bab iii praktek monopoli jual beli kerang di...

26
BAB III PRAKTEK MONOPOLI JUAL BELI KERANG DI DESA BUNGO KECAMATAN WEDUNG KABUPATEN DEMAK A. Keadaan Umum Desa Bungo Kecamatan Wedung Kabupaten Demak 1. Letak Geografis Secara geografis Desa Bungo adalah merupakan salah satu desa dari dua puluh desa di Kecamatan Wedung Kabupaten Demak. Desa ini terletak 18 KM sebelah utara Kota Demak. Untuk menuju pusat Kota Demak tersedia transportasi yang memadai, sehingga memudahkan penduduk untuk beraktivitas di pusat kota. Adapun batas wilayah Desa Bungo, yaitu : - Sebelah Utara : Desa Mutih - Sebelah Selatan : Desa Brahan - Sebelah Barat : Desa Menco - Sebelah Timur : Desa Tempel. 1 2. Keadaan Wilayah Luas wilayah Desa Bungo 6,088 Ha, yang terdiri dari areal pemukiman, tambak, persawahan, sungai dan lain sebagainya, dan masing- masing areal tersebut luasnya secara rinci sebagaimana tabel I berikut ini. 1 Observasi tentang deskripsi Wilayah Desa Bungo, pada tanggal 7 Desember 2004. 43

Upload: lamlien

Post on 07-May-2018

236 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB III PRAKTEK MONOPOLI JUAL BELI KERANG DI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/3/jtptiain-gdl-s1-2005...kepanitiaan untuk menangani zakat fitrah dan takbir keliling.8

BAB III

PRAKTEK MONOPOLI JUAL BELI KERANG DI

DESA BUNGO KECAMATAN WEDUNG KABUPATEN DEMAK

A. Keadaan Umum Desa Bungo Kecamatan Wedung Kabupaten Demak

1. Letak Geografis

Secara geografis Desa Bungo adalah merupakan salah satu desa

dari dua puluh desa di Kecamatan Wedung Kabupaten Demak. Desa ini

terletak 18 KM sebelah utara Kota Demak. Untuk menuju pusat Kota

Demak tersedia transportasi yang memadai, sehingga memudahkan

penduduk untuk beraktivitas di pusat kota. Adapun batas wilayah Desa

Bungo, yaitu :

- Sebelah Utara : Desa Mutih

- Sebelah Selatan : Desa Brahan

- Sebelah Barat : Desa Menco

- Sebelah Timur : Desa Tempel.1

2. Keadaan Wilayah

Luas wilayah Desa Bungo 6,088 Ha, yang terdiri dari areal

pemukiman, tambak, persawahan, sungai dan lain sebagainya, dan masing-

masing areal tersebut luasnya secara rinci sebagaimana tabel I berikut ini.

1 Observasi tentang deskripsi Wilayah Desa Bungo, pada tanggal 7 Desember 2004.

43

Page 2: BAB III PRAKTEK MONOPOLI JUAL BELI KERANG DI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/3/jtptiain-gdl-s1-2005...kepanitiaan untuk menangani zakat fitrah dan takbir keliling.8

44

Tabel I

Luas Wilayah Desa Bungo Per-Area 2

No Jenis Penggunaan Tanah Luas Ha

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Tanah sawah :

- Sawah irigasi ½ teknis

- Sawah tadah hujan

Pemukiman

Tanah Kas Desa

Lapangan

Perkantoran Pemerintah

Lain-lain

300

400

6

24

0,750

3,607

55,593

3. Keadaan Demografi

Sesuai dengan demografi desa, penduduk Desa Bungo berjumlah

6.445 jiwa yang terdiri dari 3.275 laki-laki dan 3.170 perempuan. Adapun

jumlah penduduk menurut umur dan jenis kelamin sebagaimana dalam

tabel II berikut ini.

Tabel II

Jumlah Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin3

No Umur Laki-laki Perempuan Jumlah

1.

2.

0 – 4

5 – 9

381

404

392

413

773

817

2 Data Demografi Desa Bungo tahun 2003. 3 Data Wilayah Kependudukan Desa Bungo Tahun 2003.

Page 3: BAB III PRAKTEK MONOPOLI JUAL BELI KERANG DI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/3/jtptiain-gdl-s1-2005...kepanitiaan untuk menangani zakat fitrah dan takbir keliling.8

45

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

10 – 14

15 – 19

20 – 24

25 – 29

30 – 39

40 – 49

50 – 59

60 +

355

313

256

230

403

266

184

176

375

335

281

221

394

274

192

260

720

648

537

451

797

540

376

336

Di samping itu di Desa Bungo juga terdapat sarana pendidikan

formal yang terdiri dari Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI)

dan Madrasah Diniyyah. Selain pendidikan formal, juga terdapat sarana

pendidikan non formal seperti : tempat pengajian ilmu agama yang

bertempat di Masjid dan Mushalla.

Adapun tingkat pendidikan penduduk di Desa Bungo adalah

sebagaimana tabel III berikut ini.

Tabel III

Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan4

No Jenis/ Tingkat Pendidikan Jumlah

1.

2.

3.

