art map - rob
DESCRIPTION
Pameran Seni Rupa bertajuk "ROB"TRANSCRIPT
Last supper on
AbDuLLOh IbNu thALhAh
KONSEP KARYA
LASt SuPPER ON thE ROb/ 2013Media Kartun
Kali ini saya membuat karya kartun untuk merespon tema pam-
eran, rob . Kartun saya pilih untuk memberi nuansa kesegaran
di tengah berbagai keruwetan Rob. Dengan kartun, kita bisa
menyuguhkan fakta-fakta kultural maupun struktural (kebijakan)
akan rob, secara ringan, humor tanpa kehilangan substansi.
Humor sendiri seringkali kita butuhkan dalam menghadapi per-
soalan yang ruwet, karena memang, pikiran kita tak perlu ikut
ruwet ketika menghadapi persoalan seruwet apapun. Bila fak-
tanya rob telah menjadi bagian kehidupan sehari-hari bagi
masyarakat semarang, kartun menjadi semacam strategi cultural
untuk bertahan dengan menertawakan sekaligus mengkritik para
pengampu kebijakan kota.
Alasan pilihan jenis kartun dalam pameran art maping rob ini juga
karena kartun merupakan seni yang tak terpisahkan dari
masyarakat Semarang. Kota ini memiliki banyak catatan peristiwa
menarik tentang seni kartun. Pameran kartun internasional
‘Canda Laga’ di tahun 1990an menjadi peristiwa fenomenal di
kota ini. Di era orde baru, sebelum era twitter dan facebook, ra-
tusan kartunis dari 33 negara berpartisipasi dalam event ini.
Pakarti (persatuan kartunis Indonesia) juga didirikan di kota
ini.Kota ini memiliki banyak kartunis yang tergabung dalam Se-
marang Cartoon Club (secac) yang sejak berdiri pada 1982 sam-
pai sekarang masih eksis. Karenanya, saya juga mengajak Secac
untuk berpartisipasi dalam pamaren menarik ini.
Last supper on the rob adalah salah satu kartun yang tengah saya
persiapkan untuk pameran. Nantinya, akan banyak kartun lucu
dengan beragam gaya karya kartunis Semarang yang akan men-
gajak kita semua untuk turut memaknai dan mencandai rob. So,
tetaplah tersenyum, biarkan rob (tak) berlalu! Haa
Salam kartun!
Abdullah Ibnu thalhah
ARIF ”SLONDOK”bK
KONSEP KARYA
“tRANSFORMERS IN bOOtS”
280 x 280 cm (terbagi menjadi 4 panel simetris)/ 2013
Transformers itu menceritakan tentang robot-robot canggih yang be-
rasal dari luar Planet Bumi. Transformers terpecah menjadi dua belah
pihak, yitu Autobot (baik) dengan Decepticon (jahat). Kedua belah
pihak tersebut berperang satu sama lain demi memperebutkan
kekuasaan dan harga diri.
Singkat cerita, Autobot terpojok hingga mereka terpaksa harus
melarikan diri ke planet-planet lain. Beberapa dari Autobot singgah
ke Planet Bumi bagian Amerika. Tetapi kemudian Decepticon pun
mengetahuinya. Akhirnya mereka perang lagi.
Merasa kurang nyaman di Amerika, kini Autobot melarikan diri lagi.
Mereka mencoba peruntungan di Kota Semarang, Indonesia. Sebe-
narnya mereka nyaman hidup di sana. Manusia-manusia di sana san-
tun dan jarang sekali melakukan tindakan anarki. Sempat para
Autobot merasa iri pada mereka. Tetapi yang menjadi persoalaan,
Kota Semarang sering banjir yang diakibatkan oleh pasangnya air
laut, atau biasa disebut dengan ROB. Hal itu lah yang menjadikan Au-
tobots galau. Kita tahu sendirilah bahwa sejatinya Transformers
adalah robot. Tentu saja mereka akan menghindari air karena takut
konslet.
Suatu saat autobot sedang menonton televisi, muncul sebuah iklan
sepatu boots. Akhirnya mereka terinspirasi dari iklan tersebut.
Berhubung robot-robot itu sudah nyaman tinggal di Kota Semarang
tetapi takut konslet karena banjir, mereka memutuskan untuk
memakai boots untuk melindingi kakinya agar tidak konslet terkena
ROB yang sering melanda Kota Semarang terutama di daerah dekat
pantai.
