bab ii kajian teoritis dan hipotesis 2.1 kajian teoritis 2...
TRANSCRIPT
BAB II
KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS
2.1 Kajian Teoritis
2.1.1 Hakikat Permainan Bola Voli
2.1.1.1 Pengertian Permainan Bola Voli
Permainan bola voli merupakan suatu permainan bola besar yang dimainkan oleh dua
regu, masing-masing regu terdiri atas enam orang pemain yang bertujuan untuk mendapatkan
angka sampai batas angka yang ditentukan dalam peraturan.
Menurut Muhajir (2005: 16), permainan bola voli ialah suatu cabang olahraga berbentuk
memvoli bola di udara bolak-balik di atas jaring/net, dengan maksud mengarahkan bola ke
lapangan lawan untuk memperoleh angka dan mencapai kemenangan. Memvoli dan
memantulkan bola ke udara dapat mempergunakan bagian tubuh mana saja, asalkan perkenannya
harus sempurna (tidak ganda/double).
Permainan bola voli yang sesungguhnya menurut Roji (2007: 10) ialah permainan yang
dilakukan oleh dua regu, yang masing-masing regu berjumlah enam orang. Lama pertandingan
adalah tiga atau lima set, atau kemenangan bisa ditentukan dengan selisih dua set. Masing-
masing set adalah 25 angka (poin) dengan menggunakan rally point, yakni setiap bola mati
dihitung menjadi poin.
Berdasarkan dua definisi di atas dapatlah dikatakan bahwa permainan bola voli ialah
permainan yang dimainkan oleh dua regu, yang masing-masing regu berjumlah enam orang.
Pelaksanaannya ialah dengan memvoli bola di udara bolak-balik di atas jaring/net, dengan
maksud dapat menjatuhkan bola di dalam petak lapangan lawan untuk mencari kemenangan.
Memvoli dan memantulkan bola ke udara dapat mempergunakan bagian tubuh mana saja,
7
asalkan perkenannya harus sempurna (tidak ganda/double), sedangkan kemenangan dimaksud
ditentukan dengan selisih dua set. Masing-masing set adalah 25 angka (poin) dengan
menggunakan rally point, yakni setiap bola mati dihitung menjadi poin.
Jika kita analisa ciri khas permainan bola voli ini, sudah tentu memerlukan cukup banyak
tenaga yang digunakan dalam memainkannya. Akan tetapi, sekarang ini permainan bola voli
tidak hanya demikian, melainkan juga sebagai kegiatan untuk rekreasi. Hal ini sesuai dengan
yang di kemukakan oleh Viera dan Fergusson (2004: 1) bahwa permainan bola voli sekarang ini
dikenal tidak hanya sebagai olahraga yang memerlukan banyak tenaga, tetapi juga sebagai
kegiatan untuk rekreasi.
Dengan demikian, dapat dipahami bahwa permainan bola voli merupakan salah satu jenis
permainan olahraga yang menggunakan net sebagai perantara atau pembagi dua lapangan.
Pemainnya terdiri dua regu, masing-masing regu berjumlah 6 orang. Permainannya berdasarkan
peraturan yang telah ditetapkan.
2.1.1.2 Lapangan dan Perlengkapan Permainan Bola Voli
a. Daerah Permainan
1) Ukuran Lapangan
- Lapangan permainan bola voli berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran
panjang 18 meter dan lebar 9 meter. Lapangan dikelilingi oleh daerah bebas selebar 3
meter dengan sudut penghalang setinggi 7 meter dari permukaan lapangan permainan.
- Untuk kompetisi internasional yang resmi, daerah bebas itu harus berukuran minimal
5 meter dari daris samping serta 8 meter dari garis akhir. Penghalang ruang bebas
harus berukuran minimal setinggi 12,50 meter dari permukaan lapanngan permainan.
2) Garis-Garis Lapangan
a) Garis-garis batas
Dua garis samping dan dua garis akhir mendandai batas-batas lapangan permainan.
Baik garis samping maupun garis akhir termasuk ke dalam ukuran lapangan
permainan.
b) Garis tengah
Garis tengah (poros) membagi lapangan permainan menjadi dua petak lapangan yang
masing-masing berukuran 9 x 9 meter. Garis ini terentang di bawah net dari garis
samping ke garis samping lainnya.
c) Semua garis lapangan lebarnya 5 cm, harus berwarna terang dan berbeda warna dari
warna lantai dan garis lainnya.
b. Daerah Lapangan Permainan
1) Daerah depan
Daerah depan pada setiap petak lapangan dibatasi oleh garis tengah dan garis serang
yang berjarak 3 meter dari garis tengah.
2) Daerah servis
Daerah servis lebarnya 9 meter dan berada di belakang garis akhir. Sisi-sisinya
dibatasi oleh dua garis pendek yang masing-masing panjangnya 15 cm.
3) Daerah pergantian
Daerah pergantian ialah perpanjangan dari kedau garis serang di dekat meja pencatat.
4) Daerah pemanasan
Untuk kompetisi yang dilaksanakan FIVB, daerah pemanasan berukuran 3 x 3 meter.
Letaknya adalah di sudut samping bangku cadangan di luar daerah bebas.
c. Net dan Tiangnya
1) Net
- Lebar net 1 meter dan panjangnya 9,50 meter dipasang secara vertikal di atas
garis tengah lapangan.
- Mata jala dari net berukuran 10 cm persegi dan berwarna hitam.
- Pada tepian atas net, diberi pita horizontal selebar 5 cm. Pita tersebut terbuat dari
kanvas putih yang dilipat dua dan dijahitkan sepanjang tepian atas net.
