analisis penerapan pengendalian mutu produksi...
TRANSCRIPT
ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN
PENDEKATAN STATISTICAL QUALITY CONTROL (SQC) DAN LEAN
SIX SIGMA PADA USAHA KECIL DAN MENENGAH PENGHASIL
SEPATU DAERAH BOGOR
(TAHUN 2016)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Annisa Rivelia Prawiro
NIM: 1112081000017
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H/2016 M
i
ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN
PENDEKATAN STATISTICAL QUALITY CONTROL (SQC) DAN LEAN
SIX SIGMA PADA USAHA KECIL DAN MENENGAH PENGHASIL
SEPATU DAERAH BOGOR
(TAHUN 2016)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Annisa Rivelia Prawiro
NIM: 1112081000017
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H/2016 M
ii
iii
iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Annisa Rivelia Prawiro
No. Induk Mahasiswa : 1112081000017
Jurusan/ Konsentrasi : Manajemen/ Keuangan
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan
dan mempertanggungjawabkan
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber
asli atau tanpa pemilik karya
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data
5. Mengerjakan sendiri karya dan mampu bertanggung jawab atas
karya ini
Jikalau dikemudiak hari terdapat tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah
melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang
ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan diatas, maka saya siap
untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Ciputat, 10 Maret 2016
Yang menyatakan,
Annisa Rivelia Prawiro
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
IDENTITAS DIRI
Nama : Annisa Rivelia Prawiro
Tempat/ Tanggal Lahir : Bogor/ 10 Maret 1994
Agama : Islam
Alamat : Kp. Telukpinang RT 003/001 Kec. Teluk Pinang
Kab. Bogor
Telp/ HP : 02189940464/ 085715389801
Email : [email protected]
PENDIDIKAN FORMAL
2001 – 2006 SDI Amaliah
2006 – 2009 SMPI Cikal Harapan
2009 – 2012 SMAN 4 Bogor
2012 – 2016 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
PENDIDIKAN NON FORMAL
2011 English Course, LBPP LIA Bogor
2013 Peserta Sosialisasi Kebijakan Fiskal dengan Materi
“Kibjakan Fiskal dalam Menghadapi Masyarakat
Ekonomi ASEAN dan Ekonomi Hijau” yang
diselenggarakan oleh Badan Kebijakan Fiskal,
Kementerian Keuangan Republik Indonesia.
2013 Peserta Diskusi Enterpreneurship Chairul Tanjung
dan Joko Widodo, SMESCO Convention Hall.
vi
2014 Peserta Seminar Pasar Modal bersama Panin
Sekuritas, Panin Asset Management dan Bursa Efek
Indonesia, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2014 Peserta International Seminar “Toward ASEAN
Economic Community 2015; Fair Governments
Policies in Islamic Finance Sectors Among ASEAN
Countries”, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2014 Peserta Seminar “Inspiring Leadership and Legacy
of Muhammad (PBUH): A Prophet and An
Enterpreneur”, Fakultas Syariah dan Hukum, UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2014 Peserta Sosialisasi Kebijakan Fiskal dengan Materi
“ASEAN 2015, Threat od Opportunity dan Peran
Indonesia dalam Forum APEC dan Kebijakannya”,
yang diselenggarakan oleh Badan Kebijakan Fiskal,
Kementerian Keuangan Republik Indonesia.
PENGALAMAN ORGANISASI
2012 Panitia Divisi Saman dalam Acara Dekan Cup 2012
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2013 Panitia dalam Management Camp “Together with
Management Bring Your Kingdom to the Future”,
vii
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2013-2014 Koordinator Divisi Hubungan Luar Kampus
Himpunan Mahasiswa Jurusan Manajemen UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2014 Panitia dalam Acara One Day with Wardah Be
Smart, Energic, and Inspiring, Wardah Beauty
Agent.
PENGALAMAN BEKERJA
2014 – sekarang Wardah Beauty Agent pada PT. Paragon
Technology and Innovation
viii
ABSTRACT
This research is purpose to analyze the production quality control, the quality
of production process, identify the causes of defects/ damage to the production
process and to know the main factors that effect the quality of SMEs. Sampling
method that used in this research is non-probability purposeful sampling with
homogeneous sampling strategy, which 30 SMEs producing shoes in Bogor is the
research sample for the data normality test, and then was re-selected to 15 SMEs
producing shoes in Bogor as a sample for Statistical Quality Control Analysis and
Lean Six Sigma Analysis. The data obtained were processed with Smart PLS
Software for data normality test, and Microsoft Excel Software to analyze data
with the approach of Statistical Quality Control and Lean Six Sigma. The results
of data normality test is the quality control of 30 SMEs producing shoes can not
be assessed through the quality control of raw materials, product quality control
in production and quality control of end product. The results of the statistical
quality control analysis is the production quality of SMEs are in controlled. And
the results of the lean six sigma analysis is the cause of the damage/ defects in the
production process occurs largely in the gluing process. There are five main
factors that most effect the quality of SMEs are labor, raw materials, machinery
and equipment, working methods and the environment.
Keyword: Statistical Quality Control, Lean Six Sigma
ix
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengendalian mutu produksi,
menganalisis kualitas proses produksi, mengidentifikasi penyebab kecacatan/
kerusakan pada proses produksi serta mengetahui faktor utama yang
mempengaruhi mutu UKM. Pemilihan sampel dilakukan dengan metode non-
probability purposeful sampling dengan strategi homogeneous sampling, dimana
30 UKM penghasil sepatu daerah Bogor adalah sampel penelitian untuk Uji
kenormalan data, kemudian dipilih kembali menjadi 15 UKM penghasil sepatu
daerah Bogor sebagai sampel untuk analisis Statistical Quality Control dan Lean
Six Sigma. Data-data yang diperoleh diolah dengan Software Smart PLS untuk uji
kenormalan data, serta Software Microsoft Excel untuk menganalisis data dengan
pendekatan Statistical Quality Control dan Lean Six Sigma. Hasil dari uji
kenormalan data yaitu kualitas pengendalian mutu pada 30 UKM penghasil sepatu
daerah Bogor tidak dapat dinilai melalui kualitas pengendalian bahan baku,
kualitas pengendalian mutu produk dalam produksi serta kualitas pengendalian
mutu produk akhir. Hasil dari analisis Statistical Quality Control yaitu kualitas
produksi UKM adalah dalam keadaan yang terkontrol. Dan hasil dari analisis
Lean Six Sigma yaitu penyebab kerusakan/ kecacatan pada proses produksi
sebagian besar terjadi pada proses pengeleman. Terdapat lima faktor utama yang
paling mempengaruhi mutu UKM yaitu tenaga kerja, bahan baku, mesin dan
peralatan, metode kerja serta lingkungan.
Kata Kunci: Statistical Quality Control, Lean Six Sigma
x
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini. Dalam proses penyusunan skripsi yang berjudul
“Analisis Penerapan Pengendalian Mutu Produksi dengan Pendekatan
Statistical Quality Control dan Lean Six Sigma pada Usaha Kecil dan
Menengah Penghasil Sepatu Daerah Bogor (Tahun 2016)”, semata-mata
bukanlah hasil usaha penulis sendiri, melainkan dari berbagai pihak yang
memberikan bantuan, bimbingan dan motivasi. Oleh karena itu, sudah sepatutnya
penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. The one and only Mama Lia Aisyah, SE., yang selalu mendoakan dengan tulus
dan ikhlas, memberikan kasih sayang indah sepanjang masa, serta dukungan
tiada henti baik moril maupun materil. Semoga kelak saya bisa menjadi
kebanggaan bagi Mama baik di dunia maupun di akhirat nanti.
2. Adik tersayang Aldo Febrian Yasin, terimakasih atas berbagai musik yang
dimainkan untuk menemani dan menghibur saat penyusunan skripsi.
3. Bapak Dr. Arief Mufrainy. Lc., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang selalu memberikan dukungan
serta motivasi kepada penulis selama menimba ilmu di Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Titi Dewi Warninda, M.Si., selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang tiada henti
xi
memberikan motivasi dan dukungan kepada penulis sejak awal perkuliahan
hingga akhir.
5. Bapak Indo Yama Nasarudin, SE., MBA., selaku dosen pembimbing I yang
telah meluangkan waktunya dan tak pernah lelah dalam membimbing serta
memberikan semangat kepada penulis sejak awal hingga akhirnya skripsi ini
bisa terselesaikan.
6. Bapak Taridi Kasbi Ridho, SE., MBA., sebagai dosen pembimbing II yang
telah bersedia meluangkan waktunya serta memberikan bimbingan yang
positif serta membangun kepada penulis.
7. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang telah sabar dan ikhlas dalam mendidik dan memberikan ilmu kepada
penulis yang Insyaallah akan bermanfaat.
8. Seluruh staf pengajar dan karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
telah memberikan bantuan kepada penulis.
9. Fauzi Raziz, SE., yang selalu memberikan motivasi dan dorongan agar
menjadi pribadi yang lebih baik.
10. Yulvie Sabriani, Fikri Choirunnisa, Hersinta Pusdika, Larassanti Dewi, Asri
Lestari dan Rizka Azizi yang sudah bersama-sama sejak awal perkuliahan
saling mendukung satu sama lain dalam suka maupun duka, dan juga kepada
Alif Mughofir, Lutfi Wijaya dan Achmad Fauzi yang telah memberikan warna
indah pertemanan.
11. Kawan-kawan seperjuangan Manajemen 2012 yang bersama-sama saling
bertukar fikiran, memberikan semangat serta motivasi. “Friendships consists
xii
in forgetting what one gives and remembering what one receives” – Alexander
Dumas.
12. Siti Julaika dan Aldita teman seperjuangan dalam menyusun skripsi, yang
sama-sama saling mendukung dan memberikan saran serta bimbingan.
Akhir kata, dengan penuh rasa hormat dan kerendahan hati saya mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Semoga segala bentuk bantuan yang telah kalian berikan mendapatkan pahala
yang berlipat dari Allah SWT. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat
memberikan manfaat bagi penulis serta para pembaca.
