ca paru fix.docx
TRANSCRIPT
BAB I
KONSEP DASAR MEDIS
A. PENGERTIAN KANKER PARU
Kanker paru adalah tumor ganas paru primer yang berasal dari saluran
napas atau epitel bronkus. Terjadinya kanker ditandai dengan pertumbuhan sel
yang tidak normal, tidak terbatas, dan merusak sel-sel jaringan yang normal.
Proses keganasan pada epitel bronkus didahului oleh masa pra kanker. Perubahan
pertama yang terjadi pada masa prakanker disebut metaplasia skuamosa yang
ditandai dengan perubahan bentuk epitel dan menghilangnya silia (Robbin &
Kumar, 2007).
Kanker paru merupakan abnormalitas dari sel-sel yang mengalami
proliferasi dalam paru (Underwood, Patologi, 2000).
Kanker paru-paru adalah pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali
dalm jaringan paru-paru dapat disebabkan oleh sejumlah karsinogen, lingkungan,
terutama asap rokok ( Suryo, 2010).
B. ETIOLOGI
Seperti umumnya kanker yang lain, penyebab yang pasti dari kanker paru
belum diketahui, tapi paparan atau inhalasi berkepanjangan suatu zat yang bersifat
karsinogenik merupakan faktor penyebab utama disamping adanya faktor lain
seperti kekebalan tubuh, genetik, dan lain-lain.
a. Merokok
Menurut Van Houtte, merokok merupakan faktor yang berperan
paling penting, yaitu 85% dari seluruh kasus ( Wilson, 2005). Rokok
mengandung lebih dari 4000 bahan kimia, diantaranya telah diidentifikasi
dapat menyebabkan kanker. Kejadian kanker paru pada perokok dipengaruhi
oleh usia mulai merokok, jumlah batang rokok yang diisap setiap hari,
lamanya kebiasaan merokok, dan lamanya berhenti merokok .
b. Perokok pasif
Semakin banyak orang yang tertarik dengan hubungan antara
perokok pasif, atau mengisap asap rokok yang ditemukan oleh orang lain di
1
dalam ruang tertutup, dengan risiko terjadinya kanker paru. Beberapa
penelitian telah menunjukkan bahwa pada orang-orang yang tidak merokok,
tetapi mengisap asap dari orang lain, risiko mendapat kanker paru meningkat
dua kali .
c. Polusi udara
Kematian akibat kanker paru juga berkaitan dengan polusi udara,
tetapi pengaruhnya kecil bila dibandingkan dengan merokok kretek.
Kematian akibat kanker paru jumlahnya dua kali lebih banyak di daerah
perkotaan dibandingkan dengan daerah pedesaan. Bukti statistik juga
menyatakan bahwa penyakit ini lebih sering ditemukan pada masyarakat
dengan kelas tingkat sosial ekonomi yang paling rendah dan berkurang pada
mereka dengan kelas yang lebih tinggi. Hal ini, sebagian dapat dijelaskan
dari kenyataan bahwa kelompok sosial ekonomi yang lebih rendah
cenderung hidup lebih dekat dengan tempat pekerjaan mereka, tempat udara
kemungkinan besar lebih tercemar oleh polusi. Suatu karsinogen yang
ditemukan dalam udara polusi (juga ditemukan pada asap rokok) adalah 3,4
benzpiren.
d. Paparan zat karsinogen
Beberapa zat karsinogen seperti asbestos, uranium, radon, arsen,
kromium, nikel, polisiklik hidrokarbon, dan vinil klorida dapat
menyebabkan kanker paru . Risiko kanker paru di antara pekerja yang
menangani asbes kira-kira sepuluh kali lebih besar daripada masyarakat
umum. Risiko kanker paru baik akibat kontak dengan asbes maupun
uranium meningkat kalau orang tersebut juga merokok.
