beda agama

Upload: reva-reditia

Post on 06-Jan-2016

67 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Beda Agama

TRANSCRIPT

MAKALAH PERKAWINAN BEDA AGAMA DITINJAU DARI SEGI HUKUM ISLAM

Disusun untuk memenuhi tugas 3 matakuliah Pendidikan Agama Islam

Disusun oleh : 1. Liesna Dwi Aristo ( 12.11.1002 )2. Anggita Ratnasari ( 12.11.1003)3. Reva Reditia ( 12.11.1005 )4. Diah Nilam Satuti ( 12.11.1006 )5. Dessy Anggun Tia Jahari ( 12.11.1010 )

Dosen Pengampu : Dra.Arifah Budiyati Mz

INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI AKPRIND YOGYAKARTAFAKULTAS SAINS TERAPANJURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN2013KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Segala puji bagi Allah kami panjatkan karena kami dapat menyelesaikan tugas Makalah Perkawinan Beda Agama Ditinjau dari Segi Hukum Islam dengan baik. Shalawat dan salam semoga terlimpah curahkan kepada Nabi Muhammad SAW.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang Makalah Perkawinan Beda Agama Ditinjau dari Segi Hukum Islam , yang disajikan berdasarkan pustaka dari berbagai sumber. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan di dalam makalah ini. Oleh karena itu , penyusun memohon untuk saran dan kritiknya yang membangun . Atas saran dan kritiknya , kami ucapkan terima kasih.

Yogyakarta , 15 Mei 2013

Penyusun

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...iKATA PENGANTARiiDAFTAR ISIiiiBAB I PENDAHULUAN1I.1 Latar Belakang1I.2 Tujuan2I.3 Rumusan Masalah2I.4 Metode2BAB II STUDI KASUS3BAB III PEMBAHASAN4III.1 Pengertian Perkawinan4III.2 Tujuan Perkawinan4III.3 Rukun Perkawinan6II.4 Syarat Sah Perkawinan6II.5 Perkawinan Beda Agama Menurut Hukum Islam9II.6 Hukum Perkawinan Beda Agama Menurut Hukum Islam9BAB III PENUTUP17III.1 Kesimpulan17III.2 Saran18DAFTAR PUSTAKAiv

iii

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Di dalam kondisi masyarakat Indonesia yang beragam, dari segi suku, agama, dan ras, terdapat berbagai macam masalah yang timbul di dalamnya. Salah satu masalah yang menjadi sorotan dalam konflik-konflik yang timbul dalam masyrakat sekarang ini ialah dimana kita sering jumpai terjadinya perlangsungan pernikahan beda agama. Kontak antar masyarakat yang berbeda latar belakang ini pada kemudian hari menimbulkan adanya suatu fenomena dalam masyarakat yaitu berupa perkawinan campuran. Salah satu perkawinan campuran yang paling banyak mengundang perdebatan adalah perkawinan campuran antara pasangan yang memiliki agama yang berbeda. Masalahnya, dengan perkawinan beda agama akan terjadi suatu perbedaan prinsipil dalam perkawinan itu sehingga dikhawatirkan akan menimbulkan berbagai masalah yang rumit untuk diselesaikan dikemudian hari. Oleh karena itu, kemudian hal itu banyak mendapat tantangan dari masyarakat luas, tetapi juga oleh hukum positif di Negara kita serta hukum agama yang mereka anut. Walau tidak dapat dipungkiri ada saja pihak yang pro terhadap keberadaan perkawinan beda agama ini.Di Indonesia banyak sekali kasus perkawinan beda agama. Tidak hanya kalangan artis, teapi mmasyarakat umum pun mengikuti trend tersebut. Misalnya saja perkawinan beda agama yang pernah dialami magician Deddy Corbuzier dengan mantan istrinya Calina. Di dalam makalah ini, kami akan membahas perkawinan beda agama Deddy Corbuzier dengan Calina dari sudut pandang Hukum Islam.

