bab ii kajian pustaka 2.1 kajian teori 2.1.1 pengertian...

20
5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Metode Secara etimologis, metode berasal dari kata ‘met’ dan ‘hodes’ yang berarti melalui. Sedangkan istilah metode adalah jalan atau cara yang harus ditempuh untuk mencapai suatu tujuan. Sehingga terdapat dua hal penting yang terdapat dalam sebuah metode yaitu cara melakukan sesuatu dan rencana dalam pelaksanaan. Menurut Syaiful Sagala, (2010:201) hal yang penting dalam metode ialah, bahwa setiap metode pembelajaran yang digunakan bertalian dengan tujuan belajar yang ingin dicapai” dari pengertian tersebut untuk mendorong keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar, guru seharusnya mengerti akan fungsi, dan langkah-langkah pelaksanaan metode mengajar. Menurut I.L Pasaribu dan B.Simanjuntak, (1982:26) metode ialah sistematik yang digunakan untuk mencapai tujuan”. Cara yang sistematik ini merupakan bentuk konkrit dari pada penerapan petunjuk-petunjuk umum pengajaran pada proses pembelajaran. Menurut Nana Sudjana, (2005:76) metode pembelajaran ialah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran”. Sedangkan M. Sobri Sutikno dalam Nana Sudjana menyatakan, “Metode pembelajaran adalah cara-cara menyajikan materi pelajaran yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses pembelajaran pada diri siswa dalam upaya untuk mencapai tujuan”. Menyimpulkan dari berbagai pendapat para ahli bahwa metode adalah cara pendidik menyajikan langkah-langkah dalam menyampaikan materi pelajaran yang dilakukan agar terjadi proses dalam pembelajaran pada siswa mencapai tujuan. 2.1.2 Pengertian Metode Inquiri Kata inquiri sering juga dinamakan heuriskin yang berasal dari bahasa yunani yang memiliki arti saya menemukan. Metode inquiri berkaitan denganaktifitas

Upload: hahuong

Post on 15-Mar-2019

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Metoderepository.uksw.edu/bitstream/123456789/798/3/T1_292008031_BAB II.pdfMenurut I.L Pasaribu dan B.Simanjuntak, (1982:26)

5

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Pengertian Metode

Secara etimologis, metode berasal dari kata ‘met’ dan ‘hodes’ yang berarti

melalui. Sedangkan istilah metode adalah jalan atau cara yang harus ditempuh

untuk mencapai suatu tujuan. Sehingga terdapat dua hal penting yang terdapat

dalam sebuah metode yaitu cara melakukan sesuatu dan rencana dalam

pelaksanaan.

Menurut Syaiful Sagala, (2010:201) hal yang penting dalam metode ialah,

bahwa setiap metode pembelajaran yang digunakan bertalian dengan tujuan

belajar yang ingin dicapai” dari pengertian tersebut untuk mendorong

keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar, guru seharusnya mengerti akan

fungsi, dan langkah-langkah pelaksanaan metode mengajar.

Menurut I.L Pasaribu dan B.Simanjuntak, (1982:26) metode ialah sistematik

yang digunakan untuk mencapai tujuan”. Cara yang sistematik ini merupakan

bentuk konkrit dari pada penerapan petunjuk-petunjuk umum pengajaran pada

proses pembelajaran.

Menurut Nana Sudjana, (2005:76) metode pembelajaran ialah cara yang

dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat

berlangsungnya pengajaran”. Sedangkan M. Sobri Sutikno dalam Nana Sudjana

menyatakan, “Metode pembelajaran adalah cara-cara menyajikan materi pelajaran

yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses pembelajaran pada diri siswa

dalam upaya untuk mencapai tujuan”.

Menyimpulkan dari berbagai pendapat para ahli bahwa metode adalah cara

pendidik menyajikan langkah-langkah dalam menyampaikan materi pelajaran

yang dilakukan agar terjadi proses dalam pembelajaran pada siswa mencapai

tujuan.

2.1.2 Pengertian Metode Inquiri

Kata inquiri sering juga dinamakan heuriskin yang berasal dari bahasa yunani

yang memiliki arti saya menemukan. Metode inquiri berkaitan denganaktifitas

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Metoderepository.uksw.edu/bitstream/123456789/798/3/T1_292008031_BAB II.pdfMenurut I.L Pasaribu dan B.Simanjuntak, (1982:26)

6

pencarian pengamatan atau pemahaman untuk memuaskan rasa ingin tahu

sehingga siswa akan memjadi pemikir kreatif yang mampu memecahkan masalah.

Metode inquiri adalah metode yang melibatkan peserta didik dalam proses

pembelajaran. Dengan metode ini guru membimbing preserta didik untuk

menemukan pengertian baru, mengamati pada perubahan pada praktik uji coba,

dan memperoleh pengetahuan berdasarkan pengalaman belajar mereka sendiri.

Dalam metode inquiri, peserta didik belajar secara aktif dan kreatif untuk mencari

pengetahuan. Metode ini bertujuan untuk melatih kemampuan siswa dalam

meneliti, menenjelaskan fenomena, dan memecahkan masalah secara ilmiah.

Dalam proses inquiri guru dalam hal ini hanya guru bertindak sebagai fasilitator,

narasumber dan penyuluh kelompok. Para siswa didorong untuk memcari

pengetahuan sendiri, dan bukan dijejali dengan pengetahuan.

Menurut Sanjaya, (2006:196) bahwa metode inquiri adalah suatu metode

pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis

untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu permasalahan yang

dipertanyakan.

Menurut Francesco Redi dalam Noehi Nasution, (2008:5.9) berpendapat

inguiri adalah suatu pendekatan yang menggunakan cara bagaimana atau jalan apa

yang harus ditempuh oleh murid dengan bimbingan guru untuk sampai pada

penemuan-penemuan, dan bukan penemuan itu sendiri.

Menurut Widi Rahardja, (2002:75) metode inquiri adalah suatu cara

penyajian bahan ajar dengan menghadapkan siswa pada suatu masalah, untuk

menemukan penyebabnya dengan melalui pelacakan data/informasi dengan

pemikiran yang logis,kritis, sistematis dalam rangka mencari tujuan pengajaran.

