art deco kauman yogyakarta

19
KRITIK DESKRIPTIF BANGUNAN ART DECO KAUMAN PENGANTAR Langgam Art Deco memiliki keragaman yang sangat luas dan menunjukkan pengaruhnya yang tersebar di beberapa kawasan di Yogyakarta. Pada kasus kali ini, dipilih kawasan kauman sebagai kawasan amatan karena kawasan ini dipandang sebagai kawasan yang telah ada sejak lama dan menjadi salah satu area subur perkembangan Art Deco di Yogyakarta. Kasus bangunan Koperasi karyawan RS PKU Yogyakarta (Eks Toko Buku Toha Putera), terbilang cukup menarik karena bangunan ini memiliki tipologi arsitektur cina (shophouse) serta memiliki ornamentasi jawa dan tentu saja ornamentasi Art Deco yang kental pada bagian bangunan. Peleburan semangat Art Deco, cina, dan jawa menjadikan bangunan ini menjulang menarik diantara bangunan sekitarnya yang kian tergerus arus perkembangan jaman. 1. TEORI ART DECO Dalam buku A World History of Architecture, Art Deco dideskripsikan sebagai istilah yang menjelaskan langgam yang dapat dilihat pada beragam desain, mulai dari desain grafis, desain keramik, desain furnitur, dan 1 arsitektur. Sedangkan wikipedia menyatakan bahwa gerakan art deco ini merupakan gabungan dari berbagai gaya dan gerakan pada abad ke-20, termasuk konstruksionisme, kubisme, modernisme, Bauhaus, Art Nouveau, dan 2 Futurisme. Penerapan Art Deco memiliki prinsip- prinsip tertentu seperti : ? Art deco merupakan langgam yang kental akan muatan lokal. Hal ini dikarenakan penggunaan ornamen- ornamen tradisional atau historika dalam Art Deco. ? Karakter-karakter teknologi yang menggambarkan kecepatan diejawantahkan ke dalam desain dalam bentuk garis-garis lengkung dan zig- 3 zag. Kemunculan Art Deco berawal dari awal abad 20 yang merupakan era pembaruan bagi dunia, terutama dalam hal kemajuan teknologi dan industri. Revolusi Industri inilah yang ikut diaplikasikan dalam bidang arsitektur. Revolusi ini mendukung eksplorasi desain para perancang menuju ke gaya baru yang tidak lagi semata-mata mengacu pada arsitektur Yunani-Romawi. Jadi dapat dikatakan bahwa revolusi industri di Eropa juga berimbas ke dunia arsitektur, sehingga muncul desain-desain yang 4 inovatif dan eksperimentatif. Langgam art deco yang masuk ke setiap negara kemudian dikembangkan dengan gaya mereka sendiri di negaranya yang dikombinasikan dengan sentuhan gaya lokal sehingga art deco memiliki keberagaman di berbagai tempat. 1.A. LATAR BELAKANG ART DECO (KOPERASI KARYAWAN RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA) Art deco di Indonesia sendiri diperkenalkan oleh Prof. Ir. Charles Proper Wolff Schoemaker 5 dan Albert Frederik Aalbers . 1.B. ART DECO INDONESIA Gambar 1 dan 2 Hotel Preanger Bandung, Dulu dan Sekarang 1 KRITIK DESKRIPTIF 1 A World History of Architecture 2 id.wikipedia.org 3 www.arsitekturindis.com 4 www.asitekturindis.com 5 www.tabloidrumah.com

Upload: tobias-kea-suksmalana

Post on 30-Nov-2015

195 views

Category:

Documents


12 download

TRANSCRIPT

Page 1: Art Deco Kauman Yogyakarta

KRITIK DESKRIPTIFB A N G U N A N A R T D E C O K A U M A N

PENGANTAR

Langgam Art Deco memiliki keragaman yang sangat luas dan menunjukkan pengaruhnya yang tersebar di beberapa kawasan di Yogyakarta. Pada kasus kali ini, dipilih kawasan kauman sebagai kawasan amatan karena kawasan ini dipandang sebagai kawasan yang telah ada sejak lama dan menjadi salah satu area subur perkembangan Art Deco di Yogyakarta.