- Di dalam pita tersebut terdapat seutas tali yang kuat untuk mengikatkan dan
menegangkan bagian atas net ke tiang.
- Di tepian bawah net (tanpa pita horizontal) terdapat seutas tali. Tali tersebut
dimasukkan ke mata-mata jala untuk mengikatkan dan menegangkan bagian
bawah net ke tiang.
2) Pita samping
Dua buah pita putih dengan lebar 5 cm dan panjang 1 meter dipasang pada setiap sisi
net. Pita tersebut tegak lurus pada titik potong garis samping dengan garis tengah.
Kedua pita samping itu dianggap sebagai bagian dari net.
3) Antena
- Antena ialah tongkat yang lentur dengan panjang 1,80 meter dan diameter 10 mm.
- Antena terbuat dari fiber glass atau bahan sejenisnya.
- Dua antena masing-masing dipasang pada sisi luar setiap pita samping.
- Antena dianggap sebagai bagian dari net dan batas-batas samping ruang lintasan
bola.
- Tinggi setiap antena di atas net adalah 80 cm dan terdapat garis-garis yang
warnanya kontras sepenjang 10 cm, lebih baik warna merah dan putih.
4) Tinggi Net
- Tinggi net untuk putera adalah 2,43 meter dan untuk puteri 2,24 meter.
- Tinggi net harus diukur dari tengah-tengah lapangan dengan tongkat pengukur.
Kedua ujung net (di atas garis samping) harus mempunyai ketinggian yang sama
dari permukaan lapangan dan tidak boleh lebih dari 2 cm di atas ketinggian net
yang resmi.
5) Tiang Net
- Tiang yang menunjang net harus bulat dan licin, dengan ketinggian 2,55 meter.
Sebaiknya dapat diukur ketinggiannya.
- Tiang harus didirikan secara kuat di lantai dengan jarak 0,50 – 1 meter dari setiap
garis samping. Dilarang mendirikan tiang di lantai dengan menggunakan tali
penegak atau denga cara lain yang dapat membahayakan.
d. Bola
1) Karakteristik/Standar Ketentuan Bola
Bola terbuat dati kulit yang lunak dan lentur, atau bahan kulit sintetis dan sejenisnya.
Ketika akan menggunakan bahan sintetis, harus mendapat persetujuan/pengesahan
terlebih dahulu dari FIVB. Beberapa ketentuan mengenai bola sebagai berikut.
- Warna : seragam dan terang
- Keliling : 65 – 65 cm
- Berat : 200 – 280 gram
- Tekanan udara : 0,30 – 0,325 kg/cm2 atau 294,3 – 318,82 mbar.
2) Keseragaman Bola
Keliling, berat, tekanan udara, tipe (bentuk), warna, dan sebagainya untuk semua bola
yang dipergunakan dalam suatu pertandingan harus sesuai dengan ketentuan. Dalam
kejuaraan dunia FIVB, kontinental, dan kejuaraan nasional harus memakai bola yang
telah disetujui oleh FIVB.
3) Sistem Tiga Bola
Dalam kompetisi internasional yang resmi, dipergunakan tiga bola. Selain itu, harus
ada enam penjaga bola, yaitu seorang ditempatkan di setiap sudut daerah bebas dan
dua orang di belakang para wasit.
2.1.1.3 Teknik Dasar Permainan Bola Voli
Setiap cabang olahraga tentu memiliki teknik dasar, demikian halnya permainan bola
voli. Muhajir (2005: 19) membagi teknik dasar permainan bola voli ke dalam dua bentuk, yakni
gerak dasar tanpa bola dan gerak dasar dengan bola.
a. Gerak Dasar Tanpa Bola
Gerak dasar lokomotif yang menjadi landasan bagi pelaksanaan teknik dasar bola voli, antara
lain sebagai berikut.
1) Gerak Dasar Bergerak Maju
Gerak dasar maju adalah perpindahan posisi badan ke depan beberapa langkah dengan
kecepatan yang selaras dengan kecepatan bola berdasarkan persepsi pemain. Makin cepat
bola bergerak, makin cepat pula gerakan itu dilakukan. Gerakan tersebut dilakukan
sebagai persiapan untuk melaksanakan sikap dasar agar dapat memainkan bola dengan
baik, yaitu memvoli bola ke arah yang tepat.
2) Gerak Dasar Bergerak Mundur
Gerak dasar bergerak mundur sama dengan gerakan maju. Gerakan ini dilakukan dengan
maksud untuk memperoleh posisi badan yang tepat ketika menerima atau memainkan
bola. Gerakannya tidak dalam bentuk gerak lari yang sesungguhnya, melainkan gerak
langkah khas dalam bola voli. Gerakan tersebut dapat memungkinkan terbentuknya sikap
dasar atau stance untuk menerima bola dan bola dapat dipukul dengan sebaik-baiknya.
3) Gerak Dasar Bergerak Ke samping Kiri atau Kanan
Gerakan ke kiri atau ke kanan, atau ke arah samping dilakukan dengan menggeserkan
kaki kanan disusul kaki kari, atau sebaliknya kaki kiri disusul kaki kanan. Kecepatan
dipengaruhi oleh persepsi pemain terhadap arah dan kecepatan bola.