I.2 Tujuan

Tujuan dalam pembuatan Makalah Perkawinan Beda Agama Ditinjau dari Segi Hukum Islam adalah :1. Mengetahui perkawinan beda agama ditinjau dari segi hukum islam2. Mengupas kasus pekawinan Deddy Corbuzier dengan Calina ditinjau dari segi hukum islam

I.3 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam pembuatan Makalah Perkawinan Beda Agama Ditinjau dari Segi Hukum Islam adalah :1. Bagaimana perkawinan beda agama ditinjau dari segi hukum islam ?2. Bagaimana kasus pekawinan Deddy Corbuzier dengan Calina ditinjau dari segi hukum islam

I.4 Metode

Metode dalam pembuatan Makalah Perkawinan Beda Agama Ditinjau dari Segi Hukum Islam adalah Metode Pustaka , yaitu metode yang dilakukan dengan mempelajari dan mengumpulkan data dari pustaka yang berhubungan dengan alat, baik berupa buku maupun informasi di internet.

BAB II STUDI KASUS

Perkawinan pesulap Dedy Corbuzier (Kristen) dan istrinya Calina (Islam). Dedy meminta penjelasan kepada Universitas Paramadina tentang hukum pernikahan beda agama dalam agama Islam. Universitas Paramadina memberikan penjelasan bahwa menurut hukum Islam perkawinan beda agama boleh untuk dilakukan. Berdasarkan penjelasan tersebut maka keduanya melangsungkan perkawinan dan menganggap perkawinannya sah karena telah dilakukan menurut ketentuan masing-masing agamannya.Dr. Zainun Kamal MA sehari-hari mengajar sebagai dosen di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarief Hidayatullah, Jakarta. Ia tak kenal Deddy Corbuzier (30) secara pribadi. Saya Cuma kenal ia di TV, kata Zainun yang berbincang dengan Bintang, Sabtu (26/2) siang. Ketika awal pekan kemarin temannya memintanya jadi pembimbing pernikahan Deddy dengan kekasihnya, Kalina Octarany, Zainun heran. Kendati heran, Zainun tak menampik. Ia bersedia jadi pembimbing pernikahan Deddy-Calina yang dilangsungkan dengan hukum Islam, Kamis (24/2) pagi di rumah Deddy di kawasan Bintaro, Tangerang. Deddy dan Kalina memang berbeda keyakinan. Deddy penganut Katolik, Calina Muslim.Zainun bercerita, akad nikah berlangsung sederhana tepat pukul 8 pagi. Deddy mengenakan busana hitam, sedang kalina berbusana serba putih. Kebaya, rok, dan kerudung Calina berwarna putih. Di studio sulap Deddy, berkumpul 20-an orang kerabat kedua mempelai. Orangtua Deddy hadir. Sedang ayah Kalina mewakilkan surat kuasa kepada orang lain untuk menikahkan Kalina. Zainun hadir di sana bukan sebagai penghulu. Saya hanya membimbing mereka. Tugas saya mengawasi segalanya berlangsung sesuai hukum Islam, kata Zainun.Saat akad, kata Zainun, Deddy terlihat terharu. Begitu pun Kalina. Seperti orang yang menikah lainnya, mereka kelihatan terharu. Tapi saya tak lihat ia menitikkan air mata, cerita Zainun. Setahu Zainun, kepada Kalina, Deddy memberikan mas kawin seperangkat alat shalat dan sebuah mobil jenis Suzuki APV. Mas kawin atau mahar itu ada di hkum nikah. Bisa apa saja. Kalau bisa memberi lebih bagus, lebih baik, kata Zainun. (Tabloid Bintang, edisi 723, Minggu keempat, Februari 2005, halaman 16).BAB III PEMBAHASAN

III.1 Pengertian Perkawinan

Perkawinan adalah ikatan lahir bathin antara pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan untuk membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (Pasal 1 UU Nomor 1 Tahun 1974).Dalam pandangan Islam, pernikahan merupakan ikatan yang amat suci dimana dua insan yang berlainan jenis dapat hidup bersama dengan direstui agama, kerabat, dan masyarakat.Perkawinan merupakan kebutuhan fitri setiap manusia yang memberikan banyak hasil yang penting, diantaranya adalah pembentukan sebuah keluarga yang didalamnya seseorang pun dapat menemukan kedamaian pikiran. Orang yang tidak kawin bagaikan seekor burung tanpa sarang. Perkawinan merupakan perlindungan bagi seseorang yang merasa seolah-olah hilang dibelantara kehidupan, orang dapat menemukan pasang hidup yang akan berbagi dalam kesenangan dan penderitaan.

