asuhan keperawatan gawat darurat pada klien dengan nyeri

56
ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA KLIEN DENGAN NYERI DADA ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA KLIEN DENGAN NYERI DADA A. PENGERTIAN • Nyeri dada adalah perasaan nyeri / tidak enak yang mengganggu daerah dada dan seringkali merupakan rasa nyeri yang diproyeksikan pada dinding dada (referred pain) • Nyeri Coroner adalah rasa sakit akibat terjadinya iskemik miokard karena suplai aliran darah koroner yang pada suatu saat tidak mencukupi untuk kebutuhan metabolisme miokard. • Nyeri dada akibat penyakit paru misalnya radang pleura (pleuritis) karena lapisan paru saja yang bisa merupakan sumber rasa sakit, sedang pleura viseralis dan parenkim paru tidak menimbulkan rasa sakit (Himawan, 1996) B. ETIOLOGI Nyeri Dada: a. Cardial - Koroner - Non Koroner b. Non Cardial - Pleural - Gastrointestinal - Neural - Psikogenik (Abdurrahman N, 1999) C. TANDA DAN GEJALA Tanda dan gejala yang biasa menyertai nyeri dada adalah : - Nyeri ulu hati - Sakit kepala - Nyeri yang diproyeksikan ke lengan, leher, punggung - Diaforesis / keringat dingin - Sesak nafas - Takikardi - Kulit pucat - Sulit tidur (insomnia)

Upload: innu-muharom

Post on 24-Oct-2015

232 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada Klien Dengan Nyeri

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA KLIEN DENGAN NYERI DADAASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA KLIEN DENGAN

NYERI DADA

A. PENGERTIAN

• Nyeri dada adalah perasaan nyeri / tidak enak yang mengganggu

daerah dada dan seringkali merupakan rasa nyeri yang diproyeksikan

pada dinding dada (referred pain)

• Nyeri Coroner adalah rasa sakit akibat terjadinya iskemik miokard

karena suplai aliran darah koroner yang pada suatu saat tidak mencukupi

untuk kebutuhan metabolisme miokard.

• Nyeri dada akibat penyakit paru misalnya radang pleura (pleuritis)

karena lapisan paru saja yang bisa merupakan sumber rasa sakit, sedang

pleura viseralis dan parenkim paru tidak menimbulkan rasa sakit

(Himawan, 1996)

B. ETIOLOGI

Nyeri Dada:

a. Cardial

- Koroner

- Non Koroner

b. Non Cardial

- Pleural

- Gastrointestinal

- Neural

- Psikogenik (Abdurrahman N, 1999)

C. TANDA DAN GEJALA

Tanda dan gejala yang biasa menyertai nyeri dada adalah :

- Nyeri ulu hati

- Sakit kepala

- Nyeri yang diproyeksikan ke lengan, leher, punggung

- Diaforesis / keringat dingin

- Sesak nafas

- Takikardi

- Kulit pucat

- Sulit tidur (insomnia)

- Mual, Muntah, Anoreksia

Page 2: Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada Klien Dengan Nyeri

- Cemas, gelisah, fokus pada diri sendiri

- Kelemahan

- Wajah tegang, m erintih, menangis

- Perubahan kesadaran

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. EKG 12 lead selama episode nyeri

- Takhikardi / disritmia

- Rekam EKG lengkap : T inverted, ST elevasi / depresi, Q Patologis

b. Laboratorium

- Kadar enzim jantung : CK, CKMB, LDH

- Fungsi hati : SGOT, SGPT

- Fungsi Ginjal : Ureum, Creatinin

- Profil Lipid : LDL, HDL

c. Foto Thorax

d. Echocardiografi

e. Kateterisasi jantung

E.

Suplai O2 dan NutrisiJaringan menurun

F. PENGKAJIAN

1. Pengkajian Primer

a. Airway

- Bagaimana kepatenan jalan nafas

- Apakah ada sumbatan / penumpukan sekret di jalan nafas?

- Bagaimana bunyi nafasnya, apakah ada bunyi nafas tambahan?

b. Breathing

- Bagaimana pola nafasnya ? Frekuensinya? Kedalaman dan iramanya?

- Aapakah menggunakan otot bantu pernafasan?

- Apakah ada bunyi nafas tambahan?

c. Circulation

- Bagaimana dengan nadi perifer dan nadi karotis? Kualitas (isi dan

tegangan)

- Bagaimana Capillary refillnya, apakah ada akral dingin, sianosis atau

oliguri?

- Apakah ada penurunan kesadaran?

- Bagaimana tanda-tanda vitalnya ? T, S, N, RR, HR?

2. Pengkajian Sekunder

Hal-hal penting yang perlu dikaji lebih jauh pada nyeri dada (koroner) :

a. Lokasi nyeri

Page 3: Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada Klien Dengan Nyeri

Dimana tempat mulainya, penjalarannya (nyeri dada koroner : mulai dari

sternal menjalar ke leher, dagu atau bahu sampai lengan kiri bagian ulna)

b. Sifat nyeri

Perasaan penuh, rasa berat seperti kejang, meremas, menusuk,

mencekik/rasa terbakar, dll.

c. Ciri rasa nyeri

Derajat nyeri, lamanya, berapa kali timbul dalam jangka waktu tertentu.

d. Kronologis nyeri

Awal timbul nyeri serta perkembangannya secara berurutan

e. Keadaan pada waktu serangan

Apakah timbul pada saat-saat / kondisi tertentu

f. Faktor yang memperkuat / meringankan rasa nyeri misalnya sikap/posisi

tubuh, pergerakan, tekanan, dll.

g. Gejala lain yang mungkin ada atau tidaknya hubungan dengan nyeri

dada.

G. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Perubahan kenyamanan nyeri (nyeri akut) b.d iskemia jaringan

sekunder terhadap sumbatan arteri, inflamasi jaringan

2. Perubahan perfusi jaringan (otot jantung) b.d penurunan aliran darah

3. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai O2 dan

kebutuhan metabolisme jaringan

H. INTERVENSI KEPERAWATAN

Prinsip-prinsip Tindakan :

1. Tirah baring (bedrest) dengan posisi fowler / semi fowler

2. Melakukan EKG 12 lead kalau perlu 24 lead

3. Mengobservasi tanda-tanda vital

4. Kolaborasi pemberian O2 dan pemberian obat-obat analgesik,

penenang, nitrogliserin, Calcium antagonis dan observasi efek samping

obat.

5. Memasang infus dan memberi ketenangan pada klien

6. Mengambil sampel darah

7. Mengurangi rangsang lingkungan

8. Bersikap tenang dalam bekerja

9. Mengobservasi tanda-tanda komplikasi

DAFTAR PUSTAKA

1. Abdurrahman, N, Anamnesa dan pemeriksaan Jasmani Sistem

Kardiovaskuler dalam IPD Jilid I, Jakarta: FKUI, 1999.

2. Doenges, Marilynn E,Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta : EGC,

2000.

Page 4: Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada Klien Dengan Nyeri

3. Himawan, Buku Kuliah Gangguan Sistem Kardiovaskuler,1994.

4. Hudak&Gallo, Keperawatan Kritis cetakan I, Jakarta : EGC, 1995

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN ASMA BRONKIAL

1. PENGARTIAN

Asma Bronkial adalah penyakit pernafasan obstruktif yang ditandai oleh

spame akut otot polos bronkiolus. Hal ini menyebabkan obsktrusi aliran

udara dan penurunan ventilasi alveolus.

( Huddak & Gallo, 1997 )

Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel dimana

trakea dan bronchi berspon dalam secara hiperaktif terhadap stimuli

tertentu.

( Smeltzer, 2002 : 611)

Asma adalah obstruksi jalan nafas yang bersifat reversibel, terjadi ketika

bronkus mengalami inflamasi/peradangan dan hiperresponsif. (Reeves,

2001 : 48)

2. PENYEBAB

a. Faktor Ekstrinsik (asma imunologik / asma alergi)

- Reaksi antigen-antibodi

- Inhalasi alergen (debu, serbuk-serbuk, bulu-bulu binatang)

b. Faktor Intrinsik (asma non imunologi / asma non alergi)

- Infeksi : parainfluenza virus, pneumonia, mycoplasmal

- Fisik : cuaca dingin, perubahan temperatur

- Iritan : kimia

- Polusi udara : CO, asap rokok, parfum

- Emosional : takut, cemas dan tegang

- Aktivitas yang berlebihan juga dapat menjadi faktor pencetus.

(Suriadi, 2001 : 7)

3. TANDA DAN GEJALA

1. Stadium dini

Faktor hipersekresi yang lebih menonjol

a. Batuk dengan dahak bisa dengan maupun tanpa pilek

b. Rochi basah halus pada serangan kedua atau ketiga, sifatnya hilang

timbul

c. Whezing belum ada

d.Belum ada kelainan bentuk thorak

e. Ada peningkatan eosinofil darah dan IG E

f. BGA belum patologis

Page 5: Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada Klien Dengan Nyeri

Faktor spasme bronchiolus dan edema yang lebih dominan

a. Timbul sesak napas dengan atau tanpa sputum

b. Whezing

c. Ronchi basah bila terdapat hipersekresi

d. Penurunan tekanan parsial O2

2. Stadium lanjut/kronik

a. Batuk, ronchi

b. Sesak nafas berat dan dada seolah –olah tertekan

c. Dahak lengket dan sulit untuk dikeluarkan

d. Suara nafas melemah bahkan tak terdengar (silent Chest)

e. Thorak seperti barel chest

f. Tampak tarikan otot sternokleidomastoideus

g. Sianosis

h. BGA Pa O2 kurang dari 80%

i. Ro paru terdapat peningkatan gambaran bronchovaskuler kanan dan kiri

j. Hipokapnea dan alkalosis bahkan asidosis respiratorik

(Halim Danukusumo, 2000, hal 218-229)

Peningkatan kerja Mk : Kurang pengetahuan

pernafasan

Peningkatan kebut Penurunan

oksigen masukan oral

Hyperventilasi Mk : Perub nutrisi

kurang dari

kebutuhan tbh

Retensi CO2

Asidosis respiratorik

5. TANDA DAN GEJALA

Bising mengi (wheezing) yang terdengar dengan/tanpa stetoskop

Batuk produktif, sering pada malam hari

Nafas atau dada seperti tertekan, ekspirasi memanjang

6. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Spirometri

Uji provokasi bronkus

Pemeriksaan sputum

Pemeriksaan cosinofit total

Uji kulit

Pemeriksaan kadar IgE total dan IgE spesifik dalam sputum

Page 6: Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada Klien Dengan Nyeri

Foto dada

Analisis gas darah

7. PENGKAJIAN

a. Awitan distres pernafasan tiba-tiba

- Perpanjangan ekspirasi mengi

- Penggunaan otot-otot aksesori

- Perpendekan periode inpirasi

- Sesak nafas

- Restraksi interkostral dan esternal

- Krekels

b. Bunyi nafas : mengi, menurun, tidak terdengar

c. Duduk dengan posisi tegak : bersandar kedepan

d. Diaforesis

e. Distensi vera leher

f. Sianosis : area sirkumoral, dasar kuku

g. Batuk keras, kering : batuk produktif sulit

h. Perubahan tingkat kesadaran

i. Hipokria

j. Hipotensi

k. Pulsus paradoksus > 10 mm

l. Dehidrasi

m. Peningkatan anseitas : takut menderita, takut mati

8. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN TIMBUL

Tidak efektifnya bersihan jalan nafas b.d bronkospasme : peningkatan

produksi sekret, sekresi tertahan, tebal, sekresi kental : penurunan

energi/kelemahan

Kerusakan pertukaran gas b.d gangguan suplai oksigen, kerusakan alveoli

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan masukan

oral

Kurang pengetahuan b.d kurang informasi/tidak mengenal sumber

informasi

9. INTERVENSI KEPERAWATAN

DP : Tidak efektifnya bersihan jalan nafas

Tujuan : Bersihan jalan nafas efektif

KH : – Mempertahankan jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih/jelas

- Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki bersihan jalan nafas

mis : batuk efektif dan mengeluarkan sekret

Intervensi

Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas, mis; mengi, krekels,

Page 7: Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada Klien Dengan Nyeri

ronki Kaji/pantau frekuensi pernafasan Catat adanya/derajat diespnea mis : gelisah, ansietas, distres pernafasan,

penggunaan otot bantu Kaji pasien untuk posisi yang nyaman mis : peninggian kepala tempat

tidur, duduk pada sandaran tempat tidur Pertahankan polusi lingkungan minimum Dorong/bantu latihan nafas abdomen/bibir Observasi karakteristik batuk mis : menetap, batuk pendek, basah Tingkatkan masukan cairan sampai 3000 ml/hr ss toleransi jantung dan

memberikan air hangat, anjurkan masukkan cairan sebagai ganti

makanan Berikan obat sesuai indikasi Awasi/buat grafik seri GDA, nadi oksimetri, foto dadaDP : Kerusakan pertukaran gas

Tujuan : Pertukaran gas efektie dan adekuat

KH : -Menunjukkan perbaikan vertilasi dan oksigen jaringan adekuat

dalam rentang normal dan bebas gejala distres pernafasan

-Berpartisipasi dalam program pengobatan dalam tingkat kemampuan

/situasi

Intervensi

Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan, catat penggunaan otot aksesori,

nafas bibir, ketidak mampuan bicara/berbincang Tingguikan kepala tempat tidur, pasien untuk memilih posisi yang mudah

untuk bernafas, dorong nafas dalam perlahan / nafas bibir sesuai

kebutuhan / toleransi individu. Dorong mengeluarkan sputum : penguapan bila diindikasikan. Auskultasi bunyi nafas, catat area penurunan aliran udara dan / bunyi

tambahan. Awasi tingkat kesadaran / status mental, selidiki adanya perubahan. Evaluasi tingkat toleransi aktivitas. Awasi tanda vital dan irama jantung. Awasi / gambarkan seri GDA dan nadi oksimetri. Berikan oksigen yang ssi idikasi hasil GDA dan toleransi pasien.C. DP : Perubahan nutrisi kurang dari tubuh

Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi

Kh : – Menunjukan peningkatan BB

- Menunjukan perilaku / perubahan pada hidup untuk meningkatkan dan /

mempertahanka berat yang tepat.

