bab ii integrasi tauhid dan ilmu pengetahuan alam …digilib.uinsby.ac.id/1164/5/bab 2.pdfintegrasi...

53
17 BAB II INTEGRASI TAUHID DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM A. Tinjauan Tentang Tauhid dan Ilmu Pengetahuan Alam 1. Pengertian dan Klasifikasi Ilmu Tauhid Tauhid secara bahasa diambil dari kata wahhada, yaitu mengesakan sesuatu, menjadikannya satu. Lawan katanya ialah dua, tiga, atau lebih, yang intinya ialah bilangan lebih dari satu. Maka sesuatu yang wahid berarti sesuatu yang bersendiri, yang tidak memiliki sekutu apa pun. Sedangkan secara istilah syar’i tauhid ialah : mengesakan Allah dalam hal ibadah. Yaitu menjadikan ibadah seluruhnya hanya untuk Allah. 1 Dan perangilah mereka, supaya jangan ada fitnah dan supaya agama itu semata-mata untuk Allah jika mereka berhenti (dari kekafiran), Maka Sesungguhnya Allah Maha melihat apa yang mereka kerjakan.(al- Anfal:39) Tauhid dalam Islam berarti proses aktif mengesakan Allah, meskipun pembahasan Tauhid tidak pernah lepas dari unsur ke-Esa-an Allah, namun sejarah Islam telah diwarnai oleh berbagai penafsiran tauhid oleh berbagai madzhab pemikiran dengan kecendrungan berbeda-beda satu dengan lainnya. Perbedaan tersebut disebabkan oleh cara penafsiran yang terkait erat dengan situasi zaman yang sedang dihadapi pada saat penafsiran itu dilaksanakan. Dengan kata lain, penafsiran tauhid senantiasa 1 Shalih bin Fauzan bin Abdullah al-Fauzan, Durus Min al-Qur'anil Karim, (Bairut: Dar al-Ashimah), 11.

Upload: nguyencong

Post on 22-May-2019

269 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II INTEGRASI TAUHID DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM …digilib.uinsby.ac.id/1164/5/Bab 2.pdfINTEGRASI TAUHID DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM A. Tinjauan Tentang Tauhid dan Ilmu Pengetahuan

17

BAB II

INTEGRASI TAUHID DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

A. Tinjauan Tentang Tauhid dan Ilmu Pengetahuan Alam

1. Pengertian dan Klasifikasi Ilmu Tauhid

Tauhid secara bahasa diambil dari kata wahhada, yaitu mengesakan

sesuatu, menjadikannya satu. Lawan katanya ialah dua, tiga, atau lebih,

yang intinya ialah bilangan lebih dari satu. Maka sesuatu yang wahid

berarti sesuatu yang bersendiri, yang tidak memiliki sekutu apa pun.

Sedangkan secara istilah syar’i tauhid ialah : mengesakan Allah dalam hal

ibadah. Yaitu menjadikan ibadah seluruhnya hanya untuk Allah.1

Dan perangilah mereka, supaya jangan ada fitnah dan supaya agama itu semata-mata untuk Allah jika mereka berhenti (dari kekafiran), Maka Sesungguhnya Allah Maha melihat apa yang mereka kerjakan.(al-Anfal:39)

Tauhid dalam Islam berarti proses aktif mengesakan Allah,

meskipun pembahasan Tauhid tidak pernah lepas dari unsur ke-Esa-an

Allah, namun sejarah Islam telah diwarnai oleh berbagai penafsiran tauhid

oleh berbagai madzhab pemikiran dengan kecendrungan berbeda-beda satu

dengan lainnya. Perbedaan tersebut disebabkan oleh cara penafsiran yang

terkait erat dengan situasi zaman yang sedang dihadapi pada saat

penafsiran itu dilaksanakan. Dengan kata lain, penafsiran tauhid senantiasa 1 Shalih bin Fauzan bin Abdullah al-Fauzan, Durus Min al-Qur'anil Karim, (Bairut: Dar al-Ashimah), 11.

Page 2: BAB II INTEGRASI TAUHID DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM …digilib.uinsby.ac.id/1164/5/Bab 2.pdfINTEGRASI TAUHID DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM A. Tinjauan Tentang Tauhid dan Ilmu Pengetahuan

18

mengandung jawaban terhadap tantangan zaman. Penafsiran kembali

tauhid agar selalu relevana dengan situasi sangat dimungkinkan untuk

menghindari konseptualisasi yang kurang atau tidak sesuai dengan

tuntutan zaman.

Dalam bukunya Zainuddin menjelaskan bahwa asal kata tauhid itu

adalah wahid yang berarti "satu".2 Dalam istilah agama Islam, tauhid ialah

keyakina tentang satu atau esanya Allah, maka segala pikiran dan teori

berikut argumentasinya yang mengarah kepada kesimpulan bahwa Tuhan

itu satu disebut dengan ilmu tauhid.3

Tauhid adalah suatu ilmu yang membahas tentang wujud Allah,

tentang sifat-sifat yang wajib tetap padanya, sifat-sifat yang boleh

disifatinya dan tentang sifat-sifat yang sama sekali wajib dilenyapkan

daripada-Nya. Juga tentang para Rasul Allah, meyakinkan kerasulan

mereka, meyakinkan apa yang wajib ada pada diri mereka dan apa yang

terlarang menghubungkannya pada diri mereka.4

"Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu Telah rusak binasa. Maka Maha Suci Allah yang mempunyai 'Arsy daripada apa yang mereka sifatkan". (QS: Al-Anbiya':22)

Tauhid tidak hanya pengakuan bahwa Allah satu-satunya pencipta

dan Ilah, namun ketauhidan harus sejalan dengan aktivitas seorang,

keyakina tersebut harus diwujudkan dalam amal praktek. Dan yang wajib

2 Yusron Asmuni, Pengantar Studi Pemikiran dan Gerakan Pembaharuan Dalam Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1998), 2. 3 Zainuddin, Ilmu Tauhid Lengkap, (Jakarta: Rineke Cipta, 1992), 1 4 Ibid, 2.

Page 3: BAB II INTEGRASI TAUHID DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM …digilib.uinsby.ac.id/1164/5/Bab 2.pdfINTEGRASI TAUHID DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM A. Tinjauan Tentang Tauhid dan Ilmu Pengetahuan

19

kita yakini itu adalah bahwa dzat itu ada, dan tidak menyerupai apa yang

ada di alam semesta ini.

Dalam pandangan al-Qur'an, dasar interpretasi dari semua bentuk

ilmu adalah tauhid, dalam arti ia dikembangkan dalam bingkai dan spirit

tauhid. Dalam al-Qur'an, khususnya lima ayat pertama yang diturunkan

kepada Nabi Muhammad, yakni surat al-Alaq ayat 1-5, disinyalir secara

tegas bahwa ilmu mesti tidak dipisahkan dari sang pencipta, tetapi harus

selalu terkait dengan-Nya agar selalu mendapat kebahagiaan serta

keselamatan dunia-akhirat. Oleh karenanya, ilmu harus dapat

mendekatkan manusia kepada Khaliq, mengakui keagungan-Nya dan

mendorongnya untuk beramal shalih, walau merupakan salah satu sumber

ilmu pengetahuan paling signifikan yang dapat mengarahkan ilmu

pengetahuan ke arah yang benar. Secara aksiologis, tujuan akhir dari ilmu

adalah mengantarkan manusia untuk merealisasikan statusnya sebagai

hamba allah dan khalifah-Nya di muka bumi, dan menyiapkan diri untuk

memenuhi peranan serta tanggung jawab atas amal dan perbuatannya

dihadapan Allah5.

Salah satu aspek yang paling penting tentang Tuhan di dalam al-

Qur'an adalah afirmasi tentang keesaan Tuhan (Tauhid), dimana

merupakan aspek yang fundamental dalam ajaran Islam. Dengan

demikian, islam memandang bahwa konsep ilmu tidak dapat dipisahkan

dari pemahaman tentang Tuhan, sebab semua ilmu datangnya dari Tuhan

yang maha mengetahui. Pengetahuan tentang Tuha adalah absolut,

ilmunya mencakup seluruh aspek, yang tampak maupun tersembunyi, dan

5 Oesman Bakar, Tauhid dan Sains Perspektif Islam Tentang Agama dan Sains, terj. Yuliani Liputo dan M.S. Nasrullah, (Bandung: Pustaka Hidayah, 2008), 138.

Page 4: BAB II INTEGRASI TAUHID DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM …digilib.uinsby.ac.id/1164/5/Bab 2.pdfINTEGRASI TAUHID DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM A. Tinjauan Tentang Tauhid dan Ilmu Pengetahuan

20

tidak ada sesuatu apapun di jagad raya ini yang tidak diketahui oleh-Nya.

Tuhan sebagai asal usul ilmu pengetahuan muncul secara berulang-ulang

dalam al-Qur'an. Lantaran semua ilmu berasal dari Tuhan, maka setiap

cendikiawan muslim harus mencari, mengimplementasikan, dan

menyebarkannya sesuai dengan ketentuan-Nya. Itulah sebabnya mengapa

Islam secara tegas menentang pencarian ilmu hanya untuk ilmu saja. Bagi

Islam, ilmu harusnya ditemukan demi memperoleh ridha Ilahi. Oleh

karena itu pencarian tersebut tidak boleh bertentangan dengan perintah-

Nya.

Konsep tentang tauhid, yang lazim diterjemahkan sebagai paham

keesaan Tuhan, memanifestasikan adanya kesatuan dalam ilmu. Kesatuan

ilmu bermakna tidak adanya kompartementalisasi atau bifurkasi antara

ilmu-ilmu "agama" dengan "ilmu umum". Konsep ilmu dalam Islam

terkait dan terjalin erat dengan pandangan dunia Islam (Islamic

worldview), yang bermuara pada konsep tauhid. Dengan kata lain,

pandangan islam tentang Tuhan, kenabian (nubuwah), alam semesta,

manusia, unsur-unsur, dan konsep-konsep Islam terkait dengan ilmu.

Tauhid merupakan aspek sentral atau poros dimana seluruh konsep-

konsep Islam berputar mengitarinya. Ibarat tata surya, tauhid adalah

matahari dimana semua planet mengitari dan menyerap energinya6.

Dalam tradisi intelektual Islam, terdapat kesatuan hirarki ilmu.

Sebarang bentuk fragmentasi tidak dapat ditolerir, karena bertentangan

dengan spirit tauhid. Ilmu tauhid menempati posisi paling tinggi dalam

6 Kuntowijoyo, Islam Sebagai IlmuEpistemologoi, Metodologi, dan Etika (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2006), 55.

Page 5: BAB II INTEGRASI TAUHID DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM …digilib.uinsby.ac.id/1164/5/Bab 2.pdfINTEGRASI TAUHID DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM A. Tinjauan Tentang Tauhid dan Ilmu Pengetahuan

21

klasifiasi ilmu dan segenap disiplin ilmu yang lain berkaitan dengannya.

Sementara ilmu modern kehilangan visi hierarkisnya.

Dalam Islam terdapat kesatuan, antara ilmu, iman (ketauhidan), dan

amal. Sebaliknya, konsep ilmu Barat sekuler meniadakan dan

memisahkan iman dari ilmu. Sebagai konsekuensinya, ilmu tersebut

melahirkan saintis tanpa iman. Ilmu pengetahuan tanpa keyakinan

terhadap keesaan Tuhan akan menyesatkan dan melahirkan sikap anti

terhadap agama. Atau, ilmu tanpa hidayah dan hikmah hanya akan

membuat para ilmuwan kian jauh dari keimanan.

Metode, sumber, dan tujuan ilmu dalam Islam berbeda dengan Barat

yang hanya melegitimasi apa yang disebut metode ilmiah (saintifik) dan

menolak wahyu sebagai sumber dan cara untuk mendapatkan ilmu serta

menafikan Tuhan sebagai asal-usul dan sumber ilmu pengetahuan. Atas

dasar ini, kaum akademis Barat mempertahankan ide "ilmu hanya untuk

ilmu" dan tujuan mereka untuk mencari ilmu hanya untuk mencari

kesenangan dan kesejahteraan duniawi. Islam, dilain pihak, menyatakan

bahwa Tuhan adala asal-usul dan sumber ilmu pengetahuan. Al-Qur'an

dan hadith Nabi yang shahih merekomendasikan penggunaan berbagai

sumber atau cara untuk mencapai ilmu pengetahuan, seperti observasi atau

eksperimen, intuisi, rasio, dan juga wahyu. Tujuan akhir untuk mencari

ilmu adalah untuk mengetahui (ma'rifah) dan mengabdi kepada Allah

dalam rangka untuk mencari keridlaan dan kedekatan diri (taqarrub)

kepada-Nya. Dengan jalan ini maka manusia dapat mencapai kebahagiaan

dunia dan akhirat kelak.

Page 6: BAB II INTEGRASI TAUHID DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM …digilib.uinsby.ac.id/1164/5/Bab 2.pdfINTEGRASI TAUHID DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM A. Tinjauan Tentang Tauhid dan Ilmu Pengetahuan

22

Epistemologi atau teori tentang ilmu mejadi perhatian utama para

cendikiawan Islam dimasa silam. Mereka sepenuhnya menyadari tentang

pentingnya mendefinisikan ilmu untuk mencari klarifikasi,

mengidentifikasi skop dan limitasinya, menjelaskan sumber-sumber,

menerangkan metode-metodenya, serta mengklasifikasikannya kedalam

berbagai disiplin, menjelaskan hirarki dan interelasinya. Berbagai uapaya

yang terus menerus dalam mengetengahkan eksposisi ilmu itu terinspirasi

oleh keyakinan yang kuat terhadap doktrin ajaran Islam yang paling

fundamental, yaitu tauhid.7

Kesadaran epistemologis seperti itu kurang dimiliki oleh kaum

intelegensia muslim kontemporer. Padahal epistemologi merupakan

prasyarat bagi kemajuan dan fondasi tegaknya peradaban. Mereka kurang

mampu mebuat prioritas, sehingga energi intelektuaitas mereka banyak

terkuras untuk memecahkan hal-hal yang kurang esensial, yang dalam

beberapa hal memang secara sengaja didesain oleh orang-orang yang

tidak menghendaki kemajuan umat Islam. Sehingga umat Islam tidak

mempunyai energi intelektual yang memadai untuk mengembangkan dan

membangun epistemologi yang berwawasan tauhid.

Dampaknya, umat Islam kontemporer tidak mampu memberikan

kontribusi yang signifikan, khas dan orisinil terhadap existing body of

knowledge. Keberadaannya sama dengan ketiadaannya, bahkan cendrung

menjadi cemoohan dan beban bagi umat lain. Kondisi ini semakin parah

dengan derasnya arus sekulerisasi yang melanda dunia Islam. Kondisi ini

pada ujungnya menyebabkan kerancuan, stagnasi pemikiran, dan

7 Ali Abdul Azhim, Epistemologi dan Aksiologi Ilmu: Perspektif al-Qur'an (Bandung: Rosda karya, 1989), 98

Page 7: BAB II INTEGRASI TAUHID DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM …digilib.uinsby.ac.id/1164/5/Bab 2.pdfINTEGRASI TAUHID DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM A. Tinjauan Tentang Tauhid dan Ilmu Pengetahuan

23

kemunduran dalam segala aspek kehidupan sosial, politik maupun

ekonomi. Umat Islam juga tidak berdaya untuk mentransformasikan diri

serta tidak dapat menawarkan solusi terhadap problem yang dihadapi oleh

umat manusia dan di saat yang sama perdaban islam menjadi pudar.

Dalam perspektif Islam, ontologi, epistemologi dan aksiologi

dipahami secara integral dalam bingkai tauhid. Kongkritnya, konsep ilmu,

manusia, dan alam semesta, senantiasa bertautan secara erat dengan

Tuhan yang merupakan asal-usul dari segala sesuatu. Segenap upaya

untuk mengetahui dan membangun konsep segala sesuatu termasuk ilmu

harus mengacu dan mengaitkan dengan konsep tersebut. Lagi pula, tidak

satu konsep pun yang akan sempurna dan bermakna tanpa mengacu

kepada-Nya. Jika ilmu dipisahkan dari Tuhan dan alam semesta dianggap

realitas independen sebagai kasus yang terjadi dalam ilmu pengetahuan

kontemporer, maka hal itu hanya akan menghasilkan ilmu palsu atau

pseudo knowledge yang mengeliminasi nilai-nilai moral dan spiritual,

sehingga mengakibatkan terjadinya krisis global di era modern serta

mengusik keharmonisan hubungan aantara manusia dengan sesamanya,

serta manusia dan alam semesta8.

Lain halnya ketika ilmu dirajut dan diintegrasikan kembali dalam

bingkai tauhid, maka transformasi sosial ke arah kehidupan yang lebih

bermakna, berharkat dan bermartabat. Jelasnya, pengembangan ilmu

pengetahuan dalam bingkai tauhid merupakan a sain qua non

mentransformasikan umat Islam sebagai umat yang berwibawa dan

disegani. Oleh karena itu, ilmu dalam pandangan Islam harus mampu

8 Harun Nasution, Islam RAsional Gagasan dan Pemikiran (Bandung: Mizan, 1998), 291.

Page 8: BAB II INTEGRASI TAUHID DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM …digilib.uinsby.ac.id/1164/5/Bab 2.pdfINTEGRASI TAUHID DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM A. Tinjauan Tentang Tauhid dan Ilmu Pengetahuan

24

memberikan kontribusi yang orisinil dan khas terhadap existing body of

knoledge, serta mampu menawarkan solusi terhadap problem dan krisis

yang dihadapi oleh umat manusia, bagi terciptanya tatanan kehidupan

yang lebih manusiawi. Umat Islam sesungguhnya memiliki potensi untuk

berperan sebagai intellectual leadership sekaligus menjadi fondasi yang

solid bagi kostruksi kultur dan peradaban. Hal ini jelas merupakan tugas

yang berat, namun dengan kesadaran epistemologis, komitmen, dedikasi,

dan keteguhan intelektual yang tinggi, maka segala sesuatunya tidak

mustahil dapat direalisasikan.

2. Pengertian dan Klasifikasi Ilmu Pengetahun Alam

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu

tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya kumpulan

pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip

saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA

diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari

diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut

dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari.

Proses pembelajran menekankan pada pemberian pengalaman

langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan

memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diharapkan untuk

inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk

memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.

Dalam belajar IPA peserta didik diarahkan untuk membandingkan

hasil prediksi peserta didik dengan teori melalui eksperimen dengan

menggunakan metode ilmiah. Pendidikan IPA di sekolah diharapkan dapat

Page 9: BAB II INTEGRASI TAUHID DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM …digilib.uinsby.ac.id/1164/5/Bab 2.pdfINTEGRASI TAUHID DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM A. Tinjauan Tentang Tauhid dan Ilmu Pengetahuan

25

menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan

alam sekitarnya, serta prospek pengembangan lebih lanjut dlam

menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, yang didasarkan melalui

metode ilmiah. Pembelajaran IPA menekankan pada pengalaman langsung

untuk mengembangkan kompetensi agar peserta didik mampu memahami

alam sekitar melalui proses mencari tahu dan berbuat, hal ini akan

membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih

mendalam.

Keterampilah untuk mencari tahu atau berbuat tersebut dinamakan

dengan keterampilan proses penyelidikan atau ”inquiry skills" yang

meliputi mengamati, mengukur, menggolongkan, mengajukan pertanyaan,

menyusun hipotesis, merencanakan eksperimen untuk menjawab

pertanyaan, mengklasifikasikan, mengolah dan menganalisis data,

menerapkan ide pada siswa.

Pembelajaran IPA mencakup semua materi yang terkait dengan

objek alam serta semua persoalannya. Ruang lingkup IPA yaitu makhluk

hidup, energi dan perubahannya, bumi dan alam semesta serta proses

materi benda dan sifatnya. IPA terdiri dari tiga aspek yaitu fisika, biologi,

dan kimia. Pada aspek fisika lebih memfokuskan pada benda-benda tak

hidup. Pada aspek biologi IPA mengkaji pada persoalan yang terkait

dengan makhluk hidup serta lingkunganna. Sedangkan pada aspek kimia

IPA mempelajari gejala-gejala kimia baik yang ada pada makhluk hidup

maupun benda tak hidup yang ada di alam9.

9 Srini Mutiah Iskandar. Kimia Bahan Alam (Malang, FPMIPA IKIP, 1983), 11.

Page 10: BAB II INTEGRASI TAUHID DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM …digilib.uinsby.ac.id/1164/5/Bab 2.pdfINTEGRASI TAUHID DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM A. Tinjauan Tentang Tauhid dan Ilmu Pengetahuan

26

Dengan demikian pendidikan IPA bukan hanya sekedar teori akan

tetapi dalam setiap bentuk pengajarannya lebih ditekankan pada bukti dan

kegunaan ilmu tersebut. Dapat di diskripsikan Ilmu Pengetahuan Alam

merupakan program untuk menanamkan dan mengembangkan

pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai ilmiah pada siswa serta rasa

mencintai sang penciptanya.

Ilmu Pengetahuan Alam atau Sains (science) diambil dari kata latin

Scientia harfiahnya adalah pengetahuan, tetapi kemudian berkembang

menjadi khusus Ilmu Pengetahuan Alam atau Sains, dalam bahasa Arab

disebut al-'ilm10. Sains sebagai proses merupakan langkah-langkah yang

ditempuh para ilmuwan untuk melakukan penyelidikan dalam rangka

mencari penjelasan tentang gejala-gejala alam. Langkah tersebut adalah

merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, merancang eksperimen,

mengumpulkan data, menganalisis dan akhimya menyimpulkan. Dari sini

tampak bahwa karakteristik yang mendasar dari Sains ialah kuantifikasi

artinya gejala alam dapat berbentuk kuantitas.11

Di dalam al-Qur'an, kata al-'ilm disebutkan sebanyak 105 kali, dan

dari akar katanya disebut dalam berbagai bentuk tidak kurang dari 744

kali.12 Hal ini menunjukkan tingginya kedudukan ilmu dalam kehidupan

manusia. Wahyu pertama yang diturunkan kepada nabi Muhammad

pentingnya membaca, pena, dan ilmu bagi manusia:

10 Majma' al-Lughah al-Arabiyah, al-Mu'jam al-Wasit, (Istanbul: Dar al-Da'wah, 1990), 624. 11 http://id.wikipwdia.org./wiki/Ilmu_alam/ (12 Februari 2014) 12Imam Syafi'ie, Konsep Ilmu Pengetahuan Dalam al-Qur'an (Yogyakarta: UII Press, 2000), 30.

Page 11: BAB II INTEGRASI TAUHID DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM …digilib.uinsby.ac.id/1164/5/Bab 2.pdfINTEGRASI TAUHID DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM A. Tinjauan Tentang Tauhid dan Ilmu Pengetahuan

27

13

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

Lebih dari itu, dalam sejarah penciptaan Adam, al-Qur'an

menggambarkan bagaimana Allah mengajarkan kepadanya tentang

lingkungan yang karenanya malaikat dan jin disuruh bersujud di hadapan

Adam, sebagaimana difirmankan:

14

Dan dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, Kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar. Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang Telah Engkau ajarkan kepada Kami; Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.

Adanya perintah bersujud yang ditujukan kepada makhluk selain

manusia di hadapan Adam dikarenakan pengetahuan yang diajarkan Allah

kepada manusia, sehingga pada kesempatan lain Allah menegaskan

keutamaan mereka yang memiliki pengetahuan dari mereka yang tidak

memiliki pengetahuan.

15

13 Al-Qur'an: 69:1-5. 14 Al-Qur'an: (2:31-32)

Page 12: BAB II INTEGRASI TAUHID DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM …digilib.uinsby.ac.id/1164/5/Bab 2.pdfINTEGRASI TAUHID DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM A. Tinjauan Tentang Tauhid dan Ilmu Pengetahuan

28

Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.

Dari penjelasan ayat di atas, ada yang menarik untuk digaris bawahi,

bahwa dalam pemakaian kata ilmu, al-Qur'an membedakan antara 'allama

dan utu al-'ilma. Kata pertama mengisyaratkan adanya ilmu yang diajarkan

langsung oleh Allah kepada manusia tanpa proses pencarian (prosedur

ilmiah), yang dalam istilah para ulama disebut al-'ilm al-ladunni.16

Sedangkan yang kedua mengisyaratkan adanya obyek dan subyek sesuai

dengan prosedur ilmiah, yang oleh karenanya al-Qur'an menggunakan kata

utu yang berarti mencari. Dalam proses pencarian selalu ada yang meneliti

dan ada yang diteliti. Hal ini dikuatkan juga oleh hadth Nabi yang

mengunakan persamaan makna kata dengan utu, yakni talab yang artinya

juga mencari.17 Ilmu yang didapat melalui prosedur ilmiah ini oleh para

ulama disebut al-ulum al-muktasabah.18

B. Landasan Filosofis Integrasi Tauhid dan Ilmu Pengetahuan Alam

Berbicara tentang integrasi nilai-nilai tauhid dan IPA tidak bisa lepas dari

landasan filosofis integrasi ilmu dan agama sebagai hulunya. Sebagaimana

diketahui sekarang ini, masih juga muncul anggapan sebagian besar masyarakat

bahwa "agama" dan "ilmu" merupakan entitas yang berbeda dan tidak bisa

dipertemukan. Keduanya memiliki wilayah sendiri-sendiri baik dari segi objek

formal material, metode penelitian, kriteria kebenaran, peran yang dimainkan

15 Al-Qur'an: (39:9) 16 Imam Syafi'ie, Konsep Ilmu Pengetahuan Dalam……29. 17 Ilmu yang melalui proses pencarian ini juga disebut sebagai 'ilmu kasbi, lihat lebih lanjut, M. Quraisy Shihab, Wawasan al-Qur'an: Tafsir Maudu'i Atas Pelbagai Persoalan Umat (Bandung: Mizan, 1996), 346-347. 18 Ibid.

Page 13: BAB II INTEGRASI TAUHID DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM …digilib.uinsby.ac.id/1164/5/Bab 2.pdfINTEGRASI TAUHID DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM A. Tinjauan Tentang Tauhid dan Ilmu Pengetahuan

29

oleh ilmuan maupun status teori masing-masing, bahkan sampai penyelenggaraan

institusinya.

Menurut Amin abdullah bahwa sejarah kependidikan Islam telah terbelah

menjadi dua wajah, yaitu paradigma Integralistik ensiklopedik dan paradigma

spesifik paternalistik. Paradigma pengembangan keilmuan yang integralistik

ensiklopedik ditokohi oleh ilmuan muslim, serta Ibnu Sina, Ibnu Rusyd, Ibnu

Khaldun, semsntara yang spesifik paternalistik diwakili oleh ahli hadits dan ahli

fiqh. Keterpisahan secara diametral antara keduanya atau dikotomis dan sebab

lain yang besifat politis ekonomis berakibat pada rendahnhya kualitas pendidikan

dan kemunduran dunia Islam saat itu. Oleh karena itu, Amin Abdullah

menawarkan gerakan rapproachment (gerakan untuk saling menerimakeberadaan

yang lain dengan lapang dada) antara kubu keilmuan yang dianggap sebagai

sebuah keniscayaan. Gerakan ini disebut dengan reintegrasi epistemologi.19

Dalam perspektif keilmuan Islam, posisi filsafat Islam dalah sebagai

landasan adanya integrasi berbagai disiplin dan pendekatan yang makin beragam,

karena dalam konstruk epistemologi Islam, filasafat Islam dengan metode

rasional transendentalnya dapat menjadi dasarnya. Sebagai contoh, fiqh pada

hakikatnya adalah pemahaman yang dasarnya adalah filsafat, yang kemudian juga

dikembangkan dalam ushul fiqh. Tanpa filsafat fiqh akan kehilangan semangat

inovasi, dinamisasi dan perubahan. Oleh karena itu jika terjadi pertentangan

antara fiqh dan filsafat, maka hal ini disebabkan terjadinya kesalah fahaman

dalam memahami risalah kenabian.

Menurut al-Kindi dalam Harun Nasution bahwa agama dan filsafat adalah

dua hal yang berbeda baik dari aspek sumber maupun metodenya. Agama berasal

19 M. Zainuddin, "UIN Menuju Integrasi Ilmu dan agama" dalam M. Zainuddin dkk. Memadu Sains dan Agama Menuju Universitas Islam Masa Depan , (Malang: Bayumedia Publising, 20014), 5.

Page 14: BAB II INTEGRASI TAUHID DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM …digilib.uinsby.ac.id/1164/5/Bab 2.pdfINTEGRASI TAUHID DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM A. Tinjauan Tentang Tauhid dan Ilmu Pengetahuan

30

dari wahyu Ilahi, sedangkan filsafat berasal dari pengetahuan deskursif. Meski

demikian, tujuan tertinggi (ultimate goal) yang ingin dicapai keduanya adalah

kebenaran pertama dalam persoalana ketuhanan atau metafisika sehingga tujuan

utama agama dan filsafat adalah sama. Dengan demikian al-Kindi

mempertemukan agama dan filsafat dalam bentuk subtansinya, pada kajian

puncaknya yakni kebenaran tertinggi atau kebenaran tunggal yang sama-sama

dicari oleh filsafat dan agama.20

Para ilmuan terdahulu memang mengklasifikasikan ilmu dalam berbagai

macam, al-Farabi misalnya membagi ilmu menjadi lima kategori yaitu, ilmu

bahasa, logika, hitung-menghitung, tabi'I dan ilmu masyarakat dimana masng-

masing dengan cabangnya. Ibnu Khaldun membuat klasifikasi ilmu menjadi dua

yaitu aqliyah dan naqliyah, ilmu naqliyah adalah ilmu yang berdasarkan wahyu,

yang termasuk dalam ilmu naqliyah yaitu al-Qur'an, hadith, fiqh, kalam, tasawuf

dan bahasa. Sedangkan ilmu aqliyah adalah imu yang berdasarkan rasio, ilmu

yang termasuk aqliyah yaitu filsafat, kedokteran, pertanian, astronomi dan

sebagainya. Sedangkan al-Ghazali membagi ilmu menjadi keilmuan agama

(syr'iyyah) dan keilmuan non agama (ghair asy-Syar'iyyah) kedua ilmu tersebut

oleh al-Ghazali diberi status yang sama yaitu fardhu, harus ditempuh dan dimiliki

oleh umat Islam. Menurut Azumardi Azra klasifikasi ilmu tersebut bukan

dimaksud mendikotomi ilmu antara satu dengan yang lain, tetapi hanya sekedar

klasifikasi. Klasifikasi tersebut menunjukkan bahwa ilmu tersebut telah

berkembang dalam peradaban Islam. Dalam kontek ini ilmu agama islam

meruakan salah satu saja dari berbagai cabang ilmu secara keseluruhan.21

20 M. Zainuddin, Memadu Sains dan Agama Menuju Universitas Islam Masa Depan, (Malang, Bayumedia Publishing, 2004),5. 21 Azyumardi Azra, Pendidikan Islam Tradisi Modernisasi Menuju Milenium Baru, xii-xiv,

Page 15: BAB II INTEGRASI TAUHID DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM …digilib.uinsby.ac.id/1164/5/Bab 2.pdfINTEGRASI TAUHID DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM A. Tinjauan Tentang Tauhid dan Ilmu Pengetahuan

31

Ahmad Tafsir dengan merujuk kepada Ibnu Khaldun, bahwa klasifikasi

pengetahuan dibagi kepada pengetahuan yang diwahyukan (naqliyah) atau dalam

istilah konferensi ilmu di Makkah disebut dengan perrenial dan pengetahuan

yang diperoleh (aqliyah) atau acquired dalam istilah konferensi tersebut. Tafsir

juga menekaknkan pengintegrasian kedua pengetahuan itu harus dimuali dengan

membangun kembali filsafat pengetahuan dalam Islam, dan juga menintegrasikan

sistem pendidikan. Orang Islam harus segera menyadari bahwa tradisi aslinya

telah dikacau oleh tradisi Barat yang memang memisahkan wahyu dengan

pengetahuan yang diperoleh.22

Al-Faruqi menjelaskan bahwa akibat dari paradigma yang sekuler dari

Barat, pengetahuan modern menjadi kering, bahkan terpisah sama sekali dari

tauhid. Sebagai prasarat untuk menghilangkan dualisme sistem pendidikan,

pengetahuan harus diislamkan, Islamisasi pengetahuan harus memperhatikan

beberapa prinsip yang merupakan esensi Islam, yang mencakup liam kesatuan,

yaitu keasatuan Tuhan, kesatuan alam, kesatuan kebenaran, kesatuan hidup dan

kesatuan umat Islam.23

Dengan demikain, persoalannya bukan "ilmu agama" dan "non agama",

tetapi lebih kepada "kepentingan", untuk apa ilmu tersebut digunakan, karena

ilmu sebagai instrumen, bukan tujuan. Apalagi jika kita sepakat bahwa pada

dasarnya ilmu itu berasal dari Allah. Seperti dijelaskan oleh Ahmad Tafsir pada

saat ilmuan muslim mengembangkan ilmu pada masa awal, "ilmu agama" atau

"ilmu keagamaan" dan "ilmu umum" tidak terpisah melainkan terintegrasi secara

sempurna. Pada waktu itu, tidak ada dikotomi antara keduanya seperti yang kita

kenal sekarang. 22 Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung, Remaja Rosdakarya, 1997), 18. 23 Ismail Raji Al-Faruqi, Islamisasi Pengetahuan, terj. Anas Mahyudin, (Bandung, Pustaka 1994), 55-96.

Page 16: BAB II INTEGRASI TAUHID DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM …digilib.uinsby.ac.id/1164/5/Bab 2.pdfINTEGRASI TAUHID DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM A. Tinjauan Tentang Tauhid dan Ilmu Pengetahuan

32

Pada waktu ilmuan muslim merasa wajib membaca (iqra'), artinya wajib

belajar dan meneliti. Allah menggunakan ungkapan iqra'. Allah menyediakan dua

sumber belajar, yaitu al-Qur'an dan al-kawn (alam semesta). Kemudian sumber

itu menjadi tempat manusia mencari pengetahuan. Manusia "membaca" kedua

sumber tersebut.

Dari kegiatana tersebut, terhimpunlah pengetahuan. Mereka mempelajarai

al-Qur'an, dari situ muncul tiga jenis pengetahuan. Pembagian ilmu pengetahuan

dengan paradigma objek, metode dan kriteria tersendiri dapat disederhanakan

dalam tabel berikut:24

Tabel: 1.1.

Pengetahuan Manusia

Pengetahuan Paradigma Objek Metode Kriteria

SAINS Sains Empirik Sains Rasional-

empirik

FILSAFAT Rasional Abstrak -

Rasional

Rasional Rasional

MISTIK Suprarasional Abstrak -

Suprarasional

Latihan,

Percaya

Yakin,

kadang-

kadang

Berdasarkan tabel tersebut, pengetahuan sains adalah pengetahuan yang

diperoleh dengan paradigma sains (scintific paradigm). Pengetahuan ini hanya

mengambil objek-objek untuk diteliti. Objek-objek yang tidak empirik tidak

24 Ahmad Tafsir, Filsafat Pendidikan Islam Integrasi Jasmani, Rohani, dan Kalbu Memausiakan Manusia, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), 105-107.

Page 17: BAB II INTEGRASI TAUHID DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM …digilib.uinsby.ac.id/1164/5/Bab 2.pdfINTEGRASI TAUHID DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM A. Tinjauan Tentang Tauhid dan Ilmu Pengetahuan

33

dijadikan objek penelitian. Dalam meneliti pengetahuan sains menggunakan

metode ilmah (scientific method) yang bekerja atas dasar paradigma logica-

Hypotetico-verifcatif. Temuannya dikatakan benar bila rasional dan empiris.

Inilah yang disebut dengan pengetahuan ilmiah yang juga pengetahuan ilmu

(scientific knowladge) yang dalam bahasa Inggris disebut science.

Adapun pengetahuan filsafat (philosophical knowledge, rational

knowladge) adalah pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan paradigma

rasional (rational paradigm), pengetahuan jenis ini diperlukan untuk objek-objek

yang tidak dapat diteliti secara ilmiahkarena objek itu abstrak tetapi masih dapat

difahami rasio. Metode penelitian yang digunakan dalam pengetahuan filsafat

adalah metode rasional, sedangkan benar tidaknya temuan dibuktikan atas dasar

rasional atau tidak.

Pengetahuan mistis adalah jenis pengetahuan dengan menggunakan

paradigma suprarasional atau boleh disebut metarasuonal. Objek yang diteliti

adalah sisa objek penelitian sains dan pengetahuan filsafat. Jadei objek yang

ditelitinya adalah objek-objek empirik dan tidak rasional. Objek-objek seperti ini

kita sebut dengan objek metarasional atau suprarsional.

Berkaitan dengan hal ini, al-Quran berisi sekumpulan pengetahuan Allah.

Ilmuan Muslim memperoleh pengetahuan dengan cara menafsirkan ayat-ayat al-

Qur'an tersebut. Al-Kawn juga berisi kumpulan pengetahuan Allah dalam bentuk

alam semesta. Ilmua muslim memperoleh pengetahuan dengan cara mempelajari

dan meneliti gejala-gejala yang timbul di alam.

Dari mempelajari al-Qur'an ilmuan Muslim meperoleh pengetahuan,

bentuknya dapat dikategorikan teori-teoriyang didapat dari mempelajari Al-Kawn

sebab dua kelompok teori tu adalah teori dari Allah. Karena tidak ada perlawanan

Page 18: BAB II INTEGRASI TAUHID DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM …digilib.uinsby.ac.id/1164/5/Bab 2.pdfINTEGRASI TAUHID DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM A. Tinjauan Tentang Tauhid dan Ilmu Pengetahuan

34

dalam pengetahuan Allah. Jadi pengetahuan sains, pengetahuan filasafat, dan

pengetahuan mistik yang diambil dari al-Qur'an tidak mungkin berlawanan

dengan pengetahuan yang diambil dari al-Kawn karena ia sama berasal dari

Allah. Uarian di atas dapat dilihat pada gambar sebagai berikuta:25

Gambar, 1.1. Hakekat Kesatuan Pengetahuan Dalam Islam

Teori pada A tidak akan berlawanan dengan teori-teori pada B, inilah

hakikat kesatuan pengetahuan dalam Islam. Al-Qur'an sebagai suatu sumber

pengethauan dan pengetahuan spiritual menurut Oesman Bakar, merupakan

merupakan basis bukan hanya bagi agama dan pengetahuan spiritual tetapi bagi

semua jenis pengetahuan. Gagasan keterpaduan ini merupakan konsekwensi

dalam gagasan keterpaduan dari semua jenis pengetahuan. Al-Qur'an bukanlah

kitab sains, tetapi ia memberikan pengetahuan tentang prinsip-prinsip sains yang

selalu dikaitkannya dengan pengetahuan metafisik dan spiritual. Oleh karena itu,

sains islam mempunyai karakter religus dan spiritual. Menurut Ibnu Sina, sebuah

25 Ahmad Tafsir, Filasafat Pendidikan Islam Integrasi Jasmani, Rohani, dan Kalbu Memanusiakan Manusia.cet. IV (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), 105-107.

Allah

Al-Kawn Al-Qur'an

Mistik Filsafat Sains Filsafat Sains Mistik

Page 19: BAB II INTEGRASI TAUHID DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM …digilib.uinsby.ac.id/1164/5/Bab 2.pdfINTEGRASI TAUHID DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM A. Tinjauan Tentang Tauhid dan Ilmu Pengetahuan

35

sains yang sejati jika ia menghubungkan pengetahuan tentang dunia dengan

pengetahuan tentang prinsip ilahi.26

Adapun alam merupakan sumber berbagai jenis pengetahuan; matematika,

fisika, dan metafisik, ilmiah dan spiritual, kualitatif dan kauantitatif, praktis dan

estetis. Hal ini karena sebagai dunia dan dipandang totalitasnya, realitas alam

semesta mencakup berbagai macam aspek. Setiap jenis pengetahuan bersesuaian

dengan aspek alam tertentu untuk dikaji secara terpisah.

Dalam Islam, kesatuan alam semesta dipandang sebagai citra kesatuan

prinsip Ilahi. Tujuan sains Islam adalah untuk memperlihatkan kesatuan alam

semesta, saling berhubungan seluruh bagian dan aspeknya. Alam dipandang

sebagai wahyu Ilahi, sebanding dengan Al-Qur'an. Ia menyampaikan pada

manusia pesan metafisika dan spiritual dari yang ternsenden. Dalam konsep

religius dan spiritual tentang alam inilah terdapat basis bagi kesatuan sains dan

pengetahuan spiritual.27

Argumen Endang Saifuddin anshari senada dengan penjelasan Oesman

Bakar dan Ahmad Tafsir, ia menjelaskan bahwa mustahil terjadi pertentangan

antara agama Islam dengan Ilmu pengetahuan atas filsafat yang benar. Sebab

ilmu atau filsafat yang benar adalah hasil usaha manusia dalam memahami

kenyataan alam, susunan alam, pembagian alam. Al-Qur'an atau ayat Qur'aniyah

tidak lain adalah pebukaan segenap alam semesta atau ayat kauiyah dalam satu

kitab. Kedua ayat Allah yaitu ayat Qur'aniyah dan ayat kauniyah itu saling

menafsirkan.28 Karena itulah, perbedaan formulasi antara ilmu yang satu dengan

yang lain tentang suatu masalah tertentu adalah lazim dalam dunia ilmu

26 Oesman Bakar, Tauhid dan Sains Perspektif Islam …………….149-156. 27 Ibid. 151. 28 Endang Saifuddin Anshari, Ilmu, Filsafat dan Agama (Surabaya: Bina Ilmu, 1987), 176.

Page 20: BAB II INTEGRASI TAUHID DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM …digilib.uinsby.ac.id/1164/5/Bab 2.pdfINTEGRASI TAUHID DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM A. Tinjauan Tentang Tauhid dan Ilmu Pengetahuan

36

pengetahuan. Dengan demikian terminologi "ilmu agama" dan "ilmu umum",

"non agama" adalah peristilahan sehari-hari dalam pengertian sempit saja.

C. Landasan Fondasional Integrasi Tauhid dan Ilmu Pengetahuan Alam

Dalam rangka memecahkan masalah integrasi ilmu pada perspektif

pendidikan. M. Dawam Raharjo dalam kajiannya tentang tauhid dan pendidikan,

ia berkesimpulan bahwa untuk bisa menghasilkan suatu pribadi yang integral

melalui proses pendidikan, berbagai konsep tauhid yaitu Uluhiyah, Rububiyah,

Mulkiyah, dan Rahmaniyahperlu diintegrasikan menjadi tauhid yang holistik. Ia

menjelaskan bahwa tauhid uluhiyah berimplikasi pada proses pendidikan lebih

banyak memberi kesempatan kepada peserta didik untuk: answering

questions,questioning answers, dan questioning question. Tauhid rububiyah

berimplikasi pada proses pendidikan yang lebih banyak memberi kesempatan

pada peserta didik untuk mengadakan penelitian, eksperimen di laboratorium dan

sebagainya. Tauhid mulkiyah berimplikasi pada proses pendidikan yang

menghasilkan nilai-nilai amanah dan tanggung jawab individu dan sosial serta

tanggung jawab atas segala amal perbuatannya di mula bumi. Tauhid rahmaniyah

akan berimplikasi pada tumbuh dan berkembang sifat dan sikap solidaritas

terhadap sesama serta solidaritas terhadapa makhluk lainnya termasuk alam

semesta.29

Dengan bahasa yang berbeda tetapi tujuan yang sama, mastuhu

menyebutkan bahwa: pendidikan Islam berangkat dari filsafat pendidikan

teosentris. Ciri-ciri filsafat pendidikan teosentris adalah: 1) ia mengandung dua

jenis nilai, yaitu nilai kenenaran absolut dan nilai kebenaran relatif. 2) bahwa

manusia dilahirkan sesuai dengan fitrahnya dan perkembangan selanjutnya

29 Dawam Raharjo, Intelektual Intelegensia dan Perilaku Politik Bangsa Risalah Cendekiawan Muslimin, (Bandung: Mizan, 1993), 430-442.

Page 21: BAB II INTEGRASI TAUHID DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM …digilib.uinsby.ac.id/1164/5/Bab 2.pdfINTEGRASI TAUHID DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM A. Tinjauan Tentang Tauhid dan Ilmu Pengetahuan

37

tergantung pada lingungan dan pendidikan yang diperolehnya. 3) kegiatan

pendidikan didasarkan pada tiga nilai kunci, yaitu ibadah, ikhlas dan Ridha Allah.

4) manusia dipandang secara utuh dan dalam kesatuan diri dengan kosmosnya

sebagai makhluk pencari kebenaran; 5) kegiatan belajar mengajar dianggap

sebagai bagian dari totalitas kehidupan.30

Tawaran tersebut pada dasarnya berada dalam satu arus pemikiran yang

sama, yang intinya bahwa pendidikan Islam bermuara pada prinsip ajaran dan

nilai-nilai katauhidan Islam. Namun demikian, diperlukan rumusan yang jelas

dan terinci mengenai filsafat pendidikan Islam yang bertolak dari prinsip tersebut,

sehingga dapat dijdikan landasan operasional dalam menjalankan sistem

pendidikan nasional.

Paradigma pendidikan islam adalah sebagai upaya pengembangan

pandangan hidup Islami, yang diwujudkan dalam sikap hidup dan

dimanifestasikan dalam keterampilan hidup sehari-hari, maka pengembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi akan bertolak dari suatu pandangan yang

teosentris dan antroposentris merupakan bagian esensial dari konsep teosentris.

Karena itulah, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak bersifat

value-free, tetapi value-bond, sehingga proses dan produk pencarian, penemuan

iptek lewat studi, penelitian, serta pemanfaatannya dalam kehidupan, merupakan

realisasi dari kekhalifahan dan pengabdiannya kepada Allah dalam rangka

mencari ridla-Nya di akhirat.

Kehidupan yang Islami menggarisbawahi perlunya bangunan ontologi,

epistemologi, dan aksiologi ilmu pengetahuan yang tidak hanya meyakini

kebenaran sensual-inderawi, rasional-logik dan etik insani, tetapi juga mengakui

30 Mastuhu, Dinamika istem Pendidikan Pesantren: Suatu Kajian Tentang Unsur dan Nilai Sistem Pendidikan Pesantren,(Jakarta: INIS, 1994), 16-17.

Page 22: BAB II INTEGRASI TAUHID DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM …digilib.uinsby.ac.id/1164/5/Bab 2.pdfINTEGRASI TAUHID DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM A. Tinjauan Tentang Tauhid dan Ilmu Pengetahuan

38

dan meyakini kebenaran transendental. Karena itu pengembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi tidak bersifat value-free, tetapi value-bond, dalam arti

berada dalam frame work yang merupakan realisasi dari nilai kekhalifahan dan

pengabdian pada-Nya.

Secara ontologi, ilmu pengetahuan agaknya bersifat netral, maksudnya ia

tidak dapat bersifat Islami, kapitalis, sosialis, komunis dan sebagainya. Dalam

IPA misalnya, hukum grafitasi misalnya tidak bisa dibawa kealiran tertentu,

demikian pula ilmu-ilmu liannya. Pernyataan ini benar jika ilmu pengetahuan itu

menerangkan hakikat yang ada. Tetapi ketika menjelaskan perubahan yang ada

atau apa yang terjadi, atau cara memanfaatkan hukum alam dan mengarahkannya

kealiran tertentu, maka ilmu pengetahuan tidak bersifat netral. Darwin (1809-

1882) tidak bisa dikatakan netral ketika mempergunakan peristiwa-peristiwa

ilmiah untuk mencapai kesimpulan bahwa manusia itu berasal dari kera.31

Berpijak pada pernyataan tersebut, maka ilmu pengetahuan tidak

hanyamengajarkan "yang ada" (existence) yang dalam hal ini dapat disebut netral,

tetapi juga mengarahkan "yang akan ada" (will exist), bagaimana

mempergunakan hakikat alam semesta dan hukum-hukumnya atau temuan ilmu

pengetahuan, serta bagaimana mengarahkannya kearah tertentu (aksiologi).

Dalam konteks ini, ada dua pilihan, yaitu, pilihan Ilahi atau pilihan manusiawi.

Integrasi ilmu dan agama tidak dapat dilakukan secara formalitas dengan

cara memberikan justifikasi ayat al-Qur'an pada setiap penemuan dan keilmuan,

memberikan label agama atau Islam pada istilah-istilah keilmuan dan sejenisnya,

tetapi perlu ada perubahan paradigma pada basis keilmuan Barat, agar sesuai

dengan basis dan khazanah keilmuan Islam yang berkaitan dengan realitas

31 Muhaimin, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), 247.

Page 23: BAB II INTEGRASI TAUHID DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM …digilib.uinsby.ac.id/1164/5/Bab 2.pdfINTEGRASI TAUHID DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM A. Tinjauan Tentang Tauhid dan Ilmu Pengetahuan

39

metafisik, religius dan teks suci. Hal ini penting sebab sebuah keilmuan tetap

bernafaskan sekuler, jika tidak didasarkan pada basis ontologism atau pandangan

dunia (world view) atau tauhid menurut istilah Nuqaib al-Attas. Begitu juga

sebuah epistemologi akan tetap bersifat "eksploitatif" dan "merusak" jika tidak

didasarkan pada ontologi yang Islami. Meski demikian, bangunan ilmu yang telah

terintegrasi tidak banyak berarti jika dipegang oleh orang yang tidak bermoral

dan tidak bertanggung jawab, maka perlu dibenahi pada aspek aksiologinya.32

Dengan demikian, pengembangan Pendidikan Islam bertolak dari konstruk

pemikiran atau epistemologi bahwa yang vertikal (ajaran dan nilai-nilai Ilahi)

merupakan sumber konsultasi, sentral dan didudukkan sebagai ayat, furqan,

hudan, dan rahmah. Sedangkan yang horizontal (pendapat, konsep, teori, temuan-

temuan dan sebagainya) berada dalam posisi sejajar yang saling sharing ideas,

selanjutnya dikonsultsikan pada ajaran dan nilai-nilai Ilahi terutama yang

menyangkut dimensi aksiologis.33

Pandangan seperti ini akan berimplikasi pada model kurikulum dan proses

pebelajaran yang dikembangkan pada lembaga pendidikan, yang tidak hanya

menekankan pada penguasaan ilmu agama Islam, tetapi juga menekankan pada

bagaiman ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni menrangkan berbagai

problem yang dihadapi kaum muslimin dalam kesehariannya.

Lingkungan religius di lembaga pendidikan, pada gilirannya akan

berdampak pada pengembangan pandangan hidup dan keterampilan hidup yang

berpresfektif Islami, akan sulit tercipta jika tidak didukung oleh seperangkat

sarana dan prasarana serta tenaga pendidikan yang mampu mengembangkan

32 A. Khudlori Sholeh, "Pokok Pikiran Tentang Integrasi Ilmu dan agama" dalam M. Lutfi musthofa, Helmi Syaifuddin (editor), Intelektualisme Islam Melacak Akar-akar Integrasi Ilmu dan agama, (Malang: Lembaga kajian al-Qur'an dan Sains UIN Malang, 2006), 261-262. 33 Muhaimin, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam, 248.

Page 24: BAB II INTEGRASI TAUHID DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM …digilib.uinsby.ac.id/1164/5/Bab 2.pdfINTEGRASI TAUHID DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM A. Tinjauan Tentang Tauhid dan Ilmu Pengetahuan

40

nilai-nilai Islam. Karena itulah SMPIT perlu mengembangkan program

sebagaimana dipesantren pada umumnya yang sekaligus memiliki tujuan ganda,

yaitu pendalaman dan pengayaan wawasan akan ilmu-ilmu keislaman, serta

pembinaan ruh keislaman dan atau integraslisasi nilai-nilai Islam melalui sarana

dan prasarana tersebut.

D. Kerangka Teoritik Integrasi

1. Pengertian Integrasi keilmuan

Integrasi berarti penyatuan supaya menjadi satu kebulatan atau menjadi

utuh.34 Integrasi juga dapat diartikan sebagai proses memadukan nilai-nilai

tertentu terhadap sebuah konsep lain yang berbeda sehingga menjadi satu

kesatuan yang koheren dan tidak bisa dipisahkan atau proses pembauran

sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh dan bulat.

M. Amir memberikan pengertian integrasi keilmuan: Integration of

Science means the recognition that all true knoledge is from Allah and all

sciences should be treated with equal respect whether it is scientific or

revealed.35

Definisi yang diajukan Amir Ali di atas menunjukkan adanya

keyakinannya bahwa, semua pengetahuan itu bersumber dari Allah (all true

knowladge is From Allah). Usman Hasan mempunyai keyakinan yang sama

dengan Amir Ali dengan menyatakan "knowladge Is the light that comes from

Allah"36

34 W.Y.S. Poerdowasminto, Konsosrsium Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1986), 384. 35 M. Amir Ali, Removing the Dichotomy of Sciences: A Necessity for the Growth of Muslim s. future Islam: A Journal of Future Ideology that Shapes Today the World Tomorrow. http://www.futureislam.com/20050301/insight/amir_ali/removing_dicotomy_of_sciences.asp,. 36 Usman Hasan, The Concept of Ilm and Knowladge in Islam, The Association of Muslim Scientists and Engineers, 2003,3. Pernyataan ini dikutip oleh Husni Toyyar dalam makalahnya "Model-model Integrasi Keilmuan" yang disampaikan pada seminar menggagas integrasi Keilmuan Islam si Nusantara.

Page 25: BAB II INTEGRASI TAUHID DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM …digilib.uinsby.ac.id/1164/5/Bab 2.pdfINTEGRASI TAUHID DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM A. Tinjauan Tentang Tauhid dan Ilmu Pengetahuan

41

Adanya konsep integrasi keilmuan di kalangan ilmuan ini berkaitan erat

dengan konteks historis dan sosiologis, perkembangan ilmu dan agama itu

sendiri yang sudah lama mengalami dikotomisasi baik dikalangan ilmua Barat

maupun dikalangan ilmuan Muslim sebagaimana telah dan akan dijelaskan

pada bagian sebelum dan sesudah bab ini.

Dalam wacana integrasi keilmuan ini, integrasi dalam arti generiknya

dimaksudkan sebagai upaya memadukan dua entitas yang berbeda (ilmu

umum dan ilmu agama Islam) dalam satu payung keilmuan. Konsep integrasi

keilmuan ini dikalangan umat Islam menjadi lebih populer dengan istilah

islamisasi ilmu pengetahuan. Adanya usaha de-sekulerisasi ilmu pengetahuan,

dialkukan dengan memasukkan niali-nilai atau konsep-konsep agama dalam

memaknai paradigma ilmu sehingga muncullah konsepsi ilmu baru yang lebih

komunis-religius. Dalam bukunya Kuntowijiyo menjelaskan bahwa integrasi

keilmuan yang dimaksud bukan hanya bersifat menyatukan atau

menggabungkan bagi integrasi keilmuan yang memberi ruang yang cukup

pada aktifitas nalar manusia (sekularisme) dan juga menyediakan keleluasaan

pada Tuhan dengan Wahyunya.37

Jika ditelaah lebih lanjut, berdasarkan definisi dari beberapa ilmuan dan

juga berdasarkan praktek-praktek integrasi yang berlangsung dikalangan

ilmuwan Barat dan ilmuwan Muslim maka integrasi mempunyai beberapa

makna dan pemahaman. Pertama, integrasi akan bermakna re-integrasi atau

"menikahkan" kembali ilmu dan agama yang selama ini mengalami

"perceraian". Makna integrasi yang pertama ini mempunyai relevansi dengan

wacana integrasi ilmu dan agama di Barat yang selama ini mempopulerkan

37 Kuntowijoyo, Isam Sebagai Ilmu Epistemologi, Metodologi dan Etika, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2006), 55.

Page 26: BAB II INTEGRASI TAUHID DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM …digilib.uinsby.ac.id/1164/5/Bab 2.pdfINTEGRASI TAUHID DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM A. Tinjauan Tentang Tauhid dan Ilmu Pengetahuan

42

adanya kontradiksi ilmu dan agama sehingga keduanya senantaisa dipisahkan.

Kedua, integrasi mengandung makna unity, yaitu bahwa Ilmu dan agama

mempunyai kesatuan primordial. Pengertian ini sangat cocok untuk

menggambarkan integrasi keilmuan yang dilakukan oleh umat Islam yang

meyakini bahwa pada dasarnya ilmu dan agama itu berasal dari sumber yang

sama yakni dari Allah SWT. Ada juga yang mengartikan integrasi yang sama

sekali berbeda dengan pengertian di atas, dalam hal ini integrasi bukan

diartikan sebagai peleburan tapi integrasi sebagai keterpaduan atau

keterhubungan.38

Adanya integrasi keilmuan seperti yang dimaksud dalam pembahasan

ini, meripakan paradigma baru dalam perkembangan ilmu. Jika dipetakan

maka ada tiga paradigma keilmuan yang berkembang selama ini. Pertama,

paradigma ilmu sekuler yang lebih dikenal dengan (scientific paradigm).

Kedua, paradigma ilmu Isalam. Meminjam teori yang digagas oleh Thomas

Khun mungkin inilah yang disebut sebagai revolusi ilmiah (the scintific

revolution).39 Dalam bukunya yang berjudul The Structur Of Scientific

Revolution Khan menjelaskan secara gamblang mengenai adanya perubahan

perkembangan ilmu pengetahuan. Model dinamika perubahan ilmu menurut

Khan adalah sebagai berikut:

Paradigma 1- normal science-a-normalies-crisis-revolusi ilmiah-

Paradigma II –crisis-dan begitu seterusnya

Meminjam teori revolusi ilmiah seperti gagasan Thmas Khun di atas,

maka dalam penelitian ini memunculkan ilmu agama dan ilmu umum sebagai

ilmu yang mandiri dan sudah dianggap umum serta mempunyai metodologi 39 Thomas S Khun, The Structure Of Scientific Revolution, (Chichago: The University Of Chichago Press, 1970).

Page 27: BAB II INTEGRASI TAUHID DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM …digilib.uinsby.ac.id/1164/5/Bab 2.pdfINTEGRASI TAUHID DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM A. Tinjauan Tentang Tauhid dan Ilmu Pengetahuan

43

dan landasan filosofisnya sendiri. Keadaan semacam ini dalam istilah Khun

disebut sebagai normal science. kemudian kedua paradigma keilmuan ini

dianggap mengalami krisis oleh berbagai ilmuan karena dianggap tidak bisa

lagi berfungsi sebagai mestinya. Hal demikian, dalam proses revolusi ilmiah

Khun disebut sebagai anomali (penyimpangan). Anomali yang dimaksud

adalah kekurangan-kekurangan yang enempel pada kedua paradigma keilmuan

tersebut. Adapun integrasi kuilmuan sebagaimana dimaksud dalam penelitian

ini sebagai paradigma baru keilmuan yang diproyeksikan akan mengurangi

krisis yang dialami kedua jenis ilmu pengetahuan dimaksud pada masa

sebelumnya.

Namun proses integrasi keiluan ini mengandung beberapa problem

ketika dihadapkan pada masalah bagaiana formulasi-formulasi serta

rekonstrusi model keilmuan yang representatif secara filosofis-metodologis

dan prakteknya. Problematika ini bisa diintrodusir dari beberapa model dan

konsepsi integrasi keilmuan yang berbeda-beda dikalangan para ilmuan

Musliam. Tidak adanya konsensus yang disepakati dikalangan Muslim dalam

merekonstruksi paradigma integrasi keilmuan yang dimaksud berakibat pada

adanya truth claim antara konsep integrasi keilmuan yang dibangun oleh

ilmuan Muslim yang satu dengan yang lainnya. Sudarminto, misalnya pernah

mengajukan apa yang disebutkan sebagai ”integrasi yang valid", tetapi pada

kesempatan yang lain ia juga mengkritik adanya integrasi dengan istilah

"integrasi yang rumit" (istilah yang digunakan untuk menyebut kecendrungan

pencocok-cocokan secara dangkal ayat-ayat al-kitab suci dengan temuan-

temuan ilmiah.40

40 Zainal Abidin Bagir, Integrasi Ilmu dan Agama Interpretasi dan Aksi, (Bandung: Mizan 2005), 19.

Page 28: BAB II INTEGRASI TAUHID DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM …digilib.uinsby.ac.id/1164/5/Bab 2.pdfINTEGRASI TAUHID DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM A. Tinjauan Tentang Tauhid dan Ilmu Pengetahuan

44

Integrasi ilmu sebagai paradigma atau cara pandang atau juga bisa

dikatakan sbagai sebuah pendekatan (approach) terhadap ilmu pengetahuan

yang bersifat dengan pemaduan dapat diurakan dengan bebearapa kerangka

paradigma integrasi berikut seagaimana diajukan oleh Wahidul Anam yakni

paradigma integrasi ilmu integrative, paradigma integrasi ilmu integralistik

dan paradigma integrasi ilmu terbuka atau atau paradigma dialogis.41 Ketiga

paradigma integrasi keilmuan yang dimaksud, sebenarnya dirumuskan dari

beberapa usaha usaha integrasi yang sudah dilakukan oleh beberapa tokoh

yang mencari formulasi yang tepat untuk memasukkan nilai-nilai Islam dalam

ilmu pengetahuan atau yang menginginkan ilmu pengetahuan itu sendiri selalu

berpijak pada nilai-nilai Islam. Berikut ini usulan tentang ketiga paradigma

integrasi keilmuan sebagaimana dimaksudkan di atas.

Pertama, paradigma integrasi ilmu integrative dalam paradigma yang

pertama ini semua jenis ilmu pengetahuan dilebur dalam satu kesatuan yang

sama dan menjadikan Allah sebagai sumber utama atau satu-satunya sumber

yang paling tinggi. Hal ini senada dengan apa yang dikatakan oleh Mulyadhi

Kartanegara bahwa sumber dan basis ilmu-ilmu agama dan umum berasal dari

sumber yang sama, yaitu Allah yang maha mengetahui, konsep ini dikenal

dengan konsep tauhid,42 sementara sumber-sumber yang lain dalam perspektif

paradigma ini dianggap sebagai sumber penentu atau penunjang sumber

utama. Paradigma ini mencoba melebur antara sekuler dan paradigma agama

kedalam satu kerangka berfikir yang lebih holistik dan universal. Dalam

perspektif paradigma integrative ini sumber ilmu pengetahuan yang terdiri dari

akal, indra, wahyu, dan intuisi mempunyai porsi dan posisi yang sama. Namun 41 Wahidul Anam, Akal dan Wahyu Sebagai Sumber Ilmu: Upaya mengintegrasikan Paradigma Ilmu Sekuler dan Islam, (Blitar: STKIP PGRI, 2009), 66. 42 Mulyadhi Kartanegara, Integrasi Ilmu: Tak Sekedar Menyatukan Ilmu Sekuler dan Agama, 22.

Page 29: BAB II INTEGRASI TAUHID DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM …digilib.uinsby.ac.id/1164/5/Bab 2.pdfINTEGRASI TAUHID DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM A. Tinjauan Tentang Tauhid dan Ilmu Pengetahuan

45

secara hirarkis paradigma integrative ini menempatkan wahyu sebagai media

pengetahuna yang berasal dari Allah sebagai sumber utama. Gerakan

islamisasi yang mencoba menggabungkan ilmu pengetahuan dalam satu pohon

ilmu ini menurut Wahidin Anam dapat dikelompokkan dalam paradigma

integral ilmu integrative.43

Kedua, paradigma integrasi ilmu integralistik, tidak jauh berbeda dengan

paradigma integralisme, paradigma integralistik juga menganggap Tuhan

sebagai sumber intinya. Paradigma integralistik tidak melebur sumber ilmu,

sebagaimana sumber integrative tetapi menjadikan sumber yang lain tersebut

sebagai bagian dari sumber ilmu Tuhan. Kuntowijoyo merupakan salah satu

ilmuan yang mempunyai pandangan interasi ilmu integralistik tipologi yang

kedua ini. Istilah yang dipakai oleh Kuntowijoyo adalah pengilmuan Islam

bukan islamisasi ilmu pengetahuan. Pengilmuan Islam berdasarkan prinsip

melihat realitas melalui Islam dan eksistensi humaniora dalam al-Qur'an.44

Untuk memperkuat gagasan ini Kuntowijoyo mengajukan tiga hal yang

bisa dilakukan untuk merealisasikannya. Pertama, Kuntowijoyo menjadikan

al-Qur'an dan hadith sebagai titik berangkat dalam melihat realitas.45 Jadi

menurut Kuntowijoyo analisa ilmiah berawal dari teks menuju konteks.

Metodologi ini disebut sebagai proses demistifikasi. Konsep ini sebagai kritik

terhadap yang selama ini berlangsung dalam jagad keilmuan. Ada ilmu

mistifikasi yang perlu dikritik dan diperbaharui sebagaimana dicatat oleh

Wahidul Anam. Lima mistifikasi tersebut diantaranya:

43 Wahidul Anam, "Akal dan Wahyu Sebagai Sumber……….66. 44 Kuntowijoyo, Islam Sebagai Ilmu………1. 45 Ibid.

Page 30: BAB II INTEGRASI TAUHID DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM …digilib.uinsby.ac.id/1164/5/Bab 2.pdfINTEGRASI TAUHID DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM A. Tinjauan Tentang Tauhid dan Ilmu Pengetahuan

46

"mistik metafisik" (hilangnya manusia dari "dalam" Tuhan). "Mistik

sosial" (hilangnya perorangan dalam satuan yang lebih besar, organisasi, sekte

dan masyarakat) "mistik etis" (hilangnya daya seseorang menghadapi

nasibnya, (hilangnya nalar atau akal seseorang karena kejadian-kejadian yang

tidak masuk pada akalnya) "mistik kenyataan" (hilangnya hubungan

keagamaan dengan kenyataan, kenyataan sebagai sebuah konteks).46

Kelima mistik di atas yang melatarbelakangi Kuntowijoyo untuk

melakukan gerakan demistifikasi yaitu suatu gerakan intelektual yang

menghubungkan kembali teks dengan konteks. Kedua, realitas harus dilihat

melalui realitas Islam, hal ini sangat diperlukan karena menurut Kuntowijoyo

meminjam konsep aa yang ada dalam ilmu budaya dan sosiologi pengetahuan,

realitas itu tidak bisa dilihat secara langsung oleh orang tetapi melalui tabir

(kata, konsep, simbol budaya dan kesepakatan masyarakat), selain itu

Kuntowijoyo berpandangan bahwa ilmu sekuler tidak semuanya objektif.47

Selanjutnya, untuk melakukan pengilmuan Islam ini Kuntowijoyo menegaskan

adanya (human factor), adanya keterlibatan pengalaman manusia dalam

konstruksi ilmu pengetahuan.48

Ketiga, paradigma integrasi ilmu terbuka atau dialogis paradigma ini

mempunyai asumsi dasar tidak adanya saling menegaskan antara sains dan

agama. Paradigma ini juga memberi keleluasaan terhadap keduanya

dalampengembangannya sesuai dengan tabi'atnya masing-masing. Kemudian

keduanya bertemu dalam ruang dialog untuk saling melengkapi tanpa adanya

justifikasi mengaku yang paling benar (truth claim) dari masing-masing

46 Wahidul Anam, Akal dan Wahyu Sebagai Sumber…………87-88. 47 Kuntowijoyo, Islam Sebagai Ilmu, Epistemologi……………2. 48 Ibid, 3.

Page 31: BAB II INTEGRASI TAUHID DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM …digilib.uinsby.ac.id/1164/5/Bab 2.pdfINTEGRASI TAUHID DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM A. Tinjauan Tentang Tauhid dan Ilmu Pengetahuan

47

rumpun keislaman tersebut. Anam menegaskan bahwa paradigma ini

menawarkan kemungkinan adanya interaksi dan dialog antara jenis ilmu

pengetahuan agama dan umum dalam level kontruksi, eksistensi ataupun pada

tahap aksiologi atau pemahaman ilmu.49

2. Konsep Integrasi Ilmu dan Agama

Pada sekitar kurang lebih abad ke-15 ada juga menyebut abad ke-16

filsafat kembal menemukan kebebasannya, setelah sekian lama berada dalam

kungkungan gereja. Hal ini ditandai dengan munculnya gerakan Rennaissance,

yang berarti kelahiran kembali50 yang dimaksud dengan gerakan afklarung

yang terjadi pada abad ke 18. Gerakan afklarung berhasil membuat filsafat

tidak lagi berada dalam kungkungan agama (gerejawan). Peristiwa ini rupanya

merupakan cikal bakal sekularisme di Barat. Agamawan berjalan menurut

kebenaran dan doktrin gereja, sedangkan ilmu berjalan sesuai dengan struktur

dan ukuran rasional dan empirisnya. Akibatnya, antara agama dan ilmu tidak

ada persinggungan, sehingga sains di Barat tidak mengenal agama. Dari

sinilah kemudian muncul semboyan sains untuk sains, atau sains bebas nilai.51

Secara teoritis, ada beberapa konsep tentang integrasi ilmu dan agama

yang dapat digunakan untuk mengembangkan sistem pendidikan dilemabaga

pendidikan Islam, sebagai berikut:

Pertama, integrasi teologis yang dikembangkan Ian Barbour, konsep ini

berusaha mencari implikasi teologis atas berbagai teori ilmiah mutakhir,

kemudian satu teologi baru dibangun dengan memperhatikan juga

teologintradisional sebagai salah satu sumber. Pandangan konseptual teologi 49 Wahidul Anam, Akal dan Wahyu Sebagai Sumber…………87-88 50 Robert Solomon, Short History….163. lihat juga Harun Hadiwijono, Seri Sejarah Filsafat Barat 2 (Yogyakarta: Kanisius, 2007) 2011. 51 Ahmad Tafsir, Filsafat Ilmu……….47-48, Amsal Bakhtiar, Filsafat Agama (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), 228-229.

Page 32: BAB II INTEGRASI TAUHID DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM …digilib.uinsby.ac.id/1164/5/Bab 2.pdfINTEGRASI TAUHID DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM A. Tinjauan Tentang Tauhid dan Ilmu Pengetahuan

48

dapat berubah atas nama "belajar dari ilmu". Teori-teori ilmiah dapat

memberikan dampak kuat bagi perumusan doktrin-doktrin tertentu terutama

tentang penciptaan dan sifat manusia. Dalam hal ini, istilah yang digunakan

arbour adalah theology of natur, untuk membedakannya dengan istilah natural

theology, bahwa klaim eksistensi Tuhan dapat disimpulkan oleh bukti tentang

desain alam. Selain dua model integrasi tersebut, Barbour juga mendukung

konsep integrasi sintesis sistematis, bahwa ilmu dan agama memberikan

kontribusi pada pengembangan metafisika inklusif.52

Pandangan theology of nature Barbour mendapat kritik dari Hotman

Smith dan Sayyed Hosein Nasr, karena apabila teologi setiap saat berubah

karena berinteraksi atau belajar dari ilmu, akan menimbulkan kesan bahwa

teologi berada di bawah ilmu. Sebagai pendukung filasafat ferennial, dua

tokoh ini berpandangan bahwa teologi dalam konsep esoteriknya memiliki

kebernaran yang perennial (abadi). Teologi hendaknya menjadi tolok ukur

bagi teori-teori ilmiah, dan bukan sebaliknya.53

Kedua, agama sebagai konfirmasi ilmu yang dikemukakan oleh John F.

Haught. Integrasi yang diinginkan Haught tidak hanya meleburkan ilmu dan

agama, serta tidak hanya bertujuan untuk menghindari konflik, tetapi

menempatkan agama sebagai pendukung seluruh kegiatan ilmiah.

Menjawab sluruh pandangan yang menuduh bahwa ilmulah yang

menyebabkan berbagai persoalan dalam kehiduan ini, seperti kerusakan

lingkungan dan lain-lain, Haught juetru menyatakan bahwa agama

memberikan "konfirmasi" terhadap perkembangan ilmu. Meskipun agama

52 Ibid, 95. 53 Zainal Abidin Bagir, "Bagaimana Mengintegrasikan Ilmu dan agama?", dalam Jarot Eahyudi dkk (editor), Integrasi Ilmu dan Agama Interpretasi dan Aksi, (Yogyakarta: MYIA-CRCS dan Suka Press, 2005), 21.

Page 33: BAB II INTEGRASI TAUHID DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM …digilib.uinsby.ac.id/1164/5/Bab 2.pdfINTEGRASI TAUHID DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM A. Tinjauan Tentang Tauhid dan Ilmu Pengetahuan

49

memberikan konfirmasi, agama tidak boleh mencampuri budaya nyata karya

ilmu karena agama tidak dapat menambahkan apapun pada daftar penemuan

ilmu. Agama tidak memberikan informasi kepada ilmuan seperti hanlnya

informasi yang dapat dikumpulkan oleh ilmu itu sendiri.54

Konsep Integrasi yang dikemukakan Haught terkesan masih belum

optimal, karena dalam al-Qur'an banyak ayat yang mendasari dan mensimulasi

penemuan ilmiah, bahkan menjadi paradigma bagi pengembangan ilmu, antara

lain sebagai berikut:

1. Beberapa ayat yang memberikan informasi terkait dengan ilmu kesehatan

antara lain:

a. Surat an-Nahl (16) ayat 68 dan 69 mengenai kehidupan lebah yang

menghasilkan madu dari sari buah-buahan yang dapat dijadikan obat

bagi manusia.

Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: "Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia", Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang Telah dimudahkan (bagimu). dari perut lebah itu ke luar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan.55

54 John F. Haught, terj. Farnsiskus Borgias, Perjumpaan Sains dan Agama Dari Konflik ke Dialog (Bandung: Mizan, 2004), 28. 55 Al-Qur'an Terjemah Depag RI, 16: 68-69.

Page 34: BAB II INTEGRASI TAUHID DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM …digilib.uinsby.ac.id/1164/5/Bab 2.pdfINTEGRASI TAUHID DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM A. Tinjauan Tentang Tauhid dan Ilmu Pengetahuan

50

b. Surah al-baqarah (2) ayat 233 mengenai gizi yang terbaik untuk bayi,

yaitu anjuran menyembpurnakan penyusuan bayi hingga dua tahun.

Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Quran yang kami wahyukan kepada hamba kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al Quran itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.56

2. Ayat yang memberikan informasi tentang penciptaan alam semesta

yaitu alam semesta yang diciptakan Allah dengan sistem evolusi atau

bertahap, yaitu surat as-Sajdah (32) ayat 4:

Allah lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam masa, Kemudian dia bersemayam di atas 'Arsy. tidak ada bagi kamu selain dari padanya seorang penolongpun dan tidak (pula) seorang pemberi syafa'at. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?57

Ayat ini sebenarnya menunjukkan bahwa tidak ada pertentangan

antara faham kreasionisme dan evolusionisme.

Ketiga, islamisasi ilmu yang dikembangkan oleh Naquib al-Attas dan

Ismail Raji al-Faruqi. Islamisasi ilmu menurut al-Attas dimaksudkan sebagai

uapaya dewesternisasi ilmu yang telah menyusup dalam seluruh aspek

56 Ibid, 2:233 57 Ibid, 32:4

Page 35: BAB II INTEGRASI TAUHID DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM …digilib.uinsby.ac.id/1164/5/Bab 2.pdfINTEGRASI TAUHID DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM A. Tinjauan Tentang Tauhid dan Ilmu Pengetahuan

51

keilmuan. Ilmu harus dibersihkan dari aspek sekularisme dengan meletakkan

kembali otoritas wahyu dan intuisi.58

Islamisasi ilmu al-Attas dalam konteks integrasi dapat dikatakan sebagai

"integrasi monistik". Ia menolak dualisme ilmu antara ilmu fardhu 'ain dan

fardhu kifayah, ilmu aqliyah dan ilmu naqliyah sebagaimana diungkapkan al-

Ghazali. Setiap ilmu mempunyai status ontologis yang sama, yang

membedakan adalah hierarkhi ilmu, yaitu tingkat kebenarannya, misalnya

naqliyah memiliki tingkat kebenarannya lebih tinggi dari ilmu 'aqliyah.

Sedangkan menurut Ismail al-faruqi, islamisasi ilmu dimaknai sebagai

upaya pengintegrasian disiplin ilmu-ilmu modern dengan hazanah warisan

Islam. Langkah utama dari upaya ini adalah dengan menguasai seluruh disiplin

ilmu modern, memahaminya secara menyeluruh. Setalah prasarat ini terpenuhi

tahap berikutnya adalah melakukan eliminasi, mengubah, menginterpretasikan

ulang dan mengadaptasikan komponen-komponen dengan pandangan dunia

Islam dan nilai-nilai yang tercakup didalamnya.59

Pemikiran al-Attas dan al-Faruqi tentang islamisasi ilmu ada sedikit

perbedaan. Al-Faruqi tampaknya lebih bisa menerima konstruk ilmu

pengetahuan modern, yang penting adalah penguasaan terhadap prinsip-

prinsip Islam sehingga sarjan muslim dapat membaca dan menafsirkan

konstruk ilmu pengethauan modern tersebut dengan cara yang berbeda.

Sementara al-Attas lebih menekankan pada keaslian (origianility) yang digali

dari tradisi lokal. Dalam pandangan al-Attas, pradaban Islam klasik sudah

58 Syed Muhammad Naquib Al-Attas, Islam dan Sekularisme, (Bandung: Pustaka, 1981), 148. 59 Arqom Kuswanjono, Integrasi Ilmu dan agama Perspektif Filasafat Mulla Sadra (Yogyakarta: Pustaka, 2010), 74.

Page 36: BAB II INTEGRASI TAUHID DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM …digilib.uinsby.ac.id/1164/5/Bab 2.pdfINTEGRASI TAUHID DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM A. Tinjauan Tentang Tauhid dan Ilmu Pengetahuan

52

cukup lama berinteraksi dengan peradaban lain, sehingga umat Islam sudah

memiliki kapasitas untuk mengembangkan bangunan ilmu pengetahuan

sendiri.

Sardar menolak pandangan al-Attas dan al-Faruqi bahwa salah satu

tujuan program Islamisasi ilmu pengetahuan adalah untuk menetapkan

relevansi antara Islam dengan setiap bidang ilmu pengetahuan modern.

Menurutnya bukan Islam yang perlu direlevankan dengan pengetahuan

modern, melainkan ilmu pengetahuan modern yang harus relevan dengan

Islam.60

Keempat, pengilmuan Islam yang diungkapkan Kuntowijoyo, model ini

membalik konsep islamisasi ilmu yang merupakan gerakan dari konteks ke

teks menjadi gerakan dari teks ke konteks, maksudnya teks al-Qur'an dan al-

Hadits dijadikan sebagai paradigma dalam pengembangan ilmu.

Menurut Kuntowijoyo, ada dua metodologi yang dapat dipakai dalam

proses pengilmuan Islam, yaitu integralisasi dan objektivikasi. Pertama,

integralisasi yaitu pengintegrasian kakayaan kelmuan manusia dengan wahyu

(petunjuk Allah dalam al-Qur'an serta pelaksanaannya dalam sunnah Nabi).

Kedua, objektivikasi, adalah menjadikan pengilmuan Islam sebagai rahma

untuk semua orang.61

Selanjutnya, Kuntowijoyo menggambarkan alur pertumbuhan ilmu-ilmu

integralistik sebagai berikut:

Agama teoantroposentrisme Dediferensiasi ilmu integralistik 60 Zainuddin Sardar, Islamic Future, (Malaysia: selangor darul Ehsan, 1988), 101. 61 Kuntowijoyo, Islam Sebagai Ilmu: Epistemologi, Metodologi dan Etika (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2007), 49.

Page 37: BAB II INTEGRASI TAUHID DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM …digilib.uinsby.ac.id/1164/5/Bab 2.pdfINTEGRASI TAUHID DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM A. Tinjauan Tentang Tauhid dan Ilmu Pengetahuan

53

1. Agama, al-Qur'an merupakan wahyu allah, yang mengatur hubungan

manusia dengan Allah, diri sendiri, lingkungan (fisik, sosial,

budaya). Al-Qur'an merupakan petunjuk etika, kebijaksanaan dan

dapat menjadi grend theory, wahyu tidak pernah mengklaim sebagai

ilmu qua ilmu.

2. Teoantroposentrisme agama memang mengklaim sebagai sumber

kebenaran, etika, hukum, kebijksanaan. Agama tidak pernah

menjadikan wahyu Allah sebagai satu-satunya sumber pengetahuan

dan melupakan kecerdasan manusia, atau sebaliknya menganggap

pikiran manusia sebgagai satu-satunya sumber pengetahuan dan

melupakan Allah. Jadi sumber pengetahuan ada dua macam, yaitu

yang berasal dari Allah dan berasal dari manusia, atau disebut

teoantroposentrisme.

3. Dediferensiasi peradaban yang disebut pascamodern/post-modern

perlu ada perubahan. Perubahan itu adalah dediferensiasi. Kalau

diferensiasi menghendaki pemisahan antara agama dan sektor-sektor

kehidupan lain, maka dediferensiasi adalah penyatuan kembali

agama dengan sektor-sektor kehidupan lain, termasuk agama dan

ilmu.

4. Ilmu integralistik. Ilmu yang menyatukan wahyu Allah dan temuan

pikiran manusia. Ilmu-ilmu integralistik tidak akan mengucilkan

Allah (sekularisme) atau mengucilkan manusiadiharapkan

integralisme akan sekaligus menyelesaikan konflik antara

Page 38: BAB II INTEGRASI TAUHID DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM …digilib.uinsby.ac.id/1164/5/Bab 2.pdfINTEGRASI TAUHID DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM A. Tinjauan Tentang Tauhid dan Ilmu Pengetahuan

54

sekularisme ekstrim dan agama-agama radikal dalam banyak

sektor.62

Amin abdullah menawarkan konsep jaring-jaring laba-laba keilmuan

teoantroposentris-integralistik. Amin Abdullah ingin menunjukkan dua hal.

Pertama, idealitas yang ingin dicapai dari teoantroposentris-integralistik yaitu

penyatuan seluruh ilmu yang ada di dunia ini. Kedua, kondisi riil dari aktifitas

keilmuan dari pendidikan agama dilembaga pendidikan Islam.

Kenyatannya pendidikan agama hanya terfokuskan pada lingkaran ke-1

(al-Qur'an dan sunnah) dan lingkaran ke-2 (kalam, filsafat, tasawuf, hadith,

tarikh, fiqh, tafsir, lughah), selain itu pendekatannya masih humaniora klasik.

Secara umum lembaga pendidikan Islam belum sepenuhnya mampu masuk

kedalam ilmu-ilmu sosial humaniora kontemporer seperti tergambar dalam

lingkaran ke-3 (antropologi, sosiologi, psikologi, filsafat dan lain-lain).

Akibatnya terjadi jurang yang tidak terjembatani antara ilmu-ilmu keislaman

klasik dan ilmu-ilmu keislaman baru yang telah memanfaatkan analisis ilmu-

ilmu sosial dan humaniora kontemporer.63

Berdasarkan pemaparan di atas, lebih jelasnya konsep integrasi ilmu dan

agama dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel. 2.2.

Konsep Integrasi Ilmu dan Agama

No. Tokoh Integrasi Konsep Integrasi

1 Ian Barbour Kembangkan integrasi teologis dengan

istilah theologi of nature, bahwa klaim

62 Kuntowijoyo, Islam Sebagai Ilmu…51-54. 63 Amin Abdullah, "Etika Tauhid Sebagai Dasar Kesatuan EpistemologiKeilmuan Umum dan Agama" dalam Jarot Wahyudi, dkk. (editor), Menyatukan Kembali Ilmu-ilmu Agama dan Umum, Upaya Mempertemukan Epistemologi Islam dan Umum, (Yogyakarta: Sunan Kalijaga Press, 2003), 12-13.

Page 39: BAB II INTEGRASI TAUHID DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM …digilib.uinsby.ac.id/1164/5/Bab 2.pdfINTEGRASI TAUHID DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM A. Tinjauan Tentang Tauhid dan Ilmu Pengetahuan

55

eksistensi Tuhan dapat disimpulkan oleh

bukti tentang desain alam.

2 Johan F Haught Agama sebagai konfirmasi ilmu (agama

sebagai pendukung seluruh upaya kegiatan

ilmiah)

3 Nuqaib al-Attas dan

Ismail Raji al-Faruqi

Islamisasi ilmu (dari konteks ke teks) dalam

konteks integrasi dapat dikatakan "integrasi

monistik". Ia menolak dualisme ilmu antara

ilmu fardhu 'ain dan fardhu kifayah, ilmu

aqliyah dan ilmu naqliyah sebagaimana

diungkapkan al-Ghazali.

4 Kuntowijoyo Pengilmuan Islam (dari teks ke konteks),

yaitu teks al-Qur'an dan hadith dijadikan

sebagai paradigma bagi pengembangan ilmu.

Ada dua metodologi yang dapat dipakai

dalam proses pengilmuan Islam yaitu

integralisasi dan obyektivikasi.

5 Amin Abdullah Jaring-jaring laba-laba keilmuan

teoantroposentris-integralistik.

Beberapa gagasan tentang itegrasi ilmu dari agama di atas, pemikiran al-

Faruqi sedikit banyak terlihat keterpengaruhannya dengan konsep integrasi

ilmu yang dikembangkan di lembaga pendidikan Islam.

Page 40: BAB II INTEGRASI TAUHID DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM …digilib.uinsby.ac.id/1164/5/Bab 2.pdfINTEGRASI TAUHID DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM A. Tinjauan Tentang Tauhid dan Ilmu Pengetahuan

56

3. Konsep Integrasi Agama dan Sains Dalam Pandangan Islam

Untuk membahas tentang konsepsi integrasi agama dan sains dalam

pandangan Islam, maka akan ditinjau dari berbagai perspektif yakni integrasi

keilmuan ditinjau dari normatif, ontologis, historis dan juga filosofisnya.64

Walaupun secara normatif ilmuan muslim meyakini bahwa semua

pengetahuan berasal dari Allah dan tidak membeda-bedakan antara keduanya,

namun dalam prakteknya secara historis-sosiologis, ilmu agama lebih

mendapatkan legitimasi secara de jure ataupun ssecara de facto dianggap lebih

utama dikalangan ilmuwan Muslim. Hal ini terjadi karena ilmu agama

dipandang sebagai sebuah medium menuju Allah.65

Tinjauan normatif-sosiologis pada prinsipnya dapat diartikan sebagai

suatu paradigma untuk memahami sesuatu dengan dengan menjadikan ajaran

yang berasal dari Allahsebagai titik pijaknya.66 Dengan memakai pijakan

teologis ini, maka setiap masalah akan dilihat dengan memakai persepektif

Allah tentunya, berdasarkan wahyu yang diturunkan-Nya. Dalam

permasalahan ilmu pengetahuan sebenarnya Islam ssecara normatif-teologis

tidak membedakan ilmu non-agama yang bersifat keduniawian dan ilmu

agama yang bersfat keakhiratan. Kedua dimensi kehidupan ini harus

seimbang. Asumsi ini berdasarkan ayat berikut:

64 Penjelasan yang komprehensif untuk masalah ini dapat dilihat dalam Abuddin Nata, Integrasi ilmu agama dan ilmu Umum, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), 65 Azyumardi Azra, Pendidikan Tinggi Islam dan Kemajuan Sains, dalam Michael Stanton, Pendidikan Tinggi Dalam Islam, Sejarah Dan Peranannya Dalam Kemajuan Ilmu Pengetahuan, terj. Afandi dan Hasan As'ari (Jakarta: Logos Publishing, 1994), Vii 66Abuddin Nata, et.al, Integrasi Ilmu……..49.

Page 41: BAB II INTEGRASI TAUHID DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM …digilib.uinsby.ac.id/1164/5/Bab 2.pdfINTEGRASI TAUHID DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM A. Tinjauan Tentang Tauhid dan Ilmu Pengetahuan

57

Dan carilah pada apa yang Telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah Telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.

Ayat di atas cukup jelas, memrintahkan kepada manusia untuk mencari

hal-hal yang dapat menunjang kehidupan dunia termasuk ilmu pengetahuan

dan teknologi yang dalam masa modrn ini sangat penting dalam menunjang

kehidupan manusia, baik yang nersifat keduniawian maupun keakhiratan.

Ayat lain yang membicarakan eksistensi kehdupan dunia dan akhirat

adalah QS. Al-Baqarah (2) ayat 201 berikut ini,

Dan di antara mereka ada orang yang bendoa: "Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka"

Dalam ayat ini secara jelas manusia dianjurkan untuk berdo'a kepada

Allah, supaya diberikan kebahagiaan di dunia dan juga kebahagiaan di akhirat.

Kedua ayat di atas menunjukkan pentingnya kehidupan dunia untuk menopang

kehidupan akhirat. Dan untuk mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat

maka harus digapai dengan ilmu, sebagaimana sabda Nabi Muhammad

berikut:

Man arada dunya fa 'alaihi bil ilmi waman aradal akhirata fa n'alaihi

bil ilmi waman aradahuma fa 'alaihi bil ilmi (shahih Bukhari, vol 3 (istambul:

al-Maktabah al-Islamiyah,t.t.),

Page 42: BAB II INTEGRASI TAUHID DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM …digilib.uinsby.ac.id/1164/5/Bab 2.pdfINTEGRASI TAUHID DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM A. Tinjauan Tentang Tauhid dan Ilmu Pengetahuan

58

"Barang siapa menghendaki kehidupan dunia maka dengan ilmu, maka

barangsiapa menghendaki kehidupan akhrat maka dengan ilmu, dan

barangsiapa menghendaki keduanya maka juga dengan ilmu"

Berdasarkan firman Allah dan sabda Nabi di atas, cukup jelas bahwa

secara aksiologis ilmu pengetahuan baik ilmu pengetahuan agama maupun

ilmu umum mempunyai kedudukan yang sama dalam pandangan Islam,

meskipun pada perkembangan selanjutnya, dengan adanya penelaahan yang

sangat serius terhadap konsep-konsep ilmu dalam al-Qur'an dan hadith

dikemudian hari ada segmentasi tersendiri dikalangan umat islam antara ilmu

agama dan ilmu umum, baik secara epistemologis maupun ontologis,

sebagaimana dijelaskan pada bagian terdahulu dalam bab ini , namun

perbedaan tersebut bukan bermaksud untuk membedakan kegunaan ilmu

umum dan agama secara hirarkis. Hanya saja pengkategorisasian tersebut

bermaksud pembidangan ilmu saja dari segi objek kajiannya. Dengan

demikian, maka dalam pandangan konsep integrasi dalam islam adalah konsep

integrasi "unity" sebagaimana telah dijelaskan dalam kajian terdahulu. Konsep

ini didasari oleh adanya keyakinan teologis bahwa semua ilmu berasal dari

satu, yakni Allah. Pandangan ini berlandaskan ayat al-qur'an surah al-Alaq

berikut ini,

Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

Para mufassir menafsirkan ayat ke 4 surat al-'Alaq di atas bahwa Allah

mengajar manusia dengan perantaraan tulis baca. Ayat di atas sering kali

Page 43: BAB II INTEGRASI TAUHID DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM …digilib.uinsby.ac.id/1164/5/Bab 2.pdfINTEGRASI TAUHID DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM A. Tinjauan Tentang Tauhid dan Ilmu Pengetahuan

59

menjadi rujukan dikalangan ilmuwan dalam melakukan upaya integrasi

keilmuan. Ada keyakinan yang sangat kuat bahwa pengetahuan manusia itu

semuanya bersumber dari Allah.

Secara historis, perkembangan ilmu pengetahuan dalam Islam mencapai

puncaknya pada masa klasik Islam tepatnya pada masa kekuasaan Bani

Abbasiyah.67 Pada masa-masa formatif Islam, yakni pada masa Nabi

Muhammad dan sahabatnya ilmu pengetahuan terutama ilmu-ilmu keagamaan

juga mulai berkembang.68 Namun perbedaannya mungkin terletak pada

orientasinya, yakni, pada masa awal Islam tersebut perkembangan ilmu

pengetahuan masih bersifat discovery (menemukan). Sedangkan pada masa

selanjutnya yakni pada masa Umayyah dan Abbasiyah sudah sampai pada

masa pengembangan (development). Dari sini dapat diidentifikasi bahwa

perkembangan ilmu dalam Islam secara gradual dan dinamis.

Pada masa Umayyah terjadi ekspansi (penyebaran) Islam besar-besaran

ke daerah-daerah luar kawasan Islam seperti afrika, Eropa dan kawasan-

kawasan lainnya. Terjadinya ekspansi tersebut menyebabkan adanya kontak

atau interaksi antara budaya Islam yang dibawa oleh penyebar Islam dengan

daerah tujuan ekspansi tersebut. Nampaknya interaksi tersebut mempunyai

pengaruh posistif terhadap perkembangan slam satu diantaranya adalah

interaksi dalam bidang ilmu pengetahuan. Adanya interaksi antara peradaban

umat Islam dengan kawasan peradaban lainnya di bawah komando dinasti

Bani Umayyah dapat dilihat dari adanya salah satu komunitas ilmuwan Syiria

di kota tetangga, Nasibis, yang dijadikan dokter oleh istana. Peristiwa ini

berlangsung selama abad ketujuh. Disamping menjadi dokter mereka juga

67 Abuddin Nata, et.al. Integrasi Al-Qur'an….91 68Ibid,

Page 44: BAB II INTEGRASI TAUHID DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM …digilib.uinsby.ac.id/1164/5/Bab 2.pdfINTEGRASI TAUHID DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM A. Tinjauan Tentang Tauhid dan Ilmu Pengetahuan

60

diangkat oleh Khalifah untuk menjadi penasehat istana dan juga sebagai

penerjemah beberapa buku-buku ilmu pengertahuan.69 Dari sinilah merupakan

cikal bakal transformasi penerjemahan dalam peradaban Islam, penerjemahan-

penerjemahan itu dimulai dari buku-buku tentang kedokteran.70 Kegiatan

penerjemahan selanjutnya dilakukan oleh Stephen, seorang ilmuwan

Neoplatonis Aleksandria, yang diminta oleh Yazid ibn Yazid (680-683) untuk

menerjemahkan karya-karya astronomi/astrologi dari bahasa Yunani dan

Syiria ke dalam Bahasa Arab71

Pada masa abbasiyah perkembangan ilmu pengetahuan lebih progresif-

revolutif. Hal ini ditandai dengan adanya perkembangan lembaga pendidikan

yang menjamur, mulai dari kuttab, Maktab, Madrasah, akademi dan

perpustakaan. Tradisi penerjemahan buku yang dirintis oleh umat Islam pada

masa Umayyah berlanjut secara masif pada masa Abbasiyah awal, yakni pada

masa al-Masnshur, Harun al-rashid, serta pada masa al-Ma'mun.72 Kegiatan

penerjemahan ini berlangsung antara tahun 750 dan 850 dan mencapai

puncaknya pada masa al-Ma'mun ketika Mu'tazilah73 menjadi madhab

negara.74

Tradisi penerjemahan yang sangat kuat tersebut, kemudian menjadi titik

balik munculnya perkembangan ilmu pengetahuan pada masa Abbasiyah.

69 Michael Stansion, Pendidikan Tinggi….79-80 70 Ibid, 79 71 Ibid, 79-80 72 Ibid, 81. Lihat juga Fathur Rozy, Sejarah Pendidikan Islam (Medan, Rimbow: 1996), 14. 73 Mu'tazilah merupakan salah sastu aliran yang lebih mengedepankan akal dalam memahami ajaran agama 74 Pada masa ini buku dan manuskrip yang berlainan dengan filsafat mendapatkan prioritas utama. Pada umumnya penerjemahan dilakukan dari berbagai bahasa seperti Ynani, Persia, Suryani dan Sanksakerta ke dalam bahasa Syiria, kemudian diterjemahkan ke dalam Bahasa Arab. Salah satu penerjemah yang paling terkenal pada masa al-Ma'mun adalah seorang Nestoris bernama Hunayn yang menjadi penerjemah sekaligus editor kedalam Bahasa Arab. Dia adalah seorang penerjemah yang bersemangat tinggi dikalangan Istana dan kehidupannya dijamin oleh negara pada saat itu, Michael Stanman, Pendidikan Tinggi……81.

Page 45: BAB II INTEGRASI TAUHID DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM …digilib.uinsby.ac.id/1164/5/Bab 2.pdfINTEGRASI TAUHID DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM A. Tinjauan Tentang Tauhid dan Ilmu Pengetahuan

61

Ilmu-ilmu yang berkembang saat itu diantaranya ilmu kedokteran, filsafat,

matematika, sejarah, astronomi, dan kimia. Berbanding lurus dengan pesatnya

perkembangan ilmu pada waktu itu adalah lahirnya ilmuwan-ilmuwa hebat

pada masanya, seperti, Ibnu haitsam (956-1039), al-biruni (973-1050), Umar

Khayyam (1045-1132), Nasir al-Din at-Thusi (w. 1247), al-Khawarizmi (839-

849) dan banyak lagi ilmuwan lainnya.

Ilmuwan-ilmuwan Muslim klasik yang salah satunya disebutkan di atas

menurut Stanton sering dilakukan kajian ilmu secara multi-disipliner.75 Serta

memiliki sikap dan semangat perfikir ilmiah yang diwarisi dari ajaran

agama.76 Misalnya semangat menghormati penalaran, mencari kebenaran dan

objektivitas serta penghormatan terhadap bukti-bukti empiris seperti diwarisi

dari tradisi Nabi Ibrahim dan Muhammad SAW.77 Selain mempelajari al-

Qur'an yang menjadi dasar dalam mengembangkan ilmu pengetahuan para

ilmuwan tersebut, juga melakukan kajian terhadap disiplin ilmu yang ain.

Bahkan dikalangan mereka banyak yang mentradisikan kajian-kajian bebas

yang menurut Stanton kajian bebasw ini kemudian mengilhami kajian-kajian

bebas di Barat yang dimulai dari Jerman.78

Dari uraian di atas, diketahui bahwa kemajuan peradaban dan ilmu

pengetahuan pada masa klasik Islam diawali dengan adanya semangat umat

Islam pada masa klasik dalam menghadapi ilmu pengetahuan yang

berkembang diperadaban lain seperti peradaban Mesir, Irak, Syiria, Persi,

75 Michael Stanton, Pendidikan Tinggi……..120 76 Osman Bakar, Tauhid dan Sains…….12 77 Dalam berbagai ayat al-Qur'an dan hadith banyak dijumpai perintah agar umat Islam berfikir kritis dan apresiatif terhadap ilmu dari manapun datangnya. Diantaranya riwayat untuk menganjurkan uamt Islam untuk mencari ilmu sekalipun ke Negeri Cina. Sikap inklusif inilah yang mendorong tumbuhnya intelektualisme Islam yang sangat subur diabad tengah, tepatnya ketika bersama dengan rasionalitas Yunani 78

Page 46: BAB II INTEGRASI TAUHID DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM …digilib.uinsby.ac.id/1164/5/Bab 2.pdfINTEGRASI TAUHID DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM A. Tinjauan Tentang Tauhid dan Ilmu Pengetahuan

62

India dan sebagainya. Hal ini dilanjutkan dengan banyaknya penerjemahan-

penerjemahan yang dilakukan. Kemudian para ilmuwan klasik

mengembangkannya dalam berbagai eksperimen sesuai dengan kapasitas yang

dimiliki. Dari sinilah kemudian, lahir ilmuwan-ilmuwan dunia seperti yang

disebutkan. Relevansi uraian di atas dengan kajian ini adalah bahwa, secara

historis ilmuwan-ilmuwan klasik yang menjadi simbol majunya ilmu

pengetahuan dalam masa islam klasik tidak melakukan dikotomisasi dalam

ilmu pengetahuan. Dalam arti bahwa ilmu pengetahuan yang berbasis agama

dan ilmu pengetahuan yang berkarakter keduniawian sama-sama dipelajari dan

dikembangkan.

Sedangkan secara filosofis, integrasi keilmuan dalam Islam dapat

dilacak dari segi normatif-formalistik dua historis di atas. Dalam tataran

normatif Islam meberikan petunjuk kepada manusia untuk mempelajari dan

menyelidiki gejala alam dan kehidupan dengan potensi yang dimilikinya

termasuk dengan akal dan indera.

Dari segi aksiologinya, Islam juga selalu mengarahkan ilmu agar

mempunyai orientasi teosentris-transendental dan juga kemaslahatan bagi

umat manusia. Menuntut ilmu dan mengamalkannya sangat dianjurkan oleh

Islam karena dengan mempunyai ilmu pengetahuan kehidupan yang lebih baik

dan bermartabat. Dalam bukunya Philosophy and Science in The Islamic

World, Qadir menjelaskan bahwa ilmu mempunyai dua tujuan, yaitu tujuan

Ilahi dan tujuan duniawi.79 Ilmu mempunyai tujuan Ilahi karena ilmu bisa

dijadikan landasan untuk memahami ayat-ayat dan tanda-tanda kebesaran

Allah yang ada di alam semesta, melalui pengamatan reflektif-rasional Allah

79 Qadir, Philosophy and Science In The world, (London, Routledge, 1990), 16.

Page 47: BAB II INTEGRASI TAUHID DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM …digilib.uinsby.ac.id/1164/5/Bab 2.pdfINTEGRASI TAUHID DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM A. Tinjauan Tentang Tauhid dan Ilmu Pengetahuan

63

bisa lebih dikenal dan diimani. Sedangkan ilmu mengandung tujuan duniawi

mempunyai pengertian bahwa, ilmu dapat membantu seseorang untuk

menjalani kehidupannya lebih efektif-efisien sehingga mudah berhasil dengan

memahami alam baik yang fisik maupun psikis, da juga memanfaatkan ilmu

itu untuk kepentingan dan kemaslahatan individu dan masyarakat.

4. Model-model Integrasi Agama dan Ilmu

Terdapat beberapa model integrasi ilmu dan agama. Menurut Armahedi

Mahzar, model-model itu dapat diklasifikasikan dengan menghitung jumlah

konsep dasar yang menjadi komponen utama konsep itu, yaitu model

monadik, diadik, triadik, dan pentadik integrasi Islam.80

Pertama, model monadik populer dikalangan fundamentalis, religius,

ataupun sekuler. Kalangan religius menyatakan agama adalah keseluruhan

yang mengandung semua cabang kebudayaan. Sedangkan yang sekuler

menyatakan agama adalah salah satu cabang kebudayaan. Dalam

fundamentalisme religius, agama dianggap sebagai satu-satunya kebenaran

dan sains hanya salah satu cabang kebudayaan. Sedangkan dalam

fundamentalisme sekuler kebudayaanlah yang merupakan ekspresi manusia

dalam mewujudkan kehidupan yang berdasrkan sains sebagai satu-satunya

sains.81

Dengan model monadik totalistik seperti ini tak mungkin menjadi

koeksistensi antara agama dan sains, karena keduanya menegaskan eksistensi

atau kebenaran yang lainnya, maka hubungan antara kedua sudut pandang ini,

tidak bisa tidak adalah konflik seperti yang dipetakan Ian Barbour atau John F

Haught mengenai hubungan antara sains dan agama. Tampaknya pendekatan 80 Armahedi Mahzar, "Integrasi Sain dan Agama: Model dan Metodologi". Dalam Jarot Wahyudi, Integrasi Ilmu dan Agama, Integrasi dan Aksi…..94-106. 81 Dalam bentuknya yang posmodernis, sains pun menjadi relatif seperti halnya agama.

Page 48: BAB II INTEGRASI TAUHID DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM …digilib.uinsby.ac.id/1164/5/Bab 2.pdfINTEGRASI TAUHID DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM A. Tinjauan Tentang Tauhid dan Ilmu Pengetahuan

64

totlaistik seperti ini sulit untuk digunakan sebagai landasan integrasi sains dan

agama dilembaga-lembaga pendidikan, dari TK hingga perguruan tinggi.

Cara untuk menghubungkan agama dengan sains ini sangat penting

menurut Haught, tidak rela membiarkan dunia ini terpilah-pilah menjadi dua

ranah (dikotomi).82 Tetpai ia juga tidak setuju pada harmoni yang dangkal

dalam peleburan. Maka menurutnya, pendekatan ini sepakat bahwa sains dan

agama mempunyai instrumen yang berbeda, tetapi dalam dunia nyata, sains

dan agama tidak bisa dipertentangkan secara mutlak. Bagaimanapun di dunia

Barat sains dan agama saling mempengaruhi.83

Kedua, model diadik. Model ini memiliki beberapa varian. Pertama

mengatakan bahwa sains dan agama adalah dua kebenaran yang setara. Sains

membicarakan fakat alamiah, sedangkan sains membicarakan nilai Ilahiah.84

Barangkali ujaran-ujaran Einstein "Science without religion is limb, religion

without science is blind" yang sangat terkenal dikalangan da'i Islam pada

tahun 60-an. Merumuskan wawasan ini secara jelas. Dalam tipologi Barbour

model ini idnetik dengan relasi independensi. Sedangkan tipologi Haught, hal

ini bisa dibilang hubungan kontras. Pandangan inilah yang dianut negara

Indonesia yang mengajarkan agama sebagai mata pelajarana atau mata kulia

terpisah disekolah atau perguruna tingggi.

Varian kedua dari model diadik ini, sins dan agama adalah sebuah

kesatuan yang tak terpisahkan. Barangkali, ini dapat ini dapat dipahami

dengan menyimak pandangan Fritjof Capra: "sains tak membutuhkan mistisme

dan mistisme membutuhkan sains, akan tetapi manusia membutuhkan

82 Ibid, 17 83 Ibid, 18 84 Pandangan ini berakar pada pemisahan antara fakta dan nilai seperti yang diajukan petama kalinya oleh Kant pada abad XIX.

Page 49: BAB II INTEGRASI TAUHID DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM …digilib.uinsby.ac.id/1164/5/Bab 2.pdfINTEGRASI TAUHID DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM A. Tinjauan Tentang Tauhid dan Ilmu Pengetahuan

65

keduanya. Sedangkan varian ketiga berpendapat bahwa untuk ilmu dan agama

memiliki kesamaan. Kesamaan itulah yang bisa dijadikan bahan integrasi

keduanya.

Varian ketiga mungkin dapat dilukiskan secara diagram dengan dua

dengan dua buah lingkaran sama besar yang saling berpotongan. Jika kedua

lingkaran itu jika kedau potongan itu mencerminkan sains dan agama, akan

terdapat sebuah kesamaan. Kesamaan inilah yang merupakan bahan bagi

dialog antara sains dan agama. Misalnya, Maurice Baccaile85 menemukan

sejumlah fakta ilmiah di dalam kitab suci al-Qur'an. Atau para ilmuan yang

menemukan sebuah bagian pada otak yang disebut "the god spot" yang

dipandang sebagai pusat kesadaran religius manusia. Model ini dapat disebut

model diadik dialogis.86

Gambar, 2.2

Model Diadik Dialogis

Ketiga, model triadik sebagai sebuah koreksi terhadap model diadik

independen. Dalam model triadik ada unsur ketiga yang menjembatani sains

dan agama. Jembatan itu adalah filsafat. Model ini diajukan oleh laum teosofis

85 Maurice Baccaile, The Bible, The Qur'an and Science, 1983. 86 Armahedi Mahzar, Integrasi Sains dan Agama… dalam Jarot Wahyudi, Integrasi Ilmu….,97.

SAINS

AGAMA

Page 50: BAB II INTEGRASI TAUHID DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM …digilib.uinsby.ac.id/1164/5/Bab 2.pdfINTEGRASI TAUHID DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM A. Tinjauan Tentang Tauhid dan Ilmu Pengetahuan

66

yang bersemboyankan "there in no religion higher than truth". Kebenaran atau

"truth" adalam kesamaan antara sains, filsafat dan agama.

Tampaknya model ini merupakan perluasan saja dari model diadik

komplementer dengan memasukkanfilsafat sebagai komponen ketiga yang

katanya diantara sains dan agama. Model triadik komlementer ini mungkin

dapat dimodifikasi dengan menggantikan filsafat dengan humaniora atau ilmu-

ilmu kebudayaan. Dengan demikian kebudayaanlah yang menjembatani sains

dan agama. Sehingga model ini, ilmu-ilmu kelaman dan ilmu-ilmu keagamaan

dijembatani oleh humaniora dan ilmu-ilmu kebudayaan.

Keempat, model pentadik integralisme monistik Islam adalah sebuah

paradigma unifikasi bagi ilmu-ilmu kelaman dan ilmu-ilmu keagamaan. Akan

tetapi, ilmu-ilmu unifikasi itu bukan hanya menyatukan ilmi-ilmu kealaman

dan ilmu-ilmu keagamaan, melainkan juga merupakan paradigma ilmi-ilmu

kemasyarakatan dan kemanusiaan. Hal ini digambarkan oleh Armahedi

Mahzar sebagai berikut.87

Tabel 2.3

Paradigma Integralisme Islam

Kategori

Integritas

Epistemologi

Sufi

Aksiologi

Fiqh

Ontologi

Tauhid

sumber Subyek

Ruhi

Transendental

Qur'ani

Transendensi

Dzatullah

Nilai Prinsip

Qalbi

Universal

Sunni

Hierarki

Sifatullah

87 Ibid, 100-191.

Page 51: BAB II INTEGRASI TAUHID DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM …digilib.uinsby.ac.id/1164/5/Bab 2.pdfINTEGRASI TAUHID DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM A. Tinjauan Tentang Tauhid dan Ilmu Pengetahuan

67

Informasi Teori dan fakta

'Aqli

Kultural

Ijtihadi

Kreativitas

Amrullah

Energi Eksperimen

Nafsi

Sosial

Ijma'i

Sirkulasi

Sunnatullah

Materi Instrumen/objek

Jismi

Instrumental

'Urfi

Sistem-sistem

Kahlqullah

Memahami arti penting dari konsep integralisme monistik Islam,

menurut Barizi, Islam sebagai "paradigma" dalam berbagai kajian ilmu

pengetahuan. Sebagai sebuah paradigma, al-Qur'an dan hadith sumber rujukan

bagi setiap kerja ilmu. Tentu, melalui pemahaman seperti ini al-Qur'an dan

hadith yang berkaitan dengan ilmu yang meniscayakan untuk dielaborasi

sevara scientific sesuai kebutuhan ilmiah yang dibangunnya. Disini berarti

Islam tidak sekadar menjadi perspektif, atau sebagai pelengkap dari kajian

Ilmiah yang ada, dan apalagi kaian yang terpisah dari kajian sains. Tetapi,

Islam harus menjadi "pengawal" dari setiap kerja sains oleh setiap para

ilmuan.88

Berbeda dengan sains modern yang menganggap alam materiil sebagai

basis realitas, maka sains islami melihat wahyu Allah sebagai basis reliatas,

bahwa paradigma ilmu dinyatakan secara eksplisit dan dibangun atas

kebenaran wahyu berupa firman-firman-Nya yang tertulis dalam kitab suci al-

Qur'an. Disamping itu, ilmu dalam Islam tidak bersifat rasional empiris dan

objektif belaka, tetapi juga bersifat intuitif religius. Dalam islam kita mengenal

88 Barizi, "Penguatan dan Pengembangan Integrasi Sains dan Islam". Makalah disampaikan pada workshop pada fakultas sain dan dan teknologi UIN Maliki Malang, pada tanggal 3-4 februari 2010 di hotel Wisata Tidar, Malang.

Page 52: BAB II INTEGRASI TAUHID DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM …digilib.uinsby.ac.id/1164/5/Bab 2.pdfINTEGRASI TAUHID DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM A. Tinjauan Tentang Tauhid dan Ilmu Pengetahuan

68

integralitas individu mausia dari tubuh atau jism keruh melalui nafs, 'aql dan

qalb yang bersesuain dengan empiritas, rasionalitas, dan ituitivitas ilmu Islam.

Tiga karakteristik itu adalah pelengkap dari objektivitas dan religiusutas sains.

Oleh sebab itu, Islam tidak hanya mengenal ilmu-ilmu kealaman, dan

ilmu-ilmu kemanusiaan, tetapi juga ilmu-ilmu keagamaan. Misalnya,

paradigma epistemologi keilmuan Islam adalah hirarki organ pengetahuan dari

jism hingga ruh, seperti yang diajarkan oleh tasawuf, dan paradigma aksiologi

keilmuan islam adalah hirarki nilai dari 'urfi hingga Qur'ani. Sedangkan

paradigma ontologis keilmuan islam adalah hirarki dari kaum materiil yang

merupakan ciptaan-Nya hingga kausa prima, yaitu zat-Nya yang merupakan

kenyataan akhir yang mutlak. Semuanya mencerminkan struktur pentadik

keilmuan Islam.89

Dari sudut lain, dapat dilihat bahwa struktur pentadik ini dapat

meletakkan klasifikasi keilmuan Islam menjadi empat, yaitu ilmu-ilmu agama,

ilmu-ilmu kebudayaan, ilmu-ilmu terapan, dan ilmu-ilmu kealaman

bersesuaian dengan kategori-kategori integral nilai, informasi, energi dan

materi. Dalam pandangan keilmuan islam, keempat ilmu tersebut mendapat

ruhnya dari ilmu al-Qur'an, yang bersesuaian dengan kategori sumber, dan

merupakan sumber ilham ilmiah yang tak henti-hentinya.

Jika kemudian terdapat ketidaksesuaian dengan perkembangan mutakhir,

sikap yang harus dinyatakan justru memperkukuh keimanan dengan

menyadari keterbatasan tafsir yang ada, pada dasarnya merupakan

keterbatasan akal manusia. Seperti dalam skema integralisme, al-Qur'an

diimani oleh ruh manusia, qalb meyakini prinsip-prinsip yang terkandung

89 Armahedi Mahzar, Integrasi Sains dan Agama… dalam Jarot Wahyudi, Integrasi Ilmu….,103-104.

Page 53: BAB II INTEGRASI TAUHID DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM …digilib.uinsby.ac.id/1164/5/Bab 2.pdfINTEGRASI TAUHID DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM A. Tinjauan Tentang Tauhid dan Ilmu Pengetahuan

69

dalam sunnah, sedangkan akal menrima ijtihad manusia. Tafsir ilmi hanyalah

merupakan bagian dari ijtihad manusia dibidang keilmuanyang bersifat

terbatas. Akhirnya tafsir ilmi perlu di diterangkan kepada peserta didik bukan

hanya untuk menambah keimanan mereka, melainkan juga untuk memacu

kreativitas mereka untuk mencari ilham dari ayat-ayat al-Qur'an yang merujuk

pada fenomena alam dalam rangka mencari teori atau hipotesis baru yang

berguna bagi pengembangan keilmuan Islam yang utuh dan menyeluruh.