bab ii kajian teoritis 2.1 hakikat sikap 2.1.1 pengertian...

25
BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Hakikat Sikap 2.1.1 Pengertian Sikap Secara historis Azwar mengemukakan,istilah „sikap‟ (attitude) digunakan pertama kali oleh Herbert Spencertahun 1862 yang diartikan sebagai status mental seseorang. Sejumlah ahli psikologi seperti Louis Thurstone,Rensis Likert,Charles Osgood menyatakan bahwa sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan yang mana dapat memihak (favorable) maupun tidak memihak (unfavorable) pada suatu obyek tertentu (dalam gunarsa,2007:12) Onong (1983:89), mengemukakan bahwa:“sikap adalah kecenderungan memberikan reaksi positif atau negatif terhadap suatu stimulus atau kelompok stimulus. Dengan istilah lain,sikap dapat di katakan sebagai respon yang konsisten terhadap suatu kategori stimulus.”berdasarkan pengertian ini, berarti sikap merupakan sikap atau kecenderungan untuk bertindak dalam bentuk tertentu apabila seseorang di hadapkan kepada stimulus tertentu. Marat (Onong, 1983:89) mengartikan:“sikap sebagai kesiapan mental dan syaraf, yang diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah pada respon individu terhadap semua obyek dan situasi yang terkait dengannya untuk bertindak.”Kemudian Sobur (2004:356-357) mengatakan bahwa: “Sikap merupakan pengalaman subyektif.asumsi ini menjadi dasar untuk berbagai pernyataan seseorang mengenai sikapnya merupakan kesimpulan pengamatannya atas perilakunya sendiri. Sikap merupakan pengalaman tentang suatu masalah atau obyek, dari sisi dimensi penilaian.Jika kita 10

Upload: lycong

Post on 31-Mar-2019

240 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

BAB II

KAJIAN TEORITIS

2.1 Hakikat Sikap

2.1.1 Pengertian Sikap

Secara historis Azwar mengemukakan,istilah „sikap‟ (attitude) digunakan

pertama kali oleh Herbert Spencertahun 1862 yang diartikan sebagai status

mental seseorang. Sejumlah ahli psikologi seperti Louis Thurstone,Rensis

Likert,Charles Osgood menyatakan bahwa sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau

reaksi perasaan yang mana dapat memihak (favorable) maupun tidak memihak

(unfavorable) pada suatu obyek tertentu (dalam gunarsa,2007:12)

Onong (1983:89), mengemukakan bahwa:“sikap adalah kecenderungan

memberikan reaksi positif atau negatif terhadap suatu stimulus atau kelompok

stimulus. Dengan istilah lain,sikap dapat di katakan sebagai respon yang konsisten

terhadap suatu kategori stimulus.”berdasarkan pengertian ini, berarti sikap

merupakan sikap atau kecenderungan untuk bertindak dalam bentuk tertentu

apabila seseorang di hadapkan kepada stimulus tertentu.

Mar‟at (Onong, 1983:89) mengartikan:“sikap sebagai kesiapan mental dan

syaraf, yang diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau

terarah pada respon individu terhadap semua obyek dan situasi yang terkait

dengannya untuk bertindak.”Kemudian Sobur (2004:356-357) mengatakan

bahwa:

“Sikap merupakan pengalaman subyektif.asumsi ini menjadi dasar untuk

berbagai pernyataan seseorang mengenai sikapnya merupakan kesimpulan

pengamatannya atas perilakunya sendiri. Sikap merupakan pengalaman

tentang suatu masalah atau obyek, dari sisi dimensi penilaian.Jika kita

10

2

memiliki sikap pada suatu obyek, kita tidak cuma mengalaminya sebagai

sesuatu yang hingga batas tertentu yang di inginkan, atau lebih baik, atau

lebih buruk. Walaupun terdapat kesepakatan bahwa ada unsur penilaian

dalam sikap, belum ada kesepakatan tentang apakah sikap hanya

mengandung unsur penilaian dalam sikap,belum ada kesepakatan tentang

apakah sikap hanya mengandung unsur penilaain saja.Bahkan diantara

para peneliti yang mendefinisikan sikap secara lebih sempit, masih ada

yang bersedia mengukur sikap dengan tolok ukur unsur penilaian dalam

suatu kontinum”.

Pendapat di atas menunjukan bahwa sikap berhubungan dengan perilaku

sosial. Ini adalah asumsi yang paling menarik mengenai sikap dan mempunyai

implikasi-Implikasi sebagai berikut :(a) jika ucapan seorang tentang sikap tidak

sesuai dengan perilaku sosialnya yang lain, akan sulit mengetahui arti ucapan

itu,(b)meskipun orang mungkin terdorong untuk memperoleh,mendekati,

mendukung dan sebagainya, obyek yang mereka nilai positif ini tidak mungkin

menjadi satu –satunya motif perilaku sosial yang relevan dan penting tidaknya

dalam suatu situasi harus di tentukan di lapangan, (c) mengatakan bahwa sikap

menimbulkan perilaku (atau sebaliknya) sering menimbulkan pertanyaan tentang

hakikat proses antaranya.

