ca hepar uwi
DESCRIPTION
heparTRANSCRIPT
BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAMRUMAH SAKTI DUSTIRA/FAK. KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANICIMAHI
Nama Penderita : Tn. Amrizal Ruangan : X
Jenis Kelamin : Laki-laki No. Cat. Med : 17.03.95
Agama : Islam Usia : 48 tahun
Bangsa : Indonesia
Jabatan/Pekerjaan : TNI-AD / Kopka
Nama & Alamat Keluarga
: Jl. Marga asih rt 03 / rw 18, cimahi
Dikirim Oleh : Keluarga
Tanggal Dirawat : 6 Juli 2006 Jam : 10.50 WIB
Tanggal Diperiksa (Co-Ass)
: 7 Juli 2006
Diagnosa Kerja
Dokter : Carsinoma hepatoseluler primer
Co-ass : Carsinoma hepatoseluler primer
KELUHAN UTAMA : Nyeri perut kanan atas
I. ANAMNESA KHUSUS : (Autoanamnesa dan Heteroanamnesa)
Sejak 1 bulan yang lalu, penderita mengeluh nyeri perut kanan atas yang terasa
hampir terus-menerus dan bertambah hebat nyerinya apabila penderita banyak bergerak atau
bekerja terlalu capek. Nyeri perut kanan atas juga lebih terasa bila penderita batuk-batuk, atau
bernafas dalam dan bersin. Keluhan nyeri perut kanan atas tidak berkurang dengan posisi
membungkuk ataupun tidur miring ke kiri. Keluhan tidak dirasakan menjalar ke daerah bahu.
Keluhan tidak berhubungan dengan makanan atau minuman.
Keluhan tersebut disertai dengan adanya benjolan di perut kanan atas, mula-mula
sebesar telur burung puyuh yang makin lama makin membesar dan sekarang sudah sebesar
kepalan tangan orang dewasa. Keluhan disertai dengan rasa sesak karena benjolan di perut
kanan atas menjadi besar. Keluhan juga disertai dengan penurunan berat badan, menurut
penderita 1 bulan yang lalu berat badannya 60 kg, dan sekarang berat badannya menjadi 50
1
kg. Benjolan di perut kanan atas tidak disertai dengan perut menjadi besar, maupun bengkak
pada kedua kaki. Keluhan benjolan pada perut kanan atas diketahui penderita.
Sejak 2 minggu yang lalu penderita merasa panas badan yang hilang timbul tanpa
sebab yang jelas, dan badan yang lemah dan lesu. Penderita juga merasa mual tetapi tidak
muntah, dan penderita merasa perutnya selalu cepat penuh atau lekas kenyang walaupun
penderita baru memakan 2-3 sendok nasi. Selain itu, penderita juga mengeluh urinenya
berwarna seperti air teh pekat dan BABnya berwarna kuning pucat, tetapi tidak seperti
dempul.
Adanya keluhan BAB seperti kotoran kambing atau BAB disertai darah, tidak ada. Keluhan
BAK disertai batu atau darah, tidak ada.
Penderita mengaku minum minuman yang mengandung alkohol sejak tahun 1997 sampai
dengan sekarang.
Penderita mengaku sering memakan makan makanan tempe bongkrek dan oncom sejak kecil
sampai sekarang.
Penderita tidak pernah menderita sakit kuning sebelumnya
Riwayat mendapatkan transfusi darah, menggunakan alat suntik bersama-sama, menggunakan
sikat gigi bersama-sama, dicabut gigi, ditindik, dan ditato dalam 6 bulan terakhir tidak ada.
2
Panas badan : kadang-kadang Nyeri lokal a/r hipokondrium kanan
Nafsu makan : ada, menurun Nyeri tekan : ada
Tidur : ada, gelisah Nyeri seluruh perut : ada
Edema : tidak ada Nyeri berubungan dengan
Ikterus : tidak ada Makanan : tidak ada
Haus : tidak ada BAB : tidak ada
Berat badan : ada, menurun Haid : -
B Keluhan organ kepala Perasaan tumor di perut : ada
Penglihatan : ada, berkurang Muntah-muntah : tidak ada
Hidung : tidak ada Diare : tidak ada
Lidah : tidak ada Obstipasi : ada
Gangguan menelan : tidak ada Tenesmus ad anum : tidak ada
Pendengaran : tidak ada Perubahan dalam b.a.b : tidak ada
Mulut : tidak ada Perubahan dalam miksi : ada
Gigi : tidak ada Perubahan dalam haid : -
Suara : tidak ada F Keluhan tangan dan kaki
C Keluhan organ di leher Rasa kaku : tidak ada
Rasa sesak di leher : tidak ada Rasa lelah : ada
Pembesaran kelenjar : tidak ada Mialgia/atralgia : tidak ada
Kaku duduk : tidak ada Parestesi/estesi : tidak ada
D Keluhan organ di thorax Parese/paraparese : tidak ada
Sesak napas : ada Fraktur : tidak ada
Sakit dada : tidak ada Claudicatio : tidak ada
Napas berbunyi : tidak ada Nyeri tekan : tidak ada
Batuk : tidak ada Luka/bekas luka : tidak ada
Jantung berdebar : tidak ada Edema : tidak ada
G Keluhan-keluhan lain
ANAMNESA TAMBAHAN Kulit : tidak ada
Gizi : Kualitas kurang Ketiak : tidak ada
Kwantitas kurang Keluhan kelenjar limfe : tidak ada
Penyakit menular : tidak ada Keluhan kelenjar endokrin
Penyakit turunan : tidak ada Tiroid : tidak ada
Ketagihan : tidak ada Haid : -
Penyakit venerik : tidak ada D.M : tidak ada
Lain-lain : tidak ada
4
