analisis penerapan ppn

97
ANALISIS PENERAPAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DENGAN ARUS PIUTANG PADA PT. AT Oleh RICKY INDRA PUTRA KASDANA 2002-12-505 DIAJUKAN UNTUK MELENGKAPI SEBAGIAN SYARAT-SYARAT DALAM MENCAPAI GELAR SARJANA EKONOMI PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA ATMA JAYA JAKARTA 2010

Upload: coolray

Post on 25-Jun-2015

10.571 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: analisis Penerapan PPN

ANALISIS PENERAPAN PAJAK PERTAMBAHANNILAI DENGAN ARUS PIUTANG PADA

PT. AT

Oleh

RICKY INDRA PUTRA KASDANA2002-12-505

DIAJUKAN UNTUK MELENGKAPI SEBAGIAN SYARAT-SYARAT

DALAM MENCAPAI GELAR SARJANA EKONOMI

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA ATMA JAYA

JAKARTA

2010

Page 2: analisis Penerapan PPN

ANALISIS PENERAPAN PAJAK PERTAMBAHANNILAI DENGAN ARUS PIUTANG PADA

PT AT

SKRIPSI

Diterima dan Disetujui untuk Diujikan

Jakarta, 27 Januari 2010

Dosen Pembimbing Skripsi

(Swee Hin, SE.)

Page 3: analisis Penerapan PPN

LEMBAR PERNYATAAN KARYA SENDIRI

Yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama : Ricky Indra Putra Kasdana

NIM : 2002-12-505

Jurusan : Akuntansi

Fakultas : Ekonomi

Judul Skripsi : Analisis Penerapan Pajak Pertambahan Nilai

dengan Arus Piutang pada PT AT

Dengan ini menyatakan bahwa hasil penulisan Skripsi yang telah saya

buat ini merupakan hasil karya saya sendiri dan benar keasliannya. Apabila

ternyata di kemudian hari penulisan Skripsi ini merupakan hasil plagiat atau

penjiplakan terhadap karya orang lain, maka saya bersedia

mempertanggungjawabkan sekaligus bersedia menerima sanksi

berdasarkan aturan tata tertib di Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya,

Jakarta.

Demikian, pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tidak

dipaksakan.

Penulis,

(Ricky Indra Putra Kasdana)

Page 4: analisis Penerapan PPN

PENGESAHAN SKRIPSI

Nama Mahasiswa : Ricky Indra Putra Kasdana

NIM : 2002-12-505

Judul Skripsi : Analisis Penerapan Pajak PertambahanNilai dengan Arus Piutang pada PT AT

Pembimbing Skripsi,

(Swee Hin, SE.)

Tanggal Lulus : 22 Maret 2010

Mengetahui.

Ketua Panitia Ujian, Ketua Program Studi Akuntansi,

( DR. Sofian Sugioko ) ( Loh Wenny Setiawati, S.E., M.Ak. )

Page 5: analisis Penerapan PPN

i

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ......................................................................................... iDAFTAR TABEL ................................................................................ iv

DAFTAR GAMBAR ............................................................................. vKATA PENGANTAR ........................................................................... viABSTRAK ....................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN .................................................................... 11.1 Latar Belakang Permasalahan ....................................... 1

1.2 Rumusan dan Pembatasan Masalah .............................. 3

1.2.1 Rumusan Masalah ................................................ 4

1.2.2 Pembatasan Masalah ............................................ 4

1.3 Tujuan Penelitian ............................................................ 5

1.4 Manfaat Penelitian .......................................................... 5

1.5 Sistematika Penulisan .................................................... 6

BAB II TINJAUAN LITERATUR ....................................................... 82.1 Dasar Dasar Perpajakan ............................................. 8

2.1.1 Definisi Pajak ........................................................ 8

2.1.2 Fungsi Pajak ......................................................... 9

2.1.3 Jenis Pajak ............................................................ 10

2.1.4 Syarat Pemungutan Pajak .................................... 12

2.1.5 Sistem Pemungutan Pajak .................................... 13

2.1.6 Asas Pemungutan Pajak ....................................... 15

2.2 Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan ................. 15

2.2.1 Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) ....................... 18

2.2.2 Surat Pemberitahuan (SPT) .................................. 19

2.3 Pajak Pertambahan Nilai ................................................ 22

Page 6: analisis Penerapan PPN

ii

2.3.1 Pengertian Pajak Pertambahan Nilai .................... 22

2.3.2 Subjek Pajak Pertambahan Nilai ........................... 24

2.3.3 Objek Pajak Pertambahan Nilai ............................. 26

2.3.4 Bukan Objek Pajak Pertambahan Nilai .................. 27

2.3.5 Tarif dan Dasar Pengenaan Pajak PPN ................. 31

2.3.6 Cara Menghitung Pajak Pertambahan Nilai ........... 33

2.3.7 Saat dan Tempat Terutangnya Pajak Pertamabahan

Nilai ........................................................................ 33

2.3.8 Pajak Keluaran dan Pajak Masukan ...................... 37

2.3.9 Faktur Pajak ........................................................... 38

2.3.10 Mekanisme Pengkreditan Pajak Masukan ............ 41

2.3.11 Pajak Masukan yang Dapat dan Tidak Dapat

Dikreditkan ............................................................. 42

2.3.12 Pajak Masukan yang Dapat Diminta Kembali ....... 45

2.3.13 Restitusi ................................................................ 46

2.4 Piutang Usaha ................................................................ 47

BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PEMBAHASAN ...................... 483.1 Sejarah Singkat PT AT ................................................... 48

3.2 Visi dan Misi Perusahaan ............................................... 48

3.3 Struktur Organisasi Perusahaan dan Pembagian Tugas 49

3.4 Kebijakan Akuntansi Perusahaan ................................... 52

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN .......................................... 54

4.1 Pelaksanaan Pajak Pertamabahan Nilai ........................ 54

4.1.1 Faktur Pajak yang Digunakan PT AT 56

4.2 Pajak Keluaran PT AT ..................................................... 57

4.2.1 Penyerahan Jasa Kena Pajak Perusahaan ........... 58

4.2.2 Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai pada Pajak

Keluaran ................................................................ 58

4.2.3 Rekonsiliasi Pajak Keluaran dengan Perkiraan

Page 7: analisis Penerapan PPN

iii

Penjualan ............................................................... 62

4.2.4 Rekonsiliasi Pajak Keluaran dengan Perkiraan

Piutang Usaha ....................................................... 63

4.3. Pajak Masukan PT AT .................................................... 66

4.3.1 Perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena

Pajak ..................................................................... 66

4.3.2 Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai pada Pajak

Masukan................................................................ 67

4.3.3 Rekonsiliasi PPN Dibayar Dimuka dengan Perkiraan

dalam Neraca ........................................................ 69

4.4 Pelaporan dan Penyetoran PPN ...................................... 74

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 775.1 Simpulan ......................................................................... 77

5.2 Saran .............................................................................. 78

LAMPIRAN ....................................................................................... 80

DAFTAR RUJUKAN ........................................................................... 83

Page 8: analisis Penerapan PPN

iv

DAFTAR TABEL

4.1 Daftar Harga Akses Internet PT AT ............................................. 59

4.2 Pajak Keluaran, Masa Pajak Januari Desember 2008 ............. 60

4.3 Rekapitulasi Jumlah Penjualan Barang dan Jumlah Pajak

Keluaran Tahun 2008 .................................................................. 63

4.4 Rekapitulasi Pelunasan Penjualan Kredit Melalui Bank Lippo

Selama Tahun 2008 ..................................................................... 64

4.5 Pajak Masukan, Masa Pajak Januari Desember 2008 . 68

4.6 Rekapitulasi Pajak Lebih Bayar atau Kurang Bayar Tahun 2008 .. 73

4.7 Tanggal Penyetoran dan Pelapo

Page 9: analisis Penerapan PPN

v

DAFTAR GAMBAR

3.1 Struktur Organisasi PT AT .............................................................. 50

Page 10: analisis Penerapan PPN

vi

KATA PENGANTAR

Segala Puji dan Syukur kepada Allah SWT karena berkat ridho dan

rahmat-Nya, Penulis dapat menyelesaikan skripsi yang merupakan salah

satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana S1 Ekonomi Jurusan Akuntansi

di Universitas Katolik Atma Jaya Jakarta. Penulis menyadari bahwa dalam

penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, baik dilihat dari segi

penguasaan ilmu maupun dari cara penyajiannya. Hal ini dikarenakan

keterbatasan kemampuan dari Penulis dalam menyusun skripsi ini.

Akhirnya pada kesempatan ini, Penulis mengucapkan terima kasih

terutama kepada kedua orang tua dan keluarga besar, karena atas doa,

dukungan, kasih sayang, dan yang selama ini banyak memberi bantuan baik

moril maupun materil sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Juga

semua pihak-pihak yang telah memberikan bantuan untuk segala arahan

yang sangat membantu Penulis dalam membuat skripsi ini. Oleh karena itu

dalam kesempatan ini dan dengan segala kerendahan hati, penulis ingin

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bpk. Dr. Eddy Haryadi, S.E., M.T.M.I. selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Unika Atma Jaya Jakarta beserta para Pembantu Dekan.

2. Bpk. Swee Hin, S.E. Selaku pembimbing skripsi penulis, atas segala

waktu dan bimbingan yang telah diberikan, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Page 11: analisis Penerapan PPN

vii

3. Bpk. Drs. Frans Bararuallo, M.M. selaku penasehat akademik yang telah

memberikan bimbingan, nasehat dan arahan selama masa kuliah.

4. Ibu Loh Wenny Setiawati, S.E., M.Ak. selaku Ketua Jurusan Akuntansi

Fakultas Ekonomi di Unika Atmajaya dan seluruh dosen dosen serta

karyawan sekretariat Fakultas Ekonomi.

5. Manajemen PT AT, atas kerjasamanya yang telah banyak membantu

penulis dalam memberikan data yang dibutuhkan sehingga penulisan

skripsi ini dapat berjalan dengan lancar.

6. My Brother Nasa, Thank you so much.

7. R. Kamelia Pradita (Dita), orang yang penulis sayangi. Terima kasih atas

dapat terus bersemangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Poys, sepupu Dita. Terima kasih atas masukkan yang diberikan dan

modem nya guna mencari infomasi informasi yang diperlukan.

9. Sahabat sahabat penulis yang selalu ada di Wanachala : Achong, Adit,

Aurigae, Bobby, Hendra, Sandy, Wisnu dan semua teman teman yang

tidak dapat disebutkan satu persatu. Semuanya selalu memberikan

bantuan, semangat, dan motivasi kepada penulis.

10. Seluruh pihak yang telah membantu yang tidak bisa disebutkan namanya,

terima kasih atas dukungan dan bantuannya atas penulisan skripsi ini.

Page 12: analisis Penerapan PPN

viii

Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

semua pembaca terutama keterkaitannya dengan perkembangan pajak guna

membiayai pembangunan di masa yang akan datang.

Depok, 27 Januari 2010

Penulis

( Ricky Indra Putra Kasdana )

Page 13: analisis Penerapan PPN

ix

ABSTRAK

Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan yang utama di

Indonesia di samping sumber minyak bumi dan gas alam yang sangat

penting peranannya bagi kelangsungan hidup bangsa Indonesia. Untuk itu

pemerintah memberikan suatu perangkat peraturan yang jelas guna

meningkatkan penerimaan melalui pajak, yang salah satunya adalah melalui

Pajak Pertambahan Nilai.

Dengan system pemungutan pajak self assessment yang berarti

penghitungan sendiri pajak yang terutang oleh wajib pajak maka pemerintah

memberikan kepercayaan penuh kepada wajib pajak untuk

memperhitungkan, menyetor, dan melaporkan kewajiban perpajakannya dan

pemerintah hanya akan mengawasi kewajiban perpajakan dari para wajib

pajak.

PT AT merupakan sebuah perusahaan jasa yang bergerak di bidang

telekomunikasi. Sebagai Pengusaha Kena Pajak yang berkewajiban untuk

membuat faktur pajak, karena faktur pajak adalah bukti yang menjadi sarana

pelaksanaan cara kerja pengkreditan Pajak Pertambahan Nilai

Hasil dari penelitian menunjukan bahwa PT AT telah menerapkan

mekanisme pengkreditan pajak keluaran dan pajak masukan setiap

bulannya. PT AT telah melaporkan seluruh pengkreditan pajak keluaran dan

pajak masukan dengan menggunaka SPT Masa PPN dan dalam bentuk

formulir 1107 beserta lampiran SPT Masa PPN dan tidak melebihi batas

Page 14: analisis Penerapan PPN

x

waktu yang ditetapkan yaitu tanggal 20 bulan berikutnya. Berdasarkan

Laporan SPT Masa PPN 1107 bahwa atas kondisi lebih bayar, perusahaan

telah mengkompensasikan ke masa pajak berikutnya.

Jakarta, 27 Januari 2010 Dosen Pembimbing Skripsi,

Swee Hin, SE.

Page 15: analisis Penerapan PPN

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Permasalahan

Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan yang utama di

Indonesia disamping sumber minyak bumi dan gas alam yang sangat penting

peranannya bagi kelangsungan hidup bangsa Indonesia. Untuk

melaksanakan pembangunan nasional serta untuk membiayai kegiatan dan

kebutuhan Negara maka pemerintah membutuhkan dana yang banyak

jumlahnya. Sektor perpajakan merupakan salah satu sumber penerimaan

dalam negeri yang utama bagi Indonesia, untuk menghimpun dana tersebut

mengingat jumlah penduduk Indonesia yang sangat besar dan potensial

sebagai sumber pajak.

Dari segi ekonomi, pajak merupakan pemindahan sumber daya dari

sektor privat (perusahaan) ke sektor publik. Pemindahan sumber daya

tersebut akan mempengaruhi arus dana (cash flow), daya beli (purchasing

power), dan kemampuan belanja (spending power) sektor privat.

Oleh karena itu pemerintah senantiasa berupaya untuk meningkatkan

jumlah penerimaan dari sektor perpajakan. Salah satu upayanya yaitu

dengan melakukan berbagai pembaharuan di bidang perpajakan termasuk di

dalamnya meningkatkan kesadaran wajib pajak untuk mau melaksanakan

kewajiban perpajakannya sesuai denga ketentuan yang berlaku.

Page 16: analisis Penerapan PPN

2

Sistem perpajakan terdahulu yaitu official assessment system dimana

penetapan besarnya pajak yang menjadi kewajiban pajak adalah wewenang

sepenuhnya dari petugas pajak (fiskus). Sistem pemungutan pajak yang

dianut di Indonesia saat ini adalah self assessment system. Self assessment

system merupakan sistem pemungutan pajak dimana wajib pajak diberikan

kepercayaan penuh oleh Direktorat Jenderal Pajak untuk menghitung,

membayar dan melaporkan sendiri jumlah pajak yang terhutang sesuai

dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.

Dari berbagai jenis pajak yang telah ditetapkan oleh pemerintah,

Pajak Pertambahan Nilai merupakan salah satu jenis pajak yang diharapkan

dapat memberikan kontribusi yang cukup besar bagi penerimaan negara.

