bab ii kajian teoritis dan hipotesis 2.1 kajian teoritis 2...

23
BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Hakikat Permainan Bola Voli 2.1.1.1 Pengertian Permainan Bola Voli Permainan bola voli merupakan suatu permainan bola besar yang dimainkan oleh dua regu, masing-masing regu terdiri atas enam orang pemain yang bertujuan untuk mendapatkan angka sampai batas angka yang ditentukan dalam peraturan. Menurut Muhajir (2005: 16), permainan bola voli ialah suatu cabang olahraga berbentuk memvoli bola di udara bolak-balik di atas jaring/net, dengan maksud mengarahkan bola ke lapangan lawan untuk memperoleh angka dan mencapai kemenangan. Memvoli dan memantulkan bola ke udara dapat mempergunakan bagian tubuh mana saja, asalkan perkenannya harus sempurna (tidak ganda/double). Permainan bola voli yang sesungguhnya menurut Roji (2007: 10) ialah permainan yang dilakukan oleh dua regu, yang masing-masing regu berjumlah enam orang. Lama pertandingan adalah tiga atau lima set, atau kemenangan bisa ditentukan dengan selisih dua set. Masing- masing set adalah 25 angka (poin) dengan menggunakan rally point, yakni setiap bola mati dihitung menjadi poin. Berdasarkan dua definisi di atas dapatlah dikatakan bahwa permainan bola voli ialah permainan yang dimainkan oleh dua regu, yang masing-masing regu berjumlah enam orang. Pelaksanaannya ialah dengan memvoli bola di udara bolak-balik di atas jaring/net, dengan maksud dapat menjatuhkan bola di dalam petak lapangan lawan untuk mencari kemenangan. Memvoli dan memantulkan bola ke udara dapat mempergunakan bagian tubuh mana saja, 7

Upload: hoangnga

Post on 09-Mar-2019

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB II

KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS

2.1 Kajian Teoritis

2.1.1 Hakikat Permainan Bola Voli

2.1.1.1 Pengertian Permainan Bola Voli

Permainan bola voli merupakan suatu permainan bola besar yang dimainkan oleh dua

regu, masing-masing regu terdiri atas enam orang pemain yang bertujuan untuk mendapatkan

angka sampai batas angka yang ditentukan dalam peraturan.

Menurut Muhajir (2005: 16), permainan bola voli ialah suatu cabang olahraga berbentuk

memvoli bola di udara bolak-balik di atas jaring/net, dengan maksud mengarahkan bola ke

lapangan lawan untuk memperoleh angka dan mencapai kemenangan. Memvoli dan

memantulkan bola ke udara dapat mempergunakan bagian tubuh mana saja, asalkan perkenannya

harus sempurna (tidak ganda/double).

Permainan bola voli yang sesungguhnya menurut Roji (2007: 10) ialah permainan yang

dilakukan oleh dua regu, yang masing-masing regu berjumlah enam orang. Lama pertandingan

adalah tiga atau lima set, atau kemenangan bisa ditentukan dengan selisih dua set. Masing-

masing set adalah 25 angka (poin) dengan menggunakan rally point, yakni setiap bola mati

dihitung menjadi poin.

Berdasarkan dua definisi di atas dapatlah dikatakan bahwa permainan bola voli ialah

permainan yang dimainkan oleh dua regu, yang masing-masing regu berjumlah enam orang.

Pelaksanaannya ialah dengan memvoli bola di udara bolak-balik di atas jaring/net, dengan

maksud dapat menjatuhkan bola di dalam petak lapangan lawan untuk mencari kemenangan.

Memvoli dan memantulkan bola ke udara dapat mempergunakan bagian tubuh mana saja,

7

asalkan perkenannya harus sempurna (tidak ganda/double), sedangkan kemenangan dimaksud

ditentukan dengan selisih dua set. Masing-masing set adalah 25 angka (poin) dengan

menggunakan rally point, yakni setiap bola mati dihitung menjadi poin.

Jika kita analisa ciri khas permainan bola voli ini, sudah tentu memerlukan cukup banyak

tenaga yang digunakan dalam memainkannya. Akan tetapi, sekarang ini permainan bola voli

tidak hanya demikian, melainkan juga sebagai kegiatan untuk rekreasi. Hal ini sesuai dengan

yang di kemukakan oleh Viera dan Fergusson (2004: 1) bahwa permainan bola voli sekarang ini

dikenal tidak hanya sebagai olahraga yang memerlukan banyak tenaga, tetapi juga sebagai

kegiatan untuk rekreasi.

Dengan demikian, dapat dipahami bahwa permainan bola voli merupakan salah satu jenis

permainan olahraga yang menggunakan net sebagai perantara atau pembagi dua lapangan.

Pemainnya terdiri dua regu, masing-masing regu berjumlah 6 orang. Permainannya berdasarkan

peraturan yang telah ditetapkan.

2.1.1.2 Lapangan dan Perlengkapan Permainan Bola Voli

a. Daerah Permainan

1) Ukuran Lapangan

- Lapangan permainan bola voli berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran

panjang 18 meter dan lebar 9 meter. Lapangan dikelilingi oleh daerah bebas selebar 3

meter dengan sudut penghalang setinggi 7 meter dari permukaan lapangan permainan.

- Untuk kompetisi internasional yang resmi, daerah bebas itu harus berukuran minimal

5 meter dari daris samping serta 8 meter dari garis akhir. Penghalang ruang bebas

harus berukuran minimal setinggi 12,50 meter dari permukaan lapanngan permainan.

2) Garis-Garis Lapangan

a) Garis-garis batas

Dua garis samping dan dua garis akhir mendandai batas-batas lapangan permainan.