Menurut B. Joyce and M. Weil, (1996) metode inquiri adalah sebuah model

yang intinya melibatkan siswa ke dalam masalah asli dan menghadapkan mereka

dengan sebuah penyelidikan, membantu mereka mengidentifikasi konseptual atau

metode pemecahan masalah yang terdapat dalam penyelidikan, dan mengarahkan

siswa untuk mencari jalan keluar dari masalah tesebut.

Menurut John Dewey’s dalam Endang Mulyatiningsih, (2011) metode inquiri

adalah metode yang melibatkan peserta didik dalam proses pengumpulan data dan

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Metoderepository.uksw.edu/bitstream/123456789/798/3/T1_292008031_BAB II.pdfMenurut I.L Pasaribu dan B.Simanjuntak, (1982:26)

7

pengujian hipotesis. Guru membimbing peserta didik untuk menemukan

pengertian baru, mengamati praktik uji coba, dan memperoleh pengetahuan

berdasarkan pengalaman belajar mereka sendiri.

Menurut Wina Sanjaya, (2008) metode inquiri adalah rangkaian kegiatan

pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis

untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang di

pertanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab

antara guru dan siswa.

Menurut Mulyasa dalam Andi Ahmad, (2006:109) menemukakan ada tiga

macam metode inquiri sebagai berikut :

1. Inquiri terpimpin (guide inquiry), peerta didik memperoleh pedoman sesuai

dengan yang dibutuhkan. Pedoman-pedoman tersebut biasanya merupakan

pertanyaan-pertanyaan yang membimbing, guru memberikan bimbingan dan

pengarahan yang cukup luas. Dalam pelaksanaannya sebagian besar

perencanaan dibuat guru dan siswa tidak merumuskan permasalahan.

2. Inquiri bebas (free inquiry) pada metode ini siswa melakukan penelitian sendiri

bagaikan seorang ilmuwan. Peserta didik harus dapat mengidentifikasi dan

merumuskan berbagai topik permasalahan yang hendak diselidiki. Metodenya

adalah inquiri role approach yang melibatkan siswa dalam kelompok tertentu,

seiap anggota kelompok tugas memiliki tugas sebagai, misalnya koordinator

kelompok, pembimbing teknis, pencatatan data, dan pengevaluasian proses.

3. Inquiri bebas yang dimodifikasi (modified free inquiri) pada metode ini guru

memberikan permasalahan tesebut melalui pengamatan, eksplorasi, dan

prosedur penelitian.

Pengertian metode inquiri yang telah disampaikan oleh beberapa ahli, dapat

dilihat bahwa pengertian metode inquiri yang di sampaikan semuanya merujuk

pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan

sendiri jawaban dari suatu permasalahan yang dipertanyakan atau suatu proses

kejadian yang dilakukan antara guru dan siswa melalui tanya jawab.

Kesimpulan tersebut maka penulis mencoba membuat pengertian bahwa

metode inquiri adalah proses berpikir secara kritis dan analitis anak untuk mencari

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Metoderepository.uksw.edu/bitstream/123456789/798/3/T1_292008031_BAB II.pdfMenurut I.L Pasaribu dan B.Simanjuntak, (1982:26)

8

dan menemukan jawaban sendiri dari apa yang di pertanyakan oleh guru atau

melalui tanya jawab antara guru dan siswa.

2.1.3 Tujuan Pembelajaran Inquiri

Tujuan utama pembelajaran melalui metode inquiri adalah menolong siswa

untuk dapat mengembangkan disiplin intlektual dan keterampilan berpikir siswa

dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan dan mendapatkan jawaban atas dasar

rasa ingin tahu mereka.

Menurut Wina Sanjaya, (2007) mengemukakan bahwa ada beberapa tujuan

yang menjadi ciri utama dari metode inquiri, yaitu :

1. Metode inquiri menekankan kepada aktivitas peserta didik secara maksimal

untuk mencari dan menemukan sendiri dalam melakukan suatu kegiatan

pembelajaran, artinya metode inquiri menempatkan siswa sebagai subjek

belajar. Dalam proses pembelajaran, peserta didik tidak hanya berperan untuk

menemukan sendiri inti dari materi pembelajaran itu sendiri.

2. Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan

menemukan jawaban sendiri dari suatu yang dipertanyakan, sehingga dapat

menumbuhkan sikap percaya diri (self belief). Guru bukan sebagai sumber

belajar, tetapi sebagai fasilitator dan motifator belajar peserta didik. Guru

dituntut untuk memiliki kemampuan menggunakan teknik bertanya, karena

dalam proses pembelajaran dilakukan melalui proses tanya jawab antara guru

dan siswa.

3. Tujuan untuk menggunakan metode inquiri adalah mengembangkan

kemampuan siswa untuk berpikir secara sistematis, logis dan kritis atau

mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental diri

siswa. Dengan demikian, dalam pembelajaran inquiri siswa tidak dituntut agar

menguasai materi pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat

menggunakan potensi yang dimilikinya.

Menurut Widi Rahardja, (2002) tujuan metode inquiri adalah

mengembangkan sikap percaya diri, responsif, cermat, nalar (kritis, analitis, logis)

dan mendorong rasa ingin tahu lebih jauh terhadap sesuatu hal.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Metoderepository.uksw.edu/bitstream/123456789/798/3/T1_292008031_BAB II.pdfMenurut I.L Pasaribu dan B.Simanjuntak, (1982:26)

9

2.1.4 Langkah-Langkah Metode Inquiri

Langkah-langakah metode inquiri Menurut Noehi Nasution,dkk (2008:5.10).

1. Siswa dikelompokkan dalam tiap kelompok terdiri dari lima

2. Guru mengajukan permasalahan dalam bentuk pertanyaan atau hipotesis.

3. Menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis, murid

diberi kesempatan untuk mengumpulkan berbgai keterangan yang sesuai

dengan masalah yang akan dikaji.

4. Keterangan-keterangan yang terkumpul dari hasil percobaan, diolah,

diklasifikasi, ditabulasi, bila perlu dihitung dan ditafsirkan.