Sekarang ini, PPN menduduki tempat yang sangat penting karena meliputi

seluruh lapisan masyarakat dan hasilnya akan mempunyai peranan besar

dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), bahkan

diharapkan hasilnya lebih besar dari pada Pajak Penghasilan (PPh) karena

seluruh rakyat Indonesia akan terlibat di dalam PPN dari yang kurang

mampu hingga yang mampu. Setiap warga masyarakat akan membeli

barang kebutuhan hidupnya yang hampir seluruhnya merupakan hasil

produksi yang kena PPN. Jadi, jumlah orang yang membayar PPN akan jauh

lebih besar dari jumlah wajib pajak Pajak Penghasilan.

Pajak Pertambahan Nilai telah menjadi salah satu pilar perpajakan

dan mulai diperkenalkan di Indonesia sejak tahun 1983, yaitu sehubungan

Page 17: analisis Penerapan PPN

3

dengan peraturan yang mengatur tentang pelaksanaan Pajak Pertambahan

Nilai yaitu Undang Undang No.8 Tahun 1983.

Sehubungan dengan perkembangan yang pesat dalam kehidupan

nasional, khususnya di bidang perekonomian, termasuk perkembangan

bentuk bentuk dan praktek penyelenggaraan kegiatan usaha yang belum

tertampung dalam UU No.8 Tahun 1983, maka pemerintah memandang

perlu untuk melakukan penyempurnaan terhadap UU No.8 Tahun 1983

sebagaimana yang telah diubah dengan UU No.11 Tahun 1994 dan

kemudian direvisi kembali menjadi UU No.18 Tahun 2000 yang berlaku mulai

tanggal 1 Januari 2001, atau disebut dengan Undang undang Pajak

Pertambahan Nilai Tahun 1984 (UU PPN Tahun 1984) mengatur pengenaan

atas Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa (PPN) dan Pajak Penjualan

atas Barang Mewah (PPnBM).

Berdasarkan hal hal yang telah diungkapkan di atas, maka studi ini

ingin mengetahui bagaimana mekanisme pencatatan PPN pada PT AT

dengan judul Analisis Penerapan Pajak Pertambahan Nilai dengan Arus

Piutang pada PT AT .

1.2 Rumusan dan Pembatasan Masalah

Untuk mendapatkan suatu pembahasan yang jelas maka perlu

ditentukan pembatasan dari masalah yang akan dibahas. Hal ini penting agar

pihak lain yang membaca hasil penelitian ini dapat memahami masalah yang

Page 18: analisis Penerapan PPN

4

sebenarnya dimaksud sehingga tidak menyimpang atau meluas ke masalah

yang lain.

1.2.1 Rumusan Masalah

Ada beberapa hal yang menjadi permasalahan yang akan dibahas :

1. Bagaimana pelaksanaan kegiatan pemungutan, perhitungan,

penyetoran, dan pelaporan PPN yang dilakukan PT AT?

2. Apakah pelaksanaan kegiatan pemungutan, perhitungan, penyetoran,

dan pelaporan PPN sudah sesuai dengan peraturan undang undang

yang berlaku?

3. Hubungan laporan SPT Masa PPN dengan laporan keuangan?

1.2.2 Pembatasan Masalah

1. Jenis pajak yang akan dibahas adalah Pajak Pertambahan Nilai.

2. Tahun pajak yang dipakai adalah tahun pajak 2008.

3. Ketentuan peraturan perundangan yang dipakai adalah UU No. 18

Tahun 2000 beserta peraturan pelaksanaan lainnya.

Page 19: analisis Penerapan PPN

5

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan permasalahan yang diangkat maka penulisan

skripsi ini bertujuan untuk :

1. Mengevaluasi perhitungan, pembayaran pajak, dan pelaporan SPM

PPN setiap bulannya, dari Januari sampai dengan Desember 2007.

Kemudian menganalisa apakah ada kemungkinan melakukan

pelanggaran, atau tidak dipenuhinya peraturan yang ada sehingga

menyebabkan perusahaan dikenakan sanksi-sanksi perpajakan.

2. Melakukan rekonsiliasi antara Laporan SPM-PPN dari Januari sampai

dengan Desember dengan Laporan Laba Rugi dan Neraca.

Hal-hal tersebut dapat dilakukan dengan cara :

a. Membandingkan antara DPP PPN Keluaran dengan angka

penjualan pada Laporan Laba Rugi.

b. Membandingkan PPN Dibayar Dimuka / PPN Terutang dengan

Prepaid Tax / Accrued Tax Payable di Neraca Keuangan

Perusahaan.

1.4 Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang

bermanfaat baik secara langsung maupun tidak langsung bagi semua pihak-

pihak yang berkepentingan diantaranya :

Page 20: analisis Penerapan PPN

6

1. Mahasiswa

Hasil penelitian ini diharapkan melengkapi literatur dan acuan dalam

pelaksanaan perhitungan serta pelaporan Pajak Pertambahan Nilai

dan dapat menjadi referensi untuk berbagai penelitian lebih lanjut.

2. Perusahaan

Memberi masukan bagi pihak manajemen perusahaan dalam

melakukan kewajiban perpajakannya.

1.5 Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pembahasan di dalam skripsi ini, maka

dicantumkan sistematika dari skripsi ini yang terdiri dari 5 bab dengan urutan

sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisis tentang latar belakang permasalahan, rumusan dan

pembatasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan

sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN LITERATUR

Bab ini berisi tentang pengertian dasar mengenai perpajakan,

ketentuan umum dan tata cara perpajakan, pengertian Pajak

Pertambahan Nilai, dan objek serta subjek Pajak Pertambahan Nilai.

Page 21: analisis Penerapan PPN

7

BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PEMBAHASAN

Bab ini berisi deskripsi objek penelitian yang meliputi sejarah singkat

perusahaan, struktur organisasi perusahaan dan uraian tugas, dan

kegiatan perusahaan.

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Merupakan fokus pembahasan masalah dalam penelitian sehingga

masalah penelitian dapat dengan jelas dijawab. Bab ini menguraikan

tentang pelaksanaan kewajiban Pajak Pertambahan Nilai pada

perusahaan yang meliputi PPN Masukan dan PPN Keluaran yang

terjadi di perusahaan serta pencatatan dan pelaporan PPN tersebut

didalam SPT Masa PPN Perusahaan.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

Merupakan bab penutup yang menguraikan simpulan dari hasil

penelitian dan saran-saran untuk mengevaluasi perencanaan pajak.

Page 22: analisis Penerapan PPN

8

BAB II

TINJAUAN LITERATUR

2.1 Dasar - Dasar Perpajakan

2.1.1 Definisi Pajak

Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus

menerus dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan

kesejahteraan raktyat baik material maupun spiritual. Untuk merealisasikan

tujuan tersebut perlu banyak memperhatikan masalah pembiayaan

pembangunan. Salah satu usaha untuk mewujudkan kemandirian suatu

bangsa atau Negara dalam pembiayaan pembangunan yaitu menggali

sumber dana yang berasal dari dalam negeri berupa pajak.

Dibawah ini terdapat beberapa definisi tentang pajak yang

dikemukakan oleh para ahli di bidang perpajakan, untuk menjelaskan arti

kata pajak antara lain,

Menurut Prof. Dr. P. J. A. Andriani :

negara (yang dapat dipaksakan) yang terutangoleh wajib membayarnya menurut peraturan peraturan, dengan tidakmendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan gunanyaadalah untuk membiayai pengeluaran pengeluaran umum berhubung

Menurut Prof. Dr. MJH. Smeets :

norma umum, dan yang dapat dipaksakan, tanpa adanya kontraprestasiyang dapat ditunjukkan secara individual ; maksudnya adalah untuk

Page 23: analisis Penerapan PPN

9

Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H. :

sarkan UndangUndang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik(kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan, dan yang digunakan untuk

Dari beberapa definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa :

1. Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan undang undang

serta aturan pelaksanaannya.

2. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya

kontraprestasi individual oleh pemerintah.

3. Pajak dipungut oleh Negara, baik pemerintah pusat maupun daerah.

4. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran pengeluaran pemerintah,

yang bila dari pemasukannya masih terdapat surplus, maka

dipergunakan untuk membiayai investasi publik.

5. Pajak dapat pula membiayai tujuan yang tidak bujeter, yaitu fungsi

mengatur.

2.1.2 Fungsi Pajak

Terdapat 2 fungsi pajak, yaitu :

1. Fungsi Budgetair

Bungsi dimana pajak digunakan sebagai pengisi kas negara dan akan

digunakan untuk membiayai pengeluaran Negara yang mana

pemerintah berwenang melakukan pemungutan yang harus

didasarkan UUD 45 Pasal 23 ayat 2.

Page 24: analisis Penerapan PPN

10

2. Fungsi Mengatur (Legurelend)

Pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksaan

pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi.

Contoh :

Pajak yang tinggi dikenakan terhadap minuman keras untuk

mengurangi konsumsi minuman keras / alkohol.

Pajak yang tinggi dikenakan terhadap barang barang mewah

untuk mengurangi gaya hidup konsumtif.

Tarif pajak untuk ekspor sebesar 0%, untuk mendorong ekspor

produk Indonesia di pasaran dunia.

2.1.3 Jenis Pajak

Pajak dapat dibagi menjadi bebrapa jenis menurut golongannya,

sifatnya, dan lembaga pemungutnya.

1. Menurut golongannya, pajak dikelompokkan menjadi 2, yaitu :

a. Pajak Langsung, merupakan pajak yang harus ditanggung sendiri

oleh wajib pajak (WP) dan pembebanannya tidak dapat

dilimpahkan kepada pihak lain.

Contoh : Pajak Penghasilan (PPh)

b. Pajak Tidak Langsung, merupakan pajak yang pembebanannya

dapat dilimpahkan kepada pihak lain.

Contoh : Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

2. Menurut sifatnya, pajak dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu :

Page 25: analisis Penerapan PPN

11

a. Pajak Subjektif, merupakan pajak yang pengenaannya

memperhatikan keadaan pribadi WP.

Contoh : PPh

b. Pajak Objektif, merupakan pajak yang pengenaannya

memperhatikan pada objeknya, baik berupa benda, keadaan,

perbuatan, atau peristiwa yang mengakibatkan timbulnya

kewajiban membayar pajak, tanpa memerhatikan keadaan pribadi

WP.

Contoh : PPh, PPN, PPnBM, PBB, dan Bea Materai.

3. Menurut lembaga pemungutnya, pajak dikelompokkan menjadi 2,

yaitu :

a. Pajak Pusat, merupakan pajak yang dipungut oleh pemerintah

pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga Negara.

Contoh : PPh, PPN, PPnBM, PBB, dan Bea Materai.

b. Pajak Daerah, merupakan pajak yang dipungut oleh pemerintah

daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah.

Pajak daerah terdiri atas :

Pajak Propinsi, contoh : Pajak Kendaraan Bermotor dan Pajak

Bahan Bakar Kendaraan Bermotor.

Pajak Kabupaten atau Kota, contoh : Pajak Hotel, Pajak

Restoran, dan Pajak Hiburan.

Page 26: analisis Penerapan PPN

12

2.1.4 Syarat Pemungutan Pajak

Agar pemungutan pajak tidak menimbulkan hambatan atau

perlawanan, maka pemungutan pajak harus memenuhi syarat sebagai

berikut :

1. Pemungutan pajak harus adil (Syarat Keadilan)

Sesuai dengan tujuan hokum, yakni mencapai keadilan, undang

undang dan pelaksanaan pemungutan harus adil. Adil dalam

perundang undangan diantaranya mengenakan pajak secara umum

dan merata, serta disesuaikan dengan kemampuan masing masing.

Sedang adil dalam pelaksanaannya yakni dengan memberikan hak

bagi wajib pajak untuk mengajukan keberatan, penundaan dalam

pembayaran dan mengajukan banding kepada Majelis Pertimbangan

Pajak.

2. Pemungutan pajak harus berdasarkan undang undang (Syarat

Yuridis)

Di Indonesia, pajak diatur dalam UUD 1945 pasal 23 ayat 2. Hal ini

memberikan jaminan hokum untuk menyatakan keadilan, baik bagi

Negara maupun warganya.

3. Tidak mengganggu perekonomian (Syarat Ekonomis)

Pemungutan tidak boleh mengganggu kelancaran kegiatan produksi

maupun perdagangan, sehingga tidak menimbulkan kelesuan

perekonomian masyarakat.

4. Pemungutan pajak harus efisien (Syarat Finansil)

Page 27: analisis Penerapan PPN

13

Sesuai fungsi budgetair, biaya pemungutan pajak harus dapat ditekan

sehingga lebih rendah dari hasil pemungutannya.

5. Sistem pemungutan pajak harus sederhana

Sistem pemungutan yang sederhana akan memudahkan dan

mendorong masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.

Syarat ini telah dipenuhi oleh undang undang perpajakan yang baru.

Contoh :

Bea Materai disederhanakan dari 167 macam tarif menjadi 2

macam tariff

Tarif PPN yang beragam disederhanakan menjadi hanya satu

tariff, yaitu 10%.

Pajak perseroan untuk badan dan pajak pendapatan untuk

perseorangan disederhanakan menjadi pajak penghasilan yang

berlaku bagi badan maupun perseorangan (orang pribadi).

2.1.5 Sistem Pemungutan Pajak

Sistem pemungutan pajak suatu negara apakah menurut Self

Assessment System, Official Assessment System atau With Holding Tax

System akan sangat berpengaruh terhadap optimalisasi pemasukkan dana

ke kas negara.

Terdapat 3 sistem pemungutan pajak :

Page 28: analisis Penerapan PPN

14

1. Official Assessment System

Suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada

pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang

oleh Wajib Pajak.

Ciri cirinya :

a. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada

fiskus.

b. Wajib Pajak bersifat pasif.

c. Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh

fiskus.

2. Self Assessment System

Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada

Wajib Pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang.

Ciri cirinya :

a. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada

Wajib Pajak sendiri.

b. Wajib Pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor dan

melaporkan sendiri pajak yang terutang.

c. Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi.

3. With Holding System

Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada

pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan Wajib Pajak yang bersangkutan)

untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.

Page 29: analisis Penerapan PPN

15

Ciri cirinya :

Wewenang menentukan besarnya pajak yang terutang ada pada pihak

ketiga, pihak selain fiskus dan Wajib Pajak.

2.1.6 Asas Pemungutan Pajak

Terdapat 3 asas sebagai berikut :

1. Asas Domisili (asas tempat tinggal)

Negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan Wajib

Pajak yang bertempat tinggal di wilayahnya, baik penghasilan yang

berasal dari dalam maupun luar negeri. Asas ini berlaku untuk Wajib

Pajak dalam negeri.

2. Asas Sumber

Negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan yang bersumber

di wilayahnya tanpa memperhatikan tempat tinggal Wajib Pajak.

3. Asas Kebangsaan

Pengenaan pajak dihubungkan dengan kebangsaan suatu negara.

2.2 Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

Dasar hukum Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah

Undang Undang Nomor 28 Tahun 2007, di dalamnya terdapat istilah

istilah, antara lain :

Page 30: analisis Penerapan PPN

16

1. Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan yang menurut

ketentuan peraturan perundang undangan perpajakan ditentukan

untuk melakukan kewajiban perpajakan, termasuk pemungut pajak

atau pemotong pajak tertentu.