Page 8: Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada Klien Dengan Nyeri

Intervensi :

Kaji kebiasaan diet, masukan makanan, catat derajat kesulitan makan,

evaluasi BB.

Avskultasi bunyi usus.

Berikan perawatan oral sering, buang sekret.

Dorong periode istirahat, 1jam sebelum dan sesudah makan berikan

makan porsi kecil tapi sering.

Hindari makanan penghasil gas dan minuman karbonat.

Hindari maknan yang sangat panas / dingin.

Timbang BB sesuai induikasi.

Kaji pemeriksaan laboratorium, ex : alb.serum.

D. DP : Kurang pengetahuan

Tujuan : Pengetahuan miningkat

KH : – Menyatakan pemahaman kondisi / proses penyakit dan tindakan.

- Mengidentifikasi hubungan tanda / gejala yang ada dari proses penyakit

dan menghubung dengan faktor penyebab.

- Melakukan perubahan pola hidup dan berparisipasi dalam program

pengobatan.

Intervensi:

Jelaskan proses penyakit individu dan keluarga

Instrusikan untuk latihan nafas dan batuk efektif.

Diskusikan tentang obat yang digunakan, efek samping, dan reaksi yang

tidak diinginkan

Beritahu tehnik pengguanaan inhaler ct : cara memegang, interval

semprotan, cara membersihkan.

Tekankan pentingnya perawatan oral/kebersihan gigi

Beritahu efek bahaya merokok dan nasehat untuk berhenti merokok pada

klien atau orang terdekat

Berikan informasi tentang pembatasan aktivitas.

DAFTAR PUSTAKA

Arif Mansyoer(1999). Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga. Jilid I. Media

Acsulapius. FKUI. Jakarta.

Heru Sundaru(2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi Ketiga.

BalaiPenerbit FKUI. Jakarta.

Hudack&gallo(1997). Keperawatan Kritis Edisi VI Vol I. Jakarta. EGC.

Doenges, EM(2000). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta. EGC.

Tucker, SM(1998). Standar Perawatan Pasien. Jakarta. EGC.

Page 9: Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada Klien Dengan Nyeri

AKUT MIOCARD INFARK

AKUT MIOCARD INFARK

A. PENGERTIAN

Infark miokardium mengacu pada proses rusaknya jaringan jantung akibat

suplai darah yang tidak adekuat sehingga aliran darah koroner berkurang.

(Brunner & Sudarth, 2002)

Infark miocard akut adalah nekrosis miocard akibat aliran darah ke otot

jantung terganggu. (Suyono, 1999)

B. ETIOLOGI (kasuari, 2002)

1. faktor penyebab :

a. Suplai oksigen ke miocard berkurang yang disebabkan oleh 3 faktor :

- Faktor pembuluh darah :

Aterosklerosis. Spasme Arteritis- Faktor sirkulasi :

Hipotensi Stenosos aurta insufisiensi- Faktor darah :

Anemia Hipoksemia polisitemiab. Curah jantung yang meningkat :

- Aktifitas berlebihan

- Emosi

- Makan terlalu banyak

- hypertiroidisme

c. Kebutuhan oksigen miocard meningkat pada :

- Kerusakan miocard

- Hypertropimiocard

- Hypertensi diastolic

2. Faktor predisposisi :

a. faktor resiko biologis yang tidak dapat diubah :

- usia lebih dari 40 tahun

- jenis kelamin : insiden pada pria tinggi, sedangkan pada wanita

meningkat setelah menopause

- hereditas

- Ras : lebih tinggi insiden pada kulit hitam.

Page 10: Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada Klien Dengan Nyeri

b. Faktor resiko yang dapat diubah :

- Mayor :

hiperlipidemia hipertensi Merokok Diabetes Obesitas Diet tinggi lemak jenuh, kalori- Minor:

Inaktifitas fisik Pola kepribadian tipe A (emosional, agresif, ambisius, kompetitif). Stress psikologis berlebihan.C. TANDA DAN GEJALA

Tanda dan gejala infark miokard ( TRIAS ) adalah :

1. Nyeri :

a. Nyeri dada yang terjadi secara mendadak dan terus-menerus tidak

mereda, biasanya diatas region sternal bawah dan abdomen bagian atas,

ini merupakan gejala utama.

b. Keparahan nyeri dapat meningkat secaara menetap sampai nyeri tidak

tertahankan lagi.

c. Nyeri tersebut sangat sakit, seperti tertusuk-tusuk yang dapat menjalar

ke bahu dan terus ke bawah menuju lengan (biasanya lengan kiri).

d. Nyeri mulai secara spontan (tidak terjadi setelah kegiatan atau

gangguan emosional), menetap selama beberapa jam atau hari, dan tidak

hilang dengan bantuan istirahat atau nitrogliserin (NTG).

e. Nyeri dapat menjalar ke arah rahang dan leher.

f. Nyeri sering disertai dengan sesak nafas, pucat, dingin, diaforesis berat,

pening atau kepala terasa melayang dan mual muntah.

g. Pasien dengan diabetes melitus tidak akan mengalami nyeri yang hebat

karena neuropati yang menyertai diabetes dapat mengganggu

neuroreseptor (mengumpulkan pengalaman nyeri).

2. Laborat

Pemeriksaan Enzim jantung :

a. CPK-MB/CPK

Isoenzim yang ditemukan pada otot jantung meningkat antara 4-6 jam,

memuncak dalam 12-24 jam, kembali normal dalam 36-48 jam.

b. LDH/HBDH

Meningkat dalam 12-24 jam dam memakan waktu lama untuk kembali

normal

Page 11: Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada Klien Dengan Nyeri

c. AST/SGOT

Meningkat ( kurang nyata/khusus ) terjadi dalam 6-12 jam, memuncak

dalam 24 jam, kembali normal dalam 3 atau 4 hari

3. EKG

Perubahan EKG yang terjadi pada fase awal adanya gelombang T tinggi

dan simetris. Setelah ini terdapat elevasi segmen ST.Perubahan yang

terjadi kemudian ialah adanya gelombang Q/QS yang menandakan

adanya nekrosis.

Skor nyeri menurut White :

0 = tidak mengalami nyeri

1 = nyeri pada satu sisi tanpa menggangu aktifitas

2 = nyeri lebih pada satu tempat dan mengakibatkan terganggunya

aktifitas, mislnya kesulitan bangun dari tempat tidur, sulit menekuk

kepala dan lainnya.

D. PATHWAYS

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. EKG

Untuk mengetahui fungsi jantung : T. Inverted, ST depresi, Q. patologis

2. Enzim Jantung.

CPKMB, LDH, AST

3. Elektrolit.

Ketidakseimbangan dapat mempengaruhi konduksi dan kontraktilitas,

missal hipokalemi, hiperkalemi

4. Sel darah putih

Leukosit ( 10.000 – 20.000 ) biasanya tampak pada hari ke-2 setelah IMA

berhubungan dengan proses inflamasi

5. Kecepatan sedimentasi

Meningkat pada ke-2 dan ke-3 setelah AMI , menunjukkan inflamasi.

6. Kimia

Mungkin normal, tergantung abnormalitas fungsi atau perfusi organ akut

atau kronis

7. GDA

Dapat menunjukkan hypoksia atau proses penyakit paru akut atau kronis.

8. Kolesterol atau Trigliserida serum

Meningkat, menunjukkan arteriosclerosis sebagai penyebab AMI.

9. Foto dada

Mungkin normal atau menunjukkan pembesaran jantung diduga GJK atau

Page 12: Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada Klien Dengan Nyeri

aneurisma ventrikuler.

10. Ekokardiogram

Dilakukan untuk menentukan dimensi serambi, gerakan katup atau

dinding ventrikuler dan konfigurasi atau fungsi katup.

11. Pemeriksaan pencitraan nuklir

a. Talium : mengevaluasi aliran darah miocardia dan status sel miocardia

missal lokasi atau luasnya IMA

b. Technetium : terkumpul dalam sel iskemi di sekitar area nekrotik

12. Pencitraan darah jantung (MUGA)

Mengevaluasi penampilan ventrikel khusus dan umum, gerakan dinding

regional dan fraksi ejeksi (aliran darah)

13. Angiografi koroner

Menggambarkan penyempitan atau sumbatan arteri koroner. Biasanya

dilakukan sehubungan dengan pengukuran tekanan serambi dan

mengkaji fungsi ventrikel kiri (fraksi ejeksi). Prosedur tidak selalu

dilakukan pad fase AMI kecuali mendekati bedah jantung angioplasty atau

emergensi.

14. Digital subtraksion angiografi (PSA)

Teknik yang digunakan untuk menggambarkan

15. Nuklear Magnetic Resonance (NMR)

Memungkinkan visualisasi aliran darah, serambi jantung atau katup

ventrikel, lesivaskuler, pembentukan plak, area nekrosis atau infark dan

bekuan darah.

16. Tes stress olah raga

Menentukan respon kardiovaskuler terhadap aktifitas atau sering

dilakukan sehubungan dengan pencitraan talium pada fase

penyembuhan.

F. PENATALAKSANAAN

1. Rawat ICCU, puasa 8 jam

2. Tirah baring, posisi semi fowler.

3. Monitor EKG

4. Infus D5% 10 – 12 tetes/ menit

5. Oksigen 2 – 4 lt/menit

6. Analgesik : morphin 5 mg atau petidin 25 – 50 mg

7. Obat sedatif : diazepam 2 – 5 mg

8. Bowel care : laksadin

9. Antikoagulan : heparin tiap 4 – 6 jam /infus

10. Diet rendah kalori dan mudah dicerna

11. Psikoterapi untuk mengurangi cemas

Page 13: Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada Klien Dengan Nyeri

G. PENGKAJIAN PRIMER

1. Airways

- Sumbatan atau penumpukan secret

- Wheezing atau krekles

2. Breathing

- Sesak dengan aktifitas ringan atau istirahat

- RR lebih dari 24 kali/menit, irama ireguler dangkal

- Ronchi, krekles

- Ekspansi dada tidak penuh

- Penggunaan otot bantu nafas

3. Circulation

- Nadi lemah , tidak teratur

- Takikardi

- TD meningkat / menurun

- Edema

- Gelisah

- Akral dingin

- Kulit pucat, sianosis

- Output urine menurun

H. PENGKAJIAN SEKUNDER.

1. Aktifitas

Gejala :

- Kelemahan

- Kelelahan

- Tidak dapat tidur

- Pola hidup menetap

- Jadwal olah raga tidak teratur

Tanda :

- Takikardi

- Dispnea pada istirahat atau aaktifitas

2. Sirkulasi

Gejala : riwayat IMA sebelumnya, penyakit arteri koroner, masalah

tekanan darah, diabetes mellitus.

