analisis penerapan pengendalian mutu produksi...

141
ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN PENDEKATAN STATISTICAL QUALITY CONTROL (SQC) DAN LEAN SIX SIGMA PADA USAHA KECIL DAN MENENGAH PENGHASIL SEPATU DAERAH BOGOR (TAHUN 2016) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Oleh: Annisa Rivelia Prawiro NIM: 1112081000017 JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H/2016 M

Upload: duongminh

Post on 03-May-2019

267 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35717/1/ANNISA... · ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN ... serta

ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN

PENDEKATAN STATISTICAL QUALITY CONTROL (SQC) DAN LEAN

SIX SIGMA PADA USAHA KECIL DAN MENENGAH PENGHASIL

SEPATU DAERAH BOGOR

(TAHUN 2016)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh:

Annisa Rivelia Prawiro

NIM: 1112081000017

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1437 H/2016 M

Page 2: ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35717/1/ANNISA... · ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN ... serta

i

ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN

PENDEKATAN STATISTICAL QUALITY CONTROL (SQC) DAN LEAN

SIX SIGMA PADA USAHA KECIL DAN MENENGAH PENGHASIL

SEPATU DAERAH BOGOR

(TAHUN 2016)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh:

Annisa Rivelia Prawiro

NIM: 1112081000017

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1437 H/2016 M

Page 3: ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35717/1/ANNISA... · ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN ... serta

ii

Page 4: ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35717/1/ANNISA... · ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN ... serta

iii

Page 5: ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35717/1/ANNISA... · ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN ... serta

iv

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Annisa Rivelia Prawiro

No. Induk Mahasiswa : 1112081000017

Jurusan/ Konsentrasi : Manajemen/ Keuangan

Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:

1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan

dan mempertanggungjawabkan

2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain

3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber

asli atau tanpa pemilik karya

4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data

5. Mengerjakan sendiri karya dan mampu bertanggung jawab atas

karya ini

Jikalau dikemudiak hari terdapat tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah

melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang

ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan diatas, maka saya siap

untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan

Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

Ciputat, 10 Maret 2016

Yang menyatakan,

Annisa Rivelia Prawiro

Page 6: ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35717/1/ANNISA... · ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN ... serta

v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

IDENTITAS DIRI

Nama : Annisa Rivelia Prawiro

Tempat/ Tanggal Lahir : Bogor/ 10 Maret 1994

Agama : Islam

Alamat : Kp. Telukpinang RT 003/001 Kec. Teluk Pinang

Kab. Bogor

Telp/ HP : 02189940464/ 085715389801

Email : [email protected]

PENDIDIKAN FORMAL

2001 – 2006 SDI Amaliah

2006 – 2009 SMPI Cikal Harapan

2009 – 2012 SMAN 4 Bogor

2012 – 2016 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

PENDIDIKAN NON FORMAL

2011 English Course, LBPP LIA Bogor

2013 Peserta Sosialisasi Kebijakan Fiskal dengan Materi

“Kibjakan Fiskal dalam Menghadapi Masyarakat

Ekonomi ASEAN dan Ekonomi Hijau” yang

diselenggarakan oleh Badan Kebijakan Fiskal,

Kementerian Keuangan Republik Indonesia.

2013 Peserta Diskusi Enterpreneurship Chairul Tanjung

dan Joko Widodo, SMESCO Convention Hall.

Page 7: ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35717/1/ANNISA... · ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN ... serta

vi

2014 Peserta Seminar Pasar Modal bersama Panin

Sekuritas, Panin Asset Management dan Bursa Efek

Indonesia, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2014 Peserta International Seminar “Toward ASEAN

Economic Community 2015; Fair Governments

Policies in Islamic Finance Sectors Among ASEAN

Countries”, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2014 Peserta Seminar “Inspiring Leadership and Legacy

of Muhammad (PBUH): A Prophet and An

Enterpreneur”, Fakultas Syariah dan Hukum, UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2014 Peserta Sosialisasi Kebijakan Fiskal dengan Materi

“ASEAN 2015, Threat od Opportunity dan Peran

Indonesia dalam Forum APEC dan Kebijakannya”,

yang diselenggarakan oleh Badan Kebijakan Fiskal,

Kementerian Keuangan Republik Indonesia.

PENGALAMAN ORGANISASI

2012 Panitia Divisi Saman dalam Acara Dekan Cup 2012

Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2013 Panitia dalam Management Camp “Together with

Management Bring Your Kingdom to the Future”,

Page 8: ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35717/1/ANNISA... · ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN ... serta

vii

Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2013-2014 Koordinator Divisi Hubungan Luar Kampus

Himpunan Mahasiswa Jurusan Manajemen UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2014 Panitia dalam Acara One Day with Wardah Be

Smart, Energic, and Inspiring, Wardah Beauty

Agent.

PENGALAMAN BEKERJA

2014 – sekarang Wardah Beauty Agent pada PT. Paragon

Technology and Innovation

Page 9: ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35717/1/ANNISA... · ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN ... serta

viii

ABSTRACT

This research is purpose to analyze the production quality control, the quality

of production process, identify the causes of defects/ damage to the production

process and to know the main factors that effect the quality of SMEs. Sampling

method that used in this research is non-probability purposeful sampling with

homogeneous sampling strategy, which 30 SMEs producing shoes in Bogor is the

research sample for the data normality test, and then was re-selected to 15 SMEs

producing shoes in Bogor as a sample for Statistical Quality Control Analysis and

Lean Six Sigma Analysis. The data obtained were processed with Smart PLS

Software for data normality test, and Microsoft Excel Software to analyze data

with the approach of Statistical Quality Control and Lean Six Sigma. The results

of data normality test is the quality control of 30 SMEs producing shoes can not

be assessed through the quality control of raw materials, product quality control

in production and quality control of end product. The results of the statistical

quality control analysis is the production quality of SMEs are in controlled. And

the results of the lean six sigma analysis is the cause of the damage/ defects in the

production process occurs largely in the gluing process. There are five main

factors that most effect the quality of SMEs are labor, raw materials, machinery

and equipment, working methods and the environment.

Keyword: Statistical Quality Control, Lean Six Sigma

Page 10: ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35717/1/ANNISA... · ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN ... serta

ix

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengendalian mutu produksi,

menganalisis kualitas proses produksi, mengidentifikasi penyebab kecacatan/

kerusakan pada proses produksi serta mengetahui faktor utama yang

mempengaruhi mutu UKM. Pemilihan sampel dilakukan dengan metode non-

probability purposeful sampling dengan strategi homogeneous sampling, dimana

30 UKM penghasil sepatu daerah Bogor adalah sampel penelitian untuk Uji

kenormalan data, kemudian dipilih kembali menjadi 15 UKM penghasil sepatu

daerah Bogor sebagai sampel untuk analisis Statistical Quality Control dan Lean

Six Sigma. Data-data yang diperoleh diolah dengan Software Smart PLS untuk uji

kenormalan data, serta Software Microsoft Excel untuk menganalisis data dengan

pendekatan Statistical Quality Control dan Lean Six Sigma. Hasil dari uji

kenormalan data yaitu kualitas pengendalian mutu pada 30 UKM penghasil sepatu

daerah Bogor tidak dapat dinilai melalui kualitas pengendalian bahan baku,

kualitas pengendalian mutu produk dalam produksi serta kualitas pengendalian

mutu produk akhir. Hasil dari analisis Statistical Quality Control yaitu kualitas

produksi UKM adalah dalam keadaan yang terkontrol. Dan hasil dari analisis

Lean Six Sigma yaitu penyebab kerusakan/ kecacatan pada proses produksi

sebagian besar terjadi pada proses pengeleman. Terdapat lima faktor utama yang

paling mempengaruhi mutu UKM yaitu tenaga kerja, bahan baku, mesin dan

peralatan, metode kerja serta lingkungan.

Kata Kunci: Statistical Quality Control, Lean Six Sigma

Page 11: ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35717/1/ANNISA... · ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN ... serta

x

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini. Dalam proses penyusunan skripsi yang berjudul

“Analisis Penerapan Pengendalian Mutu Produksi dengan Pendekatan

Statistical Quality Control dan Lean Six Sigma pada Usaha Kecil dan

Menengah Penghasil Sepatu Daerah Bogor (Tahun 2016)”, semata-mata

bukanlah hasil usaha penulis sendiri, melainkan dari berbagai pihak yang

memberikan bantuan, bimbingan dan motivasi. Oleh karena itu, sudah sepatutnya

penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. The one and only Mama Lia Aisyah, SE., yang selalu mendoakan dengan tulus

dan ikhlas, memberikan kasih sayang indah sepanjang masa, serta dukungan

tiada henti baik moril maupun materil. Semoga kelak saya bisa menjadi

kebanggaan bagi Mama baik di dunia maupun di akhirat nanti.

2. Adik tersayang Aldo Febrian Yasin, terimakasih atas berbagai musik yang

dimainkan untuk menemani dan menghibur saat penyusunan skripsi.

3. Bapak Dr. Arief Mufrainy. Lc., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan

Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang selalu memberikan dukungan

serta motivasi kepada penulis selama menimba ilmu di Fakultas Ekonomi dan

Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Titi Dewi Warninda, M.Si., selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas

Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang tiada henti

Page 12: ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35717/1/ANNISA... · ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN ... serta

xi

memberikan motivasi dan dukungan kepada penulis sejak awal perkuliahan

hingga akhir.

5. Bapak Indo Yama Nasarudin, SE., MBA., selaku dosen pembimbing I yang

telah meluangkan waktunya dan tak pernah lelah dalam membimbing serta

memberikan semangat kepada penulis sejak awal hingga akhirnya skripsi ini

bisa terselesaikan.

6. Bapak Taridi Kasbi Ridho, SE., MBA., sebagai dosen pembimbing II yang

telah bersedia meluangkan waktunya serta memberikan bimbingan yang

positif serta membangun kepada penulis.

7. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

yang telah sabar dan ikhlas dalam mendidik dan memberikan ilmu kepada

penulis yang Insyaallah akan bermanfaat.

8. Seluruh staf pengajar dan karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang

telah memberikan bantuan kepada penulis.

9. Fauzi Raziz, SE., yang selalu memberikan motivasi dan dorongan agar

menjadi pribadi yang lebih baik.

10. Yulvie Sabriani, Fikri Choirunnisa, Hersinta Pusdika, Larassanti Dewi, Asri

Lestari dan Rizka Azizi yang sudah bersama-sama sejak awal perkuliahan

saling mendukung satu sama lain dalam suka maupun duka, dan juga kepada

Alif Mughofir, Lutfi Wijaya dan Achmad Fauzi yang telah memberikan warna

indah pertemanan.

11. Kawan-kawan seperjuangan Manajemen 2012 yang bersama-sama saling

bertukar fikiran, memberikan semangat serta motivasi. “Friendships consists

Page 13: ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35717/1/ANNISA... · ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN ... serta

xii

in forgetting what one gives and remembering what one receives” – Alexander

Dumas.

12. Siti Julaika dan Aldita teman seperjuangan dalam menyusun skripsi, yang

sama-sama saling mendukung dan memberikan saran serta bimbingan.

Akhir kata, dengan penuh rasa hormat dan kerendahan hati saya mengucapkan

terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Semoga segala bentuk bantuan yang telah kalian berikan mendapatkan pahala

yang berlipat dari Allah SWT. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat

memberikan manfaat bagi penulis serta para pembaca.

Ciputat, 10 Maret 2016

Penulis

Page 14: ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35717/1/ANNISA... · ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN ... serta

xiii

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan Skripsi ............................................................................. i

Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif ....................................................... ii

Lembar Pengesahan Ujian Skripsi ................................................................. iii

Lembar Pernyataan Keaslian Skripsi ............................................................. iv

Daftar Riwayat Hidup ..................................................................................... v

Abstract ........................................................................................................ viii

Abstrak ............................................................................................................ ix

Kata Pengantar ................................................................................................. x

Daftar Isi ....................................................................................................... xiii

Daftar Tabel .................................................................................................. xvi

Daftar Gambar ............................................................................................. xvii

Daftar Lampiran ........................................................................................... xix

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian ............................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................... 8

1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................... 9

1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................ 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori ............................................................................ 11

2.1.1 Produksi dan Operasi (Production and Operation) ........... 11

2.1.2 Mutu atau Kualitas (Qualiy) ............................................... 13

Page 15: ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35717/1/ANNISA... · ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN ... serta

xiv

2.1.3 Pengendalian Mutu atau Kualitas (Quality Control) ......... 15

2.1.4 Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management) .. 23

2.1.5 Sistem Pengawasan Kualitas Statistikal

(Statistical Quality Control) .............................................. 35

2.1.6 Lean Six Sigma ................................................................... 35

2.1.7 Usaha Mikro, Kecil dan Menengah ................................... 36

2.2 Penelitian Terdahulu ................................................................... 42

2.3 Kerangka Pemikiran Teoritis ...................................................... 46

2.4 Hipotesis ...................................................................................... 47

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Ruang Lingkup Penelitian ............................................................ 48

3.2 Populasi dan Teknik Pemilihan Sample ...................................... 48

3.3 Metode Pengumpulan Data .......................................................... 49

3.4 Metode Analisis Data ................................................................... 50

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ............................................ 54

4.1.1 Profil UKM Penghasil Sepatu Daerah Bogor ..................... 56

4.1.2 Bahan Baku serta Alat dan Mesin Produksi pada UKM

Penghasil Sepatu Daerah Bogor ......................................... 60

4.1.3 Tahapan Produksi UKM Penghasil Sepatu Daerah Bogor 61

4.2 Uji Kenormalan Data ................................................................... 62

4.2.1 Validitas Konvergen (Convergent Validity) ....................... 62

4.2.2 Composite Reliability .......................................................... 65

Page 16: ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35717/1/ANNISA... · ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN ... serta

xv

4.2.3 Average Variance Extracted (AVE) .................................. 66

4.2.4 Outer Weights ..................................................................... 67

4.2.5 Effect Size .......................................................................... 68

4.2.6 Pengujian Hipotesis ............................................................ 68

4.3 Analisis Statistical Quality Control ............................................. 71

4.4 Analisis Lean Six Sigma .............................................................. 87

4.4.1 Tahap Define dan Measure ................................................. 88

4.4.2 Tahap Analyze .................................................................... 98

4.4.3 Tahap Improve .................................................................. 101

4.4.4 Tahap Control ................................................................... 102

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan ............................................................................... 104

5.2 Saran ........................................................................................... 105

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 107

Page 17: ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35717/1/ANNISA... · ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN ... serta

xvi

DAFTAR TABEL

Nomor Keterangan Halaman

1.1 Data Perkembangan Usaha Mikro, Kecil, 2

Menengah (UMKM) dan Usaha Besar Tahun

2012-2013

2.1 Penelitian Terdahulu 42

4.1 Profil UKM Penghasil Sepatu Daerah Bogor 56

4.2 Nama Alat dan Mesin pada UKM Penghasil 60

Sepatu Daerah Bogor

4.3 Nilai Composite Reliability 66

4.4 Nilai Average Variance Extracted 66

4.5 Nilai Outer Weights 67

4.6 Nilai Effect Size 68

4.7 Nilai Path Coefficient Hipotesis H1 68

4.8 Nilai Path Coefficient Hipotesis H2 69

4.9 Nilai Path Coefficient Hipotesis H3 69

4.10 Nilai Path Coefficient Hipotesis H4 70

4.11 Nilai Path Coefficient Hipotesis H5 71

Page 18: ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35717/1/ANNISA... · ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN ... serta

xvii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Keterangan Halaman

2.1 Sistem Produksi dan Operasi 12

2.2 Indikator-indikator untuk Mengukur UKM 41

yang Bermutu

2.3 Kerangka Pemikiran Teoritis 45

2.4 Hipotesis 46

3.1 Contoh Diagram Pareto 52

4.1 Output PLS Algorithm Variabel (X1) 62

4.2 Output PLS Algorithm Variabel (X2) 63

4.3 Output PLS Algorithm Variabel (X3) 63

4.4 Output PLS Algorithm Variabel (X4) 64

4.5 Output PLS Algorithm Variabel (Y1) 65

4.6 Kusnadi Home Industry P Chart of Damage 73

4.7 Assenda Sepatu Sendal P Chart of Damage 74

4.8 Mutiara Sepatu Sendal P Chart of Damage 75

4.9 Meliska P Chart of Damage 76

4.10 Azfa Collection P Chart of Damage 77

4.11 Endang Home Industry P Chart of Damage 78

4.12 Uyung Home Industry P Chart of Damage 79

4.13 VIVAN Shoes P Chart of Damage 80

4.14 Bengkel Dr. Kevin P Chart of Damage 81

4.15 Balete Shoes P Chart of Damage 82

Page 19: ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35717/1/ANNISA... · ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN ... serta

xviii

4.16 UKM Abdul Shoes P Chart of Damage 83

4.17 Nugraha Sugih P Chart of Damage 84

4.18 Bengkel H. Endang P Chart of Damage 85

4.19 Monita Shoes P Chart of Damage 86

4.20 She Must Wear P Chart of Damage 87

4.21 Diagram Pareto Kusnadi Home Indsutry 88

4.22 Diagram Pareto Assenda Sepatu Sendal 89

4.23 Diagram Pareto Mutiara Sepatu Sendal 90

4.24 Diagram Pareto Meliska 91

4.25 Diagram ParetoAzfa Collection 92

4.26 Diagram Pareto Endang Home Industry 93

4.27 Diagram Pareto Uyung Home Industry 93

4.28 Diagram Pareto VIVAN Shoes 93

4.29 Diagram Pareto Bengkel Dr. Kevin 94

4.30 Diagram Pareto Balete Shoes 95

4.31 Diagram Pareto UKM Abdul Shoes 95

4.32 Diagram Pareto Nugraha Sugih 96

4.33 Diagram Pareto Bengkel H. Endang 97

4.34 Diagram Pareto Monita Shoes 97

4.35 Diagram Pareto She Must Wear 98

4.36 Diagram Sebab - Akibat 100

4.37 Rekomendasi Perbaikan 101

Page 20: ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35717/1/ANNISA... · ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN ... serta

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Keterangan Halaman

1 Kuesioner Penelitian 109

2 Jawaban Kuesioner 114

3 Output PLS Algorithm 116

4 Hasil Perhitungan untuk Diagram Kendali P 117

5 Hasil Perhitungan untuk Diagram Pareto 120

Page 21: ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35717/1/ANNISA... · ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN ... serta

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Diakui, bahwa usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) memiliki peran

penting di dalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi, tidak hanya di

negara-negara sedang berkembang (NSB) tetapi juga di negara-negara maju

(NM). Pada negara maju, UMKM sangat penting, tidak hanya karena

kelompok usaha tersebut menyerap paling banyak tenaga kerja dibandingkan

usaha besar, seperti halnya negara sedang berkembang, tetapi juga

kontribusinya terhadap pembentukan atau pertumbuhan produk domestik

bruto (PDB) paling besar dibandingkan kontribusi dari usaha besar (Tulus

Tambunan, 2012: 1).

Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah mencatat

bahwa pada tahun 2013 terdapat 57.895.721 unit UMKM atau menempati

pangsa pasar Indonesia sekitar 99,99%. Dapat dilihat bahwa UMKM

mengalami perkembangan sebesar 1.361.129 unit sejak tahun 2012 sampai

2013. Dengan peningkatan penyerapan tenaga kerja sebesar 6.486.573 atau

sebesar 6,03% dan peningkatan Pendapatan Domestik Bruto sebesar

570.439,8 atau sebesar 11,71%.

Page 22: ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35717/1/ANNISA... · ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN ... serta

2

Tabel 1.1

Data Perkembangan Usaha Mikro, Kecil, Menengah (UMKM) dan Usaha Besar

Tahun 2012-2013

No Indikator Satuan Tahun 2012 Tahun 2013 Perkembangan

Tahun 2012-2013

Jumlah Pangsa

(%)

Jumlah Pangsa

(%)

Jumlah Pangsa

(%)

1 Unit Usaha

(A+B)

A. Usaha

Mikro,

Kecil dan

Menengah

(UMKM)

- Usaha

Mikro

(UM)

- Usaha

Kecil

(UK)

- Usaha

Menen

gah

(UM)

B. Usaha

Besar (UB)

(unit) 56.539.560

56.534.592

55.856.176

629.418

48.997

4.968

99,99

98,79

1,11

0,09

0,01

57.900.787

57.895.721

57.189.393

654.222

52.106

5.066

99,99

98,77

1,13

0,09

0,01

1.361.227

1.361.129

1.333.217

24.803

3.110

98

2,41

2,41

2,39

3,94

6,35

1,97

2 Tenaga Kerja

(A+B)

A. Usaha

Mikro,

Kecil dan

Menengah

(UMKM)

- Usaha

Mikro

(UM)

- Usaha

Kecil

(UK)

- Usaha

Menen

gah

(UM)

B. Usaha

Besar (UB)

(orang) 110.808.154

107.657.509

99.859.517

4.535.970

3.262.023

3.150.645

97,16

90,12

4,09

2,94

2,84

117.681.244

114.144.082

104.624.466

5.570.231

3.949.385

3.537.162

96,99

88,90

4,73

3,36

3,01

6.873.090

6.486.573

4.764.949

1.034.262

687.363

386.517

6,20

6,03

4,77

22,80

21,07

12,27

Page 23: ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35717/1/ANNISA... · ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN ... serta

3

3 PDB atas

Dasar Harga

Berlaku (A+B)

A. Usaha

Mikro,

Kecil dan

Menengah

(UMKM)

- Usaha

Mikro

(UM)

- Usaha

Kecil

(UK)

- Usaha

Menen

gah

(UM)

B. Usaha

Besar (UB)

(Rp.

Milyar

)

8.241.864,3

4.869.568,1

2.951.120,6

798.122,2

1.120.325,3

3.372.296,1

59,08

35,81

9,68

13,59

40,92

9.014.951,2

5.440.007,9

3.326.564,8

876.385,3

1.237.057,8

3.574.943,3

60,34

36,90

9,72

13,72

39,66

773.086,9

570.439,8

375.444,2

78.263,1

116.732,5

202.647,2

9,38

11,71

12,72

9,81

10,42

6,01

4 PDB atas

Dasar Harga

Konstan 2000

A. Usaha

Mikro,

Kecil dan

Menengah

(UMKM)

- Usaha

Mikro

(UM)

- Usaha

Kecil

(UK)

- Usaha

Menen

gah

(UM)

B. Usaha

Besar (UB)

(Rp.

Milyar

)

2.525.120,4

1.451.460,2

790.825,6

294.260,7

366.373,9

1.073.660,1

57,48

31,32

11,65

14,51

42,52

2.670.314,8

1.536.918,8

807.804,50

342.579,19

386.535,07

1.133.396,05

57,56

30,25

12,83

14,48

42,44

145.194,4

85.458,5

16.978,9

48.318,5

20.161,1

59.735,9

5,75

5,89

2,15

16,42

5,50

5,56

Sumber: Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia

Berkembangnya Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia harus diikuti

pula dengan peningkatan daya saing dan keunggulan kompetitifnya agar

Page 24: ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35717/1/ANNISA... · ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN ... serta

4

mampu bertahan menghadapi berbagai peluang serta ancaman, baik ancaman

eksternal maupun ancaman internal. Peluang sekaligus ancaman yang akan

dihadapi oleh UKM salah satunya adalah Masyarakat Ekonomi ASEAN atau

yg disingkat dengan MEA, yang diberlakukan pada akhir tahun 2015.

MEA merupakan sebuah gagasan dari para pemimpin ASEAN dan seluruh

negara-negara ASEAN yang bertujuan untuk menciptakan pembangunan

negara-negara ASEAN dengan melakukan integrasi ekonomi yaitu aliran

bebas barang, jasa, investasi dan tenaga kerja terdidik antar negara ASEAN.

Dengan adanya MEA maka akan terjadi perdagangan bebas (free trade),

penghilangan tarif perdagangan antar negara ASEAN, serta pasar tenaga kerja

dan pasar modal yang bebas. Deklarasi Masyarakat Ekonomi ASEAN

bertujuan membentuk ASEAN sebagai pasar tunggal dan basis produksi yang

menggerakan para pelaku usaha, suatu kawasan dengan membangun ekonomi

yang merata, kawasan ekonomi yang berdaya saing tinggi serta kawasan yang

terintegrasi penuh dengan ekonomi global.

Usaha kecil dan menengah (UKM) termasuk usaha mikro merupakan

bagian tulang punggung perekonomian Negara-negara anggota ASEAN.

UKM merupakan sumber terbesar dari pendapatan lokal disamping semua

sektor ekonomi, baik pada area pedesaan dan perkotaan. Sektor UKM yang

kuat, dinamis dan efisien menentukan perkembangan ekonomi yang

berkelanjutan. Oleh sebab itu, dorongan dan promosi UKM yang kompetitif

dan inofatif dibutuhkan dalam memberikan kontribusi pada pertumbuhan

ekonomi wiliayah ASEAN yang lebih baik (ASEAN Policy Blueprint for SME

Page 25: ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35717/1/ANNISA... · ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN ... serta

5

Development, 2009: 1). Untuk menghadapi MEA para pelaku UKM harus

mengambil langkah-langkah strategis agar dapat menghadapi persaingan

dengan para pelaku UKM dari Negara ASEAN lainnya. Yang menjadi

pertanyaan besar bagi para pelaku UKM di Indonesia tentunya adalah tentang

kesiapan mereka dalam mempersiapkan strategi-strategi bersaing dan kesiapan

dalam menghadapi berbagai jenis produk asing yang sampai saat ini sudah

dapat ditemukan dibanyak tempat di Indonesia.

Michael Porter menawarkan dua strategi bersaing untuk mengungguli para

pesaing dalam bisnis yaitu biaya rendah dan diferensiasi. Biaya rendah adalah

kemampuan perusahaan atau sebuah unit bisnis untuk merancang, membuat

dan memasarkan sebuah produk sebanding dengan cara yang lebih efisien

daripada pesaingnya. Sedangkan diferensiasi adalah kemampuan untuk

menyediakan nilai unik dan superior kepada pembeli dari segi kualitas,

keistimewaan/ciri-ciri khusus atau layanan purna-jual (J. David Hunger dan

Thomas L. Wheelen, 2003: 245).Dari kedua strategi tersebut, strategi

diferensiasi lebih unggul dalam menghasilkan laba yang lebih tinggi daripada

strategi biaya rendah karena dengan adanya diferensiasi mengakibatkan

produk sulit untuk tersaingi.

