bakteri makalah klp 7
DESCRIPTION
Pengawasan mutu dan keamanan produk makanan dan minuman sangat penting dilakukan guna memberikan jaminan kepada masyarakat bahwa produk-produk yang mega gunakan dan konsumsi memenuhi persyaratan yang telah ditentukan. Makanan dan minuman sangat cocok untuk pertumbuhan bakteri karena mengandung nutrisi yang dibutuhkan dalam metabolisme kuman. (Widianti dkk,2004). Namun makanan dan minuman juga dapat menimbulkan gangguan kesehatan. Kurangnya hygiene dan sanitasi merupakan faktor yang menunjang terjadinya penyakit yang berasal dari makanan atau minuman yang tercemar( Mukono, 1996 ). Uji cemaran bakteri pada makanan dapat diartikan sebagai percobaan yang dilakukan dengan berbagai metode untuk mengetahui mutu suatu makanan atau minuman yang disebabkan oleh mikroorganisme pathogen yang dianggap berbahaya bagi kesehatan manusia.TRANSCRIPT
UJI CEMARAN MIKROBA PADA MAKANAN DAN MINUMAN
(SUSU, DAGING, IKAN)
1.1 Definisi Uji Cemaran Bakteri Pada Makanan dan Minuman
Pengawasan mutu dan keamanan produk makanan dan minuman sangat penting
dilakukan guna memberikan jaminan kepada masyarakat bahwa produk-produk yang
mega gunakan dan konsumsi memenuhi persyaratan yang telah ditentukan.
Makanan dan minuman sangat cocok untuk pertumbuhan bakteri karena mengandung
nutrisi yang dibutuhkan dalam metabolisme kuman. (Widianti dkk,2004). Namun
makanan dan minuman juga dapat menimbulkan gangguan kesehatan. Kurangnya hygiene
dan sanitasi merupakan faktor yang menunjang terjadinya penyakit yang berasal dari
makanan atau minuman yang tercemar( Mukono, 1996 ). Uji cemaran bakteri pada
makanan dapat diartikan sebagai percobaan yang dilakukan dengan berbagai metode untuk
mengetahui mutu suatu makanan atau minuman yang disebabkan oleh mikroorganisme
pathogen yang dianggap berbahaya bagi kesehatan manusia.
Penyakit akibat pangan (food borne diseases) yang terjadi segera setelah
mengkonsumsi pangan, umumnya disebut dengan keracunan. Pangan dapat menjadi
beracun karena telah terkontaminasi oleh bakteri patogen yang kemudian dapat tumbuh
dan berkembang biak selama penyimpanan, sehingga mampu memproduksi toksin yang
dapat membahayakan manusia. Selain itu, ada juga makanan yang secara alami sudah
bersifat racun seperti beberapa jamur/tumbuhan dan hewan. Umumnya bakteri yang
terkait dengan keracunan makanan diantaranya adalah Salmonella, Shigella,
Campylobacter, Listeria monocytogenes, Yersinia enterocolityca, Staphylococcus
aureus, Clostridium perfringens, Clostridium botulinum, Bacillus cereus, Vibrio
cholerae. Vibrio parahaemolyticus, E.coli enteropatogenik dan Enterobacter sakazaki.
Pengujian cemaran bakteri dilakukan pada sediaan obat, obat tradisional, makanan,
minuman, kosmetika, dan alat kesehatan. pengujian cemaran bakteri mencakup berbagai
cara, seperti:
1. Angka lempeng total (ALT)
2. Metode filtrasi
3. Angka kapang-khamir (AKK)
4. Pemeriksaan bakteri patogen
1.2 Manfaat Pengujian Bakteri
Tingkat konsumsi masyarakat terhadap obat, obat tradisional, makanan, dan minuman
cenderung terus bertambah seiring dengan perubahan pola konsumsi masyarakat. Namun
demikian, masih banyak masyarakat yang belum menyadari risiko dan dampak
mengonsumsi suatu produk yang tidak memenuhi kuaitas secara mikrobiologis terhadap
kesehatan. Oleh karena itu manfaat pemeriksaan dan pengawasan terhadap mutu produk
secara mikrobiologis adalah untuk mejamin keamanan, keselamatan, dan kesehatan
masyarakat dalam mengonsumsi atau menggunakan produk-produk tersebut.
