bab i referat saraf

Upload: julitaaaaaaaa

Post on 12-Oct-2015

47 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

cutkhbu

TRANSCRIPT

  • 5/22/2018 BAB I Referat Saraf

    1/22

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    I. Latar BelakangDari sudut pandang evolusi, penciuman merupakan indera yang paling

    primitive dan paling penting dibandingkan dengan indera lainnya. Alat

    indera penciuman ini mempunyai kedudukan utama di kepala, yang

    sesuai sebagai indera yang dimaksudkan untuk menuntun perilaku.

    Penciuman mempunyai jalur yang lebih langsung ke otak daripada

    indera-indera lain. Reseptor pada badian atas hidung, dalam olfactory

    ephitelium setiap rongga hidung dihubungkan langsung tanpa sinapsis

    ke umbi-umbi olfactory otak, yang terletak di bawah lipatan frontal

    (frontal lobes).

    Adaptasi sensoris pada indera ini kentara sekali. Orang yang telah

    terbiasa dengan lingkungannya seperti itu. Penciuman merupakan

    proses yang kompleks. Para ahli sampai sekarang belum dapat

    menjelaskan bagaimana gas itu merangsang syaraf-syaraf reseptor

    dalam hidung sehingga timbul bau yang beraneka ragam.

    Fungsi penghidu dan pengecapan yang normal sangat berperan dalam

    nutrisi dan penting untuk mempertahankan gaya hidup yang sehat.

    Gangguan penciuman umumnya sukar didiagnosa dan sukar untuk

    diobati biasanya karena kurangnya pengetahuan pada individu.

    Gangguan penciuman bisa sekunder akibat proses perjalanan penyakit

    atau bisa juga sebagai keluhan primer .Daya menghidu yang hilang

    atau berkurang terjadi pada kira-kira 1% dari mereka yang berusia di

    bawah 60 tahun dan lebih dari 50 % pada mereka yang berusia lebih

    dari 60 tahun. Indera penghidu yang merupakan fungsi nervus

    olfaktorius (N.I), sangat erat hubungannya dengan indera pengecap

  • 5/22/2018 BAB I Referat Saraf

    2/22

    2

    yang dilakukan oleh saraf trigeminus (N.V), karena seringkali kedua

    sensoris ini bekerja bersama-sama, sehingga gangguan pada salah sa

    Indra penghidu yang merupakan fungsi nervus olfaktorius, sangat erat

    hubungannya dengan indra pengecap yang dilakukan oleh nervus

    trigeminus, karena seringkali kedua sensoris ini bekerja bersama-sama.

    Stimulusnya juga sama-sama berupa rangsangan kimiawi, bukan

    rangasangan fisika seperti pada penglihatan dan pendengaran. Reseptor

    organ penghidu terdapat region olfaktorius berjalan melalui lubang-

    lubang pada lamina kribrosa os etmoid menuju bulbus olfaktorius

    didasar fossa kranii anterior.

    Partikel bau dapat mencapai reseptor penghidu bila menarik nafas

    dengan kuat atau partikel tersebut larut dalam lendir yang selalu ada

    dipermukaan mukosa daerah olfaktorius. Gangguan penghidu akan

    terjadi bila ada yang menghalangi sampainya partikel bau ke reseptor

    saraf atau ada kelainan pada n.olfaktorius, mulai dari reseptor sampai

    pusat olfaktorius.

    Kelainan penghidu meliputi berbagai macam jenis penyakit yaitu

    hiposmia, anosmia, parosmia dan kakosmia

    Anosmia merupakan suatu tidak adanya/hilangnya sensasi penciuman,

    dalam hal ini berarti hilangnya kemampuan mencium atau membau

    dari indera penciuman. Hilangnya sensasi ini bisa parsial ataupun total.

  • 5/22/2018 BAB I Referat Saraf

    3/22

    3

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    1. ANATOMI HIDUNGA. ANATOMI HIDUNG BAGIAN LUAR

    Hidung terdiri atas hidung luar dan hidung bagian dalam. Hidung

    bagian luar menonjol pada garis tengah diantara pipi dan bibir atas.

