bonwill-hawley chart.pdf

18
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tipe Wajah Penentuan tipe wajah merupakan salah satu prosedur penting dalam menentukan diagnosis ortodonti walaupun tidak memberikan keterangan secara lengkap mengenai tulang kraniofasial. Analisa tipe wajah dapat memperlihatkan hubungan variasi bagian-bagian wajah sehingga para klinisi lebih mudah untuk mengidentifikasi kemungkinan malrelasi yang terjadi. Secara umum morfologi tipe wajah dipengaruhi oleh bentuk kepala, jenis kelamin, dan usia. 8,9 3,6 Walaupun bentuk wajah setiap orang berbeda, seseorang mampu mengenal ribuan wajah karena ada kombinasi unik dari kontur nasal, bibir, rahang, dan sebagainya yang memudahkan seseorang untuk mengenal satu sama lain. Bagian- bagian yang dianggap mempengaruhi wajah adalah tulang pipi, hidung, rahang atas, rahang bawah, mulut, dagu, mata, dahi, dan supraorbital. Perubahan tipe wajah menurut usia terbagi dalam tiga tahap, yakni pada usia 5-10 tahun, 10-15 tahun, dan 15-25 tahun. Usia 5-10 tahun wajah mengalami perubahan sebesar 40%. Usia 10-15 tahun terjadi perubahan sebesar 40%. Pada usia 15-25 terjadi proses pencarian keseimbangan sampai akhirnya wajah menjadi matur. 6 Perubahan tipe wajah pada perempuan terjadi lebih cepat dibanding laki-laki pada masa pubertas karena dipengaruhi oleh perbedaan percepatan pertumbuhan antara laki-laki dan perempuan. 9 9 Pertambahan ukuran pertumbuhan terus berjalan dengan kecepatan yang bervariasi. Ukuran tinggi wajah anak perempuan umur 4-5 tahun lebih besar daripada anak laki-laki, karena anak perempuan lebih cepat masa pertumbuhannya dibandingkan dengan anak laki-laki. Pada usia tersebut, anak laki- laki biasanya lebih aktif daripada anak perempuan, sehingga masukan zat gizi untuk pertumbuhan dipakai sebagai bahan untuk pembentukan energi. 3 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Upload: pervita-venny-maharsi

Post on 26-Oct-2015

236 views

Category:

Documents


15 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bonwill-Hawley Chart.pdf

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tipe Wajah

Penentuan tipe wajah merupakan salah satu prosedur penting dalam

menentukan diagnosis ortodonti walaupun tidak memberikan keterangan secara

lengkap mengenai tulang kraniofasial. Analisa tipe wajah dapat memperlihatkan

hubungan variasi bagian-bagian wajah sehingga para klinisi lebih mudah untuk

mengidentifikasi kemungkinan malrelasi yang terjadi.

Secara umum morfologi tipe wajah dipengaruhi oleh bentuk kepala, jenis

kelamin, dan usia.

8,9

3,6 Walaupun bentuk wajah setiap orang berbeda, seseorang mampu

mengenal ribuan wajah karena ada kombinasi unik dari kontur nasal, bibir, rahang,

dan sebagainya yang memudahkan seseorang untuk mengenal satu sama lain. Bagian-

bagian yang dianggap mempengaruhi wajah adalah tulang pipi, hidung, rahang atas,

rahang bawah, mulut, dagu, mata, dahi, dan supraorbital.

Perubahan tipe wajah menurut usia terbagi dalam tiga tahap, yakni pada usia

5-10 tahun, 10-15 tahun, dan 15-25 tahun. Usia 5-10 tahun wajah mengalami

perubahan sebesar 40%. Usia 10-15 tahun terjadi perubahan sebesar 40%. Pada usia

15-25 terjadi proses pencarian keseimbangan sampai akhirnya wajah menjadi matur.

6

Perubahan tipe wajah pada perempuan terjadi lebih cepat dibanding laki-laki

pada masa pubertas karena dipengaruhi oleh perbedaan percepatan pertumbuhan

antara laki-laki dan perempuan.