Tamat Akademik / Perti

Tamat SLTA / sederajat

Tamat SLTP / sederajat

30 orang

382 orang

814 orang

4 Daftar Isian Potensi Desa dan Tingkat Perkembangan Desa.

Page 4: BAB III PRAKTEK MONOPOLI JUAL BELI KERANG DI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/3/jtptiain-gdl-s1-2005...kepanitiaan untuk menangani zakat fitrah dan takbir keliling.8

46

4.

5.

6.

7.

Tamat SD / sederajat

Tidak tamat SD

Belum tamat SD

Tidak sekolah

2.334 orang

2.213 orang

242 orang

549 orang

4. Keadaan Keagamaan

Desa Bungo merupakan salah satu Desa di Kecamatan Wedung

Kabupaten Demak yang masyarakatnya homogen, dalam arti warga

masyarakat Bungo kebanyakan orang-orang pendatang Tiong Hua,

maupun pribuminya. Hal ini yang melatarbelakangi kehidupan beragama

di Bungo heterogen. Berdasarkan data statistik yang penulis peroleh yang

berisi tentang klasifikasi penduduk berdasarkan pemeluk agama yaitu:

1. Agama Islam : 2518 orang

2. Agama Katholik : 52 orang

3. Agama Protestan : 42 orang

4. Budha : 2 orang

5. Hindu : 3 orang

6. Kepercayaan : 2 orang.5

Melihat data di atas, di Desa Bungo terdapat kemajemukan di

bidang agama. Namun demikian kehidupan beragama dalam masyarakat

terjalin harmonis.6

5 Daftar Monografi Desa Bungo Kec. Wedung Kab. Demak

Page 5: BAB III PRAKTEK MONOPOLI JUAL BELI KERANG DI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/3/jtptiain-gdl-s1-2005...kepanitiaan untuk menangani zakat fitrah dan takbir keliling.8

47

Sebagai kegiatan kerohaniahan untuk meningkatkan dan

mempertebal keimanan, para tokoh Agama Islam yang berada di wilayah

nelayan mengadakan kegiatan keagamaan yang berupa : pengajian malam

Jum’at bagi ibu-ibu dengan cara berkeliling di rumah mereka, pengajian

malam Senin bagi bapak-bapak dengan cara berkeliling juga.7

Adapun kegiatan Agama Islam yang ada di Desa Bungo sudah

berjalan lancar, hal ini terlihat dalam PHBI Masjid Bungo dan Mushalla

mengadakan peringatan dengan cara mengadakan pengajian umum untuk

kegiatan Mingguan diadakan Ja’iyyah Tahlil, Dziba’iyah dan Majlis

Ta’lim, untuk Selapanan diadakan setiap Hari Sabtu yang diikuti lima desa

yang ada di sekitar wilayah tersebut. Kegiatan ini sudah terorganisir,

bahkan dari kegiatan ini sudah mempunyai barang-barang inventaris untuk

keperluan kelompok, misalnya kendaraan roda empat/ mobil, tenda,

piring, gelas dan pengeras suara. Sedangkan kegiatan tahunan yaitu bila

datang Hari Raya Idul Fitri, para remaja Masjid atau Mushalla membentuk

kepanitiaan untuk menangani zakat fitrah dan takbir keliling.8

5. Keadaan Sosial Ekonomi

Perekonomian di Desa Bungo ini lebih benyak ditunjang oleh

sektor pertanian. Hal ini disebabkan dari mayoritas dari masyarakat

tersebut adalah petani, meskipun terdapat pula pegawai dan pedagang.

6 Wawancara dengan K.H. Abdul Hamid sebagai tokoh agama tanggal 18 Januari 2005. 7 Ibid. 8 Wawancara dengan K.H. Abdul Fathir Imam Masjid sebagai tokoh agama tanggal 18

Januari 2005.

Page 6: BAB III PRAKTEK MONOPOLI JUAL BELI KERANG DI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/3/jtptiain-gdl-s1-2005...kepanitiaan untuk menangani zakat fitrah dan takbir keliling.8

48

Namun mereka hanya minoritas, untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam

tabel V sebagai berikut.

Tabel V

Jenis Pekerjaan/ Profesi Masyarakat

Desa Bungo Kecamatan Wedung Kab. Demak 9

No Jenis Pekerjaan Jumlah

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

Buruh

Petani

Pedagang / Wiraswasta

Pengrajin

Pegawai Negeri Sipil

TNI / POLRI

Penjahit

Montir

Sopir

Pramuwisa

Karyawan Swasta

Kontraktor

Tukang Kayu

1.335 orang

727 orang

240 orang

3 orang

9 orang

8 orang

66 orang

3 orang

21 orang

26 orang

284 orang

2 orang

13 orang

9 Laporan Monografi Data Dinamis Bulan Desember 2003, hlm. 9.

Page 7: BAB III PRAKTEK MONOPOLI JUAL BELI KERANG DI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/3/jtptiain-gdl-s1-2005...kepanitiaan untuk menangani zakat fitrah dan takbir keliling.8

49

14.

15.

Tukang Batu

Guru Swasta

18 orang

13 orang.

Sedangkan dari segi mata pencaharian penduduk Desa Bungo

bersifat hiterogen, artinya terdiri dari dari bebrapa jenis mata pencaharian

seperti petani, buruh tani, sebagaimana yang telah dijelaskan dalam tabel

V. Di samping itu, terdapat juga kelembagaan ekonomi seperti industri

kerajinan, usaha perikanan dan lain sebagainya. Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada tabel VI berikut.