    Struktur hidung luar dibedakan atas tiga bagian, yaitu yang paling atas

    adalah sebuah kubah yang tidak dapat digerakkan, dibawahnya terdapat

    kubah kartilago yang sedikit dapat digerakkan, dan yang paling bawah

    adalah lobulus hidung yang mudah digerakkan.

    Gambar.1 Anatomi Hidung

  • 5/22/2018 BAB I Referat Saraf

    4/22

    4

    Hidung luar berbentuk pyramid dengan bagian-bagiannya dari atas ke

    bawah:

    1.

    Pangkal hidung (bridge)2. Dorsum nasi3. Puncak hidung (apeks)4. Ala nasi5. Kolumela6. Lubang hidung (nares anterior)

    Gambar 2. Anatomi hidung luar

    Hidung luar dibentuk oleh kerangka tulang rawan yang dilapisi oleh kulit,

    jaringan ikat dan beberapa otot kecil yang berfungsi melebarkan dan

    menyempitkan lubang hidung.

    Kerangka tulang terdiri dari :

    1. Sepasang os nasalis (tulang hidung)2. Prosesus frontalis os maksila3. Prosesus nasalis os frontalis

  • 5/22/2018 BAB I Referat Saraf

    5/22

    5

    Kerangka tulang rawan terdiri dari :1,2,4,6

    1. Sepasang kartilago nasalis lateralis superior2.

    Sepasang kartilago nasalis lateralis inferior (kartilago ala mayor)

    3. Beberapa pasang kartilago ala minor4. Tepi anterior kartilago septum nasi1,2,4,6

    Gambar 3. Kerangka tulang dan tulang rawan pada hidung

    Gambar 4. Kerangka tulang dan tulang rawan pada hidung

  • 5/22/2018 BAB I Referat Saraf

    6/22

    6

    B. ANATOMI HIDUNG BAGIAN DALAMRongga hidung atau kavum nasi terbentuk terowongan dari depan ke

    belakang, dipisahkan oleh septum nasi bagian tengahnya. Kavum nasi bagian

    anterior disebut nares anterior dan bagian posterior disebut nares posterior

    (koana yang menghubungkan kavum nasi dengan nasofaring). Dengan adanya

    septum nasi maka kavum nasi dibagi menjadi dua ruangan yang membentang

    dari nares sampai koma (apertura posterior). Kavum nasi ini berhubungan

    dengan sinus frontal, sinus sfenoid, fossa kranial anterior dan fossa kranial

    media. Batas-batas kavum nasi :1,2,3,4,5,6

    Posterior : berhubungan dengan nasofaring Atap : os nasal, os frontal, lamina kribriformis etmoidale,

    korpus sfenoidale dan sebagian os fomer.

    Lantai : merupakan bagian yang lunak, kedudukannyahampIr horizontal, bentuknya konkaf dan bagian dasar ini

    lebih lebar dari pada bagian atap. Bagian ini dipisahkan dengan

    kavum oris oleh palatum durum.

    Medial : septum nasi yang membagi kavum nasi menjadidua ruangan (dekstra dan sinistra), pada bagian bawah apeks

    nasi, septum nasi dilapisi oleh kulit, jaringan subkutan dan

    kartilago alaris mayor. Bagian dari septum yang terdiri dari

    kartilago ini disebut sebagai septum pars membranosa =

    kolumna

    Lateral : dibentuk oleh bagian dari os medial, os maksila, oslakrima, os etmoid, konka nasalis inferior, palatum dan os

    sphenoid. Konka nasalis suprema, superior, dan media

    merupakan tonjolan dari tulang etmoid. Sedangkan konka

    nasalis inferior merupakan tulang yang terpisah. Ruangan di

    atas dan belakang konka nasalis superior adalah resesus sfeno-

    etmoid yang berhubungan dengan sinus sphenoid. Kadang-

    kadang konka nasalis suprema dan meatus nasi suprema

    terletak di bagian ini.1,2,3,4,5,6

  • 5/22/2018 BAB I Referat Saraf

    7/22

    7

    Gambar 5. Anatomi hidung dalam14

    1. VestibulumTerletak tepat dibelakang nares anterior, dilapisi oleh kulit yang

    mempunyai banyak kelenjar sebasea dan rambut-rambut panjang yang

    disebut vibrisae.

