bakteri makalah klp 7

17
UJI CEMARAN MIKROBA PADA MAKANAN DAN MINUMAN (SUSU, DAGING, IKAN) 1.1 Definisi Uji Cemaran Bakteri Pada Makanan dan Minuman Pengawasan mutu dan keamanan produk makanan dan minuman sangat penting dilakukan guna memberikan jaminan kepada masyarakat bahwa produk-produk yang mega gunakan dan konsumsi memenuhi persyaratan yang telah ditentukan. Makanan dan minuman sangat cocok untuk pertumbuhan bakteri karena mengandung nutrisi yang dibutuhkan dalam metabolisme kuman. (Widianti dkk,2004). Namun makanan dan minuman juga dapat menimbulkan gangguan kesehatan. Kurangnya hygiene dan sanitasi merupakan faktor yang menunjang terjadinya penyakit yang berasal dari makanan atau minuman yang tercemar( Mukono, 1996 ). Uji cemaran bakteri pada makanan dapat diartikan sebagai percobaan yang dilakukan dengan berbagai metode untuk mengetahui mutu suatu makanan atau minuman yang disebabkan oleh mikroorganisme pathogen yang dianggap berbahaya bagi kesehatan manusia. Penyakit akibat pangan (food borne diseases) yang terjadi segera setelah mengkonsumsi pangan, umumnya disebut dengan keracunan. Pangan dapat menjadi beracun karena telah terkontaminasi oleh bakteri patogen yang kemudian dapat tumbuh dan berkembang biak selama penyimpanan, sehingga mampu memproduksi toksin yang dapat membahayakan manusia. Selain itu, ada juga makanan yang secara alami sudah bersifat racun seperti beberapa jamur/tumbuhan dan hewan. Umumnya bakteri yang terkait dengan keracunan makanan

Upload: ayucandraa

Post on 28-Dec-2015

38 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Pengawasan mutu dan keamanan produk makanan dan minuman sangat penting dilakukan guna memberikan jaminan kepada masyarakat bahwa produk-produk yang mega gunakan dan konsumsi memenuhi persyaratan yang telah ditentukan. Makanan dan minuman sangat cocok untuk pertumbuhan bakteri karena mengandung nutrisi yang dibutuhkan dalam metabolisme kuman. (Widianti dkk,2004). Namun makanan dan minuman juga dapat menimbulkan gangguan kesehatan. Kurangnya hygiene dan sanitasi merupakan faktor yang menunjang terjadinya penyakit yang berasal dari makanan atau minuman yang tercemar( Mukono, 1996 ). Uji cemaran bakteri pada makanan dapat diartikan sebagai percobaan yang dilakukan dengan berbagai metode untuk mengetahui mutu suatu makanan atau minuman yang disebabkan oleh mikroorganisme pathogen yang dianggap berbahaya bagi kesehatan manusia.

TRANSCRIPT

Page 1: Bakteri Makalah Klp 7

UJI CEMARAN MIKROBA PADA MAKANAN DAN MINUMAN

(SUSU, DAGING, IKAN)

1.1 Definisi Uji Cemaran Bakteri Pada Makanan dan Minuman

Pengawasan mutu dan keamanan produk makanan dan minuman sangat penting

dilakukan guna memberikan jaminan kepada masyarakat bahwa produk-produk yang

mega gunakan dan konsumsi memenuhi persyaratan yang telah ditentukan.

Makanan dan minuman sangat cocok untuk pertumbuhan bakteri karena mengandung

nutrisi yang dibutuhkan dalam metabolisme kuman. (Widianti dkk,2004). Namun

makanan dan minuman juga dapat menimbulkan gangguan kesehatan. Kurangnya hygiene

dan sanitasi merupakan faktor yang menunjang terjadinya penyakit yang berasal dari

makanan atau minuman yang tercemar( Mukono, 1996 ). Uji cemaran bakteri pada

makanan dapat diartikan sebagai percobaan yang dilakukan dengan berbagai metode untuk

mengetahui mutu suatu makanan atau minuman yang disebabkan oleh mikroorganisme

pathogen yang dianggap berbahaya bagi kesehatan manusia.