Karena keunggulan strategi diferensiasi tersebut, maka para pelaku usaha

perlu untuk meningkatkan kualitas produknya. Russel dalam Ariani (2002:9)

mengidentifikasi tujuh peran kualitas, yaitu:

1. Meningkatkan reputasi perusahaan

2. Menurunkan biaya

Page 26: ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35717/1/ANNISA... · ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN ... serta

6

3. Meningkatkan pangsa pasar

4. Dampak internasional

5. Adanya pertanggungjawaban produk

6. Penampilan produk

7. Mewujudkan kualitas yang dirasa penting.

Untuk menciptakan produk yang berkualitas, maka diperlukan suatu

pengendalian mutu proses produksi yang berkelanjutan. Sehingga nantinya

UKM mampu menghasilkan produk dengan mutu yang baik sesuai dengan

kebutuhan konsumen yang berdampak pada kesetiaan konsumen terhadap

produk UKM.

Dalam proses pengendalian mutu produksi tidak hanya dapat diketahui

produk memenuhi standar atau tidak, tetapi dapat membantu para pelaku

usaha untuk memusatkan perhatiannya pada perbaikan mutu. Produk yang

dihasilkan oleh UKM harus selalu diperiksa agar selalu terjaga kualitasnya

dan agar dapat mengetahui produk-produk yang tidak memenuhi standar agar

tidak sampai ketangan konsumen.

Gambaran mengenai kualitas produk UKM dapat diketahui melalui

metode Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management). Manajemen

Mutu Terpadu adalah sebuah metode dengan budaya, sikap dan struktur

organisasi dari sebuah perusahaan yang berusaha untuk menyediakan

pelanggan dengan produk dan jasa yang memenuhi atau melebihi kebutuhan

mereka dengan melibatkan manajemen dan seluruh karyawan dalam perbaikan

terus-menerus terhadap produk dan jasa yang diproduksi dengan mengurangi

Page 27: ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35717/1/ANNISA... · ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN ... serta

7

kerugian akibat praktik-praktik pemborosan, pembuangan dan cacat (Thomas

Sumarsan, 2010: 185). Christine Dwi dalam penelitiannya pada tahun 2012

yang berjudul Kajian Teoritis Sistem Manajemen Mutu pada Usaha Kecil

Menengah Menghadapi Tantangan Globalisasi menyimpulkan bahwa Sistem

Manajemen Mutu terbaik yang diterapkan untuk Usaha Kecil Menengah

adalah:

1. Kegiatan untuk menjamin mutu produk pada UKM ada tiga hal:

perencanaan mutu, pengendalian mutu dan perbaikan mutu, agar mutu

produk selalu terjamin kualitasnya.

2. Untuk menjamin kualitas produk secara sah ada ketentuan standarisasi

di Indonesia yang berlaku adalah SNI (Standar Nasional Indonesia),

ada proses dan biaya sertifikasinya, SNI ini diterapkan secara wajib

bagi produk-produk tertentu yang berlisensi beredar resmi di pasaran

dengan skala nasional dan internasional. Karena SNI sudah

mengadopsi ISO.

3. Untuk Produk yang diekspor secara internasional sebaiknya

menerapkan ISO dalam Sistem Manajemen Mutu Produk yang

dihasilkan ISO 9001:2000.

4. Penerapan model sistem Manajemen Mutu pada UKM dalam bentuk

EFQM yang diterapkan di Eropa dapat diterapkan di UKM yang

ekspor ke Eropa yang mengukur kinerja sistem dan hasil yang dicapai

secara ideal.

Page 28: ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35717/1/ANNISA... · ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN ... serta

8

5. TQM menggambarkan penekanan mutu yang memacu seluruh

organisasi dalam UKM, mulai dari pemasok sampai konsumen untuk

kualitas produk terbaik.

Atas dasar begitu rumit serta pentingnya proses produksi dalam

menentukan kualitas sebuah produk sepatu yang dihasilkan UKM di daerah

Bogor, memberikan ide kepada peneliti untuk melakukan analisis terhadap

pengendalian mutu produksi. Dengan menggunakan pendekatan Statistical

Quality Control (SQC) dapat diketahui kualitas proses produksi dan kualitas

hasil akhir yang ditunjukan dengan jumlah produk cacat/rusak berada pada

batas hasil Upper Control Limit (UCL) atau Lower Control Limit (LCL).

Sedangkan dengan menggunakan pendekatan Lean Six Sigma dengan metode

Define, Measure, Analyze, Improve, dan Control (DMAIC) dapat

mengidentifikasi dan mengeliminasi pemborosan, pembuangan dan cacat pada

proses produksi akibat non value added activity yang membuat proses

produksi menjadi semakin lama.

1.2 Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan

masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pengendalian mutu pada proses produksi UKM Penghasil

Sepatu Daerah Bogor?

2. Bagaimana kualitas proses produksi pada UKM Penghasil Sepatu Daerah

Bogor?

Page 29: ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35717/1/ANNISA... · ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN ... serta

9

3. Apa penyebab kecacatan/kerusakan pada proses produksi UKM Penghasil

Sepatu Daerah Bogor?

4. Apa faktor utama yang paling mempengaruhi mutu UKM Penghasil

Sepatu Daerah Bogor?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Menganalisis pengendalian mutu proses produksi UKM Penghasil Sepatu

Daerah Bogor.

2. Menganalisis kualitas proses produksi pada UKM Penghasil Sepatu

Daerah Bogor.

3. Mengidentifikasi penyebab kecacatan/kerusakan pada proses produksi

UKM Penghasil Sepatu Daerah Bogor.

4. Mengidentifikasi faktor utama yang paling mempengaruhi mutu UKM

Penghasil Sepatu Daerah Bogor .

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi semua pihak,

diantaranya:

a. Bagi UKM, memberikan informasi yang baik untuk mengetahui kinerja

pengendalian mutu produksi dan kualitas produk akhir dalam rangka

meningkatkan kualitas UKM. Serta membantu pula menyelesaikan

masalah kecacatan/kerusakan dan pemborosan yang sering terjadi dalam

Page 30: ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35717/1/ANNISA... · ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN ... serta

10

proses produksi, sehingga dapat mengurangi biaya produksi dan

meningkatkan laba UKM.

b. Sebagai referensi dan informasi bagi peneliti yang lain yang akan

melakukan penelitian pada ruang lingkup yang sama dalam rangka

mengkaji lebih jauh lagi tentang masalah ini.

c. Dalam penelitian ini, peneliti mengharapkan dapat menambah informasi

dan pengetahuan serta dapat dijadikan sebagai pengembang ilmu

pengetahuan khususnya tentang analisis pengendalian mutu produksi pada

UKM.

Page 31: ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35717/1/ANNISA... · ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN ... serta

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Produksi dan Operasi (Production and Operation)

Pengertian produksi dan operasi dalam ekonomi adalah merupakan

kegiatan yang berhubungan dengan usaha untuk menciptakan dan

menambah kegunaan atau utilitas suatu barang atau jasa (Sofjan Assauri,

2008: 18).Produksi dan operasi adalah kegiatan mengolah masukan (input)

menjadi produk barang atau jasa (output)dengan menggunakan berbagai

sumber daya yang dimiliki. Masukan yang dimaksud dalam proses produksi

dan operasi ini adalah bahan baku, listrik, bahan bakar, sumber daya

manusia dan dana atau modal.

Fungsi utama dari proses produksi dan operasi ini adalah menghasilkan

barang atau jasa yang berkualitas dan memilik manfaat bagi konsumen,

sehingga dapat memberikan hasil pendapatan bagi suatu usaha. Selain fungsi

tersebut, menurut Prof. Dr. Sofjan Assauri terdapat empat fungsi terpenting

dalam fungsi produksi dan operasi, yaitu:

a. Proses pengolahan, merupakan metode atau teknik yang digunakan

untuk pengolahan masukan (inputs).

b. Jasa-jasa penunjang, merupakan sarana yang berupa

pengorganisasian yang perlu untuk penetapan teknik dan metode

Page 32: ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35717/1/ANNISA... · ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN ... serta

12

yang akan dijalankan, sehingga proses pengolahan dapat

dilaksanakan secara efektif dan efisien.

c. Perencanaan, merupakan penetapan keterkaitan dan

pengorganisasian dari kegiatan produksi dan operasi yang akan

dilakukan dalam suatu dasar waktu atau periode teretentu.

d. Pengendalian atau pengawasan, merupakan fungsi untuk menjamin

terlaksananya kegiatan sesuai dengan yang direncanakan, sehingga

maksud dan tujuan untuk penggunaan dan pengolahan masukan

(inputs) pada kenyataannya dapat dilaksanakan.

Gambar 2.1

Sistem Produksi dan Operasi

Informasi Umpan Balik

Sumber: Prof. Dr. Sofjan Assauri (2008)

Sistem produksi dan operasi tidak dapat dilakukan sendiri, tetapi

dilakukan dengan kerjasama oleh sejumlah orang. Sehingga dalam proses

produksi dan operasi diperlukan suatu manajemen untuk

Masukan:

- Bahan

- Tenaga kerja

- Mesin

- Energi

- Modal

- Informasi

Transformasi:

Proses Konversi

Keluaran:

Barang atau Jasa

Page 33: ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35717/1/ANNISA... · ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN ... serta

13

mengoordinasikan dan mengatur faktor-faktor produksi agar proses

produksi dan operasi dapat berjalan secara efektif dan efisien. Manajemen

produksi dan operasi merupakan proses pencapaian dan pengutilisasian

sumber-seumber daya untuk memproduksi atau menghasilkan barang-

barang atau jasa-jasa yang berguna sebagai usaha untuk mencapai tujuan

dan sasaran organisasi (Sofjan Assauri, 2008: 19). Dalam manajemen

produksi dan operasi terdapat beberapa hal yang dilakukan, seperti: (1)

Penyusunan rencana produksi dan operasi. (2) Perencanaan dan

pengendalian persediaan dan pengadaan bahan baku. (3) Pemeliharaan

atau perawatan (maintenanace) mesin dan peralatan. (4) Pengendalian

mutu. (5) Pengelolaan tenaga kerja dalam proses produksi dan operasi,

desain tugas dan pekerjaan, dan pengukuran kerja.

2.1.2 Mutu atau Kualitas (Quality)

Mutu atau kualitas merupakan hal terpenting dalam membuat sebuah

produk barang atau jasa. Dengan adanya mutu atau kualitas yang baik dapat

menciptakan keinginan pelanggan untuk menggunakan barang atau jasa

yang kita tawarkan. Sejalan dengan perkembangan dalam dunia usaha dan

bidang teknologi, maka para pelaku usaha berusaha untuk menjaga reputasi

dan nama baik dengan mempertahankan bahkan meningkatkan kualitas

produk barang atau jasanya agar mampu menghadapi para pesaing dan

bertahan dalam pangsa pasar.

Page 34: ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35717/1/ANNISA... · ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN ... serta

14

Mutu atau kualitas dipengaruhi oleh beberapa faktor yang menentukan

bahwa suatu barang dapat memenuhi tujuannya (Sofjan Assauri, 293: 2008):

a. Fungsi Suatu Barang

Suatu barang yang dihasilkan hendaknya memerhatika fungsi

untuk apa barang tersebut digunakan atau dimaksudkan, sehingga

barang-barang yang dihasilkan harus dapat benar-benar memenuhi

fungsi tersebut.

b. Wujud Luar

Salah satu faktor yang penting dan sering digunakan oleh

konsumen dalam melihat suatu barang pertama kalinya, untuk

menentukan mutu barang tersebut, adalah wujud luar barang

tersebut.

c. Biaya Barang Tersebut

Umumnya biaya dan harga suatu barang akan dapat menentukan

mutu barang tersebut. Hal ini terlihat dari barang-barang yang

mempunyai biaya atau harga yang mahal, dapat menunjukkan bahwa

mutu barang tersebut relatif lebih baik. Demikian pula sebaliknya,

bahwa barang-barang yang mempunyai biaya atau harga yang murah

dapat menunjukkan bahwa mutu barang tersebut relatif lebih rendah.

Ini terjadi, karena biasanya untuk mendapatkan mutu yang baik

dibutuhkan biaya yang lebih mahal.

Para pelaku bisnis cenderung mempertahankan dan meningkatkan

kualitas atau mutu sesuai dengan kebutuhan pelanggannya. Namun, untuk

Page 35: ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35717/1/ANNISA... · ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN ... serta

15

menghasilkan kualitas atau mutu tersebut dibutuhkan biaya yang disebut

dengan biaya mutu (Quality Cost). Biaya mutu dikelompokkan menjadi

(Sofjan Assauri, 295: 2008):

a. Biaya Pencegahan (Prevention), biaya-biaya yang diperlukan dalam

melakukan usaha-usaha untuk mencapai suatu mutu tertentu, agar

jangan sampai terjadi barang-barang produk yang cacat.

b. Biaya Penaksiran (Appraisal), biaya-biaya yang dibutuhkan dalam

melakukan pengecekan dan usaha-usaha lainnya yang diperlukan

untuk menjaga mutu. Dengan kata lain, biaya penaksiran merupakan

biaya yang diperlukan untuk melakukan penilaian atas mutu dari

barang-barang yang dihasilkan.

c. Biaya Kegagalan (Failure), biaya-biaya yang disebabkan oleh faktor-

faktor internal yang di dalam hal ini disebut dengan kegagalan

internal, seperti biaya-biaya yang dikeluarkan pada saat pengolahan

(processing). Biaya-biaya yang berhubungan dengan kegagalan

eksternal (external failure) meliputi biaya-biaya yang dikeluarkan

untuk perbaikan atau penggantian dari produk yang gagal atau rusak

sesudah sampai ditangan pembeli, maupun untuk usaha-usaha

penyelidikan dan perubahan desain sebagai akibat gagalnya suatu

produk dalam pasaran.

2.1.3 Pengendalian Mutu atau Kualitas (Quality Control)

Pengendalian kualitas adalah suatu aktivitas (manajemen perusahaan)

untuk menjaga dan mengarahkan kualitas produk (jasa) perusahaan dapat

Page 36: ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35717/1/ANNISA... · ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN ... serta

16

dipertahankan sebagaimana yang direncanakan (Agus Ahyari, 2002:

239).Dimana pengertian kualitas menurut lima pakar Manajemen Mutu

Terpadu yaitu (M.N. Nasution, 2005: 15):

(1) Menurut Juran, kualitas produk adalah kecocokan penggunaan

produk (find for use) untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan

pelanggan. Kecocokan penggunaan itu didasarkan pada teknologi,

psikologi, waktu, kontraktual, dan etika. Kecocokan penggunaan

suatu produk adalah apabila produk mempunyai daya tahan

penggunaan yang lama, meningkatkan citra atau status konsumen

yang memakainya, tidak mudah rusak, adanya jaminan kualitas

(quality assurance) dan sesuai etika bila digunakan.

(2) Menurut Crosby, kualitas adalah conformance to requirement, yaitu

sesuai yang diisyaratkan atau distandarkan. Suatu produk memiliki

kualitas apabila sesuai dengan standar kualitas yang telah ditentukan.

Standar kualitas meliputi bahan baku, proses produksi dan produk

jadi.

(3) Menurut Deming, kualitas adalah kesesuaian dengan kebutuhan

pasar.

(4) Menurut Feigenbaum, kualitas adalah kepuasan pelanggan

sepenuhnya (full customer satisfaction). Suatu produk dikatakan

berkualitas apabila dapat memberi kepuasan sepenuhnya kepada

konsumen, yaitu sesuai dengan apa yang diharapkan konsumen atas

suatu produk.

Page 37: ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35717/1/ANNISA... · ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN ... serta

17

(5) Menurut Garvin, kualitas adalah suatu kondisi dinamis yang

berhubungan dengan produk, manusia atau tenaga kerja, proses dan

tugas, serta lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan

pelanggan atau konsumen.

Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesiapengertian

pengendalian adalah proses, cara, perbuatan mengendalikan; pengekangan;

pengawasan atas kemajuan (tugas) dengan membandingkan hasil dan

sasaran secara teratur serta menyesuaikan usaha (kegiatan) dengan hasil

pengawasan.

Sehingga dapat penulis simpulkan bahwa pengendalian kualitas

adalahaktivitas pengawasan atau pemeriksaan suatu proses produksi agar

berjalan sesuai dengan standar yang ditetapkan yang melibatkan sumber

daya bahan baku dan manusia, teknologi serta lingkungan yang hasilnya

dapat sesuai bahkan melebihi ekspektasi atau kebutuhan konsumen,

sehingga dapat tercipta suatu loyalitas pelanggan terhadap produk atau jasa

yang dihasilkan.

Ilmu pendidikan selalu berkembang, begitupula dengan konsep

pengendalian mutu yang mengalami lima tahap perkembangan yaitu:

(1) Tahap pertama dikenal sebagai era tanpa mutu. Masa ini dimulai

sebelum abad ke-18 dimana produk yang dibuat tidak diperhatikan

mutunya. Hal seperti ini mungkin terjadi karena pada saat itu belum

Page 38: ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35717/1/ANNISA... · ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN ... serta

18

ada persaingan (Monopoli) dalam era modern saat ini, praktik seperti

ini masih bisa dijumpai.

(2) Era inspeksi. Era ini mulai berlangsung sekitar tahun 1800-an,

dimana pemilihan produk akhir dilakukan dengan cara melakukan

inspeksi seblum dilepas ke konsumen. Tanggung jawab mutu produk

diserahkan sepenuhnya ke dapertemen inspeksi (quality control).

(3) Statistical Quality Control Era (Pengendalian Mutu Secara Statistik).

Era ini dimulai tahun 1930 oleh Walter Shewart dari Bell Telephone

Laboratories. Departemen inspeksi dilengkapi denngan alat dan

metode statistik untuk mendeteksi penyimpangan yang terjadi pada

produk yang dihasilkan departemen produksi. Departemen produksi

menggunakan data tersebut untuk melakukan perbaikan terhadap

sistem dan proses.

(4) Quality Assurance Era. Era ini mulai berkembang tahun 1950-an.

Konsep mutu meluas dari sebatas tahap produksi ke tahap desain dan

berkoordinasi dengan departemen jasa (Mainenance, Gudang, dan

lain-lain). Manajemen mulai terlibat dalam penentuan supplier.

Konsep biaya mutu mulai dikenal, bahwa aktivitas pencegahan

akang mengurangi pengeluaran daripada upaya perbaikan cacat yang

sudah terjadi. Desain yang salah misalnya akan mengakibatkan

kesalahan produksi atau instalasi, oleh sebab itu sangat dibutuhkan

ketelitian desain untuk mengurangi biaya. Contoh dari era ini adalah

penggunaan ISO 9000 versi 1994.

Page 39: ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35717/1/ANNISA... · ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN ... serta

19

(5) Strategic Quality Management / Total Quality Management. Dalam

era ini keterlibatan manajemen puncak sangat besar dalam

menjadikan kualitas sebagai modal untuk menepatkan perusahaan

siap bersaing dengan kompetitor. Sistem ini didefinisikan sebagai

sitem manajemen strategis dan integratif yang melibatkann semua

manajer dan karyawan serta menggunakan metode-metode kualitatif

dan kuantitatif untuk memperbaiki proses-prose organisasi secara

berkesinambungan agar dapat memenuhi dan melampaui harapan

pelanggan. Contoh era ini adalah penggunaan sistem manajemen

mutu ISO 9000 versi 2000 dan 2008.

Untuk dapat memenuhi kepuasan konsumen, maka dibuat karakteristik-

karakteristik mutu produk yang kemudian dirumuskan dalam standar mutu.

Standar mutu berfungsi sebagai batasan mutu yang harus dipenuhi agar

produk yang dihasilkan sesuai dengan apayang diharapkan pelanggan. Oleh

karena itu pengendalian mutu tidak lepas dari penetapan standar mutu yang

diuraikan sebagai berikut (Agus Ahyari, 2002: 246):

a. Standar bahan baku, meliputi :

(1) Standar mutu bahan baku

Mutu bahan baku ini sangat besar pengaruhnya terhadap

terciptanya mutu produk yang baik. Bahan baku yang mempunyai

mutu yang stabil, setidaknya akan menunjang stabilitas dari mutu

produk yang dihasilkan.

Page 40: ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35717/1/ANNISA... · ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN ... serta

20

(2) Standar penggunaan bahan baku

Merupakan alat untuk mengadakan pengendalian penggunaan

bahan baku,sehingga penggunaan bahan baku akan terencana dan

tidak terjadi penyimpangan.

(3) Standar harga bahan baku

Dalam hal ini perusahaan akan dapat memperkirakan kebutuhan

dana untuk bahan baku yang dibutuhkan.

b. Standar tenaga kerja, meliputi :

(1) Standar upah

Pemberian upah atau gaji dengan dasar perhitungan yang mudah

dimengerti oleh para karyawan akan membuat para karyawan puas.

(2) Standar jam kerja

Merupakan suatu standar dari jumlah waktu yang menyelesaikan

suatu unit pekerjaan.

c. Standar peralatan produksi, meliputi :

Standar kapasitas, bentuk dan ukuran. Hal ini sangat erat

hubungannya dalam penentuan tingkat operasi yang optimal. Mesin-

mesin yang tidak mempunyai ukuran standar akan mengalami kesulitan

dalam mencari suku cadang serta akan mengakibatkan sulitnya

perbaikan-perbaikan yang harus dilaksanakan apabila terjadi kerusakan.

d. Standar mutu produk, meliputi :

Daya tahan produk dan daya guna produk, dimaksudkan sebagai

ketahanan produk tersebut dalam penggunaannya.Sedangkan daya guna

Page 41: ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35717/1/ANNISA... · ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN ... serta

21

adalah kegunaan produk tersebut. Semakin tinggi tingkat kegunaannya

akan semakin besar pula manfaat yang dapat diperoleh oleh

pembeliannya.

Standar mutu diterapkan mulai dari pemilihan bahan baku, proses

produksi dan peralatan yang digunakan, hasil akhir produk, dan distribusi

produk sampai ke tangan konsumen, hingga faktor lain seperti kesejahteraan

karyawan. Semakin kecil tingkat kesalahannya, maka produk yang

dihasilkan akan memiliki kualitas yang baik pula.

Terlepas dari komponen yang dapat dijadikan obyek pengukuran

kualitas, secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas dapat

diklasifikasikan sebagai berikut (Zulian Yamit, 2005: 349)

a. Fasilitas operasi seperti kondisi fisik bangunan

b. Peralatan dan perlengkapan

c. Bahan baku atau material

d. Pekerjaan ataupun staf organisasi

Secara khusus faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas diuraikan

sebagai berikut (Zulian Yamit, 2005: 350):

a. Pasar atau tingkat persaingan

Persaingan sering merupakan penentu dalam menetapkan tingkat

kualitas output suatu perusahaan, makin tinggi tingkat persaingan akan

memberikan pengaruh pada perusahaan untuk menghasilkan produk

yang berkualitas. Dalam era bebas yang akan datang konsumen dapat

Page 42: ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35717/1/ANNISA... · ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN ... serta

22

berharap untuk mendapatkan produk yang berkualitas dengan harga

yang lebih murah.

b. Tujuan Organisasi (Organization obyectives)

Apakah perubahaan bertujuan untuk menghasilkan output tinggi,

barang yang berharga rendah (low price product) atau menghasilkan

barang yang berharga mahal, exklusif (exclusive expensive product).

c. Testing Produk (product testing)

Testing yang kurang memadai terhadap produk yang dihasilkan

dapat berakibat kegagalan dalam mengungkapkan kekurangan yang

terdapat pada produk.

d. Desain Produk (product design)

Cara mendesain produk pada awalnya dapat menentukan kualitas

produk itu sendiri.

e. Proses Produksi (production process)

Prosedur untuk memproduksi produk dapat juga menentukan

kualitas produk yang dihasilkan.

f. Kualitas Input (quality of inputs)

Jika bahan yang digunakan tidak memenuhi standar, tenaga kerja

tidak terlatih, atau perlengkapan yang digunakan tidak tepat, akan

berakibat pada produk yang dihasilkan.

g. Perawatan perlengkapan (equipment maintenance)

Apabila perlengkapan tidak dirawat secara tepat atau suku cadang

tidak tersedia maka kualitas produk akan kurang dari semestinya.

Page 43: ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35717/1/ANNISA... · ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN ... serta

23

h. Standar Kualitas (quality standart)

Jika perhatian terhadap kualitas dalam organisasi tidak nampak,

tidak ada testing maupun inspeksi, maka output yang berkualitas tinggi

sulit dicapai.

i. Umpan balik konsumen (customer feedback)

Jika perusahaan kurang sensitif terhadap keluhan-keluhan

konsumen, kualitas tidak akan meningkat.

Produk, bukan hanya ditentukan dari output produk yang

dihasilkan.Faktor-faktor pada lingkungan sekitar seperti kondisi peralatan-

peralatan kerja dan konsistensi perusahaan untuk selalu berinovasi sesuai

dengan selera pasar juga memiliki peranan penting dalam menentukan

berkualitasnya suatu produk.

2.1.4 Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management)

Manajemen Mutu Terpadu adalah sebuah metode dengan budaya, sikap

dan struktur organisasi dari sebuah perusahaan yang berusaha untuk

menyediakan pelanggan dengan produk dan jasa yang memenuhi atau

melebihi kebutuhan mereka dengan melibatkan manajemen dan seluruh

karyawan dalam perbaikan terus-menerus terhadap produk dan jasa yang

diproduksi dengan mengurangi kerugian akibat praktik-praktik pemborosan,

pembuangan dan cacat (Thomas Sumarsan, 2010: 185).Dengan

menggunakan metode Manajemen Mutu Terpadu ini biasanya UKM mampu

mengurangi biaya produksi dan meningkatkan laba, karena UKM mampu

Page 44: ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35717/1/ANNISA... · ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN ... serta

24

menjalankan proses produksinya dengan benar sesuai dengan standar yang

berlaku.

Bagi UKM yang menggunakan metode Manajemen Mutu Terpadu

biasanya mengutamakan kepuasan pelanggan, karena pada metode ini mutu

ditentukan oleh pelanggan. Para pelaku UKM beranggapan bahwa

pelanggan merupakan faktor penyebab keberlangsungan hidup, karena

pelanggan yang akan menggunakan produk atau jasa yang dihasilkan.

Di kutip dari buku Sistem Pengendalian Manajemen karya Thomas

Sumarsan, terdapat beberapa pendapat tentang manajemen mutu terpadu

diantaranya:

a. William Edward Deming mengungkapkan empat belas pokok butiran

yang merupakan ikhtisar dari pandangan beliau mengenai apa yang

harus dilakukan oleh sebuah organisasi untuk sebuah perbaikan secara

berkesinambungan (Continous Improvement):

(1) Menciptakan keinginan yang teguh untuk mencapai

peningkatan mutu produk dan jasa sehingga dapat menjadi

kompetitif, tetap bertahan di dalam dunia usaha dan penyediaan

lapangan kerja.