4) Gerak Dasar Meloncat
Kemampuan melompat ke arah tegak (vertikal) menjadi keterampilan pokok yang
didukung oleh kekuatan (power), di samping koordinasi. Keterampilan dasar melompat
sangat dominan dilakukan di daerah dekat sepanjang jaring. Bahkan, dalam permainan
bola voli modern, servis (pukulan pertama untuk membuka permainan) dilakukan pemain
dengan melambungkan bola tinggi-tinggi, kemudian ia melompat seperti teknik dasar
melakukan serangan dengan teknik smes atau spike.
b. Gerak Dasar dengan Bola
Gerak dasar tanpa bola dan dengan bola pada dasarnya merupakan satu kesatuan dalam satu
rangkaian gerakan. Gerak dasar tanpa bola dilaksanakan sebagai persiapan untuk melakukan
gerak dasar dengan bola. Gerak dasar dengan bola meliputi servis, pasing, umpat (set-up),
smash, spike, dan bendungan (block).
2.1.2 Pelaksanaan Servis Melayang (Floating Service)
Servis adalah sentuhan pertama dengan bola. Mula-mula servis ini hanya dianggap
sebagai pukulan permulaan saja, cara melempar bola untuk memulai permainan. Tetapi servis ini
kemudian berkembang menjadi sebuah senjata yang ampuh untuk menyerang (Beutelstahl, 2009:
8). Senada dengan Viera dan Fergusson (2004: 27) dan Suherman, dkk. (1997: 46) bahwa servis
adalah pukulan pertama dan merupakan satu-satunya teknik yang digunakan untuk memulai
pertandingan. Selanjutnya menurut Muhajir (2005: 24), servis adalah pukulan bola yang
dilakukan oleh seseorang pemain belakang kanan yang dilakukan dari daerah servis langsung ke
lapangan lawan. Keberhasilan servis bergantung pada kecepatan bola, jalan dan perputaran bola,
serta penempatan bola ke tempat kosong di dalam permainan lawan.
Dalam permainan bola voli, secara umum servis terbagi menjadi tiga jenis, yakni servis
lengan bawah (under-urm service), servis kait (hook service), dan servis
melayang/mengambang/mengapung (floating service) (Beutelstahl, 2009: 8; Muhajir, 2005: 24).
Sedangkan Viera dan Fergusson (2004: 29) membagi menjadi empat jenis, yakni servis lengan
bawah (underhand service), servis mengambang (overhand floater), topspin service, servis
mengambang melingkar (roundhouse floater), dan servis loncat (jump serve). Kemudian ASEP
(2008: 90) juga membagi dalam empat jenis, yakni servis tangan bawah, servis
roundhouse/servis cekis, servis tangan atas, dan servis lompat. Apapun jenisnya servis, dalam
penulisan ini peneliti hanya akan memfokuskan kajian pada jenis servis melayang (floating
service) (sebutan dari Beutelstahl, 2009: 8), sedangkan Viera dan Fergusson (2004: 27)
menyebutnya dengan servis mengambang. Dikatakannya mengambang karena bola yang dipukul
bergerak ke kiri-ke kanan dan ke atas-ke bawah pada saat bergerak melintasi net. Servis jenis ini
dapat dilakukan dengan cara overhead atau overhand (Muhajir: 2005: 24).
Ada dua jenis servis melayang, yaitu: servis melayang depan (frontal floating service),
dikenal sebagai servis tipe Amerika; dan servis melayang sisi (side floating service), dikenal
sebagai servis tipe Jepang. (Beutelstahl, 2009: 14). Maksud dari floating service adalah servis
yang tidak mengandung spin. Bola seakan-akan melayang tanpa berputar sama sekali. Servis ini
cukup efektif, karena arah lajunya bola tidak menentu. Bola itu bervibrasi dan melayang,
kadang-kadang berubah arah, vertikal maupun horizontal.
Tahap-tahap melakukan servis layang depan (frontal floating service) menurut
Beutelstahl (2009: 15) sebagai berikut.
1. Fase throw-up.
Bola dipegang setinggi kepala. Lengan hampir lurus. Striking arm (lengan pemukul atau
lengan bermain) dengan posisi lurus atau tertekuk sedikit ditarik ke belakang sebelum
melempar bola. Bola dilempar rendah-rendah saja. Bagian atas tubuh (dari pinggang ke atas)
tidak bergerak.
2. Fase hitting the ball.
Pergelangan tangan harus tetap kaku. Bagian tengah bola dipukul dengan bagian bawah
telapak tangan atau dengan tangan digenggam. Bola dipukul di sebelah depan tubuh pemain.
Begitu tersentuh, bola akan memantul ke atas.
3. Fase follow-through.
Tidak ada follow-through. Jadi, lengan bermain tidak bergerak lagi sersudah tangan
menyentuh bola.
Beberapa kesalahan umum yang biasa dilakukan oleh server saat melakukan servis jenis
ini antara lain: (1) tangan terlalu lama menyentuh bola; (2) pada saat sentuhan itu, pergelangan
tangan kurang kaku; (3) pukulan kurang keras; (4) pukulan kurang mantap. Yang terpukul bukan
bagian tengah badan bola, sehingga bola berputar; (5) observasi kurang tajam. Pada saat tangan
menyentuh bola, pemain harus memperhatikan dan melihat bola itu sebaik mungkin.
Tahap-tahap melakukan servis layang sisi (side floating service) menurut Beutelstahl
(2009: 16-17) sebagai berikut.
1. Fase throw-up.
Bola dipegang dengan lengan menjulur, kira-kira setinggi kepala. Lengan pemukul diayun ke
belakang, agak ke sisi. Berat badan di tempatkan di kaki belakang, dengan kedua lutut
ditekuk sedikit.