AuLY KAStARI
“DEcAYINg LOtuS”
2=100 x 200 cm / 2013
bAguS PANuNtuN
“REcYcLE uPgRADE”
170 X 60 X 100 cm/ 2013
bANDuNg IbNu MAJID
KONSEP KARYA
MAKAN AtAu DIMAKAN
A3, 16 panel/ dematograf pada kaca acrilic
Kota Semarang identik dengan banjir rob (limpasan air
laut). Kawasan yang paling sering dilimpas air rob
terutama adalah yang berada di wilayah pesisir. Se-
makin
menurunnya permukaan tanah di Kota Semarang, mem-
buat rob makin tak terkendali, sehingga sangat meng-
ganggu aktivitas warga. Setidaknya ada tujuh
kelurahan di wilayah
Semarang Utara yang selalu tergenang air rob dan bisa
diibaratkan rob menjadi makanan sehari-hari warga
yang bermukim didaerah tersebut. Dari tahun ketahun
kawasan Semarang bagian utara tidak pernah kering
dari rendaman rob. Pada awal bulan Juni, ketinggian
rob biasanya akan mencapai puncaknya. Akibat
tingginya genangan rob tersebut, aktivitas warga men-
jadi terganggu, beberapa infrastruktur seperti jalan
mudah rusak, saluran drainase tidak berfungsi, serta
kawasan Kota Lama menjadi lebih kumuh dan semakin
ditinggalkan. Selain menggenangi jalan dan beberapa
gedung zaman Belanda, rob juga menggenangi kawasan
Pasar Johar, Terminal Terboyo, Pelabuhan Tanjung
Emas, dan Jalan Empu Tantular yang merupakan salah
satu akses jalan menuju ke kawasan pelabuhan. Pada-
hal tempat-tempat tersebut merupakan pintu keluar
masuk ke dalam Kota Semarang. Berbagai usaha pen-
gendalian terhadap banjir rob terus dilakukan, mulai
dari meninggikan badan jalan hingga pengerukan sun-
gai. Namun berbilang tahun dan berganti pula tampuk
kepemimpinan belum juga membuahkan perubahan
yang berarti terhadap kondisi tersebut.
Dalam karya ini termuat masalah sosial akibat ROB di-
mana masyarakat mulai hidup memikirkan diri sendiri.
Kehidupan di wilayah yang tergenang ROB menjadi
wilayah yang terasingkan dan mengalami kemunduran.
Masyarakat mulai terdesak pelbagai masalah ekonomi,
moral dll. Hal ini menyebabkan menurunnya keper-
cayaan dan kebersamaan sesame masyarakat.
cIPtO PuRNOMO
KONSEP KARYA
“KESEIMbANgAN”
140cm X 200cm/ Acrylic on Cancas/ 2013
Banyaknya fenomena alam yang terjadi disekitar kita tentunya
menjadi pemikiran bagi manusia, untuk dapat melangsungkan ke-
hidupan yang nyaman aman dan damai. ROB atau meluapnya air
laut kedaratan yang terjadi selama ini seakan sulit ditanggulangi
dan sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Semarang
pada khususnya. Sebagai manusia persoalan ini perlu sikap yang
arif dari pemerintahan, birokrasi hingga elemen masyarakat
terkecil dalam memperlakukan alam, yaitu dengan kehidupan
yang seimbang. Terdesaknya lahan hijau oleh gedung-gedung dan
bangunan-bangunan yang tidak ramah lingkungan, yang se-
mestinya lahan hijau tersebut dapat menahan dan menyerap
debit air, yang meluap kedaratan sehingga tidak terjadi banjir
yang semakin besar. Untuk itu perlunya kesadaran dalam mem-
bendung nafsu pembangunan yang tidak sehat dan itu harus be-
rawal dari personal diri manusia sebagi penghuni alam ini,
kesadaran tersebut dapat tumbuh dari sisi sepiritual yang terus di
pupuk seiring dengan laju perkembangan jaman, sehingga terwu-
jud keseimbangan antara alam kehidupan material dan spiritual.
DAMtOZ
AKu tELAh bERADA DI tEMPAt PALINg tINggI
Cat Minyak di Atas Kanvas/ 60 X 140 cm 2013
DENNY APRIYANtO
KONSEP KARYA
“EVOLutION”Lukisan dan Instalasi (dalam proses)/ Ukuran Tentatif/ Mix Media
Kota Semarang yang merupakan salah satu kota besar memang mempunyai berbagai
macam masalah yang kerap menjadi suatu bumbu dari kota besar yang ada di negeri ini. Rob salah satu
permasalahan yang kompleks dari kota Semarang yang berbatasan langsung dengan laut. Karya instalasi ini
ingin menghadirkan minimnya kesadaran masyarakat yang terkena imbas ROB akan kesehatan... Mereka
semakin "asyik dan menikmati" ROB sebagai suatu hal yang wajar dan akrab dengan ROB..Lama - kela-
maan kesehatan masyarakat tersebut juga akan tergerus oleh waktu dan ROOBBBB.....................
gRAcE tJONDRONIMPuNO
KONSEP KARYA
tERINgAt hARMONI
150 x 200 cm/ Acrylic on canvas/ 2013
Sejak dahulu Semarang adalah sebuah daerah yang ramai dan ser-
ing disinggahi oleh para pedagang dari berbagai bangsa. Seiring
waktu berjalan banyak diantaranya yang membaur dengan pen-
duduk asli. Masuknya penduduk dari luar tersebut kemudian
memunculkan interaksi budaya yang sangat kental dengan toler-
ansi dan keharmonisan antar warga berbagai bangsa dengan pen-
duduk asli, hal ini menyebabkan terjadinya akulturasi budaya.