III.2 Tujuan Perkawinan

Perkawinan merupakan aktivitas sepasang laki-laki dan perempuan yang terkait pada suatu tujuan bersama yang hendak dicapai. Dalam pasal 1 Undang-Undang perkawinan tahun 1974 tersebut diatas dengan jelas disebutkan, bahwa tujuan perkawinan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Menurut Walgito (2000), masalah pernikahan adalah hal yang tidak mudah, karena kebahagiaan adalah bersifat reltif dan subyektif. Subyektif karena kebahagiaan bagi seseorang belum tentu berlaku bagi orang lain, relatif karena sesuatu hal yang pada suatu waktu dapat menimbulkan kebahagiaan dan belum tentu diwaktu yang juga dapat menimbulkan kebahagiaan. Masdar Helmy (dalam Bachtiar, 2004) mengemukakan bahwa tujuan perkawinan selain memenuhi kebutuhan hidup jasmani dan rohani manusia, juga membentuk keluarga dan memelihara serta meneruskan keturunan di dunia, mencegah perzinahan, agar tercipta ketenangan dan ketentraman jiwa bagi yang bersangkutan, ketentraman keluarga dan masyarakat. Menurut Soemijati (dalam bachtiar, 2004) tujuan perkawinan adalah untuk memenuhi tuntutan hajat tabiat kemanusiaan, berhubungan antara laki-laki dan perempuan dalam rangka mewujudkan keluarga bahagia dengan dasar cinta dan kasih sayang, memperoleh keturunan yang sah dengan mengikuti ketentuan-ketentuan yang telah diatur oleh hukum. Menurut Bachtiar (2004), membagi lima tujuan perkawinan yang paling pokok adalah:1. Memperoleh keturunan yang sah dalam masyarakat, dengan mendirikan rumah tangga yang damai dan teratur2. Mengatur potensi kelamin3. Menjaga diri dari perbuatan-perbuan yang dilarang agama4. Menimbulkan rasa cinta antara suami-isteri5. Membersihkan keturunan yang hanya bisa diperoleh dengan jalan pernikahan.Sedangkan Ensiklopedia Wanita Muslimah (dalam bacthtiar, 2004), tujuan perkawinan adalah:1. Kelanggengan jenis manusia dengan adanya keturunan2. Terpeliharanya kehormatan3. Menenteramkan dan menenagkan jiwa4. Mendapatkan keturunan yang sah5. Bahu-membahu antara suami-isteri6. Mengembangkan tali silaturahmi dan memperbanyak keluargaSuardiman (dalam maharani, 2002) menunjukkan beberapa tujuan yang dicapai dalam perkawinan:a. Menuruti hasrat perkawinanb. Menurunkan keturunan untuk melestarikan jenis kelaminc. Memperluas hubungan keluargad. Memperoleh kesenangan dalam hidupnyae. Memperoleh kawan sehidup sematif. Mendidik dan membimbing anak

III.3 Rukun Perkawinan

Rukun adalah bagian dari sesuatu, sedang sesuatu itu takkan ada tanpanya. Dengan demikian, rukun perkawinan adalah :- Ada calon mempelai pengantin pria dan wanita- Ada wali pengantin perempuan- Ada dua orang saksi pria dewasa- Ada ijab (penyerahan wali pengantin wanita) dan ada qabul (penerimaan dari pengantin pria)\-Ada maharo Ijab: Ucapan yang terlebih dahulu terucap dari mulut salah satu kedua belah pihak untuk menunjukkan keinginannya membangun ikatan.o Qabul: Apa yang kemudian terucap dari pihak lain yang menunjukkan kerelaan/ kesepakatan/ setuju atas apa yang tela siwajibkan oleh pihak pertama.Dalam menikah dalam ajaran agama islam ada aturan yang perlu dipatuhi oleh calon mempelai serta keluarganya agar perkawinan yang dilakukan sah secara agama sehingga mendapat ridho dari Allah SWT.

