belajar tentang mengenal profil hutan

27

Click here to load reader

Upload: helmut-simamora

Post on 13-Apr-2017

285 views

Category:

Environment


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Belajar  tentang mengenal profil  hutan

Private Library of Simamora, Helmut Todo Tua

Environment, Research and Development Agency

Samosir Regency Government of North Sumatera Province

INDONESIA

Berikut merupakan kutipan ilmiah yang sangat bermanfaat sehingga disusun oleh Penulis dan

digunakan sebagai referensi pribadi di dalam mendukung kegiatan kerja di kantor.

BELAJAR TENTANG MENGENAL HUTAN

Hutan adalah sebuah kawasan yang ditumbuhi dengan lebat oleh pepohonan dan

tumbuhan lainnya. Kawasan-kawasan semacam ini terdapat di wilayah-wilayah yang luas di

dunia dan berfungsi sebagai penampung karbon dioksida (carbon dioxide sink), habitat hewan ,

modulator arus hidrologika, serta pelestari tanah, dan merupakan salah satu aspek biosfer

Bumi yang paling penting.

Hutan adalah bentuk kehidupan yang tersebar di seluruh dunia. Kita dapat menemukan hutan

baik di daerah tropis maupun daerah beriklim dingin, di dataran rendah maupun di pegunungan,

di pulau kecil maupun di benua besar.

Hutan merupakan suatu kumpulan tumbuhan dan juga tanaman, terutama pepohonan atau

tumbuhan berkayu lain, yang menempati daerah yang cukup luas.

Pohon sendiri adalah tumbuhan cukup tinggi dengan masa hidup bertahun-tahun. Jadi, tentu

berbeda dengan sayur-sayuran atau padi-padian yang hidup semusim saja. Pohon juga

berbeda karena secara mencolok memiliki sebatang pokok tegak berkayu yang cukup panjang

dan bentuk tajuk (mahkota daun) yang jelas.

Suatu kumpulan pepohonan dianggap hutan jika mampu menciptakan iklim dan kondisi

lingkungan yang khas setempat, yang berbeda daripada daerah di luarnya. Jika kita berada di

hutan hujan tropis, rasanya seperti masuk ke dalam ruang sauna yang hangat dan lembap,

yang berbeda daripada daerah perladangan sekitarnya. Pemandangannya pun berlainan. Ini

berarti segala tumbuhan lain dan hewan (hingga yang sekecil-kecilnya), serta beraneka unsur

tak hidup lain termasuk bagian-bagian penyusun yang tidak terpisahkan dari hutan.

Hutan sebagai suatu ekosistem tidak hanya menyimpan sumberdaya alam berupa kayu, tetapi

masih banyak potensi non kayu yang dapat diambil manfaatnya oleh masyarakat melalui

budidaya tanaman pertanian pada lahan hutan. Sebagai fungsi ekosistem hutan sangat

berperan dalam berbagai hal seperti penyedia sumber air, penghasil oksigen, tempat hidup

Page 2: Belajar  tentang mengenal profil  hutan

berjuta flora dan fauna, dan peran penyeimbang lingkungan, serta mencegah timbulnya

pemanasan global. Sebagai fungsi penyedia air bagi kehidupan hutan merupakan salah satu

kawasan yang sangat penting, hal ini dikarenakan hutan adalah tempat bertumbuhnya berjuta

tanaman.

Bagian-bagian hutan

Hutan Slurup di gunung Wilis pada sisi Kabupaten Kediri, tepatnya di daerah Dolo kecamatan

Mojo. Hutan dengan banyak aliran air, berhawa dingin dan tingkat kelembapan rendah

Bayangkan mengiris sebuah hutan secara melintang. Hutan seakan-akan terdiri dari tiga

bagian, yaitu bagian di atas tanah, bagian di permukaan tanah, dan bagian di bawah tanah.

Jika kita menelusuri bagian di atas tanah hutan, maka akan terlihat tajuk (mahkota) pepohonan,

batang kekayuan, dan tumbuhan bawah sepertiperdu dan semak belukar. Di hutan alam, tajuk

pepohonan biasanya tampak berlapis karena ada berbagai jenis pohon yang mulai tumbuh

pada saat yang berlainan.

Di bagian permukaan tanah, tampaklah berbagai macam semak belukar, rerumputan, dan

serasah. Serasah disebut pula 'lantai hutan', meskipun lebih mirip dengan permadani. Serasah

adalah guguran segala batang, cabang, daun, ranting, bunga, dan buah. Serasah memiliki

peran penting karena merupakan sumber humus, yaitu lapisan tanah teratas yang subur.

Serasah juga menjadi rumah dari serangga dan berbagai mikro organismelain. Uniknya, para

penghuni justru memakan serasah, rumah mereka itu; menghan Semua tumbuhan dan satwa di

dunia, begitupun manusia, harus menyesuaikan diri dengan lingkungan tempat mereka berada.

Jika suatu jenis tumbuhan atau satwa mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan fisik di

daerah tertentu, maka mereka akan dapat berkembang di daerah tersebut. Jika tidak, mereka

justru tersingkir dari tempat ini. Contohnya, kita menemukan pohon bakau di daerah genangan

dangkal air laut karena spesies pohon ini tahan dengan air asin dan memiliki akar napas yang

sesuai dengan sifat tanah dan iklim panas pantai.

Sebaliknya, cara berbagai tumbuhan dan satwa bertahan hidup akan memengaruhi lingkungan

fisik mereka, terutama tanah, walaupun secara terbatas. Tumbuhan dan satwa yang berbagi

Page 3: Belajar  tentang mengenal profil  hutan

tempat hidup yang sama justru lebih banyak saling memengaruhi di antara mereka. Agar

mampu bertahan hidup di lingkungan tertentu, berbagai tumbuhan dan hewan memang harus

memilih antara bersaing dan bersekutu. Burung kuntul, misalnya, menghinggapi punggung

banteng liar untuk mendapatkan kutu sebagai makanannya. Sebaliknya, banteng liar terbantu

karena badannya terbebas dari sumber penyakit.

Jadi, hutan merupakan bentuk kehidupan yang berkembang dengan sangat khas, rumit, dan

dinamik. Pada akhirnya, cara semua penyusun hutan saling menyesuaikan diri akan

menghasilkan suatu bentuk klimaks, yaitu suatu bentuk masyarakat tumbuhan dan satwa yang

paling cocok dengan keadaan lingkungan yang tersedia. Akibatnya, kita melihat hutan dalam

beragam wujud klimaks, misalnya: hutan sabana, hutan meranggas, hutan hujan tropis, dan

lain-lain.

