bhn farfis- buffer&kapasitas buffer

Upload: permencokelat

Post on 14-Oct-2015

410 views

Category:

Documents


13 download

DESCRIPTION

m

TRANSCRIPT

Minggu, 24 Juni 2012Buffer dan Kapasitas Buffer

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASI FISIKA IPERCOBAAN VBUFFER DAN KAPASITAS BUFFER

OLEH

NAMA : DINO SUHARNO STAMBUK : F1F111055 KELOMPOK : V ASISTEN : SITTI NUR ASNIN, S.Si

LABORATORIUM FARMASIJURUSAN FARMASIFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS HALUOLEOKENDARI2012

A. Tujuan PercobaanTujuan dari percobaan ini adalah untuk memperkenalkan cara pembuatan buffer dan penetapan pH larutan, serta penentuan kapasitasnya.

B. Landasan TeoriLarutan penyangga adalah larutan yang bersifat mempertahankan pH-nya, jika ditambahkan sedikit asam atau sedikit basa atau diencerkan. Larutan penyangga merupakan campuran asam lemah dengan basa konjugasinya atau campuran basa lemah dengan asam konjugasinya (Utami, 2011).Kapasitas buffer (buffer capacity) adalah suatu ukuran kemampuan larutan penyangga dalam mempertahankan pH-nya dan tergantung dari konsentrasi komponen-komponen yang ada di larutan tersebut baik secara absolut maupun secara relatif (Riyanto, 2009)Larutan buffer merupakan campuran dari asam lemah dan basa konjugasinya maupun basa lemah dan asam konjugasinya. Sebagai contoh, campuran dari larutan CH3COOH (asam lemah) dan larutan CH3COONa (basa konjugasi) membentuk larutan buffer asam. Sedangkan salah satu contoh buffer basa yang sering digunakan di laboratorium adalah campuran dari larutan NH3 (basa lemah) dan NH4Cl (asam konjugasi) (Andy, 2009).Komponen larutan penyangga/buffer terbagi menjadi larutan penyangga yang bersifat asam dan larutan penyangga yang bersifat basa. Larutan penyangga yang bersifat asam mempertahankan pH pada daerah asam (pH < 7). Untuk mendapatkan larutan ini dapat dibuat dari asam lemah dan garamnya yang merupakan basa konjugasi dari asamnya. Adapun cara lainnya yaitu mencampurkan suatu asam lemah dengan suatu basa kuat dimana asam lemahnya dicampurkan dalam jumlah berlebih. Campuran akan menghasilkan garam yang mengandung basa konjugasi dari asam lemah yang bersangkutan. Pada umumnya basa kuat yang digunakan seperti natrium, kalium, barium, kalsium, dan lain-lain. Sedangkan larutan penyangga yang bersifat basa larutan ini mempertahankan pH pada daerah basa (pH > 7). Untuk mendapatkan larutan ini dapat dibuat dari basa lemah dan garam, yang garamnya berasal dari asam kuat. Adapun cara lainnya yaitu dengan mencampurkan suatu basa lemah dengan suatu asam kuat dimana basa lemahnya dicampurkan berlebih (Wiro, 2011).Larutan penyangga/buffer akan bekerja paling baik dalam mengendalikan pH pada harga pH yang hampir sama dengan pKa komponen asam atau basa, yaitu ketika garam sama dengan asam. Ini dapat ditunjukkan dengan menghitung kemampuan penyangga untuk menahan perubahan pH, yang dikenal dengan kapasitas penyangga. Kapasitas penyangga didefinisikan sebagai jumlah mol per liter asam atau basa monobasa kuat yang diperlukan untuk menghasilkan peningkatan atau penurunan satu unit pH didalam larutan (Cairns, 2008).Besarnya penahanan perubahan pH oleh dapar disebut kapasitas atau efisiensi dapar, indeks dapar dan nilai dapar. Van Sly-ke 7 memperkenalkan konsep kapasitas dapar dan mendefinisikannya sebagai perbandingan pertambahan basa kuat (atau asam) dengan sedikit perubahan pH yang terjadi karena penambahan basa itu. Rumus untuk menghitung besarnya kapasitas dapar adalah sebagai berikut: = B pHDelta, , seperti biasa berarti perubahan yang terbatas dan B adalah sedikit penambahan basa kuat ke dalam larutan dapar hingga menghasilkan perubahan pH=pH. B dinyatakan dalam gram/liter. Dari persamaan diatas diketahui bahwa kapasitas dapar suatu larutan memiliki nilai 1 bila penambahan 1 gram ekuivalen basa kuat (asam) ke dalam 1 liter larutan dapar menghasilkan perubahan sebesar 1 satuan pH (Martin, 1990). Larutan standar biasanya kita teteskan dari suatu buret ke dalam suatu erlenmeyer yang mengandung zat yang akan ditentukan kadarnya sampai reaksi selesai. Selesainya suatu reaksi dapat dilihat karena terjadi perubahan warna Perubahan ini dapat dihasilkan oleh larutan standarnya sendiri atau karena penambahan suatu zat yang disebut indikator. Titik di mana terjadinya perubahan warna indikator ini disebut titik akhir titrasi. Secara ideal titik akhir titrasi seharusnya sama dengan titik akhir teoritis (titik ekuivalen). Dalam prakteknya selalu terjadi sedikit perbedaan yang disebut kesalahan titrasi (Sukmariah, 1990).Larutan indikator dapat dikatakan sebagai suatu asam lemah atau basa lemah yang dapat bertindak seperti dapar dan menghasilkan perubahan warna karena derajat disosiasinya berubah sesuai dengan perubahan pH. Sebagai contoh, metil merah menunjukkan warna alkalinya , kuning, pada pH kira-kira 6 dan warna asamnya merah, pada pH kira-kira 4. Oleh karena itu indikator memberi kemungkinan metode yang sesuai dalam teknik elektrometri untuk menentukan pH larutan (Martin, 1990).Indikator adalah zat yang ditambahkan untuk menunjukkan titik akhir titrasi telah di capai. Umumnya indicator yang digunakan adalah indicator azo dengan warna yang spesifik pada berbagai perubahan pH. Titik Ekuivalen adalah titik dimana terjadi kesetaraan reaksi secara stokiometri antara zat yang dianalisis dan larutan standar. Titik akhir titrasi adalah titik dimana terjadi perubahan warna pada indicator yang menunjukkan titik ekuivalen reaksi antara zat yyang dianalisis dan larutan standar. Pada umumnya, titik ekuivalen lebih dahulu dicapai lalu diteruskan dengan titik akhir titrasi. Ketelitian dalam penentuan titik akhir titrasi sangat mempengaruhi hasil analisis pada suatu senyawa (Icha, 2010).Larutan buffer berkaitan dengan sistem kesetimbangan asam-basa lemah. Dengan demikian, persamaan matematis untuk menentukan pH larutan penyangga dapat diturunkan melalui persamaan reaksi kesetimbangan asam-basa lemah (Andy, 2009).