Dari berbagai definisi sebagaimana diuraikan di atas dapat dikemukakan

beberapa hal tentang sikap yaitu (1) sikap adalah kecenderungan

bertindak,berpikir,berpersepsi dan merasa dalam menghadapi obyek,ide,situasi,

atau nilai sikap bukanlah perilaku, tetapi lebih merupakan kecenderungan untuk

berperilaku dengan cara tertentu terhadap obyek sikap biasa berupa orang,

benda,tempat,gagasan,situasi,atau kelompok. Dengan demikian pada

kenyataannya, tidak ada istilah sikap yang berdiri sendiri.(2)sikap bukanlah

sekedar rekaman masa lampau, namun juga menentukan apakah seorang harus

3

setuju atau tidak setuju terhadap sesuatu menentukan apa yang di sukai, di

harapkan dan apa yang harus di hindari. (3) Sikap relative lebih menetap berbagai

penelitian menunjukkan bahwa sikap politik kelompok kategori dipertahankan

dan jarang mengalami perubahan. (4) Sikap mengandug aspek evaluatif, artinya

mengandung nilai menyenangkan atau tidak menyenangkan.(5)Sikap timbul dari

pengalaman, tidak di bawa sejak lahir, tetapi merupakan hasil belajar.Karena itu

sikap dapat diperteguh atau diubah (dalam Gunarsa,2007:12)

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut di atas maka dapat disimpulkan

bahwa sikap adalah keadaan diri yang menggerakkan untuk bertindak atau berbuat

dalam kegiatan sosial dengan perasaan tertentu di dalam menanggapi obyek

situasi atau kondisi di lingkungan sekitarnya. Selain itu sikap juga memberikan

kesiapan untuk merespon yang sifatnya positif atau negatif terhadap obyek atau

situasi.

Obyek sikap sebenarnya dapat berbentuk segala sesuatu yang berbeda di

sekeliling individu, dalam hal ini obyek tersebut berada dalam lingkungan atau

dunia individu dalam arti psikologis individu tersebut. Obyek sikap tidak hanya

berupa benda maupun orang-orang,tetapi juga peristiwa-peristiwa,pemandangan-

pemandangan,lembaga-lembaga,norma-norma,nilai-nilai dan sebagainya.

Menurut Brigham ada beberapa ciri-ciri sifat dasar dari sikap,yaitu: (1)

Sikap disimpulkan dari cara-cara individu bertingkah laku,(2) Sikap ditujukan

mengarah kepada obyek psikologis atau kategori,dalam hal ini skema yang

dimiliki orang menentukan bagaimana mereka mengkategorikan target obyek

dimana sikap diarahkan,(3) Sikap dipelajari,(4) Sikap mempengaruhi prilaku

4

mengukuhi suatu sikap yang mengarah pada suatu obyek memberikan suatu

alasan untuk berprilaku mengarah pada obyek itu dengan cara tertentu (Hudaniyah

2003:97).

Sikap membantu kita merasa menjadi bagian dari komunitas, dikatakan

sikap yang memiliki fungsi penyesuaian sosial. Sebagai contoh adalah seorang

yang menahan keyakinan dan sikap pada kelompok religious atau partai politik

tertentu karena kawan, keluarga, dan tetangga. Demikian isi aktual keyakinan dan

sikap mereka kurang penting dibandingkan ikatan sosial yang diberikanya.

Sampai tingkat memiliki fungsi penyesuaian sosial, sikap dapat berubah.

Pendapat atau opini sangat erat berkaitan dengan sikap, bahkan kedua

konsep tersebut acap kali digunakan dalam definisi-definisi mengenai sikap.

Tidak jarang dijumpai pula pemakaian istilah sikap dan pendapat yang disamakan

atau diperlukan artinya. Sebenarnya kedua istilah ini tidak sama persis maknanya.

Dengan kata lain, antara sikap dan pendapat pengertian yang berbeda.Pendapat

atau opini menurut Cutlip da Center (1961:59) bahwa: “Opinions adaptattuges to

the demandsof soscial situations; but heving adapted them, Opions appearto

become ingredients in the constant, gradual reformulations of attitudies.”Makna

dari pendapat diatas yaitu hubungan erat antara sikap dan pendapat dengan

sendirinya menyimpulkan bahwa suatu pendapat dapat dinyatakan (expressed),

dan dapat juga tidak dinyatakan, tetapi ada ataupun tidak disadari

(laten).Selanjutnya,mungkin sekali suatu pendapat telah tersebar tetapi tidak

dinyatakan dalam bentuk internal public opion yang berbeda dengan external

public opions(dinyatakan)

5

Berdasarkan uraian diatas, maka hubungan antara pendapat dan sikap

pribadi manusia terdapat hubungan yang erat, pengalaman pribadi menentukan

sikap serta sikap juga tergantung pada pengalaman masyarakatnya sendiri, yaitu

lingkungan yang memberi kepada Individu kaidah serta norma tentang apa yang

dianggap benar dan apa yang dianggap salah, dalam kaitan dengan inilah, orang

menentukan sikapnya membentuk pendapat.

Winkel (1996:104)mengemukakan bahwa: “orang bersikap

tertentu,cenderung menerima atau menolak suatu obyek berdasarkan penilaian

terhadap obyek itu,berguna/berharga baginya atau tidak. Bila obyek dinilai baik

untuknya dia mempunyai sikap yang positif dan bila obyeknya dinilai jelek dia

mempunyai nilai negatif.” Pendapat ini memberikan makna bahwa bila Program

Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (SPKP) memberikan manfaat yang besar

bagi masyarakat maka berusaha untuk memiliki sikap yang positif terhadap

kegiatan tersebut. Sebaliknya bila program tersebut, dinilai kurang memberikan

manfaat bagi pengembangan usaha mereka, maka cenderung untuk tidak memiliki

sikap positif. Konsep ini juga dipertegas oleh Umar (2000: 25) yaitu:

“Sikap adalah menempatkan seorang kedalam satu pikiran menyukai atau

tidak menyukai sesuatu, bergerak mendekati atau menjauhi sesuatu

tersebut.” Dengan demikian sikap merupakan kemampuan internal yang

sangat berperan sekali dalam mengambil keputusan, tindakan, apalagi bila

terbuka kemungkinan untuk bertindak.Masyarakat yang memiliki sikap

yang jelas mampu untuk memilih secara tegas diantara beberapa

kemungkinan alternatif untuk bertindak”

Melalui tindakan dan belajar, seseorang akan mendapatkan kepercayaan

dan sikap terhadap sesuatu yang pada gilirannya akan mempengaruhi

prilakunya.Kepercayaan suatu pemikiran yang deskriptif dimiliki seorang tentang

6

suatu yang disadari atas pengetahuan, pendapat dan keyakinan nyata. Sikap adalah

evaluasi, perasaan dan kecenderungan seseorang yang relatif konsisten terhadap

sesuatu obyek atau gagasan.

