bab ii pembahasan a. analisis struktural berdasarkan teori...

84
31 31 BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural Berdasarkan Teori Struktural Robert Stanton Analisis struktural yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori pengkajian fiksi Stanton (2012). Analisis struktural menurut Stanton meliputi fakta-fakta cerita (karakter/penokohan, alur, latar), tema dan sarana-sarana sastra (judul, sudut pandang, gaya dan tone, simbiolisme dan ironi). Analisis struktural novel Gumuk Sandhi karya Poerwadhi Atmodihardjo menurut teori Robert Stanton adalah sebagai berikut. 1. Fakta-fakta cerita Fakta-fakta cerita terdiri dari alur, latar dan karakter. Kesatuan unsur-unsur tersebut disebut sebagai struktur faktual cerita. Fakta-fakta cerita pada novel Gumuk Sandhi karya Poerwadhie Atmodihardjo dijabarkan sebagai berikut 1.1 Alur Alur merupakan rangkaian peristiwa-peristiwa dalam sebuah cerita. Alur merupakan tulang punggung cerita. Alur memiliki hukum sendiri yaitu memiliki bagian awal, tengah dan akhir yang nyata, meyakinkan, dan logis, dapat menciptakan berbagai macam kejutan dan memunculkan sekaligus mengakhiri ketegangan-ketegangan (Stanton, 2012:28). 1.1.1 Bagian Awal Bagian awal dari alur novel Gumuk Sandhi karya Poerwadhie Atmodihardjo adalah prawita yang dalam perjalanan pulang setelah

Upload: dangkien

Post on 07-Mar-2019

288 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural Berdasarkan Teori ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112011_bab2.pdf · fakta-fakta cerita (karakter/penokohan, alur, latar), tema dan

31

31

BAB II

PEMBAHASAN

A. Analisis Struktural Berdasarkan Teori Struktural Robert

Stanton

Analisis struktural yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori

pengkajian fiksi Stanton (2012). Analisis struktural menurut Stanton meliputi

fakta-fakta cerita (karakter/penokohan, alur, latar), tema dan sarana-sarana sastra

(judul, sudut pandang, gaya dan tone, simbiolisme dan ironi). Analisis struktural

novel Gumuk Sandhi karya Poerwadhi Atmodihardjo menurut teori Robert

Stanton adalah sebagai berikut.

1. Fakta-fakta cerita

Fakta-fakta cerita terdiri dari alur, latar dan karakter. Kesatuan unsur-unsur

tersebut disebut sebagai struktur faktual cerita. Fakta-fakta cerita pada novel

Gumuk Sandhi karya Poerwadhie Atmodihardjo dijabarkan sebagai berikut

1.1 Alur

Alur merupakan rangkaian peristiwa-peristiwa dalam sebuah cerita.

Alur merupakan tulang punggung cerita. Alur memiliki hukum sendiri yaitu

memiliki bagian awal, tengah dan akhir yang nyata, meyakinkan, dan logis,

dapat menciptakan berbagai macam kejutan dan memunculkan sekaligus

mengakhiri ketegangan-ketegangan (Stanton, 2012:28).

1.1.1 Bagian Awal

Bagian awal dari alur novel Gumuk Sandhi karya Poerwadhie

Atmodihardjo adalah prawita yang dalam perjalanan pulang setelah

Page 2: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural Berdasarkan Teori ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112011_bab2.pdf · fakta-fakta cerita (karakter/penokohan, alur, latar), tema dan

32

berkumpul bersama teman-temannya di rumah warga baru pensiunan polisi

dari kota Kendal. Hatinya senang bercampur gelisah karena ia berhasil

menemukan petunjuk keberadaan Sudira yang telah lama hilang tanpa kabar

sama sekali.

Kutipan:

Mau nalika isih ana ing lurung sing lindhuk kebak ilo-ilo, lakune kaya

digelak. Jangkahing sikile kanggo nututi jola-jolaning atine sing kaselak

kepengin enggal tekan ngomah. Bisaa tumuli ketemu karo sisihane sarta

bisa enggal nyuntak isining atine. Sajroning mlaku kahanane Marsini

tansah kumanthil-kanthil ana ing mripat. Iba bungahing atine samangsa

mengko dikandhani yen Sudira wis ketemu. Utawa apes ewes ana sisik

melike bakal bisa ketemu. Ketemune Sudira embuh esuk embuh sore bakal

ateges mungkuring ayahan sing sasuwene iki njalari tansah anane

panandhang batin sing meh-meh wae ora bisa dientasi. Sanyatane,

sanajan Prawita uga mung manungsa lumrah, mung bleger raga sing lagi

nggragangi nyawa urip. ( GS, 2011: 12)

Terjemahan:

Tadi ketika masih di jalan yang gelap penuh dengan sesuatu yang

tersembunyi., jalannya seperti dipecut. Jangkah kakinya untuk menyusul

gemuruh hati yang ingin segera cepat sampai rumah. Dapatlah segera

bertemu dengan pasangannya serta bisa cepat menumpahkan isi hatinya.

Di dalam perjalanan keadaannya Marsini selalu terbayang di mata. Iba

bahagia hatinya ketika nanti diberitahu jika Sudira sudah ketemu. Atau

kurang beruntungnya ada harapan akan bisa bertemu. Ketemunya Sydira

entah pagi entah siang akan menegaskan selesainya kwajiban yang selama

ini membuat selalu adanya penderitaan hati yang hampir saja bisa

diselesaikan. Sebenarnya, walaupun Prawita juga hanya manusia biasa,

hanya hanya wujud raga yang sedang menaungi nyawa hidup.

1.1.2 Bagian Tengah

Bagian tengah dari alur novel Gumuk Sandhi adalah ketika Prawita

dan Marsini memutuskan untuk mengunjungi rumah Pagon Yayono untuk

memastikan apakah benar orang yang ada di salah satu foto milik Pagon

Yayono itu benar Sudira ataukah orang lain.

Page 3: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural Berdasarkan Teori ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112011_bab2.pdf · fakta-fakta cerita (karakter/penokohan, alur, latar), tema dan

33

Kutipan:

“Sajakipun adhik sekaliyan sampun sami tepang, inggih?” pitakone.

“Semu-semunipun, Mas, duka manawi nyami rupi!” sumaure Prawita.

“Kula rumiyin gadhah kanca ingkang rupinipun sami kaliyan gambar

potrek punika, nanging naminipun Sudira.”

“O, punika naminipun Ruwiya!” samambunge Pagon Yayono.

“Pinter main bal?” Pitakone Prawita.

“Leres!”

“Glandhang kiri?”

“Lho, cocog, Dhik. Ruwiya punika pancen inggih glandhang kiri.

Tendhanganipun… wah anggedab-edabi lan ing Kendal dados bintang

lapangan. Pemain ulung be es ka, inggih punika Bon Sepakbola Kendal”.

Prawita manthuk-manthuk. Pagon Yayono lan sisihane padha pating

plenggong.

…. “Kula sapunika yakin, Mas… ingkang name Ruwiya punika estunipun

inggih kanca kula ingkang name Sudira. Mbokmanawi piyambakipun

gantos nami”. (GS, 2011:40)

Terjemahan:

“Kelihatannya adik sekalian sudah sama-sama kenal ya?” Pertanyaannya.

“kira-kira, Mas, tidak tahu jika rupanya hampir sama!” jawab Prawita.

“ Saya dulu punya teman yang wajahnya sama dengan gambar potret ini,

tetapi namanya Sudira.”

“O, ini namanya Ruwiya! Sambung Pagon Yayono.

“Pandai bermain bola?” pertanyaannya Prawita.

“Benar!”

“Gelandang kiri?”

“Lho, cocok, Dhik. Ruwiya ini memang ya gelandang kiri. Tendangannya

… wahh tidak terkira dan di Kendal jadi bintang lapangan. Pemain ulung

BSK, ya ini Bon Sepakbola Kendal”.

Prawita manggut-manggut. Pagon Yayono dan istrinya terkejut.

… ”Saya sekarang sudah yakin, Mas.. yang bernama Ruwiya ini sejatinya

ya teman saya yang bernama Sudira. Mungkin saja dirinya berganti

nama.”

Alur bagian tengah juga menceritakan mengenai Prawita yang

berusaha mengalihkan perhatiannya dari masalah antara Sudira, Marsini dan

dirinya dengan cara fokus kepada pekerjaannya merawat babi.

Kutipan:

Ing sawise nurokake Lukita ana ing dipan paturone Marsini, Prawita

banjur gagancangan salin sarung ana ing kamare dhewe terus age-age

Page 4: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural Berdasarkan Teori ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112011_bab2.pdf · fakta-fakta cerita (karakter/penokohan, alur, latar), tema dan

34

metu niliki ingon-ingone. Golek ilen-ilen kanggo nyuda sangganing batine,

golek lipuran kanggo ngenthengake pikulaning pikirane. Kejaba iku uga

kanggo netepi kukuming gelar urip. Urip tanpa katresnan padha wae karo

cangkang sing ngglundhung-ngglundhung tanpa isi, temah bisa tanpa

tanja. Ananging katresnan ora bisa dadi sumber sing kena kanggo njaga

wiyananing urip. Urip, katresnan lan panguripan kudu manunggal dadi

siji, mujudake janget kinatelon sing minangka dadi kenur klamaring

kamanungsan. (GS, 2011:52)

Terjemahan:

Di setelah menidurkan Lukita ada di tempat tidur Marsini, Prawita lalu

segera berganti sarung di dalam kamarnya sendiri lalu segera mungkin

keluar melihat ternaknya. Mencari pengalihan untuk mengurangi beban

hatinya, mencari hiburan untuk meringankan beban pikirannya. Tidak

hanya itujuga untuk menepati hukumnya hidup. Hidup tanpa cinta sama

saja seperti cangkang yang mengelinding tanpa isi, sehingga bisa tanpa

tertanam. Akan tetapi cints tidak bisa menjadi sumber yang bisa untuk

menjada … hidup. Hidup, percintaan dan kehidupan harus menyatu,

mewujudkan dunia bertiga yang digunakan sebagai benang …

kemanusiaan.

Alur tengah juga memuat bagaimana Prawita mengalami kegundahan

yang mendalam. Marsini yang hanya diam membuatnya semakin gelisah. Ia

juga bingung karena tidak juga menemukan jalan keluar bagi masalah yang

melanda rumah tangganya.

Kutipan:

Prawita kapeksa ngungalake, kareben swasanane dadi tambah padhang,

kanthi pangajab bisaa andayani pikiran lan ati bisaa dadi lan padhange.

Sawise mangkono banjur mapan lungguh ana ing tepining dhipan,

sangaja ing mburine Marsini. Legeg, bingung ngrasakake Marsini kang

panggah ngunci guneme lan uga bingung ngrasakake awake dhewe sing

tekan samono meksa isih durung bisa oleh kaputusan. Luhur apa lebur,

sedheng tresnane marang Marsini saya mundhak jame saya mundhak

gedhene. ( GS, 2011:56)

Terjemahan:

Prawita terpaksa mengungkitnya, agar suasana menjadi semakin jelas,

dengan harapan bisa menyebabkan pikiran dan hati menjadi utuh dan

cerahnya.

Page 5: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural Berdasarkan Teori ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112011_bab2.pdf · fakta-fakta cerita (karakter/penokohan, alur, latar), tema dan

35

Setelah seperti itu lalu duduk di pinggir tempat tidur, sengaja di belakang

Marsini. Terdiam, bingung merasakan Marsini yang tetap mengunci

mulutnya dan juga bingung merasakan dirinya sendiri yang sampai seperti

itu masih memaksa belum bisa mendapatkan keputusan. Luhur atau hancur,

sedangkan cintanya kepada Marsini semakin bertambah waktunya

semakin bertambah besarnya.

Alur tengah ini menceritakan bagaimana awal mula pernikahan bohongan

antara Marsini dan Prawita, karena sebenarnya Sudira lah adalah lelaki yang

memiliki kewajiban untuk bertanggung jawab atas kehamilan Marsini, tidak

mendapat restu orang tuanya yang bersikukuh menjodohkannya dengan puteri

bangsawan. Untuk menutupi aib Marsini dan Sudira, akhirnya Prawita yang

merupakan sahabat baik mereka berdua, mau menggantikan peran Sudira.

Bagian ini diceritakan dengan model flash back atau alur mundur.

Kutipan:

“Njur priye, Ra… harak repot”.

“Saupama aku sembada, prakarane gampang, Wit”.

“We… ndhedher pakewuh kowe, Ra! Gak nggenah. Akibate namaku melu

jatuh. Mulane sakabeh ing tindak ki kudu dipikir lan dilaras dhisik. Aja

dijupuk gampange ae, ning ya kudu digagas ne kana gampange. Lha nek

ngene iki, sing berat aku, jalaran sing katon runtang-runtung saben dina

karo Marsini ki dudu kowe, ning aku… Gek kowe dhewe sing baut gawe

dadakan, tibane gak isa ngrampungake dhewe.”

Sudira ora kumecap. Ing njaba udane panggah ngruwis wae.

Terjemahan:

“Lalu bagaimana,… Ra… nanti repot”.

“Seandainya aku sanggup, masalahnya gampang, Wit.”

“Kamu… kamu menimbulkan masalah, Ra. Tidak benar. Akibatnya

namaku ikut jatuh.

Makanya segala perbuatan itu harusnya dipikir dan ditimabang lebih dulu.

Jangan diambil enaknya saja. Tetapi ya harus dipikirkan kalau ada

gampangnya. Lha jika seperti ini, yang berat itu aku, karena yang terlihat

bersama kesana kemari setiap hari dengan Marsini itu bukan kamu, tetapi

aku… Dan kamu sendiri yang membuat pekerjaan dadakan, akibanya tidak

bisa menyelesaikan sendiri.”

Sudira tidak berucap. Di luar hujannya masih deras saja.

Page 6: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural Berdasarkan Teori ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112011_bab2.pdf · fakta-fakta cerita (karakter/penokohan, alur, latar), tema dan

36

1.1.3 Alur Bagian Akhir

Alur bagian akhir menceritakan Prawita yang memutuskan untuk

mendatangi Sudira di kota Kendal dengan membawa Lukita, untuk mencari

kejelasan janji yang diberikan empat tahun silam. Pertemuan itu membuat

Sudira menjelaskan bahwa sejak awal memang dirinya tidak berniat menepati

janji dan menyerahkan Marsini pada lelaki yang layak dan bertanggung jawab,

tidak seperti dirinya yang masih merasa belum matang dan bisa dijadikan

pendamping.

Kutipan:

“Ra, kowe biyen rak wis nibakake janji ta, yen sawise karo tengah taun

kowe mesthi bakal bali lan ngrampungake prakaramu. Ning nyatane?

Dienteni sampek tuwek kowe gak ana teka. Gak muncul wonge, gak

njedhul kabare. Nek isih gung isa teka mesthine ya ana semayane. Janji ki

padha ae karo utang, wenang ditagih!”

„Nek dijerokake malah luwih abot janji katimbang utang. Jalaran janji

mono dhasare ati, mlesed trepe dadi tepusaning kapribaden. Nek utang

bisa gumantung marang kahanan,” sumambunge Sudira saya nandhesake

rembuge dhayohe.

“Pancen ngono!” (GS, 2011: 98)

Terjemahan:

“Ra, kamu dulu kan sudah menjatuhkan janji kan, jika setelah dua

setengah tahun pasti akan kembali dan menyelesaikan masalahmu. Tetapi

kenyataannya? Ditunggu samapai tua kamu tidak ada datang, Tidak

muncul orangnya, tidak muncul kabarnya. Jika masih belum bisa datag

pastinya ada janjiya. Janji itu sama saja dengan hutang, boleh untuk

ditagih!”

„jika lebih dalam lagi malah semakin berat janji daripada hutang. Karena

janji itu dasarnya hati, tidak tepat menjadi tebusannya kepribadian. Jika

hutang tergantung dengan keadaan,” sambungnya Sudira semakin

memperjelas omongan tamunya.

“Memang begitu!”

Page 7: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural Berdasarkan Teori ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112011_bab2.pdf · fakta-fakta cerita (karakter/penokohan, alur, latar), tema dan

37

Sudira memberikan penjelasan kepada Prawita yang merasa dibohongi.

Sudira mengungkapkan mengapa ia mengingkari janji yang dibuat empat

tahun silam.

Kutipan:

“ Ngene, blenjaku ora mung marga aku wis ana ing Semarang utawa

Kendal iki, Wit. Sadurunge jabang bayine lair, wis mati luwih dhisik!”

“Nek ngono janjimu kuwi sandiwara, ya?” ujare Prawita munggel

rembug. Sudira ngangkat pundhak. Prawita kepeksa nggrundhel batin, “O,

kurang ajar…!”

“Janjiku pancen dakrancang arep ora daktetepi, Wit!” Sudira nerusake

kandhane. “Dhasare ngene. Aku arep nekad nglanggar larangane Bapak

Ibu gak wani, Wit… jalaran aku rumangsa gung isa urip dhewe. Ping

pindhone, nek aku nganti ambruk ing omahe maratuwa lan dadi gawene

Marsini, njur… iba lingsane Bapak Ibu lan endi tanggung jawabku

sebagai suami. Ananging nek aku banjur oncad ngono ae, Wit, iba aloke

masarakat. Aku seorang pengecut lan martabate Marsini sakaluwargane

jatuh. Dosaku saya tumpuk undhung. (GS, 2011: 99-100)

Terjemahan:

“Begini tidak inginku menepati janji tidak hanya karena aku sudah ada di

Semarang atau Kendal ini, Wit. Sebelumnya banyinya lahir, sudah mati

lebih dulu!”

“Kalau begitu janjimu itu sandiwara ya?” kata Parwita memotong

omongan. Sudira mengangkat pundak. Prawita terpaksa mengumapt di

dalam hati,” O, kurang ajar….!”

“Janjiku memang aku rancang tidak akan aku tepati, Wit!” Sudira

melanjutkan ucapannya.

“ dasarnya begini. Aku ingin nekat melanggar larangan bapak ibu tidak

berani, Wit..karena aku merasa belum bisa hidup sendiri. Yang kedua,

kalau aku sampai ambruk di rumah mertua dan menjadi masalah untuk

Marsini, lalu… iba malunya Bapak Ibu dan mana tanggung jawabku

sebagai suami. Tetapi jika aku kemudian keluar begitu saja, Wit, iba

ledekan masyarakat. Aku seorang pengecut dan martabatnya Marsini

sekeluarga jatuh. Dosaku semakin bertambah.

1.1.4 Konflik

Konflik pada novel Gumuk Sandhi dimulai saat Prawita menyadari rasa

cintanya kepada Marsini yang merupakan istrinya di mata hukum, namun

sebenarnya hanyalah sandiwara di antara mereka.

Page 8: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural Berdasarkan Teori ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112011_bab2.pdf · fakta-fakta cerita (karakter/penokohan, alur, latar), tema dan

38

Kutipan:

Lakune nguler kambang, ngimbangi mubenge gagasan sing lagi grijag

ing antarane rasa mulya lan apes. Ora didamangi, tresnane thukul

ngrembuyung…

“Aku ki ya mung manungsa lumrah!” gumremenge ijen, nglenggana ing

karingkihane lan ngakoni uga yen katresnan iku mungguhing ngaurip wis

dadi gadhangane. Wis kodrat , nanging eloke, tekane tanpa ora nganggo

diulemi lan nggawa sipat rila legawa ngurbanake sakeh kang didarbeni

mamrih harjane kang diasihi. Nanging samangsa wis gelem musna,

lungane adakan sok tanpa karana, nganggo ninggal rasa sirik lan serik,

sing dening ububaning napsu bisa malih dadi ndendeman keeling sing

tanpa nduweni petung pira regane nyawa salembar. Jiwane pengkuh,

nanging daging-daging lan getih samangsa dipeksa, bisa ambruk

nglampruk dadi bandhaning angkara. ( GS, 2011:15)

Terjemahan:

Jalannya seperti ulat (pelan-pelan), menyamai berputarnya gagasan yang

sedang muncul di antaranya rasa untung dan apes. Tidak dibaiki, cintanya

tumbuh bermekaran…

“aku ini ya hanya manusia biasa!” gumamannya sendirian, menerima

dengan lapang ketidakberdayaannya dan menjalani juga jika cinta itu

dalam kehidupan sudah menjadi keinginannya. Sudah takdir, tetapi

sayangnya, datangnya tanpa diundang dan membawa sifat ikhlas

mengorbankan segala yang dimiliki agar bahagia yang disayangi. Tetapi

ketika sudah mau hilang, perginya tiba-tiba tanpa sebab, dengan

meninggalkan rasa iri dan dengki, yang oleh bergejolaknya nafsu bisa

menjadi rasa yang terpendam mengingat yang tanpa memiliki dihitung

berapa harganya selembar nyawa. Jiwanya menolak, tetapi daging-

danging dan darah seolah dipaksa, bisa ambruk terkapar menjadi angkara

murka.

Perlahan di hati Prawita muncul rasa marah. Ia merasa dibohongi,

merasa menjadi korban atas keegoisan sahabatnya. Perasaannya kepada

Marsini semakin hari semakin menjadi tanpa bisa disampaikan, padahal

Marsini adalah istrinya sendiri. Perkawinan sandiwara mereka ternyata tidak

hanya sekedar sandiwara ketika perasaan sayang mulai tumbuh menjadi kasih

kepada pasangan. Prawita yang terjepit di antara rasa cinta dan tanggung

jawab untuk menepati janji semakin bimbang untuk menyelesaikan perkara

Page 9: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural Berdasarkan Teori ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112011_bab2.pdf · fakta-fakta cerita (karakter/penokohan, alur, latar), tema dan

39

yang menghalangi langkahnya untuk meraih kebahagiaannya, dengan atau

tanpa Marsini. Gejolak dalam hatinya ini menimbulkan berbagai macam

konfrontasi secara langsung karena Prawita sudah tidak tahan menghadapi

ketidakpastian.