(2) Menganut filsafat yang baru. Manajem harus belajar bahwa

sekarang berada dalam era perekonomian baru dan bersiaplah

menghadapi tantangan, pahami tanggung jawabnya, dan

lakukan prinsip-prinsip kepemimpinan menghadapi perubahan.

Page 45: ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35717/1/ANNISA... · ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN ... serta

25

(3) Berhentilah menggantungkan diri pada inspeksi untuk

mencapai mutu. Bangun mutu sejak dari awal.

(4) Berhentilah memberikan kontrak berdasarkan basis penawaran

palng murah. Tetapi meminimisasikan biaya total dengan

bermitra dengan pemasok dengan membina hubungan jangka

panjang.

(5) Meningkatkan sistem produksi dan pelayanan secara terus-

menerus dan selamanya, untuk meningkatkan mutu dan

produktivitas, dan karenanya secara terus-menerus akan

menurunkan biaya.

(6) Melaksanakan latihan kerja.

(7) Melaksanakan prinsip-prinsip kepemimpinan. Tujuan

kepemimpinan hendaklah untuk menolong orang dan teknologi

bekerja dengan lebih baik.

(8) Membuang jauh-jauh rasa ketakutan pada pekerja sehingga

semua orang dapat bekerja secara efektif.

(9) Membuang jauh-jauh semua hambatan antar departemen

sehingga orang-orang dapat bekerja sebagai sebuah tim.

(10) Membuang semua slogan-slogan, peringatan-peringatan, dan

target-terget bagi tenaga kerja. Semua itu akan menciptakan

hubungan yang bermusuhan.

(11) Menghilangkan kuota dan manajemen berdasarkan tujuan.

Page 46: ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35717/1/ANNISA... · ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN ... serta

26

(12) Menyingkirkan hambatan yang dapat mmerampok kebanggan

akan keterampilan para pekerja.

(13) Melaksanakan program pendidikan dan peningkatan pribadi

secara giat.

(14) Mengusahakan agar transformasi menjadi pekerjaan semua

orang dan melibatkan semua orang untuk melakukannya.

Di Indonesia, penerapan prinsip Deming membutuhkan pendidikan

dan pelatihan kepada pekerja untuk menghilangkan pengawasan yang

ketat ataupun menghilangkan seluruh pengawasan.

b. Joseph M. Juran berkontribusi dalam langkah dasar untuk maju, langkah

peningkatan mutu dan trilogi Juran.

Juran – Langkah Dasar untuk Maju

(1) Capailah peningkatan terstruktur dengan basis yang terus-

menerus disertai dengan dedikasi dan keyakinan bahwa hal

itu sangat penting.

(2) Laksanakan program pelatihan yang ekstensif.

(3) Tegakkan komitemen dan kepemimpinan pada manejemen

yang lebih tinggi.

Juran – Kagiatan untuk Perbaikan Mutu

(1) Bangun kesadaran tentang kebutuhan akan peningkatan mutu

dan pelang bagi peningkatan mutu.

(2) Tentukan sasaran bagi peningkatan.

Page 47: ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35717/1/ANNISA... · ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN ... serta

27

(3) Pengorganisasian untuk mencapai sasaran yang telah

ditetapkan itu.

(4) Laksanakan pelatihan.

(5) Implementasikan proyek-proyek yang bertujuan untuk

memecahkan masalah.

(6) Buat laporan perkembangan/kemajuan.

(7) Beri penghargaan.

(8) Komunikasikan hasil-hasil yang dicapai.

(9) Pertahankan tingkat keberhasilan.

(10) Jaga momentum dengan cara membuat peningkatan pada

sistem regular perusahaan.

Trilogi Juran

Perencanaan Mutu

(1) Kenali siapa sebenarnya pelanggan.

(2) Pelajari kebutuhan pelanggan.

(3) Buatlah produk yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan

pelanggan itu.

(4) Ciptakan sistem dan proses yang dapat memberi kemampuan

kepada organisasi untuk memproduksi produk.

(5) Sebar luaskan perencanaan tersebut hingga k tingkat

operasional.

Pengendalian Mutu

(1) Penilaian kinerja mutu aktual.

Page 48: ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35717/1/ANNISA... · ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN ... serta

28

(2) Bandingkan kinerja dengan sasaran.

(3) Lakukan tindakan atas terjadinya perbedaan antara kinerja

dengan sasaran.

(4) Peningkatan mutu.

(5) Peningkatan mutu harus dilaksanakan dan

berkesinambungan.

(6) Ciptakan infrastruktur yang diperlukan untuk melaksanakan

peningkatan mutu secara tahunan.

(7) Identifikasi bidang/daerah yang memerlukan peningkatan dan

laksanakan proyek-proyek peningkatan.

(8) Bentuk tim proyek dengan tanggung jawab untuk

meyelesaikan masing-masing proyek peningkatan.

(9) Lengkapi tim-tim tersebutdengan apa yang dibutuhkan

mereka agar mampu mendiagnosis masalah untuk mencari

akar penyebab masalah, cari solusi, dan ciptakan kendali

yang akan dapat mepertahankan hasil yang diperoleh.

c. Philip B. Crosby mengungkapkan konsep manajemen “zero defects”

dan pencegahan (prevention) yang dituangkannya dalam Quality

Vaccine dan kegiatan untuk peningkatan mutu.

Vaksin Mutu (Quality Vaccine)

(1) Kebulatan tekad

(2) Pendidikan

(3) Implementasi

Page 49: ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35717/1/ANNISA... · ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN ... serta

29

Crosby – Kegiatan untuk Peningkatan Mutu

(1) Menunjukan secara jelas bahwa manajemen benar-benar

serius dengan masalah mutu dan akan menjalankannya

untuk jangka yang panjang.

(2) Membentuk tim-tim mutu yang bersifat antar departemen.

(3) Mengidentifikasi dimana masalah yang sekarang ataupun

yang potensial akan timbul.

(4) Meninjau biaya yang diperlukan untuk mutu dan jelaskan

bagaimana hal itu digunakan sebagai alat manajemen.

(5) Meningkatkan kesadaran dan komitmen pribadi semua

pekerja tentang mutu.

(6) Mengambil tindakan secara cepat untuk memperbaiki

masalah yang telah teridentifikasi.

(7) Melaksanakan program tanpa cacat.

(8) Melatih pengawas untuk melaksanakan tanggung jawabnya

dalam program mutu.

(9) Melangsungkan sebuah Hari Tanpa Cacat untuk menjamin

semua pekerja sadar bahwa ada arah baru di perusahaan.

(10) Mendorong semua pribadi dan tim untuk meneteapkan

tujuan peningkatan mutu.

(11) Mendorong semua pekerja agar mau menyampaikan pada

manajemen hambatan yang dihadapi mereka dalam rangka

pencapaian tujuan-tujuan mutu.

Page 50: ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35717/1/ANNISA... · ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN ... serta

30

(12) Menghargai pekerja yang mau berpartisipasi.

(13) Membentuk badan mutu untuk mempromosikan

komunikasi yang berkesinambungan.

(14) Mengulangi semua hal untuk menunjukkan bahwa

penigkatan mutu adalah sebuah proses yang tidak pernah

berakhir.

Prinsip Manajemen Mutu sebagaimana yang dikemukakan Masaake

Imae (1971) yang ditulis dalam bukunya berjudul 10 QC Maxims yang

kemudian juga menjadi acuan dalam standar ISO 9001. Instisari dari sepuluh

prinsip itu dapat dijelaskan secara singkat sebagai berikut:

1. Terapkan PDCA dalam Setiap Tindakan

Pengendalian dan perbaikan mutumerupakan kegiatan yang

berkelanjutan yang harus dijalankan secara sistematis dengan

menerapkan pendekatan manajemen (PDCA) PLAN,DO,CHECK

andACTION(urutan prioritas) dari setiap karakteristik.Setelah

memahami ekspektasi pelanggan terhadapkarakteristik mutu produk, kita

dapatmelanjutkan pertanyaantentang bagaimana kepentingan

relative(urutanprioritas)dari setiap karakteristik itu. Untuk menjawab

pertanyaan ini, kita dapat menggunakan suatu alat yang populer dewasa

ini, yaitu: Penyebaran Fungsi Mutu (Quality Function Deployment =

QFD). Dalam kenyataan, karakteristik mutu yang diinginkan oleh

pelanggan, tingkat ekspektasi pelanggandan kepentinganrelatif dari

setiap kriteria dapat saling bertentangan.

Page 51: ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35717/1/ANNISA... · ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN ... serta

31

2. Pengendalian mutu hendaknya dilakukan sejak awal atau sedini mungkin

pada setiap proses, sebab keterlambatan pengendalian akan menjadi

pemborosan yang tidak perlu yang sebenarnya perlu dicegah.

3. Jangan menyalahkan orang lain

Sikap menyalahkan orang lain tidak akan menyelesaikan masalah.

Sebaliknya akan menimbulkan masalah baru. Biladitemukan masalah,

jangan mencari siapa yang bersalah.Tetapi fikirkanlah penyebab

terjadinya masalah dan temukan langkah-langkah perbaikannya.

4. Bertindak berdasarkan prinsip prioritas.

Prinsip prioritas adalah prinsip mengutamakan yang utama, atau

mendahulukan yang penting dalam melakukan suatu tindakan. Sebelum

bertindak, pertimbangkan tingkat kepentingan dari apa yang akan

dilakukan. Bila tindakan itu terkait dengan pemecahan masalah, prioritas

hendaknya diberikan pada masalah yang paling penting atau paling besar

pengaruhnya dalam pencapaian tujuan. Biasanya dalam pemecahan

masalah juga berlaku prinsip pareto atau prinsip 20:80, artinya dalam

pemecahan suatu masalah, hendaknya prioritas diberikan pada 20%

penyebab utamanya yang menimbulakn dampak perbaikan 80%.

5. Proses berikutnya adalah Pelanggan.

Pelanggan adalah proses berikutnya yang menerima atau

menggunakan jasa atau produk dari proses sebelumnya.Konsephubungan

pelanggan-pemasokbiasdiaplikasikan secara internal maupun secara

eksternal.Secara internal, setiap proses adalah pelanggan saat menerima

Page 52: ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35717/1/ANNISA... · ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN ... serta

32

hasil kerja dari unit lain. Secara eksternal semua mata rantai produk,

mulai dari distributor, agen, pengecer sampai pembeli atau pemakai

langsung suatu produk atau jasa adalah termasukdalam pengertian

hubungan pelanggan-pemasok.Setiap proses berikutnya memiliki empat

hal pokok yang sangat penting dan menjadi fokus pemikiran bagi proses

sebelumnya.Empat hal pokok itu adalah kebutuhan, persyaratan,

harapan, dan persepsi.Kedua pihak hendaknya sebelumnya harus

memikirkan apa yang dibutuhkan, diisyaratkan, diharapakan dan

dipersepsikan oleh proses berikutnya. Upaya sistematis untuk

mengidentifikasi dan memenuhi empat hal pokok itu dinamakan fokus

pelanggan.

6. Setiap Tindakan Perbaikan Diikuti Pencegahan.

Tindakan koneksi adalah tindakan awal untuk menghilangkan

fenomena dari suatu kondisi yang tidak diinginkan.Kondisi yang tidak

diinginkan adalah masalah.Misalnya terjadi penyimpangan berat

produk.Setelah penyimpanagan dikoreksi, selanjutnya perlu dianalisa

secara lebih teliti sampai ditemukan akar penyebab yang paling

dalam.Bila akar penyebab telah dapat diidentifikasi, maka selanjutnya

dipikirkan alternatif cara yang paling efektif untuk mencegah

terulangnya masalah yang sama. Tindakan koreksi dan tindakan

pencegahan idealnya dilakukan bersamaan terhadap suatu

maslah.Perusahaan harus mengambil langkah-langkah untuk

mengeliminasi penyebab terjadinya ketidak sesuaian agar masalah yang

Page 53: ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35717/1/ANNISA... · ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN ... serta

33

sama tidak terulang kembali.Tindakan yang diambil haruslah dengan

dampak yang ditimbulkan.Perusahaan harus memastikan langkah-

langkah yang diambil untuk menghilangkan penyebab-penyebab ketidak

sesuaian untuk pencegahan yang diambil haruslah sesuai dengan dampak

potensi yang ditimbulkan. Fokus sistem manajemen mutu pada

hakekatnya adalah mencegah terjadinya kegagalan pada seluruh tahapan

mulai dari input,proses sampai output akhir dengan pendekatan

sistematik holistik, sinergistik dan antisipatif.

7. Berbicara Berdasarkan Data

Data adalah dasar untuk melakukan suatu tinadakan.Dalam

penyelesaian masalah data menjadi landasan bertindak agar keputusan

yang diambil tepat dan benar.Agar pemanfaatan data dapat tepat dan

benar maka pendekatan statistik sangat dianjurkan dalam sistem

manajemen mutu.

8. Perbaikan Diawali dengan Penetapan Sasaran

Tujuan dari suatu tindakan haruslah jelas dan ditentukan sejak awal

agar efektivitas tindakan dapat dinilai secara objektif.Sistem manajemen

mutu ISO 9001 mensyaratkan perusahaan untuk menetapkan

tujuan.Dikatakan sasaran-sasaran mutu, termasuk sasaran lainnya yang

diperlukan untuk mencapai kesesuaian produk ditetapkan pada unit-unit

fungsional pada berbagai tingkatan dalam perusahaan.Sasaran mutu

dibuat spesifik dan sejalan dengan kebijakan mutu.

Page 54: ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35717/1/ANNISA... · ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN ... serta

34

Sasaran perlu ditetapkan agar evaluasi keberhasilan dapat dilakukakn

setelah perbaikan.Dalam penetapan sasaran biasanya digunakan prinsip

“SMART”.

S= Spesific: sasaran harus jelas dan spesifik.

M=Measurable: sasaran harus dapat diukur.

A=Attainable:sasaran harus realistis dan mungkin dicapai.

R=Reasonable: harus ada alasan terhadap pemilihan sasaran.

T=Time: sasaran harus dicapai dalam waktu yang telah ditentukan.

9. Market in Concept

Konsep dasar merupakan suatu pendekatan dalam pengembangan

produk dengan memfokusakan perhatian pada kebutuhan pasar, bukan

pada apa yang mampu diproduksi atau dibuat oleh perusahaan. Hampir

sama dengan konsep fokus pelanggan, konsep pasar lebih menekankan

pada kebutuhan pasar.Sebelum memproduksi secara masal sebaiknya

perusahaan meneliti kebutuhan pasar.Secara lebih fokus kebutuhan pasar

berarti melihat kebutuhan,persyratan, harapan, calon pelanggan pada

segmen yang menjadi target.

10. Biasakan Mencatat, Membuat Prosedur dan Menetapkan Standar.

Menyediakan prosedur tertulis dan penetapan standar mutu/hasil

kerja harus selalu dijadikan kebiasaan dalam setiap kegiatan, sehingga

tindakan pengendalian dan penngkatan mutu dapat lebih konsisten dan

mudah dilakukan.

Page 55: ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35717/1/ANNISA... · ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN ... serta

35

2.1.5 Sistem Pengawasan Kualitas Statistikal (Statistical Quality Control)

Statistical Quality Control merupakan metode statistik untuk

mengumpulkan dan menganalisa data hasil pemeriksaan terhadap sampel

dalam kegiatan pengawasan kualitas produksi. Tujuan Statistical Quality

Control adalah untuk menunjukkan tingkat reliabilitas sampel dan

bagaimana cara mengawasi risiko. Statistical Quality Control juga

membantu pengawasan pemrosesan melalui pemberian peringatan kepada

para manejer bila mesin-mesin memerlukan beberapa penyesuaian agar

mereka dapat menghentikannya sebelum banyak produk rusak dibuat (T.

Hani Handoko: 2000:434).

2.1.6 Lean Six Sigma

Lean dapat didefinisikan sebagai suatu pendekatan sitematik dan

unsistematik untuk mengidentifikasi dan menghilangkan pemborosan atau

aktivitas-aktivitas yang tidak bernilai tambah (Non-value-adding activities)

melalui peningkatan terus-menerus secara radikal dengan cara mengalirkan

produk (Material, work-in-process, output) dan informasi menggunakan

sistem tarik (Pull system) dari pelanggan internal dan eksternal untuk

mengejar keunggulan dan kesempurnaan (Vincent Gaspersz, 2007:91).

Sigma merupakan simbol standar deviasi pada statistik yang merupakan

suatu ukuran untuk menyatakan variance atau selisih atau ketidaktepatan

sekelompok data, item produksi atau proses produksi. Six Sigma bertujuan

untuk meningkatkan profitabiltas perusahaan walaupun peningkatan mutu

Page 56: ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35717/1/ANNISA... · ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN ... serta

36

dan efisiensi pada proses produksi merupakan hal yang utama. Six Sigma

merupakan suatu pendekatan yang berfokus pada pelanggan (customer focus

oriented) yang memuat asumsi bahwa kesalahan produksi produk atau jasa

perusahaan merupakan biaya yang mahal (Thomas Sumarsan, 2010:243).

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan oleh penulis bahwa Lean Six

Sigma merupakan gabungan antara Lean dan Six Sigma yang berarti suatu

aktivitas pengendalian proses produksi dengan menghilangkan aktivitas-

aktivitas pemborosan yang tidak bernilai tambah dengan menggunakan suatu

ukuran untuk menyatakan variance atau ketidaktepatan proses

produksiuntuk mencapai tingkat kinerja enam sigma atau hanya

memproduksi sedikit cacat untuk setiap satu juta operasi.

Pendekatan Lean Six Sigma berlandaskan pada prinsip 5P (Profits,

Processes, Project-by-project and People) yang berkaitan satu sama lain

(Vincent Gaspersz, 2007:96).

2.1.7 Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

a. Pengertian dan Kriteria UMKM Menurut UU No. 20 Tahun 2008

Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan

dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha

Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-undang.

Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,

yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan

merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang

Page 57: ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35717/1/ANNISA... · ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN ... serta

37

dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak

langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi

kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang.

Usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri

sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha

yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang

dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak

langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah

kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur

dalam Undang-undang.

Kriteria UMKM menurut Pasal 6 UU No. 20 Tahun 2008 adalah

sebagai berikut:

(1) Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut:

a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000,00

(lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan

tempat usaha; atau

b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp

300.000.000,0 (tiga ratus juta rupiah).

(2) Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut:

a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 (lima

puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp

Page 58: ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35717/1/ANNISA... · ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN ... serta

38

500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah

dan bangunan tempat usaha; atau

b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00

(tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp

2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah).

(3) Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut:

a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,00 (lima

ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp

10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) tidak termasuk tanah

dan bangunan tempat usaha; atau

b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp

2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai

dengan paling banyak Rp 50.000.000.000,00 (lima puluh

milyar rupiah).

b. Permasalahan Usaha Mikro Kecil dan Menengah

Pada tahun 1998, pada saat krisis ekonomi mencapai titik

terburuknya dengan dampak negatif yang sangat besar terhadap hampir

semua sektor ekonomi di Indonesia, banyak perusahaan dari berbagai

skala usaha mengalami kebangkrutan atau mengurangi volume

kegiatan secara drastis. Pada saat itu, Menegkop dan UKM

memperkirakan hampir 3 juta UMKM berhenti berusaha, dan jumlah

Page 59: ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35717/1/ANNISA... · ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN ... serta

39

usaha menengah dan usaha besar yang tutup usaha, masing-masing

sekitar 14,2 dan 12,7 persen dari jumlah unit masing-masing

kelompok. Pada tahun 2000, saat ekonomi Indonesia mulai pulih,

tercatat ada sekitar 39,7 juta UMKM, atau 99,85 persen dari jumlah

perusahaan berbagai skala usaha di Indonesia. Pada tahun yang sama,

ada sekitar 78,8 juta usaha menengah, dengan rata-rata nilai penjualan

per tahun berkisar lebih dari Rp 1 juta dan kurang dari Rp 50 miliar,

atau 0,14 persen dari semua usaha yang ada.

Dibalik perkembangan UMKM yang sangat meningkat pasca krisis

ekonomi, perkembangan UMKM dihalangi oleh banyak hambatan.

Hambatan-hambatan tersebut bisa berbeda antara satu daerah dengan

daerah lain, atau antara pedesaan dan perkotaan, atau antar sektor, atau

antar sesama perusahaan di sektor yang sama. Namun demikian, ada

sejumlah persoalan yang umum untuk semua UMKM. Persoalan

umum tersebut termasuk keterbatasan modal kerja maupun investasi,

kesulitan-kesulitan dalam pemasaran, distribusi dan pengadaan bahan

baku dan input lainnya, keterbatasan akses ke informasi mengenai

peluang pasar dan lainnya, keterbatasan pekerja dengan keahlian tinggi

(kualitas SDM rendah) dan kemampuan teknologi, biaya transportasi

dan energi yang tingg; keterbatasan komunikasi, biaya tinggi akibat

prosedur administrasi dan birokrasi yang kompleks khususnya dalam

pengurusan izin usaha, dan ketidakpastian akibat peraturan dan

kebijaksanaan ekonomi yang tidak jelas atau tak menentu arahnya.

Page 60: ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35717/1/ANNISA... · ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN ... serta

40

Permasalahan utama yang dihadapi sebagian besar UMKM adalah

keterbatasan modal. Menurut Tulus Tambunan (2012), walaupun

banyak bank yang menawarkan kredit khusus bagi pengusaha kecil,

sebagian besar pemilik usaha tidak pernah mendapatkan kredit bank

atau lembaga keuangan lainnya. Mereka tergantung sepenuhnya pada

uang/tabungan mereka sendiri, uang/bantuan dari saudara/kenalan

untuk mendanai usaha mereka. Alasannya beragam; ada yang tidak

pernah dengar atau menyadari adanya adanya skim-skim khusus

tersebut, ada yang pernah mencoba tetapi ditolak karena usahanya

dianggap tidak layak untuk didanai atau mengundurkan diri karena

rumitnya prosedur administrasi, atau tidak bisa memenuhi persyaratan

termasuk penyediaan jaminan, atau ada banyak pengusaha kecil yang

dari awal memang tidak berkeinginan meminjam dari lembaga-

lembaga keuangan formal.

Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh pemilik usaha dalam

pemerolehan pinjaman dana dari bank atau lembaga keuangan lainnya

adalah penolakan karena UMKM dianggap tidak layak untuk didanai.

Hal ini terjadi karena sektor perbankan telah memiliki standar dan

kesiapan dalam mengelola kredit dalam jumlah massal bagi pengusaha

kecil dan menengah, salah satunya penilaian perbankan terhadap

UMKM adalah dari segi kualitas UMKM.Sebuah UMKM dianggap

bermutu apabila UMKM menghasilkan tiga jenis keuntungan, yakni

keuntungan bisnis/profit, keuntungan negara, dan keuntungan

Page 61: ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35717/1/ANNISA... · ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN ... serta

41

sosial/masyarakat. Keuntungan bisnis/profit ditentukan oleh kombinasi

yang kompleks dari variabel-variabel berikut: (a) produktivitas; (b)

efisiensi (yang selanjutnya menentukan harga yang bersaing); (c)

Kualitas, mutu, kegunaan, ketahanan lama produk, dan kemasan; (d)

promosi dan reklame; dan (e) pelayanan konsumen (yang memuaskan

atau meningkatkan loyalitas konsumen). Variabel-variabel tersebut

menentukan besarnya keuntungan UMKM.Variabel-variabel tersebut

juga dapat digunakan sebagai indikator-indikator alternatif atau alat

ukur yang sifatnya tidak langsung untuk mengukur besarnya

keuntungan UMKM.

Gambar 2.2

Indikator-indikator untuk Mengukur UKM yang ‘Bermutu’

Sumber: Tulus Tambunan (2012)

UKM yang bermutu

Keuntungan

Bisnis/profit

Keuntungan

Negara

Keuntungan

Sosial/Masyara

kat

Kesejahteraan

Masyarakat

Tidak Merusak

Lingkungan Alam

Kesejahteraan

Pekerja

Kesejahteraan

Masyarakat

Corporate Social

Responsibility

Keterkaitan

Bisnis dengan

Ekonomi Lokal

Page 62: ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35717/1/ANNISA... · ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN ... serta

42

2.2 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1

Penelitian Terdahulu

No. Nama

Peneliti

Judul Penelitian Alat Ukur Hasil Penelitian

1. Lubica

Simanova,

Pavol

Gejdos

(2015)

[Journal]

The Use of

Statistical Quality

Control Tools to

Quality Improving

in the Furniture

Business

Capability

Index,

Histogram,

Ishikawa

Diagram

CL = 52g/m2 dalam ± 4g/m

2,

UCL = 56g/m2, LCL = 48g/m

2.

2. Ayadi

Youssouf,

Chaib

Rachid,

Verzea Ion

(2014)

[Journal]

Contribution to

the Optimization

of Strategy of

Maintenance by

Lean Six Sigma

Lean Six

Sigma based

on five main

steps,

DMAIC.

Penerapan metode DMAIC pada

proses pemeliharaan membantu

dalam mengurangi biaya dan

kerugian untuk meningkatkan

keuntungan dan kualitas.

3. Devi

Sonalia

(2013)

[Skripsi]

Pengendalian

Mutu pada Proses

Produksi di Tiga

Usaha Kecil

Menengah Tahu

Kabupaten Bogor

Diagram

Pareto,

Diagram

Sebab-Akibat

dan Grafik

Kendali

Melalui diagram Sebab akibat

diketahui bahwa faktor-faktor

yang memengaruhi kerusakan

Tahu adalah tenaga kerja, bahan

baku, mesin dan peralatan.

Dengan diagram pareto

diketahui salah potong adalah

yang paling memengaruhi

kerusakan tahu. Dengan diagram

kendali menunjukan

keterkendalian pada proses

pengendalian mutu.

4. La Hatani

(2013)

[Jurnal]

Manajemen

Pengendalian

Mutu Produksi

Roti Melalui

Pendekatan

Statistical Quality

Control (SQC)

Analisis

Statistical

Quality

Control

(SQC)

Dengan analisis Statistical

Quality Control (SQC) diketahui

bahwa proses produksi

perusahaan roti Rizki Kendari

tidak memiliki pengendalian

yang baik.

Page 63: ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35717/1/ANNISA... · ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN ... serta

43

No. Nama

Peneliti

Judul Penelitian Alat Ukur Hasil Penelitian

5. Sinurmaida

Gultom, Tuti

Sarma

Sinaga,

Sukaria

Sinulingga

(2013)

[Jurnal]

Studi Pengendalian

Mutu dengan

Menggunakan

Pendekatan Lean Six

Sigma pada PT.

