bleaching (pemutihan)

24
BLEACHING (PEMUTIHAN) PADA GIGI YANG MENGALAMI PERUBAHAN WARNA MAKALAH OLEH : MILLY ARMILIA, drg. NIP : 130779423 FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2002

Upload: farisa-azura

Post on 30-Dec-2015

62 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bleaching (Pemutihan)

BLEACHING (PEMUTIHAN) PADA GIGI

YANG MENGALAMI PERUBAHAN WARNA

MAKALAH

OLEH :

MILLY ARMILIA, drg.

NIP : 130779423

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS PADJADJARAN

BANDUNG

2002

Page 2: Bleaching (Pemutihan)

Mengetahui :

Ketua Jurusan Konservasi gigi

FKG Unpad, Bandung

Prof. Dr. H. Moch.Richata Fadil, drg.

NIP : 130321244

Page 3: Bleaching (Pemutihan)

ABSTRAK

Perubahan warna gigi anterior merupakan problem estetika yang sering

mendorong pasien untuk mencari perawatan. Meskipun tersedia cara restoratif, misalnya

pembuatan mahkota atau veneer, sering kali perubahan warna dapat diperbaiki

seluruhnya atau sebagian dengan pemutihan (bleaching).

Etiologi perubahan warna adalah dekomposisi pulpa nekrosis, pendarahan

intrapulpa, metamorposis kalsium, defek perkembangan. Perubahan warna iatrogenik

yang disbabkan jenis bahan kimia dan bahan yang dipakai di kedokteran gigi, biasanya

dapat dihindari, misalnya material obturasi, sisa-sisa jaringan pulpa. Obat-obatan

intrakanal, restorasi logam, restorasi komposit.

Prosedur bleaching dapat dilakukan secara internal, dari kamar pulpa, atau

eksternal pada permukaan email. Metode internal bleaching yang paling sering

digunakan untuk memutihkan gigi yang telah dirawat saluran akar adalah teknik

termokatalitik dan yang disebut walking bleach. Eksternal bleaching disebut juga teknik

pemutihan vital, aplikasi oksidator pada permukaan email gigi dengan pulpa vital.

Kata kunci : perubahan warna gigi, etiologi, internal bleaching ,eksternal bleaching.

Page 4: Bleaching (Pemutihan)

ABSTRACT

Discoloration of anterior teeth is a cosmetic problem, often significant enough to

induce patient to seek corrective measures. Altough restorative methods are avaible such

as crowns and veneers, frequently the discoloration can be corrected totally or partially

by bleaching.

Etiologies of discoloration are decomposition of pulp nekrosis, intrapulpal

hemorrhage, calcific metamorphosis, developmental defects. Iatrogenic discoloration due

to the use of chemicals and or materials in dentistry are usually preventable, for

examples obturing materials, remnants of pulpal tissue, intracanal medicaments,

restorations metallic, restoration composites.

The bleaching procedures may be internal, from within the chamber atau external

on the enamel surface. The methods internal bleaching most commonly to bleach teeth

with existing root canal tretment are thermocatalytic and the socalled walking bleach.

External bleaching so called vital bleaching, application of oxidizer to the enamel

surface of tooth with a vital pulp.

Key word : discoloration, etiologies, internal bleaching, external bleaching.

Page 5: Bleaching (Pemutihan)

PRAKATA

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah WST, atas segala

rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan

harapan setelah membacanya akan menambah sedikit gambaran dan pengetahuan tentang

Bleaching (Pemutihan) Gigi yang telah Berubah Warna.

Selama menyusun makalah ini, penulis telah banyak memperoleh bimbingan,

pengarahan dan bantuan, baik berupa ilmu pengetahuan maupun dukungan moril. Dalam

kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada :

1. Prof. Dr. Hj. Roosye Rosita Oewen, drg, Sp.Ped. selaku Dekan Fakultas Kedokteran

Gigi Universitas Padjadjaran Bandung.

2. Prof. Dr. H. Moch. Richata Fadil, drg, sebagai Ketua Jurusan Konservasi Gigi,

Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Padjadjaran Bandung yang telah memberi

kesempatan kepada penulis dalam pembuatan makalah ini.

