bonwill-hawley chart.pdf
TRANSCRIPT
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tipe Wajah
Penentuan tipe wajah merupakan salah satu prosedur penting dalam
menentukan diagnosis ortodonti walaupun tidak memberikan keterangan secara
lengkap mengenai tulang kraniofasial. Analisa tipe wajah dapat memperlihatkan
hubungan variasi bagian-bagian wajah sehingga para klinisi lebih mudah untuk
mengidentifikasi kemungkinan malrelasi yang terjadi.
Secara umum morfologi tipe wajah dipengaruhi oleh bentuk kepala, jenis
kelamin, dan usia.
8,9
3,6 Walaupun bentuk wajah setiap orang berbeda, seseorang mampu
mengenal ribuan wajah karena ada kombinasi unik dari kontur nasal, bibir, rahang,
dan sebagainya yang memudahkan seseorang untuk mengenal satu sama lain. Bagian-
bagian yang dianggap mempengaruhi wajah adalah tulang pipi, hidung, rahang atas,
rahang bawah, mulut, dagu, mata, dahi, dan supraorbital.
Perubahan tipe wajah menurut usia terbagi dalam tiga tahap, yakni pada usia
5-10 tahun, 10-15 tahun, dan 15-25 tahun. Usia 5-10 tahun wajah mengalami
perubahan sebesar 40%. Usia 10-15 tahun terjadi perubahan sebesar 40%. Pada usia
15-25 terjadi proses pencarian keseimbangan sampai akhirnya wajah menjadi matur.
6
Perubahan tipe wajah pada perempuan terjadi lebih cepat dibanding laki-laki
pada masa pubertas karena dipengaruhi oleh perbedaan percepatan pertumbuhan
antara laki-laki dan perempuan.
9
9 Pertambahan ukuran pertumbuhan terus berjalan
dengan kecepatan yang bervariasi. Ukuran tinggi wajah anak perempuan umur 4-5
tahun lebih besar daripada anak laki-laki, karena anak perempuan lebih cepat masa
pertumbuhannya dibandingkan dengan anak laki-laki. Pada usia tersebut, anak laki-
laki biasanya lebih aktif daripada anak perempuan, sehingga masukan zat gizi untuk
pertumbuhan dipakai sebagai bahan untuk pembentukan energi.3
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Martin dan Saller menentukan tipe wajah berdasarkan indeks morfologi
wajah. Indeks tersebut merupakan hasil pengukuran pada tinggi wajah total (Na-Me)
dibagi dengan lebar wajah (Zy-Zy). Dari perhitungan tersebut beliau mengklasifikan
tipe wajah ke dalam beberapa bentuk yaitu: hipereuryprosopic dengan indeks X-78.9,
euryprosopic dengan indeks 79.0-83, mesoprosopic dengan indeks 84.0-87.9,
leptoprosopic dengan indeks 88.0-92.9 dan hyperleptoprosopic dengan indeks 93.0-x.
Tipe wajah rata-rata yang dimiliki manusia adalah euryprosopic, mesoprosopic dan
leptoprosopic. (cit, Singh G 2007)
3
2.1.1 Tipe Wajah Leptoprosopic
Tipe wajah leptoprosopic memiliki ciri-ciri bentuk kepala panjang dan sempit,
bentuk dan sudut bidang mandibula yang sempit, bentuk wajah seperti segitiga
(tapered), tulang pipi tegak, rongga orbita berbentuk rektangular dan aperturanasal
yang lebar. Kebanyakan bentuk kepala ini dimiliki oleh ras Negroid dan Aborigin
Australia.6.7 Tipe wajah leptoprosopic berada pada rentang indeks 88 - 92.9.3
Tipe
wajah leptoprosopic dapat dilihat pada gambar 1.
Gambar 1. Tipe wajah leptoprosopic
3
Tipe wajah leptoprosopic memiliki tulang hidung cenderung tinggi dan
hidung terlihat lebih protrusif. Karena sangat protrusif, kadang-kadang hidung
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
menjadi bengkok bahkan turun. Oleh karena bagian hidung dari tipe wajah
leptoprosopic lebih protrusif, glabela dan lingkaran tulang orbital bagian atas menjadi
sangat menonjol sedangkan tulang pipi menjadi terlihat kurang menonjol. Tipe wajah
juga mempengaruhi bentuk lengkung gigi. Bentuk wajah yang sempit dan panjang
akan menghasilkan lengkung maksila dan palatum yang panjang, sempit, dan dalam.
