analisis pengaruh return on asset (roa),...

127
ANALISIS PENGARUH RETURN ON ASSET (ROA), FINANCING TO DEPOSIT RATIO (FDR), INFLASI, DAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP RETURN ON EQUITY (ROE) BANK SYARIAH DI INDONESIA PERIODE JANUARI 2006 JUNI 2012 Oleh : TRI MINARNI NIM : 108084000040 JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H / 2013 M

Upload: phungnguyet

Post on 01-Sep-2018

232 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

ANALISIS PENGARUH RETURN ON ASSET (ROA), FINANCING

TO DEPOSIT RATIO (FDR), INFLASI, DAN NILAI TUKAR

RUPIAH TERHADAP RETURN ON EQUITY (ROE) BANK

SYARIAH DI INDONESIA PERIODE JANUARI 2006 – JUNI 2012

Oleh :

TRI MINARNI

NIM : 108084000040

JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1434 H / 2013 M

i

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

1. Nama Lengkap : Tri Minarni

2. Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 01 Agustus 1990

3. Alamat : Jl. Aren I RT.009/RW.03 No.6

Kel.Pondok Betung - Kec.Pondok Aren

Tangerang Selatan 15221

4. Jenis Kelamin : Perempuan

5. Agama : Islam

6. Email : [email protected]

7. Twitter : @niynie

II. PENDIDIKAN FORMAL

1. TK Kartika X-11 Jakarta (1995-1996)

2. SD Kartika X-4 Jakarta (1996-2002)

3. SMP Perwira Jakarta (2002-2005)

4. SMAN 108 Jakarta (2005-2008)

5. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (2008-2013)

III. PENGALAMAN ORGANISASI

1. Anggota PMR (Palang Merah Remaja) SMP Perwira Jakarta

2. Anggota OSIS SMP Perwira Jakarta

3. Anggota OSIS SMAN 108 Jakarta

4. Anggota BEMJ IESP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

ii

ABSTRACT

Purpose of this study was to analyze the effect of the influence of Return

On Assets (ROA), Financing To Deposit Ratio (FDR), Inflation, and Kurs of

Return On Equity (ROE). The analysis was carried using monthly data time

series published by bank Indonesia sharia from January 2006 – June 2012. A

methods of analysis using Ordinary Least Square (OLS) on the program

Eviews 6.0.

The result of the analysis indicate Return On Assets (ROA), Inflation, and

Kurs have influence of Return On Equity (ROE). While Financing To Deposit

Ratio (FDR) no have influence of Return On Equity (ROE) by bank Indonesia

sharia .

Keyword : Return On Assets (ROA), Financing To Deposit Ratio (FDR),

Inflation, Kurs, Return On Equity (ROE), Ordinary Least Square (OLS)

iii

ABSTRAK

Tujuan Penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh pengaruh

Return On Assets (ROA), Financing To Deposito Ratio (FDR), Inflasi, dan

Nilai Tukar Rupiah terhadap Return On Equity (ROE) bank Syariah di

Indonesia. Variabel terikat yang digunakan adalah Return On Equity (ROE),

sedangkan variabel bebasnya adalah Return On Assets (ROA), Financing To

Deposito Ratio (FDR), Inflasi, dan Nilai Tukar Rupiah. Data yang digunakan

adalah data time series yaitu periode Januari 2006 – Juni 2012. Sumber data

penelitian ini diperoleh dari Bank Indonesia (BI). Untuk menganalisis, penulis

menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS) pada program Eviews 6.0.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa variabel Return On Assets (ROA),

Inflasi, dan Nilai Tukar Rupiah mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

Return On Equity (ROE). Sedangkan Financing To Deposito Ratio (FDR)

tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Return On Equity (ROE)

perbankan syariah di Indonesia.

Kata kunci: Return On Assets (ROA), Financing To Deposito Ratio (FDR),

Inflasi, dan Nilai Tukar Rupiah, Return On Equity (ROE), Ordinary Least

Square (OLS)

iv

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr Wb.

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji dan syukur senantiasa penulis

panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan limpahan nikmat,

rahmat dan kasih sayang-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada

Nabi besar kita Nabi Muhammad SAW, sang pembawa risalah islam,

pembawa syafaat bagi umatnya dihari akhir nanti.

Penulis menyadari bahwa selama penyusunan skripsi ini banyak

mengalami hambatan serta rintangan, namun berkat doa, bimbingam,

dukungan semangat dan bantuan dari berbagai pihak penulis dapat

menyelesaikan penulisan skripsi ini. Untuk itu secara khusus penulis

mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada:

1. Kedua Orang Tua saya tercinta Bapak Mino Koco dan Ibu Sukatmi, terima

kasih yang tak terhingga untuk segala do’a yang tak pernah berhenti mulai

dari saya lahir sampai selamanya. Terima kasih atas segala sesuatu dari

mereka yang telah dicurahkan seluruhnya untuk hidup saya baik dukungan

moril maupun materil yang mungkin tidak akan bisa terbayar sampai

kapan pun. Saya akan berusaha semaksimal mungkin untuk menjadi orang

yang sukses dan menjadi anak yang berbakti selamanya sampai akhir

hidup saya hanya untuk dapat membahagiakan kedua orang tua saya.

Terima kasih banyak Bapak dan Ibu yang selama ini telah merawat,

menjaga, membesarkan, membiayai pendidikan saya sampai selesai kuliah

dan terima kasih atas dukungan, do’a yang tak pernah putus sampai saat

ini, serta kesabaran kalian yang luar biasa.

2. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS, Selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan

Bisnis UIN yang secara tidak langsung telah mengarahkan dan memotivasi

selama penulis menggali ilmu pengetahuan di FEB UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

v

3. Bapak Dr. Ir. H. Roikhan Mochammad Aziz, M.M selaku dosen

pembimbing I yang telah banyak membantu penulis sehingga skripsi ini

dapat terselesaikan. Terima kasih banyak atas kemudahan dan didikan

yang bapak berikan bapak kepada saya, dengan apa yang bapak ajarkan

membuat saya mengerti bahwa meskipun kita mengejar kesuksesan dalam

hidup ini, tapi ada satu hal yang tidak boleh untuk ditinggalkan, yaitu

ibadah.

4. Bapak Yoghi Citra Pratama, M.si. Selaku dosen pembimbing II yang telah

banyak membantu penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

5. Bapak Dr. Lukman Selaku Ketua jurusan Ilmu Ekonomi Studi

Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

6. Ibu Utami Baroroh, M.si. Selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Ekonomi Studi

Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta,

7. Segenap Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan

ilmu-ilmu yang bermanfaat bagi saya dan untuk kemajuan FEB UIN

Syahid Jakarta, serta staf karyawan yang telah memberikan pelayanan

kepada setiap mahasiswa.

8. Kakak-kakakku tersayang, Bambang Eko Suseno, Tri Widianti, Budi

Sugiharto, dan Leni Marlina yang telah memberikan dukungan dan

bantuannya baik secara moril maupun materil. Terima kasih atas segala

nasihat dari kakak untuk saya, semoga kakak selalu dalam lindungan Allah

SWT.

9. Sahabat-sahabat terbaikku Junia Savitri, Lidia Marcha, Ratna Indriatna,

Firda Rahman, Nur Farida, Rintia Eviani, Devi Pramita. Terimakasih

banyak sudah mau menjadi sahabatku walaupun mungkin selama ini saya

hanya bisa merepotkan. Semoga persahabatan kita dapat terus terjalin

selamanya.

vi

10. Untuk sahabat-sahabat terbaikku di kelas IESP B. Fitria Sakinah, Nur

Khalifah, Feline, Hanum Chairani, Nuning, Dyan Fitria, Adi Prabowo

kalian selalu memberikan semangat untuk terus maju dan tidak putus asa.

11. Teman-teman seperjuangan di kelas IESP B dan kelas ekonomi islam

2008. Oky, Fahri, Adha, Yanti, Venie, Amah, Iyam, Siska, Fahmi, Iqbal,

Yusuf Rendy, Anwar, Bambang Rizki, Yusuf Ramadhan, Bayu, Jom,

Husein, Aryo, Egi, Dimas, Septiawan Doyok, Hafiz, Dani, Kiky, Suci,

Irish, Atha, Riri, Ely, Hasan, dan semuanya rekan IESP dan yang tidak

bisa kusebut satu-satu. Terima kasih sudah memberi warna indah untuk

kehidupan perkuliahanku.

12. Untuk para senior di UIN ka Dea, ka Zia, ka Riska, Heri, Satria, dan

kakak kelas yang lain yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, terima

kasih atas nasihat yang telah kalian berikan untuk saya.

13. Dan kepada seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Harapan besar penulis, agar skripsi ini dapat memberi manfaat bagi

semua pihak khususnya pembaca. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih

jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun

sangatlah diharapkan penulis dalam mencapai kesempurnaan skripsi ini. Akhir

kata penulis mengharapkan semoga penelitian ini dapat berguna dan

bermanfaaat bagi penulis dan pihak lain yang membutuhkan. Terima Kasih.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Jakarta, 22 Mei 2013

Penulis

(Tri Minarni)

vii

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................ i

ABSTRACT .............................................................................................. ii

ABSTRAK ................................................................................................ iii

KATA PENGANTAR .............................................................................. iv

DAFTAR ISI ............................................................................................. vii

DAFTAR TABEL ..................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xiii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xiv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ................................................................... 9

C. Tujuan Penelitian .................................................................... 10

D. Manfaat Penelitian .................................................................. 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Bank Syariah .......................................................................... 13

1. Pengertian Bank Syariah .................................................... 13

B. Return On Equity (ROE) ........................................................ 15

1. Pengertian ROE .................................................................. 15

2. Rumus ROE ........................................................................ 16

C. Return On Assets (ROA) ......................................................... 18

viii

1. Pengertian ROA ................................................................. 18

2. Rumus ROA ....................................................................... 19

3. Hubungan antara ROA terhadap ROE ............................... 20

D. Financing to Deposit Ratio (FDR) .......................................... 21

1. Pengertian FDR .................................................................. 21

2. Rumus FDR ....................................................................... 22

3. Hubungan antara FDR terhadap ROE ................................ 24

E. Inflasi ....................................................................................... 24

1. Pengertian Inflasi dalam konvensional ................................ 24

2. Jenis Inflasi .......................................................................... 26

3. Teori Inflasi .......................................................................... 28

4. Efek Inflasi ........................................................................... 29

5. Penyebab Inflasi dalam Islam .............................................. 31

6. Pengendalian Inflasi dalam Perspektif Islam ....................... 33

7. Hubungan antara Inflasi terhadap ROE ............................... 34

F. Nilai Tukar (Kurs) .................................................................... 35

1. Pengertian Kurs .................................................................... 35

2. Teori Nilai Tukar dalam Islam ............................................. 37

3. Hubungan antara Kurs terhadap ROE .................................. 38

G. Penelitian Terdahulu ................................................................ 39

H. Kerangka Pemikiran ................................................................ 45

I. Hipotesa .................................................................................... 47

ix

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian ....................................................... 49

B. Metode Penentuan Sampel ....................................................... 49

C. Metode Pengumpulan Data ...................................................... 50

D. Metode Analisis Data .............................................................. 50

1. Uji Stasioner ......................................................................... 52

a. Uji Akar Unit ................................................................... 53

b. Uji Derajat Integrasi ........................................................ 54

2. Uji Asumsi Klasik ................................................................ 55

a. Uji Normalitas ................................................................. 55

b. Uji Multikolinieritas ........................................................ 56

c. Uji Heteroskedastisitas .................................................... 57

d. Uji Autokorelasi .............................................................. 58

3. Uji Statistik .......................................................................... 59

a. Uji Parsial (Uji-t) ............................................................. 59

b. Uji Fisher (Uji F) ............................................................. 60

c. Uji Koefisien Determinasi R2 .......................................... 61

E. Operasional Variabel Penelitian ............................................... 61

1. Variabel Dependen ............................................................... 61

2. Variabel Independen ............................................................ 61

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ............................ 64

1. Perkembangan ROE di Perbankan Syariah .......................... 64

x

2. Perkembangan ROA di Perbankan Syariah ......................... 66

3. Perkembangan FDR di Perbankan Syariah .......................... 68

4. Perkembangan Laju Inflasi di Indonesia .............................. 70

5. Perkembangan Kurs ............................................................. 72

B. Analisis dan Pembahasan ......................................................... 74

1. Uji Stasioneritas ................................................................... 74

a. Uji akar Unit .................................................................... 74

b. Uji Derajat Integrasi ........................................................ 76

2. Hasil Uji Asumsi Klasik ...................................................... 77

a. Uji Normalitas ................................................................. 77

b. Uji Multikolinieritas ........................................................ 78

c. Uji Heteroskedastisitas .................................................... 79

d. Uji Autokorelasi .............................................................. 80

3. Uji Statistik .......................................................................... 81

a. Uji Parsial (Uji t) ............................................................. 83

b. Uji Fisher (Uji F) ............................................................. 85

c. Koefisien Determinasi ..................................................... 85

4. Analisis Ekonomi ................................................................. 86

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

A. Kesimpulan .............................................................................. 89

B. Implikasi .................................................................................. 90

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 92

LAMPIRAN ........................................................................................... 95

xi

DAFTAR TABEL

Nomor Keterangan Halaman

1.1 Perkembangan ROE, ROA, FDR, Inflasi, Kurs 2006-2011 6

2.1 Penelitian Terdahulu 42

3.1 Operasional Variabel Penelitian 62

4.1 Uji Akar Unit Variabel dalam bentuk Level 75

4.2 Uji Akar Unit Variabel dalam bentuk First Difference 76

4.3 Uji Normalitas Jarque-Bera 77

4.4 Hasil Uji Correlation Matrix 78

4.5 Hasil Uji White Heterokedastisicity Test 80

4.6 Hasil Regresi LM Test 81

4.7 Hasil Regresi dengan Metode OLS 82

4.8 Hasil Uji t-Statistik 83

xii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Keterangan Halaman

2.1 Kerangka Pemikiran 46

4.1 Perkembangan Return On Equity 65

4.2 Perkembangan Return On Assets 67

4.3 Perkembangan Financing to Deposit Ratio 69

4.4 Perkembangan Inflasi 71

4.5 Perkembangan Kurs 73

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Keterangan Halaman

1 Data Variabel Penelitian 96

2 Uji Stasioner 99

3 Uji Normalitas 108

4 Uji Multikolinieritas 108

5 Uji Heteroskedastisitas 108

6 Uji Autokorelasi 109

7 Uji Regresi OLS 109

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perbankan memiliki peranan yang sangat penting dalam pertumbuhan

ekonomi suatu negara. Untuk itu, perlu dilakukan penataan langkah

pengelolaan agar perbankan dapat menjadi suatu industri yang kuat, efisien

dan mampu menopang pertumbuhan ekonomi serta mendukung kestabilan

sistem keuangan.

Bank merupakan lembaga intermediasi yang berfungsi sebagai

perantara dua pihak yang kelebihan dana dan kekurangan dana. Menurut

Sartono (2001:82) secara umum fungsi utama bank adalah menghimpun dana

dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat untuk

berbagai tujuan atau sebagai Financial Intermediary, sedangkan pengertian

bank umum menurut Undang-Undang No.10 tahun 1998, “Bank Umum

adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau

berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam

lalu lintas pembayaran“.

Sistem perbankan yang selama ini dikenal masyarakat adalah jasa

keuangan berdasarkan sistem bunga. Berbeda dengan sistem bunga, terdapat

satu alternatif sistem jasa layanan keuangan yang bisa menjadi pilihan

masyarakat, yaitu perbankan dengan sistem yang berdasarkan hukum Islam,

yang dikenal dengan bank syariah.

2

Bank syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya

memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran

serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip-

prinsip syariat islam (Muhammad, 2005:1).

Awal mula perjalanan perbankan syariah di Indonesia dimulai dengan

didirikannya Bank Muamalat Indonesia (BMI) pada tahun 1991 dengan

Undang-undang No.7 tahun 1992 walaupun pembahasan perbankan dengan

sistem bagi hasil hanya sepintas diuraikan. Sistem bank syariah baru mulai

dilirik sejak terjadinya krisis ekonomi pada tahun 1998. Di tengah-tengah

krisis keuangan global yang melanda dunia pada penghujung akhir tahun

2008, lembaga keuangan syariah kembali membuktikan daya tahannya dari

terpaan krisis. Lembaga-lembaga keuangan syariah tetap stabil dan

memberikan keuntungan, kenyamanan serta keamanan bagi para pemegang

sahamnya, pemegang surat berharga, peminjam dan para penyimpan dana di

bank-bank syariah.

Hal ini dapat dibuktikan dari keberhasilan bank Muamalat melewati

krisis yang terjadi pada tahun 1998 dengan menunjukkan kinerja yang

semakin meningkat dan tidak menerima sepeser pun bantuan dari pemerintah

dan pada krisis keuangan tahun 2008, bank Muamalat bahkan mampu

memperoleh laba Rp.300 miliar lebih.

Krisis ekonomi yang berawal dari tahun 1997/1998 di masa orde baru

tersebut ditandai dengan menurunnya pertumbuhan ekonomi Indonesia

sampai pada minus 4%. Inti penurunan pertumbuhan ini adalah merosotnya

3

produksi nasional secara rill. Artinya, secara nasional produksi yang menurun

tersebut menyebabkan penurunan penghasilan yang ditandai dengan

menurunnya daya beli masyarakat. (Siamat, 1993:64)

Secara makro ekonomi krisis ekonomi dengan pertumbuhannya minus

4%, inflasi yang amat tinggi dan suku bunga yang meningkat kesemuanya itu

menghasilkan kemerosotan yang tajam pada perusahaan-perusahaan di

Indonesia. Di samping itu nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing,

khususnya terhadap dollar Amerika Serikat (AS) yang terdepresiasi hingga

350% mengakibatkan peningkatan rasio utang pada struktur modal

perusahaan yang pada saat itu banyak melakukan pendanaan modal asing.

Dampak krisis ini masih terasa hingga saat ini dimana perekonomian

Indonesia masih mengalami kegoncangan.

Perbankan syariah sebenarnya dapat menggunakan momentum ini

untuk menunjukkan bahwa perbankan syariah benar-benar tahan dan kebal

krisis dan mampu tumbuh dengan signifikan. Oleh karena itu, perlu langkah-

langkah strategis untuk merealisasikannya. Ketika itu Bank Indonesia

melakukan uji kelayakan terhadap semua bank nasional dan BMI yang baru

berumur beberapa tahun dan sebagai satu-satunya bank yang beroperasi

berdasarkan prinsip syariah. Sejak itulah banyak bank konvensional mulai

jatuh hati dengan bank syariah dan mulai memberikan dan menyelenggarakan

pelatihan dalam bidang perbankan syariah.

4

Menurut Amin Maruf (2000:3) perkembangan bank syariah di

Indonesia dipengaruhi oleh potensial market yang cukup besar, serta

ditetapkannya bunga bank haram oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI). Salah

satu indikator utama untuk mengukur perkembangan bank syariah di

Indonesia adalah dengan melihat besarnya jumlah pembiayaan yang

disalurkan oleh bank syariah kepada nasabahnya.

Tingkat kesehatan bank dapat dinilai dari beberapa indikator. Salah

satu sumber utama indikator yang dijadikan dasar penilaian adalah laporan

keuangan bank yang bersangkutan. Berdasarkan laporan itu akan dapat

dihitung sejumlah rasio keuangan yang lazim dijadikan dasar penilaian

tingkat kesehatan bank (Sartono, 2001:114).

Rasio keuangan yang penting untuk di jadikan penilaian tingkat

kesehatan pada bank yaitu Return on equity (ROE). ROE sangatlah penting

bagi bank, karena modal merupakan faktor utama guna kelangsungan hidup

bank itu nantinya, yang dalam pengelolaannya selalu mengandung resiko.

Pengelolaan rasio merupakan suatu keharusan bagi dunia usaha yang mana

kemunculannya bisa setiap saat. Oleh karena itu pengelolaan rasio harus

dilakukan secara terarah dan berkaitan antara prinsip-prinsip yang

berlandaskan kebijakan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.

Return on equity (ROE) digunakan untuk mengukur efektivitas

perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan

ekuitas yang dimilikinya. ROE merupakan rasio antara laba sesudah pajak

5

terhadap total ekuitas yang berasal dari setoran pemilik modal, laba tak

dibagi dan cadangan lain yang dikumpulkan oleh perusahaan.