II.4 Syarat Sah Perkawinan

1. Mempelai Laki-Laki / Pria Agama Islam Tidak dalam paksaan Pria / laki-laki normal Tidak punya empat atau lebih istri Tidak dalam ibadah ihram haji atau umroh Bukan mahram calon istri Yakin bahwa calon istri halal untuk dinikahi Cakap hukum dan layak berumah tangga Tidak ada halangan perkawinan2. Mempelai Perempuan / Wanita Beragama Islam Wanita / perempuan normal (bukan bencong/lesbian) Bukan mahram calon suami Mengizinkan wali untuk menikahkannya Tidak dalam masa iddah Tidak sedang bersuami Belum pernah lian Tidak dalam ibadah ihram haji atau umrah3. Syarat Wali Mempelai Perempuan Pria beragama islam Tidak ada halangan atas perwaliannya Punya hak atas perwaliannya

4. Syarat Bebas Halangan Perkawinan Bagi Kedua Mempelai Tidak ada hubungan darah terdekat (nasab) Tidak ada hubungan persusuan (radlaah) Tidak ada hubungan persemendaan (mushaharah) Tidak Lian Si pria punya istri kurang dari 4 orang dan dapat izin istrinya Tidak dalam ihram haji atau umrah Tidak berbeda agama Tidak talak bain kubra Tidak permaduan Si wanita tidak dalam masa iddah Si wanita tidak punya suami5. Syarat-Syarat Syah Bagi Saksi Pernikahan/Perkawinan Pria / Laki-Laki Berjumlah dua orang Sudah dewasa / baligh Mengerti maksud dari akad nikah Hadir langsung pada acara akad nikah6. Syarat-Syarat/Persyaratan Akad Nikah Yang Syah : Ada ijab (penyerahan wali) Ada qabul (penerimaan calon suami) Ijab memakai kata nikah atau sinonim yang setara. Ijab dan kabul jelas, saling berkaitan, satu majelis, tidak dalam ihrom haji/umroh.7. Pantangan / Larangan-Larangan Dalam Pernikahan/Perkawinan1. Ada hubungan mahram antara calon mempelai pria dan wanita2. Rukun nikah tidak terpenuhi3. Ada yang murtad keluar dari agama islam8. Menurut Undang-Undang Perkawinan- Perkawinan/pernikahan didasari persetujuan kedua calon mempelai- Bagi calon yang berusia di bawah 21 tahun harus punya izin orang tua atau wali yang masih ada hubungan darah dalam garis keturunan lurus atau melalui putusan pengadilan- Umur atau usia minimal untuk menikah untuk pria/laki-laki berusia 19 tahun dan untuk wanita/perempuan berumur paling tidak 16 tahun.

