bab ii tinjauan pustaka 2.1 tinjauan pustaka 2.1.1...

26
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Investasi Menurut Sukirno (2000: 366) investasi adalah pengeluaran-pengeluaran untuk membeli barang-barang modal dan peralatan-peralatan produksi dengan tujuan untuk mengganti dan terutama menambah barang-barang modal dalam perekonomian yang akan digunakan untuk memproduksikan barang dan jasa di masa mendatang. Menurut Hartono (2008: 5) investasi secara luas dapat didefinisikan sebagai penundaan konsumsi sekarang untuk digunakan di dalam produksi yang efisien selama periode waktu yang lama.Investasi dapat diartikan sebagai penanaman uang pada suatu perusahaan atau proyek untuk tujuan memproleh keuntungan. Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh keuntungan di masa depan Tandelilin (2010: 2). Sunariyah (2010: 4) Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan. Hartono (2008: 7) mengklasifikasikan aktivitas investasi ke dalam aktiva keuangan menjadi dua tipe yaitu sebagai berikut. a. Investasi Langsung Investasi langsung dapat dilakukan dengan membeli aktiva keuangan yang dapat diperjual-belikan di pasar uang (money market), pasar modal (capital

Upload: hacong

Post on 11-Mar-2019

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Investasi

Menurut Sukirno (2000: 366) investasi adalah pengeluaran-pengeluaran

untuk membeli barang-barang modal dan peralatan-peralatan produksi dengan

tujuan untuk mengganti dan terutama menambah barang-barang modal dalam

perekonomian yang akan digunakan untuk memproduksikan barang dan jasa di

masa mendatang. Menurut Hartono (2008: 5) investasi secara luas dapat

didefinisikan sebagai penundaan konsumsi sekarang untuk digunakan di dalam

produksi yang efisien selama periode waktu yang lama.Investasi dapat diartikan

sebagai penanaman uang pada suatu perusahaan atau proyek untuk tujuan

memproleh keuntungan. Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau

sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh

keuntungan di masa depan Tandelilin (2010: 2). Sunariyah (2010: 4) Investasi

adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya

berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan.

Hartono (2008: 7) mengklasifikasikan aktivitas investasi ke dalam aktiva

keuangan menjadi dua tipe yaitu sebagai berikut.

a. Investasi Langsung

Investasi langsung dapat dilakukan dengan membeli aktiva keuangan yang

dapat diperjual-belikan di pasar uang (money market), pasar modal (capital

market), atau pasar turunan (derivative market). Aktiva keuangan yang dapat

diperjual-belikan di pasar uang hanya aktiva yang mempunyai tingkat risiko kecil,

jatuh tempo yang pendek dengan tingkat likuiditas yang tinggi. Aktiva keuangan

yang diperjual-belikan di pasar modal memiliki sifat investasi jangka panjang

berupa saham-saham (equity securities) dan surat-surat berharga pendapatan tetap

(fixed income securities). Opsi dan future contract merupakan surat-surat berharga

yang diperdagangkan di pasar turunan (derivative market). Investasi langsung

tidak hanya dilakukan dengan membeli aktiva keuangan yang dapat diperjual-

belikan, namun juga dapat dilakukan dengan membeli aktiva keuangan yang tidak

dapat diperjual-belikan seperti: tabungan, giro, dan sertifikat deposito.

b. Investasi Tidak Langsung

Investasi tidak langsung dilakukan dengan membeli surat-surat berharga di

perusahaan investasi. Perusahaan investasi adalah perusahaan yang menyediakan

jasa-jasa keuangan dengan cara menjual sahamnya ke publik. Investasi melalui

perusahaan investasi menawarkan keuntungan tersendiri bagi investor. Hanya

dengan modal yang relatif kecil, investor dapat mengambil keuntungan karena

pembentukan portofolio investasinya. Selain itu, dengan membeli saham

perusahaan investasi, investor tidak membutuhkan pengetahuan dan pengalaman

yang tinggi. Dengan pembelian tersebut investor dapat membentuk portofolio

yang optimal.

2.1.2 Pasar Modal Indonesia

Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen

keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat utang (obligasi),

saham, reksa dana, instrumen derivatif maupun instrumen lainnya. Pasar modal

merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lain (misalnya

pemerintah), dan sebagai sarana bagi kegiatan berinvestasi. Dengan demikian,

pasar modal memfasilitasi berbagai sarana dan prasarana kegiatan jual beli dan

kegiatan terkait lainnya (Bursa Efek Indonesia, 2015). Menurut undang-undang

Pasar Modal No. 8 tahun 1995, pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan

dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang

berkaitan dengan efek yang diterbitkannya serta lembaga dan profesi yang

berkaitan dengan efek. Menurut Sunariyah (2010: 4) pasar modal adalah suatu

sistem keuangan yang terorganisasi, termasuk di dalamnya adalah bank-bank

komersial dan semua lembaga perantara di bidang keuangan, serta keseluruhan

surat-surat berharga yang beredar, sedangkan bagi perusahaan yang membutuhkan

dana, pasar modal dapat menjadi alternatif.