D. PATOFISIOLOGI
Ada tiga langkah perkembangan kanker, yaitu insiasi, promosi dan
progresi.Insiasi atau tahap awal yang dimulai dengan sel-sel yang normal
mengadakan kontak dengan karsinogen.Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen
atau sub- bronkus menyebabkan silia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi
pengendapan karsinogen.Tahap kedua yaitu promosi, dengan adanya pengendapan
karsinogenmaka menyebabkan metaplasia, hiperplasia, dan displasia.Termasuk
2
dalamfaktor-faktor promosi yaitu rokok, penyalahgunaan alkohol, dan komponen
makanan yang terus menerus mempengaruhi sel-sel yang sudah mengadakan
mutasi atau perubahan.Faktor-faktor promotor ini menambah perubahan
struktur sel, sehingga kecepatan mutasi spontan juga bertambah.Selain itu jumlah
sel-selyang tidak normal juga meningkat. Pada tahap akhir yaitu progresi: bila
lesi perifer yang disebabkan oleh metaplasia, hiperplasia, dan displasia menembus
ruang pleura biasa timbul efusi pleura, dan bisa di ikuti invasi langsung pada kostadan korpus
vertebra. Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang
terbesar.Lesi ini menyebabkan obstruksi dan ulserasi bronkus diikuti dengan
supurasi dibagian distal. Gejala-gejala yang timbul dapat berupa batuk, hemoptisis,
dipsnea, demam dan dingin. Wheezing unilateral dapatterdengar pada auskultasi.Pada
stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya menunjukkan adanya metastase,
khususnya pada hati.Kanker paru dapat bermetastase ke struktur-struktur terdekat
seperti kelenjar limfe, dinding esofagus, perikardium, otak, tulang rangka.
E. GEJALA KLINIS
Pada fase awal kebanyakan kanker paru tidak menunjukkan gejala-gejala
klinis. Bila sudah menampakkan gejala berarti pasien dalam stadium lanjut.
Gejala-gejala dapat bersifat :
a. Batuk baru atau batuk lebih hebat pada batuk kronis
b. Hemoptisis
c. Mengi (wheezing, stridor) karena ada obstruksi saluran nafas
d. Kadang terdapat kavitas seperti abses paru
e. Ateletaksis
f. Nyeri dada
g. Sistemik : penurunan berat badan, anoreksia, demam
h. Hematologi : leukositosis, anemia, hiperkoagulasi
F. KOMPLIKASI
1. Hemothora
2. Pneumothorak .
3. Atelektasis
.
3
4. Abses Paru
5. Emfisema.
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium ditujukan untuk :
a. Menilai seberapa jauh kerusakan yang ditimbulkan oleh kanker paru.
Kerusakan pada paru dapat dinilai dengan pemeriksaan faal paru atau
pemeriksaan analisis gas.
b. Menilai seberapa jauh kerusakan yang ditimbulkan oleh kanker paru
pada organ-organ lainnya.
c. Menilai seberapa jauh kerusakan yang ditimbulkan oleh kanker paru
pada jaringan tubuh baik oleh karena tumor primernya maupun oleh
karena metastasis.
2. Radiologi
Pemeriksaan radiologi adalah pemeriksaan yang paling utama
dipergunakan untuk mendiagnosa kanker paru. Kanker paru memiliki
gambaran radiologi yang bervariasi. Pemeriksaan ini dilakukan untuk
menentukan keganasan tumor dengan melihat ukuran tumor, kelenjar
getah bening, dan metastasis ke organ lain.
Pemeriksaan radiologi dapat dilakukan dengan metode tomografi
komputer. Pada pemeriksaan tomografi komputer dapat dilihat hubungan
kanker paru dengan dinding toraks, bronkus, dan pembuluh darah secara
jelas. Keuntungan tomografi komputer tidak hanya memperlihatkan
bronkus, tetapi juga struktur di sekitar lesi serta invasi tumor ke dinding
toraks. Tomografi komputer juga mempunyai resolusi yang lebih tinggi,
dapat mendeteksi lesi kecil dan tumor yang tersembunyi oleh struktur
normal yang berdekatan.