Ciputat, 10 Maret 2016
Penulis
xiii
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan Skripsi ............................................................................. i
Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif ....................................................... ii
Lembar Pengesahan Ujian Skripsi ................................................................. iii
Lembar Pernyataan Keaslian Skripsi ............................................................. iv
Daftar Riwayat Hidup ..................................................................................... v
Abstract ........................................................................................................ viii
Abstrak ............................................................................................................ ix
Kata Pengantar ................................................................................................. x
Daftar Isi ....................................................................................................... xiii
Daftar Tabel .................................................................................................. xvi
Daftar Gambar ............................................................................................. xvii
Daftar Lampiran ........................................................................................... xix
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian ............................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................... 8
1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................... 9
1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................ 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori ............................................................................ 11
2.1.1 Produksi dan Operasi (Production and Operation) ........... 11
2.1.2 Mutu atau Kualitas (Qualiy) ............................................... 13
xiv
2.1.3 Pengendalian Mutu atau Kualitas (Quality Control) ......... 15
2.1.4 Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management) .. 23
2.1.5 Sistem Pengawasan Kualitas Statistikal
(Statistical Quality Control) .............................................. 35
2.1.6 Lean Six Sigma ................................................................... 35
2.1.7 Usaha Mikro, Kecil dan Menengah ................................... 36
2.2 Penelitian Terdahulu ................................................................... 42
2.3 Kerangka Pemikiran Teoritis ...................................................... 46
2.4 Hipotesis ...................................................................................... 47
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Ruang Lingkup Penelitian ............................................................ 48
3.2 Populasi dan Teknik Pemilihan Sample ...................................... 48
3.3 Metode Pengumpulan Data .......................................................... 49
3.4 Metode Analisis Data ................................................................... 50
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ............................................ 54
4.1.1 Profil UKM Penghasil Sepatu Daerah Bogor ..................... 56
4.1.2 Bahan Baku serta Alat dan Mesin Produksi pada UKM
Penghasil Sepatu Daerah Bogor ......................................... 60
4.1.3 Tahapan Produksi UKM Penghasil Sepatu Daerah Bogor 61
4.2 Uji Kenormalan Data ................................................................... 62
4.2.1 Validitas Konvergen (Convergent Validity) ....................... 62
4.2.2 Composite Reliability .......................................................... 65
xv
4.2.3 Average Variance Extracted (AVE) .................................. 66
4.2.4 Outer Weights ..................................................................... 67
4.2.5 Effect Size .......................................................................... 68
4.2.6 Pengujian Hipotesis ............................................................ 68
4.3 Analisis Statistical Quality Control ............................................. 71
4.4 Analisis Lean Six Sigma .............................................................. 87
4.4.1 Tahap Define dan Measure ................................................. 88
4.4.2 Tahap Analyze .................................................................... 98
4.4.3 Tahap Improve .................................................................. 101
4.4.4 Tahap Control ................................................................... 102
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ............................................................................... 104
5.2 Saran ........................................................................................... 105
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 107
xvi
DAFTAR TABEL
Nomor Keterangan Halaman
1.1 Data Perkembangan Usaha Mikro, Kecil, 2
Menengah (UMKM) dan Usaha Besar Tahun
2012-2013
2.1 Penelitian Terdahulu 42
4.1 Profil UKM Penghasil Sepatu Daerah Bogor 56
4.2 Nama Alat dan Mesin pada UKM Penghasil 60
Sepatu Daerah Bogor
4.3 Nilai Composite Reliability 66
4.4 Nilai Average Variance Extracted 66
4.5 Nilai Outer Weights 67
4.6 Nilai Effect Size 68
4.7 Nilai Path Coefficient Hipotesis H1 68
4.8 Nilai Path Coefficient Hipotesis H2 69
4.9 Nilai Path Coefficient Hipotesis H3 69
4.10 Nilai Path Coefficient Hipotesis H4 70
4.11 Nilai Path Coefficient Hipotesis H5 71
xvii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Keterangan Halaman
2.1 Sistem Produksi dan Operasi 12
2.2 Indikator-indikator untuk Mengukur UKM 41
yang Bermutu
2.3 Kerangka Pemikiran Teoritis 45
2.4 Hipotesis 46
3.1 Contoh Diagram Pareto 52
4.1 Output PLS Algorithm Variabel (X1) 62
4.2 Output PLS Algorithm Variabel (X2) 63
4.3 Output PLS Algorithm Variabel (X3) 63
4.4 Output PLS Algorithm Variabel (X4) 64
4.5 Output PLS Algorithm Variabel (Y1) 65
4.6 Kusnadi Home Industry P Chart of Damage 73
4.7 Assenda Sepatu Sendal P Chart of Damage 74
4.8 Mutiara Sepatu Sendal P Chart of Damage 75
4.9 Meliska P Chart of Damage 76
4.10 Azfa Collection P Chart of Damage 77
4.11 Endang Home Industry P Chart of Damage 78
4.12 Uyung Home Industry P Chart of Damage 79
4.13 VIVAN Shoes P Chart of Damage 80
4.14 Bengkel Dr. Kevin P Chart of Damage 81
4.15 Balete Shoes P Chart of Damage 82
xviii
4.16 UKM Abdul Shoes P Chart of Damage 83
4.17 Nugraha Sugih P Chart of Damage 84
4.18 Bengkel H. Endang P Chart of Damage 85
4.19 Monita Shoes P Chart of Damage 86
4.20 She Must Wear P Chart of Damage 87
4.21 Diagram Pareto Kusnadi Home Indsutry 88
4.22 Diagram Pareto Assenda Sepatu Sendal 89
4.23 Diagram Pareto Mutiara Sepatu Sendal 90
4.24 Diagram Pareto Meliska 91
4.25 Diagram ParetoAzfa Collection 92
4.26 Diagram Pareto Endang Home Industry 93
4.27 Diagram Pareto Uyung Home Industry 93
4.28 Diagram Pareto VIVAN Shoes 93
4.29 Diagram Pareto Bengkel Dr. Kevin 94
4.30 Diagram Pareto Balete Shoes 95
4.31 Diagram Pareto UKM Abdul Shoes 95
4.32 Diagram Pareto Nugraha Sugih 96
4.33 Diagram Pareto Bengkel H. Endang 97
4.34 Diagram Pareto Monita Shoes 97
4.35 Diagram Pareto She Must Wear 98
4.36 Diagram Sebab - Akibat 100
4.37 Rekomendasi Perbaikan 101
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Keterangan Halaman
1 Kuesioner Penelitian 109
2 Jawaban Kuesioner 114
3 Output PLS Algorithm 116
4 Hasil Perhitungan untuk Diagram Kendali P 117
5 Hasil Perhitungan untuk Diagram Pareto 120
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Diakui, bahwa usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) memiliki peran
penting di dalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi, tidak hanya di
negara-negara sedang berkembang (NSB) tetapi juga di negara-negara maju
(NM). Pada negara maju, UMKM sangat penting, tidak hanya karena
kelompok usaha tersebut menyerap paling banyak tenaga kerja dibandingkan
usaha besar, seperti halnya negara sedang berkembang, tetapi juga
kontribusinya terhadap pembentukan atau pertumbuhan produk domestik
bruto (PDB) paling besar dibandingkan kontribusi dari usaha besar (Tulus
Tambunan, 2012: 1).
Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah mencatat
bahwa pada tahun 2013 terdapat 57.895.721 unit UMKM atau menempati
pangsa pasar Indonesia sekitar 99,99%. Dapat dilihat bahwa UMKM
mengalami perkembangan sebesar 1.361.129 unit sejak tahun 2012 sampai
2013. Dengan peningkatan penyerapan tenaga kerja sebesar 6.486.573 atau
sebesar 6,03% dan peningkatan Pendapatan Domestik Bruto sebesar
570.439,8 atau sebesar 11,71%.
2
Tabel 1.1
Data Perkembangan Usaha Mikro, Kecil, Menengah (UMKM) dan Usaha Besar
Tahun 2012-2013
No Indikator Satuan Tahun 2012 Tahun 2013 Perkembangan
Tahun 2012-2013
Jumlah Pangsa
(%)
Jumlah Pangsa
(%)
Jumlah Pangsa
(%)
1 Unit Usaha
(A+B)
A. Usaha
Mikro,
Kecil dan
Menengah
(UMKM)
- Usaha
Mikro
(UM)
- Usaha
Kecil
(UK)
- Usaha
Menen
gah
(UM)
B. Usaha
Besar (UB)
(unit) 56.539.560
56.534.592
55.856.176
629.418
48.997
4.968
99,99
98,79
1,11
0,09
0,01
57.900.787
57.895.721
57.189.393
654.222
52.106
5.066
99,99
98,77
1,13
0,09
0,01
1.361.227
1.361.129
1.333.217
24.803
3.110
98
2,41
2,41
2,39
3,94
6,35
1,97
2 Tenaga Kerja
(A+B)
A. Usaha
Mikro,
Kecil dan
Menengah
(UMKM)
- Usaha
Mikro
(UM)
- Usaha
Kecil
(UK)
- Usaha
Menen
gah
(UM)
B. Usaha
Besar (UB)
(orang) 110.808.154
107.657.509
99.859.517
4.535.970
3.262.023
3.150.645
97,16
90,12
4,09
2,94
2,84
117.681.244
114.144.082
104.624.466
5.570.231
3.949.385
3.537.162
96,99
88,90
4,73
3,36
3,01
6.873.090
6.486.573
4.764.949
1.034.262
687.363
386.517
6,20
6,03
4,77
22,80
21,07
12,27
3
3 PDB atas
Dasar Harga
Berlaku (A+B)
A. Usaha
Mikro,
Kecil dan
Menengah
(UMKM)
- Usaha
Mikro
(UM)
- Usaha
Kecil
(UK)
- Usaha
Menen
gah
(UM)
B. Usaha
Besar (UB)
(Rp.
Milyar
)
8.241.864,3
4.869.568,1
2.951.120,6
798.122,2
1.120.325,3
3.372.296,1
59,08
35,81
9,68
13,59
40,92
9.014.951,2
5.440.007,9
3.326.564,8
876.385,3
1.237.057,8
3.574.943,3
60,34
36,90
9,72
13,72
39,66
773.086,9
570.439,8
375.444,2
78.263,1
116.732,5
202.647,2
9,38
11,71
12,72
9,81
10,42
6,01
4 PDB atas
Dasar Harga
Konstan 2000
A. Usaha
Mikro,
Kecil dan
Menengah
(UMKM)
- Usaha
Mikro
(UM)
- Usaha
Kecil
(UK)
- Usaha
Menen
gah
(UM)
B. Usaha
Besar (UB)
(Rp.
Milyar
)
2.525.120,4
1.451.460,2
790.825,6
294.260,7
366.373,9
1.073.660,1
57,48
31,32
11,65
14,51
42,52
2.670.314,8
1.536.918,8
807.804,50
342.579,19
386.535,07
1.133.396,05
57,56
30,25
12,83
14,48
42,44
145.194,4
85.458,5
16.978,9
48.318,5
20.161,1
59.735,9
5,75
5,89
2,15
16,42
5,50
5,56
Sumber: Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia
Berkembangnya Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia harus diikuti
pula dengan peningkatan daya saing dan keunggulan kompetitifnya agar
4
mampu bertahan menghadapi berbagai peluang serta ancaman, baik ancaman
eksternal maupun ancaman internal. Peluang sekaligus ancaman yang akan
dihadapi oleh UKM salah satunya adalah Masyarakat Ekonomi ASEAN atau
yg disingkat dengan MEA, yang diberlakukan pada akhir tahun 2015.
MEA merupakan sebuah gagasan dari para pemimpin ASEAN dan seluruh
negara-negara ASEAN yang bertujuan untuk menciptakan pembangunan
negara-negara ASEAN dengan melakukan integrasi ekonomi yaitu aliran
bebas barang, jasa, investasi dan tenaga kerja terdidik antar negara ASEAN.