XYZ

Analisis Lean

Six Sigma

metode

DMAIC

Hasil penelitian

menunjukkan kondisi Lean

saat ini adalah PCE

(Process Cycle Efficency)

sebesar 82%, dengan

kinerja kualitas pada saat

ini untuk tahap inspeksi II

dan III masing-masing

sebesar 3,38 σ dan 4,01 σ.

6. M. Januar,

Retno Astuti,

Dhita Morita

Ikasari

(2013)

[Jurnal]

Analisis

Pengendalian

Kualitas pada Proses

Pengeringan Teh

Hitam dengan

Metode Six

SigmaStudi (Kasus

di PTPN XII

(Persero) Wonosari,

Lawang)

Metode Six

Sigma (define,

measure, dan

analyze) dan

FMEA

(Failure

Modes and

Effect

Analysis)

Proses pengeringan serbuk

teh hitam memiliki tingkat

six sigma kapabilitas

jangka pendek sebesar 2,28

dan kapabilitas jangka

panjang sebesar 2,41.

Prioritas usulan perbaikan

dilakukan pada mode

kegagalan yang bernilai

RPN sebesar 252 yaitu pada

perawatan mesin.

7. J. Sancho,

J.J. Pastor, J.

Martinez, M.

A. Garcia.

(2013)

[Journal]

Evaluation of

Harmonic

Variability in

Electrical Power

Sysems through

Statistical Control of

Quality and

Functional Data

Analysis

Statistical

Process

Control dan

(SPC) Process

Capability

Analysis

(PCA)

Grafik kendali dapat

digunakan untuk mencari

dan menghilangkan outliers

pada harmonik sistem

listrik.

Page 64: ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35717/1/ANNISA... · ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN ... serta

44

No. Nama

Peneliti

Judul Penelitian Alat Ukur Hasil Penelitian

8. Ardadid

Rakhmad

(2010)

[Skripsi]

Penerapan

Statistical

Quality Control

(SQC) dalam

Pengendalian

Proses Produksi

Batik

Menggunakan

Chart Control P

(Grafik

Pengendali P)

Statistical

Quality Control

(SQC) dengan

menggunakan

Chart Control P

Proporsi rata-rata kecacatan

produksi di proses pengecapan

2,0% (BPB=0,0%;BPA=11,4%),

diproses nembok 3,3%

(BPB=0,0%;BPA=15,3%), di

proses pewarnaan 4,5%

(BPB=0,0%;BPA=18,3%), di

proses ngelorot 2,7%

(BPB=0,0%;BTA=13,5%).

Sehingga dapat disimpulkan

proses produksi batik di

perusahaan Batik Nining di

Bantul terkendali secara statistik.

9. Aditya

Rochatama

(2009)

[Skripsi]

Analisis

Pengendalian

Kuaitas Produk

Kain Cotton dan

Rayon di

Departemen

Printing-

Dyeinng pada

PT. Kusumahadi

Santosa

Metode C-

Chart, Analisis

Diagram

Pareto, dan

Analisis

Diagram

Sebab-akibat

Rata-rata kerusakan produk

setiap bulannya sebesar 1273

unit, dengan UCL 1380,0374 dan

LCL 1165,9626. Dengan

kerusakan tertinggi di tahun 2008

bulan Februari dengan kerusakan

sebanyak 1377 unit dan

kerusakan paling sedikit terjadi

pada bulan September dengan

kerusakan sebanyak 1166 unit.

10. Fadhila

Rienamora

(2009)

[Jurnal]

Pengukuran

Tingkat

Pengendalian

Mutu Produk

RSS dengan

metode SQC di

PTPN IX 9

Persero Kebun

Getas Salatiga

Metode SQC

dengan control

chart untuk

variabel (x

chart dan R

chart), control

chart untuk

atribut (p chart

dan c chart)

Berdasarkan metode SQC dengan

control chart untuk variabel,

diperoleh pengendalian PTPN IX

Persero Kebun Getas terhadap

kualitas RSS I, RSS II, RSS IV,

Cutting A dan Cutiing B masih

berada dalam batas kendali secara

statistik dengan tingkat

keyakinan 99,73%. SQC dengan

control chart untuk atribut

menunjukkan pengendalian

terhadap cacat giling, cacat

gelembung dan cacat warna

belum terkendali secara statistik.

Page 65: ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35717/1/ANNISA... · ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN ... serta

45

No. Nama

Peneliti

Judul Penelitian Alat Ukur Hasil Penelitian

11. Mehmet

Demirbag,

Ekrem

Tatoglu,

Mehmet

Tekinkus,

Selim Zaim

(2006)

[Journal]

An Analysis of the

Relationship

between TQM

Implementation and

Organizational

Perfomance

Analisis

exploratory

dan

confirmatory

factor

Terdapat hubungan positif

yang kuat antara parktek

TQM dengan kinerja non

keuangan UKM, dan

pengaruh yang lemah antara

praketk TQM dengan

kinerja keuangan UKM.

Terdapat hubungan positif

antara kinerja non keuangan

dengan kinerja keuangan

UKM.

12. M. Kumar, J.

Antony, R.K.

Singhs, M.K.

Tiwari, D.

Perry

(2006)

[Journal]

Implementing the

Lean Sigma

Framework on an

Indian SME: a Case

Study

Lean Sigma

Analysis with

DMAIC

Models

Diperoleh hasil tingkat cacat

sebelum perbaikan adalah

0.18 DPU sedangkan setelah

dianalisis dengan Lean

Sigma dan dilakukan

perubahan tingkat

kecacatannya turun menjadi

0.0068DPU, kemudian

kemampuan produksinya

naik menjadi 1.41% dari

sebelumnya hanya 0.12%

Page 66: ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35717/1/ANNISA... · ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN ... serta

46

2.3 Kerangka Pemikiran Teoritis

Model kerangka pemikirian analisis pengendalian mutu produksi pada

penelitian ini dapat digambarkan pada gambar 2.3 berikut ini.

Gambar 2.3

Kerangka Pemikiran Teoritis

UKM Penghasil Sepatu Daerah

Bogor

Proses Produksi

Pengendalian Mutu Produksi

Total Quality Management

Pengendalian Mutu

Bahan Baku

Pengendalian Mutu

Produk dalam Produksi

Pengendalian Mutu

Produk Akhir

Kualitas

Pengendalian Mutu

Analisis Statistical

Quality Control

Analisis Lean Six

Sigma

Terkendali atau tidak

terkendali

Faktor yang paling

mempengaruhi mutu

Hasil Analisis Pengendalian Mutu

Rekomendasi Pengendalian Mutu

Page 67: ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35717/1/ANNISA... · ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN ... serta

47

2.4 Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gambar 2.4

H1: Pengendalian Bahan Baku berpengaruh pada Pengendalian Mutu Produk

dalam Produksi

H0: Pengendalian Bahan Baku tidak berpengaruh pada Pengendalian Mutu

Produk dalam Produksi

H2 : Pengendalian Mutu Produk dalam Produksi berpengaruh pada Pengendalian

Mutu Produk Akhir

H0: Pengendalian Mutu Produk dalam Produksi tidak berpengaruh pada

Pengendalian Mutu Produk Akhir

H3: Pengendalian Bahan Baku berpengaruh pada Kualitas Pengendalian Mutu

H0: Pengendalian Bahan Baku tidak berpengaruh pada Kualitas Pengendalian

Mutu

H4: Pengendalian Mutu Produk dalam Produksi berpengaruh pada Kualitas

Pengendalian Mutu

H0: Pengendalian Mutu Produk dalam Produksi tidak berpengaruh pada

Kualitas Pengendalian Mutu

H5: Pengendalian Mutu Produk Akhir berpengaruh pada Kualitas Pengendalian

Mutu

H0: Pengendalian Mutu Produk Akhir tidak berpengaruh pada Kualitas

Pengendalian Mutu

Pengendalian Bahan Baku

(X1)

H1 H3

Kualitas Pengendalian

Mutu

(Y1)

Pengendalian Mutu Produk

dalam Produksi

(X2)

H4

H5

H2

Pengendalian Mutu Produk

Akhir

(X3)

Page 68: ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35717/1/ANNISA... · ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN ... serta

48

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini difokuskan pada analisis pengendalian mutu

proses produksi dengan pendekatan statistical quality control serta

mengidentifikasi dan mengeliminasi pemborosan pada proses produksi dengan

pendekatan lean six sigma yang diterapkan oleh Usaha Kecil dan Menengah.

3.2 Populasi dan Teknik Pemilihan Sampel

Menurut Creswell (2008), populasi adalah suatu kelompok individu yang

memiliki karakteristik yang sama atau relatif serupa. Populasi dikenal juga dengan

istilah universe yang berarti keseluruhan objek, elemen atau unsur yang atributnya

akan diteliti. Secara umum, ada dua jenis populasi, yaitu populasi infinite dan

populasi finite.Populasi finate adalah populasi yang jumlahnya dapat diketahui

dan diidentifikasi secara pasti. (Herdiansyah, 2010:103)

Jenis teknik sampling yang digunakan dalam peneitian ini adalah non-

probability purposeful sampling yaitu pemilihan sampling berdasarkan ciri-ciri

subjek yang disesuaikan dengan tujuan penelitian. Untuk mendukung teknik

sampling tersebut peneliti juga menggunakan strategi homogeneous sampling

yaitu subjek dipilih berdasarkan adanya kesamaan ciri-ciri subjek penelitian

dengan populasinya. Ciri-ciri subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

(1) UKM yang sudah berjalan minimal 1 tahun, (2) Memiliki proses produksi

Page 69: ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35717/1/ANNISA... · ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN ... serta

49

dengan tahapan-tahapan teretentu, (3) UKM penghasil sepatu, sehingga diperoleh

30 UKM penghasil sepatu daerah Bogor.

Untuk analisis Statistical Quality Control dan Lean Six Sigma dilakukan

pemilihan sampel kembali dari 30 UKM penghasil sepatu daerah Bogor menjadi

15 UKM dengan kesamaan ciri-ciri subjek penelitian untuk mempermudah proses

penelitian. Ciri-ciri subjek yang digunakan dalam analisis Statistical Quality

Control dan Lean Six Sigma adalah: (1) Bahan kulit atau bahan bukan kulit, (2)

Klasifikasi modal tinggi; sedang; rendah, (3) Jumlah tenaga kerja, (4) Klasifikasi

laba tinggi; sedang; rendah.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Adapun metode pengumpulan data-data dan informasi yang dibutuhkan

oleh penulis adalah:

1. Data primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari tempat penulis

mengadakan penelitian. Data ini dikumpulkan dengan menggunakan

teknik wawancara semi-terstruktur, dimana daftar pertanyaan telah

disiapkan. Pengumpulan data ini juga dilakukan dengan teknik observasi

anecdotal recorddimana peneliti sebagai pengamat independen yang

melakukan penilaian terhadap data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif

berupa informasi mengenai tahapan-tahapan proses produksi, waktu proses

pengerjaan, kapasitas proses/mesin serta informasi lainnya yang berkaitan

dengan pengendalian mutu UKM. Data kuantitatif berupa angka jumlah

permintaan, jumlah hasil produksi dan produk akhir yang rusak.

Page 70: ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35717/1/ANNISA... · ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN ... serta

50

2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari buku-buku, jurnal, dan

sumber bacaan lain yang memiliki relevansi dengan objek yang diteliti.

Untuk data sekunder, peneliti mengumpulkannya dengan studi

kepustakaan dan literatur pada berbagai perpustakaan di dalam dan di luar

kampus maupun toko-toko buku.

3.4 Metode Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis kuantitatif

dan kualitatif. Data-data yang telah diperoleh akan diolah dengan

menggunakan Software Smart PLS untuk uji kenormalan data, serta

pendekatan Statistical Quality Control dan Lean Six Sigma.

a. Uji Kenormalan Data dengan software Smart PLS

Partial Least Square (PLS), merupakan metode analisis yang

powerfull karena tidak didasarkan atas banyak asumsi. Metode PLS ini

mempunyai keunggulan tersendiri, diantaranya: (M. Ma’ruf Abdullah,

2015:362)

a) Data tidak harus berdistribusi normal multivariat

b) Ukuran sampel tidak harus besar

c) PLS tidak saja bisa digunakan untuk mengkonfirmasi teori, tetapi

dapat juga digunakan untuk menjelaskan ada atau tidaknya hubungan

antar variabel laten.

Page 71: ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35717/1/ANNISA... · ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN ... serta

51

d) PLS dapat menganalisis sekaligus konstruk yang dibentuk dengan

indikator reflektif dan indikator formatif, dan hal lain tidak mungkin

digunakan dalam SEM karena akan terjadi unirentifiede model.

b. Statistical Quality Control (SQC) dengan menggunakan metode Diagram

Kendali P (P-charts) yang diolah dengan menggunakan Microsoft Excel.

Rumus yang digunakan dalam pengolahan data untuk menghasilkan grafik

kendali P adalah sebagai berikut:

Proporsi

p =

(1)

Central Limit (CL)

ṕ =

(2)

Batas Kendali Atas (Upper Control Limit)

UCL = ṕ + 3 √ṕ ṕ

(3)

Batas Kendali Bawah (Lower Control Limit)

LCL = ṕ - 3 √ṕ ṕ

(4)

c. Lean Six Sigma dengan pendekatan Kaizen Blitz melalui metode Define,

Measure, Analyze, Improve, dan Control (DMAIC) dalam waktu enam

hari kerja.

Tahap Define

Pada tahap ini dilakukan penentuan masalah pada produksi produk

dengan menggunakan analaisis diagram pareto. Pembuatan diagram pareto

bertujuan untuk melihat seberapa besar persentase dari tiap-tiap jenis

Page 72: ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35717/1/ANNISA... · ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN ... serta

52

kecacatan yang terjadi. Sehingga melalui diagram pareto dapat dilihat jenis

kecacatan yang paling berpengaruh dan dapat diputuskan untuk

konsentrasi lebih khusus untuk kecacatan.

Tahap Measure

Aktivitas-aktivitas value added time dan non value added time. Non-

Value-Added ataupun waste (pemborosan) merupakan aktivitas yang tidak

menambahkan nilai dari perspektifpelanggan dan tidak diperlukan untuk

hal keuangan, alasan bisnis yang legal, atau lainnya. Jenis kegiatan Non-

Value-Added antara lain : (1) Penanganan melampaui yang minimal

dibutuhkan seperti, transportasi, menyimpan bahan, menghitung,

menyimpan, mengambil. (2) Pengerjaan ulang yang diperlukan untuk

memperbaiki kesalahan. (3) Duplikasi kerja berupa pengawasan atau

pemantauan pekerjaan. (4) Menunggu, waktu idle, penundaan. (5)

Produksi berlebihan yaitu terlalu banyak atau terlalu cepat. (6) Pergerakan

staf yang tidak diperlukan. (7) Over processing (terlalu banyak langkah

untuk menyelesaikan pekerjaan atau melebihi kebutuhan pelanggan).

4.35%

26.09%

56.52%

100.00%

0.00%

20.00%

40.00%

60.00%

80.00%

100.00%

0

5

10

15

20

Am

ou

nt

Damage

Gambar 3.1 Contoh Diagram Pareto

Page 73: ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35717/1/ANNISA... · ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN ... serta

53

Tahap Analyze

Setelah diketahui letak kesalahan yang mengakibatkan ketidaksesuaian

pada proses produksi, maka perlu dilihat kembali apa yang menjadi akar

permasalahan agar dapat dilakukan perbaikan dengan tepat. Analisis

Diagram Sebab Akibat adalah suatu pendekatan yang memungkinkan

dilakukan suatu analisis lebih terperinci dalam menemukan penyebab-

penyebab suatu masalah, ketidaksesuaian dan kesenjangan yang terjadi

(Nasution 2010).

Tahap Improve

Tahap improve yang dilakukan untuk mengurangi kesalahan pada

proses produksi yaitu dengan menentukan solusi yang tepat berdasarkan

faktor-faktor utama penyebab kesalahan.

Tahap Control

Pada tahap control, dilakukan pengawasan terhadap pengaplikasian

solusi yang diperoleh pada tahap improve.

Page 74: ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35717/1/ANNISA... · ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN ... serta

54

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

Usaha kecil dan menengah merupakan salah satu faktor penunjang

pertumbuhan ekonomi masyarakat di daerah Bogor. Sejak dulu sudah

banyak masyarakat Bogor yang membangun usahanya sendiri untuk

menunjang kehidupannya. Contohnya saja masyarakat di daerah Ciomas dan

Ciapus yang terkenal dengan keahliannya menghasilkan sepatu dan sandal

berkualitas. Sepatu dan sandal yang dihasilkan oleh masyarakat daerah

Bogor ini biasa didistribusikan ke pusat perbelanjaan daerah Bogor dan

Jakarta. Bahkan seiring dengan perkembangan teknologi, tidak sedikit

penghasil sepatu dan sandal daerah Bogor ini menjual produknya hingga

luar Bogor dan Jakarta. Sudah banyak penghasil sepatu daerah Bogor yang

sudah mempunyai website sendiri untuk memperkenalkan produknya. Hal

ini mereka lakukan sebagai salah satu jalan untuk memperluas pangsa pasar.

Karena begitu menguntungkannya bisnis sepatu ini, sehingga banyak

masyarakat Bogor diluar daerah Ciomas dan Ciapus yang mencoba

peruntungannya untuk menghasilkan sepatu. Banyak dari mereka yang

berhasil dan bertahan hingga sekarang.

Walaupun UKM penghasil sepatu daerah Bogor sudah ada sejak puluhan

tahun lalu, namun masih banyak UKM yang masih belum terdaftar oleh

pemerintah kota Bogor, sehingga pemerintah kurang memperhatikan

kesejahteraan para pelaku UKM ini. Tantangan lain yang harus dihadapi

Page 75: ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35717/1/ANNISA... · ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN ... serta

55

adalah persaingan dari pihak luar negeri yang mampu menghasilkan sepatu

dengan harga lebih murah dengan kualitas yang baik, salah satu contohnya

adalah produk sepatu dan sandal dari Cina.

Karena begitu banyaknya hambatan dan persaingan dari pihak luar, tidak

jarang UKM yang gulung tikar. Namun dilain sisi, banyak pula UKM yang

berusaha untuk lebih memajukan bisnisnya yaitu dengan mendirikan

Koperasi Sepatu dan Sandal Bogor atau yang disingkat Koseebo. Kaseebo

ini diresmikan pada tanggal 04 September 2014 oleh Kepala Dinas Koperasi

dan UKM Bapak H. Azzhahir, SH. MM. Tujuannya untuk memfasilitasi

serta mendukung pergerakan UKM penghasil sepatu daerah Bogor untuk

terus maju menjadi salah satu kekuatan ekonomi rakyat yang dapat

diandalkan serta memberi dampak terhadap pertumbuhan ekonomi daerah.

Page 76: ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35717/1/ANNISA... · ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN ... serta

56

4.1.1 Profil UKM Penghasil Sepatu Daerah Bogor

Tabel 4.1

No Ciri-ciri Kusnadi Home

Industry

Assenda

Sepatu dan

Sendal

Mutiara

Sepatu dan

Sendal

Meliska Kalong Kulit

Asli

1 Pemilik Kusnadi Suparti R. Murjana Yudis Sutarmanto

2 Jumlah

Tenaga Kerja

a. Laki-laki 8 7 6 5 12

b.Perempuan 2 1 0 2 3

3 Gaji Pegawai

(per orang) Rp 10.000/pcs Rp 10.000/pcs Rp 8.000/pcs Rp 8.000/pcs Rp 15.000/pcs

4 Modal Awal Rp 40.000.000 Rp 20.000.000 Rp 12.000.000 Rp 10.000.000 Rp 40.000.000

5 Jumlah

Sepatu 100pcs/hari 50-60pcs/hari 30-50pcs/hari 30-50pcs/hari 100pcs/hari

6 Harga/pcs Rp 30.000-

50.000

Rp 25.000-

50.000 Rp 25.000 Rp 25.000

Rp 50.000-

150.000

7 Total

Omset/bulan Rp 50.000.000 Rp 30.000.000 Rp 20.000.000 Rp 20.000.000 Rp 60.000.000

8 Administrasi

Keuangan Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Ada

9 Jenis Produk Sepatu Pria Dr.

Kevin

Sepatu dan

Sendal

Sepatu dan

Sendal Sepatu Wanita Sepatu kulit

10 Alamat

Kp. Sukabakti

Rt 03/06 Ds.

Sukawening Kec. Dramaga

Kab. Bogor

Kp. Sindang

Barang Rt

02/03 Bogor-Jawa Barat

Desa Ciujung

Kec. Sukaraja

Kab. Bogor – Jawa Barat

Kabandungan

No. 07 Rt

04/06 Ciapus Bogor

Jl. Raya

Kedung

Halang No.189 Bogor

Utara

11 No. Telp/Hp 085718564040 02518486361 02518664721 081318542927 085693717577

Page 77: ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35717/1/ANNISA... · ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN ... serta

57

No Ciri-ciri ALASKA Mulia (CV) Kelompok

Usaha Bersama Eterna

Azfa

Collection

1 Pemilik Saleh Achmad Zahari Suhanda Rachmat Ahmad

Nuryani

2 Jumlah

Tenaga Kerja

a. Laki-laki 10 14 15 9 6

b.Perempuan 0 1 5 1 0

3 Gaji Pegawai

(per orang) Rp 8.000/pcs

Rp2.400.000/

bulan Rp 10.000/pcs Rp 8.000/pcs Rp 8.000/pcs

4 Modal Awal Rp 15.000.000 Rp 25.000.000 Rp 30.000.000 Rp 15.000.000 Rp 12.000.000

5 Jumlah

Sepatu 50-80pcs/hari

100-

150pcs/hari 100pcs/hari 60-70pcs/hari 50-60pcs

6 Harga/pcs Rp 30.000-

50.000

Rp 30.000-

100.000

Rp 30.000-

50.000 Rp 25.000 Rp 25.000

7 Total

Omset/bulan Rp 30.000.000 Rp 60.000.000 Rp 50.000.000 Rp 35.000.000 Rp 20.000.000

8 Administrasi

Keuangan Tidak Ada Ada Ada Tidak Ada Tidak Ada

9 Jenis Produk Sepatu dan

57andal kulit

Sepatu pria

dan wanita

Sepatu pria dan

wanita

Sepatu pria dan

wanita

Sepatu pria

dan wanita

10 Alamat

Jl. Raya

Ciomas No. 33

Kab. Bogor

Jl. Ciomas

Pintu Ledeng

No. 324 Kab.

Bogor

Jl. Pintu

Ledeng Rt

03/08, Ciomas

Kab. Bogor

Desa Sukaharja

Rt 02/01

Ciomas Kab.

Bogor

Jl. Raya

Ciomas Pintu

Ledeng Rt

03/11

Pagelaran,

Ciomas

11 No. Telp/Hp 0251638875 0251323249 02518636861 0251633727 08992428179

No Ciri-ciri Aliks

Collection Ferels Shoes

Sepatu Mas

Idaman NSBWZ Shoes OVLY Shoes

1 Pemilik Alik Hans Rekson Abil Bawazier Licka Putrina

Dewi

2 Jumlah

Tenaga Kerja

a. Laki-laki 8 6 14 6 3

b.Perempuan 4 4 0 4 2

3 Gaji Pegawai

(per orang) Rp 10.000/pcs Rp 10.000/pcs Rp 10.000/pcs Rp 20.000/pcs Rp 15.000/pcs

4 Modal Awal Rp 25.000.000 Rp 25.000.000 Rp 20.000.000 Rp 50.000.000 Rp 10.000.000

5 Jumlah Sepatu

100pcs/hari 100pcs/hari 50-70pcs/hari 50-100pcs/hari 10-50pcs/hari

6 Harga Rp 25.000-

50.000 Rp 30.000-

60.000 Rp 25.000-

50.000 Rp 100.000-

200.000 Rp 100.000-

150.000

7 Total Omset/bulan

Rp 40.000.000 Rp 60.000.000 Rp 40.000.000 Rp 80.000.000 Rp 15.000.000

8 Administrasi Keuangan

Ada Ada Ada Ada Ada

9 Jenis Produk Sepatu pria dan

wanita Sepatu pria dan wanita

Sepatu kulit pria

Sepatu Wanita Sepatu Wanita

10 Alamat

Bukit ASRI

Blok D-14

No.18-19

Ciomas-Bogor

Komp. Paspampres

Jl. Anggrek

No. 47,

Cikaret-Bogor

Desa

Pasirlaya Kec.

Sukaharja

Kab. Bogor

Jl. Lodaya 1

No. 4 Bogor

Jl. Ciheleut No.

26, Pakuan-

Bogor

11 No. Telp/Hp 02518636024 02518389924 0251251029 085692835170 083819484559

Page 78: ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35717/1/ANNISA... · ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN ... serta

58

No Ciri-ciri Simple8Corner

Endang

Home

Industry

Uyung Home

Industry VIVAN Shoes

Bengkel Dr.

Kevin

1 Pemilik Carlina Endang Uyung Ivan Heriyanto

Sofyan

2 Jumlah

Tenaga Kerja

a. Laki-laki 4 7 8 5 14

b.Perempuan 3 1 4 1 1

3 Gaji Pegawai

(per orang) Rp 20.000/pcs Rp 6.000/pcs Rp 8.000/pcs Rp 8.000/pcs Rp 10.000/pcs

4 Modal Awal Rp 50.000.000 Rp 10.000.000 Rp 20.000.000 Rp 18.000.000 Rp 10.000.000

5 Jumlah Sepatu

50-100pcs/hari 20-50pcs/hari 50-60pcs/hari 80pcs/hari 70pcs/hari

6 Harga Rp 50.000-

200.000 Rp 25.000-

50.000 Rp 25.000-

50.000 Rp 30.000-

50.000 Rp 30.000-

50.000

7 Total Omset/bulan

Rp 30.000.000 (Bersih)

Rp15.000.000 Rp 25.000.000 Rp 24.000.000 Rp 24.000.000

8 Administrasi Keuangan

Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada

9 Jenis Produk Kaftan dan

Sepatu Sepatu Kulit

Pria Sepatu Wanita

Sepatu Pria dan Wanita

Sepatu Kulit Imitasi

10 Alamat

Jl. Dr. Semeru

Gang Kelor

No. 160 Rt 02/10

Jl. Ciherang

Suka Bakti

Rt 03/11

Kec. Ciomas Desa Ciapus

Jl. Taman Sari No. 20 Desa

Pasir Eurih

Kec. Tamansari

Kab. Bogor

Jl. Pintu

Ledeng Rt

03/08 Kec.