3. Sitologi
Sitologi merupakan metode pemeriksaan kanker paru yang
mempunyai nilai diagnostik yang tinggi dengan komplikasi yang rendah.
Pemeriksaan dilakukan dengan mempelajari sel pada jaringan.
4
Pemeriksaan sitologi dapat menunjukkan gambaran perubahan sel, baik
pada stadium prakanker maupun kanker. Selain itu dapat juga
menunjukkan proses dan sebab peradangan.
Pemeriksaan sputum adalah salah satu teknik pemeriksaan yang
dipakai untuk mendapatkan bahan sitologik. Pemeriksaan sputum adalah
pemeriksaan yang paling sederhana dan murah untuk mendeteksi kanker
paru stadium preinvasif maupun invasif. Pemeriksaan ini akan memberi
hasil yang baik terutama untuk kanker paru yang letaknya sentral.
Pemeriksaan ini juga sering digunakan untuk skrining terhadap kanker
paru pada golongan risiko tinggi.
4. Bronkoskopi
Setiap pasien yang dicurigai menderita tumor bronkus merupakan
indikasi untuk bronkoskopi. Dengan menggunakan bronkoskop fiber
optik, perubahan mikroskopik mukosa bronkus dapat dilihat berupa nodul
atau gumpalan daging. Bronkoskopi akan lebih mudah dilakukan pada
tumor yang letaknya di sentral. Tumor yang letaknya di perifer sulit
dicapai oleh ujung bronkoskop.
5. Biopsi Transtorakal
Biopsi aspirasi jarum halus transtorakal banyak digunakan untuk
mendiagnosis tumor pada paru terutama yang terletak di perifer. Dalam
hal ini diperlukan peranan radiologi untuk menentukan ukuran dan letak,
juga menuntun jarum mencapai massa tumor. Penentuan letak tumor
bertujuan untuk memilih titik insersi jarum di dinding kulit toraks yang
berdekatan dengan tumor.
6. Torakoskopi
Torakoskopi adalah cara lain untuk mendapatkan bahan guna
pemeriksaan histopatologik untuk kanker paru. Torakoskopi adalah
pemeriksaan dengan alat torakoskop yang ditusukkan dari kulit dada ke
dalam rongga dada untuk melihat dan mengambil sebahagian jaringan
paru yang tampak.
Pengambilan jaringan dapat juga dilakukan secara langsung ke
5
dalam paru dengan menusukkan jarum yang lebih panjang dari jarum
suntik biasa kemudian dilakukan pengisapan jaringan tumor yang ada .
H. PENATALAKSANAAN
1. Pembedahan
Pembedahan pada kanker paru bertujuan untuk mengangkat tumor
secara total berikut kelenjar getah bening disekitarnya. Hal ini biasanya
dilakukan pada kanker paru yang tumbuh terbatas pada paru yaitu stadium
I (T1 N0 M0 atau T2 N0 M0), kecuali pada kanker paru jenis SCLC. Luas
reseksi atau pembedahan tergantung pada luasnya pertumbuhan tumor di
paru. Pembedahan dapat juga dilakukan pada stadium lanjut, akan tetapi
lebih bersifat paliatif. Pembedahan paliatif mereduksi tumor agar
radioterapi dan kemoterapi lebih efektif, dengan demikian kualitas hidup
penderita kanker paru dapat menjadi lebih baik.
Pembedahan untuk mengobati kanker paru dapat dilakukan dengan
cara :
a. Wedge Resection, yaitu melakukan pengangkatan bagian paru
yang berisi tumor, bersamaan dengan margin jaringan normal.
b. Lobectomy, yaitu pengangkatan keseluruhan lobus dari satu
paru.
c. Pneumonectomy, yaitu pengangkatan paru secara keseluruhan.
