behind your beautiful smile

Upload: suharto-situmorang

Post on 30-Oct-2015

16 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Behind Your Beautiful Smile (Part 1)oleh Serena Natasha pada 10 Desember 2012 pukul 22:34 Title: BehindYour Beautiful SmileGenre: Drama, Romance, Love Life, Sisterhood and a little bit of humor.Main Cast: Danielle Champbell as Tara Belle Baker. Justin Bieber as Justin Bieber. Harry Styles as Harry Styles. Emma Roberts as Kara Save Baker. Niall Horan as Niall Horan. Lily Collins as Elizabeth Elle Leefolt. Kylie Jenner as Cleo Amanda Smith Trevor Collins.Author: Brigita Yoella Beta ShelaP.S: These story will make you realize how somebody can make you caring, giving, and loving.-Behind Your Beautiful Smile-Aku bukan pembuat masalah, aku hanya sedikit mengacaukannya. Tara.-----Suasana pagi itu benar-benar dingin, sama seperti dinginnya embun pagi yang masih basah di luar sana. Gadis itu tampak menggeliat di ranjang tidurnya yang berwarna abu-abu, dan tiga detik kemudian, ia mulai membuka kedua matanya. Ia sudah terjaga.Matanya masih tampak sayu, namun sama sekali tak melemahkan keindahan warna matanya yang memang tak terpelikan lagi. Ia lalu mencoba untuk bangun dari tempat tidurnya. Kedua kakinya mulai menjajaki lantai, dan ia seketika bisa merasakan hawa dingin yang masih menempel pada lantai keramiknya. Dingin itu begitu ganas menyapa kakinya, membuatnya sedikit mendesis.Dingin, batinnya. Seketika Ia tersenyum kecil, dan ia mulai menyadari bahwa suatu hal sudah terjadi di sekitarnya sekarang ini. SALJU!!!!! pekiknya sesaat sesudah ia membuka jendela kamarnya. Gadis itu tersenyum lagi, kali ini makin lebar. SALJU YEYEYEYE! SALJUUUU! ia lalu memekik lagi, tak peduli jika seluruh dunia tau bahwa ia memang benar-benar menyukai salju. Salju memang sedang turun di luar rumahnya, atau lebih tepatnya di kota New Jersey. Hal ini sudah menjadi kebiasaan setiap tahun di penghujung bulan November dan di awal bulan Desember. Namun gadis ini selalu saja terkagum-kagum saat melihat butiran-butiran salju yang mulai turun dari langit. Ia seringkali menyebutnya sebagai keajaiban. Entah ada ide dan wangsit darimana saat ia mencetuskan salju sebagai sebuah keajaiban. Namun pada dasarnya memang beginilah faktanya. Ia unik, dan mungkin cenderung aneh. WOHOOOOO! WOHOOOO! SALJU! WOHOOOOO! Ia memekik lagi, seperti tak ingin berhenti untuk berteriak. Gadis itu lalu berlari menuju pintu kamarnya. Ia lalu berlari lagi menuju sebuah ruangan yang berada sepuluh meter dari kamarnya. Masih dengan piyama warna kuning menyala, gadis itu lalu menggedor-gedor sebuah pintu yang diyakini adalah sebuah pintu dari kamar milik kakaknya. KARAAAAA!! BANGUN!! KARAAAAA!!! teriaknya, nyaring sekali. Tidak ada jawaban dari dalam sana, dan ia lalu berteriak lagi. SUN KARA! BANGUNNN! Tiga detik berlalu, dan Kara masih tidak menjawab pekikannya. Gadis ini harus mengambil tindakan. Dan tanpa pikir panjang lagi, ia langsung membuka pintu kamar milik Kara, yang kebetulan dalam keadaan tidak terkunci. KARA!! pekiknya lagi, saat menemui Kara yang masih tertidur pulas di ranjang tidurnya. Kara hanya menggerakkan kakinya tanpa membuka kedua matanya, dan hal itu membuat gadis ini benar-benar geram. KARA, BANGUN! ADA SALJU DI LUAR!!! HEI BANGUN! pekiknya lagi sambil mengguncang-guncangkan tubuh Kara yang masih tergolek lemas diatas ranjang. Namun sekali lagi, Kara hanya bergeram, dan ia tidak membuka matanya sama sekali. Salju? Sudah biasa, bukan? jawab Kara, suaranya serak. Sudah biasa? Kau lupa? Kita berdua kan menyukai salju? Kita berdua kan penggemar fanatic salju? Mengapa kau berkata bahwa salju sudah biasa? balasnya, tidak terima. Kara berdecak sekali, lalu ia mulai membuka matanya, Itu dulu, Tara. Lima tahun yang lalu. Pergilah, aku mau tidur lagi. Gadis ini melongo, kaget sekaligus bingung akan ucapan kakaknya barusan. Hei Kara! Dulu, setiap salju turun pada pagi pertama, kita selalu keluar berdua dengan mantel Mickey Mouse dan mulai merayap diatas salju. Apa kau lupa? tandasnya lagi. Yea, it was. I still remember about that moment, Tara. But you cant do that stupid things again when you became a teenager. You have to growing up. Ini bukan permasalahan saat kau mulai beranjak remaja, Kar. Sama sekali tidak ada hubungannya dengan itu. Dan tadi kau bilang apa? Stupid things? Oh come on! Kau jadi membosankan selama lima tahun terakhir, semenjak kau mengenal Trevor! Kara sedikit tertawa saat mendengar ucapan adiknya. Lucu, karena adiknya yang satu ini selalu menyalahkan Trevor akan segala kelakuannya yang berubah selama lima tahun terakhir. Kau juga akan mengalami hal yang sama jika kau sudah jatuh cinta, Tara. Aku berani bertaruh untuk itu. Jangan meremehkan aku. Jangan mentang-mentang aku belum pernah berpacaran, jadi kau seenaknya saja meremehkanku! Beh. Tidak akan! Tawa Kara meledak seketika. Kau ini sudah mau berusia tujuh belas tahun. Masih tidak laku juga, ya? Sembarangan! Aku bukannya tidak laku ya, aku hanya mau memilih pria mana yang benar-benar pantas buatku. Tidak sepertimu. Memilih bajingan seperti Trevor untuk jadi kekasihmu selama lima tahun. Hey, Kara. Otakmu dimana? tandas gadis yang diketahui bernama Tara, sambil membuka matanya lebar-lebar. Kara tertawa lagi, paling suka jika adiknya sudah marah dan membuka matanya lebar-lebar.Sudahlah, aku mau keluar. Kata Tara, beranjak dari ranjang milik Kara dengan wajah yang sedikit kesal. Mau kemana? Melihat salju. Aku ikut! Tara mendadak tersenyum. Syukurlah, kau sudah berubah menjadi Kara yang tidak membosankan lagi. Kara mendengus. Not at this time. Dan Tara lalu memutarkan kedua bola matanya.------ Namanya Tara. Tara Belle Baker, lengkapnya. Tara adalah seorang gadis keturunan Kolombia-Indonesia yang sekarang tinggal di New Jersey. Ayahnya adalah seorang Doktor asal Kolombia, sementara ibunya adalah orang Indonesia asli, suku Jawa tepatnya. Kalau berbicara tentang fisik, Tara sudah pasti memiliki postur tubuh dan wajah yang sangat berbeda dari kebanyakan gadis Amerika lainnya. Itu sangat tergambar di wajahnya, mengingat bahwa ada darah Asia yang mengalir di tubuhnya. Tara langsing dan tinggi, kulitnya kuning kecoklatanperpaduan antara Kolombia dan Indonesia. Matanya yang biru terang sangat kontras dengan bentuk hidungnya yang mungil. Rambutnya yang sedikit bergelombang berwarna hitam kecoklatan. Bentuk mukanya juga unik, bulat dan agak lonjong, yang sudah pasti akan sangat jarang ditemui dimanapun. Dan Tara memiliki satu tahi lalat yang cukup besar di lehernya, keturunan ibunya. Campuran antara darah timur dan barat berhasil menjadi keunikan sendiri di wajah Tara. Dia manis. Kalau kakaknya, namanya Kara. Kara Save Baker. Kara adalah gadis kuliahan yang menjadi perhatian semua orang di kampusnya. Kara benar-benar mirip ayahnya. Darah timur hampir sama sekali tidak terlihat di wajah ataupun postur tubuhnya. Ia sama seperti gadis-gadis Amerika lainnya, jauh berbeda dengan Tara. Kara tinggi dan langsing. Matanya coklat terang, dengan hidung indah yang lebih mirip dengan perosotan balita. Rambutnya lurus, berwarna kuning menyala yang membuat siapa saja akan mengalihkan pandangannya pada rambutnya. Dan ia memiliki bentuk bibir yang sempurna. Campuran antara darah timur dan barat kurang berhasil untuk membuat keunikan sendiri di wajahnya. Tapi justru hal itulah yang membuatnya sangat cantik. Dingin, ucapnya pelan, sambil mengusap-usap kedua tangannya yang tertutupi oleh sebuah sarung tangan. Kepulan asap tampak keluar dari mulutnya. Tara saat ini sedang berjalan menuju sebuah kedai kopi di ujung jalan dekat rumahnya. Karena jujur saja, ia benar-benar butuh cappucino hangat ukuran jumbo untuk menghangatkan tubuhnya yang kedinginan. Lauren! Wie gehts? Hot cappucino satu ya. Large. Jangan lupa, perbanyak creamnya. Aku tunggu disana. Ucap Tara seraya menunjuk sebuah kursi diujung ruangan pada seorang barista yang sudah ia kenal sejak lama, Lauren Suedzilo, keturunan Jerman yang selalu baik padanya dalam urusan kopi. Yes, madam. Gimme five minutes. Balas Lauren, seraya tersenyum kecil pada Tara. Tara lalu berjalan menuju kursinya yang langsung menghadap ke arah jendela besar di caf tersebut. Ia lalu mulai melepaskan kupluknya, lalu sarung tangannya. Sesekali Tara sedikit melirik kearah Lauren, hanya memastikan jika Lauren benar-benar sedang meracik pesanannya. Lima menit berlalu, dan Lauren langsung mengantarkan pesanan Tara ke mejanya. Seperti biasanya, Lauren selalu tepat waktu. Danke, Lauren. Ucap Tara ramah. Tara lalu mulai menyeruput cappuccino hangatnya sedikit demi sedikit. Dan ia bisa merasakan kehangatan yang mengalir melalu kerongkongannya. Ah, ia cinta cappuccino. Sebenarnya, Tara sudah mengajak salah satu sahabatnya untuk menemaninya ke kafe ini, tapi mereka semua sibuk dengan liburan akhir tahun mereka. Dan Tara sudah mengajak Kara untuk ikut bergabung, namun seperti biasa, Kara akan memilih bersama Trevor dibandingkan bersama Tara. Coba saja ada yang menemaniku saat ini. Aku akan berterimakasih seumur hidupku, ucap Tara asal-asalan, tanpa menyadari bahwa ada seseorang yang sedari tadi sedang memperhatikannya. Minum kopi sendiri tidak enak, ya? Tara tersentak begitu ada sebuah suara yang mengagetkannya. Tara lalu mendongak, berusaha mencari sumber suara yang baru saja mengagetkannya. Ya Tuhan ada satu spesies manusia dihadapannya Boleh aku bergabung? Seorang pria. Matanya teduh. Senyumnya lebar. Tubuhnya dibalut oleh sweater warna oranye jeruk yang sedikit membuat Tara harus menyipitkan mata saat melihatnya. Tara hanya terdiam, tak bergerak. Ia hanya memandangi orang itu tanpa berkata apa-apa. Ia memang sedikit berlebihan, maklumi saja. Boleh aku duduk disini? It seems like these seat is empty, isnt it? katanya lagi. Tara kelabakan. Yea, of course. Jawabnya, payah sekali. Pria itu lalu terduduk di hadapan Tara, sambil membawa satu cup black coffee ukuran jumbo. Pria itu masih tersenyum, hanya saja, senyumannya terkulum saat ini. Sendiri saja? lelaki itu mencoba untuk mengambil alih pembicaraan. Ya. Seperti yang kau lihat. Jawab Tara sembari tersenyum kecil. Tidak bersama teman-temanmu? Tidak, mereka semua sibuk. Lelaki itu lalu tertawa kecil. Kudengar kau minta ditemani, ya? Tara seketika mendelik. Apa maksudmu? Tadi aku tidak sengaja mendengarmu. Kau berkata bahwa kau akan berterimakasih seumur hidupmu jika kau ditemani oleh seseorang saat ini. Well, kau memang harus berterimakasih seumur hidupmu mulai detik ini juga. Tara tertawa. Lelaki ini lucu juga. Ya, begitulah. Anyway, terimakasih sudah menemaniku. Walaupun sebenarnya aku berharap jika tadi kau tidak mendengarku. Mereka lalu tertawa bersama. Tara memang supel dan gampang bergaul dengan siapa saja. Seperti yang sudah dikatakan tadi. Ia unik. Oh, iya. Namaku Tara Belle Baker. Kau bisa memanggilku Tara. Kalau kau? ucap Tara sembari tersenyum kecil ke arah pria itu. Pria itu lalu tersenyum, dan kemudian ia menjulurkan tangan kanan kekarnya pada Tara. --------Salju lagiLelaki itu mendesah hebat sembari memandangi pemandangan di luar rumahnya lewat jendela kamarnya yang besar. Salju turun lagi, seperti biasanya di penghujung tahun. Dan entah mengapa, ia sama sekali tidak terlihat tertarik dengan segala macam salju yang perlahan mulai turun dan menumpuk di pekarangan rumahnya. Ia tidak benci salju. Hanya saja, ia sedikit malas mendengar kata salju yang cenderung membuatnya mendadak ingin muntah. Salju selalu mengingatkannya pada seseorang. Seseorang yang benar-benar membuat hatinya berkecamuk. Snow desisnya. Lelaki itu kemudian menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia tidak mau mengingatnya lagi. Ia sudah muak. Lelaki bertubuh jangkung itu lalu meninggalkan jendela kamarnya yang besar, dan ia berjalan ke arah meja kamarnya yang tidak terlalu besar. Ada satu foto yang dikemas rapih dalam satu bingkai foto disana. Seorang wanita, tersenyum lebar, dengan seorang lelaki yang berbaring sambil mengatupkan kedua matanya di pangkuan wanita itu. Rasa sakit itu mulai menjalar lagi di sekitar dadanya. Tapi sekali lagi, ia tidak boleh kalah akan rasa sakit ini. Ia tidak boleh diperbudak oleh rasa sakit ini. Tidak. Sama sekali tidak. Satu tangannya lalu mulai merambah ke sebuah bingkai foto itu. Lelaki ini lalu tersenyum pilu. I miss you, bisiknya.------ Hai guys! Jumpa lagi sama Brigita Shela. Huah! Finally setelah nggak post JD selama kurang lebih 2 bulan, saya kembali lagi dengan sebuah JD baru! Ah kangen kaliaaaaan! Aku bakalan rajin post JD nih selama liburan ini. Aku harap kalian masih mau baca JD aku ya :) Aku tau likersnya bakal berkurang, but I dont have to worry about anything, because I know that my real readers will always read my story no matter what. ;) I love you so much deh buat yang masih mau baca dan meninggalkan jejak. Mumumumu :*Gimana tentang BYBS ini? Mau dilanjut atau enggak? Buat kalian yang komen heboh bakalan dapet tag di BYBS next chapter. Huahahaha, bahasa gue baku bat nggak seeeeeh-_____- Anyway!!!! CSL masih tetep dilanjut kok babe. Abis BYBS ini. soalnya BYBS cuma selama liburan aja, setelah itu CSL deh. Anyway gue udah kangen banget sama PARIS sama LIBERTY. SUMPA DAH. HUAH.Well sampe ketemu lagi yak di next chapter. LIKE dan COMMENT anda sangat membantu saya dalam proses pembuatan cerita ini. HUAHAHAHA. BYE FELLAS! MWAH :*