STATUS PASIENI. KESAN UMUMa. Keadaan umumKesan sakitnya : tampak sakit sedang Kesadarannya : kompos mentis Pergerakannya : kurang aktifKeadaan gizi : cukupTinggi badan : 162 cmGizi kulit : cukupTidur : terlentang dengan satu bantalWatak : kooperatifUmur yang ditaksir : 48 tahunBentuk badan : astenikusBerat badan : 50 kgGizi otot : cukupKulit : ikterik (-), turgor kulit cukup
Keadaan sirkulasi Suhu : 36,7 0C Tekanan darah :100/70mmHg Nadi Ka
Nadi Ki: 72 x/m: 72 x/m
, Reguler, equal, isi cukup, Reguler, equal, isi cukup
Keringat dingin : tidak ada Sianose : tidak ada
Keadaan pernapasanTipe : Abdominal thoracalFrekuensi : 28 x/menitCorak : Normal Hawa/bau nafas : Feotor hepatikum (-)Bunyi nafas : tidak ada kelainan
II. PEMERIKSAAN FISIK
a. Kepala
1. tengkorak :
- inspeksi : simetris
- palpasi : tidak ada kelainan
2. muka :
- inspeksi : simetris, puffy face (-)
- palpasi : tidak ada kelainan
3. mata :
- letak : simetris
- kelopak mata : oedem (-)
- kornea : tidak ada kelainan
- pupil : bulat, isokor
5
- reaksi konvergensi : +/+
- Sklera : ikterik +/+
- Pergerakaan : normal, ke segala arah
- Konjungtiva : anemis -/-
- Iris : tidak ada kelainan
- Reaksi cahaya : direk +/+ indirek +/+
- Visus : berkurang
- Funduskopi : tidak dilakukan pemeriksaan
4. Telinga
Inspeksi : tidak ada kelainan
Palpasi : tidak ada kelainan
Pendengaran : tidak ada kelainan
5. Hidung
Inspeksi : tidak ada kelainan
Sumbatan : tidak ada
Ingus : tidak ada
Bentuk : tidak ada kelainan
6. Bibir
Sianosis : tidak ada
Kheilitis : tidak ada
Stomatitis angularis : tidak ada
Rhagaden : tidak ada
Perleche : tidak ada
7. Gigi dan gusi
8. Lidah
Sianosis : tidak ada
Besar : normal
Pergerakan : tidak ada kelainan
Bentuk : tidak ada kelainan
Permukaan : basah, bersih. Frenulum linguale ikterik (-)
9. Rongga mulut
6
7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 87 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
Selaput lendir
Hiperemis : tidak ada
Lichen : tidak ada
Aphtea : tidak ada
Bercak : tidak ada
10. Rongga leher
Selaput lendir : tidak ada kelainan
Dinding belakang pharinx : tidak hiperemis
Tonsil : tidak ada kelainan
b. Leher
- Inspeksi
Gld. Tiroid : tidak tampak membesar
Pembesaran vena : tidak ada
Pulsasi vena leher : tidak terlihat
Tekanan vena : tidak meningkat
- Palpasi
Trachea : tidak ada deviasi
Gld. Tiroid : tidak teraba membesar
Otot leher : tidak ada kelainan
Kel. getah bening : tidak teraba membesar
Tumor : tidak ada
Kaku kuduk : tidak ada
c. Ketiak
- Inspeksi
Rambut ketiak : tidak ada kelainan
Tumor : tidak ada
- Palpasi
Kel. Getah bening : tidak teraba membesar
Tumor : tidak ada
d. Pemeriksaan Thorax
Thorax depan
7
Inspeksi
Bentuk umum : simetris
Sela iga : tidak melebar, tidak menyempit
Sudut epigastrium < 900
Diameter frontal dan sagital : Ǿ frontal < Ǿ sagital
Pergerakan : simetris
Muskulatur : tidak ada kelainan
Kulit : ikterik (-), spider naevi (-)
Tumor : tidak ada
Ictus cordis : tidak terlihat
Pulsasi lain : tidak ada
Pelebaran vena : tidak ada venektasi
Palpasi
Kulit : tidak ada kelainan
Muskulatur : tidak ada kelainan
Mammae : gynecomastia (-)
Sela iga : tidak melebar, tidak menyempit
Thorax dan paru kanan kiri
- Pergerakan : simetris, paru kanan = paru kiri
- Vokal fremitus : normal, kanan = kiri
Iktus cordis
- Lokalisasi : teraba, ICS V linea mid clavicularis sinistra
- Intensitas : tidak kuat angkat
- Pelebaran : tidak ada
- Thrill : tidak ada
Perkusi : sonor paru kanan = paru kiri
Paru-paru
Batas paru hepar : ICS VI, linea midclavicular dextra
Peranjakan : 1 sela iga
Suara perkusi : sonor paru kanan = paru kiri
Jantung
8
Batas atas : ICS III Linea parasternalis sinistra
Batas kanan : Linea sternalis dextra
Batas kiri : ICS V Linea midclavicular sinistra
Auskultasi : BJ I & II murni regular
Paru-paru
Paru kanan paru kiri
Suara pernafasan pokok : vesikuler kanan = kiri
Suara tambahan : ronkhi -/-, wheezing -/-
Vokal resonasi : normal kanan = kiri
Jantung
Irama : regular
Bunyi jantung pokok : M1 > M2; P1 < P2
T1 > T2 A2 > P2
A1 < A2
Splitting : tidak ada Bunyi jantung I : tunggal
Bunyi jantung II : tunggal
Bunyi jantung tambahan : tidak ada
Bising jantung : tidak ada
Bising gesek jantung : tidak ada
Thorax belakang
Inspeksi
Bentuk : simetris
Muskulatur : tidak ada kelainan
Simetris : kanan = kiri
Kulit : ikterik (-), spider naevi (-)
Palpasi
Muskulatur : tidak ada kelainan
Sela iga : tidak melebar, tidak menyempit
Vocal fremitus : normal paru kanan: = paru kiri
Perkusi paru kanan: Paru Kiri
Batas bawah : vertebra th X vertebra th XI
9
Peranjakan : 2 cm