C. Alat dan Bahan 1. AlatAlat yang digunakan dalam percoban ini adalah sebagai berikut:1. Buret 2. pH meter3. Pipet tetes4. Pipet ukur5. Filler6. Gelas kimia7. Corong8. Statif dan klem 2. BahanBahan yang digunakan dalam percoban ini adalah sebagai berikut:1. Buffer fosfat2. Buffer asetat dengan kapasitas 0,010, 0,015, dan 0,100 3. Aquades4. Larutan NaOH5. Indikator Fenolftalein6. Tissue

D. Prosedur Kerjaa. Buffer fosfat Asam fosfat 0,1 M:- Dimasukkan ke dalam gelas kimia sebanyak 10 ml- Ukur pH awalnya- Diteteskan indicator PP sebanyak 1 tetes.- Dititrasi dengan NaOH sampai dengan terjadi perubahan warna- Catat perubahan pH yang terjadi- Dibuat kurva hubungan antara jumlah larutan natrium hidroksida yang ditambahkan dengan pH larutan.

b. Buffer asetat Buffer asetat pH= 5:- Dimasukkan buffer asetat pH = 5 dengan kapasitas masing-masing 0,010, 0,0150, dan 0,100.- Diukur pH awalnya. - Ditambahkan 1 tetes indicator PP- Dititrasi dengan NaOH sampai terjadi perubahan warna.- Catat perubahan pH yang terjadi- Dibuat kurva hubungan antara jumlah larutan natrium hidroksida yang ditambahkan dengan pH larutan.