Kutipan:

Embuh wis rambah kaping pira atine Prawita anggone beko dening

katiban wiji asih, angasihi Marsini sing wis dadi sisihane kalawan sah.

Ananging gandheng karo anane prajanji kang wis dipatri, sanajan tanpa

pikukuh seksi, bibit katresnan sing arep thukul ngrembaka mau kapeksa

banjur dibedhol wani wae, ora ketang wahanan bisa ninggal tatu rojah-

rajih amili getih. Ora mung sepisan, kaping pindho, lan wola-wali uga

tansah dipeper. Ketang susetyane marang ubayane lan ketang eringe

marang Sudira apadene marang Marsini lan marang awake dhewe.

Esthining panggayuh, nedya tetep labuh, ora ketang anggone kapaluh.

Rikala iku prakara Sudira isih durung ana kabar kabure. Sing anis

amatiraga isih dadi cangkriman lan takonane: kapan bakal timbule? (GS,

2011:16)

Terjemahan:

Entah sudah mencapai berapa kali hatinya Prawita olehnya kesulitan

oleh tertimpa benih kasih sayang, menyayangi Marsini yang sudah

menjadi pendampingi dan sah. Tetapi karena dengan adanya perjanjian

yang sudah dipatri, walaupun tanpa saksi penguat, bibit cinta yang

tumbuh merambat luas tadi terpaksa kemudian dicabut berani saja,

walapun hanya keadaan bisa meninggalkan luka tersayat-sayat

mengeluarkan darah. Tidak hanya sekali, kedua kali, dan berkali-kali

juga selalu diuji. Hanya kesetiaannya kepada kesanggupannya dan hanya

ingatnya kepada Sudira dan Marsini dan kepada dirinya sendiri.

Sejatinya keinginannya, ingin tetap berkorban, walapun dirinya terluka.

Ketika itu perkara Sudiramasih belum ada kabar kaburnya. Yang hilang

setengah mati masih menjadi teka-teki dan pertanyaannya: kapan akan

munculnya?

1.1.5 Klimaks

Konflik utama atau klimaks cerita terjadi ketika Prawita dan Marsini

sudah tidak mampu membendung rasa yang tumbuh di hati mereka. Marsini

mulai membuka rahasia hatinya yang selama ini disembunyikan karena

Page 10: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural Berdasarkan Teori ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112011_bab2.pdf · fakta-fakta cerita (karakter/penokohan, alur, latar), tema dan

40

tertutup rasa bersalah telah membuat Prawita menanggung beban yang bukan

merupakan kewajibannya.

Kutipan:

“Aku gak bisa ngukur sepira gedhening lelabuhanmu marang aku. Aja

ana kowe, mendah loking bebrayan. Kira-kira manungsa Marsini mung

tinggal aran. Banjur … Wit… aku saiki wis bisa damang temenan. Gek

apa sembulihku..?”

Marsini lungguhe saya ngangseg lan tangane kumlawe ngrangkul

Prawita, “Wit… Wit… banjur apa piwalesku marang kowe amril ilanging

laramu? Apa tambane tatumu…?”

Terjemahan:

“Aku tidak bisa mengukur seberapa besar pengorbananmu kepadaku.

Tidak ada kamu entah kaa-kata masarakat. Kira-kira manusia Marsini

hanya tinggal nama. Lalu…Wit…aku sekarang sudah bisa lega beneran.

Terus apa yang bisa kuberikan…?

Marsini duduknya semakin mepet dan tangannya melambai merangkut

Prawira, “Wit…Wit lalu apa yang dapat aku balaskan kepadamu agar

hilang lukamu? Apa obat lukamu?

Adegan ini adalah puncak konflik di mana Marsini yang tadinya tak

acuh kepada hubungan rumah tangga antara dirinya dengan Prawita,

mengungkapkan rasa bersalahnya kepada pria yang selama ini rela

mengorbankan perasaan untuk menjadi suaminya, mengurus anak yang

bukan keturunannya, dan mencintai wanita yang hanya istri di mata hukum

saja.

1.2 Karakter

Karakter dibagi menjadi dua, yaitu karakter utama atau karakter mayor

dan karakter bawaan atau karakter minor. Menurut Stanton, karakter

seseorang bisa diketahui dari nama, deskripsi eksplisit dan komentar

pengarang tentang karakter yang bersangkutan, serta komentar karakter lain

dalam cerita.

Page 11: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural Berdasarkan Teori ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112011_bab2.pdf · fakta-fakta cerita (karakter/penokohan, alur, latar), tema dan

41

Tokoh-tokoh dalam novel Gumuk Sandhi karya Poerwadhie

Atmodihardjo diklasifikasikan dalam beberapa bagian, yaitu peran tokoh

dalam novel, fungsi penampilan tokoh, dan tokoh berdasarkan

perkembangan perwatakan.

1.2.1 Peran Tokoh dalam Novel

Peran tokoh dalam novel Gumuk Sandhi karya Poerwadhie

Atmodihardjo diklasifikasikan menjadi tokoh/ karakter utama (mayor) dan

tokoh/ karakter bawahan (minor).

a. Karakter Utama

Karakter utama yaitu karakter yang terkait dengan semua peristiwa

yang berlangsung dalam cerita. Karakter utama dalam novel Gumuk Sandhi

karya Poerwadhie Atmodihardjo adalah sebagai berikut:

1. Prawita

Karakter utama tokoh Prawita adalah pemuda sederhana yang

berasal dari keluarga menengah ke bawah yang cerdas, pekerja keras

dan setia kawan. Prawita adalah sosok lelaki tegar dengan tanggung

jawab dan kesetiaan yang tinggi.

Karakter Prawita dijelaskan melalui deskripsi eksplisit dan

secara tidak langsung melalui komentar tokoh lain. Hal ini dapat

dibuktikan melalui kutipan-kutipan berikut.

a. Karakter tokoh Prawita secara langsung

Kutipan berikut menunjukkan bukti bahwa Prawita merupakan

pemuda cerdas dan disenangi masyarakat.

Page 12: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural Berdasarkan Teori ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112011_bab2.pdf · fakta-fakta cerita (karakter/penokohan, alur, latar), tema dan

42

Kutipan:

Kajaba iku, Prawita uga klebu ewon nom-noman sing jembar

wawasane, titi panglimbange apadene disenengi dening bebrayan

ing Gelung uga ngakoni marang lelabuhane.( GS, 2011:65)

Terjemahan:

Tidak hanya itu, Prawita juga termasuk seribu pemuda yang luas

pengetahuannya, yang menjadi pertimbangannya bagaimana

disukai oleh masyarakat di Gelung juga menyatakan

pengorbanannya.

Kutipan di bawah ini menunjukkan bahwa tokoh Prawita adalah

pekerja keras.

Kutipan:

Kanggone Prawita, sing ing dhalem uripe ora bandha sawah utawa

ora mara buruh, babi sing diingu iku dadi sumber pametu sing baku.

Mula anggone ngopeni dipremateni. Sakeh pangalaman ing bab

urusan ingon-ingon babi dikaji temenan. Nyata bisa ngrasakake

lara lan kepenake. Dhek nalika lagi duwe genjik siji saka anggone

utang Kardi Meja, kangelane ngenting. Ramban lompong dhewe,

ngarit krangkongan dhewe lan trutusan golek dhedhak karo ampas

tahu dhewe. ( GS, 2011:51)

Terjemahan:

Bagi Prawita, yang ada di dalam kehidupannya tidak mempunyai

harta berupa sawah atau tidak menjadi buruh, babi yang dijaga itu

jadi sumber pengeluaran yang baku. Maka ketika merawatnya

penuh hati-hati. Segala pengalaman dalam bab urusan beternak babi

dipelajari dengan sungguh-sungguh. Nyata bisa merasakan sakit dan

enaknya. Ketika sedang punya anak babi satu ….berhutang Kardi

Meja, kesusahan sekali. Pakan lompong (daun talas) sendiri,

mencari pakan dilakukan sendiri dan blusukan mencari dedak dan

sari tahu sendiri.

Page 13: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural Berdasarkan Teori ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112011_bab2.pdf · fakta-fakta cerita (karakter/penokohan, alur, latar), tema dan

43

Kutipan berikut menunjukkan bahwa Prawita adalah pribadi yang

setia kawan, tidak mengingkari janjinya kepada Sudira untuk menjaga

Marsini sebagai suami bohongan.

Kutipan:

Ing sasuwene urip nunggal saomah karo Marsini, sanajan manut

kukum dadi bojone, suprandene ing saelinge anggone mlebu ing

kamare yen diwilang lagi rambak kaping lima. Sapisan nalika

penganten anyar, kaping pindho nalika maratuwane sakloron ora

enggal padha turu. Ing pamrih supaya anggone singgetan karo

Marsini ora kawistara. Genep kaping telune nalika Marsini

Poyang-payingan ngarep-ngarep kang lagi lunga tanpa warta. ( GS,

2011:58)

Terjemahan:

Dalam lamanya aku hidup serumah dengan Marsini, walaupun

menurut hukum menjadi istrinya, nyatanya dalam ingatannya

dirinya masuk kedalam kamarnya jika dihitung baru lima kali.

Pertama ketika menjadi pengantin baru, kedua kalinya ketika kedua

mertuanya tidak segera tidur. Niatnya agar tindakan sembunyi-

sembunyinya karo Marsini tidak ketahuan. Genap ketiga kalinya

ketika Marsini kebingungan mengharapkan yang sedang pergi tanpa

kabar.

Kutipan berikut menunjukkan karakter Prawita yang tegar

dengan tanggungjawab dan kesetiaan yang tinggi.

Kutipan:

“ Mar… neknjur kaya ngono sikepmu, harak pada wae karo nyiksa

aku. Isih kurang abot ta, Mar, pasiksan sing kudu daksandhang? O,

Mar, sarambut aku babar pisan ora ngajab diwelasasihi liyan,

ananging aku uga duwe pangarep-arep aja nganti kasiksa dening

sapa-sapa.

Mar, sakehing kuwajiban abot entheng tansah daktindakake lan

daktetepi. Jalaran ya mung sarana ngrungkebi kuwajibanku

kalawan becik iku aku bisa ngrasa mulya , sanajan ta wahanane

bisa njalari rasaning rasaning atiku kaya diejur-ejur. Dakrungkebi

dakantebi, Mar, ketang gedhening katresnanku marang kowe lan

ketang kurmatku marang Sudira kang wis percaya marang aku. Lan

Page 14: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural Berdasarkan Teori ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112011_bab2.pdf · fakta-fakta cerita (karakter/penokohan, alur, latar), tema dan

44

dipercaya dening uwong mono abot sanggane, malah kala-kala

awake dhewe bisa dadi wadal. ( GS, 2011:59)

Terjemahan:

Mar…kalau hanya seperti itu sikapmu, lha sama saja kamu

menyiksa aku. A masih kurang berat ya, Mar, siksaan yang harus

aku tanggung? O, Mar aku sama sekali tidak tidak menginginkan

belas kasihan orang lain, tetapi aku juga punya keinginan jangan

sampai disiksa oleh siapapun.

Mar, segala kwajiban berat ringan selalu aku jalankan dan aku

penuhi. Karena ya hanya sebagai sarana menutupi kwajibanku dan

baik itu aku bisa merasa mulya, walaupun keadaannya bisa

membuat rasanya hatiku seperti dihancurkan. Aku tutupi aku

yakini, Mar, seberapa besarnya cintaku kepadamu lan seberapa

hormatku kepada Sudira yang sudah percaya kepadaku. Dan

dipercaya oleh orang itu berat tanggungannya, malah kadang-

kadang diriku sendiri bisa jadi tumbal.

b. Karakter tokoh Prawita secara tidak langsung

Kutipan di bawah ini menunjukkan bahwa Prawita sederhana

yang berasal dari keluarga menengah ke bawah, diutarakan oleh Pak

Harja kepada istrinya.

Kutipan:

“ Gak usah mboktakoni, ndak rikuh. Mesthine bapake Brangetan

kana ya diwenehi, wong mas Jaya ki kahanane ki ya sekeng,” (GS,

2011:81)

Terjemahan:

Tidak perlu kamu tanyai, nanti malah membuat sungkan. Pastinya

ayahnya Bragetan sanaya diberi, lha mas Jaya itu keadaannya ya

pas-pasan.

Page 15: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural Berdasarkan Teori ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112011_bab2.pdf · fakta-fakta cerita (karakter/penokohan, alur, latar), tema dan

45

b. Karakter bawahan

Karakter bawahan atau karakter minor adalah karakter tambahan

yang medampingi karakter utama dalam berlangsungnya cerita. Karakter

bawahan atau karakter minor dalam novel Gumuk Sandhi sebagai berikut

ini.

1. Marsini

Marsini adalah wanita yang dipasrahkan oleh Sudira untuk menjadi

istri Prawita hanya di mata hukum untuk menutupi aib keluarga. Marsini

merupakan wanita yang setia dan realistis. Dirinya juga digambarkan

sebagai orang yang galak dan keras kepala. Watak Marsini yang setia

dibuktikan dengan kutipan sebagai berikut.

Kutipan:

Marsini meneng wae. Ing njero batin melu marang rembuge Prawita.

Anggone dadi sisihane mung lamis wae, anggone jojodhowan sipate

ora lumrah, mung kanggo tulak supata, ila-ila ngapusi kukuming

ngaurip. Nganti meh nyandhak patang taunan suwene tanpa ana

blenja apa-apa,… (GS, 2011:28)

Terjemahan:

Marsini diam saja. Di dalam hatinya setuju dengan perkataan Prawita.

Olehnya menjadi pendamping hanya pura-pura saja, olehnya berjodoh

sifatnya tidak wajar.,hanya untuk menghindari masalah, untuk

menutupi hukumnya hidup. Sampai hampir empat tahunan lamanya

tanpa ada ingkar apa-apa.

Page 16: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural Berdasarkan Teori ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112011_bab2.pdf · fakta-fakta cerita (karakter/penokohan, alur, latar), tema dan

46

Marsini adalah salah satu anggota trimurti yang berperan penting

bagi keperluan masyarakat, merupakan sosok yang selain setia, juga

realistis dan tegas. Hal ini dibuktikan dengan isi surat-suratnya kepada

Sudira ketika menuntut kepastian dari pria yang pernah dicintai itu.

Kutipan:

Persoalan kita berdua rupanya sudah tidak dapat dielakkan lagi dan

di dalam segala-galanya walaupun kita berdua pula yang harus

bertanggung jawab, pada hakikatnya Bung-lah yang lebih berat

tanggung jawabnya.

Aku tidak akan mungkir, segala itu sudah menjadi kehendak kita

berdua, tetapi akibat yang sekarang menimpa diriku, hendaknya Bung

selesaikan secara perwira dan ksatria. Jangan hendaknya segala

sesuatunya diketahui oleh umum. Dan selanjutnya terserah. (GS,

2011: 73)

Suratnya yang kedua menggunakan bahasa Jawa, berbeda dengan

surat pertamanya. Hal ini menunjukkan emosi dan rasa marahnya kepada

pria yang telah mengingkari janji dan membuat dirinya dan Prawita

menunggu dalam ketidakpastian.

Kutipan:

Sudira, layangku ora dak ulur maneh. Tanpa guna lan tanpa tanja.

Aku wis duwe putusan gilig lan panemu bunder. Priya sing dakkira

duwe rasa tanggung jawab, pranyata duwe sisipatan licik lan ora

mengkoni kapribaden kanga gung. Dadi priya sing kaya mangkono iku

ora samesthine kena lan kudu dieboti. Aku wis duwe dalan dhewe lan

bakal dakambah kanthi ati lan pikiran kang bebas mardhika. Janjimu

iku ora ana ajine, nanging aku ngrasa bungah dene tekan dina iki aku

bisa netepi kanthi becik, najan ta kanthi panandhang sing ngayang

batin. (GS, 2011: 88)

Terjemahan:

Sudira suratku tidak aku buat lebih lama lagi. Tanpa guna dan tanpa

patokan. Aku sudah memiliki keputusan bulat dan pemikiran bulat.

Pria yang aku rasa memiliki tanggung jawab, kenyataannya punya sifat

licik dan tidak memenuhi kepribadian yang baik. Jadi laki-laki yang

seperti itu tidak semestinya bisa dan harus diberatkan. Aku sudah

punya jalan sendiri dan akan aku jalani dengan hati dan pikiran yang

Page 17: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural Berdasarkan Teori ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112011_bab2.pdf · fakta-fakta cerita (karakter/penokohan, alur, latar), tema dan

47

bebas merdeka. Janjimu itu tidak ada kekuatannya, tetapi aku merasa

bahagia hingga sampai sekarang aku dapat menepati dengan baik,

walaupun dengan cobaan yang makan hati.

Marsini juga bukan wanita yang takut menyuarakan apa yang ia

inginkan. Prawita seringkali harus mengalah dan menuruti keinginan

Marsini yang memang galak dan keras kepala. Hal ini dibuktikan dengan

kutipan berikut.

Kutipan:

“Nek metu kene ya cedhak, Mar!” ujare Prawita karo nudingi lurung

ing saurute kali Teguhan. Lakune wis anjog ing kreteg.

“Jane mono omahe ngendi, ta?” Marsini genti takon. Mandheg

mangu-mangu. “Nyewa omahe jenate Bung Marda, dadi meh adhep-

adhepan karo omahe Wongso Samiyun!”

“ Emoh, ah…dalane lindhuk, ngono kok! Mubeng ae liwat ngarep

pasar. Padhang!”

“Ngono ya apik, karo mengko tak tuku rokok pisan”, sumambunge

Prawita karo jumangkah maju maneh. Panulake Marsini gawe saya

kumebuling atine lan rasa sihe saya nggenuki. (GS, 2011:34-35)

Terjemahan:

“kalau lewat sini ya dekat ,Mar! kata Prawita dengan menunjuk jalan

di sepanjang Sungai Teguhan. Perjalnannya sudah sampai di jembatan.

“sebenarnya rumahnya dimana. Ta?” Marsini ganti bertanya. Berhenti

menganggukkan kepala. “Menyewa rumahnya almarhum Bung Marda,

jadi hampir berhadapan dengan rumahnya Wongso Samiyun!”

“Ogah ah…jalannya gelap, begitu kok! Berputar saja lewat depan

pasar. Terang!”

“Begitu ya baik, juga nanti aku beli rokok sekalian,” sambung Prawita

sambal melangkah maju lagi. Penolakan Marsini membuat semakin

membara hatinya dan rasa kasihnya semakin bertengger.

2. Sudira

Tokoh Sudira atau Ruwiya digambarkan memiliki wajah yang

rupawan dan gagah. Hobinya adalah bermain sepak bola, bahkan ia selalu

menjadi pemain andalan dengan posisi gelandang kiri. Ini adalah ciri-ciri

yang membuat identitasnya dipastikan oleh Prawita.

Page 18: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural Berdasarkan Teori ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112011_bab2.pdf · fakta-fakta cerita (karakter/penokohan, alur, latar), tema dan

48

Kutipan:

Ruwiya iku juru gambar ana ing Dinas Pengairan Kendal, pindhahan

saka Semarang. Umur-umure sababag karo Prawita, cakrak lan

gagah…

Sapisan teka ing Kendal sing ditakokake dhisik dhewe mung

pakumpulan bal. anggone bisa gandheng karo Pagon Yayono

lumantar pengurus bal, Hamzyan, sing omahe ana ing kampong

Patukangan. Marga saka anggone pinter bal-balan, sadhela wae wis

dipiji dadi pemain bond lan ing babagan iki sing dimirunggakake

anggone dadi gelandhang kiwa. ( GS, 2011: 41-42)

Terjemahan:

Ruwiya itu arsitek di Dinas pengairan Kendal, pindahan dari Semarang.

Umurnya seangkatan dengan Prawita, tampan dan gagah…

Pertama kali datang ke Kendal yang ditanyakan pertama kali hanya

perkumpulan sepak bola. Hamzyan, yang rumahnya ada di Kampung

Patukangan. Karena olehnya pandai bermain bola, sebentar saja sudah

dipilih menjadi pemain bond dan dalam hal ini yang diutamakan

olehnya menjadi gelandang kiri.

Ia merupakan pemuda dari keluarga keturunan bangsawan dengan

orang tua yang masih berpandangan feodalis, sehingga kebebasannya

memilih pendamping pun sangat terbatas.

Kutipan:

Sebutane Sudira isih panggah “Den Mas”, jalaran dhasare mula isih

asal darah ningrat lan undang-undangan “Den Mas” naluri jaman

sing wis kaprah. Babrayan ngetut wuri, ora marduli marang lakune

revolusi. Wis kadhung mapan, dadi ewuh anggone ngowahi. (GS,

2011:65)

Terjemahan:

Panggilannya Sudira masih tetap “Den Mas”, karena dasrnya masih

asal darah ningrat dan panggilan “Den Mas” naluri jaman yang sudah

terjadi. Lingkungan mengikuti di belakang, tidak peduli terhadap

Page 19: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural Berdasarkan Teori ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112011_bab2.pdf · fakta-fakta cerita (karakter/penokohan, alur, latar), tema dan

49

berlakunya revolusi. Sudah terlanjur mapan, jadi susah untuk

mengubahnya.

