aspirin 1 (1)

16
1 I. DAFTAR PUSTAKA 1. Fur nnis BS, et al, 1978, Vogel’s Textbook of Practical Organic Chemistry, 4 th  edition,The English Language Book Society and Longman, London, 813-832 2. Fessenden RJ & Fesenden JS, 1994, Organic Chemistry, 5 th  edition, Brooks / Cole Publising Company Pasific Grove, California, 512-513 3. Mc Murry J, 2000, Organic Chemistry, 5 th  edition, Brooks / Cole Publishing Company Pasific Grove, USA, 864 4. Farmakope Indonesia edisi ketiga, 1979, halaman 43 II. PROSEDUR B.S. FURNISS Conversion to acetylsalicylic acid (aspirin). Place 10 gram (0,725 mol) of dry salicylic acid and 15 gram (114 ml. 0,147 mol) of acetic anhydride in a small conical flask, add 5 drops of concentrated sulphuric acid and rotate the flask in order to secure thorough mixing. Warm on a water bath to about 50-60ºC,stirring with a thermometer, for about 15 minutes. Allow the mixture to cool and stir occasionally. Add 150 ml of water, stir well and filter at the pump. Dissolve the warm water: if a solid separates at this point, warm the mixture until solution is complete and then allow the clear solution to cool slowly. Beautiful needle-like crystals will separate. The yield is 11 gram (85º). The air-dried crude product may also be recrystallised from ether-light petroleum (b.p. 40-60ºC). Acetylsalicylic acid decomposes when heated and does not posses a true clearly defined m.p. Decomposition points varying from 128 to 135ºC have been recorded: a value of 129-133ºC is obtained on an electric hot plate(Fig.1,162). Some decomposition may occur if the compound is recrystallised from a solvent of high boiling point or if yhe boiling period during recrystallisation is unduly  prolonged.

Upload: dini-kartika

Post on 09-Oct-2015

158 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

laporan praktikum kimia organik

TRANSCRIPT

I. DAFTAR PUSTAKA1. Furnnis BS, et al, 1978, Vogels Textbook of Practical Organic Chemistry, 4th edition,The English Language Book Society and Longman, London, 813-8322. Fessenden RJ & Fesenden JS, 1994, Organic Chemistry, 5th edition, Brooks / Cole Publising Company Pasific Grove, California, 512-5133. Mc Murry J, 2000, Organic Chemistry, 5th edition, Brooks / Cole Publishing Company Pasific Grove, USA, 8644. Farmakope Indonesia edisi ketiga, 1979, halaman 43

II. PROSEDURB.S. FURNISSConversion to acetylsalicylic acid (aspirin). Place 10 gram (0,725 mol) of dry salicylic acid and 15 gram (114 ml. 0,147 mol) of acetic anhydride in a small conical flask, add 5 drops of concentrated sulphuric acid and rotate the flask in order to secure thorough mixing. Warm on a water bath to about 50-60C,stirring with a thermometer, for about 15 minutes. Allow the mixture to cool and stir occasionally. Add 150 ml of water, stir well and filter at the pump. Dissolve the warm water: if a solid separates at this point, warm the mixture until solution is complete and then allow the clear solution to cool slowly. Beautiful needle-like crystals will separate. The yield is 11 gram (85). The air-dried crude product may also be recrystallised from ether-light petroleum (b.p. 40-60C).Acetylsalicylic acid decomposes when heated and does not posses a true clearly defined m.p. Decomposition points varying from 128 to 135C have been recorded: a value of 129-133C is obtained on an electric hot plate(Fig.1,162). Some decomposition may occur if the compound is recrystallised from a solvent of high boiling point or if yhe boiling period during recrystallisation is unduly prolonged.