Akulturasi itu terjadi pula dalam seni membatik.
Dalam berita Belanda (Kolonial Verslag, 1919 & 1925), disebutkan
bahwa industri batik di Semarang mencapai 107 buah, dengan
jumlah perajin sebanyak 800 orang. Sejarawan dari UNDIP Se-
marang Dr Dewi Yuliati mengatakan, batik Semarang pernah jaya
pada awal abad ke-20 dengan adanya perusahaan batik
"Batikkerij Tan Kong Tien" yang cukup ternama.
Di kota ini pula terdapat sebuah kampung yang bernama kampung
Batik, konon kampung Batik ini adalah sentral pengrajin Batik
yang cukup terkenal. Hasil dari batik di kampung ini sampai men-
embus pasar ke Eropa. Tetapi kejayaan itu semakin lama semakin
redup ketika pada penjajahan Jepang kampung Batik dibakar
habis.
Kemudian pada tahun 1980-an ada perusahaan batik "Sri Retno"
yang cukup penting di Kota Semarang. Setelah itu batik Semarang
seolah lenyap karena terdesak batik printing.
Pada tanggal 24 Juli 2007, pemerintah kota Semarang
melalui Disperindag me-launching batik Semarang melalui sebuah
seminar yang membahas mengenai motif dan identitas batik. Dis-
epakati bahwa batik Semarang adalah batik yang diproduksi oleh
orang atau warga kota Semarang dengan motif atau ragam hias
yang berhubungan dengan ikon-ikon Semarang.
Batik Semarang termasuk batik pesisir yang dipengaruhi oleh
unsur budaya Cina, Eropa dan India. Warna batik pesisir khusus-
nya Semarang menggunakan warna-warna lebih mencolok seperti
orange, merah, biru (Sumber : History of Batik Semarang).
Dalam karya ini saya mengangkat tema batik karena batik adalah
kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian
dari budaya Indonesia (khususnya Jawa) sejak lama. Setiap motif
batik mewakili keluarga, golongan, daerah dan jamannya. Dengan
mengenal batik Semarang kita akan mengenal seni, budaya dan
sosial masyarakat serta sejarah Indonesia khususnya Semarang.
Magelang, April 2013
grace tjondronimpuno
hAtMOJO MOJO
KONSEP KARYA
MENJAgA KESEIMbANgAN ALAM200 x 135 cm/ Cat minyak & akrilik di kanvas/ 2013
ENTAH, sudah berapa puluh tahun rob telah hadir di daratan rendahKota Semarang. Yang saya tahu, telah lebih dari dua dasawarsa be-lakangan ini, persoalan air laut yang meluap menggenangi sebagiandaratan Ibukota Jawa Tengah bagian utara –khususnya di bilangankota lama yang banyak terdapat puluhan gedung dan bangunan tuapeninggalan zaman kolonial– itu selalu menjadi topik hangat untukdiperbincangkan. Hingga detik ini, pemerintah, para wakil rakyat,dan para tokoh masyarakat tak henti-hentinya mencari solusi agarpersoalan rob bisa teratasi.
Buruknya kesadaran sosial masyarakat terhadap lingkungan hidup, di-tambah dengan maraknya pembabatan hutan dan penebangan liarpohon-pohon besar, berakibat melubernya air hujan secara cepatturun ke laut. Daratan dan dataran tinggi yang semestinya bisamenampung curahan air ketika hujan, tampaknya kian hari semakinkewalahan menyimpan debit air dikarenakan sedikitnya akar pohondan tetumbuhan. Semakin meningginya permukaan laut akibat berku-rangnya lahan resapan air di darat –selain karena mencairnya es dikutub– maka rob pasti akan kian ‘rajin’ menyambangi Semarang.
Membentengi pinggir laut dengan membangun beton-beton menju-lang atau gedung-gedung pencakar langit untuk perkantoran, hotel,mal, sekolah, serta memusatkan aktivitasnya di sana memangmemerlukan biaya besar. Namun, jika hal tersebut bisa terealisasi,persoalan rob di Semarang dijamin akan tuntas-tas. Solusi lain yanglebih ‘murah’ biayanya, yakni secara sadar pemerintah danmasyarakat bersama-sama menjaga keseimbangan alam. Yakni –mis-alnya– dengan semakin menggalakkan ‘penghijauan’ di daratan,khususnya di sekitar tempat tinggal masing-masing. Jika hal demikiansaja tidak dilakukan, maka tak lama lagi gedung-gedung tuasemacam Lawang Sewu dan Gereja Blenduk, akan tinggal menjadi ke-nangan karena terendam rob.