Auskultasi paru kanan paru kiri
Suara pernafasan : vesikuler vesikuler
Suara tambahan : ronkhi -/-, wheezing -/-
Vokal resonasi : normal, paru kanan = paru kiri
Bunyi gesek pleural : tidak ada
e. Abdomen
Inspeksi
Bentuk : tidak datar
Kulit : ikterik (-), venektasi (-)
Otot dinding perut : tidak ada kelainan
Pergerakan waktu nafas : simetris
Pergerakan usus : tidak terlihat
Pulsasi : caput medussa (-)
Palpasi
Dinding : lembut
Nyeri tekan lokal : ada, a/r hypokondrium kanan
Nyeri tekan difus : ada
Nyeri lepas : tidak ada
Defance muskuler : tidak ada
Hepar
Teraba/tidak teraba : teraba
Besar : 5 cm BAC, 6 cm BPX
Konsistensi : keras
Permukaan : berbenjol-benjol
Tepi : tumpul
Nyeri tekan : ada
Lien
Perbesaran : teraba, Schuffner I
Konsistensi : kenyal
Permukaan : datar
Insisura : tidak teraba
Nyeri tekan : tidak ada
10
Tumor/massa :
Ginjal : tidak teraba
Pembesaran : tidak ada
Nyeri tekan : tidak ada
Perkusi :
Suara perkusi : thympani
Dullness : tidak ada
Ascites
- shifting dullness : tidak ada
- fluid wave : tidak ada
Auskultasi
Bising usus : (+) normal
Bruit : a/r hypokondrium kanan (-)
Lain-lain : tidak ada
f. CVA (Costo-vertebra angel) : nyeri ketok CVA -/-
g. Lipat paha:
Inspeksi : Tumor : tidak ada
Pembesaran kelenjar : tidak ada
Hernia : tidak ada
Palpasi: Tumor : tidak ada
Perbesaran kelenjar : tidak teraba membesar
Pulsasi A. femoralis : tidak ada kelainan
Hernia : tidak ada
Auskultasi: A. femoralis : tidak dilakukan pemeriksaan
h. Genitalia : tidak dilakukan pemeriksaan
i. Sakrum : tidak dilakukan pemeriksaan
j. Rectum & Anus : tidak dilakukan pemeriksaan
k. Kaki & Tangan
Inspeksi: Kulit : tidak ada kelainan
Pergerakan : tidak ada kelainan
Bentuk : tidak ada kelainan
Clubbing finger : tidak ada
Otot-otot : tidak ada kelainan
Palmar eritema : tidak ada
11
Udema : tidak ada
Rasa sakit : tidak ada
Palpasi: Nyeri tekan : tidak ada
Tumor : tidak ada
Pitting edema : tidak ada
Lain-lain : tidak ada
l. Sendi-sendi
Inspeksi: Kelainan bentuk : tidak ada
Tanda radang : tidak ada
Kulit : tidak ada kelainan
Otot sendi : tidak ada kelainan
Palpasi: bentuk : tidak ada kelainan
Cairan dalam sendi : tidak ada kelainan
Nyeri tekan : tidak ada
m. Neurologik :
Reflek fisiologik - KPR : +/+
- APR : +/+
Refleks patologik : -/-
Rangsangan meningen : tidak ada
III. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
DARAH URINE FAECES
12
Hb
Leukosit
Eritrosit
Hitung jenis
Baso
Eos
Staff
Segmen
Limfe
Mono
: 14 gr%
: 6,400/mm3
: 4,8jt/mm3
:
: -
: 1%
: 2%
: 62%
: 34%
: 1%
Warna
Kekeruhan
Ban
B.J
Reaksi
Albumin
Reduksi
Urobilin
Bilirubin
: kuning teh pekat
: jernih
: amoniak
: 1,020
: asam
: tidak dilakukan
: (-)
: (+)
: (+)
Warna
Bau
Konsistensi
Lendir
Darah
Parasit
Eritrosit
Lekosit
Telur cacing
Sisa makanan
: Kuning pucat
: Indol skatol
: lembek
: -
: -
: -
: -
: -
: -
: +
Sediment leukosit = 0-1 / LPB
eritrosit =0-1 / LPB
epitel = 0-1 / LPBL.E.D I : 70 mm
II : 90 mm
RESUME
Penderita laki-laki, umur 48 tahun, pekerjaan TNI-AD, sudah berkeluarga, datang ke
RS 1 hari yang lalu, dengan keluhan utama nyeri perut kanan atas. Pada anamnesis lebih
lanjut, didapatkan;
Sejak 1 bulan yang lalu, penderita mengeluh nyeri perut kanan atas hampir terus-
menerus dan bertambah hebat bila banyak bergerak. Keluhan tidak berkurang dengan
mengubah posisi tubuh. Keluhan disertai adanya benjolan di perut kanan atas yang mula-mula
sebesar telur burung puyuh, kini menjadi sebesar kepalan tangan orang dewasa. Keluhan juga
disertai dengan penurunan berat badan sebesar ± 10 Kg dalam waktu 1 bulan.
Sejak 2 minggu yang lalu, penderita mengeluh panas badan hilang timbul, dan lemah
badan. Penderita juga mengeluh mual dan merasa perutnya cepat penuh atau lekas kenyang
walau baru memakan 2-3 sendok nasi. Penderita juga mengeluh urinenya berwarna seperti air
teh pekat dan fecesnya berwarna kuning pucat.
Adanya keluhan BAB mirip kotoran kambing atau BAB disertai darah, tidak ada.
Penderita sering minum minuman beralkohol sejak tahun 1997 sampai sekarang.
Penderita sering memakan makanan tempe bongkrek atau oncom sejak kecil sampai sekarang.
Penderita tidak pernah menderita sakit kuning sebelumnya.
Riwayat mendapatkan transfusi darah, menggunakan alat suntik bersama-sama, menggunakan
sikat gigi bersama-sama, dicabut gigi, ditindik, dan ditato dalam 6 bulan terakhir tidak ada.
13
Pada pemeriksaan fisik didapatkan:
KU : Kesadaran : Komposmentis, sakit sedang.
Tekanan darah : 100/70 mmHg Nadi : 72 x/menit. reguler,equal,isi cukup.