Penyakit akibat pangan (food borne diseases) yang terjadi segera setelah

mengkonsumsi pangan, umumnya disebut dengan keracunan. Pangan dapat menjadi

beracun karena telah terkontaminasi oleh bakteri patogen yang kemudian dapat tumbuh

dan berkembang biak selama penyimpanan, sehingga mampu memproduksi toksin yang

dapat membahayakan manusia. Selain itu, ada juga makanan yang secara alami sudah

bersifat racun seperti beberapa jamur/tumbuhan dan hewan. Umumnya bakteri yang

terkait dengan keracunan makanan diantaranya adalah Salmonella, Shigella,

Campylobacter, Listeria monocytogenes, Yersinia enterocolityca, Staphylococcus

aureus, Clostridium perfringens, Clostridium botulinum, Bacillus cereus, Vibrio

cholerae. Vibrio parahaemolyticus, E.coli enteropatogenik dan Enterobacter sakazaki.

Pengujian cemaran bakteri dilakukan pada sediaan obat, obat tradisional, makanan,

minuman, kosmetika, dan alat kesehatan. pengujian cemaran bakteri mencakup berbagai

cara, seperti:

1. Angka lempeng total (ALT)

2. Metode filtrasi

3. Angka kapang-khamir (AKK)

4. Pemeriksaan bakteri patogen

Page 2: Bakteri Makalah Klp 7

1.2 Manfaat Pengujian Bakteri

Tingkat konsumsi masyarakat terhadap obat, obat tradisional, makanan, dan minuman

cenderung terus bertambah seiring dengan perubahan pola konsumsi masyarakat. Namun

demikian, masih banyak masyarakat yang belum menyadari risiko dan dampak

mengonsumsi suatu produk yang tidak memenuhi kuaitas secara mikrobiologis terhadap

kesehatan. Oleh karena itu manfaat pemeriksaan dan pengawasan terhadap mutu produk

secara mikrobiologis adalah untuk mejamin keamanan, keselamatan, dan kesehatan

masyarakat dalam mengonsumsi atau menggunakan produk-produk tersebut.

Manfaat lain dari pengujian bakteri yang terkandung dalam makanan tersebut adalah

untuk mengetahui layak atau tidaknya suatu bahan makanan untuk dikonsumsi oleh

masyarakat, maka perlu dilakukan pengujian mikroba, salah satu cara tersebut adalah

dengan analisis kuantitatif mikrobiologi pada bahan pangan (Buckle 1987).

Pengujian mutu suatu bahan pangan diperlukan berbagai uji yang mencakup uji fisik,

uji kimia, uji mikrobiologi, dan uji organoleptik. Uji mikrobiologi merupakan salah satu

uji yang penting, karena selain dapat menduga daya tahan simpan suatu makanan, juga

dapat digunakan sebagai indikator sanitasi makanan atau indikator keamanan makanan.

Pengujian mikrobiologi diantaranya meliputi uji kualitatif untuk menetukan mutu  dan

daya tahan suatu makanan, uji kuantitatif bakteri patogen untuk menentukan tingkat

keamanannya, dan uji bakteri indikator untuk mengetahui tingkat sanitasi makanan

tersebut (Fardiaz, 1993).

1.3 Jenis-Jenis Pengujian Bakteri Patogen Pada Makanan

1. Uji penduga atau perkiraan (presumptive test)Merupakan tes pendahuluan tentang ada tidaknya kehadiran bakteri koliform

berdasarkan terbentuknya asam dan gas disebabkan karena fermentasi laktosa oleh bakteri golongan koli. Terbentuknya asam dilihat dari kekeruhan pada media laktosa, dan gas yang dihasilkan dapat dilihat dalam tabung Durham berupa gelembung udara. Tabung dinyatakan positif jika terbentuk gas sebanyak 10% atau lebih dari volume di dalam tabung Durham. Banyaknya kandungan bakteri Escherichia coli dapat dilihat dengan menghitung tabung yang menunjukkan reaksi positif terbentuk asam dan gas dan dibandingkan dengan tabel MPN. Metode MPN dilakukan untuk menghitung jumlah mikroba di dalam contoh yang berbentuk cair. Bila inkubasi 1 x 24 jam hasilnya negatif, maka dilanjutkan dengan inkubasi 2 x 24 jam pada suhu 37o C. Jika dalam waktu 2 x 24 jam tidak terbentuk gas dalam tabung Durham, dihitung sebagai hasil negatif. Jumlah tabung yang positif dihitung pada masing-masing seri. MPN penduga dapat dihitung dengan melihat tabel MPN.