E. Hasil PengamatanLarutanVolume NaOH yang digunakanpH

0 ml2.63

Tetes ke-12.82

Tetes ke-22.9

Tetes ke-33.05

Tetes ke-43.10

Tetes ke-53.18

Tetes ke-63.23

Tetes ke-73.33

Tetes ke-83.55

Tetes ke-93.64

Tetes ke-103.75

Tetes ke-113.95

Tetes ke-124.11

Tetes ke-134.26

Buffer fosfat 10 mlTetes ke-144.45

Tetes ke-15 4.63

Tetes ke-164.93

Tetes ke-175.17

Tetes ke-185.30

Tetes ke-195.42

Tetes ke-205.55

Tetes ke-215.99

Tetes ke-226.11

Tetes ke-236.34

Tetes ke-246.57

Tetes ke-256.48

Tetes ke-266.53

Tetes ke-276.64

Tetes ke-286.75

Tetes ke-296.86

Tetes ke-307.09

Tetes ke-317.12

Tetes ke-327.12

Tetes ke-337.13

Tetes ke-347.30

Tetes ke-357.34

Tetes ke-367.48

Tetes ke-377.55

Tetes ke-387.61

Tetes ke-397.75

Tetes ke-408.28

Tetes ke-418.88

Tetes ke-4210.21

LarutanVolume NaOH yang digunakanpH

0 ml5.93

Tetes ke-15.97

Buffer AsetatTetes ke-26.09

= 0,1Tetes ke-36.20

Tetes ke-46.42

Tetes ke-57.00

Tetes ke-611.05

LarutanVolume NaOH yang digunakanpH

Buffer Asetat0 ml7.19

= 0,015Tetes ke-110.83

LarutanVolume NaOH yang digunakanpH

Buffer Asetat0 ml8.20

= 0,01Tetes ke-111.23

-F. Perhitungan Mol Na Ac = 1,93 L x 0,1M = 0,193 molAs. Ac = 0,07 x 0,1 M = 0,007 mol = 0, 193 = 0,965 0,2 = 2,3 . 0,2 . 0,965 (1-0,965) = 0,46 . 0,0033775 = 0,0150

Mol Na Ac = 1,96 L x 0,1M = 0,196 molAs. Ac = 0,004 x 0,1 M = 0,004 mol = 0, 196 = 0,98 0,2 = 2,3 . 0,2 . 0,98 (1-0,98) = 0,46 . 0,0196 = 0,009 = 0,01

Mol Na Ac = 1,35 L x 0,1M = 0,135 molAs. Ac = 0,65 x 0,1 M = 0,065 mol = 0, 135 = 0,675 0,2 = 2,3 . 0,2 . 0,675 (1-0,0675) = 0,46 . 0,219375 = 0,46.0,219375 = 0,1