3. Prof. Dr. H. Setiawan Natasasmita, drg, yang telah memberikan dorongan dan

bantuan kepada penulis dalam pembuatan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih banyak kekurangannya,

namun mudah-mudahan makalah ini ada manfaatnya.

Bandung, Agustus 2002

Penulis

Page 6: Bleaching (Pemutihan)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK……………………………………………………………………… i

ABSTRACT……………………………………………………………………….. ii

PRAKATA ………………………………………………………………………… iii

DAFTAR ISI ………………………………………………………………………. iv

BAB I : PENDAHULUAN…………………………………………………… 1

BAB II : ETIOLOGI PERUBAHAN WARNA GIGI ………………………... 2

2.1 Perubahan Warna menurut Grossman …………………………. 2

2.1.1 Perubahan Warna Ekstinsik………………………….. 2

2.1.2 Perubahan Warna Intrinsik ………………………….. 2

2.2 Penyebab Perubahan Warna menurut Walton………………….. 3

2.2.1 Penyebab Noda Alamiah……………………………… 3

2.2.2 Penyebab Perubahan Warna Iatrogenik………………. 5

BAB III : BAHAN-BAHAN DAN MEKANISME BLEACHING …………... 8

3.1 Bahan-bahan Bleaching………………………………………… 8

3.2 Meknisme Bleaching…………………………………………… 9

BAB IV : TEKNIK BLEACHING (PEMUTIHAN) GIGI……………………. 11

4.1 Teknik Bleaching secara Eksternal…………………………… 11

Page 7: Bleaching (Pemutihan)

4.1.1 Teknik Bleaching pada Gigi Vital yang berubah

Warna karena Tetrasiklin ……………………………… 11

4.1.2 Bleaching Teknik Mouthguard ………………………………. 12

4.1.3 Teknik Bleaching pada Gigi Vital yang Berubah

Warna karena Fluorosis …………………………………….. 13

4.2 Teknik Bleaching secara Internal (Intrakoronal) ……………….. 14

4.2.1 Teknik Walking Bleach ………………………………………..14

4.2.2 Teknik Termokatalitik …………………………………………15

4.2.3 Teknik Kombinasi ……………………………………………..16

4.2.4 Teknik Foto Oksidasi Ultra Violet …………………………….16

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ………………………………………18

5.1 Kesimpulan ………………………………………………………18

5.2 Saran ……………………………………………………………. 18

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………. 19

Page 8: Bleaching (Pemutihan)

BAB I

PENDAHULUAN

Perubahan warna gigi terutama gigi anterior dapat menimbulkan suatu problema

estetika yang mempunyai dampak psikologi yang cukup besar bagi penderitanya. Pada

saat ini, perkembangan cosmetic dentistry sangat menonjol dalam menanggulangi hal

tersebut yaitu dengan cara restoratif misalnya pelapisan mahkota atau dengan cara

bleaching, yaitu suatu cara pemulihan kembali gigi yang berubah warna, sampai

mendekati warna gig asli dengan proses perbaikan secara kimiawi dan tujuannya

mengembalikan faktor estetik penderita.

Tehnik bleaching ini memiliki beberapa keuntungan, antara lain lebih baik dari

segi estetik karena tidak mengambil jaringan keras gigi dan tehnik perawatan relatif lebih

mudah dibandingkan dengan pembuatan suatu mahkota tiruan. Bleaching dapat

dilakukan pad gigi vital maupun gigi non vital yang mengalami perubahan warna

(Tarigan, 1994).

Page 9: Bleaching (Pemutihan)

BAB II

ETIOLOGI PERUBAHAN WARNA GIGI

2.1 Perubahan Warna menurut Grossman

Menurut Grossman (1995), perubahan warna gigi dapat diklasifikasikan sebagai

ekstrinsik atau intrinsik.

2.1.1 Perubahan Warna Ekstrinsik

Perubahan warna eksrinsik ditemukan pada permukaan luar gigi dan biasanya

berasal lokal, misalnya noda tembakau yang menyebabkan warna gigi menjadi cokelat

kekuning-kuningan sampai hitam, pewarnaan karena makanan dan minuman

menyebabkan gigi menjadi berwarna gelap, pewarnaan karena noda logam nitrat perak,

bercak kehijauan yang dihubungkan dengan membran Nasmyth pada anak-anak.