Pendapat diatas menunjukkan bahwa sikap merupakan susunan proses,

motivasi, emosi, persepsi dan kognisi yang terus menerus dalam hubungan dengan

beberapa aspek dari dunia individu. Lebih lanjut dijelaskan bahwa aspek-aspek

dari dunia kehidupan sangat kompleks, baik yang berwujud lingkungan fisik

maupun sosial. Karena itu maka pola-pola tingkah laku seseorang akan bervariasi

antara satu dengan yang lainya dalam memberikan respon terhadap suatu obyek.

Hal ini terjadi karena di pengaruhi oleh faktor internal dan eksternal, sehingga

reaksi individu terhadap suatu obyek bersifat khas.

Selanjutnya sikap seseorang terhadap suatu obyek tertentu dapat bersifat

positif dan negatif yang dinyatakan secara verbal ataupun non verbal. Dalam

kaitan ini sikap tidak langsung dapat diamati, melainkan harus ditafsirkan terlebih

dahulu dan tingkah laku yang nampak, baik verbal maupun non verbal. Hal ini

mengandung pengertian bahwa sikap pada dasarnya masih bersifat rencana reaksi

terhadap suatu obyek. Dengan perkataan lain sikap, baru merupakan kesiapan

bertindak dan belum merupakan tindakan itu sendiri. Gagne (dalam Winkel 1996:

104) menyebutkan bahwa:“sikap sebagai keadaan internal yang mempengaruhi

Pilihan tindakan individu terhadap obyek sikap seperti orang atau peristiwa.”

Sikap tidak selalu menentukan tingkah laku, melainkan lebih atau kurang

menentukan tindakan tertentu, karena alasan itulah, sikap sering dilukiskan

sebagai kecenderungan memberikan respon. Dalam kaitan ini bahwa sikap

7

dikatakan sebagai respon evaluatif. Respon hanya akan timbul apabila individu

diharapkan pada suatu stimulus yang menghedaki adanya reaksi individual.

Respon evaluatif berarti bahwa bentuk reaksi yang dinyatakan sebagai sikap itu

timbulnya disadari oleh proses evaluasi dalam diri individu yang memberi

kesimpulan terhadap stimulus dalam bentuk nilai baik buruk, positif negatif,

menyenangkan tidak menyenangkan yang kemudian mengkristal sebagai potensi

reaksi terhadap obyek sikap. Sebagai suatu konsep dalam kajian psikologis, sikap

mempunyai komponen-komponen tertentu.

Onong Effendy Uchajana (1983: 90) mengatakan bahwa: “sikap itu terdiri

atas tiga komponen yaitu komponen kognitif (the cognitive

component),komponen perasaan (thefeeling componenet) dan komponen

kecenderungan bertindak. (The action tendency component)”

Komponen kognitif dari suatu sikap terdiri dari kepercayaan mengenai

suatu obyek. Kognisi yang melekat pada sistem sikap itu merupakan evaluatif

terhadap obyeknya yang meliputi penilaian menguntungkan atau tidak

menguntungkan, diterima atau tidak dapat diterima, baik atau buruk dan lain-lain.

Dengan kata lain komponen kognisi, terdiri dari keyakinan dan gagasan seseorang

tentang suatu obyek dan diperoleh karena adanya keinginan untuk tetap konsisten

dengan gagasan, keyakinan atau tingkahlakunya.

Komponen afektif yaitu perasaan atau emosi seseorang tentang suatu

obyek dapat bersifat positif atau negatif. Perasaan positif dinyatakan dalam bentuk

hormat, menyenangi atau tidak menyenangi. Komponen perasaan dari suatu sikap

menunjukkan adanya emosi dalam hubunganya dengan obyek. Suatu obyek dapat

8

dirasakan menyenangkan atau tidak menyenangkan, disukai atau tidak disukai.

Bobot emosional inilah yang membuat sikap mempunyai sifat mendesak atau

bergerak dalam hubunganya dengan suatu obyek.

Komponen kecenderungan bertindak mencakupi kesiapan-kesiapan

bertingkah laku yang berkaitan dengan sikap. Jika masyarakat bersikap positif

terhadap obyek program SPKP, maka ia akan cenderung untuk membantu atau

mendukung program tersebut

Komponen kognisi atau kecenderungan, bertindak mempunyai konsistensi

dengan dua komponen lainya yaitu komponen kognisi berisi persepsi dan

kepercayaan, menjawab pertanyaan apa yang dipikirkan atau dipresepsikan

seseorang tentang obyek tertentu. Komponen afeksi yang merupakan perasaan

atau emosi akan menjawab pertanyaan tentang apa yang dirasakan (senang /tidak

senang) terhadap obyek. Komponen kognisi berisi tendensi atau kecenderungan

bertindak akan menjawab pertanyaan bagaimana kesediaan dan kesiapan

seseorang untuk bertindak terhadap suatu obyek.

