askep + sp kehilangan berduka

12
Asuhan Keperawatan dan Strategi Pelaksanaan pada Klien Berduka dan Kehilangan Oleh Rosiana, 0906629630 Keperawatan Dewasa IV Kelas D Kasus: Ibu M, usia 33 tahun mempunyai seorang suami yang bekerja di suatu perusahaan sebagai tulang punggung keluarga. Seminggu yang lalu, suami Ibu M meninggal karena kecelakaan. Sejak kejadian tersebut, Ibu M sering melamun dan selalu mengatakan jika suaminya belum meninggal. Selain itu, Ibu M juga tidak mau berinteraksi dengan orang lain dan merasa gelisah sehingga susah tidur. A. Pengkajian 1. Pengertian Kehilangan adalah suatu keadaan individu yang berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau keseluruhan. Berduka adalah respon emosi yang diekspresikan terhadap kehilangan yang dimanifestasikan adanya perasaan sedih, gelisah, cemas, sesak nafas, susah tidur, dan lain-lain. 2. Data yang didapat Data subjektif: Merasa sedih Merasa putus asa dan kesepian Kesulitan mengekspresikan perasaan Data objektif: Menangis Mengingkari kehilangan Tidak berminat dalam berinteraksi dengan orang lain Merenungkan perasaan

Upload: rosiana-ochi

Post on 30-Jun-2015

2.219 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: askep + sp kehilangan berduka

Asuhan Keperawatan dan Strategi Pelaksanaan pada Klien Berduka dan Kehilangan

Oleh Rosiana, 0906629630

Keperawatan Dewasa IV Kelas D

Kasus:

Ibu M, usia 33 tahun mempunyai seorang suami yang bekerja di suatu perusahaan sebagai tulang

punggung keluarga. Seminggu yang lalu, suami Ibu M meninggal karena kecelakaan. Sejak

kejadian tersebut, Ibu M sering melamun dan selalu mengatakan jika suaminya belum

meninggal. Selain itu, Ibu M juga tidak mau berinteraksi dengan orang lain dan merasa gelisah

sehingga susah tidur.

A. Pengkajian

1. Pengertian

Kehilangan adalah suatu keadaan individu yang berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya

ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau keseluruhan.

Berduka adalah respon emosi yang diekspresikan terhadap kehilangan yang dimanifestasikan

adanya perasaan sedih, gelisah, cemas, sesak nafas, susah tidur, dan lain-lain.

2. Data yang didapat

Data subjektif:

Merasa sedih

Merasa putus asa dan kesepian

Kesulitan mengekspresikan perasaan

Konsentrasi menurun

Data objektif:

Menangis

Mengingkari kehilangan

Tidak berminat dalam berinteraksi

dengan orang lain

Merenungkan perasaan bersalah

secara berlebihan

Adanya perubahan dalam

kebiasaan makan, pola tidur,

tingkat aktivitas

B. Diagnosa

Diagnosa yang dapat ditegakkan dalam kasus ini adalah:

Isolasi sosial berhubungan dengan koping individu tidak efektif terhadap respon kehilangan

pasangan

Ansietas berhubungan dengan keadaan di masa yang akan datang setelah kehilangan

pasangan

Page 2: askep + sp kehilangan berduka

Ketidakberdayaan dalam melakukan peran berhubungan dengan kehilangan dan berduka

Harga diri rendah berhubungan dengan kehilangan dan berduka

C. Intervensi

1. Bina hubungan saling percaya dengan klien. Perlihatkan sikap empati dan perhatian kepada

klien

Rasional: hubungan saling percaya antara perawat dan klien merupakan dasar terbinanya

hubungan terapeutik

2. Berikan motivasi pada klien untuk mendiskusikan pikiran dan perasaannya

Rasional: motivasi akan membuat klien lebih terbuka mengenai pikiran dan perasaannya

3. Dengarkan klien dengan penuh empati. Berikan respon dan tidak menghakimi

Rasional:  hal ini menunjukkan rasa peduli terhadap perawatan klien, tetapi tidak terlibat

secara emosi. Klien akan merasa aman dan nyaman saat bercerita kepada perawat

4. Libatkan klien dalam aktivitas kelompok sesuai dengan aktivitas yang disenanginya

Rasional: aktivitas fisik memberikan suatu metode yang aman dan efektif untuk

mengeluarkan emosi dan kemarahan yang terpendam.

