blue economy: sustainable marine and fisheries development
TRANSCRIPT
Menuju PEMBANGUNAN KELAUTAN DAN PERIKANAN BERKELANJUTAN dengan konsep BLUE ECONOMY SUNOTO, MES, PHD Penasehat Menteri Kelautan dan Perikanan KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN JAKARTA (2014)
ISSUE KRITIS � INDONESIA merupakan negara kepulauan terbesar di dunia
dengan daerah kombinasi ekosistem daratan dan perairan yang kaya secara ekonomi dan ekologi. Daratan terdiri dari pegunungan, dataran landai, dan pulau-pulau kecil, sedangkan perairannya luar biasa dengan kombinasi perairan sungai-sungai besar, daerah basah, pesisir dan laut;
� Jenis sumberdaya alamnya juga beragam: sumberdaya hayati dan non-hayati dengan keanekaragaman potensi ekonomi dan ekologi yang tinggi;
� Namun potensi kerusakan alam juga besar: peningkatan intensitas kegiatan ekonomi di daratan akan menyebabkan kerusakan sumberdaya alam, sedangkan kerusakan alam di daratan akan merusak perairan: sungai, pesisir, dan laut, berupa degradasi lingkungan karena pencemaran dan sedimentasi. Sementara itu intensitas kegiatan di perairan sendiri juga terus mengancam kerusakan lingkungan perairan;
� Kerusakan alam di daratan dan perairan akan berbalik mengancam keberlanjutan pembangunan ekonomi;
� Sementara itu tantangan pembangunan makin kompleks, terutama sebagai akibat kompetisi ekonomi global, perubahan iklim, dan kependudukan.
� Untuk itu perlu Kebijakan Pembangunan KP Berkelanjutan. Salah satu pendekatan yang dapat dikembangkan adalah Konsep BLUE ECONOMY.
POTENSI KELAUTAN � Sekitar 2/3 wilayah RI adalah laut yang luasnya 5,8 juta km2 yang
terdiri dari 2,3 juta km2 perairan kepulauan, 0,8 juta km2 perairan tritorial, dan 2,7. juta km2 perairan ZEEI
� Jumlah pulau 17.504 buah, terdiri dari pulau-pulau besar dan kecil � Panjang pantai 104.000 km � Sekitar 70% minyak dan gas dihasilkan di wilayah pesisir dan laut
serta 60% cekungan minyak ada di laut � Sekitar 40% barang dan jasa perdagangan diangkut melalui laut � Jumlah penduduk terbesar keempat di dunia dan sebagian besar
tinggal di pesisir � Potensi ekonomi sumberdaya dan jasa kelautan besar: bioteknologi,
energi, mineral, perikanan laut, wisata, transportasi, dan industri maritim
� Posisi strategis Indonesia terletak diantara Samodera Pasifik dan Samudera Hindia
POTENSI PERAIRAN DAN PERIKANAN
� Laut Indonesia merupakan wilayah Marine Mega-Biodiversity terbesar di dunia, yang memiliki sekitar 8.500 species ikan, 555 species rumput laut dan 950 species biota terumbu karang.
� Sumberdaya ikan yang hidup di wilayah perairan Indonesia memiliki tingkat keragaman hayati (bio-diversity) sangat tinggi, diperkirakan meliputi 37 persen dari species ikan di dunia.
� Potensi sumberdaya perikanan tangkap di laut sekitar 6,5 juta ton per tahun dan telah dimanfaatkan lebih dari 5 juta ton.
� Jumlah nelayan laut dan perairan umum 2.755.794 orang dan lebih dari 50% atau 1.466.666 nelayan berstatus sambilan utama dan sambilan tambahan,
� Jumlah Rumah Tangga Perikanan Tangkap/Usaha Perikanan Tangkap 958.499 buah, naik 2,60%, dan diantaranya 811.453 RTP atau 85% RTP berskala kecil tanpa perahu, perahu tanpa motor, dan motor tempel
� Armada perikanan tangkap di laut 590.314 kapal, sekitar 94% berukuran kurang dari 5 GT
� Potensi tambak 1.224.076 ha dan budidaya laut lebih dari 12 juta ha
PESISIR DAN PENDUDUK MISKIN
� Pesisir mempunyai potensi ekonomi yang sangat besar untuk menopang pembangunan perekonomian nasional. Dari 440 kabupaten/kota yang ada di Indonesia, 297 diantaranya merupakan kabupaten/kota pesisir.Sementara dari 67.439 desa di Indonesia, sekitar 9.261 desa (13,73 %) dikategorikan sebagai desa pesisir.
� Desa-desa pesisir yang struktur sumberdaya ekonominya sangat bergantung pada produksi perikanan laut, mengakibatkan peluang kerja di luar perikanan yang ada adalah relatif sangat terbatas.