    2. Septum nasiSeptum nasi dibentuk oleh bagian tulang dan tulang rawan. 1,3,6

    Bagian tulang terdiri dari :

    Lamina perpendikularis os etmoid Vomer Krista nasalis maksilla Krista nasalis palatine.1,3,6

  • 5/22/2018 BAB I Referat Saraf

    8/22

    8

    Bagian tulang rawan terdiri dari :

    Kartilago septum (lamina kuadrangularis)

    Kolumela.

    1,3,6

    3. Kavum nasi

    Dasar hidungDasar hidung dibentuk oleh prosesus palatine os maksilla dan

    prosesus horizontal os palatum.

    Atap hidungTerdiri dari kartilago lateralis superior dan inferior, os

    nasal, prosesus frontalis os maksilla, korpus eitmoid dan korpus

    sphenoid. Sebagian besar atap hidung dibentuk oleh lamina

    kribrosa yang dilalui filamen - filamen olfaktorius yang berasal

    dari permukaan cranial konka superior.

    Dinding lateralDinding lateral dibentuk oleh permukaan dalam

    prosesus frontalis os maksilla, os lakrimalis, konka superior,

    konka media, konka inferior lamina perpendikularis os palatum

    dan lamina pterigoideus medial.

    KonkaPada dinding lateral hidung terdapat 4 buah konka. Yaitu

    terbesar dan letaknya paling bawah ialah konka inferior, kemudian

    yang lebih kecil ialah konka media dan konka superior, sedangkan

    yang terkecil disebut konka suprema. Konka suprema ini biasanyarudimenter. Konka inferior merupakan tulang tersendiri yang melekat

    pada os maksilla dan labirin etmoid.

    Meatus nasiDiantara konka konka dan dinding lateral hidung terdapat

    rongga sempit yang disebut meatus. Meatus inferior terletak diantara

    konka inferior dengan dasar hidung dan dinding lateral rongga hidung.

    Disini terdapat muara sinus maksilla, sinus frontal dan sinus etmoid

  • 5/22/2018 BAB I Referat Saraf

    9/22

    9

    anterior. Pada meatus superior yang merupakan ruang diantara konka

    superior dan konka media terdapat muara sinus etmoid posterior dan

    sinus sphenoid.

    Dinding medialDinding medial adalah septum nasi.

    4. VASKULARISASI HIDUNGBagian superior rongga hidung mendapat perdarahan dari a.etmoid

    anterior dan posterior yang merupakan cabang dari a.oftalmikus berasal

    dari a.karotis interna. Bagian inferior hidung mendapat perdarahan dari

    cabang a.maksilaris interna, diantaranya adalah ujung a.palatina mayor dan

    a.sfenopaltina yang keluar dari foramen sfenopalatina bersama

    n.sfenopalatina dan memasuki rongga hidung di belakang ujung posterior

    konka media.

    Bagian depan hidung mendapat pendarahan dari cabang-cabang a.fasialis. pada

    bagian depan septum terdapat anastomosis dari cabang-cabang a.sfenopalatina,

    a.etmoid anterior, a.labialis superior dan a.palatina mayor, yang disebut pleksus

    Kiesselbach (Littles area) yang letaknya superficial dan mudah cedera oleh

    trauma, sehingga sering menjadi sumber epistaksis pada anak-anak dan dewasa

    muda.

  • 5/22/2018 BAB I Referat Saraf

    10/22

    10

    Gambar 6: perdarahan hidung

    Vena-vena hidung mempunyai nama yang sama dan berjalanan

    berdampingan dengan arterinya. Vena-vena di vestibulum dan struktur

    luar hidung bermuara ke vena oftalmika superior yang berhubungan

    dengan sinus kavernosus.

    Gambar 7. Vaskularisasi hidung

    15

  • 5/22/2018 BAB I Referat Saraf

    11/22

    11

    5. PERSARAFAN HIDUNG4a. Nervus olfaktorius

    Sebagai saraf sensible (sataf pembau) masuk melalui lubang-lubang di lamina cribrosa etmoidalis.

    b. Nervus trigeminus

    Mempunyai cabang n.oftalmikus dengan cabang kecil n.nasalis

    posterior superior dan n.nasalis anterior superior untuk mempersarafi

    dinding lateralis cavum nasi superior dan concha nasalis media.

    c. Nervus etmoidalis anterior

    Merupakan cabang dari n.oftalmikus masuk ke dalam cavum nasi

    melalui lubang frontal di lamina cribrosa ossis etmoidalis.

    d. Nervus palatines anterior

    Nervus ini masuk ke dalam cavum nasi melalui lubang dalam pars

    perpendikularis ossis palatini.