hERY ”POcONg” PuRNOMO
SPEchLESS
KONSEP KARYA
gO gREEN WIth LOVE200 x 150 cm/ Acrylic on Canvas/ 2013
Dalam konteks luas, rob berdimensi kompleks. Di dalam robbermuara satuan-satuan fakta lain yang saling berinteraksi.Makin meningginya permukaan laut akibat mencairnya es dikutub, fenomena rumah kaca yang makin parah, limbah indus-tri yang makin membludak, ludesnya hutan mangrove di sepa-njang pesisir utara pulau Jawa, makin buruknya kesadaransosial terhadap lingkungan hidup, makin buruknya kebijakanpemerintah yang pro pada pelestarian lingkungan hidup, dantidak adanya hukum yang tegak di negeri ini, adalah sejumlahcontoh fakta yang berhubungan dengan rob.
Sesuai dengan pengantar pameran diatas saya mengajak selu-ruh masyarakat untuk mulai sekarang, betapa pentingnyalingkungan hidup sekitar kita terutama penanaman kembalihutan bakau (mangrove) di sepanjang pesisir pantai kita ataupentingnya lingkungan yang menghijau . Diibaratkan setiappenambahan jumlah penduduk kita harus memikirkan penana-man kembali tunas tunas muda pohon untuk penghijauan danbegitu juga hutan mangrove untuk tumbuh subur sebagaipenangkal abrasi pantai dari deburan air laut. Lingkunganhidup kita tumbuh subur, udara yang kita hiruppun tambahsegar dan bersih, kitapun jadi hidup sehat dan bahagia. Hal initidak lepas dari rasa cinta kita yg begitu besar pada kelangsun-gan hidup semua mahluk di dunia. Semua pekerjaan yang kitalakukan dengan penuh cinta kasih tentu akan menghasilkansesuatu yang baik, begitu juga dengan upaya masyarakat se-cara bersama penuh dengan cinta dalam hal penanaman kem-bali pepohonan untuk hidup lebih baik ke depannya dan untukgenerasi kita selanjutnya.
I MADE ARYA ”DEDOK” DWItA
KARAMbA: ACHNIS RASYID
KONSEP KARYA
ROb AND ROLL30 x 20 cm/ 40 karya
Rob menjadi persoalan yang cukup identik dengan Semarang.Sebuah bencana alam yang terjadi bukan hanya karena kondisipermukaan tanah yang lebih rendah daripada muka laut, tetapijuga ulah manusia. Pembangunan yang tak mengindahkan ke-beradaan daerah resapan, penyerapan air tanah yang berlebih,serta pembangunan gedung-gedung menjulang turut andildalam memperparah rob di semarang dari waktu ke waktu.Meskipun begitu, warga dan juga pemerintah tak lantas ambillangkah erarti dalam mencegah bencana ini. Pemerintah cen-derung pasif, warga pun memilih untuk berjuang dan bertahan.
Melihat hal ini, kami dari karamba art movement, menangkapsemangat survive warga/ makhluk dalam menghadapi rob kedalam karya-karya ilustratif. Selain karya ini, aka nada back-sound music pada saat pembukaan, lapak mini, dan pemba-gian/penyebaran art-zine kami.
KARAMbA: ADE AQSO
KARAMbA: AJIS WICAKSONO
KARAMbA: AKBAR RADITYATAMA
KARAMbA: ANTO TANTOWI
KARAMbA: BRYAN DIMAS SAKTI
KARAMbA: DEGI HANRIWIBAWA
KARAMbA: MARSA IMAN ADLINA
KARAMbA: SUFAN ANDY LUKMAN
KARAMbA: TAUFIQ AHMAD
KARAMbA: YASMIN
KOKOh NugROhO
KONSEP KARYA
bERguMuL
UKURAN : TENTATIFSENG,RANJANG BESI, KONDOM,JARUM SUNTIK,JAM BEKER,TALI SENAR
karya instalasi ini mengangkat realitas kehidupan perkam pungan semarang wilayah pesisir utara yang berusaha meng akrabi ROB sebagai'takdir'. mereka rata rata berprofesi sebagai nelayan, buruh, pekerja serabutan, wiraswasta, dan pengangguran dengan tingkat penghasilanyg pas pasan untuk memenuhi kebutuhan sehari hari. kemiskinan yg menghimpit,masalah masalah sosial, kriminalitas adalah bumbu ke-hidupan..satu2nya tempat yg nyaman adalah tempat tidur....menghangatkan diri,melepas lelah dan melakukan aktifitas seksual....soal robadalah takdir.....,soal miskin adalah nasib....soal sex tetaplah asyik....soal jadi 'anak banyak ' urusan nanti..biar waktu yang menyaksikan
MET[ROb]OLITAN PROJECT #1
KONSEP KARYA
Met[ROb]olitan PROJEctS #1
Nugroho Dwiadhiseno/ Leonardo Agung budi Prasetya/ garnaRaditya/ Adhitia Armitrianto
Ini merupakan kerja bareng pertama kami untuk isu sosial yangtelah melekat di Kota Semarang. Pemikiran pertama kami yaknipada rob, sesuai dengan tema pameran, yang terus menerjangsebagian kawasan kota.