III. DASAR TEORI Acetyl salicylic acid (aspirin) Sejarah Obat yang mengandung turunan asam salisilat, strukturnya mirip aspirin, digunakan pada pengobatan sejak jaman dulu. Ekstrak kulit pohon willow yang kaya akan salisilat dikenal karena efeknya pada demam, nyeri dan inflamasi pada pertengahan abad ke-18. Seorang ahli kimia dari perancis, Charles Frederic Gerhardt, untuk pertama kalinya membuat asam asetilsalisilat pada tahun 1853. Pada serangkaian kerjanya pada persiapan dan sintesis dari berbagai asam anhidrida, dia mencampur asetil klorida dengan garam sodium dari asam salisilat (sodium salisilat). Reaksi yang hebat terjadi dan mengakibatkan leleh dan dengan segera dipadatkan. Pembuatan AspirinAspirin (asam asetilsalisilat) adalah suatu senyawa asam karboksilat. Aspirin dibuat dari asam salisilat dan anhidrida asetat. Reaksinya disebut esterifikasi fenol. Esterifikasi fenol tidak melibatkan pemecahan ikatan C O dari fenol, tapi tergantung pada pemecahan ikatan O H. Meskipun asam karboksilat dapat digunakan untuk esterifikasi fenol, tapi hasilnya sedikit. Untuk mendapatkan hasil yang banyak yakni menggunakan anhidrida asetat, yang bersifat lebih reaktif dibanding asam asetat. Pada pembuatan aspirin untuk mendeteksi telah terbentuk aspirin atau belum adalah dengan menggunakan FeCl3, karena FeCl3 bereaksi dengan gugus fenol yang ada pada asam salisilat sehingga membentuk kompleks berwarna ungu, maka dari itu FeCl3 dapat digunakan untuk menguji apakah sudah terbentuk aspirin atau belum. Jika aspirin sudah terbentuk maka tidak terbentuk warna ungu ( warna kuning dari FeCl3 tidak berubah ) dikarenakan gugus fenol dari asam salisilat telah bereaksi dengan salah satu gugus asetat dari anhidrida asetat sehingga gugus fenol tidak dapat bereaksi lagi dengan FeCl3. Sebaliknya, jika aspirin belum terbentuk maka gugus fenol dari asam salisilat akan bereaksi dengan FeCl3 dan membentuk kompleks warna ungu.Warna Ungu

