asisten imam

Upload: markus-karyono

Post on 13-Jul-2015

820 views

Category:

Documents


24 download

TRANSCRIPT

Menjadi Asisten Imam adalah Sebuah PanggilanBy benedizione Leave a Comment Categories: EDISI 4 OKTOBER 2009 and Ruang Tamu

Bertepatan dengan HUT PHKY ke 88, 21 Juli lalu telah dilantik 56 orang Asisten Imam (AI) untuk masa bakti tahun 2009-2012. Ditemui Benedizione di gereja Hati Kudus Yesus Surabaya seusai misa, Yohanes Edi Heryanto yang hingga kini telah tiga periode berturut turut menjabat sebagai Ketua Paguyuban AI menjelaskan segala sesuatunya tentang AI. AI adalah seorang awam yang diusulkan menjadi pembantu imam oleh romo kepala paroki dan yang diangkat oleh Uskup untuk masa bakti selama tiga tahun dan dapat diperpanjang atas usul romo kepala paroki. Sebutan AI itu sendiri sempat beberapa kali mengalami perubahan dari subdiakon, diakon awam, pembantu imam paroki. Kemudian dengan alasan untuk memberi sebutan yang lebih sesuai diganti menjadi AI sejak 9 Oktober 1994 oleh mendiang Uskup Surabaya Mgr. Johanes Hadiwikarta. Motivasi menjadi AI tidak cukup hanya untuk meringankan tugas imam dalam pelayanannya atau untuk mengejar jabatan. AI bukanlah jabatan melainkan sebuah panggilan, ujar ayah empat orang anak ini. Maka tidak ada artinya menjadi AI kalau tidak disertai dengan pelayanan. Ada nilai luhur yang harus disadari oleh seorang AI yaitu mengambil bagian dalam karya penyelamatan Allah, dengan turut menghadirkan Kristus dalam sabda, komuni dan dalam pelayanan yang murah hati. Kehadiran AI merupakan aktualisasi dari kesediaan diri umat beriman untuk mengambil bagian dalam tugas Kristus yaitu menguduskan, melayani dan mewartakan. Tugas AI antara lain membantu imam melayani komuni, mengantar komuni kepada orang sakit, memimpin ibadat sabda, memberikan renungan dan memimpin liturgi pemakaman. Mengingat tugas perutusan AI yang tidak ringan maka diupayakan adanya berbagai pembinaan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas AI agar dapat melaksanakan tugas perutusan

dengan baik, lancar dan benar sehingga dapat dipertanggung jawabkan apa yang dilakukan dengan yang dikatakannya. Di PHKY pertemuan AI rutin diadakan sebulan sekali setiap Selasa kedua yang diisi dengan evaluasi tugas dan ibadat malam bersama. Tiap tahun juga diadakan rekoleksi atau retret, ujar suami dari Theresia Tatik Suharti ini. Bagi Edi, yang lebih penting lagi adalah mewujudkan regenerasi dan kaderisasi. Warga Kupang Panjaan II/8 A Surabaya ini boleh berbangga hati karena untuk periode sekarang ada sepuluh orang muda yang telah terpanggil untuk menjadi AI. Karena pada awal pelayanan ini yaitu sekitar tahun 1976 hanya dia sendiri yang bertugas menjadi pembantu imam. Dan itu berlangsung selama satu tahun. Setelah itu terpanggil lebih kurang sembilan orang untuk angkatan pertamanya. Wewenang dan jati diri AI Adapun batasan wewenang AI antara lain diangkat oleh Uskup atas usulan romo kepala paroki, bersifat sementara yaitu selama tiga tahun dan bisa diperpanjang atau diperpendek, dan hanya berhak untuk melayani umat di wilayah paroki tempat ia tinggal. Pakaian AI disebut alba atau jubah dan singel yaitu tali yang diikatkan di pinggang, demikian kakek enam cucu ini menjelaskan. Pakaian tersebut menentukan keberadaan dan jati dirinya sebagai AI paroki karena ia diangkat sebagai petugas resmi dalam kegiatan liturgi dan peribadatan. Untuk bisa menjadi seorang AI ada beberapa kriteria tertentu yang harus dipenuhi oleh seseorang. Mengacu pada kitab Titus 1:6-9 antara lain kehidupan Katolik dan keluarga orang tersebut harus baik, (dapat menjadi teladan untuk iman, moral maupun sosialitasnya). Mempunyai nama yang baik di masyarakat serta dapat diterima oleh umat setempat, dan yang terakhir mempunyai penampilan yang layak, baik itu penampilan fisik maupun intelektual. Dan perlu diingat, bahwa AI adalah seorang awam biasa yang tidak ditahbiskan. Bedanya dengan awam yang lain hanya dalam hal tugas, demikan Edi Heryanto memungkasi pembicaraan malam itu. Theresia Margarethahttp://benedizione.wordpress.com/2009/10/15/menjadi-asisten-imam-adalahsebuah-panggilan/

Busana Asisten Imam

Bagaimana model jubah Asisten Imam yang benar? Atau tepatnya, seperti apa busana yang harusnya dikenakan Asisten Imam atau Pro Diakon yang nama resminya adalah Pelayan Komuni Tak Lazim? Bagaimana aturan gereja Katolik mengenai hal ini? Di beberapa gereja yang sempat saya kunjungi ada praktik-praktik yang sudah baik dan benar, tapi ada pula yang menyalahi aturan liturgi atau menyimpang dari tradisi gereja Katolik. Pedoman Umum Misale Romawi menyebut bahwa "Busana liturgis yang lazim digunakan oleh semua pelayan liturgi, tertahbis maupun tidak tertahbis, ialah alba, yang dikencangi dengan singel, kecuali kalau bentuk alba itu memang tidak menuntut singel. Kalau alba tidak menutup sama sekali kerah pakaian sehari-hari, maka dikenakan amik sebelum alba. ..." (PUMR 336) Lebih lanjut ditulis "Akolit, lektor dan pelayan awam lain boleh mengenakan alba atau busana lain yang disahkan oleh Konferensi Uskup untuk wilayah gereja yang bersangkutan." (PUMR 339)

Di atas adalah pasal-pasal yang membolehkan Pelayan Komuni Tak Lazim pakai alba. Saya perlu garis bawahi di sini, membolehkan, bukan mengharuskan. Lho, jadi Asisten Imam tidak harus pakai alba? Jawabnya tidak, bahkan tidak harus pakai busana liturgis apapun. Busana awam sehari-hari pun juga boleh. Memang, di Vatikan nggak ada

Pelayan Komuni Tak Lazim (karena jumlah imam yang bisa bantu bagi komuni sudah lebih dari cukup); dalam kasus ini Vatikan nggak bisa kita jadikan acuan. Yang jelas, di Vatikan Lektor nggak pakai busana liturgis apapun. Lektor yang adalah awam, ya berbusana awam, sopan dan rapi. Di Amerika Serikat, Pelayan Komuni Tak Lazim dan Lektor pun berbusana awam biasa. Kesimpulannya, sekali lagi tidak harus pakai busana liturgis apapun, tapi seandainya toh mau pakai, bisa pakai alba. Di foto paling atas, para pelayan komuni tak lazim di Katedral Hati Kudus Yesus Surabaya memakai alba model Roma, dengan ploi/lipit (lipatan), dan dikencangkan dengan singel. Mungkin lebih jelas lagi di foto yang hanya seorang AI ini. Longgar sekali memang alba ini, di bagian bawah kelilingnya 3 meter. Itu yang bikin indah. Oh ya, alba ini nggak semahal yang dibayangkan orang. Berikut singelnya harganya nggak lebih dari Rp 180.000. Silakan klik di foto untuk memperbesar. Masih ada lagi yang bisa disimpulkan dari aturan di atas. Yang pertama, amik, alba dan singel bukanlah monopoli imam. Amik, alba dan singel adalah busana semua pelayan liturgi, tertahbis (uskup, imam dan diakon) maupun tidak (awam). Yang kedua, sekiranya dipandang perlu untuk menggunakan busana lain (selain alba), adalah konferensi uskup yang berhak memutuskannya (bukan seorang uskup, sekalipun untuk wilayahnya sendiri). Yang ketiga, yang benar adalah alba, bukan jubah. Apa sebenarnya beda alba dengan jubah? Kita semua pernah melihat imam atau uskup pakai jubah. Biasanya jubah dibuat dari bahan yang relatif lebih tebal jika dibandingkan dengan alba. Harusnya jubah klerus dibuat dari wol atau bahan yang setara mutunya (Ut Sive Sollicite 1969). Pada bagian badan atas sampai dengan pinggang, jubah tidak longgar, pas di badan. Alba biasanya dibuat dari bahan yang relatif lebih tipis dari jubah dan berukuran besar (longgar) dari atas sampai ke bawah, makanya perlu diikat dengan singel. Alba selalu berwarna putih, jubah tidak. Bahkan, menurut tradisi katolik jubah warna putih sebenarnya merupakan privilese paus. Kalau mau tahu lebih detil boleh baca artikel saya tentang Busana Imam ini.

Yang terakhir yang mau saya sampaikan, kalau mau pakai busana liturgis ya pakailah alba dan singel (plus amik, kalau perlu). Itu aja. Jangan ditambah apa-apa lagi, kawatirnya malah jadi salah. Coba lihat Busana AI di foto sebelah ini. Yang pertama, ini adalah jubah, bukan alba, jadi kurang tepat. Lalu, ada tambahan asesoris salib dada. Ini juga kurang tepat dan bahkan menyalahi aturan busana gereja Katolik, karena salib dada (cruce pectoralis), model apapun, merupakan privilese uskup. Kalau mau tahu lebih detil juga, boleh baca artikel saya yang lain tentang Busana Uskup.http://tradisikatolik.blogspot.com/2009/01/busana-asisten-imam.html

ASISTEN IMAM SEBAGAI PANGGILAN KHUSUSBy ST.Basuki Atmodjo on Agustus 24th, 2010 Asisten imam adalah awam yang memiliki semangat diakon dalam keluhuran peran dan pengabdian sebagai konsekwensi baptisan yaitu melaksanakan Tri tugas Kristus, yang kita pikul untuk pengudusan diri kita sendiri, orang lain dan pengudusan hari. Ini adalah panggilan khusus dalam perkembangan tugas membantu imam, sebagai pelayanan pengudusan, sebagai pewartaan, langkah laku kita. Seorang asisten imam adalah orang beriman mengabdi kepada Tuhan dengan tulus dan rela, melayani gereja Kristus sebagai pelayan umat dan tetap sebagai sebuah keluarga dan mengusduskan keluarga. Sebenarnya juga sebagi pembantu Uskup dan pembantu Pastor paPoki dalan hal pengudusan, harus tetap sebagai awam tetap tinggal didalam keluarga. Dengan doa dan membina relasi dengan Tuhan, itulah sebuah konsekwensi tersebut. Kategori: Bidang Liturgi Tags: Asisten Imamhttp://katedral.keuskupan-malang.web.id/2010/08/asisten-imam-sebagai-panggilankhusus/

Gema LiturgiMedia Komunikasi Prodiakon, Misdinar, Tim Liturgi dan Umat Paroki St. Herkulanus, Depok

Kalender Liturgi

Top of Form Bottom of Form

Kategori Adven dan Natal (11) Aneka Istilah Misa (6) Beato dan Santo (2) Doa (3) Eksorsisme (2) Foto Kenangan (1)

Hati Kudus Yesus (2) Inkulturasi Liturgi (2) Kamis Putih (2) Katekese Liturgi (11) Kumpulan cerita (1) Liturgi Anak (2) Masa Prapaskah (3) Minggu Palma (1) Misa Jumat Pertama (3) Misa Latin (1) Musik liturgi (4) Naskah WH (1) Pekan Suci (3) Perarakan dalam Liturgi (2) Perayaan Ekaristi (13) Piranti Liturgi (5) Renungan (3) Sakramen Ekaristi (9) Sakramen Mahakudus (1) Seputar Liturgi (5) Surat bersama KWI-PGI (1) Surat Gembala KWI (2) Surat Gembala Paus (4) Surat Gembala Uskup (1) Tahun Liturgi (1) Tim Liturgi (1) Yohanes Paulus II (3)

Arsip Blog Ini 2011 (53) September (2) Doa Pembuka Madah Kemuliaan Kyrie Eleison

Agustus (2)

Tobat, Penyesalan atas Dosa dan Kesalahan Makna Salam Dalam Liturgi Tanda Salib, Ungkapan Iman Kepada Tritunggal Mahak... Nyanyian Pembuka, Nyanyian Yang Menyatukan Memahami Makna Perarakan Masuk Berlutut, sikap hormat dan mengakui kelemahan di h... Makna Tanda Salib dengan Air Suci Pesan Bapa Suci Benediktus XVI Pada Hari Komunikas... Penyesuaian Perayaan Ekaristi untuk Anak-anak Doa Rosario Disertai Doa Permohonan Umat Katekese Liturgi Paus Yohanes Paulus II: Rasul Perdamaian bagi Sega... Karol Jzef Wojtyla, Sang Maestro Kemanusiaan, San... Menyambut Beatifikasi Paus Yohanes Paulus II (Karo... Kedudukan Musik Dalam Liturgi Spiritualitas Prodiakon Paskah Dan Kebangkitan Umat Kamis Putih Pekan Suci, Diawali Dengan Minggu Palma Kamus Kecil : Seputar Devosi dan Kongres Ekaristi Apa dan Siapa Prodiakon itu? Mengenal Siklus Tahun Liturgi Spiritualitas Prodiakon : Nasehat Sikap Hidup Prod... Sejarah Terbentuknya Prodiakon Paroki Macam-macam istilah Misa Makna Perarakan Dalam Liturgi Asal-mula Masa Prapaskah Rabu Abu : Asal Mula Perayaan & Penggunaan Abu Ketentuan Puasa dan Pantang Surat Gembala Prapaskah Uskup Bogor 2011 Surat Gembala Prapaskah Kepausan 2011

Juli (2)

Juni (4)

Mei (7)

April (8)

Maret (10)

2010 (45)

Tata Cara Tuguran MISA ANAK-ANAK: Beberapa Catatan Praktis Altar Dalam Gereja Katolik Misa Latin dan Partisipasi Aktif Misteri dan Keharuan Jumat Pertama Liturgi: Perlu Persiapan, Pelaksanaan & Buah yang ... Liturgi Sebagai Pusat Kehidupan Gereja Tentang Misa Jumat Pertama Mengapa Misa Jumat Pertama? Foto Kenangan Penerimaan Sakramen Krisma Memahami dan Menjalankan Inkulturasi secara Benar Mengenal Tim Liturgi Paroki dan Lingkungan Pedoman Pelaksanaan Perayaan Ekaristi "The Exorcism of Emily Rose" Bukan Sekedar Film Pe... Kerasukan Setan dan Eksorsisme Baptis dan Pertobatan (Renungan Pesta Pembaptisan ...

Februari (8)

Januari (10)

Desember (14) Peran Lektor Sebagai Pelayan Liturgi PRODIAKON, Pelayan Khusus di Gereja Renungan : Pesta Keluarga Kudus Merayakan Natal Sebelum 25 Desember ? Sekilas Sejarah Perayaan Natal Memaknai Natal Mengapa Pesta Natal dirayakan 25 Desember? Sekilas Penjelasan Tentang Masa Adven Marilah Terlibat Dalam Menata Hidup Bangsa Asal Mula Liturgi Adven Seluruh Hidup Kita Hendaknya Menjadi Suatu "ADVEN"... Lingkaran Adven: Lambang dan Maknanya Memahami Dan Memaknai Masa Adven Asal-mula Masa Adven

November (6) Oktober (1)

September (7) Agustus (4) Juli (2) Juni (9) Mei (2)

Rekam Jejak Pengunjung

Post Komentar

Senin, 27 Desember 2010

PRODIAKON, Pelayan Khusus di Gereja

SEMANGAT pelayanan pastoral dewasa ini menuntut adanya jumlah petugas pastoral yang mencukupi. Mengingat desakan kebutuhan umat beriman akan pelayanan pastoral, maka banyak Uskup menjelang Konsili Vatikan II meminta agar kaum awam terlibat di dalam pelayanan liturgi Gereja. Itulah yang menjadi semangat pembaharu Liturgi Gereja. Akhirnya melalui Motu Proprio Ministeria Quedam dari Paus Paulus VI, 15 Agustus 1972, menegaskan bahwa tahbisan rendah para calon imam dihapus sehingga tinggal dua tugas pelayanan: yakni Sabda dan Altar (Lektor dan Akolit). Saat itu upacara tahbisan diganti dengan upacara pelantikan. Dalam Liturgi pada dasarnya terdapat dua macam pelayanan yaitu pelayan tertahbis dan tidak tertahbis. Pelayan tertahbis adalah para klerus yang terdiri dari Uskup, Imam, dan Diakon. Sedangkan yang taktertahbis adalah para awam (non klerus) yang mengemban tugas khusus

berdasarkan pelantikan liturgis, yakni Lektor dan Akolit sebagai prasyarat tahbisan dan pengangkatan untuk penugasan sementara seperti: putra-putri altar, koster, pemazmur, paduan suara, komentator, pemandu, upacara, dan petugas kolekte. Di samping itu, masih terbuka lebar bagi kaum beriman kristiani awam, baik pria maupun wanita, untuk tugas khusus membantu imam sebagai pelayan tak lazim (minister extraordinarius) dengan penyerahan tugas lewat pemberkatan liturgis atau penugasan sementara (bdk Ministeria Quedam). Konferensi Waligereja setempat boleh memohon persetujuan Takhta Apostolik untuk menciptakan jabatan lain yang dinilainya perlu dan amat berguna bagi wilayah yang bersangkutan. Para pelayan kaum beriman kristiani awam itu bertugas membantu para klerus, namun peran mereka tidak diturunkan melalui tahbisan. Itulah yang membedakan prodiakon dengan diakon tertahbis, atau asisten imam dengan imam. Pelayan luar biasa Prodiakon atau asisten imam atau asisten pastoral merupakan pelayan luar biasa/minister extraordinarius (tak lazim) dalam pelayanan liturgi Gereja, memiliki dasar doktriner dari PUMR, No 109 (Pedoman Umum Misale Romawi) dan Redemptionis Sacramentum No 43. Dalam teks tersebut dinyatakan bahwa Demi manfaat bagi umat setempat maupun seluruh Gereja Allah, maka dalam rangka perayaan Liturgi Suci ada di antara kaum awam yang sesuai dengan tradisi, dipercayai pelayanan-pelayanan yang dilaksanakannya dengan tepat dan dengan cara yang patut dipuji. Sangat tepatlah jika ada lebih banyak orang yang membagi di antara mereka serta melaksanakan berbagai tugas atau bagian-bagian pelayanan. Menarik bahwa dari pelbagai sebutan pelayanan awam tersebut memiliki banyak makna seperti prodiakon (pro=untuk, ganti dan diakon= klerus), asisten imam (pembantu imam), asisten pastoral (pembantu petugas pastoral). Asisten imam dipakai sebagai hasil kesepakatan pertemuan Dewan Nasional Komisi Liturgi KWI, Mataloko, Flores, 2002. Sedangkan asisten pastoral dipakai untuk karya pelayanan tak lazim (luar biasa) diambil dari Redemptor Sacramentum Bab VII. Dengan demikian sebenarnya istilah asisten imam lebih mendekati dari pada prodiakon. Kebutuhan umat Dalam instruksi Redemptionis Sacramentum No 151-152, peran para prodiakon atau asisten imam atau asisten pastoral adalah membantu imam hanya kalau sungguh diperlukan dalam perayaan liturgi. Hanya kalau sungguh perlu, boleh diminta bantuan pelayan-pelayan tak lazim dalam perayaan liturgi. Permohonan akan bantuan yang demikian itu bukannya dimaksudkan demi menunjang partisipasi umat melainkan karena kodratnya bersifat pelengkap dan darurat (bdk Instruksi Ecclesiasi de Mysterio, 1997). Apalagi jika permohonan akan bantuan pelayanpelayan tak lazim (luar biasa) itu berdasarkan kebutuhan umat, maka hendaknya dilipatgandakan dengan doa-doa permohonan umat agar mendesak Tuhan segera mengutus seorang imam untuk melayani jemaat serta menumbuhkan kesuburan panggilan untuk tahbisan suci (bdk RS No 151; Dewan Kepausan untuk Interpretasi Otentik CIC, jawaban atas dubium, 1 Juni 1988). Untuk dicermati bahwa tugas membantu imam artinya membantu hanya dalam wilayah liturgi atau peribadatan. Jadi harus dibedakan dari tugas pewartaan (katekese) atau kegiatan sosiokaritatif lainnya. Membantu imam artinya: (1) Meringankan tugas imam dalam hal-hal yang boleh dilimpahkan kepada mereka menurut hukum Gereja; (2) Mengganti imam ketika imam berhalangan hadir, misalnya memimpin upacara pemakaman atau ibadat sabda hari Minggu tanpa imam. Orang-orang yang telah ditunjuk menjadi prodiakon atau asisten imam atau asisten pastoral

(sebagai pelayan luar biasa komuni kudus) perlu mendapat instruksi yang memadai dan harus memiliki kepribadian yang menonjol dalam pengalaman hidup Kristen, iman, dan susila. Hendaknya mereka berusaha supaya pantas bagi jabatan yang luhur ini dengan memupuk devosi kepada Ekaristi Kudus dan memperlihatkan dirinya sebagai teladan bagi umat beriman lainnya, melalui bakti dan hormatnya terhadap sakramen altar yang suci ini. Jangan sampai memilih orang yang bisa menimbulkan sandungan di kalangan umat sendiri (bdk IC, No 783). Hanya pelengkap Perlu mendapat perhatian bagi para imam bahwa jabatan prodiakon, asisten imam atau asisten pastoral hanya pelengkap, bukan pokok. Tugas pokok ada dalam diri imam (bdk kan. 900, 1). Sehingga tugas prodiakon atau asisten imam jangan dipergunakan untuk menurunkan (mereduksi) pelayanan asli dari para imam sedemikian rupa sehingga para imam lalai dalam merayakan Ekaristi bersama umat yang menjadi tanggungjawab mereka. Ataupun melalaikan karitas pastoral dalam Gereja di saat umat membutuhkan kehadiran seorang imam seperti dalam saat umat sakit atau pembaptisan anak-anak, atau perayaan perkawinan, atau pemakaman orang meninggal. Semuanya itu tugas inti para imam dan didampingi para diakon. Karena itu, tidak boleh terjadi bahwa di Paroki-Paroki para imam menukar pelayanan pastoral dengan para prodiakon atau asisten imam, karena dengan itu mengaburkan tugas khas masingmasing (bdk RS, 152). Tugas Pokok Prodiakon 1. Pelayan khusus untuk menerimakan Komuni Kudus. Para waligereja setempat berwenangan mengizinkan orang-orang yang pantas dan dipilih secara pribadi selaku pelayan khusus untuk suatu kesempatan atau jangka waktu tertentu (bdk Dokumen Immensae Caritatis, 1973). Alasan perlunya petugas pelayan luar biasa, pertama adalah karena dalam perayaan Ekaristi jumlah umat yang besar atau halangan yang menimpa pemimpin perayaan Ekaristi. Kedua, adalah di luar perayaan Ekaristi: karena jarak tempat yang jauh, terutama untuk viaticum (komuni bekal suci); rumah sakit, panti jompo. Tujuannya: agar umat beriman yang sedang diliputi rahmat dan dengan hasrat yang tulus serta penuh bakti ingin mengambil bagian dalam perjamuan kudus, tidak kehilangan kesempatan untuk menikmati bantuan serta penghiburan sakramental (bdk IC, 776). 2. Pelayan khusus untuk pemakaman. Keputusan KWI tahun 1972 menyatakan bahwa upacara-upacara di sekitar pemakaman sebaiknya dipimpin oleh seorang imam. Tetapi bila tidak mungkin, semua Upacara boleh juga dipimpin oleh seorang lain, kecuali Liturgi Ekaristi. Memang benar bahwa pada dasarnya upacara pemakaman bukanlah ritus sacerdotal, tak harus dipimpin oleh imam. Hanya tentu para imam yang diserahkan tugas mewartakan kabar gembira sepantasnya membawakan penghiburan bagi yang berduka. 3. Memimpin Ibadat Sabda dan Ibadat Tobat. Ibadat tobat yang dimaksudkan di sini dibedakan dalam tiga bentuk: Ibadat Sabda menjelang Hari Raya; Ibadat Tobat dalam masa Adven dan Prapaskah; dan Ibadat Sabda Hari Minggu tanpa imam. Dalam pedoman umumnya dikatakan tentang penugasan ini kepada kaum awam pria maupun wanita atas dasar Pembaptisan dan Krisma mereka. Cara hidup mereka hendaknya selaras dengan Injil.

http://gemaliturgi.blogspot.com/2010/12/prodiakon-pelayan-khusus-di-gereja.html