II.5 Perkawinan Beda Agama Menurut Hukum Islam

Secara etimologi, pernikahan berarti persetubuhan. Ada pula yang mengartikannya perjanjian (al-Aqdu). Secara terminology pernikahan menurut Abu Hanifah adalah Aqad yang dikukuhkan untuk memperoleh kenikmatan dari seorang wanita yang dilakukan dengan sengaja.Pengukuhan disini maksudnya adalah sesuatu pengukuhan yang sesuai dengan ketapatan pembuatan syariah, bukan sekedar pengukuhan yang dilakukan oleh dua orang yang saling membuat aqad (perjanjian) yang bertujuan hanya sekedar untuk mendapatkan kenikmatan semata.Menurut mazhab Maliki, pernikahan adalah Aqad yang dilakukan untuk mendapatkan kenikmatan dari wanita. Dengan aqad tersebut seseorang akan terhindar dari perbuatan haram (zina). Menurut mazhab Syafii pernikahan adalah Aqad yang menjamin diperbolehkan persetubuhan. Sedang menurut mazhab Hambali adalah Aqad yang di dalamnya terdapat lafazh pernikahan secara jelas, agar diperbolehkan bercampur.Pernikahan beda agama pada dasarnya berarti pernikahan yang dilangsungkan antar pasangan yang berbeda agama satu sama lain. Pernikahan bernuansa keragaman ini banyak terjadi dan kita jumpai didalam kehidupan bermasyarakat.Persoalan nikah beda agama dalam konteks Negara Indonesia adalah persoalan hukum. Sementara tafsiran agama-agama tentang pernikahan antara penganut agama bersangkutan dengan penganut agama lain adalah persoalan teologis dan tafsir-tafsir keagamaan.II.6 Hukum Perkawinan Beda Agama Menurut Hukum IslamKetika membicarakan tentang orang-orang yang boleh dan haram untuk dinikahi, maka kita tidak bisa melepaskan pembicaraan lebih jauh mengenai hukum menikah dengan ahli kitab, kita harus memberi batasan terlebih dahulu apa yang dimaksud ahli kitab, karena banyak orang yang mengira bahwa setiap non muslim atau orang kafir itu adalah ahli kitab.Ada banyak pendapat mengenai siapa ahli kitab. Jika kita mengacu pada beberapa ayat al-Quran yang menyebutkan ahli kitab biasanya ayat tersebut menunjuk pada komunikasi nasrani dan yahudi. Akan tetapi Imam Syafii membatasi pengertian ahli kitab hanya kepada orang-orang yahudi dan nasrani dari keturunan Bani Israil.Abu Hanifah dan beberapa ahli fiqih lain, salah satunya Imam Abu Saur menyatakan bahwa ahli kitab adalah seluruh komunitas yang mempercayai salah seorang nabi atau kitab suci yang diturunkan Allah SWT. Jadi ahli kitab menurut mereka bukan hanya menunjuk kepada komunitas yahudi dan nasrani.Sementara itu, setelah meneliti beberapa pendapat ulama, Quraish shihab dalam bukunya wawasan al-Quran mengemukakan kecenderungannya memahami ahli kitab sebagai semua penganut agama yahudi dan nasrani, kapanpun, dimanapun dan dari keturunan siapapun mereka. Pendapat ini berdasarkan pada penggunaan al-Quran terhadap istilah tersebut yang hanya terbatas pada kedua golongan tersebut (yahudi dan nasrani). Pendapat Quraish Shihab di atas termasuk pendapat yang moderat dan banyak dipegang para ulama. Maka pengertian ahli kitab lebih menunjuk kepada pengertian komunitas yahudi dan nasrani pada umumnya.

Adapun hukum pernikahan beda agama, yaitu:1. Muslimah menikah dengan laki-laki lainPermpuan muslimah tidak boleh nikah dengan laki-laki lain, baik dia itu ahli kitab ataupun lainnya dalam situasi dan keadaan apapun. Seperti firman Allah (Q.S. al-Baqarah: 221):

Dan janganlah kamu nikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik walaupun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. Dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran.Selain hukum pernikahan beda agama di atas, para tokoh Islam juga berpendapat mengenai hukum nikah beda agama, antara lain:1. Menurut Sayid Sabiq, mengatakan bahwa ulama fiqih sepakat mengharamkan perkawinan perempuan muslim dengan pria non muslim dari golongan manapun.2. Menurut Ali ash-Shabuni dalam Q.S. al-Mumthahanah ayat 10, mengandung kemutlakan yang mencakup juga ahli kitab dan non muslim lainnya termasuk murtad dari Islam.3. Menurut Maulana Muhammad Ali, mengatakan bahwa al-Quran sebenarnya tidak menyebutkan secara tegas larangan perkawinan wanita muslim dengan pria non muslim.4. Menurut Mahmoud Muhammad Toha, berpendapat bahwa larangan pengharaman perkawinan model ini karena dependensi wanita kepada pria terutama dalam bidang ekonomi dan keamanan.5. Menurut Zainun Kamal, berpendapat bahwa wanita muslim boleh menikah dengan pria non muslim manapun selain pria kafir musyrik quraisy.2. Lelaki muslim menikah dengan perempuan non muslimPernikahan seorang lelaki muslim dengan perempuan non muslim terbagi atas 2 macam:1. Lelaki muslim menikah dengan perempuan ahli kitab.Jika wanita haram menikah dengan laki-laki non muslim termasuk laki-laki ahli kitab, tidak demikian halnya dengan laki-laki muslim. Para lelaki muslim hukumnya mubah menikahi perempuan dari komunitas ahli kitab, yaitu komunitas yahudi dan nasrani. Diluar dua komunitas ini laki-laki muslim pun haram menikahinya. Firman Allah :

