk mengeluarkan BSK

yang terdiri atas memecah batu, dan kemudian mengelurkannya dari saluran kemih

melalui alat yang dimasukan langsung ke dalam saluran kemih. Alat tersebut

dimasukan melalui uretra atau melalui insisi kecil pada kulit (perkutan). Beberapa

tindakan endourologi tersebut adalah :

a. PNL (Percutaneous Nephro Litholapaxy) adalah usaha mengeluarkan batu

yang berada di dalam saluran ginjal dengan cara memasukan alat endoskopi ke sistem

kalies melalui insisi pada kulit. Batu kemudian dikeluarkan atau dipecah terlebih

dahulu menjadi fragmen-fragmen kecil.

b. Litotripsi adalah memecah batu buli-buli atau batu uretra dengan memasukan

alat pemecah batu (litotriptor) ke dalam buli-buli.

c. Ureteroskopi atau uretro-renoskopi adalah dengan memasukan alat uretroskopi

per-uretram. Dengan memakai energi tertentu, batu yang berada di dalam ureter

maupun sistem pelvikalies dapat dipecah melalui tuntunan

uretroskopi/ureterorenoskopi ini.

Kepaniteraan Klinik Radiologi RSUD Kota Semarang Page 12

FK Universitas Tarumanagara

Stevan Pagar P.S (406138052)

Page 13: Case Radiologi Stevan Word

Laporan Kasus Radiologi – Vesicolithiasis

d. Ekstasi Dormia adalah mengelurakan batu ureter dengan menjaringnya melalui

alat keranjang Dormia.

7.5 Tindakan Operasi.

Penanganan BSK, biasanya terlebih dahulu diusahakan untuk mengeluarkan batu

secara spontan tanpa pembedahan/operasi. Tindakan bedah dilakukan jika batu tidak

merespon terhadap bentuk penanganan lainnya. Adanya beberapa jenis tindakan

pembedaha, nama dari tindakan pembedahan tersebut tergantung dari lokasi dimana

batu berada, yaitu :

a. Nefrolitotomi : pengambilan batu yang ada di dalam ginjal.

b. Ureterolitotomi : pengambilan batu yang berada di ureter.

c. Vesikolitomi : pengambilan batu yang berada di vesica urinearia.

d. Uretrolitotomi : pengambilan batu yang berada di uretra.

8. Pencegahan Batu Saluran Kemih.

Pencegahan BSK terdiri dari pencegahan primer atau pencegahan tingkat pertama,

pencegahan sekunder atau pencegahan tingkat kedua, pencegahan tersier atau pencegahan

tingkat ketiga. Tindakan pencegahan tersebut antara lain :

8.1 Pencegahan Primer

Tujuan pencegahan primer adalah untuk mencegah agar tidak terjadinya penyakit

BSK dengan cara mengendalikan faktor penyebab dari penyakit BSK. Sasarannya

ditujukan kepada orang yang masih sehat, belum menderita penyakit BSK. Kegiatan

ini dilakukan meliputi promosi kesehatan, pendidikan kesehatan, dan pelindungan

kesehatan. Contohnya menganjurkan minum air putih minimal 2 liter per hari.

Konsumsi air putih dapat meningkatkan aliran kemih dan menurunkan knsentrasi

pembentuk batu dalam air kemih. Serta olah raga yang cukup terutama bagi individu

yang pekerjaannya lebih banyak duduk atau statis.

8.2 Pencegahan Sekunder.

Tujuan dari pencegahan sekunder adalah untuk menghentikan perkembangan penyakit

agar tidak menyebar dan mencegah terjadinya komplikasi. Sasarannya ditujukan

kepada orang yang telah menderita penyakit BSK. Dengan cara pemeriksaan fisik,

laboraturium, dan radiologis. Hasil pemeriksaan fisik dapat dilihat berdasarkan

kelainan fisik pada daerah organ yang bersangkutan :

Kepaniteraan Klinik Radiologi RSUD Kota Semarang Page 13

FK Universitas Tarumanagara

Stevan Pagar P.S (406138052)

Page 14: Case Radiologi Stevan Word

Laporan Kasus Radiologi – Vesicolithiasis

a. Keluhan lain selain nyeri kolik adalah takikardia, keringatan, mual, dan demam

(tidak selalu).

b. Pada keadaan akut, paling sering ditemukan kelembutan pada daerah pinggul (flank

tenderness), hal ini disebabkan akibat obstruksi sementara yaitu saat batu melewati

ureter menuju kandung kemih. Urinalisis dilakukan untuk mengetahui apakah terjadi

infeksi yaitu peningkatan jumlah leukosit dalam darah, hematuria dan bakteriuria,

dengan adanya kandungan nitrit dalam urine. Selain itu, nilai pH urine harus diuji

karena batu sistin dan asam urat dapat terbentuk jika nilai pH kurang dari 6,0,

sementara batu fosfat dan sturvit lebih mudah tterbentuk pada pH urine lebih dari 7,2.