Selain itu, mandibula dan bibir bawah cenderung menjadi retrusif sehingga profil
wajah menjadi cembung.
6
2.1.2 Tipe Wajah Euryprosopic.
Tipe wajah euryprosopic memiliki tulang pipi yang lebih lebar, datar, dan
kurang protrusif sehingga membuat konfigurasi tulang pipi terlihat jelas berbentuk
persegi. Bola mata juga lebih besar dan menonjol karena kavitas orbital yang
dangkal. Karakter wajah seperti ini membuat tipe wajah euryprosopic terlihat lebih
menonjol daripada leptoprosopic. Tipe wajah euryprosopic memiliki lengkung
maksila dan palatum yang lebar dan dangkal. Mandibula dan dagu cenderung lebih
protrusif sehingga profil wajah menjadi lurus atau bahkan cekung.6 Tipe wajah
euryprosopic berada pada rentang indeks 79,0 - 83.9.3
Tipe wajah euryprosopic dapat
dilihat pada gambar 2.
Gambar 2. Tipe wajah euryprosopic3
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.1.3 Tipe Wajah Mesoprosopic
Tipe wajah mesoprosopic memiliki karakteristik fisik antara lain, kepala
lonjong dan bentuk muka terlihat oval dengan zigomatik yang sedikit mengecil, profil
wajah ortognasi, apertura nasal yang sempit, spina nasalis menonjol dan meatus
auditory external membulat. Tipe wajah seperti ini kebanyakan dimiliki oleh orang
Kaukasoid. Tipe wajah mesoprosopic berada pada rentang indeks 84,0-87,9.7 Tipe
wajah mesoprosopic memiliki bentuk hidung, dahi, tulang pipi, bola mata, dan
lengkung rahang yang tidak selebar tipe wajah euryprosopic dan tidak sesempit tipe
wajah leptoprosopic .6
Tipe wajah mesoprosopic dapat dilihat pada gambar 3.
Gambar 3. Tipe wajah mesoprosopic
3
2.2 Analisis Tipe Wajah Menggunakan Fotografi Ekstra Oral
Fotografi ekstraoral dianggap sebagai suatu catatan penting dan harus
dilakukan sebelum memulai perawatan dan setelah menyelesaikan perawatan.
Informasi yang didapatkan dari fotografi ekstraoral ini dapat membantu para
ortodontis dalam menentukan rencana perawatan yang sesuai dengan yang
dibutuhkan oleh pasien.
3
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.2.1 Kegunaan Fotografi Ekstra Oral
Fotografi ekstra oral pada bidang ortodonti digunakan untuk:
a. Mengevaluasi hubungan kraniofasial serta proporsi wajah sebelum dan
sesudah perawatan. Wajah yang proporsional dinilai dari keharmonisan tinggi wajah
bagian bawah (lower facial) dengan jarak glabela ke subnasal. Jika sepertiga wajah
bawah lebih pendek, maka kemungkinan pasien memiliki gigitan yang dalam. Jika
sepertiga wajah bawah lebih tinggi, maka kemungkinan pasien memiliki gigitan yang
terbuka.
b. Penentuan morfologi tipe wajah. Pada foto frontal wajah, pengukuran tipe
wajah dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai rumus, salah satunya rumus
facial index.
3
c. Pemeriksaan kesimetrisan wajah. Pemeriksaan kesimetrisan wajah
dilakukan dengan membagi wajah menjadi dua bagian secara vertikal sama besar.
10
3
Maloklusi gigi dapat menyebabkan wajah menjadi asimetri. Asimetri wajah yang
nyata dapat disebabkan oleh trauma ataupun penyakit, misalnya hemifasial hipertrofi/
atrofi, cacat kongenital, kondilus hyperplasia unilateral, ankilosis unilateral, dan lain-
lain.
d. Pemeriksaan keadaan bibir pasien. Bibir diklasifikasikan menjadi tiga,
yakni bibir kompeten, bibir inkompeten, dan bibir kompeten potensial. Bibir
kompeten merupakan bibir yang dapat menutup tanpa perlu kontraksi dan memiliki
freeway space saat otot-otot dalam keadaan istirahat. Bibir inkompeten merupakan
bibir yang tidak tertutup saat otot-otot dalam keadaan istirahat namun bisa menutup
bila otot diberi kontraksi. Bibir inkompeten terjadi karena bentuk bibir yang pendek.