Sifat-sifat AspirinAsetosal (Aspirin) mengandung tidak kurang dari 99,5% dan tidak lebih dari 100,5% C9H8O4 dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Pemerian : hablur putih, umumnya seperti jarum atau lempengan tersusun atau serbuk hablur putih; tidak berbau atau berbau lemah. Stabil di udara kering; di dalam udara lembab secara bertahap terhidrolisa menjadi asam salisilat dan asam asetat. Kelarutan : larut dalam air; mudah larut dalam etanol; larut dalam kloroform p, dan dalam eter p, agak sukar larut dalam eter mutlak. Titik didih aspirin 140oC dan titik leburnya adalah 138oC 140oC. Kegunaan aspirin adalah sebagai non-selective cyclo-oxygenase inhibitor; antipiretik; analgesik; antiinflamasi. Salah satu efek samping dari aspirin ialah iritasi lambung dan ini juga merupakan akibat dari penghambatan sintesis prostaglandin. Ternyata bahwa PGE2 melindungi sel pada dinding lambung dengan merangsang pembentukkan lapisan pelindung dari mukosa PGE2 juga membantu meregulasi tingkat asam dalam lambung dan tanpa zat ini produksi asam hidroklorida akan meningkat. Aspirin juga punya efek antiplatelet dengan menghambat produksi tromboksan, yang mana pada normalnya mengikat molekul platelet untuk memperbaiki pembuluh darah. Ini mengapa aspirin digunakan untuk jangka waktu yang lama, dosis rendah untuk mencegah serangan jantung, strokes, dan pengumpalan darah. Itu juga dikembangkan bahwa aspirin dosis rendah mungkin diberikan dengan segera setelah serangan jantung untuk mengurangi resiko serangan jantung yang lain atau kematian jaringan pada jantung. Efek samping utama yang tidak menguntungkan adalah gangguan gastrointestinal, pendarahan lambung, dan tinnitus, khususnya pada dosis tinggi. Pada anak-anak dan dewasa, aspirin tidak lagi digunakan untuk mengatasi gejala seperti flu atau gejala cacar air atau penyakit lain yang disebabkan oleh virus, memperlihatkan resiko sindrom reye. Aspirin adalah yang pertama kali ditemukan yang merupakan anggota dari golongan obat yang dikenal sebagai non-sterodial anti-inflammatory drugs (NSAIDs), tidak semuanya merupakan salisilat, meskipun mereka mempunyai efek yang mirip dan kebanyakkan menghambat enzim siklooksigenase sebagai mekanisme aksinya. PolimorfisaPolimorfisa, atau kemampuan zat untuk membentuk lebih dari satu bentuk kristal, penting pada pengembangan bahan obat. Selama ini, hanya satu struktur kristal aspirin yang diketahui, meskipun telah ada petunjuk bahwa aspirin mungkin punya dua bentuk kristal sejak tahun 1960. Kristal polimorf yang pertama kali ditemukan oleh Vishweshwar dan teman sekerjanya pada tahun 2005. Sebuah tipe kristal baru ditemukan setelah melakukan percobaan kristalisasi aspirin dan levetiracetam dari asetonotril panas. Bentuk II hanya stabil pada suhu 100oK. dan kembali pada bentuk I pada suhu lingkungan. Pada bentuk I (tidak jelas), dua molekul salisilat dari cetrosymmetric dimmers melalui gugus asetil dengan metil proton (asam) menjadi ikatan hidrogen karbonil, dan bentuk II, tiap molekul membentuk ikatan hidrogen yang yang sama dengan dua molekul tetangga melainkan satu. Ikatan hidrogen yang dibentuk oleh gugus asam karboksil kedua bentuk polimorfisa mirip struktur dimer. Selain itu kemurnian aspirin juga dapat ditentukan dengan uji titik leleh, dimana seharusnya titik leleh aspirin murni adalah 136oC Sedangkan untuk kandungan analisis aspirin dapat digunakan titrasi asam basa menggunakan NaOH setelah kristal aspirin dilarutkan dalam etanol (pelarut organik). (Harold hart, Lealie E. Craine, David J. Hard, 2003 halaman 333) Rekristalisasi Rekristalisasi adalah pemurnian zat padat dengan cara mengkristalkan kembali dari cairan pelarut atau campuran pelarut, dimana dalam keadaan panas larut tetapi dalam keadaan dingin / pada suhu kamar, akan terbentuk kristal yang murni.

Proses rekristalisasi terdiri dari : Melarutkan zat yang belum murni ke dalam pelarut yang cocok pada atau dekat titik didihnya. Menyaring larutan panas dari partikel-partikel / kotoran-kotoran / bahan yang tidak larut Pendiaman larutan panas menjadi dingin, sehingga terbentuk kristal Pemisahan kristal dari larutan induk Pengeringan Metode rekristalisasi Rekristalisasi langsung dari pelarut (tunggal atau campuran) Rekristalisasi dengan cara penguapan Rekristalisasi dengan cara presipitasi Rekristalisasi atas dasar reaksi asam basaTujuan rekristalisasi Menghilangkan kotoran yang dihasilkan selama reaksi baik mekanis maupun fisis Mendapatkan kristal yang bagus IV. TUJUAN 1. Memahami dan mampu menjelaskan reaksi asetilasi2. Terampil dalam melakukan pemurnian aspirin dengan cara rekristalisasi menggunakan 2 pelarut campuran

