apendikular abses

24
BAB I PENDAHULUAN Apendiks disebut juga umbai cacing. Organ yang tidak diketahui fungsinya ini sering menimbulkan masalah kesehatan. Peradangan akut apendiks memerlukan tindak bedah segera untuk mencegah komplikasi yang umumnya berbahaya. Apendiks Vermiformis merupakan derivat dan evolusi dari caecum. Pada bayi, apendiks tampak sebagai divertikulum berbentuk seperti kerucut, terletak pada ujung inferior dari caecum. Dengan tumbuh kembang bayi dan perkembangan dari caecum maka apendiks terletak pada sisi kiri dan dorsal + 2,5 cm dari katub ileocaecal. Insidensi apendisitis akut di negara maju lebih tinggi dari pada di negara berkembang. Namun, dalam tiga-empat dasawarsa terakhir kejadiannya menurun secara bermakna. Hal ini diduga disebabkan oleh meningkatnya penggunaan makanan berserat dalam menu sehari-hari. Apendisitis dapat ditemukan pada semua umur, hanya pada anak kurang dari satu tahun jarang dilaporkan. Insidensi tertinggi pada kelompok umur 20-30 tahun, setelah itu menurun. Insidensi pada laki-laki dan perempuan umumnya sebanding, kecuali pada umur 20-30 tahun, insidensi pada pria lebih tinggi. 1,2,3,4 Perforasi apendiks akan mengakibatkan peritonitis purulenta yang ditandai dengan demam tinggi, nyeri 1

Upload: ema-surya-pertiwi

Post on 06-Dec-2014

282 views

Category:

Documents


26 download

TRANSCRIPT

Page 1: apendikular abses

BAB I

PENDAHULUAN

Apendiks disebut juga umbai cacing. Organ yang tidak diketahui fungsinya ini

sering menimbulkan masalah kesehatan. Peradangan akut apendiks memerlukan

tindak bedah segera untuk mencegah komplikasi yang umumnya berbahaya.

Apendiks Vermiformis merupakan derivat dan evolusi dari caecum. Pada bayi,

apendiks tampak sebagai  divertikulum berbentuk seperti kerucut, terletak pada

ujung inferior  dari caecum. Dengan tumbuh kembang bayi dan perkembangan

dari caecum maka apendiks terletak pada sisi kiri dan dorsal + 2,5 cm dari katub

ileocaecal. Insidensi apendisitis akut di negara maju lebih tinggi dari pada di

negara berkembang. Namun, dalam tiga-empat dasawarsa terakhir kejadiannya

menurun secara bermakna. Hal ini diduga disebabkan oleh meningkatnya

penggunaan makanan berserat dalam menu sehari-hari. Apendisitis dapat

ditemukan pada semua umur, hanya pada anak kurang dari satu tahun jarang

dilaporkan. Insidensi tertinggi pada kelompok umur 20-30 tahun, setelah itu

menurun. Insidensi pada laki-laki dan perempuan umumnya sebanding, kecuali

pada umur 20-30 tahun, insidensi pada pria lebih tinggi.1,2,3,4

Perforasi apendiks akan mengakibatkan peritonitis purulenta yang ditandai

dengan demam tinggi, nyeri makin hebat yang meliputi seluruh perut, dan perut

menjadi tegang dan kembung. Appendikular abses merupakan akibat lain dari

perforasi. Teraba masa lunak di abdomen kanan bawah. Seperti tersebut diatas

karena perforasi terjadilah “walling off” (pembentukan dinding) oleh omentum

atau viscera lainnya, sehingga terabalah massa (infiltrat) di regio abdomen kanan

bawah tersebut. Masa mula-mula bisa berupa plegmon, kemudian berkembang

menjadi rongga yang berisi pus.5,6

1

Page 2: apendikular abses

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Apendiks disebut juga umbai cacing. Fungsi organ ini tidak diketahui namun sering

menimbulkan masalah kesehatan. Peradangan akut apendiks memerlukan tindakan

bedah segera untuk mencegah komplikasi yang umumnya berbahaya.1,2

2.2 Anatomi

Apendiks Vermiformis merupakan derivat dan evolusi dari caecum. Pada bayi,

apendiks tampak sebagai  divertikulum berbentuk seperti kerucut, terletak pada

ujung inferior  dari caecum. Dengan tumbuh kembang bayi dan perkembangan dari

caecum maka apendiks terletak pada sisi kiri dan dorsal + 2,5 cm dari katub

ileocaecal.4

Dinding apendiks terdiri dari  semua lapisan  dinding usus,  tiga taenia koli 

membentuk lapisan luar dari lapisan muskulus longitudinal . Pertemuan ketiga

taenia koli merupakan letak basis apendiks dan merupakan petunjuk posisi apendiks.

Posisi basis apendiks dengan caecum adalah konstan, dimana sisi bebas apendiks

ditemukan pada berbagai variasi misalnya: pelvic, retrocaecal, retroileal.4

Jaringan limfoid apendiks mulai tampak  setelah usia 2 minggu setelah lahir. Jumlah

folikel limfoid akan meningkat secara bertahap hingga mencapai puncaknya yaitu

sekitar 200 folikel pada usia 12 – 20 tahun. Setelah umur 30 tahun folikel limfoid ini

akan berkurang setengahnya dan kemudian akan menghilang atau tinggal sisa-

sisanya pada umur 60 tahun.4

Apendiks merupakan organ berbentuk tabung, panjangnya kira-kira 10 cm (beranjak

3-15 cm), dan diameter 0.7 cm. Di pangkal apendiks terdapat valvula apendicularis

(Gerlachi). Lumennya sempit di bagian proksimal dan lebar di bagian distal.

Namun demikian, pada bayi, apendiks berbentuk kerucut, lebar pada pangkalnya

dan menyempit kearah ujungnya. Keadaan ini mungkin menjadi sebab rendahnya

insiden appendisitis pada usia itu. Pada 65% kasus, apendiks terletak intraperitoneal.

2

Page 3: apendikular abses

Kedudukan itu memungkinkan apendiks bergerak dan ruang geraknya bergantung

pada mesoapendiks penggantungnya.3,4

Pada kasus selebihnya apendiks terletak retroperitoneal, yaitu di belakang sekum, di

belakang colon asendens atau di tepi lateral colon asendens. Gejala klinik apendisitis

ditentukan oleh letak apendiks.4

Persarafan parasimpatis berasal dari cabang n.vagus yang mengikuti a. Mesenterica

superior dan a. Apendicularis, sedangkan persarafan simpatis berasal dari n.toracalis

X. Karena itu nyeri visceral pada apendistis bermula disekitar umbilicus.4,5

Perdarahan apendiks berasal dari a.apendicularis yang merupakan arteri tanpa

kolateral. Jika arteri ini tersumbat, misalnya trombosis pada infeksi, apendiks akan

mengalami ganggren.4

2.3 Fisiologi

Apendiks menghasilkan lendir 1-2 ml perhari. Lendir itu secara normal dicurahkan

ke dalam lumen dan selanjutnya mengalir kedalam lumen. Hambatan aliran di

muara apendiks tampaknya berperan pada patogenensis apendisitis.2,3

Imunoglobulin sekretor yang dihasilkan oleh GALT (gut associated lymphoid

tissue) yang terdapat di sepanjang saluran cerna termasuk apendiks, ialah IgA.

Imunoglobulin itu sangat efektif sebagai pelindung terhadap infeksi. Namun

demikian pengangkatan apendiks tidak mempengaruhi sistem imun tubuh sebab

jumlah jaringan limfe disini kecil sekali jika dibandingkan dengan jumlah disaluran

cerna dan seluruh tubuh.2

3

Page 4: apendikular abses

2.4 Apendisitis Akut

A. Epidemiologi

Apendisitis akut atau radang apendiks akut merupakan kasus infeksi

intraabdominal yang sering dijumpai di negara-negara maju, sedangkan pada

negara berkembang jumlahnya lebih sedikit, namun dalam tiga dasawarsa

terakhir menurun secara bermakna. Kejadian ini diduga disebabkan oleh

menurunnya pengkonsumsian makanan berserat dalam menu sehari-hari.2,3

Insiden pada laki-laki dan perempuan umumnya sebanding, kecuali pada usia

20-30 tahun, insiden pada laki-laki lebih tinggi. Apendisitis dapat menyerang

orang dalam berbagai umur, umumnya menyerang orang dengan usia dibawah

40 tahun, khususnya antara 8 sampai 14 tahun, dan sangat jarang terjadi pada

usia dibawah 2 tahun.2,3

B. Etiologi

Apendisitis akut merupakan infeksi bakteria. Apendisitis dapat terjadi karena

berbagai macam penyebab, antara lain obstruksi oleh fecalith, tumor, atau

bahkan oleh cacing (Oxyurus vermicularis), akan tetapi paling sering disebabkan

obstruksi oleh fecalith. Hasil observasi epidemiologi juga menyebutkan bahwa

obstruksi fecalith adalah penyebab terbesar.1,2,4

Penelitian epidemiologi menunjukan peran kebiasaan makan makanan rendah

serat dan pengaruh konstipasi terhadap timbulnya apendisitis. Konstipasi akan

menaikkan tekanan intrasekal. Yang berakibat timbulnya sumbatan fungsional

apendiks dan meningkatnya pertumbuhan kuman flora kolon biasa. Hal ini akan

mempermudah timbulnya apendisitis akut.1,5

C. Patofisiologi

Kapasitas lumen apendiks normal sekitar 0,1 ml, tidak ada lumen yang

sebenarnya. Sekresi 0,5 cc distal dari penyumbatan akan meyebabkan

peningkatan tekanan sekitar 60 cm H2O. Distensi menyebabkan stimulasi

4

Page 5: apendikular abses

serabut syaraf visceral yang menyebabkan rasa kembung, nyeri difus pada

bagian tengah abdomen atau epigastrium bawah.4,5

Distensi terus berlangsung  karena sekresi mukosa yang  terus-menerus  dan

juga karena multiplikasi dari flora normal apendiks. Dengan meningkatnya

tekanan pada apendiks , tekanan vena juga meningkat, sehingga kapiler dan

venule menutup tapi aliran arteriole tetap mengalir sehingga terjadi kongesti dan

pelebaran vaskuler. Distensi ini biasanya menyebabkan reflex muntah, nausea,

dan nyeri visceral semakin bertambah.2

Proses inflamasi terus berlanjut ke lapisan serosa dan ke peritoneum parietal,

yang mana menimbulkan nyeri yang khas, nyeri  berpindah ke kuadran kanan.

Mukosa gastrointestinal  termasuk apendiks sangat rentan terhadap gangguan

aliran darah. Karena kesatuan ini sudah terganggu sejak awal, maka bakteri

dengan mudah masuk ke lapisan yang lebih dalam. Timbulnya demam, takikardi

dan lekositosis karena  absorbsi dari produk jaringan dan endotoksin.

Endotoksin juga merupakan stimulator makrofag untuk memproduksi sitokin

proinflamator (IL1, IL 6, TNF) yang kemudian merangsang sumsum tulang  

dan hepatosit sehingga terjadi peningkatan lekosit  dan  CRP dalam darah .3,5

Ketika distensi sudah mencapai tekanan  arteriole , daerah yang mendapat aliran

darah sedikit, lebih dahulu terkena, yaitu terjadi infark pada daerah

antimesenterial. Jika distensi, invasi bakteri, gangguan aliran darah, dan proses

infark terus berlanjut, terjadilah perforasi. Biasanya perforasi terjadi pada salah

satu area infark pada daerah antimesenterial.3,4,5

Sesuai dengan yang disebutkan diatas, maka pada fase awal apendisitis, mukosa

mengalami inflamasi terlebih dahulu. Kemudian inflamasi ini akan meluas ke

lapisan submukosa, termasuk juga lapisan muskularis dan lapisan serosa pada

waktu 24-48 jam pertama. Usaha pertahanan tubuh adalah membatasi proses

radang dengan menutup apendiks dengan omentum, usus halus, atau adneksa

sehingga terbentuk massa periapendikular yang dikenal dengan istilah infiltrat

apendisitis. Di dalamnya dapat terjadi nekrosis jaringan berupa abses yang dapat

mengalami perforasi. Jika tidak terbentuk abses, apendisitis akan sembuh dan

5

Page 6: apendikular abses

masa apendikuler akan menjadi tenang untuk selanjunya akan mengurai diri

secara lambat.2,4,5

Apendiks yang pernah meradang tidak akan sembuh sempurna tetapi akan

terbentuk jaringan parut yang menyebabkan perlengketan dengan jaringan

sekitarnya. Perlengketan ini dapat menimbulkan keluhan berulang di perut kanan

bawah. Pada suatu ketika organ ini dapat meradang akut lagi dan dinyatakan

sebagai mengalami eksaserbasi akut.1,2

D. Gambaran Klinis

Apendisitis akut sering tampil dengan gejala yang khas yang didasari oleh

radang mendadak umbai cacing yang memberikan tanda setempat, disertai

maupun tidak oleh rangsang peritoneum lokal. Gejala klasik apendisitis

merupakan nyeri visceral di daerah epigastium di sekitar umbilikus. Keluhan ini

sering disertai mual dan kadang ada muntah. Umumnya nafsu makan menurun.

Dalam beberapa jam nyeri akan berpindah ke kanan bawah ke titik Mc.Burney,

disini nyeri akan dirasakan lebih tajam dan lebih jelas letaknya sehingga

merupakan nyeri somatik setempat. Kadang tidak ada nyeri epigastrium tetapi

terdapat konstipasi sehingga penderita merasa memerlukan pencahar. Tindakan

itu dianggap berbahaya karena bisa mempermudah terjadinya perforasi. Bila

terdapat perangsangan peritoneum biasanya pasien mengeluh sakit perut bila

berjalan atau batuk.1,2,3

Bila apendiks terletak retrosekal di luar rongga perut, karena letaknya terlindung

sekum maka tanda nyeri perut kanan bawah tidak begitu jelas dan tidak ada

tanda rangsangan peritoneal. Rasa nyeri lebih ke arah perut sisi kanan atau nyeri

timbul saat berjalan, karena kontraksi otot polos psoas mayor yang menegang

dari dorsal.1,2

Apendiks yang terletak di rongga pelvis, bila meradang, dapat menimbulkan

gejala dan tanda rangsangan sigmoid atau rectum hingga peristaltik meningkat,

pengosongan rectum akan menjadi lebih cepat dan berulang-ulang. Jika apendiks

tadi menempel ke kandung kemih, dapat terjadi peningkatan frekuensi kencing,

6

Page 7: apendikular abses

karena rangsangan dindingnya. Pada beberapa keadaan, apendisitis agak sulit di

diagnosis sehingga tidak ditangani pada waktunya dan terjadi komplikasi.1,2

E. Pemeriksaan

Demam biasanya ringan, dengan suhu sekitar 37,5-38,5 C. Bila suhu lebih

tinggi, mungkin sudah terjadi perforasi. Bisa terjadi perbedaan suhu aksilar dan

rectal sampai 1 C. Pada inspeksi abdomen tidak ditemukan gambaran spesifik.

Kembung sering terlihat pada penderita dengan komplikasi perforasi.

Penonjolan perut kanan bawah bisa dilihat pada massa atau abses apendicular.2,4

Pada palpasi didapatkan nyeri yang terbatas pada regio iliaka kanan, bisa disertai

nyeri lepas. Defans muskuler menunjukan adanya rangsangan peritoneum

parietal. Nyeri tekan perut kanan bawah ini merupakan kunci diagnosis. Pada

penekanan perut kiri bawah akan dirasakan nyeri di perut kanan bawah yang

disebut tanda Rovsing. Pada apendisitis retrosekal atau retroileal diperlukan

palpasi dalam untuk menentukan adanya rasa nyeri. Peristaltik usus sering

normal, peristaltik usus dapat hilang karena ileus paralitik pada peritonitis

generalisata akibat apendisitis perforata. Pemeriksaan colok dubur menyebabkan

7

Page 8: apendikular abses

nyeri bila daerah infeksi bisa dicapai dengan jari telunjuk, misalnya pada

apendisitis pelvika.2,4

Pada apendisitis pelvika tanda perut sering meragukan, maka kunci diagnosis

adalah nyeri terbatas sewaktu dilakukan colok dubur. Pemeriksaan uji psoas dan

uji obturator merupakan pemeriksaan yang lebih ditujukan untuk mengetahui

letak apendiks. Uji psoas dilakukan dengan rangsangan psoas lewat

hiperekstensi atau fleksi aktif. Bila apendiks yang meradang menempel di

m.psoas, tindakan tersebut akan menimbulkan nyeri. Uji obturator digunakan

untuk melihat apakah apendiks yang meradang kontak dengan m.obturator

internus yang merupakan dinding panggul kecil. Dengan gerakan fleksi dan

endorotasi sendi panggul pada posisi terlentang, apendisitis pelvika akan

menimbulkan nyeri.2,4

F. Diagnosis

Apendisitis akut dapat didiagnosis secara klinis dengan anamnesis dan

pemeriksaan fisik. Selayaknya diagnosis sesegera mungkin ditegakkan dan

appendix dapat segera diangkat bila ternyata terjadi appendisitis.2,4

Diagnosis menjadi mudah untuk ditegakkan bila tampak tanda dan gejala dari

apendisitis klasik pada pasien, tanda dan gejala tersebut seperti :

a. Nyeri pada bagian abdominal kurang dari 72 jam;

b. Muntah 1-3 kali;

c. Facial flush;

d. Tenderness pada fossa iliaca kanan;

e. Demam dengan suhu antara 37,3-38,5 °C;

f. Tidak ada bukti terjadi infeksi traktus urinarius pada pemeriksaan urin

dengan mikroskop.

Tanda inflamasi peritoneal bagian fossa iliaca kanan yang berupa rasa nyeri,

sering tidak tampak. Kita perlu untuk menyuruh pasien agar batuk, bila terjadi

inflamasi pada peritoneum parietal maka pasien akan merasakan nyeri. Selain

itu dapat dilakukan rebound tenderness untuk membantu menegakkan

8

Page 9: apendikular abses

diagnosis, yaitu dengan melakukan perkusi pada fossa iliaca kanan, rasa nyeri

akan dirasakan oleh pasien akibat peritonitis.2,4,5

SKOR ALVARADO

Manifestations Value

Symptoms Migration of pain 1

Anorexia 1

Nausea/vomiting 1

Signs Right Lower Quadrant Tenderness 2

Rebound pain 1

Elevated temperature 1

Lab Values Leukocytosis 2

Left Shift 1

Total Points 10

Interpretasi : 5 – 6 : Possible

7 – 8 : Probable

9 – 10 : Very Probable

PEMERIKSAAN RADIOLOGIS

Jika gejala klinis dan nilai laboratorium sudah khas untuk apendisitis, maka

tidak diperlukan konfirmasi radiologis. Gambaran foto polos abdomen  yang

paling sering ditemukan tapi bukan diagnostik untuk apendisitis yaitu  scoliosis

dari vertebra, cekung (concave) ke kanan. Kadang dapat ditemukan gambaran

caecum yang dilatasi dengan air fluid level. Kalsifikasi fecolith dapat ditemukan

pada 10- 15 % kasus , tapi adanya gambaran fecolith tidak patognomonis untuk

apendisitis karena banyak apendiks normal yang telah diangkat terdapat fecolith.

Oleh karena itu foto polos abdomen tidak menolong dalam menegakkan

diagnosa apendisitis.1,2,3

Ultrasonografi sudah luas digunakan dalam mengevaluasi penderita kecurigaan 

apendisitis. Gambaran ultrasonografi pada apendisitis non perforasi yaitu:

9

Page 10: apendikular abses

diameter apendiks > 6 mm, dinding  yang hipoechoic dengan tebal > 2 mm,

fecolith atau cairan yang terlokalisir. Gambaran pada apendisitis perforasi yaitu

target sign dan  struktur tubular dengan adanya lapisan dinding yang hilang

(inhomogen), cairan bebas perivesical atau pericaecal.1,3

G. Diagnosis Banding4,5,6

Abses hepar

Nyeri dan teraba massa di kuadran kanan atas.

Penyakit Crohn

Pada onset aku terjadi nyeri pada abdomen kanan bawah, serangan nyeri

abdomen berulang dan diare yang episodik sehingga terjadi penurunan berat

badan. Disertai gejala ekstraabdomen, artriris, uveitis, iritis.

Diverticulum Meckel

Penyakit ini merupakan kelainan yang memiliki gejala yang sangat mirip

dengan apendisitis akut, hanya letaknya yang lebih ke medial.

Karsinoma caecum

Teraba massa di sebalah kanan, namun pertumbuhan massa lambat dan

sering ditemukan pada orang di atas 40 tahun.

H. Penatalaksanaan Apendisitis

Bila kita mendapati pasien dengan nyeri pada fossa iliaca kanan, pasien itu

memiliki tanda dan gejala lain dari apendisitis dan kita dengan yakin

mendiagnosisnya sebagai apendisitis, maka segera lakukan_appendictomy.

Bila kita mendapati pasien dengan nyeri pada fossa iliaca kanan, namun

belum dapat dipastikan diagnosis dari pasien tersebut apakah apendisitis

atau penyakit lainnya, maka kita harus mereview pasien tersebut secara periodik,

bila perlu pasien kita sarankan untuk rawat inap agar dapat dipantau

perkembangannya dengan baik, bila setelah dipantau masih menimbulkan

keraguan maka kita dapat melakukan pemeriksaan pemeriksaan yang dapat

mendukung diagnosis.5

10

Page 11: apendikular abses

I. Komplikasi

Perforasi

Perforasi baik berupa perforasi bebas maupun perforasi pada apendiks yang

telah mengalami pendindingan sehingga berupa masa yang terdiri dari

kumpulan apendiks, sekum dan keluk usus. Perforasi disertai nyeri abdomen

yang hebat, dan demam yang lebih tinggi. Terjadi pada 20% penderita

terutama usia lanjut. Rasa nyeri bertambah dasyat dan mulai dirasa

menyebar, demam tinggi (rata-rata 38,3 der. C). Jumlah lekosit yang

meninggi > 18.000/mm3 merupakan tanda khas kemungkinan sudah terjadi

perforasi.4,6

Peritonitis

Merupakan komplikasi paling sering (30-45% penderita). Peritonitis lokal

disebabkan karena mikroperforasi dari apendiks gangrenosa dan diblokade

oleh omentum. Bila perforasi berlanjut terjadilah peritonitis generalisata.

Bertambahnya rasa nyeri, defans musculer yang meluas, distensi abdomen,

bahkan ileus paralitik, merupakan gejala-gejala peritonitis umum. Bila

demam makin tinggi dan timbul gejala-gejala sepsis, menunjukkan

peritonitis yang makin berat.4,6

11

Page 12: apendikular abses

Abses / infiltrat

Merupakan akibat lain dari perforasi. Teraba masa lunak di abdomen

kanan bawah. Seperti tersebut diatas karena perforasi terjadilah “walling

off” (pembentukan dinding) oleh omentum atau viscera lainnya,

sehingga terabalah massa (infiltrat) di regio abdomen kanan bawah

tersebut. Masa mula-mula bisa berupa plegmon, kemudian berkembang

menjadi rongga yang berisi pus.4,6

Massa periapendikuler

Massa apendiks terjadi bila apendisitis gangrenosa atau mikroperforasi

ditutupi pendindingan oleh omentum dan atau kerluk usus. Pada massa

periapendikuler yang pendindinganya belum sempurna, dapat terjadi

penyebaran pus ke seluruh rongga peritoneum jika perforasi diikuti

peritonitis purulenta generalisata. Pada massa periapendikuler yang terfiksir

dan pendindingannya sempurna, pada orang dewasa dirawat dahulu dan

diberi antibiotik sambil diawasi suhu tubuh, ukuran massa, serta luasnya

peritonitis. Bila sudah tidak ada demam, massa periapendikuler hilang dan

leukosit normal, penderita boleh pulang dan apendiktomi elektif dapat

dikerjakan 2-3 bulan kemudian agar perdarahan akibat perlengketen dapat

ditekan sekecil mungkin.4,6

Apendisitis perforata

Adanya fekalit di dalam lumen, umur (orang tua atau anak muda), dan

keterlambatan diagnosis merupakan faktor yang berperan dalam terjadinya

perforasi apendiks. Insiden perforasi 60% pada usia diatas 60 tahun. Faktor

yang mempengaruhi tingginya insidens perforasi pada orang tua adalah

gejalanya yang samar, keterlambatan berobat, adanya perubahan anatomi

apendiks berupa penyampitan lumen dan arteriosklerosis. Insidens tinggi

pada anak disebabkan oleh dinding apendiks yang masih tipis, dan kurang

komunikatif sehingga memperpanjang waktu diagnosis dan proses

pendindingan kurang sempurna, akibat perforasi berlangsung cepat dan

omentum anak belum berkembang.4,6

12

Page 13: apendikular abses

2.5 Apendikular Abses

a. Definisi

Merupakan akibat lain dari perforasi. Teraba masa lunak di abdomen kanan

bawah. Seperti tersebut diatas karena perforasi terjadilah “walling off”

(pembentukan dinding) oleh omentum atau viscera lainnya, sehingga terabalah

massa (infiltrat) di regio abdomen kanan bawah tersebut. Masa mula-mula bisa

berupa plegmon, kemudian berkembang menjadi rongga yang berisi pus.

Dengan USG bisa dideteksi adanya bentukan abses ini. Untuk massa atau

infiltrat ini, beberapa ahli menganjurkan antibiotika dulu, setelah 6 minggu

kemudian dilakukan appendektomi. Hal ini untuk menghindari penyebaran

infeksi. Abses apendikular adalah komplikasi apendisitis akut yang merupakan

invasi usus besar oleh bakteri biasanya karena obstruksi.  Abses apendikular

adalah kumpulan nanah akibat perforasi atau pecahnya usus buntu akut

meradang. Nanah tetap terlokalisasi dekat dengan usus buntu, karena adhesi

dinding dibentuk oleh struktur perut sekitarnya. Ini mencegah kebocoran nanah

dan infeksi menyebar ke seluruh rongga peritoneal. Ketika usus buntu menjadi

meradang (usus buntu), komplikasi timbul jika infeksi ini tidak diobati

segera. Pada beberapa pasien, usus buntu dapat menyebabkan gangren usus

buntu. Dalam sebagian besar pasien kumparan usus dan omentum dalam rongga

perut cenderung menutupi usus buntu meradang gangren. Ini membentuk suatu

massa apendikular. Proses supuratif terus dalam massa apendikular dapat

menyebabkan pembentukan abses. Pengembangan abses biasanya mengikuti

pecahnya usus buntu dalam massa apendikular. Abses tetap dibatasi oleh dinding

rongga yang dibentuk oleh gulungan meradang usus, usus buntu dan omentum

dan biasanya terbentuk di perut kanan bawah. Tempat lain dari abses

apendikular berada di panggul dan di belakang usus buntu. Beberapa pasien

dengan apendisitis akut yang secara medis dikelola dengan antibiotik juga dapat

kadang-kadang berkembang menjadi abses apendikular.4,6

b. Tanda dan Gejala

Pasien dengan abses apendikular biasanya memiliki riwayat nyeri kolik hebat di

perut kanan bawah (fossa iliaka kanan) dengan berawa lembut pembengkakan

pada perut kanan bawah. Baca lebih lanjut tentang lokasi nyeri usus

13

Page 14: apendikular abses

buntu . Sebuah demam tinggi dengan menggigil dan kerasnya juga hadir.Gejala

lain mungkin termasuk muntah, sembelit atau kurang sering, diare. Pada

pemeriksaan perut mungkin kaku dan bengkak bisa dirasakan. Ada jenis lain

dari abses di perut yang dapat menimbulkan gejala yang sama di lokasi yang

diberikan.5,6

c. Diagnosis

Diagnosis abses apendikular didasarkan pada gejala klinis, klinis dan

penyelidikan. Pemeriksaan darah lengkap menunjukkan peningkatan jumlah sel

darah putih. X-ray kadang-kadang dapat menunjukkan adanya abses meskipun

USG dan CT scan lebih umum digunakan investigasi radiologi untuk

mengkonfirmasi kehadiran abses dan untuk menilai ukuran abses.4,6

d. Pengobatan

Pasien dengan abses yang lebih besar dari 4 cm dan demam tinggi biasanya

diterapi dengan drainase abses. Drainase dapat dilakukan melalui rektum

(transrectal), melalui vagina (transvaginal) atau melalui kulit (percutaneous)

tergantung pada lokasi. Abses apendikular panggul dikeringkan secara

transrectal atau transvaginal. Beberapa pasien mungkin memerlukan drainase

bedah terbuka (laparotomi). Drainase abses didukung dengan terapi antibiotik.

Pasien dengan abses kecil yang berada dalam kondisi baik dapat dikelola

awalnya dengan antibiotik saja. Pasien menunjukkan tidak ada respon maka

mungkin memerlukan drainase abses. Hal ini untuk menghindari risiko

komplikasi yang berhubungan dengan menjahit dari sekum meradang.

Manajemen yang buruk atau pecahnya abses apendikular dapat menyebabkan

lebih berbahaya infeksi peritoneal umum (peritonitis).5,6

14

Page 15: apendikular abses

BAB III

PENUTUP

Apendikular abses merupakan akibat lain dari perforasi. Teraba masa lunak di abdomen

kanan bawah. Seperti tersebut diatas karena perforasi terjadilah “walling off”

(pembentukan dinding) oleh omentum atau viscera lainnya, sehingga terabalah massa

(infiltrat) di regio abdomen kanan bawah tersebut. Masa mula-mula bisa berupa

plegmon, kemudian berkembang menjadi rongga yang berisi pus. Masa mula-mula bisa

berupa plegmon, kemudian berkembang menjadi rongga yang berisi pus. Dengan USG

bisa dideteksi adanya bentukan abses ini. Untuk massa atau infiltrat ini, beberapa ahli

menganjurkan antibiotika dulu, setelah 6 minggu kemudian dilakukan appendektomi.

Pasien dengan abses apendikular biasanya memiliki riwayat nyeri kolik hebat di perut

kanan bawah (fossa iliaka kanan) dengan berawa lembut pembengkakan pada perut

kanan bawah. Baca lebih lanjut tentang lokasi nyeri usus buntu . Sebuah demam tinggi

dengan menggigil dan kerasnya juga hadir.Gejala lain mungkin termasuk muntah,

sembelit atau kurang sering, diare. Pada pemeriksaan perut mungkin kaku dan bengkak

bisa dirasakan. Ada jenis lain dari abses di perut yang dapat menimbulkan gejala yang

sama di lokasi yang diberikan.1,2,3,4

Pasien dengan abses yang lebih besar dari 4 cm dan demam tinggi biasanya diterapi

dengan drainase abses. Pasien dengan abses kecil yang berada dalam kondisi baik dapat

dikelola awalnya dengan antibiotik saja. Pasien menunjukkan tidak ada respon maka

mungkin memerlukan drainase abses. Hal ini untuk menghindari risiko komplikasi yang

berhubungan dengan menjahit dari sekum meradang. Manajemen yang buruk atau

pecahnya abses apendikular dapat menyebabkan lebih berbahaya infeksi peritoneal

umum (peritonitis).5,6

15