Manfaat lain dari pengujian bakteri yang terkandung dalam makanan tersebut adalah
untuk mengetahui layak atau tidaknya suatu bahan makanan untuk dikonsumsi oleh
masyarakat, maka perlu dilakukan pengujian mikroba, salah satu cara tersebut adalah
dengan analisis kuantitatif mikrobiologi pada bahan pangan (Buckle 1987).
Pengujian mutu suatu bahan pangan diperlukan berbagai uji yang mencakup uji fisik,
uji kimia, uji mikrobiologi, dan uji organoleptik. Uji mikrobiologi merupakan salah satu
uji yang penting, karena selain dapat menduga daya tahan simpan suatu makanan, juga
dapat digunakan sebagai indikator sanitasi makanan atau indikator keamanan makanan.
Pengujian mikrobiologi diantaranya meliputi uji kualitatif untuk menetukan mutu dan
daya tahan suatu makanan, uji kuantitatif bakteri patogen untuk menentukan tingkat
keamanannya, dan uji bakteri indikator untuk mengetahui tingkat sanitasi makanan
tersebut (Fardiaz, 1993).
1.3 Jenis-Jenis Pengujian Bakteri Patogen Pada Makanan
1. Uji penduga atau perkiraan (presumptive test)Merupakan tes pendahuluan tentang ada tidaknya kehadiran bakteri koliform
berdasarkan terbentuknya asam dan gas disebabkan karena fermentasi laktosa oleh bakteri golongan koli. Terbentuknya asam dilihat dari kekeruhan pada media laktosa, dan gas yang dihasilkan dapat dilihat dalam tabung Durham berupa gelembung udara. Tabung dinyatakan positif jika terbentuk gas sebanyak 10% atau lebih dari volume di dalam tabung Durham. Banyaknya kandungan bakteri Escherichia coli dapat dilihat dengan menghitung tabung yang menunjukkan reaksi positif terbentuk asam dan gas dan dibandingkan dengan tabel MPN. Metode MPN dilakukan untuk menghitung jumlah mikroba di dalam contoh yang berbentuk cair. Bila inkubasi 1 x 24 jam hasilnya negatif, maka dilanjutkan dengan inkubasi 2 x 24 jam pada suhu 37o C. Jika dalam waktu 2 x 24 jam tidak terbentuk gas dalam tabung Durham, dihitung sebagai hasil negatif. Jumlah tabung yang positif dihitung pada masing-masing seri. MPN penduga dapat dihitung dengan melihat tabel MPN.
2. Uji penguat atau penegasan (confirmed test)
Hasil uji dugaan dilanjutkan dengan uji ketetapan. Dari tabung yang positif terbentuk asam dan gas terutama pada masa inkubasi 1x 24 jam, suspensi ditanamkan pada media Briliant Green Lactose Bile Broth (BGLB) secara aseptik dengan menggunakan jarum inokulasi.
3. Uji pelengkap atau kepastian (completed test)Pengujian selanjutnya dilanjutkan dengan uji kelengkapan untuk menentukan bakteri
Escherichia coli.
4. Uji Indol
Uji Indol bertujuan untuk menentukan kemampuan bakteri dalam memecah
asam amino triptofan. Media ini biasanya digunakan dalam indetifikasi yang cepat.