G. PembahasanLarutan penyangga atau larutan dapar atau buffer adalah larutan yang digunakan untuk mempertahankan nilai pH tertentu agar tidak banyak berubah selama reaksi kimia berlangsung. Sifat yang khas dari larutan penyangga ini adalah pH-nya hanya berubah sedikit dengan pemberian sedikit asam kuat atau basa kuat.Larutan buffer dapat dibuat dari reaksi campuran antara asam lemah dengan garamnya yang berasal dari asam kuat atau basa lemah dengan garamnya yang berasal dari basa kuat.Titrasi merupakan suatu prosedur yang bertujuan untuk menentukan banyaknya suatu larutan dengan konsentrasi yang telah diketahui agar tepat habis bereaksi dengan sejumlah larutan yang dianalisis (ingin diketahui kadarnya). Titrasi yang melibatkan reaksi antara asam dengan basa dikenal dengan istilah titrasi asam basa.Titrasi asam basa sering disebut juga titrasi netralisasi. Dalam titrasi ini, kita dapat menggunakan larutan standar asam dan larutan standar basa. Pada titrasi, dalam menganalisis sampel yang bersifat basa maka digunakan larutan standar asam, metode ini dikenal dengan asidimetri. Sebaliknya dalam menganalisis sampel yang bersifat asam maka digunakan larutan standar yang bersifat basa dan dikenal dengan alkalimetri. Dan pada praktikum kali ini metode yang digunakan adalah metode alkalimetri, yaitu menggunakan larutan basa sebagai larutan standar.Pada percobaan kali ini, sampel yang akan dititrasi adalah larutan buffer fosfat serta buffer asetat dengan kapasitas 0.1, 0.015, dan 0.01. Penentuan kapasitas buffer asetat tersebut dapat diperoleh dengan membandingkan pertambahan basa kuat atau asam dengan sedikit perubahan pH yang terjadi. Diketahui bahwa nilai kapasitas buffer asetat untuk campuran antara natrium asetat (NaAc) dan asam asetat (AsAc) dengan masing-masing volume 1.93 L dan 0.07 L serta 0.193 mol dan 0.007 mol adalah 0.015. Sedangkan untuk volume 1.96 L dan 0.04 L serta 0.196 mol dan 0.004 mol kapasitasnya adalah 0.010. Sedangkan untuk volume 1.35 L dan 0.65 L serta 0.135 mol dan 0.065 mol kapasitas volumenya adalah 0.10.Titrasi larutan buffer awalnya dilakukan dengan mengukur pH awal larutan dengan menggunakan pH meter. Kemudian ditambahkan indikator fenolftalein. Fungsi PP dalam percobaan ini adalah sebagai indikator asam-basa. PP biasa ditambahkan pada proses titrasi untuk mengetahui apakah reaksi sudah mencapai titik ekuivalen atau belum. Dalam praktikum kali ini NaOH digunakan sebagai titran sementara buffer fosfat dan buffer asetat sebagai titrat karena mengingat indikator yang digunakan adalah fenolftalein sehingga ketika PP ditambahkan pada, akan menunjukkan warna bening. Dan ketika pada titik ekivalen, akan terjadi perubahan dari bening menjadi merah muda. Jika dilakukan sebaliknya yaitu buffer fosfat atau buffer asetat yang digunakan sebagai titran dan NaOH sebagai titrat maka akan terjadi perubahan warna dari merah muda ke bening. Pada dasarnya, perubahan warna dari bening ke merah muda lebih mudah diamati daripada perubahan warna dari merah muda ke bening. Dan juga penggunaan buffer bosfat atau buffer asetat sebagai titran kemungkinan besar akan menyebabkan kesalahan titrasi yang besar karena terjadi kelebihan penambahan titran hingga melewati titik ekivalen. Kelebihan titran ini disebabkan karena kesulitan mengamati perubahan warna dari merah muda ke bening. Cara mentitrasinya yaitu, larutan buffer fosfat ataupun buffer asetat ditambahkan satu tetes NaOH kemudian langsung diukur perubahan pH nya menggunakan pH meter. Langkah-langkah tersebut dilakukan terus menerus hingga terjadi perubahan warna untuk yang pertama kali, yaitu perubahan dari warna bening ke warna merah muda dan kemudian titrasi langsung dihentikan dan NaOH yang berkurang langsung dicatat. Pada titrasi buffer fosfat, jumlah tetes NaOH yang digunakan adalah 42 tetes NaOH. Awalnya pH buffer fosfat sebesar 2.63 dan setelah dititrasi pHnya berubah menjadi 10.21. Pada larutan buffer asetat dengan =0.1, pH awalnya yaitu 5.93 dan setelah dititrasi dengan penambahan NaOH sebanyak 6 tetes pHnya berubah menjadi 11.05. Pada larutan buffer asetat =0.015, pH awalnya yaitu 7.19 dan setelah dititrasi dengan 1 tetes NaOH, titrasi langsung mencapai titik ekuivalen dan pH larutan tersebut berubah menjadi 10.83. Dan pada larutan buffer asetat =0.01, pH awal sebelum dititrasi adalah 8.20. Pada saat penambahan 1 tetes NaOH, larutan langsung menunjukkan perubahan warna dan pH larutan setelah dititrasi sebesar 11.23. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, perbandingan pemberian NaOH dengan perubahan pH pada larutan buffer adalah berbanding lurus. Yaitu makin banyak tetes NaOH yang ditambahkan pada larutan buffer maka pH larutan buffer juga akan semakin tinggi hingga mencapai titik akhir titrasi yaitu dengan menunjukkan perubahan warna.