ROE berarti juga ukuran untuk menilai seberapa besar tingkat

pengembalian (return) dari modal sendiri yang ditanamkan dalam bisnis yang

bersangkutan. Apabila ROA (Return On Assets) digunakan untuk mengukur

efektifitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan

memanfaatkan aktiva/aset yang dimilikinya keduanya sama-sama dinyatakan

dalam presentase. Penanam modal lebih mengharapkan ROE yang tinggi dari

pada ROA kerena ROA sangat berkaitan dengan hutang perusahaan yang

mengandung biaya hutang.

ROE bagi bank sangat penting karena hal tersebut untuk mengukur

kinerja dari modal sendiri bank dalam menghasilkan keuntungan. Sementara

resiko bank adalah ketidakpastian akan tingkat keuntungan yang didapat,

dengan karakteristik bank yang berbeda dengan perusahaan non bank dimana

bank lebih suka untuk mendapatkan dana operasionalnya dari pihak ketiga

(tabungan dan deposito) namun hal tersebut mengandung resiko bila nasabah

mengambil dananya secara bersamaan bila bank tidak mempunyai modal

sendiri yang memadai maka likuiditas bank akan menurun. Hal inilah yang

menyebabkan ROE sangat penting bagi bank.

Semakin tinggi ROE menandakan bahwa perusahaan semakin baik

dalam mensejahterakan para pemegang saham yang bisa dihasilkan dari

setiap lembar saham ROE yang semakin meningkat memberikan tanda bahwa

6

kekuatan operasional dan keuangan perusahaan semakin baik, selanjutnya

memberikan pengaruh positif terhadap pasar ekuitas. Keberadaan ROE bagi

bank sangat penting karena hal tersebut untuk mengukur kinerja dari modal

sendiri bank dalam menghasilkan keuntungan.

Berdasarkan data Bank Indonesia dari tahun 2006 sampai 2011

menjelaskan bahwa perubahan yang terjadi pada Return On Equity (ROE)

terus mengalami fluktuasi begitu juga dengan data Return On Assets (ROA),

Financing to Deposit Ratio (FDR), Inflasi, dan Nilai Tukar Rupiah yang

nilainya juga fluktuatif. Hal ini dapat dilihat dari tabel 1.1 dibawah ini :

Tabel 1.1

Perkembangan Return On Equity (ROE), Return On Assets (ROA), Financing

to Deposit Ratio (FDR), Inflasi, dan Nilai Tukar Rupiah pada Bank Syariah

di Indonesia Periode 2006-2011

Tahun ROE

(persen)

ROA

(persen)

FDR

(persen)

Inflasi

(persen)

Kurs

(ribuan rupiah)

2006 36,94 1,55 98,90 6,60 9,020

2007 53,98 1,78 99,76 6,59 9,333

2008 38,79 1,42 103,35 11,06 11,324

2009 26,09 1,48 89,7 2,78 9,457

2010 17,58 1,67 89,67 6,96 9,022

2011 15,73 1,79 88,94 3,79 9,068

Sumber : Bank Indonesia (data diolah)

Dari tabel 1.1 diatas dapat dilihat dari tahun ke tahun Return On Equity

(ROE) cenderung mengalami penurunan. Dapat dilihat di tahun 2007 rasio ROE

7

sebesar 53,98 persen kemudian pada tahun 2008 rasio ROE mencapai 38,79

persen. Seiring dengan bertambahnya jumlah bank syariah baru, dan adanya

tambahan modal disetor pada beberapa bank syariah, dan juga penurunan net

margin akibat penuruan pendapatan atas pembiayaan yang dilakukan perbankan

syariah yang meningkat untuk ekspansi jaringan kantor memerlukan investasi

yang cukup besar.

Sedangkan Return On Assets (ROA) tertinggi dicapai pada tahun 2011

yaitu sebesar 1,79 persen. Pencapaian ini dikarenakan kinerja perbankan yang

semakin meningkat tiap tahunnya namun pada tahun 2009 ROA menurun menjadi

1,48 persen. Hal ini disebabkan karena krisis finansial yang disebabkan pada

tahun 2008 dan masih berdampak pada tahun 2009, dan persaingan antar lembaga

keuangan baik perbankan maupun non bank sehingga laba yang dihasilkan oleh

perbankan syariah dialokasikan untuk bagi hasil kepada nasabah guna bersaing

dengan perbankan konvensional.

Hal ini diikuti oleh perlambatan ekonomi yang ditandai dengan

menurunnya rasio FDR dari tahun 2008 sebesar 103,35 persen menjadi 88,94

persen pada tahun 2011. FDR merupakan ukuran likuiditas yang mengukur

besarnya dana yang di tempatkan dalam bentuk kredit yang berasal dari dana yang

di kumpulkan oleh bank (terutama dana masyarakat). Semakin tinggi FDR

menunjukan semakin riskan kondisi likuiditas bank, sebaliknya kurangnya

efektifitas bank dalam menyalurkan kredit. Semakin tinggi FDR maka semakin

tinggi dana yang disalurkan ke dana pihak ketiga. Dengan penyaluran dana pihak

ketiga yang besar maka bank akan mempengaruhi pendapatan bank (ROE) akan

8

semakin meningkat. Terlihat dari data yang ada, semakin rendah FDR maka ROE

diperbankan syariah juga menurun.

Selain itu perlu juga memperhatikan faktor eksternal yang berkaitan

dengan indikator moneter berupa Inflasi dan kurs. Tingkat inflasi yang tertinggi

terjadi pada tahun 2008 sebesar 11,06 persen. Inflasi ini terjadi akibat krisis global

di Amerika Serikat yang meluas hingga Eropa dan Asia. Rencana pemerintah

untuk menaikkan tarif dasar listrik (TDL) dan meningkatnya harga minyak dunia

menyebabkan pemerintah harus menikkan harga BBM. (sumber : Bank Indonesia)

Kemudian indikator moneter selanjutnya yaitu nilai tukar (Kurs). Kurs

tertekan pada tahun 2008 yaitu sebesar 11,324/USD. Hal ini terutama disebabkan

oleh perkembangan faktor eksternal yang kurang kondusif, seperti pertumbuhan

ekonomi global yang turun tajam akibat krisis global, kerugian yang dialami terus

meningkat oleh lembaga keuangan internasional. Sementara dari sisi domestik

perkembangan ekonomi relatif masih stabil. (sumber : Bank Indonesia)

Pada dasarnya variabel makro setiap tahunnya mengalami fluktuasi. Hal

inilah yang menjadi salah satu penyebab Return On Equity (ROE) bank syariah

cenderung mengalami penurunan. Keadaan ekonomi makro yang fluktuasi pada

sisi yang kurang menguntungkan ditandai dengan melemahnya nilai tukar rupiah

dan tingginya nilai inflasi yang membuat dana bagi hasil bank syariah kurang

menarik. Harusnya penguatan nilai tukar rupiah yang terlalu cepat mengakibatkan

produk Indonesia sulit bersaing dengan produk luar negeri lainnya. Sehingga

dapat dikatakan variabel makro ekonomi dengan berjalannya waktu akan dapat

9

memepengaruhi kinerja perbankan syariah yang merupakan salah satu lembaga

yang mendukung dalam perekonomian di Indonesia.

Perbankan syariah merupakan fenomena yang baru pada dunia perbankan

Indonesia. Perbankan Syariah memberikan pandangan yang relatif berbeda

dengan perbankan konvensional yang sudah berjalan lebih awal di Indonesia.

Dengan melihat pentingnya profitabilitas yang dihasilkan oleh bank syariah dalam

menjalankan fungsinya sebagai lembaga keuangan, dan juga berdasarkan

beberapa teori serta keadaan fenomena perbankan syariah.

Dengan latar belakang tersebut diatas yang mendorong minat penulis

untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang memberi

pengaruh terhadap pembiayaan yang disalurkan sehingga diharapkan akan

meningaktkan laba sehingga akan meningkatkan imbal hasil untuk pemilik bank

yang diukur dengan Return On Equity (ROE) pada perbankan syariah di

Indonesia.

Dari latar belakang permasalahan yang diuraikan di atas, maka penulis

mengambil judul “ANALISIS PENGARUH RETURN ON ASSET (ROA),

FINANCING DEPOSIT RATIO (FDR), INFLASI dan KURS TERHADAP

RETURN ON EQUITY (ROE) PADA BANK SYARIAH DI INDONESIA

PERIODE JANUARI 2006 - JUNI 2012”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan dasar-dasar permasalahan

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

10

1. Apakah terdapat pengaruh Return On Asset (ROA) terhadap Return On

Equity (ROE) pada bank syariah di Indonesia periode Januari 2006 - Juni

2012.

2. Apakah terdapat pengaruh Financing Deposit Ratio (FDR) terhadap

Return On Equity (ROE) pada bank syariah di Indonesia periode Januari

2006 - Juni 2012.

3. Apakah terdapat pengaruh Inflasi terhadap Return On Equity (ROE) pada

bank syariah di Indonesia periode Januari 2006 - Juni 2012.

4. Apakah terdapat pengaruh Kurs terhadap Return On Equity (ROE) pada

bank syariah di Indonesia periode Januari 2006 - Juni 2012.

5. Apakah terdapat pengaruh Return On Asset (ROA), Financing Deposit

Ratio (FDR), Inflasi, dan Kurs secara simultan terhadap Return On Equity

(ROE) pada bank syariah di Indonesia periode Januari 2006 - Juni 2012.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk:

1. Untuk menganalisis pengaruh Return On Asset (ROA) terhadap Return

On Equity (ROE) pada bank syariah di Indonesia periode Januari 2006 -

Juni 2012.

2. Untuk menganalisis pengaruh Financing Deposit Ratio (FDR) terhadap

Return On Equity (ROE) pada bank syariah di Indonesia periode Januari

2006 - Juni 2012.

3. Untuk menganalisis pengaruh inflasi terhadap Return On Equity (ROE)

pada bank syariah di Indonesia periode Januari 2006 - Juni 2012.

11

4. Untuk menganalisis pengaruh kurs terhadap Return On Equity (ROE) pada

bank syariah di Indonesia periode Januari 2006 - Juni 2012.

5. Untuk menganalisis pengaruh Return On Asset (ROA), Financing Deposit

Ratio (FDR), Inflasi, dan Kurs secara simultan terhadap Return On Equity

(ROE) pada bank syariah di Indonesia periode Januari 2006 - Juni 2012.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu :

a. Bagi Mahasiswa

1. Dapat memberikan wawasan atau pengetahuan mengenai pola

hubungan antara return on aseets, financung to deposit ratio, inflasi

dan kurs terhadap return on equity pada perbankan syariah periode

Januari 2006 – Juni 2012.

2. Memperoleh kesempatan untuk menerapkan pengetahuan teoritis yang

diperoleh diperkuliahan dalam berbagai kasus rill di dunia kerja.

b. Bagi Pemerintah

Sebagai sumbangan pemikiran bagi para pengambil kebijakan

perakonomian, agar apabila mengambil kebijakan perekonomian terutama

mengenai return on equity lebih mempertimbangkan faktor-faktor yang

mempengaruhi return on equity pada perbankan syariah.

c. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah serta menciptakan

wawasan yang lebih besar lagi tentang return on aseets, financung to

12

deposit ratio, inflasi dan kurs terhadap return on equity serta dapat

menambah pengalaman untuk dapat melakukan penelitian selanjutnya.

13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Bank Syariah

1. Pengertian Bank Syariah

Bank berdasarkan Prinsip Syariah (BPS) adalah Bank Umum Syariah

(BUS) atau Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) yang beroperasi sesuai

dengan prinsip-prinsip syariah Islam, atau dengan kata lain yaitu bank yang

tata cara beroperasinya mengacu pada ketentuan-ketentuan Islam (Al-Qur’an

dan Hadist). Dalam tata cara tersebut dijauhi praktik-praktik yang

dikhawatirkan mengandung unsur unsur riba untuk diisi dengan kegiatan-

kegiatan investasi atas dasar bagi hasil dari pembiayaan perdagangan.

(Insukindro, 1993:38)

Perbankan syariah adalah suatu sistem perbankan yang dikembangkan

berdasarkan syariah (hukum Islam). Usaha pembentukan sistem ini didasari

oleh larangan dalam agama Islam untuk memungut maupun meminjam

dengan bunga atau yang disebut dengan riba serta larangan investasi untuk

usaha-usaha yang dikategorikan haram, dimana hal ini tidak dijamin oleh

sistem perbankan konvensional. (Tan, 2009:54).

Bank syariah menurut Antonio (2001:27) dibedakan menjadi dua

pengertian, yaitu Bank Islam dan Bank yang beroperasi dengan prinsip

syariah Islam. Pengertian Bank Islam adalah bank yang beroperasi sesuai

dengan prinsip-prinsip syariah Islam, sedangkan Bank yang beroperasi

14

dengan prinsip syariah Islam memiliki pengertian sebagai bank yang tata cara

beroperasinya mengacu kepada ketentuan-ketentuan al-Qur’an dan as-

Sunnah. Berdasarkan definisi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa bank

syariah merupakan salah satu bentuk perbankan nasional yang mendasarkan

operasionalnya pada syariat (hukum) Islam.

Dalam Sudarsono (2007:41) dijelaskan bahwa bank syariah adalah

lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa

lain dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang beroperasi

disesuaikan dengan prinsip-prinsip syariah. Bank syariah memiliki peran

sebagai lembaga perantara (intermediary) antara unit-unit ekonomi yang

mengalami kelebihan dana (surplus units) dengan unit-unit yang lain yang

mengalami kekurangan dana (deficit units).

Melalui bank, kelebihan tersebut dapat disalurkan kepada pihak-pihak

yang memerlukan sehingga memberikan manfaat kepada kedua belah pihak.

Dalam bank syariah, hubungan antara bank dan nasabahnya bukan hubungan

debitur dengan kreditur, melainkan hubungan kemitraan (partnership) antara

penyandang dana (shohibul maal) dengan pengelola dana (mudharib).

Pada undang-undang nomor 21 tahun 2008 tentang perbankan syariah

yaitu perbankan syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank

syariah dan unit usaha syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta

cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Dari pemaparan

tersebut dapat disimpulkan bahwa bank syariah adalah suatu bentuk

perbankan yang dalam melaksanakan kegiatan oprasionalnya baik dalam

15

kegiatan penghimpunan dan maupun penyaluran dan berdasarkan pada

prinsip syariah.

B. Return On Equity (ROE)

1. Pengertian Return On Equity (ROE)

Untuk mengetahui kinerja suatu bank dalam menjalankannya salah

satunya dapat dilihat dari tingkat profitabilitas bank dengan menghitung

rasio-rasio dari profitabilitas tersebut.

Profitabilias menurut Sofyan (2007:304) adalah menggambarkan

kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan, dan

sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan,

jumlah caband dan sebagainya. Rasio profitabiltas yang menggambarkan

kemampuan perusahaan menghasilkan laba dapat disebut juga Operating

Ratio. Keuntungan yang akan diraih dari investasi akan ditanamkan

merupakan pertimbangan utama bagi sebuah perusahaan dalam rangka

mengembangkan bisnisnya, disamping itu sehubungan dengan masalah dari

ketidakpastian dari kondisi yang akan dihadapi maka besarnya investasi yang

ditamkan harus diperhitungkan dalam pengembalian kebutuhan dana.

Salah satu rasio yang dapat digunakan dalam mengukur kinerja bank

adalah ROE dengan mengukur seberapa efektif bank menggunakan

sumberdaya yang disediakan oleh pemegang saham (Horngren, Sundem,

Elliot, 1999:150).

16

ROE mengukur pengembalian absolute yang akan diberikan bank

kepada para pemegang saham. Kinerja perusahaan (ROE) yang bagus akan

membawa keberhasilan bagi perusahaan yang mengakibatkan tingginya

harga saham dan membuat perusahaan dapat dengan mudah menarik dana

baru (Walsh, 2004:56).

Return on equity (ROE) adalah rasio yang mengukur kemampuan

perusahaan memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham

perusahaan. ROE mengukur kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba

yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan. Rasio ini dipengaruhi oleh

besar kecilnya hutang perusahaan, apabila proporsi hutang makin besar maka

rasio ini juga akan makin besar (Sartono, 2001:168). Semakin tinggi ROE

menunjukan semakin efisien perusahaan menggunakan modal sendiri untuk

menghasilkan laba atau keutungan bersih. (Robert Ang, 2001:173)

Rasio ini merupakan indikator yang amat penting bagi para pemegang

saham dan calon investor untuk mengukur kemampuan bank dalam

memperoleh laba bersih yang dikaitkan dengan pembayaran deviden.

Kenaikan dalam rasio ini berarti terjadi kenaikan laba bersih dari bank yang

bersangkutan. Selanjutnya kenaikan tersebut akan mengakibatkan kenaikan

harga saham (Dendawijaya, 2003:174).

2. Rumus Return On Equity (ROE)

Menurut Sartono (2001:169) Return On Equity (ROE) merupakan

rasio keuangan yang banyak digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan,

khususnya menyangkut profitabilitas perusahaan. ROE untuk mengukur

17

kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba atas modalnya sendiri.

ROE dapat dirumuskan sebagai berikut :

ROE

Dari sudut pandang pemilik suatu perusahaan, Return On Equity

(ROE) merupakan suatu ratio yang harus diperhatikan. Pemilik perusahaan

sebagai investor merupakan pihak di mana manajemen perusahaan harus

bertanggung jawab kepadanya. Oleh karena itu, sudah seharusnya pihak

manajemen memberikan perhatian pada sudut pandang pemilik perusahaan

dan harapan mereka berkaitan dengan jangka waktu dan pelaksanaan. Hal ini

merupakan dasar bagi pertambahan nilai (value creation) bagi pemegang

saham. Return On Equity (ROE) mengukur tingkat pengembalian kepada

pemegang saham perusahaan dan diperoleh setelah dikurangi pengembalian

yang dibayarkan kepada kreditur (bunga).

Keuntungan yang akan diraih dari investasi yang akan ditanamkan

merupakan pertimbangan utama bagi sebuah bank dalam rangka

pengembangan bisnisnya. Disamping itu sehubungan dengan masalah dari

ketidakpastian kondisi yang akan dihadapi maka besarnya investasi yang

ditanamkan harus diperhitungkan dalam pengembalian kebutuhan dana. Hal

itu juga akan memungkinkan perusahaan untuk berkembang, menciptakan

kondisi yang sesuai dan pada gilirannya memberikan laba yang lebih besar.

18

C. Return On Assets (ROA)

1. Pengertian Return On Assets (ROA)

Return on assets (ROA) merupakan rasio yang digunakan untuk

mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh laba secara

keseluruhan. Semakin besar ROA, semakin besar pula tingkat keuntungan

yang dicapai bank tersebut dan menunjukan kinerja perusahaan yang semakin

baik (Dendawijaya, 2003:1117).

Menurut Utomo (2007:8) return on asset (ROA) adalah rasio yang

mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan

menggunakan total aset (kekayaan) yang dimiliki perusahaan setelah

disesuaikan dengan biaya-biaya yang menandai aset tersebut. Return on

assets (ROA) merupakan rasio antara laba sebelum pajak terhadap rata-rata

total aset. Semakin besar ROA semakin besar pula tingkat keuntungan yang

dicapai bank (Almilia, 2005:149).

Dalam penentuan tingkat kesehatan suatu bank, Bank Indonesia lebih

mementingkan penilaian besarnya ROA karena Bank Indonesia sebagai

pembina dan pengawas perbankan lebih mengutamakan nilai profitabilitas

suatu bank yang diukur dengan asset yang dananya sebagian besar berasal

dari dana simpanan masyarakat. Suatu bank dapat dimasukkan dalam kategori

sehat apabila memiliki rasio ROA minimal 1,5%. (Dendawijaya, 2003:119)

ROA digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan di dalam

menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva/aset yang

dimilikinya. Dengan kata lain, rasio ini digunakan untuk mengukur

19

kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara

keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat

keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank

tersebut dari segi penggunaan aset (Veithzal Rivai, 2006:157).

2. Rumus Return On Assets (ROA)

Menurut Muhammad (2004:161) ROA ini merupakan perbandingan

antara laba bersih setelah pajak dibagi dengan total aktiva. Rumus ini

digunakan untuk mengukur seberapa efektif perusahaan memanfaatkan

sumber ekonomi yang berupa total aktiva untuk menciptakan keuntungan.