5. Ajarkan klien mengenai cara meminum obat yang benar.

Rasional: dengan meminum obat sesuai anjuran, klien akan merasa lebih tenang dan nyaman

untuk tidur.

D. Implementasi

1. Sapa klien dengan nama yang disenanginya. Memberikan sentuhan akan menunjukkan rasa

empati klien dan pertahankan kontak mata

2. Dorong klien untuk mendiskusikan pikiran dan perasaannya

3. Dengarkan segala keluhan klien. Berikan respon dan jangan menghakimi

4. Ajak klien jika ada kegiatan kelompok, terutama kegiatan yang disenanginya

5. Bimbing klien untuk meminum obat sesuai cara yang dianjurkan

E. Evaluasi

1. Klien mampu mengungkapkan perasaannya secara spontan

2. Klien menunjukkan tanda-tanda penerimaan terhadap kehilangan

3. Klien dapat membina hubungan yang baik dengan orang lain

4. Klien mempunyai koping yang efektif dalam menghadapi masalah akibat kehilangan

5. Klien mampu minum obat dengan cara yang benar

Page 3: askep + sp kehilangan berduka

Strategi Pelaksanaan Keperawatan pada Klien Kehilangan dan Berduka

(SP 1)

A. Proses keperawatan

1. Kondisi klien

Ibu M, usia 33 tahun mempunyai seorang suami yang bekerja di suatu perusahaan sebagai

tulang punggung keluarga. Seminggu yang lalu, suami Ibu M meninggal karena kecelakaan.

Sejak kejadian tersebut, Ibu M sering melamun dan selalu mengatakan jika suaminya belum

meninggal. Selain itu, Ibu M juga tidak mau berinteraksi dengan orang lain dan merasa

gelisah sehingga susah tidur.

2. Diagnosa keperawatan

Ansietas berhubungan dengan koping individu tidak efektif terhadap respon kehilangan

pasangan

3. Tujuan khusus

Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat dan klien dapat merasa

aman dan nyaman saat berinteraksi dengan perawat

Klien mampu mengungkapkan pikiran dan perasaannya

Klien merasa lebih tenang

4. Tindakan keperawatan

Bina hubungan saling percaya dengan klien dengan cara mengucapkan salam terapeutik,

memperkenalkan diri perawat sambil berjabat tangan dengan klien

Dorong klien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya. Dengarkan setiap

perkataan klien. Beri respon, tetapi tidak bersifat menghakimi

Ajarkan klien teknik relaksasi

B. Strategi pelaksanaan

1. Tahap orientasi

- Salam terapeutik: “Assalamu’alaykum, selamat pagi Ibu M. Saya Rensita, Ibu bisa

memanggil saya suster Rensi. Saya perawat yang dinas pagi ini dari pukul 07.00 sampai

14.00 nanti dan saya yang akan merawat Ibu. Nama Ibu siapa? Ibu senangnya dipanggil

apa?”

- Evaluasi validasi: “Baiklah, bagaimana keadaan Ibu M hari ini?”

- Kontrak: “Kalau begitu, bagaimana jika kita berbincang-bincang sebentar? Saya rasa 30

menit cukup Bu. Ibu bersedia?”

“Ibu mau kita berbincang-bincang dimana? Di sini saja? Baiklah.”

Page 4: askep + sp kehilangan berduka

2. Tahap kerja

- “Baiklah Ibu M, bisa Ibu jelaskan kepada saya bagaimana perasaan Ibu M saat ini?”

- “Saya mengerti Ibu sangat sulit menerima kenyataan ini. Tapi kondisi sebenarnya memang

suami Ibu telah meninggal. Sabar ya, Bu ”

- “Saya tidak bermaksud untuk tidak mendukung Ibu. Tapi coba Ibu pikir, jika Ibu pulang ke

rumah nanti, Ibu tidak akan bertemu dengan suami Ibu karena beliau memang sudah

meninggal. Itu sudah menjadi kehendak Tuhan, Bu. Ibu harus berusaha menerima

kenyataan ini.”