H. KesimpulanDari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:Larutan buffer dapat dibuat dengan dua cara yaitu mencampurkan asam lemah atau basa lemah dengan garamnya atau mencampurkan asam lemah atau basa lemah dengan basa kuat atau asam kuat. Penetapan pH larutan dapat dilakukan dengan menggunakan pH meter atau indikator pH. Selain itu, bisa juga dengan menghitung data yang diketahui (didasarkan pada reaksi kesetimbangan ionisasi asam lemah dan basa lemah yang menyusun larutan penyangga). Penentuan kapasitas buffer dapat diperoleh dengan membandingkan pertambahan basa kuat atau asam dengan sedikit perubahan pH yang terjadi.

DAFTAR PUSTAKAAndy, 2009, Larutan Penyangga, http://andykimia03.wordpress.com/2009/11/30/ larutan-penyangga-buffer/, 19/03/2012.Cairns, Donald, 2008, Intisari Kimia Farmasi Edisi 2, EGC, Jakarta.Icha, 2010, Standarisasi larutan NaOH dan Penentuan Asam Cuka Perdagangan, http://shochichah.blogspot.com/2010/04/standardisasi-larutan-naoh-dan.html, 23/10/2011.

Martin, Alfred, 1990, Farmasi Fisik, UI Press, Jakarta Riyanto, Nurdin, 2009, Super Genius Olimpiade Kimia SMA, Pustaka Widyatama, Yogyakarta.

Sukmaria, 1990, Kimia Kedokteran Edisi 2, Bina Rupa Aksara, Jakarta.Utami, Sri, 2011, Larutan Buffer, http://skp.unair.ac.id/repository/GuruIndonesia/ LarutanBuffer_SriUtami_9847.pdf, 18/03/2012.Wiro, 2011, Buffer dan Kapasitas Buffer, http://wiro-pharmacy.blogspot.com/2011/ 03/kuliah-buffer-dan-kapasitas-buffer.html, 16/03/2012.

Senin, 29 April 2013Laporan Buffer dan kapasitas buffer

BUFFER DAN KAPASITAS BUFFERA. TUJUANMemperkenalkan cara pembuatan buffer dan penetapan pH, serta penentuan kapasitasnya.