Ciomas Kab. Bogor

Kp. Babakan

H. Saih No. 14

Rt 03/11

11 No. Telp/Hp 081808324720 - 085798723132 085691171076 089639392552

Page 79: ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35717/1/ANNISA... · ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN ... serta

59

No Ciri-ciri Balete Shoes UKM Abdul

Shoes Bengkel TNI Nugraha Sugih

Jay Home

Industry

1 Pemilik Rudiarsa Abdul Latif Agus

Ardiansyah H. Cepi Jayadi

2 Jumlah

Tenaga Kerja

a. Laki-laki 5 10 7 5 9

b.Perempuan 1 0 0 0 0

3 Gaji Pegawai

(per orang) Rp 5.000/pcs Rp 10.000/pcs Rp 8.000/pcs Rp 8.000/pcs Rp 10.000/pcs

4 Modal Awal Rp 5.000.000 Rp 8.000.000 Rp 10.000.000 Rp 5.000.000 Rp 15.000.000

5 Jumlah

Sepatu 20pcs/hari 30pcs/hari 20pcs/hari 20-50pcs/hari 25pcs/hari

6 Harga Rp 30.000 Rp 25.000-

50.000 Rp 80.000 Rp 25.000

Rp 30.000-

50.000

7 Total

Omset/bulan

Rp 2.000.000

(Bersih) Rp 10.000.000 Rp 20.000.000 Rp 7.000.000 Rp 30.000.000

8 Administrasi

Keuangan Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada

9 Jenis Produk Sepatu Wanita Sepatu Pria Dr.

Kevin

Sepatu TNI

AU, AL, AD Sepatu Wanita Sepatu Pria

10 Alamat

Kp. Babakan

H. Saih Rt

01/11 No. 69

Ds. Pagelaran

Kec. Ciomas

Kp. Babakan H.

Saih Rt 01/10 Desa Pagelaran

Kec. Ciomas

Kp. Babakan

H. Saih Desa

Pagelaran No.

12 Rt 02/11

Ciomas

Kp. Babakan

H. Saih Rt

03/11 No. 26

Desa Pagelaran

Kec. Ciomas

Jl. Ciherang

Suka Bakti Rt

02/11 Desa

Ciapus Kec.

Ciomas No. 20

11 No. Telp/Hp 08561260685 081584453156 02518639087 08567777644 025188940464

No Ciri-ciri Bengkel H.

Endang Borneo Shoes Monita Shoes

She Must

Wear Sepatu Asih

1 Pemilik Rohmansyah Dony

Ardiansyah Monita

Laras

Febriani Asih

2 Jumlah

Tenaga Kerja

a. Laki-laki 4 12 9 4 8

b.Perempuan 3 3 1 2 4

3 Gaji Pegawai

(per orang) Rp 10.000/pcs Rp 10.000/pcs Rp 8.000/pcs Rp 6.000/pcs Rp 10.000/pcs

4 Modal Awal Rp 12.000.000 Rp 23.000.000 Rp 17.000.000 Rp 8.000.000 Rp 20.000.000

5 Jumlah

Sepatu 20-50pcs/hari 50pcs/hari 25-60pcs/hari 10-50pcs/hari 35-60pcs/hari

6 Harga Rp 30.000-

50.000

Rp 25.000-

50.000

Rp 30.000-

50.000

Rp 70.000-

150.000

Rp 25.000-

50.000

7 Total

Omset/bulan Rp 20.000.000 Rp 50.000.000 Rp 30.000.000 Rp 20.000.000 Rp 45.000.000

8 Administrasi

Keuangan Tidak Ada Ada Ada Tidak Ada Ada

9 Jenis Produk Sepatu Pria dan

Wanita Sepatu Wanita Sepatu Wanita

Sepatu

Wanita

Sepatu Pria

dan Wanita

10 Alamat

Kp. Lebak Jaya

Rt 02/06 No. 03 Desa

Sukaresmi Kec.

Ciomas

Jl. Nyi Raja Permas No. 40

Bogor

Jl. Surya

Kencana No. 26, Bogor

Tengah

Jalan

Malabar No. 16 Bogor-

Jawa Barat

Perum. Bukit

ASRI No. 31A, Ciomas-

Bogor

11 No. Telp/Hp 089656418088 083874555074 02518321285 - 02514734763

Page 80: ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35717/1/ANNISA... · ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN ... serta

60

4.1.2 Bahan Baku serta Alat dan Mesin Produksi pada UKM Penghasil

Sepatu Daerah Bogor

Bahan baku utama yang digunakan dalam proses produksi dari 30 UKM

penghasil sepatu di daerah Bogor yang diteliti adalah bahan kulit sintetis,

bahan kulit atlantik, bahan canvas dan bahan denim. Jenis bahan baku yang

digunakan disesuaikan dengan jenis sepatu yang diproduksi. Untuk bahan

kulit sintetis dan kulit atlantik digunakan untuk sepatu kulit pria dan wanita,

bahan kulit sintetis dan kulit atlantik ini menjadi pilihan tertinggi karena

harga dari bahan kulit ini tergolong lebih murah dibanding jenis bahan kulit

yang lain, selain itu jenis bahan kulit ini memiliki banyak varian tekstur.

Bahan kanvas dan bahan denim biasanya digunakan untuk sepatu pria dan

wanita jenis flat shoes, giant flames, trumph atau moofeat.

Tabel 4.2

No Nama Alat dan Mesin

1. Mesin Jahit

2. List Cetakan

3. Lem

4. Latek atau Getah Karet

5. Busa

6. Tekson

7. Sol

8. Benang Nilon

9. Jarum

10. Mesin Seset

11. Gunting

12. Paku dan palu

13. Primer

14. Bontek

15. Mesin seset

Page 81: ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35717/1/ANNISA... · ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN ... serta

61

4.1.3 Tahapan Produksi UKM Penghasil Sepatu Daerah Bogor

Secara umum tahapan produksi dari 30 UKM penghasil sepatu daerah

Bogor adalah sama, yaitu sebagai berikut:

1. Tahapan pertama yaitu menggambar pola sepatu bagian atas atau disebut

juga kap sepatu. Kemudian pola yang sudah dibuat digunting dan dijahit

dengan benang nilon hingga membentuk kap sepatu. Pada tahap ini

untuk UKM yang memproduksi sepatu pria dan wanita berbahan kulit,

sebelum dijahit bahan kulit harus diseset terlebih dahulu dengan

menggunakan mesin seset, gunanya untuk membuat bahan kulit menjadi

lebih tipis dan mudah dijahit.

2. Selanjutnya pada bagian depan dan belakang kap sepatu ditempelkan

tekson atau kertas pengeras yang tujuannya agar bagian depan dan

belakang sepatu bisa kaku.

3. Menggunting bontek menyerupai sol sepatu. Bontek ini digunakan untuk

sol sepatu bagian dalam. Kemudian bontek dipaku dengan paku khusus

pada list cetakan sepatu dan ditempelkan dengan kap sepatu yang sudah

ditempelkan kertas pengeras. Setelah list cetakan sudah terbalut kap atas

sepatu dan bontek, diamkan selama kurang lebih 6 jam.

4. Siapkan sol sepatu bagian luar dan tempelkan dengan latek atau getah

karet. Pastikan bahwa sol sepatu sudah lentur. Setelah sol dan latek

sudah menempel dengan baik, selanjutnya sol sepatu bagian luar

ditempelkan pada kap sepatu dan bontek pada list cetakan. Biarkan lem

mengering kurang lebih 10-15 menit.

Page 82: ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35717/1/ANNISA... · ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN ... serta

62

5. Setelah lem mengering, list cetakan sepatu dikeluarkan. Kemudian

membersihkan sisa-sisa lem yang terlihat pada sepatu yang sudah jadi

dengan primer.

4.2 Uji Kenormalan Data

4.2.1 Validitas Konvergen (Convergent Validity)

Nilai validitas konvergen adalah nilai loading faktor pada variabel laten

dengan indikator-indikatornya. Nilai loading faktor diharapkan lebih besar

dari 0,50. Pada penelitian ini diperoleh nilai validitas konvergen keseluruhan

indikator adalah valid.

a. Variabel Pengendalian Bahan Baku (X1)

Gambar 4.1

Output PLS Algorithm

Sumber: Pengolahan data dengan SMART PLS 2013

Berdasarkan gambar 4.1, terlihat bahwa masing-masing indikator

individu dari Pengendalian Bahan Baku (X1) telah memenuhi convergent

validity. Hal tersebut karena semua loading faktor telah berada diatas 0,50,

sehingga tidak ada indikator yang perlu dibuang. Dengan nilai validitas

konvergen terkecil pada indikator X1.4 mengenai biaya pemesanan yaitu

sebesar 0,504 dan nilai tertinggi pada indikator X1.1 mengenai mutu bahan

baku yaitu sebesar 0,849.

Page 83: ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35717/1/ANNISA... · ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN ... serta

63

b. Variabel Pengendalian Mutu Produk dalam Produksi (X2)

Gambar 4.2

Output PLS Algorithm

Sumber: Pengolahan data dengan SMART PLS 2013

Berdasarkan gambar 4.2, diketahui bahwa terdapat indikator individu

dari Pengendalian Mutu Produk dalam Produksi (X2) yang memiliki nilai

loading faktor dibawah 0,5 yaitu -0,174 pada indikator X2.10 tentang

standar jam kerja. Apabila indikator memiliki nilai outer loading kurang

dari 0,50 sebaiknya dilakukan modifikasi (Ghozali, 2011). Modifikasi

dilakukan dengan menghilangkan satu item pertanyaan yaitu item

pertanyaan nomor 16 yang berbunyi “UKM memberikan waktu istirahat

yang cukup bagi karyawan.” Setelah dilakukan modifikasi, diperoleh

hasil seperti pada gambar 4.3.

Gambar 4.3

Output PLS Algorithm

Sumber: Pengolahan data dengan SMART PLS 2013

Page 84: ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35717/1/ANNISA... · ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN ... serta

64

Berdasarkan gambar 4.3, terlihat bahwa masing-masing indikator

individu dari Pengendalian Mutu Produk dalam Produksi (X2) telah

memenuhi convergent validity. Hal tersebut karena semua loading faktor

telah berada diatas 0,50. Dengan nilai validitas konvergen terkecil pada

indikator X2.3 mengenai tata letak layout yaitu sebesar 0,507 dan nilai

tertinggi pada indikator X2.8 mengenai standar upah sebesar 0,834.

c. Variabel Pengendalian Mutu Produk Akhir (X3)

Gambar 4.4

Output PLS Algorithm

Berdasarkan gambar 4.4, terlihat bahwa masing-masing indikator

individu dari Pengendalian Mutu Produk Akhir (X3) telah memenuhi

convergent validity. Hal tersebut karena semua loading faktor telah

berada diatas 0,50. Dengan nilai validitas konvergen terkecil pada

indikator X3.7 mengenai administrasi produk yaitu sebesar 0,554 dan

nilai tertinggi pada indikator X3.3 mengenai daya guna produk sebesar

0,838.

Sumber: Pengolahan data dengan SMART PLS 2013

Page 85: ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35717/1/ANNISA... · ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN ... serta

65

d. Varibel Kualitas Pengendalian Mutu (Y1)

Gambar 4.5

Output PLS Algorithm

Sumber: Pengolahan data dengan SMART PLS 2013

Berdasarkan gambar 4.5, terlihat bahwa masing-masing indikator

individu dari Kualitas Pengendalian Mutu (Y1) telah memenuhi

convergent validity. Hal tersebut karena semua loading faktor telah

berada diatas 0,50. Dengan nilai validitas konvergen terkecil pada

indikator Y1.6 mengenai produk cacat yaitu sebesar 0,653 dan nilai

tertinggi pada indikator Y1.1 mengenai standar proses produksi sebesar

0,952.

4.2.2 Composite Reliability

Relibialitas sebenarnya adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner

yang merupakan indikator dari variabel. Suatu kuesioner dikatakan reliable

atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten

atau stabil dari waktu ke waktu (Imam Ghozali, 2009: 45).

Data yang memiliki composite reliability lebih besar dari 0,8

mempunyai reliabilitas yang tinggi. Nilai composite reliability yang

dihasilkan terlihat pada tabel 4.3. Nilai reliabilitas tertinggi yaitu pada

variabel Y1 sebesar 0,902 dan nilai reliabilitas terendah pada variabel X1

sebesar 0,850.

Page 86: ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35717/1/ANNISA... · ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN ... serta

66

Tabel 4.3

Nilai Composite Reliability Composite Reliability > 0,8

X1 0.850

X2 0.876

X3 0.893

Y1 0.902

Sumber: Pengolahan data dengan SMART PLS 2013

4.2.3 Average Variance Extracted (AVE)

Average Variance Extracted digunakan untuk menilai validitas

diskriminan yang menggambarkan interkorelasi internal yaitu korelasi antar

indikator di dalam model. Nilai AVE yang diharapkan adalah lebih besar

dari 0,5 yang berarti indikator-indikator dalam model terbukti benar-benar

mengukur variabel yang ditargetkan dan tidak mengukur variabel lain. Nilai

AVE dibawah 0,5 menunjukkan bahwa indikator memiliki rata-rata tingkat

error yang lebih tinggi.

Pada tabel 4.4 nilai AVE pada variabel X1, X2 dan X3 tidak lebih besar

dari 0,5 namun mendekati 0,5 yang artinya indikator-indikator dalam model

mengukur variabel X1, X2 dan X3 yang ditargetkan namun memiliki sedikit

rata-rata tingkat error. Sedangkan yang tertinggi pada variabel Y1 yaitu

0,611 berarti indikator dalam model benar-benar mengukur variabel Y1.

Tabel 4.4

Nilai Average Variance Extracted

Original

Sample (O)

Sample Mean

(M)

Standard

Deviation

(STDEV)

T Statistics

(|O/STDEV|) P Values

X1 0.494 0.500 0.072 6.846 0.000

X2 0.448 0.457 0.063 7.062 0.000

X3 0.486 0.488 0.055 8.891 0.000

Y1 0.611 0.607 0.069 8.801 0.000

Sumber: Pengolahan data dengan SMART PLS 2013

Page 87: ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35717/1/ANNISA... · ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN ... serta

67

4.2.4 Outer Weights

Hasil outer weight menunjukkan bahwa tiap indikator signifikan

terhadap variabelnya, karena t-statistiknya lebih besar dari 1,96. T-statistik

terendah yaitu pada indikator X1.5 mengenai biaya pemesanan (ordering cost)

pada variabel Pengendalian Bahan Baku (X1) yaitu sebesar 1,455. Sedangkan

t-statistik tertinggi yaitu pada indikator X3.3 mengenai daya guna produk pada

variabel Pengendaliann Mutu Produk Akhir (X3) yaitu sebesar 9,623.

Tabel 4.5

Nilai Outer Weights

Original

Sample (O)

Sample

Mean (M)

Standard

Deviation

(STDEV)

T Statistics

(|O/STDEV|) P Values

X1.1 <- X1 0.338 0.329 0.057 5.953 0.000

X1.2 <- X1 0.319 0.310 0.054 5.935 0.000

X1.3 <- X1 0.266 0.262 0.059 4.492 0.000

X1.4 <- X1 0.152 0.147 0.060 2.531 0.012

X1.5 <- X1 0.126 0.119 0.087 1.455 0.146

X1.6 <- X1 0.164 0.154 0.062 2.652 0.008

X2.1 <- X2 0.219 0.219 0.032 6.782 0.000

X2.2 <- X2 0.172 0.170 0.025 6.980 0.000

X2.3 <- X2 0.122 0.118 0.026 4.638 0.000

X2.4 <- X2 0.096 0.096 0.039 2.454 0.014

X2.5 <- X2 0.192 0.187 0.032 6.081 0.000

X2.6 <- X2 0.122 0.118 0.030 4.054 0.000

X2.7 <- X2 0.186 0.184 0.025 7.331 0.000

X2.8 <- X2 0.227 0.224 0.031 7.422 0.000

X2.9 <- X2 0.109 0.109 0.036 3.009 0.003

X3.1 <- X3 0.201 0.201 0.030 6.700 0.000

X3.2 <- X3 0.182 0.183 0.026 7.041 0.000

X3.3 <- X3 0.195 0.192 0.020 9.623 0.000

X3.4 <- X3 0.149 0.149 0.031 4.744 0.000

X3.5 <- X3 0.130 0.128 0.021 6.104 0.000

X3.6 <- X3 0.140 0.139 0.039 3.588 0.000

X3.7 <- X3 0.099 0.100 0.025 4.003 0.000

X3.8 <- X3 0.129 0.127 0.024 5.268 0.000

X3.9 <- X3 0.191 0.188 0.029 6.683 0.000

Y1.1 <- Y1 0.265 0.267 0.030 8.761 0.000

Y1.2 <- Y1 0.224 0.224 0.040 5.654 0.000

Y1.3 <- Y1 0.204 0.204 0.035 5.799 0.000

Y1.4 <- Y1 0.262 0.261 0.039 6.714 0.000

Y1.5 <- Y1 0.171 0.164 0.047 3.664 0.000

Y1.6 <- Y1 0.128 0.127 0.048 2.667 0.008

Sumber: Pengolahan data dengan SMART PLS 2013

Page 88: ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35717/1/ANNISA... · ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN ... serta

68

4.2.5 Effect Size

Untuk mengetahui pengaruh antar variabel dalam hipotesis, dapat dilihat

dari hasil effect size (f2) pada tabel 4.6. Dari hasil perhitungan dapat

diketahui bahwa variabel X1 memiliki pengaruh yang besar terhadap X2,

begitu pula variabel X2 terhadap X3 dan X3 terhadap Y1, dapat dilihat dari

hasil t-statistik yaitu masing-masing sebesar 1,646; 2,547; 0,542. Variabel

X1 memiliki pengaruh yang sedang terhadap Y1 dilihat dari nilai t-

statistiknya sebesar 0,434, begitu pula dengan variabel X2 memiliki

pengaruh yang sedang terhadap Y1 dengan nilai t-statistik sebsar 0,203.

Tabel 4.6

Nilai Effect Size (f2)

Original

Sample (O)

Sample

Mean (M)

Standard

Deviation

(STDEV)

T Statistics

(|O/STDEV|) P Values

X1 -> X2 1.371 1.771 0.833 1.646 0.100

X1 -> Y1 0.092 0.187 0.211 0.434 0.665

X2 -> X3 3.497 4.253 1.373 2.547 0.011

X2 -> Y1 0.013 0.046 0.064 0.203 0.839

X3 -> Y1 0.168 0.295 0.310 0.542 0.588

Sumber: Pengolahan data dengan SMART PLS 2013

4.2.6 Pengujian Hipotesis

Dalam menguji hipotesis, dasar yang digunakan adalah nilai yang terdapat

pada hasil path coefficient dari perhitungan Bootstrap seperti berikut:

a. Pengujian Hipotesis H1

Tabel 4.7

Path Coefficient

Original

Sample (O)

Sample

Mean (M)

Standard

Deviation

(STDEV)

T Statistics

(|O/STDEV|) P Values

X1 -> X2 0.760 0.779 0.066 11.579 0.000

Sumber: Pengolahan data dengan SMART PLS 2013

Page 89: ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35717/1/ANNISA... · ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN ... serta

69

Dari tabel 4.7 dapat diketahui bahwa terdapat hubungan yang positif

antara Pengendalian Bahan Baku (X1) terhadap Pengendalian Mutu

Produk dalam Produksi (X2) (koefisien parameter 0,760) dan signifikan

karena memiliki nilai t-statistik diatas 1,96 yakni sebesar 11,579.

b. Pengujian Hipotesis H2

Tabel 4.8

Path Coefficient

Original

Sample (O)

Sample

Mean (M)

Standard

Deviation

(STDEV)

T Statistics

(|O/STDEV|) P Values

X2 -> X3 0.882 0.893 0.026 33.319 0.000

Sumber: Pengolahan data dengan SMART PLS 2013

Dari tabel 4.8 dapat diketahui bahwa terdapat hubungan yang positif

antara Pengendalian Mutu Produk dalam Produksi (X2) terhadap

Pengendalian Mutu Produk Akhir (X3) (koefisien parameter 0,882) dan

signifikan karena memiliki nilai t-statistik diatas 1,96 yakni sebesar

33,319.

c. Pengujian Hipotesis H3

Tabel 4.9

Path Coefficient

Original

Sample (O)

Sample

Mean (M)

Standard

Deviation

(STDEV)

T Statistics

(|O/STDEV|) P Values

X1 -> Y1 0.260 0.286 0.188 1.384 0.167

Sumber: Pengolahan data dengan SMART PLS 2013

Dari tabel 4.9 dapat diketahui bahwa terdapat hubungan yang positif

antara Pengendalian Bahan Baku (X1) terhadap Kualitas Pengendalian

Mutu (Y1) (koefisien parameter 0,260) akan tetapi tidak signifikan

karena nilai t-statistik dibawah 1,96 yaitu 1,384. Hal ini terjadi karena

pada 30 UKM penghasil sepatu daerah Bogor memiliki kualitas bahan

baku yang kurang bagus, mereka lebih mengutamakan pada standar

Page 90: ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35717/1/ANNISA... · ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN ... serta

70

harga bahan baku yang rendah. Bahan baku yang dimiliki 30 UKM ini

juga tidak mengikuti standar bahan baku yang sudah ditetapkan oleh

BSNI. Sehingga hipotesis bahwa pengendalian bahan baku berpengaruh

pada kualitas pengendalian mutu tidak terbukti pada 30 UKM penghasil

sepatu daerah Bogor.

d. Pengujian Hipotesis H4

Tabel 4.10

Path Coefficient

Original

Sample (O)

Sample

Mean (M)

Standard

Deviation

(STDEV)

T Statistics

(|O/STDEV|) P Values

X2 -> Y1 0.155 0.090 0.284 0.546 0.585

Sumber: Pengolahan data dengan SMART PLS 2013

Dari tabel 4.10 dapat diketahui bahwa terdapat hubungan yang

positif antara Pengendalian Mutu Produk dalam Produksi (X2) terhadap

Kualitas Pengendalian Mutu (Y1) (koefisien parameter 0,155) namun

tidak signifikan karena memiliki nilai t-statistik dibawah 1,96 yakni

sebesar 0,546. Hal ini terjadi karena 30 UKM penghasil sepatu daerah

Bogor setelah diteliti tidak memiliki standar khusus untuk proses

produksinya. Mereka masih menggunakan cara tradisional untuk

menjalankan produksinya. Alat dan peralatan yang digunakan pun masih

sangat tradisional, dan lebih banyak dikerjakan oleh tangan. Kemudian

dari segi tenaga kerja, 30 UKM ini biasanya memiliki karyawan yang

sudah memiliki kemampuan untuk membuat sepatu. Namun sayangnya,

tidak ada pelatihan-pelatihan khusus untuk mengembangkan kualitas

tenaga kerjanya, sehingga UKM dirasa kurang mampu untuk

menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman. Oleh sebab itu,

Page 91: ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35717/1/ANNISA... · ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN ... serta

71

hipotesis bahwa pengendalian mutu produk dalam produksi berpengaruh

terhadap kualitas pengendalian mutu tidak terbukti pada 30 UKM

penghasil sepatu daerah Bogor.

e. Pengujian Hipotesis H5

Tabel 4.11

Path Coefficient

Original

Sample (O)

Sample

Mean (M)

Standard

Deviation

(STDEV)

T Statistics

(|O/STDEV|) P Values

X3 -> Y1 0.485 0.532 0.262 1.852 0.065

Sumber: Pengolahan data dengan SMART PLS 2013

Dari tabel 4.11 dapat diketahui bahwa terdapat hubungan yang

positif antara Pengendalian Mutu Produk Akhir (X3) terhadap Kualitas

Pengendalian Mutu (Y1) (koefisien parameter 0,485) namun tidak

signifikan karena memiliki nilai t-statistik dibawah 1,96 yakni sebesar

1,852. Dikarenakan kualitas bahan baku serta proses produksi pada 30

UKM penghasil sepatu daerah Bogor masih rendah dan tidak sesuai

dengan standar yang ditentukan oleh BSNI, maka berpengaruh pada

mutu produk akhir yang kurang mampu merepresentasikan kuliatas

pengendalian mutu yang baik. Sehingga hipotesis bahwa pengendalian

mutu produk akhir berpengaruh pada kualitas pengendalian mutu tidak

terbukti pada 30 UKM penghasil sepatu daerah Bogor.

4.3 Analisis Statistical Quality Control

Analisis statistical quality control digunakan untuk menganalisis data

sampel yang dikumpulkan dalam kegiatan pengawasan kualitas untuk

mengetahui suatu proses berada dalam keadaan in control atau out control.

Page 92: ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35717/1/ANNISA... · ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN ... serta

72

Dalam penelitian ini untuk mengetahui apakah proses produksi UKM

penghasil sepatu daerah Bogor dalam keadaan terkontrol atau tidak terkontrol,

peneliti menggunakan garfik Kendali P atau grafik kendali prioritas dengan

batas pengendali 3 sigma. Dalam analisis Statistical Quality Control peneliti

mengambil 15 sample dari 30 UKM penghasil sepatu daerah Bogor yang

dipilih berdasarkan kriteria bahan baku, jumlah produksi, jumlah tenaga kerja,

jumlah modal awal serta jumlah omset perbulan.

Grafik Kendali P diolah menggunakan data perbandingan jumlah produk

yang rusak dengan jumlah produk yang dihasilkan per hari selama 6 hari

pengamatan produksi. Letak titik merupakan besarnya proporsi (ṕ ), nilai

proporsi yang tidak stabil diakibatkan oleh jumlah produksi dan kerusakan

sepatu yang terjadi setiap hari tidak tetap. Hal ini mengakibatkan garis UCL

dan LCL tidak sama pada setiap UKM.

1. Kusnadi Home Industry

Dari lampiran 4 dapat diketahui bahwa hasil perhitungan dengan

pendekatan 3 sigma menunjukan hasil CL, UCL dan LCL adalah sebesar

0,0078%; 0,1165%; dan -0,1009%. Kerusakan sepatu pada UKM Kusnadi

Home Industry masih berada dalam keadaan yang terkontrol. Hal tersebut

dapat dilihat dari keadaan setiap titik sebagai berikut:

a. Titik 1 sampai 6 berada di bawah garis UCL dan diatas garis LCL,

dimana nilai proporsinya berada pada kisaran 0%-0,023%.

b. Sebanyak 3 titik berada diatas garis CL, antara lain titik 2, 3 dan 4.

c. Sebanyak 3 titik berada dibawah garis CL, antara lain titik 1, 5 dan 6.