9

9 Pertambahan ukuran pertumbuhan terus berjalan

dengan kecepatan yang bervariasi. Ukuran tinggi wajah anak perempuan umur 4-5

tahun lebih besar daripada anak laki-laki, karena anak perempuan lebih cepat masa

pertumbuhannya dibandingkan dengan anak laki-laki. Pada usia tersebut, anak laki-

laki biasanya lebih aktif daripada anak perempuan, sehingga masukan zat gizi untuk

pertumbuhan dipakai sebagai bahan untuk pembentukan energi.3

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 2: Bonwill-Hawley Chart.pdf

Martin dan Saller menentukan tipe wajah berdasarkan indeks morfologi

wajah. Indeks tersebut merupakan hasil pengukuran pada tinggi wajah total (Na-Me)

dibagi dengan lebar wajah (Zy-Zy). Dari perhitungan tersebut beliau mengklasifikan

tipe wajah ke dalam beberapa bentuk yaitu: hipereuryprosopic dengan indeks X-78.9,

euryprosopic dengan indeks 79.0-83, mesoprosopic dengan indeks 84.0-87.9,

leptoprosopic dengan indeks 88.0-92.9 dan hyperleptoprosopic dengan indeks 93.0-x.

Tipe wajah rata-rata yang dimiliki manusia adalah euryprosopic, mesoprosopic dan

leptoprosopic. (cit, Singh G 2007)

3

2.1.1 Tipe Wajah Leptoprosopic

Tipe wajah leptoprosopic memiliki ciri-ciri bentuk kepala panjang dan sempit,

bentuk dan sudut bidang mandibula yang sempit, bentuk wajah seperti segitiga

(tapered), tulang pipi tegak, rongga orbita berbentuk rektangular dan aperturanasal

yang lebar. Kebanyakan bentuk kepala ini dimiliki oleh ras Negroid dan Aborigin

Australia.6.7 Tipe wajah leptoprosopic berada pada rentang indeks 88 - 92.9.3

Tipe

wajah leptoprosopic dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Tipe wajah leptoprosopic

3

Tipe wajah leptoprosopic memiliki tulang hidung cenderung tinggi dan

hidung terlihat lebih protrusif. Karena sangat protrusif, kadang-kadang hidung

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 3: Bonwill-Hawley Chart.pdf

menjadi bengkok bahkan turun. Oleh karena bagian hidung dari tipe wajah

leptoprosopic lebih protrusif, glabela dan lingkaran tulang orbital bagian atas menjadi

sangat menonjol sedangkan tulang pipi menjadi terlihat kurang menonjol. Tipe wajah

juga mempengaruhi bentuk lengkung gigi. Bentuk wajah yang sempit dan panjang

akan menghasilkan lengkung maksila dan palatum yang panjang, sempit, dan dalam.

Selain itu, mandibula dan bibir bawah cenderung menjadi retrusif sehingga profil

wajah menjadi cembung.

6

2.1.2 Tipe Wajah Euryprosopic.

Tipe wajah euryprosopic memiliki tulang pipi yang lebih lebar, datar, dan

kurang protrusif sehingga membuat konfigurasi tulang pipi terlihat jelas berbentuk

persegi. Bola mata juga lebih besar dan menonjol karena kavitas orbital yang

dangkal. Karakter wajah seperti ini membuat tipe wajah euryprosopic terlihat lebih

menonjol daripada leptoprosopic. Tipe wajah euryprosopic memiliki lengkung

maksila dan palatum yang lebar dan dangkal. Mandibula dan dagu cenderung lebih

protrusif sehingga profil wajah menjadi lurus atau bahkan cekung.6 Tipe wajah

euryprosopic berada pada rentang indeks 79,0 - 83.9.3

Tipe wajah euryprosopic dapat

dilihat pada gambar 2.

Gambar 2. Tipe wajah euryprosopic3

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 4: Bonwill-Hawley Chart.pdf

2.1.3 Tipe Wajah Mesoprosopic

Tipe wajah mesoprosopic memiliki karakteristik fisik antara lain, kepala

lonjong dan bentuk muka terlihat oval dengan zigomatik yang sedikit mengecil, profil

wajah ortognasi, apertura nasal yang sempit, spina nasalis menonjol dan meatus

auditory external membulat. Tipe wajah seperti ini kebanyakan dimiliki oleh orang

Kaukasoid. Tipe wajah mesoprosopic berada pada rentang indeks 84,0-87,9.7 Tipe

wajah mesoprosopic memiliki bentuk hidung, dahi, tulang pipi, bola mata, dan

lengkung rahang yang tidak selebar tipe wajah euryprosopic dan tidak sesempit tipe

wajah leptoprosopic .6

Tipe wajah mesoprosopic dapat dilihat pada gambar 3.