- “Ibu, hidup matinya seseorang semua sudah diatur oleh Tuhan. Meninggalnya suami Ibu

juga merupakan kehendak-Nya sebagai Maha Pemilik Hidup. Tidak ada satu orang pun

yang dapat mencegahnya, termasuk saya ataupun Ibu sendiri.”

- “Ibu sudah bisa memahaminya?”

- “Ibu tidak perlu cemas. Umur Ibu masih muda, Ibu bisa mencoba mencari pekerjaan untuk

memenuhi kebutuhan keluarga Ibu. Saya percaya Ibu mempunyai keahlian yang bisa

digunakan. Ibu juga tidak akan hidup sendiri. Ibu masih punya saudara-saudara, anak-anak

dan orang lain yang sayang dan peduli sama Ibu.”

- “Untuk mengurangi rasa cemas Ibu, sekarang Ibu ikuti teknik relaksasi yang saya lakukan.

Coba sekarang Ibu tarik napas yang dalam, tahan sebentar, kemudian hembuskan perlahan-

lahan.”

- “Ya, bagus sekali Bu, seperti itu.”

3. Tahap terminasi

- Evaluasi: (subjektif): “Bagaimana perasaan Ibu sekarang? Apa Ibu sudah mulai memahami

kondisi yang sebenarnya terjadi?”

(objektif): “Kalau begitu, coba Ibu jelaskan lagi, hal-hal yang Ibu dapatkan dari

perbincangan kita tadi dan coba Ibu ulangi teknik relaksasi yang telah kita lakukan.”

- RTL: “Ya, bagus sekali Bu. Nah, setiap kali Ibu merasa cemas, Ibu dapat melakukan teknik

tersebut. Dan setiap kali Ibu merasa Ibu tidak terima dengan kenyataan ini, Ibu dapat

mengingat kembali perbincangan kita hari ini.

- Kontrak yang akan datang: ”Sudah 30 menit ya, Bu. Saya rasa perbincangan kita kali ini

sudah cukup. Besok sekitar jam 09.00 saya akan datang kembali untuk membicarakan

tentang hobi Ibu. Mungkin besok kita bisa berbincang-bincang di taman depan ya Bu.”

“Apa ada yang ingin Ibu tanyakan? Baiklah, kalau tidak ada, saya permisi dulu ya Bu.

Assalamu’alaykum.”

Page 5: askep + sp kehilangan berduka

Strategi Pelaksanaan Keperawatan pada Klien Kehilangan dan Berduka

(SP 2)

A. Proses keperawatan

1. Pengkajian

Pada pertemuan kedua, Ibu M sudah mulai menunjukkan rasa penerimaan terhadap

kehilangan. Namun, ia masih menarik diri dari lingkungan dan orang-orang sekitarnya. Ia

juga masih melamun dan merasa gelisah sehingga tidurnya tidak nyenyak.

2. Diagnosa keperawatan

Isolasi sosial berhubungan dengan koping individu tidak efektif terhadap respon kehilangan

pasangan

3. Tujuan khusus

Klien tidak menarik diri lagi daan dapat membina hubungan baik kembali dengan

lingkungannya maupun dengan orang-orang di sekitarnya

4. Tindakan keperawatan

Libatkan klien dalam setiap aktivitas kelompok, terutama aktivitas yang ia sukai

Berikan klien pujian setiap kali klien melakukan kegiatan dengan benar

B. Strategi pelaksanaan

1. Tahap orientasi

- Salam terapeutik: “Assalamu’alaykum, selamat pagi Ibu M. Masih ingat dengan saya Bu?

Ya, betul sekali. Saya suster rensi, Bu. Seperti kemarin, pagi ini dari pukul 07.00 sampai

14.00 nanti dan saya yang akan merawat Ibu.”

- Evaluasi validasi: “Bagaimana keadaan Ibu hari ini? Apa sudah lebih baik dari kemarin?