2. Uji penguat atau penegasan  (confirmed test)

Page 3: Bakteri Makalah Klp 7

Hasil uji dugaan dilanjutkan dengan uji ketetapan. Dari tabung yang positif terbentuk asam dan gas terutama pada masa inkubasi 1x 24 jam, suspensi ditanamkan pada media Briliant Green Lactose Bile Broth (BGLB) secara aseptik dengan menggunakan jarum inokulasi.

3. Uji pelengkap atau kepastian  (completed test)Pengujian selanjutnya dilanjutkan dengan uji kelengkapan untuk menentukan bakteri

Escherichia coli.

4. Uji Indol

Uji Indol bertujuan untuk menentukan kemampuan bakteri dalam memecah

asam amino triptofan. Media ini biasanya digunakan dalam indetifikasi yang cepat.

Hasil uji indol yang diperoleh negatif karena tidak terbentuk lapisan (cincin)

berwarna merah muda pada permukaan biakan, artinya bakteri ini tidak

membentuk indol dari tryptopan sebagai sumber karbon, yang dapat diketahui

dengan menambahkan larutan kovacs. Asam amino triptofan merupakan komponen

asam amino yang lazim terdapat pada protein, sehingga asam amino ini dengan

mudah dapat digunakan oleh mikroorganisme akibat penguraian protein (Sugianto,

2012).

5. Uji TSIA

Pada uji TSIA warna media slant berubah menjadi merah karena bakteri bersifat

basa ini menandakan bahwa bakteri ini tidak memfermentasi laktosa dan sukrosa.

Pada media daerah butt media berubah berwarna kuning ini menandakan bakteri

memfermentasi glukosa. Pembentukan gas positif ini hasil dari fermentasi H2dan

CO2 dapat dilihat dari pecahnya dan terangkatnya agar.Pembentukan H2S positif

ditandai dengan adanya endapan berwarna hitam. TSIA agar mengadung laktosa

dan sukrosa dalam konsentrasi 1%, glukosa 0,1% dan phenol red sebagai indikator

yang menyebabkan perubahan warna dari merah orange menjadi kuning dalam

suasana asam. TSIA juga mengandung natrium trisulfat, yaitu suatu substrat untuk

penghasil H2S, ferro sulfat menghasilkan FeS (precipitat), bewarna hitam untuk

membedakan bakteri H2S dengan bakteri-bakteri lainnya (Sugianto, 2012).

Page 4: Bakteri Makalah Klp 7

6. Uji urease

Uji urease digunakan untuk mengetahui kemampuan mikroba menghidrolisis

urea menjadi amonia. Enzim urease akan menguraikan urea menjadi amonia. Uji

urease menunjukkan hasil positif jika terjadi perubahan warna dari kuning menjadi

merah keunguan.Hasil uji urease negatif jika tidak terjadi perubahan warna dari

kuning menjadi merah keunguan (Sugianto, 2012).

7. Uji Dekarboksilasi Lysin

Uji Dekarboksilasi Lysin menggunakan media Xylose-Lysine- Desoxycholate

Agar medium digunakan untuk isolasi Salmonella dan memilah organisme lain

dengan cara memfermentasi xylose, dekarboksilasi lysine dan produksi H2S.

Fermentasi xylose sangat lazim bagi kebanyakan organisme enterik kecuali,

Shigella, Providencia,Edwardsiella. Pada media ini, Salmonella akan membentuk

koloni merah dengan inti hitam, sedang Pseudomonas dapat tumbuh dengan warna

merah dan Eschericia berwarna kuning. Mikroba lain yang dapat tumbuh pada

media ini antara lain Arizona, Proteus, Aerobacter, Klebsiella, Citrobacter. Begitu

banyak mikroba yang dapat tumbuh, sehingga media ini kurang dapat memilah

Salmonella pada tahap awal. Lebih baik digunakan untuk tahap konfirmasi

kontaminan Salmonella (Sugianto, 2012).