Gambar 3. Tipe wajah mesoprosopic

3

2.2 Analisis Tipe Wajah Menggunakan Fotografi Ekstra Oral

Fotografi ekstraoral dianggap sebagai suatu catatan penting dan harus

dilakukan sebelum memulai perawatan dan setelah menyelesaikan perawatan.

Informasi yang didapatkan dari fotografi ekstraoral ini dapat membantu para

ortodontis dalam menentukan rencana perawatan yang sesuai dengan yang

dibutuhkan oleh pasien.

3

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 5: Bonwill-Hawley Chart.pdf

2.2.1 Kegunaan Fotografi Ekstra Oral

Fotografi ekstra oral pada bidang ortodonti digunakan untuk:

a. Mengevaluasi hubungan kraniofasial serta proporsi wajah sebelum dan

sesudah perawatan. Wajah yang proporsional dinilai dari keharmonisan tinggi wajah

bagian bawah (lower facial) dengan jarak glabela ke subnasal. Jika sepertiga wajah

bawah lebih pendek, maka kemungkinan pasien memiliki gigitan yang dalam. Jika

sepertiga wajah bawah lebih tinggi, maka kemungkinan pasien memiliki gigitan yang

terbuka.

b. Penentuan morfologi tipe wajah. Pada foto frontal wajah, pengukuran tipe

wajah dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai rumus, salah satunya rumus

facial index.

3

c. Pemeriksaan kesimetrisan wajah. Pemeriksaan kesimetrisan wajah

dilakukan dengan membagi wajah menjadi dua bagian secara vertikal sama besar.

10

3

Maloklusi gigi dapat menyebabkan wajah menjadi asimetri. Asimetri wajah yang

nyata dapat disebabkan oleh trauma ataupun penyakit, misalnya hemifasial hipertrofi/

atrofi, cacat kongenital, kondilus hyperplasia unilateral, ankilosis unilateral, dan lain-

lain.

d. Pemeriksaan keadaan bibir pasien. Bibir diklasifikasikan menjadi tiga,

yakni bibir kompeten, bibir inkompeten, dan bibir kompeten potensial. Bibir

kompeten merupakan bibir yang dapat menutup tanpa perlu kontraksi dan memiliki

freeway space saat otot-otot dalam keadaan istirahat. Bibir inkompeten merupakan

bibir yang tidak tertutup saat otot-otot dalam keadaan istirahat namun bisa menutup

bila otot diberi kontraksi. Bibir inkompeten terjadi karena bentuk bibir yang pendek.

Bibir kompeten potensial merupakan bibir yang tidak bisa menutup karena terhalang

oleh gigi insisivus maksila yang protrusif.

7

e. Media untuk memonitor perkembangan perawatan. Selama perawatan

berlangsung, foto frontal wajah dapat membantu mengingatkan keadaan pasien

sebelum dilakukan perawatan. Kemudian dalam hal melihat kemajuan perawatan,

foto frontal wajah dapat dipakai sebagai pembanding selain dengan model studi.

3

3

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 6: Bonwill-Hawley Chart.pdf

2.2.2 Teknik Pengambilan Fotografi Ekstra Oral yang Baik

Ada beberapa teknik yang dapat digunakan dalam pengambilan fotografi

ekstra oral, diantaranya adalah:

a. Foto frontal wajah dengan bibir dalam keadaan istirahat.

Merupakan foto yang pertama kali diambil dan termudah dalam teknik

fotografi ekstra oral. Namun, pengambilannya tetap harus memperhatikan beberapa

panduan penting agar tercipta hasil yang baik pada saat proses foto.11

Teknik

pengambilan foto frontal wajah dengan bibir dalam keadaan istirahat dapat dilihat

pada gambar 4.

Gambar 4.