Pasar Modal dirancang untuk investasi jangka panjang. Pengguna pasar

modal ini adalah individu-individu, pemerintah, organisasi dan perusahaan. Nilai

nominal investasi bisa sama dengan pada pasar modal uang atau dapat lebih

rendah atau lebih tinggi, yang membedakan bukanlah nilai nominal investasi

tetapi jangka waktu penanaman investasi. Misalnya, jangka waktu pemegang

saham tidak terbatas, tetapi deposito biasanya mempunyai waktu kurang dari satu

tahun. Di pasar modal, penawaran dan permintaan sangat bervariasi dibandingkan

dengan pasar pasar uang. Dari segi lain penawaran pada saat ini bisa menjadi

permintaan besok. Tetapi, pemain yang memegang peranan penting adalah

perusahaan-perusahaan dengan berbagai ukuran yang menggunakan dana jangka

panjang. Perusahaan–perusahaan tersebut termasuk perusahaan tambang,

industtri, manufaktur, perbankan, asuransi dan lain-lain.

2.1.3 Saham

Saham merupakan bukti kepemilikan sebagian dari perusahaan (Hartono

2008: 25). Menurut Sunariyah (2010: 8) penanaman modal pada suatu entitas

(badan usaha) yang dilakukan dengan menyetorkan sejumlah dana tertentu dengan

tujuan untuk menguasai sebagian hak pemilikan atas perusahaan tersebut. Badan

usaha yang membutuhkan dana tersebut menerbitkan surat berharga dan dijual

kepada pemodal, yang berakibat para pemodal dapat memiliki sebgaian

perusahaan sebesar jumlah surat berharga yang dikuasai. Surat berharga tersebut

disebut saham. Samsul (2006: 45) saham adalah tanda bukti memiliki perusahaan

di mana pemiliknya disebut juga sebagai pemegang saham (shareholder atau

stockholder). Bukti bahwa seseorang atau suatu pihak dapat dianggap sebagai

pemegang saham adalah apabila mereka sudah tercatat sebagai pemegang saham

dalam buku yang disebut daftar pemegang saham (DPS).

Dari pengertian-pengertian di atas saham dapat didefinisikan sebagai salah

satu instrumen keuangan berupa surat atau lembar berharga yang diterbitkan

perusahaan sebagai tanda bukti penyertaan modal di perusahaan tersebut.

Perusahaan yang menerbitkan saham disebut perusahaan go public dan terdaftar di

Bursa Efek Indonesia. Menurut Hartono (2008) saham itu sendiri dapat dibedakan

menjadi tiga yaitu common stock (saham biasa), preferred stock (saham preferen)

dan saham treasuri. Berikut ini akan dibahas mengenai saham biasa terlebih

dahulu diikuti oleh saham preferen dan saham treasuri.

a. Saham Biasa

Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal seseorang atau

pihak (badan usaha) dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Dengan

menyertakan modal tersebut, maka pihak tersebut memiliki klaim atas pendapatan

perusahaan, klaim atas asset perusahaan, dan berhak hadir dalam Rapat Umum

Pemegang Saham (RUPS) (IDX, 2015). Harton (2008) jika perusahaan hanya

mengeluarkan satu kelas saham saja, saham ini biasanya dalam bentuk saham

biasa (common stock). Pemegang saham adalah pemilik dari perusahaan yang

mewakilkan kepada manajemen untuk menjalankan operasi perusahaan.

Sunariyah (2010: 124) bahwa saham adalah bukti penyertaan modal yang

dimasukkan oleh subjek hukum ke dalam suatu Perseroan Terbatas pada saat

pendirian Perseroan Terbatas tersebut.

Saham menyatakan bahwa pemilik saham tersebut adalah juga pemilik

sebagian dari perusahaan tersebut. Dengan demikian apabila seorang investor

membeli saham, maka ia pun menjadi pemilik dan disebut pemegang saham

perusahaan. Ada dua jenis saham biasa yaitu saham atas nama dan saham atas

unjuk. Saham atas nama yaitu saham yang nama pemilik saham tertera di atas

saham tersebut. Sedangkan saham atas unjuk yaitu nama pemilik yaitu nama

pemilik saham tidak tertera di atas saham, tetapi pemilik saham adalah yang

memegang saham tersebut. Jadi, pemilik saham adalah yang menyimpan saham

tersebut dan mendapatkan seluruh hak-hak pemegang saham. Pada saat ini saham-

saham yang diperdagangkan di Indonesia adalah saham atas nama. Untuk itu,

pembelian saham harus segera mendaftarkan dan mengadministrasikan saham.

b. Saham Preferen

Untuk menarik investor potensial lainnya, suatu perusahaan mungkin juga

mengeluarkan kelas lain dari saham, yaitu yang disebut dengan saham preferen

(preferred stock). Saham preferen merupakan saham yang mempunyai sifat

gabungan (hybrid) antara obligasi (bond) dan saham biasa. Saham preferen

mempunyai hak – hak prioritas lebih dari saham biasa. Hak – hak prioritas dari

saham preferen yaitu hak atas dividen yang tetap dan hak terhadap aktiva jika

terjadi likuidasi. Akan tetapi, saham preferen umumnya tidak mempunyai hak

veto seperti yang dimiliki oleh saham biasa (Hartono, 2009). Sunariyah (2010:

130) saham preferen adalah jenis saham lain sebagai alternatif saham biasa.

Disebut juga preferensi karena pemegang saham preferensi mempunyai hak

istimewa karena pemegang saham peferensi mempunyai hak keistimewaan di atas

pemegang saham biasa, untuk hal hal tertentu yang diperjanjikan saat emisi

saham.

c. Saham Treasuri

Saham treasuri menurut Hartono (2008) adalah saham milik perusahaan

yang sudah pernah dikeluarkan dan beredar yang kemudian dibeli kembali oleh

perusahaan untuk tidak dipensiunkan tetapi disimpan sebagai treasuri yang

nantinya dapat dijual kembali. Perusahaan emiten membeli kembali saham

beredar sebagai saham treasuri dengan alasan – alasan sebagai berikut.