Dengan adanya MEA maka akan terjadi perdagangan bebas (free trade),
penghilangan tarif perdagangan antar negara ASEAN, serta pasar tenaga kerja
dan pasar modal yang bebas. Deklarasi Masyarakat Ekonomi ASEAN
bertujuan membentuk ASEAN sebagai pasar tunggal dan basis produksi yang
menggerakan para pelaku usaha, suatu kawasan dengan membangun ekonomi
yang merata, kawasan ekonomi yang berdaya saing tinggi serta kawasan yang
terintegrasi penuh dengan ekonomi global.
Usaha kecil dan menengah (UKM) termasuk usaha mikro merupakan
bagian tulang punggung perekonomian Negara-negara anggota ASEAN.
UKM merupakan sumber terbesar dari pendapatan lokal disamping semua
sektor ekonomi, baik pada area pedesaan dan perkotaan. Sektor UKM yang
kuat, dinamis dan efisien menentukan perkembangan ekonomi yang
berkelanjutan. Oleh sebab itu, dorongan dan promosi UKM yang kompetitif
dan inofatif dibutuhkan dalam memberikan kontribusi pada pertumbuhan
ekonomi wiliayah ASEAN yang lebih baik (ASEAN Policy Blueprint for SME
5
Development, 2009: 1). Untuk menghadapi MEA para pelaku UKM harus
mengambil langkah-langkah strategis agar dapat menghadapi persaingan
dengan para pelaku UKM dari Negara ASEAN lainnya. Yang menjadi
pertanyaan besar bagi para pelaku UKM di Indonesia tentunya adalah tentang
kesiapan mereka dalam mempersiapkan strategi-strategi bersaing dan kesiapan
dalam menghadapi berbagai jenis produk asing yang sampai saat ini sudah
dapat ditemukan dibanyak tempat di Indonesia.
Michael Porter menawarkan dua strategi bersaing untuk mengungguli para
pesaing dalam bisnis yaitu biaya rendah dan diferensiasi. Biaya rendah adalah
kemampuan perusahaan atau sebuah unit bisnis untuk merancang, membuat
dan memasarkan sebuah produk sebanding dengan cara yang lebih efisien
daripada pesaingnya. Sedangkan diferensiasi adalah kemampuan untuk
menyediakan nilai unik dan superior kepada pembeli dari segi kualitas,
keistimewaan/ciri-ciri khusus atau layanan purna-jual (J. David Hunger dan
Thomas L. Wheelen, 2003: 245).Dari kedua strategi tersebut, strategi
diferensiasi lebih unggul dalam menghasilkan laba yang lebih tinggi daripada
strategi biaya rendah karena dengan adanya diferensiasi mengakibatkan
produk sulit untuk tersaingi.
Karena keunggulan strategi diferensiasi tersebut, maka para pelaku usaha
perlu untuk meningkatkan kualitas produknya. Russel dalam Ariani (2002:9)
mengidentifikasi tujuh peran kualitas, yaitu:
1. Meningkatkan reputasi perusahaan
2. Menurunkan biaya
6
3. Meningkatkan pangsa pasar
4. Dampak internasional
5. Adanya pertanggungjawaban produk
6. Penampilan produk
7. Mewujudkan kualitas yang dirasa penting.
Untuk menciptakan produk yang berkualitas, maka diperlukan suatu
pengendalian mutu proses produksi yang berkelanjutan. Sehingga nantinya
UKM mampu menghasilkan produk dengan mutu yang baik sesuai dengan
kebutuhan konsumen yang berdampak pada kesetiaan konsumen terhadap
produk UKM.
Dalam proses pengendalian mutu produksi tidak hanya dapat diketahui
produk memenuhi standar atau tidak, tetapi dapat membantu para pelaku
usaha untuk memusatkan perhatiannya pada perbaikan mutu. Produk yang
dihasilkan oleh UKM harus selalu diperiksa agar selalu terjaga kualitasnya
dan agar dapat mengetahui produk-produk yang tidak memenuhi standar agar
tidak sampai ketangan konsumen.
Gambaran mengenai kualitas produk UKM dapat diketahui melalui
metode Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management). Manajemen
Mutu Terpadu adalah sebuah metode dengan budaya, sikap dan struktur
organisasi dari sebuah perusahaan yang berusaha untuk menyediakan
pelanggan dengan produk dan jasa yang memenuhi atau melebihi kebutuhan
mereka dengan melibatkan manajemen dan seluruh karyawan dalam perbaikan
terus-menerus terhadap produk dan jasa yang diproduksi dengan mengurangi
7
kerugian akibat praktik-praktik pemborosan, pembuangan dan cacat (Thomas
Sumarsan, 2010: 185). Christine Dwi dalam penelitiannya pada tahun 2012
yang berjudul Kajian Teoritis Sistem Manajemen Mutu pada Usaha Kecil
Menengah Menghadapi Tantangan Globalisasi menyimpulkan bahwa Sistem
Manajemen Mutu terbaik yang diterapkan untuk Usaha Kecil Menengah
adalah:
1. Kegiatan untuk menjamin mutu produk pada UKM ada tiga hal:
perencanaan mutu, pengendalian mutu dan perbaikan mutu, agar mutu
produk selalu terjamin kualitasnya.
2. Untuk menjamin kualitas produk secara sah ada ketentuan standarisasi
di Indonesia yang berlaku adalah SNI (Standar Nasional Indonesia),
ada proses dan biaya sertifikasinya, SNI ini diterapkan secara wajib
bagi produk-produk tertentu yang berlisensi beredar resmi di pasaran
dengan skala nasional dan internasional. Karena SNI sudah
mengadopsi ISO.
3. Untuk Produk yang diekspor secara internasional sebaiknya
menerapkan ISO dalam Sistem Manajemen Mutu Produk yang
dihasilkan ISO 9001:2000.
4. Penerapan model sistem Manajemen Mutu pada UKM dalam bentuk
EFQM yang diterapkan di Eropa dapat diterapkan di UKM yang
ekspor ke Eropa yang mengukur kinerja sistem dan hasil yang dicapai
secara ideal.
8
5. TQM menggambarkan penekanan mutu yang memacu seluruh
organisasi dalam UKM, mulai dari pemasok sampai konsumen untuk
kualitas produk terbaik.
Atas dasar begitu rumit serta pentingnya proses produksi dalam
menentukan kualitas sebuah produk sepatu yang dihasilkan UKM di daerah
Bogor, memberikan ide kepada peneliti untuk melakukan analisis terhadap
pengendalian mutu produksi. Dengan menggunakan pendekatan Statistical
Quality Control (SQC) dapat diketahui kualitas proses produksi dan kualitas
hasil akhir yang ditunjukan dengan jumlah produk cacat/rusak berada pada
batas hasil Upper Control Limit (UCL) atau Lower Control Limit (LCL).
Sedangkan dengan menggunakan pendekatan Lean Six Sigma dengan metode
Define, Measure, Analyze, Improve, dan Control (DMAIC) dapat
mengidentifikasi dan mengeliminasi pemborosan, pembuangan dan cacat pada
proses produksi akibat non value added activity yang membuat proses
produksi menjadi semakin lama.
1.2 Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan
masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pengendalian mutu pada proses produksi UKM Penghasil
Sepatu Daerah Bogor?
2. Bagaimana kualitas proses produksi pada UKM Penghasil Sepatu Daerah
Bogor?
9
3. Apa penyebab kecacatan/kerusakan pada proses produksi UKM Penghasil
Sepatu Daerah Bogor?
4. Apa faktor utama yang paling mempengaruhi mutu UKM Penghasil
Sepatu Daerah Bogor?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Menganalisis pengendalian mutu proses produksi UKM Penghasil Sepatu
Daerah Bogor.
2. Menganalisis kualitas proses produksi pada UKM Penghasil Sepatu
Daerah Bogor.
3. Mengidentifikasi penyebab kecacatan/kerusakan pada proses produksi
UKM Penghasil Sepatu Daerah Bogor.
4. Mengidentifikasi faktor utama yang paling mempengaruhi mutu UKM
Penghasil Sepatu Daerah Bogor .
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi semua pihak,
diantaranya:
a. Bagi UKM, memberikan informasi yang baik untuk mengetahui kinerja
pengendalian mutu produksi dan kualitas produk akhir dalam rangka
meningkatkan kualitas UKM. Serta membantu pula menyelesaikan
masalah kecacatan/kerusakan dan pemborosan yang sering terjadi dalam
10
proses produksi, sehingga dapat mengurangi biaya produksi dan
meningkatkan laba UKM.
b. Sebagai referensi dan informasi bagi peneliti yang lain yang akan
melakukan penelitian pada ruang lingkup yang sama dalam rangka
mengkaji lebih jauh lagi tentang masalah ini.
c. Dalam penelitian ini, peneliti mengharapkan dapat menambah informasi
dan pengetahuan serta dapat dijadikan sebagai pengembang ilmu
pengetahuan khususnya tentang analisis pengendalian mutu produksi pada
UKM.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Produksi dan Operasi (Production and Operation)
Pengertian produksi dan operasi dalam ekonomi adalah merupakan
kegiatan yang berhubungan dengan usaha untuk menciptakan dan
menambah kegunaan atau utilitas suatu barang atau jasa (Sofjan Assauri,
2008: 18).Produksi dan operasi adalah kegiatan mengolah masukan (input)
menjadi produk barang atau jasa (output)dengan menggunakan berbagai
sumber daya yang dimiliki. Masukan yang dimaksud dalam proses produksi
dan operasi ini adalah bahan baku, listrik, bahan bakar, sumber daya
manusia dan dana atau modal.
Fungsi utama dari proses produksi dan operasi ini adalah menghasilkan
barang atau jasa yang berkualitas dan memilik manfaat bagi konsumen,
sehingga dapat memberikan hasil pendapatan bagi suatu usaha. Selain fungsi
tersebut, menurut Prof. Dr. Sofjan Assauri terdapat empat fungsi terpenting
dalam fungsi produksi dan operasi, yaitu:
a. Proses pengolahan, merupakan metode atau teknik yang digunakan
untuk pengolahan masukan (inputs).
b. Jasa-jasa penunjang, merupakan sarana yang berupa
pengorganisasian yang perlu untuk penetapan teknik dan metode
12
yang akan dijalankan, sehingga proses pengolahan dapat
dilaksanakan secara efektif dan efisien.
c. Perencanaan, merupakan penetapan keterkaitan dan
pengorganisasian dari kegiatan produksi dan operasi yang akan
dilakukan dalam suatu dasar waktu atau periode teretentu.
d. Pengendalian atau pengawasan, merupakan fungsi untuk menjamin
terlaksananya kegiatan sesuai dengan yang direncanakan, sehingga
maksud dan tujuan untuk penggunaan dan pengolahan masukan
(inputs) pada kenyataannya dapat dilaksanakan.