5. Dari hasil pengolahan data nantinya akan diperoleh jawaban terhadap

masalah tersebut.

2.1.5 Syarat-Syarat Metode Inquiri

Syarat-syarat metode inquiri Menurut Hamalik (2004:65) sebagai berikut:

1. Merumuskan topik inquiry dengan jelas dan bermanfaat bagi siswa .

2. Membentuk kelompok yang seimbang, baik akademik maupun sosial.

3. Menjelaskan tugas dan menyediakan balikan kepada kelompok-kelompok

dengan cara yang responsif dan tepat waktunya.

4. Sekali-kali perlu intervrensi oleh guru agar terjadi interaksi antar pribadi yang

sehat demi kemajuan tugas.

5. Melaksanakan penelitian terhadap kelompok, baik terhadap kemajuan

kelompok maupun terhadap hasil-hasil yang dicapai.

2.1.6 Tahap Penerapan Metode Inquiri

Menurut Sudjana, (2004:155) menerapkan beberapa tahap penerapan metode

inquiri yaitu:

1. Perumusan masalah untuk dipecahkan siswa.

2. Menetapkan jawaban sementara atau lebih dikenal dengan istilah hipotesis.

3. Siswa mencari informasi, data, fakta yang diperlukan untuk menjawab

permasalahan atau hipotesis.

4. Menarik kesimpulan jawaban atau generalisasi dalam situasi baru.

Kelebihan metode inquiri menurut Sudjana, (2004:155) yaitu:

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Metoderepository.uksw.edu/bitstream/123456789/798/3/T1_292008031_BAB II.pdfMenurut I.L Pasaribu dan B.Simanjuntak, (1982:26)

10

1. Siswa aktif dalam kegiatan belajar, sebab ia berfikir dan menggunakan untuk

hasil akhir.

2. Perkembangan cara berpikir ilmiah, seperti menggali pertanyaan, mencari

jawaban, dan menyimpulkan/memproses keterangan dengan metode inquiri

dapat di kembangkan seluas-luasnya.

3. Dapat melatih anak untuk belajar sendiri dengan positif sehingga dapat

mengembangkan pendidikan demokrasi.

Kelemahan metode inquiri menurut Sudjana, (2004:155) yaitu:

1. Belajar mengajar dengan metode inquiri memerlukan kecerdasan anak yang

tinggi. Bila anak tersebut kurang cerdas maka hasilnya kurang efektif.

2. Metode inquiri kurang cocok pada anak yang usianya terlalu muda. Karena

dalam pembelajara menggunakan metode inquiri ini tidak diterapkan pada

kelas rendah yaitu kelas 1, 2, dan 3 SD/MI pembelajarannya tidak akan

tercapai. Karena dalam pembelajaran menggunakan metode inquiri ini

memerlukan kecerdasan anak yang tinggi. Sehingga diterapkan pada kelas IV

SD sampai dengan perguruan tinggi.

2.1.7 Pengertian Pembelajaran Konvensional

Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran klasikal yang dilakukan oleh

para guru. Pembelajaran konvensional pada umumnya memiliki kekhasan

tertentu, misalnya lebih mengutamakan hapalan daripada pengertian, menekankan

kepada keterampilan berhitung, mengutamakan hasil dari pada proses, dan

pengajaran berpusat pada guru.

Menurut Subiyanto, (1988) menjelaskan bahwa, kelas dengan pembelajaran

secara biasa mempunyai ciri-ciri sebagai berikut yaitu pembelajaran secara

klasikal, para siswa tidak mengetahui apa tujuan mereka belajar pada hari itu.

Menurut Freire dalam Tri Astuti, (2010) memberkan istilah metode

konvensional adalah suatu penyelenggaraan pendidikan bergaya ”bank” (banking

concept of education). Pembelajaran pendidikan hannya dipandang sebagai suatu

aktifitas pemberian informasi yang harus ”ditelan” oleh siswa, yang harus diingat

dan dihafal.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Metoderepository.uksw.edu/bitstream/123456789/798/3/T1_292008031_BAB II.pdfMenurut I.L Pasaribu dan B.Simanjuntak, (1982:26)

11

Menurut Djamarah, (1996) metode pembelajaran konvensional adalah metode

pembelajarn tradisional atau disebut juga dengan metode ceramah, karena sejak

dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru

dengan anak didik dalam proses belajar mengajar.

Penulis menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan pembelajaran secara

konvenisonal adalah suatu kegiatan belajar mengajar yang selama ini kebanyakan

dilakukan oleh guru dimana guru mengajar secara klasikal yang di dalamnya

aktivitas guru mendominasi kelas dengan metode ekspositorial.

2.2 Pembelajaran IPA

Pembelajaran adalah seperangkat peristiwa yang mempengaruhi si belajar

sedemikian rupa sehingga si belajar memperoleh kemudahan dalam berinteraksi

berikutya dengan lingkungannya.

Menurut Tisno Hadisubroto dalam Usman Samatowa, (2010:5) buku

pembelajaran IPA Sekolah Dasar, Piaget mengatakan bahwa pengalaman

langsung yang memegang peranan penting sebagai pendorong lajunya

perkembangan kognitif anak. Efesiensi pengalaman langsung pada anak

tergantung pada anak, tergantung pada konsistensi antara hubungan metode dan

objek yang dengan tingkat perkembangan kognitif anak. Anak akan siap untuk

mengembangakan konsep tertentu hanya bila ia telah memiliki struktur kognitif

(skemata) yang menjadi persyaratannya yakni perkembangan kognitif yang

bersifat hirarkhis dan itregratif.

Menurut Gagne dan Briggs dalam Sugandi, (2006:9) pemlajaran IPA perlu di

berikan kepada semua pesertadidik dengan kemampuan berpikir logis, analitis,

sistematis, kritis dan kreatif serta kemampuan kerja sama. Kompetensi tersebut

diperlukan agar peserata didik dapat memiliki kemampuan memperoleh,

mengelola dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang

selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif.