Macam-macam Hutan

Rimbawan berusaha menggolong-golongkan hutan sesuai dengan ketampakan khas masing-

masing. Tujuannya untuk memudahkan manusia dalam mengenali sifat khas hutan. Dengan

mengenali betul-betul sifat sebuah hutan, kita akan memperlakukan hutan secara lebih tepat

sehingga hutan dapat lestari, bahkan terus berkembang.

Ada berbagai jenis hutan. Pembedaan jenis-jenis hutan ini pun bermacam-macam pula.

Misalnya:

Menurut asal

Kita mengenal hutan yang berasal dari biji, tunas, serta campuran antara biji dan tunas.

Hutan yang berasal dari biji disebut juga ‘hutan tinggi’ karena pepohonan yang tumbuh dari

biji cenderung menjadi lebih tinggi dan dapat mencapai umur lebih lanjut.

Hutan yang berasal dari tunas disebut ‘hutan rendah’ dengan alasan sebaliknya.

Hutan campuran, oleh karenanya, disebut ‘hutan sedang’.

Penggolongan lain menurut asal adalah

Hutan perawan (primer) merupakan hutan yang masih asli dan belum pernah dibuka oleh

manusia.

Hutan sekunder adalah hutan yang tumbuh kembali secara alami setelah ditebang atau

kerusakan yang cukup luas. Akibatnya, pepohonan di hutan sekunder sering terlihat lebih

pendek dan kecil. Namun jika dibiarkan tanpa gangguan untuk waktu yang panjang, kita

akan sulit membedakan hutan sekunder dari hutan primer. Di bawah kondisi yang sesuai,

hutan sekunder akan dapat pulih menjadi hutan primer setelah berusia ratusan tahun.

Page 4: Belajar  tentang mengenal profil  hutan

Menurut cara permudaan (tumbuh kembali)

Hutan dapat dibedakan sebagai hutan dengan permudaan alami, permudaan buatan, dan

permudaan campuran. Hutan dengan permudaan alami berarti bunga pohon diserbuk dan biji

pohon tersebar bukan oleh manusia, melainkan oleh angin, air, atau hewan. Hutan dengan

permudaan buatan berarti manusia sengaja menyerbukkan bunga serta menyebar biji untuk

menumbuhkan kembali hutan. Hutan dengan permudaan campuran berarti campuran kedua

jenis sebelumnya.

Di daerah beriklim sedang, perbungaan terjadi dalam waktu singkat, sering tidak berlangsung

setiap tahun, dan penyerbukannya lebih banyak melalui angin. Di daerah tropis, perbungaan

terjadi hampir sepanjang tahun dan hampir setiap tahun. Sebagai pengecualian, perbungaan

pohon-pohon dipterocarp (meranti) di Kalimantan dan Sumatera terjadi secara berkala. Pada

tahun tertentu, hutan meranti berbunga secara berbarengan, tetapi pada tahun-tahun

berikutnya meranti sama sekali tidak berbunga. Musim bunga hutan meranti merupakan

kesempatan emas untuk melihat biji-biji meranti yang memiliki sepasang sayap melayang-

layang terbawa angin.

Menurut susunan jenis

Berdasarkan susunan jenisnya, kita mengenal hutan sejenis dan hutan campuran. Hutan

sejenis, atau hutan murni, memiliki pepohonan yang sebagian besar berasal dari satu jenis,

walaupun ini tidak berarti hanya ada satu jenis itu. Hutan sejenis dapat tumbuh secara alami

baik karena sifat iklim dan tanah yang sulit maupun karena jenis pohon tertentu lebih agresif.

Misalnya, hutan tusam (pinus) di Aceh dan Kerinci terbentuk karena kebakaran hutan yang luas

pernah terjadi dan hanya tusam jenis pohon yang bertahan hidup. Hutan sejenis dapat juga

merupakan hutan buatan, yaitu hanya satu atau sedikit jenis pohon utama yang sengaja

ditanam seperti itu oleh manusia, seperti dilakukan di lahan-lahan HTI (hutan tanaman industri).

Penggolongan lain berdasarkan pada susunan jenis adalah hutan daun jarum (konifer) dan

hutan daun lebar. Hutan daun jarum (seperti hutan cemara) umumnya terdapat di daerah

beriklim dingin, sedangkan hutan daun lebar (seperti hutan meranti) biasa ditemui di daerah

tropis.

Menurut umur

Kita dapat membedakan hutan sebagai hutan seumur (kira-kira berumur sama) dan hutan tidak

seumur. Hutan alam atau hutan permudaan alam biasanya merupakan hutan tidak seumur.

Hutan tanaman boleh jadi hutan seumur atau hutan tidak seumur.

Berdasarkan letak geografisnya:

hutan tropika, yakni hutan-hutan di daerah khatulistiwa

hutan temperate , hutan-hutan di daerah empat musim (antara garis lintang 23,5º - 66º).

Page 5: Belajar  tentang mengenal profil  hutan

hutan boreal , hutan-hutan di daerah lingkar kutub.

Berdasarkan sifat-sifat musimannya:

hutan hujan  (rainforest), dengan banyak musim hujan.

hutan selalu hijau  (evergreen forest)

hutan musim  atau hutan gugur daun (deciduous forest)

hutan sabana  (savannah forest), di tempat-tempat yang musim kemaraunya panjang. Dll.

hutan wisata

Berdasarkan ketinggian tempatnya:

hutan pantai  (beach forest)

hutan dataran rendah  (lowland forest)

hutan pegunungan bawah  (sub-mountain forest)

hutan pegunungan atas  (mountain forest)

hutan kabut  (mist forest)

hutan elfin  (alpine forest)

Berdasarkan keadaan tanahnya:

hutan rawa air-tawar  atau hutan rawa (freshwater swamp-forest)

hutan rawa gambut  (peat swamp-forest)

hutan rawa bakau, atau hutan bakau (mangrove forest)

hutan kerangas  (heath forest)

hutan tanah kapur  (limestone forest), dan lainnya

Berdasarkan jenis pohon yang dominan:

hutan jati  (teak forest), misalnya di Jawa Timur.

hutan pinus  (pine forest), di Aceh.

hutan dipterokarpa  (dipterocarp forest), di Sumatra dan Kalimantan.

hutan ekaliptus  (eucalyptus forest) di Nusa Tenggara. Dll.

