analisis perbandingan korelasi roa, roe, dan eps terhadap harga saham pt. aneka tambang tbk., pt....

Upload: bobby-bintara

Post on 30-Oct-2015

342 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Pearson correlation of ROA, ROE, EPS, and Stock Price

TRANSCRIPT

  • ANALISIS PERBANDINGAN KORELASI ROA, ROE, DAN

    EPS TERHADAP HARGA SAHAM

    PT. ANEKA TAMBANG TBK., PT. ASTRA INTERNATIONAL

    TBK., DAN PT. BANK CENTRAL ASIA TBK.

    Untuk Memenuhi Tugas Akhir

    Mata Kuliah Lembaga Keuangan dan Pasar Modal

    Dosen : DR. Payamta SE, Msi, Ak. CPA

    Kelas - A

    BARTOLOMEUS BUDI BINTARA

    F1310020

    JURUSAN AKUNTANSI

    UNIVERSITAS NEGERI SEBELAS MARET

    2011

  • ANALISIS PERBANDINGAN KORELASI ROA, ROE, DAN EPS TERHADAP HARGA SAHAM

    PT. ANEKA TAMBANG TBK., PT. ASTRA INTERNATIONAL TBK., DAN PT. BANK CENTRAL ASIA TBK.

    Bartolomeus Budi Bintara Fakultas Ekonomi - Universitas Negeri Sebelas Maret

    ABSTRACT

    Return On Asset (ROA) and Return On Equity (ROE) are two of the

    financial ratios which are used to determine companys profitability level, while

    Earnings Per Share (EPS) is a financial ratio which is considered by the investors

    to predict the future gain (or loss) from a capital investment activity. These three

    financial ratios are highly accessible financial information and presented fairly on

    the companys annual report. Investors are often using these ratios as a primary

    set of instrument to measure the future gain or loss from investment, or to predict

    future stock price movement of a published company.

    This research attempted to investigate the correlation between ROA,

    ROE, NPS, and Stock Price of the observed company, Pearson Correlation was

    used to analyze the data and samples used.

    The results indicated that there was a strong positive correlation between

    EPS and Stock Price, while ROA, ROE and Stock Price had no significant

    correlation.

    Keywords : Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), Earnings Per

    Share (EPS), and Stock Price.

  • Bartolomeus Budi Bintara

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. LATAR BELAKANG

    Dalam pasar modal dikenal dua teknik analisis saham, yakni analisis

    teknikal dan analisis fundamental. Analisis teknikal adalah cara meramalkan

    pergerakan harga saham melalui pengamatan data-data harga dan volume

    perdagangan dimasa lampau (Kirkpatrick dan Dahlquist, 2006). Teknik analisis

    harga saham kedua adalah analisis fundamental, yakni teknik peramalan harga

    melalui serangkaian pengkajian aspek dan indikator bisnis secara keseluruhan

    seperti laporan keuangan, kesehatan keuangan, keuntungan kompetitif dan

    manajerial, kompetitor dan kondisi pasar.

    Dalam perkembangannya, analisis teknikal semakin ditinggalkan oleh

    para analis investasi, terutama para analis yang berorientasi pada investasi

    jangka panjang, karena analisis teknikal tidak efektif meramalkan harga saham

    dimasa depan secara akurat. Sejalan dengan hal ini, Eugene Fama (1960)

    melalui efficient market hypothesis yang dia kembangkan menekankan bahwa

    harga saham dalam pasar sekuritas dibentuk dari berbagai aspek pertimbangan

    investor, tidak hanya dengan pengamatan harga dimasa lampau. Random walk

    theory menyatakan bahwa harga pasar saham berubah menurut sebuah pola

    pergerakan acak (random walk), sehingga tidak dapat diprediksi (Fama, 1965).

    Penjelasan diatas kembali menekankan bahwa untuk meramalkan

    harga saham dimasa yang akan datang perlu menggunakan teknik analisis

    lainnya karena pergerakan harga saham lebih dapat diramalkan dengan menilai

    kinerja perusahaan yang bersangkutan dan aspek lainnya. Analisis fundamental

    adalah teknik analisis harga saham dengan pengujian kinerja keuangan

    perusahaan yang juga sudah lama dikenal, namun belum banyak dipakai oleh

    analis dan investor karena teknik analisis ini cukup rumit. Beberapa indikator

    ekonomi, non-ekonomi, dan juga berbagai rasio keuangan harus dipakai agar

    tercipta suatu hasil analisis yang representatif.

  • Bartolomeus Budi Bintara

    2

    Dari berbagai teknik dalam analisis fundamental, penggunaan rasio

    keuangan untuk menilai kinerja keuangan perusahaaan adalah hal yang paling

    umum dilakukan analis pasar. Dari sekian banyak rasio keuangan, ROA

    (Return on Asset), dan ROE (Return on Equity), adalah dua jenis rasio

    profitabilitas yang sering dipakai untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan

    (Ross dan Westerfield, 2002). Sedangkan EPS (Earnings Per Share) adalah

    sebuah rasio yang sering dikaitkan dengan keuntungan atau kerugian deviden

    yang belum terrealisasi sampai deviden sungguh-sungguh dibagikan. Rasio

    EPS yang tinggi sering diinterpretasikan sebagai pertanda bahwa perusahaan

    yang bersangkutan adalah perusahaan yang baik, sehingga para investor

    fundamentalis tingkat dasar sering menggunakan rasio EPS sebagai acuan

    untuk menjual atau membeli saham.

    Sehubungan dengan hal diatas, maka penulis ingin mengetahui lebih

    jauh apakah dalam kasus perusahaan PT. Aneka Tambang Tbk. (ANTM), PT.

    Astra International Tbk. (ASII), dan PT. Bank Central Asia Tbk. (BBCA),

    yang terdaftar di bursa efek Indonesia, harga saham yang dibentuk dengan

    ketiga rasio tadi memiliki hubungan positif. Hal ini pada akhirnya akan

    menunjukkan perilaku investor yang menanamkan modalnya pada ketiga

    perusahaan tersebut apakah dalam proses analisis harga sahamnya

    menggunakan analisis fundamental berbasis tiga rasio ini.

    B. RUMUSAN MASALAH

    Pada penelitian ini akan diteliti hubungan antara rasio keuangan ROA,

    ROE, dan EPS dengan harga saham pada perusahaan PT. Aneka Tambang Tbk.

