analisis perceptual mapping city car toyota yaris pada persaingan kendaraan city car di surabaya

Upload: johnny-hadi-raharjo

Post on 11-Oct-2015

90 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

is a marketing research for knowing first degree student's perception segment of ideal city car in surabaya

TRANSCRIPT

ANALISIS PERCEPTUAL MAPPING CITY CAR TOYOTA YARIS PADA PERSAINGAN KENDARAAN CITY CAR DI SURABAYA

TESIS

Untuk memenuhi persyaratan mencapai

Derajat Magister Manajemen

Oleh

R. Johnny Hadi Raharjo041143024Program Magister Manajemen

Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas Airlangga

PERNYATAAN

Saya, R. Johnny Hadi Raharjo (041143024), menyatakan bahwa:1. Tesis saya ini adalah asli dan benar-benar hasil karya saya sendiri dan bukan hasil karya orang lain dengan mengatasnakamakan saya, serta bukan merupakan hasil peniruan atau penjiplakan (Plagiarism) dari karya orang lain. Tesis ini belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik di Universitas Airlangga, maupun di perguruan tinggi lainya.2. Dalam tesis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis denga jelas dengan dicantumkan sebagai acuan dengan disebutkan nama pengarang dan dicatumkan dalam daftar pustaka.

3. Pernyataan ini saya buat sebenar-benarnya, dan apabila dikemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah saya peroleh karena karya tulis tesis ini, sanki-sanksi lainnya sesuai norma dan peraturan yang berlaku di Universitas Airlangga.Surabaya, 12 Desember 2013

Yang membuat pernyataan

R. Johnny Hadi RaharjoANALISIS PERCEPTUAL MAPPING CITY CAR TOYOTA YARIS PADA PERSAINGAN KENDARAAN CITY CAR DI SURABAYADiajukan oleh

R. Johnny Hadi Raharjo041143024

Telah Disetujui Oleh:

Pembimbing Utama,

Gancar Candra Premananto, SE, Msi

Tanggal:

Mengetahui,

Ketua Program Studi Magister Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga

Sri Gunawan, DBA

Tanggal:NIP: 196212221987011001

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan ijin dan kuasaNya, karya tulis Tesis ini sebagai syarat untuk mendapatkan gelar Magister Manajemen dapat diselesaikan. Begitu banyak penelitian mengenai pemasaran yang telah dilakukan, akan tetapi sangat sedikit yang mengangkat analisis perceptual mapping sebagai topik penelitian, saya mengangkat topik ini khususnya pada kasus persaingan pasar mobil City Car di Indonesia, khususnya di Surabaya, karena selain sedikitnya peneliti yang mengankat topik dan juga masih banyaknya akademisi yang kurang mau mengeksplorasi metode Multidimensional Scalling (MDS) sebagai metedologi penelitia.

Salah satu lasan topik ini diangkat dikarenakan juga persaingan pasar mobil di indonesia sedang memasuki babak baru, dimana meningkatnya daya beli konsumen Indonesia yang mana memicu akan perubahan kebutuhan serta gaya hidup. Kondisi ini juga didukung oleh semakin banyaknya produsen mobil-mobil non jepang yang hadir dengan menawarkan produk yang berbeda, dimana produk yang berbeda ini ikut mempengaruhi pilihan konsumen, terutama oleh konsumen yang ingin tampil beda dan sudah jenuh dengan dominasi mobil pabrikan Jepang.Begitu banyak kisah dan perjuangan dalam menyusun karya tulis ini, baik yang bersangkutan langsung dengan proses penyusunan karya tulis ini maupun tidak, tetapi dengan rampungnya karya tulis ini telah memberikan kebijaksanaan saya dalam menilai dunia. Tidak lupa saya mengucapkan rasa terima kasih sebesar-besarnya kepada pihak-pihak dan teman-teman yang telah membantu dan menyemangati saya dalam menyelesaikan karya tulis ini.

Penulis,

R, Johnny Hadi RaharjoDAFTAR ISIHalaman JuduliPeryataaniiHalaman Pengesahaniii

Kata pengantarv

Daftar Isivii

Daftar Tabelx

Daftar Gambarxi

Daftar Lampiranxii

Abstrakxiii

Abstracxiv

BAB I. Pendahuluan1

1.1. Latar Belakang11.2. Rumusan Masalah81.3. Tujuan Penelitian81.4. Manfaat Penelitian91.5Batasan Penelitian91.6. Sistematika Tesis9BAB II. Tinjauan Pustaka122.1. Landasan Teori122.1.1. Tinjauan Pemasaran122.1.2. Bauran pemasaran152.1.3. Strategi Pemasaran172.1.3.1 segmenting192.1.3.2. Targeting212.1.3.3. Positioning212.1.3.4. Prosedur Positioning272.1.4. Persepsi Konsumen302.1.5. Hubungan Antar Persepsi Konsumen dan Product Positioning332.1.6. Perceptual Mapping352.1.7. Atribut Produk362.2. Desain Penelitian37BAB III. Metode Penelitian383.1. Pendekatan Penelitian383.2. Identifikasi Variabel383.3. Definisi Operasional Variabel393.4. Metode Pengumpulan Data413.4.1. Jenis dan Sumber Data423.4.2. Prosedur Pengumpulan Data423.5. Populasi dan Sampel433.6. Uji Validitas dan Reabilitas443.7. Teknik Analisis463.7.1 Multidimensional Scalling (MDS)46BAB IV. Gambaran Umum534.1. Sejarah Perusahaan534.2. Sejarah Toyota Yaris584.3. Sejarah Toyota di Indonesia60BAB V. Analisa Dan Pembahasan Hasil Penelitian655.1. Karakteristik Responden655.2. Uji Validitas dan Realibilitas675.3. Analisis Hasil Peta Persepsi (Perceptual Mapping)695.4. Jarak Antar Atribut Dengan Objek Penelitian74BAB VI. Simpulan Dan Saran806.1. Kimpulan806.2. Saran826.3. Keterbatasan Penelitian83Daftar Pustaka85Lampiran89DAFTAR TABEL5.1. Karakteristik Responden665.2. Hasil Uji Validitas675.3. Hasil Uji Realibilitas685.4. Fit Model705.5. Koordinat Masing-Masing Objek725.6. Jarak Antar Atribut Terhadap Objek Penelitian755.7. Atribut Ideal City Car78DAFTAR GAMBAR

1.1. Data Penjualan Mobil Medium City Car Selama Tahun 20123

2.1. Hubungan Positioning Dengan Segmentasi dan Targeting223.1. Conducting Multidimensional Scaling473.2. Input Data From Multidimensional Scaling493.3. Plot of Stress Versus Dimensionality515.1. Peta Persepsi (Percetual Maping)71DAFTAR LAMPIRANLAMPIRAN 1

KOESIONER

LAMPIRAN 2

HASIL VALIDITAS

LAMPIRAN 3

HASIL REALIBILTAS

LAMPIRAN 4

HASIL MDS

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui posisi City Car Toyota Yaris dengan produk pesaingnya berdasarkan persepsi konsumen atas atribut-atribut produk City Car. Metode yang digunakan adalah dengan pendekatan Kuantitatif, dimana pada penelitian ini menggunakan perceptual mapping dengan penilaian berdasarkan atribut diantara beberapa merek yang bersaing dengan Toyota Yaris. Pengumpulan data dilakukan dengan pemberian kuesioner kepada mahasiswa S1 Universitas Airlangga, Surabaya. Data dari koesioner di analisa dengan MDS menunjukan bahwa produk Toyota Yaris hanya memiliki keunggulan di harga jual kembali dari 16 atribut City Car dibandingkan produk pesaing lainnya.Kata Kunci: City Car, Multidimensional Scaling, Perceptual Maping, MDSABSTRACTThis study aims to determine the position of the City Car product of Toyota Yaris with competing products based on consumer perceptions of product attributes. The method used is the quantitative approach, which in this study used perceptual mapping with assessment based on attribute among several brands that compete with the Toyota Yaris. Data collection is done by assigning the students S1 Questionnaire Airlangga University, Surabaya. Data from Questionnaire in the MDS analysis showed that the product of the Toyota Yaris only has an advantage in resale price of 16 attributes City Car compared to other competing products.

Keywords: City Car, Multidimensional Scaling, Perceptual Maping, MDS

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan Negara berkembang dengan jumlah penduduk 240 juta jiwa dengan pertumbuhan ekonomi yang sedang meningkat, seperti yang dikatakan oleh First Asia Capital Analyst, David Nathanael Sutyanto dalam Koran Kontan (8-14/4/2003) dengan tingkat pertumbuhan perekonomian diatas 6% dengan tingkat inflasi sekitar 4,5% dan pendapatan perkapita US$ 3.500, Indonesia memiliki potensi pasar yang besar dengan daya beli masyarakat yang kian menguat, hal ini ditunjukan dengan jumlah kelas menengah sekitar 90 juta orang dan hal tersebut masih akan tumbuh ditahun-tahun mendatang tentunya.. Kalangan menengah adalah kelompok yang gemar berbelanja dan memiliki pendapatan yang memadai untuk mendukung gaya hidupnya tersebut (Teguh, 2013). Dengan meningkatnya jumlah kalangan kelas menengah di Indonesia, meningkat pula kebutuhan akan transportasi, terutama di daerah perkotaan/urban. Hal ini terlihat penjualan mobil di tingkat ASEAN, Indonesia menempati urutan ke-3 setelah Thailand dan Malaysia dalam penjualan mobil terbanyak (Management Research Center UI, 2011).

Menurut data dari Gabungan Industri Kendaraan bermotor Indonesia (Gakindo), penjualan mobil di Indonesia didominasi oleh mobil perkotaan yang kompak / medium City Car (Management Research Center UI, 2011). Penjualan ini dipengaruhi oleh bentuk penyebaran penduduk indonesia, dimana 52% penduduk Indonesia tinggal didaerah perkotaan (Hadiwerdoyo, 2009). Dimana pelebaran atau pembuatan jalan baru juga lebih lambat dibandingkan dengan pertumbuhan industri otomotif sehingga konsumen kini lebih menyukai mobil yang berukuran kecil/City Car (Management Research Center UI, 2011). Berdasarkan hasil wawancara dengan Reindo (Administration Head Auto 2000), City Car adalah mobil dengan bagian belakang miring dengan engsel pintu belakang membuka keatas dimana strukturnya itu mengabungkan ruang bagasi dan penumpang sehingga dapat digunakan secara bersamaan dengan aksesbilitas melalui pintu ketiga atau kelima yang berengsel atas dan mempunyai fitur kursi belakang yang dapat dilipat sehingga memungkinkan fleksibilitas belakang untuk kargo dan penumpang secara bersamaan. Masih menurut Reindo, mobil city car di bagi atas 2 macam berdasarkan Kapasitas mesin (CC/centimeter cubik) yaitu Low yang berkisar di 1000 cc atau kebawahnya dan Medium yang berkisar 1400-1500 cc. Dalam penelitian ini, mobil yang dipakai adalah Medium City Car, karena Toyota Yaris termasuk katagori Jenis ini.Meskipun diyakini akan terus tumbuh pada tahun-tahun yang akan datang, pasar City Car menghadapi banyaknya pemain yang masuk kedalam pasar ini, sehingga memunculkan tingkat persaingan yang semakin ketat untuk memperebutkan porsi kue terbesar. Saat ini pasar city car masih didominasi medium city car asal produsen Jepang, tetapi harus mulai mewaspadai masuknya produsen-produsen mobil dari Korea dan Amerika di pasar Indonesia, terutama medium city car (GAIKINDO). Hal ini terlihat dari laporan penjualan city car selama tahun 2012 kemarin pada tabel 1.1Gambar 1.1. Data penjualan mobil medium city car selama tahun 2012AsalMerekTahun 2010Tahun 2011Tahun 2012