� Data BPS (2010) menunjukkan jumlah penduduk miskin di kawasan pesisir mencapai angka 7.879.468 orang atau sekitar 13,05 persen dari penduduk miskin nasional. Jumlah penduduk miskin tersebut tergabung pada 2.132.152 rumah tangga miskin atau sekitar 12,29 persen dari rumah tangga miskin secara nasional.
6
CAPAIAN 2012 DAN TARGET 2013 KINERJA UTAMA
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
No. I K U TAHUN 2012 TAHUN 2013
Target Capaian % Target
1 Pertumbuhan PDB Perikanan (%) 6,85% 6,48% 94,59 7%
2 Produksi perikanan (juta ton) • Perikanan tangkap • Perikanan budidaya
14,86 5,44 9,42
15,26 5,81 9,45
102,69 106,80 100,32
18,49 5,47
13,02
Produksi garam rakyat (juta ton) 1,32 2,02 153,03 2,85
3 Nilai Tukar Nelayan/Pembudidaya Ikan 110 105,37 95,79 110
4 Nilai ekspor hasil perikanan (USD miliar) 4,20 3,93 93,57 5,0
5 Tingkat Konsumsi ikan dalam negeri (kg/kapita)
33,14 33,89 102,26 35,14
6 Jumlah kasus penolakan ekspor hasil perikanan per negara mitra (kasus)
< 10 9 110 < 10
7 Luas Kawasan Konservasi Perairan (KKP) yang dikelola secara berkelanjutan dan penambahan kawasan
15,9 juta ha; Penambahan 500
ribu ha
16,06 juta ha; Penambahan 661,4 ribu ha
101,00 132,28
3,6 juta ha; Penambahan 500
ribu ha
8 Jumlah pulau-pulau kecil, termasuk pulau kecil terluar yang dikelola
60 pulau 60 pulau 100,00 60 pulau
9 Persentase wilayah perairan yang bebas IUU Fishing dan kegiatan yang merusak sumber daya KP
41% 41% 100,00 41%
WAWASAN NUSANTARA � Kebangkitan sebagai negara bahari muncul kembali melalui
“Deklarasi Djuanda” yang disampaikan pada tanggal 13 Desember 1957, dan dilanjutkan dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang, yang kemudian disahkan menjadi Undang-Undang No. 4/PRP tahun 1960 pada tahun 1960.
� Esensi dari “Deklarasi Djuanda” adalah: ◦ Perairan Indonesia adalah Laut Wilayah beserta perairan pedalaman
Indonesia atau lebih dikenal dengan “Perairan Nusantara”. ◦ Laut Wilayah Indonesia adalah jalur selebar 12 mil laut, diukur dari
pulau-pulau terluar atau bagian pulau-pulau yang terluar dengan dihubungkan garis lurus antara satu dengan lainnya.
� Konsepsi Nusantara sebagai manifestasi pemikiran politik Indonesia kemudian dimantapkan dengan ditetapkannya “Wawasan Nusantara” sebagai dasar pokok dari pelaksanaan Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) melalui Ketetapan MPR No. IV tahun 1973.
� Dengan ditetapkannya Wawasan Nusantara sebagai konsepsi kesatuan wilayah, maka bangsa dan negara memandang Indonesia sebagai suatu kesatuan, yang meliputi tanah (darat) dan air (laut) secara tidak terpisahkan.
UNCLOS 1982 � ESENSI UNCLOS 1982 ◦ Penegasan hak-hak dan kewajiban negara pantai atas laut teritorial dan laut kepulauan (bagi
negara kepulauan) dan pengelolaan sumberdaya alam yang ada di dalamnya ◦ Negara pantai mempunyai kedaulatan pengelolaan SDA di wilayah laut Zona Ekonomi
Eksklusif (ZEE) sampai batas 200 mil laut yang meliputi permukaan dan kolom air laut, landas kontinen dan udara yang berada di atasnya
◦ Negara pantai mempunyai hak dan kewajiban atas zona tambahan sampai dengan 24 mil laut diukur dari garis pangkal
◦ Negara pantai mempunyai hak atas landas kontimen sampai dengan 200 mil laut diukur dari garis pangkal dan dapat diperluas sampai tidak melebihi 350 mil laut
◦ Dengan hak-hak dan kewajiban atas wilayah laut dan sumberdayanya tersebut negara pantai dapat membuat kebijakan pengelolaan serta penegakan hukumnya
◦ Dengan semua hak-haknya negara pantai berkewajiban untuk menghargai hak-hak masyarakat dunia terkait dengan kepentingan pelayaran, perlindungan lingkungan, ekonomi dan keamanan.