Tanda :

- Tekanan darah

Dapat normal / naik / turun

Perubahan postural dicatat dari tidur sampai duduk atau berdiri

- Nadi

Dapat normal , penuh atau tidak kuat atau lemah / kuat kualitasnya

Page 14: Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada Klien Dengan Nyeri

dengan pengisian kapiler lambat, tidak teratus (disritmia)

- Bunyi jantung

Bunyi jantung ekstra : S3 atau S4 mungkin menunjukkan gagal jantung

atau penurunan kontraktilits atau komplain ventrikel

- Murmur

Bila ada menunjukkan gagal katup atau disfungsi otot jantung

- Friksi ; dicurigai Perikarditis

- Irama jantung dapat teratur atau tidak teratur

- Edema

Distensi vena juguler, edema dependent , perifer, edema umum,krekles

mungkin ada dengan gagal jantung atau ventrikel

- Warna

Pucat atau sianosis, kuku datar , pada membran mukossa atau bibir

3. Integritas ego

Gejala : menyangkal gejala penting atau adanya kondisi takut mati,

perasaan ajal sudah dekat, marah pada penyakit atau perawatan,

khawatir tentang keuangan , kerja , keluarga

Tanda : menoleh, menyangkal, cemas, kurang kontak mata, gelisah,

marah, perilaku menyerang, focus pada diri sendiri, koma nyeri

4. Eliminasi

Tanda : normal, bunyi usus menurun.

5. Makanan atau cairan

Gejala : mual, anoreksia, bersendawa, nyeri ulu hati atau terbakar

Tanda : penurunan turgor kulit, kulit kering, berkeringat, muntah,

perubahan berat badan

6. Hygiene

Gejala atau tanda : lesulitan melakukan tugas perawatan

7. Neurosensori

Gejala : pusing, berdenyut selama tidur atau saat bangun (duduk atau

istrahat )

Tanda : perubahan mental, kelemahan

8. Nyeri atau ketidaknyamanan

Gejala :

- Nyeri dada yang timbulnya mendadak (dapat atau tidak berhubungan

dengan aktifitas ), tidak hilang dengan istirahat atau nitrogliserin

(meskipun kebanyakan nyeri dalam dan viseral)

- Lokasi :

Tipikal pada dada anterior, substernal , prekordial, dapat menyebar ke

tangan, ranhang, wajah. Tidak tertentu lokasinya seperti epigastrium,

Page 15: Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada Klien Dengan Nyeri

siku, rahang, abdomen, punggung, leher.

- Kualitas :

“Crushing ”, menyempit, berat, menetap, tertekan, seperti dapat dilihat .

- Intensitas :

Biasanya 10(pada skala 1 -10), mungkin pengalaman nyeri paling buruk

yang pernah dialami.

- Catatan : nyeri mungkin tidak ada pada pasien pasca operasi, diabetes

mellitus , hipertensi, lansia

9. Pernafasan:

Gejala :

- dispnea tanpa atau dengan kerja

- dispnea nocturnal

- batuk dengan atau tanpa produksi sputum

- riwayat merokok, penyakit pernafasan kronis.

Tanda :

- peningkatan frekuensi pernafasan

- nafas sesak / kuat

- pucat, sianosis

- bunyi nafas ( bersih, krekles, mengi ), sputum

10. Interkasi social

Gejala :

- Stress

- Kesulitan koping dengan stressor yang ada missal : penyakit, perawatan

di RS

Tanda :

- Kesulitan istirahat dengan tenang

- Respon terlalu emosi ( marah terus-menerus, takut )

- Menarik diri

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI

1. Nyeri berhubungan dengan iskemia jaringan sekunder terhadap

sumbatan arteri ditandai dengan :

nyeri dada dengan / tanpa penyebaran wajah meringis gelisah delirium perubahan nadi, tekanan darah.Tujuan :

Nyeri berkurang setelah dilakukan tindakan perawatan selama di RS

Kriteria Hasil:

Page 16: Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada Klien Dengan Nyeri

Nyeri dada berkurang misalnya dari skala 3 ke 2, atau dari 2 ke 1 ekpresi wajah rileks / tenang, tak tegang tidak gelisah nadi 60-100 x / menit, TD 120/ 80 mmHgIntervensi :

Observasi karakteristik, lokasi, waktu, dan perjalanan rasa nyeri dada

tersebut. Anjurkan pada klien menghentikan aktifitas selama ada serangan dan

istirahat. Bantu klien melakukan tehnik relaksasi, mis nafas dalam, perilaku

distraksi, visualisasi, atau bimbingan imajinasi. Pertahankan Olsigenasi dengan bikanul contohnya ( 2-4 L/ menit ) Monitor tanda-tanda vital ( Nadi & tekanan darah ) tiap dua jam.

Kolaborasi dengan tim kesehatan dalam pemberian analgetik.2. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan

factor-faktor listrik, penurunan karakteristik miokard

Tujuan :

Curah jantung membaik / stabil setelah dilakukan tindakan keperawatan

selama di RS

Kriteria Hasil :

Tidak ada edema Tidak ada disritmia Haluaran urin normal TTV dalam batas normalIntervensi :

Pertahankan tirah baring selama fase akut Kaji dan laporkan adanya tanda – tanda penurunan COP, TD Monitor haluaran urin Kaji dan pantau TTV tiap jam Kaji dan pantau EKG tiap hari Berikan oksigen sesuai kebutuhan Auskultasi pernafasan dan jantung tiap jam sesuai indikasi Pertahankan cairan parenteral dan obat-obatan sesuai advis Berikan makanan sesuai diitnya Hindari valsava manuver, mengejan ( gunakan laxan )3. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan , iskemik, kerusakan

otot jantung, penyempitan / penyumbatan pembuluh darah arteri

koronaria ditandai dengan :

Page 17: Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada Klien Dengan Nyeri

Daerah perifer dingin EKG elevasi segmen ST & Q patologis pada lead tertentu

RR lebih dari 24 x/ menit Kapiler refill Lebih dari 3 detik Nyeri dada Gambaran foto torak terdpat pembesaran jantung & kongestif paru

( tidak selalu )

HR lebih dari 100 x/menit, TD > 120/80AGD dengan : pa O2 < 80

mmHg, pa Co2 > 45 mmHg dan Saturasi < 80 mmHg

Nadi lebih dari 100 x/ menit Terjadi peningkatan enzim jantung yaitu CK, AST, LDL/HDLTujuan :

Gangguan perfusi jaringan berkurang / tidak meluas selama dilakukan

tindakan perawatan di RS.

Kriteria Hasil:

Daerah perifer hangat tak sianosis gambaran EKG tak menunjukan perluasan infark RR 16-24 x/ menit tak terdapat clubbing finger kapiler refill 3-5 detik nadi 60-100x / menit TD 120/80 mmHgIntervensi :

Monitor Frekuensi dan irama jantung Observasi perubahan status mental Observasi warna dan suhu kulit / membran mukosa Ukur haluaran urin dan catat berat jenisnya Kolaborasi : Berikan cairan IV l sesuai indikasi Pantau Pemeriksaan diagnostik / dan laboratorium mis EKG, elektrolit ,

GDA( Pa O2, Pa CO2 dan saturasi O2 ). Dan Pemberian oksigen4. Resiko kelebihan volume cairan ekstravaskuler berhubungan dengan

penurunan perfusi ginjal, peningkatan natrium / retensi air , peningkatan

tekanan hidrostatik, penurunan protein plasma.

Tujuan :

Keseimbangan volume cairan dapat dipertahankan selama dilakukan

tindakan keperawatan selama di RS

Kriteria Hasil :

tekanan darah dalam batas normal

Page 18: Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada Klien Dengan Nyeri

tak ada distensi vena perifer/ vena dan edema dependen paru bersih berat badan ideal ( BB idealTB –100 ± 10 %)Intervensi :

Ukur masukan / haluaran, catat penurunan , pengeluaran, sifat

konsentrasi, hitung keseimbangan cairan Observasi adanya oedema dependen Timbang BB tiap hari Pertahankan masukan total caiaran 2000 ml/24 jam dalam toleransi

kardiovaskuler Kolaborasi : pemberian diet rendah natrium, berikan diuetik.5. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan aliran darah

ke alveoli atau kegagalan utama paru, perubahan membran alveolar-

kapiler ( atelektasis , kolaps jalan nafas/ alveolar edema paru/efusi,

sekresi berlebihan / perdarahan aktif ) ditandai dengan :

Dispnea berat Gelisah Sianosis perubahan GDA hipoksemiaTujuan :

Oksigenasi dengan GDA dalam rentang normal (pa O2 < 80 mmHg, pa

Co2 > 45 mmHg dan Saturasi < 80 mmHg ) setelah dilakukan tindakan

keperawtan selama di RS.

Kriteria hasil :

Tidak sesak nafas tidak gelisah GDA dalam batas Normal ( pa O2 < 80 mmHg, pa Co2 > 45 mmHg dan

Saturasi < 80 mmHg )

Intervensi :

Catat frekuensi & kedalaman pernafasan, penggunaan otot Bantu

pernafasan

Auskultasi paru untuk mengetahui penurunan / tidak adanya bunyi nafas

dan adanya bunyi tambahan misal krakles, ronki dll. Lakukan tindakan untuk memperbaiki / mempertahankan jalan nafas

misalnya , batuk, penghisapan lendir dll. Tinggikan kepala / tempat tidur sesuai kebutuhan / toleransi pasien Kaji toleransi aktifitas misalnya keluhan kelemahan/ kelelahan selama

kerja atau tanda vital berubah.

Page 19: Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada Klien Dengan Nyeri

6. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara

suplai oksigen miocard dan kebutuhan, adanya iskemik/ nekrotik jaringan

miocard ditandai dengan gangguan frekuensi jantung, tekanan darah

dalam aktifitas, terjadinya disritmia, kelemahan umum

Tujuan :

Terjadi peningkatan toleransi pada klien setelah dilaksanakan tindakan

keperawatan selama di RS

Kriteria Hasil :

klien berpartisipasi dalam aktifitas sesuai kemampuan klien frekuensi jantung 60-100 x/ menit TD 120-80 mmHgIntervensi :

Catat frekuensi jantung, irama, dan perubahan TD selama dan sesudah

aktifitas Tingkatkan istirahat ( di tempat tidur ) Batasi aktifitas pada dasar nyeri dan berikan aktifitas sensori yang tidak

berat. Jelaskan pola peningkatan bertahap dari tingkat aktifitas, contoh bengun

dari kursi bila tidak ada nyeri, ambulasi dan istirahat selam 1 jam setelah

mkan. Kaji ulang tanda gangguan yang menunjukan tidak toleran terhadap

aktifitas atau memerlukan pelaporan pada dokter.7. Cemas berhubungan dengan ancaman aktual terhadap integritas

biologis

Tujuan :

cemas hilang / berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan selama

di RS

Kriteria Hasil :

Klien tampak rileks Klien dapat beristirahat TTV dalam batas normalIntervensi :

Kaji tanda dan respon verbal serta non verbal terhadap ansietas Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman Ajarkan tehnik relaksasi Minimalkan rangsang yang membuat stress Diskusikan dan orientasikan klien dengan lingkungan dan peralatan Berikan sentuhan pada klien dan ajak kllien berbincang-bincang dengan

suasana tenang

Page 20: Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada Klien Dengan Nyeri

Berikan support mental Kolaborasi pemberian sedatif sesuai indikasi8. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang

fungsi jantung / implikasi penyakit jantung dan status kesehatan yang

akan datang , kebutuhan perubahan pola hidup ditandai dengan

pernyataan masalah, kesalahan konsep, pertanyaan, terjadinya kompliksi

yang dapat dicegah

Tujuan :

Pengetahuan klien tentang kondisi penyakitnya menguat setelah diberi

pendidikan kesehatan selama di RS

Kriteria Hasil :

Menyatakan pemahaman tentang penyakit jantung , rencana

pengobatan, tujuan pengobatan & efek samping / reaksi merugikan

Menyebutkan gangguan yang memerlukan perhatian cepat.Intervensi :

Berikan informasi dalam bentuk belajar yang berfariasi, contoh buku,

program audio/ visual, Tanya jawab dll. Beri penjelasan factor resiko, diet ( Rendah lemak dan rendah garam )

dan aktifitas yang berlebihan, Peringatan untuk menghindari paktifitas manuver valsava Latih pasien sehubungan dengan aktifitas yang bertahap contoh : jalan,

kerja, rekreasi aktifitas seksual.DAFTAR PUSTAKA

1. Carolyn M. Hudak. Critical Care Nursing : A Holistic Approach. Edisi VII.

Volume II. Alih Bahasa : Monica E. D Adiyanti. Jakarta : EGC ; 1997

2. Susan Martin Tucker. Patient Care Standarts. Volume 2. Jakarta : EGC ;

1998

3. Lynda Juall Carpenito. Handbook Of Nursing Diagnosis. Edisi 8. Jakarta :

EGC ; 2001

4. Long, B.C. Essential of medical – surgical nursing : A nursing process

approach. Volume 2. Alih bahasa : Yayasan IAPK. Bandung: IAPK

Padjajaran; 1996 (Buku asli diterbitkan tahun 1989)

5. Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. Brunner and Suddarth’s textbook of medical

– surgical nursing. 8th Edition. Alih bahasa : Waluyo, A. Jakarta: EGC; 2000

(Buku asli diterbitkan tahun 1996)

6. Corwin, E.J. Handbook of pathophysiology. Alih bahasa : Pendit, B.U.

Jakarta: EGC; 2001 (Buku asli diterbitkan tahun 1996)

7. Price, S.A. & Wilson, L.M. Pathophysiology: Clinical concept of disease

processes. 4th Edition. Alih bahasa : Anugerah, P. Jakarta: EGC; 1994

Page 21: Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada Klien Dengan Nyeri

(Buku asli diterbitkan tahun 1992)

8. Doengoes, M.E., Moorhouse, M.F., Geissler, A.C. Nursing care plans:

Guidelines for planning and documenting patients care. Alih bahasa:

Kariasa, I.M. Jakarta: EGC; 1999 (Buku asli diterbitkan tahun 1993)

9. Suyono, S, et al. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi ketiga. Jakarta:

Balai Penerbit FKUI; 2001

10. Arif Mansjoer. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1. Jakarta : Media

Aesculapius ; 2000

11. Sandra M. Nettina , Pedoman Praktik Keperawatan, Jakarta, EGC, 2002

12. Kasuari, Asuhan Keperawatan Sistem Pencernaan dan Kardiovaskuler

Dengan Pendekatan Patofisiology, Magelang, Poltekes Semarang PSIK

Magelang, 2002

Posted 5th January by JoenK Ame

0

Add a comment

Nov

20

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TUMOR

OTAK

A. KONSEP DASAR PENYAKIT

1.    1. Definisi Pengertian

•    Tumor otak adalah tumor jinak pada selaput otak atau salah satu otak

(Rosa Mariono, MA, Standard Asuhan Keperawatan, St. Carolus, 2000)

•    Tumor otak adalah lesi intra kranial yang menempati ruang dalam

tulang tengkorak (buku ajar patofisiologi)

•    Tumor otak adalah suatu lesi ekspansif yang bersifat jinak (benigna)

ataupun ganas (maligna), membentuk massa dalam ruang tengkorak

kepala (intra cranial) atau di sumsum tulang belakang (medulla spinalis).

Neoplasma pada jaringan otak dan selaputnya dapat berupa tumor primer

maupun metastase. Apabila sel-sel tumor berasal dari jaringan otak itu

sendiri, disebut tumor otak primer dan bila berasal dari organ-organ lain

(metastase) seperti ; kanker paru, payudara, prostate, ginjal dan lain-lain,

disebut tumor otak sekunder.

1.    2. Epidemiologi

Penderita tumor otak lebih banyak pada laki-laki (60,74 persen) dibanding

perempuan (39,26 persen) dengan kelompok usia terbanyak 51 sampai

≥60 tahun (31,85 persen); selebihnya terdiri dari berbagai kelompok usia

Page 22: Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada Klien Dengan Nyeri

yang bervariasi dari 3 bulan sampai usia 50 tahun. Dari 135 penderita

tumor otak, hanya 100 penderita (74,1 persen) yang dioperasi penuli,s

dan lainnya (26,9 persen) tidak dilakukan operasi karena berbagai alasan,

seperti; inoperable atau tumor metastase (sekunder). Lokasi tumor

terbanyak berada di lobus parietalis (18,2 persen), sedangkan tumor-

tumor lainnya tersebar di beberapa lobus otak, suprasellar, medulla

spinalis, cerebellum, brainstem, cerebellopontine angle dan multiple. Dari

hasil pemeriksaan Patologi Anatomi (PA), jenis tumor terbanyak yang

dijumpai adalah; Meningioma (39,26 persen), sisanya terdiri dari berbagai

jenis tumor dan lain-lain yang tak dapat ditentukan.

1.    3. Penyebab

Penyebab tumor hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti,

walaupun telah banyak penyelidikan yang dilakukan. Adapun faktor-faktor

yang perlu ditinjau, yaitu :

•    Herediter

— Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan

kecuali pada meningioma, astrositoma dan neurofibroma dapat dijumpai

pada anggota-anggota sekeluarga. Sklerosis tuberose atau penyakit

Sturge-Weber yang dapat dianggap sebagai manifestasi pertumbuhan

baru, memperlihatkan faktor familial yang jelas. Selain jenis-jenis

neoplasma tersebut tidak ada bukti-buakti yang kuat untuk memikirkan

adanya faktor-faktor hereditas yang kuat pada neoplasma.

•    Sisa-sisa Sel Embrional (Embryonic Cell Rest)

Bangunan-bangunan embrional berkembang menjadi bangunan-bangunan

yang mempunyai morfologi dan fungsi yang terintegrasi dalam tubuh.

Tetapi ada kalanya sebagian dari bangunan embrional tertinggal dalam

tubuh, menjadi ganas dan merusak bangunan di sekitarnya.

Perkembangan abnormal itu dapat terjadi pada kraniofaringioma,

teratoma intrakranial dan kordoma.

•    Radiasi

Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat

mengalami perubahan degenerasi, namun belum ada bukti radiasi dapat

memicu terjadinya suatu glioma. Pernah dilaporkan bahwa meningioma

terjadi setelah timbulnya suatu radiasi.

•    Virus

— – Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan

besar yang dilakukan dengan maksud untuk mengetahui peran infeksi

virus dalam proses terjadinya neoplasma, tetapi hingga saat ini belum

ditemukan hubungan antara infeksi virus dengan perkembangan tumor

Page 23: Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada Klien Dengan Nyeri

pada sistem saraf pusat.

•    Substansi-substansi Karsinogenik

— – Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas

dilakukan. Kini telah diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik

seperti methylcholanthrone, nitroso-ethyl-urea. Ini berdasarkan percobaan

yang dilakukan pada hewan.

•    Trauma

Trauma yang berulang menyebabkan terjadinya meningioma (neoplasma

selaput otak). Pengaruh trauma pada patogenesis neoplasma susunan

saraf pusat belum diketahui.

1.    4. Klasifikasi

•    Berdasarkan jenis tumor

1) Jinak

- Acoustic neuroma

- Meningioma

- Pituitary adenoma

- Astrocytoma (grade I)

2) Malignant

- Astrocytoma (grade 2,3,4)

- Oligodendroglioma

- Apendymoma

b. Berdasarkan lokasi

1) Tumor intradural

a) Ekstramedular

- Cleurofibroma

- Meningioma

b) Intramedular

- Apendymoma

- Astrocytoma

- Oligodendroglioma

- Hemangioblastoma

2) Tumor ekstradural

Merupakan metastase dari lesi primer, biasanya pada payudara, prostal,

tiroid, paru–paru, ginjal dan lambung.

1.    5. Patofisiologi

Tumor otak menyebabkan gangguan neurologik progresif. Gangguan

neurologik pada tumor otak biasanya dianggap disebabkan oleh dua

Page 24: Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada Klien Dengan Nyeri

faktor : gangguan fokal disebebkan oleh tumor dan kenaikan tekanan

intracranial.

Gangguan fokal terjadi apabila terdapat penekanan pada jaringan otak,

dan infiltrasi atau invasi langsung pada parenkim otak dengan kerusakan

jaringan neuron.

Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang

bertumbuh menyebabkan nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai darah

arteri pada umumnya bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi secara

akut dan mungkin dapat dikacaukan dengan gangguan serebrovaskuler

primer.

Serangan kejang sebagai gejala perunahan kepekaan neuron

dihubungkan dengan kompesi invasi dan perubahan suplai darah ke

jaringan otak. Bebrapa tumor membentuk kista yang juga menekan

parenkim otak sekitarnya sehingga memperberat ganggguan neurologist

fokal.

Peningkatan tekanan intrakranial dapat diakibatkan oleh beberapa faktor :

bertambahnya massa dalam tengkorak, terbentuknya edema sekitar

tumor, dan perubahan sirkulasi cairan serebrospinal.

Beberapa tumor dapat menyebabkan perdarahan. Obstruksi vena dan

edema yang disebabkan oleh kerusakan sawar darah otak, semuanya

menimbulkan kenaikan volume intracranial dan meningkatkan tekanan

intracranial. Obstruksi sirkulasi cairan serebrospinal dari ventrikel lateral

ke ruangan subaraknoid menimbulkan hidrosefalus.

Peningkatan tekanan intracranial akan membahayakan jiwa. Mekanisme

kompensasi memerlukan waktu lama untuk menjadi efektif dan oleh

karena itu tak berguna apabila tekanan intrakranial timbul cepat.

Mekanisme kompensasi ini antara lain bekerja menurunkan volume darah

intracranial, volume cairan serebrospinal, kandungan cairan intrasel dan

mengurangi sel-sel parenkim, kenaikan tekanan yang tidak diobati

mengakibatkan herniasi unkus atau serebelum yang timbul bilagirus

medialis lobus temporalis bergeser ke inferior melalui insisura tentorial

oleh massa dalam hemisfer otak. Herniasi menekan mesensenfalon,

menyebabkan hilangnya kesadaran dan menekan saraf otak ketiga.

Kompresi medula oblogata dan henti

pernafasan terjadi dengan cepat.

Perubahan fisiologi lain terjadi akibat peningkatan intracranial yang cepat

adalah bradikardia progresif, hipertensi sistemik (pelebaran tekanan

nadi), dan gangguan pernafasan.

1.    6. Gejala Klinik

Page 25: Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada Klien Dengan Nyeri

Tumor otak merupakan penyakit yang sukar terdoagnosa secara dini,

karena pada awalnya menunjukkan berbagai gejala yang menyesatkan

dan eragukan tapi umumnya berjalan progresif.

—-

Manifestasi klinis tumor otak dapat berupa:

•    Gejala serebral umum

—- Dapat berupa perubahan mental yang ringan (Psikomotor asthenia),

yang dapat dirasakan oleh keluarga dekat penderita berupa: mudah

tersinggung, emosi, labil, pelupa, perlambatan aktivitas mental dan sosial,

kehilangan inisiatif dan spontanitas, mungkin diketemukan ansietas dan

depresi. Gejala ini berjalan progresif dan dapat dijumpai pada 2/3 kasus

1. Nyeri Kepala

—- Diperkirakan 1% penyebab nyeri kepala adalah tumor otak dan 30%

gejala awal tumor otak adalah nyeri kepala. Sedangkan gejala lanjut

diketemukan 70% kasus. Sifat nyeri kepala bervariasi dari ringan dan

episodik sampai berat dan berdenyut, umumnya bertambah berat pada

malam hari dan pada saat bangun tidur pagi serta pada keadaan dimana

terjadi peninggian tekanan tinggi intrakranial. Adanya nyeri kepala

dengan psikomotor asthenia perlu dicurigai tumor otak.

2. Muntah

—- Terdapat pada 30% kasus dan umumnya meyertai nyeri kepala. Lebih

sering dijumpai pada tumor di fossa posterior, umumnya muntah bersifat

proyektif dan tak disertai dengan mual.

3. Kejang

—- Bangkitan kejang dapat merupakan gejala awal dari tumor otak pada

25% kasus, dan lebih dari 35% kasus pada stadium lanjut. Diperkirakan

2% penyebab bangkitan kejang adalah tumor otak. Perlu dicurigai

penyebab bangkitan kejang adalah tumor otak bila:

•    Bagkitan kejang pertama kali pada usia lebih dari 25 tahun

•    Mengalami post iktal paralisis

•    Mengalami status epilepsi

•    Resisten terhadap obat-obat epilepsi

•    Bangkitan disertai dengan gejala TTIK lain

•    Bangkitan kejang ditemui pada 70% tumor otak dikorteks, 50% pasen

dengan astrositoma, 40% pada pasen meningioma, dan 25% pada

glioblastoma.

4. Gejala Tekanan Tinggi Intrakranial

—- Berupa keluhan nyeri kepala di daerah frontal dan oksipital yang

timbul pada pagi hari dan malam hari, muntah proyektil dan enurunan

Page 26: Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada Klien Dengan Nyeri

kesadaran. Pada pemeriksaan diketemukan papil udem. Keadaan ini perlu

tindakan segera karena setiap saat dapat timbul ancaman herniasi. Selain

itu dapat dijumpai parese N.VI akibat teregangnya N.VI oleh TTIK. Tumor-

tumor yang sering memberikan gejala TTIK tanpa gejala-gejala fokal

maupun lateralisasi adalah meduloblatoma, spendimoma dari ventrikel III,

haemangioblastoma serebelum dan craniopharingioma.