Orang tuanya berkeras bahwa calon istri Sudira haruslah dari

golongan ningrat, sehingga mereka menolak hubungan Marsini dan

Sudira, meskipun Marsini sudah mengandung.

Kutipan:

“Bapak ibu menentang keras!”

“He…dadi wis kaya ngono kuwi ki, meksa isih gak kersa ndangani

penggalih. Sebabe sing pokok apa?”

“Marsini dudu anak asal, Wit!”

“Dupeh dudu raden ajeng?”

Sudira manthuk, Prawita njembleng ngungun. Gumun dene ing

ngatase jaman wis ngambah alam kamardhikan ing taun seketan

kok meksa isih ana sing kukuh gondhelan titel “R” kanggo uger-

uger jojodohan. Lengkete jiwa feodal sing dipatri dening alam

kompeni. Gremenge alon, “Borjuis nekek…!”( GS, 2011:76).

Terjemahan:

“Bapak ibu menentang keras!”

“Heh…jadi sudah seperti itu, terpaksa masih bisa tidak menerima.

Sebab pokoknya apa?”

Marsini bukan anak berada, Wit!”

“mentang-mentang bukan Raden Ajeng?”

Sudira menunduk, Prawita menahan marah. Kaget sedangkan

jaman sudah mulai memasuki dunia kemerdekaan di tahun lima

puluhan masih ada yang bergantung title “R” untuk menentukan

perjodohan.

Lengketnya jiwa feodal yang dipatri oleh Kompeni. Berguman

pelan.

“Borjuis akut..,”

Sudira adalah orang yang cerdik. Sudira menggunakan

kecerdikannya untuk melarikan diri dari tanggung jawab karena ia

berpikir bahwa itu adalah langkah terbaik untuk mereka semua, namun

langkahnya itu membuatnya terkesan licik, ingkar janji, dan pengecut.

Page 20: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural Berdasarkan Teori ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112011_bab2.pdf · fakta-fakta cerita (karakter/penokohan, alur, latar), tema dan

50

Sudira mengorbankan perasaan Prawita, Marsini dan dirinya

sendiri untuk mencapai akhir cerita yang dia harapkan. Sudira

membuang identitas dirinya dan menganggap “Sudira” yang

merupakan beban bagi orang-orang di sekitarnya sudah mati, bahkan

sebelum Lukita lahir.

Kutipan:

“ Ngene, blenjaku ora mung marga aku wis ana ing Semarang

utawa Kendal iki, Wit. Sadurunge jabang bayine lair, wis mati

luwih dhisik!”

“Nek ngono janjimu kuwi sandiwara, ya?” ujare Prawita munggel

rembug. Sudira ngangkat pundhak. Prawita kepeksa nggrundhel

batin, “O, kurang ajar…!”

“Janjiku pancen dakrancang arep ora daktetepi, Wit!” Sudira

nerusake kandhane.

(GS, 2011: 99)

Terjemahan:

“Begini tidak inginku menepati janji tidak hanya karena aku sudah

ada di Semarang atau Kendal ini, Wit. Sebelumnya banyinya lahir,

sudah mati lebih dulu!”

“Kalau begitu janjimu itu sandiwara ya?” kata Parwita memotong

omongan. Sudira mengangkat pundak. Prawita terpaksa

mengumapt di dalam hati,” O, kurang ajar….!”

“Janjiku memang aku rancang tidak akan aku tepati, Wit!” Sudira

melanjutkan ucapannya.

Sudira merancang semuanya sedari awal ketika ia

menyerahkan tanggung jawab atas Marsini kepada Prawita. Sudira

yang merasa bukan lelaki yang bisa diandalkan berkecil hati karena

tidak mampu mempertahankan Marsini, juga takut untuk melanggar

perintah orang tuanya.

Kutipan:

“Dhasare ngene. Aku arep nekad nglanggar larangane Bapak Ibu

gak wani, Wit… jalaran aku rumangsa gung isa urip dhewe. Ping

Page 21: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural Berdasarkan Teori ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112011_bab2.pdf · fakta-fakta cerita (karakter/penokohan, alur, latar), tema dan

51

pindhone, nek aku nganti ambruk ing omahe maratuwa lan dadi

gawene Marsini, njur… iba lingsane Bapak Ibu lan endi tanggung

jawabku sebagai suami. Ananging nek aku banjur oncad ngono ae,

Wit, iba aloke masarakat. Aku seorang pengecut lan martabate

Marsini sakaluwargane jatuh. Dosaku saya tumpuk undhung.

Luwih-luwih nek njur digolekake bojo tubrukan, sing adate…

orang yang datang pertama itulah yang terbaik. Ngerti, Wit?” (GS,

2011: 99)

Terjemahan:

“ Dasarnya begini. Aku ingin nekat melanggar larangan bapak ibu

tidak berani, Wit..karena aku merasa belum bisa hidup sendiri.

Yang kedua, kalau aku sampai ambruk di rumah mertua dan

menjadi masalah untuk Marsini, lalu… iba malunya Bapak Ibu dan

mana tanggung jawabku sebagai suami. Tetapi jika aku kemudian

keluar begitu saja, Wit, iba ledekan masyarakat. Aku seorang

pengecut dan martabatnya Marsini sekeluarga jatuh. Dosaku

semakin bertambah. Terlebih lagi jika dicarikan pasangan

bertabrakan, yang adatnya… orang yang datang pertama itulah

yang terbaik. Paham, Wit?”

Sudira yang merancang strategi untuk menghindari tanggung

jawab, memilih untuk pergi. Ia percaya bahwa lelaki seperti Prawita

lebih pantas mendampingi Marsini. Prawita adalah orang yang

bertanggung jawab dan dapat dipercaya, berbeda dengan dirinya yang

lari dari masalah. Sudira bertekat untuk membuat cerita baru dan

berharap bahwa Marsini dan Prawita bisa bahagia bersama.

Kutipan:

“Aku percaya Wit…,” ujare Sudira mbacutake rembuge, “Kowe

babar pisan gak nglanggar janji. Kowe nyata-nyata priya sing

mengku budi luhur, sing nggak mlesed saka pandumukku, sing

wajib lan pantes dadi sisihan lan tetimbangane Marsini, sing tekan

saiki isih panggah daktresnani. Mula kowe gak perlu pegatan.

Kejaba disawang dening bebrayan saru lan nistha, uga bakal

ngrusak wawangunan sing wis dadi. Bar mbokpegat, njur

takrabi… adhuh, melas Marsini, Wit!

Mulane terusna, lan dakpuji… muga-muga kowe sakloron bisa

nemu kamulyan sing sejati. Aku daknempil kamukten saka kadohan.

Page 22: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural Berdasarkan Teori ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112011_bab2.pdf · fakta-fakta cerita (karakter/penokohan, alur, latar), tema dan

52

Mulyane janma sing daktresnani, ya mulyaning batinku.” (GS,

2011:100)

Terjemahan:

“ Aku percaya Wit..,” kata Sudira melanjutkan ucapannya, “Kamu

sama sekali tidak melanggar janji. Kamu nyata-nyata laki-laki yang

berbudi luhur, yang tidak meleset dari tebakanku, yang wajib dan

pantas menjadi pasangan dan bisa setara dengan Marsini, yang

sampai sekarang masih tetap aku cintai. Maka kamu tidak perlu

bercerai. Selain dilihat oleh masyrakat tidak baik dan nista, juga

akan merusak pepohongan yang sudah jadi. Setelah kamu cerai,

lalu aku nikahi…aduh, kasihan sekali Marsini. Wit!

Maka dari itu lanjutkan dan aku doakan …. Semoga kamu berdua

bisa menemukan kemuliaan yang sebenarnya. Aku menawar

kemuliaan dari kejauhan. Mulianya manusia yang aku cintai, ya

mulyanya hatiku.

3. Pagon Yayono

Pagon Yayono adalah pensiunan polisi pindahan dari Kendal

yang merupakan warga baru di dukuh Paron Gelung. Beliau adalah

orang yang memberikan petunjuk keberadaan Sudira yang sudah lama

tidak ada kabar beritanya. Digambarkan Pagon Yayono adalah orang

yang ramah dan suka menolong.

Kutipan:

“Inggih… inggih… lajeng kados pundi?” pangusuke

Pagon.Pawigatene mundhak lan rumangsa gedhe ati, dene albume

iku wekasane bisa nggugah kabutuhaning liyan.

Terjemahan:

“Iya…iya… lalu bagaimana?” desak Pagon. Yang terpenting naik

dan perasaan besar hati, sedangkan albumnya itu akhirnya bisa

membangunkan kebutuhannya orang lain.

Page 23: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural Berdasarkan Teori ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112011_bab2.pdf · fakta-fakta cerita (karakter/penokohan, alur, latar), tema dan

53

4. Pak Harja

Pak Harja adalah ayah mertua Prawita. Pak Harja adalah orang

yang bijaksana dan selalu memberikan nasehat bagi anak dan

menantunya. Hal ini dibuktikan dengan kutipan sebagai berikut:

Kutipan:

Ing sakawit, bapak lan ibune padha menging, jalaran isih pada

rumangsa kuwat yen mung trima digandhuli anak mantu siji.

“Ngingu babi ki jarene nek wong Jawa gak isa waris, Nak!” ujare

Pak Harja kanggo ngalingi sedhiyane, “Nyugihana, harak saben

uwong njur ngingu babi ta, Nak!” kajaba kuwi, njur lehe rusuh.

Ambune…”

Ananging Prawita meksa nekad. (GS, 2011:26)

Terjemahan:

Awalnya bapak dan ibunya melarang, karena masih sama-sama

merasa kuat jika hany adibebani anak mantu satu orang.

“Memelihara babi itu katanya kalau orang Jawa tidak bisa waris,

Nak” Ujar Pak Harja untuk menghalangi keinginannya,” membuat

kaya pun, kalau begitu setiap orang lalu memelihara babi, Nak?”

selain itu, lalu olehnya rusuh baunya. Tetapi Prawita terpaksa nekat.

Ia merupakan orang yang teliti, sedikitnya Pak Harja

menyadari bahwa sebenarnya Lukita bukanlah anak dari Prawita,

melainkan putra Sudira. Beliau hanya memendam rasa kasihannya

kepada Prawita.

Kutipan:

Gagasan slulup saya jero, nylulupi lan njajagi kedhung sing manut

rasa pangrasane ngemu wewadi. Pangantenan durung umur

salapan, Marsini katon wis lekasan.

“Hm, aneh… gek Lukita ki gedhe-gedhe kok memper Den Mas

Dira!” panggresahe karo ngunjal napas landhung.

Panglarase kasaru dening tekane mantune. Mbetoyot sepedhane

disampiri karung isi dhedhak calon maeme babi-babine. Weruh

klebate Prawita sing terus bablas menyang mburi, kanthi ora

disengaja Pak Harja ngangluh, “Hm… mesakake!” Mripate terus

kaca-kaca… (GS, 2011: 82-83)

Page 24: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural Berdasarkan Teori ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112011_bab2.pdf · fakta-fakta cerita (karakter/penokohan, alur, latar), tema dan

54

Terjemahan:

Pikiran menyelam semakin dalam, menyelam dan memahami

danau yang menurut rasa perasaannya penuh dengan

ketidakberuntungan. Pernikahan belum umur tiga puluh lima hari,

Marsini terlihat sudah mulai terlihat.

“Hm, aneh.. terus Lukita nanti semakin besar mirip Den Mas

Dira!” resahnyanya sambal menarik nafas panjang.

Perkiraannya kedahuluan dengan datangnya menantunya. Terlihat

miring sepedanya diisi karung berisi dedhak(pakan babi) calon

pakan babi-babinya. Melihat sekilas lewatnya Prawita yang

langsung menuju ke belakang, dengan tanpa sengaja Pak Harja

hampir menangis,”Hm…kasihan!” Matanya terus berkaca-kaca.

1.2.2 Berdasarkan Fungsi Penampilan Tokoh

Berdasarkan fungsi penampilan tokoh maka tokoh dalam novel Gumuk

Sandhi karya Poerwadhie Atmodihardjo dibedakan menjadi dua macam,

yaitu tokoh baik (protagonis) dan tokoh jahat (antagonis).

a. Tokoh Protagonis

Tokoh protagonis adalah tokoh yang membawa misi kebenaran dan

kebaikan untuk menciptakan situasi kehidupan masyarakat yang damai,

aman dan sejahtera. Tokoh yang merupakan penjabaran norma-norma, nilai-

nilai yang ideal bagi masyarakat. Tokoh yang termasuk protagonist dalam

novel Gumuk Sandhi karya Poerwadhie Atmodihardjo adalah:

1. Prawita

Prawita adalah pribadi yang berpikiran positif.

Kutipan:

“Urip ki angel kok, Mar!” ujare Prawita karo nyawangake

Marsini sing isih tansah lungguh tumungkul. “Sedheng prakara

Page 25: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural Berdasarkan Teori ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112011_bab2.pdf · fakta-fakta cerita (karakter/penokohan, alur, latar), tema dan

55

nguber sandhang pangan ae wis saewuhan dhewe, apa maneh

ngenani.

Terjemahan:

Hidup ini susah kok Mar!” kata Prawita sambal memandang

Marsini yang masih duduk diam. “Ketika sudah perkara meegejar

sandhang pangan saja sudah sangat susah sendiri, apa lagi

menggapai.

2. Marsini

Marsini memiliki pemikiran yang kritis. Masalahnya dengan

Sudira memang bukan perkara mudah, namun setelah dirinya

mengambil keputusan, Marsini tidak gentar. Sudira selalu melarikan

diri dari tanggung jawabnya, maka Marsini selalu menyampaikan

pendapatnya melalui surat. Surat-suratnya kepada Sudira

memperlihatkan sosok wanita kuat yang berusaha mencari jalan keluar

dari setiap masalah yang mereka hadapi.

Kutipan:

Sudira, layangku ora dak ulur maneh. Tanpa guna lan tanpa tanja.

Aku wis duwe putusan gilig lan panemu bunder. Priya sing dakkira

duwe rasa tanggung jawab, pranyata duwe sisipatan licik lan ora

mengkoni kapribaden kanga gung. Dadi priya sing kaya mangkono

iku ora samesthine kena lan kudu dieboti. Aku wis duwe dalan

dhewe lan bakal dakambah kanthi ati lan pikiran kang bebas

mardhika. Janjimu iku ora ana ajine, nanging aku ngrasa bungah

dene tekan dina iki aku bisa netepi kanthi becik, najan ta kanthi

panandhang sing ngayang batin.

Daksuwun muga kowe bisa lali marang lalakon sing uwis, kaya

dene aku sing wis nganggep tamat marang lalakon sing kebak

lelucon nggembos iki. Ing sateruse muga kowe pinaringana rahayu

wilujeng. (GS, 2011: 88)

Page 26: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural Berdasarkan Teori ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112011_bab2.pdf · fakta-fakta cerita (karakter/penokohan, alur, latar), tema dan

56

Terjemahan:

Sudira suratku tidak aku buat lebih lama lagi. Tanpa guna dan

tanpa patokan. Aku sudah memiliki keputusan bulat dan pemikiran

bulat. Pria yang aku rasa memiliki tanggung jawab, kenyataannya

punya sifat licik dan tidak memenuhi kepribadian yang baik. Jadi

laki-laki yang seperti itu tidak semestinya bisa dan harus

diberatkan. Aku sudah punya jalan sendiri dan akan aku jalani

dengan hati dan pikiran yang bebas merdeka. Janjimu itu tidak ada

kekuatannya, tetapi aku merasa bahagia hingga sampai sekarang

aku dapat menepati dengan baik, walaupun dengan cobaan yang

makan hati.

Aku harap semoga kamu bisa melupakan kejadian yang telah lalu,

seperti aku yang sudah menganggap selesai pada kejadian yang

penuh omong kosong ini. semoga selanjutnya kamu diberikan

berkah keselamatan.

b. Tokoh Antagonis

Sebuah cerita tidak hidup jika tidak menampilkan konflik dan

ketegangan dalam jalannya cerita. Kemunculan konflik dan ketegangan

disebabkan oleh kehadiran tokoh antagonis. Tokoh antagonis adalah

tokoh yang selalu menimbulkan suatu konflik karena kekuatan antagonis.

Tokoh antagonis barangkali dapat disebut beroposisi dengan tokoh

protagonist, secara langsung ataupun tak langsung, bersifat fisik ataupun

batin. Kehadiran tokoh antagonis memberikan dinamika dan

memunculkan konflik perbedaan kepentingan dengan protagonist,

sehingga cerita menjadi semakin menarik. Tokoh antagonis dalam novel

Gumuk Sandhi karya Poerwadhie Atmodihardjo adalah:

1. Sudira / Ruwiya

Sudira adalah akar permasalahan yang menyebabkan Prawita

harus menikahi Marsini. Prawita tidak harus menjadi ayah dari anak

yang bukan merupakan darah daginya sendiri demi menutupi aib

Marsini dan keluarga, jika ia tidak melarikan diri dari tanggung

Page 27: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural Berdasarkan Teori ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112011_bab2.pdf · fakta-fakta cerita (karakter/penokohan, alur, latar), tema dan

57

jawabnya. Sudira lah yang dengan sengaja menempatkan Prawita dan

Marsini di posisi sulit. Tak berhenti sampai di situ, dia meninggalkan

desa dan mengganti identitasnya menjadi Ruwiya. Janji-janji kepada

orang yang ditinggalkannya tidak ditepati sehingga konflik rumah

tangga Prawita pun muncul akibat ketidak jelasan dan tanggung jawab

yang terbengkalai.

Kutipan:

“Njur piye, Ra… harak repot”.

“Saupama aku sembada, prakarane gampang, Wit”.

“We… ndhedher pakewuh kowe, Ra! Gak nggenah. Akibate

namaku melu jatuh. Mulane sakabeh ing tindak ki kudu dipikir lan

dilaras dhisik. Aja dijupuk gampange ae, ning ya kudu digagas

nek ana gampange. Lha nek ngene iki, sing berat aku, jalaran

sing katon runtang-runtung saben dina karo Marsini ki dudu kowe,

ning aku… Gek kowe dhewe sing baut gawe dadakan, tibane gak

isa ngrampungake dhewe.” (GS, 2011:76).

Terjemahan:

“Lalu bagaimana, Ra… bukakankah merepotkan.”

“Seandainya aku menyanggupi, perkaranya mudah, Wit”.

“Wahh… menumbuhkan masalah kamu, Ra! Tidak jela. Akibatnya

namaku ikut jatuh. Makanya segala perbutan itu harus dipikir dan

dipertimbangkan dahulu. Jangan diambil mudahnya saja. Lha kalau

seperti ini, yang berat aku, karena yang tampat akrab jalan berdua

setiap hari dengan Marsini itu bukan kamu, tetapi aku… Dan kamu

sendiri yang.. membuat mendadak, nyatanya tidak bias

menyelesaikan sendiri.

Kutipan dialog antara Sudira dan Prawita di atas menunjukkan

keinginan Sudira untuk mangkir dari tanggung jawabnya dan

melimpahkan beban kepada Prawita. Didukung dengan kedekatan

Marsini dan Prawita sehari-hari, pastilah kabar pernikahan keduanya

bukanlah hal yang akan dicurigai oleh masyarakat. Prawita yang

merasa terjebak, tidak bisa menolak karena Sudira tidak memiliki jalan

Page 28: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural Berdasarkan Teori ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112011_bab2.pdf · fakta-fakta cerita (karakter/penokohan, alur, latar), tema dan

58

keluar lain dan menggunakan persahabatan ketiganya untuk meminta

Prawita bersedia menjadi „satpam‟ bagi Marsini dengan janji akan

kembali setelah satu setengah tahun dan mapan dalam pekerjaannya.

Kutipan:

Kowe lali? Daktedhake surasane, Sudira, mangkene, “Prawita

sing bakal ngentas lelakon sing lagi mbekani nalar kanthi bakal

urip bebarengan karo aku. Sawarna bojo sah ing dalem makna

hukum, ananging mung minangka jonggol utawa “jaga malam”

ing dalem makna budi.

Sapira abote wong gawe tanagawe, mbokmenawa kowe bisa

nimbang mawa rasa pangrasamu. Lan-manut janjine-tugas

pulisine Prawita suwene mung siji setengah taun, mungkur iku

sakabehing prakara bakal dirampungake kalawan becik, ngiras

ngenteni Sudira sing lagi golek gandhulan urip ana ing paran. (GS,

2011:88)

Terjemahan:

Kamu lupa? Aku jelaskan penjabarannya, Sudira, begini,” Prawita

yang akan menyelesaikan kejadian yang membuat kecewa hati

dengan hidup berdampingan denganku. Sebagai suami sah dalam

lingkup hokum, tetapi hanya sebagai jonggol atau “jaga malam”

dalam rumah makna budi. Seberapa beratnya orang membuat tetapi

tidak berbuat, mungkin kamu bisa memperkirakan pehuh dengan

perasaanmu. Dan berdasarkan janji tugas polisinya Prawita

lamanya hanya satu setengah tahun, setelah itu segala perkara akan

diselesaikan dengan baik-baik, sambil menunggu Sudira yang

sedang mengadu nasib di perantauan.

Janji ini dipercayai benar oleh Prawita maupun Marsini demi

kebaikan mereka bertiga. Sudira malah tak kunjung kembali untuk

menetapi janjinya dan mengubah nama menjadi Ruwiya di Kendal

dengan tujuan memulai hidup baru dan meninggalkan masa lalunya

sebagai Sudira.

