bioadsorben dr kulit pisang raja
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Seiring dengan meningkatnya kemajuan teknologi dan berkembangnya
kegiatan industri, selain membawa dampak positif juga membawa dampak negatif
untuk lingkungan. Dengan adanya pertumbuhan industri yang pesat berarti juga
semakin banyak limbah yang dikeluarkan dan mengakibatkan permasalahan yang
kompleks bagi lingkungan. Diantara limbah-limbah yang ada, limbah yang sangat
berbahaya dan memiliki daya racun tinggi umumnya berasal dari buangan
industri, terutama industri kimia, termasuk industri logam serta industri
pertambangan sehingga proses penanganan limbah menjadi bagian yang sangat
penting dalam suatu industri. Salah satunya adalah limbah logam Pb2+. Hal ini
harus dianggap serius karena keberadaan limbah logam dapat menyebabkan
penurunan kualitas sumber daya alam kita seperti air sungai, air laut, tanah, dan
lain-lain yang dapat berdampak buruk bagi kelangsungan hidup makhluk hidup,
khususnya manusia.
Ada beberapa cara mengatasi limbah logam Pb2+ di lingkungan kita, yaitu
dengan ekstraksi, pertukaran ion, presipitasi kimia, dan proses pemisahan dengan
menggunakan membran. Akan tetapi metode-metode yang ada tersebut memiliki
beberapa kelemahan, seperti biaya operasi yang tinggi (mahal), selektivitas yang
rendah, dan proses-proses tersebut dapat berpotensi menimbulkan limbah kimia
lainnya sehingga pemindahan logam berat dengan cara-cara tersebut dianggap
tidak optimal. Cara efektif yang harus dikembangkan adalah bagaimana membuat
bahan penyerap limbah logam yang bisa dimanfaatkan untuk meminimalisir
keberadaan limbah logam di lingkungan tanpa menimbulkan limbah lagi. Oleh
karena itu, dilakukan penelitian pembuatan bioadsorben dari limbah kulit pisang
sebagai adsorben limbah logam Pb2+. Cara ini dinilai lebih efektif dan aman
karena tidak ada efek samping pencemaran yang muncul kembali.
1
Salah satu limbah biomassa hasil kegiatan pertanian yang melimpah di
Indonesia adalah limbah kulit pisang sebagai hasil samping komoditas buah
pisang. Di Indonesia sendiri, produksi pisang cukup besar. Di Asia, Indonesia
termasuk penghasil pisang terbesar, karena 50% dari produksi pisang Asia
dihasilkan oleh Indonesia, Dan setiap tahun produksinya makin meningkat.
(Sunarjono, 2002).
Potensi ketersediaan Pisang yang cukup melimpah inilah yang turut
menghasilkan limbah. Kulit pisang yang merupakan bagian dari buah pisang
umumnya hanya dibuang sebagai sampah. Peraturan pemerintah No.18 tahun
1999 tentang kegiatan memperoleh kembali atau menggunakan kembali atau daur
ulang bertujuan untuk mengubah suatu limbah menjadi suatu produk yang dapat
digunakan dan juga aman bagi lingkungan dan kesehatan manusia. (Sutrasno, et
al, 2008).
Dipilihnya kulit pisang sebagai bahan dasar adsorben ini disebabkan karena
selama ini pemanfaatan terhadap kulit pisang kurang begitu maksimal. Selain itu,
disebabkan karena ketersediannya di pasar yang mudah untuk didapatkan dan juga
nantinya diharapkan dapat menjadi bioadsorben yang murah.
Kulit pisang yang mengandung selulosa (crude fiber) yang cukup tinggi
inilah yang kemudian juga dijadikan pertimbangan untuk menggunakannya
sebagai adsorben logam-logam berat. Pada penelitian ini kulit pisang akan
digunakan sebagai adsorben untuk menyerap logam Timbal (Pb).
1.2. Rumusan Masalah
Perumusan masalah yang ada dalam pembuatan bioadsorben dari kulit
Pisang Raja antara lain adalah:
1. Dapatkah pisang dimanfaatkan sebagai bioadsorben?
2. Jenis pisang apa yang kulitnya dapat dijadikan bioadsorben?
3. Bahan kimia apa yang dapat digunakan sebagai pengaktivasi bioadsorben?
4. Berapa pH dan waktu optimum dalam penyerapan logam Pb(II)?
2
Dari permasalahan di atas, penulis memilih pH dan waktu optimum yang
dijadikan tolak ukur untuk menentukan pengaruh daya adsorpsi bioadsorben dari
kulit pisang Raja.
1.3. Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah membuat bioadsorben dari kulit pisang Raja
dan mempelajari pengaruh modifikasi kimia dengan larutan basa (NaOH)
terhadap limbah kulit pisang sebagai adsorben logam timbal (Pb2+) dengan
variabel pH dan waktu untuk mengetahui kondisi optimum penyerapan.
1.4. Luaran Penelitian
Bioadsorben dibuat dari kulit pisang Raja yang diaktivasi menggunakan
basa. Hasil penelitian akan dibahas dalam laporan penelitian ini.
1.5. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian Aktivasi Bioadsorben dari Kulit Pisang Raja
menggunakan Natrium Hidroksida untuk Penyerapan Logam Pb(II) adalah:
1. Memanfaatkan limbah kulit pisang Raja sebagai bahan baku pembuatan
bioadsorben.
2. Menambah alternatif bahan baku adsorben, dan
3. Menambah nilai ekonomis dari kulit pisang Raja sebagai limbah yang dapat
dimanfaatkan sebagai adsorben logam Pb(II).