Temperatur : 36,7 ºC Pernapasan : 28 x/menit
Sianose : tidak ada Pucat : tidak ada
Keringat dingin : tidak ada
Pada pemeriksaan lebih lanjut:
Kepala Muka Mata
: simetris, puffy face (-): konjungtiva anemis -/-, Skelera ikterik +/+,
THT HidungTonsil
: Tidak ada kelainan: Tidak ada kelainan
Pharynx : Tidak hiperemisLeher KGB : Tidak teraba membesar
JVP : Tidak meningkat
Thorax : Bentuk dan gerak simetris Cor : Bunyi jantung I & II murni reguler
- Batas atas : ICS III linea parasternalis sinistra- Batas kanan : Linea sternalis dextra- Batas kiri : ICS V linea midclavicularis sinistra
Pulmo : VBS Kanan = kiri, ronkhi -/-, wheezing -/- Peranjakan 1 sela iga
Abdomen : tidak datar dan lembut NT (+) a/r hypokondrium dextra, BU(+) Normal, CVA -/-
Hepar : teraba 5 cm BAC, 6 cm BPX. NT (+), bruit (-). konsistensi keras, permukaan berbenjol-benjol, tepi tumpul.
Lien : teraba Schuffner I Acites : Shifting dullness (-), Fluid wave (-)Ekstremitas : edema (-), akral hangatKulit : ikterik (-)
Pada pemeriksaan laboratorium:
Darah : Lain-lain dalam batas normal, kecuali pada LED; terdapat peningkatan nilai LED
LED I = 70 mm, LED II = 90 mm
Urine : Warna kuning teh pekat, pada test bilirubin: (+). Lain-lain dalam batas normal
Faeces : Lain-lain dalam batas normal
IV. DIAGNOSA BANDING:
o Carsinoma hepatoceluler primer
14
o Carsinoma hepatoceluler sekunder
DIAGNOSA KERJA:
o Carsinoma hepatoseluler primer
USUL PEMERIKSAAN:
o SGOT/SGPT, Bilirubin total (bil.direct & bil.indirect), Alkali fosfatase,
Cholecterol total, Protein total (albumin & globulin)
o α fetoprotein
o HbsAg dan anti HCV
o USG sistem hepatobilier dan lien
o Biopsi hati
V. PENGOBATAN
Terapi
o Bed rest
o Diet makanan mengandung protein
o Vitamin B complex 3 x 1
o Methioson tab.100 mg 3 x 1
o (Antalgin 350 mg + Codein fosfat 10 mg + Diazepam 2 mg) pulvus, 3 x 1,
diberikan bila perlu atau bila terasa sakit.
VI. PROGNOSA
Quo ad Vitam : dubia ad bonam
Quo ad Functionam : dubia ad malam
TINJAUAN PUSTAKA
15
TUMOR HATI
Hati merupakan salah satu organ tubuh didalam tubuh kita yang banyak fungsinya.
Dan juga merupakan salah satu organ yang sering menerima penyebaran tumor ganas dari
organ lain. Seperti halnya organ lain tumor hati juga ada yang bersifat jinak dan ganas. Tumor
ganas hati dibagi menjadi tumor ganas hati primer dan sekunder.
TUMOR GANAS PRIMER ( KARSINOMA HEPATOSELULER )
Epidemiologi dan Etiologi
Tumor ganas primer merupakan tumor yang berasal dari jaringan hati sendiri, yang
pertama dikenal sebagai hepatoma atau karsinoma hepatoseluler dan merupakan 90 %
keganasan hati primer. Tumor ini sangat prevalen di daerah-daerah tertentu di asia dan afrika
sub-sahara, tempat insidensi tahunan mencapai 500 kasus per 100.000 populasi. Karsinoma
hepatoseluler empat kali lebih sering pada laki-laki dari pada perempuan dan biasanya timbul
pada hati yang sirotik. Insidensi puncak terjadi pada decade kelima sampai keenam dinegara
barat tetapi satu atau dua decade lebih dini di daerah asia dan afrika dengan prevalensi
karsinoma hati yang tinggi.
Alasan utama tingginya insidensi karsinoma hepatoseluler di daerah tertentu di asia
dan afrika adalah seringnya infeksi kronik virus hepatitis B ( HBV ) dan virus hepatitis C
( HVC ). Infeksi kronik ini sering menimbulkan sirosis hepatic yang merupakan factor resiko
penting untuk karsinoma hepatoseluler. Peran HBV sebagai kofaktor cukup menyakinkan, hal
tersebut sesuai dengan penelitian di daerah tertentu di Asia dengan karsinoma hepatoseluler
dan infeksi HBV prevalen memperlihatkan bahwa insidensi kanker ini pada individu yang
terinfeksi HBV 100 kali lipat lebih tinggi dari pada yang tidak terinfeksi.
Pada penelitian di Eropa dan Jepang memperlihatkan bahwa HCV secara substansial
lebih prevalen daripada HBV pada kasus-kasus karsinoma hepatoseluler. Pada sebagian
pasien dapat ditemukan HBV dan HCV, tetapi perjalanan klinis keganasan hati tidak berbeda
diantara pasien yang terinfeksi kedua virus dengan yang hanya terinfeksi salah satu virus.
Perbedaan antara yang terinfeksi HBV dan HCV hanya pada saat awitan. Awitan pada pasien
yang telah lama terinfeksi HBV terjadi satu sampai dua decade lebih dahulu dibandingkan
dengan pasien infeksi HCV.
Setiap sebab atau factor yang menyebabkan mitosis dan kerusakan sel hati ringan-
kronik menyebabkan DNA hepatosit lebih rentan terhadap perubahan genetic. Dengan
demikian, seperti dinyatakan diatas, penyakit hati kronikoleh sebab apapun merupakan factor
resiko dan predisposisi untuk pembentukan karsinoma sel hati. Hal ini mencakup penyakit
hati alkohilik, defisiensi α1-antitripsin, hemokromatosis, dan tirosinemia. Aflatoksin B1
merupakan suatu pencemar yang penting. Mikotoksin ini tampaknya menimbulkan mutasi
yang sangat spesifik pada kodon 249 gena penekan tumor p53.
16
Tumor hepatoseluler juga dapat timbul pada pemberian jangka panjang steroid
androgenic, pada pajanan torium dioksida atau vinil klorida, dan mungkin pada pajanan
estrogen dalam bentuk kontrasepsi oral.