2. Fase hitting the ball.
Lengan diangkat dengan gerak melingkar. Bola dilempar rendah-rendah. Lengan dijulurkan
dan bagian tengah badan bola dipukul dengan tangan tergengam, sewaktu melambung tinggi
di depan tubuh pemain. Bagian atas tubuh berputar sedemikian rupa sampai menghadap net.
Berat badan dipindahkan ke kaki sebelah depan. Kontak dengan bola singkat sekali.
3. Fase follow through.
Lengan dan tangan yang digunakan untuk memukul berhenti sebentar sesudah mengadakan
kontak dengan bola. Kemudian gerakan diteruskan sedemikian, sehingga lengan itu terayun
ke bawah melewati kaki satunya.
Beberapa kesalahan umum yang biasa dilakukan oleh server saat melakukan servis jenis
ini antara lain: (1) bola dilempar terlalu tinggi; (2) pelemparan kurang cermat; (3) kontak antara
tangan dan bola terlalu lama; (4) pukulan bola kurang keras; pergelangan tangan kurang kaku
pada waktu memukul; (5) kurang tepat memukul bola; (6) kurang memperhatikan bola pada
waktu memukul.
Setelah kita menguraikan karakteristik servis melayang atau mengambang, berikut ini
akan disajikan keuntungan, kerugian, dan kapan waktu yang tepat digunakannya servis ini,
dikutip dari tulisan Viera & Fergusson (2004: 29), yakni:
a) Keuntungan: (1) bola bergerak-gerak di udara, (2) sulit untuk diterima, (3) lintasannya lurus;
b) Kerugian: (1) tidak bertenaga, (2) terkadang bola bergerak ke atas hingga keluar;
c) Kapan digunakan: bila telah konsisten dalam melakukannya.
2.1.3 Hakikat Latihan
2.1.3.1 Pengertian Latihan
Latihan adalah kegiatan sistematis yang dilakukan secara berulang-ulang. Tujuannya
ialah untuk mendapatkan gerakan ototamatis. Menurut Harsono (1988: 323), latihan adalah
proses kerja yang dilakukan secara sistematis, kontinyu di mana beban dan intensitas latihan
makin hari makin bertambah, yang pada akhirnya memberikan rangsangan secara menyeluruh
terhadap tubuh dan bertujuan untuk meningkatkan fisik dan mental secara bersama-sama.
Latihan adalah suatu proses yang sistematis dengan tujuan meningkatkan kebugaran jasmani
atlet sesuai dengan aktivitas yang dipilih (Muktamar XIII Tapak Suci Putera Muhammadiyah,
2006: 23).
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa latihan (training) merupakan proses kerja
yang sistematis, dan dilakukan secara berulang-ulang dengan beban latihan yang kian
meningkat. Latihan yang sistematis adalah program latihan yang direncanakan secara matang,
dan dilaksanakan sesuai jadwal menurut pola yang telah ditetapkan, serta dievaluasi sesuai
dengan alat yang benar. Bompa (dalam Muktamar XIII Tapak Suci Putera Muhammadiyah,
2006: 23) mengatakan bahwa faktor dasar latihan meliputi kesiapan fisik, teknik, taktik, strategi,
kejiwaan dan kesiapan teori, akan selalu ada dalam setiap program latihan olahraga.
Tujuan utama pelatihan olahraga prestasi adalah untuk meningkatkan keterampilan atau
prestasi olahraga semaksimal mungkin. Tujuan latihan yang harus dipahami adalah sebagai
berikut: (a) untuk meningkatkan perkembangan fisik secara umum; (b) untuk mengembangkan
fisik khusus yang ditentukan oleh kebutuhan olahraga tersebut; (c) untuk menyempurnakan
teknik olahraga dan koordinasi gerak; (d) meningkatkan dan menyempurnakan strategi;
(e) meningkatkan kepribadian seperti kemauan keras, kepercayaan diri, ketekunan, semangat,
disiplin; (f) menjamin dan mengamankan persiapan tim secara optimal; (g) mempertahankan
kesehatan atlit; (h) untuk mencegah cedera; (i) memperkaya pengetahuan teori dengan
memperhatikan dasar fisiologis, psikologis, dan gizi. Selain itu, Bompa (Muktamar XIII Tapak
Suci Putera Muhammadiyah, 2006: 24) mengatakan bahwa latihan yang bertujuan utama untuk
persiapan fisik, maka berdasarkan bentuk dan latihannya dapat diklasifikasikan dalam tiga
kategori, yakni: (a) latihan untuk mengembangkan fisik secara umum; (b) latihan khusus untuk
mengembangkan biomotor; dan (c) latihan untuk olahraga pilihan.
2.1.3.2 Prinsip-Prinsip Latihan
Agar proses latihan dapat memberikan manfaat, maka harus disusun program sebagai
pedoman pelaksanaan pelatihan. Namun, program latihan tersebut harus memenuhi prinsip-
prinsip latihan. Untuk memahami prinsip-prinsip latihan, maka perlu dikaji berdasarkan pada
kajian Ilmu Faal (Fisiologik), Ilmu Jiwa (Psikologik), dan Ilmu Kependidikan (Pedagogik).
Secara struktur prinsip ini tergambar seperti halaman berikut.