Kutipan:

“ Ngene, blenjaku ora mung marga aku wis ana ing Semarang

utawa Kendal iki, Wit. Sadurunge jabang bayine lair, wis mati luwih

dhisik!”

Page 29: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural Berdasarkan Teori ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112011_bab2.pdf · fakta-fakta cerita (karakter/penokohan, alur, latar), tema dan

59

“Nek ngono janjimu kuwi sandiwara, ya?” ujare Prawita munggel

rembug. Sudira ngangkat pundhak. Prawita kepeksa nggrundhel

batin, “O, kurang ajar…!”

“Janjiku pancen dakrancang arep ora daktetepi, Wit!” Sudira

nerusake kandhane. “Dhasare ngene. Aku arep nekad nglanggar

larangane Bapak Ibu gak wani, Wit… jalaran aku rumangsa gung

isa urip dhewe. Ping pindhone, nek aku nganti ambruk ing omahe

maratuwa lan dadi gawene Marsini, njur… iba lingsane Bapak Ibu

lan endi tanggung jawabku sebagai suami. (GS,2011:99)

Terjemahan:

“Begini tidak inginku menepati janji tidak hanya karena aku sudah

ada di Semarang atau Kendal ini, Wit. Sebelumnya banyinya lahir,

sudah mati lebih dulu!”

“Kalau begitu janjimu itu sandiwara ya?” kata Parwita memotong

omongan. Sudira mengangkat pundak. Prawita terpaksa mengumapt

di dalam hati,” O, kurang ajar….!”

“Janjiku memang aku rancang tidak akan aku tepati, Wit!” Sudira

melanjutkan ucapannya.

“ Dasarnya begini. Aku ingin nekat melanggar larangan bapak ibu

tidak berani, Wit..karena aku merasa belum bisa hidup sendiri. Yang

kedua, kalau aku sampai ambruk di rumah mertua dan menjadi

masalah untuk Marsini, lalu… iba malunya Bapak Ibu dan mana

tanggung jawabku sebagai suami.

Sudira merencanakan tindakannya sedari awal. Alasannya

masuk akal, namun sulit untuk diterima sehingga keputusannya

membuat Sudira tampak sebagai orang yang licik dan lari dari

tanggung jawab.

1.2.3 Tokoh Berdasarkan Perkembangan Perwatakan

Berdasarkan perkembangan perwatakan tokoh dalam novel Gumuk

Sandhi karya Poerwadhie Atmodihardjo terdiri dari tokoh bulat dan tokoh

pipih, adalah sebagai berikut:

Page 30: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural Berdasarkan Teori ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112011_bab2.pdf · fakta-fakta cerita (karakter/penokohan, alur, latar), tema dan

60

a. Tokoh Bulat

Tokoh bulat/ kompleks merupakan tokoh yang memiliki dan

diungkapkan berbagai kemungkinan sisi kehidupannya, sisi kepribadian

dan jati dirinya. Tingkah lakunya sering tak terduga dan memberikan

efek kejutan pada pembaca. Tokoh bulat dalam novel Gumuk Sandhi

karya Poerwadhie Atmodihardjo adalah sebagai berikut:

1. Prawita

Kutipan:

Mar, sakehing kuwajiban abot entheng tansah daktindakake lan

daktetepi. Jalaran ya mung sarana ngrungkebi kuwajibanku kalawan

becik iku aku bisa ngrasa mulya , sanajan ta wahanane bisa njalari

rasaning rasaning atiku kaya diejur-ejur. Dakrungkebi dakantebi,

Mar, ketang gedhening katresnanku marang kowe lan ketang

kurmatku marang Sudira kang wis percaya marang aku. Lan

dipercaya dening uwong mono abot sanggane, malah kala-kala

awake dhewe bisa dadi wadal. ( GS, 2011:59)

Terjemahan:

Mar, segala kwajiban berat ringan selalu aku jalankan dan aku

penuhi. Karena ya hanya sebagai sarana menutupi kwajibanku dan

baik itu aku bisa merasa mulya, walaupun keadaannya bisa membuat

rasanya hatiku seperti dihancurkan. Aku tutupi aku yakini, Mar,

seberapa besarnya cintaku kepadamu lan seberapa hormatku kepada

Sudira yang sudah percaya kepadaku. Dan dipercaya oleh orang itu

berat tanggungannya, malah kadang-kadang diriku sendiri bisa jadi

tumbal.

Watak Prawita yang ditampilkan dari awal cerita sampai akhir

tetap sebagai pribadi yang bertanggung jawab dan setia akan janji yang

diucapkannya, tetapi ada kalanya ditampilkan sisi lain dari dirinya

dimana perasaan yang tumbuh setelah hidup bersama Marsini. Di satu

sisi ingin tetap memenuhi janji di sisi lain karena telah lama tanpa

Page 31: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural Berdasarkan Teori ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112011_bab2.pdf · fakta-fakta cerita (karakter/penokohan, alur, latar), tema dan

61

kepastian juga ingin memiliki Marsini sebab secara hukum dan agama

Marsini adalah istrinya

2. Marsini

Kutipan:

“Wit… aku ya sing njalari kowe nandhang lara ati…,” ujare

Marsini karo ndheseg anggone lungguh. Nyedhaki janma sing

salawase iki ngayomi uripe. “Aku gak bisa ngukur sepira gedhening

lelabuhanmu marang aku. Aja ana kowe, mendah loking bebrayan.

Kira-kira manungsa Marsini mung tinggal aran. Banjur … Wit…

aku saiki wis bisa damang temenan. Gek apa sembulihku..?”

Marsini lungguhe saya ngangseg lan tangane kumlawe ngrangkul

Prawita, “Wit… Wit… banjur apa piwalesku marang kowe amril

ilanging laramu? Apa tambane tatumu…?”

Terjemahan:

“Wit… aku ya yang membuat kamu merasakan sakit hati…,” kata

Marsini dengan mendekat olehnya duduk. Mendekati manusia yang

selama ini mengayomi hidupnya. “Aku gak bisa mengukur seberapa

besar pengorbananmu kepadaku. Tidak ada kamu entah kaa-kata

masarakat. Kira-kira manusia Marsini hanya tinggal nama.

Lalu…Wit…aku sekarang sudah bisa lega beneran. Terus apa yang

bisa kuberikan…?

Marsini diawal cerita digambarkan sebagai wanita yang jutek dan

tidak peduli pada Prawita, tetapi kemudian ditunjukkan sisi lain Marsini

yang sebenarnya memendam persaannya yang sama dengan Prawita.

3. Sudira

Kutipan:

“Janjiku pancen dakrancang arep ora daktetepi, Wit!” Sudira

nerusake kandhane. “Dhasare ngene. Aku arep nekad nglanggar

larangane Bapak Ibu gak wani, Wit… jalaran aku rumangsa gung

isa urip dhewe. Ping pindhone, nek aku nganti ambruk ing omahe

maratuwa lan dadi gawene Marsini, njur… iba lingsane Bapak Ibu

lan endi tanggung jawabku sebagai suami. Ananging nek aku banjur

oncad ngono ae, Wit, iba aloke masarakat. Aku seorang pengecut

lan martabate Marsini sakaluwargane jatuh. Dosaku saya tumpuk

undhung. Luwih-luwih nek njur digolekake bojo tubrukan, sing

Page 32: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural Berdasarkan Teori ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112011_bab2.pdf · fakta-fakta cerita (karakter/penokohan, alur, latar), tema dan

62

adate… orang yang datang pertama itulah yang terbaik. Ngerti,

Wit?”(GS,21011:99)

Terjemahan:

“Janjiku memang aku rancang tidak akan aku tepati, Wit!” Sudira

melanjutkan ucapannya.

“ Dasarnya begini. Aku ingin nekat melanggar larangan bapak ibu

tidak berani, Wit..karena aku merasa belum bisa hidup sendiri.

Yang kedua, kalau aku sampai ambruk di rumah mertua dan

menjadi masalah untuk Marsini, lalu… iba malunya Bapak Ibu dan

mana tanggung jawabku sebagai suami. Tetapi jika aku kemudian

keluar begitu saja, Wit, iba ledekan masyarakat. Aku seorang

pengecut dan martabatnya Marsini sekeluarga jatuh. Dosaku

semakin bertambah. Terlebih lagi jika dicarikan pasangan

bertabrakan, yang adatnya… orang yang datang pertama itulah

yang terbaik. Paham, Wit?”

Watak Sudira ditampilkan sebagai seorang yang lari dari masalah,

mencari aman unuk kebaikan dirinya sendiri, tetapi di akhir ditampilkan

sosok dewasa seorang sudira yang kemudian mengakui kesalahan,

mengakui segala perbuatan dan rencananya, serta membiarkan Marsini

dan Prawita hidup bahagia tanpa ada beban janji dengannya lagi.

b. Tokoh Pipih

Tokoh pipih atau tokoh sederhana dalam bentuknya yang asli

adalah tokoh yang hanya memiliki satu kualitas pribadi tertentu, satu

sifat-watak yang tertentu saja. Sebagai seorang tokoh manusia, ia tak

diungkapkan berbagai kemungkinan sisi kehidupannya. Ia tak memiliki

sifat dan tingkah laku yang dapat memberikan efek kejutan bagi

pembaca. Sifat dan tingkah laku seorang tokoh sederhana bersifat datar,

monoton, hanya menceritakan satu watak tertentu. Dapat dikatakan

bahwa tokoh-tokoh tambahan dalam sebuah fiksi, rata-rata merupakan

Page 33: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural Berdasarkan Teori ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112011_bab2.pdf · fakta-fakta cerita (karakter/penokohan, alur, latar), tema dan

63

tokoh sederhana. Tokoh pipih/ sederhana dalam novel Gumuk Sandhi

antara lain:

1. Pagon Yayono

Pagon Yayono digambarkan sebagai orang yang ramah dan

terbuka. Berikut kutipannya:

Tekane Prawita lan Marsini ing omahe Pagon Yayono ditampa

kanthi suka parenaning ati. Kaya kaprahe “wong anyar”sing

ngorong pitepungan lan butuh sanak karuh.

Tejemahan:

Datangnya Prawita dan Marsini di rumahnya Pagon Yayono

diterima dengan sukacita. Seperti umumnya “orang baru” yang

mengajak berbicara dan butuh teman bicara.

2. Nyi Pagon

Tokoh nyi Pagon ditampilkan sebgai wanita yang ramah dan

sayang anak kecik. Karakter Nyi Pagon muncul saat Prawita dan

marsini mengunjungi rumah agon Yayono.

Kutipan:

Wanita iki seneng karo bocah. Anggone sisihan karo Pagon

Yayono tekan semono isih ugung nuwuhi. Biyen meh nate duwe

anak, anganing teregan merga tiba ana in pakiwan.

Terjemahan:

Wanita ini senang dengan anak kecil. Olehnya berpasangan dengan

Pagon Yayono sampai sekarang belum bisa memberi keturunan.

Dulu hampir saja akan memiliki anak, tetapi hilang karena jatuh di

pekarangan.

3. Suryani

Suryani digambarkan sebagai seorang pedagang yang ramah

kepada pembelinya.

Page 34: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural Berdasarkan Teori ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112011_bab2.pdf · fakta-fakta cerita (karakter/penokohan, alur, latar), tema dan

64

Kutipan:

“Mangga dilarak…e…mangga pinarak!”

Prawita mesem karo mapan sedheku ana ing meja. Kanggo

nylamur, Lukita dijupukake roti siji, sing terus wae dipangan.

Terjemahan:

Silahkan didatangi..e..silahkan duduk!”

Prawita tersenyum sambil duduk berpangku tangan di meja.

Untuk.., Lukita diambilkan roti satu, yang terus saja dimakan.

1.3 Latar atau setting

Latar merupakan lingkungan yang meliputi sebuah peristiwa dalam

cerita, dan juga suasana dalam cerita semesta yang berinteraksi dengan

peristiwa-peristiwa yng sedang berlangsung. Latar dapat berwujud seperti

dekor, suatu tempat, dapat berwujud waktu, cuaca, atau satu periode sejarah.

Meski tidak langsung merangkum sang karakter utama, latar dapat

merangkum orang-orang yang menjadi dekor dalam cerita. Latar dalam novel

Gumuk Sandhi karya Poerwadhie Atmodihardjo adalah sebagai berikut:

a. Latar Tempat

Latar tempat adalah tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang

diceritakan dalam sebuah karya sastra. Secara garis besar latar tempat dalam

novel GumukSandhi terjadi di desa Gelung, Kecamatan Paron, Kabupaten

Ngawi, Propinsi Jawa Timur. Latar kota lainnya adalah Kota Kendal, Jawa

Tengah.

Page 35: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural Berdasarkan Teori ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112011_bab2.pdf · fakta-fakta cerita (karakter/penokohan, alur, latar), tema dan

65

1. Dukuh Paron Gelung, Kota Ngawi, Jawa Timur

Kutipan:

Dhukuh Paron Gelung kamituwane komplang. Gegere kebo nantang

pasangan, pamrihe mung bisa entuk bengkok sawah sailat. Jago-jago

sing sedya nggenteni Punjul padha pating blulung ngirup-ngirup biting.

Terjemahan:

Dhukuh Paron Gelung kamituanya(salah satu jabatan dalam

pemerintahan desa) kosong. Ramainya kebo nantang pasangan, niatnya

hanya untuk mendapatkan bengkok sawah selebar lidah. Jago-jago yang

bersedia menggantikan lebih sama-sama saling berkompetisi

mengumpulkan orang sebanyak-banyaknya.

2. Kota Kendal Jawa Tengah

Kutipan:

“Ngene blenjaku ora mung merga aku wisana ing Semarang utawa

Kendal iki, Wit. Sakdurunge jabang bayine lahir wis mati luwih disik!”

(GS,2011:98-99)

Terjemahan:

“Begini ingkarku bukan hanya karena aku sudah ada di Semarang atau

Kendal sekarang, Wit. Sebelum jabang bayinya lahir sudah mati lebih

dulu!”

Latar tempat lainnya yang ditunjukkan dalam cerita adalah sebagai

berikut:

1. Di rumah keluarga Marsini

Kutipan:

Marsini menyat saka lungguhe, banjur mangkat lekas geni ana ing anglo.

Wis dadi pakulinan, saben bengi arep mapan turu, anglo lan ceret

dilebokake ngomah. (GS,2011:25)

Page 36: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural Berdasarkan Teori ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112011_bab2.pdf · fakta-fakta cerita (karakter/penokohan, alur, latar), tema dan

66

Terjemahan:

Marsini bangun dari duduknya, lalu berangat menyalakan api di

anglo(sejejenis benda gerabah yang fungsinya hampir sama dengan

kompor, biasanya diisi dengan arang sebagai bahan bakarnya). Sudah

menjadi kebiasaan, setiap malam akan tidur, anglo dan ceret(wadah air

terbuat dari besi,dsb biasa digunakan untuk merebus air) dimasukkan ke

dalam rumah.

2. Kamar

Kutipan:

Ing sawise nurokake Lukita ana ing dipan paturonane Marsini. Prawita

banjur gegancangan salin sarung ana ing kamare dhewe terus age-age

metu niliki ingon-ingone. (Gs,2011: 52)

Terjemahan:

Setelah menidurkan Lukita di ranjang kamar tidur Marsini. Prawita lalu

buru-buru berganti dengan sarung ada di kamarnya sendiri lalu segera

keluar melihat ternaknya.

3. Di jalan sepanjang kali Teguhan dan di jembatan.

Kutipan:

“Nek metu kene ya cedhak Mar!” ujare Prawita karo nudingi lurung

ing saurute kali Teguhan. Lakune wis anjog ing kreteg. (GS,2011:34)

Terjemahan:

“kalau lewa sini ya dekat Mar!” kata Prawita sambil menunjuk jalan

sepanjang kali Teguhan. Jalannya sudah sampai di jembatan.

4. Rumah Pagon Yayono

Kutipan:

Tekane Prawita an ing omahe Pagon Yayono ditampa kanthi suka

parenaning ati. Kaya kaprahe “wong anyar”sing ngorong pitepungan

lan butuh sanak karuh.(GS,2011:35)

Page 37: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural Berdasarkan Teori ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112011_bab2.pdf · fakta-fakta cerita (karakter/penokohan, alur, latar), tema dan

67

Tejemahan:

Datangnya Prawita dan Marsini di rumahnya Pagon Yayono diterima

dengan sukacita. Seperti umumnya “orang baru” yang mengajak

berbicara dan butuh teman bicara.

5. Alun-alun Kendal

Kutipan:

Sing dileboni warung sing klebu gedhe ana ing alun-alu kono. Sing

duweni Suryani, awake katon seger, pipine gembil, lan rambute

brintik.(GS,2011:90)

Terjemahan:

Yang dimasuki warung yang termasuk besar ada di alun-alun itu. Yang

punya Suryani, badannya terlihat segar, pipinya gembil, dan

rambutnya keriting.

6. Sangisore wit ngringging

Kutipan :

Ing wayah bengine, ing sawise padha leren lan Lukita turu ngglinting

ana ing dhipan., Sudira lan Prawita padha lungguhan ana ing

sangisore wit gringging. Hawane seger hawa tlatah pasisiran ing

pucukane mangsa ketiga.(GS,2011:94)

Terjemahan:

Di waktu malamnya, setelah sama-sama istirahat dan Lukita tidur

nyaman ada di tempat tidur, Sudira dan Prawita duduk-duduk di

bawah pohon gringging. Hawanya segar hawa daerah pesisir di

puncak musim kemarau.

Page 38: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural Berdasarkan Teori ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112011_bab2.pdf · fakta-fakta cerita (karakter/penokohan, alur, latar), tema dan

68

7. Rumah Ruwiya/Sudira di Kendal

Kutipan:

Ruwiya sing sejatine Sudira, omah-omah ijen. Nyewa omah sisiran

kang dikebaki mawa prabotan cukup. Nitik gelar laire, uripe sarwa

kepenak ana ing tlatah pangumbaran. (GS,2011:94)

Terjemahan:

Ruwiya yang sebenarnya Sudira, tinggal sendirian. Menyewa rumah

perumahan yang penuh dengan perabotan lengkap. Melihat raut

wajahnya, hidupnya serba tercukup ada di daerah perantauan.

b. Latar Waktu

Latar waktu adalah kapan terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam

cerita fiksi. Latar waktu bisa berwujud waktu-waktu (hari, bulan, dan tahun),

cuaca, rentang waktu, dan satu periode sejarah.

1. Perkiraan latar waktu karya sastra ini berlangsung adalah sekitar tahun

1950-an…(Pada masa revolusi kemerdekaan) yang diungkapkan dalam

kutipan berikut:

Sudira manthuk, Prawita jembleng ngungun. Gumun dene ing ngatase

jamane wis ngambah alam kamardhikan ing taun seketan kok meksa

isih ana kukuh gondhelan title ”R” kanggo uger-uger jejodhohan.

(GS,2011:76)

Terjemahan:

Sudira mengangguk, Prawita keheranan. Heran sedangkan jaman

sudah masuk alam kemerdekaan di tahun lima puluhan kok masih saja

ada yang kukuh memegang title “R” untuk perjodohan.

Page 39: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural Berdasarkan Teori ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112011_bab2.pdf · fakta-fakta cerita (karakter/penokohan, alur, latar), tema dan

69

2. Latar waktu yang ada di cerita antara lain:

a. Sore hari:

Kutipan:

Wayah sore ing dina candhake. Isih jam pitu Marsini wis rampung

anggone dandan lan uga anggone ndandani Lukit. Anake arep

diajak. Prawita uga macak mbethithit. (GS,2011:31)

Terjemahan:

Waktu sore di hari berikutnya. Masih jam tujuh Marsini sudah

selesai berdandan dan juga mendandani Lukita. Anaknya akan

diajak. Prawita juga berdandan rapi.

b. Malam hari

Kutipan:

Rembulan under ngesokake cahyane. Padhang jingglang,

padange kaya raina. Ananging suasanane desa rikala iku sepi

mampring, sajak sintru kaya kuburan mati. (GS,2011:15)

Terjemahan:

Bulan menumpahkan cahayanya. Terang benderang, terangnya

seperti siang hari. Tetapi suasananya desa ketika itu sepi sekali,

seolah sunyi seperti kuburan mati.

Adanya bulan yang bersinar menunjukkan bahwa saat itu

adalah waktu malam hari.

c. Dini hari (hampir jam tiga pagi)

Kutipan:

“Meh jam telu iki. Ngebyar pisan ae rak wis. Sesuk pa ndhak

lunga ta Wit?”

Page 40: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural Berdasarkan Teori ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112011_bab2.pdf · fakta-fakta cerita (karakter/penokohan, alur, latar), tema dan

70

Terjemahan:

“Hampir jam tiga ini. Tidak tidur sampai pagi saja begitu. Besok

apa akan pergi ta, Wit? (GS, 2011:24)

d. Setahun kemudian

Kutipan:

Let setahun saka kedadeyan ing dhuwur, Marsini nglairake

jabang bayi lanang meneh, adhine Lukita nunggal sesepan.

Juluke Rinta Alwi. Digadhang ing tembe bisa ngarang lalakone

bapak lan ibune. Meneng-meneng sing tuwa suwe-suwe uga

nglenggana. (GS,2011:101)

Terjemahan:

Setahun setelah kejadian di atas, Marsini melahirkan jabang bayi

laki-laki lagi, adiknya Lukita satu ibu. Namanya Rinta Alwi.

Diharapkan nantinya bisa mengarang perjalanan hidup ayah dan

ibunya. Diam-diam yang tua lama-lama juga menerima dengan

lapang.