Hasil uji indol yang diperoleh negatif karena tidak terbentuk lapisan (cincin)
berwarna merah muda pada permukaan biakan, artinya bakteri ini tidak
membentuk indol dari tryptopan sebagai sumber karbon, yang dapat diketahui
dengan menambahkan larutan kovacs. Asam amino triptofan merupakan komponen
asam amino yang lazim terdapat pada protein, sehingga asam amino ini dengan
mudah dapat digunakan oleh mikroorganisme akibat penguraian protein (Sugianto,
2012).
5. Uji TSIA
Pada uji TSIA warna media slant berubah menjadi merah karena bakteri bersifat
basa ini menandakan bahwa bakteri ini tidak memfermentasi laktosa dan sukrosa.
Pada media daerah butt media berubah berwarna kuning ini menandakan bakteri
memfermentasi glukosa. Pembentukan gas positif ini hasil dari fermentasi H2dan
CO2 dapat dilihat dari pecahnya dan terangkatnya agar.Pembentukan H2S positif
ditandai dengan adanya endapan berwarna hitam. TSIA agar mengadung laktosa
dan sukrosa dalam konsentrasi 1%, glukosa 0,1% dan phenol red sebagai indikator
yang menyebabkan perubahan warna dari merah orange menjadi kuning dalam
suasana asam. TSIA juga mengandung natrium trisulfat, yaitu suatu substrat untuk
penghasil H2S, ferro sulfat menghasilkan FeS (precipitat), bewarna hitam untuk
membedakan bakteri H2S dengan bakteri-bakteri lainnya (Sugianto, 2012).
6. Uji urease
Uji urease digunakan untuk mengetahui kemampuan mikroba menghidrolisis
urea menjadi amonia. Enzim urease akan menguraikan urea menjadi amonia. Uji
urease menunjukkan hasil positif jika terjadi perubahan warna dari kuning menjadi
merah keunguan.Hasil uji urease negatif jika tidak terjadi perubahan warna dari
kuning menjadi merah keunguan (Sugianto, 2012).
7. Uji Dekarboksilasi Lysin
Uji Dekarboksilasi Lysin menggunakan media Xylose-Lysine- Desoxycholate
Agar medium digunakan untuk isolasi Salmonella dan memilah organisme lain
dengan cara memfermentasi xylose, dekarboksilasi lysine dan produksi H2S.
Fermentasi xylose sangat lazim bagi kebanyakan organisme enterik kecuali,
Shigella, Providencia,Edwardsiella. Pada media ini, Salmonella akan membentuk
koloni merah dengan inti hitam, sedang Pseudomonas dapat tumbuh dengan warna
merah dan Eschericia berwarna kuning. Mikroba lain yang dapat tumbuh pada
media ini antara lain Arizona, Proteus, Aerobacter, Klebsiella, Citrobacter. Begitu
banyak mikroba yang dapat tumbuh, sehingga media ini kurang dapat memilah
Salmonella pada tahap awal. Lebih baik digunakan untuk tahap konfirmasi
kontaminan Salmonella (Sugianto, 2012).
8. Uji β-galaktosidase
Uji β-galaktosidase digunakan utuk identifikasi beberapa jenis bakteri seperti
Salmonella. Enzim β-galaktosidase merupakan enzim yang dapat mengubah
laktosa menjadi glukosa dan galaktosa. Beberapa mikroorganisme seperti E. coli,
dapat menggunakan laktosa sebagai sumber karbon.Selain laktosa, substrat alamiah
dari enzim, adalah bahan yang sangat penting, ONPG (o-nitro-phenyl-β-D-
galactopyranoside), dapat digunakan pula.Β-galaktosidase dapat mengkatalisis
ONPG menjadi galaktosa dan o-nitrofenol. ONPG tidak berwarna tetapi setelah
hidrolisis menjadi o-nitrofenol, akan timbul warna kuning pada larutan yang alkali.
beberapa jenis bakteri yang mampu melakukan fermentasi terhadap karbohidrat
Streptococcus, Lactobacillus, Zygomonas, Saccharomycetes, Escherichia,
Enterobacter, Salmonella (Sugianto, 2012).