Hal ini dilakukan jika diperlukan dan jika pasien memang
sanggup bernafas dengan satu paru.
2. Radioterapi
Radioterapi dapat digunakan untuk tujuan pengobatan pada kanker
paru dengan tumor yang tumbuh terbatas pada paru. Radioterapi dapat
dilakukan pada NCLC stadium awal atau karena kondisi tertentu tidak
dapat dilakukan pembedahan, misalnya tumor terletak pada bronkus utama
sehingga teknik pembedahan sulit dilakukan dan keadaan umum pasien
tidak mendukung untuk dilakukan pembedahan.
Terapi radiasi dilakukan dengan menggunakan sinar X untuk
membunuh sel kanker. Pada beberapa kasus, radiasi diberikan dari luar
6
tubuh (eksternal). Tetapi ada juga radiasi yang diberikan secara internal
dengan cara meletakkan senyawa radioaktif di dalam jarum, dengan
menggunakan kateter dimasukkan ke dalam atau dekat paru-paru. Terapi
radiasi banyak dipergunakan sebagai kombinasi dengan pembedahan atau
kemoterapi.
3. Kemoterapi
Kemoterapi pada kanker paru merupakan terapi yang paling umum
diberikan pada SCLC atau pada kanker paru stadium lanjut yang telah
bermetastasis ke luar paru seperti otak, ginjal, dan hati. Kemoterapi dapat
digunakan untuk memperkecil sel kanker, memperlambat pertumbuhan,
dan mencegah penyebaran sel kanker ke organ lain. Kadang-kadang
kemoterapi diberikan sebagai kombinasi pada terapi pembedahan atau
radioterapi. Penatalaksanaan ini menggunakan obat-obatan (sitostatika)
untuk membunuh sel kanker. Kombinasi pengobatan ini biasanya
diberikan dalam satu seri pengobatan, dalam periode yang memakan
waktu berminggu-minggu atau berbulan-bulan agar kondisi tubuh
penderita dapat pulih .
I. PROGNOSIS
Sebagian besar kanker paru tidak bisa disembuhkan secara total. Pada
lebih dari 50% pasien yang diagnosis, kanker telah menyebar ke seluruh tubuh
(metastasis). Melalui aliran darah dan getah bening, sel kanker dapat menyebar ke
tulang, otak, hati dan kelenjar adrenal.Tidak ada yang dapat memastikan harapan
hidup pasien. Hal ini sangat tergantung pada tahap apa kanker ditemukan, kondisi
dan usia pasien, dan bagaimana respon kanker terhadap pengobatan. Karsinoma
sel kecil seringkali ditemukan terlambat sehingga penyembuhan tidak mungkin
lagi. Kelangsungan hidup rata-rata pasien ini sekitar 8-9 bulan. Pasien karsinoma
non-sel kecil cenderung memiliki prospek lebih baik, bisa sampai 5 tahun sejak
didiagnosis.
7
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN POT OP BPH
A. PENGKAJIAN
1. Pemeriksaan Fisik
a) Inspeksi
Secara umum biasanya klien tampak kurus, terlihat batuk, dengan/
tanpa peningkatan produksi secret. Pergerakan dada bias asimetris
apabila terjadikomplikasi efusi pleura dengan hemoragi. Gejala-gejala
umum seperti anoreksia, lelah, dan berkurangnya berat badan
merupakan gejala lanjutan.
b) Palpasi
Pada palpasi, ekspansi meningkat dan taktil fremitus biasanya menurun.
c) Perkusi
Pada perkusi, didaptkan suaranormal sampai hipersonor.
d) Auskultasi
Didapatkan bunyi stridor lokal, wheezing unilateral didapatkan
apabilakarsinoma melibatkan penyempitan bronkus dan ini merupakan
tanda khas pada tumor bronchus.Penyebaran local tumor ke struktur
mediastinum dapatmenimbulkan suara serak akibat terserangnya saraf
rekuren, terjadi disfagiaakibat keterlibatan esophagus, dan paralysis
hemidiafragma akibat keterlibatansaraf frenikus.