Diagnosis BSK dapat dilakukan dengan beberapa tindakan radiologis yaitu :

a. Sinar X abdomen.

Untuk melihat batu di daerah ginjal, ureter, dan kandung kemih. Dimana dapat

menunjukan ukuran, bentuk, posisi batu dan dapat membedakan klasifikasi batu yaitu

dengan densitas tinggi biasanya menunjukan jenis batu kalsium oksalat dan kalsium

fosfat, sedangkan dengan densitas rendah menunjukan jenis batu struvit, sistin, dan

campuran. Pemeriksaan ini tidak dapat membedakan batu dalam ginjal maupun batu

di luar ginjal.

Pada gambaran RO:

a) Foto polos abdomen : gambaran radioopaq atau radiolusem biasanya pada

daerah yang menyempit

b) BNO : bercak semiopk atau lusen berbentuk kecil-kecil hingga besar di

sepanjang ureter apabila terjadi sumbatan poksimal batu akan mengalami

dilatasi, dinding menipis sedangkan bagian distal batu kolaps .

Kepaniteraan Klinik Radiologi RSUD Kota Semarang Page 14

FK Universitas Tarumanagara

Stevan Pagar P.S (406138052)

Page 15: Case Radiologi Stevan Word

Laporan Kasus Radiologi – Vesicolithiasis

b. Intravenous Pyelogram (IVP).

Pemeriksaan ini bertujuan menilai anatomi dan fungsi ginjal. Jika IVP belum

dapat menjelaskan keadaan sistem saluran kemih akibat adanya penurunan fungsi

ginjal, sebagai penggantinya adalah pemeriksaan pielografi retrograd.

Indikasinya antara lain flank pain, hematuria, disuria, suspek batu renal, renal

tumor, dan lain-lain. Kontras yang diguanakan adalah urografin 60-70 mg%.

Adapun faktor yang mempengaruhi hasil pemeriksaan adalah feses atau udara di

kolon, aliran darah yang sedikit ke ginjal, barium di saluran cerna dari prosedur

sebelumnya. Maka dari itu, penting untuk melakukan persiapan yang baik pada

pasien yang ingin dilakukan prosedur IVP.

Tahapan persiapan :

Pemeriksaan urem/kreatinin

Malam sebelum pemeriksaan pasien dibeli laksansia untuk membersihkan

kolon dari feses yang menutupi daerah ginjal

Pasien tidak boleh minum mulai jam 22.00 malam sebelum pemeriksaan

untuk mendapaatkan keadaan dehidrasi ringan

Keesokan harinya pasien harus puasa, mengurangi bicara dan merokok

untuk menghindari gangguan udara usus saat pemeriksaan

Lakukan skin tes untuk menilai adanya alergi terhadap kontras

Pelaksanaan

Kepaniteraan Klinik Radiologi RSUD Kota Semarang Page 15

FK Universitas Tarumanagara

Stevan Pagar P.S (406138052)

Page 16: Case Radiologi Stevan Word

Laporan Kasus Radiologi – Vesicolithiasis

Pasien diminta mengosongkan kandungan kemih

Dilakukan foto BNO

Injeksi kontras i.v (setelah dilakukan tes alergi)

Diambil foto pada menit ke-5,15,30,45.

o Menit ke-5 : menilai nefrogram

o Menit ke-15 : menilai sistim pelvikalises dan kedua ureter

o Menit ke-30 : menilai ureterovesico junction

o Menit ke-45 : menilai vesica urinaria dan fungsi pengosongannya

c. Ultrasonografi (USG)

USG merupakan teknik imaging dengan menggunakan gelombang zuara

(ultrasound). Gelombang suara ini memiliki frekuensi lebih dari 20.000 Hz, tapi

yang dimanfaatkan dalam teknik ultrasonografi kedokteran hanya gelombang suara

dengan frekuensi 1-10MHz.