2. Badan adalah sekumpulan orang dan atau modal yang merupakan

kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan

usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer,

perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dengan

nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana

pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa,

organisasi sosial politik, atau organisasi yang sejenis, lembaga,

bentuk usaha tetap, dan bentuk badan lainnya.

3. Pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apapun

yang dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya menghasilkan barang,

mengimpor barang, mengekspor barang, melakukan usaha

perdagangan, memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar daerah

pabean, melakukan usaha jasa, atau memanfaatkan jasa dari luar

daerah pabean.

4. Pengusaha Kena Pajak adalah Pengusaha sebagaimana dimaksud

pada angka 3 yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan

atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenakan pajak berdasarkan

Undang Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya,

tidak termasuk pengusaha kecil yang batasannya ditetapkan dengan

Page 31: analisis Penerapan PPN

17

Keputusan Menteri Keuangan, kecuali pengusaha kecil yang memilih

untuk dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak.

5. Nomor Pokok Wajib Pajak adalah nomor yang diberikan kepada

Wajib Pajak sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang

dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak

dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya.

6. Masa Pajak adalah jangka waktu yang lamanya sama dengan 1

(satu) bulan takwim atau jangka waktu lain yang ditetapkan dengan

Keputusan Menteri Keuangan paling lama 3 (tiga) bulan takwim.

7. Surat Pemberitahuan adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan

untuk melaporkan penghitungan dan atau pembayaran pajak, objek

pajak dan atau bukan objek pajak dan atau harta dan kewajiban,

menurut ketentuan peraturan perundang undangan perpajakan.

8. Surat Pemberitahuan Masa adalah Surat Pemberitahuan untuk

suatu Masa Pajak.

9. Surat Setoran Pajak adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan

untuk melakukan pembayaran atau penyetoran pajak yang terutang

ke kas negara melalui kantor pos dan atau bank Badan Usaha Milik

Negara atau bank Badan Usaha Milik Daerah atau tempat

pembayaran lain yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan.

10.Surat Ketetapan Pajak adalah surat ketetapan yang meliputi Surat

Ketetapan Pajak Kurang Bayar atau Surat Ketetapan Pajak Kurang

Page 32: analisis Penerapan PPN

18

Bayar Tambahan atau Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar atau Surat

Ketetapan Pajak Nihil.

2.2.1 Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

Semua Wajib Pajak yang telah memenuhi syarat untuk memperoleh

NPWP wajib mendaftarkan diri pada Kantor Pelayanan Pajak untuk dicatat

sebagai Wajib Pajak dan sekaligus mendapatkan NPWP. Selain digunakan

untuk mengetahui identitas Wajib Pajak yang sebenarnya, NPWP juga

berfungsi untuk manjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan

mempermudah pengawasan administrasi perpajakan.

Bagi Wajib Pajak yang dengan sengaja tidak mendaftarkan diri, atau

menyalah gunakan, atau tanpa hak NPWP sehingga menimbulkan kerugian

pendapatan negara, akan dikenakan sanksi pidana penjara paling lama 6

tahun dan denda paling tinggi 4 kali jumlah pajak yang terutang yang tidak

atau kurang bayar.

Kewajiban mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP dibatasi

jangka waktunya, karena hal ini berkaitan dengan saat pajak terutang dan

kewajiban mengenakan pajak terutang. Jangka waktu pendaftaran NPWP

adalah :

1. Bagi Wajib Pajak orang pribadi yang menjalankan usaha atau

pekerjaan bebas dan Wajib Pajak badan, wajib mendaftarkan diri

paling lambat satu bulan setelah usaha mulai dijalankan.

Page 33: analisis Penerapan PPN

19

2. Wajib Pajak orang pribadi yang tidak menjalankan suatu usaha atau

pekerjaan bebas apabila sampai dengan suatu bulan memperoleh

penghasilan yang jumlahnya telah melebihi PTKP setahun, wajib

mendaftarkan diri paling lambat pada akhir bulan berikutnya.

NPWP terdiri dari 15 digit, yaitu 9 digit pertama merupakan Kode

Wajib Pajak dan 6 digit pertama merupakan Kode Administrasi Perpajakan.

Formatnya adalah : XX. XXX. XXX. X- XXX. XXX

Catatan :

a. Wajib Pajak yang tidak diwajibkan mendaftarkan diri apabila

memerlukan NPWP, dapat mendaftarkan diri dan kepadanya akan

diberikan NPWP.

b. Setiap Wajib Pajak hanya mempunyai satu NPWP untuk semua jenis

pajak.

c. Untuk perusahaan perseorangan, NPWP atas nama pemiliknya.

d. Untuk badan (misalnya PT) yang baru berdiri sebaiknya tetap

mempunyai NPWP karena apabila rugi dapat dikompensasi dengan

tahun berikutnya.

2.2.2 Surat Pemberitahuan (SPT)

Fungsi SPT

1. Fungsi SPT bagi Wajib Pajak Pajak Penghasilan :

a. Sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan

perhitungan jumlah pajak yang sebenarnya terutang.

Page 34: analisis Penerapan PPN

20

b. Untuk melaporkan pembayaran atau pelunasan pajak yang telah

dilaksanakan sendiri dan atau melalui pemotongan pajak atau

pemungutan pajak lain dalam satu Tahun Pajak atau Bagian

Tahun Pajak .

c. Untuk melaporkan pembayaran dari pemotong atau pemungut

tentang pemotongan atau pemungutan pajak orang pribadi atau

badan lain dalam satu Masa Pajak, yang ditentukan peraturan

perundang undangan perpajakan yang berlaku.

2. Fungsi SPT bagi Pengusaha Kena Pajak :

a. Sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan

perhitungan jumlah Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan

atas Barang Mewah yang sebenarnya terutang.

b. Untuk melaporkan pengkreditan Pajak Masukan dan Pajak

Penjualan.

c. Untuk melaporkan pembayaran atau pelunasan pajak yang telah

dilaksanakan oleh Pengusaha Kena Pajak dan atau melalui pihak

lain dalam satu Masa Pajak, yang telah ditentukan oleh peraturan

perundang undangan perpajakan yang berlaku.

3. Fungsi SPT bagi Pemotong atau Pemungut Pajak :

Sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan

pajak yang dipotong atau dipungut dan disetorkannya.

Page 35: analisis Penerapan PPN

21

Secara garis besar SPT dibedakan menjadi dua, yaitu :

1. SPT Masa adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk

melaporkan penghitungan dan atau pembayaran pajak yang terutang

dalam suatu Masa Pajak atau pada suatu saat.

2. SPT Tahunan adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk

melaporkan penghitungan dan pembayaran pajak yang terutang

dalam suatu Tahun Pajak.

Dalam undang undang nomor 28 Tahun 2007 disebutkan tentang

batas waktu penyamapaian SPT sebagai berikut :

1. untuk Surat Pemberitahuan Masa, paling lambat 20 hari setelah akhir

Masa Pajak.

2. untuk Surat Pemberitahuan Tahunan wajib pajak orang pribadi, paling

lambat 3 bulan setelah akhir Tahun Pajak.

3. untuk Surat Pemberitahuan Tahunan wajib pajak badan, paling lambat

4 bulan setelah akhir Tahun Pajak.

Adapun sanksi yang dikenakan terhadap Wajib Pajak akibat terlambat

menyampaikan atau tidak menyampaikan SPT yaitu dapat dikenakan denda

untuk SPT Masa PPN sebesar Rp500.000,- SPT Masa lainnya sebesar

Rp100.000,- SPT Tahunan wajib pajak orang pribadi sebesar Rp100.000,-

dan untuk SPT Tahunan wajib pajak badan sebesar Rp1.000.000,-.

Page 36: analisis Penerapan PPN

22

2.3 Pajak Pertambahan Nilai

2.3.1 Pengertian Pajak Pertambahan Nilai

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan pada

saat penyerahan barang atau jasa didalam daerah pabean. Dalam bahasa

inggris, pajak ini disebut Value Added Tax (VAT). PPN termasuk jenis pajak

tak langsung,yang artinya bahwa pajak tersebut dipungutdari pihak lain yang

bukan penanggung pajak, atau dengan kata lain, dikumpulkan dari pembeli.

Indonesia menganut sistem tarif tunggal untuk PPN, yaitu sebesar

10%. Dasar hukum utama yang digunakan untuk penerapan PPN di

Indonesia adalah Undang Undang Nomor 8 Tahun 1983 sebagaimana

telah diubah dengan Undang Undang Nomor 11 Tahun 1994 dan diubah

lagi dengan Undang Undang Nomor 18 Tahun 2000.

Pengertian pengertian yang berkenaan dengan Pajak Pertambahan

Nilai dalam UU No. 18 Tahun 2000 Pasal 1, adalah sebagai berikut :

1. Daerah Pabean adalah wilayah Republik Indonesia yang meliputi

wilayah darat, perairan, dan ruang udara diatasnya serta tempat

tempat tertentu di Zona Ekonomi Ekskludif dan Landas Kontinen

yang di dalamnya berlaku Undang undang Nomor 10 Tahun 1995

tentang Kepabeanan.

2. Barang Kena Pajak (BKP) adalah barang berwujud baik yang

menurut sifatnya ataupun yang menurut hukumnya, dapat berupa

baik barang bergerak maupun barang tidak berwujud, yang

dikenakan pajak berdasarkan undang undang ini.

Page 37: analisis Penerapan PPN

23

3. Jasa Kena Pajak (JKP) adalah setiap kegiatan pelayanan

berdasarkan suatu perikatan atau perbuatan hukum yang

menyebabkan suatu barang atau fasilitas atau kemudahan atau hak

yang tersedia untuk dipakai, termasuk jasa yang dilakukan untuk

menghasilakan barang, karena pesanan atau permintaan dengan

bahan dan atas petunjuk dari pemesan, yang dikenakan pajak

bersdasarkan undang undang ini.

4. Impor adalah setiap kegiatan yang memasukkan barang dari luar

Daerah Pabean ke dalam Daerah Pabean.

5. Nilai Impor adalah nilai barang yang berupa uang yang menjadi

dasar perhitungan bea masuk ditambah pungutan lainnya yang

dikenakan berdasarkan ketentuan dalam peraturan perundang

undangan Pabean untuk impor Barang Kena Pajak (impor BKP),

tidak termasuk pajak yang dipungut menurut Undang Undang

Pajak Pertambahan Nilai Tahun 2000.

6. Ekspor adalah setiap kegiatan yang mengeluarkan barang dari

dalam Daerah Pabean ke luar Daeah Pabean.

7. Nilai Ekspor adalah nilai berupa uang, termasuk biaya yang diminta

atau yang seharusnya diminta oleh eksportir.

8. Perdagangan adalah kegiatan usaha membeli atau menjual barang

tanpa mengubah bentuknya atau sifatnya.

9. Menghasilkan adalah kegiatan mengolah melalui proses mengubah

bentuk atau sifat dari suatu barang dari bentuk aslinya menjadi

Page 38: analisis Penerapan PPN

24

barang baru atau mempunyai daya guna baru, atau kegiatan

mengolah sumber daya alam termasuk menyuruh orang pribadi atau

badan lain melakukan kegiatan tersebut.

10. Pajak Masukan adalah Pajak Pertambahan Nilai yang seharusnya

sudah dibayar oleh Pengusaha Kena Pajak karena perolehan

Barang Kena Pajak atau penerimaan Jasa Kena Pajak dan atau

pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dari luar daerah

pabean dan atau pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah

Pabean dan atau impor Barang Kena Pajak.

11. Pajak Keluaran adalah Pajak Pertambahan Nilai terutang yang

wajib dipungut oleh Pengusaha Kena Pajak yang melakukan

penyerahan Barang Kena Pajak, penyerahan Jasa Kena Pajak atau

Ekspor Kena Pajak.

12. Pemungut Pajak Pertamabahan Nilai adalah bendaharawan

Pemerintah, badan, orang atau instansi Pemerintah yang ditunjuk

oleh Menteri Keuangan untuk memungut, menyetor dan melaporkan

pajak yang terutang oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP) atas

penyerahan Barang Kena Pajak dan atau penyerahan Jasa Kena

Pajak kepada bendaharawan Pemerintah, badan, atau instansi

Pemerintah tersebut.

2.3.2 Subjek Pajak Pertambahan Nilai

Penyerahan barang atau jasa yang dikenakan Pajak Pertambahan

Nilai adalah penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) atau Jasa Kena Pajak

Page 39: analisis Penerapan PPN

25

(JKP) yang dilakukan dalam kegiatan usaha atau pekerjaan oleh pengusaha,

dan pengusaha yang dikenakan kewajiban PPN tersebut disebut dengan

Pengusaha Kena Pajak (PKP). Dengan kata lain, subjek PPN adalah

Pengusaha Kena Pajak. Namun demikian, untuk impor Barang Kena Pajak

dan pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud atau Jasa Kena Pajak

dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean yang dilakukan oleh

siapapun tetap terutang PPN meskipun importir, orang atau badan yang

memanfaatkan Barang Kena Pajak tidak berwujud atau Jasa Kena Pajak

bukan Pengusaha Kena Pajak, dengan demikian yang menjadi subjek PPN

tidak harus Pengusaha Kena Pajak.

Pengertian Pengusaha dan Pengusaha Kena Pajak diatur dalam

pasal 1 angka 15 UU No.8 Tahun 1983 yang telah diubah terakhir dengan

UU No.18 Tahun 2000, yaitu sebagai berikut :

1. Pengusaha merupakan orang pribadi atau badan yang dalam kegiatan

usaha atau pekerjaan menghasilakan barang, mengimpor barang,

mengekspor barang, melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan

barang tidak berwujud dari luar daerah pabean. Pengertian

pengusaha dalam UU PPN dalam pengertian umum sama dengan

pengertian perusahaan yaitu dapat berbentuk perusahaan

perorangan, Firma, CV, PT, Koperasi, Yayasan, dsb.

2. Pengusaha Kena Pajak adalah pengusaha yang melakukan

penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang

dikenakan pajak berdasarkan UU Pajak Pertambahan Nilai, tidak

Page 40: analisis Penerapan PPN

26

termasuk pengusaha kecil yang batasannya ditetapkan oleh Menteri

Keuangan, kecuali pengusaha kecil yang memilih untuk dikukuhkan

menjadi Pengusaha Kena Pajak.

2.3.3 Objek Pajak Pertambahan Nilai

Ada 2 jenis yang dapat dikelompokan menjadi objek Pajak

Pertambahan Nilai yaitu :

1. Barang Kena Pajak (BKP), adalah barang berwujud yang menurut

sifat atau hukumnya dapat berupa barang bergerak atau barang tidak

bergerak dan barang tidak berwujud yang dikenakan PPN.

2. Jasa Kena Pajak (JKP), adalah setiap kegiatan pelayanan yang

berdasarkan suatu perikatan atau perbuatan hukum yang

menyebabkan suatu barang atau fasilitas atau kemudahan atau hak

tersedia untuk dipakai, termasuk jasa yang dilakukan untuk

menghasilkan barang karena pesanan atau permintaan dengan bahan

dan atas petunjuk dari pemesan yang dikenakan PPN.

Adapun barang atau jasa yang dikenakan PPN adalah dalam hal :

1. Penyerahan BKP atau JKP di dalam daerah pabean yang dilakukan

oleh pengusaha.