2. Keluhan Utama
Keluhan utama bisanya bervariasi seperti keluhan batuk, batuk produktif,
batuk darah, dan sesak napas.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat penyakit saat ini biasanya keluhan hamper sama dengan jenis
penyakit paru yang lain dan tidak mempunyai awitan (onset) yang khas.
Batuk merupakan gejala umum yang seringkali diabaikan oleh klien atau
dianggapsebagai akibat merokok atau bronkitis. Bila karsinoma bronkus
8
berkembang pada klien dengan bronchitis kronis, batuk akan timbul lebih
sering dan volumesputum bertambah.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Terdapat juga bukti bahwa anggota keluarga dari klien dengan Ca paru
beresiko lebih besar mengalami penyakit ini, walaupun masih belum
dipastikan apakahhal ini benar-benar karena faktor herediter atau karena
faktor familial.
5. Riwayat Penyakit Masa Lalu
Menyakan riwayat perokok pasien, pajanan asbestos. Pernahkah menjalani
radioterapi atau kemoterapi. Jika pasien bermaksud
melakukan pneumonektomi/ lobektomi tanyakan fungsi paru dan penyakit
kardio respiratorius lain.
6. Pengkajian Pola Gordon
a. Persepsi-Manajemen
Kesehatan tingkat pengetahuan pasien tentang Ca paru. Tindakan yang
dilakukan pasien untuk mengurangi rasa sakit atau rasa nyeri.
b. Nutrisi
1) Kebiasaan diet buruk (misal: rendah serat, tinggi lemak, adiktif,
bahan pengawet )
2) Anoreksia, mual/ muntah
3) Intoleransi makanan
4) Perubahan pada berat badan
5) Edema wajah/ leher, dada, punggung (destruksi vena kava); edema
wajah/ periorbital (ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel
kecil)
6) Glukosa dalam urine (ketidakseimbangan hormonal, tumor
epidermoid)
c. Eliminasi
1) Diarea yang hilang timbul
2) Peningkatan jumlah atau frekuensi urin
d. Aktivitas dan Latihan
9
1) Kelemahan
2) Ketidakmampuan mempertahankan kebiasaan rutin
3) Dispnea karena aktivitas
4) Takikardia/ disritmia
5) JVP (obstruksi vena kava)
6) Nyeri dada, nyeri bahu/ tangan, nyeri tulang/ sendi, dan nyeri
abdomen hilang timbul
e. Seksualitas
1) Ginekomastia (perubahan hormone neoplastik, karsinoma sel
besar)
2) Amenorea/ impoten
f. Istirahat dan Tidur
Insomnia
g. Kebutuhan rasa nyaman
1) Nyeri dada di mana dapat / tidak dapat dipengaruhi oleh perubahan
posisi
2) Nyeri bahu/ tangan
3) Nyeri tulang/ sendi
4) Nyeri abdomen hilang timbul
h. Konsep Diri
Menolak kondisi yang berat/ potensial keganasan
i. Stres koping
1) Perasaan takut
2) Kegelisahan
j. Hubungan Peran
Kelemahan/ ketidakadekuatan sistem pendukung
k. Spiritual
Kegiatan beribadah saat pasien sakit
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan napas tidak efektif
2. Kerusakan pertukaran gas
10
3. Nyeri
4. Kurang pengetahuan
5. ansietas
C. INTERVENSI (RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN)
1. Preoperasi
a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan
sekresi trachea bronkial.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam
mempertahankan bersihan jalan napas. Kriteria hasil:
1) Napas vesikuler
2) Hilangnya dyspnea
3) Mengeluarkan secret tanpa kesulitan.