Imaging untuk abdomen digunakan frekuensi 3,5 MHz. Untuk orang gemuk

digunakan frekuensi 2,5 MHz dan untuk anak-anak digunakan 5 MHz.

Prinsip kerja USG : berdasarkan hukum Snellius untuk suara

Gelombang yang datang tegak lurus dengan bidang tertentu maka akan

dipantulkan tegak lurus pula, tapi bila membentuk sudut tertentu akan

dipantulkan dengan besar sudut keluar sama dengan sudut datang

Dalam bidang berlapis, gelombang akan diteruskan (dihambat). Semakin

dalam lapisan, intensitas gelombang makin kecil, sehingga untuk

mendapatkan intensitas yang stabil/tetap diperlukan amplifikasi tiap lapisan

Gelombang akan dibiaskan/dihambat dengan sudut bias tertentu

Gelombang dapat dihambat 100% apabila gelombang mengenai

benda/organ keras sehingga pada permukaan akan tampak melengkung

(arch sign) dan memberi gambaran posterior acoustic shadow pada bagian

belakang benda tersebut.

Kelebihan USG pada pemeriksaan vesikolithiasis adalah dapat menilai bentuk,

ukuran, posisi batu dan letak obstruksi. Aman pada pasien dan operator karena

tidak tergantung pada radiasi ionisasi. Pasien dapat diperiksa langusng tanpa

persiapan dan memberi hasil yang cepat.

Kepaniteraan Klinik Radiologi RSUD Kota Semarang Page 16

FK Universitas Tarumanagara

Stevan Pagar P.S (406138052)

Page 17: Case Radiologi Stevan Word

Laporan Kasus Radiologi – Vesicolithiasis

Kelemahannya adalah operator dependent, dan bila ada celah dan ada udara,

gelombang tidak akan dipantulkan

d. Computed Tomographic (CT) Scan.

Pemindahan CT scan akan menghasilkan gambar yang lebih jelas tentang ukuran

dan lokasi batu.

Keuntungan menggunakan CT-Scan adalah resolusi yang tinggi dan rekonstruksi

gambar yang baik. Serta dapat mengevaluasi organ secara multiple dalam waktu

yang bersamaan. Kekurangan CT-Scan adalah biaya yang mahal, radiasi yang

tinggi, dapat menyebabkan reaksi alergi terhadap kontras, tidak dapat digunakan

kontras secara intravena pada pasien dengan gangguan ginjal.

8.3 Pencegahan Tersier.

Tujuan dari pencegahan tersier adalah untuk mencegah agar tidak terjadi komplikasi

sehingga tidak berkembang ke tahap lanjut yang membutuhkan perawatan intensif.

Sasarannya ditujukan kepada orang yang sudah menderita penyakit BSK agar

penyakitnya tidak bertambah berat. Kegiatan yang dilakukan meliputi kegiatan

rehabilitasi seperti konseling kesehatan agar orang tersebut lebih memahami tentang

cara menjaga fungsi saluran kemih terutama ginjal yang telah rusak akibat BSK

sehingga fungsi organ tersebut dapat maksimal kembali dan tidak terjadi kekambuhan

penyakit BSK, dan dapat memberikan kualitas hidup sebaik mungkin sesuai dengan

kemampuannya.

Kepaniteraan Klinik Radiologi RSUD Kota Semarang Page 17

FK Universitas Tarumanagara

Stevan Pagar P.S (406138052)

Page 18: Case Radiologi Stevan Word

Laporan Kasus Radiologi – Vesicolithiasis

BAB III

LAPORAN KASUS

I. Identitas Pasien

1. Nama : Tn. K

2. Umur : 54 tahun

3. Jenis Kelamin : Laki-laki

4. Alamat : Diketahui

5. Agama : Islam

6. Pendidikan : SMA

7. Pekerjaan : Pegawai Swasta

8. Tanggal Masuk : 18 Agustus 2014

II. Anamnesa

Didapatkan dari : Anamnesa tanggal 19 Agustus 2014

Keluhan utama : Nyeri saat buang air kecil

Keluhan tambahan : Nyeri menjalar ke pinggang, badan terasa lemas

Riwayat Penyakit Sekarang:

Pasien datang dalam keadaan kompos mentis dengan keluhan nyeri saat buang

air kecil yang sudah dirasakan pasien sejak 3 hari SMRS. Nyeri bertambah berat jika

pasien menahan kencingnya. Nyeri dirasakan menjalar ke pinggang dan keluhan ini

membuat pasien merasa badannya menjadi lemas. Nyeri dirasakan hilang timbul,

makin lama makin sakit. Tidak ada darah ditemukan pada urin pasien saat berkemih.