V. ALAT DAN BAHAN Alat yang dipakai : 1. Timbangan gram 12.Kertas saring2. Kertas perkamen13.Labu hisap3. Anak timbangan dan pinset 14. Pompa hisap 4. Gelas ukur 15. Sumbat gabus 5. Pipet 16.Beaker glass 6. Erlenmeyer 17.Hot plate 7. Corong kaca18. Magnetic bar8. Corong buchner19.Pengaduk kaca9. Termometer 20.Oven 10. Penangas air + bunsen 21.Sumbat Gabus11. Kaca arloji Bahan yang diperlukan :1. 5 gram asam salisilat 2. 7 ml anhidrida asetat 3. 3 tetes H2SO4 pekat 4. 75 ml air dingin 5. 15 ml etanol 6. 37,5 ml air panas 7. 1-2 tetes FeCl3 VI. REAKSI KIMIA / MEKANISME REAKSI / RUMUS STRUKTUR H2SO4

Pekat

VII. SKEMA CARA KERJA Gunting kertas saring sesuai dengan diameter dalam dari corong buchner

5 gram asam salisilat + 7 ml anhidrida asetat dimasukkan dalam erlenmeyer kering

Goyang ad homogen

Lalu + 3 tetes H2SO4 pekat

Goyang ad homogen

Panaskan erlenmeyer dalam water bath (suhu 50 60oC ) sambil diaduk 15 menit ad memadat

Didinginkan ad terbentuk kristal (sambil menunggu dingin di test dengan FeCl3 : jika berwarna ungu, panaskan lagi. Jika tidak, maka sudah terbentuk kristal aspirin).

Tambahkan 75 ml air biasa ( air dingin ), diaduk dengan baik

SEGERA saring dengan corong buchner yang telah terhubung dengan pompa hisap

Lakukan rekristalisasi

Kristal kasar aspirin dimasukkan ke dalam 15 ml etanol yang telah dipanaskan di hot plate dan telah terdapat magnetic bar. Kemudian ditambah 37,5 ml air panas ke dalam larutan tersebut.

Disaring panas bila ada kotoran

Didinginkan ad terbentuk kristal aspirin, dan kemudian di saring dengan corong buchner yang telah terhubung dengan pompa hisap

Dikeringkan dalam oven

Kristal ditimbang dan dimasukkan ke dalam botol

VIII. GAMBAR PENGGUNAAN DAN PEMASANGAN ALAT

IX. HASIL PERCOBAAN Jumlah Dalam Gram Hasil teoritis: 5,5 gram Hasil praktis: 5,3 gram Rendemen/Persentase Hasil

= 96,36364 %

X. KETETAPAN ALAMTitik Leleh : 129oC 133oC

XI. PEMBAHASAN / DISKUSI Aspirin bersifat antipiretik dan analgesik karena merupakan kelompok senyawa glikosida, aspirin yang merupakan nama lain dari asam asetil salisilat dapat disintesis dari asam salisilat, yaitu dengan mereaksikannya dengan anhidrida asetat. Indikasi aspirin adalah untuk meringankan rasa sakit, terutama sakit kepala dan pusing, sakit gigi, dan nyeri otot serta menurunkan demam. Aspirin dibuat dengan mereaksikan asam salisilat adalah asam bifungsional yang mengandung dua gugus OH dan COOH. Karenanya asam salisilat ini dapat mengalami dua jenis reaksi yang berbeda. Dengan anhidrida asam asetat akan menghasilkan aspirin, sedangkan dengan methanol ekses akan menghasilkan metil salisilat. Kita bisa menggunakan besi(III)klorida untuk menguji kemurnian aspirin. Besi(III)klorida bereaksi dengan gugus fenol membentuk kompleks ungu. Asam salisilat (murni) akan berubah menjadi ungu jika FeCl3 ditambahkan, karena asam salisilat adalah fenol. Jika tidak ada gugus fenol warna larutan tidak berubah (kuning). H2SO4 yang ditambahkan, digunakan sebagai katalis, reaksi ini juga dilakukan pada air yang dipanaskan agar mempercepat tercapainya energi aktivasi. Sedangkan pendiginan dimaksudkan untuk membentuk kristal, karena ketika suhu dingin, molekul-molekul aspirin dalam larutan akan bergerak melambat dan pada akhirnya terkumpul membentuk endapan melalui proses nukleasi (induced nucleation) dan pertumbuhan partikel. Mekanismenya adalah sebagai berikut : anhidrida asam asetat menyerang H+, anhidrida asam asetat menyerang gugus fenol dari asam salisilat, H+ terlepas dari OH dan berikatan dengan atom O pada anhidrida asam asetat, anhidrida asam asetat terputus menjadi asam asetat dan asam asetilsalisilat (aspirin), H+ akan lepas dari aspirin.Reaksi esterifikasi :