9. Uji Serologi
Uji serologi tidak terjadi aglutinasi pada penambahan antisera polivalen O, H, dan Vi.
10. Uji Voges Proskauer
Uji Voges Proskauer bertujuan untuk mengidentifikasi jenis bakteri Untuk
membedakan bakteri Escherichia coli dengan Enterobacter aerogenes. Hasilnya
uji ini negatif, karena tidak terbentuk warna merah pada medium setelah
ditambahkan á-napthol dan KOH, artinya hasil akhir fermentasi bakteri ini bukan
asetil metil karbinol (asetolin).Salmonella positif jika pada uji biokimia yang
dilakukan hasilnya sebagai berikut:
Uji Voges-Proskauer positif ditandai dengan warna biakan menjadi merah muda
sampai merah menyala setelah ditetesi larutan alfa naftol dan KOH 40 % (3:1). Pada
uji ini terjadi pembentukan asetimetilkarbinol dari dekstrosa.
11. Uji Sitrat
Uji sitrat positif ditunjukkan oleh perubahan warna biakan dari hijau menjadi biru
karena terbentuknya natrium karbonat hasil reaksi enzimatis yang mengubah indikator
bromtimol biru pada media.
1.4 Prosedur Pengujian Bakteri Patogen Pada Makanan
1.4.1 E. coli
1. Uji Penduga atau Perkiraan
Dari campuran makanan dengan larutan garam fisiologis dengan perbandingan
1:9, diambil sebanyak 10 mL dimasukkan ke dalam media LBDSS dan LBSS.
Diinkubasi selama 24 jam dengan suhu 370C. Setelah diinkubasi, jika ada
gelembung dalam tabung durham dengan volume ½ dari volume media maka
dihitung positif.
2. Uji Penguat atau Penegasan (Confirmed Test)
Sampel positif dari uji penduga atau perkiraan diambil 1-2 ose, kemudian ditanam
ke dalam media Briliant Green Lactose Bile Broth (BGLB). Diinkubasi selama 24
jam dengan suhu 370C. Setelah diinkubasi, jika ada gelembung dalam tabung
durham dengan volume ½ dari volume media maka dihitung positif.
3. Uji pelengkap atau kepastian (completed test)Dari koloni yang berwarna pada uji penguat diinokulasikan ke dalam medium agar miring Nutrient Agar ( NA ), dengan jarum inokulasi secara aseptik. Diinkubasi pada suhu 370C selama 1 x 24 jam. Bila hasilnya positif dari media agar miring NA dibuat pewarnaan Gram dimana bakter Escherichia coli menunjukkan Gram negatif berbentuk batang pendek.
4. Uji indol
Dari biakan murni nutrient agar miring, diinokulasikan 1 sengkelit biakan ke dalam
media methyl red-voges proskauer (MR-VP), kemudia diinkubasi pada suhu 370C
selama 48 jam. Dengan menggunakan pipet, 5 mL biakan dipindahkan kedalam
tabung reaksi, ditambahkan 5 tetes methyl red dan dikocok sampai homogen. Warna
kuning menunjukkan reaksi negatif dan warna merah menunjukkan hasil positif.
5. Uji voges proskauer
Dari biakan murni nutrient agar miring, diinokulasikan 1 sengkelit biakan ke dalam
media methyl red-voges proskauer (MR-VP), kemudia diinkubasi pada suhu 370C
selama 48 jam.
Dengan menggunakan 1 mL biakan dipindahakan kedalam tabung reaksi,
ditambahkan 0,5 mL larutan -naftol da 0,2 mL larutan kalium hidroksida, kemudian
dikocok sampai homogen dan didiamkan selama 2-4 jam. Warna merah muda hingga
merah tua menunjukkan reaksi positif, sedangkan warna tidak berubah menunjukkan
reaksi negatif.