2. Impor BKP.

3. Pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar daerah pabean di dalam

daerah pabean.

4. Pemanfaatan JKP dari luar daerah pabean di dalaim daerah pabean.

Page 41: analisis Penerapan PPN

27

5. Ekspor BKP oleh PKP.

Sementara yang termasuk kedalam pengertian penyerahan BKP adalah :

1. Penyerahan hak atas BKP karena suatu perjanjian.

2. Pengalihan BKP oleh karena suatu perjanjian sewa beli dan perjanjian

leasing.

3. Penyerahan BKP kepada pedagang perantara atau melalui juru

lelang.

4. Pemakaian sendiri dan atau pemberian cuma cuma atas BKP.

5. Persediaan BKP dan aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk

diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat pembubaran

perusahaan, sepanjang Pajak Pertambahan Nilai atas perolehan

aktiva tersebut menurut ketentuan dapat dikreditkan.

6. Penyerahan BKP dari pusat ke cabang atau sebaliknya dan

penyerahan BKP antar cabang.

7. Penyerahan BKP secara konsinyasi.

2.3.4 Bukan Objek Pajak Pertambahan Nilai

Sebelum menghitung apa yang menjadi Dasar Pengenaan Pajak dan

bagaimanan cara perhitungannya, maka terlebih dahulu lebih baik

mengetahui kegiatan apa saja yang bukan menjadi objek Pajak

Pertambahan Nilai dan barang dan jenis jasa yang dikecualikan dari

pengenaan Pajak Pertambahan Nilai.

Page 42: analisis Penerapan PPN

28

Kegiatan kegiatan yang tidak termasuk dalam pengertian

penyerahan BKP yang dikenakan PPN adalah :

1. Penyerahan BKP kepada makelar sebagaimana dimaksud dalam

Kitab Undang Undang Hukum Dagang.

2. Penyerahan BKP untuk jaminan utnag piutang.

3. Penyerahan BKP dari Pusat ke Cabang atau sebaliknya dan

penyerahan BKP antar cabang dalam hal PKP memperoleh ijin

pemusatan tempat pajak terutang.

Sementara jenis barang yang dikecualikan dari PPN adalah :

1. Barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil

langsung dari sumbernya, yaitu :

a. Minyak mentah (crude oil)

b. Gas bumi

c. Panas bumi

d. Pasir dan kerikil

e. Batubara sebelum diproses menjadi briket batubara

f. Bijih besi, bijih timah, bijih emas, bijih tembaga, biji nikel, bijih

perak

g. Barang hasil pertambangan dan pengeboran lainnya yang diambil

langsung dari sumbernya

2. Barang barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh

rakyat banyak yaitu :

a. Beras

Page 43: analisis Penerapan PPN

29

b. Gabah

c. Jagung

d. Sagu

e. Kedelai

f. Garam baik yang beryodium maupun yang tidak beryodium

3. Makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah

makan, warung, dan sejenisnya.

4. Uang, emas batangan, dan surat surat berharga.

Jenis jasa yang tidak dikenakan PPN :

1. Jasa di bidang pelayanan kesehatan medik, meliputi :

a. Jasa dokter umum, dokter spesialis, dan dokter gigi

b. Jasa dokter hewan

c. Jasa ahli kesehatan seperti akupuntur, ahli gigi, ahli gizi, dan

fisioterapi

d. Jasa kebidanan dan dukun bayi

e. Jasa paramedis dan perawat

f. Jasa rumah sakit, rumah bersalin, klinik kesehatan, laboratorium

kesehatan, dan sanatorium

2. Jasa di bidang pelayanan sosial, meliputi :

a. Jasa pelayanan Panti Asuhan dan Panti Jompo

b. Jasa pemadam kebakaran kecuali yang bersifat komersial

c. Jasa pemberian pertolongan pada kecelakaan

d. Jasa Lembaga Rehabilitasi kecuali yang bersifat komersial

Page 44: analisis Penerapan PPN

30

e. Jasa pemakaman termasuk krematorium

f. Jasa di bidang olah raga kecuali yang bersifat lomersial

g. Jasa pelayanan sosial lainnya kecuali yang bersifat komersial

3. Jasa bidang pengiriman surat dengan perangko

4. Jasa di bidang perbankan, asuransi, dan sewa guna usaha dengan

hak opsi

5. Jasa di bidang keagamaan, meliputi :

a. Jasa pelayanan rumah ibadah

b. Jasa pemberian khotbah atau dakwah

c. Jasa lainnya di bidang keagamaan

6. Jasa di bidang pendidikan, meliputi :

a. Jasa penyelenggaraan pendidikan sekolah

b. Jasa penyelenggaraan pendidikan luar sekolah

7. Jasa di bidang kesenian dan hiburan yang tidak dikenakan Pajak

Tontonan termasuk jasa di bidang kesenian yang tidak bersifat

komersial.

8. Jasa di bidang penyiaran yang bukan bersifat iklan.

9. Jasa di bidang angkutan umum di darat dan di air.

10. Jasa di bidang tenaga kerja, meliputi :

a. Jasa tenaga kerja

Page 45: analisis Penerapan PPN

31

b. Jasa Penyediaan tenaga kerja sepanjang pengusaha penyedia

tenaga kerja tidak bertanggung jawab atas hasil kerja dari tenaga

kerja tersebut

c. Jasa penyelenggaraan latihan bagi tenaga kerja

11. Jasa di bidang perhotelan, seperti :

a. Jasa persewaan kamar termasuk tambahannya di hotel, rumah

penginapan, motel, losmen, hostel, serta fasilitas yang terkait

dengan kegiatan perhotelan untuk tamu yang menginap

b. Jasa persewaan ruangan untuk kegiatan acara atau pertemuan

di hotel, rumah penginapan, motel, losmen, hostel

12. Jasa yang disediakan oleh Pemerintah dalam rangka menjalankan

pemerintahan secara umum meliputi jasa jasa yang dilaksanakan

oleh instansi pemerintah, seperti : pemberian Izin Mendirikan

Bangunan, pemberian Izin Usaha Perdagangan, pemberian Nomor

Pokok Wajib Pajak, pembuatan Kartu Tanda Penduduk.

2.3.5 Tarif dan Dasar Pengenaan Pajak PPN

Menurut pasal 7 Undang undang Pajak Pertambahan Nilai No. 18

Tahun 2000 mengenai Tarif Pajak dan cara menghitung pajak, maka

ditetapkan suatu tarif sebesar :

1. Tarif Pajak Pertambahan Nilai adalah 10%.

Tarif Pajak Pertambahan Nilai yang berlaku atas penyerahan Barang

Kena Pajak dan atau penyerahan Jasa Kena Pajak adalah tarif

Page 46: analisis Penerapan PPN

32

tunggal, sehingga mudah dalam pelaksanaannya dan tidak

memerlukan daftar penggolongan barang atau penggolongan jasa

dengan tarif yang berbeda sebagaimanan berlaku pada Pajak

Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM).

2. Tarif Pajak Pertambahan Nilai atas ekspor BKP adalah 0%.

Pajak Pertambahan Nilai adalah pajak yang dikenakan atas konsumsi

Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean. Oleh karena itu, Barang

Kena Pajak yang diekspor atau dikonsumsi di luar Daerah Pabean,

dikenakan Pajak Pertambahan Nilai dengan tarif 0%. Pengenaan tarif

0% bukan berarti pembebasan dari pengenaan Pajak Pertambahan

Nilai. Dengan demikian, Pajak Masukan yang telah dibayar dari

barang yang diekspor tetap dapat dikreditkan.

Tarif Pajak Pertambahan Nilai dapat diubah menjadi serendah rendahnya

5% dan setinggi tingginya 15%.

Berdasarkan pasal 1 angka 17 Undang undang Pajak Pertambahan

Nilai, jenis Dasar Pengenaan Pajak adalah :

1. Harga Jual adalah nilai berupa uang termasuk semua biaya yang

diminta atau seharusnya diminta oleh pengusaha karena penyerahan

Barang Kena Pajak, tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai dan

potongan harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajak.

2. Penggantian adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang

diminta atau seharusnya diminta oleh pemberi jasa karana

Page 47: analisis Penerapan PPN

33

penyerahan Jasa Kena Pajak, tidak termasuk Pajak Pertambahan

Nilai dalam potongan harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajak.

3. Nilai Impor adalah nilai berupa uang yang menjadi dasar

penghitungan bea masuk ditambah pungutan lainnya yang dikenakan

pajak berdasarkan ketentuan dalam undang undang Pabean, tidak

termasuk Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Barang

Mewah yang dipungut.

4. Nilai Ekspor adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang

diminta atau seharusnya diminta oleh eksportir, yaitu nilai yang

tercantum dalam dokumen PEB (Pembertitahuan Ekspor Barang)

yang telah dimuat oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.

5. Nilai Lain yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan.

2.3.6 Cara Menghitung Pajak Pertambahan Nilai

Cara mengitung Pajak Pertambahan Nilai yang terutang adalah

dengan mengalikan Tarif Pajak Pertambahan Nilai (10% atau 0% untuk

ekspor Barang Kena Pajak) dengan Dasar Pengenaan Pajak.

PPN = Tarif Pajak X Dasar Pengenaan Pajak

2.3.7 Saat dan Tempat Terutangnya Pajak Pertambahan Nilai

Saat terutangnya pajak adalah sebagai berikut :

1. Terutangnya Pajak atas penyerahan BKP berwujud yang menurut sifat

atau hukumnya berupa barang bergerak, terjadi pada saat BKP

Page 48: analisis Penerapan PPN

34

tersebut diserahkan secara langsung kepada pembeli atau pihak

ketiga untuk dan atas nama pembeli, atau pada saat BKP tersebut

diserahkan kepada juru kirim atau pengusaha jasa angkutan.

2. Terutangnya Pajak atas penyerahan BKP berwujud yang menurut sifat

atau hukumnya berupa barang tidak bergerak, terjadi pada saat

penyerahan hak untuk menggunakan atau menguasai BKP tersebut,

baik secara hukum atau secara nyata, kepada pihak pembeli.

3. Terutangnya Pajak atas penyerahan BKP tidak berwujud oleh

Pengusaha Kena Pajak, adalah pada saat yang terjadi lebih dahulu

dari peristiwa peristiwa di bawah ini :

a. Saat harga penyerahan BKP tidak berwujud dinyatakan sebagai

piutang oleh Pengusaha Kena Pajak.

b. Saat harga penyerahan BKP tidak berwujud ditagih oleh

Pengusaha Kena Pajak.

c. Saat harga penyerahan BKP tidak berwujud diterima

pembayarannya, baik sebagian atau seluruhnya oleh Pengusaha

Kena Pajak.

d. Saat ditandatanganinya kontrak atau perjanjian oleh Pengusaha

Kena Pajak, dalam hal saat sebagaimana dimaksud dalam huruf a

samapai dengan huruf c tidak diketahui.

4. Terutangnya Pajak atas penyerahan JKP, terjadi pada saat mulai

tersedianya fasilitas atau kemudahan untuk dipakai secara nyata, baik

sebagian atau seluruhnya.

Page 49: analisis Penerapan PPN

35

5. Terutangnya Pajak atas impor BKP, terjadi pada saat BKP tersebut

dimasukkan ke dalam Daerah Pabean.

6. Terutangnya Pajak atas ekspor BKP, terjadi pada saat BKP

dikeluarkan dari Daerah Pabean.

7. Terutangnya Pajak atas aktiva yang menurut tujuan semula tidak

untuk diperjualbelikan dan atau persediaan BKP yang masih tersisa

pada saat pembubaran perusahaan terjadi, adalah pada saat yang

terjadi lebih dahulu di antara saat :

a. Ditandatanganinya akte pembubaran oleh Notaris.

b. Berakhirnya jangka waktu berdirinya perseroan yang ditetapkan

dalam Anggaran Dasar.

c. Tanggal penetapan Pengadilan yang menyatakan perseroan

dibubarkan.

d. Diketahui bahwa perusahaan tersebut nyata nyata sudah tidak

melakukan kegiatan usaha atau sudah dibubarkan, berdasarkan

hasil pemeriksaan atau berdasarkan data atau dokumen yang

ada.

8. Terutangnya Pajak atas penyerahan BKP dalam rangka perubahan

bentuk usaha, penggabungan usaha, pemekaran usaha, atau

pengalihan seluruh aktiva perusahaan yang diikuti dengan perubahan

pihak yang berhak atas BKP tersebut, terjadi pada saat

ditandatanganinya akte yang berkanaan oleh Notaris.

Page 50: analisis Penerapan PPN

36

Tempat terutang Pajak adalah sebagai berikut :

1. Atas penyerahan BKP atau JKP

Tempat pajak terutang atas penyerahan BKP dan atau JKP di dalam

Daerah Pabean adalah di tempat tinggal atau tempat kedudukan dan

kegiatan usaha dilakukan, yaitu di tempat pengusaha dikukuhkan

sebagai Pengusaha Kena Pajak.

2. Atas impor

Dalam hal impor, terutangnya pajak terjadi di tempat BKP dimasukkan

ke dalam Daerah Pabean dan dipungut melalui Direktorat Jenderal

Bea dan Cukai.

3. Atas pemanfaatan BKP tidak berwujud dan atau JKP dari luar Daerah

Pabean.

Bagi orang pribadi atau badan yang memanfaatkan BKP tidak

berwujud dan atau JKP dari luar Daerah Pabean, terutangnya pajak

terjadi di tempat orang pribadi atau badan tersebut terdaftar sebagai

Wajib Pajak.

4. Atas kegiatan membangun sendiri

Kegiatan membangun sendiri oleh Pengusaha Kena Pajak yang

dilakukan tidak dalam lingkungan perusahaan atau pekerjaannya atau

oleh bukan Pengusaha Kena Pajak, adalah di tempat bangunan

tersebut didirikan.

5. Perusahaan yang mempunyai cabang cabang

Page 51: analisis Penerapan PPN

37

Apabila perusahaan mempunyai lebih dari satu tempat pajak terutang,

baik sebagai pusat maupun sebagai cabang perusahaan, maka

pemindahan BKP antar tempat tersebut, termasuk dalam pengertian

penyerahan BKP. Yang dimaksud dengan cabang termasuk antara

lain lokasi usaha, perwakilan, unit pemasaran, divisi perusahaan, dan

sejenisnya.

2.3.8 Pajak Keluaran dan Pajak Masukan

Pengertian Pajak Keluaran dan Pajak Masukan

1. Pajak Keluaran (PK)

Pajak Keluaran adalah PPN terutang yang wajib dipungut oleh PKP

yang melakukan penyerahan BKP atau penyerahan JKP, atau ekspor

BKP.

2. Pajak Masukan (PM)

Pajak Masukan adalah PPN yang seharusnya dibayar oleh PKP

karena perolehan BKP dan atau penerimaan JKP dan atau

pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar Daerah Pabean dan atau

pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean dan atau impor BKP.

Perolehan BKP oleh pembeli (PKP) dari penjual (PKP), maka

transaksi tersebut dibuat Faktur Pajak Standar, besar Pajak Masukan

adalah 10% X harga beli atau perolehan.