—- Gejala spesifik tumor otak yang berhubungan dengan lokasi:

1. Lobus frontal

•    Menimbulkan gejala perubahan kepribadian

•    Bila tumor menekan jaras motorik menimbulkan hemiparese kontra

lateral, kejang fokal

•    Bila menekan permukaan media dapat menyebabkan inkontinentia

•    Bila tumor terletak pada basis frontal menimbulkan sindrom foster

kennedy

•    Pada lobus dominan menimbulkan gejala afasia

2. Lobus parietal

•    Dapat menimbulkan gejala modalitas sensori kortikal hemianopsi

homonym

•    Bila terletak dekat area motorik dapat timbul kejang fokal dan pada

girus angularis menimbulkan gejala sindrom gerstmann’s

3. Lobus temporal

•    Akan menimbulkan gejala hemianopsi, bangkitan psikomotor, yang

didahului dengan aura atau halusinasi

•    Bila letak tumor lebih dalam menimbulkan gejala afasia dan

hemiparese

•    Pada tumor yang terletak sekitar basal ganglia dapat diketemukan

gejala choreoathetosis, parkinsonism.

4. Lobus oksipital

•    Menimbulkan bangkitan kejang yang dahului dengan gangguan

penglihatan

•    Gangguan penglihatan yang permulaan bersifat quadranopia

berkembang menjadi hemianopsia, objeckagnosia

5. Tumor di ventrikel ke III

•    Tumor biasanya bertangkai sehingga pada pergerakan kepala

menimbulkan obstruksi dari cairan serebrospinal dan terjadi peninggian

tekanan intrakranial mendadak, pasen tiba-tiba nyeri kepala, penglihatan

kabur, dan penurunan kesadaran

6. Tumor di cerebello pontin angie

•    Tersering berasal dari N VIII yaitu acustic neurinoma

Page 27: Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada Klien Dengan Nyeri

•    Dapat dibedakan dengan tumor jenis lain karena gejala awalnya

berupa gangguan fungsi pendengaran

•    Gejala lain timbul bila tumor telah membesar dan keluar dari daerah

pontin angel

7. Tumor Hipotalamus

•    Menyebabkan gejala TTIK akibat oklusi dari foramen Monroe

•    Gangguan fungsi hipotalamus menyebabkan gejala: gangguan

perkembangan seksuil pada anak-anak, amenorrhoe,dwarfism, gangguan

cairan dan elektrolit, bangkitan

8. Tumor di cerebelum

•    Umumnya didapat gangguan berjalan dan gejala TTIK akan cepat

erjadi disertai dengan papil udem

•    Nyeri kepala khas didaerah oksipital yang menjalar keleher dan

spasme dari otot-otot servikal

9. Tumor fosa posterior

•    Diketemukan gangguan berjalan, nyeri kepala dan muntah disertai

dengan nystacmus, biasanya merupakan gejala awal dari

medulloblastoma.

—-

1.    7. Diagnosis

Bagi seorang ahli bedah saraf dalam menegakkan diagnosis tumor otak

adalah dengan mengetahui informasi jenis tumor, karakteristiknya,

lokasinya, batasnya, hubungannya dengan system ventrikel, dan

hubungannya dengan struktur vital otak misalnya sirrkulus willisi dan

hipotalamus. Selain itu juga diperlukan periksaan radiologist canggih yang

invasive maupun non invasive. Pemeriksaan non invasive mencakup ct

scan dan mri bila perlu diberikan kontras agar dapat mengetahui batas-

batas tumor.Pemeriksaan invasive seperti angiografi serebral yang dapat

memberikan gambaran system pendarahan tumor, dan hungannya

dengan system pembuluh darah sirkulus willisy selain itu dapat

mengetahui hubungan massa tumor dengan vena otak dan sinus

duramatrisnya yang fital itu.

Untuk menegakkan diagnosis pada penderita yang dicurigai menderita

tumor otak yaitu melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik neurologik

yang teliti, adapun pemeriksaan penunjang yang dapat membantu yaitu

CT-Scan dan MRI. () Dari anamnesis kita dapat mengetahui gejala-gejala

yang dirasakan oleh penderita yang mungkin sesuai dengan gejala-gejala

yang telah diuraikan di atas. Misalnya ada tidaknya nyeri kepala, muntah

dan kejang. Sedangkan melalui pemeriksaan fisik neurologik mungkin

Page 28: Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada Klien Dengan Nyeri

ditemukan adanya gejala seperti edema papil dan deficit lapangan

pandang.

1.    8. Komplikasi

Adapun komplikasi yang dapat kita temukan pada pasien yang menderita

tumor otak ialah :

a. Gangguan fisik neurologist

b. Gangguan kognitif

c. Gangguan tidur dan mood

d. Disfungsi seksual

1.    9. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan yang dilakukuan untuk mengkaji tumor otak adalah :

•    Pengkajian saraf

•    Pergerakan mata

•    Penglihatan : penurunan lapang pandang, penglihatan kabur

o    Pendengaran : tinitus, penurunan pendengaran, halusinasi

o    Pengkajian reflek

o    Keseimbangan dan koordinasi

o    Penciuman dan sentuhan

o    Abstract thinking

o    Memori

    Motorik : hiperekstensi, kelemahan sendi    Jantung : bradikardi, hipertensi    Sistem pernafasan : irama nafas meningkat, dispnea, potensial

obstruksi jalan nafas, disfungsi neuromuskuler    Sistem hormonal : amenorea, rambut rontok, diabetes melitus1.    10. Pemeriksaan Diagnostik

1.    Arterigrafi atau Ventricolugram ; untuk mendeteksi kondisi patologi

pada sistem ventrikel dan cisterna.

2.    CT – SCAN ; Dasar dalam menentukan diagnosa.

3.    Radiogram ; Memberikan informasi yang sangat berharga mengenai

struktur, penebalan dan klasifikasi; posisi kelenjar pinelal yang mengapur;

dan posisi selatursika.

4.    Elektroensefalogram (EEG) ; Memberi informasi mengenai perubahan

kepekaan neuron.

5.    Ekoensefalogram ; Memberi informasi mengenai pergeseran

kandungan intra serebral.

6.    Sidik otak radioaktif ; Memperlihatkan daerah-daerah akumulasi

abnormal dari zat radioaktif. Tumor otak mengakibatkan kerusakan sawar

darah otak yang menyebabkan akumulasi abnormal zat radioaktif

Page 29: Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada Klien Dengan Nyeri

1.    11. Diagnosis Banding

Gejala yang paling sering dari tumor otak adalah peningkatan tekanan

intrakranial, kejang dan tanda deficit neurologik fokal yang progresif.

Setiap proses desak ruang di otak dapat menimbulkan gejala di atas,

sehingga agak sukar membedakan tumor otak dengan beberapa hal

berikut :

•    Abses intraserebral

•    Epidural hematom

•    Hipertensi intrakranial benigna

•    Meningitis kronik.

1.    12. Prognosis

Prognosisnya tergantung jenis tumor spesifik. Berdasarkan data di

Negara-negara maju, dengan diagnosis dini dan juga penanganan yang

tepat melalui pembedahan dilanjutkan dengan radioterapi, angka

ketahanan hidup 5 tahun (5 years survival) berkisar 50-60% dan angka

ketahanan hidup 10 tahun (10 years survival) berkisar 30-40%. Terapi

tumor otak di Indonesia secara umum prognosisnya masih buruk,

berdasarkan tindakan operatif yang dilakukan pada beberapa rumah sakit

di Jakarta.

1.    13. Therapi/Tindakan

a. Pembedahan

Pembedahan dilaksanakan untuk menegakkan diagnosis histologik dan

untuk mengurangi efek akibat massa tumor. Kecuali pada tipe-tipe tumor

tertentu yang tidak dapat direseksi.

Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan suatu pembedahan

tumor otak yakni: diagnosis yang tepat, rinci dan seksama, perencanaan

dan persiapan pra bedah yang lengkap, teknik neuroanastesi yang baik,

kecermatan dan keterampilan dalam pengangkatan tumor, serta

perawatan pasca bedah yang baik, Berbagai cara dan teknik operasi

dengan menggunakan kemajuan teknologi seperti mikroskop, sinar laser,

ultrasound aspirator, bipolar coagulator, realtime ultrasound yang

membantu ahli bedah saraf mengeluarkan massa tumor otak dengan

aman.

b. Radiotherapi

Biasanya merupakan kombinasi dari terapi lainnya tapi tidak jarang pula

merupakan therapi tunggal.Adapun efek samping : kerusakan kulit di

sekitarnya, kelelahan, nyeri karena inflamasi pada nervus atau otot

pectoralis, radang tenggorkan.

c. Chemotherapy

Page 30: Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada Klien Dengan Nyeri

- Jika tumor tersebut tidak dapat disembuhkan dengan pembedahan,

kemoterapi tetap diperlukan sebagai terapi tambahan dengan metode

yang beragam. Pada tumor-tumor tertentu seperti meduloblastoma dan

astrositoma stadium tinggi yang meluas ke batang otak, terapi tambahan

berupa kemoterapi dan regimen radioterapi dapat membantu sebagai

terapi paliatif.Pemberian obat-obatan anti tumor yang sudah menyebar

dalam aliran darah.Efek samping : lelah, mual, muntah, hilang nafsu

makan, kerontokan membuat, mudah terserang penyakit.

d. Manipulasi hormonal.

Biasanya dengan obat golongan tamoxifen untuk tumor yang sudah

bermetastase

e. Terapi Steroid

Steroid secara dramatis mengurangi edema sekeliling tumor intrakranial,

namun tidak berefek langsung terhadap tumor.

1.    B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

I. Pengkajian

Data Subjektif

v Identitas Pasien dan Penanggung Jawab

•    Nama

•    Jenis kelamin

•    Usia

•    Status

•    Agama

•    Alamat

•    Pekerjaan

•    Pendidikan

•    Bahasa

•    Suku bangsa

•    Dx Medis

•    Sumber biaya

v Riwayat keluarga

•    Genogram

•    Keterangan genogram

v Status kesehatan

•    Status kesehatan saat ini

- Keluhan Utama (saat MRS dan saat ini)

- Alasan MRS dan perjalanan penyakit saat ini

- Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya

•    Status kesehatan masa lalu

Page 31: Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada Klien Dengan Nyeri

- Penyakit yang pernah dialami

- Pernah dirawat

- Alergi

- Kebiasaan (merokok/kopi/alcohol atau lain – lain yang merugikan

kesehatan)

•    Riwayat penyakit keluarga

•    Diagnosa Medis dan Therapi

.

v Dikaji berdasarkan 14 kebutuhan dasar menurut Virginia Handerson,

yaitu :

1.    Bernafas

Dikaji apakah pasien mengalami gangguan pernafasan, sesak, atau batuk,

serta ukur respirasi rate.

1.    Makan

Dikaji apakah klien menghabiskan porsi makan yang telah disediakan RS,

apakah pasien mengalami mual atau muntah ataupun kedua-duanya.

1.    Minum

Dikaji kebiasaan minum pasien sebelum dan saat berada di RS, apakah

ada perubahan (lebih banyak minum atau lebih sedikit dari biasanya).

1.    Eliminasi (BAB / BAK)

Dikaji pola buang air kecil dan buang air besar.

1.    Gerak dan aktifitas

Dikaji apakah pasien mengalami gangguan/keluhan dalam melakukan

aktivitasnya saat menderita suatu penyakit (dalam hal ini adalah setelah

didiagnosa mengalami alergi) atau saat menjalani perawatan di RS.

1.    Rasa Nyaman

Dikaji kondisi pasien yang berhubungan dengan gejala-gejala

penyakitnya, misalnya pasien merasa nyeri di perut bagian kanan atas

(dikaji dengan PQRST : faktor penyebabnya, kualitas/kuantitasnya, lokasi,

lamanya dan skala nyeri)

1.    Kebersihan Diri

Dikaji kebersihan pasien saat dirawat di RS

1.    Rasa Aman

Dikaji apakah pasien merasa cemas akan setiap tindakan keperawatan

yang diberikan kepadanya, dan apakah pasien merasa lebih aman saat

ditemani keluarganya selama di RS.

1.    Sosial dan komunikasi

Dikaji bagaimana interaksi pasien terhadap keluarga, petugas RS dan

lingkungan sekitar (termasuk terhadap pasien lainnya).