6. Uji sitrat
Dari biakan murni nutrient agar miring, diinokulasikan 1 sengkelit biakan ke dalam
media simmon citrat kemudian diinkubasi pada suhu 370C selama 48-96 jam. Warna
biru menunjukkan reaksi positif, sedangkan warna hijau menunjukkan hasil negatif.
1.4.2 Clostridium perfringers
1. Uji Pada Urea Agar
Koloni dugaan salmonella digoreskan pada permukaan media agar miring,
kemudian diinkubasi pada suhu 370C selam 24 jam. Timbulnya warna merah
muda mennjukkan reaksi positif, sedangkan tidak ada perubahan reaksi negatif.
2. Uji Dekarboksilasi Lisin
Koloni dugaan salmonella diinokulasikan pada pembenihan cair lisyn
dekarboksilase broth kemudian diinkubasi pada suhu 370C selama 48 jam.
Timbulnya warna ungu menunjukkan reaksi positif.
3. Uji Serologi
Koloni dugaan salmonella diambil sebanyak 1 sengkelit dan disuspensikan
dengan 1 tetes larutan NaCl fisiologis pada kaca objek. Selanjutnya, suspensi
diteteskan dengan antiserum salmonella polivalen O dan dihomogenkan dengan
menggoyangkan kaca objek atau menggunakan sengkelit. Pengamatan dilakukan
selaa 5 menit. Salmonella positif jika terjadi aglutinasi.
1.4.3 Staphylococcus aureus
Sampel yang akan diperiksa dihomogenkan dan diencerkan dengan larutan
peptone dilution fluid (PDF) hingga didapatkan pengenceran 10-1. Sebanyak 2,0
ml larutan sampel hasil pengenceran 10-1 diambil dan dimasukkan ke dalam
tabung reaksi yang berisi 18,0 ml media trypticase soy broth (TSB) lalu diikubasi
pada suhu 37oC selama 24-48 jam. Biakan dalam TSB kemudian diinokulkasikan
dengan menghunakan ose pada lempeng media baird parker agar (BPA).
Perlakuan yang sama diberlakukan juga pada kontrol positif dengan
menggoreskan Staphylococcus aureus pada media yang sama. Semua biakan
diinkubasi pada suhu 37oC selama 24-48 jam dengan posisi cawan terbalik.
Koloni yang diduga merupakan staphylococcus aureus adalah koloni spesifik yang
berwarna hitam mengkilat dengan lingkaran cerah disekelilingnya.
Selanjutnya koloni dugaan yang spesifik dipilih dari biakan BPA untuk dilakukan
uji konirmasi, yaitu uji koagulase. Kurang lebih 10 koloni dugaan staphylococcus
dipilih dari biakan BPA dan diinokulasikan ke dalam media brain heart infusion
broth (BHIB). Biakan diinkubasi pada suhu 37oC selama 20-24 jam. Sebanyak 0,1
ml dari setiap biakan dalam BHIB dipipet dan dipindahkan ke dalam tabung reaksi
steril. Selanjutnya ditambahkan 0,3 ml plasma penguji pada masing-masing
tabung. Tabung kemudian diinkubasi pada suhu 37oC selama 4-6 jam. Diamati
adanya reaksi penggumpalan plasma. Penggumpalan menunjukkan koagulase
Staphylococcus aureus positif.
1.4.4 Salmonella typhi
1. Penanaman pada media triple sugar iron agar (TSIA)
Koloni dugaan salonella dipindahakna ke pembenihan miring TSIA dengan
cara menggores pada bagian miring dan menusuk pada bagian tegak
pembenihan, kemudian diinkubasi pada suhu 37oC selama 24-48 jam.
Perubahan yang terjadi diamati :
Pada bagian tegak, salmonella akan :
- Memfermentasi glukosa, warna media tetap ungu.
- Tidak memfermentasi sukrosa, warna media tetap ungu.
- Membentuk H2S, warna media berubah dari warna ungu menjadi hitam.