ROA dapat dirumuskan sebagai berikut :

ROA

ROA diperoleh dengan cara membandingkan antara laba sebelum

pajak/earning before interest tax (EBIT) terhadap total assets. EBIT

merupakan pendapatan bersih sebelum bunga dan pajak. Total assets

merupakan total asset perusahaan dari awal tahun dan akhir tahun. Total

assets yang lazim digunakan untuk mengukur ROA sebuah bank adalah

jumlah dari asset-asset produktif yang terdiri dari penempatan surat-surat

berharga (seperti Sertifikat Bank Indonesia, Surat Berharga Pasar Uang,

penempatan dalam saham perusahaan lain, penempatan dalam Call Money

atau Money Market) dan penempatan dalam bentuk kredit (kredit konsumtif

maupun produktif baik kepada perorangan maupun institusi atau perusahaan)

sebagaimana yang dikutip oleh Artin Shitawati dalam Robert Ang pada tahun

1997.

20

3. Hubungan antara Return On Assets (ROA) terhadap Return On Equity

(ROE) di Perbankan Syariah

ROA digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan di dalam

menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva/aset yang

dimilikinya. Dengan kata lain, rasio ini digunakan untuk mengukur

kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara

keseluruhan.

Pada dasarnya konsep teori rentabilitas atau profitabilitas ingin

mengungkap perbandingan laba dengan modal pada periode tertentu (Riyadi,

2006:155). Dengan dasar itu maka lahirlah Du Pont System yang menjelaskan

hubungan penjualan, equity, dan laba bersih terhadap tingkat rentabilitas atas

equitas yang dilakukan (ROE), sehingga ROE dianggap sebagai variabel

penting dari kinerja perusahaan dari pada ROA karena menurut metode Du

Pont, ROA masih mengandung leverange multiplier dari unsur hutang yang

terkandung dalam aset sedangkan ROE tidak mengandung leverange

multiplier sehingga sudah mencerminkan kinerja bersih perusahaan (Robert

Ang, 1997 dalam Krisna 2008:56).

ROE berarti juga ukuran untuk menilai seberapa besar tingkat

pengembalian (return) dari modal sendiri yang ditanamkan dalam bisnis yang

bersangkutan. Apabila ROA (return on assets) digunakan untuk mengukur

efektifitas suatu bank di dalam menghasilkan keuntungan dengan

memanfaatkan aktiva/aset yang dimilikinya keduanya sama-sama akan

mengalami peningkatan dan sama-sama dinyatakan dalam bentuk presentase.

21

Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa antara ROA

terhadap ROE berpengaruh positif. Hal ini juga sesuai dengan penelitian J.P

Sitanggang dan Wangsit Supeno pada tahun 2009 bahwa ROA berpengaruh

positif terhadap ROE dengan studi kasus Bank Perkreditan Rakyat di

Jabodetabek.

D. Financing to Deposit Ratio (FDR)

1. Pengertian Financing to Deposit Ratio (FDR)

FDR disebut juga rasio kredit terhadap total dana pihak ketiga yang

digunakan untuk mengukur dana pihak ketiga yang disalurkan dalam bentuk

kredit. Penyaluran kredit merupakan kegiatan utama bank yang berasal dari

kegiatan ini. Deposit atau simpanan masyarakat pada suatu bank membawa

konsekuensi semakain besarnya resiko yang ditanggung oleh bank yang

bersangkutan. Tinggi rendahnya rasio ini menunjukan tingkat likuiditas bank

tersebut. Berdasarkan surat edaran bank Indonesia No 26/5/BPPP tanggal 29

Mei 1993, besarnya FDR telah ditentukan oleh bank Indonesia tidak boleh

melebihi 110%. Yang berarti bank boleh memberikan kredit atau

pembiayaan melebihi jumlah dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun

asalkan tidak melebihi 100% (Muhammad 2005:55).

Perbankan syariah tidak mengenal kredit (loan) dalam penyaluran dana

yang dihimpunnya. Oleh karena itu, aktifitas penyaluran dana yang dilakukan

bank syariah lebih mengarah kepada pembiayaan (financing). FDR adalah

suatu pengukuran tradisional yang menunjukan deposito berjangka, giro,

tabungan dan lain-lain yang digunakan dalam memenuhi permohonan

22

pinjaman (loan request) nasabahnya. Menurut Sutomo (2007:3) Financing to

Deposit Ratio (FDR) diartikan sebagai perbandingan antara total pembiayaan

yang diberikan dengan dana yang berhasil dihimpun oleh bank yang terdiri

dari DPK ditambah dengan ekuitas.

2. Rumus Financing to Deposit Ratio (FDR)

Secara sistematis financing to Deposit Ratio (FDR) dapat dirumuskan

sebagai berikut: (Sesuai SE No.6/23/DPNP Tahun 2004)

FDR

Tujuan penting dari perhitungan FDR adalah untuk mengetahui

serta menilai sampai berapa jauh bank memliki kondisi sehat dalam

menjalankan operasi atau kegiatan usahanya. Dengan kata lain FDR

digunakan sebagai suatu indikator untuk mengetahui tingkat kerawanan

suatu bank. Menurut Surat Edaran Bank Indonesia tanggal 29 Mei 1993,

termasuk dalam dana yang diterima bank adalah sebagai berikut:

1. KLBI (Kredit Likuiditas Bank Indonesia) (jika ada).

2. Giro, deposito, dan tabungan masyarakat.

3. Pinjaman bukan dari bank yang berjangka waktu lebih dari tiga

bulan, tidak termasuk pinjaman subordinasi.

4. Deposito dan pinjaman dari bank lain yang berjangka waktu

lebih dari tiga bulan.

5. Surat berharga yang diterbitkan oleh bank yang berjangka

waktu lebih dari tiga bulan

6. Modal pinjaman.

23

7. Modal inti.

Batas aman tingkat LDR yang ditetapkan oleh Bank Indonesia adalah

sebesar 110%. Tolok ukur untuk tingkat LDR atau istilah perbankan

syariah FDR yang baik menurut BI tampak pada tabel :

Rasio ini menggambarkan kemampuan bank membayar kembali

penarikan yang dilakukan nasabah deposan dengan mengandalkan kredit

yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Semakin tinggi rasio ini

semakin rendah pula kemampuan likuiditas bank (Dendawijaya, 2004:

118). Rasio yang tinggi menunjukkan bahwa bank meminjamkan seluruh

dananya atau relatif tidak likuid. Sebaliknya rasio yang rendah

menunjukkan bank yang likuid dengan kelebihan kapasitas dana yang

siap untuk dipinjamkan. Oleh karena itu, rasio ini juga dapat untuk

memberi isyarat apakah suatu pinjaman masih dapat mengalami

ekspansi atau sebaliknya dibatasi. Jika bank syariah memiliki FDR yang

terlalu kecil maka bank akan kesulitan untuk menutup simpanan nasabah

dengan jumlah pembiayaan yang ada. Jika bank mempunyai FDR yang

sangat tinggi, maka bank akan mempunyai risiko tidak tertagihnya

24

pinjaman yang tinggi pada titik tertentu bank akan mengalami kerugian

(Susilo, 1999: 37).

3. Hubungan antara Financing to Deposit Ratio (FDR) terhadap

Return On Equity (ROE) di Perbankan Syariah

Rasio Financing to Deposit Ratio (FDR) digunakan untuk

mengukur kemampuan bank tersebut mampu membayar hutang-

hutangnya dan membayar kembali kepada deposannya, serta dapat

memenuhi permintaan kredit yang diajukan. Financing to Deposit Ratio

(FDR) adalah rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan terhadap

dana pihak ketiga. Besarnya jumlah kredit yang disalurkan akan

menentukan keuntungan bank, jika bank tidak mampu menyalurkan

kredit sementara dana yang terhimpun banyak maka akan menyebabkan

bank tersebut rugi. (Kasmir, 2004:139). Penelitian sebelumnya yang

dilakukan oleh Rina Ani Sapariyah dan Ayu Ananta Putri pada tahun

2012 ternyata hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian

sebelumnya yang menemukan bahwa FDR berpengaruh negatif terhadap

Return On Equity (ROE).

E. Inflasi

1. Pengertian Inflasi dalam Konvensional

Merupakan salah satu resiko yang pasti dihadapi oleh manusia

yang hidup dalam ekonomi uang, dimana daya beli yang ada dalam uang

dengan berjalannya waktu mengalami erosi.

25

Secara umum inflasi dapat diartikan sebagai kenaikan tingkat

harga barang dan jasa secara umum dan terus menerus selama waktu

tertentu. Dalam hal ini merupakan sebuah proses kenaikan harga umum

barang-barang secara terus menerus. Ini tidak berarti bahwa harga-harga

berbagai macam barang itu naik dengan persentase yang sama. Mungkin

dapat terjadi kenaikan tersebut tidak bersamaan. Yang terpenting

terdapat kenaikan harga barang umum secara terus menerus selama suatu

periode tertentu. Kenaikan yang terjadi hanya sekali saja (meskipun

dengan persentase yang cukup besar) bukanlah merupakan inflasi

(Samuelson dan Nordhaus, 2004: 305).

Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk naik secara

umum dan terus menerus. Akan tetapi bila kenaikan harga hanya dari

satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi, kecuali bila kenaikan

tersebut meluas atau menyebabkan kenaikan sebagian besar dari harga

barang-barang lain. (Boediono, 1985:161).

Kenaikan harga-harga barang itu tidaklah harus dengan persentase

yang sama. Bahkan mungkin dapat terjadi kenaikan tersebut tidak

bersamaan yang penting kenaikan harga umum barang secara terus

menerus selama suatu periode tertentu. Kenaikan harga barang yang

terjadi hanya sekali saja, meskipun dalam persentase yang cukup besar,

bukanlah merupakan inflasi (Nopirin, 1987:25), atau dapat dikatakan

kenaikan harga barang yang hanya sementara tidak dapat dikatakan akan

menyebabkan inflasi.

26

2. Jenis Inflasi

Inflasi dapat digolongkan menurut sifatnya, menurut sebabnya,

parah dan tidaknya inflasi tersebut dan menurut asal terjadinya (Nopirin,

1987:131).

a. Menurut Sifatnya

Inflasi menurut sifatnya digolongkan dalam tiga kategori yaitu:

1) Inflasi Merayap

Kenaikan harga terjadi secara lambat, dengan persentase

yang kecil dan dalam jangka waktu yang relatif lama (di bawah

10% per tahun).

2) Inflasi Menengah

Kenaikan harga yang cukup besar dan kadang-kadang

berjalan dalam waktu yang relatif pendek serta mempunyai sifat

akselerasi.

3) Inflasi Tinggi

Kenaikan harga yang besar bisa sampai 5 atau 6 kali.

Masyarakat tidak lagi berkeinginan menyimpan uang. Nilai uang

merosot dengan tajam sehingga ingin ditukar dengan barang.

Perputaran uang makin cepat, sehingga harga naik secara

akselerasi.

27

b. Menurut Sebabnya

1) Demand Pull Inflation.

Inflasi ini bermula dari adanya kenaikan permintaan total

(aggregate demand). Sedangkan produksi telah berada pada

keadaan kesempatan kerja penuh atau hampir mendekati

kesempatan kerja penuh. Apabila kesempatan kerja penuh (full

employment) telah tercapai, penambahan permintaan selanjutnya

hanyalah akan menaikkan harga saja (sering disebut dengan Inflasi

murni). Apabila kenaikan permintaan ini menyebabkan

keseimbangan GNP berada di atas/melebihi GNP pada kesempatan

kerja penuh maka akan terdapat adanya inflationary gap.

Inflationary gap inilah yang akan menyebabkan inflasi.

2) Cost Pust Inflation

Cost pust inflation ditandai dengan kenaikan harga serta

turunnya produksi. Jadi inflasi yang dibarengi dengan resesi.

Keadaan ini timbul dimulai dengan adanya penurunan dalam

penawaran total (agregat supply) sebagai akibat kenaikan biaya

produksi. Kenaikan produksi akan menaikkan harga dan turunnya

produksi. Serikat buruh yang menuntut kenaikan upah, manajer

dalam pasar monopolistis yang dapat menentukan harga (yang

lebih tinggi), atau kenaikan harga bahan baku, misalnya krisis

minyak adalah faktor yang dapat menaikkan biaya produksi, atau

terjadi penawaran total (aggregate supply) sebagai akibat kenaikan

28

biaya produksi. Jika proses ini berlangsung terus maka timbul cost

push inflation.

c. Berdasarkan Parah Tidaknya Inflasi Tersebut

1) Inflasi ringan (dibawah 10% setahun)

2) Inflasi sedang (antara 10%-30% setahun)

3) Inflasi berat (antara 30%-100% setahun)

4) Hiperinflasi ( diatas 100% setahun

3. Teori Inflasi

Secara garis besar ada 3 kelompok teori mengenai inflasi yang

masing-masing menyoroti aspek-aspek tertentu.

a. Teori Kuantitas

Teori kuantitas ini menyatakan bahwa proses inflasi itu terjadi karena

2 hal, yaitu jumlah uang beredar dan psikologi (harapan) masyarakat

mengenai kenaikan harga-harga (expectations). Ada 2 hal penting dari

teori Kuantitas ini, adalah bahwa, pertama, laju inflasi terjadi jika ada

penambahan volume uang beredar. Kedua, laju inflasi oleh harapan

masyarakat mengenai kenaikan harga di masa yang akan datang

(Boediono, 1985:168).

b. Teori Keynes

Teori ini menerangkan bahwa proses inflasi terjadi karena permintaan

masyarakat akan barang-barang selalu melebihi jumlah barang-barang

yang tersedia. Hal ini yang disebut juga dengan inflationary gap.

Inflationary gap terjadi apabila jumlah dari permintaan-permintaan

29

efektif dari semua golongan tersebut, pada tingkat harga yang berlaku

melebihi jumlah maksimum dari barang-barang yang dihasilkan oleh

masyarakat.

c. Teori Strukturalis.

Teori Strukturalis lebih menekankan pada faktor-faktor struktural dari

perekonomian yang menyebabkan terjadinya inflasi, teori ini disebut

juga teori inflasi jangka panjang karena yang dimaksud dengan faktor-

faktor struktural di sini adalah faktor-faktor yang hanya bisa berubah

secara gradual dan dalam jangka yang panjang. Teori ini memberi

tekanan pada ketegaran dari struktur perekonomian negara-negara

sedang berkembang. Ada dua ketegaran yang menyebabkan inflasi,

yaitu ketegaran berupa ketidakelastisan dari penerimaan ekspor dan

ketegaran berupa ketidakelastisan dari penawaran bahan makanan

dalam negeri. Kedua proses di atas pada umumnya berkaitan dan

memperkuat satu sama lain dalam menyebabkan inflasi.

4. Efek Inflasi

Efek yang ditimbulkan oleh inflasi menurut Nopirin (1987:32) yaitu :

a. Efek Terhadap Pendapatan (Equity Effect)

Efek terhadap pendapatan sifatnya tidak merata, ada yang dirugikan

tetapi ada pula yang diuntungkan dengan adanya inflasi.

Seseorang yang memperoleh pendapatan tetap akan dirugikan oleh

adanya inflasi. Demikian juga orang yang menumpuk kekayaannya

dalam bentuk uang kas akan menderita kerugian karena adanya

30

inflasi. Sebaliknya, pihak-pihak yang mendapatkan keuntungan

dengan adanya inflasi adalah mereka yang memperoleh kenaikan

pendapatan dengan prosentase yang lebih besar dari laju inflasi, atau

mereka yang mempunyai kekayaan bukan uang dimana nilainya naik

dengan prosentase lebih besar dari pada laju inflasi. Dengan demikian

inflasi dapat menyebabkan terjadinya perubahan dalam pola

pembagian pendapatan dan kekayaan masyarakat.

b. Efek Terhadap Efisiensi (Efficiency Effects)

Inflasi dapat pula mengubah pola alokasi faktor-faktor produksi

Perubahan ini dapat terjadi melalui kenaikan permintaan akan

berbagai macam barang yang kemudian dapat mendorong terjadinya

perubahan dalam produksi beberapa barang tertentu. Dengan adanya

inflasi permintaan akan barang tertentu mengalami kenaikan yang

lebih besar dari barang lain yang kemudian mendorong terjadinya

kenaikan produksi barang tertentu.

c. Efek Terhadap Output (Output Effects)

Inflasi mungkin dapat menyebabkan terjadinya kenaikan produksi.

Alasannya dalam keadaan inflasi biasanya kenaikan harga barang

mendahului kenaikan upah sehingga keuntungan pengusaha naik.

Kenaikan keuntungan ini akan mendorong kenaikan produksi. Namun

apabila laju inflasi ini cukup tinggi (hyper inflation) dapat mempunyai

akibat sebaliknya, yakni penurunan output. Dalam keadaan inflasi

yang tinggi, nilai uang riil turun dengan drastis, masyarakat

31

cenderung tidak mempunyai uang kas, transaksi mengarah ke barter,

yang biasanya diikuti dengan turunnya produksi barang. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan langsung

antara inflasi dan output. Inflasi bisa dibarengi dengan kenaikan

output, tetapi bisa juga dibarengi dengan penurunan output.

5. Penyebab Inflasi dalam Islam

Ekonom Islam Taqiuddin Ahmad ibn al-Maqrizi (1364M ~

1441M), yang merupakan salah satu murid dari Ibn Khaldun,

menggolongkan Inflasi dalam dua golongan yaitu: (Karim 2010: 140)

1. Natural Inflation

Sesuai dengan namanya, inflasi jenis oleh sebab-sebab alamiah,

manusia tidak punya kuasa untuk mencegahnya. Inflasi ini adalah

inflasi yang diakibatkan oleh turunnya penawaran agregatif (AS↓) atau

naiknya permintaan agregatif (AD↑).

MV = PT = Y

Dimana :

M = Jumlah uang beredar

V = kecepatan peredaran uang

P = tingkat harga

T = jumlah barang dan jasa (Q)

Y = tingkat pendapan nasional (GDP)

Maka natural inflation dapat diartikan sebagai berikut:

32

a. Gangguan terhadap jumlah barang dan jasa (T) yang diproduksi

dalam suatu perekonomian. Misal T turun, sedangkan M dan V

tetap, maka konsekuensinya P akan naik.

b. Naiknya daya beli masyarakat secara riil, misalnya nilai ekspor

lebih besar dari nilai impor sehingga secara netto terjadi impor

uang yang mengakibatkan M naik, sehingga jika V dan T tetap,

maka P akan naik.

Keseimbangan permintaan dan penawaran juga pernah terjadi

dizaman Rasulullah SAW. Dalam hal ini Rasulullah SAW tidak mau

menghentikan atau mempengaruhi pergerakan harga ini sesuai Hadist:

Anas meriwayatkan, ia berkata: Orang-orang berkata kepada Rasulullah

SAW, ”Wahai Rasululluah, harga-harga barang naik (mahal),

tetapkanlah harga untuk kami”. Rasulullah SAW lalu menjawab,”Allah-

lah Penentu harga, Penahan, Pembentang, dan Pemberi rizki. Aku

berharap tatkala bertemu Allah, tidak ada seorangpun yang meminta

padaku tentang adanya kedhaliman dalam urusan darah dan harta.”

2. Human Error Inflation

Selain dari penyebab-penyebab yang dimaksud pada Natural

Inflation, maka inflasi yang disebabkan oleh hal lain dapat digolongkan

sebagai Human Error Inflation atau False Inflation. Human Error

Inflation dikatakan sebagai inflasi yang diakibatkan oleh kesalahan

manusia itu sendiri.

33

Human Error Inflation dapat dikelompokan menurut penyebab-

penyebabnya sebagai berikut:

1. Korupsi dan administrasi yang buruk (Corruption and Bad

Administraton).

2. Pajak yang berlebihan (Excessive Tax).

3. Percetakan uang dengan maksud menarik keuntungan yang

berlebihan (Excessive Seignorage)

6. Pengendalian Inflasi dalam Perspektif Islam

Kebijakan Moneter Islam (Perspektif Hizbut Tahrir) dalam

mengendalikan inflasi yaitu dengan (Hatta, 2008:11):

1. Dinar dan Dirham berbeda dengan sistem ekonomi Islam, inflasi yang

disebabkan kelemahan dari mata uang relatif cukup kecil kemungkinan

terjadinya (kalau tidak bisa dikatakan tidak akan terjadi). Karena dinar

dan dirham memiliki kekuatan yaitu setaranya antara nilai nominal

dengan nilai intrinsik yang terdapat pada mata uang tersebut sehingga

tidak ada perbedaan nilai mata uang dan barang.

2. Hukum perbankan, sistem ekonomi Islam dalam mendirikan perbankan

dengan sistem bagi hasil berdasarkan ketentuan-ketentuan (dhawabit)

syariah. Sehingga perbankan akan membantu dan mendukung sektor

riil.