1) Akan digunakan dan diberikan kepada manajer – manajer atau karyawan –

karyawan di dalam perusahaan sebagai bonus dan kompensasi dalam bentuk

saham.

2) Meningkatkan volume perdagangan di pasar modal dengan harapan

meningkatkan nilai pasarnya.

3) Menambahkan jumlah lembar saham yang tersedia untuk digunakan

menguasai perusahaan lain.

4) Mengurangi jumlah lembar saham yang beredar untuk menaikkan laba per

lembarnya.

5) Alasan khusus lainnya yaitu dengan mengurangi jumlah saham yang beredar

sehingga dapat mengurangi kemungkinan perusahaan lain untuk menguasai

jumlah saham secara mayoritas dalam rangka pengambilan alih tidak

bersahabat (hostile takeover).

2.1.4 Return Saham

Return saham menurut Tandelilin (2010: 102) menyatakan bahwa: “return

merupakan salah satu faktor yang memotivasi investor berinvestasi dan juga

merupakan imbalan atas keberanian investor menanggung resiko atas investasi

yang dilakukannya”. Hartono (2008: 195) Return merupakan hasil yang diperoleh

dari investasi. Return ini dapat berupa return realisasi yang sudah terjadi atau

return ekspetasi yang diharapkan akan terjadi dimasa mendatang. Return realisasi

(realized Return) merupakan return yang telah terjadi. Return realisasi dihitung

mengunakan data historis. Return realiasasi penting karena digunakan sebagai

salah satu pengukur kinerja perusahaan dan juga berguna sebagai dasar penentuan

return ekspetasi serta risiko di masa mendatang. Beberapa pengukuran Return

realisasi yang banyak digunakan seperti :Return total (total return), relatif return

(return relative), kumulatif return (return cumulative) dan return disesuaikan

(adjusted return).

Hartono (2008: 196) menjelaskan bahwa terdapat dua unsur pokok return

total saham, yaitu capital gain (loss) dan yield. capital gain (loss) merupakan

hasil yang diperoleh dari selisih untung rugi dari harga investasi sekarang relatif

dengan harga periode yang lalu. Maksudnya, jika harga investasi sekarang lebih

tinggi dari harga investasi yang lalu ini berarti terjadi keuntungan modal atau

capital gain, sebaliknya kerugian modal disebut capital loss. Sedangkan yield

merupakan persentase penerimaan kas periodik terhadap harga investasi periode

tertentu dari suatu investasi. Untuk saham yield adalah persentase deviden

terhadap harga saham periode sebelumnya. Untuk obligasi, yield adalah

persentase bunga pinjaman yang diperoleh terhadap harga obligasi periode

sebelumnya. Dengan demikian return total dapat dinyatakan sebagai berikut.

𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 =𝑃𝑡 − 𝑃𝑡−1

𝑃𝑡−1+ 𝑦𝑖𝑒𝑙𝑑

Dalam penelitian ini, Return saham yang dimaksud adalah capital gain

atau capital loss yang didefinisikan sebagi selisih dari harga investasi sekarang

relatif dengan harga periode yang lalu. Dari definisi tersebut return saham dapat

dicari dengan rumus sebagai berikut.

𝑅𝑡 =𝑃𝑡 − 𝑃𝑡−1

𝑃𝑡−1

Dimana:

𝑅𝑡 = Return Saham pada periode ke t

𝑃𝑡 = Harga Penutupan Saham pada periode ke t

𝑃𝑡−1 = Harga Penutupan Saham pada periode ke t-1

t = Periode bulan sekarang

t-1 = Periode bulan kemarin

2.1.5 Makro Ekonomi

Ekonomi makro adalah ilmu yang mempelajari fenomena ekonomi secara

luas, termasuk di dalamnya inflasi, pengangguran dan pertumbuhan ekonomi

(Mankiw, 2002). Menurut Sunariyah (2010: 22) perubahan atau perkembangan

yang terjadi pada berbagai variabel ekonomi suatu negara akan memberikan

pengaruh kepada pasar modal. Apabila suatu indikator ekonomi jelek maka akan

berdampak buruk pada perkembangan pasar modal. Tetapi apabila suatu indikator

ekonomi baik maka akan memberikan pengaruh baik pula.

Menurut Samsul (2006: 200) faktor makro merupakan faktor yang berada

di luar perusahaan, tetapi mempunyai pengaruh terhadap kenaikan atau penurunan

kinerja perusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung. Kondisi makro

perekonomian suatu negara merupakan salah satu faktor yang dapat

mempengaruhi kinerja perusahaan-perusahaan dan kinerja saham yang ada di

negara tersebut. Faktor makro-ekonomi yang secara langsung dapat

mempengaruhi kinerja saham maupun kinerja perusahaan sebagai berikut: tingkat

bunga umum domestik, tingkat inflasi, peraturan perpajakan, kebijakan khusus

pemerintah yang terkait dengan perusahaan tertentu, kurs valuta asing, tingkat

bunga pinjaman luar negeri, kondisi perekonomian internasional, siklus ekonomi,

faham ekonomi, peredaran uang.

Perubahan faktor makro-ekonomi di atas tidak akan dengan seketika

mempengaruhi kinerja perusahaan, tetapi secara perlahan dalam jangka panjang.