Baik garis samping maupun garis akhir termasuk ke dalam ukuran lapangan

permainan.

b) Garis tengah

Garis tengah (poros) membagi lapangan permainan menjadi dua petak lapangan yang

masing-masing berukuran 9 x 9 meter. Garis ini terentang di bawah net dari garis

samping ke garis samping lainnya.

c) Semua garis lapangan lebarnya 5 cm, harus berwarna terang dan berbeda warna dari

warna lantai dan garis lainnya.

b. Daerah Lapangan Permainan

1) Daerah depan

Daerah depan pada setiap petak lapangan dibatasi oleh garis tengah dan garis serang

yang berjarak 3 meter dari garis tengah.

2) Daerah servis

Daerah servis lebarnya 9 meter dan berada di belakang garis akhir. Sisi-sisinya

dibatasi oleh dua garis pendek yang masing-masing panjangnya 15 cm.

3) Daerah pergantian

Daerah pergantian ialah perpanjangan dari kedau garis serang di dekat meja pencatat.

4) Daerah pemanasan

Untuk kompetisi yang dilaksanakan FIVB, daerah pemanasan berukuran 3 x 3 meter.

Letaknya adalah di sudut samping bangku cadangan di luar daerah bebas.

c. Net dan Tiangnya

1) Net

- Lebar net 1 meter dan panjangnya 9,50 meter dipasang secara vertikal di atas

garis tengah lapangan.

- Mata jala dari net berukuran 10 cm persegi dan berwarna hitam.

- Pada tepian atas net, diberi pita horizontal selebar 5 cm. Pita tersebut terbuat dari

kanvas putih yang dilipat dua dan dijahitkan sepanjang tepian atas net.

- Di dalam pita tersebut terdapat seutas tali yang kuat untuk mengikatkan dan

menegangkan bagian atas net ke tiang.

- Di tepian bawah net (tanpa pita horizontal) terdapat seutas tali. Tali tersebut

dimasukkan ke mata-mata jala untuk mengikatkan dan menegangkan bagian

bawah net ke tiang.

2) Pita samping

Dua buah pita putih dengan lebar 5 cm dan panjang 1 meter dipasang pada setiap sisi

net. Pita tersebut tegak lurus pada titik potong garis samping dengan garis tengah.

Kedua pita samping itu dianggap sebagai bagian dari net.

3) Antena

- Antena ialah tongkat yang lentur dengan panjang 1,80 meter dan diameter 10 mm.

- Antena terbuat dari fiber glass atau bahan sejenisnya.

- Dua antena masing-masing dipasang pada sisi luar setiap pita samping.

- Antena dianggap sebagai bagian dari net dan batas-batas samping ruang lintasan

bola.

- Tinggi setiap antena di atas net adalah 80 cm dan terdapat garis-garis yang

warnanya kontras sepenjang 10 cm, lebih baik warna merah dan putih.

4) Tinggi Net

- Tinggi net untuk putera adalah 2,43 meter dan untuk puteri 2,24 meter.

- Tinggi net harus diukur dari tengah-tengah lapangan dengan tongkat pengukur.

Kedua ujung net (di atas garis samping) harus mempunyai ketinggian yang sama

dari permukaan lapangan dan tidak boleh lebih dari 2 cm di atas ketinggian net

yang resmi.

5) Tiang Net

- Tiang yang menunjang net harus bulat dan licin, dengan ketinggian 2,55 meter.

Sebaiknya dapat diukur ketinggiannya.

- Tiang harus didirikan secara kuat di lantai dengan jarak 0,50 – 1 meter dari setiap

garis samping. Dilarang mendirikan tiang di lantai dengan menggunakan tali

penegak atau denga cara lain yang dapat membahayakan.

d. Bola

1) Karakteristik/Standar Ketentuan Bola

Bola terbuat dati kulit yang lunak dan lentur, atau bahan kulit sintetis dan sejenisnya.

Ketika akan menggunakan bahan sintetis, harus mendapat persetujuan/pengesahan

terlebih dahulu dari FIVB. Beberapa ketentuan mengenai bola sebagai berikut.

- Warna : seragam dan terang

- Keliling : 65 – 65 cm

- Berat : 200 – 280 gram

- Tekanan udara : 0,30 – 0,325 kg/cm2 atau 294,3 – 318,82 mbar.

2) Keseragaman Bola

Keliling, berat, tekanan udara, tipe (bentuk), warna, dan sebagainya untuk semua bola

yang dipergunakan dalam suatu pertandingan harus sesuai dengan ketentuan. Dalam

kejuaraan dunia FIVB, kontinental, dan kejuaraan nasional harus memakai bola yang

telah disetujui oleh FIVB.

3) Sistem Tiga Bola

Dalam kompetisi internasional yang resmi, dipergunakan tiga bola. Selain itu, harus

ada enam penjaga bola, yaitu seorang ditempatkan di setiap sudut daerah bebas dan

dua orang di belakang para wasit.

2.1.1.3 Teknik Dasar Permainan Bola Voli

Setiap cabang olahraga tentu memiliki teknik dasar, demikian halnya permainan bola

voli. Muhajir (2005: 19) membagi teknik dasar permainan bola voli ke dalam dua bentuk, yakni

gerak dasar tanpa bola dan gerak dasar dengan bola.

a. Gerak Dasar Tanpa Bola

Gerak dasar lokomotif yang menjadi landasan bagi pelaksanaan teknik dasar bola voli, antara

lain sebagai berikut.

1) Gerak Dasar Bergerak Maju

Gerak dasar maju adalah perpindahan posisi badan ke depan beberapa langkah dengan

kecepatan yang selaras dengan kecepatan bola berdasarkan persepsi pemain. Makin cepat

bola bergerak, makin cepat pula gerakan itu dilakukan. Gerakan tersebut dilakukan

sebagai persiapan untuk melaksanakan sikap dasar agar dapat memainkan bola dengan

baik, yaitu memvoli bola ke arah yang tepat.