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1. Pisang
Pisang adalah tanaman buah berupa herba yang berasal dari kawasan di Asia
Tenggara (termasuk Indonesia). Tanaman ini kemudian menyebar ke Afrika
(Madagaskar), Amerika Selatan dan Tengah. Di Jawa Barat, pisang disebut
dengan Cau, di Jawa Tengah dan Jawa Timur dinamakan gedang. (Kemal
Prihatman, 2000). Tumbuhan ini berdasarkan klasifikasi ilmiahnya tergolong
dalam keluarga besar Musaceae, sebagaimana penggolongan dari tingkat
Kingdom hingga species berikut ini :
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Bangsa : Zingiberales
Keluarga : Musaceae
Marga : Musa
Spesies : Musa Paradisiaca, Linn.
Pisang merupakan tumbuhan asli Asia Tenggara, yaitu berasal dari
Semenanjung Malaysia dan Filipina. Tetapi ada juga yang menyebutkan bahwa
pisang berasal dari Brasil dan India. Dari sini kemudian menyebar hingga ke
daerah Pasifik (Cinthya, 2006). Tinggi tanaman pisang (dewasa) berkisar antara 2
– 8 m (tergantung jenisnya), dengan daun-daun yang panjangnya ada yang
mencapai 3,5 m. Tanaman pisang akan menghasilkan satu tandan buah pisang,
sebelum dia mati dan digantikan oleh batang pisang baru. Untuk satu tandan
pisang sendiri terdiri atas 5–20 sisir, yang masing-masing sisir terdiri lebih dari 20
buah pisang. Pisang berkembang dengan subur pada daerah tropis yang lembab,
terutama di dataran rendah. Di daerah hujan turun merata sepanjang tahun,
produksi pisang dapat berlangsung tanpa mengenal musim. Indonesia (Cinthya,
4
2006). Dari hasil berbagai penelitian diketahui bahwa buah pisang mengandung
gizi yang sangat baik. Di dalam buahnya terdapat energi yang cukup tinggi
dibandingkan buah-buahan yang lain. Pisang kaya mineral seperti kalium,
magnesium, fosfor, besi dan kalsium. Berdasarkan kandungan energi dalam buah
pisang maka pisang direkomendasikan oleh para ahli herbal untuk mengobati
berbagai jenis penyakit, seperti: pendarahan rahim, sariawan usus, ambeien, cacar
air, telinga dan tenggorokan bengkak, disentri, amandel, kanker perut, sakit
kuning, pendarahan usus besar, diare, dll. Pisang juga dapat mengobati tekanan
darah tinggi, karena pisang mengandung potassium yang tinggi yang berguna bagi
orang yang harus melakukan diet rendah garam.
Varietas-varietas pisang di seluruh dunia yang ditanam dapat dibagi dalam
empat golongan besar (Ngraho, 2008), yaitu:
a. Pisang yang dimakan buahnya setelah ranum, misalnya Pisang Ambon, Pisang
Susu, Pisang Raja, Pisang Cavendish, Pisang Barangan dan Pisang Mas.
b. Pisang yang dimakan setelah direbus atau digoreng, misalnya Pisang Nangka,
Pisang Tanduk dan Pisang Kepok.
c. Pisang yang berbiji biasanya dimanfaatkan daunnya, misalnya Pisang
Klutuk.
d. Pisang yang diambil seratnya, misalnya Pisang Manila.
Produksi pisang di Indonesia cukup besar. Indonesia termasuk penghasil
pisang terbesar di Asia karena 50% produksi pisang Asia dihasilkan oleh
Indonesia. Buah pisang juga merupakan buah dengan jumlah produksi paling
banyak di Indonesia jika dibandingkan dengan produksi buah lainnya (Ngraho,
2008).
Kulit pisang merupakan bahan buangan (limbah buah pisang) yang cukup
banyak jumlahnya. Pada umumnya kulit pisang belum dimanfaatkan secara nyata,
hanya dibuang sebagai limbah organik saja atau digunakan sebagai makanan
ternak seperti kambing, sapi, dan kerbau. Jumlah kulit pisang yang cukup banyak
5
akan memiliki nilai jual yang menguntungkan apabila bisa dimanfaatkan sebagai
bahan baku makanan (Susanti, 2006).
Menurut Basse (2000) jumlah dari kulit pisang cukup banyak, yaitu kira-
kira 1/3 dari buah pisang yang belum dikupas. Kandungan unsur gizi kulit pisang
cukup lengkap, seperti karbohidrat, lemak, protein, kalsium, fosfor, zat besi,
vitamin B, vitamin C dan air. Unsur-unsur gizi inilah yang dapat digunakan
sebagai sumber energi dan antibodi bagi tubuh manusia (Munadjim, 1988).
Buah pisang banyak mengandung karbohidrat baik isinya maupun
kulitnya. Pisang mempunyai kandungan khrom yang berfungsi dalam
metabolisme karbohidrat dan lipid. Khrom bersama dengan insulin memudahkan
masuknya glukosa ke dalam sel-sel. Kekurangan khrom dalam tubuh dapat
menyebabkan gangguan toleransi glukosa. Umumnya masyarakat hanya memakan
buahnya saja dan membuang kulit pisang begitu saja. Di dalam kulit pisang
ternyata memiliki kandungan vitamin C, B, kalsium, protein, dan juga lemak yang
cukup.