Bibir kompeten potensial merupakan bibir yang tidak bisa menutup karena terhalang
oleh gigi insisivus maksila yang protrusif.
7
e. Media untuk memonitor perkembangan perawatan. Selama perawatan
berlangsung, foto frontal wajah dapat membantu mengingatkan keadaan pasien
sebelum dilakukan perawatan. Kemudian dalam hal melihat kemajuan perawatan,
foto frontal wajah dapat dipakai sebagai pembanding selain dengan model studi.
3
3
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.2.2 Teknik Pengambilan Fotografi Ekstra Oral yang Baik
Ada beberapa teknik yang dapat digunakan dalam pengambilan fotografi
ekstra oral, diantaranya adalah:
a. Foto frontal wajah dengan bibir dalam keadaan istirahat.
Merupakan foto yang pertama kali diambil dan termudah dalam teknik
fotografi ekstra oral. Namun, pengambilannya tetap harus memperhatikan beberapa
panduan penting agar tercipta hasil yang baik pada saat proses foto.11
Teknik
pengambilan foto frontal wajah dengan bibir dalam keadaan istirahat dapat dilihat
pada gambar 4.
Gambar 4.
Hal-hal yang harus diperhatikan antara lain: kamera berada dalam posisi yang
tegak serta memiliki tinggi yang sama dengan kepala pasien. Pengaturan jarak antara
lensa kamera ke pasien adalah 1,50 m. Warna latar belakang yang baik adalah warna
putih atau warna gelap seperti kain biru tua. Ukuran kain latar belakang adalah
dengan lebar 0,95 m dan tinggi 1,10 m. Jarak antara pasien dengan latar belakang
kurang lebih 0,75 m untuk mencegah terbentuknya bayangan.10,11 Kemudian pasien
duduk di kursi dengan posisi tubuh yang tegak dan mata menatap lurus ke lensa
kamera sehingga dapat menghasilkan keadaan natural head position (NHP). Keadaan
natural head position (NHP) adalah suatu orientasi kepala yang dibutuhkan untuk
Teknik pengambilan foto frontal wajah dengan bibir dalam keadaan istirahat. (a) Pengaturan tepi foto, (b) Garis median pasien dalam keadaan lurus, (c) Garis khayal interpupil disejajarkan, (d) Foto frontal dengan bibir dalam keadaan istirahat11
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
keperluan fotografi ekstra oral, yang akan terbentuk apabila tubuh pasien berada
dalam posisi tegak dan menatap ke satu titik yang cukup jauh dan tingginya sejajar
dengan mata pasien.10 Pasien diinstruksikan untuk memberi ekspresi serius dan bibir
dikatupkan ringan (posisi istirahat). Garis inter-pupil pasien berada dalam garis yang
sejajar. Garis median pasien juga harus berada dalam keadaan yang lurus. Bagian
yang harus diambil adalah bagian wajah dan leher pasien dengan tepi sekitarnya yang
dapat disesuaikan.
10,11
b. Foto frontal wajah dengan bibir dalam keadaan tersenyum.
Teknik pengambilan foto ini hampir sama dengan teknik foto frontal wajah
dengan bibir dalam keadaan istirahat, hanya saja pasien diinstruksikan untuk
tersenyum secara alami dan gigi terlihat. Foto ini bertujuan untuk memperlihatkan
keadaan proporsi jaringan lunak wajah selama tersenyum.11
Foto frontal wajah
dengan bibir dalam keadaan tersenyum dapat dilihat pada gambar 5.
Gambar 5. Foto frontal wajah dengan bibir dalam keadaan tersenyum.
11
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
c. Foto lateral wajah dengan bibir dalam keadaan istirahat.
Foto ini disebut juga foto profil. Setelah melakukan pengambilan foto frontal
wajah, pasien diinstruksikan untuk memutar badannya ke sebelah kiri, sehingga profil
wajah sebelah kanan pasien dapat menghadap ke operator. Di hadapan pasien
diletakkan cermin dengan jarak 1,10 m. Tubuh dalam posisi tegak dan pasien melihat
kedua pupil matanya di cermin sehingga dapat menghasilkan keadaan natural head
position (NHP). Posisi kepala yang salah dapat memberikan informasi yang salah
mengenai pola skeletal pasien. 11
Foto lateral wajah dengan bibir dalam keadaan
istirahat dapat dilihat pada gambar 6.