Berdasarkan sifat-sifat pembuatannya:

hutan alam (natural forest)

hutan buatan (man-made forest), misalnya:

hutan rakyat  (community forest)

hutan kota  (urban forest)

hutan tanaman industri  (timber estates atau timber plantation) Dll.

Page 6: Belajar  tentang mengenal profil  hutan

Hutan Kota di Singapura

Berdasarkan tujuan pengelolaannya:

hutan produksi, yang dikelola untuk menghasilkan kayu ataupun hasil hutan bukan kayu (non-

timber forest product)

hutan lindung, dikelola untuk melindungi tanah dan tata air

Taman Nasional

hutan suaka alam, dikelola untuk melindungi kekayaan keanekaragaman hayati atau keindahan

alam

Cagar alam

Suaka alam

hutan konversi, yakni hutan yang dicadangkan untuk penggunaan lain, dapat dikonversi untuk

pengelolaan non-kehutanan.

Lereng gunung Arjuna di wilayah Sumberawan, kecamatan Singosari,kabupaten Malang

Dalam kenyataannya, seringkali beberapa faktor pembeda itu bergabung, dan membangun

sifat-sifat hutan yang khas. Misalnya, hutan hujan tropika dataran rendah (lowland tropical

rainforest), atau hutan dipterokarpa perbukitan (hilly dipterocarp forest). Hutan-hutan rakyat,

kerap dibangun dalam bentuk campuran antara tanaman-tanaman kehutanan dengan tanaman

pertanian jangka pendek, sehingga disebut dengan istilah wanatani atau agroforest.

Page 7: Belajar  tentang mengenal profil  hutan

Jenis-jenis hutan di Indonesia

Berdasarkan biogeografi

Kepulauan Nusantara adalah relief alam yang terbentuk dari proses pertemuan antara tiga

lempeng bumi. Hingga hari ini pun, ketiga lempeng bumi itu masih terus saling mendekat.

Akibatnya, antara lain, gempa bumi sering terjadi di negeri kepulauan ini.

Sejarah pembentukan Kepulauan Nusantara di sabuk khatulistiwa itu menghasilkan tiga

kawasan biogeografi utama, yaitu: Paparan Sunda, Wallacea, dan Paparan Sahul. Masing-

masing kawasan biogeografi adalah cerminan dari sebaran bentuk kehidupan berdasarkan

perbedaan permukaan fisik buminya.

Kawasan Paparan Sunda (di bagian barat)

Paparan Sunda adalah lempeng bumi yang bergerak dari Kawasan Oriental (Benua Asia) dan

berada di sisi barat Garis Wallace. Garis Wallace merupakan suatu garis khayal pembatas

antara dunia flora fauna di Paparan Sunda dan di bagian lebih timur Indonesia. Garis ini

bergerak dari utara ke selatan, antara Kalimantan dan Sulawesi, serta antara Balidan Lombok.

Garis ini mengikuti nama biolog Alfred Russel Wallace yang, pada 1858, memperlihatkan

bahwa persebaran flora fauna di Sumatera, Kalimantan, Jawa, dan Bali lebih mirip dengan yang

ada di daratan Benua Asia.

Kawasan Paparan Sahul (di bagian timur)

Paparan Sahul adalah lempeng bumi yang bergerak dari Kawasan Australesia (Benua

Australia) dan berada di sisi timur Garis Weber. Garis Weber adalah sebuah garis khayal

pembatas antara dunia flora fauna di Paparan Sahul dan di bagian lebih barat Indonesia. Garis

ini membujur dari utara ke selatan antara Kepulauan Maluku dan Papua serta antaraNusa

Tenggara Timur dan Australia. Garis ini mengikuti nama biolog Max Weber yang, sekitar 1902,

memperlihatkan bahwa persebaran flora fauna di kawasan ini lebih serupa dengan yang ada di

Benua Australia.

Kawasan Wallace / Laut Dalam (di bagian tengah)

Lempeng bumi pinggiran Asia Timur ini bergerak di sela Garis Wallace dan Garis Weber.

Kawasan ini mencakup Sulawesi, Kepulauan Sunda Kecil (Nusa Tenggara), dan Kepulauan

Maluku. Flora fauna di kawasan ini banyak merupakan jenis-jenis endemik (hanya ditemukan di

tempat bersangkutan, tidak ditemukan di bagian lain manapun di dunia). Namun, kawasan ini

juga memiliki unsur-unsur baik dari Kawasan Oriental maupun dari Kawasan Australesia.

Wallace berpendapat bahwa laut tertutup es pada Zaman Essehingga tumbuhan dan satwa di

Asia dan Australia dapat menyeberang dan berkumpul di Nusantara. Walaupun jenis flora fauna

Asia tetap lebih banyak terdapat di bagian barat dan jenis flora fauna Australia di bagian timur,

Page 8: Belajar  tentang mengenal profil  hutan

hal ini dikarenakan Kawasan Wallace dulu merupakan palung laut yang sangat dalam sehingga

fauna sukar untuk melintasinya dan flora berhenti menyebar.

Terestrial (darat) 

Penentuan zona dalam ekosistem terestrial ditentukan oleh temperatur dan curah

hujan. Ekosistem terestrial dapat dikontrol oleh iklim dan gangguan. Iklim sangat penting untuk

menentukan mengapa suatu ekosistem terestrial berada pada suatu tempat tertentu. Pola

ekosistem dapat berubah akibat gangguan seperti petir, kebakaran, atau aktivitas manusia.

Hutan hujan tropis.

Hutan hujan tropis terdapat di daerah tropik dan subtropik. Ciri-cirinya adalah curah hujan 200-

225 cm per tahun.  Spesies pepohonan relatif banyak, jenisnya berbeda antara satu dengan

yang lainnya tergantung letak geografisnya. Tinggi pohon utama antara 20-40 m, cabang-

cabang pohon tinggi dan berdaun lebat hingga membentuk tudung (kanopi). Dalam hutan

basah terjadi perubahan iklim mikro, yaitu iklim yang langsung terdapat di sekitar

organisme. Daerah tudung cukup mendapat sinar matahari, variasi suhu

dan kelembapan tinggi, suhu sepanjang hari sekitar 25 °C. Dalam hutan hujan tropis sering

terdapat tumbuhan khas, yaitu liana (rotan) dan anggrek sebagai epifit. Hewannya antara

lain, kera, burung, badak, babi hutan, harimau, dan burung hantu.

Hutan hujan tropis terdapat di daerah tropik dan subtropik.

Ciri-cirinya adalah :

1. Curah hujan 200-225 cm per tahun.

2. 2.Spesies pepohonan relatif banyak, jenisnya berbeda antara satu dengan yang lainnya

tergantung letak geografisnya.