Sebaliknya harga saham akan terpengaruh dengan seketika oleh perubahan faktor

makroekonomi itu karena para investor lebih cepat bereaksi. Ketika perubahan

faktor makro-ekonomi itu terjadi, investor akan mengkalkulasi dampaknya baik

yang positif maupun negatif terhadap kinerja perusahaan beberapa tahun ke

depan, kemudian mengambil keputusan membeli atau menjual saham yang

bersangkutan.

Reaksi berlebihan tampak pada perubahan harga saham yang tajam, yaitu

naik atau turun secara tajam, kemudian terkoreksi oleh pasar sehingga tercapai

harga yang normal. Investor yang dapat mengestimasi perubahan faktor makro

akan mampu bertindak terlebih dahulu dalam membuat keputusan jual beli, dan

akan memperoleh keuntungan yang besar daripada investor yang terlambat dalam

mengambil keputusan jual beli saham.

2.1.6 Harga minyak dunia

Minyak mentah atau crude oil merupakan salah satu energi utama yang

sangat dibutuhkan. Hasil dari pengolahan minyak mentah dapat menjadi energi

untuk melakukan kegiatan produksi. Jenis minyak mentah yang di perdagangkan

di dunia seperti, West Texas Intermediate (WTI), Brent Bland, OPEC Basket

price, Russian Export Blend dan Dubai Fateh. Harga minyak mentah dunia diukur

dengan harga spot pasar minyak dunia, umumnya harga minyak yang digunakan

menjadi harga standar dunia adalah West Texas Intermediate (WTI).

West Texas Intermediate (WTI) merupakan minyak mentah yang memiliki

kualitas tinggi. Minyak mentah tersebut berjenis light-sweet dan memiliki kadar

belerang yang rendah. Minyak jenis ini sangat cocok untuk dijadikan bahan bakar

energi, karena tingginya kualitas minyak mentah West Texas Intermediate

dijadikan harga standar minyak dunia. Harga minyak West Texas Intermediate

pada umumnya lebih tinggi sembilan dollar per barrel dibandingkan dengan harga

minyak OPEC dan lebih tinggi satu hingga dua dollar per barel dibanding harga

minyak Brent Bland (http://www.useconomy.about.com). Hal inilah yang menjadi

alasan harga minyak WTI menjadi ukuran standar bagi perdagangan minyak di

Amerika.

Beberapa faktor yang mempengaruhi harga minyak dunia antara lain

(useconomy.about.com).

1) penawaran minyak dunia, terutama kuota suplai yang ditentukan oleh OPEC,

2) cadangan minyak Amerika Serikat, terutama yang terdapat di kilang-kilang

minyak Amerika Serikat dan yang tersimpan dalam Cadangan minyak

strategis,

3) permintaan minyak dunia, ketika musim panas, permintaan minyak

diperkirakan dari perkiraan jumlah permintaan oleh maskapai penerbangan

untuk perjalanan wisatawan. Sedangkan ketika musim dingin, diramalkan dari

ramalan cuaca yang digunakan untuk memperkirakan permintaan potensial

minyak untuk penghangat ruangan.

Dalam penelitian ini satuan ukuran minyak mentah yang digunakan adalah

barel. Sedangkan mata uang yang digunakan sebagai alat tukar adalah dolar

Amerika Serikat. Salah satu alasan pemilihan dolar AS sebagai alat tukar minyak

adalah karena mata uang dolar AS dikenal hampir diseluruh dunia. Jenis minyak

mentah yang dipakai adalah West Texas Intermediate (WTI) merupakan minyak

mentah yang memiliki kualitas tinggi dan umumnya digunakan menjadi harga

standar minyak mentah dunia.

2.1.7 Inflasi

Inflasi adalah salah satu indikator untuk melihat stabilitas ekonomi suatu

wilayah atau daerah yang menunjukkan perkembangan harga barang dan jasa

secara umum yang dihitung dari indeks harga konsumen (www.bps.go.id).

Menurut Sunariyah (2006: 20) inflasi merupakan kenaikan harga-harga barang

dan jasa secara terus-menerus. Menurut Tandelilin (2010: 342) inflasi merupakan

kecenderungan terjadinya peningkatan harga produk-produk secara keseluruhan.

Menurut Bank Indonesia, secara sederhana inflasi diartikan sebagai meningkatnya

harga-harga secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua

barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau

mengakibatkan kenaikan harga) pada barang lainnya. Kebalikan dari inflasi

disebut deflasi.

Menurut Adtmaja (1999) Dalam ilmu ekonomi, inflasi dapat dibedakan

menjadi beberapa jenis dalam pengelompokan tertentu, dan pengelompokan yang

akan dipakai akan sangat bergantung pada tujuan yang hendak dicapai.

1. menurut derajatnya,

- inflasi ringan di bawah 10% (single digit),

- inflasi sedang 10% - 30%,

- inflasi tinggi 30% - 100%,

- hyperinflasion di atas 100%.

Laju inflasi tersebut bukanlah suatu standar yang secara mutlak dapat

mengindikasikan parah tidaknya dampak inflasi bagi perekonomian di suatu

wilayah tertentu, sebab hal itu sangat bergantung pada berapa bagian dan

golongan masyarakat manakah yang terkena imbas ( yang menderita ) dari inflasi

yang sedang terjadi.