2) Gerak Dasar Bergerak Mundur

Gerak dasar bergerak mundur sama dengan gerakan maju. Gerakan ini dilakukan dengan

maksud untuk memperoleh posisi badan yang tepat ketika menerima atau memainkan

bola. Gerakannya tidak dalam bentuk gerak lari yang sesungguhnya, melainkan gerak

langkah khas dalam bola voli. Gerakan tersebut dapat memungkinkan terbentuknya sikap

dasar atau stance untuk menerima bola dan bola dapat dipukul dengan sebaik-baiknya.

3) Gerak Dasar Bergerak Ke samping Kiri atau Kanan

Gerakan ke kiri atau ke kanan, atau ke arah samping dilakukan dengan menggeserkan

kaki kanan disusul kaki kari, atau sebaliknya kaki kiri disusul kaki kanan. Kecepatan

dipengaruhi oleh persepsi pemain terhadap arah dan kecepatan bola.

4) Gerak Dasar Meloncat

Kemampuan melompat ke arah tegak (vertikal) menjadi keterampilan pokok yang

didukung oleh kekuatan (power), di samping koordinasi. Keterampilan dasar melompat

sangat dominan dilakukan di daerah dekat sepanjang jaring. Bahkan, dalam permainan

bola voli modern, servis (pukulan pertama untuk membuka permainan) dilakukan pemain

dengan melambungkan bola tinggi-tinggi, kemudian ia melompat seperti teknik dasar

melakukan serangan dengan teknik smes atau spike.

b. Gerak Dasar dengan Bola

Gerak dasar tanpa bola dan dengan bola pada dasarnya merupakan satu kesatuan dalam satu

rangkaian gerakan. Gerak dasar tanpa bola dilaksanakan sebagai persiapan untuk melakukan

gerak dasar dengan bola. Gerak dasar dengan bola meliputi servis, pasing, umpat (set-up),

smash, spike, dan bendungan (block).

2.1.2 Pelaksanaan Servis Melayang (Floating Service)

Servis adalah sentuhan pertama dengan bola. Mula-mula servis ini hanya dianggap

sebagai pukulan permulaan saja, cara melempar bola untuk memulai permainan. Tetapi servis ini

kemudian berkembang menjadi sebuah senjata yang ampuh untuk menyerang (Beutelstahl, 2009:

8). Senada dengan Viera dan Fergusson (2004: 27) dan Suherman, dkk. (1997: 46) bahwa servis

adalah pukulan pertama dan merupakan satu-satunya teknik yang digunakan untuk memulai

pertandingan. Selanjutnya menurut Muhajir (2005: 24), servis adalah pukulan bola yang

dilakukan oleh seseorang pemain belakang kanan yang dilakukan dari daerah servis langsung ke

lapangan lawan. Keberhasilan servis bergantung pada kecepatan bola, jalan dan perputaran bola,

serta penempatan bola ke tempat kosong di dalam permainan lawan.

Dalam permainan bola voli, secara umum servis terbagi menjadi tiga jenis, yakni servis

lengan bawah (under-urm service), servis kait (hook service), dan servis

melayang/mengambang/mengapung (floating service) (Beutelstahl, 2009: 8; Muhajir, 2005: 24).

Sedangkan Viera dan Fergusson (2004: 29) membagi menjadi empat jenis, yakni servis lengan

bawah (underhand service), servis mengambang (overhand floater), topspin service, servis

mengambang melingkar (roundhouse floater), dan servis loncat (jump serve). Kemudian ASEP

(2008: 90) juga membagi dalam empat jenis, yakni servis tangan bawah, servis

roundhouse/servis cekis, servis tangan atas, dan servis lompat. Apapun jenisnya servis, dalam

penulisan ini peneliti hanya akan memfokuskan kajian pada jenis servis melayang (floating

service) (sebutan dari Beutelstahl, 2009: 8), sedangkan Viera dan Fergusson (2004: 27)

menyebutnya dengan servis mengambang. Dikatakannya mengambang karena bola yang dipukul

bergerak ke kiri-ke kanan dan ke atas-ke bawah pada saat bergerak melintasi net. Servis jenis ini

dapat dilakukan dengan cara overhead atau overhand (Muhajir: 2005: 24).

Ada dua jenis servis melayang, yaitu: servis melayang depan (frontal floating service),

dikenal sebagai servis tipe Amerika; dan servis melayang sisi (side floating service), dikenal

sebagai servis tipe Jepang. (Beutelstahl, 2009: 14). Maksud dari floating service adalah servis

yang tidak mengandung spin. Bola seakan-akan melayang tanpa berputar sama sekali. Servis ini

cukup efektif, karena arah lajunya bola tidak menentu. Bola itu bervibrasi dan melayang,

kadang-kadang berubah arah, vertikal maupun horizontal.

Tahap-tahap melakukan servis layang depan (frontal floating service) menurut

Beutelstahl (2009: 15) sebagai berikut.

1. Fase throw-up.

Bola dipegang setinggi kepala. Lengan hampir lurus. Striking arm (lengan pemukul atau

lengan bermain) dengan posisi lurus atau tertekuk sedikit ditarik ke belakang sebelum

melempar bola. Bola dilempar rendah-rendah saja. Bagian atas tubuh (dari pinggang ke atas)

tidak bergerak.

2. Fase hitting the ball.

Pergelangan tangan harus tetap kaku. Bagian tengah bola dipukul dengan bagian bawah

telapak tangan atau dengan tangan digenggam. Bola dipukul di sebelah depan tubuh pemain.

Begitu tersentuh, bola akan memantul ke atas.

3. Fase follow-through.

Tidak ada follow-through. Jadi, lengan bermain tidak bergerak lagi sersudah tangan

menyentuh bola.