Bagus kalau begitu”

- Kontrak: “Sesuai janji yang kita sepakati kemarin ya, Bu. Hari ini kita bertemu untuk

membicarakan hobi Ibu di taman depan. Saya rasa 30 menit seperti kemarin cukup ya,

Bu.”

2. Tahap kerja

- “Nah, Bu. Apakah Ibu sudah memikirkan hobi yang Ibu senangi?”

- “Ternyata Ibu hobi bermain voli ya? Tidak semua orang bisa bermain voli lho, Bu.”

- “Selain bermain voli, apa Ibu mempunyai hobi yang lain lagi?”

- “Wah, ternyata Ibu juga hobi menyanyi, pasti suara Ibu bagus. Bisa Ibu menunjukkan

sedikit bakat menyanyi Ibu pada saya?”

Page 6: askep + sp kehilangan berduka

- “Wah ternyata Ibu memang berbakat menyanyi, suara Ibu juga cukup bagus.”

- “Ngomong-ngomong tentang hobi Ibu bermain voli, berapa sering Ibu biasanya bermain

voli dalam seminggu?”

- “Cukup sering juga ya Bu. Pasti kemampuan Ibu dalam bermain voli sudah terlatih.”

- “Apa Ibu pernah mengikuti lomba voli? Wah, ternyata Ibu hebat juga ya dalam bermain

voli. Buktinya, Ibu pernah memenangi lomba voli antarwarga di daerah rumah Ibu.”

- “Nah, bagaimana kalau sekarang Ibu saya ajak bergabung dengan yang lain untuk

bermain voli? Tampaknya di sana banyak orang yang juga ingin bermain voli. Ibu bisa

melakukan hobi Ibu ini bersama-sama dengan yang lain.”

- “Ibu-ibu, kenalkan, ini Ibu M. Ibu M juga akan bermain voli bersama-sama. Ibu M ini

jago bermain voli, lho.”

- “Nah, sekarang bisa Ibu tunjukkan teknik-teknik yang baik dalam bermain bola voli?”

- “Wah, bagus sekali Bu. Ibu hebat.”

- “Ibu M, saat Ibu sedang merasa emosi tapi tidak mampu meluapkannya, Ibu bisa

melakukan kegiatan ini bersama-sama yang lain. Selain itu, kegiatan ini juga dapat

membuat Ibu berhubungan lebih baik dengan yang lainnya dan Ibu tidak merasa kesepian

lagi.”

3. Tahap terminasi

- Evaluasi: (subjektif): “Bagaimana perasaan Ibu sekarang? Apa sudah lebih baik

dibandingkan kemarin?”

(objektif): “Sekarang coba Ibu ulangi lagi apa saja manfaat yang dapat Ibu dapatkan

dengan melakukan kegiatan yang Ibu senangi.”

- RTL: “Baiklah Bu, kalau begitu Ibu dapat bermain voli saat Ibu sedang merasa emosi.

Atau Ibu dapat melakukan kegiatan ini paling tidak dua kali dalam seminggu.”

- Kontrak yang akan datang: “Nah, waktu kita sudah hampir habis ya Bu. Besok jam 08.00

setelah makan pagi, saya akan kembali lagi untuk mengajarkan Ibu cara meminum obat

dengan benar. Kita ketemu di ruangan Ibu saja, ya? Apa ada yang ingin Ibu tanyakan?

Baiklah, kalau tidak, saya permisi dulu ya, Bu. Assalamu’alaykum.”

Page 7: askep + sp kehilangan berduka

Strategi Pelaksanaan Keperawatan pada Klien Kehilangan dan Berduka

(SP 3)

A. Proses keperawatan

1. Pengkajian

Pada pertemuan ketiga, Ibu M sudah mulai tidak banyak melamun dan mulai membuka

dirinya kepada orang-orang sekitarnya. Ibu M juga mau membalas sapaan ataupun

senyuman jika ada perawat ataupun orang lain yang menyapanya ataupun tersenyum

padanya. Namun, Ibu M mengaku ia masih terbayang akan suaminya saat ia akan tidur. Hal

tersebut membuat Ibu M merasa gelisah, tidur tidak nyenyak, bahkan sulit tidur.