3. Otoritas kebijakan moneter dan fiskal dalam sistem ekonomi Islam

sama-sama berada di bawah departemen baitul maal. Sehingga tidak

diperlukan lagi koordinasi atau pembahasan apakah otoritas moneter

34

dengan lembaga eksekutif perlu dipisahkan atau tidak untuk mengambil

kebijakan moneter.

7. Hubungan antara Inflasi terhadap Return On Equity (ROE) di

Perbankan Syariah

Menurut penelitian Anak Agung Putri Suardani tahun 2009, tingkat

inflasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROE. Inflasi

meningkatkan pendapatan dan biaya perusahaan. Jika peningkatan harga

yang dapat dinikmati oleh perusahaan lebih tinggi dari pada biaya produksi

yang dikeluarkan maka profitabilitas (ROE) perusahaan akan naik sehingga

tingkat inflasi berpengaruh signifikan dan positif terhadap ROE.

Menurut penelitian Gunawan tahun 1991, inflasi adalah kenaikan

harga barang-barang yang bersifat umum dan terus menerus. Inflasi yang

tinggi akan mengakibatkan daya beli masyarakat menurun dan kenaikan

tingkat bunga. Besar kecilnya laju inflasi akan mempengaruhi suku bunga

dan mempengaruhi instrumen-instrumen pasar modal yang memberikan

tingkat pendapatan tetap bagi pasar modal.

Dengan kenaikan inflasi maka diikuti oleh kenaikan suku bunga

dengan tingginya tingkat suku bunga maka diharapkan para calon nasabah

bersedia menempatkan dananya di bank syariah, karena bank syariah

mempunyai aset yang bertambah besar kemudian di ikuti laba perbankan

yang dihasilkan juga akan meningkat hal ini sekaligus meningkatkan nilai

ROE karena mendorong para nasabah untuk ingin menginvestasikan

dananya di bank syariah agar mendapatkan keuntungan yang lebih besar.

35

Hal ini juga sesuai dengan penelitian Anak Agung Putri Suardani pada tahun

2009 bahwa inflasi terdapat pengaruh yang signifikan terhadap ROE di

Perusahaan industri manufaktur di pasar modal Indonesia.

F. Nilai Tukar (Kurs)

1. Pengertian Nilai Tukar (Kurs)

Nilai tukar berarti nilai pada tingkat mana dua mata uang yang

berbeda diperdagangkan satu sama lainnya. Pasar valuta asing adalah

pasar dimana mata uang asing diperdagangkan pada tingkat harga yang

dinyatakan dalam nilai tukar. (Richard Lipsey, 1995:86).

Exhange Rate (nilai tukar uang) atau yang lebih populer dikenal

dengan sebutan kurs mata uang adalah catatan harga pasar dari mata uang

asing (foreign currency) dalam harga mata uang domestik atau

resiprokalnya yaitu harga mata uang domestik dalam mata uang asing.

Nilai tukar merepresentasikan tingkat harga dari pertukaran dari satu

mata uang yang lainnya dan digunakan dalam berbagai transaksi, antara

lain transaksi perdagangan internasional, turisme, investasi internasional,

ataupun aliran uang jangka pendek antar negara yang melewati batas-

batas geografis ataupun batas-batas hukum. (Karim, 2002:159)

Kurs atau nilai tukar sering didefinisikan sebagai harga suatu mata

uang terhadap mata uang lainnya (Salvatore, 1997:114). Nilai tukar

valuta asing adalah harga satu saham mata uang dalam satuan mata uang

lain. Nilai tukar valuta asing ditentukan dalam pasar valuta asing yaitu

36

pasar tempat berbagai mata uang yang berbeda diperdagangkan

(Samuelson dan Nordhaus, 2004:91).

Kurs valuta asing dapat juga didefinisikan sebagai jumlah uang

domestik yang dibutuhkan, untuk memperoleh satu unit mata uang asing

(Sukirno, 2006:67).

Nilai tukar atau lazim juga disebut kurs valuta dalam berbagai

transakasi ataupun jual beli valuta asing, dikenal ada empat jenis yakni :

1. Selling Rate (kurs jual), yakni kurs yang ditentukan oleh suatu bank

untuk penjualan valuta asing tertentu pada saat tertentu.

2. Middle Rate (kurs tengah), adalah kurs tengah antara kurs jual dan

kurs beli valuta asing terhadap mata uang nasional, yang ditetapkan

oleh Bank Central pada suatu saat tertentu.

3. Buying Rate (kurs beli), adalah kurs yang ditentukan oleh suatu bank

untuk pembelian valuta asing tertentu pada saat tertentu.

4. Flat rate (kurs flat), adalah kurs yang berlaku dalam transaksi jual

beli bank notes dan traveller chaque, di mana dalam kurs tersebut

sudah diperhitungkan promosi dan biaya-biaya lainnya. (Dornbusch

dan Fisher, 1992:128).

Nilai tukar uang mempresentasikan tingkat harga pertukaran dari

satu mata uang ke mata uang lainnya dan digunakan dalam berbagai

transaksi, antara lain transaksi perdagangan internasional, turisme,

investasi internasional, ataupun aliran uang jangka pendek antarnegara

yang melewati batas-batas geografis ataupin batas-batas hukum.

37

Nilai tukar suatu mata uang dapat ditentukan oleh pemerintah

(otoritas moneter) seperti pada negara-negara yang memakai sistem

fixed exchange rates ataupun ditentukan oleh kombinasi antara

kekuatan-kekuatan pasar yang saling berinteraksi serta kebijakan

pemerintah seperti pada negara-negara yang memakai rezim sistem

flexible exchange rates (Adiwarman Karim, 2008:77)

2. Teori Nilai Tukar Dalam Islam

Nilai tukar suatu mata uang dalam Islam di golongkan dalam dua

kelompok, yaitu :

a. Natural

Natural disebabkan oleh dua hal berikut :

1. Fluktuasi nilai tukar uang akibat dari perubahan-perubahan yang

terjadi pada Permintaaan Agregatif (AD)

2. Fluktuasi nilai tukar uang akibat dari perubahan-perubahan yang

terjadi pada Penawaaran Agregatif (AS)

b. Human Error

Human Error disebabkan tiga hal berikut :

1. Korupsi dan administrasi yang buruk (corruption and bad

administration)

2. Pajak yang berlebihan (excessive tax)

3. Pencetakan uang dengan maksud menarik keuntungan secara

berlebih (excessive seignorage). (Adiwarman Karim, 2008:64)

38

3. Hubungan antara KURS terhadap Return On Equity (ROE) di

Perbankan Syariah

Sebagai lembaga keuangan yang memfasilitasi perdagangan

Internasional perbankan Islam pun tidak dapat menghindarkan diri dari

pengaruh nilai tukar di dalam keterlibaatannya pada pasar valuta asing.

Perbankan islam harus menyusun pedoman kerja operasional bagi

dirinya agar juga mempunyai akses yang luas ke pasar valuta asing

tanpa harus terlibat pada mekanisme perdagangan yang tidak disetujui

atau bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah. (Zainul Arifin,

2006:231)

Menurut penelitian Lasiyah pada tahun 2011, selain menjadi

fasilisator perdagangan internasional perbankan syariah juga dapat

terpengaruh oleh depresiasi nilai tukar melalui nasabah yang memiliki

dana besar dalam bentuk valuta asing seperti dollar Amerika. Nasabah

akan memperoleh keuntungan apabila terdepresiasinya rupiah sangat

dalam terhadap dollar AS dengan mengkonversi dananya ke dalam

rupiah, kewajiban bank bertambah besar akibat adanya selisih kurs

tersebut sehingga pada akhirnya akan berpengaruh pada

kinerja/profitabilitas bank.

Hal ini juga sesuai dengan penelitian Anak Agung Putri Suardani pada

tahun 2009 bahwa kurs terdapat pengaruh yang signifikan terhadap

ROE di Perusahaan industri manufaktur di pasar modal Indonesia.

39

G. Penelitian Terdahulu

Sebelum penulisan melakukan penelitian ini, telah ada penelitian

terdahulu yang meneliti mengenai variabel Return On Assets (ROA),

Financing To Deposit Ratio (FDR), inflasi, kurs dan Return On Equity

(ROE). Diantaranya seperti yang akan penulis dijabarkan pada pembahasan

di bawah ini.

Penelitian pertama yaitu jurnal yang dilakukan oleh Rina Ani

Sapariyah dan Ayu Ananta, Universitas Gajah Mada (2012) yang berjudul

“Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan: Pendekatan Terhadap Rasio

Keuangan Studi Kasus Pada Perusahaan di BEI”. Variabel yang digunakan

yaitu Net Profit Margin (NPM), Debt to Equity Ratio (DER), Loans To

Deposito Ratio (LDR), Biaya Operasional terhadap Pendapatan

Operasional (BOPO) dan Return On Equity. Teknis analisis data

menggunakan metode Analisis Regresi Berganda. Hasil penelitian ini

menunjukan bahwa pada periode 2008-2010 menunjukkan bahwa NPM,

DER, dan BOPO secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap ROE

perusahaan perbankan di BEI.

Penelitian kedua yaitu jurnal yang dilakukan oleh H. Mat Juri, Staf

Pengajar Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Samarinda (2010) yang

berjudul “Analisis Variabel-Variabel Yang Mempengaruhi Return On Equity

(ROE) Perusahaan Tambang Yang Go Publik Di Bursa Efek Indonesia”.

Variabel yang terkait yaitu ROE, Total Debt to Equity, Total Assets

40

Turnover, Net Profit Margin, Inflasi, Produk Domestik Bruto dan Kurs US$.

Menggunakan alat analisis Ordinary Least Square (OLS). Hasil

penelitiannya pada tahun 2000-2007 data Equity, Total Assets Turnover,

Net Profit Margin, Inflasi, PDB, Kurs US$ secara keseluruhan variabel bebas

secara simultan (bersama-sama) dengan uji F mempunyai pengaruh

signifikan terhadap ROE yang terdapat pada perusahaan tambang yang go

publik di Bursa Efek Indonesia.

Penelitian ketiga yaitu tesis Anton Sugiharto, Universitas Diponegoro

(2005) yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap

Return On Equity (ROE)”. Menggunakan alat analisis Variance Inflation

Factor (VIF). Pada tahun 2000-2002 data BOPO, NIM, GWM, dan KAP

Kredit secara Parsial signifikan terhadap ROE sedangkan LDR dan

Institutional Ownership tidak signifikan terhadap ROE. Sementara secara

bersama-sama (simultan) BOPO, NIM, GWM, LDR, KAP Kredit,dan

Institutional Ownership terbukti berpengaruh signifikan terhadap ROE bank

yang listed di BEJ.

Penelitian keempat yaitu jurnal Jeffrey F. Jaffe, University of

Pennsylvania Philadelphia. (1985) yang berjudul “Inflation, The Interest

Rate, and The Required Return On Equity”. Variabel yang digunakan

Inflation, The Interest Rate, dan ROE. Menggunakan alat analisis Variance

Inflation Factor (VIF). Hasil penelitian menunjukan bahwa Inflation

berpengaruh signifikan sedangkan The Interest Rate tidak berpengaruh secara

signifikan terhadap ROE.

41

Penelitian kelima yaitu jurnal Anak Agung Putri Suardani, (2009)

yang berjudul “Pengaruh Beberapa Variabel Ekonomi Makro Terhadap

Kinerja Keuangan dan Return Saham Perusahaan Pada Industri Manufaktur

di Pasar Modal Indonesia”. Variabel yang digunakan tingkat inflasi, suku

bunga SBI, kurs dollar, harga emas, return saham, dan ROE. Menggunakan

alat analasis jalur (path analysis). Hasilnya menunjukan tingkat Inflasi

berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROE. Suku bunnga SBI

berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap ROE. Kurs dolar

berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROE. Harga emas berpengaruh

negatif dan tidak signifikan terhadap ROE.

Penelitian keenam yaitu jurnal J.P. Sitanggang dan Wangsit Supeno

(2009) yang berjudul “Pengaruh Tingkat Kesehatan Bank Terhadap Return

On Equity (ROE) Pada Bank Perkreditan Rakyat Di Jabodetabek”. Variabel

yang digunakan Capital Adequacy Ratio (CAR), rasio kualitas aktiva

produktif, Return On Asset (ROA), Loan to Deposit Ratio (LDR).

Menggunaklan alat analisis Ordinary Least Square (OLS). Hasilnya

menunjukan pengujian atas model analisis terhadap ROE menghasilkan

kesimpulan bahwa hanya parameter Kewajiban Penyediaan Modal Minimum,

dan Return On Assets yang memiliki pengaruh signifikan sedangkan variabel

penilaian manajemen dan Loan to Deposit Ratio tidak berpengaruh signifikan

terhadap ROE.

42

Tabel 2.1

Penelitian Terdahulu

No Peneliti Tahun Judul Metode

Penelitian

Hasil

Penelitian

1. Rina Ani

Sapariyah,

Ayu Ananta

Putri

2012 ”Analisis

Kinerja

Keuangan

Perusahaan:

Pendekatan

Terhadap Rasio

Keuangan Studi

Kasus Pada

Perusahaan di

BEI”

Analisis

Regresi

Berganda

Menunjukkan

bahwa NPM,

FDR, dan

BOPO secara

bersama-sama

berpengauh

signifikan

terhadap ROE

perusahaan

perbankan di

BEI tahun

2008-2010.

2. H. Mat Juri 2010 “Analisis

Variabel-

Variabel Yang

Mempengaruhi

Return On

Equity (ROE)

Perusahaan

Tambang Yang

Go Publik Di

Bursa Efek

Indonesia”

Ordinary

Least

Square

(OLS)

Pada periode

2000.I-2007

.XII data

Equity, Total

Assets

Turnover, Net

Profit Margin,

Inflasi, PDB,

Kurs US$

secara

keseluruhan

variabel bebas

sevara simultan

(bersama-sama)

dengan uji F

mempunyai

pengaruh

signifikan

terhadap ROE

pyang terdapat

pada

perusahaan

tambang yang

go publik di

Bursa Efek

Indonesia.

3. Anton

Sugiharto

2005 “Analisis

Faktor-Faktor

Variance

Inflation

Pada periode

2000.I-2002.XII

43

Yang

Berpengaruh

Terhadap

Return On

Equity (ROE)”

Factor

(VIF)

data BOPO,

NIM, GWM,

dan KAP Kredit

secara Parsial

signifikan

terhadap ROE

sedangkan LDR

dan Institutional

Ownership

tidak signifikan

terhadap ROE.

Sementara

secara bersama-

sama (simultan)

BOPO, NIM,

GWM, LDR,

KAP Kredit,dan

Institutional

Ownership

terbukti

berpengaruh

signifikan

terhadap ROE

bank yang listed

di BEJ.

4. Jeffrey F.

Jaffe

1985 “Inflation, The

Interest Rate,

and The

Required

Return On

Equity”

Variance

Inflation

Factor

(VIF)

Menunjukan

Inflation

berpengaruh

signifikan

sedangkan The

Interest Rate

tidak

berpengaruh

secara

signifikan

terhadap ROE.

5. Anak

Agung Putri

Suardani

2009 “Pengaruh

Beberapa

Variabel

Ekonomi

Makro

Terhadap

Kinerja

Keuangan dan

Return Saham

Perusahaan

Analisis

jalur (path

analysis)

Menunjukan

tingkat Inflasi

berpengsruh

positif dan

signifikan

terhadap ROE.

Suku bunnga

SBI

berpengaruh

negatif dan

44

Pada Industri

Manufaktur di

Pasar Modal

Indonesia”

tidak signifikan

terhadap ROE.

Kurs dolar

berpengaruh

negatif dan

signifikan

terhadap ROE.

Harga emas

berpengaruh

negatif dan

tidak signifikan

terhadap ROE.

6. J.P.

Sitanggang,

Wangsit

Supeno

2009 “Pengaruh

Tingkat

Kesehatan Bank

Terhadap

Return On

Equity (ROE)

Pada Bank

Perkreditan

Rakyat Di

Jabodetabek”

Ordinary

Least

Square

(OLS)

Menunjukan

hasil pengujian

atas model

analisis

pengaruh

parameter

faktor CAMEL

terhadap ROE

menghasilkan

kesimpulan

bahwa hanya

parameter

Kewajiban

Penyediaan

Modal

Minimum,Rasio

Kualitas Aktifa

Produktif, dan

Return On

Assets yang

memiliki

pengaruh

signifikan

sedangkan

variabel

penilaian

manaajemen

dan Loan to

Deposit Ratio

tidak

berpengaruh

signifikan

terhadap ROE.

45

H. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran merupakan sintesa dari serangkaian teori

yang tertuang dalam tinjauan pustaka, yang pada dasarnya merupakan

gambaran sistematis dari kinerja teori dalam memberikan solusi atau

alternatif solusi dari serangkaian masalah yang ditetapkan (Rodoni,

2010). Berikut penjelasan dari kerangka pemikiran dalam penelitian yang

dilakukan.

Melihat kondisi data ROE yang ada di Bank Indonesia pada

periode 2006-2012 menunjukan trend ROE yang menurun, sehingga

akan mempengaruhi kinerja dari modal bank itu sendiri dalam

menghasilkan keuntungan. Keberadaan ROE bagi bank sangat penting

karena hal tersebut bila semakin tinggi ROE. Hal ini menandakan bahwa

perusahaan semakin baik dalam mensejahterakan para pemegang saham

yang bisa dihasilkan dari setiap lembar saham ROE yang semakin

meningkat akan memberikan tanda kekuatan operasional dan keuangan

perusahaaan semakin baik, keuangan perusahaan semakin baik, dan

selanjutnya memberikan pengaruh positif terhadap pasar ekuitas.

Dalam prakteknya Return On Equity (ROE) dapat dipengaruhi oleh

variabel-variabel lain seperti Return On Assets (ROA), Financing Deposit

to Ratio (FDR), Inflasi dan Kurs. Oleh karena itu untuk membuktikannya

kembali dan untuk mengetahui pengaruhnya penelitian ini melakukan

pengujian Ordinary Least Square (OLS). Kerangka pemikiran ini secara

sederhana dapat digambarkan pada gambar 2.1 yaitu :

46

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran

Analisis Pengaruh Return On Assets (ROA), Financing to Deposit

Ratio (FDR), Inflasi dan Kurs terhadap Return On Equity (ROE) pada

Perbankan Syariah di Indonesia Periode 2006 Januari – Juni 2012

ROA (X1) FDR (X2) Inflasi (X3) Kurs (X4)

Return On Equity

(Y)

Model Ekonometrika

Uji Stasioner

Uji Asumsi Klasik

Uji Normalitas

Uji Multikolinearitas

Uji Heteroskedastisitas

Uji Autokolerasi

Regresi Berganda

Uji t

Uji f

Uji Adj R²

Hasil dan Interpretasi

Kesimpulan dan Implikasi

47

I. Hipotesa

Hipotesa merupakan jawaban sementara atas suatu persoalan yang

masih perlu dibuktikan kebenarannya dan harus bersifat logis dan jelas dan

dapat di uji. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

1. H0 : Diduga Return On Assets (ROA) tidak berpengaruh secara

signifikan terhadap Return On Equity (ROE) pada perbankan

syariah di Indonesia periode Januari 2006 – Juni 2012.

H1 : Diduga Return On Assets (ROA) berpengaruh secara

signifikan terhadap Return On Equity (ROE) pada perbankan

syariah di Indonesia periode Januari 2006 – Juni 2012.

2. H0 : Diduga Financing to Deposit Ratio (FDR) tidak berpengaruh secara

signifikan terhadap Return On Equity (ROE) pada perbankan

syariah di Indonesia periode Januari 2006 – Juni 2012.

H1 : Diduga Financing to Deposit Ratio (FDR berpengaruh secara

signifikan terhadap Return On Equity (ROE) pada perbankan

syariah di Indonesia periode Januari 2006 – Juni 2012.

3. H0 : Diduga Inflasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Return

On Equity (ROE) pada perbankan syariah di Indonesia periode

Januari 2006 – Juni 2012.

H1 : Diduga Inflasi berpengaruh secara signifikan terhadap Return

On Equity (ROE) pada perbankan syariah di Indonesia periode

Januari 2006 – Juni 2012.

48

4. H0 : Diduga Kurs tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Return

On Equity (ROE) pada perbankan syariah di Indonesia periode

Januari 2006 – Juni 2012.

H1 : Diduga Kurs berpengaruh secara signifikan terhadap Return

On Equity (ROE) pada perbankan syariah di Indonesia periode

Januari 2006 – Juni 2012.