8. Uji β-galaktosidase

Uji β-galaktosidase digunakan utuk identifikasi beberapa jenis bakteri seperti

Salmonella. Enzim β-galaktosidase merupakan enzim yang dapat mengubah

laktosa menjadi glukosa dan galaktosa. Beberapa mikroorganisme seperti E. coli,

Page 5: Bakteri Makalah Klp 7

dapat menggunakan laktosa sebagai sumber karbon.Selain laktosa, substrat alamiah

dari enzim, adalah bahan yang sangat penting, ONPG (o-nitro-phenyl-β-D-

galactopyranoside), dapat digunakan pula.Β-galaktosidase dapat mengkatalisis

ONPG menjadi galaktosa dan o-nitrofenol. ONPG tidak berwarna tetapi setelah

hidrolisis menjadi o-nitrofenol, akan timbul warna kuning pada larutan yang alkali.

beberapa jenis bakteri yang mampu melakukan fermentasi terhadap karbohidrat

Streptococcus, Lactobacillus, Zygomonas, Saccharomycetes, Escherichia,

Enterobacter, Salmonella (Sugianto, 2012).

9. Uji Serologi

Uji serologi tidak terjadi aglutinasi pada penambahan antisera polivalen O, H, dan Vi.

10. Uji Voges Proskauer

Uji Voges Proskauer bertujuan untuk mengidentifikasi jenis bakteri Untuk

membedakan bakteri Escherichia coli dengan Enterobacter aerogenes. Hasilnya

uji ini negatif, karena tidak terbentuk warna merah pada medium setelah

ditambahkan á-napthol dan KOH, artinya hasil akhir fermentasi bakteri ini bukan

asetil metil karbinol (asetolin).Salmonella positif jika pada uji biokimia yang

dilakukan hasilnya sebagai berikut:

Uji Voges-Proskauer positif ditandai dengan warna biakan menjadi merah muda

sampai merah menyala setelah ditetesi larutan alfa naftol dan KOH 40 % (3:1). Pada

uji ini terjadi pembentukan asetimetilkarbinol dari dekstrosa.

Page 6: Bakteri Makalah Klp 7

11. Uji Sitrat

Uji sitrat positif ditunjukkan oleh perubahan warna biakan dari hijau menjadi biru

karena terbentuknya natrium karbonat hasil reaksi enzimatis yang mengubah indikator

bromtimol biru pada media.

1.4 Prosedur Pengujian Bakteri Patogen Pada Makanan

1.4.1 E. coli

1. Uji Penduga atau Perkiraan

Dari campuran makanan dengan larutan garam fisiologis dengan perbandingan

1:9, diambil sebanyak 10 mL dimasukkan ke dalam media LBDSS dan LBSS.

Diinkubasi selama 24 jam dengan suhu 370C. Setelah diinkubasi, jika ada

gelembung dalam tabung durham dengan volume ½ dari volume media maka

dihitung positif.

2. Uji Penguat atau Penegasan (Confirmed Test)

Sampel positif dari uji penduga atau perkiraan diambil 1-2 ose, kemudian ditanam

ke dalam media Briliant Green Lactose Bile Broth (BGLB). Diinkubasi selama 24

jam dengan suhu 370C. Setelah diinkubasi, jika ada gelembung dalam tabung

durham dengan volume ½ dari volume media maka dihitung positif.

3. Uji pelengkap atau kepastian  (completed test)Dari koloni yang berwarna pada uji penguat diinokulasikan ke dalam medium agar miring Nutrient Agar ( NA ), dengan jarum inokulasi secara aseptik. Diinkubasi pada suhu 370C selama 1 x 24 jam. Bila hasilnya positif dari media agar miring NA dibuat pewarnaan Gram dimana bakter Escherichia coli menunjukkan Gram negatif berbentuk batang pendek.

4. Uji indol

Dari biakan murni nutrient agar miring, diinokulasikan 1 sengkelit biakan ke dalam

media methyl red-voges proskauer (MR-VP), kemudia diinkubasi pada suhu 370C

selama 48 jam. Dengan menggunakan pipet, 5 mL biakan dipindahkan kedalam

tabung reaksi, ditambahkan 5 tetes methyl red dan dikocok sampai homogen. Warna

kuning menunjukkan reaksi negatif dan warna merah menunjukkan hasil positif.