2.2 Tinjauan Tentang Program Simpan Pinjam Kelompok Perempuan

(SPKP)

2.2.1 Pengertian Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (SPKP)

Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (SPKP) adalah aktifitas masyarakat

perdesaan disektor riil berupa usaha yang memproduksi suatu bahan, bidang

penjualan atau pemasaran maupun yang berbentuk jasa. Sehubungan dangan

pengertian diatas, maka untuk mengelola kegiatan ini, tetap mengacu pada prinsip

9

dan kebijakan PNPM sebagaimana dalam Petunjuk Teknis Oprasional (Tim

Koordinasi Pusat PNPM PPK 2008:03) yaitu:

(a) kemudahan, artinya setiap pengelolaan dana pinjaman bergulir dilakukan

secara sederhana dan bisa dimengerti oleh masyarakat luas. (b)

Terlembagakan, artinya tatacara dan prosedur dalam pengelolaan dana

pinjaman bergulir diupayakan agar melembaga menjadi suatu sistem yang

baku sebagai hasil kesepakatan masyarakat. (c) Keberdayaan,artinya

proses pengelolaan dana dan pengambilan keputusan mengenai

pengelolaan dilakukan secara profesional dengan mempertimbangkan

upaya menumbuhkan dan meningkatkan sumberdaya dan kemampuan

masyarakat untuk mencapai kesejahteraannya. (d) Pengembangan artinya

setiap keputusan pengelolaan dana modal usaha harus dapat mendorong

tercapainya pengembangan dana desa. (e) Akuntabilitas, artinya setiap

pengelolaan dana dan kegiatan harus dapat dipertanggungjawabkan kepada

masyarakat”

2.2.2 Sasaran Program Simpan Pinjam kelompok Perempuan (SPKP)

Sasaran Program Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (SPKP) adalah

masyarakat yang memiliki usaha tertentu, serta usaha itu berkembang secara

sehat. Bantuan dana yang di berikan ini diharapkan mampu untuk mencukupi

kebutuhan biaya oprasional dan meningkatkan pemupukan modal. Jangka waktu

maksimal adalah 12 bulan dengan cara dan jadwal pengembalian secara bertahap

(disarankan sebulan sekali)atau cicilan disesuaikan dengan jenis usaha atau

kegiatannya. Penentuan jangka waktu pinjaman dan jadwal pengembalian harus di

sepakati oleh semua anggota kelompok dan dituangkan secara tertulis dalam

usulan kegiatan, berdasarkan penilaiaan UPK sebelum ditetapkan dalam

musyawarah antar desa.

Pengembalian pinjaman dibayarkan oleh kelompok melalui TPK untuk

diteruskan kepada UPK dan di simpan dalam rekening pengembalian. Pada

intinya penggunaan jasa pinjaman adalah untuk pembiayaan oprasional UPK,

10

menutup kerugian karena adanya kredit macet,menambah atau pemupukan modal

dana pinjaman bergulir serta kegiatan lainnya yang bermanfaat bagi

masyarakat.Pengalokasian pengguna jasa pinjaman berdasarkan atas perhitungan

yang dilakukan UPK sesuai kebutuhan dan kondisi kesehatan UPK dan

selanjutnya di bahas dan di tetapkan musyawarah antar desa. Jika kelompok

peminjam di suatu desa tidak melunasi pinjamannya pada jangka waktu yang

sudah di tentukan(sesuai perjanjiannya) maka desa tersebut tidak sepenuhnya

mendapatkan dana perguliran senilai pinjaman yang telah diterima sebelumnya.

Besar dana yang tidak akan di gulirkan ke desa tersebut berdasarkan kesepakatan

dalam musyawarah antar desa pada tahap selanjutnya desa tersebut tidak berhak

lagi mendapat bantuan dana PNPM sampai dengan pinjamannya di bayar lunas.

2.2.3 Komponen-Komponen Terhadap Program Simpan Pinjam Kelompok

Perempuan

Untuk mengetahui seluk beluk pengelolaan dana Program Simpan Pinjam

Kelompok Perempuan (SPKP) Dipaparkan proses pengelolaanya sebagai berikut:

1. Proses perencanaan kegiatan

Sejak tahap sosialisasi perlu di jelaskan kepada masyarakat tentang syarat

minimal kelompok yang dapat mengajukan pinjaman untuk kegiatan simpan

pinjam kelompok perempuan (SPKP), maupun syarat kelompok yang layak

menerima pinjaman. Setelah memenuhi syarat sebagai kelompok yang layak

menerima pinjaman, dilanjutkan dengan penyusunan usulan oleh kelompok

dibantu oleh Tim Penulis Usulan (TPU).Penyusunan usulan kegiatan Simpan

Pinjam Kelompok Perempuan (SPKP) telah menyertakan rencana kegiatan/usulan

11

anggota atau rencana kegiatan/usaha bersama yang didalamnya telah memuat

rencana biaya yang dibutuhkan, serta penilaian atau perhitungan kelayakan usaha

kelompok bersama.

Usulan kegiatan Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (SPKP) tersebut,

selanjutnya diperiksa atau dinilai kelayakan kelompok pengusul dan

kemanfaatannya oleh tim verifikasi.

Hasil penelitian kelayakan manfaat usulan kegiatan dan kelompok

pengusul yang berupa rekomendasi tim ferefikasi dijadikan dasar penentuan oleh

musyawarah antar desa untuk menentukan peringkat usulan yang akan didanai

oleh PNPM. Peringkat usulan kegiatan di susun dengan membahas dan

mengkompetesikan secara sehat dari semua usulan desa-desa, baik berupa usulan

prasarana, kegiatan bidang pendidikan,kegiatan bidang kesehatan maupun

kegiatan peningkatan kapasitas masyarakat, kecuali usulan Simpan Pinjam

Kelompok Perempuan (SPKP).

Usulan kegiatan Simpan Pinjam Kelompok Perempuan dibahas dan

dikompetesikan tersendiri antara usulan-usulan simpan pinjam kelompok

perempuan (SPKP) dari masing-masing desa, dengan alokasi minimal 25% dana

alokasi kecamatan.

2. Tahap Persiapan Pelaksanaan

Sebagaimana dalam Petunjuk Teknis Operasional (PTO),usulan kegiatan

Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (SPKP) pada waktu penulisan usulan yang

akan diajukan kemusyawarah antar desa telah menyertakan rencana usaha anggota

atau rencana Usaha bersama beserta rician pembiayaan sebagai dasar penilaian

12

kelayakan suatu kegiatan.Namun demikian penilaian kelayakan yang diberikan

oleh tim ferifikasi belum sampai pada aspek kelayakan secara teknis tetapi lebih

kepada kelayakan pemenuhan kelompok layak kridit dan kemanfaatan bagi

masyarakat miskin.