2.2.1 Pembelajaran IPA SD Dengan Metode Inquiri

Menurut Piaget dalam Iskandar Srini M, (1996) memberi definisi metode

inquiri sebagai pendidikan yang mempersiapkan situasi bagi anak untuk

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Metoderepository.uksw.edu/bitstream/123456789/798/3/T1_292008031_BAB II.pdfMenurut I.L Pasaribu dan B.Simanjuntak, (1982:26)

12

melakukan eksperimen sendiri. Mengajukan pertannyaan-pertannyaan dan

mencari sendiri jawaban atas pertannyaan yang mereka ajukan.

Menurut Kuslan dan stone dalam Iskandar Srini M, (1996) mendefinisikan

metode inquiri sebagai pengajaran dimana guru dan murid-murid mempelajari

peristiwa-peristiwa ilmiah dengan metode dan jiwa para ilmuwan. Secara

oprasional mereka menyatakan bahwa metode inquiri mempunyai karakteristik:

(a). Menggunakan keterampilan-keterampilan proses IPA. (b). Tidak ada

keharusan untuk menyelesaikan unit tertentu dalam waktu tertentu. (c). Jawaban-

jawaban yang dicari tidak diketahui lebih dulu, dan tidak ada dalam buku

pelajaran. (buku petunjuk yang dipilih berisi pertannyaan dan saran untuk

menentukan jawaban). (d). Murid-murid bersemangat sekali unntuk menemukan

jawaban atas pertannyaan-pertannyaan mereka sendiri. (e). Proses pembekajaran

berpusat pada pertannyaan-pertannyaan ”mengapa” dan ” bagaimana kita

mengetahui” , serta ” betulkah kesimpulan kita ini”. (f). Suatu masalah ditemukan

lalu dipersempit hingga terlihat kemungkinan masalah itu dapat dipecahkan oleh

murid. (g). Hipotesa dirumuskan oleh murid-murid. (h). Murid-murid

mengusulkan cara-cara pengumpulan data, melaukan eksperimen, mengadakan

pengamatan, membaca dan menggunakan sumber-sumber lain. (i). Semua usul ini

dinilai bersama, bila ditentukan pula asumsi, keterlibatan dan kesukaran. (j).

Murid-murid melakukan peneitian, secara individu atau kelompok, untuk

mengumpulkan data yang perlukan untuk menguji hipotesa. (k). Murid-murid

mengolah data dan mereka sampai kepada kesimpulan sementara.

Definisi pembelajaran IPA dengan metode inquiri maka proses inquiri adalah

menemukan masalah, menyusun hipotesis, merencanakan eksperimen,

melaksanakan eksperimen untuk menguji hipotesis, menguji hipotesis,

mensintesis pengetahuan mengembangkan beberapa sikap obyektif, ingin tahu,

terbuka dan bertanggung jawab. Jadi metode inquiri lebih menekankan pada

pencarian pengetahuan daripada pengetahuan perolehan.

2.2.2 Prinsip Belajar IPA

Menurut Richharson dalam Iskandar Srini M, (1996) prinsip dalam

penggunaan proses pembelajaran IPA sebagai berikut:

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Metoderepository.uksw.edu/bitstream/123456789/798/3/T1_292008031_BAB II.pdfMenurut I.L Pasaribu dan B.Simanjuntak, (1982:26)

13

1. Prinsip keterlibatan siswa secara aktif

Dalam pengajaran IPA serng dilupakan bahwa keterlibatan siswa secara aktif

merupakan bagian yang esensial dari suatu proses belajar mengajar.

Kemungkinan guru mengacu pada silabus dan kurikulum dan ingin

secepatnya menghabiskan bahan pelajaran yang telah ditetapkan. Memberi

pengetahuan kepada anak didik tentang segala sesuatu ditempuh dalam

bentuk tes. Keterlibatan siswa secara aktif menurut Richarson adalah

”learning by doing”. Siswa harus ikut berbuat sesuatu untuk memperoleh

ilmu yang mereka cari.

2. Prinsip belajar berkesinambungan

Prinsip belajar berkesinambungan adalah proses belajar yang selalu dimulai

dari apa yang telah dimiliki siswa. Dalam hal ini pengetahuan yang telah

dimiliki siswa itu seolah-olah merupakan jembatan yang sangat penting bagi

siswa untuk dapat meraih pengetahuannya yang baru.

3. Prinsip motivasi

Motivasi artinya sebagai suatu dorongan yang menyebabkan seorang mau

berbuat sesuatu. Dalam proses belajar IPA dimaksudkan sebagai dorongan

mau belajar IPA. Dorongan itu dapat berupa dorongan instrinsik dan

dorongan ekstrinsik.

4. Prinsip multisaluran

Kenyataan selalu menunjukkan bahwa daya penerimaan masing-masing siswa

tidak sama. Maksudnya ada siswa yang mudah belajar melalui membaca, ada

siswa yang mudah mengerti bila diberi ceramah, adapula yang bisa mengerti

bila ia aktif mengikuti percobaan. Oleh karena itu penggunaan multi saluran

dalam proses belajar IPA sangat diperlukan agar semua siswa yang berbeda

kemampuan daya tangkapnya dapat menerima pelajaran.

5. Prinsip penemuan

Siswa diberi kesempatan untuk mengembangkan daya pikirnya dalam

memahami suatu konsep atau simbol-simbol melalui pengalamannya. Ini

dimaksudkan agar siswa dapat mengembangkan kemampuan intelektualnya,

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Metoderepository.uksw.edu/bitstream/123456789/798/3/T1_292008031_BAB II.pdfMenurut I.L Pasaribu dan B.Simanjuntak, (1982:26)

14

menghayati bagaimana ilmu itu diperoleh dan memperoleh daya ingat yang

lebih lama retensinya.

6. Prinsip Totalitas

Prinsip totalitas bertolak dari suatu paham bahwa siswa belajar dari segenap

kemampuannya yang ia miliki sebagai mahkluk hidup yaitu panca inderanya,

perasaan serta pikirannya. Dalam proses belajar, siswa tidak hanya

memperhatikan materi pelajaran tetapi meliputi bagaimana guru mengajar,

situasi kelas, lingkungan sekitar, teman-temannya dan semua hal yang

mempengaruhi jiwa raganya. Itu semua ikut menentukan keberhasilan belajar

siswa bukan hanya berupa pengetahuan intelektual tetapi juga meliputi sikap

dan kepribadian siswa.

7. Prinsip perbedaan individu

Prinsip ini berpijak bahwa setiap siswa memiliki perbedaan antara yang satu

dengan yang lain. Perbedaan individu ini ditunjukkan kepada adanya

perbedaan kemampuan dan perbedaan minat termasuk motivasi belajar.

Prinsip ini dimaksudkan agar siswa mendapatkan kesempatan belajar sesuai

dengan kapasitas dan minatnya.

2.2.3 Hakikat IPA

Ilmu pengtahuan alam merupakan terjemahan dari kata-kata bahasa inggris

yaitu natural science, artinya ilmu pengehuan alam berhubungan dengan alam

atau bersangkut paut dengan alam, science artinya ilmu pengetahuan. Jadi ilmu

pengetahuan alam (IPA) atau science itu pengertiannya dapat disebut sebagai ilmu

tentang alam. Ilmu yang mempelajari peristiwa-pristiwa yang terjadi di alam ini.

Menurut Nash dan Hendro Darmojo dalam Usman Samatowa, (2010:3)

menyatakan bahwa IPA adalah suatu cara atau metode untuk mengamati alam.

Nash juga menjelaskan bahwa cara IPA mengamati dunia ini bersifat analisis,

lengkap, cermat, serta menghubungkannya antara suatu fenomena dengan

fenomena lain, sehingga keseluruhannya membentuk suatu persepektif yang baru

tentang objek yang diamatinya.

Menurut Winaputera dalam Usman Samatowa, (2010:3) IPA membahas

tentang gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis yang didasarkan pada

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Metoderepository.uksw.edu/bitstream/123456789/798/3/T1_292008031_BAB II.pdfMenurut I.L Pasaribu dan B.Simanjuntak, (1982:26)

15

hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia. bahwa IPA

merupakan ilmu yang tersusun secara teratur, berlaku umum yang berupa

kumpulan dari hasil observasi dan eksperimen/sistematis artinya pengetahuan itu

tersusun dalam suatu system, tidak berdiri sediri, satu dengan lainnya saling

berkaitan, saling menjelskan sehingga seluruhnya merupakan satu kesatuan yang

utuh, sedangkan berlaku umum artinya pengetahuan itu tidak hanya berlaku atau

oleh seseorang atau beberapa orang dengan cara eksperimentasi yang sama akan

memperoleh hasil yang sama atau konsisten.

2.2.4 Tujuan Pembelajaran IPA

Menurut Usman Samatowa, (2010:7) berbagai alasan yang menyebabkan

mata pelajaran IPA dimasukkan di dalam suatu kurikulum sekolah yaitu: (1)

Bahwa IPA berfaidah bagi suatu bangsa. Kesejahtraan materil suatu bangsa

banyak sekali tergantung pada kemampuan bangsa itu dalam bidang IPA, sesbab

IPA merupakan dasar teknologi, dan disebut-sebut sebagai tulang punggung

pembangunan. Pengetahuan dasar untuk teknologi ialah IPA. Orang tidak menjadi

insinyur elektronika yang baik, atau dokter yang baik, tanpa dasar yang cukup

luas mengenai ilmu pengetahuan alam. (2) Bila di ajarkan IPA menurut cara yang

tepat, maka IPA merupakan suatu mata pelajaran yang melatih/mengembangkan

berpikir kritis; misalnya IPA diajarkan dengan metode ”menemukan sendiri”. (3)

Bila IPA diajarkan melalui percobaan-percoaan yang di lakukan sendiri oleh anak,

maka IPA tidaklah merupakan mata pelajaran yang bersifat hafalan belaka. (4)

Mata pelajara IPA mempunyai nilai-nilai pendidikan yaitu dapat membentuk

kepribadian anak secara keseluruhan.

2.2.5 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPA

Standar kompetensi dan kompetensi dasar menjadi arah dan landasan untuk

mengembangkan materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian

kompetensi untuk penilaian. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan standar

kompetensi dan lompetensi dasar kelas IV, semester 2. Standar Kompetensi dan

Kompetensi Dasar mata pelajaran IPA di sekolah dasar adalah sebagai berikut

(KTSP,2006).

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Metoderepository.uksw.edu/bitstream/123456789/798/3/T1_292008031_BAB II.pdfMenurut I.L Pasaribu dan B.Simanjuntak, (1982:26)

16

Tabel 2.1Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPA Kelas IV Sekolah Dasar

Semester II Tahun Ajaran 2011/2012

Standar kompetensi Kompetensi dasar

10. Memahami perubahan lingkungan fisik dan pengaruh terhadap daratan

10.1 Mendiskripsikan berbagai penyebab perubahan lingkungan fisik (angin, hujan, cahaya matahari dan glombang air laut).10.2 Menjelaskan pengaruh perubahan lingkungan fisik terhadap daratan (erosi, abrasi, banjir, dan longsor).

2.3 Teori Belajar

2.3.1 Pengertian Belajar

Belajar adalah suatu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan

masyarakat. Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil

interaksi individu dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Menurut Slameto, (2003:2) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan

seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya.

Menurut B.Simandjutak dan I.L Pasaribu, (1982) pengertian belajar adalah

suatu proses perubahan kegiatan reaksi terhadap lingkungan, perubahan tersebut

tidak dapat disebut belajar apabila disebabkan oleh pertumbuhan atau keadaan

sementara seseorang seperti kelelahan atau disebabkan obat-obatan.

Menurut Slameto dalam Hamdani, (2011) pengertian belajar adalah suatu

proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah

laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamnnya sendiri dalam

interaksi dengan lingkungannya. perubahan itu brsifat konstan dan berbekas.