5. H0 :Diduga Return On Assets (ROA), Financing to Deposit Ratio

(FDR), Inflasi dan Kurs tidak berpengaruh signifikan secara

simultan terhadap Return On Equity (ROE) pada perbankan syariah

di Indonesia periode Januari 2006 - Juni 2012.

H1 : Diduga Return On Assets (ROA), Financing to Deposit Ratio

(FDR), Inflasi dan Kurs berpengaruh signifikan secara simultan

terhadap Return On Equity (ROE) pada perbankan syariah di

Indonesia periode Januari 2006 – Juni 2012.

49

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi penelitian adalah langkah dan prosedur yang akan dilakukan

dalam pengumpulan data atau informasi dalam memecahkan permasalahan dan

menguji kesesuaian hipotesa penelitian. Adapun metode penelitian yang

dilakukan adalah sebagai berikut :

A. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini penulis memfokuskan variabel dependen

Return On Equity (ROE). Dan variabel independennya difokuskan pada

Return On Assets (ROA), Financing Deposit Ratio (FDR), inflasi dan kurs.

Penelitian ini adalah meneliti hubungan pengaruh antara dua variabel yaitu

variabel independen (ROA, FDR, inflasi dan kurs) dengan variabel dependen

(ROE).

Tempat penelitian pada perbankan syariah di Indonesia dengan

menggunakan data operasionalnya yaitu runtun waktu (time series). Semua

data dalam bulanan yaitu periode Januari 2006 – Juni 2012 yang dikeluarkan

oleh Bank Indonesia serta dari sumber-sumber lainnya yang terkait.

B. Metode Penentuan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan oleh penulis adalah

menggunakan convience sampling, yaitu anggota sampel yang dipilih

berdasarkan kemudahan memperoleh data dan tidak menyusahkan

mengukurnya serta bersifat kooperatif. (Abdul Hamid, 2007:30)

50

C. Metode Pengumpulan Data

Data yang yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data

sekunder, data tersebut diperoleh dari Laporan Bulanan Bank Indonesia dan

situs resmi Bank Indonesia (www.bi.go.id). Metode yang digunakan dalam

pengumpulan data untuk melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Library Research

Data yang diperoleh dari berbagai literatur seperti buku, majalah, jurnal,

koran, internet dan hal lain yang berhubungan dengan aspek penelitian sebagai

upaya untuk memperoleh data yang valid.

2. Field Research

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang bersifat

sekunder yaitu data yang diperoleh pihak lain (yang berkaitan) dengan

penulisan skripsi ini.

3. Internet Research

Terkadang buku referensi atau literatur yang kita miliki atau pinjam

diperpustakaan tertinggal selama beberapa waktu atau kadarluarsa, karena

ilmu yang selalu berkembang, penulis melakukan penelitian dengan teknologi

yang berkembang yaitu internet sehingga data yang diperoleh up to date.

D. Motode Analisis Data

Penelitian ini menggunakan metode data kuantitatif, yaitu dimana data

yang digunakan dalam penelitian berbentuk angka dengan menggunakan alat

analisis Ordinary Least Square (OLS) digunakan untuk mencapai

51

penyimpangan atau error yang minimum dengan menggunakan analisis

regresi berganda yaitu digunakan lebih dari variabel bebas.

Menurut Ajija (2011:23) Ordinary Least Square merupakan metode

estimasi yang sering digunakan untuk mengestimasi fungsi regresi populasi

dari fungsi regresi sampel. Untuk analisis data akan dilakukan dengan

bantuan aplikasi komputer yaitu program Excel 2007 dan program Eviews 6.

Dalam penelitian ini hanya ada satu variabel data yang menggunakan log

natural (ln) yaitu data kurs karena untuk penyertaan data dari variabel

tersebut satuan datanya berbeda dan juga sebagai memecahkan persamaan

yang tidak diketahuinya merupakan pangakat dari variabel lain.

Variabel-variabel tersebut dibuat dahulu dalam bentuk fungsi sebagai

berikut :

Y = f (x1, x2, x3, x4) … (3.1)

Dari fungsi pertama tersebut dapat dispesifikasikan ke dalam model

linear sebagai berikut:

Yi = β0 + β1x1 + β2x2 + β3x3 + β4x4 et … (3.2)

atau

ROE = β0 + β1ROA + β2FDR + β3INF + β4KURS et … (3.3)

Dimana :

ROE = Return On Equity

β0 = intercept/konstanta

ROA = Return On Asset

FDR = Financing to Deposit Ratio

52

INF = Inflasi

KURS = Nilai Tukar

β1, β2, β3, β4 = Koefisien regresi dari masing-masing variabel

yang mempengaruhi ROE

et = error terms (Variabel diluar model tetapi tidak

ikut berpengaruh terhadap variabel terikat

1. Uji Stasioner

Proses yang bersifat random atau stokastik merupakan

kumpulan dari variabel random dalam urutan waktu. Setiap data time

series yang kita punyai merupakan suatu data dari hasil proses statistik.

Suatu data hasil proses random dikatakan stasioner jika memenuhi

kriteria, yaitu: jika rata-rata data varian konstan sepanjang waktu dan

kovarian antara dua data runtun waktu hanya tergantung dari

kelambanan antara dua periode waktu tertentu (Widarjono, 2007:53).

Salah satu persyaratan penting untuk mengaplikasikan model

seri waktu yaitu dipenuhinya asumsi data yang normal atau stabil

(stasioner) dari variabel-variabel pembentuk persamaan regresi. Karena

penggunaan data dalam penelitian ini dimungkinkan adanya data yang

tidak stasioner, maka dalam penelitian ini perlu digunakan beberapa

uji stasioner. Dalam melakukan uji stasioneritas, penulis akan

melakukan proses analisis yang terdiri dari :

53

a. Uji Akar Unit

Uji Phillips-Perron memasukkan adanya autokorelasi di

dalam variabel gangguan dengan memasukkan variabel independen

berupa kelambanan diferensi. Phillips-Perron (PP) membuat uji akar

unit dengan menggunakan metode statistik nonperametrik dalam

menjelaskan adanya autokorelasi antara variabel gangguan tanpa

memasukkan variabel penjelas kelambanan diferensi. (Widarjono,

2007:127)

Statistik distributif t tidak mengikuti statistik distributif normal

tetapi mengikuti distributif statistik PP sedangkan nilai kritisnya

digunakan nilai kritis. Prosedur untuk menentukan apakah data

stasioner atau tidak dengan cara membandingkan antara nilai statistik

PP dengan nilai kritisnya yaitu distribusi statistik. Jika nilai absolut

statistik PP lebih besar dari nilai kritisnya, maka data yang diamati

menunjukkan stasioner dan jika sebaliknya nilai absolut statistik PP

lebih kecil dari nilai kritisnya maka data tidak stasioner.

Langkah-langkah pengujian akar unit sebagai berikut :

Hipotesis: H0 : data tersebut tidak stasioner pada derajat Nol.

H1 : data tersebut stasioner pada derajat Nol.

Pengambilan keputusan dilakukan dengan kriteria :

Jika Philips Perron test statistic > Test Critical Values (critical value α =

5%) maka H0 ditolak.

Jika Philips Perron test statistic < Test Critical Values (critical value α =

54

5%) maka H0 diterima.

b.Uji Derajat Integrasi

Data time series pada umumnya adalah data yang tidak

stasioner. Untuk menghindari regresi langsung maka harus

ditransformasikan data nonstasioner menjadi data stasioner.

Menurut Nachrowi (2006:340) dalam berbagai studi

ekonometrika. Data time series sangat banyak digunakan. Namun

dibalik pentingnya data tersebut. ternyata data time series menyimpan

berbagai permasalahan. Salah satunya yaitu otokorelasi. Otokorelasi ini

merupakan penyebab yang mengakibatkan data menjadi tidak stasioner.

sehingga bila data dapat distasionerkan maka otokorelasi akan hilang

dengan sendirinya. karena metode transformasi data untuk membuat

data yang tidak stasioner sama dengan transformasi data untuk

menghilangkan otolorelasi. Dalam uji akar unit PP bila menghasilkan

kesimpulan bahwa data tidak stasioner maka diperlukan proses

diferensi data. Uji stasioner data melalui proses diferensi ini disebut uji

derajat integrasi.

Seperti uji akar unit PP keputusan sampai pada derajat

keberapa suatu data akan stasioner dapat dilihat denganmembandingkan

antara nilai statistik PP yang diperoleh dari koefisien y dengan nilai

kritis distribusi statistik Mackinnon. Jika nilai absolut dari statistik PP

lebih besar dari nilai kritisnya pada diferensi tingkat pertama. Maka

data dikatakan stasioner pada derajat satu. Akan tetapi, jika nilainya

55

lebih kecil maka uji derajat integrasi perlu dilanjutkan pada diferensi

yang lebih tinggi sehingga diperoleh data yang stasioner.

Langkah-langkah pengujian derajat integrasi sebagai berikut :

Hipotesis: H0 : Data tersebut tidak stasioner pada derajat 1,2…dst

H1 : Data tersebut stasioner pada derajat 1,2…dst

Pengambilan keputusan dilakukan dengan kriteria :

Jika Philips-Perron test statistic > Philips-Perron tabel (critical value α

= 5%) maka H0 ditolak.

Jika Philips-Perron test statistic < Philips-Perron tabel (critical value α

= 5%) maka H0 diterima.

2. Uji Asumsi Klasik

Model regresi memiliki beberapa asumsi dasar yang harus

dipenuhi untuk menghasilkan estimasi yang baik atau dikenal dengan

BLUE (Best Linear Unbiased Estimator). Asumsi-asumsi dasar tersebut

mencakup normalitas, multikolinearitas, heteroskedastisitas dan

autokorelasi.

a. Uji Normalitas

Uji Normalitas ini bertujuan untuk menguji apakah dalam

sebuah model regresi, antara variabel dependen, variabel independen

atau keduanya mempunyai distribusi normal atau mendekati normal.

Uji normalitas menjadi sangat popular dan tercangkup dibeberapa

komputer statistik. (Gujarati, 2006:164)

56

Uji normalitas residual motode Ordinary Least Square secara

formal dapat dideteksi dari metode yang dikembangkan oleh Jarque-

Bera (JB). Deteksi dengan melihat Jarque Bera yang merupakan

asimtotis (sampel besar dan didasarkan atas residual Ordinary Least

Square). Uji ini dengan melihat probabilitas Jarque Bera (JB) sebagai

berikut : (Gujarati, 2006:165)

Langkah-langkah pengujian normalitas data sebagai berikut:

Hipotesis: H0: Model berdistribusi normal

H1: Model tidak berdistribusi normal

Bila probabilitas Obs*R2 > 0.05 → Signifikan, H0 diterima

Bila probabilitas Obs*R2 < 0.05 → Tidak Signifikan, H0 ditolak

b. Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas berarti adanya hubungan liniear yang

sempurna atau pasti diantara beberapa atau semua variabel yang

menjelaskan (independen) dari model regresi. (Gujarati, 2006:184)

Sedangkan menurut Nachrowi (2006:95) jika tidak ada korelasi

antara kedua variabel tersebut, makakoefisien pada regresi majemuk

akan sama dengan koefisien pada regresi sederhana. Hubungan linear

antar variabel bebas inilah yang disebut dengan multikolinearitas.

Dalam penelitian ini penulis akan melihat multikolinearitas

dengan menguji koefisien korelasi (r) berpasangan yang tinggi di antara

variabel-variabel penjelas. Sebagai aturan main yang kasar (rule of

thumb), jika koefisien korelasi cukup tinggi katakanlah diatas 0.8 maka

57

diduga terjadinya multikolinearitas dalam model. Sebaliknya jika

koefisien korelasi rendah maka diduga model tidak mengandung

multikolinearitas.

Uji koefisien korelasinya yang mengandung unsur

kolinearitas, misalnya variabel X1 dan X2. Langkah-langkah pengujian

sebagai berikut: Bila r < 0.8 (Model tidak terdapat multikolinearitas)

Bila r > 0.8 (Terdapat multikolinearitas)

Ada beberapa cara untuk mengatasi masalah adanya

multikolinearitas, antara lain: melihat informasi sejenis yang ada,

mengeluarkan variabel, mencari data tambahan. (Nachrowi, 2006:104)

c. Uji Heterokedastisitas

Heterokedastisitas terjadi apabila variasi Ut tidak konstan atau

sering berubah-ubah seiring dengan berubahnya nilai variabel

independen. (Gujarati, 2006:146)

Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam

model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu

pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu

pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas

dan jika variance tidak konstan atau berubah-ubah disebut dengan

Heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah Homoskedastisitas

atau tidak terjadi Heteroskedastisitas. (Nachrowi, 2008:109)

58

Untuk melacak keberadaan heterokedastisitas dalam penelitian

ini digunakan uji White. Dengan langkah-langkah pengujian sebagai

berikut:

Hipotesis : H0: Model tidak terdapat Heteroskedastisitas

H1: Terdapat Heteroskedastisitas

Bila probabilitas Obs*R2 > 0.05 → Signifikan, H0 diterima

Bila probabilitas Obs*R2

< 0.05 → Tidak signifikan, H0 ditolak

Apabila probabilitas Obs*R2 lebih besar dari 0.05 maka

model tersebut tidak terdapat heteroskedastisitas. Sebaliknya jika

probabilitas Obs*R2 lebih kecil dari 0.05 maka model tersebut

dipastikan terdapat heteroskedastisitas. Jika model tersebut harus

ditanggulangi melalui transformasi logaritma natural dengan cara

membagi persamaan regresi dengan variabel independen yang

mengandung heteroskedastisitas.

d. Uji Autokolerasi

Autokorelasi bisa didefinisikan sebagai “korelasi di antar

anggota observasi yang diurut menurut waktu (seperti deret berkala)

atau ruang (seperti data lintas-sektoral)”. (Gujarati, 2006:147)

Menurut Nachrowi (2006:183) dalam berbagai studi

ekonometrika, data time series sangat banyak digunakan. Namun

dibalik pentingnya data tersebut, ternyata data time series menyimpan

berbagai permasalahan, salah satunya yaitu autokorelasi. Autokorelasi

merupakan penyebab yang akibat data menjadi tidak stasioner, sehingga

59

bila data dapat distasionerkan maka autokorelasi akan hilang dengan

sendirinya, karena metode transformasi data untuk membuat data yang

tidak stasioner sama dengan transformasi data untuk menghilangkan

autokorelasi.

Untuk melihat ada tidaknya penyakit autokorelasi dapat juga

digunakan uji Langrange Multiplier (LM Test) atau yang disebut Uji

Breusch-Godfrey dengan membandingkan nilai probabilitas R-Squared

dengan α = 0.05. Langkah-langkah pengujian sebagai berikut (Gujarati

2006:147. Hipotesis : H0: Model tidak terdapat Autokorelasi

H1: Terdapat Autokorelasi

Bila probabilitas Obs*R2 > 0.05 → Signifikan, H0 diterima

Bila probabilitas Obs*R2 < 0.05 → Tidak Signifikan, H0 ditolak

Apabila probabilitas Obs*R2 lebih besar dari 0.05 maka

model tersebut tidak terdapat autokorelasi. Apabila probabilitas Obs*R2

lebih kecil dari 0.05 maka model tersebut terdapat autokorelasi.

3. Uji Statistik

Data yang digunakan untuk mengetahui hubungan dari variabel-

variabel yang akan diteliti. Pengolahan data menggunakan Excel 2007

dan Eviews 6. Dalam pengujian ini menggunakan Uji Statistik meliputi

uji-t dan uji-F.

a. Uji Parsial (Uji-t)

Uji t digunakan untuk menguji apakah setiap variabel bebas

(Independen) secara masing-masing parsial atau individu memiliki

60

pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat (dependent) pada

tingkat signifikansi 0.05 (5%) dengan menganggap variabel bebas

bernilai konstan. Langkah-langkah yang harus dilakukan dengan uji-t

yaitu dengan pengujian, yaitu : (Nachrowi, 2006:17)

Hipotesis : H0 : βi = 0 artinya masing-masing variabel bebas tidak

ada pengaruh yang signifikan dari variabel terikat..

H1 : βi ≠ 0 artinya masing-masing variabel bebas ada

pengaruh yang signifikan dari variabel terikat.

Bila probabilitas > α 5% → variabel bebas tidak signifikan atau tidak

mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat (H0 terima, Ha tolak).

Bila probabilitas < α 5% → variabel bebas signifikan atau mempunyai

pengaruh terhadap variabel terikat (H0 tolak, Ha terima).

b. Uji Fisher (Uji-F)

Uji Fisher (Uji-F) digunakan untuk mengetahui apakah seluruh

variabel bebas (independen) secara bersama-sama berpengaruh

terhadap variabel terikat (dependen) pada tingkat signifikansi 0.05

(5%). Pengujian semua koefisien regresi secara bersama-sama

dilakukan dengan uji-F dengan pengujian, yaitu (Nachrowi, 2006:16)

Hipotesis : H0 : βi = 0 artinya secara bersama-sama tidak ada

pengaruh yang signifikan antara variabel bebas terhadap

variabel terikat.

61

H1 : βi ≠ 0 artinya secara bersama-sama ada pengaruh

yang signifikan antara variabel bebas terhadap variabel

terikat.

Bila probabilitas > α 5% → variabel bebas tidak signifikan atau tidak

mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat.

Bila probabilitas < α 5% → variabel bebas signifikan atau mempunyai

pengaruh terhadap variabel terikat.

c. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Menurut Ajija (2011:34) Uji koefisien determinasi koefisien R2

atau (R2 adjusted). Koefisien determinasi ini menunjukkan kemampuan

garis regresi menerangkan variasi variabel terikat Y yang dapat

dijelaskan oleh variabel bebas X. Nilai koefisien R2 atau (R

2 adjusted)

berkisar antara 0 sampai 1. Semakin mendekati 1, semakin baik.

E. Operasional Variabel Penelitian

1. Variabel Dependen (Y)

Return on equity (ROE) adalah rasio yang mengukur kemampuan

perusahaan memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham

perusahaan. ROE mengukur kemampuan perusahaan untuk memperoleh

laba yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan (persen).

2. Variabel Independen (X)

a. Return on assets (ROA)

Return on assets (ROA) adalah rasio yang mengukur kemampuan

perusahaan dalam menghasilkan laba dengan menggunakan total aset

62

(kekayaan) yang dimiliki perusahaan setelah disesuaikan dengan

biaya-biaya yang menandai aset tersebut (persen).

b. Financing to deposit ratio (FDR)

Financing to deposit ratio (FDR) adalah rasio kredit terhadap total

dana pihak ketiga yang digunakan untuk mengukur dana pihak ketiga

yang disalurkan dalam bentuk kredit (persen).

c. Inflasi

Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk naik secara

umum dan terus menerus. Akan tetapi bila kenaikan harga hanya dari

satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi, kecuali bila kenaikan

tersebut meluas atau menyebabkan kenaikan sebagian besar dari harga

barang-barang lain (persen).

d. Kurs

Kurs atau nilai tukar adalah harga suatu mata uang terhadap mata

uang lainnya (ribuan rupiah).

Tabel 3.1

Operasional Variabel Penelitian

No Variabel Simbol Sumber Data Data Bulanan Satuan

1. Return On Equity ROE Bank Indonesia

(BI)

Januari 2006-

Juni 2012

Persen

2. Return On Assets ROA Bank Indonesia

(BI)

Januari 2006-

Juni 2012

Persen

3. Financing to Deposit

Ratio

FDR Bank Indonesia

(BI)

Januari 2006-

Juni 2012

Persen

63

4. Inflasi INF Bank Indonesia

(BI)

Januari 2006-

Juni 2012

Persen

5. Nilai tukar mata

uang

KURS Bank Indonesia

(BI)

Januari 2006-

Juni 2012

ribuan

rupiah

64

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Perkembangan Return On Equity di Perbankan Syariah

Return On Equity (ROE) adalah rasio profitabilitas yang

menunjukan perbandingan antara laba (setelah pajak) dengan modal

(modal inti) bank, rasio ini menunjukan tingkat % (persentase) yang

dapat dihasilkan. ROE digunakan untuk mengukur efektifitas

perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan

equitas yang dimilikinya. ROE merupakan salah satu indikator yang

sangat penting bagi bank karena hal tersebut untuk mengukur kinerja

dari modal sendiri bank dalam menghasilkan keuntungan.

Rasio ini merupakan indikator yang amat penting bagi para

pemegang saham dan calon investor untuk mengukur kemampuan

bank dalam memperoleh laba bersih yang dikaitkan dengan

pembayaran deviden. Kenaikan dalam rasio ini berarti terjadi kenaikan

laba bersih dari bank yang bersangkutan. Selanjutnya kenaikan

tersebut akan mengakibatkan kenaikan harga saham. (Dendawijaya,

2003:174).