Makanan (sembelihan) orang-orang yang diberi Al Kitab itu halal bagimu, dan makanan kamu halal (pula) bagi mereka. (dan dihalalkan mangawini) wanita yang menjaga kehormatan diantara wanita-wanita yang beriman dan wanita-wanita yang menjaga kehormatan di antara orang-orang yang diberi Al Kitab sebelum kamu, bila kamu Telah membayar mas kawin mereka dengan maksud menikahinya, tidak dengan maksud berzina dan tidak (pula) menjadikannya gundik-gundik. (Q.S. al-Maidah : 5)Menurut Yusuf al-Qardlawi berpendapat tentang bolehnya seorang lelaki muslim menikah dengan perempuan kitabiyah, sifatnya tidak mutlak, tetapi dengan beberapa syarat yang wajib diperhatikan, yaitu:1. Kitabiyah itu benar-benar berpegang pada ajaran Samawi. Tidak ateis, tidak murtad dan tidak beragama yang bukan agama Samawi.2. Wanita kitabiyah yang muhshanah.3. Ia bukan kitabiyah yang kaumnya berada pada status permusuhan atau peperangan dengan kaum muslimin.4. Dibalik perkawinan dengan kitabiyah itu tiak akan terjadi fitnah, yaitu mafsadat atau kemurtadan (keluar dari agama Islam). Makin besar kemungkinan terjadinya kemurtadan makin besar tingkat larangan dan keharamannya. Nabi Muhammad SAW pernah menyatakan tidak bahaya dan tidak membahayakan.Walaupun hukumnya mubah, mesti diperhatikan bahwa ada beberapa keburukan yang akan terjadi manakala seorang lelaki muslim menikah dengan wanita non muslim, antara lain:1. Akan berpengaruh kepada perimbangan antara wanita Islam dengan laki-laki muslim. Akan lebih banyak wanita Islam yang tidak kawin dengan laki-laki muslim yang belum kawin. Sementara itu poligami diperketat yang malah laki-laki yang kawin dengan wanita nasrani sesuai dengan ajaran agamanya serta tidak mungkin menyetujuinya suaminya berpoligami.2. Suami mungkin terpengaruh oleh agama istrinya. Demikian pula anak-anaknya. Bila hal ini terjadi maka benar-benar menjadi kenyataan.3. Perkawinan dengan non muslimah akan menimbulkan kesulitan hubungan suami istri dan kelangsungan pendidikan anak-anaknya. Lebih-lebih jika lelaki muslim dan wanita kitabiyah berbeda tanah air, bahasa, dan budaya.Para ulama berbeda pendapat mengenai hukum perkawinan pria muslim dengan wanita ahli kitab:1. Menurut pendapat jumhur ulama baik hanafi, maliki, syafii, maupun hambali, seorang pria muslim diperbolehkan kawin dengan wanita ahli kitab yang berada dalam lindungan (kekuasaan) Negara Islam (ahli dzimmah). Pendapat ini berdasarkan firman Allah SWT yang berbunyi:Pada hari Ini dihalalkan bagimu yang baik-baik. makanan (sembelihan) orang-orang yang diberi Al Kitab itu halal bagimu, dan makanan kamu halal (pula) bagi mereka. (dan dihalalkan mangawini) wanita yang menjaga kehormatan diantara wanita-wanita yang beriman dan wanita-wanita yang menjaga kehormatan di antara orang-orang yang diberi Al Kitab sebelum kamu, bila kamu Telah membayar mas kawin mereka dengan maksud menikahinya, tidak dengan maksud berzina dan tidak (pula) menjadikannya gundik-gundik. barangsiapa yang kafir sesudah beriman (Tidak menerima hukum-hukum Islam) Maka hapuslah amalannya dan ia di hari kiamat termasuk orang-orang merugi.(Al-Maidah: 5)2. Golongan syiah imamiyah dan syiah zaidiyah berpendapat bahwa pria muslim tidak boleh kawin dengan wanita ahli kitab. Golongan ini melandaskan pendapatnya pada dalil:Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman. (al-Baqarah: 221)Golongan ini berpendapat bahwa wanita-wanita ahli kitab itu termasuk kafir, karena wanita-wanita ahli kitab itu telah musyrik (menyekutukan Allah). Firman Allah:

...dan janganlah kamu tetap berpegang pada tali (perkawinan) dengan perempuan-perempuan kafir; ...(al-Mumtahanah: 10)Kemudian dikalangan jumhur ulama yang memperbolehkan kawin dengan ahli kitab, juga berpendapat: 1. Sebagian mazhab hanafi, maliki, syafii dan hambali mengatakan bahwa hukum perkawinan itu makruh.2. Menurut pendapat sebagian mazhab maliki, ibnu qasim, khalil, mengatakan bahwa perkawinan itu diperbolehkan secara mutlak dan ini merupakan pendapat.3. Az-Zarkasyi (mazhab syafii) mengatakan bahwa pernikahan itu disunnahkan, apabila wanita ahli kitab itu diharapkan dapat masuk Islam. Sebagai contohnya adalah perkawinan Usman bin Affan dengan Nailah, sebagaimana telah dikemukakan sebelum ini. Sebagian mazhab syafii pun ada yang berpendapat demikian.2. Lelaki muslim menikah dengan perempuan non ahli kitab.Dalam hal ini banyak ulama yang melarang dengan dasar Q.S. al-Baqarah ayat 221:Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu. dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik, walaupun dia menarik hatimu. mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. (Q.S. al-Baqarah: 221)Ayat tersebut secara tegas menunjukkan keharaman menikah dengan kaum musyrik.Selain hukum pernikahan beda agama di atas, para tokoh Islam juga berpendapat mengenai hukum nikah beda agama, antara lain:1. Menurut Ibnu Umar, berpendapat bahwa hukum perkawinan pria muslim dengan wanita ahli kitab adalah haram.2. Menurut Imam Abu Hanifah dan Imam Ahmad bin Hambal, melarang perkawinan pria muslim dengan wanita musyrik dan membolehkan dengan wanita yahudi dan nasrani. Sekalipun ahli kitab tersebut meyakini trinitas tidak menjadi persoalan karena yang terpenting mereka mempunyai kitab samawi dan tetap berstatus sebagai ahli kitab.3. Menurut Rasyid Ridha, berpandangan bahwa maksud dari Q.S. al-Baqarah: 221 dan al-Mumtahanah: 10, adalah untuk melarang perkawinan pria muslim dengan wanita musyrik Arab. Dengan demikian kebolehannya bukan hanya menikah dengan perempuan yahudi dan nasrani saja, melainkan juga dengan wanita-wanita manapun, baik majusi, shabiah, hindu, budha, orang-orang china dan jepang sekalipun. Karena menurutnya mereka itu termasuk ahli kitab yang berisi tauhid sampai sekarang.Perkawinan pria muslim dengan wanita bukan ahli kitab terbagi kepada:1. Perkawinan dengan wanita musyrikAgama Islam tidak memperkenankan pri muslim kawin dengan wanita musyrik, sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah Q.S. Al-Baqarah: 221. Ayat tersebut dengan jelas melarang mengawini wanita musyrik. Demikian pendapat para ulama menegaskan demikian.2. Perkawinan dengan wanita majusiPria muslim juga tidak diperbolehkan mengawini wanita majusi (penyembah api), sebab mereka tidak termasuk ahli kitab. Demikian pendapat jumhur ulama dan yang dimaksud ahli kitab adalah yahudi dan nashara.3. Perkawinan dengan wanita shabiahShabiah adalah satu golongan dalam agama nasrani: shabiah dinisbatkan kepada Shab paman Nabi Nuh as. Ada pula yang berpendapat, dinamakan Shabiah, karena berpindah dari satu agama kepada agama lain.4. Perkawinan dengan wanita penyembah berhalaPara ulama telah sepakat, bahwa pria muslim tidak boleh kawin dengan wanita penyembah berhala dan penyembah benda-benda lainnya, karena mereka termasuk orang-orang kafir.