Insidensi karsinoma hepatoseluler pada penderita hemokromatosis cukup tinggi.
Factor infeksi clonorchiasis dan sistomiasis dapat menyebabkan terjadinya karsinoma
hepatoseluler atau karsinoma kolangioseluler. Patogenesis terjadinya karsinoma pada infeksi
ini belum diketahui.
Factor keturunan ini dihubungkan dengan kejadian di Bantu Afrika, dimana, insidensi
karsinoma hati di sana sangat tinggi, sehingga timbul dugaan adanya factor keturunan. Tetapi
orang Afrika yang tinggal di Amerika yang menderita Karsinoma hepatoseluler jarang sekali.
Jadi jelas tidak boleh dilupakan factor lingkungan yang juga memegang peranan penting.
Patologi
Pada pemeriksaan patologi makroskopis, dua per tiga kasus berbentuk multinoduler
dan sebagian besar dari persentase ini akan terjadi dalam populasi sirosis. Dua puluh lima
sampai tiga puluh persen pasien akan tampil dengan lesi satelitosis, dan kurang dari 4%
pasien akan tampil dengan jenis berkapsul, yang biasanya mempunyai pronosis lebih baik.
Secara mikroskopik, hepatosit abnormal bervariasi dari sel berdifferensiasi baik yang sulit
dibedakan dari lesi hyperplastik noduler fokal jinak dan adenoma jinak sampai jenis histology
yang berdifferensiasi buruk.
Metastase karsinoma hepatoseluler dapat terjadi secara intrahepatik dan extrahepatik.
Metastase intrahepatik : sering terjadi dalam hati sendiri, dan biasanya berbentuk tumor yang
multiple.dapat pula terjadi metastase dalam satu lobus sehingga terbentuktumor multiple
dalam satu lobus saja, sedang pada lobus lain tak ada tumor. Atau metastase ke lobus lain .
penyebaran dalam hati sendiri biasanya secara hematogen. Dapat juga terjadi penyebaran
secara limfogen atau infiltrasi langsung. Metastase extrahepatik : dapat terjadi penyebaran ke
kelenjar limfe yaitu pada hilis hati, mediatinum atau kelenjar servikal. Dapat terjadi pada
metastase pada vena yang besar, misalnya vena hepatica, vena porta atau vena kava inferior
dan terjadi trombose sekunder. Dapat pula berupa tumor emboli melalui atrium kanan dan
masuk kedalam jaringan paru-paru. Dapat terjadi metastase ke peritoneum, sehingga timbul
asites yang haemorragis, dan biasanya merupakan keadaan terakhir dari penderita. Metastase
di tempat lain yaitu ke pleura sehngga terjadi pleuritis, ke lambung, duodenum, kandung
empedu, pancreas, limpa atau kelenjar adrenal, ketulang. Metastase yang paling sering ke
paru-paru dan kelenjar limfe, terutama yang perlu diperhatikan ialah daerah supraklavikular.
Metastase ketulang jarang terjadi, biasanya terjadi ke tulang iga atau vertebra.
Perjalanan Penyakit
17
Perjalanan penyakit cepat bila tidak diobati, sebagian pasien meninggal dalam 3
sampai enam bulan setelah diagnosis. Pada beberapa kasus terapi dapat memperpanjang
hidup.
Gambaran Klinis
Kanker hati pada mulanya tidak terdeteksi secara klinis karena kanker ini sering
timbul pada pasien yang telah menderita sirosis, dan gejala serta tanda mungkin
mengisyaratkan perburukan penyakit yang mndasari. Gambaran yang pertama yang paling
sering dijumpai adalah nyeri abdomen yang sifatnya tumpul tidak terus menerusdan disertai
adanya massa abdomen dikuadran kanan atas sehingga pasien merasa penuh pada perut kanan
atas, tidak ada nafsu makan karena perut selalu terasa kenyang sehingga berat badan turun
secara drastis. Pada massa abdomen mungkin terdengar friction rub atau bruit diatas hati.
Ikterus jarang terjadi, kecuali terdapat perburukan hebat fungsi hati atau sumbatan mekanis
saluran empedu, timbulnya ikterus, demam, hematemesis dan melena biasanya terjadi pada
penyakit yang sudah lanjut.
Diagnosis
LABORATORIUM : sering terjadi peningkatan kadar alkali fosfatase dan
alfafetoprotein (AFP ) serum. Kadar AFP lebih dari 500 μg/L ditemukan pada sekitar 70
sampai 80 persen penderita karsinoma hepatoseluler. Kadar yang lebih rendah dapat dijumpai
pada pasien metastase dari tumor-tumor lambung atau kolon dan pada sebagian pasien
hepatitis akut atau kronik. Persistensi AFP serum berkadar tinggi ( melebihi 500 sampai 1000
μg/L ) pada orang dewasa dengan penyakit hati tanpa jelas menderita tumor gastrointestinal
sangat mengisyaratkan adanya karsinoma hepatoseluler. Peningkatan kadar seiring dengan
waktu menunjukan perkembangan tumor atau rekurensi setelah reseksi atau pendekatan
teurafeutik misalnya kemoterapi atau kemoembolisasi. Cara pemeriksaannya dengan
menggunakan metode ELISA atau RIA, pemeriksaan tersebut tergolong spesifik, nilai
normal untuk metode ELISA adalah 15 μg/L dan untuk metode RIA 20 μg/L. Sebagai
pegangan nilai diagnostic dari kadar AFP, maka otsuda berpendapat sebagai berikut : AFP
20-400 μg/L selain ditemukan pada karsinoma hepatoseluler juga ditemukan pada hepatitis
subakuta, hepatitis kronis, sirosis hati, kanker hati metastase. Bila AFP antara 400-1000 μg/L
berarti sangat mencurigakan Karsinoma hepato seluler. Hasil kadar AFP lebih dari 1000
μg/L sudah pasti menderita karsinoma hepatoseluler. Pada karsinoma hepatoseluler terjadi
peningkatan yang mencolok dari SGOT, sedangkat SGPT relative tidak terlalu meningkat.