Keunggulan lain dari ROE adalah kondisi perekonomian yang

belum stabil seperti di Indonesia yang ditunjukan dengan nilai tukar

yang sangat fluktuatif. Perkembangan Return On Equity (ROE) di

65

Perbankan Syariah periode 2006-2012 dapat dilihat pada gambar di

bawah ini.

Gambar 4.1

Perkembangan Return On Equity di Perbankan Syariah

Periode Januari 2006-Juni 2012

Sumber :Bank Indonesia (data diolah)

Gambar 4.1 menunjukan bahwa ROE tertinggi pada

September tahun 2008 yaitu sebesar 68,85 persen dan terendah Januari

tahun 2012 sebesar 10,11 persen. Grafik ROE diatas menunjukan

fluktuasi tingkat Return On Equity (ROE) selama periode Januari 2006

– Juni 2012. Pada tahun 2008 nilai ROE menunjukan rasio yang paling

tinggi hal ini dikarenakan krisis global yang disebabkan oleh

kegagalan pembayaran kredit perumahan subprime mortage di

Amerika Serikat. Pada November 2007 pasar keuangan kembali

bergejolak karena krisis sektor perumahan yang berkembang menjadi

krisis likuiditas dan terjadinya rangkaian kerugian sejumlah lembaga

keuangan besar. Maka para investor menginvestasikan uangnya ke

perbankan konvensional dibandingkan ke perbankan syariah.

66

Pada akhir tahun 2011 sampai awal tahun 2012, rasio ROE

cenderung stabil. Hal ini karena perkembangan perbankan syariah di

Indonesia sudah mulai baik dan modal inti di perbankan juga semakin

bertambah sehingga bank syariah dapat menghasilkan keuntungan.

(sumber : Bank Indonesia)

2. Perkembangan Return On Assets di Perbankan Syariah

Return on assets (ROA) dipilih sebagai indikator pengukur

kinerja keuangan perbankan karena ROA digunakan untuk mengukur

efektifitas perusahaan didalam menghasilkan keuntungan dengan

memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Dalam rangka mengukur

tingkat kesehatan bank terdapat perbedaan kecil antara perhitungan

ROA berdasarkan teoritis dan cara perhitungan berdasarkan ketentuan

Bank Indonesia.

Return on assets (ROA) dipilih sebagai indikator pengukur

kinerja keuangan perbankan karena ROA digunakan untuk mengukur

efektifitas perusahaan didalam menghasilkan keuntungan dengan

memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Perkembangan Return On

Assets (ROA) di Perbankan Syariah periode 2006-2012 dapat dilihat

pada gambar di bawah ini.

67

Gambar 4.2

Perkembangan Return On Assets di Perbankan Syariah

Periode Januari 2006-Juni 2012

Sumber Bank Indonesia: (data diolah)

Gambar 4.2 menunjukan pergerakan Return On Assets (ROA)

cukup berfluktuasi. Pencapaian tertinggi di capai pada bulan Maret

2009 yaitu sebesar 2,44 persen dan terendah bulan Januari 2009 yaitu

sebesar 1 persen. Pencapaian ROA terendah pada bulan Januari di

karenakan imbas dari krisis global yang disebabkan oleh kegagalan

pembayaran kredit perumahan subprime mortage di Amerika Serikat

pada tahun 2008 sehingga masih berdampak hingga tahun 2009. Krisis

global 2008 tersebut memiliki dampak pada perbankan Indonesia,

karena merosotnya nilai dollar Amerika yang mengakibatkan nilai

rupiah terdevaluasi dikarenakan investor yang panik dengan adanya

krisis global tersebut menarik modalnya keluar.

Namun pada bulan Maret 2009 ROA bank syariah mengalami

peningkatan menjadi 2,44 persen. Pencapaian ROA tertinggi ini

adanya kepercayaan nasabah terhadap perbankan syariah seiring

68

dengan banyaknya dibuka bank-bank swasta maupun bank negeri yang

membuka cabang bank syariah. Namun pada triwulan ketiga 2009

ROA kembali mengalami penurunan ini dikarenakan suku bunga

perbankan konvensional yang meningkat menjadi daya saing bagi bank

syariah. Oleh karena itu laba yang dihasilkan oleh perbankan syariah

di alokasikan untuk bagi hasil nasabah.

3. Perkembangan Financing to Deposit Ratio (FDR) di Perbankan

Syariah

Financing to Deposit Ratio (FDR) adalah suatu pengukuran

tradisional yang menunjukan deposito berjangka, giro, tabungan dan lain-

lain yang digunakan dalam memenuhi permohonan pinjaman (loan

request) nasabahnya. Pada perbankan syariah tidak mengenal kredit (loan)

dalam penyaluran dana yang dihimpunnya. Oleh karena itu, aktifitas

penyaluran dana yang dilakukan bank syariah lebih mengarah kepada

pembiayaan (financing). FDR disebut juga rasio kredit terhadap total dana

pihak ketiga yang digunakan untuk mengukur dana pihak ketiga yang

disalurkan dalam bentuk kredit atau pembiayaan.

Financing to Deposit Ratio (FDR) bank syariah disini merupakan

FDR dalam arti keseluruhan tingkat likuditas atau rasio perbandingan

antara total pembiayaan dengan total dana pihak ketiga dan ekuitas yang

didapat dari bank-bank syariah di Indonesia, yang kemudian nilainya

secara keseluruhan dipublikasikan oleh Bank Indonesia. Perkembangan

69

Financing to Deposit Ratio (FDR) di Perbankan Syariah periode 2006-

2012 dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 4.3

Perkembangan Financing to Deposit Ratio di Perbankan

Syariah Periode Januari 2006-Juni 2012

Sumber : Bank Indonesia (data diolah)

Gambar 4.3 dapat diketahui bahwa rasio Financing to Deposit

Ratio (FDR) cenderung stabil. Rasio terendah sebesar 87,27 persen

pada Januari tahun 2012 dan rasio tertinggi pada bulan Juli tahun 2006

sebesar 112,23 persen. Pada tahun 2008 Financing to Deposit Ratio

(FDR) mengalami peningkatan terlihat pada bulan Maret 100,26

persen yang sebelumnya pada bulan Februari sebesar 97,03 persen.

Tetapi pada bulan Januari tahun 2010 Financing to Deposit Ratio

(FDR) kembali menurun menjadi 88,67 persen. Kemudian Financing

to Deposit Ratio (FDR) mengalami peningkatan lagi di awal tahun

2012.

70

Hal ini dikarenakan perekonomian di Indonesia yang makin

lama cenderung stabil. Menunjukan sesuai pergerakan Financing to

Deposit Ratio (FDR) bahwa penyaluran kredit dari bank kepada

nasabahnya cenderung stabil. Ini dikarenakan juga inflasi, tingkat suku

bunga, maupun nilai tukar rupiah itu sendiri dan tingkat kepercayaan

masyarakat kepada bank untuk pemberian kredit kepada nasabahnya

semakin baik.

4. Perkembangan laju Inflasi

Secara sederhana inflasi diartikan sebagai meningkatnya harga-

harga secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau

dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu

meluas (atau mengakibatkan kenaikan harga) pada barang lainnya.

Kebalikan dari inflasi disebut deflasi.

Inflasi dapat mempengaruhi distribusi pendapatan, alokasi

faktor produksi serta produk nasional. Efek terhadap distribusi

pendapatan disebut dengan equity effect, sedangkan efek terhadap

alokasi faktor produksi dan pendapatan nasional masing-masing

disebut dengan efficiency dan output effects (Nopirin,1987:32).

Perkembangan laju Inflasi di Indonesia periode 2006-2012 dapat

dilihat pada gambar di bawah ini.

71

Gambar 4.4

Perkembangan laju Inflasi di Indonesia Periode Januari

2006-Juni 2012

Sumber : Bank Indonesia (data diolah)

Gambar 4.4 dapat kita lihat bahwa pergerakan inflasi cukup

berfluktuatif. Pada Februari tahun 2006 inflasi mengalami nilai

tertinggi yaitu 17,92 persen dan terendah nilai inflasi 2,41 pada

November tahun 2009. Inflasi tertinggi terjadi pada Februari tahun

2006 yang dipicu oleh lonjakan kenaikan beras dan harga BBM pada

akhir tahun 2005 dan ini berdampak di awal tahun 2006. Meskipun

sangat tinggi pada awal tahun tetapi penurunan laju inflasi juga terjadi

pada akhir tahun 2006 ini disebabkan karena ekspektasi inflasi

masyarakat yang terjaga khususnya nilai tukar uang yang stabil.

Disamping itu, daya beli masyarakat yang melemah berdampak pada

minimalnya tekanan inflasi dari permintaan agregat.

Nilai inflasi terendah 2,41 pada November tahun 2009 tidak

terlepas dari pengaruh kebijakan Bank Indonesia dalam memulihkan

kepercayaan pasar, sehingga nilai tukar rupiah yang berada dalam tren

72

menguat. Kondisi tersebut pada gilirannya dapat mendukung

membaiknya ekspektasi inflasi. Perbaikan ekspektasi inflasi juga

cukup besar dipengaruhi penurunan inflasi.

5. Perkembangan laju Kurs

Kurs dalam harga mata uang domestik atau resiprokalnya yaitu

harga mata uang domestik dalam mata uang asing. Nilai tukar

merepresentasikan tingkat harga dari pertukaran dari satu mata uang

yang lainnya dan digunakan dalam berbagai transaksi, antara lain

transaksi perdagangan internasional, turisme, investasi internasional,

Kurs atau nilai tukar sering didefinisikan sebagai harga suatu

mata uang terhadap mata uang lainnya (Salvatore, 1997:114). Kurs

valuta asing dapat juga didefinisikan sebagai jumlah uang domestik

yang dibutuhkan, untuk memperoleh satu unit mata uang asing

(Sukirno, 2006:67).

Nilai tukar valuta asing adalah harga satu saham mata uang

dalam satuan mata uang lain. Nilai tukar valuta asing adalah harga satu

satuan mata uang dalam satuan mata uang lain. Nilai tukar valuta asing

ditentukan dalam pasar valuta asing yaitu pasar tempat berbagai mata

uang yang berbeda diperdagangkan (Samuelson dan Nordhaus,

2004:91). Perkembangan laju Kurs di Indonesia periode 2006-2012

dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

73

Gambar 4.5

Perkembangan laju Kurs di Indonesia Periode Januari

2006-Juni 2012

Sumber : Bank Indonesia (data diolah)

Gambar 4.5 menunjukan pergerakan yang cukup fluktuatif. Pada

grafik diatas dapat diketahui bahwa nilai tukar tertinggi terjadi pada

November 2008 yaitu sebesar Rp 11,711 dan nilai tukar terendah

terjadi pada Agustus 2011 Rp 8,529. Dampak krisis global juga

tercermin pada perkembangan nilai tukar rupiah yang ditandai oleh

tekanan depresiasi yang tinggi dan volatilitas yang meningkat,

terutama sejak Oktober 2008. Namun sejak triwulan tahun 2008, imbas

krisis pasar keuangan global semakin kuat seiring dengan jatuhnya

berbagai lembaga keuangan besar di Amerika Serikat. Perkembangan

tersebut menyebabkan rupiah tertekan hingga sempat mencapai

Rp12,.711 per dolar AS di November 2008.

Nilai tukar rupiah pada tahun 2011 secara rata-rata menguat,

sejalan dengan pergerakan mata uang negara-negara regional.

Penguatan nilai tukar tersebut terutama didukung oleh kuatnya kondisi

74

fundamental ekonomi Indonesia, indikator risiko yang relatif stabil,

serta imbal hasil aset rupiah yang tinggi sehingga mendorong minat

investor asing untuk melakukan investasi di pasar keuangan domestik.

Nilai tukar rupiah juga dipengaruhi oleh fluktuasi aliran modal asing

dan kebijakan ekonomi global.

B. Analisis dan Pembahasan

Semua data yang digunakan dalam analisis ini merupakan data

sekunder deret waktu (time series) yang berbentuk bulanan mulai tahun

2006-2012. Penelitian mengenai Return On Equity sebagai variabel

dependen (variabel terikat). Sedangkan variabel independen (variabel

bebas) terdiri dari Return On Assets, Financing to Deposit Ratio, inflasi,

kurs . Keseluruhan dari data yang digunakan sebagai bahan penelitian ini

diperoleh dari laporan bulanan di Bank Indonesia (BI).

Alat pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

perangkat lunak (software) komputer Eviews 6.1 untuk mempercepat

perolehan hasil yang dapat menjelaskan variabel-variabel yang akan diteliti,

dengan metode analisis Ordinary Lease Square (OLS). Maka dari itu,

pembahasan dilakukan dengan analisis secara ekonometrik.

1. Uji Stasioneritas

a. Uji Akar Unit

Tahap awal dalam proses pengujian yang dilakukan adalah uji

stasioneritas terhadap seluruh variabel yang diuji. Dalam penelitian ini

data yang digunakan adalah data natural log (ln) dari variabel-variabel

75

tersebut, dimana ln merupakan log dengan bilangan dasar bilangan alam

yang berguna untuk memecahkan persamaan yang tidak diketahuinya

merupakan pangkat dari variabel lain. Dimana log sendiri adalah fungsi

matematika yang dengan bilangan dasar 10 yang kegunaannya untuk

menyederhanakan suatu bilangan (dalam penelitian ini untuk

menyederhanakan data variabel).

Pengujian akar-akar unit dikatakan stasioner apabila nilai Phillips-

Perron test (PP test) lebih besar dari nilai Critical Value (CV) 5%,

sebaliknya jika nilai Phillips-Perron test (Pp test) lebih kecil dari nilai

Critical Value (CV) 5% maka variabel tersebut tidak stasioner. Hasil dari

pengujian akar-akar unit ini dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini :

Tabel 4.1

Uji Akar Unit Phillips-Perron Test Pada Tingkat Level

No. Variabel Level

Ho = Tidak

Stasioner

Pptest CV 5% Ha = Stasioner

1 ROE -1.337872 -2.899619 Terima Ho

2 ROA -4.059942 -2.899619 Tolak Ho

3 FDR -8.891835 -2. 899619 Tolak Ho

4 INF -2.524900 -2.899619 Terima Ho

5 LNKURS -1.989332 -2.899619 Terima Ho

Sumber : Lampiran 2 (Diolah)

Tabel di atas menunjukkan hasil uji akar-akar unit dengan

menggunakan Phillips-Perron test. Dari tabel tersebut sesuai dengan data

76

yang diuji dapat diketahui dengan adanya nilai Phillips-Perron test

(Pptest) dan dari nilai Critical Value (CV) 5% hanya ada 2 variabel

stasioner ROA dan FDR kemudian variabel ROE, inflasi dan kurs tidak

stasioner. Hal ini dikarenakan nilai Phillips-Perron test (Pptest) lebih

kecil dibandingkan dari nilai Critical Value (CV) 5%, dengan kata lain

variabel-variabel tersebut pada level mengalami persoalan akar-akar unit,

oleh karena itu perlu dilanjutkan dengan uji derajat integrasi pertama.

b. Uji Derajat Integrasi

Dalam Uji akar unit menghasilkan kesimpulan bahwa data belum

stasioner pada tingkat level. Oleh karena itu, harus dilakukan Uji Derajat

Integrasi. Nilai statistik Phillips-Perron untuk mengetahui pada derajat

berapa suatu data akan stasioner dapat dilihat pada nilai Phillips-Perron

test (Pp test) yang lebih besar dari nilai Critical Value (CV) 5%, maka

variabel tersebut dikatakan stasioner pada derajat pertama. Hasil dari

pengujian derajat integrasi pertama dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut:

Tabel 4.2

Uji Akar Unit Phillips-Perron test pada first difference

No. Variabel Pertama

Ho = Tidak

Stasioner

Pptest CV 5% Ha = Stasioner

1 ROE -11.65180 -3.489228 Tolak Ho

2 ROA -12.40221 -3.489228 Tolak Ho

3 FDR -76.70456 -3.489228 Tolak Ho

4 INF -6.950883 -3.489228 Tolak Ho

5 LNKURS -6.951091 -3.489228 Tolak Ho

Sumber: Lampiran 3 (Diolah)

77

Tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai Phillips-Perron test (Pptest)

dan dari nilai Critical Value (CV) 5% sudah stasioner pada integrasi

pertama (first different). Hal ini dapat dilihat bahwa nilai Phillips-Perron

test variabel ROE, ROA, FDR, Inflasi, dan Kurs lebih besar bila

dibandingkan dengan nilai Critical Value (CV) 5%. Dari hasil uji

stasioneritas tersebut dapat disimpulkan bahwa semua variabel sudah

stasioner pada ordo yang sama, yaitu pada derajat integrasi pertama,

sehingga pengujian selanjutnya dapat dilanjutkan ke uji selanjutnya.

2. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas

Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah

menggunakan uji Jarque Bera dengan melihat nilai probability. Jika nilai

probability lebih besar dari nilai derajat kesalahan α=0.05 maka penelitian

ini tidak ada permasalahan normalitas atau dengan kata lain, data

terdistribusi normal. Sebaliknya, jika nilai probability lebih kecil dari nilai

derajat kesalahan α=0.05, maka dalam penelitian ini ada permasalahan

normalitas atau dengan kata lain, data tidak terdistribusi normal.

Tabel 4.3

Uji Normalitas Jarque-Bera

0

2

4

6

8

10

-30 -20 -10 0 10 20

Jarque-Bera 4.897856

Probability 0.086386

78

Berdasarkan gambar 4.3 menggambarkan bahwa data dalam penelitian

ini sudah berdistribusi normal terlihat dari nilai Jarque-Bera pada penelitian

ini sebesar 4.897856 dengan nilai probability sebesar 0.086386 yang lebih

besar dari derajat kesalahan 0.05 signifikan yang menyatakan Ho diterima,

sehingga model ini dapat dikatakan telah normal.

b. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya

hubungan (korelasi) yang signifikan di antara dua atau lebih variabel

independen dalam model regresi. Deteksi adanya multikolinearitas

dilakukan dengan menggunakan uji korelasi parsial antar variabel

independen. Dengan melihat nilai koefisien korelasi (r) antar variabel

independen, dapat diputuskan apakah data terkena multikolinearitas atau

tidak, yaitu dengan menguji koefisien korelasi antar variabel independen.

Hasil pengujian multikolinearitas menggunakan uji korelasi (r) dapat

dilihat sebagai berikut:

Tabel 4.4

Hasil Uji Correlation Matrix

Variabel

Independent

ROA FDR INF LNKURS

ROA 1.000000 0.017468 -0.345608 0.308328

FDR 0.017468 1.000000 0.018074 -0.054619

INF - 0.345608 0.018074 1.000000 0.102994

LNKURS 0.308328 -0.054619 0.102994 1.000000

Sumber : Lampiran 4

Berdasarkan tabel 4.4 hasil analisis uji multikolinearitas dengan

correlation matrix di atas terlihat bahwa korelasi antar variabel independen

antara ROA dan FDR maupun sebaliknya sebesar 0.017468, antara ROA

79

dan Inflasi maupun sebaliknya sebesar -0.345608, antara ROA dan

LNKURS maupun sebaliknya sebesar 0.308328, antara FDR dan Inflasi

maupun sebaliknya sebesar 0.018074, antara LNKURS dan FDR maupun

sebaliknya sebesar -0.054619, antara LNKURS dan Inflasi maupun

sebaliknya sebesar 0.102994.

Terlihat dari tabel 4.3 diatas nilai korelasi variabel independen

(ROA, FDR, Inflasi, Kurs) tertinggi hanya mencapai 0.345608 yaitu antara

ROA dan Inflasi maupun sebaliknya. Karena nilai 0.345608 < 0.8 sehingga

diputuskan tidak terdapat multikolinearitas. Hasil ini menginformasikan

model Ordinary Least Square (OLS) yang dilakukan dapat dikatakan

terbebas dari gejala multikolinearitas.

c. Uji Heterokedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam

model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu

pengamatan ke pengamatan yang lain tetap maka disebut

homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model

regresi yang baik adalah yang Homoskedastisitas atau tidak terjadi

Heteroskedastisitas (Nachrowi, 2008:109). Metode yang digunakan

untuk mendeteksi adanya heteroskedastisitas pada penelitian ini adalah

uji White dan diperoleh hasil regresi seperti pada tabel berikut ini:

80

Tabel 4.5

Hasil Uji White Heteroskedasticity Test

Sumber : Lampiran 5

Diatas diketahui bahwa koefisien determinasi Obs*R2 sebesar

11.39389. Nilai probabilitas dari Chi-Square sebesar 0.6549 yang lebih

besar dari nilai α sebesar 0.05. Karena nilai probabilitas Chi-square lebih

besar dari α = 5% maka Ho diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa

dalam model tidak ada masalah heteroskedastisitas. Setelah dilakukan uji

White Heteroskedastisitas tersebut kemudian dilanjutkan dengan uji

Autokolerasi.

d. Uji Autokolerasi

Autokorelasi merupakan suatu kejadian di mana error term pada satu

periode waktu secara sistematik tergantung pada error term pad periode-

periode waktu yang lain. Untuk mendeteksi masalah autokorelasi

digunakan uji Langrange Multiplier (LM-test). Uji ini sangat berguna

untuk mengindentifikasi masalah autokorelasi tidak hanya pada derajat

pertama (first order) tetapi juga digunakan pada tingkat derajat.