� LAUT MERUPAKAN FAKTOR DOMINAN PEMBANGUNAN: ◦ Sebagian besar wilayah Indonesia adalah laut yang mempersatukan pulau-pulau yang
menyebar di seluruh wilayah yurisdiksi Indonesia sesuai UNCLOS 1982 dan peraturan perudang-undangan. Laut menjadi faktor dominan pembangunan sehingga patut menjadi acuan penyusunan pola dasar kebijakan ekonomi, sosial, budaya, lingkungan, pertahanan dan keamanan.
RATIFIKASI UNCLOS 1982 � Dengan konsep Wawasan Nusantara dan
diterimanya prinsip negara kepulauan dalam Konvensi hukum Laut PBB (UNCLOS, 1982) yang telah diratifikasi oleh pemerintah Indonesia, dengan Undang-Undang No. 17 tanggal 13 Desember 1985, maka Indonesia bukan lagi sebagai sekumpulan pulau-pulau yang terpisah-pisah yang masing-masing dikelilingi oleh laut.
� Laut Indonesia merupakan unsur pemersatu yang menghubungkan dan merangkaikan pulau-pulau, dan bukan unsur yang memisahkan pulau-pulau.
ZONA EKONOMI EKSKLUSIF INDONESIA (ZEEI) � Pada tanggal 21 Maret 1980 Pemerintah
mengumumkan Deklarasi Zone Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI) dan diundangkan dalam Undang-Undang No. 5 tahun 1983 (Lembaran Negara No. 44 tahun 1983).
� ZEEI adalah laut di luar Laut Wilayah Indonesia sejauh 200 mil laut diukur dari garis pangkal atau garis dasar laut, sehingga kekayaan laut yang ada di dasar laut di wilayah tersebut menjadi milik Indonesia.
MENGAPA PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN?
� Pada tahun 1972 diselenggarakan pertemuan puncak dunia (world summit), yaitu the United Nations Conference on Environment and Development (UNCED) di Stockholm, Swedia, sebagai refleksi kesadaran dan komitmen masyarakat dunia untuk menyerasikan pembangunan dan lingkungan.
� Pada pertengahan 1980an lahir konsep Pembangunan Berkelanjutan oleh WCED atau Brundtland Commission yang dikenal melalui buku Our Common Future pada tahun 1987.
� Pada tahun 1990an diperkenalkan konsep Zero Emmissions oleh Gunter Pauli sebagai pendiri dan aktivis pada Zero Emmissions Research and Initiative Foundation.
� Pada tahun 1992 diselenggarakan Rio Summit di Rio de Janeiro, Brazil yang mencerminkan makin meningkatnya komitmen masyarakat dunia untuk melaksanakan konsep pembangunan berkelajutan, antara lain melalui program: Agenda 21
� Selanjutnya berkembang konsep Green Economy oleh UNEP(United Nations Environment Programme).
� Pada tahun 2010 diperkenalkan konsep Blue Economy oleh Gunter Pauli melalui bukunya berjudul The Blue Economy.
PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN � Konsep pembangunan berkelanjutan telah berkembang
dengan rumusan dan ruang lingkup analisis beragam, namun dalam konteks ini dipergunakan rumusan dan semangat WCED (World Commission on Environment and Development).
� ESENSI: “Pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang memenuhi kebutuhan masa kini tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri”: tidak merusak sistem alam : atmosfir, air, tanah, dan makhluk hidup -- mengurangi pencemaran dan kerusakan lingkungan, mengendalikan eksploitasi sumberdaya alam, dan berkeadilan atau social equity (WCED, 1987)
� RUMUSAN: “Pembangunan berkelanjutan adalah suatu proses perubahan yang mana eksploitasi sumberdaya, arah investasi, orientasi pengembangan teknologi, dan perubahan kelembagaan semuanya dalam keadaan yang selaras, serta meningkatkan potensi masa kini dan masa depan untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi manusia.” (WCED, 1987)
PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN: DARI GREEN ECONOMY KE BLUE ECONOMY: Prinsip keberlanjutan (sustainability) telah diadopsi sebagai landasan dalam upaya mengintegrasikan ekonomi, sosial, dan lingkungan dalam sistem pembangunan jangka panjang yang berkeadilan. Asumsi dasar: pembangunan yang berkeadilan akan dapat diselenggarakan secara terus-menerus berjangka panjang apabila alam mendukungnya: yaitu sumberdaya alam, lingkungan, dan sumber daya manusia yang berkualitas. Green Economy dan Blue Economy berkembang dan berakar pada prinsip keberlanjutan (sustainability).
MENGAPA GREEN ECONOMY ? (UNEP)
� Green Economy is “… one that results in improved human well-being and social equity, while significantly reducing environmental risks and ecological scarcities.”