Page 32: Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada Klien Dengan Nyeri

1.    Pengetahuan

Dikaji tingkat pengetahuan pasien tentang penyakitnya yang diderita saat

ini dan terapi yang akan diberikan untuk kesembuhannya.

1.    Rekreasi

Dikaji apakah pasien memiliki hobi ataupun kegiatan lain yang ia senangi.

1.    Spiritual

Dikaji bagaimana pendapat pasien tentang penyakitnya, apakah pasien

menerima penyakitnya adalah karena murni oleh penyakit medis ataupun

sebaliknya.

Data Objektif

v Pemeriksaan fisik

¶ Pemeriksaan fisik

•    Keadaan umum

- Tingkat kesadaran CCS

•    Tanda-tanda vital

•    Keadaan fisik

o    Kepala dan leher

o    Dada

o    Payudara dan ketiak

o    Abdomen

o    Genitalia

o    Integument

o    Ekstremitas

o    Pemeriksaan neurologist

Pengkajian saraf cranial

1.    Olfaktori(penciuman )

2.    Optic (penglihatan )

3.    Okulomotor(gerak ekstraokular mata,dilatasi pupil)

4.    Troklear(gerak bola mata ke atas ke bawah)

5.    Trigeminal(sensori kulit wajah,pergerakan otot rahang)

6.    Abdusens(gerakan bola mata menyamping)

7.    Fasial(ekspresi fasial dan pengecapan)

8.    Auditori(pendengaran)

9.    Glosofaringeal(pengecapan,kemampuan menelan,gerak lidah)

10. Vagus(sensasi faring,gerakan pita suara)

11. Aksesori(gerakan kepala dan bahu)

12. Hipoglosal(posisi lidah)

•    Pemeriksaan ROM AKTIF & PASIF

v Pemeriksaan Penunjang

Page 33: Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada Klien Dengan Nyeri

•    Arterigrafi atau Ventricolugram ; untuk mendeteksi kondisi patologi

pada sistem ventrikel dan cisterna.

•    CT – SCAN ; Dasar dalam menentukan diagnosa.

•    Radiogram ; Memberikan informasi yang sangat berharga mengenai

struktur, penebalan dan klasifikasi; posisi kelenjar pinelal yang mengapur;

dan posisi selatursika.

•    Elektroensefalogram (EEG) ; Memberi informasi mengenai perubahan

kepekaan neuron.

•    Ekoensefalogram ; Memberi informasi mengenai pergeseran

kandungan intra serebral.

•    Sidik otak radioaktif ; Memperlihatkan daerah-daerah akumulasi

abnormal dari zat radioaktif. Tumor otak mengakibatkan kerusakan sawar

darah otak yang menyebabkan akumulasi abnormal zat radioaktif

2. Diagnosa Keperawatan

1.    Gangguan perfusi cerebral berhungan dengan

2.    Nyeri akut berhubungan dengan

3.    Resiko cidera berhungan dengan

4.    Gangguan mobilitas fisik berhubungan

5.    Ansietas berhubungan dengan

6.    Resiko kekurangan nutrisi

3.Rencana tindakan

Dx1. Nyeri akut berhubungan dengan

Tujuan :Setelah diberikan askep selama …..x24 jam,diharapakan nyeri

yang dirasakan pasien berkurang dengan ,kriteria hasil:

•    Klien melaporkan nyeri berkurang/terkontrol,

•    Wajah pasien tidak meringis

Intervensi :

mandiri

1. Teliti keluhan nyeri: intensitas, karakteristik, lokasi, lamanya, faktor

yang memperburuk dan meredakan.

R/ Nyeri merupakan pengalaman subjektif dan harus dijelaskan oleh

pasien. Identifikasi karakteristik nyeri dan faktor yang berhubungan

merupakan suatu hal yang amat penting untuk memilih intervensi yang

cocok dan untuk mengevaluasi keefektifan dari terapi yang diberikan.

2. Observasi adanya tanda-tanda nyeri non verbal seperti ekspresi wajah,

gelisah, menangis/meringis, perubahan tanda vital.

R/ Merupakan indikator/derajat nyeri yang tidak langsung yang dialami.

3. Instruksikan pasien/keluarga untuk melaporkan nyeri dengan segera

jika nyeri timbul.

Page 34: Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada Klien Dengan Nyeri

R/ Pengenalan segera meningkatkan intervensi dini dan dapat

mengurangi beratnya serangan.

4. Berikan kompres dingin pada kepala.

R/ Meningkatkan rasa nyaman dengan menurunkan vasodilatasi

Kolaborsi

1.    Berikan analgesik sesuai indikasi atau program medis.

R/ : menurunkan nyeri

Dx 2. Gangguan perfusi cerebral berhungan dengan

Tujuan :setelah diberikan askep selama ….x24 jam,diharapkan gangguan

perfusi jaringan berkurang/hilang,dengan kriteria hasil:

•    Pasien dapat mempertahankan tingkat kesadaran

biasa/perbaikan.kognisi,dan fungsi motorik/sensorik

•    Tanda-tanda vita stabil

Intervensi :

mandiri

1.Tentukan faktor yang berhubungan dengan keadaan tertentu, yang

dapat menyebabkan penurunan perfusi dan potensial peningkatan TIK

R/untuk menentukan pilihan intervensi yang tepat

2. Catat status neurologi secara teratur, badingkan dengan nilai standart

R/mengkaji adanya kecenderungan pada tingkat kesadaran dan potensial

adanya peningkatan TIK

3.Kaji respon motorik terhadap perintah sederhana

R/ mengukur kesadaran secara keseluruhan

4. Pantau tekanan darah

R/normalnya,autoregulasi mempertahankan aliran darah otak yang

konstan pada saat fluktasi tekanan darah sistemik

5.Evaluasi : pupil, keadaan pupil, catat ukuran pupil, ketajaman

pnglihatan dan penglihatan kabur

R/gangguan penglihatan yang dapat diakibatkan oleh kerusakan

mikroskopik pada otak ,mempunyai konskuensi terhadap keamanan dan

akan mempengaruhi intervensi

5Pantau suhu lingkungan sesuai indikasi

R/demam dapat mencerminkan kerusakan hipotalamus .selanjutnya akan

terjadi peningkatan TIK

6. Pantau intake, output, dan ukur berat badan sesuai indikasi

R/ bermanfaat sebagai indicator dari total cairan tubuh yang terintegrasi

dengan perfusi jaringan

7.Perhatikan adanya gelisah meningkat, tingkah laku yang tidak sesuai

R/petunjuk nonverbal ini mengindikasikan adanya peningkatan TIK

Page 35: Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada Klien Dengan Nyeri

8.Hindari /batasi penggunaan restein

R/restein mekanik dapat menanbah respons melawan yang akan

meningkatkan TIK

Kolaborasi

1.tinggikan kepala pasien 15-45 derajat sesuai indikasi yang dapat

ditoleransi

R/meningkatkan aliran balik vena dari kepala,sehingga akan mengurangi

kongesti dan

edema atau resiko terjadi peningkatan TIK

Dx 3 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan mual, muntah dan tidak nafsu makan.

Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama ….x24

jam ,diharapkan Kebutuhsn nutrisi dapat terpenuhi ,dengan criteria hasil:

-Nutrisi klien terpenuhi

- Mual berkurang sampai dengan hilang.

Intervensi

mandiri

1.Hidangkan makanan dalam porsi kecil tapi sering dan hangat.

R/ Makanan yang hangat menambah nafsu makan.

2. Kaji kebiasaan makan klien.

R/ Jenis makanan yang disukai akan membantu meningkatkan nafsu

makan klien.

3. Ajarkan teknik relaksasi yaitu tarik napas dalam.

R/ Tarik nafas dalam membantu untuk merelaksasikan dan mengurangi

mual.

4. Timbang berat badan bila memungkinkan.

R/ Untuk mengetahui kehilangan berat badan.

Kolaborasi

5. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian vitamin

R/ Mencegah kekurangan karena penurunan absorsi vitamin larut dalam

lemak

Posted 20th November 2011 by JoenK Ame

0

Add a comment

Nov

9

Page 36: Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada Klien Dengan Nyeri

ASKEP HIPERTENSI

Pengertian

Hipertensi adalah peningkatan abnormal pada tekanan sistolik 140 mm

Hg

atau lebih dan tekanan diastolic 120 mmHg (Sharon, L.Rogen, 1996).

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140

mmHG

dan tekanan darah diastolic lebih dari 90 mmHG (Luckman

Sorensen,1996).

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan

darah

sistolik 140 mmHg atau lebih dan tekanan darah diastolic 90 mmHg atau

lebih. (Barbara Hearrison 1997) Dari ketiga definisi diatas dapat

disimpulkan bahwa hipertensi adalah peningkatan tekanan darah yang

abnormal dengan sistolik lebih dari 140 mmHg dan diastolic lebih dari 90

mmHg.

Etilogi.

Pada umunya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik.

Hipertensi

terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau peningkatan

tekanan

perifer

Namun ada beberapa factor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi:

a. Genetik: Respon nerologi terhadap stress atau kelainan eksresi atau

transport Na.

b. Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkan

tekanan darah meningkat.

c. Stress Lingkungan. Hilangnya Elastisitas jaringan and arterisklerosis

pada orang tua erta pelabaran pembuluh darah.Berdasarkan etiologinya

Hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu:

a. Hipertensi Esensial (Primer)Penyebab tidak diketahui namun banyak

factor yang mempengaruhi seperti genetika, lingkungan, hiperaktivitas,

susunan saraf simpatik, system rennin angiotensin, efek dari eksresi Na,

obesitas, merokok dan stress.

b. Hipertensi SekunderDapat diakibatkan karena penyakit parenkim

renal/vakuler renal. Penggunaan kontrasepsi oral yaitu pil. Gangguan

endokrin dll.

Page 37: Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada Klien Dengan Nyeri

Patofisiologi

Menurunnya tonus vaskuler meransang saraf simpatis yang diterukanke

sel jugularis. Dari sel jugalaris ini bias meningkatkan tekanan darah. Dan

apabila diteruskan pada ginjal, maka akan mempengaruhi eksresi pada

rennin

yang berkaitan dengan Angiotensinogen. Dengan adanya perubahan pada

angiotensinogen II berakibat pada terjadinya vasokontriksi pada

pembuluh darah, sehingga terjadi kenaikan tekanan darah.Selain itu juga

dapat meningkatkan hormone aldosteron yang menyebabkan retensi

natrium. Hal tersebut akan berakibat pada peningkatan tekanan darah.

Dengan Peningkatan tekanan darah maka akan menimbulkan kerusakan

pada organ organ seperti jantung.

Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis pada klien dengan hipertensi adalah meningkatkan

tekanan darah > 140/90 mmHg, sakit kepala, epistaksis, pusing/migrain,

rasa berat ditengkuk, sukar tidur, mata berkunang kunang, lemah dan

lelah, muka pucat suhu tubuh rendah.

Komplikasi

Organ organ tubuh sering terserang akibat hipertensi anatara lain mata

berupa perdarahan retina bahkan gangguan penglihatan sampai

kebutaan, gagal jantung, gagal ginjal, pecahnya pembuluh darah

otak.Penatalaksanaan MedisPenanggulangan hipertensi secara aris besar

dibagi menjadi dua jenis penatalaksanaan:a.

Penatalaksanaan Non armakologis.

1. DietPembatasan atau pengurangan konsumsi garam. Penurunan BB

dapat menurunkan

tekanan darah dibarengi dengan penurunan aktivitas rennin dalam

plasma dan kadar adosteron dalam plasma.

2. Aktivitas.Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan

disesuaikan dengan batasan medis dan sesuai dengan kemampuan

seperti berjalan, ogging, bersepeda atau berenang

.b. Penatalaksanaan Farmakologis.

Secara garis besar terdapat bebrapa hal yang perlu diperhatikan dalam

pemberian atau pemilihan obat anti hipertensi yaitu:

1. Mempunyai efektivitas yang tinggi.

2. Mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan atau minimal.

3. Memungkinkan penggunaan obat secara oral

.4. Tidak menimbulakn intoleransi.

5. Harga obat relative murah sehingga terjangkau oleh klien

Page 38: Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada Klien Dengan Nyeri

6. Memungkinkan penggunaan jangka panjang.

Golongan obat – obatan yang diberikan pada klien dengan hipertensi

seperti golongan diuretic, golongan betabloker, golongan antagonis

kalsium,golongan penghambat konversi rennin angitensin.