Page 52: analisis Penerapan PPN

38

2.3.9 Faktur Pajak

Faktur Pajak adalah bukti pungutan pajak yang dibuat oleh

Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan BKP atau penyerahan

JKP, atau bukti pungutan pajak karena impor BKP yang digunakan oleh

Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Setiap Pengusaha Kena Pajak yang

melakukan penyerahan BKP dan atau JKP wajib membuat Faktur Pajak.

Faktur Pajak dapat berupa :

1. Faktur Pajak Standar.

Dalam Faktur Pajak Standar harus dicantumkan keterangan tentang

penyerahan BKP atau penyerahan JKP yang paling sedikit memuat :

a. Nama, alamat, NPWP yang menyerahkan BKP, dan atau JKP

b. Nama, alamat, NPWP pembeli BKP, atau penerima JKP

c. Jenis barang atau jasa, jumlah Harga Jual atau Penggantian, dan

potongan harga.

d. PPN dipungut

e. PPnBM yang dipungut

f. Kode, nomor seri, dan tanggal pembuatan Faktur Pajak

g. Nama. Jabatan, dan tanda tangan yang berhak menandatangani

Faktur Pajak

Pembuatan Faktur Pajak Standar :

Dalam hal pembayaran diterima setelah bulan penyerahan BKP

dan atau penyerahan keseluruhan JKP, harus dibuat paling

lambat pada akhir bulan berikutnya setelah bulan penyerahan

Page 53: analisis Penerapan PPN

39

BKP dan atau penyerahan keseluruhan JKP, kecuali

pembayaran terjadi sebelum akhir bulan berikutnya maka

Faktur Pajak Standar harus dibuat paling lambat pada saat

penerimaan pembayaran.

Dalam hal penerimaan pembayaran terjadi sebelum

penyerahan BKP dan atau sebelum penyerahan JKP, harus

dibuat paling lambat pada saat penerimaan pembayaran.

Dalam hal penyerahan sebagian tahap pekerjaan, harus dibuat

paling lambat pada saat penerimaan pembayaran termin.

Dalam hal penyerahan BKP atau JKP kepada Pemungut PPN,

harus dibuat paling lambat pada saat Pengusaha Kena Pajak

menyampaikan tagihan kepada Pemungut PPN.

2. Faktur Pajak Gabungan

Untuk meringankan beban administrasi, kepada Pengusaha Kena

Pajak diperkenankan untuk membuat satu Faktur Pajak yang meliputi

semua penyerahan BKP atau penyerahan JKP yang terjadi selama

satu bulan takwim kepada pembeli yang sama atau penerimaan JKP

yang sama. Faktur Pajak ini disebut Faktur Pajak Gabungan.

3. Faktur Pajak Sederhana

Faktur Pajak Sederhana juga merupakan bukti pungutan pajak yang

dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak untuk menampung kegiatan

penyerahan BKP atau penyerahan JKP yang dilakukan secara

langsung kepada konsumen akhir. Direktur Jenderal Pajak dapat

Page 54: analisis Penerapan PPN

40

menetapkan tanda bukti penyerahan atau tanda bukti pembayaran

sebagai Faktur Pajak Sederhana yang memuat :

a. Nama, alamat, dan NPWP yang menyerahkan BKP atau JKP

b. Jenis dan kuantum

c. Jumlah Harga Jual atau Penggantian yang sudah termasuk pajak

atau besarnya pajak dicantumkan secara terpisah

d. Tanggal pembuatan Faktur Pajak Sederhana

Faktur Pajak Sederhana bisa berupa bon kontan, kuitansi, bukti

pembayaran, dan dokumen lain yang sejenis

4. Dokumen dokumen tertentu yang ditetapkan sebagai Faktur Pajak

Standar oleh Dirjen Pajak paling sedikit harus memuat :

a. Identitas yang berwenang menerbitkan dokumen

b. Nama dan alamat penerima dokumen

c. NPWP dalam hal penerimaan dokumen adalah sebagai Wajib

Pajak dalam negeri

d. Jumlah satuan barang apabila ada

e. Dasar Pengenaan Pajak

f. Jumlah pajak yang terutang kecuali dalam hal ekspor

Sepanjang memenuhi persyaratan sebagaimana tersebut diatas,

dokumen dokumen di bawah ini dapat diperlakukan sebagai Faktur Pajak

Standar, yaitu :

Page 55: analisis Penerapan PPN

41

1. Pemberitahuan Impor Barang (PIB) yang dilampiri Surat Setoran

Pajak dan atau bukti pungutan pajak oleh Direktorat Jenderal Bea dan

Cukai untuk impor BKP.

2. Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) yang telah difiat muat oleh

pejabat yang berwenang dari Direktorat Jenderal Pajak Bea dan Cukai

dan dilampiri dengan invoice yang merupakan satu kesatuan yang

tidak terpisahkan dengan PEB tersebut.

3. Surat perintah Penyerahan Barang (SPPB) yang dibuat atau

dikeluarkan oleh BULOG/DOLOG untuk penyaluran tepung terigu.

4. Faktur Nota BON Penyerahan (PNBP) yang dibuat atau dikeluarkan

oleh PERTAMINA untuk penyerahan BBM dan atau bukan BBM.

5. Tanda Pembayaran atau kuitansi telepon.

6. Tiket, tagihan Surat Muatan Udara (Airway Bill) atau Delivery Bill yang

dibuat atau dikeluarkan untuk penyerahan jasa angkutan udara dalam

negeri.

7. Surat Setoran Pajak untuk pembayaran PPN atas pemanfaatan BKP

tidak berwujud atau JKP dari luar Daerah Pabean.

8. Nota Penjualan Jasa yang dibuat atau dikeluarkan untuk penyerahan

jasa ke pelabuhan.

2.3.10 Mekanisme Pengkreditan Pajak Masukan

Sesuai dengan Pasal 9 undang undang PPN 1984 prinsip dasar

Pengkregiatan Pajak Masukan dirinci secara garis besar sebagai berikut :

Page 56: analisis Penerapan PPN

42

1. Pajak Pertambahan Nilai yang terutang dihitung dengan mengalikan

tarif sebagaimanan dimaksud dalam Pasal 7 UU PPN 19844 dengan

Dasar Pengenaan Pajak.

2. Pajak Masukan dalam suatu Masa Pajak dapat dikreditkan dengan

Pajak Keluaran untuk Masa Pajak yang sama.

3. Apabila dalam suatu Masa Pajak, jumlah Pajak Keluaran lebih besar

daripada jumlah Pajak Masukan, maka selisihnya merupakan PPN

yang wajib dibayar oleh Pengusaha Kena Pajak.

4. Apabila dalam suatu Masa Pajak, jumlah Pajak Masukan yang dapat

dikreditkan lebih besar daripada jumlah Pajak Keluaran, maka

selisihnya merupakan kelebihan Pajak Masukan yang dapat diminta

kembali atau dikompensasikan ke Masa Pajak berikutnya.

5. Pajak Masukan yang dapat dikreditkan adalah Pajak Masukan yang

dibayar untuk perolehan BKP dan atau JKP yang berhubungan

langsung dengan kegiatan usaha yang melakukan [enyerahan kena

pajak.

6. Meskipun berhubungan langsung dengan kegiatan usaha

menghasilkan penyerahan kena pajak, dalam hal hal tertentu tidak

tertutup kemungkinan Pajak Masukan tersebut dapat dikreditkan.

2.3.11 Pajak Masukan yang Dapat dan Tidak Dapat Dikreditkan

Suatu Pajak Masukan dapat dikreditkan, adalah apabila memenuhi

beberapa persyaratan sebagai berikut :

Page 57: analisis Penerapan PPN

43

1. Memenuhi persyaratan formal, yaitu :

a. Tercantum dalam Faktur Pajak Standar atau dalam dokumen yang

diperlukan sebagai Faktur Pajak Standar sesuai dengan ketentuan

perundang undangan.

Pajak Masukan yang secara Materiil dapat dikreditkan, menjadi

tidak dapat dikreditkan apabila tercantum dalam Faktur Pajak

Standar yang cara pengisiannya tidak memenuhi ketentuan dalam

peraturan perundang undangan.

b. Sebagaimana diatur dalam Pasal 9 ayat 2a UU PPN 1984, Dalam

hal belum ada Pajak Keluaran dalam sauatau Masa Pajak, maka

Pajak Masukan tetap dapat dikreditkan.

c. Sebagaimana diatur dalam Pasal 9 ayat 9 UU PPN 1984, Pajak

Masukan yang dapat dikreditkan tetapi belum dikreditkan dengan

Pajak Keluaran pada Masa Pajak yang sama, dapat dikreditkan

pada Masa Pajak berikutnya selambat lambatnya 3 bulan setelah

berakhirnya Masa Pajak yang bersangkutan sepanjang belum

dibebankan sebagai biaya dan belum dilakukan pemeriksaan.

2. Memenuhi persyaratan materiil, yaitu :

a. Berhubungan langsung dengan kegiatan usaha melakukan

penyerahan kena pajak sebagaimanan diatur dalam Pasal 9 ayat 5

jo ayat 8 huruf b UU PPN 1984.

Berhubungan langsung dengan kegiatan usaha adalah

pengeluaran pengeluaran untuk kegiatan produksi, distribusi,

Page 58: analisis Penerapan PPN

44

pemasaran, dan manajemen dan yang sifatnya bukan untuk

konsumsi pribadi.

b. Belum dibebankan sebagai biaya

Apabila Pajak Masukan telah dibebankan sebagai biaya, maka

Pajak Masukan ini menjadi unsur harga jual barang dagangan

sehingga akan diperoleh kembali secara berangsur angsur dari

pembeli. Oleh karena itu apabila Pajak Masukan yang boleh

dikreditkan ternyata kemudian dibebankan sebagai biaya, maka

Pajak Masukan yang telah dibebankan sebagai biaya ini tidak

boleh dikreditkan.

Pajak Masukan yang tidak dapat dikreditkan adalah sebagai berikut :

1. Perolehan BKP atau JKP sebelum pengusaha dikukuhkan sebagai

Pengusaha Kena Pajak.

2. Perolehan BKP atau JKP yang tidak mempunyai hubungan langsung

dengan kegiatan usaha.

3. Perolehan dan pemeliharaan kendaraan bermotor sedan, jeep, station

wagon, van, dan kombi kecuali merupakan barang dagangan atau

disewakan.

4. Pemanfaatan BKP tidak berwujud atau pemanfaatan JKP dari luar

Daerah Pabean sebelum Pengusaha dikukuhkan sebagai Pengusaha

Kena Pajak.

5. Perolehan BKP atau JKP yang bukti pungutan pajaknya berupa Faktur

Pajak Sederhana.

Page 59: analisis Penerapan PPN

45

6. Perolehan BKP atau JKP yang Faktur Pajaknya tidak memenuhi

ketentuan, yang biasanya disebut Faktur Pajak cacat.

7. Pajak Masukan yang dibayar untuk perolehan BKP dan atau

perolehan JKP yang atas penyerahannya dibebaskan dari pengenaan

Pajak Pertambahan Nilai.

8. Perolehan BKP atau JKP yang Pajak Masukannya ditagih dengan

penerbitan ketetapan pajak.

9. Perolehan BKP atau JKP yang Pajak Masukannya tidak dilaporkan

dalam SPT Masa PPN yang ditemukan pada waktu dilakukan

pemeriksaan.

2.3.12 Pajak Masukan yang Dapat Diminta Kembali

Pajak Masukan yang dapat diminta kembali oleh Pengusaha Kena

Pajak adalah sebagai berikut :

1. Pajak Masukan yang berasal dari perolehan BKP dan atau JKP dari

BKP yang diekspor.

2. Pajak Masukan yang berasal dari perolehan BKP dan atau JKP dari

BKP dan atau JKP yang diserahkan kepada pemungut PPN tersebut.

3. Seluruh Pajak Masukan untuk perolehan BKP dan atau JKP yang

berhubungan langsung dengan kegiatan usaha yang menghasilkan

penyerahan kena pajak.

4. Dalam hal ekspor BKP yang tergolong mewah, selain kelebihan Pajak

Masukan sebagaimanan dimaksud dalam huruf a, juga dapat diminta

Page 60: analisis Penerapan PPN

46

kembali PPnBM atas perolehan BKP yang tergolong mewah yang

diekspor sebagimana diatur dalam pasal 10 ayat 3 UU PPN 1984.

2.3.13 Restitusi

Restitusi terjadi apabila dalam suatu Masa Pajak, Pajak Masukan

yang dapat dikreditkan lebih besar daripada Pajak Keluaran, maka selisihnya

merupakan kelebihan pajak yang dapat dimintakan kembali.

Adapun jangka waktu yang ditetapkan pemerintah untuk

menyelesaikan restitusi adalah sebagai berikut :

1. Untuk Wajib Pajak kegiatan tertentu yaitu PKP eksportir dan PKP

yang melakukan penyerahan kepada Pemungut PPN adalah 2 (dua)

bulan sejak permohonan diterima lengkap, kecuali permohonan

restitusi yang penyelesaiannya dilakukan melalui pemeriksaan untuk

semua jenis pajak, maka permohonan restitusi harus diselesaikan

paling lambat 12 (dua belas) bulan.

2. Untuk Pengusaha Kena Pajak yang merupakan Wajib Pajak Patuh

berhak mendapatkan pengembalian pendahuluan paling lambat 1

bulan sejak permohonan diterima lengkap. Kepala KPP harus

menerbitkan Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan

Pajak (SKPPKP) paling lambat 7 hari sejak permohonan diterima

lengkap.

3. Untuk Pengusaha Kena Pajak lainnya selain Wajib Pajak Patuh dan

Wajib Pajak Kegiatan Tertentu sesuai dengan Pasal 17B UU KUP,

Page 61: analisis Penerapan PPN

47

jangka waktu penyelesaian restitusinya adalah 12 bulan sejak

permohonan diterima lengkap oleh KPP setempat.

4. Dalam hal permohonan restitusi oleh Pengusaha Kena Pajak

sehubungan dengan adanya Pajak Masukan yang dapat dikreditkan

atas perolehan atau impor barang modal yang tidak mendapat fasilitas

dibebaskan atau tidak dipungut PPN maka atas Faktur Pajak

Masukan karena impor atau pembelian Barang Modal tersebut dapat

diminta restitusi.

2.4 Piutang Usaha

Piutang adalah hak perusahaan kepada pihak lain yang akan diterima

dalam bentuk kas karena salah satu kegiatan berikut :

1. Menjual secara kredit barang dagangan. Transaksi jual beli di mana

pihak pembeli telah menerima barang dari pihak penjual, tetapi belum

membayar harga barang.

2. Pemberian jasa

Page 62: analisis Penerapan PPN

48

BAB III

GAMBARAN UMUM OBJEK PEMBAHASAN

3.1 Sejarah Singkat PT AT

PT AT didirikan di jakarta berdasarkan akte notaris R. Aty Herawati,

SH. No. 6 tanggal 10 Agustus 2006. PT AT telah dikukuhkan sebagai

Pengusaha Kena Pajak. Perusahaan ini berlokasi di Menara Sudirman Lt.

10, Jl. Jendral Sudirman Kav 60 Jakarta.

PT AT merupakan perusahaan jasa yang bergerak di bidang

telekomunikasi, khususnya penyedia jasa internet. Perusahaan ini didirikan

dan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan informasi

informasi baik dalam negeri maupun luar negeri.