2.1.2 Perubahan Warna Intrinsik

Perubahan warna imtrinsik adalah pewarnaan gigi yang diakibatkan oleh noda

yang terdapat di dalam email dan dentin, penyebabnya adalah penumpukan atau

penggabungan bahan-bahan di dalam struktur gigi misalnya stain tetrasiklin, yang bila

masuk ke dalam dentin akan terlihat dari luar karena transluensi email. Perubahan warna

gigi dapat dihubungkan dengan periode perkembangan gigi misalnya pada dentiogenesis

imperfekta atau setelah selesai perkembangan gigi yang disebabkan oleh pulpa nekrosis.

Page 10: Bleaching (Pemutihan)

2.2 Penyebab Perubahan Warna Gigi menurut Walton

Menurut Walton dan Torabinejab (1996) perubahn warna dapat terjadi pada saat

atau setelah terbentuknya email dan dentin. Penyebab perubahan warna gigi dapat dibagi

menjadi dua kelompok, yaitu karena noda alamiah dan pewarnaan iatrogenik.

2.2.1 Penyebab Noda Alamiah

Perubahan warna gigi disebabkan oleh sejumlah noda pada permukaan gigi

setelah gigi erupsi. Noda alamiah mungkin berada pada permukaan atau berikatan di

dalam struktur gigi, kadang-kadang diakibatkan defek email atau karena cedera trauma.

Contoh penyebab noda alamiah adalah sebagai berikut :

1. Pulpa nekrosis

Produk kerusakan jaringan yang dilepaskan masuk kedalam tulubus dentin dan

mewarnai dentin di sekitarnya.

2. Perdarahan intrapulpa

Disebabkan oleh trauma pada gigi dan akan menyebabkan perdarahan dan lisis

eritrosit. Produk disintegrasi darah diduga sebagai ion sulfida, masuk ke dalam tulubus

dentin sehingga menyebabkan perubahan warna gigi yang makin lama makin

meningkat.

3. Metamorfosis kalsium

Pembentukan dentin sekunder ireguler secara ekstensif di dalam kamar pulpa atau

pada dinding saluran akar menyebabkan translusensi mahkota gigi berkurang atau

warna gigi berubah menjadi kekuningan atau kuning kecoklatan.

Page 11: Bleaching (Pemutihan)

Pada pasien yang sudah tua,perubahan warna gigi terjadi secara fisiologis sebagai

akibat aposisi dentin secara berlebihan disamping karena penipisan dan perubahan

optik dalam email.

4. Defek perkembangan

Perubahan warna dapat terjadi karena kerusakan pada saat perkembangan gigi.

1) Fluorosis endemik

Masuknya sejumlah flour saat pembentukan gigi menyebabkan kerusakan

struktur yang mengalami mineralisasi dan mengakibatkan terjadinya hipoplasia.

Permukaan gigi menjadi porus dan akan menyerap warna di dalam rongga mulut.

2) Obat-obatan sistemik

Masuknya obat-obatan atau bahan kimia pada saat pembentukan gigi dapat

menyebabkan perubahan warna gigi. Pada umumnya obat yang menyebabkan

perubahan warna gigi paling berat adalah tetrasiklin, menyebabkan gigi berwarna

kuning kecoklatan sampai abu-abu tua. Hal ini tergantung kepada jumlah,

frekwensi, jenis tetrasiklin dan umur pasien saat meminum obat.

3) Defek dalam pembentukan gigi

Kerusakan dalam pembentukan gigi terjadi sebatas email berupa hipoplasia

atau hipokalsifikasi,terlihat warna gigi kecoklatan.

4) Kelainan darah dan faktor-faktor lain

(1) Kondisi sistemik mengakibatkan lisis eritrosit secara luas. Produk

kerusakan darah dapat bergabung ke dalam dentin dan mewarnai gigi.

(2) Suhu tubuh yang tinggi saat pembentukan gigi menyebabkan perubahan

warna beebentuk pita pada email.

Page 12: Bleaching (Pemutihan)

(3) Porfiria penyakit metabolisme menyebabkan menyebabkan gigi susu atau

gigi permanen berubah warna menjadi kemerahan atau kecoklatan.

(4) Penyakit sistemik dan masuknya bahan obat-obatan, merupakan kejadian

yang jarang dan tidak dapat diidentifikasi.