Page 93: ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35717/1/ANNISA... · ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN ... serta

73

d. Tidak ada titik yang menunjukkan perilaku tidak normal, karena semua

tititk tidak ada yang mendekati garis UCL dan LCL.

Sumber: Data diolah dengan Microsoft Excel

2. Assenda Sepatu Sendal

Dari lampiran 4 dapat diketahui bahwa hasil perhitungan dengan

pendekatan 3 sigma menunjukan hasil CL, UCL dan LCL adalah sebesar

0,0173%; 0,1588%; dan -0,1242%. Kerusakan sepatu pada UKM Assenda

sepatu sendal masih berada dalam keadaan yang terkontrol. Hal tersebut

dapat dilihat dari keadaan setiap titik sebagai berikut:

a. Titik 1 sampai 6 berada di bawah garis UCL dan diatas garis LCL,

dimana nilai proporsinya berada pada kisaran 0%-0,038%.

b. Sebanyak 2 titik berada diatas garis CL, antara lain titik 4 dan 5.

c. Sebanyak 4 titik berada dibawah garis CL, antara lain titik 1, 2, 3 dan

6.

d. Tidak ada titik yang menunjukkan perilaku tidak normal, karena semua

tititk tidak ada yang mendekati garis UCL dan LCL.

1 2 3 4 5 6

ṕ 0 0.013 0.023 0.010 0.000 0.000

CL 0.0078 0.0078 0.0078 0.0078 0.0078 0.0078

UCL 0.1165 0.1165 0.1165 0.1165 0.1165 0.1165

LCL -0.1009 -0.1009 -0.1009 -0.1009 -0.1009 -0.1009

-0.15-0.1

-0.050

0.050.1

0.15

Pro

po

rtio

n

Gambar 4.6 Kusnadi Home Industry P Chart of Damage

Page 94: ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35717/1/ANNISA... · ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN ... serta

74

e. Namun pada titik nomor 4 posisinya berada di atas CL mengalami

sedikit kenaikan dari posisi titik 1,2 dan 3. Akan lebih baik UKM

memeriksa penyebabnya agar tidak terjadi kesalahan yang sama.

Sumber: Data diolah dengan Microsoft Excel

3. Mutiara Sepatu Sendal

Dari lampiran 4 dapat diketahui bahwa hasil perhitungan dengan

pendekatan 3 sigma menunjukan hasil CL, UCL dan LCL adalah sebesar

0,02%; 0,1683%; dan -0,1284%. Kerusakan sepatu pada UKM Mutiara

Sepatu Sendal masih berada dalam keadaan yang terkontrol. Hal tersebut

dapat dilihat dari keadaan setiap titik sebagai berikut:

a. Titik 1 sampai 6 berada di bawah garis UCL dan diatas garis LCL,

dimana nilai proporsinya berada pada kisaran 0%-0,040%.

b. Sebanyak 3 titik berada diatas garis CL, antara lain titik 4, 5 dan 6.

c. Sebanyak 3 titik berada dibawah garis CL, antara lain titik 1, 2 dan 3.

d. Tidak ada titik yang menunjukkan perilaku tidak normal, karena semua

tititk tidak ada yang mendekati garis UCL dan LCL.

1 2 3 4 5 6

ṕ 0.016667 0.013 0.015 0.038 0.020 0.000

CL 0.0173 0.0173 0.0173 0.0173 0.0173 0.0173

UCL 0.1588 0.1588 0.1588 0.1588 0.1588 0.1588

LCL -0.1242 -0.1242 -0.1242 -0.1242 -0.1242 -0.1242

-0.15-0.1

-0.050

0.050.1

0.150.2

Pro

po

rtio

n

Gambar 4.7 Assenda Sepatu Sendal P Chart of Damage

Page 95: ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35717/1/ANNISA... · ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN ... serta

75

e. Posisi titik 1, 2 dan 3 masih dalam posisi yang sama dibawah garis CL,

mengalami kenaikan pada titik 4 dan 6, walaupun tetap masih

terkontrol akan lebih baik jika UKM memeriksa letak kesalahan dan

melakukan perbaikan.

Sumber: Data diolah dengan Microsoft Excel

4. Meliska

Dari lampiran 4 dapat diketahui bahwa hasil perhitungan dengan

pendekatan 3 sigma menunjukan hasil CL, UCL dan LCL adalah sebesar

0,0133%; 0,1432%; dan -0,1166%. Kerusakan sepatu pada UKM Meliska

masih berada dalam keadaan yang terkontrol. Hal tersebut dapat dilihat

dari keadaan setiap titik sebagai berikut:

a. Titik 1 sampai 6 berada di bawah garis UCL dan diatas garis LCL,

dimana nilai proporsinya berada pada kisaran 0%-0,040%.

b. Sebanyak 3 titik berada diatas garis CL, antara lain titik 1,2 dan 3.

c. Sebanyak 3 titik berada dibawah garis CL, antara lain titik 4, 5 dan 6.

d. Tidak ada titik yang menunjukkan perilaku tidak normal, karena semua

tititk tidak ada yang mendekati garis UCL dan LCL.

1 2 3 4 5 6

ṕ 0 0.000 0.019 0.036 0.025 0.040

CL 0.0200 0.0200 0.0200 0.0200 0.0200 0.0200

UCL 0.1683 0.1683 0.1683 0.1683 0.1683 0.1683

LCL -0.1284 -0.1284 -0.1284 -0.1284 -0.1284 -0.1284

-0.15-0.1

-0.050

0.050.1

0.150.2

Pro

po

rtio

n

Gambar 4.8 Mutiara Sepatu Sendal P Chart of Damage

Page 96: ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35717/1/ANNISA... · ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN ... serta

76

Sumber: Data diolah dengan Microsoft Excel

5. Azfa Collection

Dari lampiran 4 dapat diketahui bahwa hasil perhitungan dengan

pendekatan 3 sigma menunjukan hasil CL, UCL dan LCL adalah sebesar

0,0224%; 0,1764%; dan -0,1316%. Kerusakan sepatu pada UKM Azfa

Collection masih berada dalam keadaan yang terkontrol. Hal tersebut

dapat dilihat dari keadaan setiap titik sebagai berikut:

a. Titik 1 sampai 6 berada di bawah garis UCL dan diatas garis LCL,

dimana nilai proporsinya berada pada kisaran 0%-0,050%.

b. Sebanyak 2 titik berada diatas garis CL, antara lain titik 4 dan 6.

c. Sebanyak 4 titik berada dibawah garis CL, antara lain titik 1, 2, 3 dan

5.

d. Tidak ada titik yang menunjukkan perilaku tidak normal, karena semua

tititk tidak ada yang mendekati garis UCL dan LCL.

e. Posisi titik 1, 2 dan 3 masih dalam posisi yang sama dibawah garis CL,

mengalami kenaikan pada titik 4 dan 6, walaupun tetap masih

1 2 3 4 5 6

ṕ 0.02 0.040 0.020 0.000 0.000 0.000

CL 0.0133 0.0133 0.0133 0.0133 0.0133 0.0133

UCL 0.1432 0.1432 0.1432 0.1432 0.1432 0.1432

LCL -0.1166 -0.1166 -0.1166 -0.1166 -0.1166 -0.1166

-0.15-0.1

-0.050

0.050.1

0.150.2

Pro

po

rtio

n

Gambar 4.9 Meliska P Chart of Damage

Page 97: ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35717/1/ANNISA... · ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN ... serta

77

terkontrol akan lebih baik jika UKM memeriksa letak kesalahan dan

melakukan perbaikan.

Sumber: Data diolah dengan Microsoft Excel

6. Endang Home Industry

Dari lampiran 4 dapat diketahui bahwa hasil perhitungan dengan

pendekatan 3 sigma menunjukan hasil CL, UCL dan LCL adalah sebesar

0,0356%; 0,2143%; dan -0,1432%. Kerusakan sepatu pada UKM Endang

Home Industry masih berada dalam keadaan yang terkontrol. Hal tersebut

dapat dilihat dari keadaan setiap titik sebagai berikut:

a. Titik 1 sampai 6 berada di bawah garis UCL dan diatas garis LCL,

dimana nilai proporsinya berada pada kisaran 0,022%-0,067%.

b. Sebanyak 3 titik berada diatas garis CL, antara lain titik 2, 3 da 4.

c. Sebanyak 3 titik berada dibawah garis CL, antara lain titik 1, 5 dan 6.

d. Tidak ada titik yang menunjukkan perilaku tidak normal, karena semua

tititk tidak ada yang mendekati garis UCL dan LCL.

1 2 3 4 5 6

ṕ 0 0.020 0.000 0.044 0.020 0.050

CL 0.0224 0.0224 0.0224 0.0224 0.0224 0.0224

UCL 0.1764 0.1764 0.1764 0.1764 0.1764 0.1764

LCL -0.1316 -0.1316 -0.1316 -0.1316 -0.1316 -0.1316

-0.15-0.1

-0.050

0.050.1

0.150.2

Pro

po

rtio

n

Gambar 4.10 Azfa Collection P Chart of Damage

Page 98: ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35717/1/ANNISA... · ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN ... serta

78

e. Namun pada titik nomor 3 posisinya berada di atas CL mengalami

sedikit kenaikan dari posisi titik 1 dan 2. Akan lebih baik UKM

memeriksa penyebabnya agar tidak terjadi kesalahan yang sama.

Sumber: Data diolah dengan Microsoft Excel

7. Uyung Home Industry

Dari lampiran 4 dapat diketahui bahwa hasil perhitungan dengan

pendekatan 3 sigma menunjukan hasil CL, UCL dan LCL adalah sebesar

0,0206%; 0,1704%; dan -0,1292%. Kerusakan sepatu pada UKM Uyung

Home Industry masih berada dalam keadaan yang terkontrol. Hal tersebut

dapat dilihat dari keadaan setiap titik sebagai berikut:

a. Titik 1 sampai 6 berada di bawah garis UCL dan diatas garis LCL,

dimana nilai proporsinya berada pada kisaran 0%-0,040%.

b. Sebanyak 3 titik berada diatas garis CL, antara lain titik 3, 4 dan 6.

c. Sebanyak 3 titik berada dibawah garis CL, antara lain titik 1, 2 dan 5.

d. Tidak ada titik yang menunjukkan perilaku tidak normal, karena semua

tititk tidak ada yang mendekati garis UCL dan LCL.

1 2 3 4 5 6

ṕ 0.0222222 0.040 0.067 0.044 0.020 0.020

CL 0.0356 0.0356 0.0356 0.0356 0.0356 0.0356

UCL 0.2143 0.2143 0.2143 0.2143 0.2143 0.2143

LCL -0.1432 -0.1432 -0.1432 -0.1432 -0.1432 -0.1432

-0.2-0.15

-0.1-0.05

00.05

0.10.15

0.20.25

Pro

po

rtio

n

Gambar 4.11 Endang Home Industry P Chart of Damage

Page 99: ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35717/1/ANNISA... · ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN ... serta

79

Sumber: Data diolah dengan Microsoft Excel

8. VIVAN Shoes

Dari lampiran 4 dapat diketahui bahwa hasil perhitungan dengan

pendekatan 3 sigma menunjukan hasil CL, UCL dan LCL adalah sebesar

0,0111%; 0,1335%; dan -0,1112%. Kerusakan sepatu pada UKM VIVAN

Shoes masih berada dalam keadaan yang terkontrol. Hal tersebut dapat

dilihat dari keadaan setiap titik sebagai berikut:

a. Titik 1 sampai 6 berada di bawah garis UCL dan diatas garis LCL,

dimana nilai proporsinya berada pada kisaran 0,000%-0,033%.

b. Sebanyak 3 titik berada diatas garis CL, antara lain titik 3, 4 dan 6.

c. Sebanyak 3 titik berada dibawah garis CL, antara lain titik 1, 2 dan 5.

d. Tidak ada titik yang menunjukkan perilaku tidak normal, karena semua

tititk tidak ada yang mendekati garis UCL dan LCL.

e. Namun pada titik nomor 4 posisinya berada di atas CL mengalami

sedikit kenaikan dari posisi titik 1, 2 dan 3. Akan lebih baik UKM

memeriksa penyebabnya agar tidak terjadi kesalahan yang sama.

1 2 3 4 5 6

ṕ 0.01 0.020 0.029 0.040 0.000 0.025

CL 0.0206 0.0206 0.0206 0.0206 0.0206 0.0206

UCL 0.1704 0.1704 0.1704 0.1704 0.1704 0.1704

LCL -0.1292 -0.1292 -0.1292 -0.1292 -0.1292 -0.1292

-0.15-0.1

-0.050

0.050.1

0.150.2

Pro

po

rtio

n

Gambar 4.12 Uyung Home Industry

Page 100: ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35717/1/ANNISA... · ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN ... serta

80

Sumber: Data diolah dengan Microsoft Excel

9. Bengkel Dr. Kevin

Dari lampiran 4 dapat diketahui bahwa hasil perhitungan dengan

pendekatan 3 sigma menunjukan hasil CL, UCL dan LCL adalah sebesar

0,0083%; 0,1196%; dan -0,1029%. Kerusakan sepatu pada UKM Bengkel

Dr. Kevin masih berada dalam keadaan yang terkontrol. Hal tersebut dapat

dilihat dari keadaan setiap titik sebagai berikut:

a. Titik 1 sampai 6 berada di bawah garis UCL dan diatas garis LCL,

dimana nilai proporsinya berada pada kisaran 0%-0,020%.

b. Sebanyak 4 titik berada diatas garis CL, antara lain titik 1,3,4 dan 5.

c. Sebanyak 2 titik berada dibawah garis CL, antara lain titik 2 dan 6.

d. Tidak ada titik yang menunjukkan perilaku tidak normal, karena semua

tititk tidak ada yang mendekati garis UCL dan LCL.

1 2 3 4 5 6

ṕ 0 0.017 0.000 0.033 0.000 0.017

CL 0.0111 0.0111 0.0111 0.0111 0.0111 0.0111

UCL 0.1335 0.1335 0.1335 0.1335 0.1335 0.1335

LCL -0.1112 -0.1112 -0.1112 -0.1112 -0.1112 -0.1112

-0.15-0.1

-0.050

0.050.1

0.15

Pro

po

rtio

n

Gambar 4.13 VIVAN Shoes P Chart of Damage

Page 101: ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35717/1/ANNISA... · ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN ... serta

81

Sumber: Data diolah dengan Microsoft Excel

10. Balete Shoes

Dari lampiran 4 dapat diketahui bahwa hasil perhitungan dengan

pendekatan 3 sigma menunjukan hasil CL, UCL dan LCL adalah sebesar

0,0222%; 0,1758%; dan -0,1313%. Kerusakan sepatu pada UKM Balete

Shoes masih berada dalam keadaan yang terkontrol. Hal tersebut dapat

dilihat dari keadaan setiap titik sebagai berikut:

a. Titik 1 sampai 6 berada di bawah garis UCL dan diatas garis LCL,

dimana nilai proporsinya berada pada kisaran 0,000%-0,067%.

b. Sebanyak 3 titik berada diatas garis CL, antara lain titik 1, 4 dan 6.

c. Sebanyak 3 titik berada dibawah garis CL, antara lain titik 2, 3 dan 5.

d. Tidak ada titik yang menunjukkan perilaku tidak normal, karena semua

tititk tidak ada yang mendekati garis UCL dan LCL.

e. Namun pada titik nomor 4 posisinya berada di atas CL mengalami

sedikit kenaikan dari posisi titik 1, 2 dan 3. Akan lebih baik UKM

memeriksa penyebabnya agar tidak terjadi kesalahan yang sama.

1 2 3 4 5 6

ṕ 0.01 0.000 0.010 0.020 0.010 0.000

CL 0.0083 0.0083 0.0083 0.0083 0.0083 0.0083

UCL 0.1196 0.1196 0.1196 0.1196 0.1196 0.1196

LCL -0.1029 -0.1029 -0.1029 -0.1029 -0.1029 -0.1029

-0.15-0.1

-0.050

0.050.1

0.15

Pro

po

rtio

n

Gambar 4.14 Bengkel Dr. Kevin P Chart of Damage

Page 102: ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35717/1/ANNISA... · ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN ... serta

82

Sumber: Data diolah dengan Microsoft Excel

11. UKM Abdul Shoes

Dari lampiran 4 dapat diketahui bahwa hasil perhitungan dengan

pendekatan 3 sigma menunjukan hasil CL, UCL dan LCL adalah sebesar

0,0506%; 0,2506%; dan -0,1494%. Kerusakan sepatu pada UKM Abdul

Shoes masih berada dalam keadaan yang terkontrol. Hal tersebut dapat

dilihat dari keadaan setiap titik sebagai berikut:

a. Titik 1 sampai 6 berada di bawah garis UCL dan diatas garis LCL,

dimana nilai proporsinya berada pada kisaran 0,000%-0,067%.

b. Sebanyak 3 titik berada diatas garis CL, antara lain titik 1, 4 dan 5.

c. Sebanyak 3 titik berada dibawah garis CL, antara lain titik 2, 3 dan 6.

d. Tidak ada titik yang menunjukkan perilaku tidak normal, karena semua

tititk tidak ada yang mendekati garis UCL dan LCL.

e. Namun pada titik nomor 5 posisinya berada di atas CL mengalami

kenaikan cukup tinggi dari posisi titik 1, 2, 3dan 4. Akan lebih baik

UKM memeriksa penyebabnya agar tidak terjadi kesalahan yang sama.

1 2 3 4 5 6

ṕ 0.033333 0.000 0.000 0.067 0.000 0.033

CL 0.0222 0.0222 0.0222 0.0222 0.0222 0.0222

UCL 0.1758 0.1758 0.1758 0.1758 0.1758 0.1758

LCL -0.1313 -0.1313 -0.1313 -0.1313 -0.1313 -0.1313

-0.15-0.1

-0.050

0.050.1

0.150.2

Pro

po

rtio

n

Gambar 4.15 Balete Shoes P Chart of Damage

Page 103: ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35717/1/ANNISA... · ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN ... serta

83

Sumber: Data diolah dengan Microsoft Excel

12. Nugraha Sugih

Dari lampiran 4 dapat diketahui bahwa hasil perhitungan dengan

pendekatan 3 sigma menunjukan hasil CL, UCL dan LCL adalah sebesar

0,0089%; 0,1225%; dan -0,1048%. Kerusakan sepatu pada UKM Nugraha

Sugih masih berada dalam keadaan yang terkontrol. Hal tersebut dapat

dilihat dari keadaan setiap titik sebagai berikut:

a. Titik 1 sampai 6 berada di bawah garis UCL dan diatas garis LCL,

dimana nilai proporsinya berada pada kisaran 0%-0,020%.

b. Sebanyak 2 titik berada diatas garis CL, antara lain titik 1 dan 5.

c. Sebanyak 4 titik berada dibawah garis CL, antara lain titik 2, 3, 4 dan

6.

d. Tidak ada titik yang menunjukkan perilaku tidak normal, karena semua

tititk tidak ada yang mendekati garis UCL dan LCL.

1 2 3 4 5 6

ṕ 0.066667 0.050 0.000 0.067 0.080 0.040

CL 0.0506 0.0506 0.0506 0.0506 0.0506 0.0506

UCL 0.2506 0.2506 0.2506 0.2506 0.2506 0.2506

LCL -0.1494 -0.1494 -0.1494 -0.1494 -0.1494 -0.1494

-0.2-0.15

-0.1-0.05

00.05

0.10.15

0.20.25

0.3

Pro

po

rtio

n

Gambar 4.16 UKM Abdul Shoes P Chart of Damage

Page 104: ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35717/1/ANNISA... · ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN ... serta

84

e. Pada titik pertama mengalami kenaikan yang cukup tinggi diatas garis

CL namun tetap terkendali karena ada titik selanjutnya posisi titik

berada dibawah garis CL.

Sumber: Data diolah dengan Microsoft Excel

13. Bengkel H. Endang

Dari lampiran 4 dapat diketahui bahwa hasil perhitungan dengan

pendekatan 3 sigma menunjukan hasil CL, UCL dan LCL adalah sebesar

0,0385%; 0,2220%; dan -0,1449%. Kerusakan sepatu pada UKM Bengkel

H. Endang masih berada dalam keadaan yang terkontrol. Hal tersebut

dapat dilihat dari keadaan setiap titik sebagai berikut:

a. Titik 1 sampai 6 berada di bawah garis UCL dan diatas garis LCL,

dimana nilai proporsinya berada pada kisaran 0,022%-0,067%.

b. Sebanyak 4 titik berada diatas garis CL, antara lain titik 1, 3, 4 dan 5.

c. Sebanyak 2 titik berada dibawah garis CL, antara lain titik 2 dan 6.

d. Tidak ada titik yang menunjukkan perilaku tidak normal, karena semua

tititk tidak ada yang mendekati garis UCL dan LCL.

1 2 3 4 5 6

ṕ 0.0333333 0.000 0.000 0.000 0.020 0.000

CL 0.0089 0.0089 0.0089 0.0089 0.0089 0.0089

UCL 0.1225 0.1225 0.1225 0.1225 0.1225 0.1225

LCL -0.1048 -0.1048 -0.1048 -0.1048 -0.1048 -0.1048

-0.15-0.1

-0.050

0.050.1

0.15

Pro

po

rtio

n

Gambar 4.17 Nugraha Sugih P Chart of Damage

Page 105: ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35717/1/ANNISA... · ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN ... serta

85

e. Namun pada titik nomor 4 posisinya berada di atas CL mengalami

kenaikan cukup tinggi dari posisi titik 1, 2 dan 3. Akan lebih baik

UKM memeriksa penyebabnya agar tidak terjadi kesalahan yang sama.

Sumber: Data diolah dengan Microsoft Excel

14. Monita Shoes

Dari lampiran 4 dapat diketahui bahwa hasil perhitungan dengan

pendekatan 3 sigma menunjukan hasil CL, UCL dan LCL adalah sebesar

0,0275%; 0,1921%; dan -0,1371%. Kerusakan sepatu pada UKM Monita

Shoes masih berada dalam keadaan yang terkontrol. Hal tersebut dapat

dilihat dari keadaan setiap titik sebagai berikut:

a. Titik 1 sampai 6 berada di bawah garis UCL dan diatas garis LCL,

dimana nilai proporsinya berada pada kisaran 0,000%-0,080%.

b. Sebanyak 2 titik berada diatas garis CL, antara lain titik 4 dan 6.

c. Sebanyak 4 titik berada dibawah garis CL, antara lain titik 1, 2, 3 dan

5.

1 2 3 4 5 6

ṕ 0.04 0.022 0.040 0.067 0.040 0.022

CL 0.0385 0.0385 0.0385 0.0385 0.0385 0.0385

UCL 0.2220 0.2220 0.2220 0.2220 0.2220 0.2220

LCL -0.1449 -0.1449 -0.1449 -0.1449 -0.1449 -0.1449

-0.2-0.15

-0.1-0.05

00.05

0.10.15

0.20.25

Pro

po

rtio

n

Gambar 4.18 Bengkel H. Endang P Chart of Damage

Page 106: ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35717/1/ANNISA... · ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN ... serta

86

d. Tidak ada titik yang menunjukkan perilaku tidak normal, karena semua

tititk tidak ada yang mendekati garis UCL dan LCL.

e. Namun pada titik nomor 6 posisinya berada di atas CL mengalami

kenaikan cukup tinggi dari posisi titik 1, 2, 3, 4 dan 5. Akan lebih baik

UKM memeriksa penyebabnya agar tidak terjadi kesalahan yang sama.

Sumber: Data diolah dengan Microsoft Excel

15. She Must Wear

Dari lampiran 4 dapat diketahui bahwa hasil perhitungan dengan

pendekatan 3 sigma menunjukan hasil CL, UCL dan LCL adalah sebesar

0,0350%; 0,2129%; dan -0,1429%. Kerusakan sepatu pada UKM She

Must Wear masih berada dalam keadaan yang terkontrol. Hal tersebut

dapat dilihat dari keadaan setiap titik sebagai berikut:

a. Titik 1 sampai 6 berada di bawah garis UCL dan diatas garis LCL,

dimana nilai proporsinya berada pada kisaran 0,000%-0,060%.

b. Sebanyak 4 titik berada diatas garis CL, antara lain titik 1, 2, 3 dan 4.

c. Sebanyak 2 titik berada dibawah garis CL, antara lain titik 5 dan 6.

1 2 3 4 5 6

ṕ 0.01 0.025 0.000 0.040 0.010 0.080

CL 0.0275 0.0275 0.0275 0.0275 0.0275 0.0275

UCL 0.1921 0.1921 0.1921 0.1921 0.1921 0.1921

LCL -0.1371 -0.1371 -0.1371 -0.1371 -0.1371 -0.1371

-0.2-0.15

-0.1-0.05

00.05

0.10.15

0.20.25

Pro

po

rtio

n

Gambar 4.19 Monita Shoes P Chart of Damage

Page 107: ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35717/1/ANNISA... · ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN ... serta

87

d. Tidak ada titik yang menunjukkan perilaku tidak normal, karena semua

tititk tidak ada yang mendekati garis UCL dan LCL.

e. Namun pada titik nomor 4 posisinya berada di atas CL mengalami

kenaikan cukup tinggi dari posisi titik 1, 2 dan 3. Akan lebih baik

UKM memeriksa penyebabnya agar tidak terjadi kesalahan yang sama.

Sumber: Data diolah dengan Microsoft Excel

4.4 Analisis Lean Six Sigma

Dari hasil analisis dengan pendekatan Statistical Quality Control telah

diketahui bahwa 15 UKM penghasil sepatu daerah Bogor yang diteliti,

kerusakan yang terjadi pada setiap unit sepatu yang dihasilkan tergolong

sedikit dan masih dapat dikontrol dengan baik. Namun, untuk mencapai

kualitas proses produksi yang baik UKM perlu terus melakukan perbaikan

terhadap proses produksinya agar dapat mengurangi jumlah kerusakan. Untuk

mencapai hal tersebut, UKM perlu mengidentifikasi letak kesalahan yang

sering terjadi dalam setiap proses produksi. Analisis dengan pendekatan Lean

Six Sigma melalui metode DMAIC dapat membantu UKM untuk

1 2 3 4 5 6

ṕ 0.05 0.040 0.040 0.060 0.020 0.000

CL 0.0350 0.0350 0.0350 0.0350 0.0350 0.0350

UCL 0.2129 0.2129 0.2129 0.2129 0.2129 0.2129

LCL -0.1429 -0.1429 -0.1429 -0.1429 -0.1429 -0.1429

-0.2-0.15

-0.1-0.05

00.05

0.10.15

0.20.25

Pro

po

rtio

n

Gambar 4.20 She Must Wear P Chart of Damage

Page 108: ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35717/1/ANNISA... · ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN ... serta

88

mengidentifikasi dan mengurangi kesalahan pada tahap produksi sehingga

dapat mengurangi biaya produksi dan meningkatkan laba.