2. Menurut Penyebabnya

Demand pull inflation, yaitu inflasi yang disebabkan oleh terlalu kuatnya

peningkatan aggregate demand masyarakat terhadap komoditi-komoditi hasil

produksi di pasar barang. Akibatnya, akan menarik (pull) kurva permintaan

agregat ke arah kanan atas, sehingga terjadi excess demand, yang merupakan

inflationary gap. Dalam kasus inflasi jenis ini, kenaikan harga-harga barang

biasanya akan selalu diikuti dengan peningkatan output (GNP riil) dengan asumsi

bila perekonomian masih belum mencapai kondisi full-employment. Pengertian

kenaikkan aggregate demand seringkali ditafsirkan berbeda oleh para ahli

ekonomi. Golongan moneterist menganggap aggregate demand mengalami

kenaikkan akibat dari ekspansi jumlah uang yang beredar di masyarakat

Sedangkan, menurut golongan Keynesian kenaikkan aggregate demand dapat

disebabkan oleh meningkatnya pengeluaran konsumsi; investasi; government

expenditures; atau net export, walaupun tidak terjadi ekspansi jumlah uang

beredar.

Cost push inflation, yaitu inflasi yang dikarenakan bergesernya aggregate

supply curve ke arah kiri atas. Faktor-faktor yang menyebabkan aggregate supply

curve bergeser tersebut adalah meningkatnya harga faktor-faktor produksi (baik

yang berasal dari dalam negeri maupun dari luar negeri) di pasar faktor produksi,

sehingga menyebabkan kenaikkan harga komoditi di pasar komoditi. Dalam kasus

cost push inflation kenaikan harga seringkali diikuti oleh kelesuan usaha.

3. Menurut Asalnya

Domestic inflation, yaitu inflasi yang sepenuhnya disebabkan oleh kesalahan

pengelolaan perekonomian baik di sektor riil ataupun di sektor moneter di dalam

negeri oleh para pelaku ekonomi dan masyarakat. Imported inflation, yaitu inflasi

yang disebabkan oleh adanya kenaikan harga-harga komoditi di luar negeri (di

negara asing yang memiliki hubungan perdagangan dengan negara yang

bersangkutan). Inflasi ini hanya dapat terjadi pada negara yang menganut sistem

perekonomian terbuka (open economy system). Dan, inflasi ini dapat „menular‟

baik melalui harga barang-barang impor maupun harga barang-barang ekspor.

Pada penelitian ini mengunakan data inflasi dari Bank Indonesia. Menurut

Bank Indoneisa Indikator yang sering digunakan untuk mengukur tingkat inflasi

diindonesia adalah Indeks Harga Konsumen (IHK). Perubahan IHK dari waktu ke

waktu menunjukkan pergerakan harga dari paket barang dan jasa yang dikonsumsi

masyarakat. Sejak Juli 2008, paket barang dan jasa dalam keranjang IHK telah

dilakukan atas dasar Survei Biaya Hidup (SBH) Tahun 2007 yang dilaksanakan

oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Kemudian, BPS akan memonitor perkembangan

harga dari barang dan jasa tersebut secara bulanan di beberapa kota, di pasar

tradisional dan modern terhadap beberapa jenis barang/jasa di setiap kota.

Pengelompokan Inflasi Inflasi yang diukur dengan IHK di Indonesia

dikelompokan ke dalam 7 kelompok pengeluaran (berdasarkan the Classification

of individual consumption by purpose (COICOP)) yaitu: kelompok bahan

makanan, kelompok makanan jadi, minuman, dan tembakau, kelompok

perumahan, kelompok sandang, kelompok kesehatan, kelompok pendidikan dan

olah raga, kelompok transportasi dan komunikasi.

2.1.8 Kurs (nilai tukar)

Kurs atau nilai tukar adalah suatu nilai yang menunjukkan jumlah nilai

mata uang dalam negeri yang diperlukan untuk mendapatkan satu unit mata uang

asing (Sukirno, 2002: 87). Kurs valuta asing dapat didefinisikan juga sebagai nilai

seunit valuta (mata uang) asing apabila ditukarkan dengan mata uang dalam

negeri (Sukirno, 2000: 197).

Menurut Sukirno (2000: 197) penentuan kurs dapat dibedakan menjadi

dua sistem yaitu : kurs tetap dan kurs fleksibel.

1. Kurs Tetap (Fixed Exchange Rate)

Kurs tetap merupakan sistem nilai tukar dimana pemegang otoritas

moneter tertinggi suatu negara (Central Bank) menetapkan nilai tukar dalam

negeri terhadap negara lain yang ditetapkan pada tingkat tertentu tanpa melihat

aktivitas penawaran dan permintaan di pasar uang. Jika dalam perjalanannya

penetapan kurs tetap mengalami masalah, misalnya terjadi fluktuasi penawaran

maupun permintaan yang cukup tinggi maka pemerintah bisa mengendalikannya

dengan membeli atau menjual kurs mata uang yang berada dalam devisa negara

untuk menjaga agar nilai tukar stabil dan kembali ke kurs tetap nya. Dalam kurs

tetap ini, bank sentral melakukan intervensi aktif di pasar valas dalam penetapan

nilai tukar.

2. Kurs Fleksibel

Dalam sistem kurs valuta asing yang fleksibel. Harga valuta asing

ditetapkan oleh permintaan dan penawaran dipasaran. Dari sehari ke sehari

permintaan dan penawaran valuta akan selalu mengalami perubahan, maka kurs

akan mengalami dampak yang sama. Dalam sistem ini, bank sentral tidak perlu

secara aktif menyertai jual beli valuta asing di pasaran. Fleksibilitas harga valuta

asing akan menjamin tercapainya keadaan di mana permintaan valuta asing sama

dengan penawaran valuta asing. Dengan demikian bank sentral tidak perlu

menyimpan cadangan valuta asing yang berlebih-lebihan untuk digunakan dalam

intervensi pasaran apabila ketidak sinambungan diantara permintaan dan

penawaran valuta asing masih berlaku.Ini merupakan kebaikan utama dari kurs

fleksibel.