Hal-hal yang harus diperhatikan antara lain: kamera berada dalam posisi yang

tegak serta memiliki tinggi yang sama dengan kepala pasien. Pengaturan jarak antara

lensa kamera ke pasien adalah 1,50 m. Warna latar belakang yang baik adalah warna

putih atau warna gelap seperti kain biru tua. Ukuran kain latar belakang adalah

dengan lebar 0,95 m dan tinggi 1,10 m. Jarak antara pasien dengan latar belakang

kurang lebih 0,75 m untuk mencegah terbentuknya bayangan.10,11 Kemudian pasien

duduk di kursi dengan posisi tubuh yang tegak dan mata menatap lurus ke lensa

kamera sehingga dapat menghasilkan keadaan natural head position (NHP). Keadaan

natural head position (NHP) adalah suatu orientasi kepala yang dibutuhkan untuk

Teknik pengambilan foto frontal wajah dengan bibir dalam keadaan istirahat. (a) Pengaturan tepi foto, (b) Garis median pasien dalam keadaan lurus, (c) Garis khayal interpupil disejajarkan, (d) Foto frontal dengan bibir dalam keadaan istirahat11

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 7: Bonwill-Hawley Chart.pdf

keperluan fotografi ekstra oral, yang akan terbentuk apabila tubuh pasien berada

dalam posisi tegak dan menatap ke satu titik yang cukup jauh dan tingginya sejajar

dengan mata pasien.10 Pasien diinstruksikan untuk memberi ekspresi serius dan bibir

dikatupkan ringan (posisi istirahat). Garis inter-pupil pasien berada dalam garis yang

sejajar. Garis median pasien juga harus berada dalam keadaan yang lurus. Bagian

yang harus diambil adalah bagian wajah dan leher pasien dengan tepi sekitarnya yang

dapat disesuaikan.

10,11

b. Foto frontal wajah dengan bibir dalam keadaan tersenyum.

Teknik pengambilan foto ini hampir sama dengan teknik foto frontal wajah

dengan bibir dalam keadaan istirahat, hanya saja pasien diinstruksikan untuk

tersenyum secara alami dan gigi terlihat. Foto ini bertujuan untuk memperlihatkan

keadaan proporsi jaringan lunak wajah selama tersenyum.11

Foto frontal wajah

dengan bibir dalam keadaan tersenyum dapat dilihat pada gambar 5.

Gambar 5. Foto frontal wajah dengan bibir dalam keadaan tersenyum.

11

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 8: Bonwill-Hawley Chart.pdf

c. Foto lateral wajah dengan bibir dalam keadaan istirahat.

Foto ini disebut juga foto profil. Setelah melakukan pengambilan foto frontal

wajah, pasien diinstruksikan untuk memutar badannya ke sebelah kiri, sehingga profil

wajah sebelah kanan pasien dapat menghadap ke operator. Di hadapan pasien

diletakkan cermin dengan jarak 1,10 m. Tubuh dalam posisi tegak dan pasien melihat

kedua pupil matanya di cermin sehingga dapat menghasilkan keadaan natural head

position (NHP). Posisi kepala yang salah dapat memberikan informasi yang salah

mengenai pola skeletal pasien. 11

Foto lateral wajah dengan bibir dalam keadaan

istirahat dapat dilihat pada gambar 6.

Gambar 6.

d. Foto oblique wajah dengan posisi pasien miring 45º dan bibir tersenyum. Posisi pengambilan foto lateral wajah, pasien diinstruksikan untuk memutar

kepalanya ke kanan (kurang lebih ¾ putaran dari posisi awal). Kemudian pasien

diinstruksikan untuk tersenyum hingga giginya terlihat.11

Foto oblique wajah dengan

posisi pasien miring 45º dan bibir tersenyum dapat dilihat pada gambar 7.

(a) (b) (c)

Foto lateral wajah. (a) Posisi ideal, (b) Posisi tidak benar, menginformasikan maloklusi klas III, (c) Posisi tidak benar, menginformasikan maloklusi klas II10

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 9: Bonwill-Hawley Chart.pdf

Gambar 7. Foto oblique wajah (miring

450) dan bibir tersenyum.