Gambar 6.
d. Foto oblique wajah dengan posisi pasien miring 45º dan bibir tersenyum. Posisi pengambilan foto lateral wajah, pasien diinstruksikan untuk memutar
kepalanya ke kanan (kurang lebih ¾ putaran dari posisi awal). Kemudian pasien
diinstruksikan untuk tersenyum hingga giginya terlihat.11
Foto oblique wajah dengan
posisi pasien miring 45º dan bibir tersenyum dapat dilihat pada gambar 7.
(a) (b) (c)
Foto lateral wajah. (a) Posisi ideal, (b) Posisi tidak benar, menginformasikan maloklusi klas III, (c) Posisi tidak benar, menginformasikan maloklusi klas II10
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Gambar 7. Foto oblique wajah (miring
450) dan bibir tersenyum.
11
2.2.3 Pengukuran Tipe Wajah Menggunakan Facial Index
Pengukuran tipe wajah dapat dilakukan dengan menggunakan foto frontal
wajah dan foto lateral wajah. Foto frontal wajah merupakan foto wajah pasien yang
diambil dari arah frontal, sedangkan foto lateral wajah merupakan foto wajah pasien
yang diambil dari arah lateral.10
Terdapat beberapa indeks yang digunakan untuk menganalisis tipe wajah,
salah satunya adalah dengan menggunakan Facial Index. Analisa tipe wajah dengan
Facial Index menggunakan beberapa titik yang harus ditentukan terlebih dahulu.
Titik-titik yang dibutuhkan dalam pengukuran dapat dilihat pada gambar 8. Titik-titik
tersebut adalah:
Titik-titik pengukuran foto frontal wajah dapat
dilihat pada gambar 8.
a. Na (Soft tissue nasion), yaitu titik tengah dari pangkal hidung pada sutura
nasofrontal, yang merupakan aspek paling cekung.
10
b. Me (Soft tissue menton), yaitu titik paling bawah dari bagian tengah dagu.
c. Zy (Zygomaticum), yaitu titik paling pinggir pada setiap lengkung
zygomaticum.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Gambar 8. Titik-titik yang diperlukan dalam pengukuran tipe wajah (foto frontal).
10
Morfologi bentuk wajah pertama sekali diperkenalkan oleh Martin dan Saller
dengan cara mengukur facial index.
3,7,10
Nilai indeks:
a. Hypereuryprosopic : X - 78,9
b. Euryprosopic : 79,0 - 83,9
c. Mesoprosopic : 84,0 - 87,9
d. Leptoprosopic : 88,0 - 92,9
e. Hyperleptoprosopic : 93,0 - X
3.10
I = Panjang wajah (nasion-menton) X 100 Lebar bizygomaticum
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.3 Lengkung Gigi
Lengkung gigi adalah lengkung yang dibentuk oleh mahkota gigi-geligi.
Moyers menyatakan bahwa lengkung gigi merupakan refleksi gabungan dari ukuran
mahkota gigi, posisi dan inklinasi gigi, bibir, pipi dan lidah (cit, Arthadini 2008) .12
Bentuk lengkung gigi awalnya dibentuk oleh konfigurasi tulang pendukung dan
diikuti dengan erupsi gigi oleh otot-otot sirkum oral dan tekanan fungsional intraoral.
Peneliti pada zaman dulu mendeskripsikan bentuk lengkung gigi dalam bentuk
qualitatif sederhana seperti elips, parabola dan bentuk U.
Keberhasilan suatu perawatan ortodontik dapat dinilai berdasarkan stabilitas
hasil perawatan. Salah satu hal yang mempengaruhi stabilitas adalah keberhasilan
mempertahankan bentuk lengkung gigi.
13,14
12 Perbedaan bentuk dan dimensi lengkung
gigi dapat mempengaruhi perawatan secara klinis. Setiap orang memiliki variasi
lengkung gigi oleh sebab itu dokter harus memperkirakan besarnya ruang yang
tersedia, stabilitas, estetika gigi, prospek pertumbuhan dan perkembangan gigi dalam
merawat semua kasus.2 Selain itu bentuk lengkung gigi selalu diperhatikan karena
prinsip dasar perawatan ortodonti adalah mempertahankan bentuk dasar lengkung
gigi awal pasien sebelum dirawat. Bentuk lengkung gigi tersebut diharapkan menjadi
stabil setelah perawatan selesai.