Bencana tersebut telah menjadi tamu rutin yang datang diwaktu-waktu tertentu. Sayangnya, langkah-langkah yang di-
lakukan pemerintah maupun masyarakat seringkali tak bersin-ergi sehingga gelontoran air dari laut seolah tak bisa diadang.
Kondisi tersebut kemudian berusaha kami padukan dalam se-mangat kota yang dalam beberapa tahun terakhir mengalamipeningkatan pembangunan yang cukup pesat. Semarang kemu-dian disebut bakal menjadi metropolitan.
Merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), lema met-ropolitan sama dengan metropolis yang berarti kota yang men-jadi pusat kegiatan tertentu, baik pemerintahan maupunindustri dan perdagangan. Kami kemudian memelesetkan satuhuruf, dari P menjadi B, dengan harapan masyarakat bisamengerti jika bahaya rob masih tetap ada meski pembangunanjuga terus berjalan.
MET[ROb]OLITAN PROJECT #1
Dalam metROBolitan PROJECTS #1 kami menghadirkan duatema. Yang pertama adalah soal Real Esate Tanah Mas. Peruma-han tersebut merupakan kompleks hunian modern pertamayang hadir di Semarang pascakemerdekaan.
Berlokasi di kawasan utara kota, tempat itu kemudian menjadisalah satu wilayah yang terserang rob. Setelah dibangun padatahun 1970-an, perumahan itu kini telah banyak berubah. Kamiberupaya memotret perubahan-perubahan itu dan meng-hadirkan kenangan masa kejayaannya. Beberapa foto berserikami usung, dipadu dengan dokumentasi dan peta.
Tema yang kedua yakni ironi kota. Di sini, kami bersama-sama
memotret beberapa bangunan tinggi di Kota Semarang yangtelah menjadi ikon. Juga beberapa perkembangan kota yangmuncul akhir-akhir ini. Foto-foto tersebut lantas kami sengajakami celupkan dalam air rob yang kami ambil dari beberapadaerah yang tergenang. Ini sebagai symbol bahwa meski KotaSemarang terus berbenah dengan segala bentuk pembangunanyang dilakukan, masalah rob tetap masih ada.
Setidaknya, lewat karya ini kami ingin mengingatkan beberapahal. Yang pertama, rob merupakan ancaman yang bisa menjadiproblem sosial. Jika dibiarkan, Kota Semarang bisa semakinterpuruk.
Persoalan itu bukannya tak bisa ditangani. Selain itu, kami jugameminjam istilah rob sebagai serangan budaya terhadap ke-hidupan masyarakat di kota. Gaya hidup yang berubahterutama di kalangan muda, tercerabut dari akar lingkungan-nya, seolah telah menjadi sesuatu yang tak tertolak.
MET[ROb]OLITAN PROJECT #1
MOh “tAINK”tAKhRIL
KONSEP KARYA
tERENDAM tERhEMPAS
200 x 140 cm/ Acrylic On Canvas & HVS Digital Printing,
Kota Semarang identik dengan banjir rob (limpasan air laut). Kawasan yang paling sering dilimpas air rob terutama adalah yangberada di wilayah pesisir. Semakin
menurunnya permukaan tanah di Kota Semarang, membuat rob makin tak terkendali, sehingga sangat mengganggu aktivitaswarga. Setidaknya ada tujuh kelurahan di wilayah
Semarang Utara yang selalu tergenang air rob dan bisa diibaratkan rob menjadi makanan sehari-hari warga yang bermukim di-daerah tersebut. Dari tahun ketahun kawasan Semarang bagian utara tidak pernah kering dari rendaman rob. Pada awal bulan
Juni, ketinggian rob biasanya akan mencapai puncaknya. Akibattingginya genangan rob tersebut, aktivitas warga menjadi terganggu,beberapa infrastruktur seperti jalan mudah rusak, saluran drainasetidak berfungsi, serta kawasan Kota Lama menjadi lebih kumuh dansemakin ditinggalkan. Selain menggenangi jalan dan beberapa gedungzaman Belanda, rob juga menggenangi kawasan Pasar Johar, TerminalTerboyo, Pelabuhan Tanjung Emas, dan Jalan Empu Tantular yangmerupakan salah satu akses jalan menuju ke kawasan pelabuhan.Padahal tempat-tempat tersebut merupakan pintu keluar masuk kedalam Kota Semarang. Berbagai usaha pengendalian terhadap banjirrob terus dilakukan, mulai dari meninggikan badan jalan hinggapengerukan sungai. Namun berbilang tahun dan berganti pula tampukkepemimpinan belum juga membuahkan perubahan yang berarti ter-hadap kondisi tersebut.