3. Kegiatan Program Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (SPKP)

Mengenai usulan kegiatan Program Simpan Pinjam Kelompok Perempuan

(SPKP) yang dalam musyawarah antar desa diputuskan masuk dalam peringkat

atas, maka langkah-langkah berikutnya adalah,melakukan perbaikan dan

penyempurnaan usulan kegiatan tersebut.

Proses perbaikan dan penyempurnaan rencana kegiatan di mulai dari

usulan desa yang mendapat ranking RAB yang pasti,baru dilanjutkan perbaikan

dan penyempurnaan usulan kegiatan usaha simpan pinjam perempuan (SPKP)

peringkat nilai batas alokasi dana bantuan kecamatan habis, untuk semua kegiatan

yang mendapatkan perioritas.

4. Pemeriksaan Usulan Kegiatan

Pendamping lokal akan melakukan pemeriksaan usulan kegiatan usaha

Program Simpan Pinjam Perempuan (SPKP) yang mendapatkan prioritas akan

didanai. Pemeriksaan ini dilakukan untuk menjamin kualitas suatu kegiatan dan

memastikan kembali kelayakan secara teknis dari usulan kegiatan Simpan Pinjam

Kelompok Perempuan (SPKP) tersebut.

Perbaikan dan penyempurnaan usulan perlu dilakukan adalah:

(1)Penyusuian rencana usaha anggota jika terjadi perubahan harga (2)

Menyiapkan rencana Penanganan jika di perkirakan akan muncul dampak

13

lingkungan atau mengganggu kegiatan masyarakat sekitar.(3) Memastikan cara

dan jadwal pembayaran atau pengembalian pijaman (cicilan) yang akan dilakukan

kelompok misalnya”sebulan sekali, dua bulan sekali atau lainnya. (4) Membuat

tabel penghitungan jasa pinjaman berdasarkan jangka waktu pinjaman dan jadwal

pembayaran yang telah di sepakati oleh kelompok. (5) Membuat perhitungan

kelayakan usaha. (6)Membuat rencana kerja pelaksanaan atau provisional

kegiatan.

5. Pengembangan Usaha

Proses pengembangan adalah siklus dari proses manajemen yang

dilakukan apabila telah dapat diselesaikan proses evaluasi dan pelaporan. Proses

pengembangan bersifat inovatif, artinya berdasarkan kenyataan-kenyataan yang

telah dicapai. Dicoba untuk dikembangkan ke arah hal-hal yang baru, sehingga

dapat lebih memperbaiki dan sekaligus mengembangkan Program Simpan Pinjam

Kelompok Perempuan (SPKP) yang lebih baik,seperti bidang kegiatan usaha dan

keterlibatan masyarakat, dalam mengembangkan usaha guna untuk memperoleh

hasil yang optimal.

Oleh sebab itu, dalam proses pengembangan harus dilakukan analisis

terhadap hasil masing-masing komponen atau hubungan timbal balik antara

komponen yang satu dengan yang lain, sehingga dapat ditemukan pemikiran atau

gagasan untuk mengembangkan program-program selanjutnya.Dalam tahap ini

juga di lihat sederetan kelemahan, kekurangan serta hambatan,dan hasil analisis

mengenai komponen ini dikembangkan program yang lebih baik.

14

Program Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (SPKP) sebagai salah satu

jenis bantuan yang diberikan kepada masyarakat di harapkan dapat dikelola

dengan baik,guna mewujudkan suatu pengembangan usaha yang solid dan secara

efektif. Batasan tentang efektivitas/keefektivan dalam hal ini adalah kemampuan

untuk memanfaatkan masing-masing fungsi yang ada, sehingga dapat mencapai

hasil yang maksimal.

2.3 Faktor-Faktor Yang Menghambat Sikap

Menurut Rivai (2004:248) mengatakan bahwa: “seseorang dapat

mempunyai berbagai sikap tetapi dalam hal ini terbatas pada yang berkaitan

dengan pekerjaan.

Dalam hal ini ada tiga sikap yang sangat mempengaruhi terhadap suatu

pekerjaan yaitu (a) Kepuasan kerja (job satisfaction), (b)keterlibatan kerja (job

involvement) (c) komitmen pada Organisasi.”

Kepuasan kerja merujuk pada sikap umum seorang individu terhadap

pekerjaannya.Seorang dengan tingkat kepuasan tinggi menujukan sikap yang

positif terhadap pekerjaan itu .Seseorang yang tidak puas dengan pekerjaanya

menunjukkan sikap yang negatif terhadap pekerjaannya itu.

Para ahli psikologi sosial beranggapan bahwa komponen sikap dimaksud

adalah selaras dan konsisten. Dalam arti bahwa komponen kognisi mempengaruhi

efeksi dan selanjutnya mempengaruhi kognisi seseorang. Perubahan kognisi,

berupa peroleh informasi yang membentuk persepsi atau pengetahuan baru akan

mempengaruhi efeksi, berupa perubahan tingkat kesenangan atau ketidak

15

senangan dan pada gilirannya akan mempengaruhi kognisi berupa cenderung

untuk bertingkah laku terhadap obyek sikap tertentu.

Obyek yang dihadapi seseorang menentukan apakah sikapnya itu termasuk

sikap individual atau sikap sosial.oleh karena itu sikap individu adalah sikap yang

terdapat pada seorang dalam hubungannya dengan kesukaannya atau ketidak

sukaannya secara pribadi terhadap suatu obyek. Sikap sosial adalah sikap yang

terdapat pada sekelompok dalam masyarakat atau seluruh masyarakat yang

dimanifestasikan dengan bentuk kegiatan yang sama dan dilakukan secara

berulang.”