B. LANDASAN TEORILarutan penyangga atau larutan buffer atau dapar merupakan suatu larutan yang dapat mempertahankan nilai pH tertentu. Adapun sifat yang paling menonjol dari larutan penyangga ini seperti pH larutan penyangga hanya berubah sedikit pada penambahan sedikit asam kuat. Disamping itu larutan penyangga merupakan larutan yang dibentuk oleh reaksi suatu asam lemah dengan basa konjugatnya ataupun oleh basa lemah dengan asam konjugatnya. Reaksi ini disebut sebagai reaksi asam-basa konjugasi. Disamping itu mempunyai sifat berbeda dengan komponen-komponen pembentuknya (Alexander ,2011). Larutan penyangga atau larutan buffer atau larutan dapar merupakan suatu larutan yang dapat menahan perubahan pH yang besar ketika ion ion hidrogen atau hidroksida ditambahkan, atau ketika larutan itu diencerkan. Buffer dapat dibagi menjadi 3 jenis sesuai kapasitasnya, yaitu buffer yang kapasitasnya 0, buffer yang kapasitasnya tak hingga, serta buffer yang kapasitasnya dibatasi sebanyak n. Buffer dengan kapasitas terbatas inilah yang disebut sebagai bounded-buffer (Underwood, 2002 ).Larutan buffer sering digunakan dalam bidang kimia analisis seperti pada pembuatan fase gerak pada KCKT dan ekstraksi obat dari larutan berair. Jenis buffer yang paling sederhana tersusun atas asam/basa lemah yang dikombinasikan dengan asam/basa kuat. Sistem buffer yang umum adalah sistem natrium asetat atau asam asetat. Cara langsung yang digunakan untuk membuat buffer adalah dengan menambahkan natrium hidroksida pada asam asetat sampai pH yang dikehendaki tercapai. Kisaran pH yang paling efektif untuk membuat buffer adalah satu unit pH disekitar nilai pKa asam atau basa lemah yang digunakan untuk membuat buffer. Sebagai contoh, nilai pKa asam asetat adalah 4,76 karenanya kisaran pH buffer yang paling efektif adalah 3,76 hingga 5,76 (Rohman, 2007).Kebutuhan buffer kadang menyulitkan karena hampir setiap analisa membutuhkan kondisi pH tertentu yang relatif stabil. Karena banyaknya macam dan jenis buffer, pemilihan buffer yang akan digunakan menjadi masalah tersendiri. Dalam memilih buffer, yang harus diperhatikan adalah pH optimum serta sifat-sifat biologisnya. Banyak jenis buffer yang mempunyai impak terhadap sistem biologis, aktivitas enzim, substrat, atau kofaktor (Riyadi, 2008).Keberadaan katalis buffer juga memiliki pengaruh yang kuat terhadap laju pengerasan, reaksi degradasi dan derajat pembentukan perekat MUF (Iswanto, 2011). Buffer juga dapat digunakan dalam melihat rentang asam/basa, melalui diagram potensial-pH tidak dapat mencakup seluruh daerah pH, karena terbatasi oleh trayek rentang pH sistem buffer. Walaupun demikian, rentang pH 3,22-9,03 adalah salah satu daerah pH penting dalam kajian korosi baja karbon, karena daerah itu meliput sebagian besar daerah peralihan korosi aktif ke keadaan pasif (Bundjali, 2004).Asam asetat dengan konsentrasi yang relatif tinggi memiliki kapasitas buffer yang lebih besar, yang artinya bahwa dengan semakin banyak tersedianya ion asetat, akan mendorong ion H+ untuk berikatan dengan ion asetat sehingga penurunan pH akibat ion H+ tidak terjadi. Dengan kapasitas buffer yang besar, pada kondisi larutan yang lewat jenuh, partikel-partikel produk korosi dapat terbentuk lebih seragam. Partikel-partikel tersebut mampu membentuk lapisan pelindung yang lebih rapat sehingga meminimalisi serangan spesi korosif terhadap permukaan logam. Sebaliknya, pada kapasitas buffer yang rendah, perbedaan pH antara sisi anodik dan katodik cukup tinggi. Tingginya perbedaan pH tersebut menyebabkan perbedaan potensial antara sisi anodik dan katodik semakin tinggi sehingga proses korosi berlangsung semakin cepat. Jadi, peningkatan konsentrasi asam yang melebihi batas maksimum justru menghasilkan lapisan produk korosi yang lebih protektif karena laju pertumbuhan dari lapisan pelindung yang terbentuk pada sistem dengan kapasitas buffer tinggi lebih terkontrol dibandingkan di dalam sistem dengan kapasitas buffer yang rendah (Santoso, 2011).C. ALAT DAN BAHAN1. AlatAlat yang digunakan pada percobaan ini, yaitu : Tabung reaksi Erlenmeyer Pipet tetes Gelas ukur Timbang pH Meter2. Bahan Bahan yang digunakan pada percobaan ini, yaitu: Asam asetat (CH3COOH) 0,1 M Natrium Hidroksida ( NaOH) 0,1 M Buffer Asetat 0,1

D. Prosedur KerjaAsam Asetat 0,1 M

- Dipipet menggunakan pipet tetes- Dimasukkan kedalam tabung reaksi- Ditambahkan NaOH 2 ml- Diamati dan catat perubahan pH yang terjadi - Diulangi perlakuan untuk penambahan NaOH tiap 2 ml

Hasil Pengamatan ....???Buffer Asetat pH 4

- Dipipet menggunakan pipet tetes- Dimasukkan kedalam tabung reaksi- Ditambahkan NaOH 2 ml- Diamati dan catat perubahan pH yang terjadi - Diulangi perlakuan untuk penambahan NaOH tiap 2 ml

Hasil Pengamatan ....???Buffer Asetat pH 5

Hasil Pengamatan ....??? - Dipipet menggunakan pipet tetes- Dimasukkan kedalam tabung reaksi- Ditambahkan NaOH 2 ml- Diamati dan catat perubahan pH yang terjadi - Diulangi perlakuan untuk penambahan NaOH tiap 2 ml

Hasil Pengamatan..???