Diduga SGOT dibentuk juga oleh tumor sendiri disamping karena anoksia jaringan. Pada
karsinoma hepatoseluler manifestasi paraneoplastik antara lain eritrositosis karena aktivitas
mirip eritropoietin yang dihasilkan oleh tumor, hiperkalsemia akibat sekresi hormone mirip
18
paratiroid, peningkatan kadar AFP, dan des gamma carboxy protrombin. Pemeriksaan
pencitraan adalah ultrasonografi, CT, MRI, angiografi arteri hepatica.
Pengobatan
1. meninggikan protein hewani, untuk makanan yang mengandung aflatoksin seperti
kacang-kacangan, oncom, jagung tembakau, kedelai hendaknya diusahakan cara
pengolahannya sempurna. Atau bila menemukan makanan yang membusuk segera
dibuang.
2. sitostatika : 5-fluoro uracil ( 5.FU ), diberikan secara sistemik atau secara local
intraarterill. 5 mg/kgBB IV tiap hari selama 3-5 hari kemudian lanjutkan dosis
maintenance 750 mg IV sekali seminggu. Sitostatika lain mitomycin C, metotreksate,
adriamycin ( doxorubicin HCl ) atau adriblastina dosis diberikan 60-70 mg/m2 luas
badan yang diberikan secara intravena seiap tiga minggu sekali
3. radiasi pada umumnya tidak banyak perannya karena tumor hati tidak sensitive
terhadap radisi, dan se hati yang normal sangat peka terhadap radiasi.
4. embolisasi transkateter arteri hepatica
5. tranflantasi hati dapat dipertimbangkan sebagai terapi alternative, tetapi kegunaannya
dibatasi oleh adanya rekurensi tumor atau metastase setelah tranplantasi.
6. ablasi alcohol melalui suntikan perkutis yang dituntun oleh ultrasonografi
7. ablasi dingin dengan tuntunan unltrasonografi
8. terapi gena dengan vector retrovirus yang berisi gena yang mengekpresikan obat
sitotoksik.
Prognosis
Pada umumnya, prognosis dari karsinoma hati adalah jelek. Prognosis tergantung
pada stadium tumor dan kecepatan pertumbuhannya. Tumor yang kecil (<3 cm) mempunyai
kemungkinan hidup 1 tahun 90% , untuk 2 tahun 55%, dan 3 tahun 12,8%. Tumor yang
infiltratif mempunyai prognosis yang lebih buruk bila dibandingkan dengan yang menyebar.
Terdapatnya kapsul yang intact merupakan pertanda yang baik36. Secara keseluruhan,
kemungkinan hidup 5 tahun untuk hepatoblastoma adalah 35%, karsinoma hepatoseluler
31%, karsinoma fibrolamelar 32--62%, dan hepatoblastoma 36%. Sedangkan angiosarkoma
sangat jelek karena hanya sensitif dengan penyinaran. Demikian juga pada
cystadenomakarsinoma dan yang paling jelek adalah kholangiokarsinoma karena tidak
mempunyai respons terhadap pengobatan sitostatika41-44.
19
Reseksi bedah yang komplit pada saat didiagnosa dan tambahan dengan pengobatan
kemoterapi mempunyai kemungkinan hidup lebih baik, tetapi harapan hidup jelek jika setelah
reseksi bedah masih terdapat sisa tumor meskipun kemudian hari diberi tambahan dengan
berbagai obat7,13,37,41. Prognosis karsinoma hepatoseluler lebih buruk, rata-rata hanya
hidup 6 bulan
20
DAFTAR PUSTAKA
David C. Sabiston, Jr. M.D dkk editor dr Devi H Rohardy, SABISTON BUKU AJAR
BEDAH, EGC Jakarta 2;97-100.
Isselbacher dkk Editor Prof .Dr. Ahmad. H. Asdie SpPD-KE, HARRISON ( PRINSIP-
PRINSIP ILMU PENYAKIT DALAM ), Edisi ke-13, EGC Jakarta 4;1678-9
Sarwono Waspadji, dr dkk, BUKU AJAR ILMU PENYAKIT DALAM, Edisi ke-3, balai
penerbit FKUI Jakarta 1996, 1;310-5
SujonoHadi, dr. DR. Prof, GASTROENTEROLOGI, edisi ke-7, penerbit alumni Bandung
2002. 694-733
ISMART EDY HASIBUAN Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara/RS H. Adam Malik, Medan
21
PEMBAHASAN
Diskusi Keterangan Umum
“Penderita seorang laki-laki berumur 48 tahun”
Pada umumnya kaum pria lebih banyak menderita kasinoma hati primer daripada kaum
wanita. Kejadian di RSHS selama periode tahun 1966-1974 berdasar data dari
DANUHIMARDJA O, puncaknya terdapat antara 40-49 tahun sebanyak 24,1%.
Diskusi Keluhan Utama
“Nyeri perut kanan atas”
Nyeri perut kanan atas dapat disebabkan oleh Ca hepar, Ca caput pancreas, Ca colon
asendens, Kolelitiasis, Kolesistitis, Karsinoma kandung empedu.
Diskusi Anamnesa Khusus
“Sejak 1 bulan yang Sejak 1 bulan yang lalu, penderita mengeluh nyeri perut kanan
atas yang terasa hampir terus-menerus dan bertambah hebat nyerinya apabila penderita
banyak bergerak atau bekerja terlalu capek. Nyeri perut kanan atas juga lebih terasa bila
penderita batuk-batuk, atau bernafas dalam dan bersin.”
Kebanyakan penderita datang berobat dengan keluhan nyeri di perut kanan atas, di
epigastrium atau pada kedua tempat epigastrium dan hipokhondrium kanan. Sifat nyeri
biasanya nyeri tumpul, terus-menerus, sering tidak hebat, tapi dapat bertambah berat apabila
bergerak. Nyeri ini ini terjadi karena pembesaran hati, peregangan kapsula Glisoni dan
rangsangan pada peritoneum.