Kepaniteraan Klinik Radiologi RSUD Kota Semarang Page 18

FK Universitas Tarumanagara

Stevan Pagar P.S (406138052)

Page 19: Case Radiologi Stevan Word

Laporan Kasus Radiologi – Vesicolithiasis

Riwayat Penyakit Dahulu :

Hipertensi : disangkal

Diabetes Melitus : disangkal

Riwayat sakit seperti ini : Diakui. Pasien pernah berobat dengan keluhan

yang sama 1 tahun yang lalu. Namun pasien tidak mengikuti anjuran dokter

dan memilih pengobatan alternatif. Keluhan dirasakan menghilang, namun

timbul lagi dan bertambah parah setelah 1 tahun kemudian.

III. Pemeriksaan Fisik

Tanggal 19 Agustus 2014

A. Status Praesens

Keadaan Umum : Tampak sakit sedang.

Kesadaran : Compos Mentis GCS 15

Pucat : -

Sianosis : -

Ikterik : -

B. Tanda-tanda Vital

Tekanan Darah : 130/90 mmHg

Frekuensi nadi : 72x / menit, teratur, isi cukup

Suhu : 36,4 0C

Pernafasan : 19 x/menit, Torakoabdominal.

Berat badan : 70 kg

Tinggi badan : 165 cm

Status Gizi : Gizi cukup

1) Status Regional

Kepala : Bentuk normal, ukuran normal, tidak teraba benjolan,

rambut hitam beruban terdistribusi merata, kulit kepala tidak

ada kelainan.

Kepaniteraan Klinik Radiologi RSUD Kota Semarang Page 19

FK Universitas Tarumanagara

Stevan Pagar P.S (406138052)

Page 20: Case Radiologi Stevan Word

Laporan Kasus Radiologi – Vesicolithiasis

Mata : Palpebra superior et inferior dextra et sinistra tidak cekung,

tidak edema, konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, pupil

bulat, isokor, diameter 3 mm, reflex cahaya +/+.

Telinga : Bentuk normal, kedua liang telinga lapang, tidak ada sekret,

serumen-/-, membran timpani utuh, nyeri tekan tragus -/-,

nyeri tarik aurikel -/-, pendengaran berkurang.

Hidung : Bentuk normal, septum deviasi -/-, sekret -/-, hiperemis -/-.

Tenggorok : Faring tidak hiperemis, tonsil T1-T1 tenang.

Mulut : Bibir kering -, lidah kotor -.

Leher : Trakea di tengah, kelenjar tiroid tidak teraba membesar,

kelenjar getah bening submandibula, supra-infra clavicula,

dan cervikal tidak teraba membesar.

Paru-paru

Inspeksi           : Pernapasan simetris kanan dan kiri

Palpasi             : Fremitus kanan dan kiri sama kuat 

Perkusi            : Sonor pada seluruh lapang paru kanan dan kiri

Auskultasi        : Suara napas vesikuler kanan dan kiri, ronkhi

-/-,wheezing -/-

Jantung

Inspeksi : Tidak tampak pulsasi iktus kordis.

Palpasi : Tidak teraba pulsasi iktus kordis.

Perkusi : Redup

Batas jantung atas ICS III midclavicula line sinistra

Batas jantung kanan midsternum

Batas jantung kiri midclavicula line sinistra

Auskultasi : BJ I –II murni,reguler, murmur (-), gallop (-).

Abdomen : Supel, Bising usus (+), NTA pada regio hipogastrik

Ekstremitas : Superior et inferior dekstra et sinistra oedem -,

deformitas -, akral hangat

Kepaniteraan Klinik Radiologi RSUD Kota Semarang Page 20

FK Universitas Tarumanagara

Stevan Pagar P.S (406138052)

Page 21: Case Radiologi Stevan Word

Laporan Kasus Radiologi – Vesicolithiasis

Tulang belakang : Bentuk normal, skoliosis (-), lordosis (-), kifosis (-)

Kulit : Turgor baik, sianosis -, ikterik -.