Urain diatas menggambarkan bahwa perubahan sikap seseorang

tergantung dari kebutuhannya. Oleh karena itu ada dua faktor utama yang

menyebabkan terjadinya perubahan sikap yaitu:

2.3.1 Faktor Internal (internal or group Faktors)

Faktor internal erat kaitannya dengan proses psikologis seseorang yang

diarahkan pada suatu obyek dan menyangkut kepribadian sesorang yang terkait

dengan kebutuhan,motifasi dan citra diri. Untuk jelasnya ketiga hal ini akan di

uraikan sebagai berikut:

1. Kebutuhan

Moohead dan Griffin (dalam Dimyati Mahmud (1990:161) mengatakan

bahwa, “We can start to understand attitude by looking at need deficiencies and

goals directed behaviors,” Maksudnya pemahaman tentang sikap diawali dengan

adanya kebutuhan dan memiliki sasaran langsung dengan prilaku. Kebutuhan

yang merupakan segi pertama dari sikap,timbul dalam diri seseorang apabila ia

16

merasa adanya kekurangan dalam dirinya. Kebutuhan timbul atau diciptakan

apabila dirasakan adanya ketidakseimbangan antara yang dimiliki dengan apa

yang seharusnya dimiliki, baik dalam arti fisiologis maupun pisikologis.

Untuk melakukan Program Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (SPKP)

maka sangat diperlukan sikap yang baik bagi masyarakat. Dalam hal ini perlu

ditegaskan bahwa sikap warga masyarakat itu tidak pernah dikatakan baik, apabila

tujuan yang diinginkan juga tidak baik.

Sikap yang dimiliki oleh warga masyarakat terhadap Program SPKP

nampak pada beberapa prilaku seperti mampu menggerakkan kemauan,

kemandirian, ketekunan dan keuletan untuk melakukan sesuatu atau ingin dicapai

dalam mengembangkan Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (SPKP). Sikap

warga masyarakat akan selalu berkaitan dengan soal kebutuhan.Oleh sebab itu

seseorang warga masyarakat yang memiliki sikap positif, karena merasa ada

sesuatu kebutuhan yang harus dipenuhi .

Pentingnya kebutuhan warga masyarakat dalam melakukan sesuatu

ditegaskan oleh Nasution (1988:78) disebabkan karena: “(1) kebutuhan untuk

berbuat sesuatu aktivitas, (2) kebutuan untuk menyenangkan perasaan orang lain,

dan (3) kebutuhan untuk mencapai hasil.”Kebutuhan untuk mengembangkan

Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (SPKP) dengan penuh perhatian

merupakan suatu kegembiraan baginya. Sesuai dengan konsep ini, maka bagi

masyarakat tersebut akan berhasil dengan baik kalau disertai dengan rasa senang

dalam melaksanakan pengembangan SPKP.

17

Warga masyarakat yang memiliki kebutuhan yang tinggi, untuk berbuat

sesuatu berarti juga membuat perasaan senang dalam dirinya. Oleh karena itu

ukuran derajat kesuksesan seseorang warga masyarakat dapat dinilai dan memiliki

arti keberhasilan, bila mampu memajukan usaha yang dimilikinya secara optimal.

Sesuatu pekerjaan atau kegiatan akan berhasil, kalau disertai dengan

pujian (reinforcement). Aspek reinforcement ini merupakan dorongan atau bentuk

pengakuan orang terhadap hasil karya warga masyarakat dalam hal ini pengakuan

dari konsumen.

Kemudian indikasi lain yang nampak dalam prilaku warga masyarakat

memiliki sikap yang positif terhadap Program SPKP adalah kemampuan dalam

mengatasi kesulitan yang dihadapi. Suatu kesulitan atau hambatan, mungkin

menimbulkan rasa rendah diri, tetapi hal ini menjadi dorongan untuk mencari

kompensasi dengan usaha yang tekun dan luar biasa, sehingga tercapai kelebihan

atau keunggulan dalam bidang tertentu. Sikap warga masyarakat terhadap

kesulitan atau hambatan ini sebenarnya banyak tergantung pada keadaan

lingkungan. Sehubungan dengan ini maka peranan motivasi sangat penting dalam

upaya menciptakan berbagai kondisi tertentu yang lebih kondusif bagi warga

masyarakat untuk berusaha agar memeperoleh keunggulan.

2. Motivasi untuk melakukan aktivitas kerja

Untuk mengatasi ketidakseimbangan biasanya melahirkan dorongan atau

motifasi. Motifasi untuk mengembangkan SPKP merupakan usaha pemenuhan

kebutuhan yang dianggap kekurangan secara terarah. Dorongan atau motivasi,

untuk melakukan sesuatu selalu berorientasi pada tindakan tertentu. Dorongan

18

yang berorientasi pada tindakan itulah yang sesungguhnya menjadi inti dari

motivasi kerja. Seorang warga masyarakat yang memiliki dorongan dalam hati

untuk melakukan aktivitas akan nampak pada kepemilikan kemampuan dan minat

terhadap pekerjaan itu. Sehubungan dengan itu menurut Revai (2004:226) bahwa:

“Kemampuan adalah segala daya upaya atau kapasitas individu untuk

mengerjakan berbagai tugas dalam suatu pekerjaan. “Setiap warga masyarakat

mempunyai kemampuan yang berbeda-beda dalam mengembangkan Simpan

Pinjam Kelompok Perempuan (SPKP). Warga masyarakat yang mempunyai

kemampuan professional tinggi akan mempunyai motivasi kerja yang tinggi pula,

jika dibandingkan dengan warga masyarakat yang mempunyai kemaampuan yang

rendah. Oleh karena itu warga masyarakat dalam mengembangkan Program

Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (SPKP) Nampak lebih meningkat. Dan hal

tersebut menurut Monks dikutip oleh Mahmud (1994 : 103) bahwa, “Faktor

kemampuan dapat memperkuat motivasi kerja seseorang untuk melaksanakan

tugas-tugas dalam rangka mengemangkan potensi dan bakat yang dimiliki.”