Pada bagian miring, salmonella akan:
- Memfermentasi laktosa atau sakarosa, warna media menjadi kuning
- Tidak memfermentasi laktosa dan sakarosa, warna media tetap merah atau
tidak berubah.
2. Uji pada urea agar
Koloni dugaan salmonella digoreskan pada permukaan media urea agar
miring. Kemudian diinkubasi pada suhu 37oC selama 24 jam. Timbulnya
warna merah muda menunjukkan reaksi positif, sedangkan tidak ada
perubahan warna menunjukkan reaksi negatif.
3. Uji dekarboksilasi lisin
Koloni dugaan salmonella diinokulasikan pada pembenihan cair lysine
decarboxylase broth, kemudian diinkubasi pada suhu 37oC selama 48 jam.
Timbulnya warna ungu menunjukkan reaksi positif.
4. Uji voges proskauer
Koloni dugaa salmonella dimasukkan masing-masing 1 ose ke dalam 2 tabung
reaksi yang msing-masing berisi 0,2 mL pembenihan voges proskauer (VP).
Tabung ke-1 diinkubasi pada suhu kamar dan tabung ke-2 diinkubasi pada
suhu 37oC selama 24-48 jam. Selanjutnya, pada setiap tabung, diteteskan 2
tetes larutan kreatin, 3 tetes larutan α-naftol, dan 2 tetes pereaksi KOH.
Pengocokan dilakukan tiap kali pereaksi ditambahkan. Pengamatan dilakukan
selama 15 menit, terbentuknya warna merah jambu sampai merah tua
menunjukkan hasil positif, sedangkan jika tidak berubah, menunjukkan reaksi
negatif.
5. Uji indol
Koloni dugaan salmonella diinokulasikan sebanyak 1 sengkelit ke dalam
media indol dalam tabung, kemudian diinkubasi pada suhu 37oC selama 24
jam. Selanjutnya, ditambahkan 1 ml pereaksi indol. Terbentuknya gelang
merah menunjukkan reaksi positif, sedangkan bila tidak berwarna atau kuning
kecoklatan, menunjukkan reaksi negatif.
6. Uji serologi
Koloni dugaan salmonella diinokulasikan sebanyak 1 sengkelit dan
disuspensikan dengan satu tetes larutan NaCL fisiologis pada kaca objek.
Selanjutnya, suspensi ditetesi dengan antiserum Salmonella polivalein O dan
dihomogenkan dengan menggoyangkan kaca objek atau menggunakan
sengkelit. Pengamatan dilakukan selama 5 menit, Salmonella positif jika
terjadi aglutinasi.
1.4.5 Vibrio cholera
1. Penanaman pada media triple sugar iron agar (TSIA)
Satu ose biakan diambil dari biakan nutrien agar miring dan diinokulasikan
pada media TSI agar, kemudian diinkubasi pada suhu 37oC selama 24 jam.
Biakan vibrio cholera akan berwarna kuning dipermukaan dan di dasar tabung
tanpa pembentukan gas H2S.
2. Uji oksidase
Kertas saring (6x6 cm) disiapkan di dalam cawan petri. Bagian tengah kertas
diberi tiga tetes pereaksi tetra metil paraphenilendiamin. Selanjutnya, satu ose
biakan diambil dari biakan nutrien agar miring dan ditotolkan pada bagian
kertas saring yang sudah jenuh dengan peraksi sepanjang 3-6 mm.
Pembentukan warna ungu tua yang cepat menunjukkan reaksi positif. Vibrio
cholera memberikan reaksi oksidase positif.
3. Uji fermentasi karbohidrat
Satu ose biakan diambil dari biakan nutrien agar miring dan diinokulasikan
pada sejumlah media peptone sugar broth yang masing-masing ditambahkan
glukosa, sukrosa, manosa, manitol. Selanjutnya diinkubasi pada suhu 37oC
selama 4-5 hari dan diamati setiap hari. Mumculnya warna kuning
menunjukkan terbentuknya asam, yang berarti terjadi proses fermentasi.
Vibrio cholera dapat memfermentasi glukosa, sukrosa , manosa, dan manitol.
4. Uji motilitas
Satu ose biakan diambil dari biakan nutrien agar miring dan diinokulasikan
dengan cara ditusukkan kedalam media motilitas, kemudian diinkubasi pada
suhu, 37oC selama 18-24 jam. Adanya pertumbuhan menyebar diamati
disekitar tusukan. Vibrio cholera menunjukkan motilitas positif.
5. Pewarnaan gram
Vibrio cholera merupakan bakteri gram negatif yang berbentuk batang
bengkok.
DAFTAR PUSTAKA
Dwidjoseputro, D. 1994. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta : Djambatan.
Hadioetomo, R.S. 1993. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. Jakarta : Gramedia.
Lay, B.. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Lim,D. 1998. Microbiology, 2nd Edition. New york: McGrow-hill book.
Mila Ermila. 2005. Penuntun Praktikum Mikrobiologi. Jakarta.
Suriawiria, U. 2005. Mikrobiologi Dasar. Jakarta : Papas Sinar Sinanti.
Info POM.2008.Pengujian Mikrobiologi Pangan. Pusat Informasi Obat dan Makanan Badan
Pengawas Obat dan Makanan:Jakarta
Amirin, Roni. 2011. Salmonella thypi. Tersedia pada : http://roniamirin.blogspot.com/2011/04/salmonella-typhi.html (Diakses tanggal 6 Maret 2014)
Anonim. 2010. Escherichia coli. Tersedia pada : http://signaterdadie.wordpress.com/2010/02/17/escherichia-coli/ (Diakses tanggal 6 Maret 2014)
Anonim. 2011. Manfaat dan Bahaya Bakteri E. coli. Tersedia pada : http://www.emingko.com/2011/06/manfaat-dan-bahaya-bakteri-e-coli.html (Diakses tanggal 6 Maret 2014)
Anonim. 2013. Makanan. Tersedia pada : (Diakses tanggal 6 Maret 2014)Fauzi. 2011. Clostridium perfringens. Tersedia pada :
http://fauzi-madiun.blogspot.com/2011/09/clostridium-perfringens.html (Diakses tanggal 6 Maret 2014)
Hidayat, Adnan. 2012. Salmonella thypi. Tersedia pada : http://adnanhidayat32.blogspot.com/2012/04/salmonella-typhi.html (Diakses tanggal 6 Maret 2014)
Lia. 2012. Uji Mokrobiologi Bahan Pangan. Tersedia pada : http://liajegeg2.blogspot.com/2012/12/uji-mikrobiologi-bahan-pangan.html (Diakses tanggal 6 Maret 2014)
Prayoga, Rizad Dwi. 2012. Bakteri Vibrio cholera. Tersedia pada : http://rizadwiprayoga.blogspot.com/2012/11/bakteri-vibrio-cholerae.html (Diakses tanggal 6 Maret 2014)
Rampah , Bona Lintong. 2011. Bakteri Patogen pada Makanan. Tersedia pada : http://bonfreehsbmine.blogspot.com/2011/06/bakteri-patogen-pada-makanan.html (Diakses tanggal 6 Maret 2014)
Sumarno.1987.Penuntun Praktikum Bakteriologi.Yogyakarta:CV Karyono
Ulmiati, Nahda. 2013. Bakteri Clostridium pefringens. Tersedia pada : http://nada-ilmu-23.blogspot.com/2013/01/bakteri-clostridium-perfringens.html (Diakses tanggal 6 Maret 2014)
Yalun. 2008. Mengenal Bakteri Escherichia coli. Tersedia pada : http://yalun.wordpress.com/2008/10/07/mengenal-bakteri-escherichia-coli/ (Diakses tanggal 6 Maret 2014)