Di Dalam Karya ini Perupa bercerita atau menampilkan berbagaimacam kejadian yang berkaitan dengan Rob, Identitas Kota Semarangbaik itu Tugu Muda, Klenteng yang juga berkaitan dengan Cheng Ho,Perupa juga menampilkan sosok Ular yang merupakan harapan bagiOrang orang yang Terendam maupun Terhempas, diTahun 2013 yaituTahun Ular Air. Selain Situasi dilingkungan Banjir Rob, Identitas, SosokUlar, Perupa Juga Menampilkan Sebuah Sepatu Bud dengan SayapKecil dibelakang Sepatu sebagai symbol tindakan untuk melangkahmenuju yang lebih baik. Tentu bagi Orang orang yang Terendammaupun Terhempas.
Di Dalam Canvas A Perupa menampilkan lukisan dengan Pendekatan abstrak di dalam lukisan ini bercerita tentang banyaknyaOrang, banyaknya harapan yang mungkin gagal maupun belum terlaksana, hingga mereka mesti harus tertinggal, berdoa,bersabar, mencari ilmu, mencari ekonomi, bersosialisasi itu semua ada pada lingkungan yang kumuh, basah, banjir. TidakkahOrang orang yang hidup diLingkungan yang baik untuk selalu menjaga dan melestarikan lingkugan tersebut.
NuRFu AD
SEPERtI DI VENESIA?150X200 cm/ cat minyak di atas kanvas/ 2013
OKtAR SIPAtItI INK
KONSEP KARYA
MOVE ON thINK LESS DO MORE
Instalasi pencil, wood, Alumunium/19cm x 20cm x 18cm
Di sini saya menggunakan media pensilkarena pensil adalah alat untuk
menulis atau mengores sesuatu bagisaya pensil berperan penting dalampekerjaan saya dan kebetulan saya
sendiri sangat tertarik utk mengexplo-rasi pensil bagi saya menarik bermain
main dgn pensil . di sini pensil tidakada hubunganya dengan tema Rob jadi
pensil di sini saya gunakan sebagaimedia yg tidak ada hubunganya den-
gan tema Rob.
Visual rumah dengan roda di sini yangingin saya tonjolkan. Jadi d sini sayaingin memberi solusi bagaimana jikahidup di lingkungan Rob, masyarakat
tiap tahunya mengeluarkan banyakuang untuk saling berlomba dengan
Rob dengan cara menaikan permukaantanah. Menarik bagi saya untuk beri-
majinasi ketika sebuah rumah ada ro-danya kita bisa berpindah tempat di
mana saja sesuai yg kita inginkan danyg lebih menarik adalah kita bisa
main ke mana saja tanpa keluarrumah hehehe...kelihatan aneh ya
P PEMbAYuN
KONSEP KARYA
ROb
Mobile.painted paper,bamboo and wood,variable dimension 2013
Wakul ngglempang segane dadi sak latar..demikian petikan dari lagu tradisional jawa,gundul-gundul pacul.Dalam karya kali ini
“ROB” perupa menyajikan karya instalasi 3dimensi menafsirkan Rob sebagai wacana bencana langganan yang mengancam
lahan pangan masyarakat yang terjadi di kota semarang
Wakul sendiri menafsirkan sebagai lahan usaha,atau pekerjaan masyarakat pesisir kota semarang
Dan paving menjadi penanda alat pengganjal ‘wakul’ atau pekerjaan masyarakat dari ancaman air Rob.yang notabene salah
dari manusia terhadap lingkungannya sehingga berdampak serius bagi kelanjutan hidup masyarakat itu juga
Yogya Oktober 2013
PuJO
KONSEP
IDENtItAS KOtA
Akrilik di kanvas/ 280 X 120 cm/ 2013
Dalam lukisan yang saya buat ini menampilkan subyek manusia, ikan, air dan warak sebagai ikon kota semarang. Lukisan inimenceritakan tentang gambaran masyarakat kota semarang dan rob. Rob bagi sebagian masyarakat dianggap sebagai gejalabencana alam dan perlu adanya penanggulangan. Memang gejala yang sifatnya makrokosmos hampir manusia susah untukmelakukan pencegahan. akan tetapi apa yang saya lihat, timbulnya gejala naiknya air laut yang mengikis daratan ini tidakmengubah niat masyarakat untuk berpindah tempat/kota. Siklus yang sering terjadi seperti ini dianggap sebagai gejala biasasaja. Kesimpulan yang saya ambil dalam karya seni lukis ini mengandung pengertian diluar rob sebagai bencana alamataupun rob sebagai gejala yang mengandung nilai positif. Tapi jauh diluar itu, menurut saya keakraban masyarakat Se-marang dengan rob merupakan sebuah identitas kota (rob sebagai identitas kota Semarang). Identitas ini bukan semata-mata bersifat konotasi, tetapi sebagai jiwa kota semarang sendiri. Dimana jiwa itu ada yang mengandung unsur positif danada pula yang negative. Dalam subyek lukisan saya gambarkan subyek manusia yang mengambang di air dan berfokus di sub-yek warak ( semarang ) (dilihat dari arah gerak tangan dan pandangan subyek-subyek manusia).