    2. FISIOLOGI HIDUNGa. Sebagai jalan nafas

    Pada inspirasi, udara masuk melalui nares anterior, lalu naik

    setinggi konka media dan kemudian turun ke bawah kea rah nasofaring,

    sehingga aliran udara ini berbentuk lengkungan atau arkus.

    Pada ekspirasi, udara masuk melalui koana dan kemudian

    mengikuti jalan yang sama seperti udara inspirasi. Akan tetapi di bagian

    depan aliran udara memecah, sebagian lagi kembali ke belakang

    membentuk pusaran dan bergabung dengan aliran dari nasofaring.

  • 5/22/2018 BAB I Referat Saraf

    12/22

    12

    b. Pengantur kondisi udara (air conditioning)

    Fungsi hidung sebagai pengatur kondisi udara perlu untuk

    mempersiapkan udara yang akan masuk ke dalam alveolus. Fungsi inidilakukan dengan cara mengatur kelembaban udara dan mengatur suhu.

    Mengatur kelembabab udara dilakukan oleh palut lendir.

    Pada musim panas, udara hamper jenuh dengan uap air, penguapan

    dari lapisan ini sedikit, sedangkan pada musim dingin akan terjadi

    sebaliknya. Fungsi mengatur suhu dimungkinkan karena banyaknya

    pembuluh darah di bawah epitel dan adanya permukaan konka dan septum

    yang luas sehinga radiasi dapat berlangsung secara optimal. Dengan

    demikian suhu udara setelah melalui hidung kurang lebuh 370C.

    c. Sebagai penyaring dan pelindung

    Fungsi ini berguna untuk membersihkan udara inspirasi dari debu

    dan bakteri yang dilakukan oleh : Rambut (vibrissae) pada vestibulum

    nasi; Silia dan Palut lender (mucous blanket). Debu dan bakteri akan

    melekat pada palut lendir dan partikel-partikel yang besar akan

    dilekuarkan cdengan reflex bersin. Palut lender ini akan dialirkan dengan

    nasofaring oleh gerakan silia. Enzim yang dapat menghancurkan beberapa

    jenis bakteri disebut lysozime.

    d. Indra penghidu

    Hidung juga bekerja sebagai indra penghidu dengan adanya

    mukosa olfaktorius pada atap rongga hidung, konka superior dan sepertigabagian atas septum.

  • 5/22/2018 BAB I Referat Saraf

    13/22

    13

    e. Resonasi suara

    Penting untuk kualitas suara ketika berbicara dan bernyanyi.

    Sumbatan hidung akan menyebabkan resonansi berkurang atau hilang,

    sehingga terdengar suara sengau.

    f. Proses bicara

    Membantu proses pembentukan kata dengan konsonan nasal

    (m,n,ng) dimana rongga mulut tertutup dan rongga hidung terbuka,

    palatum molle turun untuk aliran udara.

  • 5/22/2018 BAB I Referat Saraf

    14/22

    14

    g. Refleks nasal

    Mukosa hidung merupakan reseptor refleks yang berhubungan

    dengan saluran cerna, kardiovaskuler dan pernafasan. Contoh: iritasimukosa hidung menyebabkan refleks bersin dan nafas berhenti. Rangsang

    bau tertentu menyebabkan sekresi kelenjar liur, lambung dan pankreas.

    Definisi

    Anosmia adalah tidak adanya/hilangnya sensasi penciuman, dalam hal ini berarti

    hilangnya kemampuan mencium atau membau dari indera penciuman. Hilangnya

    sensasi ini bisa parsial ataupun total.

    Etiologi

    Anosmia disebabkan oleh berbagai macam penyebab antara lain yaitu :

    1. Defek konduktifa. Proses inflamasi / peradangan dapat mengakibatkan gangguan

    pembauan.

    b. Adanya massa / tumor dapat menyumbat rongga hidung sehingamenghalangi aliran adorant / ke epitel olfaktorius.

    c. Abnormalitas development (misalnya ensefalokel, kista dermoid)juga dapat menyebabkan obstruksi.

    d. Pasien pasca laringektomi atau trakheotomi dapat menderitahisposmia karena berkurang atau tidak adanya aliran udara yang

    melalui hidung.