5. Uji voges proskauer

Page 7: Bakteri Makalah Klp 7

Dari biakan murni nutrient agar miring, diinokulasikan 1 sengkelit biakan ke dalam

media methyl red-voges proskauer (MR-VP), kemudia diinkubasi pada suhu 370C

selama 48 jam.

Dengan menggunakan 1 mL biakan dipindahakan kedalam tabung reaksi,

ditambahkan 0,5 mL larutan -naftol da 0,2 mL larutan kalium hidroksida, kemudian

dikocok sampai homogen dan didiamkan selama 2-4 jam. Warna merah muda hingga

merah tua menunjukkan reaksi positif, sedangkan warna tidak berubah menunjukkan

reaksi negatif.

6. Uji sitrat

Dari biakan murni nutrient agar miring, diinokulasikan 1 sengkelit biakan ke dalam

media simmon citrat kemudian diinkubasi pada suhu 370C selama 48-96 jam. Warna

biru menunjukkan reaksi positif, sedangkan warna hijau menunjukkan hasil negatif.

1.4.2 Clostridium perfringers

1. Uji Pada Urea Agar

Koloni dugaan salmonella digoreskan pada permukaan media agar miring,

kemudian diinkubasi pada suhu 370C selam 24 jam. Timbulnya warna merah

muda mennjukkan reaksi positif, sedangkan tidak ada perubahan reaksi negatif.

2. Uji Dekarboksilasi Lisin

Koloni dugaan salmonella diinokulasikan pada pembenihan cair lisyn

dekarboksilase broth kemudian diinkubasi pada suhu 370C selama 48 jam.

Timbulnya warna ungu menunjukkan reaksi positif.

3. Uji Serologi

Koloni dugaan salmonella diambil sebanyak 1 sengkelit dan disuspensikan

dengan 1 tetes larutan NaCl fisiologis pada kaca objek. Selanjutnya, suspensi

diteteskan dengan antiserum salmonella polivalen O dan dihomogenkan dengan

menggoyangkan kaca objek atau menggunakan sengkelit. Pengamatan dilakukan

selaa 5 menit. Salmonella positif jika terjadi aglutinasi.

1.4.3 Staphylococcus aureus

Sampel yang akan diperiksa dihomogenkan dan diencerkan dengan larutan

peptone dilution fluid (PDF) hingga didapatkan pengenceran 10-1. Sebanyak 2,0

Page 8: Bakteri Makalah Klp 7

ml larutan sampel hasil pengenceran 10-1 diambil dan dimasukkan ke dalam

tabung reaksi yang berisi 18,0 ml media trypticase soy broth (TSB) lalu diikubasi

pada suhu 37oC selama 24-48 jam. Biakan dalam TSB kemudian diinokulkasikan

dengan menghunakan ose pada lempeng media baird parker agar (BPA).

Perlakuan yang sama diberlakukan juga pada kontrol positif dengan

menggoreskan Staphylococcus aureus pada media yang sama. Semua biakan

diinkubasi pada suhu 37oC selama 24-48 jam dengan posisi cawan terbalik.

Koloni yang diduga merupakan staphylococcus aureus adalah koloni spesifik yang

berwarna hitam mengkilat dengan lingkaran cerah disekelilingnya.

Selanjutnya koloni dugaan yang spesifik dipilih dari biakan BPA untuk dilakukan

uji konirmasi, yaitu uji koagulase. Kurang lebih 10 koloni dugaan staphylococcus

dipilih dari biakan BPA dan diinokulasikan ke dalam media brain heart infusion

broth (BHIB). Biakan diinkubasi pada suhu 37oC selama 20-24 jam. Sebanyak 0,1

ml dari setiap biakan dalam BHIB dipipet dan dipindahkan ke dalam tabung reaksi

steril. Selanjutnya ditambahkan 0,3 ml plasma penguji pada masing-masing

tabung. Tabung kemudian diinkubasi pada suhu 37oC selama 4-6 jam. Diamati

adanya reaksi penggumpalan plasma. Penggumpalan menunjukkan koagulase

Staphylococcus aureus positif.