Prinsip-prinsip latihan menurut IAAF antara lain:
1) Tubuh mampu beradaptasi dalam latihan;
2) Beban latihan dengan intensitas yang benar dan waktu yang tepat mendatangkan over-
kompensansi;
3) Beban latihan ditingkatkan secara teratur menyebabkan terjadinya over-kompensasi yang
berulang-ulang dan meningkatkan taraf kebugaran/fitness yang lebih tinggi;
4) Tidak akan terjadi peningkatan kebugaran jasmani apabila pembebanannya selalu sama atau
jarak latihan terlalu lama; dan
5) Over-training akan terjadi bila beban latihan terlalu besar atau terlalu dekat. (Muktamar XIII
Tapak Suci Putera Muhammadiyah, 2006: 23)
Lebih jelas lagi, prinsip-prinsip pelatihan dikemukakan oleh Harsono (dalam Jurnal
Keolahragaan ITB, 1991: 90-105) sebagai berikut: (1) pemanasan tubuh, (2) metode latihan,
(3) berpikir positif, (4) prinsip beban lebih, (5) intensitas latihan, (6) kualitas latihan, (7) variasi
THE PRINCIPLES OF TRANING
Physiological
Law of Overload
- Individualization - Multilateral development
Law of Specificity
- Specialization
- Modeling the training process
Law of Reversibility
- Increasing Demands - Continuous Load Demend - Feasibility
- Restoration
Pedagogical
- Planning and Use System
- Periodization Visual
- Presentation
Psychological
- Active, Conscientious Participation
- Awareness - Variety
- Psychological Rest
Freeman yang dikutip oleh Sidik (dalam
http://www.infogigi.com/PRINSIP-PRINSIP-LATIHAN.html)
latihan, (8) metode bagian dan metode menyeluruh, (9) perbaikan kesalahan, (10) perkembangan
menyeluruh, (11) model latihan, dan (12) penetapan sasaran.
Perlu diperhatikan, sebelum melaksanakan latihan, terlebih dahulu harus menentukan
aspek-aspek latihan yang menjadi prioritas atau tujuan utama dilaksanakannya latihan. Secara
garis besar, ada empat aspek latihan, yakni aspek latihan fisik, latihan teknik, latihan taktik, dan
latihan mental. Suharto (dalam Depdikbud, 1997: 60) mengatakan bahwa latihan fisik
mempengaruhi penampilan seseorang serta unjuk kerja fisiknya, dan ini telah dibuktikan secara
ilmiah. Dengan demikian, pelaksanaan latihan melalui penelitian ini, penulis hanya akan
memfokuskan pada aspek latihan fisik yakni latihan untuk mengembangkan kekuatan
sekelompok otot, dan latihan teknik yakni latihan untuk mengembangkan keterampilan servis
atas dalam permainan bola voli.
Menimbang bahwa sampel dalam penelitian ini tergolong anak usia muda, maka Sidik
(dalam http://www.koni.or.id/files/documents/journal/1.Panduan-Pelatihan-Olahraga-Untuk-
Usia-Sekolah-(6-18Tahun).pdf), menjelaskan bahwa aspek latihan yang perlu dikembangkan
pada anak usia muda adalah terutama keterampilan (teknik) gerak dasar yang benar dengan
kemampuan fisik dasar yang baik. Oleh karena itu, setiap pelatih dituntut untuk memahami
tahapan-tahap latihan dari aspek-aspek latihan tersebut sehingga mengetahui kapan dan berapa
besar porsi latihan untuk multilateral dan spesialisasi.
Memperhatikan uraian-uraian di atas, maka pelatihan dalam penelitian ini dilaksanakan
berdasarkan prinsip-prinsip pelatihan dengan mempertimbangkan karakteristik sampel atau siswa
seperti usia, jenis kelamin, karakter fisik, kepribadian, dan perilaku sosial.
2.1.3.3 Pentingnya Program Latihan
Penyusunan program latihan sangat penting dilakukan bila kita menghendaki hasil yang
baik dari latihan itu. Proses latihan harus direncakan sebab latihan mengikuti prinsip-prinsip atau
asas-asas tertentu. Asas-asas ini perlu dipahami/dimengerti sepenuhnya oleh pelatih, supaya
pelatih dapat menghasilkan program latihan yang benar dan efektif. Tiga asas yang penting
adalah: hukum beban lebih (over load), hukum kompensasi, dan hukum kekhususan (Muktamar
XIII Tapak Suci Putera Muhammadiyah, 2006: 23).
Menurut Bucher (dalam Abdullah dan Manadji, 1994: 143-145), ada sejumlah asas
latihan yang dapat membantu pelatih atau guru penjaskes yang mempunyai perhatian untuk
membantu siswa mencapai prestasi yang tinggi dalam olahraga atau aktivitas jasmani lain. Asas
tersebut yang perlu diperhatikan sebagai berikut.
1) Beban latihan harus mengikuti asas frekuensi dan intensitas. Beban harus berat dan frekuensi
ditentukan sehingga tubuh dapat menyesuaikan sampai batas maksimalnya dalam satu
aktivitas tertentu.
2) Latihan adalah masalah individual. Faktor-faktor seperti umur, pekerjaan, dan beban studi,
keadaan tubuh, waktu yang tersedia untuk tidur dan istirahat, dan fasilitas kondisioning
merupakan pertimbangkan penting dalam menyusun suatu program latihan untuk setiap
orang.
3) Ketegangan jasmani dan emosi, di samping jadwal latihan rutin, harus dipertimbangkan
untuk tiap individu.
4) Ketegangan yang berlebihan pada individu akan menurunkan tingkat unjuk kerja, dan karena
itu perhatian perlu diberikan pada ketegangan yang tampak.
5) Periode istirahat, kesatuan jasmani dan mental harus terjalin dengan kadar latihan untuk
memperoleh hasil terbaik.
6) Latihan untuk cabang olahraga tertentu dan seringkali untuk event yang berbeda dalam suatu
cabang olahraga sifatnya khusus dan di arahkan kepada olahraga atau aktivitas tertentu.