Menurut Mankiw (2006) kurs dibedakan menjadi dua: kurs nominal dan

kurs riil, kurs nominal (nominal exchange rate) adalah harga relatif dari mata

uang dan negara. Kurs Rill (real exchange rate) adalah harga relative dari barang-

barang di antara dua negara. Kurs riil menyatakan tingkat dimana kita bisa

memperdagangkan barang-barang dari suatu negara untuk barang-barang dari

negara lain. Kurs riil sering disebut term of trade.

Nilai tukar atau lazim juga disebut kurs valuta dalam berbagai transaksi

ataupun jual beli valuta asing, dikenal ada empat jenis yakni (Dornbusch dan

Fischer, 1992) dalam Fuadi (2009).

a. Selling Rate (kurs jual), yakni kurs yang ditentukan oleh suatu Bank untuk

penjualan valuta asing tertentu pada saat tertentu.

b. Middle Rate (kurs tengah), adalah kurs tengah antara kurs jual dan kurs beli

valuta asing terhadap mata uang nasional, yang ditetapkan oleh Bank Sentral

pada suatu

c. Buying Rate (kurs beli), adalah kurs yang ditentukan oleh suatu bank untuk

pembelian valuta asing tertentu pada saat tertentu.

d. Flat Rate (kurs flat), adalah kurs yang berlaku dalam transaksi jual beli bank

notes dan traveller chaque, di mana dalam kurs tersebut sudah diperhitungkan

promosi dan biaya-biaya lainya.

2.2 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1

Ringkasan Penelitian Terdahulu N

o

Nama

(Tahun) Dependen Independen Data Periode Hasil

1

Fauzan

Yasmian

di (2011)

Return

Saham

Inflasi, Nilai

Tukar, Suku

Bunga, Harga

Minyak dan

Harga Emas

Perusahaan

Manufaktur

di Bursa

Efek

Indonesia

2007-

2010.

suku bunga, harga

minyak dan harga

emas berpengaruh,

inflasi dan nilai

tukar tidak

berpengaruh

2

Murti

Lestari

(2005)

Return

Saham

kurs,inflasi

dan tingkat

suku bunga

jangka pendek

di Bursa

Efek Jakarta

(BEJ)

1998 -

2003

variabel makro

berpengaruh cukup

signifikan terhadap

fluktuasi harga

saham

3

Bayu

Seto

Sambodo

(2014)

Harga

Saham

Inflasi, BI

Rate, Nilai

Tukar Rupiah,

dan Harga

Emas Dunia

Indeks

Harga

Saham

Pertambanga

n di BEI

2008 –

2012

BI Rate dan Nilai

Tukar Rupiah

signifikan dan laju

inflasi dan harga

emas dunia tidak

memiliki pengaruh

signifikan

4

Livia

Halim

(2013)

Return

Saham

inflasi, BI rate,

jumlah uang

beredar dan

nilai tukar

perusahaan

dengan

kapitalisasi

besar BEI

2009 –

2012.

jumlah uang

beredar dan nilai

tukar berpengaruh

signifikan

sedangkan inflasi

dan BI rate tidak

berpengaruh

signifikan

5

Suramay

a Suci

Kewal

(2012)

IHSG

tingkat inflasi,

kurs, suku

bunga SBI dan

pertumbuhan

PDB

Indeks

Harga

Saham

Gabungan,

2000 –

2009.

tingkat inflasi, suku

bunga SBI dan

pertumbuhan PDB

tidak memiliki

pengaruh yang

signifikan terhadap

IHSG, sedangkan

kurs rupiah

berpengaruh negatif

Dilanjutkan

Tabel 2.1 (Lanjutan)

No Nama

(Tahun) Dependen Independen Data Periode Hasil

6

Steven

Sugiarto

Lawrence

(2013)

IHSG

Minyak,

Inflasi,

Jumlah

Uang

Beredar,

Suku Bunga

SBI, Emas

ANTAM,

Indeks

Harga

Saham

Gabungan,

2009 –

2012

harga minyak dan

jumlah uang

beredar

berpengaruh

signifikan, inflasi,

suku bunga SBI,

dan harga emas

ANTAM tidak

berpengaruh

signifikan

7

Akbar

Faoriko

(2013)

Return

Saham

Inflasi ,

Suku bunga

dan Nilai

Tukar

Rupiah

Perusahaan

Manufaktu

r di BEI

2008 –

2010

Inflasi dan suku

bunga berpengaruh

signifikan,

sedangkan nilai

tukar tidak

berpengaruh

signifikan

8

Agus

Arman

(2008)

return

saham

surprise

jumlah uang

beredar,

surprise

inflasi,

surprise

suku bunga,

surprise nilai

tukar rupiah

terhadap US

dollar,

surprise

pertumbuhan

investasi

asing, dan

surprise

pertumbuhan

ekonomi

BEI 2002-

2007

Surprise makro-

ekonomi

berpengaruh ke

return saham

Dilanjutkan

Tabel 2.1 (Lanjutan)

No Nama

(Tahun) Dependen Independen Data Periode Hasil

9

Agustina

dan Fitry

Sumartio

(2014)

Harga

Saham

net profit

margin, dividen

per share,

tingkat suku

bunga Sertifikat

Bank Indonesia,

inflasi, kurs

Pertamban

gan BEI

2007 –

2011

NPM, Tingkat Suku

Bunga SBI dan Kurs

Valuta Asing

berpengaruh negatif

terhadap pergerakan

harga saham.