11

2.2.3 Pengukuran Tipe Wajah Menggunakan Facial Index

Pengukuran tipe wajah dapat dilakukan dengan menggunakan foto frontal

wajah dan foto lateral wajah. Foto frontal wajah merupakan foto wajah pasien yang

diambil dari arah frontal, sedangkan foto lateral wajah merupakan foto wajah pasien

yang diambil dari arah lateral.10

Terdapat beberapa indeks yang digunakan untuk menganalisis tipe wajah,

salah satunya adalah dengan menggunakan Facial Index. Analisa tipe wajah dengan

Facial Index menggunakan beberapa titik yang harus ditentukan terlebih dahulu.

Titik-titik yang dibutuhkan dalam pengukuran dapat dilihat pada gambar 8. Titik-titik

tersebut adalah:

Titik-titik pengukuran foto frontal wajah dapat

dilihat pada gambar 8.

a. Na (Soft tissue nasion), yaitu titik tengah dari pangkal hidung pada sutura

nasofrontal, yang merupakan aspek paling cekung.

10

b. Me (Soft tissue menton), yaitu titik paling bawah dari bagian tengah dagu.

c. Zy (Zygomaticum), yaitu titik paling pinggir pada setiap lengkung

zygomaticum.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 10: Bonwill-Hawley Chart.pdf

Gambar 8. Titik-titik yang diperlukan dalam pengukuran tipe wajah (foto frontal).

10

Morfologi bentuk wajah pertama sekali diperkenalkan oleh Martin dan Saller

dengan cara mengukur facial index.

3,7,10

Nilai indeks:

a. Hypereuryprosopic : X - 78,9

b. Euryprosopic : 79,0 - 83,9

c. Mesoprosopic : 84,0 - 87,9

d. Leptoprosopic : 88,0 - 92,9

e. Hyperleptoprosopic : 93,0 - X

3.10

I = Panjang wajah (nasion-menton) X 100 Lebar bizygomaticum

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 11: Bonwill-Hawley Chart.pdf

2.3 Lengkung Gigi

Lengkung gigi adalah lengkung yang dibentuk oleh mahkota gigi-geligi.

Moyers menyatakan bahwa lengkung gigi merupakan refleksi gabungan dari ukuran

mahkota gigi, posisi dan inklinasi gigi, bibir, pipi dan lidah (cit, Arthadini 2008) .12

Bentuk lengkung gigi awalnya dibentuk oleh konfigurasi tulang pendukung dan

diikuti dengan erupsi gigi oleh otot-otot sirkum oral dan tekanan fungsional intraoral.

Peneliti pada zaman dulu mendeskripsikan bentuk lengkung gigi dalam bentuk

qualitatif sederhana seperti elips, parabola dan bentuk U.

Keberhasilan suatu perawatan ortodontik dapat dinilai berdasarkan stabilitas

hasil perawatan. Salah satu hal yang mempengaruhi stabilitas adalah keberhasilan

mempertahankan bentuk lengkung gigi.

13,14

12 Perbedaan bentuk dan dimensi lengkung

gigi dapat mempengaruhi perawatan secara klinis. Setiap orang memiliki variasi

lengkung gigi oleh sebab itu dokter harus memperkirakan besarnya ruang yang

tersedia, stabilitas, estetika gigi, prospek pertumbuhan dan perkembangan gigi dalam

merawat semua kasus.2 Selain itu bentuk lengkung gigi selalu diperhatikan karena

prinsip dasar perawatan ortodonti adalah mempertahankan bentuk dasar lengkung

gigi awal pasien sebelum dirawat. Bentuk lengkung gigi tersebut diharapkan menjadi

stabil setelah perawatan selesai.

15

2.4 Klasifikasi Bentuk Lengkung Gigi

Penelitian mengenai bentuk lengkung gigi telah dimulai sejak awal

berkembangnya ilmu ortodontik itu sendiri. Berbagai metode dan formulasi

dikembangkan untuk dapat memprediksi bentuk lengkung gigi individual, tetapi

belum ada diantara formulasi tersebut yang dapat mewakili variasi bentuk lengkung

gigi pada seluruh populasi dan ras. Ada beberapa formulasi yang dahulu cukup

popular dalam menentukan bentuk lengkung gigi, yaitu:

16

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 12: Bonwill-Hawley Chart.pdf

2.4.1 Lengkung Gigi Bonwill

Pada tahun 1885, Bonwill menjadi perintis dalam mengemukakan suatu

postulat untuk memprediksi bentuk lengkung gigi individual. Beliau mengatakan

bahwa bentuk tripod dari mandibula merupakan suatu segitiga yang sama sisi dengan

jarak antar kondilus sebagai dasar segitiga dan titik kontak insisif sentral sebagai

puncaknya. Panjang rata-rata tiap sisinya adalah 4 inci dengan variasi tidak lebih dari

¼ inci (cit, Arthadini 2008).12 Bentuk lengkung gigi Bonwill dapat dilihat pada

gambar 9.