Tabel VI

Jumlah Kelembagaan Ekonomi 10

No Jenis Lembaga Ekonomi Unit Jumlah

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

Industri Kerajinan

Industri Pakaian

Industri Makanan

Warung Kelontong

Angkutan

Pasar

Tengkulak

3

2

4

38

16

1

-

9 orang

6 orang

8 orang

26 orang

30 orang

-

240 orang

10 Ibid., hlm. 10.

Page 8: BAB III PRAKTEK MONOPOLI JUAL BELI KERANG DI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/3/jtptiain-gdl-s1-2005...kepanitiaan untuk menangani zakat fitrah dan takbir keliling.8

50

8.

9.

Usaha Peternakan

Usaha Perikanan

42

448

42 orang

1.320 orang

Saran transportasi yang ada di Desa Bungo sudah cukup memadai,

akan tetapi alat transportasi menuju ke pusat kota masih kurang,

sebagaimana dalam tabel VII berikut ini.

Tabel VII

Jumlah Sarana Transportasi11

No Jenis Alat Transportasi Jumlah

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

Ojek

Becak

Dokar

Mini bus

Perahu bermotor

Sepeda motor

Mobil

60 orang

1 orang

1 orang

5 orang

165 orang

126 orang

16 orang

B. Keadaan Khusus Desa Bungo Kecmatan Wedung Kabupaten Demak

Sebagai obyek penelitian, penulis mengambil daerah nelayan yang

ada di Desa Bungo Kec. Wedung Kab. Demak. Sebab di Desa ini terdapat

11 Ibid., hlm. 11.

Page 9: BAB III PRAKTEK MONOPOLI JUAL BELI KERANG DI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/3/jtptiain-gdl-s1-2005...kepanitiaan untuk menangani zakat fitrah dan takbir keliling.8

51

praktek monopoli dalam jual beli, yaitu jual beli kerang hasil tangkapan para

nelayan.

Pada dasarnya kelompok nelayan atau warga nelayan ini tidak beda

jauh dengan warga Desa di Wilayah Kecamatan Wedung Kab. Demak. Hal

ini disebabkan di sebelah utara Desa Bungo terdapat sungai yang bermuara di

laut Jawa yang terletak di sebelah barat Desa Bungo. Jadi Desa Bungo sangat

strategis bagi nelayan untuk melaut. Sebab jarak antara perkampungan

dengan laut dapat ditempuh dengan waktu 15 menit. Keadaan geografis ini

yang mempermudah bagi nelayan untuk melaut, sebab mereka bisa berangkat

melaut mulai pukul 06.00 WIB dan pulang sekitar pukul 14.00 WIB.

Dari hasil pendapatan nelayan setiap harinya bisa mencapai Rp.

50.000,-. Pendapatan ini bisa bertambah juga bisa menurun. Hal ini

tergantung dengan keadaan alam. Bila musim buratan dan kerang banyak

didapat, maka penghasilan nelayan akan bertambah banyak. Akan tetapi jika

musim paceklik tiba, banyak nelayan yang menukarkan barang-barang/

perabotnya untuk sekedar memenuhi kebutuhan keluarganya.12

Para nelayan Desa Bungo sudah mengenal istilah jasa Perbankan.

Situasi ini mereka gunakan sebagai sarana simpan pinjam. Bank dalam hal ini

sangat membantu para nelayan. Hal ini dapat dilihat bagaimana para nelayan

dapat membeli peralatan untuk melaut. Mereka justru menggunakan jasa

Perbankan untuk meminjam uang sebagai modal. Bank yang ada di

Kecamatan Wedung, yaitu BRI Unit Wedung, BPR dan KOSPIN. Selain dari

12 Wawancara dengan Said, seorang nelayan pada tanggal 09 Januari 2005.

Page 10: BAB III PRAKTEK MONOPOLI JUAL BELI KERANG DI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/3/jtptiain-gdl-s1-2005...kepanitiaan untuk menangani zakat fitrah dan takbir keliling.8

52

bank mereka juga menerima pinjaman dari KUD Sarana Minu Primer Juana

melalui organisasi tengkulak dengan nama Organisasi Tengkulak “Hidayatul

Iman” yang berada di komplek TPI Bungo.13

Pemanfaatan KUD oleh warga nelayan selain digunakan sebagai

peminjaman yang sebagai modal usaha juga digunakan sebagai penyimpanan

uang mereka. Hal ini dimaklumi karena pendapatan nelayan tidak menetap.

Terkadang hasil tangkapannya banyak, dan pada suatu ketika juga menurun

hingga untuk kebutuhan sehari-hari saja merasa kekurangan. Untuk itulah

mereka sangat membutuhkan jasa dari bank untuk menabung atau meminjam

uang. Keberadaan KUD “Sarana Minu Primer Juana” dalam hal ini juga

sangat membantu dalam memberikan bantuan sosial.14

Pada umumnya seroang nelayan mempunyai karakteristik yang

berbeda dengan masyarakat lainnya. Mereka mempunyai watak keras dan

teguh pendirian, sangat fanatik terhadap agama dan rasa sosial yang tinggi.