JepangToyota Yaris34%29%46%

JepangHonda Jazz42%40%35%

USAFord Fiesta7%16%1%

KoreaKIA Picanto9%9%13%

KoreaHyundai Grand Avega1%2%4%

JepangSuzuki Swift7%5%2%

Jumlah100%100%100%

Sumber: Gaikindo.org.idDari data diatas mobil asal Jepang masih merajai pasar mobil City Car di Indonesia, tetapi perkembangan mobil asal non-Jepang pun mengalami peningkatan yang cukup tajam dari tahun ke tahun. Sargo (Autobild, 2012) mengatakan peningkatan mobil City Car asal non Jepang di Indonesia cukup pesat, dilihat dengan kenaikan penjualan yang cukup tajam setiap tahunnya walaupun belum didukung oleh infrastruktur jaringan penjualan dan servis yang memadai seperti mobil-mobil asal Jepang, bisa dilihat seperti Kia Picanto berhasil menguasai pasar mobil perkotaan di Yogyakarta dan menjadi pesaing ketat Yaris di Bandung, hal ini akan meningkatkan persaingan pasar mobil nasional apalagi dengan hadirnya mobil-mobil asal Amerika yang menawarkan mobil yang berkualitas dengan harga yang kompetitif dengan mobil asal Jepang. Pasar selalu mengalami perubahan, begitu pula persepsi konsumen, sehingga bila Toyota ingin tetap mempertahankan posisinya sebagai pendominasi pasar mobil perkotaan, Toyota perlu untuk melakukan pemetaan persepsi konsumen yang terbaru atas produknya yaitu Toyota Yaris dan mobil-mobil pesaingnya. Hasil dari pemetaan ini bisa menjadi bahan evaluasi dan perumusan strategi pemasaran kedepan, terutama untuk mempertahankan pasar yang telah dicapainya dari pesaing terdekatnya, yaitu Honda Jazz, seperti yang terlihat pada gambar sebelumnya.Untuk memenangkan persaingan ini, perusahaan harus lebih fokus pada penerapan strategi pemasaran yang tepat dan berkemampuan mempelajari lingkungan pemasarannya dimana sebagai pelaku bisnis, perusahaan memiliki tugas untuk memperhatikan, memahami dan menanggapi secara cepat akan perubahan kebutuhan dan keinginan konsumen agar dapat memenangkan persaingan city car ini.Tahap awal yang dilakukan pemasar dalam memilih pasar dan peluangnya yang akan dipilih menurut Kotler (2007:221) pemasar harus melakukan 3 langkah: mensegmentasi pasar, mengidentifikasi dan membentuk kelompok pembeli yang berbeda-beda yang mungkin akan meminta produk atau bauran tersendiri, penetapan pasar sasaran memilih satu atau lebih segmen pasar yang akan dimasuki dan penetapan posisi dipasar membentuk dan mengkomunikasikan manfaat utama yang membedakan produk didalam pasar.Dengan pemasaran terpilih, perusahaan dapat membagi pasar menjadi kelompok-kelompok yang mempunyai karakterisik dan kebutuhan yang sama, selanjutnya membidik salah satu segmen pasar dimana perusahaan selanjutnya dapat melakukan product positioning strategy untuk menciptakan keunggulan bersaing yang membedakan produk perusahaan dengan produk pesaing lainnya dipasar dan dapat memperoleh posisi tersendiri/unik di benak konsumen.

Dalam memenangkan pasar, perusahaan harus membuat program pemasaran yang tepat dan sesuai dengan tujuan pemasaran agar produk perusahaan memiliki citra atau image merek (produk) yang sesuai dengan keinginan konsumen, sehingga produk tersebut dapat diterima dan diingat oleh benak konsumen. Seperti yang dikatakan oleh Tjiptono (2007:108) strategi penempatan produk (product positioning strategy) adalah suatu tindakan merancang produk dan bauran pemasaran agar dapat tercipta suatu kesan tertentu di benak konsumen. Maka dalam dalam melakukan positioning manfaat-manfaat utama atau keunggulan yang dimiliki produk harus dikomunikasikan secara tepat kepada sasaan pemasaran.Efektifitas atau keberhasilan dari strategi penempatan produk (product positioning strategy) dapat diukur dari kesesuaian antara persepsi konsumen atas apa yang ditawarkan oleh perusahaan. Penting untuk diketahui bagaimana persepsi konsumen mengenai produk yang ditawarkan, kunci utama keberhasilan penempatan (positioning) terletak pada persepsi yang telah ditentukan oleh perusahaan, tetapi persepsi, citra dan posisi suatu perusahaan atau produk dapat juga dipengaruhi juga oleh para pesaing dan pelanggan. Setelah perusahaan menetapkan sasaran pasar maka selanjutnya adalah melakukan strategi positioning pada pasar yang akan dimasuki.

Positioning merupakan salah satu tahapan pemasaran yang penting dalam upaya merancang strategi pemasaran menarik perhatian konsumen agar mau membeli atau mempergunakan produk yang ditawarkan oleh perusahaan. Seperti yang dikatakan oleh Kotler (2007:341) positioning adalah tindakan merancang tawaran dan citra perusahaan sehingga menempati suatu posisi yang membedakan (dibenak pesaing) dibenak konsumen yang menjadi sasarannya. Hal ini juga senada dengan pernyataan Kasali (2001:527) positioning merupakan strategi komunikasi untuk memasuki jendela otak konsumen agar produk atau merek atau nama anda mengandung arti tertentu yang dalam beberapa segi mencerminkan keunggulan terhadap produk/merek/nama lain dalam bentuk asosiatif.Menurut Tjiptono (2008:225-226) dalam menciptakan keunggulan bersaing agar dapat memposisikan diri dalam benak konsumen diperlukan positioning yang tepat untuk suatu produk, dan pemasar harus dapat mengkomunikasikan serta memberikan manfaat-manfaat tertentu yang dibutuhkan pasar yang dituju.

Saat ini di pasar nasional city car masih dikuasai oleh seri Yaris dari Toyota, menurut Reindo, Toyota Yaris pertama kali masuk ke Indonesia pada tahun 2006 dan di posisikan untuk kalangan anak muda urban, akan tetapi dalam perkembangan selama 7 tahun ini konsumen pengguna Yaris dari kalangan anak muda hanya mencakupi 70%, sedangkan sisanya bukan berasal dari anak muda, seperti ibu rumah tangga, orang tua, dan pasangan yang baru muda. Oleh karena itu menurut Sales supervisior Auto 2000, bapak Dayu, sampai saat ini PT. Auto 2000 masih belum memiliki bagaimana posisi terbaru mobil Toyota Yaris dibenak konsumen, setelah 7 tahun yang di yakini telah bergeser dari posisi awalnya produk itu diperuntukan. Hal ini dapat mengeksplorasi kemungkinan perluasan pangsa pasar dengan menggarap segmen diluar target segmen awalnya, yaitu anak muda urban Dan mencari tahu persepsi dari segmen yang menjadi target penjualan produk ini yaitu kalangan anak muda.Untuk mengetahui posisi mobil Toyota Yaris di benak konsumen dapat dilakukan melalui Perceptual Mapping yang dihasilkan dengan alat bantu Multidimensional Scaling (MDS). Multidimensional Scaling (MDS) adalah sebuah prosedur untuk menggambarkan persepsi dan refrensi responden dalam sebuah dispalay/tampilan (Malhotra, 2010:349). Peta gambaran atau mapping yang dihasilkan pada penelitian ini akan menggambarkan posisi masing-masing merek mobil city car di benak konsumennya. Dari hasil Pemetaan ini bisa menjadi dasar bagi pemasar untuk dapat mengevaluasi keunggulan dan kelemahan mobil city car Toyota Yaris dan juga pada merek lain yang diteliti. Berdasarkan hal diatas, maka penelitian ini akan melakukan perceptual mapping mobil City car di Surabaya. Produk kendaraan City Car yang menjadi fokus pada penelitian ini, dengan merek Toyota Yaris, Honda Jazz, KIA Picanto, Hyundai Avega dan Ford Fiesta, Peneliti mengunakan merek-merek ini karena merek ini sebagai pemain yang cukup dominan menguasai pangsa pasar di Indonesia. Penelitian ini akan menggunakan responden dari mahasiswa S1 yang belum memiliki mobil City Car di Surabaya, hal ini dilakukan untuk mengurangi subjektifitas penliaian karena atas salah satu merek, karena telah memiliki produk dari salah satu merek dan mereka merupakan konsumen potensial dimasa yang akan datang bagi produk City Car. Hasil dari penelitian ini akan menawarkan suatu pengetahuan bagi Auto 2000 mengenai posisi mobil City Car dan dengan informasi itu dapat diformalisasikan strategi pemasaran yang tepat.1.2 Rumusan MasalahBerdasarkan pembahasan latar belakang sebelumnya, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah, bagaimanakah posisi Toyota Yaris diantara produk-produk pesaingnya berdasarkan atribut-atribut produk yang ditawarkan.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Perceptual Mapping Scalling mobil City Car di Surabaya berdasarkan atribut-atribut produk yang ditawarkan pada konsumen di Surabaya sehingga Toyota Yaris dapat mengevaluasi Strategi pemasaran yang dipakainya.1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini akan bermanfaat bagi peneliti sendiri yaitu memberikan kasanah keilmuan dan sense terhadap bidang keilmuan yang peneliti tekuni. Sedangkan bagi perusahaan ditempat peneliti melakukan penelitian, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan berupa kajian sebagain dasar untuk merumuskan strategi pemasaran yang tepat dalam rangka memenangkan persaingan penjualan produk City Car di kota Surabaya.1.5 Batasan Penelitian

Objek penelitian ini dibatasi pada konsumen dari mahasiswa S1 Universitas Airlangga Surabaya yang belum memiliki Kendaraan City Car, sedangkan merek yang digunakan dalam penelitian ini hanya dibatasi pada lima merek tertentu yaitu Toyota Yaris, Honda Jazz, Fors Fiesta, KIA Picanto dan Hyundai Avega.

1.6 Sistematika Penulisan

Penulisan tesis ini terdiri dari enam bab, dengan pembahasan sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan latar belakang penulisan tesis dan fenomena yang mendasari penulisan tesis tersebut. Secara lebih detail dirumuskan permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II :TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi tentang landasan secara teoritis yang relevan yang mendasari penelitian berikut pembahasannya. Mencakup konsep-konsep, argumentasi-argumentasi sebagai justifikasi dari tesis ini. Penelitian-penelitian lain juga diuraikan dalam bab ini, selanjutnya diungkapkan persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaannya untuk dievaluasi secara kritis.BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini berisi landasan logis atas pendekatan yang dipakai dalam penelitian, juga berisi pengungkapan metode penelitian, metode pengumpulan data, jenis dan sumber data, dan teknik analisis.

BAB IV : GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

Bab ini berisi gambaran umum perusahaan yang dijadikan objek dalam penelitian. Gambaran umum ini mencakup profil perusahaan yaitu sejarah, visi-misi, struktur organisasi, keadaan perusahaan pada waktu penelitian dilaksanakan, dan fenomena yang terjadi.

BAB V : ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Bab ini menjelaskan hasil penelitian dan pembahasannya dengan cara penalaran yang logis. Mengacu pada hasil simulasi dengan software Arena akan diketahui model yang paling optimal dan berikutnya dengan cost-benefit analysis, diketahui keuntungan dari sistem operasional kepelabuhan tersebut.BAB VI : SIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi kesimpulan hasil penelitian dan saran-saran atas temuan yang didapat dalam penelitian, dan anjuran untuk penelitian lanjutan.

BAB II

TIJAUAN PUSTAKA2.1 Landasan Teori

2.1.1 Tinjauan Pemasaran

pemasaran adalah suatu proses sosial yang didalamnyan individu dan kelompoknya mendapatkan apa yang dibutuhkan dan diinginkan dengan menciptakan, menawarkan dan secara bebas menukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain. Kotler (2007) menjelaskan bahwa pemasaran adalah proses perencanaan dan pelaksanaan pemikiran, penetapkan harga, promosi, serta penyaluran gagasan, barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang memenui sasaran individu dan organisasi.ada tujuh fungsi dasar dari pemasaran, yaitu:

1. Customer service analisys

pemeriksaan dan pengujian akan kebutuhan, keinginan konsumen, yang melibatkan survey terhadap konsumen, evaluasi strategi positioning perusahaan, mengembangkan constumer profile dan menentukan strategi segmentasi pasar yang paling optimal.2. Selling produk/services

Kesuksesan suatu strategi biasanya diukur dari kemampuan organisasi menjual produknya, termasuk di dalamnya adalah aktifiktas pemasaran seperti iklan, promosi penjualan, publisitas, personal selling, manajemen penjualan, hubungan dengan konsumen dan distributor. Menentukan strength dan weakness penjualan pada kegiatan pemasaran adalah bagian yang paling penting ketika dilskukan audit manajemen stratejik internal.3. Rancangan produk dan servis

Perencanaan produk dan jasa penting ketika perusahaan hendak melakukan pengembangan atau disertivikasi produk, diperlukan test market, produk dan brand positioning. Perancanaan garansi, kemasan, opsi produk, product features, model produk dan kualitas produk. Alat yang paling efektif ketika melakukan perencanaan tersebut adalah dengan test market yang akan memberikan organnisasi perencanaan alternatif test market, yang dan meramalkan perkiraan penjualan pada masa yang akan dating pasa produk yang ajan diluncurkan.4. Pricing Dalam menentukam harga ada empat factor yang mrmprngaruhi keputusan pricing yaitu konsumen, pemerintah, pemasok, dan pesaing.

5. Distribution

Distribusi termasuk didalamnya adalah penyimpanan di gudang, saluran distribusi, rentang distribusi, lokasi penjualan eceran, wilayah penjualan, transportasi, pedagang besar dan eceran. Distribusi menjadi sangat penting ketika perusahaan berusaha mengimplementasikan pengembangan produk atau strategi forward integration. Kebanyakan penyedia barang atau tidak menjual langsung produknya pada konsumen tetapi melalui perantara.

Perantara muncul karena banyak penyedia baarang dan jasa tidak mempunyai jaringan dalam memasarkan produknya dan kekurangan dana membangun saluran bisnisnya sendiri, padahal di satu pihak penyedia barang atau jasa yang mampu menjual barangnya langsung pada konsumen akhir bias mendapatkan keuntungan berupa ekspansi dan memperluas jaringan operasionalnya selain dari margin. Perusahaan yang berhasil, harus mampu mengindentifikasikan dan mengevaluasi cara alternatif untuk mendapatkan pasar mayor baik melalui penjualan besar hingga eceran, selain itu perusahaan harus memotivasi dan mengendalikan saluran distribusinya dan kebutuhan untuk beradaptasi terhadap perubahaan pada masa yang akan datang. Ketika perusahaan sudah menetapkan saluran distribusi yang dipilihnya maka jalinan kerjasama tersebut biasanya akan berlangsung lama.6. Marketing researchMarketing research adalah sistematis pengumpulan, pencatatan dan analisa data mengenai permasalahan yang berkaitan denagan pemasaran produk. Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai strength dan weakness yang kritis. Aktifitas penelitian mendukung semua aktifitas fungsional utama sebuah perusahaan. Perusahaan yang mempunyai skill dalam marketing research, mempunyai strength menggunakan strategic generic ketika terjasdi perubahan,7. Opportunity analysis Termssuk dalam kategori ini adalah menganalisis biaya, analisis keuntungan dan resiko yang berhubungan dengan keputusan pemasaran. Tiga langkah yang dibutuhkan untuk menampilkan analisis cost/benefit antara lain:

a) Menghitung total biaya yang diasosiasikan dengan keputusan yang diambil

b) Mengestimasi total benefit dari keputusan yang diambil tersebut.

c) Membanfingkan total biaya dengan total benefit.

Jiks total benefit melebihi total biaya, maka ada opportunity yang bias dipertimbangkan. Terkandang variabel yang terkandung dalam analisis cost/benefit tidak dapat diukur dengan angka tetapi dengan perkiraan yang masuk akal dapat dipergunakan.

2.1.2 Bauran Pemasaran

salah satu unsur dalam strategi pemasaran terpadu adalah bauran pemasaran, yang merupakan strategi yang dijalan kan perusahaan, yang berkaitan dengan penetuan, bagaimana perusahaan menyajikan penawaran produk pada satu segmen pasar tertentu, yang merupakan sasaran pasarnya. Marketing mix merupakan kombinasi variabel atau kegiatan yang merupakan inti dari sitem pemasaran, variable mana yang dikendalikan oleh perusahaan untuk mempengaruhi tanggapan konsumen dalam pasar sasaranya. Variabel atau kegiatan tersebut perlu dikombinasikan dan dikoordinasikan oleh perusahaan seefektif mungkin, dalam melakukan kegiatan pemasaranya. Dengan demikian perusahaan tidak hanya sekedar memilki kombinasi kegiatan yang terbaik saja, melainkan dapat menkoordinasikan berbagai variable marketing mix tersebut untuk melaksanakan program pemasaran secara efektif, Stanton (1991) pengertian marketing mix adalah istilah yang dipakai untuk menjelaskan kombinasi empat besar pembentuk inti dari system pemasaran sebuah organisasi. Keempat unsur tersebut adalah penawaran produk atau jasa, struktur harag, kegiatan promosi dan sistem distribusi. Keempat unsur atau variabel bauran pemasaran (marketing mix) tersebut atau yang disebut four Ps yaitu:1. Product

2. Price

3. Place

4. Promotion

marketing mix yang dijalankan harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi perusahaan. Disamping itu marketing mix merupakan perpaduan dari factor-faktor yang dapat dikendalikan perusahaan untuk mepermudah buying decision. Selain itu, beberpa unsur tambahan ditambahkan kedalam sebuah sistem pemasaran yakni unsur layanan customer service, people dan process (Payne, 2001). Ketiga unsur tersebut diperlukan karena sat ini, konsumen semakin tinggi menuntut tingkat layanan jasa yang berkualitas. Layanan berkualitas dipengaruhi oleh pekerja atau operator yang melakukan, dalam hal ini disebut people. Dan proses adalah suatau kesatuan prosedur, mekanisme dan kebiasaan dimana jasa layanan diciptakan dan disampaikan ke pelanggan.Keberhasilan suatu proses penciptaan layanan dan penyampaia, tergantung pada 3 hal utama, yaitu proses secara internal dalam membangun kualitas karyawan, proses eksternal meliputi pengelolaan perusahaan perusahaan terhadap price, place, product dan promotion. Kemudia proses ketiga yaitu proses pemasaran secara interaktif yang akan menunjukan bagaimana kemampuan karyawan dalam berinteraksi dengan pelanggan serta dapat menunjukan profesionalisme perusahaan.

2.1.3 Strategi Pemasaran

Potter (2007) mengatakn bahwa setiap perusahaan yang bersaing dalam sebuah industri harus mempunyai strategi bersaing, baik secara eksplisit maupun implisit. Strategi ini mungkin dikembangka secara ekplisit melalui proses perencanaan atau mungkin juga telah berkembang secara implisit melalui berbagai kegiatan dari berbagi departemen fungsional perusahaan. Strategi diperlukan untuk memastikan bahwa setidaknya kebijakan dari depatemen fungsional akan terkoordinasi dan terarah pada tujuan bersama perusahaan. Oleh karena itu berdasarkan strategi besar perusahaan harus memilki strategi pemasaran yang kompetitif untuk bersaing dan unggul dalan bersaing.

Saat ini banyak perusahaan menyadari bahwa mereka tidak dapat memenuhi keinginan semua pasar, atau setidaknya tidak bagi semua pemebeli dengan cara yang sama. Untuk itu perusahaan harus merancang strategi pemasaran yang digerakan oleh pelanggan dan menbangun hubungan yang tepat dengan pelanggan yang tepat (Kotler dan Amstrong, 2008:224).

Strategi merupakan suatu pola fundamental dari tujuan-tujuan saat ini dan yang direncanakan, sumber daya yang digunakan dan interaksi organisasi dengan pasar, pesaing dan faktor-faktor lingkungan lainnya (Walker, 2003). Dalam pemasaran, strategi bertugas merebut pangsa pasar yang terdiri dari segmentasi mapping dan penentuan target (fitting). Keduanya merupakan proses internal yang berada dalam tahap awal, namun marketing war sebenarnya adalah memperebutkan ruang dalam benak pelanggan (positioning) dimana positioning harus sesuai dengan segmen yang ditetapkan dan target yang dituju (Kertajaya, 2004).

Kotler dan Amstrong (2008:58) menyatakan bahwa strategi pemasaran merupakan logika pemasaran diamana perusahaan berharap untuk menciptakan nilai pelanggan dan mencapai hubungan yang menguntungkan. Perusahaan memutuskan pelanggan mana yang akan dilayani (segmentasi dan penetapan target) dan bagaimana cara perusahaan melayaninya (difrensiasi dan positioning). Dengan kata lain strategi pemasaran terdiri dari 3 aktivitas yang menbentuk satu kesatuan STP dan membentuk tahapan dalam strategi pemasaran.2.1.3.1 Segmenting

segmentasi merupakan proses mengkotak-kotakan pasar (yang heterogen) ke dalam kelompok-kelompok konsumen potensial yang memiliki kesamaan kebutuhan dan atau kesamaan karakter yang memiliki respon yang sama dalam menbelanjakan uangnya.

Tujuan utama dari segmentasi adalah melayani konsumen lebih baik dan memperbaiki kompetitif perusahaan, serta meningkatkan penjualan, memperbaiki pangsa pasar, melakukan komunikasi dan promosi yang lebih baik dan memperkuat citra. Secara umum segmentasi bermanfaat untuk meningkatkan posisi kompetisi perusahaan dan membedakan pelayanan yang lebih baik kepada konsumen.

Kasali (2003) juga melihat bahwa ada 5 manfaat segmentasi. Kelima manfaatnya adalah mendesai produk-produk yang lebih responsive terhadap pasar, menganalisa pasar, menemukan peluang, menguasai pasar yang superior dan kompetitif, menentukan strategi komunikasi yang efektif dan efesien.

Kasali (2003) menyatakan ada 2 pendekatan utama segmentasi yaitu pendekatan a-priori dan post-hoc.

Pendekatan a-prioriPendekatan a-priori adalah pendekatan yang dilakukan sebelum suatu penelitian dilakukan, dimana penelitian sudah mengelompokan pasar berdasarkan geografis, demografis, gaya hidupp, sosial-budaya, mafaat dan lain sebagainya.

Pendekatan post-hocPendekatan post-hoc adalah pendekatan yang tidak mengelompokan pasar sebelum data dikumpulkan dan dianalisis. Segmen dibuat setelah data dikumpulkan dan dianalisis sesuai dengan atribut-atribut yang dianggap penting oleh peneliti. Pendekatan post-hoc adalah pendekatan yang berorientasi pada riset dan dikembangkan untik produk-produk spesifik pada suatu jangka waktu tertentu.

Menurut Weinstein (1994) pengelompokan pendekatan segmentasi yang lebih lengkap meliputi geografi, demografi, sosio-ekonomi, psikografi, kegunaan, manfaat dan prilaku. Berdasarkan pendekatan tersebut pendekatan segmentasi prilaku (behaviour) yang terdiri dari psikograf, kegunaan produk, manfaat, persepsi, prefensi, konsep imej, media exposure dan faktor pemasaran adalah salah satu pendekatan yang direkomendasikan untik membanguan strategi positioning.

Secara sederhana, dalam segmentasi apriori peneliti mengatakan bahwa saya sudah tahu segmen-segmen yang sudah ada. Sedangkan dalam Post-hoc, peneliti mengatakan saya membiarkan data konsumen menunjukan segmen-segmen yang ada.2.1.3.2 Targeting

Targeting dalam konteks STP (segmenting, targeting dan positioning) berhubungan erat dengan adanya media yang dapat digunakan untuk menjangkau kelompok atau segmen baru. Menurut Kasali (2003) targeting mempunyai dua fungsi sekaligus yaitu menyeleksi pasar yang disasar sesuai dengan kriteria-kriteria tertentu (selecting) dan menjangkau pasar sasaran tersebut (reaching) untuk mengkomunikasikan diri.

2.1.3.3 Positioning

Menurut Kotler (2001) positioning adalah tindakan yang dilakukan pemasar untuk membuat citra produk dan hal-hal yang ingin ditawarkan kepada pasarnya berhasil memperoleh posisi yang jelas dan mengandung arti dalam benak konsumen sasaranya. Positioning bagi perusahaan adalah sebagai tindakan yang dilakukan oleh pemasar untuk membangun citra dan hal-hal yang ingin ditawarkan kepada pasarnya memperoleh posisi yang jelas dan mengandung arti dalam benak konsumen sasarannya. Positioning juga merupakan bagian dari strategi pemsaran dalam prinsip utama marketing bersama dengan targeting dan segmenting, seperti yang terlihat pada gambar dibawah ini.Gambar 2.1 Hubungan Positioning dengan Segmentasi dan targeting

Sumber: Kotler, Amstrong, Principles of Marketing, 2001. P. 245

Sedangkan menurut Simamora (2001) Positioning diartikan sebagai proses mendesain tawaran dan citra produk, sehingga menempati posisi yang berbeda dan berarti di benak konsumen secara relatif dibandingkan produk pesaing. Positioning juga dapat juga diartikan aebagai pendapat pertama atau apa yang timbul seketika dalam benak konsumen ketika mereka memikirkan sebuah produk.

Jadi positioning bukan sesuatu yang dilakukan terhadap produk akan tetapi sesuatu yang dilakukan terhadap calon pelanggan. Strategi ini berhubungan dengan alam kognitif konsumen yaitu bagaimana konsumen menempatkan produk yang ditawarkan dalam otaknya, sehingga calon konsumen memiliki peniliaian tertentu dan mengidentifikasikan dirinya dengan produk tersebut.

Dalam konteks pemasaran, positioning merupakan cara produk, merek atau organisasi dipersepsikan secara relatif dibandingkan dengan pesaing oleh pelanggan saat ini maupun calon pelanggan. Bila posisi produk merupakan cara sebuah produk dipersepsikan, maka istilah positioning mengandung makna sebagai tindakan merancang penawaran dan citra perusahaan dalam rangaka meraih tempat khusus dan unik dalam benak pasar sasaran sedemikian rupa sehingga dipersepsikan lebih unggul dan unik dalam benak pasar sasaran sedemikian rupa sehingga dipersepsikan lebih unggul dibandingkan para pesaing. Untuk menciptakan keunggulan bersaing agar dapat dapat memposisikan diri dalam benak konsumen diperlukan strategi positioning yang tepat dan pemasar harus dapat mengkomunikasikan serta memberikan manfaat-manfaat tertentu yang dibutuhkan pasar sasaran (Tjiptono, 2008:225-226).

Menurut Ries dan Trout (2003: 506), positioning bukanlah strategi produk, tetapi strategi komunikasi dengan sasaran mind game. Positioning perlu untuk dilakukan karena kebanyakan keunggulan bersaing hanya berlangsung dalam waktu singkat. Kotler (2004) mendefinisikan Positioning sebagai reason of being, yaitu bagaimana menjelaskan identitas dan kepribadian perusahaan perusahaan di benak pelanggan sehingga dapat merebut kepercayaan pelanggan. Kunci utama keberhasilan positioning terletak pada persepsi yang diciptakan. Positioning adalah strategi komunikasi yang dilakukan untuk menjembatani produk dengan calon konsumen, komunikasi berhubungan dengan atribut-atribut yang secara fisik maupun non-fisik melekat pada produk.

Positioning bersifat dinamis karena sebagai strategi yang harus terus dievaluasi, dikembangkan, dipelihara dan dibesarkan.

positioning berhubungan dengan event marketing, karena positioning berhubungan dengan citra dibenak konsumen, maka harus mengembangkan strategi marketing public relations (MPR) memlalui event marketing yang dipilih sesuai dengan karakter produk. Positioning berhubungan dengan atribut-atribut produk, konsumen pada dasarnya tidak membeli produk, tetapi mengkombinasikan atribut-atribut yang ditonjolkan produsen dalam positioning.

Tjiptono (2008:39) menyembutkan bahwa pemosisian bisa dibedakan menjadi physical positioning dan perceptual positioning. Physical positioning didasarkan pada karakteristik fisik objektif seperti harga, berat, volume, ukuran fisik, kapasitas memori, konsumsi bahan bakar, daya tampung dan seterusnya. Sebaliknya perceptual positioning lebih menekankan aspek penilaian subjektifkonsumen terhadap faktor-faktor selain karakteristik fisik pada produk atau jasa seperti opini orang lain, cara produk dipresentasikan, pengalaman masa lalu terhadap produk. Pada perceptual positioning ini, produk-produk yang secara fisik sama, mungkin sekali dipersepsikan berbeda dikarenakan penilaian subjektif. Berdasarkan dua jenis positioning ini, Kotler dan Keller (2006) menyatakan bahwa atribut perceptual harus sesalu dipertimbangkan dalam strategi pemosisian semua macam produk. Hal ini dikarenakan karakter fisik produk yang berefar dipasaran saat ini cendrung sama atau mirip saru sama yang lainnya.

Perilaku manusia menurut konsep psikologi kognitif akan bereaksi terhadao suatu informasi tertentu yang diawali oleh kesadaran rasional mengenai lingkungannya. Proses sensasi terhadap panca indra akan memberikan informasi ke dalam otak, lalu proses berpikir (cognition) melibatkan sesuatu yang disebut persepsi. Persepsi itulah yang menjadi dasar dan pusat perhatian para ahli positioning. Suatu perusahaan dapat menentukan posisinya melalui persepsi pelanggan terhadap produknya dan produk pesaingnya sehingga akan menghasilkan peta persepsi (perceptual map).

Dengan menggunakan peta persepsi itulah dapat dikenali berbagai strategi penentuan posisi menurut Smimamora (2001(, diantaranya:

1. Atribut positioning. Ini terjadi saat perusahaan memposisikan diri melalui atributnya, misalnya ukuran, lama kehadiran, rasa, dan lain-lainya, contohnya Fuji Film diklaim sebagai film berwarna yang paling lengkap.2. Benefit posotioning. Produk diposisikan sebagai pemimpin dalam manfaat tertentu. Misalnya merek mobil Toyota Avanza diklaim sebagai mobil keluraga yang paling ekonimis.

3. Use/aplication positioning. produk diklaim sebagai yang terbaik untuk penggunaan tertentu. Misalnya, merek mobil Mitsubishi Pajero sebagai mobil segala medan yang tangguh.

4. User positioning. merupakan klaim bahwa produk sebagai yang terbaik untuk kalangan pemakai tertentu. Contoh susu Anlene adalah susu yang cocok untuk wanita paruh baya.

5. Competitot positioning. produk diposisikan sebagai yang terbaik dibanding pesaingnya dalam hal tertentu. Contoh Pepsi Cola dilaik memiliki botol lebih besar dengan harga yang relatif sama dibandingkan pesaingnya.

6. Quality/Price Positioning. Produk diposisikan memberikan nilai paling besar karena harga murah dengan kualitas lebih baik. Sebgai contoh, obat nyamuk Hit dopromosikan sabagahi obat nyamuk dengan harga lebih murah dan kualitasnya lebih baik dari pesaing.2.1.3.4 Prosedur Positioning

Positioning sekarang menjadi pusat kegiatan dalam pemasaran moderen, dengan menyediakan jembatan antara perusahaan dengan konsumen yang ditargetkan, menggambarkan kepada konsumen bagaimana perusahaan menwarakan sesuatu yang berbeda dengan pesaingnya. Positioning menjadi desain nyata untuk menciptakan companys image, sehingga konsumen yang ditergetkan memahami dimana perusahaan berdiri diantara pesaingnya. Menurut Tjiptono (2008:41), prosedur sistematis dalam memposisikan sebuah produk dalam benak konsumen baik untuk produk fisik maupun produk jasa, pasar domestik maupu pasar internasional serta produk baru maupun produk yang sudah ada, adalah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi serangkaian produk kompetitif relevan yang melayani pasar yang disasar. Pengindentifikasian dapat dilakukan pada level katagori produk yang menelaah persepsi pelanggan terhadap tipe-tipe produk yang mereka nilai saling bersubtitusi dalam rangka memuaskan kebutuhan dasar yang sama dan level lini, produk dan merek yang berguna memahami secara mendalam daya tarik merek-merek yang ada bagi pelanggan, memposisikan produk atau merek baru, mereposisikan produk atau merek yang sudah ada dan mengidentifikasikan peluang-peluang kompetitif baru.2. Mengidentifikasi serangkaian atribut determinan yang menentukan product space lokasi penawaran produk atribut saat ini. Positioning dapat didasarkan pada sejumlah atribut diantaranya fitur, manfaat, parentage (mencakup siapa saja yang membuatnya), proses pemanufakturan, bahan, edorsmen, perbandingan, pro-lingkungan dan harga/kualitas. Atribut determinan dapat dipilih berdasarkan kriteria berikut:a) Importance, yakni atribut tersebut harus memberikan manfaat bernilai tinggi bagi sejumlah signifikan pelanggan (segmen spesifik).b) Distinctive dan pre-emptive, yakni atribut bersangkutan tidak dapat dilakukan dengan baik oleh para pesaing.c) Superior, yakni atribut bersangkutan harus mampu memberikan cara superior bagi konsumen dalam mendapatkan manfaat produk.d) Communicable, yakni atribut bersangkutan harus dikomunikasikan kepada pelanggan dan dipahami dengan baik oleh mereka.e) Affrodable, yakni pelanggan sasaran mampu menbayar keunggulan dan keunikan atribut bersangkutan.f) Profitable, yakni atribut bersangkutan bisa ditawarkan dengan harga sepadan yang bisa memberikan laba bagi perusahaan.3. Mengumpulkan data mengenai persepsi pelanggan terhadap produk-produk yang ada dalam competitive set berdasarkan atribut determinan. Pengumpulan data dapat dilakukan melalui bebrapa riset yakni kualitatif atau kuantitatif.4. Menganalisis posisi saat ini untuk produk-produk yang berada dalam competitive set. Penganalisaan posisi untuk memberikan informasi penting menyangkut peluang bagi produk baru atau reposisi produk yang sudah ada sebelumnya.5. Menentukan kombinasi atribut yang paling disuki pelanggan. Terdapatbeberapa cara mengukur prefensi konsumen dan memasukannya kedalam pemosisian, yaitu meminta responden mendiskripsikan merek atau produk ideal dalam katagori produk yang diteliti dan menanyakan kepada respondententang tingkat kemiripan antar merek dan tingkat prefensi mereka terhadap setiap merek.6. Menelaah keselarasan antara prefensi segmen pasar dan posisi produk saat ini (marketing positioning). salah satu kriteria penting dalam menentukan segmen pasar adalah variasi manfaat yang dicari para pelanggan yang berbeda-beda. Dengan identifikasi prefensi konsumen setiap segmen berbeda danpersepsi konsumen terhadap posisi merek-merek, pemasar dapat memahami sejumlah hal, diantaranya kekuatan kompetitif masing-masing merek dalam segmen yang dilayani dan peluang meraih posisi unik dalam segmen sasaran spesifik.7. Merancang positioning statement atau value proposition untuk memandu pengembangan dan pengimplementasian strategi pemasaran. Positioning statement merupakan pernyataan ringkas yang mengidentifikasikan pasar yang disasar bagi produk atau jasa perusahaan, katagori produk sebagai arena bersaing produk atau jasa bersangkutan dan manfaat unik yang ditawarkan produk atau jasa dimaksud. Sedangkan value proposition merupakan ekplisit menyangkut apa yang dilakukan produk bagi pelanggan dan biasanya meliputi pula informasi tentang penetapan harga dibandingkan para pesaing.2.1.4 Persepsi konsumen

Konsep positioning berhubungan erat dengan bagaimana konsumen memproses informasi. Didalam otaknya manusia memproses informasi dari proses berpikir yang melibatkan sesuatu yang disebut denga persepsi. Persepsi inilah yang menjadi pusat perhatian para ahli positioning (Kasali, 2003).

Ada berbagai macam pendapat tentang persepsi yang serupa dan saling melengkapi. Persepsi diidentifikasikan sebagai proses yang dilakukan individu untuk memilih, mengatur dan menafsirkan stimuli menjadi sesuatu yang bermakna (Schiffman dan Kanuk 2008:137). Persepsi konsumenlebih bersifat subjektif, tergantung pada apa yang dijadikan sebagai dasar penilaian terhadap produk tersebut karena tidak semua konsumen memiliki pengetahuan lengkap mengenai kondisi produk.

Suryani (2008:96) mengatakan, jika konsumenmempersepsikan bahwa suatu produk mempunyai keunggulan yang berbeda dengan produk yang lain dan keunggulan itu sangat berarti bagi konsumen, maka konsumen akan memilih produk tersebut, meskipun produk tersebut relatif mirip dengan yang lainnya. Oleh karena itu ada keyakinan bahwa persepsi lebih penting dari realitas sehingga bagaimana konsumen menilai sebuah kualitas suatu jasa sangat ditentukan oleh persepsinya.Lebih lanjut Suryani (2008:112-121) menyatakan, persepsi terbentuk dari serangkaian informasi dan atribut yang berkaitan dengan produk atau jasa. Informasi dan atribut tersebut bisa bersifat intristik yang terkait langsung dengan produk seperti warna, ukuan dan lain-lain, yang bersifat eksintrik yang tidak berkait langsung dengan produk sepertipenempatan merek, harga, citra, layanan atau pesan promosi/iklan. Persepsi juga dapat berperan penting terutama pada aplikasi dalam pengimplementasikan:a) Citra perusahaan

Citra perusahaan mempunyai peranan besar dalam mempengaruhi pengambilan keputusan konsumen. Ketika konsumen tidak mempunyai informasi yang lengkap tentang produk dan merek, maka konsumen akan menggunakan citra perusahaan sebagai dasar dalam memilih produk.

b) Citra merek

Citra merek umunya diidentifikasikan segala hal yang terkait dengan merek yang ada di benak ingatan konsumen. Citra merek mempresentasikan keseluruhan persepsi konsumen terhadap merek yang terbentuk karena informasi dan pengalaman konsumen terhadap suatu merek.

c) Persepsi terhadap resiko

Pada proses pembelian, konsumen akan mempertimbangkan resiko yang akan terjadi. Resiko yang dipersepsikan ini akan didasarkan pada banyak pertimbangan yang bersumber dari informasi dan pengalaman terkait. Resiko yang didefinisikan sebagai ketidak pastian yang dihadapi konsumen ketika mereka tidak mampu melihat kemungkinan yang akan terjadi dari keputusan pembelian yang dilakukan. Mowen dan Minor (2002) menjelaskanada 6 jenis resiko yang dipersepsikan oleh konsumen, yaitu: resiko keuangan, psikologis, fisiologis, sosial dan waktu.

d) Persepsi terhadap kualitas

Konsumen secara langsung atau tidak langsung akan memberikan penilian terhadap jasa yang akan dibelinya atau yang pernah dikonsumsinya. Evaluasi dilakukan berdasarkan penilaian keseluruhan antara apa yang diterima dan dialami dibandingkan dengan apa yang diharapkan. Terdapat layanan yang diterima dan layanan yang diharapkan.

Menurut Kasali (2003), mengutip pertanyaan Mowen, persepsi sebagai suatu proses dimana individu-individu terekspos oleh informasi, menyediakan kapasitas prosesor yang lebih luas dan mengintrepretasikan informasi tersebut. Persepsi penting untuk mengukur jasa. Pengehtahuan akan pilihan konsumen terhadap suatu produk sangat bermanfaat untuk membangun strategi positioning.

2.1.5 Hubunagn antar Persepsi Konsumen dan Product Positioning

Kesusaian antara persepsi konsumen dengan product positioning perusahaan adalah suati ukuran keberhasilan dari product positioning strategy yang sesuai dengan fungsi dari product positioning itu sendiri. Fungsi product positioning adalah untuk mengantur dan mengkordinir program-program pemasaran, guna memberikan kesatuan pandangn terhadap keunggulan suatu produk dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan segmen yang dituju. Assael (1992:555) dalam bukunya menyatakan bahwa product positioning is a strategy designed to communicated product benefit to meet consumer need. In addition, the success of positioning strategies depends on how the target segmented react to the marketing strategies direct to them.

Persepsi konsumen dapat diukur dengan meminta bantuan kepada konsumenuntuk menilai antribut-atribut produk dengan menggunakan skala yang sesuai dengan pendapat mereka, yang menggambarkan persepsi konsumen. Apabila konsumen mempunyai persepsi seperti yang diharapkan perusahaan, maka dapat dikatakan product positioning strategy perusahaan telah berhasil mempengaruhi penjualannya. Sehingga dapat dikatakan pula apabila suatu produk sudah memenuhi kebutuhan dan kepuasan keinginan atas produk yang ditawarkan, maka produk tersebut telah sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen. Schiffman dan Kanuk (1991:170) menjelaskan keberhasilan product positioning yang dijalankan adalah sebagai berikut the result of successful positioning strategy is a distinctive brand image on witch consumers rely in making product choice, consumers rely more on the product image in making purchase decision.

Dengan melihat peran persepsi terhadap product positioning, maka pemasar harus meperhatikan rangsangan-rangsangan yang akan diberikan dalam melakukan product positioning, sehingga akan mendapatkan persepsi yang lebih baik pada diri konsumen.

2.1.6 Perceptual Mapping

untuk mengentahui posisi produk/merek perusahaan dalam benak konsumen, dapat dilakukan dengan pengukuran persepsi konsumen melalui perceptual maping. McDaniel dan Gates (1996:16) perceptual maping mapping didefinisikan sebagai representasi visual dari persepsi konsumen terhadap suatu produk, merek, perusahaan atau suatu objek lain dalam dua dimensi atai lebih. Hasil perceptual mapping menunjukan bagaimana posisi produk atau jasa yang dikaji berdasarkan atribut-atribut tertentu dan dapat memberikan informasi kepada perusahaan mengenai gambaran posisi produk atau merek perusahaan mereka dibandingkan dengan pesaing. Dengan demikian pada gambar dua dimensi, beberapa hal dalam perceptual mapping dapat diketahui, yakni:1. Posisi relatif antar objek. Berdasarkan informasi ini dua objek yang memiliki jarak terdekat dikatakan memiliki tingkat kemiripan dan kedekatan yang tinggi berdasarkan atribut yang diamati, dibandingkan dengan objek yang memiliki jarak lebih jauh.

2. Hubungan antar atribut, dari informasi ini akan diketahui mengenai hubungan linier (korelasi) antar atribut serta tingkat kepentingan suatu atribut yang didasarkan pada keragamannya (variance).

2.1.7 Atribut Produk

Atribut adalah sebuah karakteristik yang khusus atau pembeda dari penampilan perusahaan/merek pesaing . sedangkan atribut produk merupakan karakteristik yang melekat pada produk tersebut. Ada dua tipe yang berbeda pada atribut produk yakni atribut berwujud yang merupakan karakteristik fisik produk dan atribut abstrak yang merupakan karakteristik subjektif menurut pandangan konsumen, seperti kualitas produk dan sebagainya. Atribut produk dapat menjadi faktor utama yang mempengaruhi keputusan konsumen untuk membeli sebuah produk (Peter dan Olson, 2006)

Kotler (2003:347) menyatakan bahwa atribut produk adalah suatu komponen yang merupakan sifat-sifat suatu produk yang menjamin agar produk tersebut dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan yang diterapkan oleh pembeli. Yeung dan Soman (2005) menatakan konsumen biasanya melakukan evaluasi terhadap atribut produk sesuai dengan nilai-nilai yang ada padanya atau keyakinannya maupun pengalaman sebelumnya dan kesusaian atribut produk dengan harapan konsumen akan meningkatkan kesetiaan maupun komitmen merek.

Atribut produk menjadi faktor yang sangat penting untuk konsumendalam membuat keputusan berdasarkan citra produk atau posisi produk di benaknya yang merupakan hasil penilaian berdasarkan atribut produk. Dengan atribut produk, secara langsung maupun tidak langsung konsumen memposisikan suatu produk memiliki keunggulan lebih didalam pikiran dibandingkan dengan produk lainnya (Keegan: 2002: 347). Kotler (2005:226) menyatakan bahwa konsumen dapat bersikap berbeda-beda dalam melihat atribut-atribut produk yang dianggap relevan dan menonjol. Mereka akan memberikan perhatian paling banyak pada atribut yang menberikan manfaat yang dicari.

Atribut produk merupakan salah satu faktor produk yang menentukan tinggi rendahnya nilai dari suatu produk yang dirancang oleh perusahaan. Kemampuan manajemen untuk meletakan posisi produk melalui atribut produk yang dimiliki secara tepat di pasar merupakan salah satu faktor penentu kesuksesan suatu produk dipasaran (Simamora, 2001:147).2.2 Desain Penelitian

BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan pendekatan dekriptif, dimana analisis penelitian menggunakan teknik analisis multidimensional scalling (MDS untuk mengetahui posisi persaingan antar mobil City Car Toyota Yaris dengan hasil pemetaan posisi atau perceptial mapping).

Pengumpulan informasi dan data penelitian dilakukan dengan melalui survey lapangan dan dengan kuesioner terstruktur.

3.2 Identifikasi Variabel

sebelum melakuna penelitian utnuk menjawab tujuan tertentu, terlebih dahulu dilakuakan identifikasi variabel yang dapat dugunakan untuk mengukur posisi posisi City Car dari Toyota Yaris di Surabaya. Variabel ini akan digunakan dalam menganalisa peta posisi atau perceptual mapping.

Menurut Zainuddin (1999) variabel merupakan operasionalisasi dari suatu konsep atau faktor yang dapat menunjukan variasi. Selain itu variabel juga diidentifikasikan sebagai karakter yang akan diobservasi dari unit pengamatan. Variabel dalam penelitian merupakan suatu atribut dari sekelompok objek penelitian yang memiliki variasi satu objek dengan objek yang lain dalam kelompok tersebut.

Berdasarkan penelitian CDMI (2013) dalam bukunya berjudul Studi Potensi Bisnis Industri Otomotif Indonesia 2012-2017, terdapat 6 atribut yang dijadikan prefensi dalam pemilihan mobil di Indonesia. Berikut adalah variabel yang digunakan dalam penelitian ini untuk melakukan analisa positioning produk City Car:1. Tampilan eksterior/desain mobil2. Kenyamanan saat berkendara3. Kelancaraan saat berkendara4. Fitur Keamanan kendaraan5. Konsumsi bahan bakar6. Citra merek7. Harga3.3 Definisi Operational Variabel

sebuah penelitian memerlukan variabel dan definisi terhadap variabel yang dugunakan dalam penelitian untuk memberikan instrumen dalam proses pengambilan data (Zainuddin, 1999). Definisi dari masing-masing variable yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Tampilan eksterior/desain mobil

Tampilan fisik atau rancang bangun dari mobil yang didesain seperti memiliki tampilan sporty/trendy, elegan, mewah, klasik, futuristik.2. Kenyamanan saat berkendara

Adanya fitur yang bersifat fungsional yang memberikan kenyamanan penggunaan kendaraan baik pengendara maupun penumpang seperti desain tempat duduk, fitur pendukung yang bersifat fungsional (seperti laci, tempat minum, sistem audio, dsb), ruang mobil yang lapang. Kenyamanan mobil dapat diukur dari kelapangan ruang mobil, banyaknya fitur mobil yang ditawarkan, dan desain tempat duduk yang ergonomis.3. Kelancaraan saat berkendara

Adalah fitur teknologi yang memudahkan seseorang dalam mengendarai kendaraan mobil, seperti sistem driving cruise, sistem perpindahan gigi kecepatan, sistem peredam kejut kendaraan, dsb dapat diukur dengan kemudahan dalam menjalankan kendaraan, dan dapat dikontrolnya mobil.

4. Fitur Keamanan kendaraan

Adanya fitur teknologi yang menawarkan fungsi keamanan seperti kantung udara, sistem pengereman yang dipakai, dapat diukur dengan kelengkapan fitur teknologi keamanan yang ditawarkan/digunakan oleh mobil. Apakah mobil ini memiliki fitur keamanan berkendara yang memadai.5. Konsumsi bahan bakar

Besarnya pemakaian bahan bakar oleh mesin dalam menjalankan mobil. Dapat diukur dengan kapasitas mesin mobil, tingkat keiritan dalam konsumsi bahan bakar.6. Citra merekSegala hal yang terkait dengan merek yang ada di benak ingatan konsumen. Citra merek mempresentasikan keseluruhan persepsi konsumen terhadap merek yang terbentuk karena informasi dan pengalaman konsumen terhadap suatu merek. Apakah citra merek mobil itu sesuai dengan pribadi saya.

7. Harga

Nilai besaran uang atau nilai yang dikeluarkan atau yang didapat dalam memiliki suatu produk, seperti sepadan harga atau unag yang dikeluarkan untuk mendapatkan kualitas produk yang ditawarkan, dan besarnya nilai jual kembali produk yang telah dimiliki sebelumnya.3.4 Metode Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini melalui metode sebagai berikut:

3.4.1 Jenis dan Sumber Data

Dalam penelitian ini menggunakan dua sumber data yaitu data primer. Ditinjau dari data penelitian menggunakan data primer dari laporan kuesioner konsumen yang dipilih sebagai sampel dimana penelitian ini akan menggunakan persepsi responden atas item-item yang diberikan. Dimana sumber data primer digunakan untuk menentukan nilai-nilai variabel prediksi maupun nilai variabel observasi dari masing-masing unit sampel yang digunakan pada penelitian ini. 3.4.2 Prosedur Pengumpulan DataTeknik pengambilan sampelnya adalah menggunakan teknik convenience sampling, yaitu pengambilan sampel atas elemen-elemen populasi yang dapat bekerja sama dan mudah dijangkau oleh peneliti (Logo, 2005). Survey akan dilakukan pada mahasiswa S1, dalam melakukan survei penelitian akan men-screening sebelum memberikan kuisioner pertanyaan, yaitu dengan memastikan dengan bertanya kepada responden apakah responden memiliki kendaraan City Car?, bila responden menjawab tidak maka akan dilanjutkan dengan memberikan kuisioner dan pertanyaan berikutnya apakah responden mengetahui produk-produk yang dijadikan dalam penelitian ini, bila responden kurang mengetahui produk yang dijadikan objek penelitian maka Peneliti akan memberikan brosur dari merek-merek yang jadi objek penelitian, hal itu dilakukan untuk mempermudah respoden untuk mengevaluasi dan mengisi kuisioner.Menurut Sugiono (2007:76), agar tidak menghasilkan jumlah minimal maka proyeksi jumlah sampel penelitian yaitu sebesar 100 sampel karena jumlah yang besar dapat membantu peningkatan akurasi dari estimasi perhitungan. Untuk mencapai jumlah sampel penelitian, maka kuisioner yang disebarkan sebanyak 100 kuisioner, karena dikhawatirkan ada kuisioner yang tidak kembali / pengisiannya tidak lengkap.3.5 Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah konsumen yang belum memiliki mobil city car dan konsumen yang mengetahui ke enam produk yang dijadikan objek penelitian di Surabaya dan sekitarnya, akan tetapi penelitian ini tidak dilakukan terhadap keseluruhan populasi akan tetapi hanya sebagian yang akan diambil sebagai sampel penelitan melalui metode pendekatan non Probability purposive sampling, dimana kemungkinan atau seseorang untuk terpilih menjadi sampel tidak diketahui (Rahayu, 2005). Purposive sampling adalah pemilihan sampel berdasarkan kriteria yang sudah diterapkan oleh peneliti agar sesuai dengan tujuan dari penelitiannya (Rahayu, 2005). Dalam penelitian ini peneliti membutuhkan responden dari mahasiswa S1 yang belum memiliki mobil City Car, jumlah respoden yang digunakan berjumlah 100 responden sebagai sampling, jumlah tersebut sudah sesuai standar penelitian untuk mencapai hasil penelitian yang dapat diandalkan (Sekaran, 2006).

3.6 Uji Validitas dan Realibilitas

Kuisioner sebagai alat pengumpul data merupakan instrumen utama yang harus diuji terlebih dahulu kesahian (validitas) dan kehandalannya (reliabilitas). Adapun uji validitas dan reliabilitas dalam penelitian ini akan dijelaskan berikut ini:

a)Validitas (Validity)

Uji validitas adalah kemampuan suatu skala untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Instrument yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur, yang meliputi validitas konstruksi (construction validity) dan validitas isi (content validity). Rumus uji validitas seperti berikut ini :

Dimana :

rxy= koefisien korelasi

x

= skor butir pertanyaan

y

= nilai sub total atribut

N

= jumlah dataPengujian validitas menggunakan teknik analisa korelasi product moment, yang biasanya syarat minimum untuk dianggap memenuhi syarat adalah jika r = 0,3. Jadi jika korelasi antara butir dengan skor total lebih dari 0,3 maka butir dalam instrument tersebut dinyatakan valid.b)Reliabilitas (Reliability)

Uji reliabilitas adalah derajat dimana pengukuran bebas dari kesalahan acak dapat memberikan hasil yang konsisten. Instrument yang baik tidak akan bersifat tendensius mengarahkan responden untuk memilih jawaban-jawaban tertentu. Instrument yang dapat dipercaya akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga, maka berapa kalipun diambil tetap akan sama. Untuk memperoleh indeks reliabilitas digunakan rumus :

Dimana :

= reliabilitas instrument

= rxy indeks korelasi antara dua belahan instrumentData analisis mempergunakan teknik koefisien Alpha Cronbach dengan bantuan program komputer SPSS for Research dengan ketentuan bahwa jika koefisien alpha lebih besar dari 0,60 maka butir pertanyaan dinyatakan reliabel.3.7 Teknik Analisis

teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini diharapkan mampu menghasilkan hasil yang sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu menunjukan posisi pasar masing-masing merek dagang mobil City car di Surabaya. Oleh karena itu teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Multi Dimensional Scaling (MDS) dengan perceptual maping.3.7.1 Multi Dimensional Scaling (MDS)Menurut Maholtra (20120:350) Multi Dimensional Scaling adalah prosedur yang menggambarkan persepsi dan preferensi konsumen dalam sebuah tampilan. MDS banyak digunakan dalam riset pemasaran dengan berbagai tujuan, yaitu:1. Mengidentifikasikan jumlah dan sifat dimensi-dimensi yang digunakan konsumen untuk mempersepsikan berbagai meek yang ada di pasar.

2. Mengidentifikasi posisi dari merek-merek yang ada saat ini pada dimensi-dimensi tersebut.

3. Mengidentifikasi positioning atau posisi yang menunjukan poin ideal/Ideal point dari merek-merek pada dimensi tersebut.

MDS menciptakan diskripsi ruang tentang persepsi responden terkait dengan sebuah produk atau jasa yang diamati. MDS sering digunakan untuk membantu penelitian memahami konstruk yang sulit diukur secara langsung. Dengan menggunaka metode ini juga dapat menggambarkan secara lebih jelas atribut-atribut yang berdekatan dan berjauhan dalam sebuah sebuah sajian visual karena atribut-atribut yang memiliki posisi yang sama akan saling berdekatan titik-titiknya dan atribut yang memiliki posisi berbeda akan saling berjauhan titik-titiknya (Cooper dan Emory, 1995).

Maholtra (2010:351-358) mengatakan langkah-langkah dalam MDS terdiri dari 6 langkah, yaitu:Gambar 3.1.Conducting Multi Dimensional Scaling

Sumber: Naresh K, Maholtra, Marketing Research an Applied Orientation 1996, P. 6721. Formulasi Masalah (Formulating the problem)

Formasi masalah mengharuskan penelitian menetapkan secara spesifik maksud digunakan hasil MDS dan memilih merek atau stimuli lain untuk dimasukkan kedalam analisis. Untuk memperoleh Spatial maps yang baik, merek atau stimuli yang dipilih maksimum 25 objek. Apabila melebihi jumlah 25 akan menyebabkan ketidak pastian dan melelahkan responden dalam pengisian kuesioner yang diajukan. Dalam penelitian diambil 6 merek mobil City Car sesuai dengan tujuan penelitian untuk memetakan persepsi pengguna mobil city car di Surabaya.2. Memperoleh Data Input: data persepsi dan prefensi (Obtaining Data Input)

Data input berupa persepsi dapat diperoleh dengan dua pendekatan, yaitu:

a. Direct Approaces: responden diminta untuk menilai kesamaan dan ketidak samaan dari berbagai merek mobil city car atau stimuli berdasarkan kriteria mereka sendiri. Dalam hal ini responden akan merangking seluruh pasang merek city car atau stimuli yang mungkin dalam bentuk kesamaan (similarity) dengan metode skala Likert.

b. Derived Approaches: responden diminta untuk menilai merek city car atau stimuli berdasarkan atribut-atribut tertentu yang diidentifikasi dengaan menggunakan skala Likert atau perbedaan semantic. Data input berupa preferensi pada umumnya dapat diperoleh dengan mengurutkan pilihan objek dari yang paling disukai sampai dengan yang paling tidak disukai.Gambar 3.2.Input data for Multidimensional Scaling

Sumber: Naresh K, Maholtra, Marketing Research an Applied Orientation, 1997, P. 673

3. Memilih Prosedur MDS (selecting an MDS procedure)

Procedure MDS dapat berupa non-metric dan metric mengasumsikan bahwa input data adalah ordinal, outputnya berupa data metric. Jarak yang digambarkan dalam peta diasumsikan sebagai skala interval. Sedangkan prosedur MDS metric mengasumsikan bahwa input data adalah metric dan outputnya juga berupa data metric. Menurut Maholtra (1996:701) bahwa prosedur dengan menggunakan data metric maupun non-metric akan memberikan hal yang sama. Dalam penelitian ini digunakan prosedur MDS non-metric, denganinput data berupa skala Likert.4. Menentukan Jumlah Dimensi yang Dipakai (Deciding on the number of dimension)

Nilai stress digunakan sebagai fungsi untuk menentukan jumlah dimensi yang akan dipakai. Salah satu cara yang disaranakan oleh Maholtra (1996:701) adalah menggunakan Elbow Criterion: a plot stress versus dimensionality used in MDS. The point as wich on elbow or sharp bend accurs indicate an appropriate dimensionality dimana titik dalam plot ini biasanya membentuk pola convex (cekung). Titik yang berada pada siku mengindikasikan sejumlah dimensi yang sesuai. Jumlah dimensi yang dipakai dalam penelitian ini adalah Tiga Dimensi. Gambar 3.3Plot of stress Versus Dimensionality

Sumber: Naresh K, Maholtra, marketing Research an Applied Orientation, 1996:702

5. Memberikan Label atau nama pada dimensi (labeling the dimensions and interpreting the configuration)

Pemberian nama pada dimensi diperlukan untuk mengetahui atribut-atribut yang diwakili masing-masing dimensi. Teknik teknik yang digunakan adalah dengan melihat jarak atribut-atribut, dari yang terdekat dengan yang terjauh dari setiap dimensi berdasarkan koordinat dari masing-masing atribut.6. Menentukan validitas dan realibilitas (assessing the realiability and validity)

Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Menentukan index of fit atau R-square yang dihitung dengan prosedur Multi Dimensional Scaling. Dimana R-square (squared correlation index) merupakan korelasi kuadrat yang mengukur seberapa baik model MDS sesuai input data. Bias juga dianggap sebagai tolak ukur untuk mengetahui seberapa besar efektifitas model MDS dalam mengolah data input yang dianalisa dengan model ini. Sebagai patokan nilai 0.60 atau lebih dianggap cukup. Semakin tinggi R-square-nya berarti semakin layak.

b. Nilai stress juga mengindikasikan kualitas penyelesaian MDS. R-square digunakan untuk mengukur goodness-of-fit (kecocokan), sedangkan stress untuk mengukur badness-of-fit atau proposi varian penskalaan data secara optimal. Dengan menggunkan Kruskals stress formulas 1 untuk mengevaluasi nilai stress. Kurskal dan Wish (1978) menyatakan tidak ada nilai mutlak dalam melihat nilai suatu stress itu diyatakan fit atau tidak dalam suatu penelitian, tetapi nilai 0,1 dinyatakan sangat bagus dan nilai 0,17 tidak dapat ditoleransi. Dengan kata lain model Perceptual Mapping baru bias dilakukan bila nilai Stress berada diantara nilai 0,1- (0.17.BAB IV

GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

4.1 Sejarah Perusahaan

Toyota Motor Corporation (TMC) (dalam bahasa Jepang: ) TYO: 7203.T, NYSE: TM, LSE: TYT), adalah sebuah pabrikan mobil yang berasal dari Jepang, yang berpusat di Toyota, Aichi. Saat ini, Toyota merupakan pabrikan penghasil mobil terbesar di dunia.Di samping memproduksi mobil, Toyota juga memberikan pelayanan finansial, dan juga membuat robot. TMC merupakan anggota dari Grup Toyota dan memproduksi mobil dengan merek Toyota Lexus dan Scion, memiliki sebagian besar saham dari Daihatsu dan Hino, dan memiliki sebagian kecil saham Subaru dan Isuzu.Toyota Motor Corporation didirikan pada September 1933 sebagai divisi mobil Pabrik Tenun Otomatis Toyoda. Divisi mobil perusahaan tersebut kemudian dipisahkan pada 27 Agustus 1937 untuk menciptakan Toyota Motor Corporation seperti saat ini.

Berangkat dari industri tekstil, Perusahaan yang memproduksi 1 mobil tiap 50 menit ini ternyata menggunakan penamaan Toyota lebih karena penyebutannya lebih enak daripada memakai nama keluarga pendirinya, Toyoda. Inilah beberapa tonggak menarik perjalanan Toyota.

Toyota merupakan pabrikan mobil terbesar di dunia dalam unit sales dan net sales. Pabrikan terbesar di Jepang ini menghasilkan 8-8,5 juta unit mobil di seluruh dunia tiap tahunnya.

Dibandingkan dengan industri-industri otomotif lain yang menggunakan nama pendirinya sebagai merek dagang seperti Honda yang didirikan oleh Soichiro Honda, Daimler-Benz (Gottlieb Daimler dan Karl Benz), Ford (Henry Ford), nama Toyoda tidaklah dipakai sebagai merek. Karena berangkat dari pemikiran sederhana dan visi waktu itu, penyebutan Toyoda kurang enak didengar dan tidak akrab dikenal sehingga diplesetkan menjadi Toyota.

Sakichi Toyoda lahir pada bulan Februari 1867 di Shizuoka, Jepang. Pria ini dikenal sebagai penemu sejak berusia belasan tahun. Toyoda mengabdikan hidupnya mempelajari dan mengembangkan perakitan tekstil. Dalam usia 30 tahun Toyoda menyelesaikan mesin tenun. Ini kemudian mengantarnya mendirikan cikal bakal perakitan Toyota, yakni Toyoda Automatic Loom Works, Ltd. pada November 1926.

Di sini hak paten mesin tekstil otomatisnya kemudian dijual kepada Platt Brothers & Co, Ltd. dari Inggris, Britania Raya. Hasil penjualan paten ini, dijadikan modal pengembangan divisi otomotif. Mulai tahun 1933, ketika Toyoda membangun divisi otomotif, tim yang kemudian banyak dikendalikan oleh anaknya Kiichiro Toyoda, tiada henti menghasilkan inovasi-inovasi terdepan di zamannya. Mesin Tipe A berhasil dirampungkan pada 1934. Setahun kemudian mesin ini dicangkokkan prototipe pertama mobil penumpang mereka, A1. Divisi otomotif Toyoda juga menghasilkan truk model G1.

Pada tahun 1936 mereka meluncurkan mobil penumpang pertama mereka, Toyoda AA (kala itu masih menggunakan nama Toyoda). Model ini dikembangkan dari prototipe model A1 dan dilengkapi bodi dan mesin A. Kendaraan ini dari awal diharapkan menjadi mobil rakyat.Empat tahun menunggu dirasa cukup melahirkan perusahaan otomotif sendiri dan melepaskan diri dari industri tekstil mereka. Kemudian tahun 1937 mereka meresmikan divisi otomotif dan memakai nama Toyota, bukan Toyoda seperti nama industri tekstil. Pengambilan nama Toyota dalam bahasa Jepang terwakili dalam 8 karakter, dan delapan adalah angka keberuntungan bagi kalangan masyarakat Jepang. Alasan lain yang dianggap masuk akal adalah industri otomotif merupakan bisnis gaya hidup dan bahkan penyebutan sebuah nama (dan seperti apa kedengarannya), menjadi sisi yang begitu penting. Karena nama Toyoda dianggap terlalu kaku di dalam bisnis yang dinamis sehingga diubah menjadi Toyota yang dirasa lebih baik. Tak ayal, tahun 1937 merupakan era penting kelahiran Toyota Motor Co, Ltd. cikal bakal raksasa Toyota Motor Corp (TMC) sekarang.Dan pada tahun 1938, didirikan Koromo Plant di Jepang (sekarang bernama Honsha plant) yang merupakan Toyota's Establishment Exhibit Room. Plant ini disusun berdasarkan teori Just In Time dan dilengkapi dengan berbagai fasilitas seperti asrama, rumah sakit, dan toko.Semangat inovasi Kiichiro Toyoda tidak pernah redup. Toyota kemudian berkembang menjadi penghasil kendaraan tangguh. Di era 1940-an, Toyota sibuk mengembangkan permodalan termasuk memasukkan perusahaan di lantai bursa di Tokyo, Osaka dan Nagoya. Pada tahun 1947, penjualan mobil Toyota di dalam negeri sudah mencapai 100.000 kendaraan.Setelah era Perang Dunia II berakhir, tahun 1950-an merupakan pembuktian Toyota sebagai penghasil kendaraan serba guna tangguh. Waktu itu kendaraan Jeep akrab di Jepang. Terinspirasi dari mobil ini, Toyota kemudian mengembangkan prototipe Land Cruiser yang keluar tahun 1950. Pada tahun yang sama pula Toyota mendirikan Toyota Motor Sales co., Ltd, anak perusahaan Toyota Motor Co., Ltd yang menangani penjualan, pemasaran dan distribusi Toyota. Setahun kemudian meluncurkan secara resmi model awal Land Cruiser yakni model BJ.Bulan Juli tahun itu, test drivernya Ichiro Taira mengakhiri uji coba dengan hasil luar biasa. Diinspirasi oleh tokoh Samurai Heikuro Magaki yang mendaki Gunung Atago di atas kuda tahun 1643, Taira mengemudikan Toyota BJ-nya ke kuil Fudo di kota Okasaki. Ini sekaligus dipakai sebagai promosi ketangguhan mobil segala medan ini. Tak lama berselang, Toyota Land Cruiser mulai menandingi dominasi Jeep Willys. Bahkan dengan model-model selanjutnya, Toyota Land Cruiser bisa diterima di pasar yang kala itu sulit ditembus yakni Amerika Utara. Lewat model ini, Toyota masuk ke pasar-pasar di berbagai belahan dunia, Termasuk di Indonesia yang dikenal sebagai sebagai Toyota Hardtop Land Cruiser FJ40/45. Di Afrika, model-model Toyota Land Cruiser ini digunakan sebagai Technical alias jip bersenjata yang dibekali senapan mesin ringan, berat atau bahkan senjata basoka tanpa tolak balik (Recoilless bazooka) dan diterjunkan sepanjang konflik-konflik bersenjata dengan kinerja sangat tangguh.Toyota tidak hanya dikenal melalui Toyota Land Cruiser. Mereka juga mengembangkan model yang menjadi favorit dunia, sedan kecil. Pada tahun 1961, Toyota mengeluarkan model Publica dan lima tahun kemudian meluncurkan model Corolla. Lewat Toyota Corolla yang memulai debutnya pada tahun 1966, sedan mungil generasi awal ini memakai penggerak belakang mengubah tatanan sedan bongsor yang populer saat itu menuju arah sedan kecil yang kompak, irit dan ringkas. Memasuki tahun 1975, Corolla masuk dalam generasi ketiga dan terjual lebih dari 5 juta unit. Hal yang menakjubkan ini masih kokoh hingga sekarang. Mesin mobil Corolla ini kemudian digunakan di Indonesia sebagai mesin untuk kendaraan niaga keluarga serbaguna, Toyota Kijang generasi awal yang dikenal sebagai Kijang Buaya.Sejalan makin mengglobalnya produk Toyota, mereka sadar tidak mempunyai grafik logo. Bahkan di Indonesia dijumpai kendaraan bermerk Toyota seperti Toyota Kijang dengan logo TOYOTA pada grill di bagian bonnet (hidung) mobil. Pada tahun 1989 Toyota akhirnya memutuskan untuk membuat dua lingkaran oval (elips) yang menghasilkan huruf T dan ellips ketiga mengisyaratkan akan the spirit of understanding in design. Lingkaran ketiga itu sekaligus mengelilingi kedua lingkaran ellips sebelumnya yang berbentuk T itu sebagai bukti menjaga dan memengaruhi sekelilingnya.Pada tahun 1990-an, Toyota semakin membuktikan bahwa mobil Jepang dapat bersaing dengan mobil Eropa dan Amerika. Toyota Celica berhasil menjadi juara rally dunia, dan Toyota Camry menjadi mobil paling laris di Amerika.

4.2 Sejarah Toyota Yaris

Toyota Yaris adalah mobil yang berjenis hatchback kecil yang diproduksi oleh Toyota Motor Corporation. Mobil ini merupakan saingan dari produk sejenis dari Honda, yakni Jazz. Mobil ini pertama kali diproduksi dan dipasarkan di Eropa pada tahun 1999. Mobil ini ditawarkan dengab berbagai keunggulan yang mampu bersaing di pasaran Eropa yakni performa mesin, jaminan keselamatan dan konsumsi bahan bakar yang optimal. Standar keamanan dan emisi pun menggunakan standar negara-negara eropa. Oleh karena itu Yaris bisa meraih ppenghargaan European Car of The Year Award pada tahun 2000. Mobil ini juga mendapatkan pengakuan sebagai standar model kendaraan compact two box di Amerika Utara dan negeri Toyota, yakni Jepang. Mobil Yaris yang dipasarkan di Eropa dilakukan perakitan di Perancis, sedangkan untuk wilayah Asia dirakit di Thailand. Ternyata Toyota Yaris dirancang oleh perusahaannya sebagai pengganti dari Toyota Starlet yang sudah lama beredar dan mulai ketinggalan jaman. Yaris sebenarnya hanya terkenal di Eropa, sedangkan di tempat lain disebut sebagai Echo Hatchback. Khusus di Indonesia, Toyota tetap menggunakan nama Toyota Yaris.

1 Generasi pertama Toyota Yaris

Yaris generasi pertama dirakit di banyak tempat, yakni di Guangzhou China, Valenciennes Prancis dan Aichi Jepang. Mesin yang digunakan pada tipe pertama adalah 1SZ-FE yang berkapasitas 1000 cc, 2SZ-FE dan 2NZ-FE yang berkapasitas 1300 cc atau 1NZ-FE yang berkapasitas 1500 cc bensin. Yaris juga memiliki versi mesin diesel, yakni 1ND-TV berkapasitas 1400 cc yang hanya tersedia untuk wilayah Eropa saja.

Di Jepang, Yaris dikenal dengan nama Vitz tersedia dalam trim level B, F, U, Clavia dan RS. Yaris tipe Clavia adalah mobil yang bermodel klasik, sedangkan tiper RS adalah yang bermodel paling sporty. Vitz RS hadir dengan gril jaring, interior sporty dan boy kit yang mewah. Yaris RS ini hadir di negara lain dengan nama yang berbeda, misalnya Yaris T-Sport di Eropa, Echo RS di Kanada atau Echo Sportivo di Australia.

2 Generasi kedua Toyota Yaris

Generasi kedua Yaris dirakit pertama kali di Jepang pada tahun 2005. Dipasarkan secara luas di seluruh belahan dunia pada tahun 2006. Namun generasi kedua ini pada akhirnya tidak hanya dirakit di Jepang melainkan juga di beberapa negara seperti Perancis, China, Indonesia, Thailand dan Taiwan. Amerika Serikat diberikan line up yang terdiri dari Yaris Liftback dengan 3 pintu, Yaris hatcback dengan 5 pintu dan Yaris sedan yang disini disebut dengan Vios. Semua mobil Toyota Yaris tersebut menggunakan mesin berkapasitas 1.500 cc 1NZ-FE.

Di Indonesia, Yaris diluncurkan pertama kali secara resmi pada tahun 2006 dengan model seri E dengan transmisi otomatis atau manual. Yaris juga memasarkan tipe S dan S Limited selain seri E. Mobil Yaris yang menggunakan seri S, sepenuhnya menggunakan transmisi otomatis. Pada versi S terdapat body kit dan lampu kabut, sedangkan pada vesi S Limited dilengkapi dengan push button start/stop. Namun semua versi tersebut menggunakan mesin yang sama yakni 1NZ-FE VVTi berkapasitas 1500 cc yang sama pada Toyota Vios.

Toyota mengeluarkan versi Facelift dari Yaris dengan gril, bumper depan dan lampu belakang baru pada tahun 2009. Model dasar dari Yaris versi J dipasarkan dengan harga lebih murah dari versi E. Hal ini dikarenakan versi J tidak memiliki SRS Airbag. Mobil Yaris ini dipasarkan di Singapura hanya dengan satu versi saja yakni 1.5 E yang menggunakan transmisi automatic.4.3 Sejarah Toyota di Indonesia

PT Toyota-Astra Motor atau biasa disingkat dengan TAM merupakan Agen Tunggal Pemegang Merk (ATPM) Mobil Toyota dan Lexus di Indonesia. TAM merupakan perusahaan joint venture antara PT. Astra International Tbk dengan persentase saham 51% dan Toyota Motor Corporation, Jepang dengan persentase saham 49 %.

PT Toyota-Astra Motor diresmikan pada tanggal 12 April 1971. Peranan TAM semula hanya sebagai importir kendaraan Toyota, namun setahun kemudian sudah berfungsi sebagai distributor. Pada tanggal 31 Desember 1989, TAM melakukan merger bersama tiga perusahaan antara lain :

PT Multi Astra (pabrik perakitan, didirikan tahun 1973)

PT Toyota Mobilindo (pabrik komponen bodi, didirikan tahun 1976)

PT Toyota Engine Indonesia (pabrik mesin, didirikan tahun 1982)

Gabungan semuanya diberi nama PT Toyota-Astra Motor. Merger ini dilakukan guna menyatukan langkah dan efisiensi dalam menjawab tuntutan akan kualitas serta menghadapi ketatnya persaingan di dunia otomotif.

Selama lebih dari 30 tahun, PT. Toyota-Astra Motor telah memainkan peranan penting dalam pengembangan industri otomotif di Indonesia serta membuka lapangan pekerjaan termasuk dalam industri pendukungnya. PT. Toyota-Astra Motor telah memiliki pabrik produksi seperti stamping, casting, engine dan assembly di area industri Sunter, Jakarta. Untuk meningkatkan kualitas produk dan kemampuan produksi, pada tahun 1998 diresmikan pabrik di Karawang yang menggunakan teknologi terbaru di Indonesia.

Sejak tanggal 15 Juli 2003, TAM direstrukturisasi menjadi 2 perusahaan,yaitu :

PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia disingkat TMMIN yang merupakan perakit produk Toyota dan eksportir kendaraan dan suku cadang Toyota. Komposisi kepemilikan saham di perusahaan ini adalah Astra International 5 % dan TMC menjadi 95%

PT. Toyota-Astra Motor sebagai agen penjualan, importir dan distributor produk Toyota di Indonesia. Komposisi kepemilikan saham di perusahaan ini adalah Astra International 51 % sedangkan TMC 49%

AUTO2000 adalah jaringan jasa penjualan, perawatan, perbaikan dan penyediaan suku cadang Toyota yang manajemennya ditangani penuh oleh PT Astra International Tbk.

Saat ini AUTO2000 adalah main dealer Toyota terbesar di Indonesia, yang menguasai antara 70-80 % dari total penjualan Toyota. Dalam aktivitas bisnisnya, AUTO2000 berhubungan dengan PT Toyota Astra Motor yang menjadi Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM) Toyota. AUTO2000 adalah dealer resmi Toyota bersama 4 dealer resmi Toyota yang lain.

AUTO2000 berkembang pesat karena memberikan berbagai layanan yang sangat memudahkan bagi calon pembeli maupun pengguna Toyota. Dengan slogan Urusan Toyota jadi mudah! AUTO2000 selalu mencoba menjadi yang terdepan dalam pelayanan. Produk-produk AUTO2000 yang inovatif seperti THS (Toyota Home Service), Express Maintenance (servis berkala hanya dalam satu jam) dan Express Body Paint (perbaikan body 3 panel dalam 8 jam saja) Booking Service mencerminkan perhatian AUTO2000 yang tinggi kepada pelanggannya.

AUTO2000 memiliki cabang yang tersebar di seluruh Indonesia (kecuali Sulawesi, Maluku, Irian Jaya, Jambi, Riau, Bengkulu, Jawa Tengah dan D.I.Y).Selain cabang-cabang AUTO2000 yang berjumlah 83 outlet cabang, AUTO2000 juga memiliki dealer yang tersebar di seluruh Indonesia (disebut indirect), yang totalnya berjumlah 83 outlet dealer. Dengan demikian, terdapat 166 cabang yang mewakili penjualan AUTO2000 di seluruh Indonesia. 69 Bengkel milik AUTO2000 merupakan yang terbesar dan terlengkap di Asia Tenggara. Disamping itu AUTO2000 juga memiliki 596 Partshop yang menjamin keaslian suku cadang produk Toyota.

AUTO2000 berdiri pada tahun 1975 dengan nama Astra Motor Sales, dan baru pada tahun 1989 berubah nama menjadi AUTO2000 dengan Visi Menjadi Dealer Toyota terbaik dan paling handal di Indonesia melalui proses kerja berkelas dunia dan Misinya:1. Memberikan pengalaman terbaik dalam membeli dan memiliki kendaraan Toyota kepada pelanggan2. Mencapai dan mempertahankan posisi Market Share no. 1 di seluruh segmen dan wilayah3. Menciptakan lingkungan kerja terbaik

Menciptakan pertumbuhan bisnis yang berkesinambungan

BAB V

ANALISA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Pada bab V ini akan menganalisa hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian. Dalam bab ini aka disajikan terlebih dahulu bagian analisis hasil penelitian. Pada bagian analisis hasil penelitian ini secara berurutan akan disajikan karakteristik responden, analisis hasil uji validitas dan reliabilitas, analisis Peta Persepsi (Perceptual Mapping) dan diakhiri dengan interpretasinya.5.1 Karakteristik Responden

Karakteristik responden pada penelitian ini di fokuskan pada mahasiswa S1 Universitas airlangga yang belum memiliki mobil City Car dan yang mengenal keenam merek produk yang jadi objek penelitian, dengan responden sebanyak 100 orang. Data yang telah terkumpul selanjutnya dilakukan analisis persepsi terhadap atribut mobil City Car dari 6 produk merek dengan model similiaritas (jarak kedekatan) untuk menggambarkan peta persepsi dari atribut-atribut mobil City Car merek Toyota Yaris, Honda Jazz, Hyundai Avega, KIA Picanto, Suzuki Swiff dan Ford Fiesta. Dari kuisioner yang telah disebar, karakter karakter responden terlihat pada tabel 5.1 berikut Tabel 5.1

Karaketeristik RespondenJenis kelaminWanita 50 orang, pria 50 orang

umur18-20 tahun (72 orang)

21-25 tahun (28 orang)

Rata-rata uang ulanana) Rp. 5.000.000 (22 orang)

Status kepemilikan City CarMemiliki kendaraan City Car (0 orang)

Tidak memiliki City Car (100 orang)

Dari informasi diatas, dapat disimpulkan bahwa data penelitian ini menghasilkan tidak ada perbedaan antara jawaban atau persepsi baik dari responden wanita maupun pria. Sedangkan umur rata-rata responden adalah 18-20 tahun dengan mayoritas memiliki uang bulanan sebesar Rp. 2.000.001-Rp. 3.000.000, kalau dirata-rata besarnya uang bulanan seluruh responden sebesar Rp. 2.000.001- Rp. 3.000.000 s/d Rp. 3.000.001- Rp. 4.000.000. Dapat dikatakan bahwa para mahasiswa S1 UNAIR dengan umur tersebut sudah memungkinkan untuk memiliki memiliki Surat Ijin Mengemudi dan memiliki uang bulanan sebesar ini memungkinkan untuk membiayai operasional akan kepemilikan kendaraan roda 4 setiap bulannya. Responden yang diteliti belum memiliki kendaraan City Car, dimana kondisi tersebut memiliki peluang menjadi konsumen city car dimasa depan.5.2 Uji Validitas dan Realibilitas

Langkah awal dalam menganalisa data dari hasil penyebaran kuesioner adalah melakukan pengujian kevalidtan dan realibilitas atas instrument-instrumen penelitian. Pengujian validitas dimaksudkan untuk dapat mengetahui apakah pertanyaan dalam kuesioner dapat dimengerti oleh esponden, pada uji validitas dilakukan dengan menghitung nilai atau skor korelasi pada masing-masing pertanyaan dengan skor total seluruh butir pertanyaan dalam satu katagori. Hasil uji validitas suatu variabel dinyatakan valid atau signifikan bila nilai alpha (atau tingkat kesalahan) 0,03. Berikut adalah tabel 5.2 yang menunjukan nilai korelasi dari kuesioner.Tabel 5.2

Hasil Uji ValiditasIntrumen pertanyaanToyota YarisHonda JazzKIA PicantoHyundai AvegaFord FiestaSuzuki Swift

sporty/trendy0.4140.6120.4250.4440.6160.516

klasik0.3180.5150.390.4490.6240.455

elegan0.3010.320.3920.3120.3650.365

mewah0.5460.5620.5760.4970.7060.559

futuristik0.3250.5030.3290.5470.6590.522

R. lapang0.3770.3450.4230.4960.5050.336

nyaman0.390.5830.5380.4990.6620.562

ergonomis0.3130.4590.3230.5070.7350.427

aman0.5150.3230.4830.3790.8170.318

irit0.3030.3520.3080.3010.6560.405

bandel0.3720.3070.5770.3140.3870.37

citra merek0.5330.6670.6210.660.620.585

kepribadian0.4260.7030.5910.5350.6360.454

kualitas0.4910.3940.4860.3120.3070.305

harga jual kembali0.4090.3420.6420.5090.3090.384

Berdasarkan hasil uji, nilai alpha pada instrument pertanyaan koesioner dari masing-masing produk menunjukan nilai 0,03 dimana hal ini menunjukan bahwa pertanyaan dalam koesioner ini dapat dimengerti oleh para responden.

Setelah uji validitas instrument penelitian, selanjutanya dilakukan uji realibilitas, uji ini bertujuan untuk mengukur sejauh mana alat ukur yang digunakan sudah akurat dan dapat diandalkan (reliabel). Instrument dapat dinyatakan akurat dapat diandalkan bila nilai alpha mendekati nilai 1 atau lebih besar dari 0,6. Berikut data nilai alphaTabel 5.3Hasil Uji RealibilitasobjekCronbach's AlphaN of Itemsstatus

Toyota Yaris0.78915Realiabel

Honda Jazz0.83715Realiabel

KIA Picanto0.84415Realiabel

Hyundai Avega0.82815Realiabel

Ford Fiesta0.8915Realiabel

Suzuki Swift0.81515realiabel

Dari data diatas diketahui untuk nilai Cronbach's Alpha dari instrument yang mengukur masing-masing objek yang diteliti sudah reliabel, ini ditunjukan dengan nilai dari keenam objel I I sudah 0.6, dengan kata lain data yang dihasilkan dalam penelitian ini sudah akurat dan dapat diandalkan.5.3 Analisis hasil Peta Persepsi (Perceptual mapping)

dalam mengolah data yang terkumpul peneliti menggunakan teknik Multidimensional Scalling (MDS) baik yang klasik maupun tertimbang (CMDS dan WMDS). Model yang ditawarkan melalui teknik ini adalah Euclidiance Distance (Euclid) dan Individual Differences Distance (Indcals), dimana persepsi konsumen tentang kemiripan dan ketidak miripan antar objek yang dipetakan di dalam satu ruang dapat ditentukan. Semakin dekat jarak antar objek dalam satu ruang, maka makin mirip menurut persepsi konsumen terhadap stimuli yang ditanyakan (Blake, 2003:6).Pada proses pengolahan data MDS peneliti diharuskan melihat nilai stress dan RSQ (Squared Correlation) sebelum melakukan analisa hasil data lebih lanjut. Nilai Stress menunjukan melihat apakah hasil output yang dihasilkan mendekati keadaan yang sebenarnya atau tidak. Semakin kecil nilai stress yang dihasilkan, maka output data semakin mirip dengan keadaan sebenarnya (Jaworska et all, 2009). Kurskal dan Wish (1978) menyatakan tidak ada nilai mutlak dalam melihat nilai suatu stress itu diyatakan fit atau tidak dalam suatu penelitian, tetapi nilai 0,1 dinyatakan sangat bagus dan nilai 0,17 tidak dapat ditoleransi. Dengan kata lain model Perceptual Mapping baru bias dilakukan bila nilai Stress berada diantara nilai 0,1- (0.17.Dalam Sedangkan nilai RSQ (Squared Correlation) menunjukan kedekatan antara data dengan Perceptual Map. Melalui RSQ semakin tinggi atau mendekati atau sama dengan 1 berarti dat