Gambar 9. Bentuk lengkung gigi Bonwill.

13

2.4.2 Lengkung Gigi Hawley

Tahun 1994, Hawley memodifikasi postulat Bonwill yang dikenal sebagai

Bonwill-Hawley Chart. Chart ini menggunakan jumlah lebar enam gigi anterior

sebagai radius lingkaran, lalu gigi disusun pada lingkaran tersebut. Dari lingkaran ini

dibuat segitiga yang seimbang dengan lebar interkondil sebagai dasar. Konstruksi ini

dapat membantu untuk memprediksi bentuk lengkung gigi normal.13,17

Bentuk

lengkung gigi Hawley dapat dilihat pada gambar 10.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 13: Bonwill-Hawley Chart.pdf

Gambar 10. Bentuk Lengkung Gigi

Bonwill-Hawley.

16

2.4.3 Lengkung Gigi Catenary

Tahun 1949, MacConail dan Scher memperkenalkan disain Catenary. Kurva

ini ditentukan berdasarkan lebar intermolar yang diukur dari sentral fossa molar

pertama kanan dan kiri. Kurva Catenary adalah kurva yang terbentuk dari lengkung

kawat halus yang ditekan pada kedua ujungnya. Graber menambahkan bahwa bentuk

kurva hanya tepat pada sekitar 27% dari total subyek penelitiannya (cit, Arthadini

2008).13,14 Bentuk lengkung gigi Catenary dapat dilihat pada gambar 11.

Gambar 11. Kurva Catenary Graber.13

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 14: Bonwill-Hawley Chart.pdf

2.4.4 Lengkung Gigi Brader

Tahun 1972 dipopulerkan suatu disain lengkung gigi Brader yang dikenal

dengan tripocal ellipses. Bentuk lengkung gigi ditentukan berdasarkan jarak antar

molar kedua terhadap permukaan bidang fasial dan gingival. Kekurangan dari

disain elips ini adalah kurang memperhatikan region kaninus yang seringkali menjadi

sangat lebar (cit, Arthadini 2008).13,14

Bentuk lengkung gigi Brader dapat dilihat

pada gambar 12.

Gambar 12. Lengkung gigi Brader.

13

2.4.5 Lengkung Gigi Raberin

Beberapa klinisi membuat klasifikasi bentuk lengkung gigi guna memudahkan

pekerjaannya untuk mengatasi banyaksnya variasi lengkung gigi. Raberin misalnya,

dengan melakukan penelitian pada subyek tanpa perawatan ortodontik,

mengklasifikasikan lima bentuk lengkung gigi pentamorphic yaitu : narrow, wide,

mid, pointed dan flat. Titik referensi pada system pentamorphic ini adalah titik tengah

insisal gigi insisivus sentral, puncak tonjol gigi kaninus, puncak tonjol mesio-bukal

gigi molar pertama, puncak tonjol disto-bukal gigi molar kedua .18 Lengkung gigi

Raberin dapat dilihat pada gambar 13.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 15: Bonwill-Hawley Chart.pdf

Gambar 13. Lengkung gigi Raberin.

17

2.5 Pengukuran Bentuk Lengkung Gigi

Bentuk lengkung gigi menggambarkan posisi dan hubungan dari satu gigi ke

gigi yang lainnya dalam bentuk 3 dimensi yang merupakan hasil dari morfologi

skeletal, jaringan lunak sekitarnya dan efek dari lingkungan.