Hal ini tercermin dari keberhasilan para nelayan dalam membangun mushalla

“al Jannah” yang paling megah di Desa Bungo. Sedangkan jama’ah putrinya

juga berhasil membangun mushalla yang sangat megah pula yang diberi nama

“Al-Mujahidin”.15

13 Wawancara dengan Samanhudi sebagai Koordinator Daerah KUD Desa Bungo, 08

Januari 2005. 14 Wawancara dengan Bapak Ruchani seorang tokoh masyarakat Desa Bungo, 29 Januari

2005. 15 Wawancara dengan Bapak Suharnoto sebagai tokoh masyarakat Desa Bungo, 29

Januari 2005.

Page 11: BAB III PRAKTEK MONOPOLI JUAL BELI KERANG DI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/3/jtptiain-gdl-s1-2005...kepanitiaan untuk menangani zakat fitrah dan takbir keliling.8

53

C. Pelaksanaan Jual Beli Kerang Desa Bungo Kecamatan Wedung

Kabupaten Demak

Setelah penulis mengadakan observasi di Desa Bungo Kecamatan

Wedung Kabupaten Demak terdapat berbagai macam problematika yang ada

di desa tersebut. Menurut petani nalayan hasil tangkapan kerang ditampung

oleh makelar untuk kemudian ditimbang, sedang petani nelayan telah

mendapatkan upahnya atau bayaran sesuai dengan hasil tangkapan secara

kilon. Dari makelar masuk ke penampung atau tengkulak dengan selisih harga

Rp. 500,00 /Kg. Setelah itu kerang-kerang tersebut dibawa ke luar kota antara

lain Jakarta, Surabaya, Kudus, Jepara dan Semarang.

Bagi para petani nelayan selalu menjual hasil tangkapannya kepada

tengkulak yang telah biasa menampung tangkapan mereka. Mengenai harga

kerang ini tengkulak cenderung untuk mematok dengan harga sangat murah

dibanding dengan harga di pasar. Tetapi ketika tengkulak menjual ke pasar

dengan harga yang mahal. Perbandingan harga yang tidak seimbang

terkadang membuat keterpaksaan para nelayan dalam menjual hasil

tangkapannya. Sedangkan di sisi lain para petani nelayan mempunyai

keluarga yang membutuhkan biaya besar. Sehingga di saat mendapatkan hasil

yang sedikit, mereka tidak sekedar harus rela hidup irit tetapi terpaksa

mencari hutang kepada tengkulak.

Menurut Bapak Ciptono dan Bapak Sukarno bahwa kerang-kerang

yang dihasilkan dari melaut sebelumnya sudah dipilah-pilah, antara kerang

mahal dan kerang biasa/ murah. Untuk kemudian Bapak Ciptono dan Bapak

Page 12: BAB III PRAKTEK MONOPOLI JUAL BELI KERANG DI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/3/jtptiain-gdl-s1-2005...kepanitiaan untuk menangani zakat fitrah dan takbir keliling.8

54

Sukarno menimbang, mencatat hasil tangkapan tersebut dan kemudian

memberikan upahnya kepada petani nelayan. Bila buruh nelayan itu ada

empat atau lima maka itu merupakan tanggungan petani nelayan untuk

membayarnya. Jadi upah buruh di sini berdasarkan hasil tangkapan. Makin

banyak tangkapan kerang makin banyak pula bayaran bagi para buruh

nelayan.

Menurut Bapak Samanhudi, petani nelayan merupakan pekerjaan

yang biasa dikerjakan orang dewasa sedangkan tenaga buruh atau buruh jasa

bisa dikerjakan oleh orang muda sebagai kuli antar dengan gerobak maupun

roda dua.

Selain itu ada juga yang menjadi buruh lembur biasa dikerjakan pada

malam hari untuk menguliti kerang, sehingga kerang yang terkelupas siap

diantar ke luar kota dibawa truk-truk pengangkut kerang bila malam hari

dengan tujuan Jepara, Kudus, Surabaya, Semarang. Di kota-kota besar

tersebut dipasarkan dengan harga yang lebih tinggi, artinya jika kerang-

kerang itu sudah sampai pada pasar-pasar besar maka masyarakat membeli

kerang itu dengan harga tinggi dibandingkan pada saat kerang masih di

tangan petani nelayan. Lagi pula kerang yang sudah masuk pada pasar-pasar

besar kualitas dan rasa kerangpun sudah berbeda (agak layu).

Page 13: BAB III PRAKTEK MONOPOLI JUAL BELI KERANG DI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/3/jtptiain-gdl-s1-2005...kepanitiaan untuk menangani zakat fitrah dan takbir keliling.8

55

Di Desa Bungo Kecamatan Wedung Kabupaten Demak Terdapat

paguyuban dalam bentuk organisasi16, dengan tujuan memasarkan hasil

tangkapan nelayan dan lancarnya transaksi jual beli kerang di Desa Bungo

tersebut. Organisasi ini didirikan pada tanggal 20 Oktober 1971, yang

bernama “Hidayatul Iman”. Organisasi ini merupakan suatu wadah bagi

sekumpulan orang yang mempunyai kepentingan bersama dan telah

mempunyai program yang telah ditentukan.