Gambar 2.1
Sistem Produksi dan Operasi
Informasi Umpan Balik
Sumber: Prof. Dr. Sofjan Assauri (2008)
Sistem produksi dan operasi tidak dapat dilakukan sendiri, tetapi
dilakukan dengan kerjasama oleh sejumlah orang. Sehingga dalam proses
produksi dan operasi diperlukan suatu manajemen untuk
Masukan:
- Bahan
- Tenaga kerja
- Mesin
- Energi
- Modal
- Informasi
Transformasi:
Proses Konversi
Keluaran:
Barang atau Jasa
13
mengoordinasikan dan mengatur faktor-faktor produksi agar proses
produksi dan operasi dapat berjalan secara efektif dan efisien. Manajemen
produksi dan operasi merupakan proses pencapaian dan pengutilisasian
sumber-seumber daya untuk memproduksi atau menghasilkan barang-
barang atau jasa-jasa yang berguna sebagai usaha untuk mencapai tujuan
dan sasaran organisasi (Sofjan Assauri, 2008: 19). Dalam manajemen
produksi dan operasi terdapat beberapa hal yang dilakukan, seperti: (1)
Penyusunan rencana produksi dan operasi. (2) Perencanaan dan
pengendalian persediaan dan pengadaan bahan baku. (3) Pemeliharaan
atau perawatan (maintenanace) mesin dan peralatan. (4) Pengendalian
mutu. (5) Pengelolaan tenaga kerja dalam proses produksi dan operasi,
desain tugas dan pekerjaan, dan pengukuran kerja.
2.1.2 Mutu atau Kualitas (Quality)
Mutu atau kualitas merupakan hal terpenting dalam membuat sebuah
produk barang atau jasa. Dengan adanya mutu atau kualitas yang baik dapat
menciptakan keinginan pelanggan untuk menggunakan barang atau jasa
yang kita tawarkan. Sejalan dengan perkembangan dalam dunia usaha dan
bidang teknologi, maka para pelaku usaha berusaha untuk menjaga reputasi
dan nama baik dengan mempertahankan bahkan meningkatkan kualitas
produk barang atau jasanya agar mampu menghadapi para pesaing dan
bertahan dalam pangsa pasar.
14
Mutu atau kualitas dipengaruhi oleh beberapa faktor yang menentukan
bahwa suatu barang dapat memenuhi tujuannya (Sofjan Assauri, 293: 2008):
a. Fungsi Suatu Barang
Suatu barang yang dihasilkan hendaknya memerhatika fungsi
untuk apa barang tersebut digunakan atau dimaksudkan, sehingga
barang-barang yang dihasilkan harus dapat benar-benar memenuhi
fungsi tersebut.
b. Wujud Luar
Salah satu faktor yang penting dan sering digunakan oleh
konsumen dalam melihat suatu barang pertama kalinya, untuk
menentukan mutu barang tersebut, adalah wujud luar barang
tersebut.
c. Biaya Barang Tersebut
Umumnya biaya dan harga suatu barang akan dapat menentukan
mutu barang tersebut. Hal ini terlihat dari barang-barang yang
mempunyai biaya atau harga yang mahal, dapat menunjukkan bahwa
mutu barang tersebut relatif lebih baik. Demikian pula sebaliknya,
bahwa barang-barang yang mempunyai biaya atau harga yang murah
dapat menunjukkan bahwa mutu barang tersebut relatif lebih rendah.
Ini terjadi, karena biasanya untuk mendapatkan mutu yang baik
dibutuhkan biaya yang lebih mahal.
Para pelaku bisnis cenderung mempertahankan dan meningkatkan
kualitas atau mutu sesuai dengan kebutuhan pelanggannya. Namun, untuk
15
menghasilkan kualitas atau mutu tersebut dibutuhkan biaya yang disebut
dengan biaya mutu (Quality Cost). Biaya mutu dikelompokkan menjadi
(Sofjan Assauri, 295: 2008):
a. Biaya Pencegahan (Prevention), biaya-biaya yang diperlukan dalam
melakukan usaha-usaha untuk mencapai suatu mutu tertentu, agar
jangan sampai terjadi barang-barang produk yang cacat.
b. Biaya Penaksiran (Appraisal), biaya-biaya yang dibutuhkan dalam
melakukan pengecekan dan usaha-usaha lainnya yang diperlukan
untuk menjaga mutu. Dengan kata lain, biaya penaksiran merupakan
biaya yang diperlukan untuk melakukan penilaian atas mutu dari
barang-barang yang dihasilkan.
c. Biaya Kegagalan (Failure), biaya-biaya yang disebabkan oleh faktor-
faktor internal yang di dalam hal ini disebut dengan kegagalan
internal, seperti biaya-biaya yang dikeluarkan pada saat pengolahan
(processing). Biaya-biaya yang berhubungan dengan kegagalan
eksternal (external failure) meliputi biaya-biaya yang dikeluarkan
untuk perbaikan atau penggantian dari produk yang gagal atau rusak
sesudah sampai ditangan pembeli, maupun untuk usaha-usaha
penyelidikan dan perubahan desain sebagai akibat gagalnya suatu
produk dalam pasaran.
2.1.3 Pengendalian Mutu atau Kualitas (Quality Control)
Pengendalian kualitas adalah suatu aktivitas (manajemen perusahaan)
untuk menjaga dan mengarahkan kualitas produk (jasa) perusahaan dapat
16
dipertahankan sebagaimana yang direncanakan (Agus Ahyari, 2002:
239).Dimana pengertian kualitas menurut lima pakar Manajemen Mutu
Terpadu yaitu (M.N. Nasution, 2005: 15):
(1) Menurut Juran, kualitas produk adalah kecocokan penggunaan
produk (find for use) untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan
pelanggan. Kecocokan penggunaan itu didasarkan pada teknologi,
psikologi, waktu, kontraktual, dan etika. Kecocokan penggunaan
suatu produk adalah apabila produk mempunyai daya tahan
penggunaan yang lama, meningkatkan citra atau status konsumen
yang memakainya, tidak mudah rusak, adanya jaminan kualitas
(quality assurance) dan sesuai etika bila digunakan.
(2) Menurut Crosby, kualitas adalah conformance to requirement, yaitu
sesuai yang diisyaratkan atau distandarkan. Suatu produk memiliki
kualitas apabila sesuai dengan standar kualitas yang telah ditentukan.
Standar kualitas meliputi bahan baku, proses produksi dan produk
jadi.
(3) Menurut Deming, kualitas adalah kesesuaian dengan kebutuhan
pasar.
(4) Menurut Feigenbaum, kualitas adalah kepuasan pelanggan
sepenuhnya (full customer satisfaction). Suatu produk dikatakan
berkualitas apabila dapat memberi kepuasan sepenuhnya kepada
konsumen, yaitu sesuai dengan apa yang diharapkan konsumen atas
suatu produk.
17
(5) Menurut Garvin, kualitas adalah suatu kondisi dinamis yang
berhubungan dengan produk, manusia atau tenaga kerja, proses dan
tugas, serta lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan
pelanggan atau konsumen.
Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesiapengertian
pengendalian adalah proses, cara, perbuatan mengendalikan; pengekangan;
pengawasan atas kemajuan (tugas) dengan membandingkan hasil dan
sasaran secara teratur serta menyesuaikan usaha (kegiatan) dengan hasil
pengawasan.
Sehingga dapat penulis simpulkan bahwa pengendalian kualitas
adalahaktivitas pengawasan atau pemeriksaan suatu proses produksi agar
berjalan sesuai dengan standar yang ditetapkan yang melibatkan sumber
daya bahan baku dan manusia, teknologi serta lingkungan yang hasilnya
dapat sesuai bahkan melebihi ekspektasi atau kebutuhan konsumen,
sehingga dapat tercipta suatu loyalitas pelanggan terhadap produk atau jasa
yang dihasilkan.
Ilmu pendidikan selalu berkembang, begitupula dengan konsep
pengendalian mutu yang mengalami lima tahap perkembangan yaitu:
(1) Tahap pertama dikenal sebagai era tanpa mutu. Masa ini dimulai
sebelum abad ke-18 dimana produk yang dibuat tidak diperhatikan
mutunya. Hal seperti ini mungkin terjadi karena pada saat itu belum
18
ada persaingan (Monopoli) dalam era modern saat ini, praktik seperti
ini masih bisa dijumpai.
(2) Era inspeksi. Era ini mulai berlangsung sekitar tahun 1800-an,
dimana pemilihan produk akhir dilakukan dengan cara melakukan
inspeksi seblum dilepas ke konsumen. Tanggung jawab mutu produk
diserahkan sepenuhnya ke dapertemen inspeksi (quality control).
(3) Statistical Quality Control Era (Pengendalian Mutu Secara Statistik).
Era ini dimulai tahun 1930 oleh Walter Shewart dari Bell Telephone
Laboratories. Departemen inspeksi dilengkapi denngan alat dan
metode statistik untuk mendeteksi penyimpangan yang terjadi pada
produk yang dihasilkan departemen produksi. Departemen produksi
menggunakan data tersebut untuk melakukan perbaikan terhadap
sistem dan proses.
(4) Quality Assurance Era. Era ini mulai berkembang tahun 1950-an.
Konsep mutu meluas dari sebatas tahap produksi ke tahap desain dan
berkoordinasi dengan departemen jasa (Mainenance, Gudang, dan
lain-lain). Manajemen mulai terlibat dalam penentuan supplier.
Konsep biaya mutu mulai dikenal, bahwa aktivitas pencegahan
akang mengurangi pengeluaran daripada upaya perbaikan cacat yang
sudah terjadi. Desain yang salah misalnya akan mengakibatkan
kesalahan produksi atau instalasi, oleh sebab itu sangat dibutuhkan
ketelitian desain untuk mengurangi biaya. Contoh dari era ini adalah
penggunaan ISO 9000 versi 1994.
19
(5) Strategic Quality Management / Total Quality Management. Dalam
era ini keterlibatan manajemen puncak sangat besar dalam
menjadikan kualitas sebagai modal untuk menepatkan perusahaan
siap bersaing dengan kompetitor. Sistem ini didefinisikan sebagai
sitem manajemen strategis dan integratif yang melibatkann semua
manajer dan karyawan serta menggunakan metode-metode kualitatif
dan kuantitatif untuk memperbaiki proses-prose organisasi secara
berkesinambungan agar dapat memenuhi dan melampaui harapan
pelanggan. Contoh era ini adalah penggunaan sistem manajemen
mutu ISO 9000 versi 2000 dan 2008.
Untuk dapat memenuhi kepuasan konsumen, maka dibuat karakteristik-
karakteristik mutu produk yang kemudian dirumuskan dalam standar mutu.
Standar mutu berfungsi sebagai batasan mutu yang harus dipenuhi agar
produk yang dihasilkan sesuai dengan apayang diharapkan pelanggan. Oleh
karena itu pengendalian mutu tidak lepas dari penetapan standar mutu yang
diuraikan sebagai berikut (Agus Ahyari, 2002: 246):
a. Standar bahan baku, meliputi :
(1) Standar mutu bahan baku
Mutu bahan baku ini sangat besar pengaruhnya terhadap
terciptanya mutu produk yang baik. Bahan baku yang mempunyai
mutu yang stabil, setidaknya akan menunjang stabilitas dari mutu
produk yang dihasilkan.
20
(2) Standar penggunaan bahan baku
Merupakan alat untuk mengadakan pengendalian penggunaan
bahan baku,sehingga penggunaan bahan baku akan terencana dan
tidak terjadi penyimpangan.