BAB III PENUTUP

III.1 Kesimpulan

Perkawinan adalah ikatan lahir bathin antara pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan untuk membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (Pasal 1 UU Nomor 1 Tahun 1974).Dalam pandangan Islam, pernikahan merupakan ikatan yang amat suci dimana dua insan yang berlainan jenis dapat hidup bersama dengan direstui agama, kerabat, dan masyarakat.Perkawinan merupakan kebutuhan fitri setiap manusia yang memberikan banyak hasil yang penting, diantaranya adalah pembentukan sebuah keluarga yang didalamnya seseorang pun dapat menemukan kedamaian pikiran. Orang yang tidak kawin bagaikan seekor burung tanpa sarang. Perkawinan merupakan perlindungan bagi seseorang yang merasa seolah-olah hilang dibelantara kehidupan, orang dapat menemukan pasang hidup yang akan berbagi dalam kesenangan dan penderitaan.Sebagaimana ajaran yang paripurna, Islam telah memberikan aturan yang jelas mengenai pernikahan. Karena pernikahan merupakan ritual penting yang tidak hanya menyangkut masalah fiqih. Pernikahan ternyata juga menyangkut masalah sosial, budaya dan politik yang lebih kompleks. Seorang muslim harus memandang perkawinan dari perspektif yang komprehensif. Apalagi jika menyangkut perkawinan dengan non muslim.Adapun hukum pernikahan beda agama jika disimpulkan yaitu: Suami Islam, istri ahli kitab = boleh. Suami Islam, istri kafir bukan ahli kitab = haram. Suami ahli kitab, istri Islam = haram. Suami kafir bukan ahli kitab, istri Islam = haram.Meskipun seorang laki-laki muslim boleh menikahi dengan ahli kitab tetapi bukan berarti dia bebas memilih perempuan ahli kitab yang diinginkannya. Ada beberapa ketentuan yang wajib diperhatikan atau dijaga ketika seorang lelaki muslim mengawini seorang wanita ahli kitab. Meskipun menikahi wanita-wanita ahli kitab diperbolehkan agama tetapi karena banyak madhorot yang ditimbulkannya maka sudah seharusnya seorang laki-laki muslim lebih memilih perempuan muslimah ketimbang wanita ahli kitab.Kasus perkawinan Deddy Corbuzier merupakan perkawinan yang salah menurut hokum Islam. Hal ini karena bertentangan dengan ajaran Islam. Perkawinan beda agama ini dilarang karena pengantin pria = non muslim sedangkan pengantin wanita = muslim.

III.2 Saran

Dengan disusunnya makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan pembaca tentang aturan-aturan atau ketentuan-ketentuan perkawinan beda agama menurut ketentuan agama Islam yang kami susun menurut berbagai pandangan dan dari berbagai sumber. Selain itu dengan adanya makalah ini diharapkan dapat menjadi media dakwah dan penyebaran ajaran agama Islam.

DAFTAR PUSTAKA

http://wahyusalimok.blogspot.com/2011/02/rukun-dan-syarat-perkawinan-yang-sah.htmlhttp://www.al-azim.com/masjid/infoislam/munakahat/lian.htmhttp://Perkawinan Beda Agama Ditinjau Menurut Hukum Islam/Menata Hati Diatas Sunnah NIKAH BEDA AGAMA.htmhttp://Perkawinan Beda Agama Ditinjau Menurut Hukum Islam/Makalah Pernikahan Berbeda Agama Aneka Ragam Makalah.htm