Putut W
KONSEP
DEcAYINg cItY
Rob adalah salah satu permasalahan bagi KotaBawah Semarang.
Banyak wacana dimunculkan baik dari pemerintahmaupun para ahli, namun penanganan yang lam-ban dan solusi yang menimbulkan masalah barumengakibatkan Kota bawah Semarang mengalamipembusukan.
Padahal di wilayah ini banyak kekayaan sejarahSemarang, serta pusat kegiatan ekonomi.
RAhMAt ”APEcK” tAuFIK
KONSEP
MENAWARKAN KENIKMAtAN
mixed media/ 160 X 180 cm/ 2013
Semarang mengalami perubahan – perubahan sosial maupun budaya dikarenakan rob atau banjir,
warak menyimbolkan sosial budaya semarang.
RuMAh PENSIL
SEcAc
SuIt bERtuS
KONSEP
A MIRAcLE
OIL ON CANVAS/ 140 x 200 Cm/ 2013
“ ROB ” adalah suatu dampak yang merupakan hasil dari akibat dari ketidakpeduliankita sebagai manusia terhadap lingkungan alam kita. Kita hanya sering mempergunakanalam dengan mengeksplorasi dan mengeksploitasinya secara maximal tanpa berpikirdampak serta bagaimana cara melestarikannya sebagai wujud penghargaan kita terhadapalam. Maka alam menjadi “ sakit“, keseimbangan alam menghilangmaka terjadilah pemanasanglobal. Tentu kita tahu efek daripemanasan global tersebut, salahsatu diantaranya adalahmelelehnya es yang berada dikutub. Hal ini berdampak besarpada peristiwa “ROB”.
Menurut pandangan pribadisaya menyelamatkan dampakdari ROB yang terjadi tidak hanyadi Semarang saja , semua inidibutuhkan “A MIRACLE”.
Secara visual saya mengambilsalah satu bangunan peninggalanjaman Belanda yang terletak dikota tua Semarang yang bisa men-jadi icon dan sekaligus situs yanglayak diselamatkan sekalipun den-gan cara yang fantastis.......
tJAtuR REbOWO
KONSEP
Tak Berdaya
Keramik dan rambut
2013
fenomena ROB di sekitar kami membuat kamiseakan tenggelam tak hanya oleh air laut,tetapi juga ditenggelamkan oleh tanah hasilpeninggian jalan. keberadaan ROB di sekitarkami membuat masyarakat kehilangansensitifitas tentang keindahan karenakesibukan masyarakat mengurus sandangpangan dan papan yang semakin di kuburoleh pemerintah.
PROF DR tJEtJEP ROhENDI ROhIDI, MA
KONSEP
FROM ROb-IA WIth LOVE (1, 2, 3, 5, 6, 7, 8 , 9)
Cetak campuran pada kertas/ cetak air, sablon catsemprot, cetak tunggal/ 30x37 cm
Berkarya seni bagi saya adalah mengungkapkan gagasan;gagasan --yang berawal dari imaginasi-- yang terbentuk karenapengalaman hidup yang sangat pribadi. Begitulah, ketika di-hadapkan kepada fenomena alam naiknya air laut --tentu juga
ada andil ulah manusia dalam sistem ekologinya-- yang disebut“rob” sebagai rangsangan dalam berkarya seni, bentukan-ben-tukan imaginatif bermunculan dalam pikiran saya. Saya secarasederhana, tanpa keinginan untuk berpolemik, mendudukkandiri sebagai rob-ia; orang yang terlibat dalam persoalan rob. Itumudahnya. Saya mencoba membawa pikiran ini ke dalam di-mensi rasa. Ada berbagai perasaan yang berkecamuk, tapi yangmuncul keterpesonaan yang mendatangkan rasa cinta terhadapalam melalui peristiwa rob. Dari sInilah, sekali lagi ambil mu-dahnya, seri karya-karya cetak campuran ini saya beri judul“From Rob-ia with Love. Cukup.
WAWAN gENI
DIShARMONY
150 x 250 Cm/ urning technique and oil on canvas (use cigarettes and mosquito coils to burning)/ 2013
ASRI LIStYOWAtI
bERKubANg DALAM butAuLI KEbuDAYAAN
145X145 cm/ mix media on canvas/ 2014
E.bAMbANg WASKItO
KONSEP
tENggELAMNYA DuALISME
Saat ini terjadi keberanian KPK dan masyarakat terhadap pemangku kesejahteraan manusia yang berperilaku dualisme.Mereka hidup di dua sisi yang seringkali tidak bersenyawa dengan kesejahteraan manusia itu sendiri.
Fenomena ini terjadi pada penggambaran yang berjudul Tenggelamnya Dualisme dimana tiga babi rusa sebagai penggambarankerakusan, semena-mena, rumong - so biso. Babi kesatu dengan tanduk berbintang, babi ke dua dengan tanduk berbe lit uangmahar dan babi ke tiga berbelit kain batik sebagai penggambaran nilai-nilai adi luhung yang mencitrakan pemangku jabatanmengakangi gedung DPR -MPR. Disatu sisi mereka bergerak didalam kesejahteraan umat manusia, sisi lain dia justru meng-gerogoti/ memakan apa saja yang berhubungan dengan kesejahtera- an untuk kepentingan dirinya sendiri ataupun golongan-nya. Kerakusan ini menye babkan nilai adi luhung ditelan begitu saja oleh sang pemangku.KPK dan masyarakat saat ini mulaiberani menengelamkan karakter dan kepentingan pribadi dan golongan mereka satu persatu.
100 X 150 cm/ cat minyak di atas kanvas/ 2014
cIPtO PRAtOMO
KONSEP
gAMbANg KEMAMbANg
(Karya Instalasi)
Plesetan dari judul lagu Gambang Semarang, karena dengan akibat dari ROB instrumen gambang menjadi terapung dan be-ralih fungsi dari alat musik penghibur menjadi alat transportasi.
KETERANGAN KARYA
• Sebuah gambang, dengan ukuran lebar 45cm panjang, 120cm.
• Boneka manusia terbuat dari kain berisi limbah koran. Dengan topi caping.
• Gambang diletakkan diatas karpet berwarna biru ukuran 2 x 3 meter yang melambangkan air laut ROB dan membawahanyut sampah-sampah plastik.
• Patung boneka duduk didalam gambang membawa ember melambangkan; meski air melimpah namun tetap kesulitanmendapat air bersih atau layak konsumsi.
DARYONO YuNANI
FAhMI ”bARA”hIDAYAt
KONSEP
Peristiwa ROB yang ada Kota Semarang sudah menjadi tradisi dan kebiasaan, salah satu peristiwa yang mengilhamidalam berkarya seni lukis, yaitu pergerakan rutinitas/ kebiasaan ketika orang-orang (parade) yang mengamanka/memindahkan barang-barang masing-masing dari tempat terjadinya ROB ke tempat yang lebih tinggi/ aman, sampaimembuat imajinasi jikalau adalah sebuah pertandingan keseimbangan bebas, maka pastilah mereka yang telahbergaul lama dengan ROB tentunya akan mendapatkan kemenangan (kemenangan dalam memikul beban-hidup),manusia semakin menyatu dengan alam, dalam hal ini kehidupan air………inspirasi tersebut mejadikan sebuah karyalukis dengan gaya visual ilustratif dekoratif menggunakan bahasa-bahasa simbolis.
PARADE KESEIMbANgAN bEbAS
80 X 120 cm/ Cat Minyak di Kanvas/ 2014
hADI WIJAYA
KONSEP
KEPRIbEN KANg ? NYAMLENg ?
(Instalasi)
200 x 600 x 300 cm ( 2 x 6 x 3 m )
Kebutuhan pada UANG sangat penting,tidak beda dengan kebutuhan AIR dalam kehidupan manusia diplanet bumi ini.Kecukupan akan keduanya akan membuat hidup seseoarang menjadi senang dan harmoni. Tapi bagaimana jika ke-hadiran kedua hal itu melampui ukuaran yang semestinya? Maka terjadilah “ROB”,tumpah ruah kemana-mana danmenimbulkan bencana-masalah yang menyengsarakan.
KORUPSI yang sedang melanda bangsa ini adalah ROB yang harus dipantau dan dibendung keberadaannya secaraterus menerus agar tidak bersimaharaja menyengsarakan masyarakat negeri ini.
Dari kondisi mempriatinkan yang sedang melanda Ibu Pertiwi ini, perupa mencoba menampilkan karyaini
KuN hARI WIbOWO
NuR IDRIS AW
AWARENESS
130 x 170 cm/ Mixed media pada Kanvas/ 2014
PubLIc VIRuS
125 x 170 cm/ Mixed media pada Kanvas/ 2014
KONSEP
Dewasa ini muncul gejala sosial (perilaku destruktif)yang datang bagai banjir rob. Publik virus adalahsemiotic dari perilaku destruktif seorang publik figuryang rakus terhadap apa saja. Perilaku ini rentan dancepat menjalar pada lingkungan (habitatnya)
KONSEP
Awareness ( kesadaran ) merupakan sikap tegas yangdiambil untuk tetap wajar dan sadar agar dalam
menghadapi kemajuan peradaban dengan berbagaidampaknya, dapat mengatasinya dengan baik. Kema-
juan era digital datang bagaikan banjir rob yangharus dihadapinya dengan penuh kesadaran
RAYuNg PuRbANtORO
SEtYO NuRDIONO
SuSIAWAN hARYANtO
MENYELAM JANJI ANgKA
170X132 cm/ oil & acrylic on canvas/ 2014