Muhibbin Syah (2003:136) mengatakan bahwa:“Secara sederhana, minat

(interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi dan keinginan yang

besar terhadap sesuatu. Minat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil pekerjaan

dalam suatu aktivitas tertentu. “Contoh adalah seorang warga masyarakat yang

menaruh minat besar pada suatu obyek kegiatan mengembangkan Simpan Pinjam

Kelompok Perempuan (SPKP) akan memusatkan perhatian yang lebih banyak

terhadap obyek tersebut. Kemudian, karena pemusatan perhatian yang intensif

19

memungkinkannya untuk belajar lebih giat, dan ahirnya mencapai hasil yang

diinginkan. Kemudian Winkel (1991: 188) mengatakan bahwa:

“Minat diartikan sebagai kecenderungan subyek yang menetap, untuk

merasa tertarik pada suatu obyek dan merasa senang mempelajari obyek

itu. Minat monumental ialah perasaan tertarik pada suatu topik yang

sedang di bahas atau di pelajari,untuk itu kerap digunakan istilah

perhatian.antara minat dengan berperasaan senag terdapat hubungan

timbak balik,sehingga tidak mengherankan kalau seorang berperasaan

tidak senang,juga kurang berminat,dan sebaliknya.”

Apabila seorang warga masyarakat mengembangkan program Simpan

Pinjam Kelompok Perempuan (SPKP) maka dapatlah dikatakan bahwa warga

msyarakat tersebut mempunyai minat terhadap pekerjaan itu. Oleh karena itu

minat tidak dapat dipisahkan dengan sikap. dalam hal ini minat yang di miliki

oleh warga masyarakat akan memungkinkan terlaksananya aktifitas

mengembangkan SPKP dengan baik. Persoalan motifas warga masyarakat

mengelola Simpan Pinjam Kelompom Perempuan (SPKP) mempunyai keterkaitan

erat dengan adanya minat yang dimiliki oleh warga masyarakat yang

bersangkutan.

Minat merupakan suatu kondisi yang terjadi apabila seorang warga

masyarakat melihat ciri-ciri atau karekterikstik situasi yang dihubungkan dengan

keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhannya sendiri. Oleh karena itu apa

yang dilihat, dirasakan, dan dilakukan oleh warga masyarakat dan berkaitan

dengan panggilan profesinya sudah tentu akan membangkitkan minatnya, untuk

melaksanakan panggilan profesi tersebut.

Uraian diatas menunjukkan bahwa minat warga masyarakat merupakan

cenderung jiwa untuk mengembangkan usaha yang menjadi tumpuan hidupnya

20

dan biasanya disertai dengan perasaan senang. Namun demikian minat itu timbul

tidak secara tiba-tiba atau spontan, melainkan timbul akibat dari partisipasi,

pengalaman,kebiasaan pada waktu bekerja.Jadi jelas minat masyarakat terhadap

program, akan selalu berkaitan dengan soal kebutuhan atau keinginan untuk

mengembangkan usaha Program Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (SPKP).

3. Tujuan untuk meningkatkan citra diri

Perlu diketahui bahwa harga diri bertalian dengan suatu tujuan sosial.

Seorang warga masyarakat melakukan suatu usaha karena untuk meningkatkan

harga diri atau menaikkan status sosial. Dengan kata lain bahwa adanya usaha

yang tekun dan dalam mengembangkan Program Simpan Pinjam Kelompok

Perempuan (SPKP)juga didasari oleh adanya upaya untuk meningkatkan status

sosial. Anoraga dan Suyati (1987:89) mengatakan bahwa: “dalam rangka

mencapai suatu diperluka dua hal penting bagi seorang pekerja yakni komitmen

terhadap tugas yang tinggi dan memiliki ketelitian dalam kerja untuk menghindari

resiko yang tinggi.”

Komitmen dapat diartikan sebagai kesungguhan dalam melaksanakan

pekerjaan sesuai dengan tujuan dan prosedur kerja yang telah ditentukan serta

budaya kerja yang dianut. Ketiadaan komitmen dalam melakukan aktifitas

mengakibatkan pelaksanaan pekerjaan tersebut sering diterjemahkan secara keliru

tanpa mengacu pada aturan yang sudah disusun.

Apabila seorang warga masyarakat mempunyai motivasi kerja yang tinggi

maka salah satu prilaku yang dimiliki warga masyarakat tersebut, adalah telah

menetapkan tujuan yang hendak dicapai, biasanya warga masyarakat tersebut

21

akan mengerahkan segala tenaga, waktu dan kemampuan untuk mencapai tujuan

yang telah ditetapkan itu. Warga masyarakat yang demikian tidak akan senang

melihat sesuatu tugas yang tidak terselesaikan dengan baik,apalagi terbengkalai.

Karena kesungguhan yang demikian, tidak jarang warga masyarakat yang

mempunyai harga yang tinggi tidak disenangi oleh rekan-rekan sekerjanya.

Bahkan tidak mustahil itu di tuduh sebagai warga masyarakat yang suka

menyendiri,sombong, tidak mau bergaul,dan berbagai tuduhan negatif lainnya.

Salah satu bentuk komitmen seorang warga masyarakat yang mempunyai

motifasi kerja yang baik ia ingin selalu memperoleh umpan balik dengan segera

dari hasil kerja atau usaha yang telah dilakukan.Warga masyarakat dengan motif

kerja yang tinggi ingin mengetahui dengan segera hasil penilaian terhadap

aktivitas usahanya,dan dengan demikian memperoleh informasi yang tepat tentang

sampai sejauh mana berhasil mendekati pencapaian tujuannya. Hal ini juga

ditegaskan oleh Hadiyanto,mengemukakan ciri-ciri orang ingin meningkatkan

citra diri orang lain: “menunjukkan rasa ingin tahu yang luar biasa, menciptakan

berbagai ragam dan jumlah gagasan guna memecahkan persoalan,sering

mengajukan tanggapan yang unik dan pintar, tidak terhambat mengemukakan

pendapat, berani menantang resiko,suka mencoba,peka terhadap keindahan dan

segi-segi estetika dari lingkungannya.”(http://www.alazhar-

kemang.net/indo/yayasan/yayasan3.htm)