2.2.2 Penyebab Perubahan Warna Iatrogenik

Perubahan warna sebagai akibat prosedur perawatan gigi atau dapat disebabkan

oleh berbagai bahan kimia dan bahan yang dipakai di bidang kedokteran gigi.

2.2.2.1 Perubahan Warna Gigi karena Perawatan Endodontik

Perubahan warna gigi akibat perawatan endodontik dapat disebabkan oleh

beberapa hal tersebut dibawah ini (Walton & Torabinejab, 1996) :

1. Bahan obturasi

Bahan obturasi yang dapat menyebabkan perubahan warna gigi adalah semen saluran

akar dari jenis seng oksida eugenol atau semen saluran akar dengan komponen logam.

2. Sisa-sisa jaringan pulpa

Fragmen jaringan pulpa yang tertinggal di dalam mahkota, biasanya dalam tanduk

pulpa, dapat mengakibatkan perubahan warna secara perlahan.

3. Obat-obatan intra kanal

Kebanyakan obat-obatan dapat menyebabkan perubahan warna gigi, misalnya obat

intrakanal golongan fenol berkontak langsung dengan dentin, dalam waktu yang lama

memungkinkan obat berpenetrasi ke dalam dentin sehingga akan menyebabkan

perubahan warna gigi.

Page 13: Bleaching (Pemutihan)

2.2.2.2 Perubahan Warna Gigi karena Restorasi Korona

Restorasi yang dipakai biasanya ada dua tipe, yaitu (Walton & Torabinejab,

1996):

1. Restorasi logam

Amalgam merupakan penyebab paling hebat karena elemen warna gelap dapat

mengubah warna dentin menjadi abu-abu gelap.

2. Restorasi komposit

Kebocoran mikro tumpatan komposit dapat menyebabkan perubahan warna gigi.

Tepi tumpatan yang terbuka merupakan tempat masuknya bahan kimia yang

mewarnai dentin.

Page 14: Bleaching (Pemutihan)

BAB III

BAHAN-BAHAN DAN MEKANISME BLEACHING

3.1 Bahan-bahan Bleaching

Bahan pemutih gigi dapat berperan sebagai oksidator atau reduktor, kebanyakan

preparat yang tersedia adalah oksidator. Macam-macam bahan-bahan pemutih gigi adalah

sebagai berikut (Grossman, 1998; Walton & Torabinejab, 1996) :

1. Hidrogen peroksida

Hidrogen peroksida merupakan oksidator kuat dan tersedia dalam berbagai

konsentrasi, yang paling umum di pakai adalah konsentrasi 30-35 %. Contoh larutan

hidrogen peroksida adalah superoxol, perhidrol. Cairan ini merupakan cairan bening

tidak berwarna dan tidak berbau.

2. Pirozon

Pirozon adalah larutan hidrogen peroksida 25 % dalam eter 75 %. Larutan ini

bersifat kaustik, mudah menguap juga baunya merangsang menyebabkan rasa mual

pada pasien.

3. Natrium perborat

Natrium perborat dapat diperoleh dalam bentuk bubuk. Bahan yang masih baru

mengandung kira-kira 95 % perborat dalam 9,9 % oksigen. Bahan ini bersifat alkali,

lebih mudah dikontrol dan lebih aman daripada cairan hidrogen pekat.

4. Karbamid peroksida

Page 15: Bleaching (Pemutihan)

Karbamid peroksida dikenal sebagai urea hidrogen peroksida, dapat diperoleh

dalam berbagai konsentrasi antara 3-15 %. Umumnya preparat ini mempunyai pH 5-6,5

% dan mengandung kira-kira 10 % karbamid peroksida, biasanya mengandung gliserin

atau propilen glikol, natrium stannat, asam fosfat atau asam sitrat dan aroma.

5. Larutan Mc. Innes

Larutan ini terdiri atas 5 bagian asam klorida 36 %, 5 bagian hidrogen peroksida

30 % dan 1 bagian eter, biasanya digunakan untuk menghilangkan noda pada kasus

fluorosis.

6. Natrium peroksiborat monohidrat

Contoh bahan ini adalah amosan, yang melepaskan oksigen lebih banyak

daripada natrium perborat, diindikasikan untuk pemutihan gigi secara internal.