Proses pembuatan : Ester dapat terbentuk salah satunya dengan cara mereaksikan alkohol dengan anhidrida asam. Dalam hal ini asam salisilat berperan sebagai alkohol karena mempunyai gugus OH, sedangkan anhidrida asam asetat tentu saja sebagai anhidrida asam. Ester yang terbentuk adalah asam asetil salisilat (aspirin). Gugus asetil (CH3CO-) berasal dari anhidrida asam asetat, sedangkan gugus R-nya berasal dari asam salisilat (pada gambar diatas gugus R ada di dalam kotak). Hasil samping reaksi ini adalah asam asetat. Langkah selanjutnya adalah penambahan asam sulfat pekat yang berfungsi sebagai zat penghidrasi. Telah disebutkan diatas bahwa hasil samping dari reaksi asam salisilat dan anhidrida asam asetat adalah asam asetil salisilat. Hasil samping ini akan terhidrasi membentuk anhidrida asam asetat. Anhidrida asam asetat akan kembali bereaksi dengan asam salisilat membentuk aspirin dan tentu saja dengan hasil samping berupa asam asetat. Jadi, dapat dikatakan reaksi akan berhenti setelah asam salisilat habis karena adanya asam sulfat pekat. Tetapi harus diperhatikan bahwa sebelum dipanaskan, reaksi tidak benar-benar terjadi. Reaksi baru akan berlangsung dengan baik pada suhu 50-60C. Juga pada percobaan ini baru terbentuk endapan putih (aspirin) setelah dipanaskan. Kemudian endapan tersebut dilarutkan dalam air dan disaring untuk memisahkan aspirin dari pengotornya. Tetapi tentu saja dengan penyaringan ini aspirin yang dihasilkan belum benar-benar murni. Untuk pemurniannya, aspirin tak murni kemudian ditambahi larutan NaHCO3. Reaksinya adalah sebagai berikut :

Aspirin akan larut, sedangkan hasil sampingnya tidak larut, sehingga ketika disaring akan didapatkan filtrat aspirin murni terbentuk larutan jernih. Larutnya aspirin ini juga diikuti oleh timbulnya gelembung gas CO2, membuktikan adanya hasil reaksi aspirin dengan NaHCO3. Setelah itu filtrat diaduk dan terbentuk endapan putih. Lalu didinginkan dengan air es membentuk kristal. Kristal akan lebih murni setelah dicuci dengan air es. Selanjutnya kristal dikeringkan dengan cara ditaruh digelas arloji dan didapatkan kristal kering.