E. Hasil Pengamatan1. Penambahan NaOH 0,1 M terhadap Asam Asetat dengan pH mula-mula 3,51.No.Penambahan NaOHPerubahan pH

12 ml3,87

24 ml3,77

36 ml4,92

48 ml6,03

510 ml10,40

Gambar grafik 1.2. Penambahan NaOH 0,1 M terhadap Buffer Asetat dengan pH mula-mula 3,22.No.Penambahan NaOHPerubahan pH

12 ml8,42

24 ml10,46

36 ml10,65

48 ml11,22

510 ml11,34

3. Penambahan NaOH 0,1 M terhadap Buffer Asetat dengan pH 5 mula-mula 4,18.No.Penambahan NaOHPerubahan pH

12 ml4,73

24 ml4,69

36 ml4,81

48 ml5,83

510 ml5,65

Perhitungan1. Penyusunan Larutan Buffer pH4CH3COOH CH3COONapka= 4,76pH = pka+log 4 - 4,76 = log = log 100,76[CH3COONa] [CH3COOH]=1: 0,762. Cara Penentuan Kapasitas Buffer asetat pH = 5Jika tersedia 0,1 M CH3COONa . 0,1 M CH3COOHMaka :

pH = pka+log 4 - 4,76 = log = log 100,76

E. PEMBAHASANLarutan buffer adalah campuran asam/basa lemah dan basa/asam konjugasinya yang dapat mempertahankan pH di sekitar daerah kapasitas buffer. Adapun kapasitas bufferadalah kemampuan mempertahankan pH. Larutan penyangga merupakan larutan yang dibentukoleh reaksi suatu asam lemah dengan basa konjugatnya ataupun oleh basa lemah dengan asam konjugatnya. Reaksi ini disebut sebagai reaksi asam-basa konjugasi yang mengandung komponen asam dan basa dengan asam dan basa konjugasinya, sehingga dapat mengikat baik ion H+ maupun ion OH-. Suatu larutan yang mengandung satu pasang asam-basa konjugasi merupakan suatu contoh buffer. Asamnya bereaksi dengan tiap ion hidroksida yang ditambahkan kepada larutan, dan basa konjugatnya bergabung dengan ion hidrogen. Faktor-faktor yang mempengaruhi pH larutan dapar. Penambahan garam-garam netral ke dalam larutan dapar mengubah pH larutan dengan berubahnya kekuatan ion. Perubahan kekuatan ion dan pH dapar dapat pula disebabkan oleh pengenceran. Penambahan air dalam jumlah cukup, jika tidak mengubah pH dapat mengakibatkan penyimpangan positif atau negative sekalipun kecil sekali, karena air selain dapat mengubah nilai koefisien kereaktifan ia juga dapat bertindak sebagai asam lemah atau basa lemah. Pada percobaan kali ini kita menggunakan Buffer Asetat dan NaOH sebagai nitrat dan kita menggunakan pH meter untuk mengukur pH buffer fosfat setelah ditambahkan larutan NaOH sedikit demi sedikit. Pada perlakuan pertama kita menggunakan buffer asetat kapasitas 0,1 M dengan NaOH sebagai nitrat, pada percobaan ini seharusnya kita menggunakan cara titrasi dengan menitrasi larutan buffer asetat yang bersifat asam menggunakan larutan NaOH yang bersifat basa, volume buffer asetat 10 ml dengan pH awalnya 3,51. Ditambahkan 2 ml larutan NaOH mempunyai pH 3,87, pada tetesan kedua sebanyak 4 ml larutan NaOH kita mendapatkan pH 3,77, pada tetesan keketiga 6 ml larutan NaOH kita mendapatkan pH 4,92, pada tetesan keempat 8 ml larutan NaOH kita mendapatkan pH 6,03, pada tetesan kelima 10 ml larutan NaOH kita mendapatkan pH 10,40. Pada perlakuan yang kedua dimana larutan buffer asetat dengan pH kapasitas 0,1 sebanyak 10 ml dimana pH awalnya 3,22 setelah ditambahkan larutan NaOH sebanyak 2 ml mendapatkan pH 8,42, ditambahkan 8 ml larutan NaOH terdapat jumlah pH 10,46, kemudian ditambahkan larutan NaOH sebanyak 6 ml jumlah pH 10,65, lalu ditambahkan larutan NaOH 4 ml sebanyak 11,22. Kemudian ditambahkan lartan NaOH sebanyak 10 ml dihasilkan jumlah sebanyak 11,32. Pada perlakuan yang terakhir kita menggunakan pH 5 berkapasitas dengan pH awalnya 4,18, setelah ditambahkan 2 ml larutan NaOH pHnya menjadi 4,37 dan pada 4 ml larutan NaOH yang pHnya berubah menjadi 4,69, larutan ketiga ditambahkan 6 ml NaOH 4,81, dan ditambahkan 8 ml yang mendapatkan pH 5,83, dan yang terakhir penambahan larutan sebanyak 10 ml dengan jumlah pH 5,65.Ada beberapa cara atau perhitungan untuk menyusun larutan buffer. Penyusunan larutan buffer phosfat dapat dilakukan dengan perhitungan. pH buffer tergantung pada Ka asamnya dan pada konsentrasi relatif asam dan basa penyusunnya. Untuk membuat larutan buffer phosfat dilakukan dengan mencari perbandingan antara konsentrasi garam dan konsentrasi asamnya.F. KESIMPULANAdapun kesimpulan berdasarkan percobaan yang telah dilakukan yaitu, pembuatan larutan buffer dilakukan dengan mencampurkan sejumlah larutan basa lemah dengan larutan asam konjugasinya dan mencampurkan sejumlah larutan asam lemah dengan basa konjugasinya. Perubahan pH pada larutan penyangga terjadi dengan perubahan kecil yang signifikan karena sifatnya yang mempertahankan nilai pH saat ditambahkan sedikit asam atau basa. Namun pada percobaan yang telah dilakukan pH mengalami penurunan yang dan penaikan. Tidak mempertahankan pH larutannya. Apabila disesuaikan dengan penentuan kapasitas buffer dilakukan untuk menunjukkan kekuatan larutan dalam mempertahankan pH.