Beberapa kesalahan umum yang biasa dilakukan oleh server saat melakukan servis jenis

ini antara lain: (1) tangan terlalu lama menyentuh bola; (2) pada saat sentuhan itu, pergelangan

tangan kurang kaku; (3) pukulan kurang keras; (4) pukulan kurang mantap. Yang terpukul bukan

bagian tengah badan bola, sehingga bola berputar; (5) observasi kurang tajam. Pada saat tangan

menyentuh bola, pemain harus memperhatikan dan melihat bola itu sebaik mungkin.

Tahap-tahap melakukan servis layang sisi (side floating service) menurut Beutelstahl

(2009: 16-17) sebagai berikut.

1. Fase throw-up.

Bola dipegang dengan lengan menjulur, kira-kira setinggi kepala. Lengan pemukul diayun ke

belakang, agak ke sisi. Berat badan di tempatkan di kaki belakang, dengan kedua lutut

ditekuk sedikit.

2. Fase hitting the ball.

Lengan diangkat dengan gerak melingkar. Bola dilempar rendah-rendah. Lengan dijulurkan

dan bagian tengah badan bola dipukul dengan tangan tergengam, sewaktu melambung tinggi

di depan tubuh pemain. Bagian atas tubuh berputar sedemikian rupa sampai menghadap net.

Berat badan dipindahkan ke kaki sebelah depan. Kontak dengan bola singkat sekali.

3. Fase follow through.

Lengan dan tangan yang digunakan untuk memukul berhenti sebentar sesudah mengadakan

kontak dengan bola. Kemudian gerakan diteruskan sedemikian, sehingga lengan itu terayun

ke bawah melewati kaki satunya.

Beberapa kesalahan umum yang biasa dilakukan oleh server saat melakukan servis jenis

ini antara lain: (1) bola dilempar terlalu tinggi; (2) pelemparan kurang cermat; (3) kontak antara

tangan dan bola terlalu lama; (4) pukulan bola kurang keras; pergelangan tangan kurang kaku

pada waktu memukul; (5) kurang tepat memukul bola; (6) kurang memperhatikan bola pada

waktu memukul.

Setelah kita menguraikan karakteristik servis melayang atau mengambang, berikut ini

akan disajikan keuntungan, kerugian, dan kapan waktu yang tepat digunakannya servis ini,

dikutip dari tulisan Viera & Fergusson (2004: 29), yakni:

a) Keuntungan: (1) bola bergerak-gerak di udara, (2) sulit untuk diterima, (3) lintasannya lurus;

b) Kerugian: (1) tidak bertenaga, (2) terkadang bola bergerak ke atas hingga keluar;

c) Kapan digunakan: bila telah konsisten dalam melakukannya.

2.1.3 Hakikat Latihan

2.1.3.1 Pengertian Latihan

Latihan adalah kegiatan sistematis yang dilakukan secara berulang-ulang. Tujuannya

ialah untuk mendapatkan gerakan ototamatis. Menurut Harsono (1988: 323), latihan adalah

proses kerja yang dilakukan secara sistematis, kontinyu di mana beban dan intensitas latihan

makin hari makin bertambah, yang pada akhirnya memberikan rangsangan secara menyeluruh

terhadap tubuh dan bertujuan untuk meningkatkan fisik dan mental secara bersama-sama.

Latihan adalah suatu proses yang sistematis dengan tujuan meningkatkan kebugaran jasmani

atlet sesuai dengan aktivitas yang dipilih (Muktamar XIII Tapak Suci Putera Muhammadiyah,

2006: 23).

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa latihan (training) merupakan proses kerja

yang sistematis, dan dilakukan secara berulang-ulang dengan beban latihan yang kian

meningkat. Latihan yang sistematis adalah program latihan yang direncanakan secara matang,

dan dilaksanakan sesuai jadwal menurut pola yang telah ditetapkan, serta dievaluasi sesuai

dengan alat yang benar. Bompa (dalam Muktamar XIII Tapak Suci Putera Muhammadiyah,

2006: 23) mengatakan bahwa faktor dasar latihan meliputi kesiapan fisik, teknik, taktik, strategi,

kejiwaan dan kesiapan teori, akan selalu ada dalam setiap program latihan olahraga.

Tujuan utama pelatihan olahraga prestasi adalah untuk meningkatkan keterampilan atau

prestasi olahraga semaksimal mungkin. Tujuan latihan yang harus dipahami adalah sebagai

berikut: (a) untuk meningkatkan perkembangan fisik secara umum; (b) untuk mengembangkan

fisik khusus yang ditentukan oleh kebutuhan olahraga tersebut; (c) untuk menyempurnakan

teknik olahraga dan koordinasi gerak; (d) meningkatkan dan menyempurnakan strategi;

(e) meningkatkan kepribadian seperti kemauan keras, kepercayaan diri, ketekunan, semangat,

disiplin; (f) menjamin dan mengamankan persiapan tim secara optimal; (g) mempertahankan

kesehatan atlit; (h) untuk mencegah cedera; (i) memperkaya pengetahuan teori dengan

memperhatikan dasar fisiologis, psikologis, dan gizi. Selain itu, Bompa (Muktamar XIII Tapak

Suci Putera Muhammadiyah, 2006: 24) mengatakan bahwa latihan yang bertujuan utama untuk

persiapan fisik, maka berdasarkan bentuk dan latihannya dapat diklasifikasikan dalam tiga

kategori, yakni: (a) latihan untuk mengembangkan fisik secara umum; (b) latihan khusus untuk

mengembangkan biomotor; dan (c) latihan untuk olahraga pilihan.