    2. Defek sentral / sensorineurala. Proses infeksi / inflamasi menyebabkan defek sentral gangguan

    pada transmisi sinyal.

    b. Penyebab congenital menyebabkan hilangnya struktur syaraf.c. Gangguan endokrin (hipotiroidisme, hipoadrenalisme, DM)

    berpengaruh pada fungsi pembauan.

  • 5/22/2018 BAB I Referat Saraf

    15/22

    15

    d. Trauma kepala, operasi otak atau perdarahan subarachnoiddapat menyebabkan regangan, kerusakan atau terpotongnya fila

    olfaktoria yang halus dan mengakibatkan anosmia.

    e. Toksitisitas dari obatobatan sistemik dan inhalasif. Defisiensi gizi (vit A, thiamin, zink) terbukti dapat

    mempengarui pembauan.

    Faktor resiko

    Faktor resiko dari anosmia adalah:

    a. Proses degenerative patologi (penyakit Parkinson, Alzheimer)b. Proses degenaratife normal (penuaan)c. Lingkungan

  • 5/22/2018 BAB I Referat Saraf

    16/22

    16

    d. Perokoke. Pencemaran bahan kimiaf. Cuacag. Virus bakteri pathogenh. Usia: Dengan bertambahnya usia seseorang jumlah neuron olfaktorius

    lambat laun akan berkurang sehingga mengurangi daya penciuman

    i. Jenis kelamin: Perempuan lebih beresiko menderita anosmia karenajumlah bulu hidung relative lebih sedikit daripada pria dan imunitas yang

    kurang sehingga beresiko terhadap infeksi pada hidung.

    Tanda dan gejala anosmia

    a. Berkurangnya kemampuan dan bahkan sampai tidak bisamendeteksi bau.

    b. Gangguan pembau yang timbul bisa bersifat total / tidak bisamendeteksi seluruh bau.

    c. Dapat bersifat parsial / hanya sejumlah bau yang dapat dideteksi.d. Dapat juga bersifat spesifik (hanya satu / sejumlah kecil yang dapat

    dideteksi)

    e. Kehilangan kemampuan merasa / mendeteksi rasa dalam makananyang di makan.

    f. Berkurangnya nafsu makan.

    Patofisilogi anosmia

    Indra penciuman dan pengecapan tergolong ke dalam system penginderaan

    kimia(chemosensation). Proses yang kompleks dari mencium dan mengecap di

    mulai ketika molekulmolekul dilepaskan oleh substansi di sekitar kita yang

    menstimulasi sel syaraf khusus dihidung, mulut atau tenggorokan. Selsel ini

    menyalurkan pesan ke otak, dimana bau dan rasa khusus di identifikasi. Sel sel

  • 5/22/2018 BAB I Referat Saraf

    17/22

    17

    olfaktori (saraf penciuman) di stimulasi oleh bau busuk di sekitar kita. Contoh

    aroma dari mawar adonan pada roti. Selsel saraf ini ditemukan di sebuah

    tambahan kecil dari jaringan terletak diatas hidung bagian dalam, dan mereka

    terhubung secara langsung ke otak penciuman (olfaktori) terjadi karena adanya

    molekulmolekul yang menguap dan masuk kesaluran hidung dan mengenal

    olfactory membrane. Manusia memiliki kirakira 10.000 sel reseptor berbentuk

    rambut. Bila molekul udara masuk, maka selsel ini mengirimkan impuls saraf

    (Loncent, 1988). Pada mekanisme terdapat gangguan atau kerusakan dari selsel

    olfaktorus menyebabkan reseptor dapat mengirimkan impuls menuju susunan

    saraf pusat. Ataupun terdapat kerusakan dari sarafnya sehingga tidak dapat

    mendistribusikan impuls reseptor menuju efektor, ataupun terdapat kerusakan dari

    saraf pusat di otak sehingga tidak dapat menterjemahkan informasi impuls yang

    masuk.

    Pemeriksaan diagnostik anosmia

    Pemeriksaan fisik.

