bab ii alin

27
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Teori 1. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah segalah sesuatu yang telah diketahui. Adapun cara mengetahui sesuatu dapat dilakukan dengan cara mendengar, melihat, merasa dan sebagainya yang merupakan bagian dari alat indera manusia (Ahmad,2008). Sedangkan menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan adalah hasil dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. 2. Tingkat Pengetahuan Tingkat pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang sedangkan perilaku akan bersifat langgeng apabila didasari oleh pengetahuan dan

Upload: alan-oktavianus

Post on 15-Jan-2016

237 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

tinjauan pustaka

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II alin

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Teori

1. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah segalah sesuatu yang telah diketahui. Adapun cara

mengetahui sesuatu dapat dilakukan dengan cara mendengar, melihat, merasa

dan sebagainya yang merupakan bagian dari alat indera manusia

(Ahmad,2008). Sedangkan menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan adalah

hasil dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap

suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia.

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang.

2. Tingkat Pengetahuan

Tingkat pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam

membentuk tindakan seseorang sedangkan perilaku akan bersifat langgeng

apabila didasari oleh pengetahuan dan kesadaran. Secara terinci perilaku

manusia merupakan refleksi dari gejalah kejiwaan yang salah satunya adalah

pengetahuan. Menurut Notoatmodjo (2007) tingkatan pengetahaun dibagi

menjadi 6 (enam) yaitu:

a. Tahu (know)

Page 2: BAB II alin

8

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu meteri yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

(recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang telah

dipelajari atau rangsangan yang telag diterimah. Oleh karena itu “tahu”

adalah merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja

untuk mengukur apakah orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain

menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai sesuatu kemampuan menjelaskan secara

benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterprestasi materi

tersebut dengan benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi

harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan

dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada kondisi atau keadaan yang nyata (sebenarnya). Aplikasi

disini dapat diartikan sebagai penggunaan hukum, rumus, metode, prinsip

dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu komponen untuk menjalankan materi objek ke dalam

komponen-komponen tetapi masih adae dalam komponen-komponen tetapi

masih ada kaitannya suatu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat

Page 3: BAB II alin

9

dari pengunaan kata-kata kerja. Dapat mengunakan (membuat bagan),

membedahkan, memisahkan, mengelompokan dan sebagainya.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan untuk

menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang

baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun

formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu

berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan

kriteria-kriteria yang telah ada. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan

dengan wawancara atau Kuesioner yang menanyakan tentang isi materi

yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket

yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian

atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur

dapat kita sesuaikan dengan tingkat-tingkat tersebut diatas (Notoatmodjo,

2007).

3. Cara Memperoleh Pengetahuan

Menurut pendekatan kontruktifistik, pengetahuan bukanlah salah suatu

fakta dari kenyataan yang sedang dipelajari, melainkan sebagai konstruksi

kognitif seseorang terhadap objek, pengalaman, maupun lingkungannya.

Page 4: BAB II alin

10

Pengetahuan bukanlah sesuatu yang sudah ada dan tersedia dan sementara

orang lain tinggal menerimanya. Pengetahuan adalah sebagai suatu

pembentukan yang terus menerus oleh seseorang yang setiap saat mengalami

reorganisasi karena adanya pemahaman-pemahaman baru (Erfandi, 2009).

Menurut Notoatmodjo (2005) dari berbagai macam cara yang telah

digunakan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah,

dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni :

a. Cara Tradisional atau Non Ilmia

1. Cara coba salah (Trial and Error)

Cara ini telah dipakai orang sebelum kebudayaan, bahkan mungkin

sebelum adanya peradaban. Cara coba salah ini dilakukan dengan

menggunakan kemungkinan dalam memecahakan masalah, dan apabila

kemungkinan itu tidak berhasil maka akan dicoba kemungkinan yang lain

sampai masalah tersebut dapat dipecahkan.

2. Kekuasaan atau Otoritas

Sumber pengetahuan cara ini dapat berupa pemimpin-pemimpin

masyarakat, baik formal atau informasi, ahli agama, pemegang

pemerintah, dan berbagai prinsip orang lain yang menerima, mempunyai

yang dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas, tanpa menguji

terlebih dahulu, atau membuktikan kebenarannya, baik berdasarkan fakta

empiris maupun penalaran sendiri.

3. Berdasarkan pengalaman pribadi

Page 5: BAB II alin

11

Pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh

pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang pernah

diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa

lalu.

b. Cara Ilmia atau cara modern

Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih populer disebut dengan

metodologi penelitian. Cara ini mula-mula dikembangkan oleh Francis Bacon

(1561-1626), kemudian dikembangkan oleh Deobold Van Daven. Akhirnya lahir

suatu cara untuk melakukan penelitian yang dewasa ini kita kenal dengan nama

penelitian ilmiah.

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Erfandi (2009) ada beberapa faktor yang mempengaruhi

seseorang, yaitu:

a. Pendidikan

kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.

Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seeorang

makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Pengetahuan sangat

erat kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan

pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula

pengetahuannya. Namun perlu ditekankan bahwa seorang yang

berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula.

Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan

tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal.

Page 6: BAB II alin

12

b. Informasi

Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal

dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga

menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi

akan tersedia bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi

pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi,

berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah,

dan lain-lain mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan

kepercayan orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya,

media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat

mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal

memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap

hal tersebut.

c. Sosial Budaya dan ekonomi

Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran

apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian seseorang akan

bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi

seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan

untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan

mempengaruhi pengetahuan seseorang.

d. Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik

lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap

Page 7: BAB II alin

13

proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam

lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik

ataupun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu.

e. Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk

memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali

pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi

masa lalu.

f. Usia

Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang.

Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan

pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik.

Pada usia madya, individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan

kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya

upaya menyesuaikan diri menuju usia tua, selain itu orang usia madya akan

lebih banyak menggunakan banyak waktu untuk membaca. Kemampuan

intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan verbal dilaporkan hampir

tidak ada penurunan pada usia ini.

5. Pengukuran Pengetahuan

Kriteria tingkatan pengetahuan seseorang dapat diketahui dan di

Interprestasikan dengan skala yang bersifat kualitatif (Norma dan Tolak Ukur

Poltekes Kemenkes, 2011) yaitu:

1). Sangat baik :79%-100%

Page 8: BAB II alin

14

2). Baik :68%-78%

3). Cukup :56%-67%

4). Kurang :41%-55%

5). Buruk :0%-40%

B. Konsep Dasar Imunisasi

1. Pengertian Imunisasi

imunisasi berasal dari kata imun yang artinya ”kebal” atau “resisten”. Jadi

Imunisasi adalah tindakan untuk memberikan kekebalan dengan cara

memasukan vaksin ke dalam tubuh manusia. Sedangkan Kebal adalah dimana

tubuh mempunyai daya kemampuan mengadakan pencegahan penyakit dalam

rangka menghadapi serangan kuman tertentu, namun kebal atau resisten

terhadap suatu penyakit belum tentu kebal terhadap penyakit lain (Depkes

RI,1994).

Imunisasi merupakan pemberian kekebalan pada bayi dan anak terhadap

berbagai penyakit, sehingga bayi dan anak tumbuh dalam keadaan sehat.

Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak

dengan memasukkan vaksin kedalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk

mencegah terhadap penyakit tertentu. Sedangkan yang dimaksud dengan

vaksin adalah bahan yang dipakai untuk merangsang pembentukan zat anti

yang dimasukkan kedalam tubuh melalui suntikan misalnya vaksin BCG, DPT

dan campak dan melalui mulut misalnya vaksin polio (Hidayat, 2009).

Page 9: BAB II alin

15

2. Jenis Imunisasi

jenis jenis vaksin dalam program imunisasi bayi menurut Depkes RI (2005)

adalah sebagai berikut :

a. Vaksin Campak, untuk pemberian kekebalan aktif pada penyakit campak

b. Vaksin BCG (Bacillus Calmmete guerine), untuk pemberian kekebalan aktif

pada penyakit tuberculosis

c. Vaksin Hepatitis B, untuk pemberian kekebalan aktif terhadap infeksi yang

disebabkan oleh virus Hepatitis B

d. Vaksin Polio, untuk pemberian kekebalan aktif terhadap poliomyelitis

e. Vakskin DPT, untuk pemberian kekebalan aktif secara simultan terhadap

difteri, pertusis, dan tetanus.

f. Vaksin DPT-HB, untuk pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit difteri,

tetanus, pertusis, dan hepatitis B.

Menurut Hidayat (2009) di Indonesia terdapat jenis imunisasi yang

diwajibkan oleh pemerintah (imunisasi dasar) dan ada juga yang dianjurkan.

Yang termasuk dalam imunisasi dasar yaitu:

a. Vaksin BCG (Bacilus Calmette Guerine)

1. Indikasi

Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap tuberkulosis.Tuberkulosis adalah

penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberkulosa (disebut juga

batuk darah). Penyakit ini menyebar melalui pernafasan lewat bersin dan

Page 10: BAB II alin

16

batuk. Gejalah awal penyakit adalah lemah badan, penurunan berat badan,

demam, dan keluar keringat pada malam hari (Depkes RI, 2006).

Gejalah selanjutnya adalah batuk terus menerus, nyeri dada dan mungkin

batuk darah. Tuberkulosis dapat menyebabkan kelemahan dan kematian

2. Cara Pemberian dan Dosis

Sebelum disuntikan vaksin BCG harus dilarutkan terlebih dahuluh, dengan

menggunakan alat suntik steril 5 ml, dosis pemberian: 0,05 ml sebanyak 1

kali. Disuntik secara intrakutan didaerah lengan kanan atas (insertion

musculus deltoideus) dengan mengunakan Auto Disposable Syiringe 0,05

ml, dan vaksin yang sudah dilarutkan harus digunakan sebelum lewat 3 jam.

3. Kontra Indikasi

Adanya penyakit kulit yang berat/menahun seperti eksim, furunkulosis dan

mereka yang sedang menderita TBC.

4. Efek samping

Imunisasi BCG tidak menyebabkan reaksi yang bersifat umum seperti

demam setelah 1-2 minggu akan timbul indurasi dan kemerahan ditempat

suntikan yang berubah menjadi pustula, kemudian pecah menjadi luka, luka

tidak perlu pengobatan akan sembuh secara spontan dan meninggalkan

tanda parut.

Kadang kadang terjadi pembesaran kelenjar regional diketiak dan atau leher,

terasa padat, tidak sakit dan tidak menimbulkan demem. Reaksi ini normal,

tidak memerlukan pengobatan dan akan menghilang dengan sendirinya.

(Depkes, RI. 2006).

Page 11: BAB II alin

17

5. Cara penyimpanan

Vaksin BCG tidak boleh terkena sinar matahari harus disimpan pada suhu 2-

80C, tidak boleh beku vaksin yang telah diencerkan harus dibuang dalam 8

jam.

6. Jadwal pemberian imunisasi BCG

Imunisasi BCG diberikan pada umur <2 bulan sebaiknya pada anak dengan

uji Mantaoux (tuber kulin) negatif (Ranuh, IGN, 2008).

b. Vaksin DPT/HB

1. Pengertian

Vaksin mengandung DPT berupa Toxoid Difteri dan Toxoid Tetanus yang

dimurnikan dan pertusis yang inaktifasi serta vaksin hepatitis B yang

merupakan sub unit vaksin virus yang mengandung HbsAg murni dan

bersifat non infections (Depkes, RI. 2006).

2. Indikasi

Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit difteri, tetanus, pertusis,

dan hepatitis. Difteri adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri coryne

bacterium diphtheriae. Penyebaranya adalah melalui kontak fisik dan

pernafasan. (Depkes RI, 2006).

Gejalah awal penyakit adalah radang tenggorokan, hilang nafsu makan dan

demam ringan. Dalam 2-3 hari timbul selaput kebiru-biruan pada

tengorokan dan tonsil. Difteri dapat menimbulkan komplikasi berupa

gangguan pernafasan yang berakibat kematian (Depkes RI,2006).

Pertusis juga batuk rejan atau batuk 100 hari adalah penyakit pada saluran

pernafasan yang disebabkan oleh bakteri Bordetella Pertusis. Penyebaran

Page 12: BAB II alin

18

pertusis adalah melalui percikan ludah (droplet infection) yang keluar dari

batuk atau bersin. Gejalah penyakit adalah pilek, mata merah, bersin,

demam, dan batuk ringan yang lama-kelamaan batuk menjadi parah dan

menimbulkan batuk menggigil yang cepat dan keras. Komplikasi pertusis

adalah Pneumonia bacterialis yang dapat menyebabkan kematian.

Tetanus adalah penyakit yang disebakan oleh clastridium tetani yang

menghasilkan neurotoksin. Penyakit ini tidak menyebar dari orang keorang

lain, tetapi melalui kotoran yang masuk kedalam lukayang dalam. Gejalah

awal penyakit adalah kaku otot pada rahang, disertai kaku pada leher,

kesulitan menelan,kaku otot perut, berkeringat dan demam. Bayi terdapat

juga gejalah berhenti menetek (sucking) antara 3 sampai dengan 28 hari

setelah lahir. Gejalah berikutnya adalah kejang yang hebat dan tubuh

menjadi kaku. Komplikasi tetanus adalah patah tulang akibat kejang,

pneumonia dan infeksi lain yang dapat menimbulkan kematian.

Heptitis B (penyakit kuning) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus

hepatitis B yang merusak hati, penularan penyakit hepatitis B adalah secara

horizontal yaitu dari darah dan produknya, melalui suntikan yang tidak

aman melalui transfusi darah dan melalui hubungan seksual sedangkan

penularan secara vertikal adalah dari ibu ke bayi selama proses persalinan.

Infeksi pada anak biasanya tidak menimbulkan gejalah. Gejalah yang ada

merasa lemah, gangguan perut dan gejalah lain seperti flu. Urin menjadi

kuning, kotoran menjadi pucat. Warna kuning bisa terlihat pula pada mata

Page 13: BAB II alin

19

ataupun kulit. Penyakit ini bisa menjadi kronis dan menimbulkan

pengerasan hati, kanker hati dan menimbulkan kematian (Depkes RI,2006)

3. Cara pemberian dan dosis

Pemberian dengan cara intra muskuler 0,5 ml sebanyak 3 dosis. Dosis

pertama pada usia 2 bulan, dosis selanjutnya dengan interval minimal 4-8

minggu, interval terbaik 8 minggu (Ranuh, IGN,2008).

4. Kontra indikasi

Gejalah gejalah keabnormalan otak pada periode bayi baru lahir atau

gejalah serius keabnormalan pada saraf merupakan kontraindikasi pertusis.

Anak yang mengalami gejalah-gejalah parah pada dosis pertama,

komponen pertusis harus dihindarkan pada dosis kedua, dan untuk

meneruskan imunisasinya dapat diberikan DT. Hipersensitif terhadap

komponen vaksin. Sama halnya seperti vaksin-vaksin lain, vaksin ini tak

boleh diberikan kepada penderita infeksi berat yang disertai kejang (Depkes

RI,2006).

5. Efek samping

Gejalah-gejalah yang bersifat sementara seperti: lemas, demam,

pembengkakan atau kemerahan pada tempat penyuntikan. Kadang-kadang

terjadi gejalah berat seperti demam tinggi. Iritabilitas dan meracau yang

biasanya terjadi 24 jam setelah imunisasi. Reaksi yang terjadi bersifat

ringan dan biasanya hilang setelah 2 hari (Depkes RI,2006).

6. Cara penyimpanan

Vaksin disimpan dalam suhu + 20 s/d 80C Vaksin DPT-HB dapat digunakan

kembali hingga 4 minggu sejak vial vaksin dibuka.

Page 14: BAB II alin

20

c. Vaksin Hepatitis B (Uniject-HB)

1. Pengertian

Vaksin hepatitis B adalah vaksin virus recombinan yang telah dinaktivasikan

dan bersifat non-infecius, berasal dari HbsAg yang dihasilkan dalam sel ragi

(hansenula polymorpha)mengunakan teknologi DNA rekombinan (Depkes

RI,2006)

2. Indikasi

Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap infeksi yang disebabkan oleh

virus hepatitis B.

3. Cara pemberian dan dosis

Vaksin disuntik dengan dosis 0,5 ml atau 1 buah HB PID (Prefilled Injection

Device) pemberian suntikan secara intra muskuler, sebaiknya pada

anterolateral paha. Imunisasi HB harus segera diberikan setelah lahir atau

sedini mungkin (dalam waktu 12 jam) setelah lahir paling lambat sampai

usia 7 hari.

4. Efek samping

Reaksi lokal seperti rasa sakit, kemerahan dan pembengkakan disekitar

tempat penyuntikan. Reaksi yang terjadi ringan dn biasanya hilang setelah

2 hari (Depkes RI,2006).

5. Kontra indikasi

Jangan diberikan kepada bayi dengan berat saat lahir dibahwa <2000

gram,bayi dengan gangguan asfikisia (Depkes RI,2003)

Page 15: BAB II alin

21

6. Cara penyimpanan

Uniject-HB di Propinsi disimpan dalam pendingin, di Kabupaten / kota

maupun Puskesmas disimpan dalam lemari es dengan suhu 20-80C seperti

vaksin HB dalam Vial sedangkan dirumah bidan / pustu boleh disimpan

dalam suhu udara kamar sampai (Vaccine Vial Monitoring VVM) berubah.

Uniject perlu vaksin dilindungi dari sinar matahari langsung karena (Vaccine

Vial Monitoring VVM) juga akan cepat berubahwarna bila terkena sinar

matahari (Depkes,RI,2003)

d. Vaksin polio (Oral Polio Vaccine= OPV)

1. Pengertian

Vaksin oral polio hidup adalah vaksin polio invalent yang terdiri dari

suspensi poliomyelitis tipe 1,2 dan 3 (strain sabin) yang sudah dilemahkan,

dibuat dalam jaringan ginjal kera dan distabilkan dengan sukrosa (Depkes

RI,2006).

2. Indikasi

Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap poliomyelitis adalah penyakit

pada susunan saraf pusat yang disebabkan oleh satu dari tiga virus yang

berhubungan yaitu virus polio tipe 1,2,dan 3. Secara klinis penyakit polio

adalah anak dibahwa umur 15 tahun yang menderita lumpuh layu akut

(acute flaccid paralysis AFP). Penyebaran penyakit adalah melalui kotoran

manusia (tinja) yang terkontaminasi. Kelumpuhan dimulai dengan gejalah

demam, nyeri otot dan kelumpuhan terjadi pada minngu pertama sakit.

Page 16: BAB II alin

22

Kematian bisa terjadi kerena kelumpuhan otot-otot pernafasan terinfeksi

dan tidak segera ditangani (Depkes RI, 2006).

3. Cara pemberian dan dosis

Polio 1 diberikan saat bayi lahir untuk imunisasi dasar (polio 2,3,4) diberikan

pada umur 2,4 dan 6 bulan, interval antara dua imunisasi tidak kurang dari

4 minngu (Ranuh, IGN,2005).

4. Kontra indikasi

Pada individu yang menderita “immune deficiency” tidak ada efek yang

berbahayayang timbul akibat pemberian polio pada anak yang sedang

sakit. Namun jika ada keraguan, misalnyasedang menderita diare, maka

dosis ulangan dapat diberikan setelah sembuh (Depkes RI,2006).

5. Efek samping

Menurut WHO pada umumnya imunisai polio tidak terdapat efek samping.

Efek samping berupa paralisis yang disebabkan oleh vaksin sangat jarang

terjadi (Depkes RI,2006).

6. Cara penyimpanan

Vaksin polio oral (OPV) dapat disimpan beku pada temperatur 20C. Vaksin

yang beku dapat dicairkan dengan cara ditempatkan antara telapak tangan

dan digulir-gulirkan dijaga warna tidak berubah yang merah mudah sampai

orenge muda ( sebagai indikator pH). Bila keadaan tersebut dapat dipenuhi,

maka sisa vaksin terpenuhi dapat dibekukan lagi, kemudian dapat dipakai

lagi sampai warna berubah dengan catatan dan tanggal kadaluarsa harus

selalu diperhatikan (Ranuh IGN, 2005)

Page 17: BAB II alin

23

e. Vaksin campak

Pada tahun 1963, telah dibuat dua jenis vaksin campak yaitu vaksin yang

berasal dari virus campak yang hidup dan dilemahkan (tipe edmonston B)

sedangkan, vaksin yang berasal dari virus campak yang dimatikan (virus

campak yang berada dalam larutan formalin yang dicampur dengan garam

alumunium). Pemberian vaksin campak yang dilemahkan 0,5 ml.

Pemberian yang dianjurkan secara subkutan, walaupun demikian dapat

diberikan secara intramuscular (Ranuh, IGN,2008).

1. Indikasi

Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit campak. Campak

adalah penyakit yang disebabkan oleh virus myxovirus viri dae measles.

Disebabkan melalui udara (percikan ludah/sewaktu bersin atau batuk dari

penderita. Gejalah awal penyakit adalah demam, bercak kemerahan, batuk,

pilek, konjungtivitis (mata merah) selanjutnya timbul ruam pada muka dan

leher, kemudian menyebar ketubuh dan tangan serta kaki. Komplikasi

campak adalah diare hebat,peradangan pada telinga dan infeksi saluran

napas (pneumonia) (Depkes RI,2006).

2. Cara pemberian atau dosis

Sebelum disuntikan vaksin campak terlebih dahuluhharus dilarutkan

dengan pelarut steril yang telah tersedia yang berisi 5 ml cairan pelarut.

Pemberian diberikan pada umur 9 bulan secara sub kutan walaupun

demikian dapat diberikan secara intramuscular (Ranuh,IGN,2008)

Page 18: BAB II alin

24

3. Kontra indikasi

Individu yang mengidam penyakit immune defiuency atau individu yang

diduga menderita gangguan respon imun kerena leukimia,impormasi.

4. Efek samping

hingga 15% dapat mengalami dengan ringan dan kemerahan selama 3 hari

yang dapat terjadi 8-12 hari setelah vaksinasi (Depkes RI,2006).

5. Cara penyimpanan

vaksin disimpan pada suhu 00C sampai 80C (Ranuh IGN,2005).

3. Jadwal Imunisasi

Menurut Muslihatun (2010) jadwal imunisasi yang diwajibkan sesuai

program pengembangan imunisasi (PPI) adalah BCG, Polio, Hepatitis B, DPT,

dan Campak. Jadwal imunisasi yang dianjurkan sesuai program pengembangan

imunisasi non PPI adalah MMR, Tifoid, Hepatitis A, Varisella dan Influenza.

Waktu yang tepat untuk pemberian imunisasi dasar berdasarkan petunjuk

pelaksanaan program imunisasi di Indonesia.

Tabel 2.1. Jadwal pemberian imunisasi (vaksinasi) bayi

Umur Vaksin Selang Waktu

Tempat

0-7 Hb O Rumah/PUSK/RS

1 bulan BCG,Polio 1 4 Minggu Posyandu2 bulan DPT/ HB 1, polio 2 4 Minggu Posyandu 3 bulan DPT/ HB 2, Polio 3 4 Minggu Posyandu4 bulan9 bulan

DPT/ HB 3, Polio 4Campak

4 Minggu Posyandu

(Sumber : UNICEF, 2011).

Page 19: BAB II alin

25

4. Landasan Teori

Pengetahuan adalah suatu hasil yang diperoleh seseorang setelah

melakukan pengindraan berupa melihat, mendengar, mencium, merasa dan

meraba terhadap suatu objek tertentu sehingga orang tersebut menjadi tahu

(Notoatmodjo, 2010). Dimana pengetahuan itu sendiri memiliki tingkatan, yaitu

tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi (Efendy, 2003).

Pengetahuan dapat diperoleh dengan berbagai cara, baik dengan cara kuno

maupun modern (Wawan, A dan Dewi, M, 2010). Pengetahuan ibu tentang

kelengkapan imunisasi sangat berpengaruh dan penting dalam kelengkapan

imunisasi dasar pada bayi. karena semakin tinggi tingkat pengetahuan ibu maka

perilaku ibu dalam membawha anaknya untuk imunisasi semakin meningkat dan

angka kesakitan pada bayi menjadi menurun.

5. Kerangka Konsep

Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dipaparkan kerangka konsep

tersebut terdapat 2 variabel penelitian yakni variabel dependen dan independen

seperti berikut :

Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian

PENGETAHUAN IBU KELENGKAPAN IMUNISASI