PT AT menawarkan leased line dan wireless broadband sebagai

produknya untuk akses internet. Sejak berdiri hingga sekarang PT AT telah

menjadi provider internet yang dipercaya, terbukti dari beberapa

konsumennya yang bukan hanya dari kalangan rumah tangga melainkan

sudah digunakan oleh perkantoran di Jakarta.

3.2 Visi dan Misi Perusahaan

Visi PT AT adalah untuk menjadi perusahaan provider internet yang

dapat dipercaya masyarakat Indonesia. PT AT memberikan broadband

internet access untuk memenuhi kebutuhan konsumen dalam mengakses

internet dan aplikasi aplikasinya kapanpun dan dimanapun melalui jaringan

Page 63: analisis Penerapan PPN

49

yang dapat diandalkan dan didukung oleh pelayanan purna jual yang baik.

Adapun misi dari PT AT adalah untuk membuat segala aktivitas masyarakat

Indonesia lebih mudah melalui jaringan internet yang berkualitas.

3.3 Struktur Organisasi Perusahaan dan Pembagian Tugas

Dalam suatu perusahaan, struktur organisasi merupakan kerangka

dasar yang menunjukkan hubungan antara satu bagian dengan bagian yang

lainnya, tanggung jawab, kedudukan, dan jabatan masing masing bagian.

Oleh sebab itu, struktur organisasi merupakan salah satu faktor penting

untuk mencapai tujuan perusahaan, karena dengan struktur organisasi yang

baik maka fungsi fungsi manajemen dapat dijalankan dengan baik pula.

Dengan adanya pembagian tugas, tanggung jawab, dan wewenang ini

diharapkan dapat dicegah timbulnya penyelewengan penyelewengan

dalam perusahaan. Berikut ini adalah bagan struktur organisasi dari PT AT :

Page 64: analisis Penerapan PPN

50

ORGANIZATION CHARTPT. AT

Sumber : PT AT

Gambar 3.1 : Struktur Organisasi PT AT

Dari struktur organisasi PT AT, maka dapat diuraikan secara ringkas

mengenai tugas, tanggung jawab, dan wewenang dari masing masing

bagian, yaitu :

1. Managing Director

Membawahi : - Operation and Marketing Manager

- Finance Manager

- HRD Manager

Tugas dan wewenang :

a. Bertanggung jawab atas kinerja manajer yang dibawahinya.

ManagingDirector

Operation andMarketing Manager

Finance Manager HRD Manager

Page 65: analisis Penerapan PPN

51

b. Membuat dan menyetujui kebijakan perusahaan.

2. Operation and Marketing Manager

Bertanggung jawab kepada : Managing Director

Tugas dan wewenang :

a. Memperluas dan mempertahankan pasar yang sudah ada.

b. Menyelesaikan semua masalah yang berhubungan dengan

kualitas dalam perusahaan.

c. Memberikan jaminan kepada pelanggan dan memastikan bahwa

permasalahan yang terjadi dapat diselesaikan dengan baik.

3. Finance Manager

Bertanggung jawab kepada : Managing Director

Tugas dan wewenang :

a. Membuat laporan keuangan dan laporan pajak.

b. Memantau aliran kas masuk dan keluar

c. Memeriksa invoice.

d. Pencairan uang dari bank.

e. Laporan ke kantor pajak.

f. Pembayaran gaji bulanan

Page 66: analisis Penerapan PPN

52

4. HRD Manager

Bertanggung jawab kepada : Managing Director

Tugas dan wewenang :

a. Menyusun peraturan perusahaan

b. Mengendalikan aktivitas manajemen sumber daya manusia di

perusahaan.

c. Mengurus pajak penghasilan karyawan.

3.4 Kebijakan Akuntansi Perusahaan

Kebijakan akuntansi yang diterapkan PT AT dalam penyusunan

laporan keuangan adalah sesuai dengan prinsip prinsip akuntansi yang

berlaku umum di Indonesia, yaitu :

1. Pelaksanaan tahun buku

PT AT melaksanakan tahun buku sama dengan tahun takwim yaitu

mulai tanggal 1 Januari s/d 31 Desember.

2. Penyajian laporan keuangan

Laporan keuangan disajikan dalam mata uang rupiah. Ada 4 laporan

keuangan yang dibuat oleh perusahaan yaitu neraca (balance sheet),

laporan laba rugi (income statement), laporan perubahan modal

, dan laporan arus kas (cash flow statement).

Page 67: analisis Penerapan PPN

53

3. Aktiva tetap

Aktiva tetap yang dimiliki perusahaan terdiri dari bangunan,

peralatan kantor, dan peralatan ISP disusutkan berdasarkan metode

penyusutan garis lurus ( Straight Line Method ).

4. Pengakuan pendapatan dan beban

Pendapatan dan beban diakui menggunakan Accrual Basis, dimana

pendapatan dan beban diakui berdasarkan terjadinya suatu transaksi

dan bukan dilihat apakah pada transaksi itu terjadi penerimaan atau

pengeluaran uang atau tidak.

Page 68: analisis Penerapan PPN

54

BAB IV

ANALISA DAN PEMBAHASAN

Bab ini akan membahas bagaimana ketaatan penerapan Undang

Undang No. 18 Tahun 2000 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan

Jasa PT AT. Pembahasan dilakukan dengan cara membandingkan peraturan

perundangan yang berlaku dan prinsip akuntansi yang lazim digunakan.

Menurut Undang Undang No. 18 Tahun 2000 pada pasal 1 angka 6

dan angka 5, definisi Jasa Kena Pajak adalah sebagai berikut :

perbuatan hukum yang menyebabkan suatu barang atau fasilitas ataukemudahan atau hak tersedia untuk dipakai, termasuk jasa yang dilakukanuntuk menghasilakan barang karena pesanan atau permintaan denganbahan dan atas petunjuk dari pemesan, yang dikenakan pajak berdasarkanundang

4.1 Pelaksanaan Pajak Pertambahan Nilai

PT AT telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak sejak

tanggal 5 September 2006 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta

Kebayoran Baru I, dengan Nomor Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak

(NPPKP) 02.596.476.8-012.000 dan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

yaitu 02.596.476.8-012.000.

Oleh karena itu, perusahaan mempunyai kewajiban untuk memungut,

menyetor, dan juga melaporkan seluruh Pajak Pertambahan Nilai yang telah

Page 69: analisis Penerapan PPN

55

dipungut. Selain itu, perusahaan juga diwajibkan untuk membuat faktur pajak

untuk setiap penyerahan Jasa Kena Pajak. Perusahaan menggunakan faktur

pajak standar untuk setiap penyerahan Barang Kena Pajak atau penyerahan

Jasa Kena Pajak. Hal tersebut harus dilaksanakan mengingat kewajibannya

sebagai Pengusaha Kena Pajak yang sesuai dengan UU PPN 1984.

PT AT sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP) wajib melaksanakan hal

hal berikut ini :

1. Memungut PPN sebesar 10% atas penyerahan Barang Kena Pajak

(BKP) atau Jasa Kena Pajak (JKP).

2. Membuat faktur pajak pada setiap penyerahan Barang Kena Pajak

dan atau Jasa Kena Pajak serta menyimpan faktur pajak dengan

teratur.

3. Menyetorkan pajak terutang kepada kas negara paling lambat tanggal

15 setiap bulannya.

4. Melaporkan perhitungan pajak dengan Surat Pemberitahuan Masa

Pajak Pertambahan Nilai paling lambat 20 hari setelah akhir masa

pajak dengan melampirkan keterangan dan dokumen sesuai

ketetapan Direktur Jenderal Pajak.

5. Melaksanakan pencatatan dalam pembukuan atas perolehan dan

penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) dan Jasa Kena Pajak (JKP).

Yang menjadi Objek Pajak Pertambahan Nilai dari PT AT yaitu :

Page 70: analisis Penerapan PPN

56

1. Objek Pajak Pertambahan Nilai yang menjadi Pajak Masukan adalah

perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak di dalam daerah

pabean yang dilakukan oleh pengusaha.

2. Objek Pajak Pertambahan Nilai yang menjadi Pajak Keluaran adalah

penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam daerah pabean yang dilakukan

oleh pengusaha. Objek Pajak Pertambahan Nilai yang menjadi pajak

keluaran PT AT adalah penyerahan jasa akses internet pada

Pengusaha Kena Pajak.

4.1.1 Faktur Pajak yang Digunakan PT AT

Sebagai Pengusaha Kena Pajak, PT AT wajib membuat / menerbitkan

faktur pajak untuk setiap penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa

Kena Pajak yang digunakan sebagai bukti pemungutan pajak.

Faktur pajak yang digunakan oleh PT AT adalah Faktur Pajak Standar

yang selalu disertakan dalam setiap penyerahan Jasa Kena Pajak.

Faktur pajak standar merupakan bukti pungutan pajak dan dapat

digunakan sebagai sarana pengkreditan pajak masukan. Faktur jenis ini

dapat diterbitkan apabila Pengusaha Kena Pajak pembeli Barang Kena

Pajak atau penerima Jasa Kena Pajak mempunyai identitas yang lengkap. Isi

dari Faktur Standar adalah :

1. Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak.

Page 71: analisis Penerapan PPN

57

2. Identitas Pengusaha Kena Pajak yang menerbitkan Faktur Pajak

Standar tersebut, yang terdiri dari Nama, Alamat, Nomor Pokok Wajib

Pajak dan Tanggal Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.

3. Identitas dari Pembeli Barang Kena Pajak atau Penerima Jasa Kena

Pajak yang terdiri dari Nama, Alamat, dan Nomor Poko Wajib Pajak.

4. Nomor urut, Nama Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak, Harga

Jual / Penggantian / Uang Muka / Termin.

5. Pajak Pertambahan nilai yang terpungut.

6. Tanggal pembuatan Faktur Pajak.

7. Nama, Jabatan, Tanda tangan orang yang berhak mendatangani

Faktur Pajak.

4.2 Pajak Keluaran PT AT

Pajak keluaran yang dipungut oleh perusahaan berasal dari PPN atas

penyerahan Jasa Kena Pajak. Penyerahan Jasa Kena Pajak ini dilakukan

dalam bentuk jasa di bidang telekomunikasi yaitu penyedia akses internet,

yang menjadi Jasa Kena Pajak adalah jasa Bandwidth yang diberikan

kepada pelanggannya yang merupakan perangkat lunak sebagai jalur untuk

mengakses internet, yang digolongkan sebagai penyerahan Jasa Kena Pajak

karena memenuhi syarat yang telah ditetapkan dalam pasal 1 angka 7

Undang undang No.18 tahun 2000.

Page 72: analisis Penerapan PPN

58

4.2.1 Penyerahan Jasa Kena Pajak Perusahaan

Dalam melakukan penyerahan Jasa Kena Pajak, PT AT menerbitkan

faktur pajak standar sebagai bukti pemungutan pajak yang dibuat selambat

lambatnya pada akhir bulan berikutnya setelah terjadinya transaksi (contoh

pada tanggal 10 Juli 2008 menerima pembayaran dari PT Akarindu atas jasa

akses internet 256 Kbps, atas transaksi tersebut langsung dibuatkan faktur

pajak standar, atau selambat lambatnya tanggal 10 Juli 2008). Tanggal

pembuatan faktur pajak tidak boleh mendahului tenggat penyerahan Barang

Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak.

Faktur pajak standar PT AT dibuat sebanyak 3 (tiga) rangkap, yaitu :

1. Lembar ke-1 : untuk Pembeli Barang Kena Pajak atau Penerima

Jasa Kena Pajak.

2. Lembar ke-2 : untuk Penjual Barang Kena Pajak atau Pemberi Jasa

Kena Pajak sebagai bukti Pajak Keluaran.

3. Lembar ke-3 : untuk Kantor Pelayanan Pajak dalam hal penyetoran

kepada pemungut PPN.

4.2.2 Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai pada Pajak Keluaran

Dasar Pengenaan Pajak (DPP) atas penyerahan Jasa Kena Pajak

adalah harga jual kepada penerima Jasa Kena Pajak.

Sesuai dengan data yang diperoleh dari perusahaan maka penentuan

harga jual dilakukan dengan cara mengikuti harga pasar, yang dapat dilihat

pada tabel berikut :

Page 73: analisis Penerapan PPN

59

Tabel 4.1 : Daftar Harga Jasa Internet PT AT

InternationalBandwidth

PremiumDedicated

Small MediumEnterprise

Small OfficeHome Office

1024 Kbps Rp 11.500.000 Rp 7.500.000 Rp 5.500.000

768 Kbps Rp 9.500.000 Rp 6.000.000 Rp 4.500.000

512 Kbps Rp 6.500.000 Rp 4.500.000 Rp 3.000.000

384 Kbps Rp 5.000.000 Rp 3.500.000 Rp 2.500.000

256 Kbps Rp 3.500.000 Rp 2.500.000 Rp 1.500.000

128 Kbps Rp 2.000.000 Rp 1.500.000 Rp 1.000.000

Harga yang tercantum diatas masih dapat berubah sesuai dengan

persetujuan antara PT AT dengan Pelanggannya.

Terkait dengan harga tersebut diatas, kami sampaikan beberapa

kondisi sebagai berikut :

1. Biaya pemasangan sebesar Rp 1.750.000,- setelah masa percobaan

dinyatakan baik.

2. lease untuk peralatan wireless Rp 750.000 / bulan (pilihan)

3. Triagle Tower Rp 2.500.000 jika dibutuhkan (pilihan)

4. Biaya yang tercantum diatas belum termasuk PPN

5. Harga yang tercantum diatas berlaku untuk 30 hari kerja.

Pada bulan Juli perusahaan akan menerima pembayaran atas

pemanfaatan jasa akses internet dengan total Rp 16.500.000 dari PT

Akarindu dan PT. Grarindo atas akses internet 256 Kbps. Dari transaksi

Page 74: analisis Penerapan PPN

60

tersebut dibuat faktur pajak standar karena PT AT merupakan Pengusaha

Kena Pajak, karena pada saat uang diterima maka saat tersebut sudah

terjadi pajak yang terutang. Maka PPN terutang untuk masing masing

penerima Jasa Kena Pajak adalah sebagai berikut :

PT Akarindu

Harga sesudah PPN = Rp 8.250.000

Harga belum termasuk PPN = 100/110 X 8.250.000 = Rp 7.500.000

PPN = 10% X Rp 7.500.000 = Rp 750.000

PT Grarindo

Harga sesudah PPN = Rp 8.250.000

Harga belum termasuk PPN = 100/110 X 8.250.000 = Rp 7.500.000

PPN = 10% X Rp 7.500.000 = Rp 750.000

Dari perhitungan yang telah dilakukan, total Pajak Keluaran pada

bulan Juli adalah sebesar Rp 1.500.000

Tabel 4.2 : Pajak Keluaran, Masa Pajak Januari Desember 2008

Masa Pajak PPN Keluaran (Rp)

Januari 1.500.000

Februari 1.500.000

Maret 1.500.000

April 1.500.000

Mei 1.500.000

Juni 1.500.000

Page 75: analisis Penerapan PPN

61

Juli 1.500.000

Agustus 1.570.000

September 2.170.000

Oktober 1.870.000

November 2.610.000

Desember 2.675.000

Jumlah 21.395.000

Berdasarkan Tabel 4.2 jumlah Pajak Keluaran PT AT selama tahun

2008 adalah sebesar Rp 21.395.000, jumlah ini diperoleh dari nilai penjualan

pada Laporan Laba Rugi PT AT pada tahun 2008 sebesar Rp 213.950.000,-.