2. 2. Logam Timbal (Pb)
Timbal (Pb) adalah logam beracun yang dapat terakumulasi dalam organ
tubuh manusia dan hewan. Kumulatif dari pengaruh racun adalah menghancurkan
jaringan tubuh yang serius, otak, fatal pada anemia dan ginjal. Timbal (Pb)
merupakan logam berat berwarna kelabu kebiruan dengan titik leleh 327oC dan
titik didih 1.620oC. Pada suhu 550–600oC, timbal menguap dan bereaksi dengan
oksigen dalam udara membentuk timbal dioksida. Bentuk oksida yang paling
umum adalah timbal II dan senyawa orano metalik. Bentuk yang terpenting adalah
timbal tetra etil (TEL), timbal tetra metil (TML) dan timbal stearat.
Logam berat Pb dapat meracuni tubuh manusia baik secara angkut maupun
kronis. Pengaruh toksisitas kronis paling sering dijumpai pada pekerja di
pertambangan dan pabrik pemurnian logam. Senyawa Pb organik mempunyai
senyawa racun yang lebih kuat dibandingkan dengan senyawa Pb anorganik.
Senyawa Pb dapat masuk kedalam tubuh manusia dengan cara melalui saluran
6
pernafasan, saluran pencernaan makanan maupun kontak langsung dengan kulit.
Masuknya partikel Pb ke dalam tubuh melalui pernapasan adalah sangat penting
dan merupakan jalan masuk ke dalam tubuh yang dominan. Keracunan Pb yang
angkut dapat menimbulkan gangguan fisiologis dan efek keracunan yang kronis
pada anak yang sedang mengalami tumbuh kembang akan menyebabkan ganguan
fisik dan mental.6 Pb merupakan logam lunak yang berwarna kebiru-biruan atau
abu-abu keperakan dengan titik leleh pada 327,5ºC dan titik didih 1.740ºC pada
tekanan atmosfer. Pb mempunyai nomor atom terbesar dari semua unsur yang
stabil, yaitu 82.7.
Penggunaan Pb untuk proses pembuatan makanan kaleng sudah banyak
menurun, tetapi sumber toksisitas pada anak sekitar 2 tahun ialah 45% dari
makanan terkontaminasi, 45% dari debu, dari barang yang dijilat atau dimakan
8% dan 1% dari udara. Menurut Vettorazzi yang dikutip Darmono (2001)
menetapkan batas rekomendasi untuk kandungan Pb yang diperoleh dari WHO
terhadap bahanbahan seperti udara, makanan dan minuman yang dikonsumsi.
Karena itu, logam Pb dari buangan air limbah industri perlu di hilangkan
terlebih dahulu sebelum air buangan industri dialirkan ke lingkungan. Sejumlah
teknologi telah dikembangkan bertahun-tahun untuk memindahkan logam berat
dari air buangan industri. Teknologiyang sangat penting adalah termasuk
koagulasi/flokulasi. Teknologi konvensional secara kimia adalah presipitasi,
ionexchange, proses elektrokimia dan teknologi membran. Seluruh metode kimia
telah dibuktikan membutuhkan biaya tinggi dan kurang efisien.
2. 3. Natrium Hidroksida
Natrium hidroksida (Na OH ), juga dikenal sebagai soda kaustik atau sodium
hidroksida, adalah sejenis basa logam kaustik. Natrium Hidroksida terbentuk
dari oksida basa Natrium Oksida dilarutkan dalam air. Natrium hidroksida
membentuk larutan alkalin yang kuat ketika dilarutkan ke dalam air. Ia digunakan
di berbagai macam bidang industri, kebanyakan digunakan sebagai basa dalam
proses produksi bubur kayu dan kertas, tekstil, air minum, sabun dan deterjen.
7
Natrium hidroksida adalah basa yang paling umum digunakan dalam laboratorium
kimia. Berikut sifat fisika dan kimia Natrium hidroksida:
Tabel 1. Sifat – sifat Fisika dan Kimia Natrium Hidroksida
Sifat
Rumus molekul NaOH
Massa molar 39,9971 g/mol
Penampilan zat padat putih
Densitas 2,1 g/cm³, padat
Titik lebur 318 °C (591 K)
Titik didih 1390 °C (1663 K)
Kelarutan dalam air 111 g/100 ml (20 °C)
Kebasaan (pKb) -2,43
Natrium hidroksida murni berbentuk putih padat dan tersedia dalam bentuk
pelet, serpihan, butiran ataupun larutan jenuh 50%. Ia bersifat lembap cair dan
secara spontan menyerap karbon dioksida dari udara bebas. Ia sangat larut dalam
air dan akan melepaskan panas ketika dilarutkan. Ia juga larut dalam etanol dan
metanol, walaupun kelarutan NaOH dalam kedua cairan ini lebih kecil daripada
kelarutan KOH. Ia tidak larut dalam dietil eter dan pelarut non-polar lainnya.
Larutan natrium hidroksida akan meninggalkan noda kuning pada kain dan kertas.
(Wikipedia.org, 2013)
2. 4. Bioadsorben Kulit Pisang Raja
Adsorben merupakan suatu bahan (padatan) yang dapat mengadsorpsi
adsorbat. Biosorben merupakan biomassa yang dimanfaatkan dalam proses
biosorpsi (Fransiscus et al., 2007). Bahan yang dapat digunakan sebagai adsorben
harus mempunyai sifat resistensi yang tinggi, stabil pada suhu tinggi dan ukuran
diameter pori yang kecil (mikro) yang menghasilkan luas permukaan yang besar
sehingga mempunyai kapasitas adsorpsi yang tinggi (Anonim, 2007).