2. Diagnosa keperawatan

Ansietas berhubungan dengan keadaan di masa yang akan datang setelah kehilangan

pasangan

3. Tujuan khusus

Klien dapat mengetahui aturan yang benar dalam meminum obat

Ansietas klien berkurang sehingga klien dapat tidur dengan nyenyak

4. Tindakan keperawatan

Ajarkan klien cara meminum obat dengan benar

Awasi klien saat minum obat

B. Strategi pelaksanaan

1. Tahap orientasi

- Salam terapeutik: “Assalamu’alaykum, selamat pagi Ibu M.”

- Evaluasi validasi: “Bagaimana keadaan Ibu hari ini? Apa semalam Ibu bisa tidur dengan

nyenyak?”

- Kontrak: “Ibu tidak bisa tidur dengan nyenyak ya? Baiklah, sesuai dengan janji kita yang

kemarin, saya akan memberitahu Ibu obat yang harus Ibu minum untuk mengurangi

kecemasan Ibu dan agar Ibu dapat tidur dengan nyenyak. Saya rasa 15 menit saja cukup

ya Bu, di kamar ini saja.”

2. Tahap kerja

- “Nah, kita langsung mulai saja ya Bu. Ini ada beberapa macam obat-obatan yang harus

Ibu minum.”

Page 8: askep + sp kehilangan berduka

- “Ini obatnya ada dua macam ya Bu. Yang warna putih ini namanya BDZ. Fungsi dari

obat ini agar pikiran Ibu bisa lebih menjadi tenang. Kalau pikiran Ibu tenang, Ibu bisa

tidur dengan nyenyak.”

- “Kemudian, yang warna kuning ini adalah HLP. Ini juga harus Ibu minum agar perasaan

Ibu bisa rileks dan Ibu tidak lagi merasakan cemas yang berlebihan.”

- “Nah Bu, semua obat ini diminum tiga kali sehari ya Bu, jam 7 pagi, jam 1 siang, dan jam

7 malam. Masing-masing obat satu butir saja. Obat-obatan ini juga harus diminum

setelah Ibu makan.”

- “Apa Ibu mempunyai keluhan dalam meminum obat?”

- “Ooh, jadi Ibu tidak tahan dengan rasa pahitnya ya? Kalau begitu, setelah Ibu minum

obat Ibu bisa memakan permen agar rasa pahitnya dapat berkurang.”

- “Jika setelah minum obat ini mulut Ibu menjadi terasa kering sekali, Ibu bisa minum

banyak air untuk mengatasinya agar mulut Ibu tidak kering.”

- “Tapi jika ada efek samping yang berlebihan seperti gatal-gatal, pusing, atau mual, Ibu

bisa panggil saya atau perawat lain yang sedang bertugas.”

- “Nah, sebelum ibu meminum obatnya, pastikan dulu ya Bu, obatnya sesuai atau tidak. Ibu

juga jangan lupa perhatikan waktunya agar obat tersebut dapat diminum tepat waktu.”

3. Tahap terminasi

- Evaluasi: (subjektif): “Apa Ibu sudah mengerti apa saja obat yang harus Ibu minum dan

bagaimana prosedur sebelum meminumnya?”

(objektif): “Bagus. Kalau Ibu sudah mengerti, coba ulangi lagi apa saja obat yang harus

Ibu minum dan apa saja prosedur meminum obatnya.”

- RTL: “Seperti yang sudah saya katakan tadi ya Bu, jika setelah minum obat mulut Ibu

terasa kering, Ibu dapat meminum air yang banyak. Dan kalau Ibu merasa gatal-gatal,

ousing, atau bahkan muntah, Ibu dapat menghubungi saya atau perawat lain yang sedang

bertugas.”

- Kontrak yang akan datang: “Baiklah Bu, nanti jam 14.00 setelah makan siang, saya akan

datanhg kembali untuk memantau perkembangan Ibu. Kita bertemu di ruangan ini saja ya

Bu.”

“Sebelum saya pergi apa ada yang ingin Ibu tanyakan? Baiklah Bu, kalau tidak ada, saya

permisi dulu. Assalamu’alaykum.”