1.4.4 Salmonella typhi

1. Penanaman pada media triple sugar iron agar (TSIA)

Koloni dugaan salonella dipindahakna ke pembenihan miring TSIA dengan

cara menggores pada bagian miring dan menusuk pada bagian tegak

pembenihan, kemudian diinkubasi pada suhu 37oC selama 24-48 jam.

Perubahan yang terjadi diamati :

Pada bagian tegak, salmonella akan :

- Memfermentasi glukosa, warna media tetap ungu.

- Tidak memfermentasi sukrosa, warna media tetap ungu.

- Membentuk H2S, warna media berubah dari warna ungu menjadi hitam.

Pada bagian miring, salmonella akan:

- Memfermentasi laktosa atau sakarosa, warna media menjadi kuning

- Tidak memfermentasi laktosa dan sakarosa, warna media tetap merah atau

tidak berubah.

Page 9: Bakteri Makalah Klp 7

2. Uji pada urea agar

Koloni dugaan salmonella digoreskan pada permukaan media urea agar

miring. Kemudian diinkubasi pada suhu 37oC selama 24 jam. Timbulnya

warna merah muda menunjukkan reaksi positif, sedangkan tidak ada

perubahan warna menunjukkan reaksi negatif.

3. Uji dekarboksilasi lisin

Koloni dugaan salmonella diinokulasikan pada pembenihan cair lysine

decarboxylase broth, kemudian diinkubasi pada suhu 37oC selama 48 jam.

Timbulnya warna ungu menunjukkan reaksi positif.

4. Uji voges proskauer

Koloni dugaa salmonella dimasukkan masing-masing 1 ose ke dalam 2 tabung

reaksi yang msing-masing berisi 0,2 mL pembenihan voges proskauer (VP).

Tabung ke-1 diinkubasi pada suhu kamar dan tabung ke-2 diinkubasi pada

suhu 37oC selama 24-48 jam. Selanjutnya, pada setiap tabung, diteteskan 2

tetes larutan kreatin, 3 tetes larutan α-naftol, dan 2 tetes pereaksi KOH.

Pengocokan dilakukan tiap kali pereaksi ditambahkan. Pengamatan dilakukan

selama 15 menit, terbentuknya warna merah jambu sampai merah tua

menunjukkan hasil positif, sedangkan jika tidak berubah, menunjukkan reaksi

negatif.

5. Uji indol

Koloni dugaan salmonella diinokulasikan sebanyak 1 sengkelit ke dalam

media indol dalam tabung, kemudian diinkubasi pada suhu 37oC selama 24

jam. Selanjutnya, ditambahkan 1 ml pereaksi indol. Terbentuknya gelang

merah menunjukkan reaksi positif, sedangkan bila tidak berwarna atau kuning

kecoklatan, menunjukkan reaksi negatif.

6. Uji serologi

Koloni dugaan salmonella diinokulasikan sebanyak 1 sengkelit dan

disuspensikan dengan satu tetes larutan NaCL fisiologis pada kaca objek.

Selanjutnya, suspensi ditetesi dengan antiserum Salmonella polivalein O dan

dihomogenkan dengan menggoyangkan kaca objek atau menggunakan

Page 10: Bakteri Makalah Klp 7

sengkelit. Pengamatan dilakukan selama 5 menit, Salmonella positif jika

terjadi aglutinasi.

1.4.5 Vibrio cholera

1. Penanaman pada media triple sugar iron agar (TSIA)

Satu ose biakan diambil dari biakan nutrien agar miring dan diinokulasikan

pada media TSI agar, kemudian diinkubasi pada suhu 37oC selama 24 jam.

Biakan vibrio cholera akan berwarna kuning dipermukaan dan di dasar tabung

tanpa pembentukan gas H2S.

2. Uji oksidase

Kertas saring (6x6 cm) disiapkan di dalam cawan petri. Bagian tengah kertas

diberi tiga tetes pereaksi tetra metil paraphenilendiamin. Selanjutnya, satu ose

biakan diambil dari biakan nutrien agar miring dan ditotolkan pada bagian

kertas saring yang sudah jenuh dengan peraksi sepanjang 3-6 mm.

Pembentukan warna ungu tua yang cepat menunjukkan reaksi positif. Vibrio

cholera memberikan reaksi oksidase positif.