    Pemeriksaan rinoskopi anterior dan posterior untuk ,melihat apakah ada

    kelainan anatomic yang menyebabkan sumbatan hidung, perubahan mukosa

    hidung, tanda-tanda infeksi dan adanya tumor

    Pemeriksaan penghidu sederhana

    Pasien dicoba untuk menghidu alkohol, kopi, minyak wangi, setelah itu

    pasien dicoba untuk menghidu amoniak. Amoniak akan merangasang

    n.Trigeminus, bukan n.olfaktorius.

  • 5/22/2018 BAB I Referat Saraf

    18/22

    18

    Pemeriksaan penunjang

    CT scan dan MRI dibutuhkan untuk menyingkirkan neoplasma pada fossa

    kranii anterior yang tidak diduga sebelumnya, sinusitis paranasolik dan neoplasma

    pada rongga hidung dan sinus paranasalis.

    Pemeriksaan Laboratorium : gula darah, pemeriksaan reduksi urine dll.

    Tahap Pencegahan Penyakit

    Tergantung kepada penyebabnya, bisa dilakukan hal-hal berikut:

    a) Merubah atau menghentikan pemakaian obat-obat yang diduga menjadipenyebab terjadinya kelainan ini.

    b) Menjaga agar mulut tetap basah dengan cara mengulum permen.c) Menunggu beberapa minggu untuk melihat perkembangan selanjutnya.d) Tambahan seng (bisa dibeli bebas maupun dengan resep dokter) bisa

    mempercepat penyembuhan, terutama pada kelainan yang timbul setelah

    serangan flu.

  • 5/22/2018 BAB I Referat Saraf

    19/22

    19

    Penatalaksanaan anosmia

    a. Pengobatan yang dapat digunakan untuk memperbaiki kehilangan sesuaipenciuman antara lain antihistamin bila diindikasi penderita alergi

    b. Berhenti merokok dapat meningkatkan fungsi penciumanc. Koreksi operasi yang memblok fisik dan mencegah kelebihan dapat

    digunakan dekongostan nasal.

    d. Suplemen zink kadang direkomendasikane. Kerusakan neuro olfaktorius akibat infeksi virus prognosisnya buruk,

    karena tidak dapat di obati.

    f. Terapi vitamin sebagian besar dalam bentuk vitamin APeran Keluarga dalam Usaha Pencegahan Penyakit

    Penyakit anosmia dapat menjadi penyakit yang permanen maupun sementara. Hal

    ini tergantung dari perawatan penderita dan jenis pengobatan serta penyebab dari

    penyakit anosmia tersebut. Dalam upaya penanganan penyakit anosmia ini perluadanya peran keluarga. Peran keluarga sangat penting untuk proses pencegahan,

    penyembuhan dan pemulihan penyakit anosmia. Peran keluarga dapat dilakukan

    dengan upaya sebagai berikut:

    1. Memperhatikan perilaku penderita yang dapat menyebabkan penyakitbertambah parah. Misalnya dengan melarang penderita merokok,

    pengurangan obat-obat yang dapat menyebabkan gangguan penciuman

    bertambah parah.

    2. Pemberian suplemen seperti seng untuk penyembuhan gangguananosmia.

    3. Memberi makanan yang banyak mengandung vitamin A kepadapenderita untuk proses penyembuhan anosmia.

    4. Selalu mendukung penderita bahwa penyakit tersbut akan sembuhsehingga penderita tidak merasa diisolasi dan menumbuhkan semangat

    penderita untuk sembuh. Hal ini dapat dilakukan dengan menganjurkan

  • 5/22/2018 BAB I Referat Saraf

    20/22

    20

    penderita untuk mengontrol perkembangan penyakit tersebut, yaitu

    dengan periksa ke dokter dan melakukan tes penciuman.

    5. Memancing indera penciuman penderita dengan menggunakan benda-benda yang berbau khas guna merangsang indera penciuman penderita

    pulih kembali.

    6. Apabila dalam tahap rehabilitas, maka menghindarkan penderita dari halyang dapat menyebabkan penyakit kambuh lagi, melakukan terapi

    kepada penderita untuk menghindari kecacatan atau gangguna permanen

    pada pembauan.