2. Tema

Tema merupakan aspek cerita yang sejajar dengan „makna‟ dalam

pengalaman manusia, sesuatu yang menjadikan suatu pengalaman begitu diingat,

membuat cerita lebih terfokus, menyatu, mengerucut, dan berdampak (Stanton,

2007:36). Tema dapat diambil dari menyimpulkan keseluruhan cerita yang ada.

Tema dalam karya sastra Gumuk Sandhi ini adalah kesetiaan janji.

Prawita menjadi tokoh sentral dalam cerita ini menikahi Marsini untuk

menolong temannya Sudira dan juga Marsini dari rasa malu. Sudira dijanjikan

hanya satu setengah tahun menikah dengan marsini dan berkwajiban

menjaganya, dalam pernikahan itu Prawita dan Marsini hanya terlihat sebagai

suami istri di depan mertua dan orang-orang saja. Prawita melakukan itu semua

Page 41: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural Berdasarkan Teori ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112011_bab2.pdf · fakta-fakta cerita (karakter/penokohan, alur, latar), tema dan

71

karena tidak ingin mengingkari janjinya kepada Sudira, walaupun nyatanya

Sudira belum kembali setelah lebih dari waktu yang dijanjikan.

3. Sarana Cerita

Sarana-sarana sastra dapat diartikan sebagai metode (pengarang)

memilih dan menyusun detail cerita agar tercapai pola-pola yang bermakna.

Metode semacam ini perlu karena dengannya pembaca dapat melihat berbagai

fakta melalui kacamata pengarang, memahami apa maksud fakta-fakta tersebut

sehingga pengalaman pun dapat dibagi (Stanton, 2007:46 47).

a. Judul

Judul berhubungan dengan cerita secara keseluruhan karena

menunjukkan karakter, latar, dan tema. Judul merupakan kunci pada makna

cerita. Sering kali judul dari karya sastra mempunyai tingkatan-tingkatan

makna yang terkandung dalam cerita. Judul juga dapat berisi sindiran

terhadap kondisi yang ingin dikritisi oleh pengarang atau merupakan

kesimpulan terhadap kedaan yang sebenarnya dalam cerita (Stanton,

1965:25-26)

Judul dalam karya sastra ini diambil dari salah satu adegan yang

dialami oleh tokoh Prawita dan Marsini, berikut kutipannya:

“Gumuk sandhi piye?” pitakone Marsini kurang mudheng marang

kekarepane sing kandha. Pamandenge ora meneng-meneng.

“Tegese gumuk sandhi…,” wangsulane Prawita,” gunung cilik sing

winadi. Yen dideleng, nyatane pancen ya gak ana, ananging yen

dirsakake njur krasa rasane. Ana temenan lan urip iki lerege nir kena

diarani…ngrangsang gumuk sandhi iku mau.(GS, 2011:79)

Page 42: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural Berdasarkan Teori ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112011_bab2.pdf · fakta-fakta cerita (karakter/penokohan, alur, latar), tema dan

72

Terjemahan:

“Gumuk sandhi bagaimana?” pertanyaan Marsini masih tidak paham

terhadap apa yang diinginkan yang bicara. Dia memandang tanpa henti.

“Tegese gumuk sandhi…,” jawabnnya Prawita,” gunung kecil (bukit)

yang penuh rahasia. Jika dilihat, nyatanya memang ya tidak ada, tetapi

jika dirasakan lalu ada rasanya. Ana sebetulnya dan hidup ini jatuhnya

seolah bisa dibilang…mengharapkan gumuk sandhi itu tadi.

b. Sudut Pandang

Stanton dalam bukunya membagi sudut pandang menjadi empat tipe

utama. Pertama, pada „orang pertama-utama‟ sang karakter utama bercerita

dengan kata-katanya sendiri. Kedua, pada „orang pertama-sampingan‟ cerita

dituturkan oleh satu karakter bukan utama (sampingan). Ketiga, pada „orang

ketiga-terbatas‟ pengarang mengacu pada semua karakter dan emosinya

sebagai orang ketiga tetapi hanya menggambarkan apa yang dilihat,

didengar, dan dipikirkan oleh satu karakter saja. Keempat, pada‟orang

ketiga-tidak terbatas‟ pengarang mengacu pada setiap karakter dan

memposisikannya sebagai orang ketiga. Pengarang juga dapat membuat

beberapa karakter melihat, mendengar, atau perpikir atau saat tidak ada satu

karakter pun hadir.

Sudut pandang yang digunakan dalam novel Gumuk Sandhi adalah

sudut pandhang orang ketiga tidak terbatas. Hal ini dibuktika dengan

menyebutan bentuk ketiga seperti nama tokoh, untuk kata ganti orang.

Artinya pengarang mengacu pada setiap karakter dan memosisikannya

sebagai orang ketiga. Pengarang juga dapat membuat beberapa karakter

Page 43: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural Berdasarkan Teori ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112011_bab2.pdf · fakta-fakta cerita (karakter/penokohan, alur, latar), tema dan

73

melihat, mendengar, atau berpikir saat tidak ada karakter pun yang hadir.

Terbukti dalam kutipan sebagai berikut:

Marsini meneng wae. Ing njero batin melu marang rembuge Prawita.

Anggone dadi sisihane mung lamis wae, anggone jojodhowan sipate ora

lumrah, mung kanggo tulak supata, ila-ila ngapusi kukuming ngaurip.

Nganti meh nyandhak patang taunan suwene tanpa ana blenja apa-

apa,… (GS, 2011:28)

Terjemahan:

Marsini diam saja. Di dalam hatinya setuju dengan perkataan Prawita.

Olehnya menjadi pendamping hanya pura-pura saja, olehnya berjodoh

sifatnya tidak wajar.,hanya untuk menghindari masalah, untuk menutupi

hukumnya hidup. Sampai hampir empat tahunan lamanya tanpa ada

ingkar apa-apa.

c. Gaya dan Tone

1. Gaya

Gaya dalam sastra adalah cara pengarang dalam menggunakan bahasa.

Meski dua orang pengarang memakai alur, karakter dan latar yang sama,

hasil tulisan keduanya bisa sangat berbeda. Perbedaan tersebut secara

umum terletak pada bahasa dan penyebar dalam berbagai aspek seperti

kerumitan, ritme, panjang-pendek kalimat, detail, humor, kekonkretan, dan

banyaknya imaji dan metafora. Campuran dari berbagai aspek di atas

(dengan kadar tertentu) akan menghasilkan gaya (Stanton, 2007:61).

a. Padhange kaya raina

Padhange kaya raina merupakan ungkapan bahasa jawa yang

menunjukkan bentuk simile dimana menandingkan sesuatu dengan suatu

hal yang lain. Di sini kata padhang (terang) ditandingkan dengan kata

Page 44: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural Berdasarkan Teori ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112011_bab2.pdf · fakta-fakta cerita (karakter/penokohan, alur, latar), tema dan

74

raina (siang). Konteks paragraf yang digunakan adalah suasana malam

yang terang karena sinar bulan seolah-olah itu adalah siang hari.

Kutipan:

Rembulan bunder ngesokake cahyane. Padhang jingglang, padange

kaya raina. Ananging suananane desa rikala iku sepi mampring,

sajak sintru kaya kuburan mati. (GS,2011:15)

Terjemahan:

Bulan bersinar mencurahkan cahayanya. Terang benderang, terangnya

seperti siang hari. Tetpi suasananya desa saat itu sepi sekali, seolah

sunyi seperti pemakaman mati.

b. Ancik-ancik ing pucuking eri

Ancik-ancik pucuking eri merupakan ungkapan bahasa jawa yang

menunjukkan sesuatu hal itu belum kuat landasannya atau masih sangat

rawan dan berbahaya keberadaannya.

Kutipan:

Tetembungan wong-wong mau kalawan tanpa didamangi anjalari

panandhange dadi saya nggayang batin ngrumangsani yen katresnan

kang thukul ngrembuyung iku isih ancik-ancik ing pucuking eri.

(GS,2011:33)

Terjemahan:

Omongan orang-orang tadi jika diterima lapang dada membuat

permasalahannya menjadi semakin memakan hati merasa jika cinta

yang tumbuh subur itu masih berdiri di atas pucuk duri.

c. Kadidene Janaka lan Wara Sembadra

Kadidene Janaka lan Wara Sembadra merupakan perumpamaan

dalam bahasa Jawa yang menunjukkan sebuah hubungan yang harmonis

Page 45: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural Berdasarkan Teori ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112011_bab2.pdf · fakta-fakta cerita (karakter/penokohan, alur, latar), tema dan

75

antara laki-laki dan perempuan. Janaka merupakan nama salah satu tokoh

pewayangan dari pandhawa lima, sedangkan Wara Sembadra adalah istri

Janaka yang merupakan putri Prabu Basudewa dari Negara Mandura.

Kutipan:

Sambung rapete wis kadidene Janaka lan Wara Sembadra, sanajan

kekarone isih tetep siningget dening weriding kukum kasusilan.

(GS,2011:34)

Terjemahan:

Kedekatannya sudah seperti Janaka dan Wara Sembadra, walaupun

keduanya masih tetap dipisahkan oleh takut hukum tata susila.

d. Kumladeyan ngajak sempal

Kumladeyan ngajak sempal merupakan ungkapan bahasa Jawa

yang berarti sesuatu hal yang sudah jelas merugikan dan itu meenambah

senggara yang menjalani.

Kutipan:

Lereging pepindhan bisa nuju menyang babagan kumladeyan ngajak

sempal. Sanajan ta ra ana rembug pasemon sing kaya mengkono mau,

ewasemono Prawia meksa suthik dadi gawening maratuwane. (GS,

2011:51)

Terjemahan:

Jauhnya perumpamaan bisa menuju ke hal “kumladeyan ngajak

sempal”. Walaupun tidak ada omongan yang seperti itu tadi,

walaupun begitu Prawita memaksa tidak enak menjadi pekerjaan

mertuanya.

e. Sepandai-pandai tupai meloncat, ia terjatuh juga

“Sepandai-pandai tupai meloncat, ia terjatuh juga” merupakan

ungkapan bahasa Indonesia untuk menunjukkan kondisi bahwa

Page 46: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural Berdasarkan Teori ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112011_bab2.pdf · fakta-fakta cerita (karakter/penokohan, alur, latar), tema dan

76

bagaimanapun seseorang menutupi kesalahan ataupun perbuatannya

pasti akan ketahuan juga.

Kutipan:

Nuli nggremeng,” Sepandai-pandai tupai meloncat, ia terjatuh

juga…wah njur piye? Harak jatuh nama kita. Gek caramu

ngrampungke priye? Kadadeyane kapan?”(GS,2011:75)

Terjemahan:

Lalu berkata lirih,” Sepandai-pandainya tupai meloncat, ia terjatuh

juga…wah lalu bagaimana? Pasti jatuh nama kita. Lalu caramu

menyelesaikan bagaimana? Kejadiannya kapan?”

f. Entek amek kurang golek

“Entek amek kurang golek” adalah ungkapan berbahasa jawa yang

menunjukkan sesuatu itu keterlaluan atau habis-habisan.

Kutipan:

Jebulane ora. Aku didukani entek amek kurang golek, sing wekasan

luwih becik aku lunga saka Paron, timbang aku ngejemberi family.

(GS, 2011: 97)

Terjemahan:

Nyatanya tidak. Aku dimarahi habis-habisan , yang terakhir lebih

baik aku pergi dari Paron, daripada aku mencoreng nama keluarga.

2. Tone

Satu elemen yang amat terkait dengan gaya adalah

„tone‟. Tone adalah sikap emosional pengarang yang ditampilkan dalam

cerita. Tone bisa menampak dalam berbagai wujud, baik yang ringan,

romantis, ironis, misterius, senyap, bagai mimpi, atau penuh perasaan

Page 47: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural Berdasarkan Teori ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112011_bab2.pdf · fakta-fakta cerita (karakter/penokohan, alur, latar), tema dan

77

(Stanton, 2007:63). Tone pada drama ini sangat terlihat pada karater semua

tokoh pada drama ini.semua tokoh memainkan karakternya masing-masing

mewakili realitas yang ada. Hal ini membuat keseimbangan pada drama ini.

Pengarang menggunakan tone memilukan, terbukti pada kutipan di bawah

ini:

Sing dirembugi ora nimbangi, nanging uga ora suwala. Malah tangane

prawita saya digujer keket. Kaya kuwatir yen bakal mlayu.

“Marsini …. Adhuh, rasane kaya-kaya aku wis gak bisa tahan maneh

luwih kadi samene.”

“Wit… aku ya sing njalari kowe nandhang lara ati…,” ujare Marsini

karo ndheseg anggone lungguh. Nyedhaki janma sing salawase iki

ngayomi uripe. “Aku gak bisa ngukur sepira gedhening lelabuhanmu

marang aku. Aja ana kowe, mendah loking bebrayan. Kira-kira

manungsa Marsini mung tinggal aran. Banjur … Wit… aku saiki wis

bisa damang temenan. Gek apa sembulihku..?”

Marsini lungguhe saya ngangseg lan tangane kumlawe ngrangkul

Prawita, “Wit… Wit… banjur apa piwalesku marang kowe amril

ilanging laramu? Apa tambane tatumu…?”(GS,2011:60-61)

Terjemahan:

Yang diajak bicara tidak menyela, tetapi juga tidak berkeluh kesah.

Malah tangannya Prawita diapegang erat, seolah kuatir kalau akan pergi.

“Marsini …. Adhuh, rasanya seolah-olah aku sudah tidak bisa tahan

lagi lebih dari ini.”

“Wit… aku ya yang membuat kamu merasakan sakit hati…,” kata

Marsini dengan mendekat olehnya duduk. Mendekati manusia yang

selama ini mengayomi hidupnya. “Aku gak bisa mengukur seberapa

besar pengorbananmu kepadaku. Tidak ada kamu entah kaa-kata

masarakat. Kira-kira manusia Marsini hanya tinggal nama.

Lalu…Wit…aku sekarang sudah bisa lega beneran. Terus apa yang bisa

kuberikan…?

Marsini duduknya semakin mepet dan tangannya melambai merangkut

Prawira, “Wit…Wit lalu apa yang dapat aku balaskan kepadamu agar

hilang lukamu? Apa obat lukamu?

Pengarang juga menggunakan tone humoris dalam karya sastra

Gumuk Sandhi, terbukti pada kutipan berikut:

Page 48: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural Berdasarkan Teori ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112011_bab2.pdf · fakta-fakta cerita (karakter/penokohan, alur, latar), tema dan

78

“Mangga dilarak…e…mangga pinarak!”

Prawita mesem karo mapan sedheku ana ing meja. Kanggo nylamur,

Lukita dijupukake roti siji, sing terus wae dipangan.(GS, 2011: 91)

Terjemahan:

Silahkan didatangi..e..silahkan duduk!”

Prawita tersenyum sambil duduk berpangku tangan di meja. Untuk..,

Lukita diambilkan roti satu, yang terus saja dimakan.

d. Simbolisme

Simbolisme dalam fiksi dapat memunculkan tiga efek yang masing-

masing bergantung pada bagaimana simbol bersangkutan digunakan.

Pertama, sebuah simbol yang muncul pada satu kejadian penting dalam

cerita menunjukkan makna peristiwa tersebut. Dua, simbol yang

ditampilkan berulang-ulang mengingatkan kita akan beberapa elemen

konstan dalam semesta cerita. Tiga, sebuah simbol yang muncul pada

konteks yang berbeda-beda akan membantu kita menemukan tema

(Stanton, 2007:65).

Salah satu bentuk simbol yang khas adalah „momen simbolis‟. Istilah

ini dapat disamaan dengan momen kunci atau momen pencerahan (dua

istilah ini sering dipakai oleh para kritisi). Momen simbolis, momen kunci,

atau momem pencerahan adalah tabula tempat seluruh detail yang terlihat

dan hubungan fisis mereka dibebani oleh makna (Stanton, 2007:68).

Page 49: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural Berdasarkan Teori ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112011_bab2.pdf · fakta-fakta cerita (karakter/penokohan, alur, latar), tema dan

79

1. Anak asal (orang nigrat atau terpandang)

Anak asal yang dimaksudkan dalam karya sastra ini adalah garis

keturunan orang yang berada atau keturunan ningrat. Dapat disebut juga

dengan borjuis atau kalngan orang-orang kaya.

Kutipan :

“Bapak ibu menentang keras!”

“He…dadi wis kaya ngono kuwi ki, meksa isih gak kersa ndangani

penggalih. Sebabe sing pokok apa?”

“Marsini dudu anak asal, Wit!”

“Dupeh dudu raden ajeng?”

Sudira manthuk, Prawita njembleng ngungun. Gumun dene ing

ngatase jaman wis ngambah alam kamardhikan ing taun seketan kok

meksa isih ana sing kukuh gondhelan titel “R” kanggo uger-uger

jojodohan. Lengkete jiwa feodal sing dipatri dening alam kompeni.

Gremenge alon, “Borjuis nekek…!”( GS, 2011:76).

Terjemahan:

“Bapak ibu menentang keras!”

“Heh…jadi sudah seperti itu, terpaksa masih bisa tidak menerima.

Sebab pokoknya apa?”

Marsini bukan anak berada, Wit!”

“mentang-mentang bukan Raden Ajeng?”

Sudira menunduk, Prawita menahan marah. Kaget sedangkan jaman

sudah mulai memasuki dunia kemerdekaan di tahun lima puluhan

masih ada yang bergantung title “R” untuk menentukan perjodohan.

Lengketnya jiwa feodal yang dipatri oleh Kompeni. Berguman pelan.

“Borjuis akut..,”

2. Gumuk Sandhi

“Gumuk Sandhi” sebagai simbol sesuatu yang nyatanya tidak ada

tetapi terasa ada. Terlihat biasa saja tetapi untuk menuju ke tempat itu

banyak sekali yang harus dilewati.

Page 50: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural Berdasarkan Teori ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112011_bab2.pdf · fakta-fakta cerita (karakter/penokohan, alur, latar), tema dan

80

Kutipan:

“Gumuk sandhi piye?” pitakone Marsini kurang mudheng marang

kekarepane sing kandha. Pamandenge ora meneng-meneng.

“Tegese gumuk sandhi…,” wangsulane Prawita,” gunung cilik sing

winadi. Yen dideleng, nyatane pancen ya gak ana, ananging yen

dirsakake njur krasa rasane. Ana temenan lan urip iki lerege nir

kena diarani…ngrangsang gumuk sandhiiku mau.

Terjemahan:

“Gumuk sandhi bagaimana?” pertanyaan Marsini masih tidak paham

terhadap apa yang diinginkan yang bicara. Dia memandang tanpa

henti.

“Tegese gumuk sandhi…,” jawabnnya Prawita,” gunung kecil

(bukit) yang penuh rahasia. Jika dilihat, nyatanya memang ya tidak

ada, tetapi jika dirasakan lalu ada rasanya. Ana sebetulnya dan hidup

ini jatuhnya seolah bisa dibilang…mengharapkan gumuk sandhi itu

tadi.

3. Jurang bambing

Jurang bambing bukanlah jurang dalam artian yang sebenarnya

tetapi sebagai symbol untuk penyebutan masalah yang rumit, menguras

hati dan pikiran.

Kutipan:

Durung nganti tekan pucuk gumuk, Mar. Pucuk e isih sapandeleng

dohe, wis padha kelara-lara kejegur jurang bambing.

Terjemahan:

Belum sampai ke puncak gunung, Mar. Puncaknya masih

dikejauhan, sudah sama-sama tersakiti terjatuh jurang dalam.

Page 51: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural Berdasarkan Teori ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112011_bab2.pdf · fakta-fakta cerita (karakter/penokohan, alur, latar), tema dan

81

4. Wong anyar

Wong anyar yang dimaksudkan disini adalah tamu yang dating

tanpa diundang bahkan tidak kenal sebelumnya. Wong anyar juga bisa

diartikan sebagai orang kaya baru.

Kutipan:

Tekane Prawita lan Marsini ing omahe Pagon Yayono ditampa

kanthi suka parenaning ati. Kaya kaprahe “wong anyar”sing

ngorong pitepungan lan butuh sanak karuh.

Tejemahan:

Datangnya Prawita dan Marsini di rumahnya Pagon Yayono

diterima dengan sukacita. Seperti umumnya “orang baru” yang

mengajak berbicara dan butuh teman bicara.

e. Ironi

Secara umum, ironi dimaksudkan sebagai cara untuk

menunjukkan bahwa sesuatu berlawanan dengan apa yang telah diduga

sebelumnya. Ironi dapat ditemukan dalam hampir semua cerita (terutama

yang dikategorikan bagus). Dalam dunia fiksi, ada dua jenis ironi yang

dikenal luas yaitu ironi dramatis dan tone ironis (Stanton, 2007:71).

1. Ironi dramatis

Ironi dramatis atau ironi alur dan situasi biasanya muncul

melalui kontras diametris antara penampilan dan realitas, antara

maksud dan tujuan seorang karakter dan hasilnya, atau antara harapan

dengan apa yang sebenarnya terjadi. Pasangan elemen-elemen di atas

Page 52: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural Berdasarkan Teori ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112011_bab2.pdf · fakta-fakta cerita (karakter/penokohan, alur, latar), tema dan

82

terhubung satu sama lain secara logis (biasanya melalui hubungan

kausal atau sebab-akibat) (Stanton, 2007:71).