4.4.1 Tahap Define dan Measure

Melalui tahap define dan measure, dapat menentukan masalah pada proses

produksi di 15 UKM penghasil sepatu daerah Bogor dengan menggunakan

analisis diagram pareto. Pembuatan diagram pareto dapat membantu untuk

mengetahui besar persentase dari setiap kesalahan yang terjadi. Sehingga

dapat diketahui jenis kesalahan yang paling berpengaruh terhadap kerusakan

produk sepatu dan UKM dapat melakukan perbaikan.

Pada pemeriksaan di 15 UKM penghasil sepatu daerah Bogor selama 6

hari produksi, ditemukan jenis kesalahan yang terjadi antara lain yaitu

kesalahan dalam menggambar pola, kesalahan dalam memotong pola,

kesalahan menjahit kap sepatu dan proses pengeleman yang kurang rapih.

Jenis dan jumlah kesalahan produksi dapat dilihat pada Lampiran 3.

1. Kusnadi Home Industry

Berdasarkan diagram pareto pada gambar 4.21, jenis kesalahan yang

paling sering terjadi yaitu pada proses pengeleman dengan jumlah

kesalahan 10 unit (43,48%), posisi kedua adalah kesalahan dalam menjahit

pola yaitu pada 7 unit (30,43%), posisi ketiga adalah kesalahan pada saat

memotong pola yaitu 5 unit (21,74%) dan posisi keempat yaitu kesalahan

menggambar pola yaitu 1 unit (4,35%).

Page 109: ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35717/1/ANNISA... · ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN ... serta

89

Sumber: Data diolah dengan Microsoft Excel

2. Assenda Sepatu Sendal

Berdasarkan diagram pareto pada gambar 4.22, jenis kesalahan yang

paling sering terjadi yaitu pada proses pengeleman dengan jumlah

kesalahan 6 unit (50%), posisi selanjutnya yaitu kesalahan dalam menjahit

dan memotong pola yaitu sama-sama dengan jumlah 3 unit (25%) dan

tidak ada kesalahan dalam menggambar pola.

Sumber: Data diolah dengan Microsoft Excel

3. Mutiara Sepatu Sendal

Berdasarkan diagram pareto pada gambar 4.23, jenis kesalahan yang

paling sering terjadi yaitu pada proses menjahit pola dengan jumlah

4.35%

26.09%

56.52%

100.00%

0.00%20.00%40.00%60.00%80.00%100.00%

0

5

10

15

20

SalahMemola

SalahMemotong

SalahMenjahit

Pengeleman

Am

ou

nt

Damage

Gambar 4.21 Diagram Pareto Kusnadi Home Industry

0.00%

25.00%

50.00%

100.00%

0.00%

20.00%

40.00%

60.00%

80.00%

100.00%

02468

1012

SalahMemola

SalahMemotong

SalahMenjahit

Pengeleman

Am

ou

nt

Damage

Gambar 4.22 Diagram Pareto Assenda Sepatu Sendal

Page 110: ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35717/1/ANNISA... · ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN ... serta

90

kesalahan 7 unit (50%), posisi kedua adalah kesalahan pada proses

pengeleman yaitu pada 4 unit (28,57%), posisi ketiga adalah kesalahan

pada saat mengambar pola yaitu 2 unit (14,29%) dan posisi keempat yaitu

kesalahan memotong pola yaitu 1 unit (7,14%).

Sumber: Data diolah dengan Microsoft Excel

4. Meliska

Berdasarkan diagram pareto pada gambar 4.24, jenis kesalahan yang

paling sering terjadi yaitu pada proses pengeleman dengan jumlah

kesalahan 8 unit (44,44%), posisi kedua adalah kesalahan dalam menjahit

pola yaitu pada 6 unit (33,33%), posisi ketiga adalah kesalahan pada saat

memotong pola yaitu 3 unit (16,67%) dan posisi keempat yaitu kesalahan

menggambar pola yaitu 1 unit (5,56%).

14.29% 21.43%

71.43%

100.00%

0.00%

20.00%

40.00%

60.00%

80.00%

100.00%

02468

101214

SalahMemola

SalahMemotong

SalahMenjahit

Pengeleman

Am

ou

nt

Damage

Gambar 4.23 Diagram Pareto Mutiara Sepatu Sendal

Page 111: ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35717/1/ANNISA... · ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN ... serta

91

Sumber: Data diolah dengan Microsoft Excel

5. Azfa Collection

Berdasarkan diagram pareto pada gambar 4.25, jenis kesalahan yang

paling sering terjadi yaitu pada proses pengeleman dengan jumlah

kesalahan 14 unit (46,67%), posisi kedua adalah kesalahan dalam menjahit

pola yaitu pada 11 unit (36,67%), posisi ketiga adalah kesalahan pada saat

memotong pola yaitu 3 unit (10%) dan posisi keempat yaitu kesalahan

menggambar pola yaitu 2 unit (6,67%).

Sumber: Data diolah dengan Microsoft Excel

5.56%

22.22%

55.56%

100.00%

0.00%

20.00%

40.00%

60.00%

80.00%

100.00%

0

5

10

15

SalahMemola

SalahMemotong

SalahMenjahit

Pengeleman

Am

ou

nt

Damage

Gambar 4.24 Diagram Pareto Meliska

6.67% 16.67%

53.33%

100.00%

0.00%

20.00%

40.00%

60.00%

80.00%

100.00%

0

5

10

15

20

25

30

SalahMemola

SalahMemotong

SalahMenjahit

Pengeleman

Am

ou

nt

Damage

Gambar 4.25 Diagram Pareto Azfa Collection

Page 112: ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35717/1/ANNISA... · ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN ... serta

92

6. Endang Home Industry

Berdasarkan diagram pareto pada gambar 4.26, jenis kesalahan yang

paling sering terjadi yaitu pada proses memotong pola dengan jumlah

kesalahan 7 unit (31,82%), posisi kedua adalah kesalahan dalam

pengeleman yaitu pada 6 unit (27,27%), posisi ketiga adalah kesalahan

pada saat menjahit pola yaitu 5 unit (22,73%) dan posisi keempat yaitu

kesalahan menggambar pola yaitu 4 unit (18,18%).

Sumber: Data diolah dengan Microsoft Excel

7. Uyung Home Indusry

Berdasarkan diagram pareto pada gambar 4.27, jenis kesalahan yang

paling sering terjadi yaitu pada proses pengeleman dengan jumlah

kesalahan 11 unit (40,74%), posisi kedua adalah kesalahan dalam menjahit

pola yaitu pada 8 unit (29,63%), posisi ketiga adalah kesalahan pada saat

memotong pola yaitu 5 unit (18,52%) dan posisi keempat yaitu kesalahan

menggambar pola yaitu 3 unit (11,11%).

18.18%

50.00%

72.73%

100.00%

0.00%

20.00%

40.00%

60.00%

80.00%

100.00%

0

5

10

15

20

SalahMemola

SalahMemotong

SalahMenjahit

Pengeleman

Am

ou

nt

Damage

Gambar 4.26 Diagram Pareto Endang Home Industry

Page 113: ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35717/1/ANNISA... · ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN ... serta

93

Sumber: Data diolah dengan Microsoft Excel

8. VIVAN Shoes

Berdasarkan diagram pareto pada gambar 4.28, jenis kesalahan yang

paling sering terjadi yaitu pada proses pengeleman dengan jumlah

kesalahan 13 unit (44,83%), posisi kedua adalah kesalahan dalam menjahit

pola yaitu pada 9 unit (31,03%), posisi ketiga adalah kesalahan pada saat

menggambar pola yaitu 4 unit (13,79%) dan posisi keempat yaitu

kesalahan memotong pola yaitu 3 unit (13,79%).

Sumber: Data diolah dengan Microsoft Excel

11.11%

29.63%

59.26%

100.00%

0.00%

20.00%

40.00%

60.00%

80.00%

100.00%

0

5

10

15

20

25

SalahMemola

SalahMemotong

SalahMenjahit

Pengeleman

Am

ou

nt

Damage

Gambar 4.27 Diagram Pareto Uyung Home Industry

13.79% 24.14%

55.17%

100.00%

0.00%

20.00%

40.00%

60.00%

80.00%

100.00%

0

5

10

15

20

25

SalahMemola

SalahMemotong

SalahMenjahit

Pengeleman

Am

ou

nt

Damage

Gambar 4.28 Diagram Pareto VIVAN Shoes

Page 114: ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35717/1/ANNISA... · ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN ... serta

94

9. Bengkel Dr. Kevin

Berdasarkan diagram pareto pada gambar 4.29, jenis kesalahan yang

paling sering terjadi yaitu pada proses pengeleman dengan jumlah

kesalahan 15 unit (53,57%), posisi kedua adalah kesalahan dalam menjahit

pola yaitu pada 8 unit (28,57%), posisi ketiga adalah kesalahan pada saat

memotong pola yaitu 4 unit (14,29%) dan posisi keempat yaitu kesalahan

menggambar pola yaitu 1 unit (3,57%).

Sumber: Data diolah dengan Microsoft Excel

10. Balete Shoes

Berdasarkan diagram pareto pada gambar 4.30, jenis kesalahan yang

paling sering terjadi yaitu pada proses pengeleman dengan jumlah

kesalahan 17 unit (53,13%), posisi kedua adalah kesalahan dalam menjahit

pola yaitu pada 10 unit (31,25%), posisi ketiga adalah kesalahan pada saat

memotong pola yaitu 5 unit (15,63%) dan tidak ada kesalahan dalam

menggambar pola.

3.57%

17.86%

46.43%

100.00%

0.00%

20.00%

40.00%

60.00%

80.00%

100.00%

0

5

10

15

20

25

SalahMemola

SalahMemotong

SalahMenjahit

Pengeleman

Am

ou

nt

Damage

Gambar 4.29 Diagram Pareto Bengkel Dr. Kevin

Page 115: ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35717/1/ANNISA... · ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN ... serta

95

Sumber: Data diolah dengan Microsoft Excel

11. UKM Abdul Shoes

Berdasarkan diagram pareto pada gambar 4.31, jenis kesalahan yang

paling sering terjadi yaitu pada proses pengeleman dengan jumlah

kesalahan 15 unit (42,86%), posisi kedua adalah kesalahan dalam menjahit

pola yaitu pada 12 unit (34,29%), posisi ketiga adalah kesalahan pada saat

memotong pola yaitu 6 unit (17,14%) dan posisi keempat yaitu kesalahan

menggambar pola yaitu 2 unit (5,71%).

Sumber: Data diolah dengan Microsoft Excel

0.00% 15.63%

46.88%

100.00%

0.00%

20.00%

40.00%

60.00%

80.00%

100.00%

0

5

10

15

20

25

30

SalahMemola

SalahMemotong

SalahMenjahit

Pengeleman

Am

ou

nt

Damage

Gambar 4.30 Diagram Pareto Balete Shoes

5.71%

22.86%

57.14%

100.00%

0.00%

20.00%

40.00%

60.00%

80.00%

100.00%

05

101520253035

SalahMemola

SalahMemotong

SalahMenjahit

Pengeleman

Am

ou

nt

Damage

Gambar 4.31 Diagram Pareto UKM Abdul Shoes

Page 116: ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35717/1/ANNISA... · ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN ... serta

96

12. Nugraha Sugih

Berdasarkan diagram pareto pada gambar 4.32, jenis kesalahan yang

paling sering terjadi yaitu pada proses pengeleman dengan jumlah

kesalahan 15 unit (51,72%), posisi kedua adalah kesalahan dalam

memotong pola yaitu pada 7 unit (24,14%), posisi ketiga adalah kesalahan

pada saat menggambar pola yaitu 4 unit (13,79%) dan posisi keempat

yaitu kesalahan menjahit pola yaitu 3 unit (10,34%).

Sumber: Data diolah dengan Microsoft Excel

13. Bengkel H. Endang

Berdasarkan diagram pareto pada gambar 4.33, jenis kesalahan yang

paling sering terjadi yaitu pada proses pengeleman dengan jumlah

kesalahan 19 unit (46,34%), posisi selanjutnya adalah kesalahan pada saat

menggambar dan memotong pola yaitu sama-sama berjumlah 8 unit

(19,51%) dan posisi terakhir yaitu kesalahan pada saat menjahit pola 6 unit

(14,63%).

13.79%

37.93% 48.28%

100.00%

0.00%

20.00%

40.00%

60.00%

80.00%

100.00%

0

5

10

15

20

25

SalahMemola

SalahMemotong

SalahMenjahit

Pengeleman

Am

ou

nt

Damage

Gambar 4.32 Diagram Pareto Nugraha Sugih

Page 117: ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35717/1/ANNISA... · ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN ... serta

97

Sumber: Data diolah dengan Microsoft Excel

14. Monita Shoes

Berdasarkan diagram pareto pada gambar 4.34, jenis kesalahan yang

paling sering terjadi yaitu pada proses pengeleman dengan jumlah

kesalahan 16 unit (50%), posisi kedua adalah kesalahan dalam menjahit

pola yaitu pada 10 unit (31,25%), posisi ketiga adalah kesalahan pada saat

menggambar pola yaitu 6 unit (18,75%) dan tidak ada kesalahan dalam

memotong pola.

Sumber: Data diolah dengan Microsoft Excel

19.51%

39.02% 53.66%

100.00%

0.00%

20.00%

40.00%

60.00%

80.00%

100.00%

0

10

20

30

40

SalahMemola

SalahMemotong

SalahMenjahit

Pengeleman

Am

ou

nt

Damage

Gambar 4.33 Diagram Pareto Bengkel H. Endang

18.75% 18.75%

50.00%

100.00%

0.00%

20.00%

40.00%

60.00%

80.00%

100.00%

0

5

10

15

20

25

30

SalahMemola

SalahMemotong

SalahMenjahit

Pengeleman

Am

ou

nt

Damage

Gambar 4.34 Diagram Pareto Monita Shoes

Page 118: ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35717/1/ANNISA... · ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN ... serta

98

15. She Must Wear

Berdasarkan diagram pareto pada gambar 4.35, jenis kesalahan yang

paling sering terjadi yaitu pada proses menjahit pola yaitu sebanyak 18

unit (48,65%), kemudian kesalahan saat menggambar pola dan proses

pengeleman berjumlah sama yaitu 8 unit (21,62%), kemudian kesalahan

dalam memotong pola sebanyak 3 unit (8,11%).

Sumber: Data diolah dengan Microsoft Excel

4.4.2 Tahap Analyze

Setelah dapat diketahui letak kesalahan yang mengakibatkan

ketidaksesuain terhadap unit sepatu yang dihasilkan, akan lebih baik jika

UKM mengetahui akar dari permasalahan agar dapat diperbaiki dengan

tepat. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan pengamatan dan wawancara

kepada pegawai serta pemilik UKM kemudian menggunakan diagram

sebab-akibat sebagai pendekatan yang digunakan untuk menganalisis secara

terperinci faktor-faktor penyebab kesalahan yang terjadi pada proses

produksi 15 UKM penghasil sepatu daerah Bogor.

21.62% 29.73%

78.38%

100.00%

0.00%

20.00%

40.00%

60.00%

80.00%

100.00%

0

10

20

30

SalahMemola

SalahMemotong

SalahMenjahit

Pengeleman

Am

ou

nt

Damage

Gambar 4.35 Diagram Pareto She Must Wear

Page 119: ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35717/1/ANNISA... · ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN ... serta

99

Gambar 4.36 memuat faktor penyebab kesalahan di 15 UKM penghasil

sepatu daerah Bogor. Salah satu faktor yang menyebabkan kesalahan pada

unit sepatu diantaranya adalah tenaga kerja.

Tenaga kerja memiliki peran sangat penting dalam keberlangsungan

sebuah usaha, oleh karena itu perlu adanya seleksi serta pelatihan tenaga

kerja yang baik. Dalam 15 UKM yang diteliti diketahui bahwa kesalahan

produksi sepatu yang berasal dari tenaga kerja lebih disebabkan oleh

kurangnya konsentrasi, kehati-hatian, ketelitian serta keterampilan pada

sebagian pegawai baru. Hal ini sangat berpengaruh pada kualitas proses

produksi terutama pada proses penggambaran pola yang membutuhkan

keterampilan dan konsentrasi yang baik, proses pengguntingan pola yang

harus dilakukan secara hati-hati dan teliti, proses penjahitan yang

memerlukan kehati-hatian, ketelitian, konsentrasi serta keterampilan

menjahit yang baik, lalu proses pengeleman yang perlu sangat hati-hati agar

lem tidak mengenai bagian-bagian yang tidak diinginkan serta agar tekson

dan bontek tidak menggelembung saat ditempelkan.

Pemberian gaji yang dilakukan oleh 15 UKM ini yaitu dihitung

berdasarkan jumlah sepatu yang dibuat oleh pegawainya. Rata-rata nominal

yang diberikan untuk gaji pegawainya adalah Rp 5.000/pcs – Rp 20.000/pcs,

dengan rata – rata jumlah sepatu yang dihasilkan per UKM adalah 20 – 100

buah sepatu dalam satu hari. Kemudian untuk pemberian bonus, tidak semua

UKM yang diteliti memberikan bonus kepada pegawainya dengan berbagai

alasan. Contohnya pada UKM Azfa collection tidak memberikan bonus

Page 120: ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35717/1/ANNISA... · ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN ... serta

100

dikarenakan omset yang di hasilkan tidak mencukupi untuk pemberian

bonus, namun digantikan dengan pemberian konsumsi setiap harinya. Pada

UKM Bengkel Dr. Kevin bonus diberikan namun tidak menentu dan tidak

dianggarkan, dikarenakan tergantung pada jumlah omset yang diperoleh.

Sedangkan pada UKM Kusnadi Home Industry pemberian bonus sudah

dianggarkan dan dilakukan secara rutin walaupun tidak selalu dalam bentuk

uang, melainkan dalam bentuk barang atau konsumsi.

Dari hasil wawancara dengan para pegawai, diperoleh informasi bahwa

kurangnya ketelitian, kehati-hatian dan konsentrasi disebabkan oleh

keinginan untuk mencapai target jumlah pembuatan sepatu, sehingga para

pegawai dapat membawa pulang gaji lebih banyak. Sedangkan untuk

keterampilan yang dimiliki oleh pegawai cenderung tidak berubah dari hari

ke hari dikarenakan tidak adanya pelatihan yang diberikan, sehingga para

pegawai tidak dapat mengembangkan keterampilannya menyesuaikan

dengan perkembangan zaman.

Gambar 4.36

Diagram Sebab-akibat

Sumber: Data diolah

Tenaga Kerja

Kesalah

an

Produksi

Kehati-hatian

Ketelitian

Keterampilan

Konsentrasi

Page 121: ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35717/1/ANNISA... · ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN ... serta

101

4.4.3 Tahap Improve

Setelah mengetahui pusat kesalahan serta faktor-faktor penyebab

kesalahan tersebut, tahap selanjutnya adalah tahap perbaikan dengan

menggunakan solusi-solusi yang tepat untuk mengatasi masalah. Berikut

rekomendasi perbaikan yang dapat digunakan untuk mengurangi kesalahan

yang terjadi pada proses produksi 15 UKM penghasil sepatu daerah Bogor:

Gambar 4.37

Rekomendasi Perbaikan

Sumber: Data diolah

Tenaga Kerja Perhitungan yang tepat berdasarkan

omset yang diperoleh untuk pemberian

gaji dan bonus yang layak bagi pegawai.

Pengaplikasian administrasi keuangan.

Mengikuti seminar kewirausahaan untuk

menambah ilmu dan informasi mengenai

bidang usaha.

Perhatikan lingkungan kerja yang bersih

agar para pegawai dapat nyaman dalam

membuat sepatu.

Pemberian pelatihan untuk

mengembangkan kreatifitas pegawai.

Pelatihan kembali para pegawai yang

memiliki kualitas kerja yang kurang baik.

Perhatikan kesehatan pegawai.

Menetapkan metode kerja

Mengatur tata letak layout untuk

mempermudah pegawai dalam membuat

sepatu.

Page 122: ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35717/1/ANNISA... · ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN ... serta

102

4.4.4 Tahap Control

Tahap control sangat diperlukan bagi pelaksanaan perencanaan

perubahan yang telah disusun sebelumnya. Tujuan utama dari analisis lean

six sigma selain memperbaiki proses produksi juga untuk memberikan hasil

produksi yang lebih baik untuk jangka waktu yang panjang. Oleh karena itu,

selain mencari solusi atas faktor-faktor penyebab kesalahan produksi, UKM

juga perlu menetapkan standarisasi pengukuran proses yang optimal dalam

rangka pengawasan proses produksi setelah perubahan dilakukan.

Kesalahan-kesalahan yang terjadi dalam proses produksi disebabkan

salah satunya yaitu oleh faktor tenaga kerja. Dalam tahapan control, untuk

mencegah terjadinya kesalahan dalam proses pelaksanaan perubahan, para

pemilik UKM perlu melakukan hal-hal berikut:

1. Selalu melakukan pengawasan pada tahap penggambaran,

pengguntingan dan penjahitan pola agar kesalahan tidak berpengaruh

pada tahapan produksi lainnya. Selanjutnya pengawasan terhadap tahap

pengeleman juga harus dilakukan dengan sangat teliti, karena tahap

pengeleman sangat penting agar sepatu yang dihasilkan dapat digunakan

dalam jangka waktu yang panjang.

2. Melakukan analisis tanggapan dari pelanggan, tujuannya untuk

mengatahui secara detail apa yang menjadi kelebihan serta kekurangan

dari sepatu yang dihasilkann oleh UKM. Selain itu UKM juga dapat

mengetahui apa yang menjadi keinginan dan kebutuhan pelanggan

dimasa yang akan datang.

Page 123: ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35717/1/ANNISA... · ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN ... serta

103

3. Membangun kerjasama tim antar pegawai. Tujuannya agar para pegawai

dapat berdiskusi tentang rancangan sepatu serta proses produksi yang

baik.

Page 124: ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35717/1/ANNISA... · ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN ... serta

104

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Melalui uji kenormalan data dengan Smart PLS, dapat diketahui bahwa

kualitas pengendalian mutu pada 30 UKM penghasil sepatu daerah

Bogor dapat dinilai melalui kualitas pengendalian mutu produk akhir.

Untuk memperoleh kualitas pengendalian mutu produk akhir yang baik,

maka UKM perlu memperhatikan pula kualitas pengendalian bahan baku

serta kualitas pengendalian mutu produk dalam produksi. Sehingga hasil

akhirnya adalah UKM memiliki kualitas pengendalian mutu yang baik.

2. Berdasarkan penelitian dengan menggunakan diagram kendali P,

diketahui bahwa kualitas proses produksi pada 15 UKM penghasil

sepatu daerah Bogor adalah dalam keadaan yang terkontrol. Meskipun

ke 15 UKM ini masih memiliki kesalahan dalam proses produksinya,

namun kesalahan tersebut masih dapat ditolerir karena nilai proporsinya

masih berada pada batas kendali 3 sigma.

3. Melalui diagram pareto dapat diketahui penyebab kerusakan/ kecacatan

pada proses produksi 15 UKM penghasil sepatu daerah Bogor sebagain

besar terjadi pada proses pengeleman. Kerusakan/ kecacatan dalam

proses pengeleman ini biasanya adalah dalam bentuk lem yang kurang

merekat, posisi lem yang kurang tepat dan lem yang menempel di bagian

kap sepatu sehingga mengurangi kualitas produk. Selain itu letak

kesalahan yang sering terjadi adalah pada proses menjahit pola,

Page 125: ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35717/1/ANNISA... · ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN ... serta

105

kesalahan ini biasanya berbentuk jahitan yang kurang rapih atau warna

benang yang ternyata kurang cocok dengan warna dasar sepatu. Salah

memotong pola dan salah memola sepatu menjadi faktor kecil penyebab

kerusakan/ kecacatan produk.

4. Dari hasil pengamatan serta wawancara dengan pemilik dan pegawai,

diketahui terdapat faktor utama yang paling mempengaruhi mutu 15

UKM penghasil sepatu daerah Bogor salah satunya yaitu tenaga kerja.

Pada diagram sebab-akibat dapat diketahui bahwa faktor penentu mutu

UKM dipengaruhi juga oleh hal-hal seperti konstentrasi, keterampilan,

ketelitian serta kehati-hatian.

5.2 Saran

1. Karena kualitas pengendalian mutu dipengaruhi oleh kualitas produk

akhir maka UKM sebaiknya perlu meningkatkan kualitas bahan baku

serta kualitas produk dalam proses. Untuk bahan baku, UKM sebaiknya

memilih bahan baku yang memiliki kualitas dengan standar yang lebih

baik dari segi estetika dan kegunaannya, bukan hanya sekedar dari segi

harga yang ekonomis. Karena kualitas bahan baku yang baik walaupun

mahal akan tetap memberikan nilai jual yang tinggi atas produk akhir

tersebut, serta konsumennya juga akan berubah menjadi konsumen

menengah-keatas.

2. Untuk mengurangi jumlah kesalahan dalam proses produksi, sebaiknya

para pemilik UKM mengoptimalkan tenaga kerja yang ada dengan

memberikan pelatihan pembuatan sepatu demi untuk meningkatkan

Page 126: ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35717/1/ANNISA... · ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN ... serta

106

kualitas tenaga kerja agar dapat menyesuaikan dengan perkembangan

zaman, kemudian pemberian bonus atau tunjangan serta memperhatikan

kesehatan tenaga kerja untuk meningkatkan semangat kerja para

pegawai. Kemudian untuk mesin dan peralatan peru dilakukan

perawatan secara rutin agar mesin tidak cepat rusak sehingga dapat

mengurangi biaya pembelian mesin baru. Dalam proses produksi,

metode kerja yang baku dan tertulis sangat penting agar para tenaga

kerja dapat bekerja sesuai prosedur kerja yang ditetapkan. Ketersediaan

fasilitas yang baik di lingkungan kerja akan membantu tenaga kerja

untuk bekerja secara aman dan nyaman, serta tata letak tempat produksi

juga akan memudahkan para tenaga kerja sehingga waktu produksi akan

lebih efisien.

Page 127: ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35717/1/ANNISA... · ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN ... serta

107

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, M. Ma’ruf. Metodologi Penelitian Kuantitatif (Untuk: Ekonomi,

Manajemen, Komunikasi, dan Ilmu Sosial Lainnya. Aswaja Pressindo,

Yogyakarta, 2015.