Dalam kaitan ini, proses belajar dan perubahnnya merupakan bukti dari hasil yang

diproses.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Metoderepository.uksw.edu/bitstream/123456789/798/3/T1_292008031_BAB II.pdfMenurut I.L Pasaribu dan B.Simanjuntak, (1982:26)

17

Menurut Syaiful Sagala, (2010) mendefinisikan bahwa belajar adalah suatu

proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktek atau

pengalaman tertentu. Hal-hal pokok dalam pengertian belajar adalah belajar itu

membewa perubahan tingkah laku karena pengalaman dan latihan, perubahan itu

pada pokoknya didapatkannya kecakapan baru, dan perubahan itu terjadi karena

usaha yang disengaja.

Menurut Santrock dan Yussen dalam Sugihartono,dkk (2007:74)

mendefinisikan belajar sebagai perubahan yang relatif permanen karena adanya

pengalaman. Reber mendefinisikan belajar dalam dua pengertian. Pertama,

belajar sebagai proses pemerolehan pengetahuan dan kedua, belajar sebagai

perubahan kemampuan bereaksi yang relatif langsung sebagai hasil latihan yang

diperkuat.

Menurut Slameto dalam Syaiful Bahri Djamarah, (2000:13) merumuskan

pengertian belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai

hsil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Berbagai definisi dan pengertian para ahli tersebut bahwa belajar merupakan

suatu proses memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam wujud perubahan

tingkah laku dan kemampuan bereaksi yang relatif permanen atau menetap karena

adanya interaksi individu dengan lingkungannya.

2.3.2 Ciri-ciri Perilaku Belajar

Menurut Sugihartono, dkk (2007:74-76) belajar memiliki ciri-ciri sebagai

berikut: (a). Perubahan tingkah laku terjadi secra sadar; (b). Perubahan bersifat

kontinu dan fungsional; (c). Perubahan bersifat positif dan aktif; (d). Perubahan

bersifat permanen; (e). Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah; (f).

Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku.

2.3.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar

Menurut Sugihartono, dkk (2007:76-77) faktor-faktor yang mempengaruhi

belajar digolongkan menjadi dua golongan yaitu faktor internal dan faktor

eksternal.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Metoderepository.uksw.edu/bitstream/123456789/798/3/T1_292008031_BAB II.pdfMenurut I.L Pasaribu dan B.Simanjuntak, (1982:26)

18

(a). Faktor internal adalah faktor yang ada di dalam individu yang sedang belajar.

Faktor internal meliputi faktor jasmaniah, dan faktor psikologis. Faktor jasmaniah

meliputi faktor kesehatan dan cacat tubuh, sedangkan faktor psikologis meliputi

integensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematagan, dan kelelahan. (b). Faktor

eksternal adalah faktor yang ada di luar individu. Faktor eksternal yang

mempengaruhi dalam belajar meliputi faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor

masyarakat. Faktor keluarga dapat meliputi cara orang tua mendidik, relasi antara

anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang

tua dan latarbelakang kebudayaan. Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar

meliputi metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi antar

siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan

gedung, metode belajar, dan tugas rumah. Faktor masyarakat dapat berupa

kegiatan siswa dalam masyarakat, teman bergaul, bentuk kehidupan dalam

masyarakat, dan media masa.

2.4 Pengertian Hasil Belajar

Prestasi belajar atau hasil belajar adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah

dikerjakan, diciptakan baik secara individual atau berkelompok. Prestasi tidak

akan pernah dihasilkan selama seseorang tidak melakukan kegiatan.

Penilaian diartikan dalam bahasa inggris sebagai evaluation yang artinya “to

give value something with the criterion” maksud dari kata tersebut adalah

memberikan suatu nilai, pertimbangan, etimasi, atau harga terhadap sesuatu

menggunakan kriteria tertentu. Jadi dapat dipahami terdapat dua aspek yang

terkandung dalam makna arti tersebut yakni nilai, pertimbangan etimasi, dan suatu

kriteria tertentu yang menjadikan penilaian dapat di lakukan.

Menurut Gagne dalam Sudjana, (1990:22) mengungkapkan ada lima kategori

hasil belajar, yakni informasi verbal, kecakapan intelektual, strategi kognitif,

sikap dan ketrampilan. Sementara Bloom mengungkapkan tiga tujuan pengajaran

yang merupakan kemampuan seseorang yang harus dicapai dan merupakan hasil

belajar yaitu kognitif, psikomotorik dan afektif.

Menurut Nana Sudjana, (1989:37) menyebutkan bahwa pembelajaran ditinjau

dari hasil adalah adanya korelasi antara proses pengajaran dengan hasil yang

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Metoderepository.uksw.edu/bitstream/123456789/798/3/T1_292008031_BAB II.pdfMenurut I.L Pasaribu dan B.Simanjuntak, (1982:26)

19

dicapai. Makin besar usaha untuk menciptakan kondisi proses pengajaran, makin

tinggi pula hasil atau produk dari pengajaran itu.

Menurut Nana Sudjana, (1989:39) hasil belajar yang dicapai dipengaruhi oleh

dua faktor utama yakni faktor dari dalam diri siswa itu dan faktor yang datang dari

luar diri siswa atau faktor lingkungan. Faktor yang datang dari diri siswa terutama

kemampuan yang dimilikinya. Faktor kemampuan siswa besar sekali pengaruhnya

terhadap hasil belajar yang dicapai. Seperti yang dikemukakan oleh Clark bahwa

hasil belajar siswa di sekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30%

dipengaruhi oleh lingkungan.

Menurut Caroll dalam Nana Sudjana, (1989: 40) hasil belajar yang dicapai

siswa dipengaruhi oleh lima faktor yakni (a) bakat belajar, (b) waktu yang

tersedia untuk belajar, (c) waktu yang diperlukan siswa untuk menjelaskan

pelajaran, (d) kualitas pengajaran, (e) kemampuan individu. Keempat faktor yang

disebut diatas (a), (b), (c), (e) berkenaan dengan kemampuan individu dan faktor

(d) adalah faktor diluar individu (lingkungan).

Menurut Nana Sujana, (2010:22-23) hasil belajar adalah kemampuan-

kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.

Dalam Benyamin Bloom secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah: (a).