� “… a green economy can be thought of as one which is low carbon, resource efficient, and socially inclusive.”
� “…a green economy is one whose growth in income and employment is driven by public and private investments that reduce carbon emissions and pollution, enhance energy and resource efficiency, and prevent the loss of biodiversity and ecosystem services.” (UNEP)
PENJELASAN ESENSI GREEN ECONOMY
� Ekonomi Hijau adalah sistem ekonomi yang mampu meningkatkan kesejahteraan manusia dan sekaligus secara signifikan mengurangi resiko lingkungan dan kerusakan ekologi melalui efisiensi sumberdaya alam, rendah karbon, dan kepedulian sosial.
� Dalam sistem tersebut pertumbuhan ekonomi, peningkatan pendapatan dan penyerapan tenaga kerja didorong oleh investasi publik dan swasta yang mampu mengurangi emisi karbon dan polusi, mengembangkan energi dan efisiensi sumberdaya alam, serta melindungi keanekaragaman hayati dan fungsi ekosistem dari kerusakan.
INDIKATOR UTAMA GREEN ECONOMY (UNEP)
� TRANSFORMASI EKONOMI: Dari investasi beresiko tinggi terhadap lingkungan menjadi investasi ramah lingkungan (low carbon, clean, waste minimizing, resource efficient, and ecosystem enhancing activities).
� EFISIENSI SUMBERDAYA (RESOURCE EFFICIENCY): Penggunaan material, energi, air, lahan, perubahan ekosistem, besaran limbah, dan emisi bahan berbahaya terkait dengan aktivitas ekonomi.
� PROGRESS AND WELL-BEING: Arah investasi menuju green goods and services, strengthening of human and social capital, fulfilled basic human needs, level of education achieved, health status, and availibility of and access by the poor to social safety nets. (UNEP)
MENGAPA BLUE ECONOMY?
� SISTEM EKONOMI KONVENSIONAL TIDAK MAMPU MENGAKOMODASI PRINSIP PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN, TERUTAMA FAKTOR KESEIMBANGAN ANTARA PERILAKU MANUSIA DAN ALAM: budaya eksploitatif versus keterbatasan sumberdaya alam
� GREEN ECONOMY MEMANG TELAH CUKUP UNTUK MENDORONG
SISTEM INVESTASI LOW CARBON, RESOURCE EFFICIENT, CLEAN, WASTE MINIMIZING, AND ECOSYSTEM ENHANCING ACTIVITIES, NAMUN TIDAK MAMPU MENJAWAB PERSOALAN DASAR. ◦ SISTEM EKONOMI YG BERLAKU DILIHAT SEPERTI APA ADANYA (THE EXISTING
ECONOMIC SYSTEM IS SEEN AS A GIVEN) ◦ PRODUK DAN JASA GREEN ECONOMY CENDERUNG LEBIH MAHAL KARENA
MEMBUTUHKAN LEBIH BANYAK INVESTASI
� BLUE ECONOMY: PERUBAHAN PARADIGMA EKONOMI – ◦ THE EXISTING SYSTEM IS PROBLEMATIC KRN ITU PERLU PERUBAHAN ◦ GUNAKAN LOGIKA EKOSISTEM: BELAJAR DARI CARA KERJA ALAM.
BLUE ECONOMY: BLUE OCEAN – BLUE SKY
� Landasan Konsepsi: The Blue Economy: 10 years, 100 innovations, and 100 million jobs oleh Gunter Pauli, 2010)
� Konsep Blue Economy dikembangkan untuk menjawab tantangan, bahwa sistem ekonomi dunia cenderung ekploitatif dan merusak lingkungan: selain karena limbah, juga alam rusak karena eksploitasi melebihi kapasitas atau daya dukungnya.
� Walaupun prinsip-prinsip resource efficiency, low carbon, social inclusiveness mulai dikembangkan, namun masih belum mampu mengatasi keserakahan manusia untuk mengeksploitasi sumberdaya alam lebih banyak. Bahkan, implementasi pembangunan berkelanjutan dengan konsep green products and services, yaitu produk-produk dan jasa ramah lingkungan harus dibeli mahal dan makin tidak dapat dijangkau masyarakat miskin.
� Konsep Blue Economy dimaksudkan untuk memberikan tantangan bagi para enterpreneur bahwa a blue economy business model memberikan peluang untuk mengembangkan investasi dan bisnis yang lebih menguntungkan secara ekonomi dan lingkungan: menggunakan sumberdaya alam lebih efisien dan tidak merusak lingkungan, sistem produksi lebih efisien, menghasilkan produk dan nilai ekonomi lebih besar, meningkatkan penyerapan tenaga kerja, dan memberikan kesempatan untuk memberikan benefit kepada setiap kontributor secara lebih adil.