Intervensi:
a. Catat perubahan upaya dan pola bernapas.
Rasional: Penggunaan otot interkostal atau abdominal dan
pelebaran nasalmenunjukan peningkatan upaya bernapas.
b. Catat karateristik batuk, produksi dan karateristik sputum.
Rasional: Karateristik batuk dapat berubah tergantung pada
penyebab gagal pernapasan. Sputum bila ada mungkin banyak,
kental, berdarah, purulen.
c. Pertahankan posisi tubuh atau kepala tepat.
Rasional: Memudahkan jalan napas.
d. Kolaborasi pemberian bronkodilator.
Rasional: Obat diberikan untuk menghilangan spasme bronkus,
Menurunkanviskositas secret.
e. Bantu pasien untuk napas dalam dan batuk efektif.
Rasional:Memungkinkan ekspansi paru maksimal dan membuang
secret.
b. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai
oksigen (hipoventilasi).
11
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam
menunjukan perbaikansuplai oksigen. Kriteria hasil:
1) RR 20x/menit
2) Napas vesikuler
3) Berkuranganya atau tidak adanya bunyi tambahan (krekels, mengi)
Intervensi:
a. Kaji status pernapasan, catat peningkatan frekuensi pernapasan atau
pola napas.
Rasional: Dispnea merupakan mekanisme kompensasi adanya
tahanan jalan napas.
b. Catat adanya bunyi tambahan, missal krekels, mengi.
Rasional: Bunyi napas dapat menurun, tidak sama pada area yang
sakit. Krekelsadalah bukti peningkatan cairan dalam area jaringan
sebai akibat peningkatan permiabilitas membrane alveolar-
kapiler.Mengi adalah bukti adanya tahanan atau penyempitan jalan
napas sehubungan dengan mukus atau edema serta tumor.
c. Ubah posisi dengan sering, letakkan pasien pada posisi duduk juga posis
iterlentang sampai posisi miring.
Rasional: Memaksimalkan ekspansi paru dan drainase secret.
d. Dorong atau bantu dengan latihan napas dalam
Rasional: Meningkatkan ventilasi maksimal dan oksigenasi.
e. Berikan oksigen tambahan melalui nasal atau masker sesuai
indikasi.
Rasional: Memaksimalkan sediaan oksigen
f. Awasi gambaran GDA dan kadar HB.
Rasional: Penurunan PaO2 dapat menunjukan kebutuhan untuk
dukunganventilasi. Kehilangan darah bermakna dapat
mengakibatkan penurunan kapasitas pembawa oksigen,
menurunkan PaO2.
12
c. Nyeri berhubungan dengan tekanan tumor pada sekitar struktur dan
erosi jaringan. Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
3 x 24 jam nyeri dapat diminimalisir. Kriteria hasil:
1) Menyatakan secara verbal pengetahuan tentang cara alternative
untuk mengurangi nyeri
2) Melaporkan kesejahteraan fisik dan psikologis
3) Mengenali factor-faktor yang meningkatkan dan melakukan
tindakan pencegahan nyeri.
Intervensi:
a. Tawarkan tindakan pengurang nyeri untuk membantu pengobatan
nyeri (tehnik relaksasi, massage punggung)
Rasional: dengan tehnik relaksasi dan massage punggung
diharapkan mampu meminimalisir nyeri yang dirasakan pasien
b. Bantu pasien dalam mengidentifikasi tingkat nyeri yang beralasan
dan dapat dietrima
Rasional: mengikutsertakan tingkat nyeri dengan menanyakan
seberapa nyeri yangdirasakan pasien dalam memakai skala nyeri
c. Tingkatkan istirahat/tidur yang adekuat untuk memfasilitasi
pengurangan nyeri
Rasional: dengan istirahat dimampukan pasien mampu mengurangi
nyeri yangdirasakan pasien
d. Berikan pengobatan sebelum aktivitas untuk meminimalisir nyeri
Rasional: dengan pengobatan mampu meminimalisir nyeri yang tak
tertahankan pada pasien kanker. Obat yang digunakan adalah obat
yang mengandung morfin.
