bab ii kajian pustaka 2.1 kajian teori 2.1.1 pengertian...

17
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam BAB II ini akan dibahas teori-teori yang berhubungan dengan penelitian tindakan kelas ini. Teori yang dikemukakan antara lain teori tentang belajar, hasil belajar, sikap, teori IPA, serta teori tentang pembelajaran Quantum Tipe VAK. 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Belajar Dalam aktivitas kehidupan manusia sehari-hari hampir tidak dapat terlepas dari kegiatan belajar. Tanpa disadari, sesungguhnya sebagian aktivitas manusia dalam kehidupan sehari-hari merupakan kegiatan belajar. Dengan demikian, belajar merupakan suatu aktivitas yang dapat dilakukan siapa saja dan dimana saja, karena perubahan dinamis yang menuntut terjadinya aktivitas belajar juga tidak pernah berhenti. Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya, keterampilannya, kecakapan dan kemampuannya, daya reaksinya, daya penerimaannya dan lain-lain aspek yang ada pada individu. Belajar adalah proses yang aktif, proses bereaksi pada semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar adalah proses yang diarahkan kepada tujuan, proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Belajar adalah proses melihat, mengamati, memahami sesuatu. Apabila kita berbicara tentang belajar maka kita berbicara tentang mengubah tingkah laku seseorang (Sudjana, 2000). Para ahli telah merumuskan banyak konsep tentang pengertian belajar yang berhubungan dengan teori belajar. Yang pertama adalah teori belajar behaviorisme (tingkah laku) yang menyatakan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku. Seseorang dianggap telah belajar susuatu apabila ia mampu menunjukkan tingkah laku. Menurut teori ini, yang penting adalah

Upload: doque

Post on 31-Mar-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8293/2/T1_292010514_BAB II.pdfDalam aktivitas kehidupan manusia sehari-hari hampir

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Dalam BAB II ini akan dibahas teori-teori yang berhubungan dengan

penelitian tindakan kelas ini. Teori yang dikemukakan antara lain teori tentang

belajar, hasil belajar, sikap, teori IPA, serta teori tentang pembelajaran Quantum

Tipe VAK.

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Pengertian Belajar

Dalam aktivitas kehidupan manusia sehari-hari hampir tidak dapat terlepas

dari kegiatan belajar. Tanpa disadari, sesungguhnya sebagian aktivitas manusia

dalam kehidupan sehari-hari merupakan kegiatan belajar. Dengan demikian,

belajar merupakan suatu aktivitas yang dapat dilakukan siapa saja dan dimana

saja, karena perubahan dinamis yang menuntut terjadinya aktivitas belajar juga

tidak pernah berhenti.

Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada

diri seseorang. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam

berbagai bentuk seperti berubah pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan

tingkah lakunya, keterampilannya, kecakapan dan kemampuannya, daya

reaksinya, daya penerimaannya dan lain-lain aspek yang ada pada individu.

Belajar adalah proses yang aktif, proses bereaksi pada semua situasi yang ada di

sekitar individu. Belajar adalah proses yang diarahkan kepada tujuan, proses

berbuat melalui berbagai pengalaman. Belajar adalah proses melihat, mengamati,

memahami sesuatu. Apabila kita berbicara tentang belajar maka kita berbicara

tentang mengubah tingkah laku seseorang (Sudjana, 2000).

Para ahli telah merumuskan banyak konsep tentang pengertian belajar yang

berhubungan dengan teori belajar. Yang pertama adalah teori belajar

behaviorisme (tingkah laku) yang menyatakan bahwa belajar adalah proses

perubahan tingkah laku. Seseorang dianggap telah belajar susuatu apabila ia

mampu menunjukkan tingkah laku. Menurut teori ini, yang penting adalah

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8293/2/T1_292010514_BAB II.pdfDalam aktivitas kehidupan manusia sehari-hari hampir

7

masukan/ input yang berupa stimulus dan keluaran/ output yang berupa respon.

Sedangkan apa yang terjadi di antara stimulus dan respon dianggap tidak penting

untuk diperhatikan karena tidak bisa diamati. Teori belajar yang kedua adalah

teori kognitivisme yang menyatakan bahwa belajar adalah perubahan persepsi dan

pandangan (Uno, dkk., 2008).