� BLUE ECONOMY: Pertumbuhan ekonomi meningkat, rakyat sejahtera, namun laut dan langit tetap biru.
ESENSI BLUE ECONOMY � BELAJAR DARI ALAM: Blue Economy mencontoh alam, yaitu cara
kerja EKOSISTEM: sesuai dengan apa yang disediakan alam dan cara bekerja dengan efisiensi tinggi.
� LOGIKA EKOSISTEM: Cara kerja ekosistem dijadikan model Blue Economy, yaitu seperti air mengalir dari gunung membawa nutrien dan energi untuk memenuhi kebutuhan dasar kehidupan seluruh makhluk hidup dan tanaman yang berinteraksi dan saling menghidupi -- limbah dari sesuatu menjadi makanan/energi bagi yang lain. Hanya dengan gravitasi energi didistribusikan secara efisien dan merata tanpa henti dan tanpa ekstraksi energi eksternal.
� INOVASI DAN KREATIVITAS: Blue economy berkembang karena inovasi dan kreativitas. Ada 100 inovasi ekonomi praktis yang mengilhami Blue Economy dengan prinsip mencontoh cara kerja ekosistem: ekosistem selalu bekerja menuju tingkat efisiensi lebih tinggi untuk mengalirkan nutrien dan energi tanpa limbah untuk memenuhi kebutuhan dasar bagi semua kontributor dalam suatu sistem.
PENJELASAN ELEMEN-ELEMEN ECONOMI BIRU
� KEBERLANJUTAN: ◦ Efisiensi alam (Nature’s Efficiency) ◦ Tanpa limbah - tidak ada sisa untuk limbah: limbah dari satu
proses menjadi bahan baku dari proses produksi yang lain ◦ Kepedulian sosial (social capital and equity): peningkatan
pendapatan, lebih banyak hasil (multiple revenue), lebih banyak penyerapan tenaga kerja, lebih banyak peluang usaha bagi masyarakat. ◦ Inovasi dan kreativitas: melahirkan bisnis inovatif dan kreatif
untuk melipat-gandakan hasil, memperluas lapangan kerja, namun tidak merusak lingkungan.
� PERUBAHAN PARADIGMA EKONOMI ◦ Berfikir sistemik mengikuti cara bekerja alam ◦ Perubahan cara berbisnis: multi produk-multi kompetensi-dan
multi revenue.
KEBIJAKAN BLUE ECONOMY DI INDONESIA: TUJUAN: Kebijakan Blue Economy di Indonesia bertujuan:
1. MENGEMBANGKAN SISTEM TATA KELOLA LAUT YANG BAIK (GOOD OCEAN GOVERNANCE) berdasarkan prinsip keberlanjutan (sustainability)
2. MENINGKATKAN efisiensi SDA dan nilai ekonomi untuk kesejahteraan masyarakat
3. MENINGKATKAN KERAGAMAN AKTIVITAS EKONOMI YANG BERNILAI TAMBAH DAN YANG BERDAYA SAING dengan konsep pembangunan berkelanjutan
4. MENINGKATKAN AKSESIBILITAS masyarakat lokal terhadap sumberdaya ekonomi
5. MENDORONG BERKEMBANGNYA INVESTASI INOVATIF DAN KREATIF untuk peningkatan efisiensi dan nilai tambah sumberdaya alam
6. MENGEMBANGKAN SISTEM PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM secara seimbang antara pemanfaatan dan pelestarian lingkungan
STRATEGI PENGEMBANGAN BLUE ECONOMY
PENATAAN KEBIJAKAN MAKRO: 1. PENGEMBANGAN KEBIJAKAN KELAUTAN NASIONAL
dengan konsep NEGARA KEPULAUAN dan GOOD OCEAN GOVERNANCE
2. PENGEMBANGAN SENTRA-SENTRA PERTUMBUHAN SEBAGAI PENGGERAK UTAMA EKONOMI KAWASAN
3. PENATAAN SISTEM MANAJEMEN SUMBERDAYA KP YANG SECARA EKONOMI DAN LINGKUNGAN MENGUNTUNGKAN: a) SISTEM PERENCANAAN DAN PENATAAN RUANG b) SISTEM PENDEKATAN DAN IMPLEMENTASI MANAJEMEN
MOBILISASI INVESTASI INOVATIF: 1. MENGEMBANGKAN PELUANG INVESTASI BERBASIS
SISTEM PRODUKSI BERSIH DAN PENGELOLAAN SDA BERKELANJUTAN
2. MENGGALANG KERJASAMA DENGAN INVESTOR UNTUK MENGEMBANGKAN BISNIS INOVATIF DENGAN MODEL BLUE ECONOMY
KEBIJAKAN INVESTASI MODEL BLUE ECONOMY (2 PENDEKATAN) 1. PENGEMBANGAN BISNIS DAN INVESTASI
TERINTEGRASI dengan MODEL BLUE ECONOMY: BERBASIS KOMODITAS DAN PRODUK UNGGULAN: Pengembangan investasi dengan kenekaragaman kegiatan ekonomi yang saling terkait: efisiensi sumberdaya alam tapi perkaya hasil produksi dan nilai serta memperluas kesempatan kerja.