15
2.4 Klasifikasi Bentuk Lengkung Gigi
Penelitian mengenai bentuk lengkung gigi telah dimulai sejak awal
berkembangnya ilmu ortodontik itu sendiri. Berbagai metode dan formulasi
dikembangkan untuk dapat memprediksi bentuk lengkung gigi individual, tetapi
belum ada diantara formulasi tersebut yang dapat mewakili variasi bentuk lengkung
gigi pada seluruh populasi dan ras. Ada beberapa formulasi yang dahulu cukup
popular dalam menentukan bentuk lengkung gigi, yaitu:
16
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.4.1 Lengkung Gigi Bonwill
Pada tahun 1885, Bonwill menjadi perintis dalam mengemukakan suatu
postulat untuk memprediksi bentuk lengkung gigi individual. Beliau mengatakan
bahwa bentuk tripod dari mandibula merupakan suatu segitiga yang sama sisi dengan
jarak antar kondilus sebagai dasar segitiga dan titik kontak insisif sentral sebagai
puncaknya. Panjang rata-rata tiap sisinya adalah 4 inci dengan variasi tidak lebih dari
¼ inci (cit, Arthadini 2008).12 Bentuk lengkung gigi Bonwill dapat dilihat pada
gambar 9.
Gambar 9. Bentuk lengkung gigi Bonwill.
13
2.4.2 Lengkung Gigi Hawley
Tahun 1994, Hawley memodifikasi postulat Bonwill yang dikenal sebagai
Bonwill-Hawley Chart. Chart ini menggunakan jumlah lebar enam gigi anterior
sebagai radius lingkaran, lalu gigi disusun pada lingkaran tersebut. Dari lingkaran ini
dibuat segitiga yang seimbang dengan lebar interkondil sebagai dasar. Konstruksi ini
dapat membantu untuk memprediksi bentuk lengkung gigi normal.13,17
Bentuk
lengkung gigi Hawley dapat dilihat pada gambar 10.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Gambar 10. Bentuk Lengkung Gigi
Bonwill-Hawley.
16
2.4.3 Lengkung Gigi Catenary
Tahun 1949, MacConail dan Scher memperkenalkan disain Catenary. Kurva
ini ditentukan berdasarkan lebar intermolar yang diukur dari sentral fossa molar
pertama kanan dan kiri. Kurva Catenary adalah kurva yang terbentuk dari lengkung
kawat halus yang ditekan pada kedua ujungnya. Graber menambahkan bahwa bentuk
kurva hanya tepat pada sekitar 27% dari total subyek penelitiannya (cit, Arthadini
2008).13,14 Bentuk lengkung gigi Catenary dapat dilihat pada gambar 11.
Gambar 11. Kurva Catenary Graber.13
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.4.4 Lengkung Gigi Brader
Tahun 1972 dipopulerkan suatu disain lengkung gigi Brader yang dikenal
dengan tripocal ellipses. Bentuk lengkung gigi ditentukan berdasarkan jarak antar
molar kedua terhadap permukaan bidang fasial dan gingival. Kekurangan dari
disain elips ini adalah kurang memperhatikan region kaninus yang seringkali menjadi
sangat lebar (cit, Arthadini 2008).13,14
Bentuk lengkung gigi Brader dapat dilihat
pada gambar 12.
Gambar 12. Lengkung gigi Brader.
13
2.4.5 Lengkung Gigi Raberin
Beberapa klinisi membuat klasifikasi bentuk lengkung gigi guna memudahkan
pekerjaannya untuk mengatasi banyaksnya variasi lengkung gigi. Raberin misalnya,
dengan melakukan penelitian pada subyek tanpa perawatan ortodontik,
mengklasifikasikan lima bentuk lengkung gigi pentamorphic yaitu : narrow, wide,
mid, pointed dan flat. Titik referensi pada system pentamorphic ini adalah titik tengah
insisal gigi insisivus sentral, puncak tonjol gigi kaninus, puncak tonjol mesio-bukal
gigi molar pertama, puncak tonjol disto-bukal gigi molar kedua .18 Lengkung gigi
Raberin dapat dilihat pada gambar 13.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Gambar 13. Lengkung gigi Raberin.
17
2.5 Pengukuran Bentuk Lengkung Gigi
Bentuk lengkung gigi menggambarkan posisi dan hubungan dari satu gigi ke
gigi yang lainnya dalam bentuk 3 dimensi yang merupakan hasil dari morfologi
skeletal, jaringan lunak sekitarnya dan efek dari lingkungan.