3. Tinggi pohon utama antara 20-40 m, cabang-cabang pohon tinggi dan berdaun lebat

hingga membentuk tudung (kanopi).

4. Dalam hutan basah terjadi perubahan iklim mikro, yaitu iklim yang langsung terdapat di

sekitar organisme.

5. Daerah tudung cukup mendapat sinar matahari, variasi suhu dan kelembapan tinggi,

suhu sepanjang hari sekitar 25 °C.

6. Dalam hutan hujan tropis sering terdapat tumbuhan khas, yaitu liana (rotan) dan anggrek

sebagai epifit.

7. Hewannya antara lain, kera, burung, badak, babi hutan, harimau, dan burung hantu.

pohonnya heterogen.

8. Keanekaragaman tinggi:terdapat keanekaragaman hayati yg sangat tinggi.

9. Tanaman yg Dominan Liana (merambat) , ex: rotan Epifit (menempel),ex:Anggrek

10.Curah Hujan Tinggi(setiap tahun curah hujan tinggi).

Page 9: Belajar  tentang mengenal profil  hutan

11.Porositas dan drainase baik:Air diserap baik oleh tumbuhan.

12.Penutupan Kanopi rapat : karena pohon-pohon menjulang tinggi untuk mendapat cahaya

matahari.

13.Curah hujan bioma hutan hujan tropis cukup tinggi, yatu sekitar 200-225 cm per tahun.

14.Tumbuhannya tinggi dan rimbun membentuk tudung yang menyebabkan dasar hutan

menjadi gelap dan basah.

15.Tumbuhan khas, ialah liana dan epifit. Contoh liana adalah rotan sedangkan epifit adalah

anggrek.

16.Vegetasinya didominasi oleh tumbuhan yang aktif melakukan fotosintesis, misalnya jati,

meranti, konifer, dan keruing.

17.Hewannya didominasi oleh aneka kera, babi hutan, burung, kucing hutan, bajing dan

harimau.

1. Ekosistem Hutan Hujan Tropis 18.Hutan Hujan Tropis adalah suatu masyarakat kompleks merupakan tempat yang

menyediakan pohon dari berbagai ukuran. Dalam buku ini istilah kanopi hutan digunakan

sebagai suatu yang umum untuk menjelaskan masyarakat tumbuhan keseluruhan di atas

bumi. Di dalam kanopi iklim micro berbeda dengan diluarnya; cahaya lebih sedikit,

kelembaban sangat tinggi, dan temperatur lebih rendah. Banyak dari pohon yang lebih

kecil berkembang dalam naungan pohon yang lebih besar di dalam iklim mikro inilah

terjadi pertumbuhan. Di atas bentuk pohon dan dalam iklim mikro dari cakupan

pertumbuhan kanopi dari berbagai jenis tumbuhan lain: pemanjat, epiphytes, mencekik,

tanaman benalu, dan saprophytes.

19.Pohon dan kebanyakan dari tumbuhan lain berakar pada tanah dan menyerap unsur

hara dan air. Daun-Daun yang gugur, Ranting, Cabang, dan bagian lain yang tersedia;

makanan untuk sejumlah inang hewan invertebrata, yang penting seperti rayap, juga

untuk jamur dan bakteri. Unsur hara dikembalikan ke tanah lewat pembusukan dari

bagian yang jatuh dan dengan pencucian dari daun-daun oleh air hujan. Ini merupakan

ciri hutan hujan tropis yang kebanyakan dari gudang unsur hara total ada dalam

tumbuhan; secara relatif kecil di simpan dalam tanah.

20.Di dalam kanopi hutan, terutama di hutan dataran rendah, disana hidup binatang dengan

cakupan luas, hewan veterbrata dan invertebrata, beberapa yang makan bagian

tumbuhan, yang memakan hewan. Hubungan timbal balik kompleks ada antara

tumbuhan dan binatang, sebagai contoh, dalam hubungan dengan penyerbukan bunga

dan penyebaran biji. Beberapa tumbuhan, yang disebut myrmecophytes, menyediakan

tempat perlindungan untuk semut di dalam organ yang dimodifikasi. Banyak tumbuhan,

menghasilkan bahan-kimia yang berbisa bagi banyak serangga dan cara ini untuk

perlindungan diri dari pemangsaan.

Page 10: Belajar  tentang mengenal profil  hutan

21.Keseluruhan masyarakat organik dan lingkungan phisik dan kimianya bersama-sama

menyusun dasar ekosistem pada hutan hujan tropis. Jika bagian dari hutan menjadi

rusak, tumbuhan (dan satwa) terbukanya gap, yang lain menyerbu dengan persaingan;

ada suatu suksesi sekunder dari komunitas tumbuhan seral, hingga dengan cepat suatu

masyarakat yang serupa menjadi asli seperti semula. Ini disebut “Klimaks”.

2. Synusiae22.Suatu synusia adalah suatu kelompok tumbuhan dari bentuk hidup yang serupa mengisi

relung yang sama dan berperan serupa di dalam komunitas dimana bentuknya terpisah

(Richards 1952); Ini merupakan suatu bentuk hidup komunitas terpisah.

23.Synusiae menyediakan suatu bahan untuk menganalisa masyarakat tumbuhan yang

kompleks. Richards (1952) telah memperkenalkan suatu penggolongan yang praktis

untuk synusiae hutan hujan tropis:

A. Tumbuhan Autotrophic (dengan butir hijau daun)

1. Tumbuhan Independent Mekanis

(a) pohon dan treelets; ( b) herba. 

2. Tumbuhan Dependent Mekanis

(a) pemanjat; ( b) para pencekik; ( c) epiphytes ( termasuk semi-parasitic epiphytes). 

B. Tumbuhan Heterotrophic (tanpa butir hijau daun).

1. Saprophytes.

2. Parasites.

24.Jenis sangat berbeda hubungan taxonomic menyusun synusiae. Seperti halnya yang

dipunyai bentuk hidup umum, banyak juga mempunyai physiognomy yang sangat

serupa. Penyajian yang relatif ttg kelompok ekologis berbeda dalam berbagai Formasi

hutan hujan tropis adalah penting definisi mereka. Mereka adalah mewakili seluruh hutan

hujan dataran rendah yang hijau tropis. Synusiae terjadi sepanjang daerah tropis di

mana saja Formasi ditemukan.