Ahyari, Agus. Manajemen Produksi Pengendalian Produksi. BPFE, Yogyakarta,

2002.

Ariani, D.W. Manajemen Kualitas Pendekatan Sisi Kualitatif. Ghalia Indonesia,

Jakarta, 2002.

Assauri, Sofjan Prof. Dr. Manajemen Produksi dan Operasi. Lembaga Penerbit

Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, 2008.

Dwi, Christine, Lidya Agustina, Verani Carolina. Kajian Teoritis Sistem

Manajemen Mutu pada Usaha Kecil Menengah Menghadapi Tantangan

Globalisasi. [Jurnal]. Yogyakarta. 2012.

Gaspersz, Vincent. Lean Six Sigma for Manufacturing and Service Industries. PT.

Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2007.

Ghozali, Imam. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Badan

Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 2009.

Ghozali, Imam. Structural Equation Modeling Metode Alternatif dengan Partial

Least Square. Badan Penerbit Undip, Semarang, 2011.

Handoko, T. Hani.Dasar-dasar Manajemem Produksi dan Operasi., BPFE,

Yogyakarta, 2000.

Hansen, Don R dan Maryanne M. Mowen. Managerial Accounting. Salemba

Empat, Jakarta, 2011.

Henryanto, Eko, BN Marbun. Pengendalian Mutu Terpadu. PT. Pusaka Binaman

Pressindo, Jakarta, 1993.

Herdiansyah, Haris. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial.

Salemba Humanika, Jakarta, 2010.

Hunger, J. David, Thomas L. Wheelen. Manajemen Strategi., Penerbit Andi,

Yogyakarta, 2003.

Imae, Masaake. 10 QC Maxim, 1971.

Page 128: ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35717/1/ANNISA... · ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN ... serta

108

Nasution, M.N.Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management).Ghalia

Indonesia, Bogor, 2005.

Slamet, Achmad. Penganggaran, Perencanaan dan Pengendalian Usaha.

UNNES PRESS, Semarang, 2007.

Sumarsan, Thomas. Sistem Pengendalian Manajeman. Indeks, Jakarta, 2010.

Tambunanan, Tulus. Usaha Mikro Kecil dan Menengah Indonesia.LP3ES,

Jakarta,2012.

Yamit, Zulian. Manajemen Kualitas Produk dan Jasa. Ekonisis, Yogyakarta,

2005.

Data/informasi

http://www.depkop.go.id/index.php?option=com_phocadownload&view=categor

y&id=118:data-umkm-2013&Itemid=93 , diakses pada 07 Oktober 2015 pada

pukul 10:53.

Direktorat Jenderal Kerjasama ASEAN Departemen Luar Negeri RI. 2009. Cetak

Biru Komunitas Ekonomi ASEAN (ASEAN ECONOMIC COMMUNITY

BLUEPRINT).

http://kecamatanrumpin.bogorkab.go.id/index.php/post/detail/389/koperasi-

sepatu-dan-sandal-bogor-koseebo-resmi-beroperasi#.VsRxmvlYrIU , diakses

pada 17 Februari 2016 pada pukul 20:12.

Page 129: ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35717/1/ANNISA... · ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN ... serta

109

RAHASIA

KUESIONER PENELITIAN

ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU

PRODUKSI DENGAN PENDEKATAN STATISTICAL

QUALITY CONTROL (SQC) DAN LEAN SIX SIGMA PADA

USAHA KECIL DAN MENENGAH

LAMPIRAN 1

Kuesioner Penelitian

No. Responden : __________ (Diisi oleh peneliti)

Tanggal/Bulan/Tahun : ____/____/____

Petunjuk Pengisian : Jawablah pertanyaan atau pernyataan berikut ini

dengan memberi tanda silang (X) pada kotak pilihan

yang telah disediakan. Jawablah pertanyaan tersebut

dengan sejujurnya. Kuesioner ini hanya

dipergunakan untuk bahan penelitian semata.

A. Identitas Responden

Nama Responden : ----------------------------

Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan

Umur : ----------------- Tahun

No. Telp./ HP : ----------------------------

B. Profil UKM

Nama UKM : ----------------------------

Nama Pemilik : ----------------------------

Alamat UKM : ----------------------------

Jenis Produk : ---------------------------

Jumlah Tenaga Kerja : --------------------------- orang

a. Laki-laki : ---------------------------- orang

b. Perempuan : ---------------------------- orang

Modal Awal : Rp ----------------------

Total Omset (per bulan) : Rp ----------------------

Administrasi Keungan : Ada Tidak ada

Page 130: ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35717/1/ANNISA... · ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN ... serta

110

C. Penerapan Pengendalian Mutu Produksi dengan Pendekatan Statistical

Quality Control (SQC) dan Lean Six Sigma pada Usaha Kecil dan

Menengah

Pada bagian ini, Bapak/Ibu diminta untuk membubuhkan tanda silang (X)

pasa salah satu alternatif jawaban yang menurut Bapak/Ibu paling tepat pada

kolom yang telah tersedia.

Keterangan :

Simbol Kategori Nilai/Bobot

SS Sangat Setuju 5

S Setuju 4

KS Kurang Setuju 3

TS Tidak Setuju 2

STS Sangat Tidak Setuju 1

D. Pengendalian Bahan Baku

No Pernyataan

Alternatif Jawaban

SS S KS TS STS

Variabel Pengendalian Bahan Baku 5 4 3 2 1

1. UKM menetapkan standar khusus

untuk kualitas bahan baku

2.

UKM melakukan pengecekkan

terhadap bahan baku secara teliti dan

dilakukan secara rutin

3.

UKM menggunakan bahan baku

secara terkendali sehingga tidak ada

bahan baku yang terbuang

4.

Dalam pembelian bahan baku, terdapat

biaya-biaya pemesanan seperti biaya

administrasi pembelian,

pengangkutan, penerimaan,

pemeriksaan dan lain-lain merupakan

salah satu biaya yang harus

dikeluarkan oleh UKM

Page 131: ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35717/1/ANNISA... · ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN ... serta

111

5.

Biaya pemesanan termasuk biaya

administrasi pembelian,

pengangkutan, penerimaan,

pemeriksaan bahan baku dan lain-lain

termasuk dalam biaya yang

dianggarkan UKM

6.

Biaya sewa gudang, gaji pengawas

bahan baku dan biaya peralatan

gudang merupakan biaya yang

dikeluarkan UKM untuk menjaga

kualitas persediaan bahan baku

E. Pengendalian Mutu Produk dalam Produksi

No.

Pernyataan Alternatif Jawaban

SS S KS TS STS

Variabel Pengendalian Mutu

Produk dalam Produksi 5 4 3 2 1

7.

Kapasitas alat produksi yang dimiliki

UKM mampu memproduksi barang

dengan baik setiap harinya

8.

Rata-rata barang yang diproduksi

UKM mencapai lebih dari 50 buah

setiap harinya

9. UKM menerapkan tata letak layout

untuk memudahkan proses produksi

10.

Terdapat tim/orang yang melakukan

pengawasan terhadap kualitas proses

produksi

11.

Terdapat tim/orang yang melakukan

perawatan terhadap peralatan produksi

yang digunakan

12.

Terdapat pelatihan-pelatihan bagi

karyawan untuk meningkatkan

kualitas karyawan

13. UKM telah menetapkan standar upah

yang sesuai untuk para karyawan

14.

Selain upah pokok, UKM juga

memberikan tunjangan lain seperti

bonus, asuransi kesehatan atau yang

lainnya kepada karyawan

Page 132: ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35717/1/ANNISA... · ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN ... serta

112

15.

Standar jam kerja yang ditetapkan

UKM adalah 5 hari kerja dalam

seminggu, 8 jam kerja setiap harinya

16. UKM memberikan waktu istirahat

yang cukup bagi karyawan

F. Pengendalian Mutu Produk Akhir

No

Pernyataan Alternatif Jawaban

SS S KS TS STS

Variabel Pengendalian Mutu

Produk Akhir 5 4 3 2 1

17.

Produk yang dihasilkan UKM

memiliki ketahanan lebih dari satu

tahun

18. Produk yang dihasilkan UKM mudah

dirawat dan diperbaiki

19.

Produk yang dihasilkan UKM

memiliki estetika serta kualitas

design yang mengikuti trend

20.

Produk yang dihasilkan memiliki

keandalan dalam menjalankan fungsi

yang dimaksudkan

21.

UKM melakukan pencatatan

terhadap arus keluar masuk hasil

produksi

22.

UKM melakukan pencatatan

terhadap tanggal penerimaan dan

pengeluaran hasil produksi

23.

UKM melakukan pencatatan

terhadap nama produk yang

dihasilkan

24.

Dalam hal packaging, UKM

melakukan design khusus agar dapat

memberi nilai tambah terhadap

kualitas produk

25.

Pengiriman produk ke tangan

konsumen dilakukan secara hati-hati

dan cermat oleh UKM agar produk

tidak cacat

Page 133: ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35717/1/ANNISA... · ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN ... serta

113

G. Kualitas Pengendalian Mutu UKM

No

Pernyataan Alternatif Jawaban

SS S KS TS STS

Variabel Kualitas Pengendalian

Mutu UKM 5 4 3 2 1

26.

UKM mampu menjalankan proses

produksi dengan benar sesuai dengan

standar yang berlaku

27. UKM mampu mengurangi biaya

produksi dan meningkatkan laba

28.

UKM mampu mengurangi kerugian

akibat praktik-praktik pemborosan,

pembuangan, cacat dan pengerjaan

kembali produk

29.

UKM mampu menghasilkan produk

yang memenuhi bahkan melebihi

ekspektasi, kebutuhan serta kepuasan

pelanggan

30.

Harga produk yang ditetapkan oleh

UKM sesuai dengan kualitas produk

yang dihasilkan

31.

UKM mampu menghasilkan produk

sesuai dengan spesifikasinya atau

tanpa cacat

Page 134: ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35717/1/ANNISA... · ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN ... serta

114

LAMPIRAN 2

Jawaban Kuesioner

No. X1.1 X1.2 X1.3 X1.4 X1.5 X1.6 X2.1 X2.2 X2.3 X2.4 X2.5 X2.6 X2.7 X2.8 X2.9 X2.10

1 5 5 5 3 4 3 5 5 3 4 4 3 5 4 2 4

2 5 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 3 5 4 3 4

3 4 4 3 5 5 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 5

4 5 4 3 3 4 3 4 3 2 5 4 3 4 4 3 4

5 5 5 4 5 4 3 5 5 5 5 4 4 5 4 4 5

6 4 4 3 5 4 2 4 4 3 4 4 3 5 4 4 4

7 5 5 4 5 4 4 5 5 5 5 4 3 5 4 4 5

8 5 5 4 5 4 2 5 5 3 5 4 3 5 4 3 4

9 5 4 4 4 4 3 5 4 3 4 4 4 5 4 3 4

10 5 4 4 4 4 2 4 4 2 4 4 2 4 4 2 5

11 5 4 4 4 4 3 4 5 2 5 3 4 5 4 3 5

12 4 4 3 4 4 2 5 5 3 5 4 3 5 4 3 4

13 5 4 5 5 4 2 5 4 5 5 4 3 4 4 3 5

14 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5

15 5 4 4 5 4 3 5 3 5 4 4 5 4 4 4 5

16 5 4 4 5 5 4 5 5 5 5 4 4 5 5 4 4

17 3 3 4 4 4 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 5

18 4 4 3 4 4 3 3 4 3 5 4 3 4 3 3 3

19 4 4 4 4 4 3 5 5 3 5 4 4 5 4 4 4

20 5 5 5 5 5 4 5 5 3 5 5 3 5 5 3 3

21 4 4 3 3 3 2 5 2 5 4 4 3 4 3 3 4

22 3 3 3 4 3 2 4 3 3 4 3 3 4 3 3 5

23 5 4 4 5 5 3 4 4 3 4 4 3 4 4 3 4

24 4 4 3 4 3 2 4 3 4 5 4 3 4 3 3 4

25 4 4 3 5 4 4 3 4 3 4 4 3 4 3 3 5

26 4 4 3 3 3 2 4 3 3 5 3 3 4 3 3 5

27 4 4 5 4 4 3 4 5 4 4 4 3 4 4 3 5

28 4 4 3 5 4 2 4 4 3 4 4 3 5 4 2 4

29 4 4 3 4 4 2 4 3 2 4 4 3 4 4 3 4

30 4 4 4 4 4 2 4 5 3 4 3 3 4 4 3 4

Page 135: ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35717/1/ANNISA... · ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN ... serta

115

LANJUTAN LAMPIRAN 2

Jawaban Kuesioner

No. X3.1 X3.2 X3.3 X3.4 X3.5 X3.6 X3.7 X3.8 X3.9 Y1.1 Y1.2 Y1.3 Y1.4 Y1.5 Y1.6

1 5 5 4 5 4 4 4 4 5 5 4 5 5 4 4

2 5 5 4 4 4 4 5 4 5 5 4 4 5 5 5

3 3 4 3 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 4 4

4 5 5 4 4 4 3 5 3 5 4 4 4 4 4 4

5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 4 4 5 5 4

6 5 5 4 4 5 5 5 4 5 5 4 4 5 5 4

7 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5

8 4 5 5 4 5 5 5 4 5 5 4 4 5 5 4

9 4 5 5 4 5 5 5 4 5 5 4 4 5 5 4

10 4 4 4 5 3 3 3 5 5 5 4 4 4 4 5

11 4 5 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4

12 5 5 5 5 4 4 4 3 5 5 4 3 5 5 4

13 5 5 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 5 5 4

14 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 4

15 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 4 4

16 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5

17 4 3 3 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 2 3

18 4 4 3 3 4 3 4 3 3 3 4 3 3 4 3

19 5 5 4 4 5 5 5 4 5 5 4 4 5 4 4

20 5 5 4 5 5 3 5 4 5 5 5 5 4 4 4

21 4 5 4 4 5 3 5 3 5 4 3 4 5 5 5

22 3 4 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 3 4 3

23 5 4 3 5 3 3 3 2 5 5 4 4 5 4 5

24 4 3 4 4 4 4 2 3 5 5 4 4 4 5 5

25 4 4 4 4 4 3 5 4 3 4 3 4 4 4 3

26 4 4 4 4 3 3 3 4 5 4 3 3 4 4 4

27 4 4 5 4 5 4 5 3 5 5 4 4 4 5 4

28 4 4 4 4 5 4 5 4 5 4 3 3 4 5 4

29 4 5 4 4 5 4 4 5 5 4 3 3 4 4 4

30 4 4 4 4 3 3 3 3 5 4 3 4 4 4 4

Page 136: ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35717/1/ANNISA... · ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN ... serta

116

LAMPIRAN 3

Output PLS Algorithm

Page 137: ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35717/1/ANNISA... · ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN ... serta

117

LAMPIRAN 4

Kusnadi Home Industry

Assenda Sepatu Sendal

No (n) (D) ṕ CL UCL LCL

No (n) (D) ṕ CL UCL LCL

1 100 0 0 0.0078 0.1165 -0.1009

1 60 1 0.016667 0.0173 0.1588 -0.1242

2 75 1 0.013 0.0078 0.1165 -0.1009

2 75 1 0.013 0.0173 0.1588 -0.1242

3 86 2 0.023 0.0078 0.1165 -0.1009

3 65 1 0.015 0.0173 0.1588 -0.1242

4 100 1 0.010 0.0078 0.1165 -0.1009

4 52 2 0.038 0.0173 0.1588 -0.1242

5 80 0 0.000 0.0078 0.1165 -0.1009

5 100 2 0.020 0.0173 0.1588 -0.1242

6 100 0 0.000 0.0078 0.1165 -0.1009

6 100 0 0.000 0.0173 0.1588 -0.1242

Σ 541 4 0.047

Σ 452 7 0.104

Mutiara Sepatu Sendal

Meliska

No (n) (D) ṕ CL UCL LCL

No (n) (D) ṕ CL UCL LCL

1 45 0 0 0.0200 0.1683 -0.1284

1 50 1 0.02 0.0133 0.1432 -0.1166

2 50 0 0.000 0.0200 0.1683 -0.1284

2 50 2 0.040 0.0133 0.1432 -0.1166

3 52 1 0.019 0.0200 0.1683 -0.1284

3 50 1 0.020 0.0133 0.1432 -0.1166

4 56 2 0.036 0.0200 0.1683 -0.1284

4 45 0 0.000 0.0133 0.1432 -0.1166

5 40 1 0.025 0.0200 0.1683 -0.1284

5 50 0 0.000 0.0133 0.1432 -0.1166

6 50 2 0.040 0.0200 0.1683 -0.1284

6 55 0 0.000 0.0133 0.1432 -0.1166

Σ 293 6 0.120

Σ 300 4 0.080

Azfa Collection

Endang Home Industry

No (n) (D) ṕ CL UCL LCL

No (n) (D) ṕ CL UCL LCL

1 50 0 0 0.0224 0.1764 -0.1316

1 45 1 0.022222 0.0356 0.2143 -0.1432

2 50 1 0.020 0.0224 0.1764 -0.1316

2 50 2 0.040 0.0356 0.2143 -0.1432

3 45 0 0.000 0.0224 0.1764 -0.1316

3 30 2 0.067 0.0356 0.2143 -0.1432

4 45 2 0.044 0.0224 0.1764 -0.1316

4 45 2 0.044 0.0356 0.2143 -0.1432

5 50 1 0.020 0.0224 0.1764 -0.1316

5 50 1 0.020 0.0356 0.2143 -0.1432

6 60 3 0.050 0.0224 0.1764 -0.1316

6 50 1 0.020 0.0356 0.2143 -0.1432

Σ 300 7 0.134

Σ 270 9 0.213

Page 138: ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35717/1/ANNISA... · ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN ... serta

118

Uyung Home Industry

VIVAN Shoes

No (n) (D) ṕ CL UCL LCL

No (n) (D) ṕ CL UCL LCL

1 100 1 0.01 0.0206 0.1704 -0.1292

1 60 0 0 0.0111 0.1335 -0.1112

2 50 1 0.020 0.0206 0.1704 -0.1292

2 60 1 0.017 0.0111 0.1335 -0.1112

3 70 2 0.029 0.0206 0.1704 -0.1292

3 60 0 0.000 0.0111 0.1335 -0.1112

4 50 2 0.040 0.0206 0.1704 -0.1292

4 60 2 0.033 0.0111 0.1335 -0.1112

5 40 0 0.000 0.0206 0.1704 -0.1292

5 60 0 0.000 0.0111 0.1335 -0.1112

6 80 2 0.025 0.0206 0.1704 -0.1292

6 60 1 0.017 0.0111 0.1335 -0.1112

Σ 390 8 0.124

Σ 360 4 0.067

Bengkel Dr. Kevin

Balete Shoes

No (n) (D) ṕ CL UCL LCL

No (n) (D) ṕ CL UCL LCL

1 100 1 0.01 0.0083 0.1196 -0.1029

1 30 1 0.033333 0.0222 0.1758 -0.1313

2 100 0 0.000 0.0083 0.1196 -0.1029

2 30 0 0.000 0.0222 0.1758 -0.1313

3 100 1 0.010 0.0083 0.1196 -0.1029

3 25 0 0.000 0.0222 0.1758 -0.1313

4 100 2 0.020 0.0083 0.1196 -0.1029

4 30 2 0.067 0.0222 0.1758 -0.1313

5 100 1 0.010 0.0083 0.1196 -0.1029

5 20 0 0.000 0.0222 0.1758 -0.1313

6 100 0 0.000 0.0083 0.1196 -0.1029

6 30 1 0.033 0.0222 0.1758 -0.1313

Σ 600 5 0.050

Σ 165 4 0.133

UKM Abdul Shoes

Nugraha Sugih

No (n) (D) ṕ CL UCL LCL

No (n) (D) ṕ CL UCL LCL

1 30 2 0.067 0.0506 0.2506 -0.1494

1 30 1 0.033333 0.0089 0.1225 -0.1048

2 20 1 0.050 0.0506 0.2506 -0.1494

2 25 0 0.000 0.0089 0.1225 -0.1048

3 30 0 0.000 0.0506 0.2506 -0.1494

3 45 0 0.000 0.0089 0.1225 -0.1048

4 15 1 0.067 0.0506 0.2506 -0.1494

4 30 0 0.000 0.0089 0.1225 -0.1048

5 25 2 0.080 0.0506 0.2506 -0.1494

5 50 1 0.020 0.0089 0.1225 -0.1048

6 50 2 0.040 0.0506 0.2506 -0.1494

6 30 0 0.000 0.0089 0.1225 -0.1048

Σ 170 8 0.303

Σ 210 2 0.053

Bengkel H. Endang

Monita Shoes

No (n) (D) ṕ CL UCL LCL

No (n) (D) ṕ CL UCL LCL

1 50 2 0.04 0.0385 0.2220 -0.1449

1 100 1 0.01 0.0275 0.1921 -0.1371

2 45 1 0.022 0.0385 0.2220 -0.1449

2 80 2 0.025 0.0275 0.1921 -0.1371

3 50 2 0.040 0.0385 0.2220 -0.1449

3 60 0 0.000 0.0275 0.1921 -0.1371

4 30 2 0.067 0.0385 0.2220 -0.1449

4 50 2 0.040 0.0275 0.1921 -0.1371

5 50 2 0.040 0.0385 0.2220 -0.1449

5 100 1 0.010 0.0275 0.1921 -0.1371

6 45 1 0.022 0.0385 0.2220 -0.1449

6 50 4 0.080 0.0275 0.1921 -0.1371

Σ 270 10 0.231

Σ 440 10 0.165

Page 139: ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35717/1/ANNISA... · ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN ... serta

119

She Must Wear

No (n) (D) ṕ CL UCL LCL

1 40 2 0.05 0.0350 0.2129 -0.1429

2 25 1 0.040 0.0350 0.2129 -0.1429

3 50 2 0.040 0.0350 0.2129 -0.1429

4 50 3 0.060 0.0350 0.2129 -0.1429

5 50 1 0.020 0.0350 0.2129 -0.1429

6 40 0 0.000 0.0350 0.2129 -0.1429

Σ 255 9 0.210

Page 140: ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35717/1/ANNISA... · ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN ... serta

120

LAMPIRAN 5

Kusnadi Home Industry

Assenda Sepatu Sendal

Damage

Amount

of

Damages

Percentation Com

Percentation

Damage

Amount

of

Damages

Percentation Com

Percentation

Salah Memola 1 4.35% 4.35%

Salah Memola 0 0.00% 0.00%

Salah Memotong 5 21.74% 26.09%

Salah Memotong 3 25.00% 25.00%

Salah Menjahit 7 30.43% 56.52%

Salah Menjahit 3 25.00% 50.00%

Pengeleman 10 43.48% 100.00%

Pengeleman 6 50.00% 100.00%

Total 23

Total 12

Mutiara Septau Sendal

Meliska

Damage Amount of

Damages Percentation

Com

Percentation

Damage Amount of

Damages Percentation

Com

Percentation

Salah Memola 2 14.29% 14.29%

Salah Memola 1 5.56% 5.56%

Salah Memotong 1 7.14% 21.43%

Salah Memotong 3 16.67% 22.22%

Salah Menjahit 7 50.00% 71.43%

Salah Menjahit 6 33.33% 55.56%

Pengeleman 4 28.57% 100.00%

Pengeleman 8 44.44% 100.00%

Total 14

Total 18

Azfa Collection

Endang Home Industry

Damage Amount of

Damages Percentation

Com

Percentation

Damage Amount of

Damages Percentation

Com

Percentation

Salah Memola 2 6.67% 6.67%

Salah Memola 4 18.18% 18.18%

Salah Memotong 3 10.00% 16.67%

Salah Memotong 7 31.82% 50.00%

Salah Menjahit 11 36.67% 53.33%

Salah Menjahit 5 22.73% 72.73%

Pengeleman 14 46.67% 100.00%

Pengeleman 6 27.27% 100.00%

Total 30

Total

22

Uyung Home Indsutry

VIVAN Shoes

Damage Amount of

Damages Percentation

Com

Percentation

Damage Amount of

Damages Percentation

Com

Percentation

Salah Memola 3 11.11% 11.11%

Salah Memola 4 13.79% 13.79%

Salah Memotong 5 18.52% 29.63%

Salah Memotong 3 10.34% 24.14%

Salah Menjahit 8 29.63% 59.26%

Salah Menjahit 9 31.03% 55.17%

Pengeleman 11 40.74% 100.00%

Pengeleman 13 44.83% 100.00%

Total 27

Total 29

Bengkel Dr. Kevin

Balete Shoes

Page 141: ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35717/1/ANNISA... · ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN ... serta

121

Damage Amount of

Damages Percentation

Com

Percentation

Damage Amount of

Damages Percentation

Com

Percentation

Salah Memola 1 3.57% 3.57%

Salah Memola 0 0.00% 0.00%

Salah Memotong 4 14.29% 17.86%

Salah Memotong 5 15.63% 15.63%

Salah Menjahit 8 28.57% 46.43%

Salah Menjahit 10 31.25% 46.88%

Pengeleman 15 53.57% 100.00%

Pengeleman 17 53.13% 100.00%

Total 28

Total 32

UKM Abdul Shoes

Nugraha Sugih

Damage Amount of

Damages Percentation

Com

Percentation

Damage Amount of

Damages Percentation

Com

Percentation

Salah Memola 2 5.71% 5.71%

Salah Memola 4 13.79% 13.79%

Salah Memotong 6 17.14% 22.86%

Salah Memotong 7 24.14% 37.93%

Salah Menjahit 12 34.29% 57.14%

Salah Menjahit 3 10.34% 48.28%

Pengeleman 15 42.86% 100.00%

Pengeleman 15 51.72% 100.00%

Total 35

Total 29

Bengkel H. Endang

Monita Shoes

Damage Amount of

Damages Percentation

Com

Percentation

Damage Amount of

Damages Percentation

Com

Percentation

Salah Memola 8 19.51% 19.51%

Salah Memola 6 18.75% 18.75%

Salah Memotong 8 19.51% 39.02%

Salah Memotong 0 0.00% 18.75%

Salah Menjahit 6 14.63% 53.66%

Salah Menjahit 10 31.25% 50.00%

Pengeleman 19 46.34% 100.00%

Pengeleman 16 50.00% 100.00%

Total 41

Total 32

She Must Wear

Damage Amount of

Damages Percentation

Com

Percentation

Salah Memola 8 21.62% 21.62%

Salah Memotong 3 8.11% 29.73%

Salah Menjahit 18 48.65% 78.38%

Pengeleman 8 21.62% 100.00%

Total 37