Uji autokorelasi juga bisa dilihat dari nilai probabilitas Chi-Square.

Jika probabilitas Chi-Square lebih besar dari tingkat signifikansi 5%

maka tidak terdapat autokorelasi dan sebaliknya jika probabilitas Chi-

Square lebih kecil dari 5% maka terdapat autokorelasi.

Heteroskedasticity Test: White

F-statistic 0.769787 Prob. F(14,44) 0.6966

Obs*R-squared 11.39389 Prob. Chi-Square(14) 0.6549

81

Tabel 4.6

Hasil Regresi LM-Test

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 0.698408 Prob. F(4,50) 0.5957

Obs*R-squared 3.035133 Prob. Chi-Square(4) 0.5520

Sumber: Lampiran 6

Dari tabel di atas diketahui bahwa koefisien determinasi Obs*R2

sebesar 3.035133. Nilai probabilitas dari Chi-Square sebesar 0.5520

yang lebih besar dari nilai α sebesar 0.05. Karena nilai probabilitas Chi-

square lebih besar dari α = 5% maka Ho diterima sehingga dapat

disimpulkan bahwa di dalam model tidak terdapat masalah autokorelasi.

3. Uji Statistik

Hasil pengolahan data atau hasil estimasi yang dilakukan dengan

menggunakan program komputer Eviews dengan menggunakan metode

regresi linier berganda atau Ordinary Least Square (OLS) yang

ditampilkan pada tabel berikut :

Tabel 4.7

Hasil Regresi Metode Ordinary Least Square (OLS)

Variabel Koefisien t-Statistik Probabilitas

C -566.0014 -2.559039 0.0126

ROA 19.24505 2.603221 0.0112

FDR -0.010465 -0.623553 0.5349

INF 1.742786 3.794736 0.0003

LNKURS 60.78409 2.455947 0.0164

F-statistik 8.089.633

Probabilitas 0.000019

Adjusted R-Squared 0.669162

Sumber : Lampiran 7

82

Dari tabel 4.7 diatas maka dapat disusun persamaan regresi linier

berganda sebagai berikut :

ROE = -566.0014 + 19.24505 ROA - 0.010465 FDR + 1.742786 INF +

60.78409 LNKURS

a. Jika segala sesuatu variabel independen dianggap konstan atau bernilai

nol, artinya variabel independen tidak terjadi kenaikan atau penurunan

maka besarnya nilai ROE adalah sebesar -566.0014 maka terjadi

penurunan pada ROE sebesar 5%.

b. Nilai koefisien regresi ROA sebesar 19.24505 yang berarti setiap kenaikan

ROA sebesar 1 persen maka akan meningkatkan ROE sebesar 19,24505 .

c. Nilai koefisien regresi FDR sebesar -0.010465 yang berarti setiap

peningkatan FDR sebesar 1 persen maka akan menurunkan ROE sebesar

0.010465.

d. Nilai koefisien regresi Inflasi sebesar 1.742786 yang berarti setiap

kenaikan Inflasi sebesar 1 persen maka akan meningkatkan ROE sebesar

1.742786.

e. Nilai koefisien regresi Kurs sebesar 60.78409 yang berarti setiap kenaikan

Kurs sebesar 1 persen maka akan meningkatkan ROE sebesar 60.78409.

83

a. Uji Parsial (Uji-t)

Uji t digunakan untuk menguji signifikansi konstanta dan variabel-

variabel independen. Uji t dilakukan dengan cara membandingkan t-

statistik < probabilita tingkat derajat kesalahan α = 5%.

Tabel 4.8

Hasil Uji t-Statistik

Variabel Probabilitas t-hitung Keterangan

ROA 0.0112 2.603.221 Signifikan

FDR 0.5349 -0.623553 Tidak Signifikan

INF 0.0003 3.794.736 Signifikan

LNKURS 0.0164 2.455.947 Signifikan

Sumber : Lampiran 8

Dari tabel 4.8 bahwa didapatkan dari uji statistik t yang dilakukan

adalah sebagai berikut :

1. Pengaruh t-statistik untuk Return On Assets (ROA) terhadap

Return On Equity (ROE)

Pada variabel Return On Assets (ROA) nilai t-hitung

(2.60) > t-tabel (1.739) dan nilai probabilitasnya adalah 0.0112,

karena probabilitasnya lebih kecil dari tingkat kesalahan

sebesar 5% atau α = 0.05, H0 ditolak berarti variabel

independen secara individu berpengaruh signifikan terhadap

variabel dependen, dengan kata lain Return On Assets (ROA)

berpengaruh signifikan terhadap Return On Equity (ROE).

84

2. Pengaruh t-statistik untuk Financing to Deposit Ratio (FDR)

terhadap Return On Equity (ROE)

Pada variabel Financing to Deposit Ratio (FDR)

diperoleh nilai t-hitung (0.62) < t. tabel (1.739) dan nilai

probabilitasnya adalah 0.5349, karena probabilitasnya lebih

besar dari tingkat kesalahan sebesar 5% atau α = 0.05, H0

diterima berarti variabel independen secara individu tidak

berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen, dengan

kata lain FDR tidak berpengaruh signifikan terhadap Return On

Equity (ROE).

3. Pengaruh t-statistik untuk Inflasi terhadap Return On Equity

(ROE)

Pada variabel Inflasi nilai t-hitung (3.79) > t-tabel

(1.739) dan nilai probabilitasnya adalah 0.0003, karena

probabilitasnya lebih kecil dari tingkat kesalahan sebesar 5%

atau α = 0.05, H0 ditolak berarti variabel independen secara

individu berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen,

dengan kata lain Inflasi berpengaruh signifikan terhadap Return

On Equity (ROE).

85

4. Pengaruh t-statistik untuk Kurs terhadap Return On Equity

(ROE)

Pada variabel Kurs nilai t-hitung (2.45) > t-tabel (1.739)

dan nilai probabilitasnya adalah 0.0164, karena probabilitasnya

lebih kecil dari tingkat kesalahan sebesar 5% atau α = 0.05, H0

ditolak berarti variabel independen secara individu berpengaruh

signifikan terhadap variabel dependen, dengan kata lain Kurs

berpengaruh signifikan terhadap Return On Equity (ROE).

b. Uji Fisher (Uji-F)

Uji-F bertujuan untuk mengetahui pengaruh semua variabel

independen (ROA, FDR, INFLASI, LNKURS) secara simultan (bersama-

sama) terhadap variabel dependen yaitu ROE.

Berdasarkan tabel 4.7 diperoleh hasil F-statistik sebesar 8.089.633

dengan nilai probabilitas (F-statistik) sebesar 0.000019. Karena hasil

probabilitas (signifikansi) lebih kecil dari α = 0.05 (0.00 < 0.05) berarti

dapat disimpulkan bahwa ROA, Inflasi, Kurs secara bersama-sama

mempunyai pengaruh signifikan terhadap ROE. Sedangkan variabel FDR

tidak berpengaruh signifikan terhadap ROE.

c. Koefisien Determinasi (Adj R2)

Koefisien determinasi R2

yang digunakan dalam penelitian ini

adalah menggunakan Adjusted R-Squared pada saat mengevaluasi model

86

regresi terbaik. Dikarenakan dalam penelitian ini menggunakan lebih dari

satu variabel independen.

Berdasarkan hasil regresi pada tabel 4.6 dapat diketahui bahwa

nilai Adjusted R-Squared sebesar 0.669 ini menunjukan bahwa variasi

variabel dependen (ROE) secara bersama-sama maupun dijelaskan oleh

variasi variabel independen ROA, FDR, Inflasi, dan Kurs sebesar 66.9

persen. Sedangkan sisanya sebesar 33.1 persen dijelaskan oleh variabel

lain diluar variabel yang diteliti.

4. Analisis Ekonomi

Hasil analisis regresi berganda menunjukan dari 4 variabel yaitu Return

On Assets (ROA), Financing to Deposit Ratio (FDR), Inflasi, dan Kurs

terhadap Return On Equity (ROE). Variabel-variabel yang berpengaruh

ROA, inflasi, dan kurs sedangkan variabel FDR tidak memiliki pengaruh

terhadap ROE.

Return On Assets (ROA) memiliki pengaruh secara positif dan

signifikan terhadap Return On Equity (ROE) di perbankan syariah. Apabila

para nasabah banyak menabung di bank syariah maka total aset di bank

syariah tersebut akan bertambah/meningkat, maka secara tidak langsung akan

menaikan laba yang dihasilkan di bank syariah. Dengan faktor tersebut

kemudian para investor menginginkan untuk bergabung dan

menginvestasikan sahamnya di perbanakan syariah agar mendapatkan

keuntungan yang lebih besar (ROE). Hal ini bisa dilihat dimana ROA

87

berpengaruh secara positif terhadap ROE artinya setiap kenaikan ROA akan

berpengaruh terhadap peningkatan ROE di perbankan syariah.Oleh sebab itu

jika aset diperbankan bertambah (ROA) maka akan meningkatkan ROE di

perbankan syariah.

Inflasi berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap Return On

Equity (ROE) di perbankan syariah. Kenaikan inflasi akan menyebabkan

kenaikan pembiayaan produksi di semua sektor. Dikarenakan apabila terjadi

inflasi maka akan meningkatkan biaya produksi yang akhirnya pinjaman para

debitur bertambah besar secara nominal. Karena bank syariah mempunyai

aset yang bertambah besar kemudian di ikuti laba perbankan yang dihasilkan

juga akan meningkat hal ini sekaligus meningkatkan nilai ROE karena

mendorong para nasabah untuk ingin menginvestasikan dananya di bank

syariah agar mendapatkan keuntungan yang lebih besar.

Kurs berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap Return On

Equity (ROE) di perbankan syariah. Dimana pemerintah mempunyai dua

kebijakan, salah satu diantaranya yaitu kebijakan moneter yang patut menjadi

agenda utama dalam kebijakan ekonomi di Indonesia. Menguatnya nilai tukar

rupiah terhadap dollar Amerika yang mencerminkan stabilitas perekonomian

yang semakin meningkat dan akan menurunkan resiko dalam menjalankan

kegiatan usahanya, selanjutnya para investor akan menanamkan modalnya ke

pasar saham yang lebih menguntungkan.

Pada dasarnya didalam perbankan syariah tidak mengenal valuta

asing, tetapi pada kenyataannya lebih banyak investor asing yang

88

menanamkan modalnya di bank-bank yang berada di Indonesia. Para investor

asing tersebut lebih banyak yang menanamkan modalnya dalam bentuk mata

uang dollar Amerika, jadi pengembalian modal ke investor dalam bentuk

dollar Amerika maka diikuti oleh kenaikan ROE karena menguatnya kurs

rupiah terhadap dollar Amerika.

Financing to Deposit Ratio (FDR) merupakan ukuran likuiditas yang

mengukur besarnya dana yang di tempatkan dalam bentuk kredit yang berasal

dari dana yang dikumpulkan oleh bank yang terutama dana dari masyarakat.

Kualitas kredit yang buruk akan meningkatkan resiko terutama bila

pemberian kredit dilakukan dengan tidak menggunakan prinsip kehati-hatian

dan dalam pemberian kredit yang kurang terkendali sehingga bank akan

menanggung resiko yang lebih besar pula. Resiko tersebut berupa kesulitan

pengembalian kredit oleh debitur yang apabila jumlahnya cukup besar dapat

mempengaruhi kinerja perbankan. Pada variabel FDR berpengaruh secara

negatif dan tidak signifikan.

89

BAB V

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan data dari penelitian yang berjudul

“Analisis Pengaruh Return On Assets (ROA), Financing to Deposit Ratio

(FDR), Inflasi dan Kurs terhadap Return On Equity (ROE) pada Perbankan

Syariah di Indonesia Periode 2006 Januari – Juni 2012 ” maka dapat

disimpulkan sebagai berikut:

1. Pada variabel Return On Assets (ROA) berpengaruh secara signifikan dan

positif terhadap Return On Equity (ROE) di perbankan syariah Indonesia.

2. Pada variabel Financing to Deposit Ratio (FDR) tidak berpengaruh secara

signifikan dan negatif terhadap Return On Equity (ROE) di perbankan

syariah Indonesia.

3. Pada variabel Inflasi berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap

Return On Equity (ROE) di perbankan syariah Indonesia.

4. Pada variabel Kurs berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap

Return On Equity (ROE) di perbankan syariah Indonesia.

5. Secara simultan Return On Assets (ROA), Financing to Deposit Ratio

(FDR), inflasi dan kurs secara bersama-sama berpengaruh terhadap Return

On Equity (ROE) pada perbankan syariah di Indonesia.

Nilai Adjusted R-Square sebesar sebesar 0.669 ini menunjukan

bahwa variasi variabel dependen (ROE) secara bersama-sama maupun

dijelaskan oleh variasi variabel independen ROA, FDR, Inflasi, dan Kurs

90

sebesar 66,9 persen. Sedangkan sisanya sebesar 33,1 persen dijelaskan

oleh variabel lain diluar variabel yang diteliti.

B. Implikasi

Berkaitan dengan implikasi pada penelitian ini, peneliti menganalisis

tentang pengaruh Return On Assets (ROA), Financing to Deposit Ratio

(FDR), inflasi dan kurs terhadap Return On Equity (ROE) pada perbankan

syariah di Indonesia periode 2006 Januari – Juni 2012, maka dapat ditarik

implikasinya yaitu :

1. Implikasi bagi Penelitian

Untuk penelitian lebih lanjut dapat mencari atau menambah variabel

yang diduga turut mempengaruhi ROE bank yang sesuai dengan

kondisi perbankan di Indonesia.

Dalam penelitian selanjutnya sebaiknya menambahkan periode

penelitian sehingga jumlah sampel yang diteliti akan bertambah, guna

memperoleh hasil yang lebih signifikan.

Menggunakan metode dan alat uji yang lebih lengkap, canggih dan

akurat sehingga diperoleh kesimpulan yang lebih valid.

2. Implikasi bagi Bank

Bagi perbankan di Indonesia, penelitian ini dapat digunakan dalam

pertimbangan membuat kebijakan-kebijakan guna meningkatkan ROE

bank. Bank disarankan agar dalam manajemen penggunaan dananya

dapat dilakukan secara tepat agar dapat meningkatkan ROE bank

secara signifikan.

91

3. Implikasi bagi Nasabah

Penelitian ini digunakan untuk nasabah dapat melihat ROE yang

dihasilkan perbankan syariah di Indonesia sepanjang periode penelitian

sehingga dapat tergambar dibenak nasabah tentang perbankan syariah.

92

DAFTAR PUSTAKA

Ajija, Shochrul Rohmatul, dkk. “Cara Cerdas Menguasai Eviews”, Salemba

Empat. Jakarta. 2011.

Almilia, dkk. “Analisis Rasio Camel Terhadap Prediksi Kondisi Bermasalah

Pada Lembaga Perbankan Periode 2000-2002”, Jurnal Akuntansi dan

Keuangan. Jakarta. 2005.

Ang, Robert “Pasar Modal Indonesia (The Intelligent Guide to Indonesian

Capital Market)”, Mediasoft Indonesia. Jakarta. 2001

Anton, H. Gunawan. “Anggaran Pemerintah dan Inflasi di Indonesia”, Gramedia

Pustaka Utama, Jakarta, 1991.

Antonio, Muhammad Syafi’i. “Bank Syariah, dari Teori ke Praktek”, Gema

Insani Press, Jakarta, 2001.

Arifin, Zainul. “Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah”, cetakan ke 7, Azkia

Publisher, Tngerang, 2009.

Bank Indonesia. “Laporan Perkembangan Perbankan Syariah”, BI, Jakarta,

2006

____________.“Laporan Perkembangan Perbankan Syariah”, BI, Jakarta, 2007.

____________.“Laporan Perkembangan Perbankan Syariah”, BI, Jakarta, 2008.

____________.“Laporan Perkembangan Perbankan Syariah”, BI, Jakarta, 2009.

____________.“Laporan Perkembangan Perbankan Syariah”, BI, Jakarta, 2010.

____________.“Laporan Perkembangan Perbankan Syariah”, BI, Jakarta, 2011.

____________.“Laporan Perkembangan Perbankan Syariah”, BI, Jakarta, 2012.

Boediono. “Teori Pertumbuhan Ekonomi”, Penerbit Yogyakarta: BPFE,

Yogyakarta, 1985.

Dendawijaya. “Manajemen Perbankan”, Ghalia Indonesia. Jakarta. 2003.

Dornbusch, Rudiger, dan Fisher Stanley. “Makro Ekonomi” Erlangga, Jakarta,

1992.

Gujarati, Damodar. “Dasar-dasar ekonometrika edisi ketiga jilid”, Erlangga,

Jakarta, 2006.

93

Hamid, Abdul. Modul Perbankan Syariah “Landasan Teori dan Praktek”,

FEIS, Jakarta. 2008.

Hamja, Yahya. “Modul I Ekonometrika”, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial,

UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2008.

____________. “Modul II Ekonometrika”, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial,

UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2008.

Hatta, M. “Telaah Singkat Pengendalian Inflasi Dalam Perspektif Kebijakan

Moneter Islam”, Jurnal Ekonomi Ideologis, 2008.

Horngren, Charles T. Sundem, Gary L. Elliot, Jhon A. “Pengantar Akuntansi

Keuangan”. : Erlangga Edisi keenam jilid 2. Jakarta. 1999.

Insukindro. “Ekonomi Uang dan Bank”, BPFE UGM, Yogyakarta, 1993.

Iswardono. “Uang dan Bank”, BPFE, Yogyakarta, 1990.

Karim, Adiwarman A. “Ekonomi Makro Islami”. PT Raja Grafindo Persada.

Jakarta, 2007.

___________________. “Ekonomi Makro Islami Edisi Kedua ”. PT Raja

Grafindo Persada. Jakarta, 2008.

___________________. “Ekonomi Islam: Suatu Kejadian Ekonomi Makro

Islam”. II IT Indonesia, 2002.

Kasmir. “Manajemen Perbankan”, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2003.

______. “Manajemen Perbankan”, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2004.

______. “Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya”, PT Raja Grafindo Persada,

Jakarta, 2005.

Krisna, Yansen, “Faktor-faktor yang mempengaruhi capital adequacy ratio”,

Universitas Diponerogo, Semarang, 2008.

94

Lasiya, Yeni. “Analisis Kinerja Return On Equity (ROE) Perbankan Syariah

Dengan Metode System Dynamics” Skripsi Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah, Jakarta, 2011.

Lipsey, Richard. “Pengantar Makro Ekonomi”, Binarupa Aksara, Jakarta, 1995.

Maruf, Amin. “Bank Syariah Suatu Pengenalan Umum”, Tazkia Institut, Jakarta,

2000.

Muhammad. “Manajemen Bank Syariah 1”, Edisi Revisi, AMP YKPN,

Yogyakarta, 2005.

_________. “Manajemen Bank Syariah 2”, Edisi Revisi, UPP AMP YKPN,

Yogyakarta, 2002.

Nachrowi, D. dan Hardius Usman. “Pendekatan Populer dan Praktis

EKONOMETRIK Untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan”, FEUI, Jakarta,

2006.

Nopirin. “Ekonomi Moneter”, (buku I dan II), BPFE, Yogyakarta, 1987.

______. “Ekonomi Moneter”, Edisi 4 Buku 1, BPFE, Yogyakarta, 1992.

Rivai, Veithzal. “Manajemen Keuangan”, Ekonisia, Yogyakarta, 2008.

Riyadi, Slamet. “Banking Asset and Liability Management”, Lembaga Penerbit

Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, 2006.