DAFTAR PUSTAKABundjali Bunbun. Surdia N.M.. Liang Oei Ban. Ariwahjoedi Bambang. 2004. Konstruksi Diagram Potensial-pH untuk Baja Karbon dalam Buffer Asetat secara Potensiodinamik Eksperimental. Jurnal Matematika dan Sains. Vol. 9 No. 4.

Iswanto Heri Apri. Tito Sucipto. Febrianto Fauzi. 2011. Keasaman Dan Kapasitas Penyangga Beberapa Jenis Kayu Tropis (Acidity and Buffering Capacity of Some Tropical Woods). Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Hutan. Vol. 4. No. 1.Santoso Rendy Wahyu. Kurniawan Agung Budi. 2011. Pengaruh Konsentrasi CH3COOH Terhadap Karakterisasi Korosi Baja Bs 970 Dilingkungan Co2. Jurnal Teknik Material dan Metalurgi.

Rohman Abdul, Golib I. G. 2007.Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar. Yogyakarta

Underwood. 2002. Kimia Farmasi. http://www.wahyuriadi.blogspot.com (diakses tanggal 9 April 2013)

Alexander Wiro. 2011. Buffer dan Kapsitas Buffer. http://wiro pharmacy.blogspot.com (diakses tanggal 9 April 2013).

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASI FISIKA IPERCOBAAN VBUFFER DAN KAPASITAS BUFFEROLEHNAMA: INTAN NUR CAHYANINIM: F1F1 12103KELAS: CKELOMPOK: VASISTEN: ROBY SUDARMAN

LABORATORIUM FARMASIJURUSAN FARMASIFAKULTAS ILMU MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS HALUOLEOKENDARI2 0 1 3Diposkan oleh Intan_Nur Cahyani di 02.59 Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke PinterestTidak ada komentar:Poskan KomentarPosting Lebih Baru Posting Lama Beranda Langganan: Poskan Komentar (Atom) Luffy d' monkey

body

free music at divine-music.info

Total Tayangan Laman10,671

My SElF

Intan_Nur Cahyani kendari, sulawesi tenggara, IndonesiaLife is Choice.... hidup tuch pilihan,,,, plihan untuk menjadi yg terbaik sekarang maupnun dimasa depan.Lihat profil lengkapku

Arsip Blog 2013 (8) April (5) Laporan kadar vitamin c Laporan Buffer dan kapasitas buffer Kelarutan Instrinsik Obat laporan kelarutan semu Laporan Asidi Alkalimetri Mei (3)

Template Awesome Inc.. Gambar template oleh Nic_Taylor. Diberdayakan oleh Blogger.