Besarnya Pajak Keluaran yang diperoleh dari penjualan di Laporan Laba

Rugi tahun 2008 dikali dengan tarif Pajak Pertambahan Nilai yang berlaku

yaitu 10%.

Pajak Keluaran tahun 2008 = Total Penjualan Tahun 2008 X Tarif Pajak

= Rp 213.950.000 X 10%

= Rp 21.395.000

Hal ini terjadi karena semua penjualan yang dilakukan oleh PT AT

hanya berasal dari kegiatan bisnis yang utama, dalam hal ini adalah

penyedia jasa internet. Karena PT AT berstatus Pengusaha Kena Pajak,

maka setiap transaksi penjualan yang dilakukan PT AT harus menerbitkan

Faktur Pajak Keluaran, hal itu yang menyebabkan jumlah Faktur Pajak

Keluaran untuk tahun 2008 merupakan hasil kali dari total penjualan pada

Page 76: analisis Penerapan PPN

62

Laporan Laba Rugi tahun 2008 dengan tarif Pajak Pertambahan Nilai

sebesar 10%.

4.2.3 Rekonsiliasi Pajak Keluaran dengan Perkiraan Pejualan

Laporan Laba Rugi dimulai dengan data mengenai jumlah penjualan

yang terjadi selam 1 (satu) periode atau 1 tahun takwim. Dari hasil penjualan

tersebut, kita dapat merekonsiliasinya dengan jumlah DPP Pajak Keluaran

dalam SPM PPN periode yang sama. Nilai yang terdapat dalam Laporan

Laba Rugi dan SPM PPN jumlahnya harus sama, tetapi jika sebaliknya maka

perlu ditelusuri hal apa yang dapat menyebabkan perbedaan tersebut.

Dalam Laporan Laba Rugi PT AT tahun 2008 tercantum jumlah

penjualan sebesar Rp 213.950.000. Hal ini berarti menunjukkan bahwa total

Pajak Keluaran tahun 2008 perusahaan tersebut sebesar :

10% X Rp 213.950.000 = Rp 21.395.000

Jumlah tersebut sudah sama dengan jumlah Pajak Keluaran yang harus

dibayar yang tertera di dalam SPT Masa PPN, yaitu sebesar Rp 21.395.000.

Oleh karena itu, tidak perlu dilakukan rekonsiliasi lagi. Hal ini disebabkan

karena jumlahnya sudah sama. Untuk jumlah penjualan yang dilakukan tiap

tiap bulan oleh PT AT beserta jumlah Pajak Keluarannya selama tahun

2008 adalah sebagai berikut :

Page 77: analisis Penerapan PPN

63

Tabel 4.3 : Rekapitulasi Jumlah Penjualan Barang dan Jumlah Pajak

Keluaran Tahun 2008

Bulan Jumlah Penjualan (Rp) Jumlah Pajak Keluaran (Rp)

Januari 15.000.000 1.500.000

Februari 15.000.000 1.500.000

Maret 15.000.000 1.500.000

April 15.000.000 1.500.000

Mei 15.000.000 1.500.000

Juni 15.000.000 1.500.000

Juli 15.000.000 1.500.000

Agustus 15.700.000 1.570.000

September 21.700.000 2.170.000

Oktober 18.700.000 1.870.000

November 26.100.000 2.610.000

Desember 26.750.000 2.675.000

Jumlah 213.950.000 21.395.000

4.2.4 Rekonsiliasi Pajak Keluaran dengan Perkiraan Piutang Usaha

Rekonsiliasi perhitungan piutang usaha atas penjualan kredit menurut

perbandingan saldo piutang bertujuan untuk mengetahui besarnya piutang

usaha atas penjualan kredit yang seharusnya dilaporkan oleh perusahaan

pada tahun 2008.

Untuk mengetahui besarnya penjualan kredit pada tahun 2008 maka

dapat melakukan perbandingan antara saldo awal piutang dengan saldo

akhir piutang tahun 2008 agar diperoleh besarnya kenaikan atau penurunan

saldo akhir piutang. Dalam melakukan pelunasan, pelanggan PT AT

Page 78: analisis Penerapan PPN

64

mentransfer pembayaran hutang usahanya ke Bank Lippo. Berikut adalah

data pelunasan piutang usaha yang diperoleh dari PT AT

Tabel 4.4 : Rekapitulasi Pelunasan Penjualan Kredit Melalui Bank Lippo

Selama Tahun 2008

Bulan Tanggal Jumlah Pembayaran (Rp)

Januari 15 8.149.000

24 11.049.000

Februari 11 8.149.000

20 7.231.000

Maret 3 8.149.000

24 7.231.000

April 8 8.149.000

28 9.500.000

Mei 15 10.298.000

26 9.863.000

Juni 9 11.049.000

20 7.150.750

Juli 15 10.230.000

24 6.659.750

Agustus 13 9.500.000

21 9.357.000

September 8 12.421.000

24 13.230.000

Oktober 8 7.887.500

22 9.935.000

November 17 12.774.000

25 10.241.000

Page 79: analisis Penerapan PPN

65

Desember 10 10.417.000

17 12.705.000

Jumlah 231.325.000

Berikut ini adalah perhitungan penjualan kredit yang terjadi pada

tahun 2008 :

Saldo akhir piutang usaha (per 31 Desember 2008) = Rp 17.930.000

Pelunasan piutang atas penjualan = Rp 231.325.000

Piutang usaha periode tahun 2008 = Rp 249.255.000

Saldo awal piutang usaha = Rp 5.000.000

Piutang atas penjualan kredit tahun 2008 = Rp 244.255.000

Dari hasil perhitungan arus piutang tahun 2008 dapat diketahui bahwa

piutang atas penjualan kredit pada tahun 2008 adalah sebesar Rp

244.515.000. Jumlah tersebut merupakan jumlah penjualan kredit termasuk

PPN sebesar 10%, sehingga harus mencari jumlah penjualan kredit sebelum

PPN untuk mengetahui berapa penjualan kredit yang sebenarnya, yaitu

sebesar 100/110 X Rp 244.255.000 = Rp 222.050.000.

Dari perhitungan diatas dapat diketahui adanya perbedaan antara

penjualan menurut general ledger dengan penjualan menurut arus piutang.

Selisih yang terjadi merupakan PPN yang belum dilaporkan oleh PT AT.

Adanya Pajak Pertambahan Nilai yang belum dilaporkan tersebut maka PT

AT dikenakan sanksi berupa denda sebesar 2% per bulan (maksimal 24

Page 80: analisis Penerapan PPN

66

bulan) dari PPN yang kurang bayar. Berikut adalah perhitungan PPN kurang

bayar PT AT :

Penjualan tahun 2008 (pada General Ledger Sales) = Rp 213.950.000

Penjualan kredit tahun 2008 menurut arus piutang = Rp 222.050.000

Selisih = Rp 8.100.000

PPN 10% X Rp 8.100.000 = Rp 810.000

Denda 48% X Rp 810.000 = Rp 388.800

PPN kurang bayar = Rp 1.198.800

4.3 Pajak Masukan PT AT

Pajak masukan adalah pajak pertambahan nilai yang dibayar oleh

Pengusaha Kena Pajak karena perolehan atau pembelian Barang Kena

Pajak atau Jasa Kena Pajak. Pada dasarnya pajak masukan sebagian dapat

dikreditkan sedangkan beberapa jenis pajak masukan menurut peraturan

perundang undangan yang berlaku tidak dapat dikreditkan.

4.3.1 Perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak

Pada setiap perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak, PT

AT menerima faktur pajak standar Pengusaha Kena Pajak penjual yang

dapat digunakan sebagai sarana untuk mengkreditkan pajak masukan yang

telah dibayar pada akhir masa pajak. Pajak Pertambahan Nilai atas

Page 81: analisis Penerapan PPN

67

perolehan Barang Kena Pajak adalah berdasarkan Faktur Pajak dari

Pengusaha Kena Pajak penjual.

Perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak PT AT antara

lain sebagai berikut :

1. jasa TV kabel.

2. Jasa layanan internet Backbone via Fiber Optic.

Atas perolehan Jasa Kena Pajak dan pembelian Barang Kena Pajak

yang dijabarkan diatas, maka dikenakan PPN 10% sesuai dengan peraturan

dalam UU PPN 1984, maka Jasa Kena Pajak dan Barang Kena Pajak

tersebut dapat dikreditkan sebagai Pajak Masukan.

4.3.2 Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai pada Pajak Masukan

Berikut ini diuraikan beberapa transaksi yang menimbulkan Pajak

Masukan (dalam SPT Masa PPN) yang terjadi di bulan Juli adalah sebagai

berikut :

1. PT AT menggunakan jasa TV kabel untuk keperluan operasional

perusahaan. Total biaya atas jasa TV kabel tersebut

sebesar Rp 250.000 dan PPN sebesar 10% dari biaya jasa yang

diterima.

Jurnal untuk transaksi diatas adalah :

Biaya bulanan Rp 250.000

PPN Masukan Rp 25.000

Kas Rp 275.000

Page 82: analisis Penerapan PPN

68

2. PT AT menggunakan jasa internet backbone via fiber optic untuk

keperluan operasional perusahaan. Total biaya atas jasa internet

tersebut sebesar Rp 12.007.580 dan PPN sebesar 10% dari biaya

jasa yang diterima.

Jurnal untuk transaksi diatas adalah :

Biaya bulanan Rp 12.007.580

PPN Masukan Rp 1.200.758

Kas Rp 13.208.338

Dari perhitungan yang telah dilakukan, total Pajak Masukan pada bulan Juli

adalah sebesar Rp 1.225.758.

Tabel 4.5 : Pajak Masukan, Masa Pajak Januari Desember 2008

Masa Pajak PPN Masukan (Rp)

Januari 4.017.174

Februari 1.215.351

Maret 2.202.246

April 1.887.820

Mei 1.892.448

Juni 1.211.730

Juli 1.225.758

Agustus 1.209.378

September 4.486.707

Oktober 9.451.427

November 1.885.000

Desember 1.885.000

Jumlah 25.135.268

Page 83: analisis Penerapan PPN

69

4.3.3 Rekonsiliasi PPN Dibayar Dimuka dengan Perkiraan dalam

Neraca

Di dalam neraca dapat dilihat posisi keuangan perusahaan pada suatu

saat yang terinci dalam kelompok aktiva, kewajiban, dan modal. Dalam

menetapkan kebijakan atas jumlah pajak yang lebih bayar, PT AT tidak

melakukan restitusi pengembalian pajak melainkan melakukan kompensasi

pajak ke masa berikutnya.

Berdasarkan tabel 4.6 dibawah, dapat dihitung besarnya PPN yang

lebih bayar atau kurang bayar untuk tahun 2008. Perhitungan PPN yang

lebih atau kurang bayar selama tahun 2008 adalah sebagai berikut :

Januari (status : lebih bayar)

Pajak Keluaran sebesar Rp 1.500.000 lebih kecil daripada Pajak Masukan

yaitu sebesar Rp 4.017.174. Kondisi yang terjadi pada Januari 2008 adalah

lebih bayar sebesar Rp. 2.517.174. Atas kondisi lebih bayar tersebut, PT AT

mengkompensasikan ke masa pajak berikutnya. Pada masa pajak Desember

2007, terdapat kondisi lebih bayar sebesar Rp 55.806.522. Maka jumlah

lebih bayar yang dapat dikompensasikan pada masa pajak Februari 2008

sebesar Rp 58.323.696 (Rp 2.517.174 + Rp 55.806.522)

Februari (status : kurang bayar)

Pajak Keluaran sebesar Rp 1.500.000 lebih besar daripada Pajak Masukan

yaitu sebesar Rp 1.215.251. Kondisi yang terjadi pada bulan Februari 2008

adalah kurang bayar sebesar Rp 284.649. Pada masa pajak Januari 2008,

terdapat kondisi lebih bayar Rp 58.323.696. Maka jumlah lebih bayar pada

Page 84: analisis Penerapan PPN

70

masa pajak Maret 2008 sebesar Rp 58.039.047 (Rp 58.323.696 Rp

284.649)

Maret (status : lebih bayar)

Pajak Keluaran sebesar Rp 1.500.000 lebih kecil daripada Pajak Masukan

yaitu sebesar Rp 2.202.246. Kondisi yang terjadi pada Maret 2008 adalah

lebih bayar sebesar Rp. 702.246. Pada masa pajak Febuari 2008, terdapat

kondisi lebih bayar sebesar Rp 58.039.047. Maka jumlah lebih bayar yang

dapat dikompensasikan pada masa pajak April 2008 sebesar Rp 58.741.293

(Rp 702.246 + Rp 58.039.047)

April (status : lebih bayar)

Pajak Keluaran sebesar Rp 1.500.000 lebih kecil daripada Pajak Masukan

yaitu sebesar Rp 1.887.820. Kondisi yang terjadi pada April 2008 adalah

lebih bayar sebesar Rp. 387.820. Pada masa pajak Maret 2008, terdapat

kondisi lebih bayar sebesar Rp 58.741.293. Maka jumlah lebih bayar yang

dapat dikompensasikan pada masa pajak Mei 2008 sebesar Rp 59.129.113

(Rp 387.820 + Rp 58.741.293)

Mei (status : lebih bayar)

Pajak Keluaran sebesar Rp 1.500.000 lebih kecil daripada Pajak Masukan

yaitu sebesar Rp 1.892.448. Kondisi yang terjadi pada Mei 2008 adalah lebih

bayar sebesar Rp. 392.448. Pada masa pajak April 2008, terdapat kondisi

lebih bayar sebesar Rp 59.129.113. Maka jumlah lebih bayar yang dapat

dikompensasikan pada masa pajak Juni 2008 sebesar Rp 59.521.561 (Rp

392.448 + Rp 59.129.113)

Page 85: analisis Penerapan PPN

71

Juni (status : kurang bayar)

Pajak Keluaran sebesar Rp 1.500.000 lebih besar daripada Pajak Masukan

yaitu sebesar Rp 1.211.730. Kondisi yang terjadi pada Juni 2008 adalah

kurang bayar sebesar Rp. 288.270. Pada masa pajak Mei 2008, terdapat

kondisi lebih bayar sebesar Rp 59.521.561. Maka jumlah lebih bayar yang

dapat dikompensasikan pada masa pajak Juli 2008 sebesar Rp 59.233.291

(Rp 59.521.561 - Rp 288.270)

Juli (status : kurang bayar)

Pajak Keluaran sebesar Rp 1.500.000 lebih besar daripada Pajak Masukan

yaitu sebesar Rp 1.225.758. Kondisi yang terjadi pada Juli 2008 adalah

kurang bayar sebesar Rp. 274.242. Pada masa pajak Juni 2008, terdapat

kondisi lebih bayar sebesar Rp 59.233.291. Maka jumlah lebih bayar yang

dapat dikompensasikan pada masa pajak Agustus 2008 sebesar Rp

58.959.049 (Rp 59.233.291 - Rp 274.242)

Agustus (status : kurang bayar)