2.1.3.2 Prinsip-Prinsip Latihan

Agar proses latihan dapat memberikan manfaat, maka harus disusun program sebagai

pedoman pelaksanaan pelatihan. Namun, program latihan tersebut harus memenuhi prinsip-

prinsip latihan. Untuk memahami prinsip-prinsip latihan, maka perlu dikaji berdasarkan pada

kajian Ilmu Faal (Fisiologik), Ilmu Jiwa (Psikologik), dan Ilmu Kependidikan (Pedagogik).

Secara struktur prinsip ini tergambar seperti halaman berikut.

Prinsip-prinsip latihan menurut IAAF antara lain:

1) Tubuh mampu beradaptasi dalam latihan;

2) Beban latihan dengan intensitas yang benar dan waktu yang tepat mendatangkan over-

kompensansi;

3) Beban latihan ditingkatkan secara teratur menyebabkan terjadinya over-kompensasi yang

berulang-ulang dan meningkatkan taraf kebugaran/fitness yang lebih tinggi;

4) Tidak akan terjadi peningkatan kebugaran jasmani apabila pembebanannya selalu sama atau

jarak latihan terlalu lama; dan

5) Over-training akan terjadi bila beban latihan terlalu besar atau terlalu dekat. (Muktamar XIII

Tapak Suci Putera Muhammadiyah, 2006: 23)

Lebih jelas lagi, prinsip-prinsip pelatihan dikemukakan oleh Harsono (dalam Jurnal

Keolahragaan ITB, 1991: 90-105) sebagai berikut: (1) pemanasan tubuh, (2) metode latihan,

(3) berpikir positif, (4) prinsip beban lebih, (5) intensitas latihan, (6) kualitas latihan, (7) variasi

THE PRINCIPLES OF TRANING

Physiological

Law of Overload

- Individualization - Multilateral development

Law of Specificity

- Specialization

- Modeling the training process

Law of Reversibility

- Increasing Demands - Continuous Load Demend - Feasibility

- Restoration

Pedagogical

- Planning and Use System

- Periodization Visual

- Presentation

Psychological

- Active, Conscientious Participation

- Awareness - Variety

- Psychological Rest

Freeman yang dikutip oleh Sidik (dalam

http://www.infogigi.com/PRINSIP-PRINSIP-LATIHAN.html)

latihan, (8) metode bagian dan metode menyeluruh, (9) perbaikan kesalahan, (10) perkembangan

menyeluruh, (11) model latihan, dan (12) penetapan sasaran.

Perlu diperhatikan, sebelum melaksanakan latihan, terlebih dahulu harus menentukan

aspek-aspek latihan yang menjadi prioritas atau tujuan utama dilaksanakannya latihan. Secara

garis besar, ada empat aspek latihan, yakni aspek latihan fisik, latihan teknik, latihan taktik, dan

latihan mental. Suharto (dalam Depdikbud, 1997: 60) mengatakan bahwa latihan fisik

mempengaruhi penampilan seseorang serta unjuk kerja fisiknya, dan ini telah dibuktikan secara

ilmiah. Dengan demikian, pelaksanaan latihan melalui penelitian ini, penulis hanya akan

memfokuskan pada aspek latihan fisik yakni latihan untuk mengembangkan kekuatan

sekelompok otot, dan latihan teknik yakni latihan untuk mengembangkan keterampilan servis

atas dalam permainan bola voli.

Menimbang bahwa sampel dalam penelitian ini tergolong anak usia muda, maka Sidik

(dalam http://www.koni.or.id/files/documents/journal/1.Panduan-Pelatihan-Olahraga-Untuk-

Usia-Sekolah-(6-18Tahun).pdf), menjelaskan bahwa aspek latihan yang perlu dikembangkan

pada anak usia muda adalah terutama keterampilan (teknik) gerak dasar yang benar dengan

kemampuan fisik dasar yang baik. Oleh karena itu, setiap pelatih dituntut untuk memahami

tahapan-tahap latihan dari aspek-aspek latihan tersebut sehingga mengetahui kapan dan berapa

besar porsi latihan untuk multilateral dan spesialisasi.

Memperhatikan uraian-uraian di atas, maka pelatihan dalam penelitian ini dilaksanakan

berdasarkan prinsip-prinsip pelatihan dengan mempertimbangkan karakteristik sampel atau siswa

seperti usia, jenis kelamin, karakter fisik, kepribadian, dan perilaku sosial.

2.1.3.3 Pentingnya Program Latihan

Penyusunan program latihan sangat penting dilakukan bila kita menghendaki hasil yang

baik dari latihan itu. Proses latihan harus direncakan sebab latihan mengikuti prinsip-prinsip atau

asas-asas tertentu. Asas-asas ini perlu dipahami/dimengerti sepenuhnya oleh pelatih, supaya

pelatih dapat menghasilkan program latihan yang benar dan efektif. Tiga asas yang penting

adalah: hukum beban lebih (over load), hukum kompensasi, dan hukum kekhususan (Muktamar

XIII Tapak Suci Putera Muhammadiyah, 2006: 23).

Menurut Bucher (dalam Abdullah dan Manadji, 1994: 143-145), ada sejumlah asas

latihan yang dapat membantu pelatih atau guru penjaskes yang mempunyai perhatian untuk

membantu siswa mencapai prestasi yang tinggi dalam olahraga atau aktivitas jasmani lain. Asas

tersebut yang perlu diperhatikan sebagai berikut.

1) Beban latihan harus mengikuti asas frekuensi dan intensitas. Beban harus berat dan frekuensi

ditentukan sehingga tubuh dapat menyesuaikan sampai batas maksimalnya dalam satu

aktivitas tertentu.

2) Latihan adalah masalah individual. Faktor-faktor seperti umur, pekerjaan, dan beban studi,

keadaan tubuh, waktu yang tersedia untuk tidur dan istirahat, dan fasilitas kondisioning

merupakan pertimbangkan penting dalam menyusun suatu program latihan untuk setiap

orang.