Karena itu prosedur latihan untuk satu cabang olahraga atau aktivitas, mungkin tidak
menolong bagi cabang olahraga lain.
7) Kelentukan dan kekuatan adalah komponen esensial untuk melakukan gerak yang lancar dan
efisien dan unjuk kerja olahraga. Harus ada latihan yang mengembangkan kedua kualitas
tersebut.
8) Latihan interval diakui sebagai prosedur latihan yang terbaik bagi sebuah rencana latihan
mutakhir.
9) Nutrisi adalah suatu pertimbangan penting dalam setiap rencana latihan. Karena itu, orang
yang berlatih harus mentaati ketentuan makanan yang baik yang berisikan kelompok
makanan yang esensial.
10) Ada tiga teknik kondisioning dan latihan yang populer, yakni: latihan sirkuit, latihan fartlek,
dan latihan interval.
11) Fakta fakta yang paling penting dalam suatu program latihan adalah untuk mencapai tujuan
kesiapan jasmani dan psikis, bila yang rencana menyatakan itu penting.
2.1.4 Konsep Latihan Dumbbell dan Pull-up
2.1.4.1 Latihan Dumbbell
Latihan dumbbell (dumbbell exercise) merupakan latihan menggunakan alat tertentu
sebagai beban atau tahanan untuk kontraksi otot. Latihan dumbbell merupakan salah satu bentuk
latihan yang digunakan atlet untuk meningatkan kekuatan biomotorik tubuhnya seperti kekuatan
otot sebagai penunjang peningkatan prestasi olahrga yang ditekuninya. Manfaat yang diperoleh
melalui latihan dumbbell adalah peningkatan kekuatan pada otot lengan, otot bahu, dan otot
dada. Sebelum menguraikan latihan dumbbell itu sendiri, terlebih dahulu akan diuraikan tentang
konsep kekuatan otot secara umum.
Kekuatan (strength) merupakan salah satu komponen fisik yang sangat diperlukan dalam
upaya meningkatkan prestasi olahraga. Komponen kekuatan dimaksud diarahkan pada kekuatan
otot. Menurut Ladi, Hendrajadja, dan Riyanto (2009: 11) mengatakan bahwa kekuatan otot
sangat penting guna meningkatkan kondisi kebugaran jasmani karena kekuatan merupakan daya
penggerak setiap aktivitas fisik, yang memegang peranan pula dalam melindungi seseorang dari
kemungkinan cedera.
Definisi kekuatan otot dalam buku hasil Mukhtamar XIII Tapak Suci Putera
Muhammadiyah (2006: 28) tertuang bahwa cecara fisiologis, kekuatan otot adalah kemampuan
otot atau sekelompok otot untuk melakukan satu kali kontraksi secara maksimal melawan
tahan/beben. Secara mekanis, kekuatan otot didefinisikan sebagai gaya yang dapat dihasilkan
oleh otot atau sekelompok otot dalam satu kontrasi maksimal. Hal senada diungkapkan oleh
Setiawan (dalam Jurnal Keolahragaan ITB, 1991: 118), kekuatan adalah kemampuan otot untuk
melakukan kontraksi guna membangkitkan tegangan terhadap suatu tahanan. Demikian halnya
juga, Thomas yang dikutip oleh Subardjah (dalam
http://file.upi.edu/Direktori/FPOK/jur.pend.kesehatan-rekreasi/herman-subarjah/ latihan-kondisi-
fisik.pdf) mengemukakan, kekuatan adalah kemampuan untuk mengeluarkan tenaga secara
maksimal dalam suatu usaha. Hal ini dapat diukur dengan satu repetisi usaha maksimum atau 1
RM.
Kekuatan merupakan komponen yang paling mendasar dan sangat penting dalam
olahraga, karena kekuatan merupakan daya penggerak setiap aktivitas fisik, berperan untuk
mencegah cedera, dan merupakan komponen dasar bagi komponen kondisi fisik lainnya.
Meskipun banyak aktivitas olahraga yang memerlukan kelincahan, kecepatan, keseimbangan,
koordinasi dan lain-lain, tetapi faktor tersebut harus dikombinasikan dengan kekuatan agar
diperoleh hasil yang baik. Jadi kekuatan merupakan basis dari komponen kondisi fisik lainnya.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat dipahami bahwa kekuatan otot merupakan faktor
utama untuk menciptakan prestasi maksimal. Kekuatan otot adalah kemampuan otot atau
sekelompok otot untuk melakukan kontraksi maksimal guna membangkitkan tegangan terhadap
suatu tahanan/beban. Adanya kekuatan otot yang baik dapat memberikan manfaat yang baik pula
terhadap kondisi fisik secara keseluruhan. Harsono (dalam Hadjarati, 2010: 10) mengemukakan
empat alasan pentingnya kekuatan otot, yakni sebagai berikut: (1) kekuatan otot merupakan daya
tahan penggerak setiap aktivitas fisik, (2) melindungi dari kemungkinan terjadinya cedera dalam
olahraga, (3) dapat menyebabkan penampilan seseorang menjadi baik, dan (4) dapat membantu
memperkuat stabilitas sendi-sendi. Dengan demikian, sepatutnya dilakukan latihan-latihan
peningkatan kekuatan otot demi tercapainya kondisi fisik yang baik.
Latihan-latihan untuk mengembangkan kekuatan di antaranya adalah latihan tahanan.