Kutipan:

“ Mar… neknjur kaya ngono sikepmu, harak pada wae karo nyiksa

aku. Isih kurang abot ta, Mar, pasiksan sing kudu daksandhang? O,

Mar, sarambut aku babar pisan ora ngajab diwelasasihi liyan,

ananging aku uga duwe pangarep-arep aja nganti kasiksa dening

sapa-sapa.

Mar, sakehing kuwajiban abot entheng tansah daktindakake lan

daktetepi. Jalaran ya mung sarana ngrungkebi kuwajibanku

kalawan becik iku aku bisa ngrasa mulya , sanajan ta wahanane

bisa njalari rasaning rasaning atiku kaya diejur-ejur. Dakrungkebi

dakantebi, Mar, ketang gedhening katresnanku marang kowe lan

ketang kurmatku marang Sudira kang wis percaya marang aku.

Lan dipercaya dening uwong mono abot sanggane, malah kala-

kala awake dhewe bisa dadi wadal. ( GS, 2011:59)

Terjemahan:

Mar…kalau hanya seperti itu sikapmu, lha sama saja kamu

menyiksa aku. A masih kurang berat ya, Mar, siksaan yang harus

aku tanggung? O, Mar aku sama sekali tidak tidak menginginkan

belas kasihan orang lain, tetapi aku juga punya keinginan jangan

sampai disiksa oleh siapapun.

Mar, segala kwajiban berat ringan selalu aku jalankan dan aku

penuhi. Karena ya hanya sebagai sarana menutupi kwajibanku dan

baik itu aku bisa merasa mulya, walaupun keadaannya bisa

membuat rasanya hatiku seperti dihancurkan. Aku tutupi aku

yakini, Mar, seberapa besarnya cintaku kepadamu lan seberapa

hormatku kepada Sudira yang sudah percaya kepadaku. Dan

dipercaya oleh orang itu berat tanggungannya, malah kadang-

kadang diriku sendiri bisa jadi tumbal.

2. Tone Ironi

Tone ironi atau ironis verbal digunakan untuk menyebut cara

berekspresi yang mengungkapkan makna dengan cara berkebalikan

(Stanton, 2007:72).

Page 53: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural Berdasarkan Teori ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112011_bab2.pdf · fakta-fakta cerita (karakter/penokohan, alur, latar), tema dan

83

Kutipan:

“Wit… aku ya sing njalari kowe nandhang lara ati…,” ujare

Marsini karo ndheseg anggone lungguh. Nyedhaki janma sing

salawase iki ngayomi uripe. “Aku gak bisa ngukur sepira

gedhening lelabuhanmu marang aku. Aja ana kowe, mendah loking

bebrayan. Kira-kira manungsa Marsini mung tinggal aran. Banjur

… Wit… aku saiki wis bisa damang temenan. Gek apa

sembulihku..?”

Marsini lungguhe saya ngangseg lan tangane kumlawe ngrangkul

Prawita, “Wit… Wit… banjur apa piwalesku marang kowe amril

ilanging laramu? Apa tambane tatumu…?”(GS,2011:60-61)

Terjemahan:

“Wit… aku ya yang membuat kamu merasakan sakit hati…,”

kata Marsini dengan mendekat olehnya duduk. Mendekati

manusia yang selama ini mengayomi hidupnya. “Aku gak bisa

mengukur seberapa besar pengorbananmu kepadaku. Tidak ada

kamu entah kaa-kata masarakat. Kira-kira manusia Marsini hanya

tinggal nama. Lalu…Wit…aku sekarang sudah bisa lega beneran.

Terus apa yang bisa kuberikan…?

Marsini duduknya semakin mepet dan tangannya melambai

merangkut Prawira, “Wit…Wit lalu apa yang dapat aku balaskan

kepadamu agar hilang lukamu? Apa obat lukamu?

B. Faktor Penyebab Konflik Rumah Tangga

Hubungan interpersonal menunjukkan konflik terjadi karena adanya

ketidakcocokan perilaku dengan tujuan. Ketidakcocokan terungkap ketika

seseorang secara terbuka menentang tindakan atau pernyataan yang lain.

McCollum (2009) mendefinisikan konflik sebagai perilaku seseorang dalam

rangka ber-oposisi dengan pikiran, perasaan dan tindakan orang lain. Situasi

konflik dapat diketahui berdasarkan munculnya anggapan tentang

ketidakcocokan tujuan dan upaya untuk mengontrol pilihan satu sama lain,

yang membangkitkan perasaan dan perilaku untuk saling menentang.

Konflik merupakan aspek normative dalam suatu hubungan, maka

keberadaan konflik tidak otomatis berdampak negative terhadap hubungan

Page 54: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural Berdasarkan Teori ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112011_bab2.pdf · fakta-fakta cerita (karakter/penokohan, alur, latar), tema dan

84

maupun individu yang terlibat dalam hubungan. Konflik baru akan

berdampak negative bila tidak dikelola dengan efektif dan akan menjadi

gejala atau faktor yang menyumbang akibat negatif pada individu maupun

keluarga secara keseluruhan.

Konflik sehari-hari yang muncul dalam kehidupan rumah tangga, dan

berperan dalam pembentukan mekanisme pertahanan pada tokoh Prawita dalam

novel Gumuk Sandhi karya Poerwadhie Atmodihardjo adalah konflik yang

disebabkan oleh masalah perekonomian, masalah komunikasi, dan problem

pribadi.

1.1 Masalah Perekonomian

Masalah perekonomian merupakan faktor terbesar penyebab terjadinya

konflik dalam masyarakat. Prawita bukanlah pemuda yang berasal dari

keluarga berkecukupan, bisa dibilang ia memiliki kehidupan yang kurang.

Menikah dengan Marsini, Prawita tidak memiliki harta apapun. Dia tinggal

bersama mertua setelah menikahi Marsini. Penghidupannya hanya berasal dari

ternak babi yang dipelihara dan dikembangkan secara otodidak, dari modal

berhutang kepada tetangganya.

Hidup seatap bersama mertuanya membuat kehidupannya tidak bebas,

belum lagi adiknya yang masih di bangku sekolah juga butuh biaya karena

orang tuanya sangat pas-pasan.

Kutipan:

Gagasan arep ngelong babine wis ana seminggunan. Kanggo manjeri

dhuwit regane dhedhak lan ampas tahu. Bapake dhewe ing Brangwetan

uga sambat-sambat butuh dhuwit. Adhine Prawita sing sekolah ana ing

SMA Madiun butuh buku lan sepatu.

Page 55: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural Berdasarkan Teori ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112011_bab2.pdf · fakta-fakta cerita (karakter/penokohan, alur, latar), tema dan

85

Anggone dadi mantune Pak Harja wis ana telung taun luwih. Meh

nyandhak papat. Wiwit penganten sepasar manggon nunggal saomah

karo maratuwane. Ketang kepengine urip mardhika lan ora dadi gawene

maratuwa, Prawita akal-akal ngingu babi. Ing sakawit duwe genjik siji,

anggone utang marang Kardi Meja. Banjur mretelu babine Kepala Pulisi.

Anggone ngupakara ditumemeni, kenaa kanggo gandhulan pametu amrih

uripe ora gumantung marang maratuwa. Ngiras kanggo pagaweyan

padinan, katimbang katon nganggur nemen-nemen. (GS,2011:25)

Terjemahan:

Gagasan ingin mengurangi babinya sudah ada satu mingguan. Untuk

menalangi uang harganya pakan ternak dan ampas tahu. Ayahnya sendiri

di Brangwetan juga mengeluh butuh uang. Adiknya Prawita yang sekolah

ada di SMA Madiun butuh uang dan sepatu. Olehnya jadi menantu Pak

Harja sudah ada tiga tahun lebih. Hampir menginjak empat. Sejak

pengantin lima hari bertempat tinggal bersama serumah dengan

mertuanya. Walau keinginannya hidup merdeka dan tidak menjadi

bebannya mertua, Prawita berinisiatif memelihara babi. Dari sejak

memiliki anak babi satu, olehnya hutang kepada Kardi Meja. kemudian

membagi tiga babi milik Kepala Pulisi. Olehnya mengupayakan

dilakukan dengan sungguh-sungguh, dapatlah digunakan untuk penopang

pengeluaran supaya hidupnya tidak bergantung kepada mertua. Sekaligus

untuk pekerjaan sehari-hari, daripada terlihat menganggur sekali.

1.2 Masalah Komunikasi

Hubungan yang harmois pasti didukung dengan intensitas komunikasi

yang baik. Komunikasi diperlukan sebagai jembatan untuk mencari solusi

ketika muncul permasalahan. Hubungan antara Prawita dan Marsini terlihat

harmonis dari luar, bahkan orang tua Marsini yang hidup seatap tidak

mencurigai adanya keganjilan hubungan anak dan menantunya. Marsini dan

Prawita tidak pernah terlibat percekcokan, karena memang keduanya pun

jarang berkomunikasi.

Hampir empat tahun berselang sejak kepergian Sudira, Prawita

berusaha mengajak Marsini untuk berunding bagaimana baiknya agar masalah

di antara mereka bisa terselesaikan. Marsini tak jarang hanya diam ketika

Page 56: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural Berdasarkan Teori ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112011_bab2.pdf · fakta-fakta cerita (karakter/penokohan, alur, latar), tema dan

86

Prawita berusaha mengajaknya mencari solusi. Prawita yang merasa bingung

akhirnya ikut diam, sehingga masalah mereka tak kunjung terselesaikan.

Kutipan:

“Mar…!” Prawita ngambali pangundange. Swarane saya teges,

parandene sing diundang panggah ora watuk ora seguk. Meneng wae

karo mlaku tumungkul.

“Piye, Mar?” pitakonan disusulake kanggo mincing gunem. Ewa samono

Ibune Lukita panggah sigeg. Klawan ora disengaja tangane Prawita

uwal saka gigire Lukita, kumlawe nyandhak baune kering Marsini,

dikanthi lakune kaya-kaya samar yen tiba kesandhung. Sing dicekeli ora

suwala. (GS, 2011:48)

Terjemahan:

“Mar…!” Prawita membalas panggilannya. Suaranya semakin tegas,

walaupun yang dipanggil tetap tidak goyah. Diam saja sambal jalan ke

depan.

“Bagaimana, Mar?” pertanyaan disusulkan untuk memancing

pembicaraan. Ketika itu ibunya Lukita tetap diam. Dengan tidak sengaja

tangan Prawita lepas dari punggung Lukita, melambai menggapai pundak

kiri Marsini, dengan jalannya seolah-olah was-was jika jatuh tersandung.

Yang dipegangi tidak mengeluh.

1.3 Problem Pribadi

Prawita yang ingin menyelesaikan masalah ternyata juga memiliki

masalah dalam batinnya. Keinginan untuk menemukan Sudira akan

menjauhkannya dari kebahagiaan hidup rumah tangga bersama Marsini. Ia

berpikir bahwa kelak jika Sudira kembali, perannya sebagai suami sandiwara

Marsini yang penuh dengan ketidakjelasan akan berahir. Kerja keras dan

pengorbanan karena janji antara dirinya dan Sudira untuk menjauhkan Marsini

dan kedua orang tuanya dari aib akan diakhiri ketika Sudira kembali

mengusung tanggung jawab.

Prawita masih sempat memikirkan bagaimana perasaan Marsini ketika

mendapat kabar bahwa orang yang bertanggung jawab atas segala masalah

Page 57: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural Berdasarkan Teori ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112011_bab2.pdf · fakta-fakta cerita (karakter/penokohan, alur, latar), tema dan

87

yang timbul di rumah orang tuanya itu telah berhasil ia temukan. Prawita

menimbang apakah Marsini mau menerima kembali kehadiran Sudira dalam

kehidupannya.

Kutipan:

Dheg! Tekan kono gagasane bab omah suwuk. Bali nggrejah lalakone

sisihane, sing ing wektu dina iku kahanane isih samar-samar, durung

bisa kalawan cetha diugemi mungguh ing abang utawa birune. Lan ing

bab iki, sanajan mung sakuku ireng babasane, Prawita uga melu nguluri

bau sukune, kapeksa, karana saka ananing prajanji kang wis pinatri.

Ananging apa Marsini bisa lan gelem nglakoni? Bisa lan gelem nglakoni

owah gingsir kaya lekasing sejarah sing dialami dening omahe wong

tuwane dhewe? (GS, 2011:14)

Terjemahan:

Dheg! Sampai di situ pemikirannya tentang rumah hilang. Kembali

menghitung perjalanan hidup pasangannya, yang di waktu hari itu

keadaannya masih samar-samar, belum bisa dengan jelas dipegang baik

merah atau birunya. Dan dalam hal ini, walaupun hanya sebesar kuku

hitam perumpamaannya, Prawita juga ikut memperpanjang pundak dan

kakinya, terpaksa, karena dari adanya perjanjian yang sudah ditetapkan.

Tetapi apa Marsini bisa dan mau melakukan? Bisa dan mau melakukan

perubahan yang timbul tenggelam layaknya mulainya sejarah yang

dialami di dalam rumah orang tuanya sendiri?

Kesetiaan berasal dari kata setia. setia, yaitu setia terhadap atasan, guru,

teman dan kerabat. Kesetiaan juga berarti dapat melaksanakan apa yang telah

dijanjikan dan dapat memegang teguh janji yang diucapkan (Sudarman,

2000:23). Seseorang yang penuh kesetiaan senantiasa menunjukkan

kesungguhan hati dan kerukunan terhadap gurunya, teman maupun

saudaranya. Kesetiaan Prawita untuk menjaga Marsini dan membendung rasa

cintanya menunjukkan keteguhan seorang laki-laki yang bertanggung jawab

dan dapat dipercaya.

Page 58: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural Berdasarkan Teori ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112011_bab2.pdf · fakta-fakta cerita (karakter/penokohan, alur, latar), tema dan

88

Janji merupakan hal yang sering dijumpai dalam kehidupan masyarakat.

Tokoh Prawita memegang teguh janjinya kepada Sudira, meskipun harus

mengorbankan perasaanya sendiri. Tidak pernah sekalipun ia mengingkari apa

yang dijanjikannya kepada orang lain. Kesetiaan janji Prawita bisa dilihat dari

kutipan berikut ini.

Kutipan:

Tresnaku marang kowe wis kasok, Mar lan ajab-ajabanku… muga kowe

nemonana karaharjan lair batin, gak ketang kanggo iki aku kudu dadi

kurban. Sanajan janji sing wis dipatri iki muspra, ananging… rehne aku

wis saguh, aku gak bakal mblenjani. Sudira arep tak susul, sanajan

manggone ana ing lak-lakaning naga pisan. Tetepna keputusanmu, aku

sing bakal ngrampungake!” (GS, 2011:79)

Terjemahan:

Cintaku kepadamu sudah terlalu banyak, Mar dan harapan-harapanku..

semoga kamu menemukan kesejahteraan lahir dan batin, walaupun untuk

ini aku harus jadi korban. Biarpun janji yang sudah dipatri ini sia-sia,

tetapi… masalah aku sudah janji, aku tidak akan mengingkari. Sudira akan

kujemput, biarpun tinggalnya di sela-sela naga sekalipun. Tetapkan

keputusanmu. Aku yang akan menyelesaikan!”

Kesetiaan tokoh Prawita tidak berjalan mulus tanpa hambatan. Konflik

rumah tangga seperti masalah perekonomian, problem pribadi dan masalah

komunikasi kerap kali membuat pikirannya bergejolak. Ekspektasi orang tua

Marsini dan masyarakat sekitar yang menganggap bahwa kehidupan rumah

tangganya dengan Marsini adalah rumah tangga harmonis. Keduanya tidak

pernah terlibat pertengkaran, dan hal itu memicu pertanyaan bagi orang tua

Marsini.

Page 59: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural Berdasarkan Teori ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112011_bab2.pdf · fakta-fakta cerita (karakter/penokohan, alur, latar), tema dan

89

Kutipan:

Tujune, sing lanang ki kok sabar, gak ngiri nemen-nemen nyang baune

bojone. Gek rukune… seprana-seprene aku kok gak nate tumon lehe dha

padu…”

“ jane… ning, gawokku si Marsini kuwi kok gak ana ketok meteng meneh!”

“Lha yo kuwi! Aku dhewe ki rak ya eram,” (GS, 2011:81)

Terjemahan:

Untungnya, yang laki-laki itu kok sabar, tidak bergantung sekali di bahu

istrinya. Dan rukunnya… dari dulu aku kok tidak pernah dengar adanya

saling bertengkar.

“ sebenarnya… tapi heranku si Marsini itu kok tidak ada terlihat hamil

lagi!”

“ lha ya itu! Aku sendiri itu kan juga heran,”

Orang tua Marsini sering kali mengungkapkan keinginan untuk segera

memiliki cucu lagi.

Kutipan:

Sanyatane, bapak lan ibune Marsini asring wae anggone ngrasani anake

dhewe. Ketang anggone nyidham kawoworan kepengin duwe putu adhine

putu sing pembarep…. Rerasan sing kaya mangkono mau asring dirungu

Marsini. Kala-kala dening Prawita. Tanggapane mung mesem sepa sing

nggerba rasa welas. Melasi wong tuwa sing isih padha wuta ing ingar-

ingering lalakon. (GS, 2011:22)

Terjemahan:

Kenyataannya, bapak dan ibunya Marsini sering saja adanya

membicarakan anaknya sendiri. Hanya adanya harapan bercampur ingin

memiliki cucu adik dari cucu yang pertama… Pembicaraan yang seperti

Page 60: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural Berdasarkan Teori ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112011_bab2.pdf · fakta-fakta cerita (karakter/penokohan, alur, latar), tema dan

90

itu sudah sering didengar Marsini. Kadang-kadang oleh Prawita.

Tanggapannya hanya senyum kosong yang membawa rasa kasihan.

Mengasihani orang tua yang masih tidak melihat di perubahan keinginan

sandiwara.

Desakan orang tua untuk segera memiliki adik untuk Lukita tak henti

membuat rasa setia terhadap janji dan kasihnya kepada Marsini saling beradu.

Prawita mulai berpikir apa yang ia dapatkan dari segala pengorbanan yang ia

lakukan selama ini. Rasa cinta membuatnya sudah menganggap Marsini

sebagai istri sah, namun ia tidak mengetahui bagaimana perasaan Marsini

kepada dirinya.

Kutipan:

Samangsa ayahane wis entek karana wis dijabel dening Sudira banjur apa

undhuh-undhuhane. Banjur kepriye semprongane bebrayan?

Ngrembakaning katresnan nuwuhake bedaning pangrengkuh. Marsini

dianggep kadidene sisihane kang sah, ora mung sisihan sing kaiket dening

talining kukum Kantor Urusan Agama. Ananging… apa pikiran lan

pangrasane Marsini uga kaya mangkono?

Terjemahan:

Ketika kwajibannya sudah selesai dengan cara sudah diangkat oleh Sudira

lalu apa yang didapatkan. Lalu bagaimana omongan masyarakat?

Merambatnya rasa cinta mengakibatkan perbedaan keinginan. Marsini

dianggap seperti pasangannya yang sah, tidak hanya pasangan yang terikat

oleh hukum Kantor Urusan Agama. Tetapi…apa pemikiran dan

perasaannya Marsini juga seperti itu?

Perasaan tidak yakin dan ketidakpastian inilah yang akhirnya membuat

Prawita melakukan mekanisme pertahanan untuk melindungi diri.

Page 61: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural Berdasarkan Teori ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112011_bab2.pdf · fakta-fakta cerita (karakter/penokohan, alur, latar), tema dan

91

C. Pengaruh Konflik Rumah Tangga Dan Kesetiaan Janji

Terhadap Penerapan Mekanisme Pertahanan Tokoh Prawita

Konflik rumah tangga yang disebabkan oleh masalah perekonomian,

masalah komunikasi dan problem pribadi tokoh Prawita membuatnya secara tidak

sadar melakukan mekanisme pertahanan untuk mengurangi rasa sakit dan beban

yang harus ia tanggung.

Tokoh utama dalan novel Gumuk Sandhi karya Poerwadhie Atmodihardjo

adalah Prawita. Pada data struktur diperoleh informasi bahwa terdapat gangguan

ketidaksadaran dari realitas yang dihadapi oleh tokoh tersebut. Menghadapi

permasalahan rumah tangga dan janji kepada sahabat, serta rasa cinta yang sudah

tidak mampu dipungkiri, Prawita berupaya untuk merespons walaupun dirinya

harus mengorbankan perasaannya sendiri dan konflik itu tidak dapat dihindari.

Pertahanan psikis untuk mempertahankan diri (Iman, 2011:19) dan dorongan atau

perasaan –perasaan yang terlibat akan dijabarkan dalam penjelasan di bawah ini.

Bagian ini secara berturut-turut akan menjelaskan beberapa bentuk defence

mechanism pada tokoh Prawita yang meliputi represi, sublimasi, rasionalisasi, dan

apatis.

1. Represi

Represi merupakan mekanisme pertahanan yang paling kuat dan luas. Tugas

represi mendorong keluar impuls-impuls id yang tidak diterima dari alam sadar

dan kembali ke alam bawah sadar. Represi yang dilakukan tokoh Prawita muncul

dalam wujud ketenangan dalam menghadapi masalah dan bersikap sabar untuk

Page 62: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural Berdasarkan Teori ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112011_bab2.pdf · fakta-fakta cerita (karakter/penokohan, alur, latar), tema dan

92

menghindari konflik yang berkepanjangan. Hal ini dapat dibuktikan pada kutipan

berikut ini.

1.1 Represi dalam wujud ketenangan

Prawita sering bersikap diam, legeg, karena bingung harus bagaimana

menyikapi perilaku Marsini yang susah ditebak. Ia sering diam dan menunggu

reaksi istrinya, daripada memojokkan Marsini. Sikap diam Prawita dibuktikan

dengan kutipan berikut ini.