Ranah koknitif berkenaan dengan hasil belajar intlektual yang terdiri dari enam

aspek yaitu pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan

evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah, dan kempat aspek

berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi. (b). Ranah afektif berkenaa dengan

sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi,

penilaian , organisasi, dan intrnalisasi. (c). Ranah psikomotoris berkenaan dengan

hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah

psikomotoris, yakni gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan

perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan

gerakan ekspresif dan interpretatif. Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian

hasil belajar. Diantara ketiga ranah itu, ranah kognitiflah yang paling banyak

dinilai oleh para gurudi sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa

dalam menguasai isi bahan pengajaran.

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Metoderepository.uksw.edu/bitstream/123456789/798/3/T1_292008031_BAB II.pdfMenurut I.L Pasaribu dan B.Simanjuntak, (1982:26)

20

Menurut Muhibbin Syah dalam Agung Budhi Prayetno,dkk (2011:98) hasil

belajar adalah taraf keberhasilan proses belajar mengajar. Menurut Oemar

Hamalik dalam Agung Budhi Prayetno,dkk (2011:98) indikator adanya

perubahan tingkah laku siswa, jadi hasil belajar adalah hasil maksimal dari

sesuatu, baik berupa belajar maupun bekerja.

Menurut Arifin dalam Tonga, (2011) hasil belajar merupakan indikator dari

perubahan yang terjadi pada individu setelah mengalami proses belajar mengajar,

dimana untuk mengungkapkannya menggunakan suatu alat penilaian yang

disusun oleh guru, seperti tes evaluasi. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui

sejauh mana siswa tersebut memahami dan mengerti pelajaran yang diberikan.

Hasil belajar merupakan prestasi yang dicapai oleh siswa dalam bidang studi

tertentu untuk mmemperolehnya menggunakan standar sebagai pengukuran

keberhasilan seseorang. Kriteria hasil belajar pada siswa yang lazim digunakan

adalah nilai rata-rata yang didapat melalui proses belajar.

Mappa dalam Tonga, (2011) menyatakan hasil belajar adalah hasil belajar

yang dicapai murud dalam bidang studi tertentu dengan menggunakan tes standar

sebagai alat keberhasilan seorang murud.

Selanjudnya dalam Tonga, (2011) secara umum hasil belajar dapat diartikan

sebagai hasil suatu pekerjaan yang telah dicapai dengan usaha atau diperoleh

dengan jalan keuletan bekerja yang dapat diukur dengan alat ukur yang disebut

dengan tes.

Menurut Sudjana dalam Tonga, (2011) hasil belajar adalah mencerminkan

tujuan pada tingkat tertentu yang berhasil dicapai oleh anak didik (siswa) yang

dinyatak dengan angka atau huruf. Hasil belajar yang dimaksudkan tidak lain

adalah nilai kemampuas siswa setelah evaluasi diberikan sebagai perwujudan dari

upaya yang telah dilakukan selama proses belajar mengajar berlangsung.

Berdasarkan beberapa pengertian hasil belajar yang telah disampaikan oleh

beberapa ahli, dapat dilihat bahwa pengert ian hasil belajaryang di sampaikan

semuanya merujuk pada pencapaian hasil belajar yang diukur dengan suatu alat

evaluasi yaitu tes. Indikator hasil belajar adalah peningkatan kemampuan atau

pemahaman siswa terhadap suatu atau materi pelajaran tertentu.

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Metoderepository.uksw.edu/bitstream/123456789/798/3/T1_292008031_BAB II.pdfMenurut I.L Pasaribu dan B.Simanjuntak, (1982:26)

21

Kesimpulan tersebut maka penulis mencoba membuat pengertian bahwa hasil

belajar merupakan kemampuan yang diperoleh peserta didik setelah mengikuti

pembelajaran dan pencapaian hasil belajar tersebut dapat diketahui setelah adanya

pengukuran oleh guru melalui tes evaluasi.

2.5 Kajian Hasil Penelitian Relevan

Prawesti Ika Wijaya, (2009) melakukan penelitian dengan judul ”Studi

Eksplorasi Kesulitan Belajar Siswa pada Pokok Bahasan Cahaya dan Upaya

Peningkatan Hasil Belajar Melalui Pembelajaran Inquiry Terbimbing”.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil penelitian menunjukkan siswa

mengalami kesulitan belajar fisika pada pokok bahasan cahaya yang meliputi

kesulitan memahami materi, kesulitan mengaitkan hubungan antar konsep,

kesulitan mengerti rumus, kesulitan mengartikan rumus untuk menyelesaikan

soal. Secara umum prosentase kesulitan belajar pada kelas eksperimen lebih kecil

dari pada kelas kontrol. Hal itu diikuti dengan meningkatnya hasil eksperimen

secara signifikan setelah di lakukan pembelajaran inquiri terbimbing

dibandingkan kelas kontrol dengan pembelajaran konvensional. Dapat

disimpulkan bahwa pembelajaran inkuiri terbimbing dapat mengatasi kesulitan

belajar siswa pada pokok bahasan cahaya yang berdampak pada peningkatan hasil

belajar siswa. Untuk lebih meningkatkan efektifitas pembelajaran inkuiri

terbimbing diperlukan kreatifitas guru dalam merancang percobaan dan

pembelajaran inkuiri terbimbing perlu dikembangkan lebih lanjut dengan pokok

bahasan atau materi yang berbeda.

Tutik (2011) dalam skripsinya yang berjudul “ Pengaruh Pemanfaatan

Metode Inquiri Terhadap Prestasi Belajar IPA Siswa Kelas V SD Negeri Siwal 01

Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang Semester 2 Tahun Pelajaran

2010/2011”, menyimpulkan bahwa didalam penelitiannya, ada pengaruh

pemanfaatan metode inquiri terhadap prestasi belajar IPA siswa kelas V SD

Negeri Siwal 01 yang nampak pada hasil rata-rata kelas eksperimen dari hasil

pretest sebesar 71,40, setelah dilakukan treatmen dan siswa diberi tes, rata-rata

kelas menjadi 76,20, dengan t hitung sebesar 2,451 dan t tabel sebesar 2,406

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Metoderepository.uksw.edu/bitstream/123456789/798/3/T1_292008031_BAB II.pdfMenurut I.L Pasaribu dan B.Simanjuntak, (1982:26)

22

dengan tingkat signifikansi sebesar 0,022. Karena tingkat signifikansi pada T-test

lebih kecil dari 0,05, maka H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti terdapat

perbedaan yang nyata terhadap prestasi belajar siswa dalam pembelajaran dengan

pemanfaatan metode inquiri dan pembelajaran konvensional. Jadi pemanfaatan

metode inquiri dalam pembelajaran itu berpengaruh terhadap prestasi belajar IPA

siswa kelas V pada semester 2 di SD Negeri Siwal 01 pada semester II tahun

ajaran 2010/2011. Didalam penelitiannya jumlah siswa kelas V ada 15 siswa di

kelas eksperimen, 12 siswa di kelas kontrol.