d. Kurang pengetahuan: mengenai kondisi, tindakan, prognosi
Dapat dihubungkan:
a. Kurang informasi
b. Kesalahan interpretasi informasi
c. Kurang mengingat
Kriteria hasil:
13
a. Menjelaskan hubungan antara proses penyakit dan terapi.
b. Menggambarkan/ menyatakan diet, obat, dan program aktivitas.
c. Mengidentifikasi dengan benar tanda dan gejala yang memerlukan
perhatian medik.
d. Membuat perencanaan untuk perawatan lanjut.
Intervensi:
a. Dorong belajar untuk memenuhi kebutuhan pasien. Beriak
informasi dalam cara yang jelas/ ringkas.
Rasional: Sembuh dari gangguan gagal paru dapat sangat
menghambat lingkup perhatian pasien, konsentrasi dan energi
untuk penerimaan informasi/ tugas baru.
b. Berikan informasi verbal dan tertulis tentang obat.
Rasional: Pemberian instruksi penggunaan obat yang aman
memmampukan pasien untuk mengikuti dengan tepat program
pengobatan.
c. Kaji konseling nutrisi tentang rencana makan; kebutuhan makanan
kalori tinggi.
Rasional: Pasien dengan masalah pernafasan berat biasanya
mengalami penurunan berat badan dan anoreksia sehingga
memerlukan peningkatan nutrisi untuk menyembuhan.
d. Berikan pedoman untuk aktivitas.
Rasional: Pasien harus menghindari untuk terlalu lelah dan
mengimbangi periode istirahatdan aktivitas untuk meningkatkan
regangan/ stamina dan mencegah konsumsi/ kebutuhan oksigen
berlebihan.
2. Pasca operasi
a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan
jumlah atauviskositas cairan.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam secret
dapat dikeluarkan. Kriteria Hasil:
1. Bunyi napas vesikuler.
14
2. Cairan secret berkurang.
Intervensi:
a. Auskultasi dada untuk karateristik bunyi napas dan adanya secret
Rasional: Pernapasan bising, ronki dan mengi menunjukan
tertahannya secret.
b. Bantu pasien untuk napas dalam dan batuk efektif.
Rasional: memungkinkan ekspansi paru dan membuang secret.
c. Observasi jumlah dan karakter sputum atau aspirasi secret.
Rasional: Peningkatan jumlah secret awalnya normal dan harus
menurun.
d. Dorong masukan cairan per oral (sedikitnya 2500 ml/hr) dalam
toleransi jantung.
Rasional: Hidrasi adekuat untuk mempertahankan secret hilang.
e. Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspaktoran dan analgetik
sesuai indikasi.
Rasional: Menghilangkan spasme bronkus untuk memperbaiki
aliran udara,mengencerkan dan menurunkan viskositas secret
b. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan pengangkatan jaringan
paru.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam bebas
gejala distress pernapasan. Kriteria Hasil:
1. RR 20x/menit
2. Napas vesikuler
Intervensi:
a. Catat frekuensi, kedalaman, dan kemudahan pernapasan. Observasi
penggunaanobat bantu, napas bibir.
Rasional: Pernapasan meningkat sebagai akibat nyeri.
b. Auskultasi paru untuk gerakan udara dan bunyi napas tidak normal.
Rasional: Konsolidasi dan kurangnya gerakan udara pada sisi yang
di operasinormal.
15
c. Pertahankan kepatenan jalan napas pasien dengan memberikan
posisi, penghisapan dan penggunaan alat.