Kutipan:

Sawise mangkono banjur mapan lungguh ana ing tepining dhipan,

sangaja ing mburine Marsini. Legeg, bingung ngrasakake Marsini kang

panggah ngunci guneme lan uga bingung ngrasakake awake dhewe sing

tekan samono meksa isih durung bisa oleh kaputusan. (GS, 2011:56)

Terjemahan:

Setelah begitu kemudian duduk di tepi tempat tidur, sengaja di belakang

Marsini. Diam, bingung merasakan Marsini yang malah mengunci mulut

dan juga bingung merasakan dirinya sendiri yang sampai saat itu memaksa

masih belum bisa mendapatkan keputusan.

Prawita juga menyikapi kalimat bernada kasar dari Marsini dengan

diam. Prawita bahkan menganggap bahwa cara bicara dan raut wajah galak

Marsini membuatnya semakin jatuh hati. Sikap ini menunjukkan ketenangan

diri dan kontrol yang kuat atas emosinya, meskipun secara tidak sadar ia

sedang melakukan represi.

Mekanisme pertahanan ini disebabkan oleh masalah kurangnya

komunikasi antara Prawita dan Marsini sehingga masalah di antara keduanya

Page 63: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural Berdasarkan Teori ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112011_bab2.pdf · fakta-fakta cerita (karakter/penokohan, alur, latar), tema dan

93

tak kunjung menemui hasil. Marsini yang pasif dan tidak membalas usaha

Prawita untuk mempertimbangkan keputusan, membuat Prawita ikut

merasakan kebingungan sehingga akhirnya dia pun ikut menjadi diam.

Faktor konflik batin juga ikut mengambil peran karena rasa cinta

Prawita kepada Marsini membuatnya tidak tega memaksa Marsini untuk

menjadi orang yang menanggung beban masalah mereka.

Kutipan:

Sing disaruwe ora wangsulan. Terus mlebu lan genti nyawang Marsini.

Tumamane tembung-tembung sing rada sugal mau rasane kaya lagu sing

ngrangin lan praupan sing direnggani mripat ngluyup katon dadi tambah

narik.(GS, 2011:20)

Terjemahan:

Yang diingatkan tidak menjawab. Lalu masuk dan berbalik memandang

Marsini. Mengenanya kata-kata yang agak kejam tadi rasanya seperti lagu

yang halus dan wajah yang di tempati mata mengantuk dadi semakin

menarik.

1.2 Represi dalam wujud sabar

Prawita merasa bahwa masalah perkawinan dengan Marsini harus

segera diselesaikan. Sebagai pihak yang harusnya hanya menjadi pion, ia

mengambil langkah untuk menyudahi sandiwara yang semakin menyakiti

perasaannya sendiri. Prawita dengan sabar dan hati-hati mengajak Marsini

menyalurkan pendapat untuk menyelesaikan masalah dan menemukan Sudira,

walaupun respons Marsini selalu diam. Iman Setiadi Arif (2011)

Page 64: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural Berdasarkan Teori ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112011_bab2.pdf · fakta-fakta cerita (karakter/penokohan, alur, latar), tema dan

94

mengemukakan bahwa sabar merupakan indikasi seseorang melakukan represi.

Represi dalam wujud sabar dapat dilihat pada kutipan berikut ini.

Kutipan:

Marsini isih panggah meneng wae, meneng ngrasakake rembuge Prawita.

“Karepku, Mar… bengi iki uga kowe takjak rembugan, sing mengkone

bisa netepake kahanan-kahanan ing mburine. Dadi bengi iki anggepen

bakal anane putusan sing gilig. Susulake aku bisa nemokake dalane lan

mbokmanawa bab Sudira, utute bakal enggal ketemu.”(GS, 2011:23)

Terjemahan:

Marsini masih tetap diam saja, diam merasakan perkataan Prawita.

“Keinginanku, Mar… malam ini juga kamu kuajak berunding, yang

nantinya bisa menentukan keadaan-keadaan yang akan datang. Jadi

malam ini anggaplah aka nada keputusan yang matang. Memenuhi aku

bisa menemukan jalan dan siapa tahu masalah Sudira, keberadaannya

akan cepat ketemu.

Kutipan tipan di atas menunjukkan bahwa komunikasi di antara

keduanya masih belum berjalan lancar. Prawita satu-satunya pihak yang

berusaha mencari jalan keluar, sedangkan Marsini hanya diam.

1.3. Represi dalam bentuk menyendiri

Prawita secara tidak sadar telah membuang impuls-impuls id yang

tidak bisa diterima olehnya. Dia berusaha menghindari kontak dengan orang

lain dan menyibukkan diri dengan melakukan pekerjaan untuk mengalihkan

pikiran.

Kutipan:

Bubar kandha mangkono banjur agahan metu saka kamare Marsini,

sarta banjur mlebu ing senthonge dhewe. Ngleyeh lan ngliyep sadhela.

Ngadhepake wayah jam lima esuk wes tangi maneh lan ing sawise adus

Page 65: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural Berdasarkan Teori ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112011_bab2.pdf · fakta-fakta cerita (karakter/penokohan, alur, latar), tema dan

95

banjur nyandhak sepedha, pamit Pak Harja arep nyegat dhedhak

menyang Jambangan. (GS, 2011:80)

Terjemahan:

Setelah berkata seperti itu kemudian buru-buru keluar dari kamar

Marsini, dan kemudian masuk kamarnya sendiri. Bersantai dan tidur

sebentar. Mendekati waktu jam lima pagi sudah bangun lagi dan setelah

mandi lalu mengambil sepeda, pamit Pak Harja akan menghadang pakan

ternak ke Jambangan.

Prawita tidak jarang memilih untuk mengurus babinya sepulang dari

keperluannya di luar, tanpa menyambangi rumah terlebih dahulu. Hal ini

dibuktikan dari kutipan dari sudut pandang Pak Harja berikut.

Kutipan:

Panglarase kasaru dening tekane mantune. Mbetoyot sepedhane

disampiri karung isi dhedhak calon maeme babi-babine. Weruh klebate

Prawita sing terus bablas menyang mburi.(GS,2011:83)

Terjemahan:

Ketenangannya terhambat dengan kedatangan menantunya. Menuntun

sepedanya diberi karung berisi pakan ternak yang akan dimakan babi-

babinya. Melihat sosok sekilas Prawita yang kemudian terus berjalan

menuju ke belakang.

Sikap diam Prawita dipengaruhi oleh problem pribadi yang terjadi

dalam dirinya akibat keinginan untuk menyelesaikan masalah yang tidak

juga menemui jalan terang, sikap Marsini yang tidak bisa ditebak, perasaan

cintanya kepada Marsini, serta harapan mertua dan masyarakat untuk

Marsini dan Prawita segera memberikan adik untuk putra pertama mereka.

Page 66: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural Berdasarkan Teori ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112011_bab2.pdf · fakta-fakta cerita (karakter/penokohan, alur, latar), tema dan

96

Stress yang diakibatkan membuatnya menolak impuls-impuls id yang

tidak sesuai dengan keinginan hati Prawita, sehingga akhirnya memilih

menyendiri dan menjauh untuk menghindari diri dari kenyataan dan

ekspektasi orang lain atas dirinya.

2. Sublimasi

Sublimasi terjadi bila tindakan-tindakan yang bermanfaat secara sosial

menggantikan perasaan tidak nyaman. Sublimasi yang dilakukan tokoh Prawita

berupa senyuman. Senyum dirasa lebih bermanfaat daripada meratap dan

menangis sebagai reaksi dari kesedihan mendalam yang dialami. Sublimasi

yang dilakukan tokoh Prawita dapat dibuktikan pada kutipan berikut ini.

Kutipan:

Sing padha disemoni anane mung mesem wae. Sadhela Prawita rumangsa

mbedhodhok atine. Sakeh sindhiran lan alokan ditampa kadidene

sawijining pangalembana sing tundhone mujudake sawijining

pasarujukane bebrayan tumrap marang anggone sih sinisihan karo Marsini.

Ananging bareng noleh marang kasunyataning kahanan sing lagi diadhepi,

sakala banjur tuwuh rasa, panalangsane. (GS, 2011:32)

Terjemahan:

Yang digoda adanya hanya tersenyum saja. Sekejap Prawita merasa sakit

hatinya. Semua sindiran dan olokan diterima seolah salah satunya pelipur

yang akhirnya menghasilkan salah satu persetujuan masyarakat kepada

olehnya berdampingan dengan Marsini. Tetapi setelah menoleh kepada

kenyataan keadaan yang sedang dihadapi, seketika lalu tumbuh rasa,

kesedihannya.

Konflik yang mempengaruhi pembentukan mekanisme pertahanan

sublimasi adalah konflik batin Prawita yang merasa bahwa apa yang dilihat

Page 67: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural Berdasarkan Teori ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112011_bab2.pdf · fakta-fakta cerita (karakter/penokohan, alur, latar), tema dan

97

oleh masyarakat dengan kenyataan yang dijalani dengan Marsini sangat

berbeda. Ia harus menahan rasa kecewanya seorang diri untuk memenuhi janji

dan harapan orang lain.

3. Rasionalisasi

Rasionalisasi memiliki dua tujuan, yang pertama untuk mengurangi

kekecewaan ketika gagal mencapai suatu tujuan, yang kedua untuk memberikan

motif nyata yang dapat diterima atas perilaku. Bentuk rasionalisasi Prawita yaitu

dengan meyakinkan diri dan meredam kemarahan.

3.1 Rasionalisasi dalam wujud menahan kemarahan

Prawita yang akhirnya berhasil menemui Sudira tidak menyangka

bahwa sahabatnya itu mempunyai pikiran yang sedemikian rupa, seolah-olah

menuduh bahwa dirinya tidak setia terhadap janjinya kepada Sudira untuk

menjaga Marsini. Seketika timbul rasa sakit hati, namun Prawita menahan diri

karena ia berpikir mungkin Sudira mempunyai beban pikiran lain sehingga

tega berkata seperti itu pada Prawita.

Dhegg! Rasaning dhadhane Prawita kaya didhodhog bareng diuneni sing

kaya mangkono mau. Saglugut pinara sanga Prawita ora nyana babar

pisan yen mitrane dhuwe gagasan sing samono mau, temah banjur ngrasa

nalangsa ing batin lan muspra sakeh lalabuhane. Padha sanalika ing

dhalem wawasane Sudira katon remeh. Ilang sipat kasatiyan lan

kaprawirane. Nganti tekan ngomah Prawita ora bisa kumecap. Ing batin

tansah ndunga anane Sudira banjur meneng wae iku merga duwe

janggama sing tepusane tinemu ing pribadine dhewe. Disengguh uyah

padha asine. ( GS, 2011:93-94)

Page 68: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural Berdasarkan Teori ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112011_bab2.pdf · fakta-fakta cerita (karakter/penokohan, alur, latar), tema dan

98

Terjemahan:

Dhegg! Rasa di dadanya Prawita seperti di ketok setelah dikatakan seperti

itu tadi. Sedikit dibagi sembilan (sedikitpun) Prawita tidak menyangka

sama sekali jika temannya memiliki gagasan seperti itu tadi, kejadiannya

kemudian merasa sedih di batin dan sia-sia semua pengorbanannya.

Seketika dalam pandangannya Sudira terlihat remeh. Hilang sifat

kesatriya dan keperwiraannya. Hingga sampai rumah Prawita tidak bisa

berucap. Di batin hanya berdoa keadaan Sudira kemudian diam saja itu

karena mempunyai kehidupan yang hanya ditemukan dalam dirinya

sendiri. Ditambah garam sama asinnya.

Konflik batin memiliki peran dominan dalam pembentukan

rasionalisasi dalam diri Prawita ketika dirinya merasa tidak dipercaya oleh

sahabatnya sendiri. Prawita berusaha menahan diri dengan menahan amarah

dirinya sendiri dan berusaha berpikir positif, bahwa sahabatnya mempunyai

beban pikiran yang mendorong Sudira berkata sedemikian rupa.

3.2 Rasionalisasi dalam wujud meyakinkan diri

Prawita yang hampir saja kehilangan kendali, masih memiliki

kesadaran akhirnya meyakinkan dirinya sendiri. Janjinya tetap ia pegang

sampai akhir walaupun dikecewakan berkali-kali.

Kutipan:

Sapandurat Prawita meh lali ing purwa duksina. Sagebyaring thathit

jagad iki meh wae keplesed ing kedhunging sengsem, sakala iku budi

nuranine njerit suka peling, “Janjimu, Prawita” lan janma kang wis

gloyoran arep ambruk nglampruk dadi gegombalaning nafsu

turidasmara, sakala banjur grumegah tangi ngatonake kaprawirane.

“Adhuh…!” sambate memelas lan parangkule Marsini banjur diuwalake

sawatara. “Saka gedhening tresnaku marang kowe, Mar… lan marga

anggonku kepengin tetep ngrungkebi janji…,” ujare alon-alon. (GS,

2011:61)

Page 69: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural Berdasarkan Teori ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112011_bab2.pdf · fakta-fakta cerita (karakter/penokohan, alur, latar), tema dan

99

Terjemahan:

Hampir saja Prawita hilang kendali. Sekilas dunia ini hampir saja

terpeleset ke dalam dunia asmara, segera itu budi nuraninya menjerit

memberi peringatan, “Janjimu, Prawita” dan manusia yang sudah

sempoyongan akan jatuh terkapar menjadi kegombalan nafsu asmara,

seketika itu lalu berdiri bangun memperlihatkan keperwiraannya.

“Adhuh…!” gerutunya memelas dan rangkulan Marsini kemudian

dilepaskan sementara. “dari besarnya cintaku kepadamu, Mar… dank

arena olehku ingin tetap memenuhi janji…,” ujarnya pelan-pelan.

Prawita tidak hanya berusaha meyakinkan dirinya sendiri, Marsini ikut

dilibatkan sebagai orang yang turut menanggung beban sepadan.

Kutipan:

Prawita nerusake kandhane, “Prakara awake dhewe ki kudu rampung,

Mar, ora kena diulur-ulur maneh. Aku lan kowe kudu nduweni sikep

teges lan wani ngadepi apa-apa sing tinemu ana ing ngarepan kita. Yen

papalange ki mung wujud manungsa kaya ngono ae, kiraku ya gak

sepiraa. Ning nyatane tumrap manungsa ki gelaring urip kadidene

ngadhepi gumuk sandhi. Coba gagasen… iya apa gak?” (GS, 2011:78)

Terjemahan:

Prawita melanjutan perkataannya, “Masalah kita ini harus selesai. Mar,

tidak bisa diulur-ulur lagi. Aku dan kamu harus mempunyai dikap tegas

dan berani menghadapi apapun yang ditemukan ada di depan kita. Kalau

penghalangnya itu hanya berwujud manusia seperti itu saja, menurutku

tidak seberapa. Tapi kenyataannya untuk hidup manusia itu jalannya

hidup seperti menghadapi bukit sandi. Coba perhatikan, iya atau tidak?

Problem pribadi yang berbentuk konflik batin dalam diri Prawita

terlihat jelas dari kedua kutipan di atas. Pada kutipan pertama Prawita

dihadapkan dengan kekecewaan atas tuduhan kawannya, Sudira.

Page 70: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural Berdasarkan Teori ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112011_bab2.pdf · fakta-fakta cerita (karakter/penokohan, alur, latar), tema dan

100

Kutipan kedua menunjukkan bahwa pertahanan dirinya hampir saja

runtuh, namun seketika ia tersadar bahawa usahanya akan sia-sia jika

janjinya tidak ia tepati.

4. Agresi dan Apatis

Agresi memiliki dua jenis yaitu agresi langsung adalah agresi yang

diungkapkan secara langsung kepada objek yang merupakan sumber frustasi.

Agresi yang dialihkan adalah apabila seseorang mengalami frustasi namun tidak

dapat mengungkapkan secara puas kepada sumber frustasi. Agresi tokoh

Prawita diwujudkan dengan amarah dan mencari kambing hitam. Apatis adalah

bentuk lain dari reaksi terhadap frustasi yaitu sikap menarik diri dan bersikap

seakan-akan pasrah.

4.1 Bentuk agresi langsung Prawita dengan wujud sikap emosional atau

amarah

Bentuk agresi langsung Prawita dengan wujud sikap emosional dapat

dibuktikan pada kutipan berikut ini.

Kutipan:

“Nek ngono janjimu kuwi sandiwara, ya?” ujare Prawita munggel

rembug. Sudira ngangkat pundhak. Prawita kepeksa nggrundel, “ O,

kurang ajar…!” (GS, 211:99).

Page 71: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural Berdasarkan Teori ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112011_bab2.pdf · fakta-fakta cerita (karakter/penokohan, alur, latar), tema dan

101

Terjemahan:

“Kalau begitu janjimu itu sandiwara, ya?” kata Prawita memotong

pembicaraan. Sudira mengangkat pundak. Prawita terpaksa menggerutu,

“O, kurang ajar…!”

Agresi dengan wujud sikap emosional ini disebabkan oleh faktor

kurangnya komunikasi antara Prawita, Sudira dan Marsini setelah mereka

membuat janji. Prawita yang kecewa tidak kuasa menahan kemarahannya,

walaupun tidak diluapkan dengan cara yang kasar.

4.2 Bentuk agresi yang dialihkan Prawita dengan wujud mencari kambing

hitam

Bentuk agresi yang dialihkan oleh Prawita dengan wujud mencari

kambing hitam dapat dibuktikan pada kutipan berikut ini.

Kutipan:

Aku lan kowe kudu nduweni sikep teges lan wani ngadepi apa-apa sing

tinemu ana ing ngarepan kita. Yen papalange ki mung wujud manungsa

kaya ngono ae, kiraku ya gak sepiraa. (GS, 2011:78)

Terjemahan:

Aku dan kamu harus punya sikap tegas dan berani menghadapi apapun

yang ditemukan ada di hadapan kita. Jika penghalangnya itu hanya

berwujud manusia seperti itu saja, kukira ya tidak seberapa.

Konflik kurangnya komunikasi membuat Prawita harus membujuk

Marsini untuk mengambil keputusan dan menjadi orang yang berani. Sikap

diam Marsini tidak akan menyelesaikan masalah, sehingga Prawita mencoba

Page 72: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural Berdasarkan Teori ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112011_bab2.pdf · fakta-fakta cerita (karakter/penokohan, alur, latar), tema dan

102

membuat Marsini menjalankan perannya sebagai sesame korban untuk

mencari jalan keluar.

Prawita tidak hanya memanfaatkan bentuk mekanisme pertahanan

agresi. Dia juga memanfaatkan bentuk mekanisme pertahanan apatis sebagai

jalan untuk mengurangi efek yang menyakitkan dari konflik yang dihadapi.

Bentuk apatis yang dilakukan Prawita diwujudkan dengan sikap menahan diri

dan pasrah. Hal ini dapat dibuktikan dengan kutipan berikut ini.

Kutipan:

Tresnaku marang kowe wis kasok, Mar lan ajab-ajabanku… muga kowe

nemonana karaharjan lair batin, gak ketang kanggo iki aku kudu dadi

kurban. Sanajan janji sing wis dipatri iki muspra, ananging… rehne aku

wis saguh, aku gak bakal mblenjani. (GS, 2011:79)

Terjemahan:

Cintaku kepadamu sudah terlalu banyak, Mar dan harapan-harapanku..

semoga kamu menemukan kesejahteraan lahir dan batin, walaupun untuk

ini aku harus jadi korban. Biarpun janji yang sudah dipatri ini sia-sia,

tetapi… masalah aku sudah janji, aku tidak akan mengingkari.

Konflik batin Prawita atas rasa cintanya kepada Marsini membuat ia

memilih untuk merelakan kebahagiaan wanita yang hanya merupakan istri di

mata hukum itu untuk mencari kebahagiaannya bersama Sudira jika memang

Marsini memilih demikian. Prawita rela mengorbankan dirinya dan

perasannya asal Marsini bahagia.

Page 73: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural Berdasarkan Teori ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112011_bab2.pdf · fakta-fakta cerita (karakter/penokohan, alur, latar), tema dan

103

5. Pengalihan

Pengalihan yaitu mengalihkan perasaan tidak senang terhadap suatu

objek ke objek yang lainnya. Objek-objek ini bukan sebagai sumber frustasi

tetapi lebih tepatnya sebagai sasaran.

Prawita menggunakan bentuk mekanisme pertahanan jenis pengalihan

dalam wujud sikap menghabiskan waktu untuk bekerja. Waktunya untuk

bekerja akan membuatnya lupa dengan masalah-masalah Marsini dan Sudira.

Hal ini dapat dibuktikan dalam kutipan berikut ini.

Kutipan:

Ing sawise nurokake Lukita ana ing dipan paturone Marsini, Prawita banjur

gagancangan salin sarung ana ing kamare dhewe terus age-age metu niliki

ingon-ingone. Golek ilen-ilen kanggo nyuda sangganing batine, golek

lipuran kanggo ngenthengake pikulaning pikirane. (GS, 2011:52)

Terjemahan:

Setelah menidurkan Lukita di tempat tidur Marsini, Prawita lalu buru-buru

berganti sarung di kamarnya sendiri kemudian cepat-cepat keluar memeriksa

peliharaannya. Mencari tontonan untuk mengurangi beban batinnya, mencari

obat untuk meringankan beban pikirannya.

Secara jelas pada kutipan di atas memperlihatkan konflik batin Prawita

untuk mengurangi beban pikirannya. Ia mencari aktivitas untuk mengalihkan

perhatiannya dari rumah dengan memandangi babinya.