Seorang warga masyarakat yang memiliki tujuan tertentu dalam mengelola

Program simpan pinjam kelompok perempuan (SPKP) senantiasa menghindari

resiko yang tinggi dalam melaksanakan pekerjaannya

22

2.3.2 Faktor Eksternal ( eksternal or group factors )

Faktor ekternal adalah faktor-faktor yang berasal dari luar individu (luar

diri seseorang ) Adapun faktor-faktor ekternal yang ikut menentukan sikap itu

antara lain 1:Sifat obyek yang dijadikan sasaran sikap; 2)Media komunikasi yang

digunakan untuk menyampaian sikap

Gerungan (dalam rahayuningsih 2008:128) faktor-faktor ekternal turut

mempengaruhi terbentuknya sikap,adalah :”dalam pembentukan dan perubahan

attitude selain dari faktor-faktor internal maka yang turut menentukannya juga

ialah antara lain sifat, isi pandangan baru yang ingin diberikan,siapa yang

mengemukakannya dan siapa yang menyongkong pandangan baru tersebut,

dengan cara pandangan bagaimanakan pandangan itu diterangkan dan dalam

situasi manakah attitude baru itu diperbincangkan (situasi interaksi

kelompokkan,situasi orang sendiriankah dan lain-lain”.

Menurut Kartono(2002:297) bahwa sikap merupakan organisasi dari

unsur-unsur kogniti,emosional,dan momen-momen kemauan yang khusus

dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman masa lampau sehingganya sifatnya

sangat dinamis dan memberikan pengarahan pada tingkah laku. Ada dua faktor

utama yang memyebabkan terjadinya perubahan sikap yaitu faktor personal

(internal or group factors) dan faktor situasional (eksternal of group

factor).Faktor internal erat kaitannya dengan proses psikologis seseorang yang

diarahkan pada suatu obyek dan menyangkut kepribadiaan seseorang yang terkait

dengan kebutuhan,motivasi ,harga diri.Faktor eksternal erat kaitanya dengan

23

pandangan atau pengalaman yang diberikan /diterima oleh seseorang dalam suatu

situasi tertentu atau datangnya dari lingkungan.

Informasi merupakan pengalaman yang dapat mengubah sikap seseorang

terhadap suatu obyek. Informasi baru yang dapat membentuk sikap seseorang

adalah Informasi yang berhubungan dengan sikap yang dimilikinya. Dengan

demikian dapat dikatakan bahwa sikap lebih dipandang sebagai hasil belajar dan

hasil perkembangan atau sesuatu yang diturunkan. sikap merupakan

kecenderungan seseorang untuk bertindak dalam menghadapi sesuatu dapat

diperoleh dan diubah melalui interaksi dengan manusia lain baik dirumah, di

sekolah maupun di masyarakat.

Berdasarkan berbagai teori yang telah diuraikan dapat disimpulkan bahwa

sikap masyarakat merupakan kecenderungan merespon secara konsisten baik

menyukai atau tidak menyukai terhadap Program Simpan Pinjam Kelompok

Perempuan (SPKP), yang tercermin pada prilaku terstruktur yang merupakan

gabungan antara afeksi, kognisi dan kecendrungan bertindak dan penilaian

terhadap obyek.

2.4 Kerangka Berfikir

Keberhasilan Program Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (SPKP)

sangat ditentukan oleh sikap positif yang dimiliki oleh masyarakat dalam

merespon program tersebut. Sikap positif masyarakat tersebut dapat diwujudkan

melalui peran serta meliputi kepemilikan pengetahuan, rasa tanggungjawab dan

ketrampilan dalam mengelola usaha. Ketrampilan masyarakat penggunaan

pengetahuan dan teknik-teknik tertentu dalam mengelola usaha, menghasilkan

24

sesuatu yang bermanfaat bagi diri sendiri maupun untuk orang lain. Kemudian

tanggungjawab dan komitmen mengandung makna bahwa Program Simpan

Pinjam Kelompok Perempuan (SPKP) merupakan bentuk pengakuan dan

kemauan warga masyarakat untuk mengoptimalkan pengelolaan usaha dan

mengembalikan dana yang telah dipinjamkan tersebut sesuai batas waktu yang

telah ditentukan.

Pada sisi lain, ketidak berhasilan pengelolaan Program Simpan Pinjam

Kelompok Perempuan (SPKP) dapat juga disebabkan oleh adanya sikap negatif

dari masyarakat terhadap Program tersebut. Sikap negatif masyarakat terhadap

program Simpan Pinjam Kelompok Perempuan seperti menunda pekerjaan,

menggunakan dana bantuan yang tidak sesuai rencana dan memiliki prilaku gaya

hidup konsumtif dari gaya hidup produktif. Ketiga perilaku ini merupakan faktor

penghambat dalam mengembangkan Program Simpan Pinjam Kelompok

Perempuan (SPKP).

Berdasarkan uraian diatas maka dapat dipahami sikap masyarakat terhadap

pengembangan Program Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (SPKP)

merupakan sesuatu yang sangat mendasar dan sekaligus sebagai titik awal dalam

menentukan keberhasilan dalam mengelola kegiatan usaha, sehingga dapat

mengembalikan dana yang telah dipinjamkan tersebut kepada pengurus, guna

disalurkan kepada orang lain yang membutuhkannya. Hubungan fungsional antara

sikap masyarakat dengan pengembangan Program Simpan Pinjam Kelompok

Perempuan ( SPKP ) yaitu jika sikap masyarakat semakin tinggi kualitasnya,

maka pengembangan Program Simpan Pinjam Kelompok Perempuan ( SPKP )

25

juga akan berhasil, sebaliknya jika sikap masyarakat rendah kualitasnya maka

pengembangan Program Simpan Pinjam Kelompok Perempuan ( SPKP ) juga

akan rendah.