    7. Memberikan edukasi dan informasi kepada penderita maupun anggotakeluarga yang lain yang tidak menderita anosmia tentang factor resiko

    yang dapat menyebabkan anosmia, sehingga penyakit anosmia dapat

    diminimalisir.

    Prognosis

    Dampak dari disfungsi olfaktorius sangat tergantung dari etiologinya.

    Disfungsi olfaktorius karena sumbatan oleh polip, neoplasma, pembengkakan

    mukosa atau deviasi septum dapat kembali normal. Ketika sumbatan dihilangkan,

    kemampuan olfaktorius akan kembali normal. Namun jika terjadi kerusakan pada

    nervus olfactorius maka pronosisnya buruk.

  • 5/22/2018 BAB I Referat Saraf

    21/22

    21

    BAB III

    PENUTUP

    A. Simpulan

    Berdasarkan pembahasan di atas maka dapat ditarik simpulan bahwa

    anosmia adalah ketidakmampuan penciuman/ penghidu sebagian atau total

    kehilangan sensasi penciuman. Anosmia terjadi akibat obstruksi saluran

    kelenjar hidung atau kerusakan syaraf. Anosmia biasanya disebabkan proses

    natural dari penuaan ataupun kebanyakan karena common cold (influenza),

    anosmia dapat Banyak obat-obatan yang dapat mengubah kemampuan

    penghidu. Sensasi penghidu menghilang karena kelainan seperti tumor

    osteoma atau meningioma, sinus nasal atau operasi otak. Dapat juga

    disebabkan karena defisiensi zinc/ seng. Rokok tobacco adalah konsentrasi

    terbanyak dari polusi yang dapat menyebabkan seorang menderita anosmia.

    Faktor siklus hormonal atau gangguan dental juga dapat menyebabkan

    anosmia. Anosmia dapat juga terjadi karena beberapa bagian otak yang

    mengalami gangguan fungsi.

    B. Saran

    1. Hindari penggunaan obat yang dapat menyebabkan anosmia.2. Mengurangi atau menghindari merokok karena sebagai salah satu penyebab

    anosmia.

    3. Perbanyak makan yang mengandung zinc atau seng dan vitamin A.4. Tingkatkan peran serta keluarga dalam upaya penyembuhan maupun

    pencegahan anosmia.

    5. Segera periksakan ke dokter apabila terjadi gangguan pada indera penciumanuntuk mengetahui diagnosis awal.

  • 5/22/2018 BAB I Referat Saraf

    22/22

    22

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Soepardi EA, Iskandar N et al. Anatomi dan Fisisologi Hidung. Buku AjarIlmu Kesehatan Telinga Hidung dan TenggorokkanKepala Leher. Ed 6.

    FKUI. Jakarta. Hal: 119-122

    2. Soepardi EA, Iskandar N et al. Gangguan Penghidu. Buku Ajar IlmuKesehatan Telinga Hidung dan Tenggorokkan Kepala Leher. Ed 6.

    FKUI. Jakarta. Hal: 160-161

    3. Adam GE, Boies LR. Anatomi dan Fisiologi Hidung, Buku Ajar PenyakitTHT. Edisi 6.EGC. Jakarta.1997Hal:174-188

    4. Snell S Richard, Neuroanantomi Klinik Untuk Mahasiswa Kedokteran, Ed5. EGC, Jakarta 2006, Hal: 370-396

    5. Ballenger JJ.Olfactory Disfunction in Ballengers Otolaringology Headand Neck Surgery, Ed 16, P:561-576

    6. Mardjono M, Anosmia dalam Neurologi Klinis Dasar. Dian Rakyat,Jakarta, 2008, Hal:115-116.

    7. Anosmia Causes, Symptoms and Treatment Available inwww.everydayhealth.com/health-center/anosmia.aspx

    8. Anosmia available inwww.nhs.uk/anosmia/pages/introduction.aspx9. Anosmia Available in en.wikipedia.org/wiki/Anosmia10.Gangguan Penciuman/Penghidu Available in

    thtkl.wordpress.com/2008/09/25gangguan-penciumanpenghidu/

    http://www.everydayhealth.com/health-center/anosmia.aspxhttp://www.nhs.uk/anosmia/pages/introduction.aspxhttp://www.nhs.uk/anosmia/pages/introduction.aspxhttp://www.everydayhealth.com/health-center/anosmia.aspx