IV. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Laboratorium 18 Agustus 2014

Faal Ginjal Hasil Nilai Normal

Ureum 21 15 – 48

Creatinin 0,56 0,50 – 1,10

Asam Urat 3,0 2,5 – 5,0

Pemeriksaan BNO-IVP 19 Agustus 2014

1. FPA

2. Fase Nephrogram

Kepaniteraan Klinik Radiologi RSUD Kota Semarang Page 21

FK Universitas Tarumanagara

Stevan Pagar P.S (406138052)

Page 22: Case Radiologi Stevan Word

Laporan Kasus Radiologi – Vesicolithiasis

3. Fase Pielogram

4. Fase Sistogram

Kepaniteraan Klinik Radiologi RSUD Kota Semarang Page 22

FK Universitas Tarumanagara

Stevan Pagar P.S (406138052)

Page 23: Case Radiologi Stevan Word

Laporan Kasus Radiologi – Vesicolithiasis

5. Fase Post Mictio

Interpretasi IVP

Kepaniteraan Klinik Radiologi RSUD Kota Semarang Page 23

FK Universitas Tarumanagara

Stevan Pagar P.S (406138052)

Page 24: Case Radiologi Stevan Word

Laporan Kasus Radiologi – Vesicolithiasis

FPA

o Tampak lesi tipis bulat oval pada cavum pelvis

REN Dx et Sn

o Ukuran dan bentuk normal, kontras sudah tampak pada menit ke 5, pelvis

renal melebar ringan, tak tampak filling defect maupun distorsi kaliks

Ureter Dx et Sn

o Tak tampak melebar, tak tampak kinking, tak tampak pelebaran maupun

bendungan

VU

o Dinding irreguler, tampak filling defect tipis bentuk oval, tak tampak

additional shadow maupun indentasi

Post Mictio

o Tampak sisa urin sedikit

Kesan

o Fungsi kedua ginjal baik

o Pelviektasis ginjal kanan

o Curiga vesikolithiasis multiple

o Tak tampak batu maupun bendungan pada ginjal kiri

V. Resume

Pasien Tn. K datang ke rumah sakit tanggal 18 Agustus 2014 dengan keluhan nyeri

saat buang air kecil yang sudah dirasakan pasien sejak 3hari SMRS. Keluhan serupa pernah

dirasakan pasien 1tahun lalu namun tidak mendapatkan pengobatan medis dan mendapat

pengobatan secara alternatif dan keluhan menghilang. Namun keluhan timbul lagi dan

dirasakan bertambah parah. Darah (-), nyeri pinggang (+). Pasien sering makan makanan

berlemak.

Status Present

1. Keadaan umum : Tampak sakit sedang

2. Tekanan Darah : 130/90 mmHg

Kepaniteraan Klinik Radiologi RSUD Kota Semarang Page 24

FK Universitas Tarumanagara

Stevan Pagar P.S (406138052)

Page 25: Case Radiologi Stevan Word

Laporan Kasus Radiologi – Vesicolithiasis

3. Frekuensi nadi : 72x / menit, teratur, isi cukup

4. Suhu : 36,4 0C

5. Pernafasan : 19 x/menit, Torakoabdominal.

6. Berat badan : 70 kg

7. Tinggi badan : 165 cm

8. Status Gizi : Gizi cukup

VI. Diagnosa Kerja

Vesicolithiasis

IX. Penatalaksanaan

Edukasi

o Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakit yang dialami

o Banyak minum

o Minum obat secara teratur, kontrol secara teratur

Non Farmakologis

o Intake cairan ditingkatkan

o Konsumsi buah yang mengandung sitrat (lemon, jeruk nipis)

o Diet rendah oksalat

o Diet rendah purin

Farmakologis

o Infus RL 20 tpm

o Injeksi cefoperazone 3x1 A

o Injeksi ketorolac 2x1 A

o P.O nadiclofenac 3x10 mg

o P.O ciprofloxacine 2x500mg

X. Prognosis

Kepaniteraan Klinik Radiologi RSUD Kota Semarang Page 25

FK Universitas Tarumanagara

Stevan Pagar P.S (406138052)

Page 26: Case Radiologi Stevan Word

Laporan Kasus Radiologi – Vesicolithiasis

Ad vitam   : dubia ad bonam

Ad fungtionam: dubia ad bonam

Ad sanationam : dubia ad bonam

BAB IV

Kepaniteraan Klinik Radiologi RSUD Kota Semarang Page 26

FK Universitas Tarumanagara

Stevan Pagar P.S (406138052)

Page 27: Case Radiologi Stevan Word

Laporan Kasus Radiologi – Vesicolithiasis

KESIMPULAN

1. Batu Saluran Kemih (BSK) yang paling banyak adalah batu kalsium yaitu sekitar 70%-

80% dari BSK.