2. PENGEMBANGAN KAWASAN BLUE ECONOMY --PENGKAYAAN FUNGSI EKOSISTEM DAN INVESTASI DALAM KAWASAN: ◦ GUGUSAN PULAU-PULAU KECIL -- MODEL PENGELOLAAN
EKONOMI WILAYAH KEPULAUAN: Kawasan yang terdiri dari pulau-pulau kecil terpisah dari pulau besar atau pulau-pulau kecil yang menjadi bagian ekosistem pulau besar.
◦ KAWASAN TELUK DAN PESISIR -- MODEL PENGELOLAAN TELUK, PESISIR DAN DARATAN TERINTEGRASI: Kawasan teluk relatif luas yang telah dan diproyeksikan menjadi kawasan ekonomi dengan keaneka-ragaman kegiatan tinggi.
◦ KAWASAN KONSERVASI -- MODEL PENGEMBANGAN EKONOMI KAWASAN TERBATAS: Kawasan ekonomi berbasis kawasan konservasi
USAHA DAN INVESTASI MODEL BLUE ECONOMY (inovasi dan kreativitas)
1. MULTIPLE REVENUE (hasil berlipat-ganda) 2. PELUANG BISNIS TERBUKA LUAS:
1) HEMAT BAHAN BAKU DAN ENERGI (reduce cost) 2) DIVERSIFIKASI PRODUK/services (more products, money and job) 3) PRODUKTIVITAS TINGGI (more money) 4) PENINGKATAN NILAI TAMBAH (more money) 5) PENINGKATAN KUALITAS (more money) 6) TANPA LIMBAH: LIMBAH SEBAGAI BAHAN BAKU PRODUK
TURUNAN (more money and job) 7) EFISIEN SUMBERDAYA ALAM DAN BIAYA, TAPI REVENUE
MENINGKAT (more money for less environmental risk) 3. PENINGKATAN KESEMPATAN TENAGA KERJA (+) 4. PENINGKATAN PENDAPATAN MASYARAKAT (+) 5. TIDAK MERUSAK DAN MENCEMARI LINGKUNGAN (reduce cost
and tax) 6. EFISIEN DAN MEMPERKAYA ALAM (+)
� INOVASI DAN KREATIVITAS: produk, sistem produksi, dan manajemen
HASIL LAUT
Ikan Segar BM = 5% Kapasitas
8.028.800 ton
Gracilaria sp Gelidium sp Prod: 28.500T
Eucheuma sp Prod: 10.500T Eucheuma cott Prod: 93.500T
Sargasum sp Turbinaria sp
Rumput Laut BM = 5%
Daging
Hati
Sirip
Kepala
Silase
Kulit
Tulang
Ikan Kaleng* BM = 10%
Kap: 415.000T Ikan Beku BM = 15%
Kap: 1.541.729T Tepung Ikan
BM = 5% Kap: 176.245T Minyak Ikan
BM = 5% Kap:
Makanan dari Sirip Ikan
Tepung Ikan BM = 0%
Kap: 176.245T Pakan Ternak
Kulit Samak
Gelatin
Kerajinan Tulang
Minyak goreng
Pharmasi
Pakan Ternak
Barang Kulit
Pharmasi Emulsifier
Bahan Gigi Buatan Shampoo Pasta Gigi
Sabun
Farmasi Pakan Ternak Pengeboran
Cat Printing Tekstil
Kertas Keramik
Soft Drink Ice Cream
Susu Coklat Roti Jam
Fotografi Pembuatan
Kertas Farmasi
Kosmetik Pengolahan Air
Pengawetan Kayu
Agar-Agar BM = 5%
Kap: 23.127T
Karaginan BM = 5%
Kap: 8.400T
Alginat BM = 5%
Udang Segar BM = 5% Kap:+/-4700.000T
Udang Kaleng BM = 5%
Kap: 415.000T
Udang Beku BM = 5%
Kap: 1.587.981T
Kerupuk Udang BM = 5%
Daging BM = 5%
Limbah Kulit
Farmasi Grade
Industrial Grade
Food Grade
Khitin
Khitosan * Kap. Ikan dan udang digabung Sumber KKP
Hair Cream
Pupuk
Keramik
MODEL INDUSTRIALISASI RUMPUT LAUT BERBASIS BLUE ECONOMY
Sumber: KKP
MODEL INDUSTRIALISASI UDANG BERBASIS BLUE ECONOMY
Value added
27
Tepung Kepala Udang
Sumber: KKP
Pertanian (Pupuk, perawat benih, fungisida,
bakterisida, nematocides)
Chitin
Medical Grade (kosmetik, salep, obat2an,
benang operasi, bedah tulang, balut luka)
Chitosan
Industrial
Grade (pengolahan air, kertas,