    (ANTM), PT. Astra International Tbk. (ASII), dan PT. Bank Central Asia Tbk.

    (BBCA) sehingga diharapkan dapat menjawab beberapa pertanyaan mendasar

    berikut ini :

    1. Apakah ada hubungan antara rasio keuangan Return on Asset

    (ROA) dengan harga saham pada PT. Aneka Tambang Tbk.

  • Bartolomeus Budi Bintara

    3

    (ANTM), PT. Astra International Tbk. (ASII), dan PT. Bank

    Central Asia Tbk. (BBCA)?

    2. Apakah ada hubungan antara rasio keuangan Return on Equity

    (ROE) dengan harga saham pada PT. Aneka Tambang Tbk.

    (ANTM), PT. Astra International Tbk. (ASII), dan PT. Bank

    Central Asia Tbk. (BBCA)?

    3. Apakah ada hubungan antara rasio Earnings per Share (EPS)

    dengan harga saham pada PT. Aneka Tambang Tbk. (ANTM), PT.

    Astra International Tbk. (ASII), dan PT. Bank Central Asia Tbk.

    (BBCA)?

    C. TUJUAN PENELITIAN

    Tujuan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

    1. Menguji korelasi antara rasio keuangan Return on Asset (ROA)

    dengan harga saham pada PT. Aneka Tambang Tbk. (ANTM), PT.

    Astra International Tbk. (ASII), dan PT. Bank Central Asia Tbk.

    (BBCA).

    2. Menguji korelasi antara rasio keuangan Return on Equity (ROE)

    dengan harga saham pada PT. Aneka Tambang Tbk. (ANTM), PT.

    Astra International Tbk. (ASII), dan PT. Bank Central Asia Tbk.

    (BBCA).

    3. Menguji korelasi antara rasio Earnings per Share (EPS) dengan

    harga saham pada PT. Aneka Tambang Tbk. (ANTM), PT. Astra

    International Tbk. (ASII), dan PT. Bank Central Asia Tbk.

    (BBCA).

  • Bartolomeus Budi Bintara

    4

    D. MANFAAT PENELITIAN

    Penulis mengharapkan bahwa hasil dari penelitian ini dapat

    memberikan gambaran mengenai perilaku investor perusahaan PT. Aneka

    Tambang Tbk., PT. Astra International Tbk., dan PT. Bank Central Asia Tbk.,

    sehubungan dengan jenis analisis investasi yang dipakai apakah menggunakan

    teknik analisis fundamental berbasis perhitungan rasio keuangan ROA, ROE

    dan EPS, ataukah menggunakan analisis jenis lainnya. Hal ini menjadi penting

    mengingat perilaku investor dalam menggunakan teknis analisis tertentu, kuat

    kaitannya dengan jenis efisiensi pasar yang ada dalam negara yang

    bersangkutan.

  • Bartolomeus Budi Bintara

    5

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. DUA TEKNIK ANALISIS SAHAM

    Seperti yang telah sedikit disinggung dalam pendahuluan, bahwa

    dalam menganalisis saham dapat dilakukan dengan dua teknik yang berbeda

    yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal. Analisis fundamental

    melibatkan serangkaian teknik dan proksi analisis, dimulai dari analisis kondisi

    makro baik global maupun domestik dan dilanjutkan dengan langkah

    berikutnya yang lebih sempit ke industri yang dituju, dilanjutkan pada

    perusahaan yang dikehendaki (Panggabean, Raja Lambas J., 2005). Hal ini

    penting dilakukan bagi investor yang hendak menanamkan modalnya dalam

    jangka waktu lama untuk memperoleh devisa dari perusahaan yang

    bersangkutan.

    Sedangkan analisis secara teknis adalah suatu analisis yang

    menggunakan kecenderungan harga dan volume saham pada masa lalu untuk

    menentukan kecenderungan harga dan volumenya yang akan datang. Adapun

    fokus perhatian dari analisis secara teknis adalah waktu menunggu saat yang

    tepat untuk membeli jika kecenderungan harganya akan naik, Sehingga

    sifatnya pun jangka pendek dengan motif utama untuk memperoleh capital gain

    (Lo dan Hasanhodzic, 2010). Model analisis secara teknis dapat menggunakan

    Dow Theory, Moving Average, Baron Confidence, Relative Strength dan

    Points dan Figures (Panggabean, 2005).

    Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pemilihan teknik

    analisis sesungguhnya didorong oleh jenis investasi di pasar modal yang

    hendak dilakukan. Analisis fundamental akan menjadi pilihan yang lebih bijak

    jika yang hendak dilakukan adalah investasi jangka panjang dimana deviden

    adalah sesuatu yang hendak dicari. Analisis teknikal dapat dipilih oleh investor

    yang hendak melakukan investasi jangka pendek dengan harapan akan

    memperoleh capital gain yang maksimal, dikarenakan analisis ini lebih mudah

  • Bartolomeus Budi Bintara

    6

    dan cepat untuk meramalkan pergerakan harga saham dimasa yang akan datang

    (Investopedia).

    Selanjutnya dalam bab ini dan keseluruhan penelitian ini akan dibahas

    tentang penggunanaan rasio ROA, ROE, dan NPS sebagai bagian dari teknik

    fundamental yang luas dalam proses analisis harga saham di masa depan.

    Penggunaan ROA, dan ROE untuk menilai kinerja keuangan perusahaan sudah

    banyak dilakukan oleh penelitian terdahulu karena dua rasio ini merupakan

    rasio profitabilitas utama perusahaan (Tandelilin, 2001: 240).

    B. RETURN ON ASSET (ROA)

    Untuk menilai kinerja perusahaan, biasanya investor akan melihat dan

    menganalisa laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan. Rasio keuangan

    yang lazim digunakan untuk mengukur tingkat laba adalah ROA. Perusahaan

    yang memiliki ROA yang tinggi dianggap menghasilkan kinerja yang baik.

    ROA merupakan salah satu rasio yang menjadi ukuran profitabilitas

    perusahaan, serta menunjukkan efisiensi manajemen dalam menggunakan

    seluruh aset yang dimiliki perusahaan untuk menghasilkan pendapatan.