Kasus bangunan Koperasi karyawan RS PKU Yogyakarta (Eks Toko Buku Toha Putera), terbilang cukup menarik karena bangunan ini memiliki tipologi arsitektur cina (shophouse) serta memiliki ornamentasi jawa dan tentu saja ornamentasi Art Deco yang kental pada bagian bangunan. Peleburan semangat Art Deco, cina, dan jawa menjadikan bangunan ini menjulang menarik diantara bangunan sekitarnya yang kian tergerus arus perkembangan jaman.

1. TEORI ART DECO

Dalam buku A World History of Architecture, Art Deco dideskripsikan sebagai istilah yang menjelaskan langgam yang dapat dilihat pada beragam desain, mulai dari desain grafis, desain keramik, desain furnitur, dan

1arsitektur.Sedangkan wikipedia menyatakan bahwa

gerakan art deco ini merupakan gabungan dari berbagai gaya dan gerakan pada abad ke-20, termasuk konstruksionisme, kubisme, modernisme, Bauhaus, Art Nouveau, dan

2Futurisme. Penerapan Art Deco memiliki prinsip-

prinsip tertentu seperti :?Art deco merupakan langgam yang

kental akan muatan lokal. Hal ini dikarenakan penggunaan ornamen-ornamen tradisional atau historika dalam Art Deco.

?Karakter-karakter teknologi yang m e n g g a m b a r k a n k e c e p a t a n diejawantahkan ke dalam desain dalam bentuk garis-garis lengkung dan zig-

3zag. Kemunculan Art Deco berawal dari awal

abad 20 yang merupakan era pembaruan bagi dunia, terutama dalam hal kemajuan teknologi dan industri. Revolusi Industri inilah yang ikut diaplikasikan dalam bidang arsitektur.

Revolusi ini mendukung eksplorasi desain para perancang menuju ke gaya baru yang tidak lagi semata-mata mengacu pada arsitektur Yunani-Romawi. Jadi dapat dikatakan bahwa revolusi industri di Eropa juga berimbas ke dunia arsitektur, sehingga muncul desain-desain yang

4inovatif dan eksperimentatif.Langgam art deco yang masuk ke setiap

negara kemudian dikembangkan dengan gaya m e r e k a s e n d i r i d i n e g a r a n y a y a n g dikombinasikan dengan sentuhan gaya lokal sehingga art deco memiliki keberagaman di berbagai tempat.

1.A. LATAR BELAKANG ART DECO

( K O P E R A S I K A R Y A W A N R S P K U M U H A M M A D I Y A H Y O G Y A K A R T A )

Art deco di Indonesia sendiri diperkenalkan oleh Prof. Ir. Charles Proper Wolff Schoemaker

5dan Albert Frederik Aalbers .

1.B. ART DECO INDONESIA

Gambar 1 dan 2Hotel Preanger Bandung, Dulu dan Sekarang

1KRITIK DESKRIPTIF

1 A World History of Architecture

2 id.wikipedia.org

3 www.arsitekturindis.com

4 www.asitekturindis.com

5 www.tabloidrumah.com

Page 2: Art Deco Kauman Yogyakarta

Selanjutnya Art Deco di Indonesia tampil lebih sederhana, lebih mengutamakan pola garis-garis lengkung dan bentuk silinder seperti pada desain Villa Isola Bandung.

Fasad Hotel Savoy Homann Bandung merupakan Art Deco masa akhir yang kedinamisan dan kelenturan fasadenya menunjukkan kemoderenan teknologi arsitektural.

Hotel bersejarah di Surabaya, Hotel Yamato atau kini disebut Hotel Majapahit, bergaya Art Deco, di mana detail ornamen-ornamen geometris sangat menonjol.

Gedung Bundar Magelang memiliki fasade berbentuk bundar serta ornamen yang didesain mengikuti bentukan plastis tersebut. Bangunan

6ini mengadopsi bentuk Villa Isola.

Stasiun Jakarta Kota bergaya Art Deco. Stasiun ini dianggap sebagai salah satu monumen terpenting dalam arsitektur Art Deco yang memadukan unsur moderen barat dengan nilai lokal.

Gambar 3 dan 4Villa Isola Dulu dan Sekarang

Gambar 5 dan 6Hotel Savoy Dulu dan Sekarang

Gambar 7 dan 8Stasiun Jakarta Kota Dulu dan Sekarang

Gambar 9 dan 10Hotel Yamato Dulu dan Sekarang

Gambar 11 dan 12Gedung Bundar

1.C. ART DECO YOGYAKARTA

Bangunan Art Deco di Yogyakarta cukup mudah untuk ditemui karena di kota ini masih banyak bangunan yang masih dijaga keasliannya. Kebanyakan bangunan yang memakai langgam tersebut berada pada salah satu kawasan yang memang terdapat banyak bangunan-bangunan tua. Berikut merupakan contoh-contoh bangunan yang memiliki langgam art deco untuk lebih memperjelas keberadaan art deco di Yogyakarta.

Contoh pertama adalah bangunan yang ada pada Jalan Mangkubumi, yaitu Kantor Travel Rosalia Indah. Dari pengamatan terhadap elemen-elemen yang terlihat dari fasadnya, bangunan ini termasuk bangunan Art Deco yang menonjolkan geometris bidang. Kesimpulan ini dapat diambil karena bangunan ini memiliki elemen-elemen khas art deco, seperti adanya menara, penggunaan elemen hiasan pada fasad yang mengambil bentuk dasar persegi empat. Elemen menara merupakan salah satu elemen art deco yang paling menonjol diantara elemen lainnya. Selain itu, detil-detil yang ditampilkan juga memiliki bentuk dasar yang sama dan terus diulang-ulang.

Gambar 13Kantor Travel Rosalia Indah

2KRITIK DESKRIPTIF

6 cincinjempol.wordpress.com

id.wikipedia.org

Page 3: Art Deco Kauman Yogyakarta

Contoh bangunan kedua adalah Toko Jogja Silver yang masih terletak pada jalan yang sama, Jl P. Mangkubumi. Bangunan ini memiliki ciri utama pada menaranya, sama seperti bangunan pada contoh pertama. Hal lain yang dapat memperkuat alasan bahwa bangunan ini merupakan bangunan art deco adalah permainan garis horisontal dan vertikal yang jelas terlihat pada fasad bangunan dan menunjukkan dengan jelas semangat menghias ala art deco.

Contoh ketiga adalah bangunan yang berfungsi sebagai bioskop, yaitu Bioskop Permata yang terletak di Jalan Sultan Agung. Secara umum bangunan ini memiliki bentuk geometri yang sama dengan dua contoh sebelumnya dengan menampilkan geometris bidangnya. Bentuk persegi panjang terdapat di berbagai elemen fasad bangunan, baik dari bentuk keseluruhan hingga ke detail bangunan. Bentuk fasad memiliki unsur ziggurat dan repetisi di hampir seluruh elemen fasad bangunan.

Dari ketiga contoh di atas dapat disimpulkan bahwa bangunan art deco di Yogyakarta masih memiliki satu kesinambungan, dengan unsur geometris bidangnya yang cukup kuat melekat baik itu simetris ataupun asimetris. Selain itu, adanya menara juga menjadi salah satu ciri utama yang sangat menonjol diantara elemen art deco lainnya. Permainan garis-garis vertikal dan horisontal yang diulang-ulang dan dengan pertimbangan

Gambar 14Toko Yogya Silver

Gambar 15 Bioskop Permata

proporsional juga menjadi salah satu ciri khas art deco di Yogyakarta. Pemakaian langgam art deco di kota ini juga mempertimbangkan unsur lokalitas sehingga tidak mengambil mentah-mentah langgam art deco yang telah ada sebelumnya tapi juga melalui sebuah proses akulturasi sehingga dapat menjadi bagian penting dari arsitektur yang ada di kota ini.

2. KRITIK DESKRIPTIF KOPERASI KARYAWAN RS PKU YOGYAKARTA

3KRITIK DESKRIPTIF

Yogyakarta identik dengan Malioboro. Namun tidak semua yang dihadirkan di Malioboro merupakan cermin dari keberagaman kultur Yogyakarta. Menyusuri malioboro ke selatan, akan terdapat beberapa bangunan indis dengan skala yang besar dan megah. Namun, dibalik kemegahan arsitektur indis tersebut, tersembunyi kawasan kauman yang memiliki nilai-nilai kultural yang jauh lebih kental. Kawasan kampung kauman terletak di sekitar Masjid Gedhe Kauman dan memiliki banyak artefak bangunan dengan perpaduan gaya arsitektur yang pernah berkembang di Yogyakarta.

Berjalan ke arah barat, menyusuri Jalan KH Ahmad Dahlan, terdapat deretan bangunan komersial yang cukup ramai. Tepat di seberang RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta, terdapat bangunan yang cukup menonjol dan menarik mata. Dengan wajah tuanya, bangunan ini masih berdiri kokoh ditengah pengaruh perkembangan jaman yang telah mengubah beberapa wajah bangunan di sekitarnya. Bangunan inilah yang nantinya akan dibahas sebagai Bangunan Koperasi Karyawan RS PKU Muhammadiyah yang berlanggam art deco.

Pada mulanya, bangunan ini dimiliki oleh seorang wiraswasta Kauman yang keluarganya juga tinggal di sekitar deretan bangunan di jalan

Gambar 16 Koperasi Karyawan RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta

Page 4: Art Deco Kauman Yogyakarta

KH Ahmad Dahlan tersebut. Bangunan ini didirikan sekitar tahun 40an.Bangunan tersebut dibeli oleh PKU kurang lebih 30 tahun yang lalu.

Dahulu bangunan ini digunakan sebagai toko buku agama dan Al Qur'an dengan nama toko Toha Putra. Setelah menjadi asset RS PKU, melihat aksesnya dari RS PKU yang terhalang jalan raya, bangunan ini difungsikan sebagai bangunan penunjang non medis.

Bangunan ini merupakan tipikal bangunan shophouse pada masa itu, dengan luas terbatas, konstruksi bearing wall, konstruksi kayu pada lantai atas, kuda-kuda kayu dan atap genteng kampung. Fasad bangunan ini merupakan fasad yang umum ditemukan disekitar Kauman. Tipikal ini muncul dari adanya area colonial di seputar 0 KM. Warga Kauman harus melewati bangunan itu untuk menuju ke pasar sehari-hari, sehingga timbul keinginan untuk mengolah bangunannya dengan langgam serupa, yang dianggap bagus dan mutakhir pada masa itu. Maka pada rumah kaum mampu dan berwawasan lingkungan di Kauman, banyak yang mengembangkan aset bangunannya sesuai kemajuan teknologi dan gaya bangunan pada masanya.

Fenomena ini muncul atas latar belakang warga Kauman yang mayoritas memegang prisip

Gambar 17Denah dan tampak bangunan

Muhammadiyah dan berprofesi sebagai wirausaha, sehingga memiliki semangat kreativitas, dinamis, mau mengadaptasi perkembangan terkini, terbuka terhadap kemajuan jaman, dan berpikiran maju (tidak kolot).

Bangunan in i hanya mengalami penambahan atap fiber di void tengah untuk keperluan kemudahan perawatan bangunan. Wacana pengembangan pun hanya seputar penataan area belakang untuk kebutuhan ruang. Fungsi bangunan yang kini berada di bawah pengawasan Bp3 ini dipakai sebagai area parkir pada area depan dan semi-basement, kantor koperasi pada lantai mezzanine, dan gudang pada

7lantai 2.

Semangat menghias ala art deco sudah terlihat pada bagian gavel (tembok yang diteruskan ke atas sehingga menyerupai ‘tameng’ yang menutupi atap dari pandangan). Secara sekilas, pada muka bangunan ini tidak nampak menara yang menjadi salah satu ciri paling kuat dalam langgam art deco. Namun, jika diamati secara seksama, pencitraan menara ini ternyata nampak pada bagian pinggir-pinggir gavel. Penyusunan komposisi cenderung simetris tidak seperti kebanyakan perletakan menara pada bangunan art deco lainnya. Bandingkan dengan bangunan bioskop permata, yang juga memiliki komposisi menara art deco secara simetris, komposisi gavel bangunan koperasi ini juga simetris dan semakin meninggi di bagian tengahnya. Semangat menghias secara geometrik juga dimunculkan dengan adanya tiga garis di tengah gavel.

LORONG VOID

PARKIR VOID RUANG KANTOR KOPERASI

SEMI-BASEMENT

LANTAI 1

LANTAI MEZZANINE

LANTAI 2

PARKIR

Gambar 18Potongan melintang dan membujur bangunan

4KRITIK DESKRIPTIF

7 Wawancara dengan Bapak Ir.Ismudiyanto,MS selaku pengurus

RS PKU Muhammadiyah dan Dosen Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik UGM

Page 5: Art Deco Kauman Yogyakarta

Semangat menghias ini juga nampak pada bagian pintu dan jendela. Pintu dikombinasikan dengan kaca sehingga dapat memasukkan cahaya ke dalam ruangan. Secara fungsional, elemen pintu sudah dapat difungsikan, namun semangat menghias ditunjukkan dengan ornamentasi garis vertikal dimana garis-garis vertikal lebih berfungsi sebagai kesan estetika dan kesan art deco nampak pada garis-garis yang dimunculkan dalam pintu tersebut. Meskipun begitu, jika dibandingkan dengan pintu art deco lainnya, pintu pada bangunan ini tidak memiliki semangat art deco yang kental. Permainan ornamen yang minim dan cenderung masih memenuhi kaedah-kaedah komposisi yang seimbang simetris konvensional, mencirikan semangat menghias yang biasa-biasa saja.

Tidak berbeda jauh dengan elemen pintu, elemen jendela juga memiliki ciri-ciri yang sama dengan ornamentasi pada pintu.

Ornamentasi art deco justru muncul pada bagian atas pintu dan jendela. Bagian ini mungkin bisa disebut tritisan yang meskipun tidak berfungsi baik karena tidak memenuhi panjang trtisan di daerah tropis. Ornamentasi ini muncul

Gambar 19Gavel pada eksterior bangunan

Gambar 20Pintu jendela pada beberapa bagian bangunan

dengan garis-garis horisontal yang kurang memiliki fungsi namun terdapat semangat menghias yang kental.

Tidak berhenti di situ saja, totalitas dalam menghias juga nampak pada area balkon pada eksterior bangunan yang terlihat sangat menonjol. Semangat tersebut sangat terasa pada elemen-elemen penyangga dan railing. Ornamentasi garis geometrik yang simetris masih menghiasi elemen-elemen yang ada.Hal menarik lain yang semakin menguatkan citra art deco nampak pada detail perulangan dan aksen geometris pada hiasan atap yang menyangga tritisan.

Namun sayang, bangunan ini terkesan seperti bangunan kosong yang sudah tidak berpenghuni. Pelataran bangunan digunakan sebagian pedagang kaki lima untuk menggelar barang dagangannya. Kondisi eksterior yang terlihat tidak terawat, “kotor”, kusam dan beberapa tanaman tumbuh secara liar di fasad bangunan semakin menegaskan status bangunan sebagai bangunan tua yang kosong bahkan terkesan angker.

Kesan bangunan kosong ini ternyata memang hanyalah sebuah kesan belaka. Pada

Gambar 21Tritisan pada bagian atas pintu dan jendela

Khusus pada bagian pintu di lantai 2. terdapat beberapa ornamentasi kolom yang sebenarnya t idak berfungsi sebagai kolom. Keberadaan kolom semu tersebut juga dihiasi dengan ornamentasi berbentuk garis dan bidang geometrik.

Gambar 23Kolom semu

Gambar 22Railing

5KRITIK DESKRIPTIF

Page 6: Art Deco Kauman Yogyakarta

kenyataannya, bangunan ini berpenghuni dan digunakan secara rutin setiap harinya. Ya, bangunan ini digunakan oleh RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta sebagai kantor koperasi karyawan dan parkir karyawan. Terdapat pintu di samping yang ternyata tidak terkunci dan dapat digunakan sebagai akses masuk ke dalam bangunan.