(3) Standar harga bahan baku
Dalam hal ini perusahaan akan dapat memperkirakan kebutuhan
dana untuk bahan baku yang dibutuhkan.
b. Standar tenaga kerja, meliputi :
(1) Standar upah
Pemberian upah atau gaji dengan dasar perhitungan yang mudah
dimengerti oleh para karyawan akan membuat para karyawan puas.
(2) Standar jam kerja
Merupakan suatu standar dari jumlah waktu yang menyelesaikan
suatu unit pekerjaan.
c. Standar peralatan produksi, meliputi :
Standar kapasitas, bentuk dan ukuran. Hal ini sangat erat
hubungannya dalam penentuan tingkat operasi yang optimal. Mesin-
mesin yang tidak mempunyai ukuran standar akan mengalami kesulitan
dalam mencari suku cadang serta akan mengakibatkan sulitnya
perbaikan-perbaikan yang harus dilaksanakan apabila terjadi kerusakan.
d. Standar mutu produk, meliputi :
Daya tahan produk dan daya guna produk, dimaksudkan sebagai
ketahanan produk tersebut dalam penggunaannya.Sedangkan daya guna
21
adalah kegunaan produk tersebut. Semakin tinggi tingkat kegunaannya
akan semakin besar pula manfaat yang dapat diperoleh oleh
pembeliannya.
Standar mutu diterapkan mulai dari pemilihan bahan baku, proses
produksi dan peralatan yang digunakan, hasil akhir produk, dan distribusi
produk sampai ke tangan konsumen, hingga faktor lain seperti kesejahteraan
karyawan. Semakin kecil tingkat kesalahannya, maka produk yang
dihasilkan akan memiliki kualitas yang baik pula.
Terlepas dari komponen yang dapat dijadikan obyek pengukuran
kualitas, secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas dapat
diklasifikasikan sebagai berikut (Zulian Yamit, 2005: 349)
a. Fasilitas operasi seperti kondisi fisik bangunan
b. Peralatan dan perlengkapan
c. Bahan baku atau material
d. Pekerjaan ataupun staf organisasi
Secara khusus faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas diuraikan
sebagai berikut (Zulian Yamit, 2005: 350):
a. Pasar atau tingkat persaingan
Persaingan sering merupakan penentu dalam menetapkan tingkat
kualitas output suatu perusahaan, makin tinggi tingkat persaingan akan
memberikan pengaruh pada perusahaan untuk menghasilkan produk
yang berkualitas. Dalam era bebas yang akan datang konsumen dapat
22
berharap untuk mendapatkan produk yang berkualitas dengan harga
yang lebih murah.
b. Tujuan Organisasi (Organization obyectives)
Apakah perubahaan bertujuan untuk menghasilkan output tinggi,
barang yang berharga rendah (low price product) atau menghasilkan
barang yang berharga mahal, exklusif (exclusive expensive product).
c. Testing Produk (product testing)
Testing yang kurang memadai terhadap produk yang dihasilkan
dapat berakibat kegagalan dalam mengungkapkan kekurangan yang
terdapat pada produk.
d. Desain Produk (product design)
Cara mendesain produk pada awalnya dapat menentukan kualitas
produk itu sendiri.
e. Proses Produksi (production process)
Prosedur untuk memproduksi produk dapat juga menentukan
kualitas produk yang dihasilkan.
f. Kualitas Input (quality of inputs)
Jika bahan yang digunakan tidak memenuhi standar, tenaga kerja
tidak terlatih, atau perlengkapan yang digunakan tidak tepat, akan
berakibat pada produk yang dihasilkan.
g. Perawatan perlengkapan (equipment maintenance)
Apabila perlengkapan tidak dirawat secara tepat atau suku cadang
tidak tersedia maka kualitas produk akan kurang dari semestinya.
23
h. Standar Kualitas (quality standart)
Jika perhatian terhadap kualitas dalam organisasi tidak nampak,
tidak ada testing maupun inspeksi, maka output yang berkualitas tinggi
sulit dicapai.
i. Umpan balik konsumen (customer feedback)
Jika perusahaan kurang sensitif terhadap keluhan-keluhan
konsumen, kualitas tidak akan meningkat.
Produk, bukan hanya ditentukan dari output produk yang
dihasilkan.Faktor-faktor pada lingkungan sekitar seperti kondisi peralatan-
peralatan kerja dan konsistensi perusahaan untuk selalu berinovasi sesuai
dengan selera pasar juga memiliki peranan penting dalam menentukan
berkualitasnya suatu produk.
2.1.4 Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management)
Manajemen Mutu Terpadu adalah sebuah metode dengan budaya, sikap
dan struktur organisasi dari sebuah perusahaan yang berusaha untuk
menyediakan pelanggan dengan produk dan jasa yang memenuhi atau
melebihi kebutuhan mereka dengan melibatkan manajemen dan seluruh
karyawan dalam perbaikan terus-menerus terhadap produk dan jasa yang
diproduksi dengan mengurangi kerugian akibat praktik-praktik pemborosan,
pembuangan dan cacat (Thomas Sumarsan, 2010: 185).Dengan
menggunakan metode Manajemen Mutu Terpadu ini biasanya UKM mampu
mengurangi biaya produksi dan meningkatkan laba, karena UKM mampu
24
menjalankan proses produksinya dengan benar sesuai dengan standar yang
berlaku.
Bagi UKM yang menggunakan metode Manajemen Mutu Terpadu
biasanya mengutamakan kepuasan pelanggan, karena pada metode ini mutu
ditentukan oleh pelanggan. Para pelaku UKM beranggapan bahwa
pelanggan merupakan faktor penyebab keberlangsungan hidup, karena
pelanggan yang akan menggunakan produk atau jasa yang dihasilkan.
Di kutip dari buku Sistem Pengendalian Manajemen karya Thomas
Sumarsan, terdapat beberapa pendapat tentang manajemen mutu terpadu
diantaranya:
a. William Edward Deming mengungkapkan empat belas pokok butiran
yang merupakan ikhtisar dari pandangan beliau mengenai apa yang
harus dilakukan oleh sebuah organisasi untuk sebuah perbaikan secara
berkesinambungan (Continous Improvement):
(1) Menciptakan keinginan yang teguh untuk mencapai
peningkatan mutu produk dan jasa sehingga dapat menjadi
kompetitif, tetap bertahan di dalam dunia usaha dan penyediaan
lapangan kerja.
(2) Menganut filsafat yang baru. Manajem harus belajar bahwa
sekarang berada dalam era perekonomian baru dan bersiaplah
menghadapi tantangan, pahami tanggung jawabnya, dan
lakukan prinsip-prinsip kepemimpinan menghadapi perubahan.
25
(3) Berhentilah menggantungkan diri pada inspeksi untuk
mencapai mutu. Bangun mutu sejak dari awal.
(4) Berhentilah memberikan kontrak berdasarkan basis penawaran
palng murah. Tetapi meminimisasikan biaya total dengan
bermitra dengan pemasok dengan membina hubungan jangka
panjang.
(5) Meningkatkan sistem produksi dan pelayanan secara terus-
menerus dan selamanya, untuk meningkatkan mutu dan
produktivitas, dan karenanya secara terus-menerus akan
menurunkan biaya.
(6) Melaksanakan latihan kerja.
(7) Melaksanakan prinsip-prinsip kepemimpinan. Tujuan
kepemimpinan hendaklah untuk menolong orang dan teknologi
bekerja dengan lebih baik.
(8) Membuang jauh-jauh rasa ketakutan pada pekerja sehingga
semua orang dapat bekerja secara efektif.
(9) Membuang jauh-jauh semua hambatan antar departemen
sehingga orang-orang dapat bekerja sebagai sebuah tim.
(10) Membuang semua slogan-slogan, peringatan-peringatan, dan
target-terget bagi tenaga kerja. Semua itu akan menciptakan
hubungan yang bermusuhan.
(11) Menghilangkan kuota dan manajemen berdasarkan tujuan.
26
(12) Menyingkirkan hambatan yang dapat mmerampok kebanggan
akan keterampilan para pekerja.
(13) Melaksanakan program pendidikan dan peningkatan pribadi
secara giat.
(14) Mengusahakan agar transformasi menjadi pekerjaan semua
orang dan melibatkan semua orang untuk melakukannya.
Di Indonesia, penerapan prinsip Deming membutuhkan pendidikan
dan pelatihan kepada pekerja untuk menghilangkan pengawasan yang
ketat ataupun menghilangkan seluruh pengawasan.
b. Joseph M. Juran berkontribusi dalam langkah dasar untuk maju, langkah
peningkatan mutu dan trilogi Juran.
Juran – Langkah Dasar untuk Maju
(1) Capailah peningkatan terstruktur dengan basis yang terus-
menerus disertai dengan dedikasi dan keyakinan bahwa hal
itu sangat penting.
(2) Laksanakan program pelatihan yang ekstensif.
(3) Tegakkan komitemen dan kepemimpinan pada manejemen
yang lebih tinggi.
Juran – Kagiatan untuk Perbaikan Mutu
(1) Bangun kesadaran tentang kebutuhan akan peningkatan mutu
dan pelang bagi peningkatan mutu.
(2) Tentukan sasaran bagi peningkatan.
27
(3) Pengorganisasian untuk mencapai sasaran yang telah
ditetapkan itu.
(4) Laksanakan pelatihan.
(5) Implementasikan proyek-proyek yang bertujuan untuk
memecahkan masalah.
(6) Buat laporan perkembangan/kemajuan.
(7) Beri penghargaan.
(8) Komunikasikan hasil-hasil yang dicapai.
(9) Pertahankan tingkat keberhasilan.
(10) Jaga momentum dengan cara membuat peningkatan pada
sistem regular perusahaan.
Trilogi Juran
Perencanaan Mutu
(1) Kenali siapa sebenarnya pelanggan.
(2) Pelajari kebutuhan pelanggan.
(3) Buatlah produk yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan
pelanggan itu.
(4) Ciptakan sistem dan proses yang dapat memberi kemampuan
kepada organisasi untuk memproduksi produk.
(5) Sebar luaskan perencanaan tersebut hingga k tingkat
operasional.
Pengendalian Mutu
(1) Penilaian kinerja mutu aktual.
28
(2) Bandingkan kinerja dengan sasaran.
(3) Lakukan tindakan atas terjadinya perbedaan antara kinerja
dengan sasaran.
(4) Peningkatan mutu.
(5) Peningkatan mutu harus dilaksanakan dan
berkesinambungan.
(6) Ciptakan infrastruktur yang diperlukan untuk melaksanakan
peningkatan mutu secara tahunan.
(7) Identifikasi bidang/daerah yang memerlukan peningkatan dan
laksanakan proyek-proyek peningkatan.
(8) Bentuk tim proyek dengan tanggung jawab untuk
meyelesaikan masing-masing proyek peningkatan.
(9) Lengkapi tim-tim tersebutdengan apa yang dibutuhkan
mereka agar mampu mendiagnosis masalah untuk mencari
akar penyebab masalah, cari solusi, dan ciptakan kendali
yang akan dapat mepertahankan hasil yang diperoleh.
c. Philip B. Crosby mengungkapkan konsep manajemen “zero defects”
dan pencegahan (prevention) yang dituangkannya dalam Quality
Vaccine dan kegiatan untuk peningkatan mutu.