3.2 Mekanisme Bleaching

Hidrogen peroksida merupakan suatu zat yang mempunyai kemampuan untuk

menembus email mencapai email dan dentin yang terkena pewarnaan. Penembusan ini

terjadi karena berat molekul hidrogen peroksida yang rendah dan mempunyai

kemampuan denaturasi protein sehingga dapat meningkatkan gerakan ion-ion melalui

gigi.

Menurut beberapa peneliti, terjadinya pemutihan gigi ini disebabkan oleh adanya

reaksi oksidasi. Noda-noda yang ada di email dan dentin akan dioksidasi oleh hidrogen

peroksida yang bersifat sebagai oksidator kuat. Bahan oksidator ini mempunyai

kemampuan untuk merusak molekul-molekul zat warna, melalui reaksinya dengan

Page 16: Bleaching (Pemutihan)

oksigen bebas yang dilepaskan, sehingga warna menjadi netral dan menyebabkan

terjadinya efek pemutihan.

Hidrogen peroksida merupakan suatu bahan yang dapat menghasilkan radikal

bebas, HO2* + O* yang sangat reaktif. Pada proses pemutihan gigi, hidrogen peroksida

berdifusi melalui matriks organik email dan dentin. Radikal bebas bermuatan merupaka

radikal yang tidak stabil dan akan bereaksi dengan molekul organik atau radikal bebas

lainnya terutama molekul-molekul zat warna di dalam gigi setelah zat warna dirusak

sehingga terjadi efek pemutihan (Feinman, 1987; Goldstein and Garber, 1995).

Page 17: Bleaching (Pemutihan)

BAB IV

TEHNIK BLEACHING (PEMUTIHAN) GIGI

Bleaching (pemutihan gigi) dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu bleaching

secara eksternal yang dilakukan pada gigi vital yang mengalami perubahan warna dan

bleaching secara internal, dilakukan pada gigi non vital yang telah dirawat saluran akar

dengan baik.

4.1 Tehnik Bleaching secara Eksternal

Pewarnaan pada gigi vital biasanya disebabkan oleh karena pewarnaan tetrasiklin

dan faktor ekstrinsik, misalnya karena fluorosis atau defek superfisial.

4.1.1 Tehnik Bleaching pada Gigi Vital yang Berubah Warna karena Tetrasiklin

Bleaching secara eksternal dilakukan pada gigi vital yang berubah warna karena

tetrasillin yang belum parah yaitu gigi berwarna kuning. Tehniknya bleaching secara

eksternal, sebagai berikut (Walton & Torabinejab, 1996) :

1. Bersihkan gigi, lindungi jaringan lunak dengan mengulaskan pasta pelindung mulut,

pasang karet isolator (rubberdam), ikat dengan benang (dental floss) pada gigi yang

akan dirawat.

2. Letakkan sepotong kapas yang telah dibasahi larutan hidrogen peroksida pada bagian

labial dan palatinal gigi.

3. Pemanasan dilakukan dengan cara memakai lampu reostat controlled photoflood

yang diletakan sekitar 30 cm dari gigi selama 10-30 menit atau dengan hand-held

Page 18: Bleaching (Pemutihan)

thermostatically controlled yaitu dengan menempelkan ujung alat ini pada permukaan

gigi yang telah diberi gulungan kapas yang dibasahi dengan superoxol.

4. Pemutihan gigi dilakukan selama 30-60 detik. Ulangi prosedur ini sebanyak 3 kali.

5. Kapas dilepas, gigi dibilas dengan air hangat, buka ikatan dental floss, lepaskan karet

isolator, bersihkan sisa pasta pelindung mulut.

6. Suruh pasien menyikat gigi kemudian lakukan pemolesan.

7. Pasien disuruh datang 1 minggu kemudian, bila belum memuaskan prosedur

bleaching diulang

4.1.2 Bleaching Tehnik Mouthguard

Tehnik ini biasanya dipakai pada perubahan yang ringan, dianjurkan sebagai

tehnik pemutihan di rumah, biasa disebut juga tehnik pemutihan dengan matriks. Tehnik

ini dapat dilakukan pada malam hari saat tidur disebut nightguard vital bleaching atau

dipakai pada siang hari.

Prosedur mouthguard bleaching adalah sebagai berikut (Walton & Torabinejab,

1996) :

1. Pasien diberi penjelasan, lakukan profilaksis, dibuat foto permulaan dan selama

perawatan.

2. Gigi dicetak, dibuat model lengkung rahang dari gips batu. Dua lapis relief die

diulaskan pada bagian bukal cetakan gigi untuk membentuk reservoir bagi bahan

pemutih.

3. Matriks plastik lunak setebal 2 mm dibuat dan dirapikan dengan gunting sampai 1

mm melewati tepi ginggiva.

Page 19: Bleaching (Pemutihan)

4. Mouthguard dicoba pada mulut, lalu diangkat dan bahan pemutih dimasukkan ke

dalam ruangan dari setiap gigi yang akan diputihkan. Kemudian mouthguard

dipasang atas gigi dalam mulut dan kelebihan bahan pemutih gigi dibuang.

5. Pasien harus dibiasakan menggunakan prosedur ini, biasanya 3-4 jam sehari dan

bahan pemutih diisi kembali setiap 30-60 menit.

6. Perawatan dilanjutkan selama 4-24 minggu, pasien diperiksa setiap 2 minggu.

4.1.3 Tehnik Bleaching pada Gigi Vital yang Berubah Warng karena Fluorosis

Untuk memperbaiki pewarnaan karena fluorosis ini, cara yang lebih efektif adalah

tehnik asam hidroklorik-pumis yang terkontrol atau disebut tehnik pumis asam.

Sebetulnya cara ini bukan cara pemutihan gigi murni (oksidasi), melainkan suatu tehnik

dekalsifikasi dan pembuangan selapis tipis email yang berubah warna (Walton &

Torabinejab, 1996).

4.2 Tehnik Bleaching secara Internal (Intrakoronal)

Pemutihan gigi secara intrakoronal dilakukan pada gigi yang telah dirawat

endodontik dengan baik. Metode bleaching yang umum dilakukan untuk gigi ini adalah

tehnik walking bleach, termokatalitik dan kombinasi.

4.2.1 Tehnik Walking Bleach

Tehnik ini memakai campuaran superoxol dan natrium perborat, prosedurnya

adalah sebagai berikut (Grossman, 1998; Walton & Torabinejab, 1996) :

Page 20: Bleaching (Pemutihan)

1. Jaringan sekitar gigi yang akan dirawat dilindungi dengan vaselin.

2. Isolasi gigi dengan karet isolator (rubberdam).

3. Kamar pulpa dan tanduk pulpa dibersihkan, kemudian dentin bagian labial dalam

kamar pulpa dikurangi 0,5 mm dengan bor kecepatan rendah.

4. Kurangi gutaperca dengan plugger panas sebanyak 2 mm ke arah apikal.

5. Daerah orifis ditutup dengan semen seng oksida eugenol setebal 1 mm.

6. Bersihkan kamar pulpa dengan xylene atau isopropil alkohol 70 %, kemudian

keringkan dengan aliran udara. Menurut Hyess (1986) dapat juga dipakai asam fosfat

37 % yang dioleskan dalam kamar pulpa selama 1 menit, kemudian bilas dengan air

dan keringkan.

7. Letakkan pasta campuran natrium perborat dengan superoxol di dalam kamar pulpa,

tekan dengan kapas ke arah dinding labial kemudian tutup dengan tumpatan

sementara seng oksida eugenol.

8. Kujungan berikutnya dilakukan 3-7 hari kemudian. Bila pemutihan gigi belum

berhasil, ulangi prosedur di atas, tetapi bila sudah berhasil, bersihkan gigi kemudian

lakukan tumpatan tetap dengan resin komposit.

4.2.2 Tehnik Termokatalitik

Tehnik ini mengunakan panas untuk mempercepat proses oksidasi. Sumber panas

yang dapat digunakan adalah rheostat controlled photoflood, lihgt activited atau

instrumen Woodson. Prosedur tehnik termokatalitik adalah sebagai berikut (Grossman,

1998; Walton & Torabinejab, 1996) :

Page 21: Bleaching (Pemutihan)

1. 1.Isolasi gigi yang akan dirawat dengan karet isolator. Lindungi jaringan lunak

dengan petrolium jelly atau cocoabutter.

2. Buang bahan pengisi dari kamar pulpa 2-3 mm ke apikal dibawah gusi.

3. Buang dentin dibagian labial kamar pulpa dengan bor bulat yang berputar secara

perlahan.

4. Bersihkan kamar pulpa dengan kloroform atau xylene, kemudian keringkan dengan

hembusan udara.

5. Lindungi jaringan lunak dan gigi tetangga dari panas yang berasal dari sumber panas.

Letakkan kasa yang telah dibasahi air di bawah karet isolator untuk menutup bibir

dan jaringan lunak.

6. Letakkan sebuah kapas dalam kamar pulpa yang dibasahi hidrogen peroksida 30-35

%, tutup permukaan labial gigi dengan kapas yang telah dibasahi bahan pemutih.

Arahkan sumber panas pada gigi yang telah disiapkan.

7. Basahi lagi kapas dengan hidrogen peroksida segar. Ulangi langkah ini 4-5 kali.

8. Evaluasi efek pemutihan,bila belum berhasil pertemuan berikutnya dilakukan

seminggu kemudian setelah kavitas ditutup tumpatan sementara.

9. Apabila hasilnya sudah memuaskan, bersihkan kamar pulpa dengan kloroform xylene

atau alkohol, kemudian lapisi dengan semen yang berwarna putih sebelum dilakukan

tumpatan tetap dengan resin komposit.

Page 22: Bleaching (Pemutihan)

4.2.3 Tehnik Kombinasi

Tehnik kombinasi ialah cara bleaching yang menggabungkan tehnik walking

bleach dengan tehnik termokatalitik secara bergantian,sehingga hasilnya lebih cepat dan

memuaskan.

Prosedur tehnik kombinasi adalah langkah pertama sama dengan tehnik

termokatalitik, setelah dilakukan pemanasan, kapas yang telah dibasahi hidrogen

peroksida dalam kamar pulpa dikeluarkan lalu gigi dikeringkan. Kemudian pasta hasil

pencampuran superoxol dengan bubuk natrium perborat diletakkan dalam kamar pulpa.

Tindakan selanjutnya seperti tehnik walking bleach (Walton & Torabinejab, 1996).

4.2.4 Tehnik Foto Oksidasi Ultra Violet

Lampu ultraviolet diletakkan pada permukaan labial gigi yang akan diputihkan.

Cairan hidrogen peroksida 30-35 % diletakkan di dalam kamar pulpa dengan kapas, lalu

disinari dengan lampu ultraviolet selama 2 menit. Diduga hal ini mengakibatkan

penglepasan oksigen sama dengan pemutihan tehnik termokatalitik. Cara ini kurang

efektif dibandingkan dengan tehnik walking bleach serta memerlukan waktu yang lebih

banyak (Walton & Torabinejab, 1996).

Page 23: Bleaching (Pemutihan)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Proses bleaching (pemutihan) gigi, merupakan suatu tindakan yang cukup efektif

dan sederhana dalam menanggulangi perubahan warna gigi, baik pada gigi vital maupun

pada gigi non vital yang telah dirawat endodontik.

5.2 SARAN

Sebaiknya dokter gigi mempertimbangkan cara bleaching yang mana yang akan

dikerjakan untuk memutihkan gigi sesuai dengan indikasinya sehingga akan memberikan

hasil yang memuaskan.

Page 24: Bleaching (Pemutihan)

DAFTAR PUSTAKA

Feinman R.A. et all. 1987. Bleaching Teeth. Chicago, London, Berlin, Tokyo, Sao paulo, Hongkong : Quintessence Publishing Co., Inc.

Goldstein, R.E. and Garber D.A 1995. Complete Dental Bleaching. Chicago, Berlin,

London, Sao Paulo, Moscow, Prague, Warsaw : Quintessence Publishing Co., Inc.

Grossman, L.I. et all, 1998. Endodontic Practice. Eleventh Edition. Philadelphia,

Pennsylvania, U.S.A : Lea & Febiger. Tarigan, R. 1994. Perawatan Pulpa Gigi (Endodonti). Cetakan I. Jakarta : Widya

Medika. Walton, R. & Torabinejab, M. 1996. Principles and Practice of Endodontics. Second

Edition. Philadelphia : W.B. Saunders Co.