Rasional: Obstruksi jalan napas mempengaruhi ventilasi
d. Ubah posisi dengan sering, letakan pada posisi terlentang sampai
miring. Rasional: Memaksimalkan ekspansi paru dan drainase
secret.
e. Dorong atau bantu dengan latihan napas dalam
Rasional: meningkatkan ventilasi maksimal dan oksigenasi.
c. Nyeri (akut) berhubungan dengan insisi bedah, trauma jaringan dan
gangguan saraf internal.
Tujuan: Setelah di lakukan tindakan keperawatan 1x24 jam rasa nyeri
berkurang. Kriteria Hasil:
1. Nyeri terkontrol.
2. Pasien tampak rileks.
Intervensi:
a. Tanyakan pasien tentang nyeri, karateristik nyeri, dan insensitas
pada skala 0-10.
Rasional: Membantu dalam evaluasi gejala nyeri.
b. Kaji pernyataan verbal dan non verbal nyeri pasien
Rasional: Dapat member petunjuk derajat nyeri.
c. Catat kemungkinan penyebab nyeri baik ptofisiologi dan psilkologi.
Rasional: Insisi poskerolateral lebih tidak nyaman untuk pasien
daripadainsisi anterolateral. Selain itu takut, distress, ansietas, dan
kehilangan dapat menggangu kemampuan mengatasinya.
d. Dorong menyatakan perasaan tentang nyeri.
Rasional: Takut atau masalah dapat meningkatkan tegangan otot
danmenurunkan ambang persepsi nyeri.
e. Berikan tindakan kenyamanan, dorong dan anjurkan penggunaan
teknik relaksasi.
Rasional: Meningkatkan relaksasi dan pengalihan perhatian.
d. Ketakutan atau anxietas berhubungan dengan faktor psikologi.
16
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam pasien
tampak rileks. Kriteria hasil:
1. Wajah tampak rileks.
2. Mengakui dan mendiskusikan takut.
3. Menyatakan rasa takut.
Intervensi:
a. Evaluasi tingat pemahaman pasien atau orang terdekat tentang
diagnosa.
Rasional: Pasien dan orang terdekat mendengar dan mengasimilasi
informasi baruyang meliputi perubahan pada gambaran diri dan
pola hidup. Pemahaman persepsiini melibatkan susunan tekanan
perawatan individu dan memberikan informasiyang perlu untuk
memilih intervensi yang tepat.
b. Akui rasa takut atau masalah pasien dan dorong mengekspresikan
perasaan. Rasional: Dukungan memampukan pasien mulai
membuka atau menerimakenyataan kanker dan pengobatanya.
c. Terima penyangkalan pasien tetapi jangan dikuatkan.
Rasional: Bila penyangkalan ekstrim atau ansietas mempengaruhi
kemajuan penyembuhan, menghadapi isu pasien perlu dijelaskan
dan membuka car penyelesiannya.
d. Beriakan kesempatan untuk bertanya dan jawab dengan jujur.
Yakinkan bahwa pasien dan pemberi perawatan mempunyai
pemahaman yang sama. Rasional: Membuat kepercayaan dan
menurunkan kesalahan persepsi atau salah interpretasi terhadap
informasi.
e. Libatkan pasien atau orang terdekat dalam perencanaan perawatan.
Berikan waktuuntuk menyiapkan peristiwa atau pengobatan.
Rasional: Dapat membantu memperbaiki beberapa perasaan control atau
kemandirian pada pasien yang merasa tak berdaya dalam menerima
pengobatandan diagnosa.
17
DAFTAR PUSTAKA
Anonym. 2011. Nanda Nic Noc PSIK UMM. http//www.umm.ac.id di update tanggal 9 Desember 2014
Doenges, M.E., Marry, F..M and Alice, C.G., 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Sudoto, Aru W, dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI, Jakarta.
Suyono, Slamet, (2001), Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Edisi 3, Balai Penerbit FKUI, Jakarta
Wilkinson. 2011. Buku Saku Diagnosa Keperawatn Edisi 9. Jakarta : EGC
18