Vaksin Mutu (Quality Vaccine)
(1) Kebulatan tekad
(2) Pendidikan
(3) Implementasi
29
Crosby – Kegiatan untuk Peningkatan Mutu
(1) Menunjukan secara jelas bahwa manajemen benar-benar
serius dengan masalah mutu dan akan menjalankannya
untuk jangka yang panjang.
(2) Membentuk tim-tim mutu yang bersifat antar departemen.
(3) Mengidentifikasi dimana masalah yang sekarang ataupun
yang potensial akan timbul.
(4) Meninjau biaya yang diperlukan untuk mutu dan jelaskan
bagaimana hal itu digunakan sebagai alat manajemen.
(5) Meningkatkan kesadaran dan komitmen pribadi semua
pekerja tentang mutu.
(6) Mengambil tindakan secara cepat untuk memperbaiki
masalah yang telah teridentifikasi.
(7) Melaksanakan program tanpa cacat.
(8) Melatih pengawas untuk melaksanakan tanggung jawabnya
dalam program mutu.
(9) Melangsungkan sebuah Hari Tanpa Cacat untuk menjamin
semua pekerja sadar bahwa ada arah baru di perusahaan.
(10) Mendorong semua pribadi dan tim untuk meneteapkan
tujuan peningkatan mutu.
(11) Mendorong semua pekerja agar mau menyampaikan pada
manajemen hambatan yang dihadapi mereka dalam rangka
pencapaian tujuan-tujuan mutu.
30
(12) Menghargai pekerja yang mau berpartisipasi.
(13) Membentuk badan mutu untuk mempromosikan
komunikasi yang berkesinambungan.
(14) Mengulangi semua hal untuk menunjukkan bahwa
penigkatan mutu adalah sebuah proses yang tidak pernah
berakhir.
Prinsip Manajemen Mutu sebagaimana yang dikemukakan Masaake
Imae (1971) yang ditulis dalam bukunya berjudul 10 QC Maxims yang
kemudian juga menjadi acuan dalam standar ISO 9001. Instisari dari sepuluh
prinsip itu dapat dijelaskan secara singkat sebagai berikut:
1. Terapkan PDCA dalam Setiap Tindakan
Pengendalian dan perbaikan mutumerupakan kegiatan yang
berkelanjutan yang harus dijalankan secara sistematis dengan
menerapkan pendekatan manajemen (PDCA) PLAN,DO,CHECK
andACTION(urutan prioritas) dari setiap karakteristik.Setelah
memahami ekspektasi pelanggan terhadapkarakteristik mutu produk, kita
dapatmelanjutkan pertanyaantentang bagaimana kepentingan
relative(urutanprioritas)dari setiap karakteristik itu. Untuk menjawab
pertanyaan ini, kita dapat menggunakan suatu alat yang populer dewasa
ini, yaitu: Penyebaran Fungsi Mutu (Quality Function Deployment =
QFD). Dalam kenyataan, karakteristik mutu yang diinginkan oleh
pelanggan, tingkat ekspektasi pelanggandan kepentinganrelatif dari
setiap kriteria dapat saling bertentangan.
31
2. Pengendalian mutu hendaknya dilakukan sejak awal atau sedini mungkin
pada setiap proses, sebab keterlambatan pengendalian akan menjadi
pemborosan yang tidak perlu yang sebenarnya perlu dicegah.
3. Jangan menyalahkan orang lain
Sikap menyalahkan orang lain tidak akan menyelesaikan masalah.
Sebaliknya akan menimbulkan masalah baru. Biladitemukan masalah,
jangan mencari siapa yang bersalah.Tetapi fikirkanlah penyebab
terjadinya masalah dan temukan langkah-langkah perbaikannya.
4. Bertindak berdasarkan prinsip prioritas.
Prinsip prioritas adalah prinsip mengutamakan yang utama, atau
mendahulukan yang penting dalam melakukan suatu tindakan. Sebelum
bertindak, pertimbangkan tingkat kepentingan dari apa yang akan
dilakukan. Bila tindakan itu terkait dengan pemecahan masalah, prioritas
hendaknya diberikan pada masalah yang paling penting atau paling besar
pengaruhnya dalam pencapaian tujuan. Biasanya dalam pemecahan
masalah juga berlaku prinsip pareto atau prinsip 20:80, artinya dalam
pemecahan suatu masalah, hendaknya prioritas diberikan pada 20%
penyebab utamanya yang menimbulakn dampak perbaikan 80%.
5. Proses berikutnya adalah Pelanggan.
Pelanggan adalah proses berikutnya yang menerima atau
menggunakan jasa atau produk dari proses sebelumnya.Konsephubungan
pelanggan-pemasokbiasdiaplikasikan secara internal maupun secara
eksternal.Secara internal, setiap proses adalah pelanggan saat menerima
32
hasil kerja dari unit lain. Secara eksternal semua mata rantai produk,
mulai dari distributor, agen, pengecer sampai pembeli atau pemakai
langsung suatu produk atau jasa adalah termasukdalam pengertian
hubungan pelanggan-pemasok.Setiap proses berikutnya memiliki empat
hal pokok yang sangat penting dan menjadi fokus pemikiran bagi proses
sebelumnya.Empat hal pokok itu adalah kebutuhan, persyaratan,
harapan, dan persepsi.Kedua pihak hendaknya sebelumnya harus
memikirkan apa yang dibutuhkan, diisyaratkan, diharapakan dan
dipersepsikan oleh proses berikutnya. Upaya sistematis untuk
mengidentifikasi dan memenuhi empat hal pokok itu dinamakan fokus
pelanggan.
6. Setiap Tindakan Perbaikan Diikuti Pencegahan.
Tindakan koneksi adalah tindakan awal untuk menghilangkan
fenomena dari suatu kondisi yang tidak diinginkan.Kondisi yang tidak
diinginkan adalah masalah.Misalnya terjadi penyimpangan berat
produk.Setelah penyimpanagan dikoreksi, selanjutnya perlu dianalisa
secara lebih teliti sampai ditemukan akar penyebab yang paling
dalam.Bila akar penyebab telah dapat diidentifikasi, maka selanjutnya
dipikirkan alternatif cara yang paling efektif untuk mencegah
terulangnya masalah yang sama. Tindakan koreksi dan tindakan
pencegahan idealnya dilakukan bersamaan terhadap suatu
maslah.Perusahaan harus mengambil langkah-langkah untuk
mengeliminasi penyebab terjadinya ketidak sesuaian agar masalah yang
33
sama tidak terulang kembali.Tindakan yang diambil haruslah dengan
dampak yang ditimbulkan.Perusahaan harus memastikan langkah-
langkah yang diambil untuk menghilangkan penyebab-penyebab ketidak
sesuaian untuk pencegahan yang diambil haruslah sesuai dengan dampak
potensi yang ditimbulkan. Fokus sistem manajemen mutu pada
hakekatnya adalah mencegah terjadinya kegagalan pada seluruh tahapan
mulai dari input,proses sampai output akhir dengan pendekatan
sistematik holistik, sinergistik dan antisipatif.
7. Berbicara Berdasarkan Data
Data adalah dasar untuk melakukan suatu tinadakan.Dalam
penyelesaian masalah data menjadi landasan bertindak agar keputusan
yang diambil tepat dan benar.Agar pemanfaatan data dapat tepat dan
benar maka pendekatan statistik sangat dianjurkan dalam sistem
manajemen mutu.
8. Perbaikan Diawali dengan Penetapan Sasaran
Tujuan dari suatu tindakan haruslah jelas dan ditentukan sejak awal
agar efektivitas tindakan dapat dinilai secara objektif.Sistem manajemen
mutu ISO 9001 mensyaratkan perusahaan untuk menetapkan
tujuan.Dikatakan sasaran-sasaran mutu, termasuk sasaran lainnya yang
diperlukan untuk mencapai kesesuaian produk ditetapkan pada unit-unit
fungsional pada berbagai tingkatan dalam perusahaan.Sasaran mutu
dibuat spesifik dan sejalan dengan kebijakan mutu.
34
Sasaran perlu ditetapkan agar evaluasi keberhasilan dapat dilakukakn
setelah perbaikan.Dalam penetapan sasaran biasanya digunakan prinsip
“SMART”.
S= Spesific: sasaran harus jelas dan spesifik.
M=Measurable: sasaran harus dapat diukur.
A=Attainable:sasaran harus realistis dan mungkin dicapai.
R=Reasonable: harus ada alasan terhadap pemilihan sasaran.
T=Time: sasaran harus dicapai dalam waktu yang telah ditentukan.
9. Market in Concept
Konsep dasar merupakan suatu pendekatan dalam pengembangan
produk dengan memfokusakan perhatian pada kebutuhan pasar, bukan
pada apa yang mampu diproduksi atau dibuat oleh perusahaan. Hampir
sama dengan konsep fokus pelanggan, konsep pasar lebih menekankan
pada kebutuhan pasar.Sebelum memproduksi secara masal sebaiknya
perusahaan meneliti kebutuhan pasar.Secara lebih fokus kebutuhan pasar
berarti melihat kebutuhan,persyratan, harapan, calon pelanggan pada
segmen yang menjadi target.
10. Biasakan Mencatat, Membuat Prosedur dan Menetapkan Standar.
Menyediakan prosedur tertulis dan penetapan standar mutu/hasil
kerja harus selalu dijadikan kebiasaan dalam setiap kegiatan, sehingga
tindakan pengendalian dan penngkatan mutu dapat lebih konsisten dan
mudah dilakukan.
35
2.1.5 Sistem Pengawasan Kualitas Statistikal (Statistical Quality Control)
Statistical Quality Control merupakan metode statistik untuk
mengumpulkan dan menganalisa data hasil pemeriksaan terhadap sampel
dalam kegiatan pengawasan kualitas produksi. Tujuan Statistical Quality
Control adalah untuk menunjukkan tingkat reliabilitas sampel dan
bagaimana cara mengawasi risiko. Statistical Quality Control juga
membantu pengawasan pemrosesan melalui pemberian peringatan kepada
para manejer bila mesin-mesin memerlukan beberapa penyesuaian agar
mereka dapat menghentikannya sebelum banyak produk rusak dibuat (T.
Hani Handoko: 2000:434).
2.1.6 Lean Six Sigma
Lean dapat didefinisikan sebagai suatu pendekatan sitematik dan
unsistematik untuk mengidentifikasi dan menghilangkan pemborosan atau
aktivitas-aktivitas yang tidak bernilai tambah (Non-value-adding activities)
melalui peningkatan terus-menerus secara radikal dengan cara mengalirkan
produk (Material, work-in-process, output) dan informasi menggunakan
sistem tarik (Pull system) dari pelanggan internal dan eksternal untuk
mengejar keunggulan dan kesempurnaan (Vincent Gaspersz, 2007:91).