mengolah limbah, penghilang ion logam)
Food Grade (pengawet alami,
fat blocker, rasa, aditif, anti kolesterol, keseimbangan makkanan)
Produk Turunan dari Limbah Udang dan Crustasea
Kulit, kepala (udang, kepiting, rajungan,
cumi)
Ditjen P2HP, Dit PPN
Limbah TTC
Kepala
Bantalan mata
Omega 3
Tulang
Tepung untuk pupuk
Gelatin
Untuk pangan, kosmetik,
medis/farmasi
Kolagen Untuk kosmetik,
medis/farmasi
Daging
Tepung untuk pakan
Fish Jelly Product (Pangan)
Minyak Minyak ikan
Daging
Daging Fish Jelly Product
Tepung untuk pakan
Minyak Minyak ikan
Kulit
Kolagen Untuk kosmetik,
medis/farmasi
Gelatin Untuk pangan,
kosmetik, medis/farmasi
Tulang
Tepung Tepung untuk pupuk
Kolagen Untuk kosmetik, medis/farmasi
Gelatin Untuk pangan,
Kosmetik, medis/farmasi
Insang Tepung Tepung untuk
pupuk
Limbah Cair Fish Protein Concentrat
e
TUNA, TONGKOL,
DAN CAKALANG
Ditjen P2HP, Dit PPN Ketahanan
Pangan Penciptaan
Tenaga Kerja Mata Pencaharian Utama/Alternatif
PRODUK UTAMA: SEGAR, FILET, DAN KALENG
Limbah Ikan Patin
Kepala
Tulang Tepung untuk pupuk
Gelatin
Untuk pangan, kosmetik, medis/
farmasi
Kolagen Untuk kosmetik,
medis/farmasi
Daging
Tepung untuk pakan
Fish Jelly Product
Daging
Daging Fish Jelly Product
Tepung untuk pakan
Minyak Minyak ikan
Kulit
Kolagen Untuk kosmetik, medis/farmasi
Gelatin Untuk pangan,
kosmetik, medis/farmasi
Tulang
Tepung Tepung untuk pupuk
Kolagen Untuk kosmetik, medis/farmasi
Gelatin Untuk pangan,
Kosmetik, medis/farmasi
Insang Tepung Tepung untuk pupuk
Limbah Cair
Fish Protein
Concentrate
PATIN
Ditjen P2HP, Dit PPN Ketahanan
Pangan Penciptaan
Tenaga Kerja Mata Pencaharian Utama/Alternatif
PRODUK UTAMA
s
Penggaraman Industri
Industri Pemurnian (Purifikasi)
Penggaraman Rakyat
Industri Pangan Olahan
Industri Catering/Resto/Hotel
Konsumen Rumah Tangga
Bisnis Pencucian garam
Bisnis Iodisasi
K1
K2
K3
Industri Soda Abu
Industri Khlor Alkali
Industri Farmasi
BITTERN
IMPOR
AIR LAUT
Standar Mutu
Standar Mutu
Standar Mutu
Garam Konsumsi Beryodium
Impor 1.400.000 – 1.800.000 Ton/tahun
Pangan Saat masak/saji
Pangan Siap santap
Garam Bumbu masak = IMPOR
Impor 200.000 – 500.000 Ton/tahun
PEMANFAATAN AIR LAUT: GARAM DAN PRODUK TURUNAN
Tenaga kerja Uang Sumber: KKP
BITTERN
INDUSTRI BROM
INDUSTRI MAGNESIUM
OKSIDA/HIDROKSIDA
INDUSTRI KCl
Brom (Br2)
Magnesium Oksida/Hidrok-
sida
KCl
• Desinfektan • Isi lampu halogen • Aditif/bubuhan lumpur
pengeboran minyak • Obat penenang • Zat kimia fotografi • Insektisida • Racun tikus • Pengganti freon
• Beta tahan api/refraktor • Logam Magnesium • Obat sakit maag • Pupuk kieserite • Garam Epsom (bahan
obat/textile)
• Pupuk
• Bittern kosong
PEMANFAATAN AIR LAUT (lanjutan)
Tenaga kerja Uang Sumber: KKP
S
Budidaya Ikan Karang Ikan Karang
mati
Human consumption
Ikan karang Hidup
Makanan
Feces
Perdagangan ke Malaysia
Pembesaran
Budidaya
penelitian
Tulang/kulit
Campuran pupuk
perkebunan Bio-gas
Diadopsi dari Huang, et.al (2008) dan dimodifikasi oleh DG MCSIA – MMAF (2012)
Ikan Asin
Benih