Struktur organisasi “Hidayatul Iman” pada saat sekarang adalah

sebagai berikut :

Ketua Umum : Bpk. Samanhadi

Ketua Kelompok I : Bpk. Ahadi

Ketua Kelompok II : Bpk. Slamet

Ketua Kelompok III : Bpk. Sundarto

Ketua Kelompok IV : Bpk. Daeromi

Ketua Bidang Sosial : Bpk. Rohmat sukoyo

Sekretaris : Bpk. Sutrisno

Bendahara : Bpk. Suharto

Pembantu : Bpk. Muhadi

Bpk. Masrum

Bpk. Rohman

16 Yang dimaksud struktur organisasi menurut The Liang Gie (1981 : 95) adalah : Suatu

kerangka yang menunjukkan hubungan-hubungan di antara pejabat maupun bidang-bidang kerja satu sama lain, sehingga jelas kedudukannya wewenang beserta tanggung jawab masing-masing dalam suatu kebulatan yang tertentu.

Page 14: BAB III PRAKTEK MONOPOLI JUAL BELI KERANG DI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/3/jtptiain-gdl-s1-2005...kepanitiaan untuk menangani zakat fitrah dan takbir keliling.8

56

Bpk. Karnyong

Bpk. Karman

Bpk. Kamto

Bpk. Jarno

Bpk. Masdi

Bpk. Suyatno

Keterangan :

Ketua Umum

Bertanggung jawab sepenuhnya terhadap aktivitas organisasi antara

lain :

- Memegang kekuasaan dan keputusan serta mengemudikan jalannya

organisasi.

- Mengawasi dan mengkoordinir semua anggota jam’iyyah guna mencapai

tujuan organisasi.

- Menentukan perencanaan, pengorganisasian,pelaksanaan serta

pengawasan.

Pembantu

- Membantu ketua dalam menjalankan tugasnya.

- Membantu dalam melaksanakan program-program.

Page 15: BAB III PRAKTEK MONOPOLI JUAL BELI KERANG DI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/3/jtptiain-gdl-s1-2005...kepanitiaan untuk menangani zakat fitrah dan takbir keliling.8

57

Sekretaris

Membantu menyelenggarakan administrasi antara lain :

- Mencatat dan mendistribusikan surat masuk.

- Menyimpan data untuk keperluan rapat dan mencatat hasil rapat.

- Merupakan perantara antara pimpinan dan bawahan.

Bendahara

- Bertanggung jawab atas keluar masuknya uang kas.

- Mengadakan pencatatan semua transaksi yang berhubungan dengan kas.

Ketua Kelompok

Tugas masing-masing ketua kelompok antara lain :

Ketua Kelompok I :

Betugas masalah jam’iyyah yang dalam tugasnya

dibantu oleh beberapa orang.

Ketua Kelompok II :

Bertugas di bagian sosial, ia juga dinatu oleh beberapa

orang bersamanya.

Ketua Kelompok III :

Bertugas di bagian penangkapan dan keamanan.

Ketua Kelompok IV :

Bertugas di bagian pemasaran, ia juga dinatu oleh

beberapa orang.

Page 16: BAB III PRAKTEK MONOPOLI JUAL BELI KERANG DI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/3/jtptiain-gdl-s1-2005...kepanitiaan untuk menangani zakat fitrah dan takbir keliling.8

58

Personalia Organisasi

1. Jumlah Perahu

Adapun jumlah perahu 225 buah, terdiri dari perahu besar

sebanyak 250 perahu dan perahu kecil 5 perahu.

2. Jumlah nelayan

Dalam melaut guna mencari kerang dan sebagainya terdapat

jumlah nelayan sebanyak 655 orang, yang meliputi : tenaga kerja pria,

mereka dibagian :

Bungo Utara : 125 orang

Bungo Tengah : 22 orang

Bungo Barat : 67 orang

Jumlah : 214 orang

Selebihnya sebagai buruh jasa.

3. Hasil tangkapan ikan

Adapun hasil tangkapan nelayan meliputi : kijing, kerang, udang,

kiser, kepiting, dan lain-lain.

4. Harga

Daftar harga yang tertera berikut ini adalah hasil wawancara

langsung dengan pengelola organisasi adalah sebagai berikut:

Page 17: BAB III PRAKTEK MONOPOLI JUAL BELI KERANG DI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/3/jtptiain-gdl-s1-2005...kepanitiaan untuk menangani zakat fitrah dan takbir keliling.8

59

No Jenis Berat/Perahu

(Kg)

Harga / Kg

(Rp)

1. Kijing 70 Kg 1.200,00 - 1.700,00

2. Kerang 40 Kg 2.500,00 - 4.000,00

3. Kiser 25 Kg 400,00 - 1.100,00

4. Udang 15-20 Kg 6.500,00 - 12.000,00

5. Alat nelayan

Adapun alat yang digunakan petani nelayan dalam menangkap

hasil tangkapannya sebagai berikut :

a. Garuk

Adalah jenis alat yang diguanakan nelayan terbuat dari kawat

untuk menghasilkan ikan dan biasanya diletakkan di belakang perahu.

b. Corok

Adalah sejenis garuk besar penghasil berbagai macam ikan,

udang, kerang, kepiting, rajungan, dan lain-lain. Alat inilah yang

dilarang oleh pemerintah karena merusak alam sekitarnya.

c. Jaring

Ialah alat yang digunakan nelayan untuk menaring udang atau

ikan dalam jumlah besar.