Dwi (2009) dalam skripsinnya yang berjudul “Efektivitas Penggunaan Model

Pembelajaran Inquiri Dalam Meningkatkan Hasil belajar IPS Tentang Aktivitas

Ekonomi Melalui Pengembangan Asesmen Pembelajaran Bagi Siswa Kelas IV SD

Negeri Mudal Mojotengah Wonosobo Semester II tahun 2009/2010”,

menyimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran inquiri dapat

meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas IV, hal tersebut nampak pada: jumlah

siswa yang tuntas dalam pembelajaran yang tidak menggunakan metode inquiri

sebesar 50%, yang menggunakan metode inquiri pada siklus I sebesar 86,36 %

dan pada siklus II sebesar 100 %, yakni peningkatan ketuntasan terjadi sebesar

36,36 % dan 13,64 %. Didalam penelitian ini ada 22 siswa, 13 siswa laki-laki dan

9 siswa perempuan.

Berdasarkan uraian tentang beberapa temuan penelitian yang relevan dengan

penelitian yang saya lakukan disertai hasil penelitiannya, penulis melihat bahwa

dari tiga penelitian yang menggunakan metode inquiri menunjukkan keberhasilan

dalam penerapan metode pembelajaran tersebut. Dari pembelajaran tersebut dapat

di ambil kesimpulan bahwa penerapan metode pembelajaran Inquiri dapat

mempengaruhi prestasi belajar siswa. Oleh karena itu penulis merasa termotivasi

untuk memcoba menerapkan metode pembelajaran tersebut dalam penelitian yang

akan dilakukan untuk membuktikan bahwa pengaruh penggunaan metode inquiri

dalam pembelajaran IPA yang diterapkan benar-benar dapat mempengaruhi

peningkatan hasil belajar siswa.

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Metoderepository.uksw.edu/bitstream/123456789/798/3/T1_292008031_BAB II.pdfMenurut I.L Pasaribu dan B.Simanjuntak, (1982:26)

23

2.6 Kerangka Berpikir Penelitian

Kesesuain proses belajar mengajar yang menggunakan metode inquiri dan

proses belajar mengajar yang menggunakan metode konvensional. Penelitian akan

dilakukan di kelas IV SD N 1 Kajengan dan SD N 2 Kajengan. Kelas IV SD N 1

Kajengan sebagai kelas Kontrol dan kelas IV SD N 2 Kajengan sebagai kelas

Eksperimen.

Dalam penelitian ini penulis akan membuat soal yang akan digunakan untuk

mengambil hasil belajar siswa. Soal tes uji validitas diujikan pada sekolah yang

tidak diberi perlakuan, dan hasilnya di hitung menggunakan bantuan SPSS 16.0,

kevalidtan untuk diujikan setelah perlakuan pembelajaran selesai dan soal uji

homogenitas (uji kesetaraan) adalah soal untuk menguji kesetaraan dari kedua

sekolah yang belum diberi perlakuan. Soal tes akhir akan diberikan setelah kelas

diberi perlakuan.

Pengambilan hasil belajar dilakukan dengan cara memberikan soal tes kepada

kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan soal uji kesetaraan untuk mengetahui

kenormalan antara kedua sekolah tersebut. Soal tes awal bertujuan untuk

mengetahui tingkat kesetaraan antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol.

Setelah mengetahui tingkat kesetaraan antara kelas IV SD N 1 Kajengan dan kelas

IV SD N 2 Kajengan, maka tidak di uji soal pre test karena udah dinyatakan

homogen (setara). Dalam pemebelajaran digunakan penerapan metode inquiri

pada kelas eksperimen, sedangkan kelas kontrol menggunakan metode

konvensional. Kedua kelas diberikan soal yang sama yaitu soal tes untuk

mengukur tingkat pemahaman mereka terhadap pembelajaran yang sudah diberi

perlakuan dan yang tidak di beri perlakuan. Dari hasil skor soal tes kemudian

dianalisis dengan uji normalitas, analisis deskriptif dan uji beda. Kemudian

mengambil kesimpulan dari penelitian. Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis

menggambarkan tabel kerangka pikir dibawah ini:

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Metoderepository.uksw.edu/bitstream/123456789/798/3/T1_292008031_BAB II.pdfMenurut I.L Pasaribu dan B.Simanjuntak, (1982:26)

24

Tabel 2.2Kerangka Berfikir Penelitian

2.7 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah, kajian teori dan kerangaka pemikiran, maka

penulis membuat hipotesis dalam penelitian ini adalah bahwa terapan perbedaan

pengaruh pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam yang menggunaan metode

pembelajaran inquiri dan tidak menggunakan metode pembelajaran inquiri

sangatlah berbeda. Pembelajaran yang menggunakan metode inquiri lebih baik

dibanding dengan pembelajaran tidak menggunakan metode inquiri halini bisa

dilihat dihasil belajarnya. Hipotesis penelitian ini adalah ada ” Pengaruh

Peggunaan Metode Inquiri Dalam Pembelajaran IPA Terhadap Hasil Belajar

Siswa Kelas IV SDN Kajengan Kaecamatan Todanan Kabupaten Blora Semester

II Tahun Ajaran 2011/2012”.

Kondisi awal

siswa sama

Kelas Kontrol

Kelas Eksperimen

Perlakuan Konvensional

PerlakuanMetode Inquiri

Hasil Belajar