Pendeskripsian dari bentuk lengkung gigi sangat bervariasi, mulai dari bentuk

geometri sampai ke fungsi matematika. Setiap metode penentuan bentuk lengkung

gigi memiliki kelebihan dan kekurangan. Metode konvensional mudah dilakukan

namun kurang memiliki bukti matematika dan terdiri dari faktor-faktor yang selalu

mengarah pada pemahaman yang beragam karena tergantung pada pemeriksaan

visual pribadi. Sedangkan metode kuantitaf banyak menggunakan evaluasi

matematika yang melibatkan pengukuran titik referensi tertentu dan menganalisis

berbagai fungsi aljabar dengan menetapkan 4 sampai 5 jenis bentuk lengkung gigi.

Metode ini mengembangkan data yang banyak serta membutuhkan kaliberasi rumit

dengan peralatan tertentu.

8

8

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 16: Bonwill-Hawley Chart.pdf

2.6 Orthoform Template

Chunk pada tahun 1932 mengklasifikasikan bentuk lengkung ke dalam 3

bentuk yaitu square, ovoid dan tapered (cit, Arthadini 2008).12 Kemudian pada tahun

1987 Felton mencoba untuk mengevaluasi perbedaan lebar bentuk lengkung kawat

gigi pada arch wire yang digunakan untuk perawatan ortodonti dari sebuah

perusahaan ortodonti. Dari penelitiannya tersebut, Felton menemukan orthoform

template yaitu sebuah template transparan yang di atasnya digambar 3 bentuk

lengkung gigi yang berbeda yaitu bentuk lengkung gigi square,ovoid dan tapered (cit,

Othman 2012).

Orthoform template digunakan untuk menentukan bentuk lengkung gigi

secara kualitatif. Orthoform template diletakkan pada bagian atas midline lengkung

gigi pada model cetakan baik pada rahang atas dan rahang bawah. Bentuk lengkung

gigi dipilih disesuaikan dengan template yang paling cocok dengan model cetakan

gigi.

19

19 Orthoform template dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 14. Orthoform template bentuk tapered.19

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 17: Bonwill-Hawley Chart.pdf

Gambar 15. Orthoform template bentuk ovoid.

19

Gambar 16. Orthoform template bentuk square.

19

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 18: Bonwill-Hawley Chart.pdf

2.6 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Bentuk Lengkung Gigi

Perubahan dimensi lengkung gigi merupakan mekanisme kompensasi yang

terjadi sebagai akibat dari pertumbuhan dan diperlukan untuk menjaga keseimbangan

fungsional, struktural wajah dan pertumbuhan gigi. Dimensi lengkung gigi berubah

secara sistematis selama pertumbuhan dan perkembangan.

Menurut Van der Linden faktor yang mempengaruhi karakteristik lengkung

gigi antara lain :

20

a. Fungsi Rongga Mulut

Fungsi rongga mulut dibedakan atas periode neonatal dan postnatal. Fungsi

rongga mulut periode neonatal antara lain menyusui dan menelan, pemeliharaan jalan

nafas, menangis, batuk dan gagging. Sedangkan fungsi rongga mulut postnatal adalah

untuk mengunyah, ekspresi wajah, berbicara dan penelanan matur.

b. Kebiasaan Oral

6

Kebiasaan oral yang mempengaruhi lengkung gigi antara lain mengisap ibu

jari, bernafas melalui mulut, dan kebiasaan menjulurkan lidah. Peran kebiasaan oral

terhadap perubahan dan karakteristik lengkung tergantung dari frekuensi, intensitas,

dan lama durasi. Aktifitas kebiasaan buruk ini berkaitan dengan otot-otot rongga

mulut. Aktifitas ini paling sering ditemukan pada anak-anak usia muda dan bisa

dianggap normal pada masa bayi, tetapi hal ini menjadi tidak normal apabila berlanjut

hingga dewasa. Dampak perubahan dapat mengenai morfologi fasial yaitu mengenai

gigi, rahang dan skeletal fasial.

c. Otot Rongga Mulut

6

Otot pengunyahan yang kuat akan meningkatkan mekanisme pengunyahan

rahang, dan ini memicu pertumbuhan sutura dan aposisi tulang yang menyebabkan

peningkatan pertumbuhan rahang. Otot yang berperan terhadap perubahan karakter

lengkung gigi adalah otot orofasial dan pengunyahan. Gangguan otot sering

dihubungkan dengan kelainan neuromuskular, genetik dan penyakit.

6

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA