bab i referat saraf
DESCRIPTION
cutkhbuTRANSCRIPT
-
5/22/2018 BAB I Referat Saraf
1/22
1
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar BelakangDari sudut pandang evolusi, penciuman merupakan indera yang paling
primitive dan paling penting dibandingkan dengan indera lainnya. Alat
indera penciuman ini mempunyai kedudukan utama di kepala, yang
sesuai sebagai indera yang dimaksudkan untuk menuntun perilaku.
Penciuman mempunyai jalur yang lebih langsung ke otak daripada
indera-indera lain. Reseptor pada badian atas hidung, dalam olfactory
ephitelium setiap rongga hidung dihubungkan langsung tanpa sinapsis
ke umbi-umbi olfactory otak, yang terletak di bawah lipatan frontal
(frontal lobes).
Adaptasi sensoris pada indera ini kentara sekali. Orang yang telah
terbiasa dengan lingkungannya seperti itu. Penciuman merupakan
proses yang kompleks. Para ahli sampai sekarang belum dapat
menjelaskan bagaimana gas itu merangsang syaraf-syaraf reseptor
dalam hidung sehingga timbul bau yang beraneka ragam.
Fungsi penghidu dan pengecapan yang normal sangat berperan dalam
nutrisi dan penting untuk mempertahankan gaya hidup yang sehat.
Gangguan penciuman umumnya sukar didiagnosa dan sukar untuk
diobati biasanya karena kurangnya pengetahuan pada individu.
Gangguan penciuman bisa sekunder akibat proses perjalanan penyakit
atau bisa juga sebagai keluhan primer .Daya menghidu yang hilang
atau berkurang terjadi pada kira-kira 1% dari mereka yang berusia di
bawah 60 tahun dan lebih dari 50 % pada mereka yang berusia lebih
dari 60 tahun. Indera penghidu yang merupakan fungsi nervus
olfaktorius (N.I), sangat erat hubungannya dengan indera pengecap
-
5/22/2018 BAB I Referat Saraf
2/22
2
yang dilakukan oleh saraf trigeminus (N.V), karena seringkali kedua
sensoris ini bekerja bersama-sama, sehingga gangguan pada salah sa
Indra penghidu yang merupakan fungsi nervus olfaktorius, sangat erat
hubungannya dengan indra pengecap yang dilakukan oleh nervus
trigeminus, karena seringkali kedua sensoris ini bekerja bersama-sama.
Stimulusnya juga sama-sama berupa rangsangan kimiawi, bukan
rangasangan fisika seperti pada penglihatan dan pendengaran. Reseptor
organ penghidu terdapat region olfaktorius berjalan melalui lubang-
lubang pada lamina kribrosa os etmoid menuju bulbus olfaktorius
didasar fossa kranii anterior.
Partikel bau dapat mencapai reseptor penghidu bila menarik nafas
dengan kuat atau partikel tersebut larut dalam lendir yang selalu ada
dipermukaan mukosa daerah olfaktorius. Gangguan penghidu akan
terjadi bila ada yang menghalangi sampainya partikel bau ke reseptor
saraf atau ada kelainan pada n.olfaktorius, mulai dari reseptor sampai
pusat olfaktorius.
Kelainan penghidu meliputi berbagai macam jenis penyakit yaitu
hiposmia, anosmia, parosmia dan kakosmia
Anosmia merupakan suatu tidak adanya/hilangnya sensasi penciuman,
dalam hal ini berarti hilangnya kemampuan mencium atau membau
dari indera penciuman. Hilangnya sensasi ini bisa parsial ataupun total.
-
5/22/2018 BAB I Referat Saraf
3/22
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. ANATOMI HIDUNGA. ANATOMI HIDUNG BAGIAN LUAR
Hidung terdiri atas hidung luar dan hidung bagian dalam. Hidung
bagian luar menonjol pada garis tengah diantara pipi dan bibir atas.
Struktur hidung luar dibedakan atas tiga bagian, yaitu yang paling atas
adalah sebuah kubah yang tidak dapat digerakkan, dibawahnya terdapat
kubah kartilago yang sedikit dapat digerakkan, dan yang paling bawah
adalah lobulus hidung yang mudah digerakkan.
Gambar.1 Anatomi Hidung
-
5/22/2018 BAB I Referat Saraf
4/22
4
Hidung luar berbentuk pyramid dengan bagian-bagiannya dari atas ke
bawah:
1.
Pangkal hidung (bridge)2. Dorsum nasi3. Puncak hidung (apeks)4. Ala nasi5. Kolumela6. Lubang hidung (nares anterior)
Gambar 2. Anatomi hidung luar
Hidung luar dibentuk oleh kerangka tulang rawan yang dilapisi oleh kulit,
jaringan ikat dan beberapa otot kecil yang berfungsi melebarkan dan
menyempitkan lubang hidung.
Kerangka tulang terdiri dari :
1. Sepasang os nasalis (tulang hidung)2. Prosesus frontalis os maksila3. Prosesus nasalis os frontalis
-
5/22/2018 BAB I Referat Saraf
5/22
5
Kerangka tulang rawan terdiri dari :1,2,4,6
1. Sepasang kartilago nasalis lateralis superior2.
Sepasang kartilago nasalis lateralis inferior (kartilago ala mayor)
3. Beberapa pasang kartilago ala minor4. Tepi anterior kartilago septum nasi1,2,4,6
Gambar 3. Kerangka tulang dan tulang rawan pada hidung
Gambar 4. Kerangka tulang dan tulang rawan pada hidung
-
5/22/2018 BAB I Referat Saraf
6/22
6
B. ANATOMI HIDUNG BAGIAN DALAMRongga hidung atau kavum nasi terbentuk terowongan dari depan ke
belakang, dipisahkan oleh septum nasi bagian tengahnya. Kavum nasi bagian
anterior disebut nares anterior dan bagian posterior disebut nares posterior
(koana yang menghubungkan kavum nasi dengan nasofaring). Dengan adanya
septum nasi maka kavum nasi dibagi menjadi dua ruangan yang membentang
dari nares sampai koma (apertura posterior). Kavum nasi ini berhubungan
dengan sinus frontal, sinus sfenoid, fossa kranial anterior dan fossa kranial
media. Batas-batas kavum nasi :1,2,3,4,5,6
Posterior : berhubungan dengan nasofaring Atap : os nasal, os frontal, lamina kribriformis etmoidale,
korpus sfenoidale dan sebagian os fomer.
Lantai : merupakan bagian yang lunak, kedudukannyahampIr horizontal, bentuknya konkaf dan bagian dasar ini
lebih lebar dari pada bagian atap. Bagian ini dipisahkan dengan
kavum oris oleh palatum durum.
Medial : septum nasi yang membagi kavum nasi menjadidua ruangan (dekstra dan sinistra), pada bagian bawah apeks
nasi, septum nasi dilapisi oleh kulit, jaringan subkutan dan
kartilago alaris mayor. Bagian dari septum yang terdiri dari
kartilago ini disebut sebagai septum pars membranosa =
kolumna
Lateral : dibentuk oleh bagian dari os medial, os maksila, oslakrima, os etmoid, konka nasalis inferior, palatum dan os
sphenoid. Konka nasalis suprema, superior, dan media
merupakan tonjolan dari tulang etmoid. Sedangkan konka
nasalis inferior merupakan tulang yang terpisah. Ruangan di
atas dan belakang konka nasalis superior adalah resesus sfeno-
etmoid yang berhubungan dengan sinus sphenoid. Kadang-
kadang konka nasalis suprema dan meatus nasi suprema
terletak di bagian ini.1,2,3,4,5,6
-
5/22/2018 BAB I Referat Saraf
7/22
7
Gambar 5. Anatomi hidung dalam14
1. VestibulumTerletak tepat dibelakang nares anterior, dilapisi oleh kulit yang
mempunyai banyak kelenjar sebasea dan rambut-rambut panjang yang
disebut vibrisae.
2. Septum nasiSeptum nasi dibentuk oleh bagian tulang dan tulang rawan. 1,3,6
Bagian tulang terdiri dari :
Lamina perpendikularis os etmoid Vomer Krista nasalis maksilla Krista nasalis palatine.1,3,6
-
5/22/2018 BAB I Referat Saraf
8/22
8
Bagian tulang rawan terdiri dari :
Kartilago septum (lamina kuadrangularis)
Kolumela.
1,3,6
3. Kavum nasi
Dasar hidungDasar hidung dibentuk oleh prosesus palatine os maksilla dan
prosesus horizontal os palatum.
Atap hidungTerdiri dari kartilago lateralis superior dan inferior, os
nasal, prosesus frontalis os maksilla, korpus eitmoid dan korpus
sphenoid. Sebagian besar atap hidung dibentuk oleh lamina
kribrosa yang dilalui filamen - filamen olfaktorius yang berasal
dari permukaan cranial konka superior.
Dinding lateralDinding lateral dibentuk oleh permukaan dalam
prosesus frontalis os maksilla, os lakrimalis, konka superior,
konka media, konka inferior lamina perpendikularis os palatum
dan lamina pterigoideus medial.
KonkaPada dinding lateral hidung terdapat 4 buah konka. Yaitu
terbesar dan letaknya paling bawah ialah konka inferior, kemudian
yang lebih kecil ialah konka media dan konka superior, sedangkan
yang terkecil disebut konka suprema. Konka suprema ini biasanyarudimenter. Konka inferior merupakan tulang tersendiri yang melekat
pada os maksilla dan labirin etmoid.
Meatus nasiDiantara konka konka dan dinding lateral hidung terdapat
rongga sempit yang disebut meatus. Meatus inferior terletak diantara
konka inferior dengan dasar hidung dan dinding lateral rongga hidung.
Disini terdapat muara sinus maksilla, sinus frontal dan sinus etmoid
-
5/22/2018 BAB I Referat Saraf
9/22
9
anterior. Pada meatus superior yang merupakan ruang diantara konka
superior dan konka media terdapat muara sinus etmoid posterior dan
sinus sphenoid.
Dinding medialDinding medial adalah septum nasi.
4. VASKULARISASI HIDUNGBagian superior rongga hidung mendapat perdarahan dari a.etmoid
anterior dan posterior yang merupakan cabang dari a.oftalmikus berasal
dari a.karotis interna. Bagian inferior hidung mendapat perdarahan dari
cabang a.maksilaris interna, diantaranya adalah ujung a.palatina mayor dan
a.sfenopaltina yang keluar dari foramen sfenopalatina bersama
n.sfenopalatina dan memasuki rongga hidung di belakang ujung posterior
konka media.
Bagian depan hidung mendapat pendarahan dari cabang-cabang a.fasialis. pada
bagian depan septum terdapat anastomosis dari cabang-cabang a.sfenopalatina,
a.etmoid anterior, a.labialis superior dan a.palatina mayor, yang disebut pleksus
Kiesselbach (Littles area) yang letaknya superficial dan mudah cedera oleh
trauma, sehingga sering menjadi sumber epistaksis pada anak-anak dan dewasa
muda.
-
5/22/2018 BAB I Referat Saraf
10/22
10
Gambar 6: perdarahan hidung
Vena-vena hidung mempunyai nama yang sama dan berjalanan
berdampingan dengan arterinya. Vena-vena di vestibulum dan struktur
luar hidung bermuara ke vena oftalmika superior yang berhubungan
dengan sinus kavernosus.
Gambar 7. Vaskularisasi hidung
15
-
5/22/2018 BAB I Referat Saraf
11/22
11
5. PERSARAFAN HIDUNG4a. Nervus olfaktorius
Sebagai saraf sensible (sataf pembau) masuk melalui lubang-lubang di lamina cribrosa etmoidalis.
b. Nervus trigeminus
Mempunyai cabang n.oftalmikus dengan cabang kecil n.nasalis
posterior superior dan n.nasalis anterior superior untuk mempersarafi
dinding lateralis cavum nasi superior dan concha nasalis media.
c. Nervus etmoidalis anterior
Merupakan cabang dari n.oftalmikus masuk ke dalam cavum nasi
melalui lubang frontal di lamina cribrosa ossis etmoidalis.
d. Nervus palatines anterior
Nervus ini masuk ke dalam cavum nasi melalui lubang dalam pars
perpendikularis ossis palatini.
2. FISIOLOGI HIDUNGa. Sebagai jalan nafas
Pada inspirasi, udara masuk melalui nares anterior, lalu naik
setinggi konka media dan kemudian turun ke bawah kea rah nasofaring,
sehingga aliran udara ini berbentuk lengkungan atau arkus.
Pada ekspirasi, udara masuk melalui koana dan kemudian
mengikuti jalan yang sama seperti udara inspirasi. Akan tetapi di bagian
depan aliran udara memecah, sebagian lagi kembali ke belakang
membentuk pusaran dan bergabung dengan aliran dari nasofaring.
-
5/22/2018 BAB I Referat Saraf
12/22
12
b. Pengantur kondisi udara (air conditioning)
Fungsi hidung sebagai pengatur kondisi udara perlu untuk
mempersiapkan udara yang akan masuk ke dalam alveolus. Fungsi inidilakukan dengan cara mengatur kelembaban udara dan mengatur suhu.
Mengatur kelembabab udara dilakukan oleh palut lendir.
Pada musim panas, udara hamper jenuh dengan uap air, penguapan
dari lapisan ini sedikit, sedangkan pada musim dingin akan terjadi
sebaliknya. Fungsi mengatur suhu dimungkinkan karena banyaknya
pembuluh darah di bawah epitel dan adanya permukaan konka dan septum
yang luas sehinga radiasi dapat berlangsung secara optimal. Dengan
demikian suhu udara setelah melalui hidung kurang lebuh 370C.
c. Sebagai penyaring dan pelindung
Fungsi ini berguna untuk membersihkan udara inspirasi dari debu
dan bakteri yang dilakukan oleh : Rambut (vibrissae) pada vestibulum
nasi; Silia dan Palut lender (mucous blanket). Debu dan bakteri akan
melekat pada palut lendir dan partikel-partikel yang besar akan
dilekuarkan cdengan reflex bersin. Palut lender ini akan dialirkan dengan
nasofaring oleh gerakan silia. Enzim yang dapat menghancurkan beberapa
jenis bakteri disebut lysozime.
d. Indra penghidu
Hidung juga bekerja sebagai indra penghidu dengan adanya
mukosa olfaktorius pada atap rongga hidung, konka superior dan sepertigabagian atas septum.
-
5/22/2018 BAB I Referat Saraf
13/22
13
e. Resonasi suara
Penting untuk kualitas suara ketika berbicara dan bernyanyi.
Sumbatan hidung akan menyebabkan resonansi berkurang atau hilang,
sehingga terdengar suara sengau.
f. Proses bicara
Membantu proses pembentukan kata dengan konsonan nasal
(m,n,ng) dimana rongga mulut tertutup dan rongga hidung terbuka,
palatum molle turun untuk aliran udara.
-
5/22/2018 BAB I Referat Saraf
14/22
14
g. Refleks nasal
Mukosa hidung merupakan reseptor refleks yang berhubungan
dengan saluran cerna, kardiovaskuler dan pernafasan. Contoh: iritasimukosa hidung menyebabkan refleks bersin dan nafas berhenti. Rangsang
bau tertentu menyebabkan sekresi kelenjar liur, lambung dan pankreas.
Definisi
Anosmia adalah tidak adanya/hilangnya sensasi penciuman, dalam hal ini berarti
hilangnya kemampuan mencium atau membau dari indera penciuman. Hilangnya
sensasi ini bisa parsial ataupun total.
Etiologi
Anosmia disebabkan oleh berbagai macam penyebab antara lain yaitu :
1. Defek konduktifa. Proses inflamasi / peradangan dapat mengakibatkan gangguan
pembauan.
b. Adanya massa / tumor dapat menyumbat rongga hidung sehingamenghalangi aliran adorant / ke epitel olfaktorius.
c. Abnormalitas development (misalnya ensefalokel, kista dermoid)juga dapat menyebabkan obstruksi.
d. Pasien pasca laringektomi atau trakheotomi dapat menderitahisposmia karena berkurang atau tidak adanya aliran udara yang
melalui hidung.
2. Defek sentral / sensorineurala. Proses infeksi / inflamasi menyebabkan defek sentral gangguan
pada transmisi sinyal.
b. Penyebab congenital menyebabkan hilangnya struktur syaraf.c. Gangguan endokrin (hipotiroidisme, hipoadrenalisme, DM)
berpengaruh pada fungsi pembauan.
-
5/22/2018 BAB I Referat Saraf
15/22
15
d. Trauma kepala, operasi otak atau perdarahan subarachnoiddapat menyebabkan regangan, kerusakan atau terpotongnya fila
olfaktoria yang halus dan mengakibatkan anosmia.
e. Toksitisitas dari obatobatan sistemik dan inhalasif. Defisiensi gizi (vit A, thiamin, zink) terbukti dapat
mempengarui pembauan.
Faktor resiko
Faktor resiko dari anosmia adalah:
a. Proses degenerative patologi (penyakit Parkinson, Alzheimer)b. Proses degenaratife normal (penuaan)c. Lingkungan
-
5/22/2018 BAB I Referat Saraf
16/22
16
d. Perokoke. Pencemaran bahan kimiaf. Cuacag. Virus bakteri pathogenh. Usia: Dengan bertambahnya usia seseorang jumlah neuron olfaktorius
lambat laun akan berkurang sehingga mengurangi daya penciuman
i. Jenis kelamin: Perempuan lebih beresiko menderita anosmia karenajumlah bulu hidung relative lebih sedikit daripada pria dan imunitas yang
kurang sehingga beresiko terhadap infeksi pada hidung.
Tanda dan gejala anosmia
a. Berkurangnya kemampuan dan bahkan sampai tidak bisamendeteksi bau.
b. Gangguan pembau yang timbul bisa bersifat total / tidak bisamendeteksi seluruh bau.
c. Dapat bersifat parsial / hanya sejumlah bau yang dapat dideteksi.d. Dapat juga bersifat spesifik (hanya satu / sejumlah kecil yang dapat
dideteksi)
e. Kehilangan kemampuan merasa / mendeteksi rasa dalam makananyang di makan.
f. Berkurangnya nafsu makan.
Patofisilogi anosmia
Indra penciuman dan pengecapan tergolong ke dalam system penginderaan
kimia(chemosensation). Proses yang kompleks dari mencium dan mengecap di
mulai ketika molekulmolekul dilepaskan oleh substansi di sekitar kita yang
menstimulasi sel syaraf khusus dihidung, mulut atau tenggorokan. Selsel ini
menyalurkan pesan ke otak, dimana bau dan rasa khusus di identifikasi. Sel sel
-
5/22/2018 BAB I Referat Saraf
17/22
17
olfaktori (saraf penciuman) di stimulasi oleh bau busuk di sekitar kita. Contoh
aroma dari mawar adonan pada roti. Selsel saraf ini ditemukan di sebuah
tambahan kecil dari jaringan terletak diatas hidung bagian dalam, dan mereka
terhubung secara langsung ke otak penciuman (olfaktori) terjadi karena adanya
molekulmolekul yang menguap dan masuk kesaluran hidung dan mengenal
olfactory membrane. Manusia memiliki kirakira 10.000 sel reseptor berbentuk
rambut. Bila molekul udara masuk, maka selsel ini mengirimkan impuls saraf
(Loncent, 1988). Pada mekanisme terdapat gangguan atau kerusakan dari selsel
olfaktorus menyebabkan reseptor dapat mengirimkan impuls menuju susunan
saraf pusat. Ataupun terdapat kerusakan dari sarafnya sehingga tidak dapat
mendistribusikan impuls reseptor menuju efektor, ataupun terdapat kerusakan dari
saraf pusat di otak sehingga tidak dapat menterjemahkan informasi impuls yang
masuk.
Pemeriksaan diagnostik anosmia
Pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan rinoskopi anterior dan posterior untuk ,melihat apakah ada
kelainan anatomic yang menyebabkan sumbatan hidung, perubahan mukosa
hidung, tanda-tanda infeksi dan adanya tumor
Pemeriksaan penghidu sederhana
Pasien dicoba untuk menghidu alkohol, kopi, minyak wangi, setelah itu
pasien dicoba untuk menghidu amoniak. Amoniak akan merangasang
n.Trigeminus, bukan n.olfaktorius.
-
5/22/2018 BAB I Referat Saraf
18/22
18
Pemeriksaan penunjang
CT scan dan MRI dibutuhkan untuk menyingkirkan neoplasma pada fossa
kranii anterior yang tidak diduga sebelumnya, sinusitis paranasolik dan neoplasma
pada rongga hidung dan sinus paranasalis.
Pemeriksaan Laboratorium : gula darah, pemeriksaan reduksi urine dll.
Tahap Pencegahan Penyakit
Tergantung kepada penyebabnya, bisa dilakukan hal-hal berikut:
a) Merubah atau menghentikan pemakaian obat-obat yang diduga menjadipenyebab terjadinya kelainan ini.
b) Menjaga agar mulut tetap basah dengan cara mengulum permen.c) Menunggu beberapa minggu untuk melihat perkembangan selanjutnya.d) Tambahan seng (bisa dibeli bebas maupun dengan resep dokter) bisa
mempercepat penyembuhan, terutama pada kelainan yang timbul setelah
serangan flu.
-
5/22/2018 BAB I Referat Saraf
19/22
19
Penatalaksanaan anosmia
a. Pengobatan yang dapat digunakan untuk memperbaiki kehilangan sesuaipenciuman antara lain antihistamin bila diindikasi penderita alergi
b. Berhenti merokok dapat meningkatkan fungsi penciumanc. Koreksi operasi yang memblok fisik dan mencegah kelebihan dapat
digunakan dekongostan nasal.
d. Suplemen zink kadang direkomendasikane. Kerusakan neuro olfaktorius akibat infeksi virus prognosisnya buruk,
karena tidak dapat di obati.
f. Terapi vitamin sebagian besar dalam bentuk vitamin APeran Keluarga dalam Usaha Pencegahan Penyakit
Penyakit anosmia dapat menjadi penyakit yang permanen maupun sementara. Hal
ini tergantung dari perawatan penderita dan jenis pengobatan serta penyebab dari
penyakit anosmia tersebut. Dalam upaya penanganan penyakit anosmia ini perluadanya peran keluarga. Peran keluarga sangat penting untuk proses pencegahan,
penyembuhan dan pemulihan penyakit anosmia. Peran keluarga dapat dilakukan
dengan upaya sebagai berikut:
1. Memperhatikan perilaku penderita yang dapat menyebabkan penyakitbertambah parah. Misalnya dengan melarang penderita merokok,
pengurangan obat-obat yang dapat menyebabkan gangguan penciuman
bertambah parah.
2. Pemberian suplemen seperti seng untuk penyembuhan gangguananosmia.
3. Memberi makanan yang banyak mengandung vitamin A kepadapenderita untuk proses penyembuhan anosmia.
4. Selalu mendukung penderita bahwa penyakit tersbut akan sembuhsehingga penderita tidak merasa diisolasi dan menumbuhkan semangat
penderita untuk sembuh. Hal ini dapat dilakukan dengan menganjurkan
-
5/22/2018 BAB I Referat Saraf
20/22
20
penderita untuk mengontrol perkembangan penyakit tersebut, yaitu
dengan periksa ke dokter dan melakukan tes penciuman.
5. Memancing indera penciuman penderita dengan menggunakan benda-benda yang berbau khas guna merangsang indera penciuman penderita
pulih kembali.
6. Apabila dalam tahap rehabilitas, maka menghindarkan penderita dari halyang dapat menyebabkan penyakit kambuh lagi, melakukan terapi
kepada penderita untuk menghindari kecacatan atau gangguna permanen
pada pembauan.
7. Memberikan edukasi dan informasi kepada penderita maupun anggotakeluarga yang lain yang tidak menderita anosmia tentang factor resiko
yang dapat menyebabkan anosmia, sehingga penyakit anosmia dapat
diminimalisir.
Prognosis
Dampak dari disfungsi olfaktorius sangat tergantung dari etiologinya.
Disfungsi olfaktorius karena sumbatan oleh polip, neoplasma, pembengkakan
mukosa atau deviasi septum dapat kembali normal. Ketika sumbatan dihilangkan,
kemampuan olfaktorius akan kembali normal. Namun jika terjadi kerusakan pada
nervus olfactorius maka pronosisnya buruk.
-
5/22/2018 BAB I Referat Saraf
21/22
21
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan pembahasan di atas maka dapat ditarik simpulan bahwa
anosmia adalah ketidakmampuan penciuman/ penghidu sebagian atau total
kehilangan sensasi penciuman. Anosmia terjadi akibat obstruksi saluran
kelenjar hidung atau kerusakan syaraf. Anosmia biasanya disebabkan proses
natural dari penuaan ataupun kebanyakan karena common cold (influenza),
anosmia dapat Banyak obat-obatan yang dapat mengubah kemampuan
penghidu. Sensasi penghidu menghilang karena kelainan seperti tumor
osteoma atau meningioma, sinus nasal atau operasi otak. Dapat juga
disebabkan karena defisiensi zinc/ seng. Rokok tobacco adalah konsentrasi
terbanyak dari polusi yang dapat menyebabkan seorang menderita anosmia.
Faktor siklus hormonal atau gangguan dental juga dapat menyebabkan
anosmia. Anosmia dapat juga terjadi karena beberapa bagian otak yang
mengalami gangguan fungsi.
B. Saran
1. Hindari penggunaan obat yang dapat menyebabkan anosmia.2. Mengurangi atau menghindari merokok karena sebagai salah satu penyebab
anosmia.
3. Perbanyak makan yang mengandung zinc atau seng dan vitamin A.4. Tingkatkan peran serta keluarga dalam upaya penyembuhan maupun
pencegahan anosmia.
5. Segera periksakan ke dokter apabila terjadi gangguan pada indera penciumanuntuk mengetahui diagnosis awal.
-
5/22/2018 BAB I Referat Saraf
22/22
22
DAFTAR PUSTAKA
1. Soepardi EA, Iskandar N et al. Anatomi dan Fisisologi Hidung. Buku AjarIlmu Kesehatan Telinga Hidung dan TenggorokkanKepala Leher. Ed 6.
FKUI. Jakarta. Hal: 119-122
2. Soepardi EA, Iskandar N et al. Gangguan Penghidu. Buku Ajar IlmuKesehatan Telinga Hidung dan Tenggorokkan Kepala Leher. Ed 6.
FKUI. Jakarta. Hal: 160-161
3. Adam GE, Boies LR. Anatomi dan Fisiologi Hidung, Buku Ajar PenyakitTHT. Edisi 6.EGC. Jakarta.1997Hal:174-188
4. Snell S Richard, Neuroanantomi Klinik Untuk Mahasiswa Kedokteran, Ed5. EGC, Jakarta 2006, Hal: 370-396
5. Ballenger JJ.Olfactory Disfunction in Ballengers Otolaringology Headand Neck Surgery, Ed 16, P:561-576
6. Mardjono M, Anosmia dalam Neurologi Klinis Dasar. Dian Rakyat,Jakarta, 2008, Hal:115-116.
7. Anosmia Causes, Symptoms and Treatment Available inwww.everydayhealth.com/health-center/anosmia.aspx
8. Anosmia available inwww.nhs.uk/anosmia/pages/introduction.aspx9. Anosmia Available in en.wikipedia.org/wiki/Anosmia10.Gangguan Penciuman/Penghidu Available in
thtkl.wordpress.com/2008/09/25gangguan-penciumanpenghidu/
http://www.everydayhealth.com/health-center/anosmia.aspxhttp://www.nhs.uk/anosmia/pages/introduction.aspxhttp://www.nhs.uk/anosmia/pages/introduction.aspxhttp://www.everydayhealth.com/health-center/anosmia.aspx