Page 18: BAB III PRAKTEK MONOPOLI JUAL BELI KERANG DI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/3/jtptiain-gdl-s1-2005...kepanitiaan untuk menangani zakat fitrah dan takbir keliling.8

60

6. Jaminan Sosial

Seperti halnya organisasi lainnya yang menginginkan anggota

jam’iyyahnya merasa aman dan nyaman, maka organisasi Hidayatul Iman

memberikan sesuatu jaminan sosial. Jaminan sosial diberikan dengan

harapan untuk merangsang jam’iyyah mempunyai loyalitas pada organisasi

Hidayatul Iman.

Adapun jaminan yang diberikan kepada anggota jam’iyyah antara

lain :

a. Beberapa tunjangan, meliputi :

1) Tunjangan Hari Raya

2) Tunjangan kesehatan, dengan pengobatan secara gratis di

Puskesmas

b. Bantuan kecelakaan di laut sebesar 10% dari 500 harga kerusakan

perahu.

c. Sumbangan kematian yang diberikan kepada keluarga jam’iyyah yang

tertimpa musibah. Kematian perorang ditarik Rp. 1.000,00

d. Sedekah laut, yaitu diadakan selamatan tiap hari Rabu Legi Bulan

Muharram.

Selain hal tersebut di atas, latar belakang terjadinya praktek monopoli

jual beli kerang di TPI Desa Bungo disebabkan oleh faktor-faktor sebagai

berikut :

Page 19: BAB III PRAKTEK MONOPOLI JUAL BELI KERANG DI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/3/jtptiain-gdl-s1-2005...kepanitiaan untuk menangani zakat fitrah dan takbir keliling.8

61

1. Nelayan mengharapkan dalam setiap menjual hasil tangkapannya langsung

mendapatkan bayaran secara kontan. Dalam hal ini tengkulak sanggup

memenuhi harapan mereka untuk membayar kontan.17

2. Bila musim kemarau datang, perahu di dermaga TPI Bungo tidak bisa

bersandar karena penuh lumpur. Dalam keadaan demikian tidak

memungkinkan para nelayan untuk berlabuh ke dermaga TPI. Akibatnya

mereka menjual hasil tangkapannya di luar TPI Desa Bungo.18

3. Menghindari adanya potongan pembayaran pajak di TPI bagi nelayan dan

bakul kerang. Walaupun pada dasarnya hasil pembayaran pajak tersebut

akan kembali kepada nelayan itu sendiri dan pajak ini adalah merupakan

Peraturan Pemerintah melalui PERDA No. I Tahun 1984, Perda tersebut

berisi antara lain sebagai berikut:

BAB IV tentang Pungutan, PASAL 6 (1) : “Setiap pengguna tempat

pelelangan ikan, dikenakan pungutan sebesar 8% dari hasil lelang dengan

perincian sebagai berikut :

a. 5 % di pungut dari nelayan.

b. 3 % di pungut dari bakul.”19

Dengan adanya potongan sebagai pajak atau sewa TPI tersebut,

membuat para nelayan dan tengkulak menghindarinya.20 Akhirnya para

17 Wawancara dengan Suwardi sebagai bendahara TPI Desa Bungo, tanggal 08 Januari

2005. 18 Wawancara dengan Pandu seorang nelayan, tanggal 16 Januari 2005. 19 Perda No. I/1984, hlm. 3. 20 Wawancara dengan Judi sebagai buruh nelayan, tanggal 20 Januari 2005.

Page 20: BAB III PRAKTEK MONOPOLI JUAL BELI KERANG DI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/3/jtptiain-gdl-s1-2005...kepanitiaan untuk menangani zakat fitrah dan takbir keliling.8

62

tengkulak berinisiatif untuk menguasai TPI tersebut sebagai tempat

transaksi jual beli kerang.

4. Manajemen dan mekanisme kerja di TPI yang kurang bagus. Seperti jam

kerja karyawan yang tidak pasti, dan terkadang pembayaran dari hasil

pelelangan kerang tidak kontan.

5. Kurangnya penyuluhan terhadap nelayan dan tengkulak oleh instansi

terkait.21

Dengan adanya faktor-faktor tersebut di atas menyebabkan para

nelayan dan tengkulak tidak melaksanakan mekanisme jual beli di TPI

sebagai sarana dan prasarana resmi dari pemerintah setempat. Mereka hanya

melakukan aktivitas yang telah dilakukan selama ini. Sejalan dengan aktivitas

jual beli kerang selama ini di Desa Bungo, terdapat praktek monopoli jual beli

kerang oleh para tengkulak terhadap nelayan.

Seperti yang penulis utarakan bahwa warga Desa Bungo mayoritas

adalah nelayan, sehingga setiap hari para nelayan itu tidak akan terlepas dari

kegiatan yang berkaitan dengan penangkapan ikan atau hasil laut lainnya.