Page 11: Belajar  tentang mengenal profil  hutan

3. Siklus Pertumbuhan Hutan25.Pohon ada yang mati dan secepatnya mati disebabkan umur yang tua, biasanya dari

ujung cabang memutar kembali kepada tajuk, sedemikian sehingga spesimen hampir

mati tua (`overmature' di dalam bahasa rimbawan) adalah ‘‘stagheaded'', dengan dahan

lebat yang diarahkan oleh hilangnya anggota yang semakin langsing; lubang biasanya

berongga pada tingkat ini. Gugur tajuk ke bawah adalah bagiannya, dan secepatnya

batang dan musim gugur potongan dahan sisanya, sering menyurut oleh suatu

hembusan keras badai yang diawali dengan angin. Alternatif batang terpisah sebagai

kolom berdiri. Banyak pohon tidak pernah menjangkau tingkat lanjut seperti itu tetapi

diserang mati oleh kilat atau turun satu demi satu atau di dalam kelompok pada

kedewasaan utama mereka atau lebih awal. Rimbawan mencoba untuk memanen suatu

pohon baik sebelum umur tua hampir matinya. Kematian dari suatu pohon individu atau

suatu kelompok menghasilkan suatu gap di dalam kanopi hutan yang memungkinkan

pohon lain tumbuh. Ini pada gilirannya menjangkau kedewasaan dan barangkali

senescence; kemudian mati. Kanopi Hutan, secara terus menerus mengganti pohon

tumbuh dan mati. Ini merupakan suatu kesatuan hidup dalam keadaan keseimbangan

dinamis. Itu menyenangkan untuk diteliti pertumbuhan ini siklus kanopi ke dalam tiga

fasa: tahap gap, membangun tahap, dan tahap dewasa ( cf. Watt 1947).

26.Tingkat dan pengaturan dari tahap ini berbeda dari hutan ke hutan, sebagian besar

berbeda sebab faktor yang menyebabkan kematian. Di Hutan Hujan Dipterocarpaceae

selalu hijau pada Malaya Tengah, suatu daerah dimana gap kecil merupakan hal yang

biasa terjadi. Jumlah materi tumbuhan baru memproduksi per unit area per unit waktu,

yang dapat disebut netto produktivitas primer hutan, berbeda antara tiap tahapan. Tahap

gap yang rendah, meningkat ke suatu maksimum di dalam tahap pertumbuhan, dan

merosot sepanjang tahap dewasa ( cf. Watt 1947).

4. Stratifikasi27.Hutan sering dianggap menjadi lapisan atau strata dan formasi hutan berbeda untuk

mendapatkan jumlah strata berbeda & Strata ( Lapisan, atau tingkat) sering mudah

dilihat dalam hutan atau pada suatu diagram profil, tetapi kadang tidak dapat.

Mungkin pemakaian umum istilah stratifikasi untuk mengacu pada lapisan total tingginya

pohon, yang kadang-kadang diambil seperti lapisan tajuk pohon. Pandangan yang klasik

lapisan pohon yang selalu hijau dataran rendah tropis hutan hujan adalah bahwa

ada lima strata, A-E. Lapisan A merupakan lapisan paling tinggi pohon yang paling besar

yang biasanya berdiri seperti terisolasi atau kelompok yang muncul kepala dan bahu, di

atas berlanjut lapisan B, kanopi yang utama. Di bawah B adalah suatu tingkat pohon

lebih rendah, Lapisan C ditunjukan bergabung dalam B kecuali pada dua poin-poin dekat

Page 12: Belajar  tentang mengenal profil  hutan

akhir. Lapisan D adalah berhutan treelets dan lapisan E forest-floor tumbuh-tumbuhan

herba dan semaian bibit kecil. Bersama-Sama ini lima lapisan menjadi anggota synusiae

dari tumbuhan autotrophic independent mekanis. Dihubungkan dengan Lapisan

struktural ini, sering kasus yang di dalam strata yang lebih rendah tajuk pohon

kebanyakan lebih tinggi dari lebar, dan sebaliknya.

28.Konsep struktural lapisan kelihatan hilang pada alam yang dinamis dari kanopi hutan

hujan, kenyataannya yang tumbuh dalam ditambah sejak semula. Penambalan pada

berbagai ukuran adalah tahap beragam siklum pertumbuhan hutan.

29.Lapisan bentuk tajuk berhubungan dengan pertumbuhan pohon. Pohon muda masih

bertumbuh tingginya lingkar hampir selalu monopodial, dengan batang tunggal (ada

beberapa perkecualian, sebagai contoh Alstonia), dan tajuk pada umumnya sempit dan

jangkung. Pohon Dewasa kebanyakan jenis adalah sympodial, tanpa batang pusat

tunggal, dan beberapa dahan melanjut untuk tumbuh menambah lebar tajuk setelah

dewasa tingginya telah dicapai; paling pada umumnya, sympodial tajuk lebih luas

dibanding mereka adalah dalam, terus meningkat sangat dengan meningkatnya umur

pohon. Pohon lebih pendek belum dewasa dibanding yang tinggi. Lapisan bentuk tajuk

begitu sangat diharapkan.

30.Pertumbuhan Tinggi kebanyakan jenis pohon menjadi sempurna ketika hanya antara

sepertiga dan setengah mencapai lubang diameter akhir. Diikuti daun-daunan akan

cenderung untuk dipusatkan berlapis-lapis di mana suatu jenis atau suatu kelompok jenis

dari dewasa serupa tingginya mendominasi suatu posisi, sebagai contoh, di dalam hutan

dipterocarp.

31.Lapisan struktural kadang-kadang kelihatan pada diagram profil atau di dalam hutan dan

jumlah dan tingginya lapisan akan tergantung pada tahap atau mewakili tahap siklus

Page 13: Belajar  tentang mengenal profil  hutan

pertumbuhan. Tiga lapisan pohon di dalam pohon hutan hujan tropis yang selalu hijau

dataran rendah adalah suatu yang abstrak menyenangkan menghadirkan status yang

umum bangunan dan tahap dewasa mempertimbangkan bersama-sama. Tetapi

pengambilan data dari suatu area tanpa memperhatikan langkah-langkah yang phasic

akan pada umumnya mengaburkan keberadaan lapisan, kecuali Hutan dengan sedikit

jenis atau kelompok yang mendewasakan pada kemuliaan berbeda.