Sigma merupakan simbol standar deviasi pada statistik yang merupakan
suatu ukuran untuk menyatakan variance atau selisih atau ketidaktepatan
sekelompok data, item produksi atau proses produksi. Six Sigma bertujuan
untuk meningkatkan profitabiltas perusahaan walaupun peningkatan mutu
36
dan efisiensi pada proses produksi merupakan hal yang utama. Six Sigma
merupakan suatu pendekatan yang berfokus pada pelanggan (customer focus
oriented) yang memuat asumsi bahwa kesalahan produksi produk atau jasa
perusahaan merupakan biaya yang mahal (Thomas Sumarsan, 2010:243).
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan oleh penulis bahwa Lean Six
Sigma merupakan gabungan antara Lean dan Six Sigma yang berarti suatu
aktivitas pengendalian proses produksi dengan menghilangkan aktivitas-
aktivitas pemborosan yang tidak bernilai tambah dengan menggunakan suatu
ukuran untuk menyatakan variance atau ketidaktepatan proses
produksiuntuk mencapai tingkat kinerja enam sigma atau hanya
memproduksi sedikit cacat untuk setiap satu juta operasi.
Pendekatan Lean Six Sigma berlandaskan pada prinsip 5P (Profits,
Processes, Project-by-project and People) yang berkaitan satu sama lain
(Vincent Gaspersz, 2007:96).
2.1.7 Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
a. Pengertian dan Kriteria UMKM Menurut UU No. 20 Tahun 2008
Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan
dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha
Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-undang.
Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,
yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan
merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang
37
dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak
langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi
kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang.
Usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri
sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha
yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang
dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak
langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah
kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur
dalam Undang-undang.
Kriteria UMKM menurut Pasal 6 UU No. 20 Tahun 2008 adalah
sebagai berikut:
(1) Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut:
a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000,00
(lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha; atau
b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp
300.000.000,0 (tiga ratus juta rupiah).
(2) Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut:
a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 (lima
puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp
38
500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah
dan bangunan tempat usaha; atau
b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00
(tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp
2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah).
(3) Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut:
a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,00 (lima
ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp
10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) tidak termasuk tanah
dan bangunan tempat usaha; atau
b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp
2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai
dengan paling banyak Rp 50.000.000.000,00 (lima puluh
milyar rupiah).
b. Permasalahan Usaha Mikro Kecil dan Menengah
Pada tahun 1998, pada saat krisis ekonomi mencapai titik
terburuknya dengan dampak negatif yang sangat besar terhadap hampir
semua sektor ekonomi di Indonesia, banyak perusahaan dari berbagai
skala usaha mengalami kebangkrutan atau mengurangi volume
kegiatan secara drastis. Pada saat itu, Menegkop dan UKM
memperkirakan hampir 3 juta UMKM berhenti berusaha, dan jumlah
39
usaha menengah dan usaha besar yang tutup usaha, masing-masing
sekitar 14,2 dan 12,7 persen dari jumlah unit masing-masing
kelompok. Pada tahun 2000, saat ekonomi Indonesia mulai pulih,
tercatat ada sekitar 39,7 juta UMKM, atau 99,85 persen dari jumlah
perusahaan berbagai skala usaha di Indonesia. Pada tahun yang sama,
ada sekitar 78,8 juta usaha menengah, dengan rata-rata nilai penjualan
per tahun berkisar lebih dari Rp 1 juta dan kurang dari Rp 50 miliar,
atau 0,14 persen dari semua usaha yang ada.
Dibalik perkembangan UMKM yang sangat meningkat pasca krisis
ekonomi, perkembangan UMKM dihalangi oleh banyak hambatan.
Hambatan-hambatan tersebut bisa berbeda antara satu daerah dengan
daerah lain, atau antara pedesaan dan perkotaan, atau antar sektor, atau
antar sesama perusahaan di sektor yang sama. Namun demikian, ada
sejumlah persoalan yang umum untuk semua UMKM. Persoalan
umum tersebut termasuk keterbatasan modal kerja maupun investasi,
kesulitan-kesulitan dalam pemasaran, distribusi dan pengadaan bahan
baku dan input lainnya, keterbatasan akses ke informasi mengenai
peluang pasar dan lainnya, keterbatasan pekerja dengan keahlian tinggi
(kualitas SDM rendah) dan kemampuan teknologi, biaya transportasi
dan energi yang tingg; keterbatasan komunikasi, biaya tinggi akibat
prosedur administrasi dan birokrasi yang kompleks khususnya dalam
pengurusan izin usaha, dan ketidakpastian akibat peraturan dan
kebijaksanaan ekonomi yang tidak jelas atau tak menentu arahnya.
40
Permasalahan utama yang dihadapi sebagian besar UMKM adalah
keterbatasan modal. Menurut Tulus Tambunan (2012), walaupun
banyak bank yang menawarkan kredit khusus bagi pengusaha kecil,
sebagian besar pemilik usaha tidak pernah mendapatkan kredit bank
atau lembaga keuangan lainnya. Mereka tergantung sepenuhnya pada
uang/tabungan mereka sendiri, uang/bantuan dari saudara/kenalan
untuk mendanai usaha mereka. Alasannya beragam; ada yang tidak
pernah dengar atau menyadari adanya adanya skim-skim khusus
tersebut, ada yang pernah mencoba tetapi ditolak karena usahanya
dianggap tidak layak untuk didanai atau mengundurkan diri karena
rumitnya prosedur administrasi, atau tidak bisa memenuhi persyaratan
termasuk penyediaan jaminan, atau ada banyak pengusaha kecil yang
dari awal memang tidak berkeinginan meminjam dari lembaga-
lembaga keuangan formal.
Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh pemilik usaha dalam
pemerolehan pinjaman dana dari bank atau lembaga keuangan lainnya
adalah penolakan karena UMKM dianggap tidak layak untuk didanai.
Hal ini terjadi karena sektor perbankan telah memiliki standar dan
kesiapan dalam mengelola kredit dalam jumlah massal bagi pengusaha
kecil dan menengah, salah satunya penilaian perbankan terhadap
UMKM adalah dari segi kualitas UMKM.Sebuah UMKM dianggap
bermutu apabila UMKM menghasilkan tiga jenis keuntungan, yakni
keuntungan bisnis/profit, keuntungan negara, dan keuntungan
41
sosial/masyarakat. Keuntungan bisnis/profit ditentukan oleh kombinasi
yang kompleks dari variabel-variabel berikut: (a) produktivitas; (b)
efisiensi (yang selanjutnya menentukan harga yang bersaing); (c)
Kualitas, mutu, kegunaan, ketahanan lama produk, dan kemasan; (d)
promosi dan reklame; dan (e) pelayanan konsumen (yang memuaskan
atau meningkatkan loyalitas konsumen). Variabel-variabel tersebut
menentukan besarnya keuntungan UMKM.Variabel-variabel tersebut
juga dapat digunakan sebagai indikator-indikator alternatif atau alat
ukur yang sifatnya tidak langsung untuk mengukur besarnya
keuntungan UMKM.
Gambar 2.2
Indikator-indikator untuk Mengukur UKM yang ‘Bermutu’
Sumber: Tulus Tambunan (2012)
UKM yang bermutu
Keuntungan
Bisnis/profit
Keuntungan
Negara
Keuntungan
Sosial/Masyara
kat
Kesejahteraan
Masyarakat
Tidak Merusak
Lingkungan Alam
Kesejahteraan
Pekerja
Kesejahteraan
Masyarakat
Corporate Social
Responsibility
Keterkaitan
Bisnis dengan
Ekonomi Lokal
42
2.2 Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No. Nama
Peneliti
Judul Penelitian Alat Ukur Hasil Penelitian
1. Lubica
Simanova,
Pavol
Gejdos
(2015)
[Journal]
The Use of
Statistical Quality
Control Tools to
Quality Improving
in the Furniture
Business
Capability
Index,
Histogram,
Ishikawa
Diagram
CL = 52g/m2 dalam ± 4g/m
2,
UCL = 56g/m2, LCL = 48g/m
2.
2. Ayadi
Youssouf,
Chaib
Rachid,
Verzea Ion
(2014)
[Journal]
Contribution to
the Optimization
of Strategy of
Maintenance by
Lean Six Sigma
Lean Six
Sigma based
on five main
steps,
DMAIC.
Penerapan metode DMAIC pada
proses pemeliharaan membantu
dalam mengurangi biaya dan
kerugian untuk meningkatkan
keuntungan dan kualitas.
3. Devi
Sonalia
(2013)
[Skripsi]
Pengendalian
Mutu pada Proses
Produksi di Tiga
Usaha Kecil
Menengah Tahu
Kabupaten Bogor
Diagram
Pareto,
Diagram
Sebab-Akibat
dan Grafik
Kendali
Melalui diagram Sebab akibat
diketahui bahwa faktor-faktor
yang memengaruhi kerusakan
Tahu adalah tenaga kerja, bahan
baku, mesin dan peralatan.
Dengan diagram pareto
diketahui salah potong adalah
yang paling memengaruhi
kerusakan tahu. Dengan diagram
kendali menunjukan
keterkendalian pada proses
pengendalian mutu.
4. La Hatani
(2013)
[Jurnal]
Manajemen
Pengendalian
Mutu Produksi
Roti Melalui
Pendekatan
Statistical Quality
Control (SQC)
Analisis
Statistical
Quality
Control
(SQC)
Dengan analisis Statistical
Quality Control (SQC) diketahui
bahwa proses produksi
perusahaan roti Rizki Kendari
tidak memiliki pengendalian
yang baik.
43
No. Nama
Peneliti
Judul Penelitian Alat Ukur Hasil Penelitian
5. Sinurmaida
Gultom, Tuti
Sarma
Sinaga,
Sukaria
Sinulingga
(2013)
[Jurnal]
Studi Pengendalian
Mutu dengan
Menggunakan
Pendekatan Lean Six
Sigma pada PT.
XYZ
Analisis Lean
Six Sigma
metode
DMAIC
Hasil penelitian
menunjukkan kondisi Lean
saat ini adalah PCE
(Process Cycle Efficency)
sebesar 82%, dengan
kinerja kualitas pada saat
ini untuk tahap inspeksi II
dan III masing-masing
sebesar 3,38 σ dan 4,01 σ.
6. M. Januar,
Retno Astuti,
Dhita Morita
Ikasari
(2013)
[Jurnal]
Analisis
Pengendalian
Kualitas pada Proses
Pengeringan Teh
Hitam dengan
Metode Six
SigmaStudi (Kasus
di PTPN XII
(Persero) Wonosari,
Lawang)
Metode Six
Sigma (define,
measure, dan
analyze) dan
FMEA
(Failure
Modes and
Effect
Analysis)
Proses pengeringan serbuk
teh hitam memiliki tingkat
six sigma kapabilitas
jangka pendek sebesar 2,28
dan kapabilitas jangka
panjang sebesar 2,41.
Prioritas usulan perbaikan
dilakukan pada mode
kegagalan yang bernilai
RPN sebesar 252 yaitu pada
perawatan mesin.
7. J. Sancho,
J.J. Pastor, J.
Martinez, M.
A. Garcia.
(2013)
[Journal]
Evaluation of
Harmonic
Variability in
Electrical Power
Sysems through
Statistical Control of
Quality and
Functional Data
Analysis
Statistical
Process
Control dan
(SPC) Process
Capability
Analysis
(PCA)
Grafik kendali dapat
digunakan untuk mencari
dan menghilangkan outliers
pada harmonik sistem
listrik.