Mulai dari membenahi peralatan melaut, jual beli ikan, proses pelelangan

kerang dan lain sebagainya. Semuanya ini membuktikan bahwa para nelayan

itu sangat menggantungkan penghidupannya pada alam, yaitu di laut. Sebagai

salah satu usaha, sebagai nelayanpun bila keadaan alam itu sedang baik atau

yang biasanya disebut dengan musim buratan di mana para nelayan itu bisa

memperoleh penghasilan yang lebih banyak. Seperti pada nelayan kecil di

21 Wawancara dengan Samanhudi, loc. cit.

Page 21: BAB III PRAKTEK MONOPOLI JUAL BELI KERANG DI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/3/jtptiain-gdl-s1-2005...kepanitiaan untuk menangani zakat fitrah dan takbir keliling.8

63

Desa Bungo, pendapatannya bisa mencapai Rp. 50.000,- setiap kali melaut.

Musim ini biasanya adalah jatuh pada Bulan April-Agustus.22

Setelah musim buratan itu berlalu, kemudian datanglah bulan-bulan di

mana laut tidak banyak menghasilkan kerang. Keadaan seperti ini dikenal

dengan musim paceklik, bila musim ini datang pendapatan nelayan sangat

memprihatinkan sekali. Sebab dalam melaut mereka hanya bisa mendapatkan

penghasilan sebesar Rp.10.000,- dan bahkan ada yang pulang tanpa hasil

sama sekali. Hal inilah yang mengakibatkan nelayan rugi karena telah

mengeluarkan biaya melaut untuk membeli bahan bakar motor penggerak

perahu.

Agar pembahasan ini lebih jelas dan rinci, maka penting untuk

diketahui tentang beberapa komponen yang terdapat dalam proses melaut,

yaitu terdiri dari :

a. Juragan

Yaitu orang yang mempunyai seperangkat alat untuk melaut yang berupa

perahu, jaring, pancing, mesin motor serta peralatan lain yang mendukung

untuk melaut.23

b. Juru Mudi

Yaitu orang yang bertanggung jawab terhadap keselamatan perahu dan

sarana lain pada saat melaut. Juru mudi ini yang diwajibkan untuk lebih

mengetahui daerah mana yang banyak kerangnya.24

22 Wawancara dengan Said, loc. cit. 23 Wawancara dengan Pandu, loc. cit. 24 Wawancara dengan Said, loc. cit.

Page 22: BAB III PRAKTEK MONOPOLI JUAL BELI KERANG DI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/3/jtptiain-gdl-s1-2005...kepanitiaan untuk menangani zakat fitrah dan takbir keliling.8

64

c. Pandego

Yaitu orang yang ikut melaut sebagai pembantu juru mudi, tugasnya

adalah membenahi peralatan, mengumpulkan hasil tangkapan kerang, serta

hal-hal lain yang berkenaan dengan kelancaran melaut. Biasanya pandego

ini terdiri dari dua orang.25

Sedangkan dalam jual beli kerang terdapat beberapa pihak yang

terlibat secara langsung, antara lain :

1. Nelayan

Nelayan dalam hal ini adalah orang yang mangkap ikan dilaut dan

termasuk di dalamnya adalah pandego, juru mudi dan orang-orang yang

ikut membantu dalam penangkapan ikan atau kerang di laut. Sebagai

nelayan dia sangat dominan dalam jual beli ini, sebab jadi atau tidaknya

jual beli kerang tergantung pada nelayan. Bila nelayan sudah setuju

dengan harga yang ditentukan dari tengkulak, maka jual beli tersebut jadi.

Sedangkan bila nelayan itu tidak setuju, maka jual beli itu tidak jadi.

Walaupun demikian dalam jual beli tersebut sebenarnya mereka tidak bisa

berbuat banyak dalam menentukan harga, karena harga pasaran sudah

dipatok oleh tengkulak.26

Nelayan terbagi menjadi 3, yaitu :

a. Nelayan yang punya perahu tapi tidak melaut.

b. Nelayan yang punya perahu juga melaut.

c. Orang tidak punya perahu tapi melaut atau disebut buruh.

25 Ibid. 26 Wawancara dengan Judi, loc. cit.

Page 23: BAB III PRAKTEK MONOPOLI JUAL BELI KERANG DI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/3/jtptiain-gdl-s1-2005...kepanitiaan untuk menangani zakat fitrah dan takbir keliling.8

65

Bagi para nelayan tersebut bila menginginkan bayaran kontan dari

hasil penjualan kerangnya maka mereka akan menjualnya pada tengkulak.

Sebab selama ini tengkulak yang menjadi pemborong tunggal terhadap

berapapun banyaknya kerang hasil nelayan.

2. Tengkulak Kerang

Tengkulak adalah pihak yang akan memborong semua hasil

tangkapan nelayan berupa kerang dengan cara menghadang nelayan yang

baru saja lepas dari melaut sebelum para nelayan membawa hasil

tangkapannya sampai ke TPI. Jadi mereka telah siap dengan perabot jual

beli kerang, seperti timbangan, uang pembayaran dan peralatan lainnya di

dekat dermaga. Jadi, mereka mengadakan transaksi tidak di TPI melainkan

di dekat dermaga sebagai tempat jual beli kerang dan berbagai tangkapan

nelayan saat melaut.27

D. Dampak Positif dan Negatif Praktek Monopoli Jual Beli Kerang di Desa

Bungo Kec. Wedung Kab. Demak

Praktek monopoli jual beli kerang sebagai aktivitas jual beli di Desa

Bungo mempunyuai dampak positif dan negatif.