Batu ini kadang-kadang di jumpai dalam bentuk murni atau juga bisa dalam bentuk

campuran misalnya batu kalsium oksalat, kalsium fosfat.

2. Gejala batu saluran kemih

Dari yang ringan sampai yang berat antara lain :

o Rasa Nyeri (kolik)

o Demam

o Infeksi

o Hematuria dan Kristalisasi

o Mual dan Muntah

Penangan Batu Saluran Kemih

Batu dapat dikeluarkan dengan cara medikamentosa, pemberian obat-obatan, tanpa

operasi sampai dilakukan tindakan pembedahan terbuka.

Pencegahan Batu Saluran Kemih

- Pencegahan primer ditujukan kepada orang-orang yang masih sehat belum pernah

menderita penyakit BSK

- Pencegahan sekunder, ditujukan untuk menghentikan perkembangan penyakit agaar

tidak menjadi komplikasi (lebih berat)

- Pencegah tersier, ditujukan untuk kegiatan rehabilitasi agar organ saluran kemih

yang telah menurun fungsinya dapat berfungsi maksimal kembali.

Kepaniteraan Klinik Radiologi RSUD Kota Semarang Page 27

FK Universitas Tarumanagara

Stevan Pagar P.S (406138052)

Page 28: Case Radiologi Stevan Word

Laporan Kasus Radiologi – Vesicolithiasis

PENUTUP

Semoga tulisan / makalah ini dapat berguna untuk menangani Batu Saluran Kemih yang

masih banyak di jumpai di masyarakat kita.

Kepaniteraan Klinik Radiologi RSUD Kota Semarang Page 28

FK Universitas Tarumanagara

Stevan Pagar P.S (406138052)

Page 29: Case Radiologi Stevan Word

Laporan Kasus Radiologi – Vesicolithiasis

KEPUSTAKAAN

1. Lesmana, L.A, 1995, Batu Saluran Kemih, Dalam Noer. S, Buku Ajar Ilmu Penyakit

Dalam, Jilid I ed 3, hal 380-383, Balai penerbit FK UI, Jakarta.

2. Reksoprojo S. 1995. Ikterus dalam bedah, Dalam Ahmadsyah I, Kumpulan Kuliah

Ilmu Bedah, hal 71-77, Bina Rupa Aksara, Jakarta.

3. C. Devid, Jr. Sabiston (1994), Sistem Saluran Kemih, Sars MG, L john Cameron,

Dalam Buku Ajar Bedah, Edisi 2, hal 121, Penerbit EGC, Jakarta.

4. Mansjoer, Arif., et al (eds), Kapita Selekta Kedokteran ed.III, jilid 1, FKUI, Media

Aesculapius, Jakarta. 1999.pp; 96-99.

5. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, edisi 5, jil. 2, Balai Penerbit FKUI: Jakarta, 2001.

6. Contran, Kumar, Collins. Robbins Pathologic Basis of Disease. 6th edition. Saunders

company

7. Sherwood Lauralee. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem, edisi 2. EGC: Jakarta, 2001

8. http://emedicine.medscape.com/article/2120102-overview#a0156

9. Burgener FA, Kormano M. Differential Diagnosis in Conventional Radiology. New York : Thieme Medical Publisher, 1991.

10. Grainger RG, Allison PJ. Diagnostic Radiology : An Anglo-American Textbook of Imaging. London : Churchill Livingstone, 1992

11. Herring W, MD. Learning Radiology : Recognizing the Basics. Philadelphia : Elsevier, 2007

12. Rasad S. Radiologi Diagnostik edisi 2. Jakarta : FKUI RSCM, 2005.

Kepaniteraan Klinik Radiologi RSUD Kota Semarang Page 29

FK Universitas Tarumanagara

Stevan Pagar P.S (406138052)