Soal : 1. Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum mereaksikan bahan ? 2. Mengapa temperatur reaksi dilakukan pada 50-60C ? 3. Apa guna hasil reaksi di uji dengan larutan FeCl3, bagaimana reaksinya ? 4. Setelah hasil reaksi menjadi padat, tambahkan sejumlah air dan segera disaring. Mengapa ? 5. Mengapa harus direkristalisasi dengan 2 pelarut ? 6. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi hasil ? Jawaban pertanyaan :1. Erlenmeyer yang digunakan harus kering, sebab aspirin yang terkena air dapat berubah kembali menjadi asam asetat / anhidrida asetat (reaksi reversibel) dan tidak dapat dipakai kembali. Pada pembuatan aspirin, erlenmeyer yang digunakan harus kering sebab aspirin yang terkena air akan berubah kembali menjadi asam asetat dan tidak dapat dipakai kembali. Selain itu dalam pencampuran 3 gram asam salisilat dan 4,25 gram anhidrida asetat serta H2SO4 erlenmeyer harus dalam keadaan kering, sebab bila basah maka campuran akan berwarna hitam (gagal).2. Karena suhu tersebut merupakan suhu optimal pembentukan aspirin. Jika suhu yang digunakan diatas 50-60C maka ester yang terbentuk bisa terurai. Dan bila suhunya dibawah itu, maka reaksi akan berjalan lambat.3. Diuji dengan FeCl3 untuk mengetahui apakah masih ada asam salisilat yang tersisa. FeCl3 akan positif berwarna ungu jika masih ada gugus fenol. Jika tidak ada gugus fenol warna larutan berubah (kuning). Maka larutan harus dipanaskan kembali supaya asam salisilat yang masih tersisa bereaksi membentuk kristal aspirin. Dan bila saat ditambahkan FeCl3 larutan tidak berubah warna menjadi ungu itu menandakan bahwa semua asam salisilat telah berubah semua menjadi kristal aspirin.

Warna Ungu

Pada pembuatan aspirin, dicampur 3 garam asam salisilat + 4,25 gram anhidrida asetat, kemudian dipanaskan suhu 50-60C selama 15 menit supaya campuran homogen. Kemudian dites dengan FeCl3. Jika hasil tesnya positif warna ungu, maka berarti larutan tersebut masih ada OH yang terikat pada gugus aromatis(asam salisilat), yang berarti asam salisilat masih belum semua bereaksi dengan anhidrida asetat. Maka larutan tersebut harus dipanaskan kembali dites dengan FeCl3 hasilnya negatif, yang berarti sudah bereaksi sempurna. Baru kemudian proses dilanjutkan.4. Setelah reaksi selesai, tambahkan air dingin agar anhidrida asetat bereaksi membentuk asam asetat sehingga produk yang awalnya larut pada anhidrida asetat akan mengendap dan berebentuk padatan (kristal). Akan tetapi, air yang ditambahkan tidak boleh terlalu banyak karena aspirin sedikit di air. Digunakan air dingin, karena dengan berkurangnya suhu, kelarutan aspirin dalam air akan berkurang. Kemudian harus segera disaring, karena reaksinya dapat reversibel. 5. Untuk mendapatkan kristal yang bagus dan maksimum hasilnya. Pelaryt yang 1 bersifat melarutkan, sedangkan pelarut satunya tidak melarutkan, sehingga dapat terbentuk kristal. Jika digunakan sendiri-sendiri kurang memenuhi syarat sebagai pelarut rekristalisasi. 6. waktu rekristalisasi = penambahan pelarut untuk rekristalisasi jangan terlalu banyak, sehingga zat sudah mengkristal dapat terlarut kembali._ pada waktu menyaring = banyak yang tertinggal, tidak semuanya terrekristalisasi.

Kesimpulan : 1. Aspirin dapat dibuat dengan mereaksikan asam salisilat dengan anhidrida asam asetat dengan adanya H2SO4.2. Prinsip pembuatan aspirin adalah esterifikasi.3. Pembentukan aspirin merupakan reaksi yang bisa kembali ke senyawa awal (reversibel) sehingga harus ditambahkan air dan segera disaring. 4. Pelarut organik dapat digunakan untuk rekristalisasi senyawa organik, dimana dalam pembuatan aspirin harus direkristalisasi dengan dua pelarut yaitu untuk mendapatkan kristal yang bagus dan hasil yang terbaik.5. Rendemen hasil : 96,36364 %

XII. TANDA TANGAN PESERTA PRAKTIKUM

8