Pajak Keluaran sebesar Rp 1.570.000 lebih besar daripada Pajak Masukan

yaitu sebesar Rp 1.209.378. Kondisi yang terjadi pada Agustus 2008 adalah

kurang bayar sebesar Rp. 360.622. Pada masa pajak Juli 2008, terdapat

kondisi lebih bayar sebesar Rp 58.959.049. Maka jumlah lebih bayar yang

dapat dikompensasikan pada masa pajak September 2008 sebesar Rp

58.598.427 (Rp 58.959.049 - Rp 360.622)

September (status : lebih bayar)

Page 86: analisis Penerapan PPN

72

Pajak Keluaran sebesar Rp 2.170.000 lebih kecil daripada Pajak Masukan

yaitu sebesar Rp 4.486.707. Kondisi yang terjadi pada September 2008

adalah lebih bayar sebesar Rp. 2.316.707. Pada masa pajak Agustus 2008,

terdapat kondisi lebih bayar sebesar Rp 58.598.427. Maka jumlah lebih

bayar yang dapat dikompensasikan pada masa pajak Oktober 2008 sebesar

Rp 60.915.134 (Rp 2.316.707 + Rp 58.598.427)

Oktober (status : lebih bayar)

Pajak Keluaran sebesar Rp 1.870.000 lebih kecil daripada Pajak Masukan

yaitu sebesar Rp 9.451.427. Kondisi yang terjadi pada Oktober 2008 adalah

lebih bayar sebesar Rp. 7.581.427. Pada masa pajak September 2008,

terdapat kondisi lebih bayar sebesar Rp 60.915.134. Maka jumlah lebih

bayar yang dapat dikompensasikan pada masa pajak November 2008

sebesar Rp 68.496.561 (Rp 7.581.427 + Rp 60.915.134)

November (status : kurang bayar)

Pajak Keluaran sebesar Rp 2.610.000 lebih besar daripada Pajak Masukan

yaitu sebesar Rp 1.885.000. Kondisi yang terjadi pada November 2008

adalah kurang bayar sebesar Rp. 725.000. Pada masa pajak Oktober 2008,

terdapat kondisi lebih bayar sebesar Rp 68.496.561. Maka jumlah lebih

bayar yang dapat dikompensasikan pada masa pajak Desember 2008

sebesar Rp 67.771.561 (Rp 68.496.561 - Rp 725.000)

Desember (status : kurang bayar)

Pajak Keluaran sebesar Rp 2.675.000 lebih besar daripada Pajak Masukan

yaitu sebesar Rp 1.885.000. Kondisi yang terjadi pada Desember 2008

Page 87: analisis Penerapan PPN

73

adalah kurang bayar sebesar Rp. 790.000. Pada masa pajak November

2008, terdapat kondisi lebih bayar sebesar Rp 67.771.561. Maka jumlah

lebih bayar yang dapat dikompensasikan pada masa pajak Desember 2008

sebesar Rp 66.981.561 (Rp 67.771.561 - Rp 790.000)

Tabel 4.6 : Rekapitulasi Pajak Lebih Bayar atau Kurang Bayar Tahun 2008

Bulan

Pajak Masukan

yang Dapat

Dikreditkan

(Rp)

Kompensasidari Masa

Pajak

Sebelumnya

(Rp)

Pajak Keluaran

(Rp)

Selisih (Rp)

(Lebih

Bayar/Kurang

Bayar/Nihil)

Januari 4.017.174 55.806.522 1.500.000 58.323.696

Februari 1.215.351 58.323.696 1.500.000 58.039.047

Maret 2.202.246 58.039.047 1.500.000 58.741.293

April 1.887.820 58.741.293 1.500.000 59.129.113

Mei 1.892.448 59.129.113 1.500.000 59.521.561

Juni 1.211.730 59.521.561 1.500.000 59.233.291

Juli 1.225.758 59.233.291 1.500.000 58.959.049

Agustus 1.209.378 58.959.049 1.570.000 58.598.427

September 4.486.707 58.598.427 2.170.000 60.915.134

Oktober 9.451.427 60.915.134 1.870.000 68.496.561

November 1.885.000 68.496.561 2.610.000 67.771.561

Desember 1.885.000 67.771.561 2.675.000 66.981.561

Jumlah 25.135.268 21.395.000

Jumlah pajak dibayar dimuka yang terdapat di Neraca PT AT sebesar

Rp 66.981.561 adalah sama dengan perhitungan pada tabel 4.6 yang

Page 88: analisis Penerapan PPN

74

merupakan rekapitulasi perhitungan PPN lebih bayar atau kurang bayar

dengan memperhitungkan kompensasi dari masa pajak sebelumnya.

4.4 Pelaporan dan Penyetoran PPN

PT AT diwajibkan melaporkan seluruh pengkreditan pajak keluaran

dan pajak masukan dengan menggunakan Surat Pemberitahuan Masa Pajak

Pertambahan Nilai (SPT Masa PPN) dalam bentuk formulir 1107 beserta

lampiran SPT Masa PPN dengan cara self assessment system, yang artinya

perhitungan, penyetoran dan pelaporan dilakukan sendiri oleh perusahaan.

SPT Masa PPN ini disampaikan sendiri oleh PT AT ke Kantor Pelayanan

Pajak, yang dilaporkan paling lambat tanggal 20 bulan berikutnya setelah

masa pajak diperiksa dan ditanda tangani oleh Direktur Manajer.

Risiko yang akan terjadi apabila perusahaan tidak melakukan

pemungutan PPN, maka akan menerima sanksi dengan diterbitkan Surat

Keputusan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) ditambah denda bunga

keterlambatan 2% dari nilai dasar pengenaan pajak per bulan maksimal 24

bulan.

Pemnyampaian SPT Masa PPN pada PT AT disertai dengan :

1. Lampiran SPT Masa yang terdiri dari Formulir 1107A sampai dengan

1107B.

2. Lembar ke 3 : Surat Setoran Pajak atas Kurang Bayar (jika ada

Kurang Bayar)

Page 89: analisis Penerapan PPN

75

SPT Masa PPN induk beserta lampiran SPT Masa PPN dibuat dalam 2 (dua)

rangkap yaitu :

1. Lembar 1 untuk Kantor Pelayanan Pajak

2. Lembar 2 untuk PT AT

Selanjutnya, pemenuhan kewajiban untuk pelaporan Pajak Pertambahan

Nilai kepada kas negara. Dari pelaporan tersebut, perusahaan sebagai

Pengusaha Kena Pajak yang telah melakukan penyerahan barang kena

pajak atau jasa kena pajak akan menerima Surat Setoran Pajak (SSP)

sebagai bukti Pajak Pertambahan Nilai kurang bayar telah dibayarkan.

Laporan mengenai pajak yang dipungut oleh perusahaan yang

dikreditkan dengan pajak masukan menimbulkan status kurang bayar (PPN

Keluaran > PPN Masukan) sehingga perusahaan membayar pajak melalui

Bank dalam 1 (satu) masa pajak dilakukan dengan Surat Pemberitahuan

Masa Pajak Pertambahan Nilai. Bagian keuangan mempersiapkan Surat

Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai beserta lampiran lampiran

yang dibutuhkan dan selanjutnya diserahkan ke Kantor Pelayanan Pajak.

Dalam hal tersebut diatas, PT AT telah memenuhi semua persyaratan

pelaporan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai dan

perusahaan selalu melaporkan tepat waktu dan tidak pernah mengalami

keterlambatan dari batas waktu yang telah ditentukan.

Page 90: analisis Penerapan PPN

76

Tabel 4.7 : Tanggal Penyetoran dan Pelaporan PPN PT AT Tahun 2008

Bulan Tanggal Penyetoran Tanggal Pelaporan Denda

Januari 12 Febuari 2008 15 Febuari 2008 -

Februari 11 Maret 2008 18 Maret 2008 -

Maret 11 April 2008 15 April 2008 -

April 13 Mei 2008 15 Mei 2008 -

Mei 11 Juni 2008 16 Juni 2008 -

Juni 10 Juli 2008 16 Juli 2008 -

Juli 11 Agustus 2008 14 Agustus 2008 -

Agustus 15 September 2008 19 September 2008 -

September 13 Oktober 2008 20 Oktober 2008 -

Oktober 13 November 2008 20 November 2008 -

November 15 Desember 2008 18 Desember 2008 -

Desember 12 Januari 2009 20 Januari 2009 -

Page 91: analisis Penerapan PPN

77

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap PT AT maka dapat

dikemukakan beberapa hal yang dapat disimpulkan adalah sebagai berikut :

1. PT AT merupakan Pengusaha Kena Pajak yang sudah memiliki

NPWP dan Nomor Pengukuhan sebagai pengusaha kena pajak dan

dilihat dari struktur organisasi perusahaan ini sudah cukup baik dalam

menagani masalah perpajakan khususnya mengenai barang atau jasa

yang dikenakan PPN.

2. Didalam perhitungan PPN pada PT AT telah sesuai dengan UU PPN

1984, baik dalam hal pencatatannya dan pelaporannya.

3. Dalam hal pelunasan kewajiban pajak pembayaran PT AT selalu tepat

waktu dan tidak pernah terlambat dan demikian juga dengan

penyampaian SPT Masa PPN.

4. Perusahaan belum melakukan pelaporan seluruh Pajak Keluaran

yang ada, total Pajak Keluaran kurang bayar pada tahun 2008 adalah

sebesar Rp 1.198.800

5. Penyetoran, restitusi, dan pelaporan PPN

Penyetoran dan restitusi didasarkan atas perhitungan selisih antara

pajak keluaran dan pajak masukan. Berdasarkan undang undang

yang berlaku, ditetapkan apabila pada suatu masa pajak, pajak

Page 92: analisis Penerapan PPN

78

keluaran lebih besar daripada pajak masukan maka selisihnya

merupakan PPN yang masih harus dibayar atau yang biasa disebut

kurang bayar oleh PT AT. Apabila dalam suatu masa pajak, jumlah

pajak masukan lebih besar daripada pajak keluaran, maka selisihnya

merupakan kelebihan pajak yang dapat dikompensasikan pada masa

pajak berikutnya. Atas pajak yang lebih besar tersebut, perusahaan

dapat mengkompensasikan ke masa pajak berikutnya.

5.2 Saran

Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap PT AT maka dapat

dikemukakan beberapa saran sebagai berikut :

1. Perusahaan hendaknya selalu mengikuti segala perkembangan dan

perubahan yang terjadi pada peraturan perpajakan, karena peraturan

pajak seringkali berubah mengikuti situasi dan kondisi Negara

sehingga perusahaan selalu up to date dalam mengikuti peraturan

perpajakan yang baru agar dapat melaporkan pajaknya dengan tepat

waktu dan benar.

2. Perusahaan harus meneliti kelengkapan dan kebenaran faktur pajak

yang diterima supaya tidak mengakibatkan kesalahan dalam

perhitungan pajak masukan.

3. Perusahaan hendaknya dalam melakukan perhitungan, penyetoran,

dan pelaporan pajak selalu hati hati dan benar, khususnya dalam

Page 93: analisis Penerapan PPN

79

melakukan perhitungan karena bila terjadi kesalahan akan mengalami

kesulitan dalam hal penyetoran dan pelaporannya.

4. Perusahaan hendaknya menyimpan dokumen dokumen pajak

secara rapih dan teratur sehingga dapat membantu dalam

pemeriksaan.

Page 94: analisis Penerapan PPN

80

LAMPIRAN

Lampiran I : Laporan Laba Rugi PT AT

Lampiran II : Neraca PT AT

Page 95: analisis Penerapan PPN

PT.

AT

N

ER

AC

A

P

ER 3

1 D

ESE

MBE

R 2

008

NO

UR

AIA

NPE

R 3

1 D

ESEM

BER

200

8N

OU

RA

IAN

PER

31

DES

EMB

ER 2

008

IA

KTI

VA

LA

NC

AR

IVK

EW

AJI

BA

N L

AN

CA

R

KA

S D

AN

BAN

K

24.

347.

736

HU

TAN

G U

SA

HA

1

.650

.000

PIU

TAN

G U

SA

HA

1

7.93

0.00

0H

UTA

NG

LAI

N-L

AIN

6

.784

.062

.903

PE

RS

ED

IAA

N

0

JUM

LAH

6

.785

.712

.903

IIA

KTI

VA

LA

NC

AR

LA

INN

YA

BIA

YA

OP

ER

AS

ION

AL

DIB

AY

AR

DIM

UK

A

42.

205.

555

VH

UTA

NG

JA

NG

KA

PA

NJA

NG

0

PA

JAK

DIB

AY

AR

DIM

UK

A

PP

N

66.

981.

561

VI

MO

DA

L

P

PH

PA

SA

L 23

3.03

7.50

0M

OD

AL

DA

SA

R

6

00.0

00.0

00

LAIN

-LA

IN

3.

741.

989.

257

LAB

A D

ITA

HA

N(1

.017

.792

.432

)

3.85

4.21

3.87

3R

UG

I/LA

BA

TA

HU

N B

ER

JALA

N(1

.483

.330

.264

)

JUM

LAH

3.89

6.49

1.60

9(1

.901

.122

.696

)

IIIAK

TIVA

TE

TAP

PE

RA

LATA

N IS

P

1.

337.

107.

849

PE

RA

LATA

N K

AN

TOR

17

1.88

4.50

8

A

KU

MU

LAS

I PE

NU

SU

TAN

(520

.893

.759

)

N

ILA

I BU

KU

988

.098

.598

TOTA

L A

KTI

VA

4.8

84.5

90.2

07TO

TAL

PA

SIV

A

4.8

84.5

90.2

07

Page 96: analisis Penerapan PPN

LAPORAN KEUANGAN

PT. AT

LAPORAN LABA/RUGI

PER 31 DESEMBER 2008

PENDAPATAN 213.950.000

HARGA POKOK PENJUALAN 599.464.030

LABA (RUGI) KOTOR (385.514.030)

BEBAN ADM & UMUM

BIAYA GAJI 690.308.097

BIAYA SEWA 117.143.299

BIAYA ADM KANTOR 197.001.067

BIAYA PERJALANAN DINAS 49.631.355

BIAYA TRANSPORTASI 4.934.200

BIAYA PENYUSUTAN 380.72.703

1.097.090.721

LABA (RUGI) USAHA (1.482.604.751)

PENDAPATAN (BEBAN) LAIN-LAIN (725.513)

LABA (RUGI) SBLM PAJAK (1.483.330.264)

Page 97: analisis Penerapan PPN

83

DAFTAR RUJUKAN

Gunadi. (1997). Akuntansi Pajak. Jakarta.: PT Gramedia WidiasaranaIndonesia.

Mardiasmo. (2006). Perpajakan (Edisi Revisi 2006). Yogyakarta.: AndiYogyakarta.

Republik Indonesia, Undang undang nomor 18 tahun 2000 tentang PajakPertambahan Nilai.

Soemitro, R., & Sugiharti, D.K. (2004). Asas dan Dasar Perpajakan,Bandung.: PT Refika Aditama.

Sukardji, Untung. (2006) Pajak Pertambahan Nilai (Edisi Revisi 2006).Jakarta.: PT Radja Grafindo Persada

Undang Undang Pajak Tahun 2000. (2001). Jakarta.: Salemba Empat.