32.Penggunaan lain dari konsep stratifikasi pada ketinggian dimana jenis pohon tertentu

atau bahkan keluarga-keluarga biasanya dewasa. Sebagai contoh, di Malaya muncul

atau yang paling atas lak terdiri kebanyakan kelompok Dipterocarpaceae  dan

Leguminosae. Tentang Dipterocarpaceae, Dipterocarpus, Dryobalanops,  dan  Shorea

menyediakan banyak yang muncul dan sebagai pembanding Hopea dan Vatica pohon

yang kecil yang B dan C lapisan. Hanya sedikit dari 53 jenis Leguminosae Pohon

didalam Malaya adalah umum seperti muncul, terutama jenis Dialium, Koompassia, dan

Sindora ( Whitmore 1972d). Hutan hujan dataran rendah selalu hijau Dipterocarp pada

umumnya puncak kanopi pada 45 m, dan umumnya pohon individu mencapai tinggi 60

m. Pohon paling tinggi dicatat adalah Kompassia Excelsa ( 80'72 m Malaya, 83'82 m.

Sarawak; Gambar. 4.2, p. 54) dan Dryobalanops aaromatica 67'1 m ( Foxworthy 1926).

Timur Pilipina dipterocarps hanya di tempat penting dan kanopi lebih rendah, sebagai

contoh, Vitex cofassus Pometia pinnata di dalam Hutan dataran rendah Bougainville

pada umumnya 30- 35 m tinggi dengan muncul tersebar sampai 39 m ( Heyligers 1967).

33.Burseraceae dan Sapotaceae berlimpah-limpah pada lapisan kanopi utama di barat

Malesia dan lapisan puncak kanopi di timur Malesia. Pada daerah yang luas ini tingkat

umumnya dikatakan lapisan C atau lapisan pohon bawah berisi kebanyakan jenis dua

famili pohon paling besar, Euphorbiaceae dan Rubiaceae, dan banyak Annonaceae,

Lauraceae, dan Myristicaceae, di antara yang lain.

34.Pohon yang mencapai puncak kanopi terlihat ke atmospir eksternal, sangat trerisolasi,

temperatur tinggi, dan pergerakan angin harus dipertimbangkan, dan harus yang sesuai

diadaptasikan secara fisiologis. Di dalam kanopi microclimate sungguh berbeda, seperti

telah digambarkan di pendahuluan pada bab ini dan dilanjutkan yang berikutnya.

Mengikutinya mungkin salah satu yang dikenali dari dua kelompok yang berbeda jenis,

menyesuaikan untuk diatur dua kondisi-kondisi ini; dan menarik seluruh jenis itu, atau

bahkan seluruh familinya, memanfaatkan satu situasi atau yang lain. Jenis yang tumbuh

dibawah naungan tetapi mencapai puncak dari kanopi pada tingkat dewasa dengan

hidup di dua lingkungan sangat berbeda pada tahap berbeda dalam hidup, dan mungkin

berubah secara fisiologis, meskipun demikian data eksperimen masih sebagian besar

kekurangan.

5. Bentuk Pohon

Page 14: Belajar  tentang mengenal profil  hutan

35.Pohon adalah bentuk hidup yang utama pada hutan hujan. Bahkan tumbuhan bawah

sebagian besar terdiri dari tambuhan berkayu bergentuk pohon berhutan; semak belukar

yang terlihat jarang, meskipun demikian lapisan D sering dengan bebas disebut “lapisan

semak belukar”

6. Tajuk36.Aspek yang paling penting dari bentuk pohon untuk rimbawan yang disebut dalam

bagian yang sebelumnya, adalah perbedaan antara konstruksi tajuk monopodial dan

sympodial. Kebanyakan jenis berubah ke bentuk tajuk sympodial ketika mereka dewasa

tetapi beberapa mempertahankan bentuk tajuk monopodial sepanjang seluruh hidup,

sebagai contoh, semua Annonaceae dan Myristicaceae di hutan tropis timur jauh, ini

umum terjadi di antara jenis pohon kecil berkembang di dalam kanopi. Rimbawan tertarik

dengan volume kayu yang meningkat per area, dan pohon-pohon monopodial dengan

karakteristik tajuk yang sempit, merupakan subyek yang lebih baik dalam penanaman

dibandingkan jenis sympodial. Ini merupakan salah satu alasan mengapa conifer yang

akan ditanam pada tropika basah yang memiliki daya tarik lebih untuk diperhatikan,

khusunya Pinus spp tropis, dan Araucaria dan mengapa Shorea spp dari kelompok

Dipterocarpaceae kayu Meranti Merah Terang dan jenis cepat tumbuh lainnya, jenis

yang memerlukan cahaya, jenis kayu keras asli setempat, sepertiAlbizia falcata,

Campnosperma, Endospernum dan Octomeles, memiliki perhatian yang terbatas.

37.Tajuk pohon memiliki konstruksi yang tepat. Faktor utama yang menentukan bentuk tajuk

adalah pertumbuhan apical versus lateral, meristem radial simetrik versus bilateral

simetrik, berselang–seling dan berirama versus pertumbuhan berlanjut dari tunas dan

daun atau bunga. Kombinasi faktor-faktor ini hanya memberikan pembatasan jumlah

total dari model yang mungkin dari konstruksi tajuk. Arsitektur pohon tidak berkorelasi

baik dengan taksonomi, beberapa famili kaya akan model, contohnya Euphorbiaceae

dan yang lain miskin, contohnyaMyristicaceae.

7. Batang Pohon38.Untuk mengamati bentuk batang pohon di atas lantai hutan selalu lebih kurang seperti

tiang, sedikitnya sampai bagian yang paling rendah, dan ia merasakan seolah-olah di

dalam suatu katedral beratap hijau. Sesungguhnya ada beberapa yang pada umumnya

dapat dibandingkan dengan lilin yang kecil, dapat dilihat pada pohon yang di tebang dan

kelebihannya harus dibuat ketika membuat tabel volume untuk tujuan kehutanan.

8. Banir

Page 15: Belajar  tentang mengenal profil  hutan

39.Tinggi Banir, menyebar, bentuk permukaan dan ketebalan biasanya tetap di dalam suatu

jenis dan oleh karena itu, seperti bentuk tajuk penunjang adalah penuntun untuk

identifikasi hutan. Ada sedikit bukti yang ganjil untuk menilai kebenaran atau jika tidak

menyangkut penyamarataan yang umum bahwa pohon dengan akar ketukan dalam tidak

membentuk penunjang, dan sebaliknya.

9. Kulit Batang40.Sesuatu kekeliruan umum bahwa semua atau sebagian pohon hutan memiliki kulit

batang yang pucat, tipis dan licin. Ini jauh dari kenyataan, hutan hujan kaya dengan

warna dan bayangan dari hitam (Dyospiros) sampai putih (Tristania), sampai warna

coklat terang (Eugenia). Kecuali batang-batang pohon yang mengarah keluar iklim mikro

hutan, seperti pohon yang dalam proses terisolasi dan pada pinggiran hutan, memiliki

warna yang seragam yaitu abu-abu pucat. Sapihan dan tiang yang kecil memiliki kulit

batang yang tipis dan lembut. Batang pohon dengan diameter di atas 0.9 m

memperlihatkan suatu keaneka ragaman bentuk permukaan, secara kasar seperti

bercelah, bersisik, atau “dippled”, dan beberapa licin. Setelah daun, karakteristik

permukaan kulit batang dan penampilannya menjadi bantuan yang paling utama ke

pengenalan jenis hutan dan mungkin punya arti untuk taksonomi. Beberapa famili

homogen kulit batangnya dan yang lain menunjukkan pola gamut.

10. Bunga41.Biasanya bunga berkembang berhubungan dengan batang (Cauliflory) atau cabang

(ramiflory) bervariasi antara formasi hutan hujan tropis yang berbeda.Cauliflory adalah

paling umum di hutan hujan tropis dataran rendah yang selalu hijau dan berkurang

sehubungan dengan pertambahan tinggi tempat.

11. Akar42.Suatu Pertumbuhan, memperbaharui minat akan sistem akar pohon hutan hujan tropis

dengan pengembangan studi dalam produktivitas dan siklus hara.. Seperti kebanyakan

kasus, kebanyakan akar ditengah hutan hujan ditemukan sampai pada 0.3 m atau kira-

kira pada tanah. Banyak pohon yang sistem perakarannya dangkal dengan tidak

menembus terlalu dalam semuanya. Beberapa, mungkin sedikit, mempunyai akar

ketukan dalam, tetapi oleh karena; berhubungan dengan berbagai kesulitan dalam

pelaksanaannya maka sistem perakaran sangat sedikit dipelajari. Nye dan Greenland

(1960) sudah memberi perhatian pada peran penting akar secara relatif , beberapa

menembus ke kedalaman tertentu untuk mengambil hara mineral dari pelapukan partikel

batuan atau horizon alluvial, di samping peran mereka sebagi penstabil dan jangkar.

Sesungguhnya sangat sukar untuk mengetahui akar mana yang sangat bagus dan

Page 16: Belajar  tentang mengenal profil  hutan

merupakan ciri hidup mereka. Komponen ini kemudian biasanya diremehkan, meskipun

demikian esuatu yang sangat substansial dalah menegtahui jumlah biomassa akar.

Biomassa akar merupakan urutan kesepuluh dari total biomassa dari dua hutan yang

dipelajari. Hal ini merupakan alasan yang dapat dipercaya menagapa akar terkonsentarsi

di permukaan karena hara inorganik terbentuk di sana sebagai hasil dekomposisi sisa-

sisa bagian tumbuhan yang jatuh dan hewan yang mati.

43.

12. Epifit, pemanjat dan pencekik44.Epifit dan pemanjat dibuat stratifikasi. Di dalam masing-masing synusia dua kelompok

utama dapat dikenali, suatu photophytic atau kelompok yang memerlukan matahari ,

menyesuaikan diri secara morfologi maupun fisiologi dengan iklim mikro dari kanopi

hutan, dan skiophytic atau kelompok yang memerlukan keteduhan, menyesuaikan diri

dengan daerah yang lebih dingin, lebih gelap dan lebih lembab pada iklim mikro dari

kanopi hutan, meskipun demikian perbdaan ini tidak pernah absolut.

13. Epifit45.Epifit tajuk pohon seperti kebanyakan anggrek dan Ericaceae. Dalam hutan hujan

tropika banyak tumbuh golongan epifit yang jumlahnya kurang lebih 10% dari pohon-

pohon dalam hutan hujan (Richards, 1952). Epifit adalah semua tumbuh-tumbuhan

yang menempel dan tumbuh di atas tanaman lain untuk mendapatkan sinar matahari

dan air. Akan tetapi epifit bukanlah parasit. Epifit bahkan menyediakan tempat

tumbuh bagi hewanhewan tertentu seperti semut-semut pohon dan memainkan

peranan penting dalam ekosistem hutan. Sebagian besar tanaman ini (seperti lumut,

Page 17: Belajar  tentang mengenal profil  hutan

ganggang, anggrek, dan paku-pakuan) tingkat hidupnya rendah dan bahkan lebih

senang hidup di atas tumbuhtumbuhan lain daripada tumbuh sendiri.

14. Pemanjat46.Banyak pemanjat yang menjangkau puncak kanopi mempunyai bentuk tajuk, dan sering

juga ukuran, dari tajuk pohon. Pemanjat biasanya dengan bebas menggantung pada

batang pohon, dan dapat berubah menjadi pemanjat berkayu besar. Mereka diwakili oleh

banyak famili tumbuhan. Semua kecuali dua jenis dicurigai Gymnosperm Gnetum adalah

pemanjat berkayu besar. Di antara pemanjat berkayu besar yang paling umum adalah

Annonaceae. Palm yang menjadi pemanjat, rotan, adalah kelas penting lainnya dari

pemanjat berkayu besar yang merupakan corak hutan hujan.

47.Pemanjat berkayu paling besar adalah photophytes dan tumbuh prolifically di dalam

pembukaan hutan dan pinggiran hutan, menimbulkan dongeng yang populer rimba raya

tebal yang tak dapat tembus. Mereka bertumbuh dalam gap dan tumbuh dengan tajuk

pada pohon muda, maka akan ikut dengan bertumbuh tingginya penggantian kanopi.

Mereka juga bertumbuh setelah operasi penebangan dan boleh membuktikan suatu

rintangan serius kepada pertumbuhan suatu hutan

15. Pencekik48.Para pencekik adalah tumbuhan yang memulai hidupnya sebagai epifit dan menurunkan

akar ke tanah dan meningkat dalam jumlah dan ukuran dan bertahan di bawah tekanan

dan akhirnya dapat membungkus pohon yang menjadi tuannya sehingga sering pohon

itu kemudian mati. Contoh pencekik adalah Schefflera, Fagraea, Timonius, Spondias dan

Wightia.

Formasi ekosistem hutanFormasi ekosistem hutan terjadi akibat pengaruh faktor lingkungan yang dominan terhadap

pembentukan dan perkembangan komunitas dalam ekosistem hutan. Pengelompokan formasi

hutan didasari oleh paham klimaks, yaitu komunitas akhir yang terjadi selama proses suksesi.

Paham klimaks berkaitan dengan adaptasi tumbuh-tumbuhan secara keseluruhan mencakup

segi fisiologis, morfologis, syarat pertumbuhan, dan bentuk tumbuhnya, sehingga kondisi

ekstrem dari pengaruh iklim dan tanah akan menyebabkan efek adaptasi pohon serta tumbuh-

tumbuhan lainnya menjadi nyata. Hal tersebut akan berpengaruh terhadap bentuk susunan

ekosistem hutan (formasi hutan).

Bentuk susunan komunitas atau Ekosistem hutanBerdasarkan atas faktor lingkungan yang memiliki pengaruh dominan terhadap bentuk susunan

komunitas atau ekosistem hutan, maka ekosistem hutan dikelompokkan ke dalam dua formasi,

Page 18: Belajar  tentang mengenal profil  hutan

yaitu formasi klimafis dan formasi edafis. Formasi klimatis disebut juga formasi klimaks iklim,

sedangkan formasi edafis disebut juga formasi klimaks edafis. Pengertian dari masing-masing

formasi adalah sebagai berikut.

1. Formasi klimatis adalah formasi hutan yang dalam pembentukannya sangat

dipengaruhi oleh unsur-unsur iklim, misalnya temperatur, kelembapan udara, intensitas

cahaya, dan angin. Ekosistem hutan yang termasuk ke dalam formasi klimatis, yaitu

hutan hujan tropis, hutan musim, dan hutan gambut (Santoso,1996; Direktorat Jenderal

Kehutanan, 1976). Menurut Schimper (1903 dalam Arief, 1994), ekosistem hutan yang

termasuk ke dalam formasi klimatis, yailu hutan hujan tropis, hutan musim, hutan

sabana, hutan duri, hutan hujan subtropis, hutan hujan temperate, hutan konifer, dan

hutan pegunungan. Menurul Davy (1938 dalam Arief,1994), hutan-hutan yang termasuk

ke dalam formasi klimatis adalah hutan hujan tropis, hutan semi hujan, hutan musim,

hutan pegunungan atau hutan temperate, hutan konifer, hutan bambu atau

hutan Gramineae berkayu, dan hutan Alpine.

2. Formasi edafis adalah formasi hutan yang dalam pembentukannya sangat dipengaruhi

oleh keadaan tanah, misalnya sifat-sifat fisika, sifat kimia, dan sifat biologi tanah, serta

kelembapan tanah. Ekosistem hutan yang termasuk ke dalam formasi edafis, yaitu hutan

rawa, hutan payau, dan hutan pantai. Schimper, 1903 dalam Arief, 1994 menyebutkan

hutan-hutan yang termasuk ke dalam formasi klimatis mencakup hutan tepian, hutan

rawa, hutan pantai, dan hutan mangrove. Menurut Davy (1938 dalam Arief, 1994) yang

termasuk ke dalam kelompok formasi edafis, yaitu hutan riparian, hutan rawa, hutan

mangrove, hutan pantai, hutan kering selalu hijau, hutan sabana, hutan palma atau

hutan nipah, dan hutan duri. Hutan riparian (riparian forest)dianggap sebagai subtipe

hutan hujan tropis, sedangkan hutan nipah (nipha forest)sering dianggap sebagai

konsosiasi dari hutan payau atau hutan rawa; bergantung kepada faktor edafisnya.

Hubungan garis lintang dan Daerah tipe iklim

Dari letak garis lintangnya, Indonesia memang termasuk daerah beriklim tropis. Namun,

posisinya di antara dua benua dan di antara dua samudera membuat iklim kepulauan ini lebih

beragam. Berdasarkan perbandingan jumlah bulan kering terhadap jumlah bulan basah per

tahun, Indonesia mencakup tiga daerah iklim, yaitu:

Daerah tipe iklim A (sangat basah) yang puncak musim hujannya jatuh

antara Oktober dan Januari, kadang hingga Februari. Daerah ini mencakup Pulau Sumatera;

Kalimantan; bagian barat dan tengah Pulau Jawa; sisi barat Pulau Sulawesi.

Page 19: Belajar  tentang mengenal profil  hutan

Daerah tipe iklim B (basah) yang puncak musim hujannya jatuh antara Mei dan Juli, serta

Agustus atau September sebagai bulan terkering. Daerah ini mencakup bagian timur Pulau

Sulawesi; Maluku; sebagian besar Papua.

Daerah tipe iklim C (agak kering) yang lebih sedikit jumlah curah hujannya, sedangkan bulan

terkeringnya lebih panjang. Daerah ini mencakup Jawa Timur; sebagian Pulau Madura; Pulau

Bali; Nusa Tenggara; bagian paling ujung selatan Papua.

Berdasarkan perbedaan iklim ini, Indonesia memiliki hutan gambut, hutan hujan tropis, dan

hutan muson.

Hutan gambut ada di daerah tipe iklim A atau B, yaitu di pantai timur Sumatera, sepanjang

pantai dan sungai besar Kalimantan, dan sebagian besar pantai selatan Papua.

Hutan hujan tropis menempati daerah tipe iklim A dan B. Jenis hutan ini menutupi sebagian

besar Pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku Utara, dan Papua. Di bagian barat

Indonesia, lapisan tajuk tertinggi hutan dipenuhi famili Dipterocarpaceae (terutama genus

Shorea, Dipterocarpus, Dryobalanops, dan Hopea). Lapisan tajuk di bawahnya ditempati oleh

famili Lauraceae, Myristicaceae, Myrtaceae, dan Guttiferaceae. Di bagian timur, genus

utamanya adalah Pometia, Instia, Palaquium, Parinari, Agathis, dan Kalappia.

Hutan muson tumbuh di daerah tipe iklim C atau D, yaitu di Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa

Timur, Bali, NTB, sebagian NTT, bagian tenggara Maluku, dan sebagian pantai selatan Irian

Jaya. Spesies pohon di hutan ini seperti jati (Tectona grandis), walikukun (Actinophora

fragrans), ekaliptus (Eucalyptus alba), cendana (Santalum album), dan kayuputih (Melaleuca

leucadendron).

Sumber : Internet

Sumber :

http://www.sridianti.com/biologi/ekosistem/ciri-hutan-hujan-tropis/

http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20130207060406AA2v3ux

http://id.wikipedia.org/wiki/Ekosistem

http://ekologi-hutan.blogspot.com/2010/10/struktur-hutan-hujan-tropis.html

http://id.wikipedia.org/wiki/Hutan

Page 20: Belajar  tentang mengenal profil  hutan