Menurut tipe kontraksi ototnya, latihan tahanan dapat dibedakan yaitu latihan kontraksi
isometris, kontraksi isotonis, dan kombinasi antara keduanya yakni isokinetis. Dalam latihan
kontraksi istonis akan tampak gerakan dari anggota tubuh. Hal ini terjadi karena ada gerakan
memendek dan memanjangnya otot, sehingga terjadi perbuhan dalam panjang otot. Kontraksi ini
disebut kontraksi dinamis.
Latihan kontraksi isokinetis merupakan kombinasi kontraksi isometris dan isotonis, yaitu
dilakukan melalui alat-alat tertentu yang diatur sedemikian rupa, sehingga jika latihan diawali
dengan isometrik kemudian setelah beberapa detik terjadi kontraksi isotonis. Misalnya seseorang
berusaha mndorong motor yang direm, maka motor tersebut tidak dapat bergerak, setelah
beberapa detik remnya dilepas, maka motor tersebut bergerak dan terjadilah kontraksi isotonis.
Merujuk pada komponen kekuatan otot, latihan dumbbell merupakan gerakan-gerakan
yang menimbulkan kontraksi otot. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kekuatan otot yang
terlibat dalam kontraksi. Jadi, dengan melakukan latihan dumbbell seorang atlet akan dapat
meningkatkan kekuatan ototnya.
Latihan dumbbell dapat merangsang perkembangan kekuatan pada otot, di antaranya, otot
dada (chest), otot bahu (shoulder), dan otot lengan seperti otot bicep dan tricep. Latihan
dumbbell juga dapat merangsang peningkatan kekuatan pada otot dada. Dalam situs online
tertulis bahwa melatih otot dada di antaranya dapat dilakukan dengan latihan dumbbell. Otot
dada secara medis dikenal sebagai otot pectoral (http://id.m.wikipedia.org/wiki/fitness). Dalam
Latihan dumbbell yang terpenting adalah memahami cara kerja dan tujuan yang hendak dicapai.
Jika menginginkan kekuatan otot, maka perlu memahami prinsip-prinsip latihan dumbbell itu
sendiri. Dalam situs online dijelaskan bahwa langkah pertama yang dilakukan dan diharapkan
dalam berlatih menggunakan dumbbell adalah untuk menentukan kebugaran hasil-umum,
peningkatan massa otot, daya tahan kekuatan, meningkatkan kinerja gerak. Tidak hanya itu,
latihan yang dipilih juga akan menentukan berat badan dan jumlah set dan repetisi
(http://www.sport-fitness-advisor.com/dumbbellexercises.html).
Berikut adalah beberapa bentuk latihan yang paling umum dan mudah untuk berlatih
dumbbell, yakni: (1) latihan otot bicep seperti hammer curls, decline seated bicep curls,
preacher curls, dan concentration curls; (2) latihan otot triceps, seperti overhead triceps
extensions, french presses, triceps kickbacks; (3) latihan otot dada, seperti flat chest presses,
incline chest presses, flat chest flies, dan incline chest flies; (4) latihan otot bahu (shoulder),
seperti seated shoulder presses, lateral raises, reverse flies, dan front raises. (http://www.sport-
fitness-advisor.com/dumbbellexercises.html; http://www.fitnwell.net/Dumbbell-Exercises.htm).
Yang perlu diperhatikan dalam merlakukan bentuk-bentuk latihan dumbbell di atas
adalah mengetahui tips atau efektivitas pelaksanaannya. Dalam situs online memberikan
beberapa tips keselamatan dalam melakukan latihan dumbbell, yakni: (1) pastikan anda
didampingi seseorang ketika melakukan latihan setiap saat, tidak peduli seberapa berat beban;
(2) selalu berkonsultasi dengan dokter atau seseorang yang ahli sebelum memulai latihan secara
rutin; (3) selalu peregangan sebelum melakukan latihan inti; (4) selalu mulai dengan bobot
ringan dan belajar bagaimana melakukan latihan yang benar sebelum pindah ke bobot yang lebih
berat berat. (http://www.sportsunlimitedinc.com/dumbbell-safety-tips-and-exercises.html).
Dari beberapa bentuk latihan dumbbell di atas, maka peneliti menjadikannya sebagai
pedoman dalam memberikan latihan pada siswa yang menjadi sampel dalam penelitian ini,
dengan mempertimbangkan karakteristik siswa tersebut seperti jenis kelamin, postur tubuh, dan
usia. Selain itu, juga frekuensi latihan dan repetisi atau pengulangan gerakan dalam setiap set.
2.1.4.2 Latihan Pull-Up
Latihan pull-up merupakan salah satu latihan kekuatan otot lengan terbaik yang
dilakukan dengan bergantungan pada sebuah palang/bar besi dan menarik tubuh sampai dagu,
bisa sejajar (atau sedikit di atas). Dengan bar tersebut, posisi kaki bisa lurus maupun ditekuk,
namun umumnya adalah dengan menekuk kaki. Latihan ini terutama melibatkan otot biceps dan
forearms, oleh sebab itu kunci untuk dapat melakukan pull-up dengan baik adalah melatih
kekuatan pada biceps dan forearms (http://axlextreme.blogspot.com/2009/12/cara-pull-up-dan-
tips-nya.html).
Wiramihardja menyatakan, latihan pull-up merupakan latihan yang bertujuan untuk
meningkatkan kekuatan pada otot fleksor lengan dan otot bahu (dalam Jurnal Keolahragaan ITB,
1991: 221). Cara melakukannya, yakni: (a) mula-mula berdiri di bawah palang/bar besi; (b)
kedua tangan berpegang atau menggantungkan badan pada palang tersebut dengan kedua lengan
lurus; (c) kedua lengan dibengkokkan sambil badan di angkat hingga dagu melewati palang
tunggal; (d) setelah itu badan diturunkan ke bawah, sehingga kedua lengan lurus seperti sikap
semula; (e) gerakan ini dilakukan berulang-ulang.
Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami, latihan dumbbell merupakan suatu bentuk
latihan yang dapat digunakan untuk meningkatkan kekuatan otot lengan dan otot dada (jika
pelaksanaannya divariasi). Demikian halnya latihan pull-up dapat digunakan pula sebagai bentuk
latihan yang bertujuan untuk meningkatkan kekuatan pada otot lengan. Latihan pull-up efektif
dalam mengembangkan kekuatan kekuatan otot bahu. Kedua bentuk latihan ini sangat baik
dilakukan untuk menunjang pelaksanaan teknik dasar suatu cabang olahraga, khususnya pada
cabang olahraga bola voli.
2.1.5 Pengaruh Latihan Dumbbell dan Pull-up Terhadap Ketepatan Servis Melayang
dalam Permainan Bola Voli
Seorang pemain bola voli akan mampu tampil bermain secara maksimal apabila ia
menguasai teknik dasar permainan bola voli. Salah satu teknik dasar yang menunjang
keterampilan bermain bola voli adalah servis (service). Teknik servis dalam permainan bola voli
ada beberapa jenis di antaranya adalah teknik servis melayang (floating service). Untuk dapat
melakukan servis melayang dengan baik dan tepat perlu adanya kompopnen kekuatan otot dan
ketepatan (accurasy).
Kekuatan otot yang dapat berperan ketika melakukan servis melayang seperti kekuatan
otot tungkai, kekuatan otot perut, kekuatan bahu, kekuatan otot dada, dan kekuatan otot lengan.
Namun dalam penelitian ini, peneliti menitikberatkan pada latihan peningkatan kekuatan otot
bahu, otot dada, dan otot lengan. Oleh karena itu, latihan untuk meningkatkan kekuatan otot
lengan patut dilaksanakan secara sistematis dan berkesinambungan. Bentuk latihan yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan kekuatan otot-otot tersebut adalah latihan dumbbell dan latihan
pull-up.
Terbentuknya kekuatan otot yang baik memungkinkannya ketepatan melakukan suatu
gerakan atau kemampuan mengendalikan gerak-gerak bebas terhadap suatu sasaran. Oleh karena
itu, latihan ketepatan juga perlu dilakukan agar servis melayang yang dilakukan oleh siswa tepat
pada sasaran yang dikehendaki. Sehubungan dengan itu, Sajoto (dalam Hadjarati, 2010: 12)
menjelaskan, “faktor-faktor penentu ketepatan, yakni koordinasi tinggi berarti ketepatan baik,
besar kecilnya sasaran, ketajaman indera, jauh dekatnya jarak sasaran, penguasaan teknik, cepat
lambatnya gerakan….” Dengan demikian, ketepatan servis melayang yang dimaksudkan dalam
penelitian ini ialah ketepatan mengarahkan bola pada sasaran yang telah ditentukan.
Berdasarkan uraian di atas, maka latihan dumbbell dan pull-up sangat baik untuk melatih
kekuatan otot lengan, dada, dan bahu, sehingga akan berpengaruh secara signifikan terhadap
ketepatan mengarahkan bola pada sasaran melalui servis melayang (floating service) pada
cabang olahraga bola voli.
2.2 Kerangka Berfikir
Servis melayang (floating service) merupakan salah satu jenis teknik dasar dalam
permainan bola voli. Servis melayang diyakini sebagai serangan pertama dan ampuh untuk
mematikan bola pada daerah lawan. Jenis servis ini dapat dilakukan dengan cara overhand atau
overhead, dan dapat pula dengan servis cara meyang depan (front floating service) atau servis
melayang sisi (side floating service). Anggota tubuh yang paling dominan terlibat saat
melakukan jenis servis ini adalah lengan.
Mengingat karakteristik gerakan servis melayang ini, agar pelaksanaannya lebih efektif
dan efisien, perlu ditunjang dengan kondisi fisik yang baik. Kekuatan otot lengan merupakan
faktor yang sangat berpengaruh terhadap kemampuan melakukan servis melayang. Kekuatan otot
adalah kemampuan otot atau sekelompok otot untuk melakukan kontraksi maksimal guna
membangkitkan tegangan terhadap suatu tahanan/beban.
Untuk menciptakan kekuatan otot lengan, push-up dan pull-up merupakan jenis latihan
yang dapat dilakukan, oleh karena itu diperlukan suatu proses latihan yang teratur. Keteraturan
proses latihan ditentukan oleh program latihan. Program latihan akan efektif apabila memenuhi
prinsip-prinsip latihan. Intinya adalah, latihan yang akan dilakukan harus mempertimbangkan
karakterisitik orang yang dilatih, baik dari segi kepribadian, perilaku motorik, perilaku sosial,
dan intelektual. Dengan melakukan latihan dumbbell dan pull-up akan dapat meningkatkan
kekuatan otot lengan seseorang, sehingga dapat mempengaruhi kemampuan servis melayang
dalam permainan bola voli.
2.3 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian teoretis dan kerangka berfikir di atas, maka dapat dirumuskan
hipotesis sebagai berikut: “Tidak terdapat perbedaan pengaruh latihan dumbbell dan latihan pull-
up tarhadap ketepatan servis melayang (floating service) dalam permainan bola voli siswa putera
kelas X SMK Negeri 1 Limboto”.
Ho : µ1 = µ2 (Tidak ada perbedaan), dan
Ho µ1 ≠ µ2 (Ada Perbedaan)