Burton dalam Usman (2000) mengungkapkan hal senada dengan teori

behaviorisme dimana belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku pada

diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu

dengan lingkungannya sehingga mereka lebih mampu berinteraksi dengan

lingkungannya. Kemudian Witherington (dalam Usman, 2000) menyatakan

bahwa belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian yang

menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari reaksi berupa kecakapan, sikap,

kebiasaan, kepribadian atau suatu pengertian. Selanjutnya Gagne (dalam Slameto,

2010) memberikan dua definisi belajar, yakni:

a. Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam

pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku.

b. Belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang

diperoleh dari instruksi.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat dipahami bahwa pada

dasarnya belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang berlangsung

dalam jangka waktu tertentu melalui pengetahuan, latihan, maupun pengalaman.

Belajar dengan pengalaman akan membawa pada perubahan diri dan cara

merespon lingkungan.

2.1.2 Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan tujuan akhir dilaksanakannya kegiatan

pembelajaran di sekolah. Hasil belajar dapat ditingkatkan melalui usaha sadar

yang dilakukan secara sistematis, mengarah kepada perubahan yang positif yang

kemudian disebut dengan proses belajar. Akhir dari proses belajar adalah

perolehan suatu hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa di kelas terkumpul dalam

himpunan hasil belajar kelas. Semua hasil belajar tersebut merupakan hasil dari

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8293/2/T1_292010514_BAB II.pdfDalam aktivitas kehidupan manusia sehari-hari hampir

8

suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Guru akan mengahiri suatu

proses belajar dengan kegiatan evaluasi hasil belajar, sedangkan siswa hasil

belajar merupakan puncak proses belajar (Dimyati dan Mudjiono, 2009). Menurut

Sudjana (2010), hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah

menerima pengalaman belajar.

Hasil belajar mempunyai suatu hubungan dengan taksonomi Bloom yang

dikelompokkan dalam tiga ranah yaitu ranah kognitif atau kemampuan berpikir,

ranah afektif atau sikap, dan ranah psikomotor atau keterampilan. Gagne (dalam

Sudjana, 2010) mengembangkan hasil belajar menjadi lima macam, yakni :

a. Hasil belajar intelektual yang merupakan hasil belajar terpenting dari

sistem lingsikolastik.

b. Strategi kognitif yaitu mengatur cara belajar dan berpikir seseorang

dalam arti seluas-luasnya termasuk kemampuan memecahkan masalah.

c. Sikap dan nilai yang berhubungan dengan aran intensitas emosional

yang dimiliki seseorang seperti disimpulkan dari kecenderungan

bertingkah laku terhadap orang dan kejadian.

d. Informasi verbal, pengetahuan dalam arti informasi dan fakta.

e. Keterampilan motorik yaitu kecakapan yang berfungsi untuk lingkungan

hidup dan memprestasikan konsep dan lambang.

Untuk mengetahui hasil belajar seseorang, dapat dilakukan dengan tes dan

pengukuran. Tes dan pengukuran memerlukan alat sebagai pengumpul data yang

disebut dengan instrumen penilaian hasil belajar. Menurut Wahidmurni, dkk

(2010), instrumen dibagi menjadi dua bagian besar yaitu tes dan non tes.

Selanjutnya Hamalik (2006) memberikan gambaran bahwa hasil belajar yang

diperoleh dapat diukur melalui kemajuan yang diperoleh siswa setelah belajar

dengan sungguh-sungguh. Hasil belajar tampak dari terjadinya perubahan tingkah

laku dari diri siswa yang dapat diamati dan diukur melalui perubahan sikap dan

keterampilan.perubahan tersebut dapat diartikan sebagai terjadinya peningkatan

dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, hasil belajar dapat diartikan sebagai

perubahan perilaku secara positif serta kemampuan yang dimiliki siswa daru suatu

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8293/2/T1_292010514_BAB II.pdfDalam aktivitas kehidupan manusia sehari-hari hampir

9

interaksi tindak belajar dan mengajar, yang berupa hasil belajar intelektual,

strategi kognitif, sikap dan nilai, inovasi verbal, dan hasil belajar motorik.

Perubahan tersebut tampak dari peningkatan dan pengembangan yang lebih baik

daripada sebelumnya.

2.1.3 Sikap

2.1.3.1 Pengertian Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap

suatu stimulus atau obyek (Notoatmodjo, 2003). Newcomb dalam Notoatmodjo

(2003) menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk

bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap adalah suatu

bentuk evaluasi atau reaksi terhadap suatu obyek, memihak atau tidak memihak

yang merupakan keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran

(kognisi) dan predisposisi tindakaan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek di

lingkungan sekitarnya (Saifudin, 2005).