“Keluhan nyeri perut kanan atas tidak berkurang dengan posisi membungkuk
ataupun tidur miring ke kiri. Keluhan tidak dirasakan menjalar ke daerah bahu. Keluhan
tidak berhubungan dengan makanan atau minuman”
Pada Kolesistitis, lokalisasi nyeri terdapat pada perut kanan atas atau epigastrium dan
menyebar ke bawah angulus scapula kanan atau ke bahu kanan. Serangan nyeri dapat terjadi
setelah penderita makan banyak, setelah makan makanan berlemak, atau setelah dilakukan
palpasi pada abdomen.
“Keluhan tersebut disertai dengan adanya benjolan di perut kanan atas, mula-mula
sebesar telur burung puyuh yang makin lama makin membesar dan sekarang sudah sebesar
kepalan tangan orang dewasa.”
Benjolan diperut kanan atas kemungkinan terdapat pada organ-organ yang berada di perut
kanan atas yaitu : hati, kandung empedu, kaput pankreas, ginjal, dan kolon fleksus hepaticus.
“Keluhan juga disertai dengan penurunan berat badan, menurut penderita 1 bulan
yang lalu berat badannya 60 kg, dan sekarang berat badannya menjadi 50 kg.”
Penderita keganasan biasanya diikuti dengan keluhan penurunan berat badan yang drastis.
22
“Sejak 2 minggu yang lalu penderita merasa panas badan yang hilang timbul tanpa
sebab yang jelas, dan badan yang lemah dan lesu.Penderita juga merasa mual tetapi tidak
muntah, dan penderita merasa perutnya selalu cepat penuh atau lekas kenyang walaupun
penderita baru memakan 2-3 sendok nasi.Selain itu, penderita juga mengeluh urinenya
berwarna seperti air teh pekat dan BABnya berwarna kuning pucat, tetapi tidak seperti
dempul.”
Keluhan tersebut, merupakan keluhan penyerta dari gejala klinis karsinoma hepatoseluler.
Timbulnya ikterus, demam, hematemesis dan melena biasanya terjadi pada penyakit yang
sudah lanjut.
“Adanya keluhan BAB seperti kotoran kambing atau BAB disertai darah, tidak ada.”
Hal ini ditanyakan berarti bukan disebabkan oleh organ kolon flexsus hepaticus karena
tumor pada kolon asceden dan kolon flexsus hepaticus mempunyai ciri : Tumornya
berbentuk polipoid yang mudah ruptur atau berdarah sehingga mempunyai gejala klinik BAB
bercampur darah disertai gejala anemia
“Penderita mengaku minum minuman yang mengandung alkohol sejak tahun 1997
sampai dengan sekarang”
Hal ini ditanyakan untuk mencari penyebab karsinoma hepatoseluler primer. Pada penderita
ini diakui minum minuman yang mengandung alkohol. Kemungkinan alkohol dapat
menyebabkan kerusakan hati, sehingga menyebabkan karsinoma hapatoseluler yang didahului
oleh terjadinya alcoholic sirosis.
“Penderita mengaku sering memakan makan makanan tempe bongkrek dan oncom
sejak kecil sampai sekarang.”
Penyebab karsinoma hati primer salah satunya adalah oleh karena zat karsinogen, seperti
aflatoksin contohnya. Di Indonesia, makanan yang mengandung aflatoksin dalam takaran
tinggi ialah: kacang tanah, oncom, tembakau, beberapa makanan jamur.
“Penderita tidak pernah menderita sakit kuning sebelumnya. Riwayat mendapatkan
transfusi darah, menggunakan alat suntik bersama-sama, menggunakan sikat gigi bersama-
sama, dicabut gigi, ditindik, dan ditato dalam 6 bulan terakhir tidak ada.”
Hal ini ditanyakan untuk mencari etiologi karsinoma hati primer yang disebabkan oleh
Hepatitis virus. Hepatitis virus sering menyebabkan karsinoma hati, ini mungkin karena
hepatitis virus sering diduga menimbulkan sirosis hati bentuk postnekrotik.
DISKUSI PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum dan Tanda Vital
- Kesan sakit : sedang
Dilihat dari tanda vital masih normal tetapi ada kelainan pada organ hati yang kronik.
- Kesadaran pada sakit sedang penderita masih tetap dalam keadaan komposmentis.
23
- Tekanan darah, nadi, respirasi, suhu masih dalam batas normal.
- Gizi : gizi penderita karsinoma hepatoseluler umumnya buruk karena nafsu makan
menurun. Penilaian ini diukur dengan lingkar lengan atas (LILA) atau bisa juga dari
tebal lemak kulit (TLK).
Pemeriksaan Fisik
- Kepala
Rambut tidak kusam dan tidak mudah dicabut.
Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera ikterik
Pada penderita karsinoma hepatoseluler dicari kemungkinan adanya penyakit penyebab
karsinoma hepatoseluler misalnya sirosis, hepatitis.
Feotor hepatikum (tidak ada) adalah bau apek atau amis pada nafas penderita akibat
ketidakmampuan hati memetabolisme metionin
- Leher
Tidak ada kelainan (KGB tidak teraba membesar, JVP tidak meningkat).
- Thoraks
Bentuk dan gerak simetris kulit tidak ikterik, spider naevi (-), gynecomasti (-), berarti
tanda kegagalan hati tidak ada.
- Paru dan jantung dalam batas normal dan tidak ada kelainan.
- Abdomen
Tidak datar, terlihat ada penonjolan di perut kanan atas, ikterik (-), nyeri tekan ada di
daerah hati, venektasi tidak ada, venektasi ini akibat sirkulasi kolateral yang
menyebabkan vena-vena superfisial di dinding abdomen dan timbulnya sirkulasi ini
mengakibatkan dilatasi vena-vena.
Asites tidak ada, BU (+) normal.
Hepar teraba pada 5 cm BAC 6 cm BPX, keras, permukaan berbenjol-benjol, tepi
tumpul. Pada auskultasi arterial bruit tidak terdengar.
Lien teraba Schuffner I
- Ekstremitas
Tidak ada kelainan, tanda-tanda adanya penyakit sirosis hati, hepatitis tidak ada
misalnya pada tangan eritem palmaris (-), liver nail (-), edema pretibial dan dorsum
pedis (-).
Diskusi Pemeriksaan Laboratorium
- Darah : LED : adanya peningkatan, hal ini menunjukkan adanya suatu
penyakit kronis atau berat.