Test diagnostic.

a. Hb/Ht: untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan

(viskositas) dan dapat mengindikasikan factor resiko

seperti :hipokoagulabilitas, anemia.

b. BUN / kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi / fungsi ginjal.

c. Glucosa : Hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat

diakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin.

d. Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan

ada DM.

e. CT Scan : Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati

f. EKG : Dapat menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian

gelombang

P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.

g. IUP : mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti : Batu ginjal,

perbaikan ginjal.

h. Poto dada : Menunjukan destruksi kalsifikasi pada area katup,

pembesaran jantung.

Pengkajian

a. Aktivitas/ Istirahat.

Gejala : kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.

Tanda :Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea.

b. Sirkulas

Gejala :Riwayat Hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner/katup

dan penyakit cebrocaskuler, episode palpitasi

Tanda :Kenaikan TD, Nadi denyutan jelas dari karotis, jugularis,

radialis, tikikardi, murmur stenosis valvular, distensi vena jugularis,

kulit pucat, sianosis, suhu dingin (vasokontriksi perifer) pengisian

kapiler mungkin lambat/ bertunda.

c. Integritas Ego.

Gejala :Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, factor stress multiple

(hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan.

Tanda :Letupan suasana hat, gelisah, penyempitan continue perhatian,

tangisan meledak, otot muka tegang, pernafasan menghela, peningkatan

Page 39: Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada Klien Dengan Nyeri

pola

bicara.

d. Eliminasi

Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau (seperti obstruksi atau riwayat

penyakit ginjal pada masa yang lalu.)

e. Makanan/cairan

Gejala: Makanan yang disukai yang mencakup makanan tinggi garam,

lemak

serta kolesterol, mual, muntah dan perubahan BB akhir akhir ini

(meningkat/turun) Riowayat penggunaan diuretic

Tanda: Berat badan normal atau obesitas,, adanya edema, glikosuria.

f. Neurosensori

Genjala: Keluhan pening pening/pusing, berdenyu, sakit kepala,

subojksipital (terjadi saat bangun dan menghilangkan secara spontan

setelah beberapa jam) Gangguan penglihatan (diplobia, penglihatan

kabur,

epistakis).

Tanda: Status mental, perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi bicara,

efek, proses piker, penurunan keuatan genggaman tangan.

g. Nyeri/ ketidaknyaman

Gejala: Angina (penyakit arteri koroner/ keterlibatan jantung),sakit

kepala.

h. Pernafasan

Gejala: Dispnea yang berkaitan dari kativitas/kerja takipnea,

ortopnea,dispnea, batuk dengan/tanpa pembentukan sputum, riwayat

merokok.

Tanda: Distress pernafasan/penggunaan otot aksesori pernafasan bunyi

nafas tambahan (krakties/mengi), sianosis.

i. Keamanan

Gejala: Gangguan koordinasi/cara berjalan, hipotensi postural.

j. Pembelajaran/Penyuluhan

Gejala: Faktor resiko keluarga: hipertensi, aterosporosis, penyakit

jantung, DM.

Faktor faktor etnik seperti: orang Afrika-amerika, Asia Tenggara,

penggunaan pil KB atau hormone lain, penggunaan alcohol/obat.

Rencana pemulangan : bantuan dengan pemantau diri TD/perubahan

dalam

terapi obat.

Diagnosa, Kriteria hasil dan Intervensi Keperawatan

Page 40: Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada Klien Dengan Nyeri

Diagnosa 1 .

Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan vasokontriksi

pembuluh darah.

Kriteria Hasil :

Klien berpartisifasi dalam aktivitas yang menurunkan tekanan darah /

beban

kerja jantung , mempertahankan TD dalam rentang individu yang dapat

diterima, memperlihatkan norma dan frekwensi jantung stabil dalam

rentang

normal pasien.

Intervensi

1. Observasi tekanan darah (perbandingan dari tekanan memberikan

gambaran

yang lebih lengkap tentang keterlibatan / bidang masalah vaskuler).

2. Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer (Denyutan

karotis,jugularis, radialis dan femoralis mungkin teramati / palpasi. Dunyut

pada tungkai mungkin menurun, mencerminkan efek dari vasokontriksi

(peningkatan SVR) dan kongesti vena)

3. Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas. (S4 umum terdengar pada

pasien hipertensi berat karena adanya hipertropi atrium, perkembangan

S3

menunjukan hipertropi ventrikel dan kerusakan fungsi, adanya krakels,

mengi dapat mengindikasikan kongesti paru sekunder terhadap terjadinya

atau gagal jantung kronik).

4. Amati warna kulit, kelembaban, suhu, dan masa pengisian kapiler.

(adanya pucat, dingin, kulit lembab dan masa pengisian kapiler lambat

mencerminkan dekompensasi / penurunan curah jantung).

5. Catat adanya demam umum / tertentu. (dapat mengindikasikan gagal

jantung, kerusakan ginjal atau vaskuler).

6. Berikan lingkungan yang nyaman, tenang, kurangi aktivitas / keributan

ligkungan, batasi jumlah pengunjung dan lamanya tinggal. (membantu

untuk

menurunkan rangsangan simpatis, meningkatkan relaksasi).

7. Anjurkan teknik relaksasi, panduan imajinasi dan distraksi. (dapat

menurunkan rangsangan yang menimbulkan stress, membuat efek

Page 41: Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada Klien Dengan Nyeri

tenang,

sehingga akan menurunkan tekanan darah).

8. Kolaborasi dengan dokter dlam pembrian therafi anti

hipertensi,deuritik. (menurunkan tekanan darah).

Diagnosa 2

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidak

seimbangan antara suplai dan kebutuhan O2.

Kriteria Hasil :

Klien dapat berpartisipasi dalam aktivitas yang di inginkan / diperlukan,

melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur.

Intervensi

1. Kaji toleransi pasien terhadap aktivitas dengan menggunkan parameter

:

frekwensi nadi 20 per menit diatas frekwensi istirahat, catat peningkatan

TD, dipsnea, atau nyeridada, kelelahan berat dan kelemahan, berkeringat,

pusig atau pingsan. (Parameter menunjukan respon fisiologis pasien

terhadap stress, aktivitas dan indicator derajat pengaruh kelebihan kerja

/ jantung).

2. Kaji kesiapan untuk meningkatkan aktivitas contoh : penurunan

kelemahan

/ kelelahan, TD stabil, frekwensi nadi, peningkatan perhatian pada

aktivitas dan perawatan diri. (Stabilitas fisiologis pada istirahat

penting untuk memajukan tingkat aktivitas individual).

3. Dorong memajukan aktivitas / toleransi perawatan diri. (Konsumsi

oksigen miokardia selama berbagai aktivitas dapat meningkatkan jumlah

oksigen yang ada. Kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan

tiba-tiba pada kerja jantung).

4. Berikan bantuan sesuai kebutuhan dan anjurkan penggunaan kursi

mandi,

menyikat gigi / rambut dengan duduk dan sebagainya. (teknik

penghematan

energi menurunkan penggunaan energi dan sehingga membantu

keseimbangan

suplai dan kebutuhan oksigen).

5. Dorong pasien untuk partisifasi dalam memilih periode aktivitas.

(Seperti jadwal meningkatkan toleransi terhadap kemajuan aktivitas dan

mencegah kelemahan).

Diagnosa 3

Page 42: Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada Klien Dengan Nyeri

Gangguan rasa nyaman nyeri : sakit kepela berhubungan dengan

peningkatan

tekanan vaskuler cerebral.

Kriteria Hasil :

Melaporkan nyeri / ketidak nyamanan tulang / terkontrol, mengungkapkan

metode yang memberikan pengurangan, mengikuti regiment farmakologi

yang

diresepkan.

Intervensi

1. Pertahankan tirah baring selama fase akut. (Meminimalkan stimulasi /

meningkatkan relaksasi).

2. Beri tindakan non farmakologi untuk menghilangkan sakit kepala,

misalnya : kompres dingin pada dahi, pijat punggung dan leher serta

teknik

relaksasi. (Tindakan yang menurunkan tekanan vaskuler serebral dengan

menghambat / memblok respon simpatik, efektif dalam menghilangkan

sakit

kepala dan komplikasinya).

3. Hilangkan / minimalkan aktivitas vasokontriksi yang dapat

meningkatkan

sakit kepala : mengejan saat BAB, batuk panjang,dan membungkuk.

(Aktivitas

yang meningkatkan vasokontriksi menyebabkan sakit kepala pada adanya

peningkatkan tekanan vakuler serebral).

4. Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan. (Meminimalkan

penggunaan

oksigen dan aktivitas yang berlebihan yang memperberat kondisi klien).

5. Beri cairan, makanan lunak. Biarkan klien itirahat selama 1 jam setelah

makan. (menurunkan kerja miocard sehubungan dengan kerja

pencernaan).

6. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgetik, anti

ansietas,

diazepam dll. (Analgetik menurunkan nyeri dan menurunkan rangsangan

saraf

simpatis).

Diagnosa 4

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

intake

nutrisi in adekuat, keyakinan budaya, pola hidup monoton.

Page 43: Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada Klien Dengan Nyeri

Kriteria Hasil :

klien dapat mengidentifikasi hubungan antara hipertensi dengan

kegemukan,

menunjukan perubahan pola makan, melakukan / memprogram olah raga

yang

tepat secara individu.

Intervensi

1. Kaji emahaman klien tentang hubungan langsung antara hipertensi

dengan

kegemukan. (Kegemukan adalah resiko tambahan pada darah tinggi,

kerena

disproporsi antara kapasitas aorta dan peningkatan curah jantung

berkaitan

dengan masa tumbuh).

2. Bicarakan pentingnya menurunkan masukan kalori dan batasi masukan

lemak,garam dan gula sesuai indikasi. (Kesalahan kebiasaan makan

menunjang

terjadinya aterosklerosis dan kegemukan yang merupakan predisposisi

untuk

hipertensi dan komplikasinya, misalnya, stroke, penyakit ginjal, gagal

jantung, kelebihan masukan garam memperbanyak volume cairan intra

vaskuler

dan dapat merusak ginjal yang lebih memperburuk hipertensi).

3. Tetapkan keinginan klien menurunkan berat badan. (motivasi untuk

penurunan berat badan adalah internal. Individu harus berkeinginan untuk

menurunkan berat badan, bila tidak maka program sama sekali tidak

berhasil).

4. Kaji ulang masukan kalori harian dan pilihan diet. (mengidentivikasi

kekuatan / kelemahan dalam program diit terakhir. Membantu dalam

menentukan kebutuhan inividu untuk menyesuaikan / penyuluhan).

5. Tetapkan rencana penurunan BB yang realistic dengan klien, Misalnya :

penurunan berat badan 0,5 kg per minggu. (Penurunan masukan kalori

seseorang sebanyak 500 kalori per hari secara teori dapat menurunkan

berat

badan 0,5 kg / minggu. Penurunan berat badan yang lambat

mengindikasikan

kehilangan lemak melalui kerja otot dan umumnya dengan cara

mengubah

kebiasaan makan).

Page 44: Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada Klien Dengan Nyeri

6. Dorong klien untuk mempertahankan masukan makanan harian

termasukkapan

dan dimana makan dilakukan dan lingkungan dan perasaan sekitar saat

makanan dimakan. (memberikan data dasar tentang keadekuatan nutrisi

yang

dimakan dan kondisi emosi saat makan, membantu untuk memfokuskan

perhatian

pada factor mana pasien telah / dapat mengontrol perubahan).

7. Intruksikan dan Bantu memilih makanan yang tepat , hindari makanan

dengan kejenuhan lemak tinggi (mentega, keju, telur, es krim, daging dll)

dan kolesterol (daging berlemak, kuning telur, produk kalengan,jeroan).

(Menghindari makanan tinggi lemak jenuh dan kolesterol penting dalam

mencegah perkembangan aterogenesis).

8. Kolaborasi dengan ahli gizi sesuai indikasi. (Memberikan konseling dan

bantuan dengan memenuhi kebutuhan diet individual).

Diagnosa 5

Inefektif koping individu berhubungan dengan mekanisme koping tidak

efektif, harapan yang tidak terpenuhi, persepsi tidak realistic.

Kriteria Hasil :

Mengidentifikasi perilaku koping efektif dan konsekkuensinya,

menyatakan

kesadaran kemampuan koping / kekuatan pribadi, mengidentifikasi

potensial

situasi stress dan mengambil langkah untuk menghindari dan

mengubahnya.

Intervensi

1. Kaji keefektipan strategi koping dengan mengobservasi perilaku,

Misalnya : kemampuan menyatakan perasaan dan perhatian, keinginan

berpartisipasi dalam rencana pengobatan. (Mekanisme adaptif perlu

untuk

megubah pola hidup seorang, mengatasi hipertensi kronik dan

mengintegrasikan terafi yang diharuskan kedalam kehidupan sehari-hari).