3) Ketegangan jasmani dan emosi, di samping jadwal latihan rutin, harus dipertimbangkan

untuk tiap individu.

4) Ketegangan yang berlebihan pada individu akan menurunkan tingkat unjuk kerja, dan karena

itu perhatian perlu diberikan pada ketegangan yang tampak.

5) Periode istirahat, kesatuan jasmani dan mental harus terjalin dengan kadar latihan untuk

memperoleh hasil terbaik.

6) Latihan untuk cabang olahraga tertentu dan seringkali untuk event yang berbeda dalam suatu

cabang olahraga sifatnya khusus dan di arahkan kepada olahraga atau aktivitas tertentu.

Karena itu prosedur latihan untuk satu cabang olahraga atau aktivitas, mungkin tidak

menolong bagi cabang olahraga lain.

7) Kelentukan dan kekuatan adalah komponen esensial untuk melakukan gerak yang lancar dan

efisien dan unjuk kerja olahraga. Harus ada latihan yang mengembangkan kedua kualitas

tersebut.

8) Latihan interval diakui sebagai prosedur latihan yang terbaik bagi sebuah rencana latihan

mutakhir.

9) Nutrisi adalah suatu pertimbangan penting dalam setiap rencana latihan. Karena itu, orang

yang berlatih harus mentaati ketentuan makanan yang baik yang berisikan kelompok

makanan yang esensial.

10) Ada tiga teknik kondisioning dan latihan yang populer, yakni: latihan sirkuit, latihan fartlek,

dan latihan interval.

11) Fakta fakta yang paling penting dalam suatu program latihan adalah untuk mencapai tujuan

kesiapan jasmani dan psikis, bila yang rencana menyatakan itu penting.

2.1.4 Konsep Latihan Dumbbell dan Pull-up

2.1.4.1 Latihan Dumbbell

Latihan dumbbell (dumbbell exercise) merupakan latihan menggunakan alat tertentu

sebagai beban atau tahanan untuk kontraksi otot. Latihan dumbbell merupakan salah satu bentuk

latihan yang digunakan atlet untuk meningatkan kekuatan biomotorik tubuhnya seperti kekuatan

otot sebagai penunjang peningkatan prestasi olahrga yang ditekuninya. Manfaat yang diperoleh

melalui latihan dumbbell adalah peningkatan kekuatan pada otot lengan, otot bahu, dan otot

dada. Sebelum menguraikan latihan dumbbell itu sendiri, terlebih dahulu akan diuraikan tentang

konsep kekuatan otot secara umum.

Kekuatan (strength) merupakan salah satu komponen fisik yang sangat diperlukan dalam

upaya meningkatkan prestasi olahraga. Komponen kekuatan dimaksud diarahkan pada kekuatan

otot. Menurut Ladi, Hendrajadja, dan Riyanto (2009: 11) mengatakan bahwa kekuatan otot

sangat penting guna meningkatkan kondisi kebugaran jasmani karena kekuatan merupakan daya

penggerak setiap aktivitas fisik, yang memegang peranan pula dalam melindungi seseorang dari

kemungkinan cedera.

Definisi kekuatan otot dalam buku hasil Mukhtamar XIII Tapak Suci Putera

Muhammadiyah (2006: 28) tertuang bahwa cecara fisiologis, kekuatan otot adalah kemampuan

otot atau sekelompok otot untuk melakukan satu kali kontraksi secara maksimal melawan

tahan/beben. Secara mekanis, kekuatan otot didefinisikan sebagai gaya yang dapat dihasilkan

oleh otot atau sekelompok otot dalam satu kontrasi maksimal. Hal senada diungkapkan oleh

Setiawan (dalam Jurnal Keolahragaan ITB, 1991: 118), kekuatan adalah kemampuan otot untuk

melakukan kontraksi guna membangkitkan tegangan terhadap suatu tahanan. Demikian halnya

juga, Thomas yang dikutip oleh Subardjah (dalam

http://file.upi.edu/Direktori/FPOK/jur.pend.kesehatan-rekreasi/herman-subarjah/ latihan-kondisi-

fisik.pdf) mengemukakan, kekuatan adalah kemampuan untuk mengeluarkan tenaga secara

maksimal dalam suatu usaha. Hal ini dapat diukur dengan satu repetisi usaha maksimum atau 1

RM.

Kekuatan merupakan komponen yang paling mendasar dan sangat penting dalam

olahraga, karena kekuatan merupakan daya penggerak setiap aktivitas fisik, berperan untuk

mencegah cedera, dan merupakan komponen dasar bagi komponen kondisi fisik lainnya.

Meskipun banyak aktivitas olahraga yang memerlukan kelincahan, kecepatan, keseimbangan,

koordinasi dan lain-lain, tetapi faktor tersebut harus dikombinasikan dengan kekuatan agar

diperoleh hasil yang baik. Jadi kekuatan merupakan basis dari komponen kondisi fisik lainnya.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat dipahami bahwa kekuatan otot merupakan faktor

utama untuk menciptakan prestasi maksimal. Kekuatan otot adalah kemampuan otot atau

sekelompok otot untuk melakukan kontraksi maksimal guna membangkitkan tegangan terhadap

suatu tahanan/beban. Adanya kekuatan otot yang baik dapat memberikan manfaat yang baik pula

terhadap kondisi fisik secara keseluruhan. Harsono (dalam Hadjarati, 2010: 10) mengemukakan

empat alasan pentingnya kekuatan otot, yakni sebagai berikut: (1) kekuatan otot merupakan daya

tahan penggerak setiap aktivitas fisik, (2) melindungi dari kemungkinan terjadinya cedera dalam

olahraga, (3) dapat menyebabkan penampilan seseorang menjadi baik, dan (4) dapat membantu

memperkuat stabilitas sendi-sendi. Dengan demikian, sepatutnya dilakukan latihan-latihan

peningkatan kekuatan otot demi tercapainya kondisi fisik yang baik.