- Urine : Warna kuning teh pekat dan test bilirubin (+)
- Feces : Hasil pemerikasaan feces dalam keadaan normal.
24
Diskusi Diagnosa Banding
Berdasarkan hasil dari anamnesa dan pemeriksaan fisik didapatkan benjolan di perut kanan
atas terdapat pada organ hati. Benjolan tersbut merupakan tumor ganas atau karsinoma
hepatoseluler bisa primer atau skunder.
Untuk menunjang diagnosa kerja diusulkan beberapa pemeriksaan penunjang.
Diskusi Diagnosa Kerja
Karsinoma hepatoseluler primer
Yang menjadi dasar pemikiran itu adalah dari anamnesa didapatkan benjolan di perut kanan
atas yang makin membesar dengan waktu relatif cepat yang disertai lemah badan, nafsu
makan berkurang, penurunan berat badan yang drastis. Berasal dari organ hati dan
diperkuat didapatkan dari pemeriksaan fisik yaitu adanya pembesaran hati, dengan
konsistensi keras, permukaan berbenjol-benjol. Dari data tersebut didapatkan diagnosa kerja
yaitu karsinoma hepatoseluler primer karena tidak ada keluhan tumor lain hasil dari
metastase organ lain.
Diperkirakan penyebabnya walaupun belum pasti diperkirakan yaitu adanya riwayat
meminum minuman yang mengandung alkohol yang lama adanya riwayat penderita makan
makanan yang terkontaminasi zat karsinogen yaitu alfatoksin yang dihasilkan oleh jamur
aspergillus flavus.
Diskusi usul Pemeriksaan
1. Test fungsi hati :
- SGOT, SGPT : Untuk menilai fungsi hati, jika fungsi hati menurun maka
didapatkan hasilnya meningkat
Nilai normal : 0-35 u/l
- Bilirubin : Pada setiap penyakit hati bilirubin akan meningkat, biasanya
pada obstruksi intra atau ekstrahepatal dan parenkim hati
bilirubin direct meningkat.
Bilirubin direct : 0,1 – 0,3 mg/del
- Kolesterol : Pada karsinoma hepar biasanya terjadi hiperkoleterolemia. Hal
ini dimungkinkan karena peningkatan sintesis kolesterol
oleh tumor, hal ini oleh karena hilangnya mekanisme
umpan balik negatif. Lebih dari 90% kolesterol diproduksi
akibat hilangnya kontrol ini. Bisa juga peningkatan
kolesterol akibat obstruksi biliaris.
25
- Alkali fosfatase : Peningkatan kadar alkali fosfatase merupakan tes faal hati yang
dapat memperkuat dugaan karsinoma hepatoseluler.
2. Serologis
- Alfa fetoprotein : Terdapatnya kadar AFP pada serum orang dewasa
menunjukkan adanya karsinoma hepatoseluler. AFP pada
karsinoma hepatoseluler diduga karena sel-sel hati
mengalami diferensiasi seperti sel hati pada masa janin.
Kadar normal AFP dengan metode ELISA adalah kurang
dari 15 ng/ml. Saat ini AFP merupakan petanda tumor
yang baik untuk karsinoma hepatoseluler.
- HbsAg, anti HCV, anti HBc untuk mencari etiologi.
3. USG hepatobilier dan lien
yaitu suati pemeriksaan organ hati dengan menggunakan gelombang suara frekuensi
tinggi yang tidak dapat didengar oleh telinga manusia. Dengan USG pada hati, akan
diperoleh gambaran struktur anatomi yaitu gambaran : parenkim, hepatika, vena porta,
saluran empedu intra hepatal dan ekstra hepatal demikian juga kandung empedu sehingga
mudah dideteksi setiap kelainan di dalam hati. Apalagi sarana ini merupakan salah satu
penunjang diagnostik yang tidak invasif, sederhana, aman, dan tidak menimbulkan efek
samping. Secara USG dapat ditentukan klasifikasi karsinoma hepatoseluler primer yaitu
bentuk noduler, masif, atau soliter, difus, dan bentuk campuran dengan densitas gema
rendah heterogen.
4. Biopsi hepar
Guna menegakan diagnostik klinis diperlukan pemeriksaan jarinan hati secara
histopatologi, dilakukan dengan biopsi jarum yang biasa dipakai :
- Biopsi jarum membuta, yaitu dilakukan ditempat yang diperkirakan merupakan
tempat benjolan yang paling keras.
- Biopsi jarum terpimpin atau terarah, yang termasuk ini adalah antara lain secara
laparoskopik, sintigrafi, USG dan computed tomografi (CT).
Diskusi Terapi
Pada kasus karsinoma hepatoseluler umunya sukar diobati baik dengan operasi/pembedahan
maupnun dengan sitostatika, sebab biasanya pasien datang ke rumah sakit sudah pada stadium
lanjut atau mungkin sudah terjadi metastase ke organ-organ sekitarnya.
Pada pasien ini hanya diberikan obat-obat : vitamin, anti nyeri, dan hepatoprotektor
Pengobatan karsinoma hati terbaik yaitu dengan pembedahan namun hanya dapat dilakukan
apabila:
26
- Tumor hanya terdapat pada satu lobus hati saja.
- Tidak terdapat tanda-tanda sirosis.
- Keadaan umum penderita cukup baik.
- Jumlah dan keadaan jaringan hati yang ditinggalkan diperkirakan mencukupi untuk
kehidupan selanjutnya.
Diskusi Prognosis
Pada umunya prognosis karsinoma hati primer adalah buruk. Rata-rata tanpa pengobatan
adalah 6-7 bulan setelah keluhan pertama sedangkan dengan pengobatan 11-42 bulan. Bila
dapat dilakukan pembedahan, prognosis lebih baik lagi.
- Quo ad vitam : dubia ad bonam
Karena pada pasien ini didapatkan tanda vital baik
- Quo ad Functionam : dubia ad malam
Karena pada pemeriksaan fisik, hepar sudah sangat membesar
permukaan berbenjol-benjol, konsistensi keras dan perjalanan
penyakit dirasakan progresif dan memburuk.
27