2.1.3.2 Komponen Sikap

Menurut Azwar (2005) dalam buku yang berjudul Sikap Manusia, ada tiga

komponen sikap yakni :

a. Kognitif

Kognitif terbentuk dari pengetahuan dan informasi yang diterima yang

selanjutnya diproses untuk menghasilkan suatu keputusan atau tindakan.

b. Afektif

Menyangkut masalah emosional subyektif sosial terhadap suatu obyek,

secara umum komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki

terhadap suatu obyek.

c. Konatif

Menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku yang

ada dalam diri seseorang berkaitan dengan obyek sikap yang

dihadapinya.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8293/2/T1_292010514_BAB II.pdfDalam aktivitas kehidupan manusia sehari-hari hampir

10

2.1.3.3 Tingkatan Sikap

Notoadmodjo (2003) membagi sikap menjadi berbagai tingkatan, yaitu :

a. Menerima (Receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan

stimulus yang diberikan (obyek).

b. Merespon (Responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan sesuatu dan

menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi sikap.

c. Menghargai (Valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu

masalah adalah suatu indikasi sikap.

d. Bertanggung jawab (Responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan

segala resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi.

2.1.3.4 Macam Sikap

Berikut ini adalah macam sikap oleh Purwanto (2005) :

a. Sikap positif, kecenderungan tindakan seperti mendekati, menyenangi

dan mengharapkan obyek tertentu.

b. Sikap negatif, terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari,

membenci dan tidak menyukai obyek tertentu.

2.1.4 Ilmu Pengetahuan Alam

2.1.4.1 Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam

Istilah Ilmu Pengetahuan Alam atau IPA dikenal juga dengan istilah sains.

Kata sains ini berasal dari bahasa Latin yaitu scientia yang berarti “saya tahu”.

Dalam bahasa Inggris, kata sains berasal dari kata science yang berarti

“pengetahuan”. Science kemudian berkembang menjadi social science yang dalam

bahasa Indonesia dikenal dengan ilmu pengetahuan sosial (IPS) dan natural

science yang dalam bahasa Indonesia dikenal dengan ilmu pengetahuan alam

(IPA).

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8293/2/T1_292010514_BAB II.pdfDalam aktivitas kehidupan manusia sehari-hari hampir

11

IPA merupakan cabang pengetahuan yang berawal dari fenomena alam. IPA

didefinisikan sebagai sekumpulan pengetahuan tentang objek dan fenomena alam

yang diperoleh dari hasil pemikiran dan penyelidikan ilmuwan yang dilakukan

dengan keterampilan bereksperimen dengan menggunakan metode ilmiah.

Definisi ini memberi pengertian bahwa IPA merupakan cabang pengetahuan

yang dibangun berdasarkan pengamatan dan klasifikasi data, dan biasanya disusun

dan diverifikasi dalam hukum-hukum yang bersifat kuantitatif, yang melibatkan

aplikasi penalaran matematis dan analisis data terhadap gejala-gejala alam.

Dengan demikian, pada hakikatnya IPA merupakan ilmu pengetahuan tentang

gejala alam yang dituangkan berupa fakta, konsep, prinsip dan hukum yang teruji

kebenarannya dan melalui suatu rangkaian kegiatan dalam metode ilmiah.

Definisi ini memberi pengertian bahwa IPA merupakan cabang pengetahuan

yang dibangun berdasarkan pengamatan dan klasifikasi data, dan biasanya disusun

dan diverifikasi dalam hukum-hukum yang bersifat kuantitatif, yang melibatkan

aplikasi penalaran matematis dan analisis data terhadap gejala-gejala alam.

Dengan demikian, pada hakikatnya IPA merupakan ilmu pengetahuan tentang

gejala alam yang dituangkan berupa fakta, konsep, prinsip dan hukum yang teruji

kebenarannya dan melalui suatu rangkaian kegiatan dalam metode ilmiah.

Secara umum, kegiatan dalam IPA berhubungan dengan eksperimen.

Namun dalam hal-hal tertentu, konsep IPA adalah hasil tanggapan pikiran

manusia atas gejala yang terjadi di alam. Seorang ahli IPA (ilmuwan) dapat

memberikan sumbangan besar kepada IPA tanpa harus melakukan sendiri suatu

percobaan, tanpa membuat suatu alat atau tanpa melakukan observasi (Wasih,

2012).