3. Uji fermentasi karbohidrat

Satu ose biakan diambil dari biakan nutrien agar miring dan diinokulasikan

pada sejumlah media peptone sugar broth yang masing-masing ditambahkan

glukosa, sukrosa, manosa, manitol. Selanjutnya diinkubasi pada suhu 37oC

selama 4-5 hari dan diamati setiap hari. Mumculnya warna kuning

menunjukkan terbentuknya asam, yang berarti terjadi proses fermentasi.

Vibrio cholera dapat memfermentasi glukosa, sukrosa , manosa, dan manitol.

4. Uji motilitas

Satu ose biakan diambil dari biakan nutrien agar miring dan diinokulasikan

dengan cara ditusukkan kedalam media motilitas, kemudian diinkubasi pada

suhu, 37oC selama 18-24 jam. Adanya pertumbuhan menyebar diamati

disekitar tusukan. Vibrio cholera menunjukkan motilitas positif.

5. Pewarnaan gram

Vibrio cholera merupakan bakteri gram negatif yang berbentuk batang

bengkok.

Page 11: Bakteri Makalah Klp 7

DAFTAR PUSTAKA

 

Dwidjoseputro, D. 1994. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta : Djambatan.

Hadioetomo, R.S. 1993. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. Jakarta : Gramedia.

Lay, B.. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Lim,D. 1998. Microbiology, 2nd Edition. New york: McGrow-hill book.

Mila Ermila. 2005. Penuntun Praktikum Mikrobiologi. Jakarta.

Suriawiria, U. 2005. Mikrobiologi Dasar. Jakarta : Papas Sinar Sinanti.

Info POM.2008.Pengujian Mikrobiologi Pangan. Pusat Informasi Obat dan Makanan Badan

Pengawas Obat dan Makanan:Jakarta

Amirin, Roni. 2011. Salmonella thypi. Tersedia pada : http://roniamirin.blogspot.com/2011/04/salmonella-typhi.html (Diakses tanggal 6 Maret 2014)

Anonim. 2010. Escherichia coli. Tersedia pada : http://signaterdadie.wordpress.com/2010/02/17/escherichia-coli/ (Diakses tanggal 6 Maret 2014)

Anonim. 2011. Manfaat dan Bahaya Bakteri E. coli. Tersedia pada : http://www.emingko.com/2011/06/manfaat-dan-bahaya-bakteri-e-coli.html (Diakses tanggal 6 Maret 2014)

Anonim. 2013. Makanan. Tersedia pada : (Diakses tanggal 6 Maret 2014)Fauzi. 2011. Clostridium perfringens. Tersedia pada :

http://fauzi-madiun.blogspot.com/2011/09/clostridium-perfringens.html (Diakses tanggal 6 Maret 2014)

Hidayat, Adnan. 2012. Salmonella thypi. Tersedia pada : http://adnanhidayat32.blogspot.com/2012/04/salmonella-typhi.html (Diakses tanggal 6 Maret 2014)

Lia. 2012. Uji Mokrobiologi Bahan Pangan. Tersedia pada : http://liajegeg2.blogspot.com/2012/12/uji-mikrobiologi-bahan-pangan.html (Diakses tanggal 6 Maret 2014)

Prayoga, Rizad Dwi. 2012. Bakteri Vibrio cholera. Tersedia pada : http://rizadwiprayoga.blogspot.com/2012/11/bakteri-vibrio-cholerae.html (Diakses tanggal 6 Maret 2014)

Rampah , Bona Lintong. 2011. Bakteri Patogen pada Makanan. Tersedia pada : http://bonfreehsbmine.blogspot.com/2011/06/bakteri-patogen-pada-makanan.html (Diakses tanggal 6 Maret 2014)

Sumarno.1987.Penuntun Praktikum Bakteriologi.Yogyakarta:CV Karyono

Page 12: Bakteri Makalah Klp 7

Ulmiati, Nahda. 2013. Bakteri Clostridium pefringens. Tersedia pada : http://nada-ilmu-23.blogspot.com/2013/01/bakteri-clostridium-perfringens.html (Diakses tanggal 6 Maret 2014)

Yalun. 2008. Mengenal Bakteri Escherichia coli. Tersedia pada : http://yalun.wordpress.com/2008/10/07/mengenal-bakteri-escherichia-coli/ (Diakses tanggal 6 Maret 2014)