    Perhitungan ROA diformulasikan sebagai berikut (Susan, Needles, dan

    Powers, 2008) :

    ROA = !"#" !"#$%& !"#"$%& !"#"$!"!#$ !"#$%!

    Besarnya Return on Assets dipengaruhi oleh 2 (dua) faktor, yaitu :

    1. Tingkat perputaran aktiva yang digunakan untuk operasi.

    2. Profit margin, yaitu besarnya keuntungan operasi yang

    dinyatakan dalam prosentase penjualan bersih. Profit margin ini

    mengukur tingkat keuntungan yang dapat dicapai oleh perusahaan

    dihubungkan dengan penjualan.

  • Bartolomeus Budi Bintara

    7

    Rasio ROA juga menjadi informasi yang penting bagi investor yang

    akan melakukan investasi di pasar modal. Karena rasio ini mampu

    menggambarkan laba bersih yang bisa didapat dari seluruh kekayaan yang

    dimiliki perusahaan. Ini berarti jika semakin besar nilai rasio ROA,

    menunjukkan laba yang dapat dihasilkan dari seluruh kekayaan yang dimiliki

    juga besar. Hal tersebut akan sangat menarik investor untuk berinvestasi sebab

    profitabilitas akan mempengaruhi harga saham (Husnan, 1998:305), dan

    dengan banyaknya investor yang berminat untuk berinvestasi maka akan

    menyebabkan naiknya harga saham yang mempengaruhi juga terhadap return

    yang diterima oleh investor. Sehingga rasio ROA diperkirakan memiliki

    hubungan yang positif dengan return saham.

    C. RETURN ON EQUITY (ROE)

    Untuk melakukan analisis profitabilitas yang merupakan hasil akhir

    dari berbagai keputusan dan kebijakan yang dijalankan perusahaan, diperlukan

    angka-angka indikator. Analisis profitabilitas ini memberikan jawaban akhir

    tentang efektif tidaknya suatu perusahaan. Profitabilitas dapat diukur melalui

    kemampuan perusahaan mempertahankan kebijakan deviden yang stabil

    sementara pada saat yang sama dapat mempertahankan kenaikan kekayaan

    pemegang saham dalam perusahaan.

    Indikator profitabilitas menurut Brigham dan Gapenski (1994) dalam

    penelitian Panggabean (2005) terdiri dari Margin Laba Atas Penjualan (Profit

    Margin on Sales), Basic Earning Power (BEP), Return on Total Assets (ROA)

    dan Return on Common Equity (ROE). Menurut penelitian ini ROE adalah

    rasio antara laba bersih dengan ekuitas pada saham biasa atau tingkat

    pengembalian investasi pemegang saham ( rate of return on stockholders

    investment). Hal tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut :

    ROE = !"# !"#$%& !"#$%#&%' !" !"#$%!!"#$%&!"#$%!!"#$! ! !"#$%&

  • Bartolomeus Budi Bintara

    8

    Rumus ROE pada halaman sebelumnya menunjukkan bahwa dengan

    meningkatnya laba bersih maka akan meningkat pula nilai dari ROE jika

    ekuitasnya tetap. Demikian pula sebaliknya dengan menurunnya laba bersih

    akan menurunkan nilai ROE.

    Menurut Bodie, Kane and Marcus (2002 ) Return on Equity ( ROE )

    yang merupakan perbandingan antara laba bersih dengan ekuitas ini merupakan

    salah satu dari dua faktor dasar dalam menentukan pertumbuhan tingkat

    pendapatan perusahaan. Ada dua sisi dalam menggunakan ROE, kadang-

    kadang diasumsikan bahwa ROE yang akan datang merupakan perkiraan dari

    ROE yang lalu. Tetapi ROE yang tinggi pada masa yang lalu tidak menjamin

    ROE yang akan datang masih tetap tinggi.

    Penurunan ROE merupakan bukti bahwa investasi baru pada

    perusahaan tersebut menghasilkan ROE yang lebih rendah dari investasi lama.

    Hal paling penting dari para analis adalah tidak perlu menerima nilai historis

    sebagai indikator dari nilai yang akan datang.

    D. EARNINGS PER SHARE (EPS)

    Earnings Per Share (EPS) merupakan alat analisis tingkat

    profitibilitas perusahaan yang menggunakan konsep laba konvensional. EPS

    adalah salah satu dari dua alat ukur yang sering digunakan untuk mengevaluasi

    saham biasa disamping Price Earning Ratio (PER) dalam lingkaran keuangan

    (Fabozzi, 1999: 359).

    EPS atau laba per lembar saham adalah tingkat keuntungan bersih

    untuk tiap lembar sahamnya yang mampu diraih perusahaan pada saat

    menjalankan operasinya. Laba per lembar saham atau EPS di peroleh dari laba

    yang tersedia bagi pemegang saham biasa dibagi dengan jumlah rata rata

    saham biasa yang beredar.

    Menurut Gibson (1996:429) dalam Investopedia, EPS adalah rasio

    yang menunjukan pendapatan yang diperoleh setiap lembar saham. Sedangkan

    menurut Weygandt et. al.(1996:805-806) dan Elliot dan Elliot (1993:250)

  • Bartolomeus Budi Bintara

    9

    dalam Investopedia, EPS menilai pendapatan bersih yang diperoleh setiap

    lembar saham biasa. Salah satu alasan investor membeli saham adalah untuk

    mendapatkan deviden, jika nilai laba per saham kecil maka kecil pula

    kemungkinan perusahaan untuk membagikan deviden. Maka dapat dikatakan

    investor akan lebih meminati saham yang memiliki EPS tinggi dibandingkan

    saham yang memiliki EPS rendah. EPS yang rendah cenderung membuat harga

    saham turun.

    Rumus rasio EPS adalah sebagai berikut :

    EPS = (!"# !"#$%&!!"#"!$%&' !" !"#$#""#% !"#$%)!"#$!"# !"#$#%&'(&) !"#$%!

    Rasio laba digunakan untuk meneliti penyebab dasar perubahan EPS.

    Rasio rasio laba ini menunjukkan dampak gabungan dari likuiditas dan

    manajemen aktiva/ kewajiban terhadap kemampuan perusahaan menghasilkan

    laba. Rasio rasio ini menguraikan EPS ke dalam penentu penentu dasarnya

    dalam rangka menilai faktor faktor yang mendasari laba perusahaan. Rasio

    rasio ini membantu dalam melakukan penilaian kecukupan laba historis dan

    memproyeksikan laba di masa depan melalui pemahaman yang lebih baik

    terhadap sebab sebab terjadinya laba.

    Laba per saham dapat mengukur perolehan tiap unit investasi pada

    laba bersih badan usaha dalam satu periode tertentu. Besar kecilnya laba per

    saham ini dipengaruhi oleh perubahan variabel-variabelnya. Setiap perubahan

    laba bersih maupun jumlah lembar saham biasa yang beredar dapat

    mengakibatkan perubahan laba per saham (EPS). Jadi dapat disimpulkan

    bahwa EPS dapat membantu investor yang baru saja menggunakan teknik

    analisis saham fundamental.

  • Bartolomeus Budi Bintara

    10

    E. HARGA SAHAM

    Pergerakan harga saham dimasa depan dalam tingkatan individual

    perusahaan dipicu oleh faktor internal dan eksternal perusahaan. Hal-hal dalam

    faktor eksternal yang dapat mempengaruhi diantaranya adalah adalah kebijakan

    makro, situasi sosial dan politik, situasi perdagangan saham dalam pasar yang

    tergolong satu jenis industri, serta hal-hal lainnya. Hal-hal dalam faktor internal

    yang dapat mempengaruhi pergerakan harga saham dimasa depan diantaranya

    adalah corporate action, kinerja manajemen, dan kinerja keuangan.

    Berbagai corporate action merupakan bagian dari strategi perusahaan

    untuk melakukan restrukturisasi harga dan volume jual sahamnya di pasar

    sekunder. Berbagai tindakan yang termasuk dalam corporate action adalah

    stock split-up atau stock split-down, kebijakan deviden (pengumuman dan

    pembagian baik deviden saham maupun deviden tunai, ataupun penahanan

    deviden) maupun kebijakan pelaporan dan pengungkapan laporan keuangan

    (disclosure reporting).

    Sesuai dengan penelitian William H. Beaver (1968) mengenai The

    Information Content of Annual Earnings Announcements, laporan keuangan

    memiliki kemampuan untuk menentukan harga saham perusahaan di masa

    yang akan datang, karena laporan keuangan (melalui proksi pengumuman laba)

    memiliki kandungan informasi yang berkaitan dengan harga saham biasa.

    Sementara itu Raja Lambas J. Panggabean (2005) dalam penelitiannya

    menggunakan variabel ROE dan EVA (Economic Value Added) untuk

    dihubungkan dengan variabel harga saham karena menurutnya terdapat

    beberapa kelemahan pada rasio pengukuran kinerja yang selama ini dipakai.

    Dalam penelitian ini, elemen corporate action ditiadakan untuk

    mengurangi bias pada hasilnya sehingga hasil penelitian sungguh-sungguh

    dapat menggambarkan apakah investor menggunakan informasi ROA, ROE,

    dan NPS yang terdapat dalam laporan keuangan PT. Aneka Tambang Tbk., PT.

    Astra International Tbk., dan PT. Bank Central Asia Tbk. dalam pengambilan

    keputusan sehubungan dengan investasinya pada tiga perusahaan ini. Ketiga

    rasio ini dipakai karena investor yang baru saja menggunakan teknik analisis

  • Bartolomeus Budi Bintara

    11

    fundamental akan memperhatikan tiga rasio kinerja keuangan ini melebihi

    rasio-rasio lainnya dalam laporan keuangan. Lebih jauh lagi, tiga rasio ini

    selalu disajikan dalam laporan keuangan sehingga investor tidak perlu

    menghitung sendiri rasionya.

    F. KERANGKA KONSEPTUAL PENELITIAN

    Berdasarkan tinjauan literatur-literatur yang telah dibahas

    sebelumnya, kerangka konseptual yang menjadi dasar bagi kelanjutan

    penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

    Gambar II.1 Kerangka Konseptual Penelitian

    HARGA

    SAHAM

    ROA

    ROE

    EPS

  • Bartolomeus Budi Bintara

    12

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. DESAIN PENELITIAN

    Penelitian ini merupakan studi kasus mengenai hubungan antara

    Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), dan Earning per Share (EPS)

    dari PT. Aneka Tambang Tbk., PT. Astra International Tbk., dan PT. Bank

    Central Asia Tbk., dengan harga sahamnya. Penelitian ini bersifat asosiatif

    yaitu melihat hubungan antara ROA, ROE, dan NPS dengan harga saham pada

    pasar periode tahun 2000 sampai dengan tahun 2009.

    Alasan pemilihan PT. Aneka Tambang Tbk., PT. Astra International

    Tbk., dan PT. Bank Central Asia Tbk., sebagai sampel penelitian adalah karena

    ketiga perusahaan ini memiliki kinerja keuangan yang sangat baik. Harga

    saham dan juga volume perdagangan sahamnya di pasar sekunder juga terus

    mengalami peningkatan. Hal ini kemudian lebih dikuatkan dengan posisi

    perusahaan ini yang selalu berada dalam indeks saham LQ 45 pada tahun yang

    menjadi kriteria pemilihan sampel (tahun 2000 sampai dengan tahun 2009).

    Selain itu kemudahan perolehan data keuangan dan kelengkapannya melalui

    media internet juga menjadi pertimbangan bagi peneliti untuk menggunakan

    ketiga perusahaan ini sebagai sampel penelitian.

    B. VARIABEL PENELITIAN

    Dalam penelitian ini variabel variabel yang digunakan adalah

    sebagai berikut :

    1. Return on Asset (ROA)

    2. Return on Equity (ROE)

    3. Earnings for Share (EPS)

    4. Harga Saham

  • Bartolomeus Budi Bintara

    13

    C. JENIS DAN SUMBER DATA

    Penelitian ini menggunakan data sekunder yang didapatkan dari

    corporate annual report yang diterbitkan PT. Aneka Tambang Tbk., PT. Astra

    International Tbk., dan PT. Bank Central Asia Tbk., juga data pendukung yang

    berkaitan. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara pooled, yaitu

    kombinasi dari time series dan cross section (Gujarati, 1998, hal 4 dalam

    Panggabean). Berikut ini adalah sumber perolehan data.

    1. Laporan tahunan PT. Aneka Tambang Tbk., PT. Astra

    International Tbk., dan PT. Bank Central Asia Tbk., tahun 2000

    sampai dengan tahun 2009. Data diperoleh dari website resmi

    perusahaan, yakni www.antam.com, www.astra.co.id, dan

    www.klikbca.com.

    2. Nilai ROA didapatkan dari laporan tahunan PT. Aneka Tambang

    Tbk., PT. Astra International Tbk., dan PT. Bank Central Asia

    Tbk., dengan data pembanding dari Indonesian Capital Market

    Directory (ICMD) edisi tahun 2000 sampai dengan tahun 2010.

    3. Nilai ROE didapatkan dari laporan tahunan PT. Aneka Tambang

    Tbk., PT. Astra International Tbk., dan PT. Bank Central Asia

    Tbk., dengan data pembanding dari Indonesian Capital Market

    Directory (ICMD) edisi tahun 2000 sampai dengan tahun 2010.

    4. Nilai EPS didapatkan dari laporan tahunan PT. Aneka Tambang

    Tbk., PT. Astra International Tbk., dan PT. Bank Central Asia

    Tbk., dengan data pembanding dari Indonesian Capital Market

    Directory (ICMD) edisi tahun 2000 sampai dengan tahun 2010.

    5. Harga saham didapatkan dari laporan tahunan PT. Aneka

    Tambang Tbk., PT. Astra International Tbk., dan PT. Bank

    Central Asia Tbk., dengan data pembanding dari Bursa Efek

    Indonesia (www.idx.co.id) dan Indonesian Capital Market

    Directory (ICMD) edisi tahun 2000 sampai dengan tahun 2010.

  • Bartolomeus Budi Bintara

    14

    D. DEFINISI OPERASIONAL DAN PENGUKURAN VARIABEL

    1. Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), dan Earning Per Share

    Seperti yang sudah disinggung pada bagian tinjauan pustaka,

    tiga rasio ini dihitung dengan rumus seperti dibawah ini :

    ROA = !"#" !"#$%& !"#"$%& !"#"$!"!#$ !"#$%! ROE = !"# !"#$%& !"#$%#&!" !" !"#$%!!"#$%&!"#$%!!"#$! ! !"#$%&

    EPS = (!"# !"#$%&!!"#"!$%&' !" !"#$#""#% !"#$%)!"#$!%# !"#$#%&'(&) !"#$%!

    Nilai masing-masing variabel pada rumus diatas bisa didapatkan

    dari laporan tahunan PT. Aneka Tambang Tbk., PT. Astra International

    Tbk., dan PT. Bank Central Asia Tbk., serta dokumen pendukung lainnya

    sebagai pembanding sehingga kemudian dapat dihitung nilai masing-

    masing rasio secara tepat.

    2. Harga Saham Data mengenai harga saham periode tahun 2000 sampai dengan

    2009 diperoleh dari website resmi PT. Aneka Tambang Tbk., PT. Astra

    International Tbk., dan PT. Bank Central Asia Tbk., dengan data

    pembanding dari website resmi Bursa Efek Indonesia dan ICMD. Data

    harga seperti harga saham tertinggi dan harga saham terendah setiap

    tahunnya dikumpulkan untuk kemudian dihitung nilai rata-ratanya

    sehingga diharapkan peneliti bisa memperoleh data mengenai harga yang

    representatif.

  • Bartolomeus Budi Bintara

    15

    Peneliti mengabaikan semua bentuk corporate action yang

    dilakukan perusahaan selama periode tahun 2000 sampai dengan 2009

    untuk menyederhanakan penelitian.

    3. Korelasi ROA, ROE, dan EPS dengan Harga Saham Perhitungan korelasi masing-masing variabel sesuai dengan

    model penelitian ini mengunakan metode Korelasi Pearson, yang

    dirumuskan dengan :

    r = ! ()() ! ! Metode tersebut dipilih karena data yang akan diolah merupakan

    skala rasio (Gay dan Diehl, 1992 dalam Panggabean). Perangkat lunak

    yang dipakai untuk mengolah data adalah SPSS 16 For Windows. Dengan

    pengolahan data yang memilih level of significance 95% dan jumlah data

    adalah 30 untuk masing-masing variabel.

    Analisis dilakukan secara garis besar terdiri dari empat bagian

    yaitu analisis korelasi antara Return of Asset (ROA) dengan Harga Saham,

    antara Return On Equity (ROE) dengan Harga Saham, dan Earnings per

    Share (EPS) dengan Harga Saham. Kemudian membandingkan ketiga

    hasil perhitungan korelasi tersebut untuk menentukan hubungan mana

    yang lebih dominan.

    Dalam menganalisa data dipilih level of confidence 95% untuk

    lebih menjamin peluang terjadinya. Untuk menentukan tingkat korelasi

    dari hasil perhitungan Pearson r tersebut, maka digunakan bantuan

    program SPSS .

    Dalam menganalisis perbandingan koefisien korelasi antara

    ROA dan Harga Saham, ROE dan Harga Saham, dengan EPS dan Harga

    Saham dilakukan dengan membandingkan nilai dari koefisien korelasi

    yang diperoleh, nilai koefisien yang lebih besar menunjukkan tingkat

    hubungan yang lebih besar.

  • Bartolomeus Budi Bintara

    16

    BAB IV

    ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

    A. NILAI ROA, ROE, DAN EPS RATA RATA

    Return on Asset atau ROA merupakan salah satu rasio yang menjadi

    ukuran profitabilitas perusahaan, serta menunjukkan efisiensi manajemen

    dalam menggunakan seluruh aset yang dimiliki perusahaan untuk

    menghasilkan pendapatan. Nilai rata-rata ROA dari ketiga perusahaan yang

    menjadi sampel penelitian dapat dilihat dibawah ini: Tabel IV.1 Nilai Return on Asset Tahun 2000 - 2009

    No Nama Perusahaan Tahun ROA Rata-Rata

    1 PT. Aneka Tambang Tbk.

    2000 16,76

    15,81

    2001 4,67 2002 6,95 2003 6,61 2004 15,63 2005 13,53 2006 22,68 2007 52,95 2008 12,28 2009 5,99

    2 PT. Astra International Tbk.

    2000 -0,87

    9,44

    2001 3,18 2002 13,89 2003 16,13 2004 13,81 2005 8,92 2006 6,41 2007 10,26 2008 11,38 2009 11,29

    3 Bank BCA Tbk.

    2000 2,5

    2,46

    2001 3,02

    2002 2,17

    2003 1,79

    2004 2,14

    2005 2,4

    2006 2,4

    2007 2,06

    2008 2,35

    2009 3,8

  • Bartolomeus Budi Bintara

    17

    Rasio profitabilitas Return on Equity (ROE) memberikan jawaban

    akhir tentang efektif tidaknya suatu perusahaan. Profitabilitas dapat diukur

    melalui kemampuan perusahaan mempertahankan kebijakan deviden yang

    stabil sementara pada saat yang sama dapat mempertahankan kenaikan

    kekayaan pemegang saham dalam perusahaan. Nilai rata-rata ROA dari ketiga

    perusahaan yang menjadi sampel penelitian dapat dilihat dibawah ini:

    Tabel IV.2 Nilai Return on Equity Tahun 2000 - 2009

    No Nama Perusahaan Tahun ROE Rata-Rata

    1 PT. Aneka Tambang Tbk.

    2000 23,96

    25,46

    2001 18,66 2002 10,57 2003 13,1 2004 38,35 2005 30,77 2006 36,27 2007 58,5 2008 16,97 2009 7,42

    2 PT. Astra International Tbk.

    2000 -14

    26,85

    2001 32,9 2002 55,96 2003 37,76 2004 35,48 2005 26,72 2006 16,59 2007 24,18 2008 27,78 2009 25,17

    3 Bank BCA Tbk.

    2000 28,5

    24,18

    2001 31,92 2002 22,09 2003 18,94 2004 22,95 2005 22,7 2006 23,48 2007 21,96 2008 24,81

    2009 24,44

  • Bartolomeus Budi Bintara

    18

    EPS atau laba per lembar saham adalah tingkat keuntungan bersih

    untuk tiap lembar sahamnya yang mampu diraih perusahaan pada saat

    menjalankan operasinya. Laba per lembar saham atau EPS di peroleh dari laba

    yang tersedia bagi pemegang saham biasa dibagi dengan jumlah rata rata

    saham biasa yang beredar. Nilai rata-rata ROA dari ketiga perusahaan yang

    menjadi sampel penelitian dapat dilihat dibawah ini:

    Tabel IV.2 Nilai Earning Per Share Tahun 2000 - 2009

    No Nama Perusahaan Tahun EPS Rata-Rata

    1 PT. Aneka Tambang Tbk.

    2000 311

    323,70

    2001 291 2002 93 2003 119 2004 425 2005 441 2006 814 2007 537 2008 143 2009 63

    2 PT. Astra International Tbk.

    2000 -95

    1268,90

    2001 333 2002 1394 2003 1096 2004 1335 2005 1348 2006 917 2007 1610 2008 2271 2009 2480

    3 Bank BCA Tbk.

    2000 340

    378,90

    2001 1049 2002 422 2003 390 2004 260 2005 292 2006 344 2007 182 2008 234

    2009 276

  • Bartolomeus Budi Bintara

    19

    Pada tabel IV.1 dapat kita lihat bahwa dalam skala total rata-rata

    perusahaan, PT. Aneka Tambang Tbk. (ANTM) memiliki nilai ROA yang

    paling tinggi dibandingkan dengan dua perusahaan lainnya. ANTM memiliki

    total ROA 15,81, kemudian PT. Astra International Tbk. (ASII) menempati

    posisi kedua dengan nilai ROA 9,44 dan terakhir adalah PT. Bank Central Asia

    Tbk. (BBCA) dengan nilai ROA 2,46. Total rata-rata ROA ketiga perusahaan

    ini adalah 9,24. Dari ketiga perusahaan yang menjadi sampel penelitian ini

    hanya ASII yang memiliki nilai ROA negatif, yakni pada tahun 2000 dengan

    nilai ROA sebesar -0,87. Sedangkan dari tingkat perusahaan, BBCA

    merupakan perusahaan yang memiliki ROA setiap tahunnya dibawah nilai

    ROA rata-rata keseluruhan perusahaan.

    Pada tabel IV.2 dapat kita lihat bahwa dalam skala total rata-rata

    perusahaan, ASII menduduki peringkat pertama dalam nilai ROE yakni dengan

    nilai sebesar 26,85. Meskipun pada tahun 2000 ASII menghasilkan ROE

    negatif (-14,00), namun pada tahun-tahun berikutnya ASII terbukti mampu

    meningkatkan ROE-nya secara signifikan. Bahkan rata-rata total ROE ASII

    pada tahun 2000 sampai dengan 2009 lebih besar dari rata-rata total ROE

    ketiga perusahaan sampel (25,5). BBCA kembali menempati posisi terakhir

    dalam peringkat ROE ini. Secara keseluruhan, rata-rata total ROE masing-

    masing perusahaan dapat dikatakan tidak terpaut jauh.

    Pada tabel IV.3 dapat kita lihat bahwa dalam skala total rata-rata

    perusahaan, ASII kembali menduduki peringkat pertama dalam nilai EPS yakni

    dengan nilai sebesar 1268,90, meskipun pada tahun 2000 ASII menghasilkan

    EPS negatif (-95,00). Posisi kedua dalam tabel ini ditempati oleh BBCA

    (378,90), dan posisi terakhir ditempati oleh ANTM (323,70). Rata-rata total

    EPS untuk ketiga perusahaan ini adalah 657,17.

    B. HARGA SAHAM RATA-RATA Harga saham yang berlaku setiap hari selalu berubah-ubah, naik

    ataupun turun. Data harga saham yang diperoleh dalam penelitian inipun

  • Bartolomeus Budi Bintara

    20

    berfluktuasi. Tabel IV.4 menyajikan data mengenai harga saham rata-rata

    untuk ketiga perusahaan sampel.

    Tabel IV.4 Harga Saham Rata-Rata Tahun 2000 - 2009

    No Nama Perusahaan Tahun High Low Avg Rata-Rata

    1 PT. Aneka Tambang Tbk.

    2000 1425 875 1150

    2839,00

    2001 1250 700 975 2002 1375 350 862,5 2003 1975 550 1262,5 2004 2150 925 1537,5 2005 3825 1720 2772,5 2006 8450 3500 5975 2007 16700 1825 9262,5 2008 4600 770 2685 2009 2775 1040 1907,5

    2 PT. Astra International Tbk.

    2000 1350 1140 1245

    13445,55

    2001 1600 1350 1475 2002 2900 2100 2500 2003 3690 2960 3325 2004 10300 8900 9600 2005 10900 9500 10200 2006 12704 10717 11710,5 2007 32200 27000 29600 2008 30400 29800 30100 2009 37000 32400 34700

    3 Bank BCA Tbk.

    2000 1430 970 1200

    2967,13

    2001 1900 1050 1475

    2002 2825 2175 2500

    2003 3019 2587,5 2803,25

    2004 3600 2350 2975

    2005 3625 3175 3400

    2006 4596 4040 4318

    2007 3800 2400 3100

    2008 4025 3375 3700

    2009 4300 4100 4200

    Pada tabel diatas dapat kita lihat bahwa harga saham tahunan rata-rata

    untuk masing-masing perusahaan sangat berfluktuasi. ANTM sebagai

    perusahaan perseroan strategis ternyata memiliki rata-rata harga saham akhir

    tahunan yang paling kecil dibandingkan dengan dua perusahaan lainnya, dan

    ASII menempati posisi tertinggi (13445,55-ASII, 2967,13-BBCA, 2839,00-

    ANTM). Saham ASII nampak merupakan saham yang paling berprestasi dan

  • Bartolomeus Budi Bintara

    21

    terus mengalami peningkatan harga dengan margin high-low 2000 - 2009

    sebesar 33455. Melihat data pada tabel IV.4 kita dapat menyimpulkan secara

    kasar bahwa investor sangat mengapresiasi positif saham ASII karena trend

    yang terjadi selama tahun 2000 2009 adalah trend positif.

    C. UJI STATISTIK

    Pada tahap ini akan dilakukan analisis korelasi antara ROA dengan

    Harga Saham, ROE dengan Harga Saham dan EPS dengan Harga Saham.

    Distribusi data awal ROA, ROE, EPS, dan Harga Saham tidak normal,

    sehingga dilakukan transformasi ln terhadap data ROA, ROE, EPS dan Harga

    Saham dan hasilnya satu data ROA, ROE, dan EPS yang sangat menyimpang

    dikeluarkan. Dalam hal ini data yang dikeluarkan adalah data ROA, ROE, dan

    EPS ASII yang bernilai negatif. Kemudian setelah data kembali diuji

    sebarannya dan dinyatakan normal, baru dapat diuji korelasi masing-masing

    denga metode Pearson Correlation.

    D. UJI NORMALITAS Tabel IV.5 - Output Normalitas ROA, ROE, EPS dan Harga Saham Sebelum Transformasi

    Tests of Normality

    Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig.

    ROA .198 30 .004 .704 30 .000

    ROE .130 30 .200* .924 30 .034

    EPS .264 30 .000 .826 30 .000

    HGSHM .326 30 .000 .603 30 .000

    a. Lilliefors Significance Correction

    *. This is a lower bound of the true significance.

  • Bartolomeus Budi Bintara

    22

    Dalam tabel IV.5 secara jelas dilihat dalam kolom pengujian

    Kolmogorov-Smirnov bahwa variabel yang sebaran awalnya normal adalah

    ROE (Sig.0,200 > Confidence 0,05), sedangkan sebaran variabel lainnya sangat

    menyimpang. Namun untuk lebih memberikan keyakinan, variabel ROE ini

    juga di-transformasi dan hasilnya satu data ROE dikeluarkan.

    Tabel IV.6 - Output Normalitas ROA, ROE, EPS dan Harga Saham Setelah Transformasi

    Tests of Normality

    Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig.

    LnROA .132 29 .200* .934 29 .068

    LnROE .155 29 .071 .957 29 .272

    LnEPS .131 29 .200* .969 29 .538

    LnHGSHM .156 29 .068 .919 29 .028

    a. Lilliefors Significance Correction

    *. This is a lower bound of the true significance.

    Hasil output SPSS diatas menunjukkan bahwa masing-masing

    variabel sudah terdistribusi normal dengan segnifikansi masing-masing

    variabel adalah (LnROA LnROE LnEPS LnHGSHM) 0,200 0,071

    0,200 0,068 masing-masing lebih besar dari nilai confidence 0,05.

    E. ANALISIS KORELASI

    Untuk tabel korelasi LnROA, LnROE, LnEPS, dan LnHGSHM akan

    ditunjukkan pada halaman selanjutnya.

  • Bartolomeus Budi Bintara

    23

    Tabel IV.7 Tabel Output Analisis Korelasi ROA, ROE, dan EPS dengan Harga Saham

    Correlations

    LnROA LnROE LnEPS LnHGSHM

    LnROA Pearson Correlation 1 .397* .369* .318

    Sig. (2-tailed) .033 .049 .093

    N 29 29 29 29

    LnROE Pearson Correlation .397* 1 .644** .247

    Sig. (2-tailed) .033 .000 .196

    N 29 29 29 29

    LnEPS Pearson Correlation .369* .644** 1 .709**

    Sig. (2-tailed) .049 .000 .000

    N 29 29 29 29

    LnHGSHM Pearson Correlation .318 .247 .709** 1

    Sig. (2-tailed) .093 .196 .000

    N 29 29 29 30

    *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

    **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

    Hasil analisis korelasi diatas menunjukkan bahwa angka Sig. (2-

    tailed) dapat kita lihat bahwa angka signifikansi yang nilainya dibawah 0,05

    adalah EPS yaitu 0,000. Dalam hubungan variabel independen dengan

    variabel dependen, ROA dan ROE memiliki nilai Sig. (2-tailed) sebesar 0,093

    dan 0,196 atau lebih besar daripada 0,05. Hal ini menandakan bahwa ROA

    dan ROE tidak memiliki korelasi dengan Harga Saham. Atau menunjukkan

    korelasi yang lemah. Namun EPS dengan nilai Sig. (2-tailed) 0,000

    menunjukkan korelasi yang sangat kuat dengan angka 0,709 pada tabel

    Pearson Correlation menunjukkan korelasi positif yang kuat (nilai berada

    pada 0,50 1,00). Berdasarkan tabel diatas, melalui nilai Sig. (2-tailed) dapat

    dibuat urutan korelasi sebagai berikut :

    1. EPS dengan Harga Saham (Sig.0,000 Pearson Correlation 0,709).

    2. ROA dengan Harga Saham (Sig.0,093 Pearson Correlation 0,318).

    3. ROE dengan Harga Saham (Sig.0,196 Pearson Correlation 0,247).

  • Bartolomeus Budi Bintara

    24

    BAB V

    KESIMPULAN

    A. KESIMPULAN

    Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan tentang analisis

    perbandingan korelasi ROA, ROE dan EPS dengan Harga Saham pada PT.

    Aneka Tambang Tbk., PT. Astra International Tbk., dan PT. Bank Central Asia

    Tbk., dapat menjawab pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan pada bab

    pendahuluan, yaitu :

    1. Return on Asset (ROA) dengan Harga Saham pada PT. Aneka

    Tambang Tbk. (ANTM), PT. Astra International Tbk. (ASII), dan

    PT. Bank Central Asia Tbk. (BBCA), tidak memiliki korelasi yang

    signifikan.

    2. Return on Equity (ROE) dengan harga saham pada PT. Aneka

    Tambang Tbk. (ANTM), PT. Astra International Tbk. (ASII), dan

    PT. Bank Central Asia Tbk. (BBCA), tidak memiliki korelasi yang

    signifikan.

    3. Earnings per Share (EPS) dengan harga saham pada PT. Aneka

    Tambang Tbk. (ANTM), PT. Astra International Tbk. (ASII), dan

    PT. Bank Central Asia Tbk. (BBCA), memiliki korelasi signifikan

    dan nilai korelasinya adalah positif kuat.

    Kemudian berdasarkan temuan diatas dapat dikembangkan

    kesimpulan bahwa dalam kasus PT. Aneka Tambang Tbk., PT. Astra

    International Tbk., dan PT. Bank Central Asia Tbk., pada periode tahun 2000

    sampai dengan tahun 2009, investor pada ketiga perusahaan tersebut cenderung

    menggunakan pengamatan rasio EPS dalam teknik analisis fundamentalnya

    dibandingkan dengan pengamatan rasio ROA dan ROE. Hal ini dapat berujung

    pada dua hal yaitu bahwa investor berharap bahwa dengan nilai rasio EPS yang

    tinggi akan memberikan pengembalian berupa deviden yang juga tinggi. Hal

  • Bartolomeus Budi Bintara

    25

    kedua adalah investor menggunakan dasar teknik analisis fundamental yang

    lain sebagai kombinasi penggunaan rasio EPS untuk menilai profitabilitas dan

    prospek investasi pada ketiga perusahaan ini. Namun hal kedua ini harus

    dibuktikan secara empiris pada penelitian berikutnya.

    B. KETERBATASAN PENELITIAN

    Penulis berusaha memberikan dasar dan metode penelitian yang

    komprehensif untuk memberikan hasil penelitian yang dapat dipertanggung

    jawabkan. Namun penelitian ini tetap memiliki keterbatasan, diantaranya

    adalah :

    1. Bersifat kasuistik, yakni tidak dapat digeneralisasi untuk

    perusahaan-perusahaan lainnya, atau juga tiga perusahaan yang

    sama untuk periode diluar periode tahun sampel penelitian.

    2. Hanya berfokus pada analisis korelasi rasio ROA, ROE, dan EPS

    dengan Harga Saham, dari sekian banyak rasio yang dapat

    dipergunakan investor untuk membuat analisis saham.

    3. Penelitian mengabaikan berbagai aspek corporate action yang

    dapat mempengaruhi nilai-nilai rasio yang dipakai sebagai proksi

    penelitian dan juga tentunya mempengaruhi dapat harga saham.

    Diharapkan dengan penjabaran keterbatasan penelitian ini, dapat

    menjadi pertimbangan pada penelitian selanjutnya.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Beaver, William B. 1968. The Information Content of Annual Earnings

    Announcements. Empirical Research in Accounting, Supplement to

    Journal of Accounting Research 6, hlm. 67-92.

    Bodi,Z, Alex, Kent and Alan, J. Marcus. 2002. Investments. 5th Edition. USA: Mc

    Graw-Hill.

    Fabozzi, Frank J. 1999. Bond Markets: Analysis and Strategies. Prentice Hall

    Fama, Eugene F. Efficient Capital Markets: A Review Of Theory And Empirical

    Work. The Journal of Finance, 1965.

    Husnan, Suad, 1994. Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. Edisi

    Ke-2, Cetakan Pertama. Penerbit AMPYKPN, Yogyakarta.

    Investopedia Encyclopedia For Investor. Fundamental and Technical Analysis.

    Internet : www.investopedia.com.

    Kirkpatrick dan Dahlquist. Technical Analysis: The Complete Resource for

    Financial Market Technicians. Financial Times Press, 2006, halaman 3.

    ISBN 0-13-153113-1.

    Lo, Andrew W.; Hasanhodzic, Jasmina. The Evolution of Technical Analysis:

    Financial Prediction from Babylonian Tablets to Bloomberg Terminals.

    Bloomberg Press, 2010. ISBN 1576603490.

    Panggabean, Raja Lambas J. Analisis Perbandingan Korelasi EVA dan ROE

    Terhadap Harga Saham LQ 45 Di Bursa Efek Jakarta. Jurnal

    Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 3 No. 5, Juni 2005.

  • Susan V. Crosson; Belverd E., Jr Needles; Needles, Belverd E.; Powers, Marian

    (2008). Principles of accounting. Boston: Houghton Mifflin.

    p. 209. ISBN 0-618-73661-1.

    Tandelilin, E. 2001, Analisa Investasi dan Manajemen Portofolio, Yogyakarta:

    BPFE.

    Wikipedia The Free Encyclopedia . Fundamental Analysis. Internet :

    http://en.wikipedia.org/wiki/Fundamental_analysis.

    Wikipedia The Free Encyclopedia . Rate of Return. Internet :

    http://en.wikipedia.org/wiki/Return_on_Investment.

    01-Cover02-Abstract03-Bab04-Daftar Pustaka