Ikan Asap
BUDIDAYA DAN INDUSTRI TURUNAN IKAN KARANG
Pemancingan Diving
Selam Edukasi
Kuliner
Umpan Kapal wisata
non-konvensional
Limbah
Transplantasi Karang
Karang Baru
Ijin Mancing, Ukuran ikan,
Lokasi
Subsisten
Pupuk
Homestay
Limbah
Water treatment facilities
Catamaran
Ketahanan Pangan
Penciptaan Tenaga Kerja Mata Pencaharian
Utama/Alternatif
Outcome Proses Produk Bahan Baku Alur
Keterangan:
Modifikasi dari Gunter Pauli, 2011
PARIWISATA
MINAWISATA BERBASIS SUMBER DAYA KELAUTAN DAN JASA LINGKUNGAN PULAU-‐PULAU KECIL
Tenaga kerja Uang
Resort
Pancing
Ketahanan Pangan
Penciptaan Tenaga Kerja Mata Pencaharian
Utama/Alternatif
Outcome Proses Produk Bahan Baku Alur
Keterangan:
MINAWISATA
MINAWISATA BERBASIS SUMBER DAYA KELAUTAN DAN JASA LINGKUNGAN PULAU-‐PULAU KECIL
Mangrove Kuliner
KJA Hatchery Rumah makan
Organik
Snorkling
Produk sampingan
Kerajinan Pupuk
An-organik
LIMBAH
Pembesaran Ikan
Selam
Tenaga kerja Uang
Fasilitas Produksi Asam Laktat
Industri Pakan Ternak
Fasilitas Pengolah Biogas
Rumah Peternakan/Penginapan
Pertanian Organik
Pertanian Rumah Kaca
Lahan Basah Buatan
Tambak Ikan
Tambak Kepiting
Woodland
Sedimen
Jenis Tepung Kotoran sisa
Sedimen
Sedimen
Limbah Panas
Limbah Biogas
Biogas Limbah Padat Manusia
Limbah Domestik
Air Limbah /Buangan
Air Limbah /Buangan
Sisa Panen
Limbah Biogas
Limbah Biogas
Diadopsi dari Huang, et.al (2008)
Kotoran Ternak
SENTRA PRODUKSI DAN KEGIATAN EKONOMI TERINTEGRASI
CONTOH: LOMBOK TIMUR
PEARL Potency: 3.433,65Ha Existing area : 1.628,15 Ha Total Product : 0,20 tons (2009)
SEAWEED Potency: 2000 Ha Existing area: 526,18 Ha Total Product: 118,975 tons (2009)
GROUPER Potency: 509,40 Ha Existing area : 9 Ha Total Product : 12,60 tons (2009)
LOBSTER Potency: 525,68 Ha Existing area : 28,55 Ha Total of Product : 146 tons (2009)
SALT Potency: 2.183,13 Ha Existing area: 205 Ha Total Product: 9.106,38 tons (2012)
Productive salt pond : 205 Ha Potential salt pond : 2.183,13 Ha Forest Area
DIREKTORAT TATA RUANG LAUT PESISIR DAN PULAU-‐PULAU KECIL Direktorat Tata Ruang Laut, Pesisir dan Pulau-‐pulau Kecil Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-‐pulau Kecil Kementerian Kelautan dan Perikanan
TOURISM Potency: Coral reef, pink sand Existing area : 1 hour from Lombok international airport
Farming Zone Forest area, Central park Techno Park Industry & Energy Marine Industry Housing
Tourism, Culinary
Salt Evaporation Pond
Lobster Grouper Seaweed Grouper, Lobster, Pampus Argentus Ecotourism Pearl Loligo spp
LEGEND : Plan of Main Road
Planning area boundary
CONTOH: KAWASAN BLUE ECONOMY LOMBOK TIMUR -- REGIONALISASI PENGEMBANGAN EKONOMI
SUMBER DITJEN KP3K
PETA PUSAT-PUSAT KEGIATAN
CONTOH: ANAMBAS BLUE ECONOMY BERBASIS GUGUSAN PULAU
CONTOH: REGIONALISASI PENGEMBANGAN EKONOMI SESUAI POTENSI KAWASAN
PENUTUP BLUE ECONOMY: PERTUMBUHAN EKONOMI NAIK, PENDAPATAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT MENINGKAT, NAMUN LAUT DAN LANGIT TETAP BIRU !
TERIMA KASIH