Melewati pintu ini, berarti harus melewati sebuah ruang yang melorong terlebih dahulu. Pengab dan gelap menyelimuti ruang ini. Ruang ini akan menghubungkan ruang luar langsung dengan void di tengah bangunan. Seketika juga kesan gelap dan pengab langsung hilang dengan adanya void ini. Sekilas melihat penyusunan ruang yang ada, langsung teringat dengan tipologi bangunan shophouse yang merupakan arsitektur cina.

Denah bangunan cukup rumit dengan hadirnya lantai semi-basement dan lantai mezzanine sehingga menambah ciri khas dari bangunan ini sendiri. Secara keseluruhan, bangunan ini seakan-akan terdiri dari dua massa karena adanya void yang berfungsi untuk memasukkan cahaya dan udara ke dalam bangunan.

Pada bagian lantai 1 (bagian depan) difungsikan sebagai area parkir karyawan RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Pada mulanya, bagian depan ini dipakai sebagai toko buku. Tidak ditemukan jejak-jejak renovasi pada bagian ini. Pilar-pilar tembok setebal 30-45 cm masih berdiri kokoh menegakkan bangunan. Hanya bercak-bercak akibat lembab dan air yang banyak menghiasi dinding-dinding ruangan ini. Kondisi ruang sangat tidak terawat dan terkesan kotor. Bahkan di beberapa bagian, pintu-pintu dan plafon telah hilang. Namun selalu ada terang dalam gelap. Diantara ketidakterawatan ruang

Gambar 24Aksonometri bangunan

ini, masih terdapat bouven light yang nampaknya masih asli dan nampak indah.

Desain bouven light dibuat dengan kombinasi garis-garis horisontal dan vertikal. Seperti halnya elemen lainnya, penyusunan komposisi ornamentasi bouven light cenderung simetris. Kecintaan pemilik awal dengan hal-hal yang simetris bahkan juga diaplikasikan pada pemasangan kaca bouven light. Pemilihan warna kaca dalam satu buah bouven light berbeda-beda, namun dalam penyusunannya, kesimetrisan itu tetap muncul dan semakin menguatkan komposisi estetika simetris konvensional, bagian kanan sama dengan bagian kiri. Tidak ada hakekat yang menyebutkan mana yang lebih baik, komposisi yang simetris atau asimetris, namun komposisi yang baik adalah komposisi yang se imbang. Pada kasus bangunan in i , keseimbangan tersebut banyak dicapai dengan menggunakan kesimetrisan sebagai sumbunya.

Semangat Art Deco t idak hanya ditemukan dengan melihat ke atas saja, namun melihat ke bawah pun tidak lepas dengan semangat itu. Elemen lantai yang menghiasi lantai 1 sarat dengan elemen estetika. Material penutup lantai menggunakan material pilihan dengan ukiran-ukiran yang khas dan sangat tradisional. Bisa jadi, material lantai ini adalah tegel ’kunci’ yang kini harganya selangit. Warna-warni mencolok seperti merah, kuning, biru

Gambar 25Bouven light dengan sumbu simetri (garis merah)

6KRITIK DESKRIPTIF

Page 7: Art Deco Kauman Yogyakarta

menambah semarak penyusunan pola lantai. Semangat art Deco lebih menonjol pada desain pola lantai. Terdapat beberapa corak dan ukuran penutup lantai yang disusun dengan kombinasi horisontal yang menarik. Pemilihan jenis tegel juga digunakan sebagai pembagi ruang-ruang lantai 1 yang ada.

Tegel A merupakan tegel pada ruangan yang ada di depan. Mungkin pada jaman dulunya, ruang ini digunakan untuk display toko buku. Tegel B merupakan ruang tengah dan tegel C merupakan ruang di sekitar area void.

Beralih ke dalam ruang semi-basement. Bisa jadi, ruang ini merupakan ruang yang paling lengang, sepi dan gelap. Hanya ada beberapa buah motor yang diparkir di sana. Selebihnya hanyalah ruang kosong dengan jajaran kolom yang hampir semua kolomnya berbeda ukuran. Entah karena alasan struktural atau estetika yang menyebabkan perbedaan ukuran kolom-kolom tadi. Kerusakan pada bagian tegel dan keretakan pada beberapa bagian menunjukkan betapa rentanya bangunan ini. Tidak terdapat bekas renovasi. Satu-satunya yang paling menonjol adalah jejeran kolom yang mengisi ruang ini. Kolom tidak dibiarkan polos begitu saja. Terdapat beberapa ornamen geometrik yang merupakan perulangan dari ornamen-ornamen yang telah ada sebelumnya. Ornamen vertikal mendominasi bagian kolom. Kemantapan dalam menggunakan prinsip simetris konvensional masih terus diteruskan dalam menyusun ornamen tersebut. Secara estetika, bisa jadi ornamen ini membuat kesan ruang yang lebih tinggi jika melihat ketinggian lantai ke plafon semi-basement hanya setinggi 2,1 m.

A B CGambar 26

Bouven light dengan sumbu simetri (garis merah)

Semangat menghias memang tidak luntur bahkan saat menyentuh bagian struktur bangunan dimana ornamentasi yang ada tidak mempengaruhi aspek struktural yang ada.

Berpindah ke dalam area lantai mezzanine. Suasana ruang yang lagi-lagi berbeda dari ruang-ruang sebelumnya. Warna-warna hangat yang didominasi warna gradasi coklat, merah, kuning menyelimuti ruang ini. Masuk ke dalam ruang inti, dapat dilihat adanya semangat menghias dalam pengerjaan plafon ruangan yang melengkung dan beruas. Bentuk plafon ini seperti gelombang laut yang teratur, cukup mencolok karena bentuk lengkungannya yang kontras diantara detail geometrik lainnya. Pada ruangan lain juga ditemukan list plafon yang berhias. Semangat tinggi dalam memberikan komposisi plafon di tiap ruangan pada bangunan ini juga terlihat dengan adanya beragam penyelesaian plafon yang beragam.

Gambar A adalah plafon pada ruang depan dengan rangka plafon menggunakan kayu (bentuk lurus) yang diekspos. Untuk gambar B menggunakan tambahan plafon dengan bentuk yang berbeda diantara plafond ruang-ruang lainnya. Mungkin dahulunya ruangan ini berfungsi sebagai ruang utama atau bisa dikatakan ruang penting. Untuk gambar C merupakan plafon yang digunakan pada lantai mezzanine yang kini digunakan sebagai ruang kantor koperasi. Rangka plafon pada ruangan ini sangat mencirikan bangunan art deco dengan rangka plafond yang berbentuk lengkung dan diekspos sedemikian rupa sehingga dapat menambah estetika terhadap ruangan tersebut. Berbeda halnya dengan plafond pada lantai semi-basement pada gambar D yang menggunakan beton ekspose dengan cat putih. Namun saat ini Gambar 27

Kolom pada ruang semi-basement

A B

C D

Gambar 27Beragam jenis plafon pada ruang-ruang yang ada

7KRITIK DESKRIPTIF

Page 8: Art Deco Kauman Yogyakarta

ada beberapa bagian yang sudah rusak dan terkelupas sehingga terlihat tulangannya.

Masih di lantai mezzanine. Ruang-ruang dibentuk dengan menggunakan partisi kayu yang memang secara posisi dan material masih asli. Pergantian fungsi dari hunian menjadi kantor koperasi karyawan tidak mengakibatkan adanya renovasi yang merubah tatanan partisi. Partisi menggunakan material kayu dengan beragam ornamen. Ornamen didominasi oleh ornamen jawa yang disusun secara geometrik dan lengkung.

D a l a m k e s e l e r u h a n b a n g u n a n , penggunaan ornamentasi cenderung berulang dengan susunan berbeda atau skala yang berbeda. Ornamen dengan material kayu dan bentuk meruncing sepeti di atas merupakan salah satu ornamen yang banyak terdapat dalam bangunan entah disusun secara melengkung atau geometrik. Ornamen selanjutnya adalah ornamen yang pertama kali ditemukan sebagai hiasan atap. Ornamen ini muncul kembali dalam bentuk balok dan tritisan salah satu desain jendela.

Skema perulangan merupakan skema yang sering digunakan dalam mempresentasikan semangat art deco ke dalam bangunan. Skema ini jelas terlihat dari keseluruhan ornamen yang digunakan dalam menghias elemen-elemen dalam bangunan.

Gambar 28Ornamen jawa dan partisi

Gambar 29Perulangan ornamen

8KRITIK DESKRIPTIF

Menilik sejarah berdirinya bangunan ini, semangat menghias muncul karena pada era 1940an tersebut merupakan tahun-tahun berkembangnya langgam art deco.

Berbeda dengan contoh bangunan-bangunan art deco lainnya, bangunan yang masih bertahan saat diterpa gempa 2006 ini banyak menggunakan kesimetrisan konvensional (kanan=kiri) dalam elemen bangunan bahkan sampai pada ornamen yang terkecil sekalipun. Keseimbangan komposisi dapat dicapai dan memberikan gambaran betapa megah dan formalnya bangunan ini pada masa jayanya dulu.

Akulturasi 3 budaya menjadikan bangunan ini memiliki kekhasannya tersendiri. Arsitektur cina yang muncul dari konfigurasi bangunan shophouse disatukan dengan ornamentasi jawa yang disusun dan dihiaskan dalam balutan semangat art deco. Meskipun terdapat beberapa kesulitan renovasi karena statusnya sebagai bangunan cagar budaya, bangunan ini masih siap berdiri kokoh dan memamerkan wajah tuanya yang sarat dengan kerutan-kerutan art deco yang indah.

id. wikipedia. orgwww.arsitekturindis.comwww.cincinjempol.wordpress.comwww.tabloidrumah.com

DAFTAR PUSTAKA

Page 9: Art Deco Kauman Yogyakarta

DATA BANGUNAN

LETAK

Alamat : Jl. KH Ahmad Dahlan no.21, Yogyakarta

Penghuni : Koperasi RS PKU Muhammadiyah

SEJARAH SINGKAT

Nama pemilik saat ini : RS PKU Muhammadiyah YogyakartaKepemilikan awal/sebelumnya : Wiraswasta, warga Kauman (

)Tahun berdiri : 1940anFungsi awal : Toko Buku Toha PutraFungsi sekarang : Parkir karyawan dan koperasi karyawan RS

PKU Muhammadiyah YogyakartaPerubahan penting/signifikan

-Renovasi : Renovasi lantai dan area dapur-Pemecahan Kepemilikan : --Penghilangan/Penambahan : -

Kondisi bangunan : Masih asli, kurang terawatStatus : Bangunan Cagar Budaya.

nama tidak diketahui

TAMPAK/PERSPEKTIF

DATA FOTO EKSTERIOR

Page 10: Art Deco Kauman Yogyakarta

PINTU

JENDELA

PERLUBANGAN LAIN

Page 11: Art Deco Kauman Yogyakarta

HIASAN ATAP

TALANG DAN CORONG AIR

DETIL ORNAMEN

Page 12: Art Deco Kauman Yogyakarta

LANTAI

PLAFON

Page 13: Art Deco Kauman Yogyakarta

PLAFON PARTISI

Page 14: Art Deco Kauman Yogyakarta

ELEMEN INTERIOR LAIN

Page 15: Art Deco Kauman Yogyakarta

DENAH LANTAI 1

Page 16: Art Deco Kauman Yogyakarta

DENAH MEZZANIN

Page 17: Art Deco Kauman Yogyakarta

DENAH LANTAI 2

Page 18: Art Deco Kauman Yogyakarta

TAMPAK UTARA BANGUNAN

DETAIL PINTU DEPAN

Page 19: Art Deco Kauman Yogyakarta

DETAIL PINTU DAN BOUVEN

DETAIL BOUVEN

DETAIL JENDELA