Sedangkan DPS dan

Tingkat Inflasi

berpengaruh positif

terhadap pergerakan

harga saham

10

Sadiye

Çiftçi

(2014)

Stock

Return

crude oil,

interest rate,

exchange rate

and gold

ten U.S.

industries

January

1997 to

Septemb

er 2014

Hasil keseluruhan

menunjukkan

pengaruh negatif

minyak mentah pada

return saham untuk

beberapa industri,

tingkat suku bunga

tidak berpengaruh

pada kinerja saham

untuk semua industri.

Industri yang

berorientasi ekspor

dipengaruhi oleh

perubahan dalam

Euro tingkat / USD

dan perubahan

pengembalian emas

tidak mempengaruhi

return saham untuk

periode pra-krisis,

sementara efek

sebaliknya diamati

selama periode pra-

krisis dan seluruh

periode untuk

beberapa industri.

2.3 Pengembangan Hipotesis

2.3.1 Pengaruh Harga Minyak Dunia Terhadap Return Saham

Minyak dunia merupakan salah satu faktor makro-ekonomi yang dapat

mempengaruhi pergerakan return saham terutama pada sektor pertambangan.

Barang-barang pertambangan yang didominasi oleh jenis barang yang dapat

dijadikan sumber energi merupakan barang subsitusi dari minyak dunia tersebut.

Sehingga pergerakan harga minyak dunia juga akan diikuti oleh harga saham

sektor pertambangan. Hal ini terjadi karena investor menganggap bahwa naiknya

harga minyak mentah merupakan petanda meningkatnya permintaan, yang

mengindikasikan membaiknya kondisi ekonomi global. Meningkatnya permintaan

minyak dunia diikuti dengan naiknya permintaan komoditas hasil tambang..

Dengan begitu, jika harga minyak mentah meningkat, ekspektasi terhadap

membaiknya kinerja perusahaan-perusahaan pertambangan juga akan meningkat

dan otomatis harga sahamnya akan ikut naik yang di ikuti kenaikan return saham

sektor pertambangan juga.

Witjaksono (2010) mengemukakan bahwa kenaikan harga minyak secara

umum akan mendorong kenaikan harga saham sektor pertambangan. Hal ini

disebabkan karena dengan peningkatan harga minyak akan memicu kenaikan

harga barang tambang secara umum. Menurut Rusbariand, Masodah, Riskayanto

dan Septi Herawati (2012) pergerakan harga minyak mentah dunia yang

berfluktuasi merupakan suatu indikasi yang mempengaruhi pasar modal suatu

negara. Kenaikan harga minyak mentah dunia secara tidak langsung akan

berimbas pada sektor ekspor dan impor suatu negara. Bagi negara pengekspor

minyak, kenaikan harga minyak mentah dunia merupakan keuntungan tersendiri

bagi perusahaan. Karena harga minyak yang sedang tinggi membuat para investor

cenderung menginvestasikan dananya ke berbagai sektor komoditi minyak dan

pertambangannya. Namun jika harga minyak sedang turun para investor

cenderung mencari keuntungan dengan cara menjual sahamnya.

Hasil penelitian yang dilakukan beberapa peneliti mengatakan adanya

korelasi positif antara harga minyak dan return saham. Penelitian Berk dan

Aydogan (2012) yang membuktikan bahwa adanya pengaruh harga minyak

terhadap return saham di Istanbul Stock Exchange National Index (ISE-100) Turki

dan penelitian Rakasetya, Darminto dan Dzulkirom (2013) yang membuktikan

bahwa faktor makro-ekonomi harga minyak dunia signifikan pengaruhnya

terhadap harga saham sektor mining and mining service, penelitian Yasmiandi

(2011) bahwa harga minyak duniamempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

return saham, penelitian yang dilakukan oleh Witjaksono (2010) juga

menunjukkan bahwa harga minyak dunia berpengaruh positif dan signifikan

terhadap IHSG, penelitian Rusbariand dkk (2012) harga minyak mentah dunia

berpengaruh positif dan signifikan secara statistik terhadap JII di Bursa Efek

Indonesia. Penelitian Çiftçi (2014) hasil keseluruhan menunjukkan pengaruh

negatif minyak mentah pada return saham untuk beberapa industri. Hasil berbeda

diperoleh dari penelitian oleh Johan, Sipon dan Kamdari (2012) yang menyatakan

bahwa hanga minyak dunia tidak berpengaruh signifikan terhadap Bursa Malaysia

Kuala Lumpur Composite Index (KLCI).

Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa Harga Minyak Dunia

memiliki pengaruh positif terhadap Return saham sektor pertambangansehingga

dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut.

H 1: Harga minyak mentah dunia berpengaruh terhadap return saham.

2.3.2 Pengaruh Inflasi Terhadap Return Saham

Inflasi merupakan kenaikan harga secara umum dan terus menerus.

Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali

bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan harga) pada barang

lainnya. Menurut Samsul (2006: 201) tingkat inflasi dapat berpengaruh positif

maupun negatif tergantung derajat inflasi itu sendiri. Inflasi yang tinggi dapat

menrugikan perekonomian secara keseluruhan yakni dapat membuat perusahaan

mengalami kebangkrutan. Dapat disimpulkan bahwa inflasi yang tinggi dapat

menjatuhkan harga saham di pasar, naiknya inflasi akan menaikkan biaya

produksi perusahaan. Jika peningkatan biaya produksi lebih tinggi dari

peningkatan harga yang dapat dinikmati oleh perusahaan maka profitabilitas

perusahaan akan turun. Secara langsung, inflasi mengakibatkan turunnya

profitabilitas dan daya beli uang. Jika profitabilitas perusahaan menurun hal ini

akan mengakibatkan dampak yang signifikan terhadap pendapatan deviden yang

diterima oleh investor, hal ini yang nantinya membuat investor menganggap

investasi pada pasar modal kurang menarik sehingga mereka mengalihkan

dananya dari pasar modal ke jenis investasi lain yang memberikan return yang

lebih baik, sementara inflasi yang sangat rendah akan berakibat pertumbuhan

ekonomi sangat lamban, dan pada akhirnya harga saham juga bergerak dengan

lamban.

Diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Lestari (2005) terdapat

pengaruh negatif dari perubahan tingkat inflasi pada return saham pada Bursa

Efek Jakarta 1998 sampai dengan 200, Faoriko (2013) inflasi berpengaruh

signifikan terhadap return saham, sedangkan Sedangkan penelitian Suyanto

(2007) membuktikan bahwa Inflasi berpengaruh positif terhadap Return

saham.Hasil berbeda diperoleh oleh Yasmiandi (2011) bahwa inflasi tidak

mempunyai pengeruh signifikan terhadap Return saham perusahaan manufaktur

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2007 sampai dengan tahun

2010 dan penelitian Sambodo (2014) Laju Inflasi tidak memiliki pengaruh bagi

pergerakan IHS Pertambangan baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka

panjang.

Berdasarkan uraian dan penelitian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa

inflasi adalah apabila adanya kenaikan harga – harga secara terus menerus dalam

waktu atau periode tertentu. Inflasi yang tinggi menyebabkan menurunnya

profitabilitas suatu perusahaan, sehingga akan menurunkan pembagian deviden

dan daya beli masyarakat juga menurun, sehingga inflasi yang tinggi mempunyai

hubungan negatif terhadap ekonomi harga saham dan akhirnya berdampak ke

terhadap return saham, sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut.

H 2: Inflasi berpengaruh terhadap return saham.

2.3.3 Pengaruh Kurs Terhadap Return Saham

Nilai tukar mata uang atau sering disebut kurs merupakan harga mata uang

terhadap mata uang lainnya. Kurs merupakan salah satu harga yang terpenting

dalam perekonomian terbuka mengingat pengaruh yang demikian besar bagi

neraca transaksi berjalan maupun variabel-variabel makro-ekonomi yang lain.

Banyak perusahaan yang go publik terutama pertambangan menggunakan bahan-

bahan, teknologi dari luar dan modal asing. Hasil-hasil barang tambang pun

banyak diekspor, sehingga pertambangan melakukan aktivitas perdagangan

internasional yang cukup tinggi. Oleh karena itu, pengaruh dollar pada harga dan

keuntungan pada perusahaan sangat besar, karena perubahan keuntungan

mempengaruhi ekspektasi pemodal.

Apabila kurs meningkat dan laba perusahaan menurun, maka ekspektasi

pemodal menurun dan harga dan return saham juga menurun, sementara bagi

perusahaan yang melakukan perdagangan ekspor tinggi akan memperoleh

keuntungan dari kenaikan tersebut yang berdampak pada kenaikan laba dan

return saham. Menurut Sunariyah (2010) menurunnya kurs rupiah dapat

meningkatkan biaya impor bahan baku dan meningkatkan suku bunga walaupun

dapat meningkatkan nilai ekspor. Menurunya kurs rupiah terhadap mata uang

asing memiliki pengaruh negatif terhadap ekonomi dan pasar modal terutama

saham.

Ini didukung oleh penelitian peneilitan Lestari (2005) terdapat pengaruh

negatif dari perubahan tingkat kurs pada return saham pada Bursa Efek Jakarta,

Halim (2013) nilai tukar rupiah berpengaruh signifikan terhadap return saham,

penelitian Sambodo (2014) bahwa nilai tukar atau kurs rupiah terhadap Dollar

Amerika Serikat mempunyai pengaruh negatif terhadap IHS Pertambangan di BEI

baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Rohmanda dkk (2014)

membuktikan bahwa kurs rupiah mempunyai pengaruh negatif terhadap harga

saham seluruh sektor industri. Hasil berbeda diperoleh oleh Yasmiandi (2011)

bahwa kurs tidak mempunyai pengeruh signifikan terhadap Return saham dan

Faoriko (2013) yang menyatakan bahwa nilai tukar tidak berpengaruh signifikan

terhadap return saham.

Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa kurs memiliki pengaruh

negatif terhadap Return saham, sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut.

H 3; Kurs rupiah berpengaruh terhadap return saham.

2.4 Kerangka Pemikiran Teoritis

Kerangka Pemikiran tentang pengaruh antara variable harga minyak dunia, inflasi

dan kurs terhadap return saham pada sektor pertambangan sebagai berikut.

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran

2.5 Hipotesis

Berdasarkan uraian dan penelitian terdahulu tersebut, maka dapat

dirumuskan hipotesis penelitian ini sebagai berikut ini.

H1: Harga minyak dunia memiliki pengaruh terhadap return saham.

H2: Inflasi memiliki pengaruh terhadap return saham.

H3: Kurs memiliki pengaruh terhadap return saham.

H 1(+)

H 2(-)

H 3(-)

Return Saham

Sektor

Pertambangan

Harga Minyak

Dunia

Inflasi

Kurs