2. Catat laporan gangguan tidur, peningkatan keletihan, kerusakan

konsentrasi, peka rangsangan, penurunan toleransi sakit kepala, ketidak

mampuan untuk mengatasi / menyelesaikan masalah. (Manifestasi

mekanisme

koping maladaptive mungkin merupakan indicator marah yang ditekan

dan

Page 45: Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada Klien Dengan Nyeri

diketahui telah menjadi penentu utama TD diastolic).

3. Bantu klien untuk mengidentifikasi stressor spesifik dan kemungkinan

strategi untuk mengatasinya. (pengenalan terhadap stressor adalah

langkah

pertama dalam mengubah respon seseorang terhadap stressor).

4. Libatkan klien dalam perencanaan perwatan dan beri dorongan

partisifasi

maksimum dalam rencana pengobatan. (keterlibatan memberikan klien

perasaan kontrol diri yang berkelanjutan. Memperbaiki keterampilan

koping,

dan dapat menigkatkan kerjasama dalam regiment teraupetik.

5. Dorong klien untuk mengevaluasi prioritas / tujuan hidup. Tanyakan

pertanyaan seperti : apakah yang anda lakukan merupakan apa yang

anda

inginkan ?. (Fokus perhtian klien pada realitas situasi yang relatif

terhadap pandangan klien tentang apa yang diinginkan. Etika kerja keras,

kebutuhan untuk kontrol dan focus keluar dapat mengarah pada kurang

perhatian pada kebutuhan-kebutuhan personal).

6. Bantu klien untuk mengidentifikasi dan mulai merencanakan perubahan

hidup yang perlu. Bantu untuk menyesuaikan ketibang membatalkan

tujuan

diri / keluarga. (Perubahan yang perlu harus diprioritaskan secara

realistic untuk menghindari rasa tidak menentu dan tidak berdaya).

IV. Evaluasi

Resiko penurunan jantung tidak terjadi, intoleransi aktivitas dapat

teratasi, rasa sakit kepala berkurang bahkan hilang, klien dapat

mengontrol pemasukan / intake nutrisi, klien dapat menggunakan

mekanisme

koping yang efektif dan tepat, klien paham mengenai kondisi

penyakitnya.

Posted 9th November 2011 by JoenK Ame

0

Add a comment

Nov

9

ASKEP APENDIKSITIS

Page 46: Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada Klien Dengan Nyeri

A. PENGERTIAN

Appendiksitis adalah merupakan peradangan pada appendik periformil.

yaitu saluran kecil yang mempunyai diameter sebesar pensil dengan

panjang 2-6 inci. Lokasi appendik pada daerah illiaka kanan,dibawah

katup illiocaecal,tepatnya pada dinding abdomen dibawah titik Mc burney.

B. B.ETIOLOGI

Appendiksitis disebabkan oleh penyumbatan lumen appendik oleh

hyperplasia Folikel lympoid Fecalit, benda asingstriktur karena Fibrasi

karena adanya peradangan sebelumnya atau neoplasma.Obstruksi

tersebut menyebabkan mucus yang memproduksi mukosa mengalami

bendungan.Namun elastisitas dinding appendik mempunyai keterbatasan

sehingga menyebabkan tekanan intra lumen.Tekanan yang meningkat

tersebut akan menghambat aliran limfe yang akan menyebabkan edema

dan ulserasi mukosa.Pada saat inilah terjadi Appendiksitis akut local yang

ditandai oleh adanya nyeri epigastrium.

1. Ulserasi pada mukosa.

2. Obstruksi pada kolon oleh Fekalit (feses yang mengeras)

3. Pemberian barium

4. Berbagai macam penyakit cacing.

5. Tumor.

6. Striktur karena Fibrosis pada dinding usus.

C. TANDA DAN GEJALA

Anoreksia biasanya tanda pertama-

Nyeri, permulaan nyeri timbul pada daerah sentral (viseral) lalu

kemudian-

menjalar ketempat appendics yang meradang (parietal).

Retrosekal/nyeri punggung/pinggang.-

postekal/nyeri terbuka → diare.-

Muntah, demam → derajat rendah, kecuali ada perforasi.-

Lekositosis → bervariasi, tidak mempengaruhi diagnosa/penatalaksanaan-

D. DIAGNOSA BANDING

Adenisitis Mensentrik.-

Kista ovari-

Koletiasis-

Batu ginjal/uretra.-

Diverkulitis-

Page 47: Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada Klien Dengan Nyeri

E. KOMPLIKASI

Perforasi dengan pembentukan abses-

Peritonitis generalisata-

Pieloflebitis dan abses hati, tapi jarang.-

F. PENATALAKSANAAN

Tidak ada penataksanaan appendicsitis, sampai pembedahan dapat di

lakukan. Cairan intra vena dan antibiotik diberikan intervensi bedah

meliputi pengangkatan appendics dalam 24 jam sampai 48 jam awitan

manifestasi. Pembedahan dapat dilakukan melalui insisi kecil/laparoskop.

Bila operasi dilakukan pada waktunya laju mortalitas kurang dari 0,5%.

Penundaan selalu menyebabkan ruptur organ dan akhirnya peritonitis.

Pembedahan sering ditunda namun karena dianggap sulit dibuat dan klien

sering mencari bantuan medis tapi lambat. Bila terjadi perforasi klien

memerlukan antibiotik dan drainase

G. PATOFISIOLOGI

Penyebab utama appendiksitis adalah obstuksi penyumbatan yang dapat

disebabkan oleh hiperplasia dari polikel lympoid merupakan penyebab

terbanyak adanya fekalit dalam lumen appendik.Adanya benda asing

seperti : cacing,striktur karenan fibrosis akibat adanya peradangan

sebelunnya.Sebab lain misalnya : keganasan ( Karsinoma Karsinoid )

Obsrtuksi apendiks itu menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa

terbendung, makin lama mukus yang terbendung makin banyak dan

menekan dinding appendiks oedem serta merangsang tunika serosa dan

peritonium viseral. Oleh karena itu persarafan appendiks sama dengan

usus yaitu torakal X maka rangsangan itu dirasakan sebagai rasa sakit

disekitar umblikus.

Mukus yang terkumpul itu lalu terinfeksi oleh bakteri menjadi nanah,

kemudian timbul gangguan aliran vena, sedangkan arteri belum

terganggu, peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritomium

parietal setempat, sehingga menimbulkan rasa sakit dikanan bawah,

keadaan ini disebut dengan appendisitis supuratif akut.

Bila kemudian aliran arteri terganggu maka timbul alergen dan ini disebut

dengan appendisitis gangrenosa. Bila dinding apendiks yang telah akut itu

pecah, dinamakan appendisitis perforasi. Bila omentum usus yang

berdekatan dapat mengelilingi apendiks yang meradang atau perforasi

akan timbul suatu masa lokal, keadaan ini disebut sebagai appendisitis

abses. Pada anak – anak karena omentum masih pendek dan tipis,

apendiks yang relatif lebih panjang , dinding apendiks yang lebih tipis dan

Page 48: Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada Klien Dengan Nyeri

daya tahan tubuh yang masih kurang, demikian juga pada orang tua

karena telah ada gangguan pembuluh darah, maka perforasi terjadi lebih

cepat. Bila appendisitis infiltrat ini menyembuh dan kemudian gejalanya

hilang timbul dikemudian hari maka terjadi appendisitis kronis (Junaidi ;

1982).

INSIDEN

Appendiksitis sering terjadi pada usia tertentu dengan range 20-30 tahun.

Pada wanita dan laki-laki insidennya sama terjadi kecuali pada usia

pubertas.Dan usia 25 tahun lebih banyak dari laki-laki dengan

perbandingan 3 : 2.

PENCEGAHAN

Pencegahan pada appendiksitis yaitu dengan menurunkan resiko obstuksi

dan peradangan pada lumen appendiks. Pola eliminasi klien harus

dikaji,sebab obstruksi oleh fekalit dapat terjadi karena tidak ada kuatnya

diit tinggi serat.Perawatan dan pengobatan penyakit cacing juga

menimbulkan resiko. Pengenalan yang cepat terhadap gejala dan tanda

appendiksitis menurunkan resiko terjadinya gangren,perforasi dan

peritonitis.

PRIORITAS MASALAH

1.Nyeri berhubungan dengan luka insisi pada abdomen kuadran kanan

bawah post operasi appenditomi

2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan pembatasan gerak skunder

terhadap nyeri

3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur invasive

appendiktomi.

4. Resiko kekurangan volume cairan sehubungan dengan pembatasan

pemasukan cairan

secara oral

RENCANA KE PERAWATAN

1.Nyeri berhubungan dengan luka insisi pada daerah mesial abdomen

post operasi appendiktomi

TUJUAN

Nyeri berkurang/hilang dengan kriteria :

-tampak rilek dan dapat tidur dengan tepat

1. Kaji skala nyeri lokasi, karakteristik dan laporkan perubahan nyeri

dengan tepat

2. Pertahankan istirahat dengan posisi semi powler

Page 49: Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada Klien Dengan Nyeri

3.Dorong ambulasi dini

4.Berikan aktivitas hiburan

5. Kolborasi tim dokter dalam pemberian analgetika

RASIONAL

1.Berguna dalam pengawasan dan keefesien obat, kemajuan

penyembuhan,perubahan dan karakteristik nyeri.

2. Menghilangkan

tegangan abdomen yang bertambah dengan posisi terlentang

3. Meningkatkan kormolisasi fungsi organ

4. meningkatkan relaksasi

5. Menghilangkan nyeri

2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan pembatasan gerak skunder

terhadap nyeri

TUJUAN

Toleransi aktivitas dengan kriteria :

-klien dapat bergerak tanpa pembatasan

-tidak berhati-hati dalam bergerak

INTERVENSI

1. catat respon emosi terhadap mobilitas

2.Berikan aktivitas sesuai dengan keadaan klien

3. Berikan klien untuk latihan gerakan gerak pasif dan aktif

4. Bantu klien dalam melakukan aktivitas yang memberatkan

RASIONAL

1.Immobilisasi yang dipaksakan akan memperbesar kegelisahan

2. Meningkatkan kormolitas organ sesuiai dengan yang diharapkan

3. Memperbaiki mekanika tubuh

4. Menghindari hal yang dapat memperparah keadaan.

3.Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur invasive

appendiktomi

TUJUAN

Infeksi tidak terjadi dengan kriteria :

-tidak terdapat tanda-tanda infeksi dan peradangan

Page 50: Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada Klien Dengan Nyeri

INTERVENSI

1. Ukur tanda-tanda vital

2. Observasi tanda-tanda infeksi

3. Lakukan perawatan luka dengan menggunakan teknik septik dan

aseptik

4. Observasi luka insisi

RASIONAL

1. Untuk mendeteksi secara dini gejala awal terjadinya infeksi

2. Deteksi dini terhadap infeksi akan mempermudah dalam

3. Menurunkan terjadinya resiko infeksi dan penyebaran bakteri.

4. Memberikan deteksi dini terhadap infeksi dan perkembangan luka

4. Resiko kekurangan volume cairan berhubungna dengan pembatasan

pemasuka n cairan secara oral

TUJUAN

Kekurangan volume cairan tidak terjadi

INTERVENSI

1.Ukur dan catat intake dan output cairan tubuh

2.Awasi vital sign: Evaluasi nadi, pengisian kapiler, turgor kulit dan

membran mukosa

3.Kolaborasi dengan tim dokter untuk pemberian cairan intra vena

RASIONAL

1.Dokumentasi yang akurat akan membantu dalam mengidentifikasi

pengeluaran cairan atau kebutuhan pengganti.

2.Indikator hidrasi volume cairan sirkulasi dan kebutuhan intervensi

3.Mempertahankan volume sirkulasi bila pemasukan oral tidak cukup dan

meningkatkan fungsi ginjal

Daftar Pustaka

1. Barbara Engram, Askep Medikal Bedah, Volume 2, EGC, Jakarta

2. Carpenito, Linda Jual, Diagnosa Keperawatan, Edisi 8, EGC, 2000,

Jakarta.

3. Doenges, Marlynn, E, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi III, EGC,

2000, Jakarta.

Page 51: Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada Klien Dengan Nyeri

4. Elizabeth, J, Corwin, Biku saku Fatofisiologi, EGC, Jakarta.

5. Ester, Monica, SKp, Keperawatan Medikal Bedah (Pendekatan

Gastrointestinal), EGC, Jakarta.

Peter, M, Nowschhenson, Segi Praktis Ilmu Bedah untuk Pemula. Bina

Aksara Jakart