Untuk adsorben dengan luas permukaan dan berat tertentu, zat yang
diadsorpsi tergantung pada konsentrasi larutan di sekitar solven. Makin tinggi
8
konsentrasinya, makin besar pula zat yang diadsorpsi. Proses adsorpsi terjadi
dalam keadaan setimbang. Apabila kecepatan suatu zat ditambah atau dikurangi
maka akan terjadi keadaan setimbang yang baru. Syarat–syarat adsorben yang
baik (Haryati et al. 2009), antara lain :
1. Mempunyai daya serap yang besar
2. Berupa zat padat yang mempunyai luas permukaan yang besar
3. Tidak boleh larut dalam zat yang akan diadsorpsi
4. Tidak boleh mengadakan reaksi kimia dengan campuran yang akan
dimurnikan
5. Dapat diregenerasi kembali dengan mudah
6. Tidak beracun
Adsorben yang sedang dikembangkan saat ini adalah kulit pisang yang
mampu menyerap logam berat (Metian et al. 2008). Kulit pisang diketahui efektif
dalam menghilangkan ion logam dan senyawa organik polar pada air limbah
(Rubin et al. 2005). Hasil analisis kimia menunjukkan bahwa komposisi kulit
pisang banyak mengandung air yaitu 68,90 %. Komposisi nutrisi kulit pisang
dapat dilihat pada tabel 2 di bawah ini :
Tabel 2. Kandungan Nutrisi Kulit Musa sapientum
Parameter Konsentrasi
Materi Organik (%) 91.50 ± 0.05
Protein (%) 0.90 ± 0.25
Crude lipid (%) 1.70 ± 0.10
Karbohidrat (%) 59.00 ± 1.36
Crude fibre (%) 31.70 ± 0.25
(Sumber: Anhwange et al., 2009)
9
2. 5. Adsorpsi
Salah satu metode yang digunakan untuk menghilangkan zat pencemar dari
air limbah adalah adsorpsi (Sukarta 2008). Adsorpsi merupakan suatu gejala
permukaan dimana terjadi penyerapan atau penarikan molekul-molekul gas atau
cairan pada permukaan adsorben (Yun et al. 2001). Istilah biosorpsi
dideskripsikan sebagai proses adsorpsi yang menggunakan biomassa sebagai
adsorben. Pemanfaatan biomassa sebagai adsorben bukan hanya menguntungkan
secara ekonomi, tetapi akan mendukung prinsip zerowaste, khususnya pada
industri-industri yang menghasilkan biomassa tersebut sebagai produk samping
(Esposito et al., 2001).
Adsorbsi dapat diklasifikasikan menjadi adsorbsi fisik dan kimia. Adsorbsi
fisik terjadi karena adanya gaya Van der Walls dan bersifat reversibel. Adsorben
yang digunakan dalam adsorbsi fisik harus memiliki luas permukaan yang luas
sebagai tempat terkumpulnya solute. Sedangkan adsorbsi secara kimia biasanya
bersifat irreversibel. Karena molekul – molekul dalam zat padat tiap – tiap arah
sama maka gaya tarik menarik antara satu molekul dengan yang lain di
sekelilingnya adalah seimbang. Sebab daya tarik yang satu akan dinetralkan oleh
yang lain yang letaknya simetris. Lain halnya yang ada di permukaan, gaya – gaya
tersebut tidak seimbang karena pada suatu arah di sekeliling tersebut tidak ada
molekul lain yang menariknya. Akibatnya zat tersebut akan mempunyai sifat
menarik molekul–molekul gas atau solute ke permukaannya.
Adsorpsi terjadi dengan melibatkan interaksi antara adsorbat dengan
adsorben. Kekuatan interaksi adsorbat dengan adsorben dipengaruhi oleh sifat dari
adsorbat maupun adsorbennya. Gejala yang umum dipakai untuk meramalkan
komponen mana yang diadsorpsi lebih kuat adalah kepolaran adsorben dengan
adsorbatnya. Apabila adsorbennya bersifat polar, maka komponen yang bersifat
pori adsorben (disebut difusi internal). Bila kapasitas adsorpsi masih sangat besar,
sebagian akan teradsorpsi terikat di permukaan, namun bila permukaan sudah
jenuh atau mendekati jenuh dengan adsorbat, dapat terbentuk lapisan adsorpsi
kedua dan seterusnya di atas adsorbat yang telah terikat pada permukaan.
10
Beberapa faktor yang mempengaruhi daya serap adsorpsi (Sembiring dan Sinaga
2003):
1. Sifat adsorben
Adsorpsi secara umum terjadi pada semua permukaan, namun besarnya
ditentukan oleh luas permukaan adsorben yang kontak dengan adsorbat. Luas
permukaan adsorben sangat berpengaruh terhadap proses adsorpsi. Adsorpsi
merupakan suatu kejadian permukaan sehingga besarnya adsorpsi sebanding
dengan luas permukaan. Semakin banyak permukaan yang kontak dengan
adsorbat maka akan semakin besar pula adsorpsi yang terjadi.
2. Sifat serapan
Adsorpsi akan bertambah besar sesuai dengan bertambahnya ukuran
molekul serapan dari struktur yang sama. Adsorpsi juga dipengaruhi oleh gugus
fungsi, posisi gugus fungsi, ikatan rangkap, struktur rantai dari senyawa serapan.
3. Temperatur
Faktor yang mempengaruhi temperatur proses adsorpsi adalah viskositas
dan stabilitas termal senyawa serapan. Jika pemanasan tidak mempengaruhi sifat-
sifat senyawa serapan, seperti terjadi perubahan warna maupun dekompisisi, maka
perlakuan dilakukan pada titik didihnya. Untuk senyawa volatil, adsorpsi
dilakukan pada temperatur kamar atau bila memungkinkan pada temperatur lebih
kecil.
4. pH (derajat keasaman)
Untuk asam-asam organik adsorpsi akan meningkat bila pH diturunkan,
yaitu dengan penambahan asam-asam mineral. Hal ini disebabkan karena
kemampuan asam mineral untuk mengurangi ionisasi asam organik tersebut.
Sebaliknya bila pH asam organik dinaikkan, yaitu dengan menambahkan alkali,
adsorpsi akan berkurang sebagai akibat terbentuknya garam.
11
5. Waktu kontak
Suatu adsorben yang ditambahkan ke dalam suatu cairan membutuhkan
waktu untuk mencapai kesetimbangan. Waktu yang dibutuhkan berbanding
terbalik dengan jumlah adsorben yang digunakan. Selain ditentukan oleh dosis
adsorben, pengadukan juga mempengaruhi waktu singgung. Pengadukan
dimaksudkan untuk memberi kesempatan pada partikel adsorben untuk
bersinggungan dengan senyawa serapan. Untuk larutan yang mempunyai
viskositas tinggi, dibutuhkan waktu singgung yang lebih lama.
2. 6. Hipotesa
Penelitian ini mengacu pada modifikasi bioadsorben yang dihasilkan
menggunakan larutan basa. Modifikasi adsorben bertujuan meningkatkan
kapasitas dan efisiensi adsorpsi dari adsorben. Modifikasi dapat dilakukan dengan
memberi perlakuan kimia seperti direaksikan dengan asam dan basa atau
perlakuan fisika seperti pemanasan dan pencucian (Marshall and Mitchell 1996).
Dalam proses adsorpsi, pengaruh waktu kontak bioadsorben terhadap
larutan yang diserap sangat berkaitan. Semakin lama waktu kontak maka semakin
banyak pula serapan bioadsorben terhadap logam. Begitupun terhadap pengaruh
pH. Semakin asam pH larutan maka semakin meningkat daya adsorpsinya
terhadap logam. (Sembiring dan Sinaga 2003)
12
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
3. 1. Tempat dan Waktu
3.1.1.Tempat
Penelitian ini dilakukan di laboratorium uji PT SGS Indonesia. Lokasi
berada di Jl. Raya Cilandak KKO, Kawasan Cilandak Commersial Estate No. 108
C, Jakarta Selatan.
3.1.2.Waktu
Penelitian ini dilakukan selama 9 bulan, periode April – Desember 2013.
3. 2. Bahan dan Alat
3.2.1.Bahan
Bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Air
b. Etanol absolut
c. Kalsium klorida 1,5M
d. Limbah Timbal (Pb) 20 ppm
e. Natrium hidroksida 0,5M
f. Serbuk kulit pisang 100 mesh
3.2.2.Alat
Peralatan yang digunakan untuk penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Beaker glass
b. Blender
c. Corong
13
d. Kertas pH indikator universal 1-14
e. Oven
f. Shaker
g. Tabung bertutup
3. 3. Metode Penelitian
Metode dalam penelitian ini dibagi menjadi 3 tahapan, yaitu sebagai berikut:
3.3.1.Preparasi Pembuatan Bioadsorben
1. Disiapkan kulit pisang Raja yang telah dipotong-potong dalam bentuk kecil.
2. Kulit pisang Raja kemudian dikeringkan dalam oven selama 12 jam dengan
temperature 500C.
3. Setelah dikeringkan, sampel kulit pisang kemudian dihaluskan dengan
blender sehingga berbentuk serbuk.
4. 100 gram serbuk kulit pisang Raja dimasukkan kedalam campuran larutan
yang terdiri dari 500 mL ethanol, 250 mL NaOH 0.5 M dan 250 mL CaCl 2
1.5 M.
5. Campuran dibiarkan selama 24 jam, kemudian dilakukan penyaringan untuk
memisahkan bioadsorben dengan larutannya.
6. Bioadsorben kemudian dicuci dengan aquades sampai pH larutan pencuci
menjadi 7.0.
7. Bioadsorben kemudian dikeringkan dalam oven selama 12 jam dengan
temperature 500C.
8. Setelah kering, bioadsorben dapat digunakan.
3.3.2.Penentuan pH Optimum.
1. Disiapkan 5 buah tabung bertutup yang ditambahkan 25 mL limbah Timbal
(Pb(II)) 20 ppm.
2. Atur pH masing masing beaker gelas menjadi 1, 2, 3, 4, dan 5 dengan
menambahkan H2SO4 1M atau NaOH 1M.
14
3. Pada masing masing beaker gelas dimasukkan 0.5 gram sampel
bioadsorben.
4. Campuran kemudian diaduk selama 3 jam, kemudian disaring dengan kertas
saring dan filtratnya dianalisis dengan menggunakan ICP-OES.
3.3.3.Penentuan Waktu Kontak Optimum
1. Disiapkan 7 buah tabung bertutup berisi 25 mL limbah Timbal (Pb(II))
dengan pH optimum yang telah diperoleh sebelumnya.
2. Pada masing masing beaker gelas dimasukkan 0.5 gram sampel
bioadsorben.
3. Campuran kemudian diaduk selama 10, 20, 30, 60, 120, 180 dan 240 menit.
kemudian disaring dengan kertas saring dan filtratnya dianalisis dengan
menggunakan ICP-OES.
3. 4. Metode Analisa Data
Metode analisa data yang digunakan untuk pengolahan data penelitian akan
menggunakan metode Regresi Linier, dimana menghasilkan hubungan antara daya
serap (adsorpsi) (sumbu Y) dengan pH dan waktu (sumbu X). Daya serap logam
Pb(II) terhadap bioadsorben dihitung dengan rumus:
Q=(Co−Ce )
mxV
Dimana:
Q = daya serap bioadsorben (mg logam Pb(II)/gram bioadsorben)
Co = konsentrasi awal (mg/L)
Ce = konsentrasi akhir(mg/L)
V = volume akhir (L)
m = bobot bioadsorben (g)
15
Pemotongan bahan Baku (kulit pisang Raja)
Pengeringan kulit pisang Raja selama 12 jam suhu 500C dalam oven
Aktivasi Bioadsorben:Perendaman 100 gram serbuk bioadsorben dalam larutan campuran yang terdiri
dari 500 mL ethanol, 250 mL NaOH 0.5 M dan 250 mL CaCl2 1.5 M selama 24 jam.
Bioadsorben dari kulit pisang dapat digunakan sebagai adsorben
Pencucian dengan aquadest hingga pH netral (pH 7)
Pengeringan bioadsorben selama 12 jam, suhu 500C dalam oven.
Penghalusan dan pengayakan kulit pisang Raja
Bioadsorben 100 mesh
Tidak
Ya
3. 5. Diagram Alir
3.5.1. Preparasi Pembuatan Bioadsorben
16
Bagan 1. Pembuatan Bioadsorben dari Kulit Pisang Raja dengan Aktivasi menggunakan Natrium Hidroksida
Bioadsorben kulit pisang Raja 100 mesh dan limbah Pb.
Penyaring dengan kertas saring, filtrat ditampung.
Hasil berupa pH optimum yang paling banyak mengadsorpsi logam Pb.
Persiapan peralatan 5 buah beaker glass berisi 25 mL limbah Pb(II) 20 ppm yang diatur pH 1, 2, 3, 4, dan 5 menggunakan H2SO4 1M atau NaOH 1M.
Bioadsorben seberat 0,5 gram dimasukan ke dalam masing–masing larutan.
Pengadukan campuran selama 180 menit.
Analisa filtrat menggunakan ICP-OES.
3.5.2. Penentuan pH Optimum
im
17
Bagan 2. Penentuan pH Optimum
Biosorben kulit pisang Raja 100 mesh dan limbah Pb.
Disaring dengan kertas saring, filtrat ditampung.
Didapatkan waktu optimum yang paling banyak mengadsorpsi logam Pb.
Disiapkan 6 buah beaker glass berisi 25 mL limbah Pb yang telah diatur pH optimum yang telah didapatkan dari percobaan sebelumnya.
Dimasukan bioadsorben seberat 0,5 gram ke dalam masing–masing larutan.
Campuran kemudian diaduk selama 10, 20, 30, 60, 120, dan 180 menit.
Filtrat diukur dengan menggunakan ICP-OES.
Biosorben kulit pisang Raja 100 mesh dan limbah Pb.
Penyaringan dengan kertas saring, filtrat ditampung.
Hasil berupa waktu optimum yang paling banyak mengadsorpsi logam Pb.
Persiapan peralatan 7 buah beaker glass berisi 25 mL limbah Pb yang telah diatur pH optimum yang telah didapatkan dari percobaan sebelumnya.
Bioadsorben seberat 0,5 gram dimasukan ke dalam masing–masing larutan.
Pengadukan campuran selama 10, 20, 30, 60, 120, 180 dan 240 menit.
Analisa filtrat menggunakan ICP-OES.
3.5.3.Penentuan Waktu Optimum
18
Bagan 3. Penentuan Waktu Kontak Optimum
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Pengamatan
Data pengamatan yang didapatkan dari hasil penelitian Aktivasi
Bioadsorben dari Kulit Pisang Raja menggunakan Natrium Hidroksida untuk
Penyerapan Logam Pb(II).
4.1.1. Penentuan pH Optimum
Berikut data penentuan pH optimum yang ditentukan oleh perubahan pH
larutan limbah Pb(II) terhadap bioadsorben selama waktu kontak 180 menit.
Tabel 3. Hasil Pengamatan Penentuan pH Optimum
Adsorben Kulit
Pisang RajapH m (g) V (L)
C0
(mg/L)
Ce
(mg/L)
Logam Pb (II) yang
terserap
Q (mg/g) %
Penentuan pH
Optimum
10.503
70.025 18.846 0.5281 0.909 97.20
20.504
10.025 18.846 0.5687 0.906 96.98
30.506
20.025 18.846 0.5335 0.904 97.17
40.504
10.025 18.846 0.3104 0.919 98.35
50.505
80.025 18.846 0.3275 0.915 98.26
Tabel 3 di atas menjelaskan kemampuan bioadsorben menyerap logam
Pb(II) di beberapa titik pH. Dari hasil tersebut didapatkan pH optimum terjadinya
19
penyerapan logam Pb(II) paling banyak adalah pada pH 4.0 dengan daya serap
0.919 mg Logam Pb(II)/ gram bioadsorben kulit pisang Raja.
4.1.2.Penentuan Waktu Kontak Optimum
Berikut data penentuan waktu kontak optimum yang ditentukan oleh
perubahan waktu kontak larutan limbah Pb(II) terhadap bioadsorben pada pH
optimum (pH 4.0).
Tabel 4. Hasil Pengamatan Penentuan Waktu Kontak Optimum
Adsorben
Kulit Pisang
Raja
pH m (g) V (L)Waktu
(menit)
C0
(mg/L)
Ce
(mg/L)
Logam Pb(II) yang
terserap
Q (mg/g) %
Penentuan
Waktu
Kontak
Optimum
4
0.5018 0.025 10 18.846 1.2748 0.875 93.24
0.5029 0.025 30 18.846 0.9049 0.892 95.20
0.5056 0.025 60 18.846 0.5488 0.905 97.09
0.5042 0.025 90 18.846 0.5881 0.905 96.88
0.5015 0.025 180 18.846 0.3104 0.924 98.35
0.5037 0.025 240 18.846 0.4489 0.913 97.62
Tabel 4 di atas menjelaskan kemampuan bioadsorben menyerap logam
Pb(II) di beberapa titik waktu kontak dengan pH optimum yang sudah didapatkan
pada percobaan sebelumnya, yaitu pH 4.0. Dari hasil tersebut didapatkan waktu
kontak optimum terjadinya penyerapan logam Pb(II) paling banyak adalah pada
180 menit dengan daya serap 0.924 mg Logam Pb(II)/ gram bioadsorben kulit
pisang Raja.
4.2. Pembahasan
Perolehan hasil data penelitian ditinjau dari 2 variabel, yaitu pH optimum
penyerapan dan waktu kontak antara larutan limbah Pb(II) dengan bioadsorben
kulit pisang Raja. Pengukuran dilakukan menggunakan instrumen ICP-OES pada
panjang gelombang pembacaan Pb(II) 220 nm.
20
Derajat keasaman (pH) merupakan faktor yang sangat mempengaruhi proses
adsorpsi ion logam, karena keberadaan ion H+ dalam larutan akan berkompetisi
dengan kation untuk berikatan dengan situs aktif. Selain itu, pH juga akan
mempengaruhi spesies ion yang ada dalam larutan sehingga akan mempengaruhi
terjadinya interaksi ion dengan situs aktif adsorben. (Lestari, dkk, 2003).
Kenaikan pH akan menurunkan jumlah ion H+ sehingga ion H+ yang mengelilingi
gugus aktif pada permukaan adsorben berkurang dan gugus aktif mengalami
ionisasi sehingga bermuatan negatif. (Isagai, 2008).
Penentuan pH optimum dilakukan pada pH 1, 2, 3, 4, dan 5 karena karena
pada pH 6 logam Pb mengendap. Kondisi pH yang semakin tinggi, menyebabkan
penurunan kapasitas adsorpsi. pH yang tinggi dapat menyebabkan reaksi antara
Pb2+ dengan OH─, sehingga membentuk endapan Pb(OH)2. Endapan ini akan
menghalangi proses adsorpsi yang berlangsung.
Gambar 1. Larutan limbah Pb(II) pada pH 6 membentuk endapan putih Pb(OH)2
Penentuan pH optimum bertujuan untuk mengetahui pH yang optimum
dalam proses penyerapan logam Pb(II) terhadap bioadsorben kulit pisang Raja.
Berikut grafik hasil penentuan pH optimum penyerapan.
21
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.50.895
0.9
0.905
0.91
0.915
0.92
0.925
f(x) = 0.00107142857142852 x² − 0.00392857142857105 x + 0.910599999999999R² = 0.499818247909847
Grafik Penentuan pH Optimum
Y-ValuesPolynomial (Y-Values)
pH
Kons
. Pb(
II) y
ang
ters
erap
(mg/
g)
Gambar 2. Grafik Hasil Penentuan pH Optimum
Pada gambar 2 tersebut terlihat bahwa serapan logam paling kecil adalah
0.919 mg logam Pb(II)/ gram bioadsorben pada pH 3, dan serapan logam paling
besar adalah 0.904 mg logam Pb(II)/ gram bioadsorben pada pH 4. Rendahnya
penyerapan yang terjadi pada pH 3 disebabkan karena pada pH rendah gugus
fungsional yang ada pada bioadsorben dikelilingi oleh ion H+ sehingga mencegah
terjadinya interaksi antara logam Pb2+ dengan gugus fungsional dikarenakan
adanya persaingan antara H+ dengan logam Pb2+ untuk berinteraksi dengan gugus
fungsional yang ada pada permukaan bioadsorben.
Berikut adalah grafik penentuan waktu kontak optimum penyerapan logam
Pb(II) menggunakan bioadsorben kulit pisang Raja.
22
0 50 100 150 200 250 3000.850.860.870.880.89
0.90.910.920.93
f(x) = − 1.71408325200184E-06 x² + 0.000583518094818171 x + 0.872348385356918R² = 0.946216894724508
Grafik Penentuan Waktu Kontak Optimum
Y-ValuesPolynomial (Y-Values)
Waktu Kontak (menit)
Kons
. Pb(
II) y
ang
ters
erap
(mg/
g)
Gambar 3. Grafik Hasil Penentuan Waktu Kontak Optimum
Grafik di atas menjelaskan bahwa waktu kontak optimum yang paling baik
untuk penyerapan logam Pb(II) menggunakan bioadsorben kulit pisang Raja
adalah pada 180 menit dengan daya serap 0.924 mg logam Pb(II)/ gram
bioadsorben kulit pisang Raja.
Pada kurva dapat terlihat bahwa proses adsorpsi mencapai titik
kesetimbangan pada rentang waktu antara 180 – 240 menit. Namun dalam rentang
waktu tersebut tidak mengalami pengurangan yang signifikan. Hal ini dikarenakan
packing bioadsorben sudah mengalami kejenuhan. Oleh karena itu ditetapkan
bahwa titik 180 menit merupakan waktu kontak paling optimum antara
bioadsorben dan logam Pb(II).
23
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan dalam penelitian
Aktivasi Bioadsorben dari Kulit Pisang Raja menggunakan Natrium Hidroksida
untuk Penyerapan Logam Pb(II) dapat disimpulkan bahwa untuk variabel pH
optimum dalam penyerapan logam Pb(II) menggunakan bioadsorben dari kulit
pisang Raja adalah pada pH 4.0. Hal ini dibuktikan oleh hasil penyerapan tertinggi
pada pengukuran menggunakan instrumen ICP-OES yaitu sebesar 0.919 mg
logam Pb(II)/ gram bioadsorben kulit pisang Raja.
Sedangkan untuk variabel waktu kontak optimum dalam penyerapan
logam Pb(II) menggunakan bioadsorben dari kulit pisang Raja adalah pada 180
menit, dengan daya serap logam Pb(II) sebesar 0.924 mg logam Pb(II)/ gram
bioadsorben kulit pisang Raja.
5.2. Saran
Untuk mendapatkan bioadsorben yang bagus perlu dilakukan penelitian
lanjutan. Variabel pada penelitian ini hanya mencakup pengukuran pH optimum
dan waktu kontak optimum, oleh karena itu diharapkan pada penelitian
selanjutnya menambahkan variabel lainuntuk mendapatkan kualitas adsorben
yang lebih baik. Serta perlu diteliti kembali mengenai daur ulang bioadsorben
yang telah terpakai agar dapat dipakai kembali.
24
DAFTAR PUSTAKA
Haryati, Sri, dkk, 2011, Pengujian Performance Adsorben Serat Buah Mahkota
Dewa (Phaleria marcocarpa (Scheff)) dan Clay Terhadap Larutan yang
mengandung Logam Kromium, Sriwijaya University. Sumatera Selatan.
Darmayanti, 2012, Adsorpsi Timbal (Pb) dan Zink (Zn) dari Larutannya
menggunakan Arang Hayati (Biocharcoal) Kulit Pisang Kepok berdasarkan
Variasi pH, University of Tadulako, Palu.
Kusuma, Heri Septya, 2012, Inovasi Pemanfaatan Kulit Pisang Raja sebagai
Biosorben untuk Menyerap Logam Berat, Universitas Airlangga, Surabaya.
Suhartini, Meri, 2012, Modifikasi Limbah Kulit Pisang untuk Adsorben Ion
Logam Mn(II) dan Cr(VI), PATIR – BATAN, Jakarta.
Wattimury, John Hendrik, 2012, Studi Adsorpsi Ion Logam Crom(III)
menggunakan Kulit Pisang Kepok (Musa normalis L.), Universitas Negeri
Papua, Manokwari.
Ginting, Ferdinan D., 2008, Dasar Teori Adsorpsi, Fakultas Teknik Universitas
Indonesia, Jakarta.
25
LAMPIRAN I
Data Analisa:
26
27
28
29
30
31
26
27
28
29
30
LAMPIRAN 2
Perhitungan adsorpsi logam Pb(II) menggunakan bioadsorben dari kulit
pisang Raja yang diaktivasi dengan natrium hidroksida:
Q=(Co−Ce )
mxV
Dimana:
Q = daya serap bioadsorben (mg logam Pb(II)/gram bioadsorben)
Co = konsentrasi awal (mg/L)
Ce = konsentrasi akhir(mg/L)
V = volume akhir (L)
m = bobot bioadsorben (g)
Contoh perhitungan adsorpsi:
1. pH 1
Logam yang terserap oleh bioadsoben:
a. dalam mg/gram
Q=(Co−Ce )
mxV
Q=(18.846−0.5281 )
0.5037x 25
Q=0.909 mg logam Pb ( II ) yang terserap
gram bioadsorben
b. dalam %
Q=(Co−Ce )
Cox100 %
Q=(18.846−0.5281 )
18.846x 100 %
Q=97.20%
31
2. pH 2
Logam yang terserap oleh bioadsoben:
a. dalam mg/gram
Q=(Co−Ce )
mxV
Q=(18.846−0.5687 )
0.5041x 25
Q=0.906 mg logam Pb ( II ) yang terserap
gram bioadsorben
b. dalam %
Q=(Co−Ce )
Cox100 %
Q=(18.846−0.5687 )
18.846x 100 %
Q=96.98%
3. pH 3
Logam yang terserap oleh bioadsoben:
a. dalam mg/gram
Q=(Co−Ce )
mxV
Q=(18.846−0.5335 )
0.5062x 25
Q=0.904 mglogam Pb (II ) yang terserap
gram bioadsorben
b. dalam %
Q=(Co−Ce )
Cox100 %
Q=(18.846−0.5335 )
18.846x 100 %
Q=97.17%
32
4. pH 4
Logam yang terserap oleh bioadsoben:
a. dalam mg/gram
Q=(Co−Ce )
mxV
Q=(18.846−0.3104 )
0.5041x25
Q=0.919 mg lo gam Pb ( II ) yang terserap
grambioadsorben
b. dalam %
Q=(Co−Ce )
Cox100 %
Q=(18.846−0.3104 )
18.846x100 %
Q=98.35%
5. pH 5
Logam yang terserap oleh bioadsoben:
a. dalam mg/gram
Q=(Co−Ce )
mxV
Q=(18.846−0.3275 )
0.5058x 25
Q=0.915 mg logam Pb ( II ) yang terserap
gram bioadsorben
b. dalam %
Q=(Co−Ce )
Cox100 %
Q=(18.846−0.3275 )
18.846x 100 %
Q=98.26%
33