IPA didefiniksan sebagai suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara

alami. Perkembangan IPA tidak hanya ditandai dengan adanya fakta, tetapi juga

oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah. Metode ilmiah dan pengamatan

ilmiah menekankan pada hakikat IPA.

Secara rinci hakikat IPA menurut Bridgman dalam Lestari (2002) adalah

sebagai berikut:

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8293/2/T1_292010514_BAB II.pdfDalam aktivitas kehidupan manusia sehari-hari hampir

12

a. Kualitas; pada dasarnya konsep-konsep IPA selalu dapat dinyatakan dalam

bentuk angka-angka.

b. Observasi dan Eksperimen; merupakan salah satu cara untuk dapat

memahami konsep-konsep IPA secara tepat dan dapat diuji kebenarannya.

c. Ramalan (prediksi); merupakan salah satu asumsi penting dalam IPA

bahwa misteri alam raya ini dapat dipahami dan memiliki keteraturan.

Dengan asumsi tersebut lewat pengukuran yang teliti maka berbagai

peristiwa alam yang akan terjadi dapat diprediksikan secara tepat.

d. Progresif dan komunikatif; artinya IPA itu selalu berkembang ke arah

yang lebih sempurna dan penemuan-penemuan yang ada merupakan

kelanjutan dari penemuan sebelumnya.

Proses; tahapan-tahapan yang dilalui dan itu dilakukan dengan

menggunakan metode ilmiah dalam rangkan menemukan suatu

kebernaran.

e. Universalitas; kebenaran yang ditemukan senantiasa berlaku secara umum.

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa hakikat IPA, dimana

konsep-konsepnya diperoleh melalui suatu proses dengan menggunakan

metode ilmiah dan diawali dengan sikap ilmiah kemudian diperoleh hasil

(produk).

2.1.4.2 Tujuan Pembelajaran IPA di SD

Mata pelajaran IPA di SD/MI mempunyai tujuan untuk membentuk peserta

didik yang memiliki kemampuan sebagai berikut :

a. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa

berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya.

b. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA

yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

c. Mengembangkaasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang

adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,

teknologi, dan masyarakat.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8293/2/T1_292010514_BAB II.pdfDalam aktivitas kehidupan manusia sehari-hari hampir

13

d. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,

memecahkan masalah, dan membuat keputusan.

e. Meningkatkan kesadaran untuk berprestasi dalam memelihara,

menjaga, dan melestarikan lingkungan alam.

f. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala

keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

g. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA

sebagai dasar melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

2.1.4.3 Proses Belajar Mengajar IPA

Proses dalam pengertian disini merupakan interaksi semua komponen atau

unsur yang terdapat dalam belajar mengajar yang satu sama lainnya saling

berhubungan (inter independent) dalam ikatan untuk mencapai tujuan (Usman,

2000).

Belajar diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku pada diri individu

berkat adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya. Hal ini sesuai

dengan yang diutarakan Burton bahwa seseorang setelah mengalami proses

belajar akan mengalami perubahan tingkah laku, baik aspek pengetahuannya,

keterampilannya, maupun aspek sikapnya. Misalnya dari tidak bisa menjadi bisa,

dari tidak mengerti menjadi mengerti (Usman, 2000).

Mengajar merupakan suatu perbuatan yang memerlukan tanggungjawab

moral yang cukup berat. Mengajar pada prinsipnya membimbing siswa dalam

kegiatan suatu usaha mengorganisasi lingkungan dalam hubungannya dengan

anak didik dan bahan pengajaran yang menimbulkan proses belajar.

Proses belajar mengajar merupakan suatu inti dari proses pendidikan secara

keseluruhan dengan guru sebagai pemegangn peran utama. Proses belajar

mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru

dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi

eduaktif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik

antara guru dan siswa itu merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses

belajar mengajar (Usman, 2000).

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8293/2/T1_292010514_BAB II.pdfDalam aktivitas kehidupan manusia sehari-hari hampir

14

Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa proses belajar mengajar

IPA meliputi kegiatan yang dilakukan guru mulai dari perencanaan, pelaksanaan

kegiatan sampai evaluasi dan program tindak lanjut yang berlangsung dalam

situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu yaitu pengajaran IPA.

2.1.5 Pembelajaran Quantum

2.1.5.1 Pengertian Quantum Learning

Pembelajaran quantum merupakan terjemahan dari bahasa asing yaitu

Quantum Learning. Quantum Learning merupakan suatu kiat, petunjuk, strategi,

dan seluruh proses belajar yang dapat mempertajam pemahaman dan daya ingat,

serta membuat belajar sebagauatu proses yang menyenangkan dan bermanfaat

(DePorter & Hernacki, 2003).

Dengan demikian, pembelajaran quantum dapat dikatakan sebagai model

pembelajaran yang menekankan untuk memberikan manfaat yang bermakna dan

juga menekankan pada tingkat kesenangan dari peserta didik atau siswa.

2.1.5.2 Tujuan Quantum Learning

Menurut Bobbi DePorter & Mike Hernacki (2003), tujuan dari pembelajaran

Quantum adalah sebagai berikut :

a. Untuk menciptakan lingkungan belajar yang efektif.

b. Untuk menciptakan proses belajar yang menyenangkan.

c. Untuk menyesuaikan kemampuan otak dengan apa yang dibutuhkan

otak.

d. Untuk membantu meningkatkan keberhasilan hidup dan karir.

e. Untuk mempercepat dalam pembelajaran.

Tujuan di atas mengindikasikan bahwa pembelajaran quantum

mengharapkan perubahan dari berbagai bidang mulai dari lingkungan belajar yaitu

kelas, materi pembelajaran yang menyenangkan, menyeimbangkan kemampuan

otak kiri dan kanan, serta mengefisienkan waktu pembelajaran.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8293/2/T1_292010514_BAB II.pdfDalam aktivitas kehidupan manusia sehari-hari hampir

15

2.1.6 Model Quantum Tipe VAK

2.1.6.1 Pengertian Model VAK

Model pembelajaran Visual Auditori Kinestetik (VAK) adalah model

pembelajaran yang menekankan bahwa belajar haruslah memanfaatkan alat indra

yang dimiliki siswa. Menurut Nurhasanah (2010) pembelajaran dengan model

pembelajaran Visual Auditori Kinestetik (VAK) adalah suatu pembelajaran yang

memanfaatkan gaya belajar setiap individu dengan tujuan agar semua kebiasaan

belajar siswa akan terpenuhi. Jadi dapat disimpulkan Model pembelajaran Visual

Auditori Kinestetik (VAK) adalah model pembelajaran yang mengkombinasikan

ketiga gaya belajar (melihat, mendengar, dan bergerak) setiap individu dengan

cara memanfaatkan potensi yang telah dimiliki dengan melatih dan

mengembangkannya, agar semua kebiasaan belajar siswa terpenuhi (Sugiyanto,

2008).

VAK (Visual, Auditori, Kinestetik) merupakan tiga modalitas yang dimiliki

oleh setiap manusia. Ketiga modalitas tersebut kemudian dikenal sebagai gaya

belajar. Gaya belajar merupakan kombinasi dari bagaimana seseorang dapat

menyerap dan kemudian mengatur serta mengolah informasi (DePorter &

Hernacki, 2003).

Model pembelajaran VAK adalah model pembelajaran yang

mengoptimalkan ketiga modalitas belajar tersebut untuk menjadikan si belajar

merasa nyaman. Model pembelajaran VAK ini merupakan anak dari model

pembelajaran quantum yang berprinsip untuk menjadikan situasi belajar menjadi

lebih nyaman dan menjanjikan kesuksesan bagi pebelajarnya di masa depan.

Pembelajaran dengan model ini mementingkan pengalaman belajar secara

langsung dan menyenangkan bagi siswa. Pengalaman belajar secara langsung

dengan cara belajar dengan mengingat (Visual), belajar dengan mendengar

(Auditory), dan belajar dengan gerak dan emosi (Kinestethic) (DePorter &

Hernacki, 2003). Selanjutnya menurut Herdian, model pembelajaran VAK

merupakan suatu model pembelajaran yang menganggap pembelajaran akan

efektif dengan memperhatikan ketiga hal tersebut (Visual, Auditory, Kinestethic),

dan dapat diartikan bahwa pembelajaran dilaksanakan dengan memanfaatkan

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8293/2/T1_292010514_BAB II.pdfDalam aktivitas kehidupan manusia sehari-hari hampir

16

potensi siswa yang telah dimilikinya dengan melatih dan mengembangkannya.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa model ini memberikan kesempatan kepada

siswa untuk belajar langsung dengan bebas menggunakan modalitas yang

dimilikinya untuk mencapai pemahaman dan pembelajaran yang efektif.

Pemanfaatan dan pengembangan potensi siswa dalam pembelajaran ini

harus memperhatikan kebutuhan dan gaya belajar siswa. Bagi siswa visual, akan

mudah belajar dengan bantuan media dua dimensi seperti menggunakan grafik,

gambar, chart, model, dan semacamnya. Siswa auditory, akan lebih mudah belajar

melalui pendengaran atau sesuatu yang diucapkan atau dengan media audio.

Sedangkan siswa dengan tipe kinestethic, akan mudah belajar sambil melakukan

kegiatan tertentu, misalnya eksperimen, bongkar pasang, membuat model,

memanipulasi benda, dan sebagainya yang berhubungan dengan sistem gerak.

2.1.6.2 Prinsip Model VAK

Menurut Rose dan Nicholl (2002), prinsip model pembelajaran VAK

berdasar pada gaya belajar tiap orang yang berbeda-beda. Macam-macam gaya

belajar adalah sebagai berikut:

1.) Gaya Visual

Belajar harus menggunakan indra mata melalui mengamati, menggambar,

mendemonstrasikan, membaca, menggunakan media dan alat peraga. Seorang

siswa lebih suka melihat gambar atau diagram, suka pertunjukan, peragaan atau

menyaksikan video. Bagi siswa yang bergaya belajar visual, yang memegang

peranan penting adalah mata/penglihatan (visual). Dalam hal ini metode

pengajaran yang digunakan guru sebaiknya lebih banyak dititik beratkan pada

peragaan/media, ajak siswa ke objek-objek yang berkaitan dengan pelajaran

tersebut, atau dengan cara menunjukkan alat peraganya langsung pada siswa atau

menggambarkannya di papan tulis.

Ciri-ciri siswa yang lebih dominan memiliki gaya belajar visual misalnya

lirikan mata ke atas bila berbicara dan berbicara dengan cepat. Anak yang

mempunyai gaya belajar visual harus melihat bahasa tubuh dan ekspresi muka

gurunya untuk mengerti materi pelajaran. Siswa cenderung untuk duduk di depan

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8293/2/T1_292010514_BAB II.pdfDalam aktivitas kehidupan manusia sehari-hari hampir

17

agar dapat melihat dengan jelas. Siswa berpikir menggunakan gambar-gambar di

otak dan belajar lebih cepat dengan menggunakan tampilan-tampilan visual,

seperti diagram, buku pelajaran bergambar, dan video. Di dalam kelas anak visual

lebih suka mencatat sampai detil-detilnya untuk mendapatkan informasi.

2.) Gaya Auditori

Belajar haruslah mendengarkan, menyimak, berbicara, presentasi,

mengemukakan pendapat, gagasan, menanggapi dan beragumentasi. Seorang

siswa lebih suka mendengarkan kaset audio, ceramah-kuliah, diskusi, debat dan

instruksi (perintah) verbal. Alat rekam sangat membantu pembelajaran pelajar tipe

auditori. Dr. Wenger (dalam Rose Colin dan Nicholl, 2002) merekomendasikan

setelah membaca sesuatu yang baru, deskripsikan dan ucapkan apa yang sudah

dibaca tadi sambil menutup mata dengan suara lantang. Alasannya setelah dibaca,

divisualisasikan (ketika mengingat dengan mata tertutup) dan dideskripsikan

dengan lantang, maka secara otomatis telah belajar dan menyimpannya dalam

multi-sensori.

Ciri-ciri siswa yang lebih dominan memiliki gaya belajar auditori misalnya

lirikan mata ke arah kiri/kanan, mendatar bila berbicara dan sedang-sedang saja.

Untuk itu, guru sebaiknya harus memperhatikan siswanya hingga ke alat

pendengarannya. Anak yang mempunyai gaya belajar auditori dapat belajar cepat

dengan menggunakan diskusi verbal dan mendengarkan apa yang guru katakan.

Anak auditori mencerna makna yang disampaikan melalui tone, suara, pitch

(tinggi rendahnya), kecepatan berbicara dan hal-hal auditori lainnya. Informasi

tertulis terkadang mempunyai makna yang minim bagi anak auditori. Anak-anak

seperti ini biasanya dapat menghafal lebih cepat dengan membaca teks dengan

keras dan mendengarkan kaset.

3.) Gaya Kinestetik

Belajar melalui aktivitas fisik dan keterlibatan langsung. Seorang siswa

lebih suka menangani, bergerak, menyentuh dan merasakan/mengalami sendiri,

gerakan tubuh (hands-on, aktivitas fisik). Bagi siswa kinestetik belajar itu

haruslah mengalami dan melakukan. Ciri-ciri siswa yang lebih dominan memiliki

gaya belajar kinestetik misalnya lirikan mata ke bawah bila berbicara dan

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8293/2/T1_292010514_BAB II.pdfDalam aktivitas kehidupan manusia sehari-hari hampir

18

berbicara lebih lambat. Anak seperti ini sulit untuk duduk diam berjam-jam

karena keinginan mereka untuk beraktifitas dan eksplorasi sangatlah kuat. Siswa

yang bergaya belajar ini belajarnya melalui gerak dan sentuhan.

Modalitas visual merupakan gaya belajar bagi siswa yang suka menghafal,

gaya belajar auditory merupakan gaya belajar siswa dengan mendengar,

sementara gaya belajar kinestethic adalah gaya belajar siswa dengan melakukan

sesuatu hal atau praktikkum. DePorter menyebutkan banyak ciri perilaku lain

yang dapat dilihat untuk mengenali modalitas belajar siswa.

Dengan mengenali ciri-ciri ketiga modalitas di atas maka guru akan dapat

memperhatikan situasi belajar yang perlu diciptakan untuk menjadikan siswa

dengan modalitas yang berbeda merasa nyaman. Setelah kenyamanan terwujud

akan dapat menjadikan siswa mudah dalam menerima materi pelajaran dan

pembelajaran yang efektif akan dapat tercapai. Ketiga modalitas tersebut pasti

dimiliki oleh setiap manusia, hanya saja ada yang berkembang dengan satu

modalitas dan ada pula yang berkembang dengan ketiganya dalam porsi yang

hampir sama. Pembelajaran dengan model VAK ini membantu para guru untuk

memudahkan dalam penyampaian materi dan memberikan kenyamanan bagi

siswa dalam belajar di kelas.

2.1.6.3 Kelebihan Model VAK

Kelebihan model pembelajaran Visual Auditori Kinestetik (VAK) adalah

sebagai berikut :

1.) Pembelajaran akan lebih efektif, karena mengkombinasikan ketiga

gaya belajar.

2.) Mampu melatih dan mengembangkan potensi siswa yang telah dimiliki

oleh pribadi masing-masing.

3.) Memunculkan suasana belajar yang lebih baik, menarik dan efektif

4.) Memberikan pengalaman langsung kepada siswa.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8293/2/T1_292010514_BAB II.pdfDalam aktivitas kehidupan manusia sehari-hari hampir

19

5.) Mampu melibatkan siswa secara maksimal dalam menemukan dan

memahami suatu konsep melalui kegiatan fisik seperti demonstrasi,

percobaan, observasi, dan diskusi aktif.

6.) Mampu menjangkau setiap gaya pembelajaran siswa.

2.1.6.4 Kekurangan Model VAK

Kelemahan dari model pembelajaran Visual Auditori Kinestetik (VAK)

yaitu tidak banyak orang mampu mengkombinasikan ketiga gaya belajar tersebut.

Sehingga orang yang hanya mampu menggunakan satu gaya belajar, hanya akan

mampu menangkap materi jika menggunakan metode yang lebih memfokuskan

kepada salah satu gaya belajar yang didominasi.

2.1.6.5 Sintaks Model VAK

Sintaks atau langkah-langkah dalam pembelajaran VAK dapat disajikan

sebagai berikut:

a. Tahap persiapan (kegiatan pendahuluan)

Pada kegiatan pendahuluan guru memberikan motivasi untuk

membangkitkan minat siswa dalam belajar, memberikan perasaan positif

mengenai pengalaman belajar yang akan datang kepada siswa, dan

menempatkan mereka dalam situasi optimal untuk menjadikan siswa lebih

siap dalam menerima pelajaran.

b. Tahap Penyampaian (kegiatan inti pada eksplorasi)

Pada kegiatan inti guru mengarahkan siswa untuk menemukan materi

pelajaran yang baru secara mandiri, menyenangkan, relevan, melibatkan

pancaindera, yang sesuai dengan gaya belajar VAK. Tahap ini biasa disebut

eksplorasi.

c. Tahap Pelatihan (kegiatan inti pada elaborasi)

Pada tahap pelatihan guru membantu siswa untuk mengintegrasi dan

menyerap pengetahuan serta keterampilan baru dengan berbagai cara yang

disesuaikan dengan gaya belajar VAK.

d. Tahap penampilan hasil (kegiatan inti pada konfirmasi)

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8293/2/T1_292010514_BAB II.pdfDalam aktivitas kehidupan manusia sehari-hari hampir

20

Tahap penampilan hasil merupakan tahap seorang guru membantu

siswa dalam menerapkan dan memperluas pengetahuan maupun keterampilan

baru yang mereka dapatkan, pada kegiatan belajar sehingga hasil belajar

mengalami peningkatan (Ngalimun, 2012).

Media-media yang dapat digunakan adalah segala jenis media yang dapat

diaplikasikan dalam pembelajaran VAK. Hal yang perlu diperhatikan adalah

media yang digunakan harus dapat memenuhi ketiga modalitas belajar. Siswa

dengan modalitas belajar visual dapat dibantu dengan media gambar, poster,

grafik, dsb. Siswa dengan modalitas belajar auditory dibantu dengan media suara

atau musik-musik yang dapat merangsang minat belajar atau memberikan kesan

menyenangkan, rileks, dan nyaman bagi siswa, sementara bagi siswa kinaesthetic

diperlukan media-media pembelajaran yang dapat mengoptimalkan fungsi gerak

siswa. Namun pembelajaran juga dapat dikemas dengan mengintegrasikan

ketigamodalitas dengan menggunakan media audio visual yang dimodifikasi

dengan kegiatan game atau kuis yang membebrikan kesempatan bagi siswa

kinestetik (Meier dan Dave, 2005).

2.2 Penelitian yang Relevan

Sehubungan dengan penelitian ini, telah ada penelitian-penelitian lain yang

menggunakan model pembelajaran Quantum Tipe VAK. Seperti penelitian yang

telah dilakukan oleh Ni Putu Emilia Pebriani, I Made Tegeh, dan Ketut Pudjawan

yang berjudul Pengaruh Model Pembelajaran Quantum tipe VAK Berbantuan

Media Magic Box terhadap Hasil Belajar IPA Kelas V SD. Penelitian ini

dilakukan di SDN 1 Banyubening Kecamatan Buleleng tahun ajaran 2012/2013.

Selain itu, Retno Kartikasari juga melakukan penelitian yang berjudul Upaya

Peningkatan Pembelajaran IPA kelas V melalui penerapan model VAK di SDN

Merjosari 1 Malang. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2011. Dari kedua

penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa model pembelajaran Quantum tipe

VAK memberikan pengaruh positif pada peningkatan nilai IPA kelas V di SD

tersebut.

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8293/2/T1_292010514_BAB II.pdfDalam aktivitas kehidupan manusia sehari-hari hampir

21

2.3 Kerangka Pikir

Wiriaatmaja (2009) mengatakan bahwa peneliti sebaiknya menyusun

kerangka pemikiran setelah fokus permasalahan terbentuk. Berikut adalah bagan

kerangka pikir penelitian ini :

Gambar 2.1

Bagan Kerangka Pikir PTK

Rencana tindakan dalam penelitian ini akan dilaksanakan dalam dua siklus.

Penelitian Tindakan Kelas ini menggunakan model spiral dengan siklus yang

berisi tahapan-tahapan perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi model

Tripp (dalam Subiantoro, 2010). Tahapan-tahapan dalam siklus tersebut adalah

sebagai berikut:

Gambar 2.2

Tahapan-tahapan PTK

Perencanaan

SIKLUS I Tindakan Refleksi

Observasi

Perencanaan

SIKLUS I Tindakan Refleksi

Observasi

Kondisi Awal :

Pembelajaran IPA

menggunakan

metode yang

kurang inovatif dan

hasil belajar siswa

masih rendah.

Tindakan:

Penggunaan Model

Quantum Tipe VAK dalam

pembelajaran IPA yang

menekankan kesenangan

siswa dan memenuhi ketiga

modalitas utama yang

dimiliki seseorang yaitu

Visual Auditori dan

Kinestetik sehingga

membuat pembelajaran

lebih bermakna bagi seluruh

siswa.

Kondisi Akhir:

Hasil belajar

siswa meningkat.

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8293/2/T1_292010514_BAB II.pdfDalam aktivitas kehidupan manusia sehari-hari hampir

22

2.4 Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah penggunaan model pembelajaran

Quantum Tipe VAK yang diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar IPA dan

memperbaiki sikap siswa kelas V SDN Kutowinangun 12 Salatiga semester II

tahun ajar 2013/2014 .