Latihan-latihan untuk mengembangkan kekuatan di antaranya adalah latihan tahanan.

Menurut tipe kontraksi ototnya, latihan tahanan dapat dibedakan yaitu latihan kontraksi

isometris, kontraksi isotonis, dan kombinasi antara keduanya yakni isokinetis. Dalam latihan

kontraksi istonis akan tampak gerakan dari anggota tubuh. Hal ini terjadi karena ada gerakan

memendek dan memanjangnya otot, sehingga terjadi perbuhan dalam panjang otot. Kontraksi ini

disebut kontraksi dinamis.

Latihan kontraksi isokinetis merupakan kombinasi kontraksi isometris dan isotonis, yaitu

dilakukan melalui alat-alat tertentu yang diatur sedemikian rupa, sehingga jika latihan diawali

dengan isometrik kemudian setelah beberapa detik terjadi kontraksi isotonis. Misalnya seseorang

berusaha mndorong motor yang direm, maka motor tersebut tidak dapat bergerak, setelah

beberapa detik remnya dilepas, maka motor tersebut bergerak dan terjadilah kontraksi isotonis.

Merujuk pada komponen kekuatan otot, latihan dumbbell merupakan gerakan-gerakan

yang menimbulkan kontraksi otot. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kekuatan otot yang

terlibat dalam kontraksi. Jadi, dengan melakukan latihan dumbbell seorang atlet akan dapat

meningkatkan kekuatan ototnya.

Latihan dumbbell dapat merangsang perkembangan kekuatan pada otot, di antaranya, otot

dada (chest), otot bahu (shoulder), dan otot lengan seperti otot bicep dan tricep. Latihan

dumbbell juga dapat merangsang peningkatan kekuatan pada otot dada. Dalam situs online

tertulis bahwa melatih otot dada di antaranya dapat dilakukan dengan latihan dumbbell. Otot

dada secara medis dikenal sebagai otot pectoral (http://id.m.wikipedia.org/wiki/fitness). Dalam

Latihan dumbbell yang terpenting adalah memahami cara kerja dan tujuan yang hendak dicapai.

Jika menginginkan kekuatan otot, maka perlu memahami prinsip-prinsip latihan dumbbell itu

sendiri. Dalam situs online dijelaskan bahwa langkah pertama yang dilakukan dan diharapkan

dalam berlatih menggunakan dumbbell adalah untuk menentukan kebugaran hasil-umum,

peningkatan massa otot, daya tahan kekuatan, meningkatkan kinerja gerak. Tidak hanya itu,

latihan yang dipilih juga akan menentukan berat badan dan jumlah set dan repetisi

(http://www.sport-fitness-advisor.com/dumbbellexercises.html).

Berikut adalah beberapa bentuk latihan yang paling umum dan mudah untuk berlatih

dumbbell, yakni: (1) latihan otot bicep seperti hammer curls, decline seated bicep curls,

preacher curls, dan concentration curls; (2) latihan otot triceps, seperti overhead triceps

extensions, french presses, triceps kickbacks; (3) latihan otot dada, seperti flat chest presses,

incline chest presses, flat chest flies, dan incline chest flies; (4) latihan otot bahu (shoulder),

seperti seated shoulder presses, lateral raises, reverse flies, dan front raises. (http://www.sport-

fitness-advisor.com/dumbbellexercises.html; http://www.fitnwell.net/Dumbbell-Exercises.htm).

Yang perlu diperhatikan dalam merlakukan bentuk-bentuk latihan dumbbell di atas

adalah mengetahui tips atau efektivitas pelaksanaannya. Dalam situs online memberikan

beberapa tips keselamatan dalam melakukan latihan dumbbell, yakni: (1) pastikan anda

didampingi seseorang ketika melakukan latihan setiap saat, tidak peduli seberapa berat beban;

(2) selalu berkonsultasi dengan dokter atau seseorang yang ahli sebelum memulai latihan secara

rutin; (3) selalu peregangan sebelum melakukan latihan inti; (4) selalu mulai dengan bobot

ringan dan belajar bagaimana melakukan latihan yang benar sebelum pindah ke bobot yang lebih

berat berat. (http://www.sportsunlimitedinc.com/dumbbell-safety-tips-and-exercises.html).

Dari beberapa bentuk latihan dumbbell di atas, maka peneliti menjadikannya sebagai

pedoman dalam memberikan latihan pada siswa yang menjadi sampel dalam penelitian ini,

dengan mempertimbangkan karakteristik siswa tersebut seperti jenis kelamin, postur tubuh, dan

usia. Selain itu, juga frekuensi latihan dan repetisi atau pengulangan gerakan dalam setiap set.

2.1.4.2 Latihan Pull-Up

Latihan pull-up merupakan salah satu latihan kekuatan otot lengan terbaik yang

dilakukan dengan bergantungan pada sebuah palang/bar besi dan menarik tubuh sampai dagu,

bisa sejajar (atau sedikit di atas). Dengan bar tersebut, posisi kaki bisa lurus maupun ditekuk,

namun umumnya adalah dengan menekuk kaki. Latihan ini terutama melibatkan otot biceps dan

forearms, oleh sebab itu kunci untuk dapat melakukan pull-up dengan baik adalah melatih

kekuatan pada biceps dan forearms (http://axlextreme.blogspot.com/2009/12/cara-pull-up-dan-

tips-nya.html).

Wiramihardja menyatakan, latihan pull-up merupakan latihan yang bertujuan untuk

meningkatkan kekuatan pada otot fleksor lengan dan otot bahu (dalam Jurnal Keolahragaan ITB,

1991: 221). Cara melakukannya, yakni: (a) mula-mula berdiri di bawah palang/bar besi; (b)

kedua tangan berpegang atau menggantungkan badan pada palang tersebut dengan kedua lengan

lurus; (c) kedua lengan dibengkokkan sambil badan di angkat hingga dagu melewati palang

tunggal; (d) setelah itu badan diturunkan ke bawah, sehingga kedua lengan lurus seperti sikap

semula; (e) gerakan ini dilakukan berulang-ulang.

Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami, latihan dumbbell merupakan suatu bentuk

latihan yang dapat digunakan untuk meningkatkan kekuatan otot lengan dan otot dada (jika

pelaksanaannya divariasi). Demikian halnya latihan pull-up dapat digunakan pula sebagai bentuk

latihan yang bertujuan untuk meningkatkan kekuatan pada otot lengan. Latihan pull-up efektif

dalam mengembangkan kekuatan kekuatan otot bahu. Kedua bentuk latihan ini sangat baik

dilakukan untuk menunjang pelaksanaan teknik dasar suatu cabang olahraga, khususnya pada

cabang olahraga bola voli.

2.1.5 Pengaruh Latihan Dumbbell dan Pull-up Terhadap Ketepatan Servis Melayang

dalam Permainan Bola Voli

Seorang pemain bola voli akan mampu tampil bermain secara maksimal apabila ia

menguasai teknik dasar permainan bola voli. Salah satu teknik dasar yang menunjang

keterampilan bermain bola voli adalah servis (service). Teknik servis dalam permainan bola voli

ada beberapa jenis di antaranya adalah teknik servis melayang (floating service). Untuk dapat

melakukan servis melayang dengan baik dan tepat perlu adanya kompopnen kekuatan otot dan

ketepatan (accurasy).

Kekuatan otot yang dapat berperan ketika melakukan servis melayang seperti kekuatan

otot tungkai, kekuatan otot perut, kekuatan bahu, kekuatan otot dada, dan kekuatan otot lengan.

Namun dalam penelitian ini, peneliti menitikberatkan pada latihan peningkatan kekuatan otot

bahu, otot dada, dan otot lengan. Oleh karena itu, latihan untuk meningkatkan kekuatan otot

lengan patut dilaksanakan secara sistematis dan berkesinambungan. Bentuk latihan yang dapat

dilakukan untuk meningkatkan kekuatan otot-otot tersebut adalah latihan dumbbell dan latihan

pull-up.

Terbentuknya kekuatan otot yang baik memungkinkannya ketepatan melakukan suatu

gerakan atau kemampuan mengendalikan gerak-gerak bebas terhadap suatu sasaran. Oleh karena

itu, latihan ketepatan juga perlu dilakukan agar servis melayang yang dilakukan oleh siswa tepat

pada sasaran yang dikehendaki. Sehubungan dengan itu, Sajoto (dalam Hadjarati, 2010: 12)

menjelaskan, “faktor-faktor penentu ketepatan, yakni koordinasi tinggi berarti ketepatan baik,

besar kecilnya sasaran, ketajaman indera, jauh dekatnya jarak sasaran, penguasaan teknik, cepat

lambatnya gerakan….” Dengan demikian, ketepatan servis melayang yang dimaksudkan dalam

penelitian ini ialah ketepatan mengarahkan bola pada sasaran yang telah ditentukan.

Berdasarkan uraian di atas, maka latihan dumbbell dan pull-up sangat baik untuk melatih

kekuatan otot lengan, dada, dan bahu, sehingga akan berpengaruh secara signifikan terhadap

ketepatan mengarahkan bola pada sasaran melalui servis melayang (floating service) pada

cabang olahraga bola voli.

2.2 Kerangka Berfikir

Servis melayang (floating service) merupakan salah satu jenis teknik dasar dalam

permainan bola voli. Servis melayang diyakini sebagai serangan pertama dan ampuh untuk

mematikan bola pada daerah lawan. Jenis servis ini dapat dilakukan dengan cara overhand atau

overhead, dan dapat pula dengan servis cara meyang depan (front floating service) atau servis

melayang sisi (side floating service). Anggota tubuh yang paling dominan terlibat saat

melakukan jenis servis ini adalah lengan.

Mengingat karakteristik gerakan servis melayang ini, agar pelaksanaannya lebih efektif

dan efisien, perlu ditunjang dengan kondisi fisik yang baik. Kekuatan otot lengan merupakan

faktor yang sangat berpengaruh terhadap kemampuan melakukan servis melayang. Kekuatan otot

adalah kemampuan otot atau sekelompok otot untuk melakukan kontraksi maksimal guna

membangkitkan tegangan terhadap suatu tahanan/beban.

Untuk menciptakan kekuatan otot lengan, push-up dan pull-up merupakan jenis latihan

yang dapat dilakukan, oleh karena itu diperlukan suatu proses latihan yang teratur. Keteraturan

proses latihan ditentukan oleh program latihan. Program latihan akan efektif apabila memenuhi

prinsip-prinsip latihan. Intinya adalah, latihan yang akan dilakukan harus mempertimbangkan

karakterisitik orang yang dilatih, baik dari segi kepribadian, perilaku motorik, perilaku sosial,

dan intelektual. Dengan melakukan latihan dumbbell dan pull-up akan dapat meningkatkan

kekuatan otot lengan seseorang, sehingga dapat mempengaruhi kemampuan servis melayang

dalam permainan bola voli.

2.3 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian teoretis dan kerangka berfikir di atas, maka dapat dirumuskan

hipotesis sebagai berikut: “Tidak terdapat perbedaan pengaruh latihan dumbbell dan latihan pull-

up tarhadap ketepatan servis melayang (floating service) dalam permainan bola voli siswa putera

kelas X SMK Negeri 1 Limboto”.

Ho : µ1 = µ2 (Tidak ada perbedaan), dan

Ho µ1 ≠ µ2 (Ada Perbedaan)