a. Dampak Positif

Dampak positif dari praktek monopoli jual beli kerang di Desa

Bungo bagi nelayan maupun tengkulak itu sendiri adalah:

27 Wawancara dengan Parlan sebagai tengkulak,, tanggal 19 Januari 2005.

Page 24: BAB III PRAKTEK MONOPOLI JUAL BELI KERANG DI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/3/jtptiain-gdl-s1-2005...kepanitiaan untuk menangani zakat fitrah dan takbir keliling.8

66

1) Bagi nelayan

- Nelayan akan mendapatkan kemudahan dalam pembayaran, sebab

dalam prakteknya ketika kerang telah ditimbang kemudian uang

segera diberikan kepada nelayan tersebut. Pembayaran kontan

seperti inilah yang diharapkan oleh para nelayan untuk mencukupi

kebutuhan sehai-hari mereka.

- Para nelayan dapat melakukan transaksi secara langsung di tempat

untuk menentukan seberapa besar harga kerang tersebut, kemudian

baru terjadilah kesepakatan mengenai harga.

- Biaya transportasinya murah dan bahkan tanpa uang untuk biaya

transportasi mereka, seperti tidak harus ke pasar umum atau TPI

untuk menjual hasil tangkapannya.

- Tidak terkena potongan 5% dari penghasilan nelayan, seperti

halnya yang diberlakukan oleh Perda No. I Tahun 1984. Karena

para nelayan tidak menggunakan sarana jual beli di TPI, sehingga

tidak banyak mengurangi penghasilan nelayan.

- Mudah mendapatkan bantuan/ pinjaman uang sebagai modal usaha.

- Mendapat bantuan modal berupa peralatan bila perlatan yang

digunakan rusak atau perlu penambahan peralatan untuk

menangkap kerang.

Page 25: BAB III PRAKTEK MONOPOLI JUAL BELI KERANG DI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/3/jtptiain-gdl-s1-2005...kepanitiaan untuk menangani zakat fitrah dan takbir keliling.8

67

2) Bagi tengkulak

- Tengkulak di Desa Bungo akan mendapatkan barang dagangan

dengan mudah karena tidak terdapat saingan.

- Tengkulak dapat menentukan sendiri harga pasarannya sehingga

harga yang dipatoknya memungkinkan lebih rendah dari harga

kerang di pasar secara umum, sehingga tengkulak mendapat

keuntungan jauh lebih besar.

- Tengkulak tersebut tidak dikenakan pajak 3%, atas pemberlakuan

Perda No. I Tahun 1984, karena tidak menggunakan TPI sebagai

sarana jual belinya.

b. Dampak Negatif

1) Bagi nelayan

- Dalam melakukan transaksi jual beli, mereka tidak mengetahui

seberapa besar harga kerang di pasaran umum, sehingga transaksi

itu didasarkan atas harga penawaran yang dilakukan tengkulak dan

harga yang disepakati adalah harga tertinggi di bawah harga umum

di pasaran.

- Tidak terdapatnya tempat yang layak untuk sarana transaksi,

karena semua itu dilakukan bukan di TPI atau pasar umum.

- Terkadang timbul ketidakpuasan atas kerugian yang dialami

setelah mengetahui harga umum di pasaran saat itu yang terkadang

lebih tinggi dari harga penjualan saat itu.

Page 26: BAB III PRAKTEK MONOPOLI JUAL BELI KERANG DI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/3/jtptiain-gdl-s1-2005...kepanitiaan untuk menangani zakat fitrah dan takbir keliling.8

68

2) Bagi tengkulak

Konsekuensinya bagi tengkulak harus menyediakan uang

lebih dari cukup, karena mereka harus membayarnya dengan uang

kontan. Selain itu tengkulak harus menyediakan biaya transportasi

berlipat, karena rute perjalanan untuk mendapatkan kerang tersebut

tidak bisa dijangkau dengan mobil. Dengan demikian para tengkulak

harus mengangkutnya dengan gerobak dorong dengan tanaga manusia

atau naik sepeda motor (ojek) untuk menuju jalan raya yang bisa

dilalui kendaraan roda empat (mobil). Setelah itu baru bisa dibawa ke

sasaran atau kota-kota besar yang menjadi agen pemasaran selama ini,

seperti: Jepara, Kudus, Semarang, Surabaya dan bahkan ke Jakarta.

Di sisi lain kerugian dialami oleh instansi terkait. Sebab sebagai

akibat dari praktek monopoli tersebut, Pemerintah Daerah Dati II Demak

dalam hal ini pengelola TPI di Desa Bungo Kec. Wedung Kab. Demak

mengalami kerugian. Pemerintah tidak mendapatkan pajak atas

penggunaan sewa TPI sebesar 8% dengan perincian 3% dari nelayan dan

5% dari pedagang/ pembeli kerang. Selain itu, pihak instansi pemerintah

merasa kesulitan untuk mendata para nelayan dan kesulitan juga dalam

mengontrol aktivitasnya di laut serta seberapa banyak hasil tangkapannya.

Karena pihak pemerintah hanya bisa mengetahui segala aktivitas para

nelayan tersebut melalui TPI sebagai tempat resmi jual beli hasil

tangkapan nelayan di laut.