Pendeskripsian dari bentuk lengkung gigi sangat bervariasi, mulai dari bentuk
geometri sampai ke fungsi matematika. Setiap metode penentuan bentuk lengkung
gigi memiliki kelebihan dan kekurangan. Metode konvensional mudah dilakukan
namun kurang memiliki bukti matematika dan terdiri dari faktor-faktor yang selalu
mengarah pada pemahaman yang beragam karena tergantung pada pemeriksaan
visual pribadi. Sedangkan metode kuantitaf banyak menggunakan evaluasi
matematika yang melibatkan pengukuran titik referensi tertentu dan menganalisis
berbagai fungsi aljabar dengan menetapkan 4 sampai 5 jenis bentuk lengkung gigi.
Metode ini mengembangkan data yang banyak serta membutuhkan kaliberasi rumit
dengan peralatan tertentu.
8
8
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.6 Orthoform Template
Chunk pada tahun 1932 mengklasifikasikan bentuk lengkung ke dalam 3
bentuk yaitu square, ovoid dan tapered (cit, Arthadini 2008).12 Kemudian pada tahun
1987 Felton mencoba untuk mengevaluasi perbedaan lebar bentuk lengkung kawat
gigi pada arch wire yang digunakan untuk perawatan ortodonti dari sebuah
perusahaan ortodonti. Dari penelitiannya tersebut, Felton menemukan orthoform
template yaitu sebuah template transparan yang di atasnya digambar 3 bentuk
lengkung gigi yang berbeda yaitu bentuk lengkung gigi square,ovoid dan tapered (cit,
Othman 2012).
Orthoform template digunakan untuk menentukan bentuk lengkung gigi
secara kualitatif. Orthoform template diletakkan pada bagian atas midline lengkung
gigi pada model cetakan baik pada rahang atas dan rahang bawah. Bentuk lengkung
gigi dipilih disesuaikan dengan template yang paling cocok dengan model cetakan
gigi.
19
19 Orthoform template dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 14. Orthoform template bentuk tapered.19
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Gambar 15. Orthoform template bentuk ovoid.
19
Gambar 16. Orthoform template bentuk square.
19
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.6 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Bentuk Lengkung Gigi
Perubahan dimensi lengkung gigi merupakan mekanisme kompensasi yang
terjadi sebagai akibat dari pertumbuhan dan diperlukan untuk menjaga keseimbangan
fungsional, struktural wajah dan pertumbuhan gigi. Dimensi lengkung gigi berubah
secara sistematis selama pertumbuhan dan perkembangan.
Menurut Van der Linden faktor yang mempengaruhi karakteristik lengkung
gigi antara lain :
20
a. Fungsi Rongga Mulut
Fungsi rongga mulut dibedakan atas periode neonatal dan postnatal. Fungsi
rongga mulut periode neonatal antara lain menyusui dan menelan, pemeliharaan jalan
nafas, menangis, batuk dan gagging. Sedangkan fungsi rongga mulut postnatal adalah
untuk mengunyah, ekspresi wajah, berbicara dan penelanan matur.
b. Kebiasaan Oral
6
Kebiasaan oral yang mempengaruhi lengkung gigi antara lain mengisap ibu
jari, bernafas melalui mulut, dan kebiasaan menjulurkan lidah. Peran kebiasaan oral
terhadap perubahan dan karakteristik lengkung tergantung dari frekuensi, intensitas,
dan lama durasi. Aktifitas kebiasaan buruk ini berkaitan dengan otot-otot rongga
mulut. Aktifitas ini paling sering ditemukan pada anak-anak usia muda dan bisa
dianggap normal pada masa bayi, tetapi hal ini menjadi tidak normal apabila berlanjut
hingga dewasa. Dampak perubahan dapat mengenai morfologi fasial yaitu mengenai
gigi, rahang dan skeletal fasial.
c. Otot Rongga Mulut
6
Otot pengunyahan yang kuat akan meningkatkan mekanisme pengunyahan
rahang, dan ini memicu pertumbuhan sutura dan aposisi tulang yang menyebabkan
peningkatan pertumbuhan rahang. Otot yang berperan terhadap perubahan karakter
lengkung gigi adalah otot orofasial dan pengunyahan. Gangguan otot sering
dihubungkan dengan kelainan neuromuskular, genetik dan penyakit.
6
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA