biosecurity sidat

51
TUGAS TERSTRUKTUR MATA KULIAH Teknik Pembenihan Hewan Air Dr. Ir. Abd. Rahem Faqih, MS “ Penerapan Biosecurity Pembesaran Ikan Sidat (Anguilla sp) di CV Mitra Bina Usaha“ Oleh : Muhammad Ikhwan I 146080100111021 PROGRAM MAGISTER BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

Upload: ichwannfeng

Post on 05-Nov-2015

168 views

Category:

Documents


31 download

DESCRIPTION

biosecurity mengenai penanganan ikan sidat

TRANSCRIPT

TUGAS TERSTRUKTUR MATA KULIAH Teknik Pembenihan Hewan AirDr. Ir. Abd. Rahem Faqih, MS

Penerapan Biosecurity Pembesaran Ikan Sidat (Anguilla sp) di CV Mitra Bina Usaha

Oleh :

Muhammad Ikhwan I146080100111021

PROGRAM MAGISTER BUDIDAYA PERAIRANFAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTANUNIVERSITAS BRAWIJAYAMALANG2015

BAB IPENDAHULUAN1.1. Latar BelakangIkan sidat (Anguilla sp) merupakan jenis ikan yang mempunyai nilai ekonomis tinggi dan merupakan komoditas ekspor dari sektor pertanian. Hal ini dapat dibuktikan jika kita mengunjungi beberapa restaurant yang menyajikan masakan Jepang di Indonesia, kita akan mendapati menu olahan sidat (unagi) yang dijual dengan harga sangat tinggi, yakni mencapai Rp 200.000-Rp 250.000 per porsinya. Belum termasuk jenis makanan lainnya seperti kabayaki, unadon, unajuu dan lain sebagainya.Kompetitor dari negaranegara lain dalam hal ekspor sidat hampir dikatakan tidak ada. Di wilayah ASEAN sendiri tidak ada negara lain selain Indonesia yang mampu memproduksi sidat berkualitas baik. Jika ada kompetitor dari negara lain, hanyalah dari Madagaskar, Mauritania, Afrika Selatan, dan beberapa negara afrika lainnya yang jaraknya lebih jauh dari negara importir sehingga mempengaruhi biaya pengiriman. Hal ini tentu saja membuat permintaan terutama dari negaranegara Asia Timur lebih banyak mengalir ke Indonesia yang secara geografis lebih dekat dan biaya pengirimannya lebih murah. Saat ini di Jepang, sidat telah dikategorikan menjadi hewan langka. Kankyo Daijin atau kementerian lingkungan hidup Jepang mengindikasikan spesies sidat di negara itu telah menurun hingga 90%. Bahkan, sebuah media lokal di Jepang Yomiuri Shimbun, pada tahun 2011 melaporkan ikan sidat telah masuk dalam red list atau daftar merah spesies yang harus dilindungi oleh pemerintah Jepang. Salah satu jenis sidat yang ada di Indonesia, Anguilla bicolor memiliki kedekatan atau kemiripan, baik secara morfologi, tekstur maupun cita rasa dengan sidat Jepang, Anguilla japonica yang sudah langka dan saat ini dilarang di tangkap. Hal ini juga menjadi salah satu faktor utama kenapa konsumen Jepang lebih memilih melakukan ekspansi bisnis ke Indonesia.Sidat dikenal dengan Unagi di Jepang sangat mahal harganya karena memiliki kandungan protein 16,4% dan vitamin A yang tinggi sebesar 4700 IU. Selain belut, daging sidat juga enak dan gurih. Kegurihannya ini karena sekitar 25% bobot badannya terdiri atas lemak dan sidat sering disebut ginseng air karena dipercaya memperpanjang umur dan menghambat penuaan.CV. Mitra Bina Usaha merupakan salah satu perusahaan budidaya ikan sidat di Indonesia tanpa campur tangan negara asing dalam pengelolaannya. Lokasi budidaya dalam pembesaran ikan sidat dibagi menjadi 3 lokasi, lokasi pertama yaitu Taman Cimanggu tempat melakukan budidaya ikan sidat pendederan 1, lokasi kedua yaitu di Gadog KP Pandan Sari pembesaran ikan sidat menggunakan sistem flowtrough dan yang ketiga tempat yang baru dibangun di Cikampak pembesaran ikan sidat beserta dengan unit pengolahannya. Keberlanjutan perusahaan membuat perusahaan tersebut di kunjungi oleh banyak pihak asing yang ingin bekerja sama dan Argomedia yang ingin membukukan keberhasilan produksi ikan sidat di perusahaan tersebut. Beberapa permasalahan dalam industri budidaya sidat hingga saat ini belum dapat diselesaikan secara tuntas. Salah satu permasalahan serius adalah infeksi penyakit terutama yang disebabkan oleh patogen virus. Upaya pengendalian melalui manajemen kesehatan sidat yang baik harus terus dilakukan dengan sosialisasi kepada para petambak antara lain dengan penggunaan benih sehat bebas virus, optimalisasi pakan, teknik budidaya yang baik, pemantauan penyakit, sanitasi, pemberian imunostimulan serta penerapan biosecurity yang tepat, diharapkan akan memberikan hasil yang baik. Kegagalan budidaya perikanan akibat wabah penyakit telah mendorong industri perikanan untuk menerapkan konsep biosecurity. Biosecurity dalam akuakultur melibatkan sejumlah rancangan untuk memelihara hewan akuatik dalam kondisi sehat dengan mereduksi masuknya patogen terhadap fasilitas dan mengurangi penyebaran antar patogen dalam fasilitas tersebut.Prinsip dasar aplikasi biosecurity adalah isolasi dan desinfeksi serta kunci keberhasilannya terletak pada pengetahuan tentang penyakit target, daftar penyakit yang akurat, ketersediaan metode deteksi patogen, kontrol terhadap induk dan benih, kontrol terhadap lingkungan, penerapan Best Management Practices (BMP) dan program eradikasi patogen. Efektifitas program biosecurity tergantung dari faktor teknis, manajerial maupun ekonomi.

1.2. TujuanTujuan penulisan makalah dengan judul Penerapan Biosecurity pada Budidaya Sidat ini adalah : Sebagai sarana pembelajaran untuk lebih memahami salah satu permasalahan dalam industri budidaya sidat; Sebagai sarana untuk menggali berbagai jenis informasi baik dari literatur maupun dari pengalaman di lapangan akan usaha budidaya sidat di CV. Mitra Bina Usaha; Sebagai bahan informasi untuk disosialisasikan kepada semua pihak terutama para petambak akan pentingnya penerapan satu kegiatan yaitu biosecurity dalam budidaya sidat.1.3. ManfaatManfaat yang akan diperoleh dari penulisan makalah ini adalah : Mengetahui salah satu permasalahan yang mengakibatkan kegagalan panen sidat; Mengetahui pemecahan permasalahan dalam industri budidaya sidat sehingga produksi sidat dapat ditingkatkan; Dapat menyampaikan informasi kepada pembudidaya (sosialisasi) mengenai beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait dengan pelaksanaan operasional di CV. Mitra Bina Usaha terutama dalam hal penerapan biosecurity.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep BiosecurityTerminologi biosecurity dalam bidang akuakultur adalah serangkaian kegiatan yang ditujukan untuk mencegah masuknya penyakit ke tambak, dan atau mencegah penyebarannya apabila sudah terlanjur ada di dalam tambak. Prinsip penerapan biosecurity adalah mengenali jenis penyakit yang membahayakan, melakukan pencegahan dan perlakuan supaya penyakit tidak menyebar dan pada usaha budidaya penerapannya dilakukan dalam setiap tingkatan teknologi baik tradisional, semi intensif maupun intensif. Menurut FAO (2003), biosecurity adalah langkah-langkah atau prosedur yang layak diterapkan untuk memanage kemungkinan masuknya organisme biologis atau agen penyakit kedalam suatu individu atau populasi yang menyebabkan kematian.Di dunia perikanan Indonesia, istilah biosecurity masih sangat baru sehingga belum banyak perusahaan akuakultur yang melaksanakan konsep ini di tambak udang atau kolam ikannya. Ada 2 (dua) hal yang menyebabkan para pembudidaya belum melaksanakan program biosecurity, yaitu (1) kurangnya pengetahuan tentang biosecurity dan (2) karena mis-konsepsi akan besarnya biaya produksi atas penerapan biosecurity dibandingkan dengan keuntungan yang akan diperoleh.2.2. Penerapan BiosecurityBiosecurity merupakan pendekatan manajemen untuk meminimalkan resiko serangan penyakit, hal ini dapat diimplementasikan dengan beberapa level yang tepat tergantung operasional tambak. Vektor pembawa patogen sangat bervariasi, diantaranya : induk, benih, ikan sakit, carier, air masuk, air keluar, pakan, udara, burung, peralatan, wadah budidaya, hewan dan tanaman air serta manusia. Beberapa upaya yang dilakukan dalam penerapan biosecurity adalah melalui pendekatan-pendekatan pada :a. Penerapan sistem budidaya yang tepat, seperti : Penentuan lokasi dan desain tambak; Penggunaan sistem tertutup dan resirkulasi; Penggunaan filter pada pintu pemasukan air; Penggunaan tandon; Melakukan treatmen air buangan (effluent) budidaya; Penggunaan probiotik; Pemagaran keliling tambak.b. Pengelolaan inang ( ikan) : Seleksi induk (broodstock centre); Unggul secara genetik dan bebas virus.c. Penggunaan benih : SPF (Specific Pathogen Free); SPR (Specific Pathogen Resistant); Bebas virus dengan tes PCR (Polymerase Chain Reaction);d. Monitoring kesehatan ikan : Diagnosa berkala, apabila terjadi infeksi berat maka segera dipanen sedangkan jika terjadi infeksi ringan maka dilakukan perbaikan kualitas budidaya; Menghindari stress antara lain yang perlu diperhatikan adalah fluktuasi kualitas air (suhu, pH, salinitas), kandungan bahan organik tinggi, kandungan oksigen terlarut, ammonia dan media bakteri, peningaktan daya tahan tubuh dengan pemberian vitamin C atau imunostimulan.2.3. Tindakan BiosecurityTindakan biosecurity ada 2 (dua) hal , yaitu :a) Internal biosecurityTindakan ini meliputi lingkungan dalam tambak budidaya yaitu dengan membatasi pergerakan udang/ikan, karyawan, peralatan, monitoring kesehatan udang/ikan, menggunakan sistem produksi yang aman dan meminimalkan masuknya patogen potensial dan pemindahan (transfer) melalui vektor udang/ikan;b) Eksternal biosecurityTindakan yag dilakukan antara lain memfilter dan mendesinfeksi sumber air, memverifikasi dan menggunakan udang/ikan serta pakan bebeas penyakit, membatasi pergerakan udang/ikan, karyawan, peralatan, membatasi jalan masuk bagi umum, meminimalkan masuknya patogen potensial dan pemindahan (transfer) melalui vektor udang/ikan dan melakukan manajemen effluen.Penerapan biosecurity pada areal pertambakan secara teknis dapat dilakukan dengan cara berikut : Seluruh lingkaran luar unit usaha diberi pagar tinggi dan pagar rendah rapat untuk mencegah masuknya organisme carier seperti kepiting, wideng, ketam, dll; Air masuk dari pompa ke petakan tandon dan dari tandon ke petakan pemeliharaan harus disaring dengan menggunakan kantung plankton net diameter 50 mm sepanjang 4 5 m sebanyak 3 5 buah diatur paralel agar tidak mudah robek; Saluran keliling dibangun lapis dua dengan konstruksi plastik untuk menjamin agar organisme lain tidak ada yang masuk / keluar; Pemasangan penghalau burung, berupa tali membentang di atas petakan tambak yang dilengkapi dengan gantungan kertas pengkilap; Roda kendaraan yang mungkin telah berjalan di atas pematang tambak lain harus melalui dua kolam yaitu kolam pembersihan dan kolam desinfeksi (chloramin 10 ppm); Peralatan panen, ember, pompa dan kincir bahkan pekerja selalu diperlakukan dengan desinfektan pada saat baru dikeluarkan atau akan dipakai di salah satu tambak.

BAB IIIMETODE PENULISAN

Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode studi pustaka (literature) yaitu metode pengumpulan data dengan cara mengambil data-data yang diperlukan dari literatur-literatur yang berkaitan. Pustaka yang dicari dan digunakan harus mutakhir dan relevan. Dari telaah pustaka akan diperoleh konsep-konsep dan teori-teori yang bersifat umum dan berkaitan dengan permasalahan penelitian.

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN4.1. Pengelolaan Sarana dan Prasarana Langkah awal dalam kegiatan pendederan hingga pembesaran ikan sidat adalah mempersiapkan sarana berikut prasarananya. Hal ini dilakukan agar proses produksi dapat berjalan dengan lancar. Wadah, media serta segala sarana yang dipersiapkan dengan baik akan sangat mendukung keberhasilan produksi ikan sidat. Agar terlaksananya semua kegiatan budidaya secara baik maka dibutuhkan sarana utama budidaya, sarana pendukung lainnya dan prasarana yang dapat dilihat pada Tabel 13 .Tabel 13. Kelengkapan Sarana dan Prasarana CV Mitra Bina UsahaNoUraianPendederan 1 dan 2Pembesaran

1Sarana Utama

Wadah Budidaya

Sumber Air

Sumber Listrik

Ketersedian pakan

2Sarana Penunjang

Sumber Energi Cadanganx

Water TreatmentX

Aerasi

Alat transportasi

3Prasarana Budidaya

Ruang LaboratoriumxX

Pengolah LimbahxX

Bangsal PanenxX

Ruang MesinxX

Tempat penyimpanan pakanx

Tempat penyimpanan bahan kimiaX

Kantor / ruang administrasiX

Kurangnya prasarana budidaya seperti ruang laboratorium, pengolah limbah, ruang mesin, tempat penyimpanan pakan dan bahan kimia sehingga produksi yang didapat kurang maksimal, selain itu sarana utama akuarium besar dan kolam terpal masih kekurangan untuk pendederan 2 sehingga grading dilakukan terlambat.

4.1.1 Sarana Utama4.1.1.1 Pengelolaan WadahJenis wadah yang digunakan di CV. Mitra Bina Usaha adalah aquarium, kolam beton lapis terpal dan kolam flowtrough. Penggunaan wadah aquarium dimaksudkan agar mudah dalam pemantauan nafsu makan ikan, penyakit, mortalitas dan pembuangan feses dari akuarium menggunakan seser. Penggunaan wadah beton dilapis dengan terpal dengan tujuan agar mudah dalam pemantauan pemberian pakan, pembuangan feses, suhu terkontrol, tidak kontak langsung dengan tanah dan mudah dalam pembersihan. Penggunaan wadah kolam flowtrough dimaksudkan agar hemat air dan listrik dalam penggunaannya. Jenis wadah yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 9.

(A)(B)

(C)(D)Gambar 9. (A) Akuarium Kecil, (B) Akuarium Besar, (C) Kolam Beton Lapis Terpal, (D) Kolam FlowtroughWadah yang digunakan untuk pendederan sidat di CV. Mitra Bina Usaha dibagi menjadi 2 yaitu pendederan 1 dan pendederan 2 dengan menggunakan aquarium dan kolam. Pada tahap pendederan 1 untuk ukuran glass eel pemeliharaan menggunakan akuarium dengan kapasitas maksimal 175 L dengan dimensi ukuran 100x50x35 cm3 dengan ketebalan 5mm. Akuarium tersebut berjumlah 88 buah, biasa digunakan untuk memelihara glass eel berukuran 0,16-1,5 gram dan mampu menampung 10 kg glass eel dalam satu siklusnya. Pada tahap pendederan 2 untuk ukuran fingerling wadah yang digunakan untuk pemeliharaan menggunakan akuarium besar sebanyak 25 unit dengan kapasitas maksimal 945 L dimensi ukuran 210x90x50 cm3 ketebalan kaca 8mm. Akuarium tersebut digunakan untuk menampung elver hasil pemeliharaan glass eel dengan ukuran 1,5-5 gram. dan kolam beton dilapis dengan terpal berjumlag 6 unit dengan kapasitas maksimal 3200 L dengan dimensi ukuran 320 x 200 x 50 cm3. Pada tahap pembesaran di Gadog wadah yang digunakan untuk pemeliharaan menggunakan kolam beton dengan kapasitas maksimal 8000 L dengan dimensi ukuran 2x4x1 m3 dan mampu menampung sebanyak 500 kg untuk ikan berbobot 200 gr . Selain itu dasar kolam pada kolam flowtrough dibuat miring sebesar 3% agar mudah dalam pemanenan dan pembilasan. Hal ini tidak sependapat dengan Setianto (2011) bahwa bak pendederan adalah tempat untuk memelihara elver hingga menjadi benih. Pendederan 1 dan pendederan lanjutan. Pendederan 1 adalah untuk membuat elver mau makan dengan pakan yang diberikan (belajar makan). Tahapan ini cukup kritis, sehingga sebaiknya dilaksanakan dalam bak bak terkontrol atau dalam ruangan (indoor). Sedang pendederan lanjutan (Pendederan 2 dan 3) adalah membesarkan elver menjadi juvenil, dan tahapan ini baik dilakukan di bakbak outdoor. Ukuran bak pendederan 1 cukup kecil saja misalnya 1,5x3x0,6 m3 dan ukuran bak pendederan kurang lebih berukuran 50100 m2 dengan kedalaman 0,8 m. Bentuk kolam pembesaran flowtrough dari samping dapat dilihat dari Gambar 10.

Gambar 10. Kolam Pembesaran Flowtrough Tampak SampingPada tahap pendederan 1 dan 2 dilakukan secara indoor yaitu dilakukan secara tertutup agar suhu ruangan dalam ruangan terkontrol dan cahaya ruangan redup karena ikan sidat menyukai tempat yang gelap. Sedangkan pada kolam flowtrough dilakukan secara outdoor yaitu dilakukan secara terbuka. Hal ini sependapat dengan Setianto (2011) bahwa bak pendederan adalah tempat untuk memelihara elver hingga menjadi benih. Pendederan ada 2 tahap, yaitu pendederan 1 dan pendederan lanjutan. Pendederan 1 adalah untuk membuat elver mau makan dengan pakan yang diberikan (belajar makan) tahapan ini cukup kritis, sehingga sebaiknya dilaksanakan dalam bakbak terkontrol atau dalam ruangan (indoor). Sedang pendederan lanjutan adalah membesarkan elver menjadi juvenil dan tahapan ini baik dilakukan di bakbak outdoor. Lokasi pendederan 1 dan 2 yang dilakukan indoor dan lokasi pembesaran yang dilakukan secara outdoor dapat dilihat pada Gambar 11.

(A)(B)Gambar 11. (A) Ruang pendederan 2, (B) Ruang pembesaran4.1.1.2 Komponen WadahKomponen sistem yang harus disiapkan pada wadah pendederan 1 dan 2 berbentuk aquarium terdiri dari breeding sponge sebagai tempat pemberat aerasi selain itu juga berfungsi sebagai filter, shelter yang terbuat dari tali rafia yang dirumbai sebagai tempat sembunyi ikan sidat, sistem resirkulasi dengan filter fisik, biologis dan kimia kemudian lengkap dengan instalasi air otomatis, sehingga cukup mengganti air semua aquarium hanya dengan membuka sentral balvalve. Hal ini sependapat dengan Setianto (2011) bahwa kondisi air juga perlu dikontrol. Untuk memantau kondisi air anda memerlukan filtrasi. Hal ini karena air jernih tidak selalu berarti air yang sehat untuk ikan, mungkin air tersebut mengandung zat tidak berwarna seperti amonia dan nitrit, yang berbahaya dan bahkan mematikan. Komponen wadah yang ada dalam wadah aquarium dapat dilihat pada Gambar 12.

Keterangan:AkuariumBreeding spongeShelterDop FilterPompaSaluran outletSaluran inlet

Gambar 12. Komponen Wadah AquariumFilter yang digunakan pada wadah pendederan 1 dan 2 di akuarium menggunakan sistem resirkulasi. Air masuk ke filter fisik melalui dop filter agar glass eel dan kotoran pertikel besar tidak bisa masuk kedalam filter kemudian disaring dengan kapas sebagai penyaring kotoran besar dan batu zeolit sebagai filter kimia yang kemudian air masuk lagi ke ruang filter biologis bioball dimana amoniak yang masih terdapat pada sisa feses dan kotoran di nitrifikasi menjadi nitrat yang relatif tidak toksik menggunakan bioball kemudian keluar lagi menggunakan pompa melalui pipa yang ujung pipa tersebut dibuat sempit agar air yang keluar menjadi deras air pun dapat berputar. Hal ini tidak sependapat dengan Sasongko et al (2007), bahwa baik pendederan maupun pembesaran, sebaiknya tidak digunakan resirkulasi karena selain pembuatannya mahal juga adanya dampak yang kurang baik terhadap kehidupan sidat, meskipun tidak menimbulkan kematian. Hal ini karena kualitas air semakin menurun bila terlalu lama digunakan. Resirkulasi sebaiknya hanya digunakan di lahanlahan atau daerahdaerah yang kekurangan air. Zeolit dan Bioball yang digunakan dalam sistem resirkulasi dapat dilihat pada Gambar 13.

(A)(B)Gambar 13. (A) Zeolit, (B) Bioball

4.1.1.3 Sterilisasi WadahKegiatan persiapan wadah pada akuarium, kolam beton lapis terpal dan kolam flowtrough hampir sama yaitu dengan cara melakukan pencucian dan pembilasan akuarium tanpa detergen, kemudian diisi air dan ditambahkan methylene blue sebanyak 2 ppm yang berfungsi sebagai sterilisasi dan antiseptik untuk pencegahan pathogen setelah 24 jam. Hal ini tidak sependapat dengan Sarwono (2011) bahwa Melakukan desinfeksi kolam caranya adalah dengan menyiram bagian dinding dan dasar kolam dengan larutan kaporit 30 g/m3. Hal tersebut tentu saja bertujaun untuk memotong siklus bakteri yang dapat menjadi sumber penyakit. Methylene blue yang digunakan sebagai desinfektan terdapat pada Gambar 14.

Gambar 14. Methylene Blue4.1.1.4 Sumber AirLokasi dalam melakukan pendederan sidat berada di daerah pemukiman oleh karena itu sumber air yang didapat dari sumur bor sedalam 15m dengan menggunakan jet pump berkekuatan 220 V dialirkan ke dalam tandon pengendapan. Sedangkan untuk lokasi pembesaran dengan sistem flowtrough di Gadog sumber mata air berasal dari mata air gunung salak yang berjarak sekitar 50 Km. Hal ini sependapat dengan Sarwono (2003) bahwa sumber air untuk pengisi kolam dapat berasal dari saluran air atau sumur bor yang dipompa. Berdasarkan penelitian lapangan, untuk menghasilkan panen sidat 20 ton, diperlukan air sebanyak 450 m3 setiap hari. Air yang digunakan bisa jernih atau keruh. Sumber mata air yang digunakan terdapat pada Gambar 15.

(A)(B)Gambar 15. (A) Sumur Bor (B) Sungai4.1.2 Sarana Penunjang4.1.2.1 Sistem AerasiSumber aerasi pada pendederan ikan sidat farm CV Mitra Bina Usaha Cimanggu berasal dari highblow LP-60 dan blower 120 watt bisa menyuplai hingga 100 titik aerasi. Udara didistribusikan ke akuarium, sedangkan sistem aerasi mengandalkan jumlah air yang masuk melalui saluran inlet. Pipa paralon digunakan sebagai pengatur jumlah air yang masuk dan disetting ujung pipa dibuat letter L dengan diameter 5 cm dimaksudkan agar terjadi semprotan yang akan menambah suplai oksigen buatan. Apabila terjadi kekurangan air dapat menggunakan pompa kolam resun 220 V yang diikat dengan bambu dan diletakkan dipinggir kolam sebagai sistem aerasi cadangan. Hal ini sependapat dengan Roy (2013) sidat merupakan hewan yang membutuhkan sirkulasi udara. Sistem aerasi ini berguna untuk menjaga kadar oksigen terlarut didalam air tetap pada ambang batas. Sistem ini biasanya terdiri dari blower, pipa paralon, keran aerasi dan selang aerasi. Pompa yang digunakan sebagai aerasi cadangan dan highblow LP-60 dapat dilihat pada Gambar 16 (A) (B)Gambar 16. (A) Pompa yang digunakan sebagai aerasi cadangan, (B) highblow LP-604.1.2.2 Water TreatmentAir yang berasal dari sumber air dialirkan ke kolam pengendapan. Kolam pengendapan digunakan agar kotoran atau partikel dalam sumber air mengendap. Dalam melakukan pengendapan pada kolam pengendapan tidak dilakukan water treatment. Kolam pengendapan pada pendederan ada 2 yaitu kolam pertama untuk pengendapan selama sehari, setelah dilakukan pengendapan air selama 24 jam air dialirkan ke kolam tandon kedua, kolam tandon kedua dipakai untuk yang dialirkan ke seluruh akuarium dan kolam menggunakan pompa. Sedangkan pada kolam flowtrough tidak dilakukan water treatment dikarenakan air yang didapat dari mata air selalu mengalir atau berganti. Hal ini sependapat dengan Sarwono (2011) bahwa selain kolam utama, diperlukan juga kolam pengendapan air yang terletak sebelum pintu masuk air. Kolam ini berfungsi untuk mengendapkan air sehingga air yang masuk kedalam kolam pemeliharaan tidak berpasir atau berlumpur. Dengan demikian, kualitas air lebih terjamin. Struktur dari kolam ini berupa sekatsekat yang terbuat dari beton sehingga terlihat seperti berkelokkelok. Kolam ini biasanya dibangun jika sumber air yang digunakan berasal dari sungai adanya kolam ini, lumpur atau pasir yang terbawa air akan tertahan oleh sekatsekat dari beton tersebut. Tandon pengendapan yang digunakan perusahaan terdapat pada Gambar 18.

Gambar 18. Tandon Pengendapan4.1.3 Prasarana BudidayaBangunan yang dimiliki oleh Farm CV Mitra Bina Usaha Cimanggu terdiri dari 1 unit bangunan seluas 400 m2. Bangunan ini dibagi menjadi beberapa bagian, diantaranya ruang tamu sebagai ruang administrasi, ruang akuarium glass eel, ruang bak elver/fingerling, dan ruang akuarium elver. Denah struktur bangunan Cimanggu dapat dilihat pada Gambar 21.

Gambar 21. Denah Struktur Bangunan CimangguBangunan yang dimiliki oleh Farm CV Mitra Bina Usaha Gadog terdiri dari 1 unit bangunan seluas 150 m2. Bangunan ini dibagi menjadi beberapa bagian, diantaranya Tandon, Saluran Inlet, Kolam Pemeliharaan, Rumah Jaga, dapur, Gudang alat dan Gudang pakan. Denah struktur bangunan di Gadog dapat dilihata pada Gambar 22.

TandonSaluran InletKolam FlowtroughSaluran OutletRumah JagaDapurGudang AlatGudang PakanToilet

Gambar 22. Denah Struktur Bangunan Gadog4.2. Pengelolaan Benih4.2.1. Asal BenihCV. Mitra Bina Usaha membeli glass eel di pengumpul sesuai dengan musim yaitu ketika bulan gelap karena persedian benih yang masih terbatas mengambil dari alam. Akan tetapi pengumpul mencari glass eel setiap malam hari dengan cara memberikan alat penangkap dan lampu pijar yang sudah disediakan untuk nelayan. Nelayan bebas mencari glass eel tanpa ada paksaan sedangkan pihak pengumpul hanya menyediakan konsumsi dan peralatan penangkap saja. Hal ini sependapat dengan Setianto (2011) bahwa Waktu penangkapan elver dimuara sungai yang baik adalah pada waktu malam hari ketika air pasang adalah bahwa pada kondisi air laut tinggi, maka arus air sungai dimuara menjadi diperlemah dan memudahkan elver naik. Kaitannya dengan bulan gelap adalah karena sidat bersifat nocturnal yaitu aktif dimalam hari atau suasana gelap, sehingga pada bulan terang sidat tidak terlihat muncul untuk naik. Cara penangkapan glass eel yang dilakukan oleh nelayan terdapat pada Gambar 23.

Gambar 23. Cara penangkapan glass eel oleh nelayanBenih yang dibeli oleh perusahaan umumnya sudah memiliki jaringan pada daerah Pelabuhan ratu-Sukabumi, CilacapBanyumas , MentawaiSumatra dan Poso-Sulawesi. Akan tetapi Pelabuhan ratuSukabumi tempat yang sering dibeli dikarenakan tempat tersebut merupakan tempat kepercayaan dan ada penangkaran didalamnya sehingga kualitas glass eel dapat terpenuhi dengan melakukan seleksi benih, penggunaan pakan buatan, kualitas benih yang dihasilkan baik tidak cacat dan terhindar dari ikan by catch . Hal ini sependapat dengan Fahmi dan Hirnawati (2010) bahwa Teluk pelabuhan ratu merupakan salah satu peairan pantai selatan Pulau Jawa yang memiliki potensi besar dalam penyediaan glass eel. Sebagai perairan yang memiliki hubungan dengan samudra Hindia diduga wilayah ini disinggahi oleh jenisjenis ikan sidat yang ada dipeairan Samudra Hindia diantaranya ; A Bicolor dan A marmorata. Salah satu lokasi yang menjadi tempat penangkapan ikan sidat adalah muara Sungai Cimandiri yang berada dibagian selatan Teluk Pelabuhan Ratu.Walaupun pihak perusahaan sudah memiliki jaringan pengumpul yang banyak akan tetapi masih kekurangan jumlah kuota benih yang didapat untuk mencapai target ekspor sidat, maka dari itu perlu dilakukan penyuluhan kepada para pengumpul dan nelayan dengan bantuan pemerintah sendiri dikarenakan pihak perusahaan belum mampu untuk melakukan penyuluhan kepada pembudidaya dan pengumpul. Bantuan pemerintah diperlukan agar semakin banyak pembudidaya yang mau membudidayakan sidat, nelayan penangkap glass eel dan pengumpul semakin banyak dan tidak mengekspor sidat ukuran glass eel. Ekspor sidat diperbolehkan dengan ukuran yang diperbolehkan oleh pemerintah. Hal ini sependapat dengan Setianto (2011) bahwa jumlah produksi benih yang dihasilkan dari alam belum sepadan dengan pemanfaatannya untuk pembesaran. Dengan demikian perlu diwaspadai karena kenyataan lapangan justru permintaan ekspor benih sidat (glass eel) semakin meningkat, misalnya dengan dalih untuk penelitian.4.2.2. Cara PenebaranGlass eel ditebar pada pagi atau sore hari. Sebelum ditebar glass eel diaklimatisasi suhu sampai suhu air dalam kantong sama dengan suhu yang ada di akuarium. Kegiatan ini membutuhkan waktu selama 30 menit, akan tampak embun bermunculan dipermukaan bagian dalam plastik jika suhu air dalam kantong sudah sama dengan air yang ada di akuarium. Setelah itu plastik langsung dibuka dan ikan ditebar ke akuarium. Dilakukan hal tersebut agar ikan dapat menyesuaikan suhu pada tempat yang baru. Hal ini sependapat dengan Suitha dan Suhaeri (2008) bahwa proses menyadarkan dilakukan dengan mengapungkan plastik packing didalam kolam selama 5 menit. Selanjutnya, karet pengikat dilepas agar udara masuk. Glass eel akan sadar setelah suhu udara didalam plastik sama dengan udara sekitar. Proses aklimatisasi suhu yang dilakukan perusahaan terdapat pada Gambar 24.

Gambar 24. Aklimatisasi SuhuGlass eel sebelum ditebar dihitung terlebih dahulu biomassa dan mortalitasnya dengan manual secara visual sehingga ketika ada kesalahan perhitungan atau kematian pada saat pengangkutan ke lokasi pihak perusahaan dapat memberikan komplain kepada pengumpul. Hal ini tidak sependapat dengan Saifurridjal dan Rahardjo (2011) bahwa cara menghitung elver yaitu tangkap seluruh elver, masukkan dalam ember besar yang diberi air sebanyak 20 L kemudian elver dalam ember secara perlahan agar merata setelah itu ambil satu liter sebagai sampel dan hitung dan untuk mengetahui jumlah keseluruhan dapat dihitung dengan jumlah elver dalam 1 L dikali dengan volume air dalam ember besar. Perhitungan benih secara manual terdapat pada Gambar 25.

Gambar 25. Perhitungan benih secara manual4.2.3. Padat TebarPadat penebaran pada glass eel diaquarium untuk Anguilla bicolor dengan berat 0,16 gr sebanyak 7 ekor/liter sedangkan pada elver padat penebaran di bak pendederan dengan ukuran 5 gr yaitu 375 ekor/m3 . Sedangkan padat tebar pada kolam pembesaran ikan sidat dengan berat 50gr yaitu 125 ekor/m3. Hal ini tidak sependapat dengan Liviawaty dan Afrianto (1998) bahwa padat penebaran benih sidat biasanya antara 150300g/m2. Jika pemeliharaan sidat dilakukan secara intensif, maka padat penebaran benih dapat ditingkatkan hingga mencapai 600-1.200 g/m2.4.3. Pengelolaan Pakan4.3.1. Cara pemberian pakanPemberian pakan diberikan secara adlibitum yaitu pakan diberikan sekenyangkenyangnya pada ikan. Pada pemberian pakan bloodworm untuk glass eel pakan diberikan tanpa ditimbang terlebih dahulu tetapi diberikan dalam jumlah tertentu. Karyawan yang biasa memberi pakan akan tahu dan bisa menetapkan berapa jumlah pakan yang diberikan sesuai dengan nafsu makan dan keadaan ikan. Ketika pakan pellet diberikan pakan di timbang terlebih dahulu dengan persentase 1,5% dari biomassa perhari, akan tetapi pakan tetap diberikan secara adlibitum sehingga apabila terjadi pakan berlebih, sisa pakan dapat dinput dalam data komputer. Pemberian pakan pada wadah akuarium atau kolam terpal diberikan dekat shelter tempat ikan bersembunyi sedangkan pada kolam pembesaran pemberian pakan diberikan di anco sehingga sisa pakan, nafsu makan dan keadaan ikan dapat diketahui seperti pada wadah aquarium ataupun kolam terpal. Hal ini sependapat dengan Sasongko et al (2007) bahwa pemberian pakan bisa juga dilakukan secara adlibitum, maksudnya jumlah pakan tambahan yang diberikan tidak ditimbang, tetapi diberikan dalam jumlah tertentu. Bila dalam jumlah itu pakan habis, pakan harus ditambah. Namun, bila pakan masih tersisa, jumlah pakan harus dikurangi. Pemberian pakan dianco dan aquarium dapat dilihat pada Gambar 27.

(A)(B)Gambar 27. (A) Pemberian pakan di anco (B) Pemberian pakan di akuarium4.3.2. Kontrol PakanKontrol pakan pada wadah akuarium dilakukan setelah 30 menit pemberian pakan. Pakan diberikan langsung ke dalam wadah tanpa anco atau tempat pakan. Pakan yang tidak termakan atau yang sudah menjadi feses diserok menggunakan scoopnet dan dibuang menggunakan baskom penampungan sisa pakan dan feses. Penggunaan wadah akuarium memudahkan untuk melihat sisa pakan yang tidak termakan secara visual. Hal ini sependapat dengan Sasongko et al (2007) bahwa pengontrolan dilakukan minimal empat kali dalam sehari. Waktunya bisa bersamaan dengan waktu pemberian pakan tambahan, bisa juga dilakukan pada waktuwaktu tertentu ketika ada waktu luang. Pengontrolan dalam kegiatan pendederan bertujuan untuk melihat keadaan air dalam bak juga keadaan elver. Baskom pembuangan feses dan scoopnet pengambilan feses dapat dilihat pada Gambar 28.

(A)(B)Gambar 28. (A) Baskom pembuangan feses (B) Scoopnet pengambilan FesesSedangkan pada kolam pembesaran kolam flowtrough kontrol pakan menggunakan anco. Pakan diletakkan di dalam anco yang terbuat dari bambu, tali dan waring. Tempat pakan disesuaikan sesuai dengan level air tujuannya agar memudahkan ikan mendapatkan makanan. Pakan diberi didalam anco dengan tujuan apabila pakan tidak dimakan habis mudah dalam pengambilan pakan sisanya dan juga ikan terbiasa makan didalam anco. Pengecekan sisa pakan dilakukan setelah 30 menit pemberian pakan dengan cara menggangkat anco. Apabila terdapat sisa pakan yang tidak dimakan anco langsung dibersihkan menggunakan sikat. Pengecekan dilakukan bertujuan untuk melihat nafsu makan ikan apabila nafsu makan berkurang terjadi indikasi ikan sakit sehingga dilakukan pemuasaan. Hal ini sependapat dengan Setianto (2011) bahwa untuk kontrol pakan bisa dipergunakan anco, habis tidaknya pakan dan lamanya penyesuaian pemberian pakan. Kontrol pakan yang baik akan menurunkan resiko pemborosan dan menekan konversi pakan, suatu faktor utama yang berpengaruh pada tingkat keuntungan usaha.4.3.3. Penyediaan PakanPenyediaan pakan di perusahaan CV. Mitra Bina Usaha dengan cara melakukan pemesanan 2 minggu sebelum pakan tersebut habis dikarenakan pihak perusahaan tidak memiliki gudang pakan selain itu untuk menghindari dari kadaluarsanya pakan yang akan di gunakan. Pakan yang digunakan berasal dari PT. Java Comfeed CirebonJawa Barat yang akan diambil di distributor pakan di daerah ParungJawa Barat. Penyimpanan bahan baku pakan yang dilakukan pada kedua lokasi berbeda di Gadog dan Cimanggu sama yaitu hanya diletakkan di tempat terbuka tanpa palet dan tidak pada ruangan tertutup sehingga memungkinkan kemasan pakan dirusak oleh hama seperti tikus yang menggigit kemasan pakan. Hal ini sependapat dengan Liviawaty dan Afrianto (1998), bahwa penyimpanan pakan yang baik perlu memperhatikan (1) sanitasi gudang yang baik; (2) rotasi yang efisien untuk menghindari penyimpanan pakan yang terlalu lama; (3) kualitas awal pakan yang baik (pakan yang tercemar sebaiknya dipisahkan); (4) cara penanganan kelebihan; (5) kemasan yang digunakan sebaiknya mampu mengatasi aktivitas penyebab kerusakan pakan selama dalam penyimpanan. Penyimpanan pakan yang dilakukan perusahaan dapat dilihat pada Gambar 29. (A)(B)Gambar 29. (A) Penyimpanan pakan di Cimanggu (B) Penyimpanan pakan di Gadog4.4. Pengelolaan Kualitas AirPengelolaan kualitas air di CV. Mitra Bina Usaha salah satunya pergantian air.4.4.1 Pergantian AirPergantian air pada wadah aquarium dan kolam beton lapis terpal dilakukan setiap hari sebanyak 2x pada pagi hari dan sore hari dengan persentase 10% tiap harinya. Walaupun sudah menggunakan sistem resirkulasi yang menggunakan filter dop, filter kimia, filter biologis dan sistem nitrifikasi akan tetapi luasan filter hanya mencakup 10% dari total keseluruhan wadah. Oleh karena itu perlu diganti airnya dengan air baru agar air selalu dalam keadaan jernih. Hal ini tidak sependapat dengan Roy (2013) bahwa pergantian air dilakukan tiga hari sekali agar kadar oksigen terlarut tetap terjaga pada kisaran 20 ppm. Teknik pergantian dilakukan dengan membuka outlet saluran pembuangan hingga ketinggian air berkurang 2030%. Saluran inlet dan outlet pada wadah akuarium dapat dilihat pada Gambar 36.

(A)(B)Gambar 36. (A) Saluran Inlet, (B) Saluran OutletPergantian air dengan cara menyalakan pompa tandon lalu membuka keran setiap blok yang akan diisi oleh air. Pergantian air menggunakan timer yaitu dengan cara menghitung jumlah voleme air di tank dikali persentase pergantian air dan dibagi debit inlet (Lt/jam), sehingga setiap blok akuarium sudah disetting waktu pergantian air setiap harinya. Sebelum menyalakan timer pompa blok yang akan diganti airnya terlebih dahulu dimatikan pompanya sehingga kotoran tidak teraduk dan air dapat masuk ke saluran outlet pembuangan.Sedangkan pergantian air di lokasi gadog dengan sistem flowtrough dilakukan secara 3 hari sekali dengan persentase sebanyak 100%. Dilakukan 3 kali sehari dikarenakan air sudah menggunakan sistem air mengalir akan tetapi perlu dengan air yang baru agar sisa pakan dan lumpur yang masih mengendap dapat hanyut ketika pergantian air. Dilakukan 3 hari sekali dengan tujuan agar ikan tidak stress akibat pergantian air total dan pembuangan sisa pakan serta lumpur. Hal ini sependapat dengan Suitha dan Suhaeri (2008) bahwa pergantian air dilakukan tiga hari sekali. Fungsinya untuk menjaga kadar oksigen terlarut kisaran 20 ppm. Selain itu, untuk membuang kotoran berupa sisa feses dan kotoran lain yang terlarut.Pergantian air dilakukan pada pagi hari dengan cara menutup saluran inlet dan membuka pipa outlet pembuangan biarkan air menjadi surut hingga hanya ada lumpur didasar kolam. Geser sisa pakan dan lumpur menuju outlet pembuangan menggunakan air semprot, setelah cukup bersih tutup kembali pipa outlet dan buka kembali pipa inlet isi air sesuai dengan voleme air yang ditentukan. Hal ini sependapat dengan Suitha dan Suhaeri (2008) pergantian air dilakukan dengan membuka outlet (saluran pembuangan) hingga ketinggian air berkurang 2030%. Tutup outlet, kemudian buka inlet (saluran pengisian). Ujung inlet dipasangi jaring halus untuk menyaring kotoran. Saluran inlet dan outlet pada kolam pembesaran flowtrough dapat dilihat pada Gambar 37.

(A)(B)Gambar 37. (A) Saluran Inlet, (B) Saluran Outlet4.5. Monitoring Pertumbuhan4.5.1 Teknik SamplingMonitoring pertumbuhan dilakukan dengan cara sampling. Sampling dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui laju pertumbuhan berat, panjang dan ABW. Sampling pengambilan ikan pada dilakukan pada satu titik secara acak dan dilakukan pada pagi hari pada kolam pembesaran hal ini dilakukan karena pada pagi hari suhu tidak terlalu panas yang akan menyebabkan ikan stress. Hal ini sependapat dengan Liviawaty dan Afrianto (1998) bahwa Untuk menghasilkan pertumbuhan yang seragam, setiap jangka waktu tertentu sebaiknya dilakukan proses seleksi ukuran.Monitoring pertumbuhan dilakukan setiap seminggu sekali dan 15 hari sekali selama ditempat praktek dengan mengabil sampel secara acak sebanyak 10 ekor ikan dengan menggunakan scoopnet lalu dihitung. Sampling dilakukan setiap seminggu sekali dan sampel secara acak karena apabila terlalu sering dilakukan dan dengan banyak titik yang diambil dalam satu wadah maka ikan akan menjadi stress karena sering diaduk dan ditangkap. Hal ini sependapat dengan Setianto (2011), bahwa monitoring pertumbuhan paling tidak dilakukan setiap 2 minggu dengan mengambil sejumlah contoh dan mengukur panjang total dan beratnya satu persatu. Bandingkan hasilnya dengan laju pertumbuhan standar yang telah dibuat. Evaluasi laju pertumbuhan dan keseragaman ukurannya. Scoopnet yang digunakan untuk mengambil ikan sesuai ukurannya dapat dilihat pada Gambar 38.

(A)(B)Gambar 38. (A) Scoopnet 15 cm, (B) Scoopnet 50 cmSampling yang dilakukan memakai cara anestesi dikarenakan ikan sidat yang tubuhnya yang berlendir dan sulit dipegang apabila dalam keadaan hidup. Anestesi yang dilakukan memakai minyak cengkeh dengan dosis 2 liter air dicampur dengan 10 tetes minyak cengkeh dan biarkan 10 menit hingga akhirnya ikan pun pingsan. Minyak cengkeh yang digunakan untuk anestesi dapat dilihat pada Gambar 39.

Gambar 39. Minyak Cengkeh4.5.2 GradingGrading merupakan kegiatan penting dan rutin yang harus dilakukan, hal ini dikarenakan tingkat kanibalisme yang tinggi pada ikan sidat selain itu grading ditujukan untuk menentukan perkembangan pertumbuhan, jumlah populasi, bahan prediksi perkembangan produksi dan estimasi pakan. Maka dari itu CV. Mitra Bina Usaha melakukan grading tiap sebulan sekali untuk tahap glass eel, fingerling dan elver. Hal ini sependapat dengan Liviawaty dan Afrianto (1998) bahwa untuk menghasilkan ukuran yang seragam, setiap jangka waktu tertentu sebaiknya dilakukan proses seleksi ukuran.Grading pada lokasi di Cimanggu untuk tahap glass eel menggunakan sterofoam sebanyak 4 buah yang dilengkapi dengan aerasi digunakan bahan sterofoam dikarenakan permukaan sterofoam tidak kasar sehingga tidak melukai ikan. Ikan disortir menggunakan scoopnet dan dibedakan menjadi 3 ukuran yang berbeda yang diletakkan pada sterofoam yang berbeda beda. Ukuran glass eel disortir hanya sesuai dengan penglihatan visual. Hal ini tidak sependapat dengan Liviawaty dan Afrianto (1998) bahwa proses seleksi elver dapat dilakukan dengan kotak kayu yang bagian dasarnya berjeruji dengan jarak tertentu. Pada saat dimasukkan ke dalam kotak tersebut, sidat yang berukuran besar akan tertahan dan yang kecil akan jatuh. Cara grading yang dilakukan dilokasi Cimanggu dapat dilihat pada Gambar 49.

(A)(B)Gambar 49. (A) Grading tampak dari samping, (B) Grading tampak dari atas Grading pada lokasi gadog dengan sistem flowtrough untuk tahap pembesaran grading dilakukan sebulan sekali dan pada waktu pagi dikarenakan pagi hari suhu tidak terlalu panas yang mengakibatkan ikan cepat stress. Grading dilakukan dengan manual yaitu menggunakan hafa yang dibagi menjadi 3 bagian untuk dibagi sesuai dengan ukurannya. Sebelum melakukan grading ikan dipuasakan terlebih dahulu kemudian kolam disurutkan sehingga memudahkan dalam mengambil ikan. Ikan diserok menggunakan scoopnet 50 cm dan ditimbang satu persatu menggunakan timbangan digital yang diatasnya diletakkan sterofoam agar ikan mudah ditimbang. Setelah ditimbang ikan kembali dimasukkan ke dalam kolam dengan ukuran yang sesuai. Hal ini sependapat dengan Setianto (2011), bahwa untuk jumlah yang tidak terlalu banyak, grading dilakukan secara manual sedangkan untuk sidat yang banyak, diperlukan waktu yang cepat, sehingga bisa dengan alat bantu berupa saringan grading. Cara atau teknik pemanenan yang dilakukan dikolam pembesaran flowtrough dapat dilihat pada Gambar 50.

(A)(B)Gambar 50. (A) Pengambilan ikan di hapa sesuai ukuran, (B) Penghitungan jumlah ikan4.6. Pengelolaan Kesehatan Ikan4.6.1 Penanggulangan PenyakitPenyakit muncul akibat adanya interaksi antara ikan, patogen dan lingkungan. Ketiga hal tersebut sangat berkaitan erat sehingga perlu dilakukan upaya untuk mencegah dan mengobati penyakit yang menyerang sidat. Tindakan pencegahan dapat dilakukan dengan cara menjaga kualitas air media pemeliharaan, penerapan biosecurity, pemilihan glass eel yang berkualitas dan pemberian pakan yang berkualitas, mengganti air sesuai standar dan mencuci filter sesuai jadwal. Upaya yang dilakukan CV Mitra Bina Usaha cukup baik namun belum maksimal. Hal ini sependapat dengan Setianto (2011) bahwa menerapkan biosecurity, baik di pintupintu masuk maupun dalam proses budidaya. Contoh penerapan biosecurity belum baik pada lokasi Cimanggu atau Gadog dapat dilihat pada Gambar 51.

Gambar 51. (A) Pembuangan feses dan bangkai di tempat budidaya (B) Lumpur yang mengendap Upaya pencegahan pada penyakit untuk penggunaan bahan kimia pihak perusahaan hanya menggunakan methylene blue untuk sterilisasi lebih ditekankan tidak menggunakan bahan kimia dalam menjaga kualitas air media seperti pembuatan tandon , sistem resirkulasi, adanya persentase pergantian air, pemakaian daun ketapang dan garam sebagai desinfektan setiap akuarium dan kolam sedangkan untuk di Gadog kurang baik dikarenakan tidak adanya filter hanya memanfaatkan air mengalir sehingga banyak ikan sidat yang terkena penyakit kulit. Hal ini sependapat dengan Setianto (2011) bahwa dalam pengelolaan kesehatan, pada dasarnya penggunaan bahan kimia dan obat obatan untuk tindakan pencegahan penyakit ditekan seminimal mungkin. Penggunaan daun ketapang dan methylene blue dapat dilihat pada Gambar 52.

(A)(B)Gambar 52. (A) Penggunaan Daun Ketapang, (B) Penggunaan Methylene BlueUpaya pencegahan pencegahan penyakit juga diterapkan juga dalam penerapan biosecurity yaitu pencucian tangan dengan chlorin dengan dosis 5-10 ppm digunakan sebelum membersihkan filter ataupun pembersihan wadah, penggunaan scoopnet setiap akuarium dan kolam disediakan satu hingga ketika mengambil kotoran/sisa pakan sebelum memberi pakan scoopnet yang digunakan hanya untuk satu aquarium sehingga tidak terkontaminasi dengan wadah yang lain. Akan tetapi dalam pembuangan limbah kotoran dan sisa pakan masih di area sekitar budidaya sehingga penerapan biosecurity pun belum maksimal. Hal ini sependapat dengan Direktorat Perbenihan Sub Direktorat Standarisasi dan Sertifikasi (2013), bahwa ruang lingkup kegiatan biosecurity meliputi pengaturan tata letak, pengaturan akses masuk ke lokasi, Sterilisasi wadah, peralatan & ruangan, sanitasi lingkungan, pengelolaan limbah, pengendalian hama penyakit dan pengaturan personil / karyawan. Tempat pencucian tangan menggunakan chlorin dan penggunaan scoopnet tiap kolam dapat dilihat Gambar 53. (A)(B)Gambar 53. (A) Tempat pencucian tangan, (B) Pencucian Dop FilterKelengkapan biosecurity meliputi pengturan akses masuk, sterilisasi wadah, peralatan dan ruangan, pengaturan personil atau karyawan dan pengelolaan limbah. Berikut ini kelengkapan sarana biosecurity perusahaan dapat dilihat pada tabel 18Tabel 18. Kelengkapan sarana biosecurity CV Mitra Bina UsahaNoTindakan PencegahanPendederan 1 dan 2Pembesaran

1Pengaturan akses masuk

a. Footbathxx

b. Westafelx

2 Sterillisasi Wadah, peralatan dan ruangan

a. Sterillisasi wadah budidaya

b. Sterillisasi peralatan dan sarana produksix

c. Sanitasi Ruang Produksix

d. Sanitasi Lingkungan

3Pengaturan personil atau karyawan

a. Pakaian dan perlengkapan kerjax

b. Sterilisasi alas kaki dan tanganx

4Pengelolaan limbahxx

4.6.2 Penyakit InfeksiPada umumnya setiap melakukan budidaya pasti akan ada penyakit infeksi yang menyerang dalam bentuk jamur, parasit, bakteri dan protozoa, dalam budidaya sidat ini selama masa praktek di CV. Mitra Bina Usaha banyak penyakit yang menyerang ikan sidat khususnya pada kolam pendederan. Seperti sering timbul parasit dactylogyrus sp dan jamur Ichthyophthirius multifilis, akan tetapi pihak perusahaan sudah mengantisipasi agar penyakit tersebut hilang atau dicegah dengan melakukan pengobatan dan treatment. a Bintik Putih (White Spot)Ciri-ciri penyakit ini terlihat pada sebagian atau seluruh permukaan kulit ikan yang dipenuhi bintik putih, akibatnya nafsu makan ikan menurun, kurus dan lemah, sehingga seringkali terjadi kematian masal. Hal ini tidak sependapat dengan Liviawaty dan Afrianto (1998) bahwa sidat yang terserang patogen ini sering mengosokgosokkan tubuhnya kedasar kolam atau benda keras yang ada didalam kolam. Jika serangan penyakit ini sudah parah, maka Sidat menjadi malas berenang dan cenderung mengapung dipermukaan air.Penyebab penyakit ini diantaranya adalah karena kualitas air yang buruk akibat kepadatan tinggi, kelebihan pemberian pakan, sistem filtrasi tidak berjalan atau karena kekurangan/kelebihan jumlah persentase pergantian air. Selain itu juga dimungkinkan akibat masuknya bibit penyakit jamur Ichthyophthirius multifilis dari ikan-ikan yang sebelumnya sudah terkena penyakit atau masuk wabah penyakit dari lingkungan luar yang kotor atau bisa juga dari makanan yang diambil dari tempat yang kotor seperti cacing Tubifex sp. Hal ini sependapat dengan Liviawaty dan Afrianto (1998) bahwa Penyakit ini disebabkan oleh Ichthyophthrius multifilis yaitu jenis protozoa yang sering menyerang pada ikan, baik ikan hias ataupun ikan konsumsi. b Penyakit Insang MerahCiriciri insang ikan berwarna merah karena cacing kecil Dactylogirus sp menempel di insang ikan, ikan bergerak zig-zag bergerak keatas kemudian melayang turun kedasar, nafsu makan ikan menurun, kurus, lemah dan pucat sehingga seringkali terjadi kematian masal. Hal ini sependapat dengan Sarwono (2011) bahwa insang yang ditempeli cacing Dactylogyrus sp warnanya menjadi abuabu gelap. Aktifitas dan nafsu makan berkurang serta timbul infeksi sekunder. Ikan sidat yang tekena penyakit Dactylogyrus sp dapat dilihat pada Gambar 55.

Gambar 54. Sidat yang terkena Dactylogyrus spPenyebab penyakit kualitas air buruk akibat akibat kepadatan tinggi, kelebihan pemberian jumlah pakan pakan, system filtrasi tidak berjalan atau karena kekurangan/kelebihan jumlah persentase pergantian air. Masuknya bibit penyakit cacing Dactylogirus sp dari ikan-ikan yang sebelumnya sudah terjangkit penyakit atau masuk dari lingkungan luar yang kotor atau ditemukan banyak inangnya seperti jenis keong-keongan.c Penyakit Lendir TerkelupasCiriciri penyakit ini, ikan mengambang dan berenang dipermukaan, lendir ikan keluar sehingga sekujur badan ikan diselimuti lendir dan pada lendir tersebut menempel kotoran, nafsu makan ikan menurun, kondisinya lemah dan apabila terlambat melakukan treatment akan terjadi kematian. Ikan yang terkena penyakit lendir terkelupas dapat dilihat pada Gambar 55.Gambar 55. Sidat yang terkena lendir terkelupasPenyebab penyakit ini diantaranya adalah karena kepadatan tebar tinggi, kelebihan pemberian jumlah pakan, system filtrasi tidak berjalan atau karena kekurangan jumlah persentase pergantian air sehingga kualitas air buruk sampai ke ambang berbahaya ( ammonium dan ammonia naik, nitrit naik, pH naik atau turun 2 (pH 7) dan oksigen kurang dari 3 ppm (Normal 6-7ppm).

d Penyakit Cotton CapPenyakit ini biasa disebut juga penyakit cotton cap disebabkan oleh jamur saprolegnia parasitica. Penyakit ini biasanya menyerang ikan sidat yang terkena infeksi, dari infeksi tersebut jamur tersebut tumbuh. Pada ikan sidat yang terkena jamur tersebut dapat dilihat dengan kasat mata tumbuh kapas berwarna putih atau abuabu diluka ikan sidat tersebut. Hal ini sependapat dengan Liviawaty dan Afrianto (1998), bahwa sidat yang terserang dapat diketahui dengan mudah sebab terlihat sekumpulan benang halus yang tampak seperti kapas berwarna putih kotor abuabu, terutama dibagian kulit kepala,mulut, ekor atau filamen insang. Ikan yang terkena cotton cap dapat dilihat pada Gambar 56.

Gambar 56. Sidat yang terkena cotton capPenyebab penyakit ini diantaranya adalah pakan yang diberikan tidak dimakan sehingga pakan tersebut menjamur apabila tidak dibersihakan maka ikan yang terinfeksi kulitnya dapat terkontaminasi oleh jamur tersebut, luka akibat gigitan dari ikan sidat lain atau benturan dan suhu air yang terlalu dingin dapat menyebabkan penyakit kapas. Hal ini sependapat dengan Setianto (2011) bahwa Luka akibat gigitan dari sidat lain atau benturan dan suhu air yang terlalu dingin dapat menyebabkan penyakit kapas.e Fin RotPenyakit ini biasanya menyerang ikan sidat ukuran fingerling dan besar. Penyakit ini biasanya juga disebut fin rot apabila ikan sidat yang terkena penyakit ini akan mengalami pendarahan pada sirip perut dan ekor hingga menjadi borok. Bakteri patogen yang menyebabkan penyakit ini adalah Aeromonas sp yang menyerang organisme Hal ini sependapat dengan Setianto (2011) bahwa sidat yang terserang secara eksternal akan mengalami pendarahan yang selanjutnya menjadi borok pada sirip perut dan ekor serta bagian anus, secara internal usus dan lambung mengalami hyperemia yang akhirnya terkikis. Ikan yang terkena penyakit Aeromonas sp dapat dilihat pada Gambar 57..Gambar 57. Sidat yang terkena penyakit Aeromonas sp.Penyebab penyakit ini disebabkan oleh pakan yang tidak berkualitas serta pemberian pakan yang tidak teratur, sisa pakan dan feses yang menumpuk didasar kolam, kualitas air yang buruk karena tidak memakai sistem filtrasi dan suhu air rendah dibawah 25oC. Hal ini sependapat dengan Liviawaty dan Afrianto (1998) bahwa serangan patogen ini umumnya terjadi apabila suhu air menurun hingga 20oC dan jarang dijumpai menyerang sidat pada kondisi suhu air tinggi.4.6.3 HamaHama yaitu organisme berukuran besar yang mampu menimbulkan gangguan atau atau memakan sidat. Hama dapat berperan sebagai predator yang bersifat memangsa Sidat, terutama larva ; kompetitor yang menimbulkan persaingan dalam mendapatkan oksigen, pakan dan ruang gerak dan sebagai pencuri.a) TikusHewan ini banyak ditemukan ditempat kotor dan kumuh karena itu merupakan hewan pengerat yang dapat menimbulkan penyakit yang ditemukan pada bulu, cakar atau liurnya. Hewan ini sering membuang feses ketika lewat pipa aerasi dan kotorannya masuk kedalam akuarium. Selain itu hewan pengerat ini sering kali merusak karung pakan yang membuat pakan menjadi berjamur karena terbuka lubang pada kemasan pakan akibat gigitan tikus tersebut.Cara penanggulangan hewan ini tidak masuk kedalam area budidaya yaitu menutup sanitasi area masuk budidaya dengan menerapkan biosecurity, membuat gudang pakan yang tertutup rapat dan selalu membersihkan area budidaya secara rutin. Hal ini sependapat dengan Direktorat Perbenihan Sub Direktorat Standarisasi dan Sertifikasi (2013), bahwa biosecurity merupakan tindakan yang dilakukan dengan sengaja sebagai usaha untuk mencegah masuknya oraganisme patogen dalam lingkungan budidaya yang dapat menginfeksi organisme yang di budidayakan.b) LabaLabaHewan ini banyak ditemukan apabila diaerea tersebut banyak sawang-sawang dinding ataupun di goronggorong area budidaya. Debu ataupun kotoran yang berasal dari udara menempel pada sawang tempat labalaba tersebut hidup. Apabila sawang tersebut tidak dibersihkan maka kotoran yang menempel akan jatuh kedalam akuarium atau kolam yang akan menimbulkan penyakit.Cara penanggulangannya yaitu dengan cara sering membersihkan dinding atau area budidaya dari serangan labalaba, perbaiki sanitasi lingkungan dan lakukan penerapan biosecurity.4.6.4 PengobatanTreatment pengobatan jika ikan terlanjur kena penyakit, yaitu cuci filter resilkulasi, ganti air sekitar 2030 % selama 3 hari berturut-turut, buang ikan yang mati atau sisa kotoran yang ada dibak atau tank, stop pakan selama treatment (biasanya ikan tidak nafsu makan), dan terakhir apabila memungkinkan pindahkan ikan ke tempat baru yang kualitas airnya baik ( Air baru yang sudah di aerasi minimal 24 jam) dengan kepadatan standar. Untuk ikan yang terkena penyakit white spot masukkan probiotik 2ppm, diamkan 24 jam lalu masukan garam 0,5 ppt atau 0,5 gr/liter air, untuk ikan yang terkena Dactylogyrus sp pengobatan dengan cara memberikan garam 0,5 ppt atau 0,5 gr/liter air, untuk ikan yang terkena cotton cap pengobatan dengan cara melakukan perendaman ke dalam larutan methylene blue sebanyak 2 ppm. Perendaman dengan methylene blue dan garam yang digunakan untuk pengobatan dapat dilihat pada Gambar 58. (A)(B)Gambar 58. (A) Perendaman ikan menggunakan methylene blue, (B) Garam yang digunakan.

4.7. Pengelolaan Panen4.7.1 PemanenanKegiatan pemanenan dibagi dua, yaitu panen parsial dan panen total. Panen parsial (grading) dilakukan dengan tujuan mengurangi biomassa dan kepadatan ikan dalam bak/akuarium agar tidak terjadi kompetisi ruang dan oksigen sehingga pertumbuhan ikan yang tersisa dapat lebih cepat dan lebih seragam. Panen total adalah panen akhir yang dilakukan dengan cara mengambil keseluruhan ikan yang ada di akuarium untuk selanjutnya ditransportasikan ke lokasi pembesaran. Pemanenan dilakukan ketika ikan sudah mencapai ukuran konsumsi dan sesuai dengan permintaan pasar. Ikan yang dipanen berukuran beragam mulai dari ukuran 150-190, 190250 dan >300 gr. Maka dari itu 5 kolam flowtrough digadog setiap sebulan sekali di sortir dan dipisahpisahkan sesuai dengan permintaan pasar agar ukuran setiap kolam seragam. Hal ini sependapat dengan Roy (2013) bahwa sidat yang dipanen biasanya sudah memiliki bobot 150250 gram. Pembagian kolam yang sesuai dengan ukurannya masingmasing dapat dilihat pada Tabel 19.Tabel 19. Kolam pembesaran flowtrough berdasarkan ukurannya masing-masing.No KolamK1K2K3K4K5

Size Ikan (gr)2090 > 200 160-190100-150100150

Biomassa (gr)45.210 67.930 148.690 130.190 83.390

Populasi (ekor)1074 301 889 933 682

4.7.2 PackingSetelah dilakukan grading hari berikutnya ikan akan siap dipacking dengan plastik packing. Ikan ditimbang satu persatu hingga satu plastik packing bisa menampung hingga 30 kg ikan sidat, sebelum dimasukkan kedalam plastik ikan sidat dipingsankan terlebih dahulu dibak berisi air dingin dengan suhu < 10oC selama 30 detik, dipingsankan sidat yang akan dikirim dengan tujuan agar tidak stress dalam perjalanan. Setelah itu plastik yang dipakai untuk mengemas ikan sidat diberi air dingin sebanyak dari volume plastik packing. Setelah itu masukkan ikan sidat yang sudah dipingsankan dan diberi es batu tambahan didalamnya. Selanjutnya diberikan oksigen murni dan diikat menggunakan karet gelang. Setiap satu packing dimasukkan ke dalam satu kotak sterofoam yang dilapisi oleh lakban. Hal ini sependapat dengan Sarwono (2011) bahwa proses packing sidat sebagai berikut 1. Siapkan wadah packing berupa boks sterofoam; 2. Isi boks sterofoam dengan air sekitar 1/3 bagian dari volume boks; 3. Masukkan belut ke dalam boks sesuai dengan volume boks dan lama pengangkutan; 4. Berikan bongkahan es yang ditutup koran untuk membuat suhu stabil; 5. Tutup boks sterofoam; 6. Lapisi boks dengan plastik, lalu belut siap ditransportasikan. Pemberian es pada setiap plastik packing dan Box sterofoam yang digunakan dalam pemanenan dapat dilihat pada Gambar 60.

(A)(B)Gambar 60. (A) Pemberian Es Batu, (B) Pengangkutan Box Sterofoam

BAB VKESIMPULAN

Biosecurity akan sangat efektif apabila dilakukan secara bersama-sama dalam satu kawasan budidaya bila dibandingkan hanya dalam satu petakan tambak dan akan mampu diterapkan untuk kemajuan industri akuakultur ke depan bila dihadapkan dengan timbulnya penyakit baru.Prinsip utama dalam penerapan biosecurity adalah : benur bebas virus, persiapan tambak yang baik, penggunaan pakan yang berkualitas, pengelolaan air dalam sistem budidaya yang baik dan pengelolaan air buangan yang berbahaya bagi kemungkinan penularan penyakit.Penerapan biosecurity dalam jangka panjang diharapkan mampu menjadi solusi alternatif terhadap kegagalan panen akibat wabah penyakit, sehingga tercipta budidaya perikanan yang berkelanjutan (sustainable aquaculture).

2