Rodoni, Ahmad. “Panduan Penulisan Skripsi”, Feis Uin Press, Jakarta, 2010.

Salvorte, Dominick. “Pengantar Teori Ekonomi Makro”, Jilid Kelima,

Terjemahan, Jakarta, 1997.

Samuelson dan Nordhaus. “Ilmu Makroekonomi”, Edisi Tujuh Belas, PT. Media

Global Edukasi, Jakarta. 2004.

Sartono, Agus. “Manajemen Keuangan”, BPFE-Yogyakarta. Yogyakarta. 2001.

Siamat, Dahlan. Manajemen Bank Umum, Intermedia, Jakarta, 1993

Sofyan. “Analisis Kritis atas Laporan Keuangan”, PT Raja Grafindo Persada.

Jakarta. 2007.

95

Sudarsono, Heri.“Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan

Ilustrasi” Ekonisia, Yogyakarta, 2007.

Sukirno, Sadono. “Teori Pengantar Makro Ekonomi”. PT Raja Grafindo

Persada. Jakarta, 2004.

Susilo, Y. Sri. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Fakultas Ekonomi

Universitas Indonesia, Jakarta, 1999.

___________. Bank Lembaga Keuangan, Salemba Empat. Jakarta, 2000.

Sutomo, Dedi. Analisis Pengaruh Pembiayaan, Tabungan, Giro, Deposito dan

Ekuitas Terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR) (Study Empiris Bank

Umum Syariah Indonesia Tahun 2005-2007), Fakultas Ekonomi Jurusan

Akutansi Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2009.

Tan, Inggrid. “Bisnis & Investasi Sistem Syariah”, Universitas Atma Jaya,

Yogyakarta., 2009.

Tatik Mulyati, “Peran Financial Leverage terhadap profitabilitas dalam sektor

Perbankan” Jurnal Ekonomi dan Manajemen. 2001.

Utomo, Novianto Satrio. “Analisis Pengaruh Tingkat Inflasi dan Suku Bunga BI

Terhadap Kinerja Keuangan PT bank Muamalat, Tbk Berdasarkan Rasio

Keuangan ” Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma, Jakarta, 2007.

Walsh, Ciaran. “Key Management Ratio”. Erlangga. Jakarta. 2004.

Widarjono, Agus. “Ekonometrika Teori dan Aplikasi Untuk Ekonomi dan

Bisnis”, Ekonisia FE UII. Yogyakarta. 2007.

www.bi.go.id

96

LAMPIRAN

Lampiran 1 : Data Penelitian Periode 2006-2012

BULAN ROE ROA FDR INF KURS

2006.1 27,6 1,39 99,39 17,03 9.395,00

2006.2 28,04 1,4 103,32 17,92 9.230,00

2006.3 26,34 1,32 106,96 15,74 9.075,00

2006.4 28,09 1,41 109,22 15,4 8.775,00

2006.5 29,18 1,43 109,68 15,6 9.220,00

2006.6 31,46 1,51 110,52 15,53 9.300,00

2006.7 31,29 1,47 112,23 15,15 9.070,00

2006.8 30,03 1,38 111,29 14,9 9.100,00

2006.9 31,49 1,41 109,39 14,55 9.235,00

2006.10 31,56 1,38 106,53 6,29 9.110,00

2006.11 33,82 1,44 105,40 5,27 9.165,00

2006.12 36,94 1,55 98,90 6,6 9.020,00

2007.1 44,43 1,83 98,56 6,26 9.066,00

2007.2 48,38 1,95 97,19 6,3 9.067,00

2007.3 44,47 1,75 95,14 6,52 9.163,00

2007.4 45,59 1,75 97,03 6,29 9.097,00

2007.5 46,66 1,76 97,12 6,01 8.844,00

2007.6 49,99 1,86 101,12 5,77 8.983,00

2007.7 51,44 1,88 101,96 6,06 9.067,00

2007.8 52,8 1,9 105,7 6,51 9.366,00

2007.9 52,45 1,85 103,68 6,95 9.309,00

2007.10 55,76 1,93 102,65 6,88 9.107,00

2007.11 55,02 1,86 103,47 6,71 9.264,00

2007.12 53,98 1,78 99,76 6,59 9.333,00

2008.1 54,19 1,75 97,87 7,36 9.406,00

2008.2 58,69 1,85 97,03 7,4 9.181,00

2008.3 59,5 1,83 100,26 8,17 9.184,00

2008.4 61,03 1,83 99,86 8,96 9.208,00

2008.5 62,43 1,82 101,85 10,38 9.290,00

2008.6 63,65 1,81 103,18 11,03 9.295,00

2008.7 65,27 1,82 106,97 11,9 9.163,00

2008.8 64,67 1,76 113,02 11,85 9.149,00

2008.9 68,85 1,84 112,25 12,14 9.340,00

97

2008.10 68,77 1,81 113,43 11,77 10.048,00

2008.11 64,92 1,68 106,42 11,68 11.711,00

2008.12 38,79 1,57 103,35 11,06 11.324,00

2009.1 53,46 1 100,22 9,17 11.167,00

2009.2 54,78 2,15 100,5 8,6 11.852,00

2009.3 34,14 2,44 103,33 7,92 11.849,00

2009.4 58,25 2,29 101,36 7,31 11.025,00

2009.5 56,59 2,22 101,06 6,04 10.392,00

2009.6 29,51 2,16 100,22 3,65 10.206,00

2009.7 29,44 2,12 99,59 2,71 10.111,00

2009.8 28,63 2,08 99,71 2,75 9.977,00

2009.9 28,33 1,38 98,11 2,83 9.900,00

2009.10 27,33 1,46 97,3 2,57 9.482,00

2009.11 27,52 1,48 95,49 2,41 9.469,00

2009.12 26,09 1,48 89,7 2,78 9.457,00

2010.1 20,51 1,65 88,67 3,72 9.275,00

2010.2 23,95 1,76 90,96 3,81 9.348,00

2010.3 32,02 2,13 95,07 3,43 9.173,00

2010.4 27,97 2,06 95,57 3,91 9.027,00

2010.5 25,07 1,25 96,65 4,16 9.183,00

2010.6 21,41 1,66 96,08 5,05 9.148,00

2010.7 21,24 1,67 95,32 6,22 9.049,00

2010.8 20,13 1,63 98,86 6,44 8.971,00

2010.9 21,92 1,8 95,4 5,8 8.975,00

2010.10 24,3 1,85 94,76 5,67 8.927,00

2010.11 20,91 1,83 954,5 6,33 8.938,00

2010.12 17,58 1,67 89,67 6,96 9.022,00

2011.1 19,99 2,26 91,97 7,02 9.016,00

2011.2 15,49 1,81 95,16 6,84 8.932,00

2011.3 18,22 1,97 93,22 6,65 8.760,00

2011.4 17,6 1,9 95,17 6,16 8.636,00

2011.5 17,15 1,84 94,88 5,98 8.544,00

2011.6 17,01 1,84 94,93 5,54 8.568,00

2011.7 17,09 1,86 94,18 4,61 8.535,00

2011.8 16,98 1,81 98,39 4,79 8.529,00

2011.9 17,09 1,8 94,97 4,61 8.681,00

2011.10 17,43 1,75 95,24 4,42 8.880,00

2011.11 17,54 1,78 94,4 4,15 9.031,00

2011.12 15,73 1,79 88,94 3,79 9.068,00

98

2012.1 10,11 1,36 87,27 3,65 9.117,00

2012.2 20,08 1,79 90,49 3,56 9.023,00

2012.3 20,78 1,83 87,13 3,97 9.146,00

2012.4 18,96 1,79 95,39 4,5 9.177,00

2012.5 21,09 1,99 97,95 4,45 9.480,00

2012.6 23,59 2,05 98,59 4,53 9.433,00

99

Lampiran 2 : Uji Stasioner

1. Uji Akar Unit

Null Hypothesis: ROE has a unit root

Exogenous: Constant

Bandwidth: 5 (Newey-West using Bartlett kernel) Adj. t-Stat Prob.* Phillips-Perron test statistic -1.337872 0.6081

Test critical values: 1% level -3.517847

5% level -2.899619

10% level -2.587134 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Residual variance (no correction) 40.29991

HAC corrected variance (Bartlett kernel) 25.74500

Phillips-Perron Test Equation

Dependent Variable: D(ROE)

Method: Least Squares

Date: 01/14/13 Time: 20:47

Sample (adjusted): 2006M02 2012M06

Included observations: 77 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. ROE(-1) -0.073918 0.044132 -1.674943 0.0981

C 2.565753 1.726298 1.486275 0.1414 R-squared 0.036057 Mean dependent var -0.052078

Adjusted R-squared 0.023204 S.D. dependent var 6.508261

S.E. of regression 6.432307 Akaike info criterion 6.586174

Sum squared resid 3103.093 Schwarz criterion 6.647052

Log likelihood -251.5677 Hannan-Quinn criter. 6.610525

F-statistic 2.805434 Durbin-Watson stat 2.393902

Prob(F-statistic) 0.098110

100

Null Hypothesis: ROA has a unit root

Exogenous: Constant

Bandwidth: 2 (Newey-West using Bartlett kernel) Adj. t-Stat Prob.* Phillips-Perron test statistic -4.059942 0.0019

Test critical values: 1% level -3.517847

5% level -2.899619

10% level -2.587134

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Residual variance (no correction) 0.036641

HAC corrected variance (Bartlett kernel) 0.033985

Phillips-Perron Test Equation

Dependent Variable: D(ROA)

Method: Least Squares

Date: 01/14/13 Time: 20:52

Sample (adjusted): 2006M02 2012M06

Included observations: 77 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. ROA(-1) -0.367290 0.088428 -4.153570 0.0001

C 0.656433 0.157535 4.166893 0.0001 R-squared 0.187011 Mean dependent var 0.008571

Adjusted R-squared 0.176171 S.D. dependent var 0.213688

S.E. of regression 0.193954 Akaike info criterion -0.416764

Sum squared resid 2.821351 Schwarz criterion -0.355886

Log likelihood 18.04543 Hannan-Quinn criter. -0.392414

F-statistic 17.25214 Durbin-Watson stat 2.166305

Prob(F-statistic) 0.000086

101

Null Hypothesis: INF has a unit root

Exogenous: Constant

Bandwidth: 3 (Newey-West using Bartlett kernel) Adj. t-Stat Prob.* Phillips-Perron test statistic -2.524900 0.1136

Test critical values: 1% level -3.517847

5% level -2.899619

10% level -2.587134 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Residual variance (no correction) 1.219493

HAC corrected variance (Bartlett kernel) 1.620732

Phillips-Perron Test Equation

Dependent Variable: D(INF)

Method: Least Squares

Date: 01/14/13 Time: 21:08

Sample (adjusted): 2006M02 2012M06

Included observations: 77 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. INF(-1) -0.082414 0.032987 -2.498396 0.0147

C 0.442877 0.273753 1.617798 0.1099 R-squared 0.076832 Mean dependent var -0.162338

Adjusted R-squared 0.064523 S.D. dependent var 1.156879

S.E. of regression 1.118934 Akaike info criterion 3.088260

Sum squared resid 93.90094 Schwarz criterion 3.149138

Log likelihood -116.8980 Hannan-Quinn criter. 3.112611

F-statistic 6.241983 Durbin-Watson stat 1.558015

Prob(F-statistic) 0.014665

102

Null Hypothesis: LNKURS has a unit root

Exogenous: Constant

Bandwidth: 3 (Newey-West using Bartlett kernel) Adj. t-Stat Prob.* Phillips-Perron test statistic -1.989332 0.2909

Test critical values: 1% level -3.517847

5% level -2.899619

10% level -2.587134 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Residual variance (no correction) 0.000750

HAC corrected variance (Bartlett kernel) 0.001001

Phillips-Perron Test Equation

Dependent Variable: D(LNKURS)

Method: Least Squares

Date: 01/14/13 Time: 21:09

Sample (adjusted): 2006M02 2012M06

Included observations: 77 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. LNKURS(-1) -0.077061 0.044476 -1.732650 0.0873

C 0.704509 0.406590 1.732726 0.0873 R-squared 0.038487 Mean dependent var 5.24E-05

Adjusted R-squared 0.025667 S.D. dependent var 0.028115

S.E. of regression 0.027751 Akaike info criterion -4.305427

Sum squared resid 0.057761 Schwarz criterion -4.244549

Log likelihood 167.7589 Hannan-Quinn criter. -4.281076

F-statistic 3.002074 Durbin-Watson stat 1.504962

Prob(F-statistic) 0.087268

103

2. Uji Derajat Integrasi

Null Hypothesis: D(ROE) has a unit root

Exogenous: Constant

Bandwidth: 3 (Newey-West using Bartlett kernel) Adj. t-Stat Prob.* Phillips-Perron test statistic -11.65180 0.0001

Test critical values: 1% level -3.519050

5% level -2.900137

10% level -2.587409 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Residual variance (no correction) 39.82890

HAC corrected variance (Bartlett kernel) 28.03001

Phillips-Perron Test Equation

Dependent Variable: D(ROE,2)

Method: Least Squares

Date: 01/14/13 Time: 21:15

Sample (adjusted): 2006M03 2012M06

Included observations: 76 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. D(ROE(-1)) -1.244421 0.112840 -11.02817 0.0000

C -0.079489 0.733704 -0.108340 0.9140 R-squared 0.621717 Mean dependent var 0.027105

Adjusted R-squared 0.616605 S.D. dependent var 10.32920

S.E. of regression 6.395730 Akaike info criterion 6.575102

Sum squared resid 3026.997 Schwarz criterion 6.636437

Log likelihood -247.8539 Hannan-Quinn criter. 6.599614

F-statistic 121.6206 Durbin-Watson stat 2.197744

Prob(F-statistic) 0.000000

104

Null Hypothesis: D(ROA) has a unit root

Exogenous: Constant

Bandwidth: 5 (Newey-West using Bartlett kernel) Adj. t-Stat Prob.* Phillips-Perron test statistic -12.40221 0.0001

Test critical values: 1% level -3.519050

5% level -2.900137

10% level -2.587409 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Residual variance (no correction) 0.041945

HAC corrected variance (Bartlett kernel) 0.028126

Phillips-Perron Test Equation

Dependent Variable: D(ROA,2)

Method: Least Squares

Date: 01/14/13 Time: 21:16

Sample (adjusted): 2006M03 2012M06

Included observations: 76 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. D(ROA(-1)) -1.285417 0.111459 -11.53265 0.0000

C 0.010806 0.023824 0.453564 0.6515 R-squared 0.642516 Mean dependent var 0.000658

Adjusted R-squared 0.637685 S.D. dependent var 0.344818

S.E. of regression 0.207555 Akaike info criterion -0.280877

Sum squared resid 3.187854 Schwarz criterion -0.219542

Log likelihood 12.67331 Hannan-Quinn criter. -0.256364

F-statistic 133.0021 Durbin-Watson stat 2.055095

Prob(F-statistic) 0.000000

105

Null Hypothesis: D(FDR) has a unit root

Exogenous: Constant

Bandwidth: 75 (Newey-West using Bartlett kernel) Adj. t-Stat Prob.* Phillips-Perron test statistic -76.70456 0.0001

Test critical values: 1% level -3.519050

5% level -2.900137

10% level -2.587409 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Residual variance (no correction) 14652.24

HAC corrected variance (Bartlett kernel) 314.5365

Phillips-Perron Test Equation

Dependent Variable: D(FDR,2)

Method: Least Squares

Date: 01/14/13 Time: 21:16

Sample (adjusted): 2006M03 2012M06

Included observations: 76 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. D(FDR(-1)) -1.501452 0.100575 -14.92868 0.0000

C -0.071738 14.07136 -0.005098 0.9959 R-squared 0.750729 Mean dependent var -0.043289

Adjusted R-squared 0.747360 S.D. dependent var 244.0575

S.E. of regression 122.6713 Akaike info criterion 12.48286

Sum squared resid 1113570. Schwarz criterion 12.54419

Log likelihood -472.3486 Hannan-Quinn criter. 12.50737

F-statistic 222.8654 Durbin-Watson stat 2.339698

Prob(F-statistic) 0.000000

106

Null Hypothesis: D(INF) has a unit root

Exogenous: Constant

Bandwidth: 2 (Newey-West using Bartlett kernel) Adj. t-Stat Prob.* Phillips-Perron test statistic -6.950883 0.0000

Test critical values: 1% level -3.519050

5% level -2.900137

10% level -2.587409 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Residual variance (no correction) 1.262325

HAC corrected variance (Bartlett kernel) 1.247459

Phillips-Perron Test Equation

Dependent Variable: D(INF,2)

Method: Least Squares

Date: 01/14/13 Time: 21:17

Sample (adjusted): 2006M03 2012M06

Included observations: 76 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. D(INF(-1)) -0.785959 0.112930 -6.959701 0.0000

C -0.140755 0.131939 -1.066817 0.2895 R-squared 0.395610 Mean dependent var -0.010658

Adjusted R-squared 0.387442 S.D. dependent var 1.454799

S.E. of regression 1.138614 Akaike info criterion 3.123464

Sum squared resid 95.93673 Schwarz criterion 3.184799

Log likelihood -116.6916 Hannan-Quinn criter. 3.147977

F-statistic 48.43743 Durbin-Watson stat 1.867979

Prob(F-statistic) 0.000000

107

Null Hypothesis: D(LNKURS) has a unit root

Exogenous: Constant

Bandwidth: 1 (Newey-West using Bartlett kernel) Adj. t-Stat Prob.* Phillips-Perron test statistic -6.951091 0.0000

Test critical values: 1% level -3.519050

5% level -2.900137

10% level -2.587409 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Residual variance (no correction) 0.000749

HAC corrected variance (Bartlett kernel) 0.000776

Phillips-Perron Test Equation

Dependent Variable: D(LNKURS,2)

Method: Least Squares

Date: 01/14/13 Time: 21:17

Sample (adjusted): 2006M03 2012M06

Included observations: 76 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. D(LNKURS(-1)) -0.783682 0.113203 -6.922803 0.0000

C 0.000261 0.003182 0.081903 0.9349 R-squared 0.393071 Mean dependent var 0.000168

Adjusted R-squared 0.384869 S.D. dependent var 0.035369

S.E. of regression 0.027740 Akaike info criterion -4.305930

Sum squared resid 0.056943 Schwarz criterion -4.244595

Log likelihood 165.6253 Hannan-Quinn criter. -4.281418

F-statistic 47.92520 Durbin-Watson stat 1.923453

Prob(F-statistic) 0.000000

108

Lampiran 3 : Uji Normalitas

0

2

4

6

8

10

-30 -20 -10 0 10 20

Series: Residuals

Sample 2006M01 2011M12

Observations 72

Mean -3.90e-14

Median -4.743472

Maximum 23.81909

Minimum -30.30901

Std. Dev. 14.03519

Skewness 0.227460

Kurtosis 1.805987

Jarque-Bera 4.897856

Probability 0.086386

Lampiran 4 : Uji Multikolinearitas

ROA FDR INF LNKURS

ROA 1.000000 0.017468 -0.345608 0.308328

FDR 0.017468 1.000000 0.018074 -0.054619

INF - 0.345608 0.018074 1.000000 0.102994

LNKURS 0.308328 -0.054619 0.102994 1.000000

Lampiran 5 : Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedasticity Test: White F-statistic 0.769787 Prob. F(14,63) 0.6966

Obs*R-squared 11.39389 Prob. Chi-Square(14) 0.6549

109

Lampiran 6 : Uji Autokolerasi

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic 0.698408 Prob. F(4,69) 0.5957

Obs*R-squared 3.035133 Prob. Chi-Square(4) 0.5520

Lampiran 7 : Hasil Regresi Metode Ordinary Least Square (OLS)

Dependent Variable: ROE

Method: Least Squares

Date: 01/09/13 Time: 07:49

Sample: 2006M01 2012M06

Included observations: 78 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. ROA 19.24505 7.392784 2.603221 0.0112

FDR -0.010465 0.016783 -0.623553 0.5349

INF 1.742786 0.459264 3.794736 0.0003

LNKURS 60.78409 24.74976 2.455947 0.0164

C -566.0014 221.1773 -2.559039 0.0126 R-squared 0.307128 Mean dependent var 35.26385

Adjusted R-squared 0.669162 S.D. dependent var 16.66399

S.E. of regression 14.24589 Akaike info criterion 8.212770

Sum squared resid 14815.02 Schwarz criterion 8.363841

Log likelihood -315.2980 Hannan-Quinn criter. 8.273246

F-statistic 8.089633 Durbin-Watson stat 0.260995

Prob(F-statistic) 0.000019