Berdasarkan analisis terhadap bentuk mekanisme pertahanan diri tokoh

Prawita, Prawita tidak menggunakan mekanisme pertahanan proyeksi, regresi,

reaksi formasi atau reaction formation, fantasi dan stereotype. Prawita hanya

Page 74: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural Berdasarkan Teori ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112011_bab2.pdf · fakta-fakta cerita (karakter/penokohan, alur, latar), tema dan

104

menggunakan bentuk mekanisme pertahanan represi, sublimasi, rasionalisasi,

agresi dan apatis.

Bentuk-bentuk mekanisme pertahanan yang dilakukan tokoh Prawita

memberikan pengaruh positif maupun negative terhadap kepribadiannya.

Bentuk represi, sublimasi dan rasionalisasi cenderung memberikan pengaruh

yang positif. Pengaruh itu dapat dilihat dari wujud sikap tenang, sabar dan

tersenyum, meskipun sedang bingung dan bersedih. Pengaruh positif juga bisa

dilihat pada wujud rasionalisasi dengan meredam kemarahan dan bersikap

realistis.

Pengaruh negatifnya dapat dilihat pada wujud agresi dengan sikap

emosional dan mencari kambing hitam. Pengaruh negatif yang terakhir adalah

wujud apatis yaitu menarik diri dan pasrah.

Berdasarkan penjabaran di atas dapat disimpulkan bahwa bentuk

mekanisme pertahanan yang dilakukan oleh Prawita lebih banyak membawa

pengaruh positif daripada pengaruh negatif terhadap perilakunya. Hal ini

membuat kepribadian Prawita tampak dewasa dan matang.

D. Analisis Dampak Mekanisme Pertahanan Pada Tokoh Prawita

Dampak mekanisme pertahanan yang dikutip dari Semium (2006) dalam

Gely Nurmurey Idzha (2013) diantaranya yaitu reaksi-reaksi mekanisme

pertahanan ego mungkin sangat konstrktif, tekanan tetap melindungi diri secara

psikologis menyebabkan tidak relaks, usaha pada mekanisme pertahanan ego

mempengaruhi keadaan sekitar (manipulatif), cenderung akan diterapkan lagi

bila dirasa menguntungkan.

Page 75: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural Berdasarkan Teori ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112011_bab2.pdf · fakta-fakta cerita (karakter/penokohan, alur, latar), tema dan

105

Dampak mekanisme pertahanan yang lain menurut McGill (2008) dalam

Gely Nurmurey Idzha (2013: 116) yang terjadi dalam diri seseorang antara lain,

mekanisme pertahanan melibatkan penipuan dan distorsirealitas, ketika

kecemasan ditekan, diwujudkan dengan cara lain seperti fobia, serangan

kecemasan atau gangguan obsesif-kompulsif, mengurangi kecemasan dan

mempertahankan citra diri yang positif, mengurangi aktivitas fisiologis yang

tidak sehat. Bagian ini akan membahas mekanisme pertahanan diri tokoh Prawita

dalam novel Gumuk Sandhi karya Poerwadhie Atmodihardjo.

Prawita menggunakan mekanisme pertahanan diri untuk mengurangi efek

menyakitkan dari konflik yang tidak dapat dihindari. Dampak yang ditimbulkan

dari mekanisme pertahanan tokoh Prawita dijelaskan pada pembahasan berikut

ini.

1. Adanya kecenderungan untuk diulangi lagi karena hal ini dirasa

menguntungkan untuk mengurangi efek-efek konflik yang dihadapi. Dampak

ini dihasilkan oleh bentuk mekanisme pertahanan:

1.1 Represi

Pada pembahasan sebelumnya ditemukan bahwa Prawita telah

melakukan represi sebanyak tiga kali. Pertama, ia melakukan represi setelah

dimarahi oleh Marsini. Hal ini dapat dibuktikan pada kutipan berikut ini.

Kutipan:

Sing disaruwe ora wangsulan. Terus mlebu lan genti nyawang Marsini.

Tumamane tembung-tembung sing rada sugal mau rasane kaya lagu

sing ngrangin lan praupan sing direnggani mripat ngluyup katon dadi

tambah narik.(GS, 2011:20)

Page 76: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural Berdasarkan Teori ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112011_bab2.pdf · fakta-fakta cerita (karakter/penokohan, alur, latar), tema dan

106

Terjemahan:

Yang diingatkan tidak menjawab. Lalu masuk dan berbalik memandang

Marsini. Mengenanya kata-kata yang agak kejam tadi rasanya seperti

lagu yang halus dan wajah yang di tempati mata mengantuk dadi

semakin menarik.

Prawita melakukan resepsi yang kedua ketika dengan sabar ia berusaha

mengajak Marsini yang hanya diam, untuk berunding untuk menyelesaikan

permasalahan rumah tangga mereka dan permasalahan Sudira. Hal ini dapat

dibuktikan pada kutipan berikut ini.

Kutipan:

Marsini isih panggah meneng wae, meneng ngrasakake rembuge

Prawita.

“Karepku, Mar… bengi iki uga kowe takjak rembugan, sing mengkone

bisa netepake kahanan-kahanan ing mburine. Dadi bengi iki anggepen

bakal anane putusan sing gilig. Susulake aku bisa nemokake dalane lan

mbokmanawa bab Sudira, utute bakal enggal ketemu.”(GS, 2011:23)

Terjemahan:

Marsini masih tetap diam saja, diam merasakan perkataan Prawita.

“Keinginanku, Mar… malam ini juga kamu kuajak berunding, yang

nantinya bisa menentukan keadaan-keadaan yang akan datang. Jadi

malam ini anggaplah aka nada keputusan yang matang. Memenuhi aku

bisa menemukan jalan dan siapa tahu masalah Sudira, keberadaannya

akan cepat ketemu.

Bentuk represi ketiga yang dilakukan tokoh Prawita adalah ketika

ia menyibukkan diri dengan melakukan pekerjaan untuk mengalihkan

pikiran. Hal ini dapat dibuktikan dengan kutipan berikut ini.

Page 77: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural Berdasarkan Teori ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112011_bab2.pdf · fakta-fakta cerita (karakter/penokohan, alur, latar), tema dan

107

Kutipan:

Bubar kandha mangkono banjur agahan metu saka kamare Marsini,

sarta banjur mlebu ing senthonge dhewe. Ngleyeh lan ngliyep sadhela.

Ngadhepake wayah jam lima esuk wes tangi maneh lan ing sawise

adus banjur nyandhak sepedha, pamit Pak Harja arep nyegat

dhedhak menyang Jambangan. (GS, 2011:80)

Terjemahan:

Setelah berkata seperti itu kemudian buru-buru keluar dari kamar

Marsini, dan kemudian masuk kamarnya sendiri. Bersantai dan tidur

sebentar. Mendekati waktu jam lima pagi sudah bangun lagi dan

setelah mandi lalu mengambil sepeda, pamit Pak Harja akan

menghadang pakan ternak ke Jambangan.

1.2 Rasionalisasi

Bentuk mekanisme pertahanan rasionalisasi yang dilakukan oleh

Prawita dalam novel Gumuk Sandhi karya Poerwadhie Atmodihardjo

memiliki dampak yang cenderung dilakukan lagi karena dirasa

menguntungkan untuk mengurangi efek dari konflik yang sedang terjadi.

Hal ini dapat dibuktikan dengan kutipan berikut ini.

Kutipan:

Sapandurat Prawita meh lali ing purwa duksina. Sagebyaring

thathit jagad iki meh wae keplesed ing kedhunging sengsem, sakala

iku budi nuranine njerit suka peling, “Janjimu, Prawita” lan

janma kang wis gloyoran arep ambruk nglampruk dadi

gegombalaning nafsu turidasmara, sakala banjur grumegah tangi

ngatonake kaprawirane.

“Adhuh…!” sambate memelas lan parangkule Marsini banjur

diuwalake sawatara. “Saka gedhening tresnaku marang kowe,

Mar… lan marga anggonku kepengin tetep ngrungkebi janji…,”

ujare alon-alon. (GS, 2011:61)

Page 78: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural Berdasarkan Teori ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112011_bab2.pdf · fakta-fakta cerita (karakter/penokohan, alur, latar), tema dan

108

Terjemahan:

Hampir saja Prawita hilang kendali. Sekilas dunia ini hampir saja

terpeleset ke dalam dunia asmara, segera itu budi nuraninya

menjerit memberi peringatan, “Janjimu, Prawita” dan manusia

yang sudah sempoyongan akan jatuh terkapar menjadi kegombalan

nafsu asmara, seketika itu lalu berdiri bangun memperlihatkan

keperwiraannya.

“Adhuh…!” gerutunya memelas dan rangkulan Marsini kemudian

dilepaskan sementara. “dari besarnya cintaku kepadamu, Mar…

dank arena olehku ingin tetap memenuhi janji…,” ujarnya pelan-

pelan.

Rasionalisasi yang dilakukan ini dirasa berhasil karena tidak terjadi

konflik yang lebih panjang, meskipun tidak membuat Prawita terlepas dari

masalahnya. Hal ini membuat Prawita melakukan mekanisme pertahanan

jenis rasionalisasi lagi. Bentuk rasionalisasi yang kedua dapat dilihat pada

kutipan berikut ini.

Kutipan:

Dhegg! Rasaning dhadhane Prawita kaya didhodhog bareng

diuneni sing kaya mangkono mau. Saglugut pinara sanga Prawita

ora nyana babar pisan yen mitrane dhuwe gagasan sing samono

mau, temah banjur ngrasa nalangsa ing batin lan muspra sakeh

lalabuhane. Padha sanalika ing dhalem wawasane Sudira katon

remeh. Ilang sipat kasatiyan lan kaprawirane. Nganti tekan

ngomah Prawia ora bisa kumecap. Ing batin tansah ndunga anane

Sudira banjur meneng wae iku merga duwe janggama sing

tepusane tinemu ing pribadine dhewe. Disengguh uyah padha

asine. ( GS, 2011:93-94)

Terjemahan:

Dhegg! Rasa di dadanya Prawita seperti di ketok setelah dikatakan

seperti itu tadi. Sedikit dibagi sembilan (sedikitpun) Prawita tidak

menyangka sama sekali jika temannya memiliki gagasan seperti itu

tadi, kejadiannya kemudian merasa sedih di batin dan sia-sia semua

pengorbanannya. Seketika dalam pandangannya Sudira terlihat

remeh. Hilang sifat kesatriya dan keperwiraannya. Hingga sampai

rumah Prawita tidak bisa berucap. Di batin hanya berdoa keadaan

Page 79: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural Berdasarkan Teori ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112011_bab2.pdf · fakta-fakta cerita (karakter/penokohan, alur, latar), tema dan

109

Sudira kemudian diam saja itu karena mempunyai kehidupan yang

hanya ditemukan dalam dirinya sendiri. Ditambah garam sama

asinnya.

2. Serangan obsesif kompulsif sebagai akibat dari konflik yang ditekan

Serangan obsesif kompulsif terjadi dimana penderita merasa terdorong

berpikir tentang sesuatu atau melakukan tindakan tertentu yang tidak

diinginkannya. Serangan obsesif kompulsif dapat dilihat pada bentuk

mekanisme pertahanan represi.

Prawita berpikir bahwa rasa cintanya kepada Marsini bukanlah hal yang

salah. Dirinya hanyalah manusia biasa yang menerima rasa cinta tanpa bisa

berbuat apa-apa, takdirlah yang membuat semuanya terjadi. Kesalahannya

hanyalah cinta datang tanpa diundang dan pergi ketika hatinya sudah berantakan.

Hal ini dapat ditemukan dalam kutipan berikut ini.

Kutipan:

Lakune nguler kambang, ngimbangi mubenge gagasan sing lagi grijag ing

antarane rasa mulya lan apes. Ora didamangi, tresnane thukul

ngrembuyung…

“Aku ki ya mung manungsa lumrah!” gumremenge ijen, nglenggana ing

karingkihane lan ngakoni uga yen katresnan iku mungguhing ngaurip wis

dadi gadhangane. Wis kodrat , nanging eloke, tekane tanpa ora nganggo

diulemi lan nggawa sipat rila legawa ngurbanake sakeh kang didarbeni

mamrih harjane kang diasihi. Nanging samangsa wis gelem musna,

lungane adakan sok tanpa karana, nganggo ninggal rasa sirik lan serik,

sing dening ububaning napsu bisa malih dadi ndendeman keeling sing

tanpa nduweni petung pira regane nyawa salembar. Jiwane pengkuh,

nanging daging-daging lan getih samangsa dipeksa, bisa ambruk

nglampruk dadi bandhaning angkara. ( GS, 2011:15)

Page 80: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural Berdasarkan Teori ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112011_bab2.pdf · fakta-fakta cerita (karakter/penokohan, alur, latar), tema dan

110

Terjemahan:

Jalannya seperti ulat (pelan-pelan), menyamai berputarnya gagasan yang

sedang muncul di antaranya rasa untung dan apes. Tidak dibaiki, cintanya

tumbuh bermekaran…

“Aku ini ya hanya manusia biasa!” gumamannya sendirian, menerima

dengan lapang ketidakberdayaannya dan menjalani juga jika cinta itu dalam

kehidupan sudah menjadi keinginannya. Sudah takdir, tetapi sayangnya,

datangnya tanpa diundang dan membawa sifat ikhlas mengorbankan segala

yang dimiliki agar bahagia yang disayangi. Tetapi ketika sudah mau hilang,

perginya tiba-tiba tanpa sebab, dengan meninggalkan rasa iri dan dengki,

yang oleh bergejolaknya nafsu bisa menjadi rasa yang terpendam

mengingat yang tanpa memiliki dihitung berapa harganya selembar nyawa.

Jiwanya menolak, tetapi daging-danging dan darah seolah dipaksa, bisa

ambruk terkapar menjadi angkara murka.

3. Menyebabkan tidak relaks.

Prawita yang telah melakukan mekanisme pertahanan merasa bahwa

tekanannya masih melingkupi dirinya secara psikologis. Hal ini menimbulkan

keadaan yang tidak relaks. Keadaan tidak relaks ditimbulkan oleh bentuk

mekanisme pertahanan:

3.1 Sublimasi

Dampak yang ditimbulkan oleh sublimasi dari Prawita dapat

dibuktikan dengan kutipan berikut ini:

Kutipan:

Sadhela Prawita rumangsa mbedhodhok atine. Sakeh sindhiran lan

alokan ditampa kadidene sawijining pangalembana sing tundhone

mujudake sawijining pasarujukane bebrayan tumrap marang anggone sih

sinisihan karo Marsini. Ananging bareng noleh marang kasunyataning

kahanan sing lagi diadhepi, sakala banjur tuwuh rasa, panalangsane.

(GS, 2011:32)

Page 81: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural Berdasarkan Teori ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112011_bab2.pdf · fakta-fakta cerita (karakter/penokohan, alur, latar), tema dan

111

Terjemahan:

Prawita merasa sakit hatinya. Semua sindiran dan olokan diterima seolah

salah satunya pelipur yang akhirnya menghasilkan salah satu persetujuan

masyarakat kepada olehnya berdampingan dengan Marsini. Tetapi setelah

menoleh kepada kenyataan keadaan yang sedang dihadapi, seketika lalu

tumbuh rasa, kesedihannya.

3.2 Agresi yang dialihkan

Tekanan yang tetap melindungi diri Prawita secara psikologis,

menyebabkan ia tidak relaks. Hal ini merupakan dampak agresi dialihkan

yang ia lakukan. Hal ini dapat dilihat pada kutipan berikut ini.

Kutipan:

“Nek ngono janjimu kuwi sandiwara, ya?” ujare Prawita munggel

rembug. Sudira ngangkat pundhak. Prawita kepeksa nggrundel, “ O,

kurang ajar…!” (GS, 211:99).

Terjemahan:

“Kalau begitu janjimu itu sandiwara, ya?” kata Prawita memotong

pembicaraan. Sudira mengangkat pundak. Prawita terpaksa menggerutu,

“O, kurang ajar…!”

4. Mampu mempengaruhi keadaan sekitarnya.

Bentuk mekanisme pertahanan yang memberi dampak mampu

mempengaruhi lingkungan sekitarnya yaitu:

Page 82: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural Berdasarkan Teori ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112011_bab2.pdf · fakta-fakta cerita (karakter/penokohan, alur, latar), tema dan

112

4.1 Apatis

Dampak mekanisme pertahanan apatis mampu mempengaruhi

keadaan sekitar. Prawita yang berusaha menarik diri dan bersikap pasrah

ternyata juga ikut mempengaruhi keadaan Pak Harja. Hal ini dapat dibuktikan

dengan kutipan berikut ini.

Gagasan slulup saya jero, nylulupi lan njajagi kedhung sing manut rasa

pangrasane ngemu wewadi. Pangantenan durung umur salapan,

Marsini katon wis lekasan.

“Hm, aneh… gek Lukita ki gedhe-gedhe kok memper Den Mas Dira!”

panggresahe karo ngunjal napas landhung.

Panglarase kasaru dening tekane mantune. Mbetoyot sepedhane

disampiri karung isi dhedhak calon maeme babi-babine. Weruh klebate

Prawita sing terus bablas menyang mburi, kanthi ora disengaja Pak

Harja ngangluh, “Hm… mesakake!” Mripate terus kaca-kaca… (GS,

2011: 82-83)

Terjemahan:

Pikiran menyelam semakin dalam, menyelam dan memahami danau

yang menurut rasa perasaannya penuh dengan ketidakberuntungan.

Pernikahan belum umur tiga puluh lima hari, Marsini terlihat sudah

mulai terlihat.

“Hm, aneh.. terus Lukita nanti semakin besar mirip Den Mas Dira!”

resahnyanya sambal menarik nafas panjang.

Perkiraannya terdahului dengan datangnya menantunya. Terlihat miring

sepedanya diisi karung berisi dedhak(pakan babi) calon pakan babi-

babinya. Melihat sekilas lewatnya Prawita yang langsung menuju ke

belakang, dengan tanpa sengaja Pak Harja hampir

menangis,”Hm…kasihan!” Matanya terus berkaca-kaca.

Page 83: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural Berdasarkan Teori ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112011_bab2.pdf · fakta-fakta cerita (karakter/penokohan, alur, latar), tema dan

113

5. Mengurangi kecemasan dan mempertahankan citra diri yang postif. Dampak

ini ditimbulkan oleh bentuk mekanisme pertahanan berikut ini.

5.1 Rasionalisasi

Rasionalisasi yang dilakukan oleh Prawita dapat mengurangi

kecemasan dan mempertahankan citra dirinya yang positif. Prawita yang

telah melakukan rasionalisasi mampu mengendalikan amarahnya dan bisa

berpikir lebih baik. Hal ini dapat dibuktikan pada kutipan berikut ini.

Kutipan:

Dhegg! Rasaning dhadhane Prawita kaya didhodhog bareng diuneni

sing kaya mangkono mau. Saglugut pinara sanga Prawita ora nyana

babar pisan yen mitrane dhuwe gagasan sing samono mau, temah

banjur ngrasa nalangsa ing batin lan muspra sakeh lalabuhane. Padha

sanalika ing dhalem wawasane Sudira katon remeh. Ilang sipat

kasatiyan lan kaprawirane. Nganti tekan ngomah Prawita ora bisa

kumecap. Ing batin tansah ndunga anane Sudira banjur meneng wae

iku merga duwe janggama sing tepusane tinemu ing pribadine dhewe.

Disengguh uyah padha asine. ( GS, 2011:93-94)

Terjemahan:

Dhegg! Rasa di dadanya Prawita seperti di ketok setelah dikatakan

seperti itu tadi. Sedikit dibagi sembilan (sedikitpun) Prawita tidak

menyangka sama sekali jika temannya memiliki gagasan seperti itu

tadi, kejadiannya kemudian merasa sedih di batin dan sia-sia semua

pengorbanannya. Seketika dalam pandangannya Sudira terlihat remeh.

Hilang sifat kesatriya dan keperwiraannya. Hingga sampai rumah

Prawita tidak bisa berucap. Di batin hanya berdoa keadaan Sudira

kemudian diam saja itu karena mempunyai kehidupan yang hanya

ditemukan dalam dirinya sendiri. Ditambah garam sama asinnya.

Page 84: BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Struktural Berdasarkan Teori ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112011_bab2.pdf · fakta-fakta cerita (karakter/penokohan, alur, latar), tema dan

114

6. Mengurangi aktivitas fisiologis yang tidak sehat.

Dampak mekanisme pertahanan ini dapat terjadi pada bentuk mekanisme

pertahanan rasionalisasi. Bentuk mekanisme pertahanan rasionalisasi juga

memiliki dampak untuk mengurangi aktivitas fisiologis yang tidak sehat.

Rasionalisasi telah membuat Prawita mengurungkan niat untuk melakukan

tindakan yang tanpa akal sehat. Hal ini dapat dibuktikan pada bentuk

rasionalisasi berikut ini.

Kutipan:

“Adhuh…!” sambate memelas lan parangkule Marsini banjur diuwalake

sawatara. “Saka gedhening tresnaku marang kowe, Mar… lan marga

anggonku kepengin tetep ngrungkebi janji…,” ujare alon-alon. (GS,

2011:61)

Terjemahan:

“Adhuh…!” gerutunya memelas dan rangkulan Marsini kemudian

dilepaskan sementara. “dari besarnya cintaku kepadamu, Mar… dank arena

olehku ingin tetap memenuhi janji…,” ujarnya pelan-pelan.