44
No. Nama
Peneliti
Judul Penelitian Alat Ukur Hasil Penelitian
8. Ardadid
Rakhmad
(2010)
[Skripsi]
Penerapan
Statistical
Quality Control
(SQC) dalam
Pengendalian
Proses Produksi
Batik
Menggunakan
Chart Control P
(Grafik
Pengendali P)
Statistical
Quality Control
(SQC) dengan
menggunakan
Chart Control P
Proporsi rata-rata kecacatan
produksi di proses pengecapan
2,0% (BPB=0,0%;BPA=11,4%),
diproses nembok 3,3%
(BPB=0,0%;BPA=15,3%), di
proses pewarnaan 4,5%
(BPB=0,0%;BPA=18,3%), di
proses ngelorot 2,7%
(BPB=0,0%;BTA=13,5%).
Sehingga dapat disimpulkan
proses produksi batik di
perusahaan Batik Nining di
Bantul terkendali secara statistik.
9. Aditya
Rochatama
(2009)
[Skripsi]
Analisis
Pengendalian
Kuaitas Produk
Kain Cotton dan
Rayon di
Departemen
Printing-
Dyeinng pada
PT. Kusumahadi
Santosa
Metode C-
Chart, Analisis
Diagram
Pareto, dan
Analisis
Diagram
Sebab-akibat
Rata-rata kerusakan produk
setiap bulannya sebesar 1273
unit, dengan UCL 1380,0374 dan
LCL 1165,9626. Dengan
kerusakan tertinggi di tahun 2008
bulan Februari dengan kerusakan
sebanyak 1377 unit dan
kerusakan paling sedikit terjadi
pada bulan September dengan
kerusakan sebanyak 1166 unit.
10. Fadhila
Rienamora
(2009)
[Jurnal]
Pengukuran
Tingkat
Pengendalian
Mutu Produk
RSS dengan
metode SQC di
PTPN IX 9
Persero Kebun
Getas Salatiga
Metode SQC
dengan control
chart untuk
variabel (x
chart dan R
chart), control
chart untuk
atribut (p chart
dan c chart)
Berdasarkan metode SQC dengan
control chart untuk variabel,
diperoleh pengendalian PTPN IX
Persero Kebun Getas terhadap
kualitas RSS I, RSS II, RSS IV,
Cutting A dan Cutiing B masih
berada dalam batas kendali secara
statistik dengan tingkat
keyakinan 99,73%. SQC dengan
control chart untuk atribut
menunjukkan pengendalian
terhadap cacat giling, cacat
gelembung dan cacat warna
belum terkendali secara statistik.
45
No. Nama
Peneliti
Judul Penelitian Alat Ukur Hasil Penelitian
11. Mehmet
Demirbag,
Ekrem
Tatoglu,
Mehmet
Tekinkus,
Selim Zaim
(2006)
[Journal]
An Analysis of the
Relationship
between TQM
Implementation and
Organizational
Perfomance
Analisis
exploratory
dan
confirmatory
factor
Terdapat hubungan positif
yang kuat antara parktek
TQM dengan kinerja non
keuangan UKM, dan
pengaruh yang lemah antara
praketk TQM dengan
kinerja keuangan UKM.
Terdapat hubungan positif
antara kinerja non keuangan
dengan kinerja keuangan
UKM.
12. M. Kumar, J.
Antony, R.K.
Singhs, M.K.
Tiwari, D.
Perry
(2006)
[Journal]
Implementing the
Lean Sigma
Framework on an
Indian SME: a Case
Study
Lean Sigma
Analysis with
DMAIC
Models
Diperoleh hasil tingkat cacat
sebelum perbaikan adalah
0.18 DPU sedangkan setelah
dianalisis dengan Lean
Sigma dan dilakukan
perubahan tingkat
kecacatannya turun menjadi
0.0068DPU, kemudian
kemampuan produksinya
naik menjadi 1.41% dari
sebelumnya hanya 0.12%
46
2.3 Kerangka Pemikiran Teoritis
Model kerangka pemikirian analisis pengendalian mutu produksi pada
penelitian ini dapat digambarkan pada gambar 2.3 berikut ini.
Gambar 2.3
Kerangka Pemikiran Teoritis
UKM Penghasil Sepatu Daerah
Bogor
Proses Produksi
Pengendalian Mutu Produksi
Total Quality Management
Pengendalian Mutu
Bahan Baku
Pengendalian Mutu
Produk dalam Produksi
Pengendalian Mutu
Produk Akhir
Kualitas
Pengendalian Mutu
Analisis Statistical
Quality Control
Analisis Lean Six
Sigma
Terkendali atau tidak
terkendali
Faktor yang paling
mempengaruhi mutu
Hasil Analisis Pengendalian Mutu
Rekomendasi Pengendalian Mutu
47
2.4 Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Gambar 2.4
H1: Pengendalian Bahan Baku berpengaruh pada Pengendalian Mutu Produk
dalam Produksi
H0: Pengendalian Bahan Baku tidak berpengaruh pada Pengendalian Mutu
Produk dalam Produksi
H2 : Pengendalian Mutu Produk dalam Produksi berpengaruh pada Pengendalian
Mutu Produk Akhir
H0: Pengendalian Mutu Produk dalam Produksi tidak berpengaruh pada
Pengendalian Mutu Produk Akhir
H3: Pengendalian Bahan Baku berpengaruh pada Kualitas Pengendalian Mutu
H0: Pengendalian Bahan Baku tidak berpengaruh pada Kualitas Pengendalian
Mutu
H4: Pengendalian Mutu Produk dalam Produksi berpengaruh pada Kualitas
Pengendalian Mutu
H0: Pengendalian Mutu Produk dalam Produksi tidak berpengaruh pada
Kualitas Pengendalian Mutu
H5: Pengendalian Mutu Produk Akhir berpengaruh pada Kualitas Pengendalian
Mutu
H0: Pengendalian Mutu Produk Akhir tidak berpengaruh pada Kualitas
Pengendalian Mutu
Pengendalian Bahan Baku
(X1)
H1 H3
Kualitas Pengendalian
Mutu
(Y1)
Pengendalian Mutu Produk
dalam Produksi
(X2)
H4
H5
H2
Pengendalian Mutu Produk
Akhir
(X3)
48
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini difokuskan pada analisis pengendalian mutu
proses produksi dengan pendekatan statistical quality control serta
mengidentifikasi dan mengeliminasi pemborosan pada proses produksi dengan
pendekatan lean six sigma yang diterapkan oleh Usaha Kecil dan Menengah.
3.2 Populasi dan Teknik Pemilihan Sampel
Menurut Creswell (2008), populasi adalah suatu kelompok individu yang
memiliki karakteristik yang sama atau relatif serupa. Populasi dikenal juga dengan
istilah universe yang berarti keseluruhan objek, elemen atau unsur yang atributnya
akan diteliti. Secara umum, ada dua jenis populasi, yaitu populasi infinite dan
populasi finite.Populasi finate adalah populasi yang jumlahnya dapat diketahui
dan diidentifikasi secara pasti. (Herdiansyah, 2010:103)
Jenis teknik sampling yang digunakan dalam peneitian ini adalah non-
probability purposeful sampling yaitu pemilihan sampling berdasarkan ciri-ciri
subjek yang disesuaikan dengan tujuan penelitian. Untuk mendukung teknik
sampling tersebut peneliti juga menggunakan strategi homogeneous sampling
yaitu subjek dipilih berdasarkan adanya kesamaan ciri-ciri subjek penelitian
dengan populasinya. Ciri-ciri subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
(1) UKM yang sudah berjalan minimal 1 tahun, (2) Memiliki proses produksi
49
dengan tahapan-tahapan teretentu, (3) UKM penghasil sepatu, sehingga diperoleh
30 UKM penghasil sepatu daerah Bogor.
Untuk analisis Statistical Quality Control dan Lean Six Sigma dilakukan
pemilihan sampel kembali dari 30 UKM penghasil sepatu daerah Bogor menjadi
15 UKM dengan kesamaan ciri-ciri subjek penelitian untuk mempermudah proses
penelitian. Ciri-ciri subjek yang digunakan dalam analisis Statistical Quality
Control dan Lean Six Sigma adalah: (1) Bahan kulit atau bahan bukan kulit, (2)
Klasifikasi modal tinggi; sedang; rendah, (3) Jumlah tenaga kerja, (4) Klasifikasi
laba tinggi; sedang; rendah.
3.3 Metode Pengumpulan Data
Adapun metode pengumpulan data-data dan informasi yang dibutuhkan
oleh penulis adalah:
1. Data primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari tempat penulis
mengadakan penelitian. Data ini dikumpulkan dengan menggunakan
teknik wawancara semi-terstruktur, dimana daftar pertanyaan telah
disiapkan. Pengumpulan data ini juga dilakukan dengan teknik observasi
anecdotal recorddimana peneliti sebagai pengamat independen yang
melakukan penilaian terhadap data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif
berupa informasi mengenai tahapan-tahapan proses produksi, waktu proses
pengerjaan, kapasitas proses/mesin serta informasi lainnya yang berkaitan
dengan pengendalian mutu UKM. Data kuantitatif berupa angka jumlah
permintaan, jumlah hasil produksi dan produk akhir yang rusak.
50
2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari buku-buku, jurnal, dan
sumber bacaan lain yang memiliki relevansi dengan objek yang diteliti.
Untuk data sekunder, peneliti mengumpulkannya dengan studi
kepustakaan dan literatur pada berbagai perpustakaan di dalam dan di luar
kampus maupun toko-toko buku.
3.4 Metode Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis kuantitatif
dan kualitatif. Data-data yang telah diperoleh akan diolah dengan
menggunakan Software Smart PLS untuk uji kenormalan data, serta
pendekatan Statistical Quality Control dan Lean Six Sigma.
a. Uji Kenormalan Data dengan software Smart PLS
Partial Least Square (PLS), merupakan metode analisis yang
powerfull karena tidak didasarkan atas banyak asumsi. Metode PLS ini
mempunyai keunggulan tersendiri, diantaranya: (M. Ma’ruf Abdullah,
2015:362)
a) Data tidak harus berdistribusi normal multivariat
b) Ukuran sampel tidak harus besar
c) PLS tidak saja bisa digunakan untuk mengkonfirmasi teori, tetapi
dapat juga digunakan untuk menjelaskan ada atau tidaknya hubungan
antar variabel laten.
51
d) PLS dapat menganalisis sekaligus konstruk yang dibentuk dengan
indikator reflektif dan indikator formatif, dan hal lain tidak mungkin
digunakan dalam SEM karena akan terjadi unirentifiede model.
b. Statistical Quality Control (SQC) dengan menggunakan metode Diagram
Kendali P (P-charts) yang diolah dengan menggunakan Microsoft Excel.
Rumus yang digunakan dalam pengolahan data untuk menghasilkan grafik
kendali P adalah sebagai berikut:
Proporsi
p =
(1)
Central Limit (CL)
ṕ =
(2)
Batas Kendali Atas (Upper Control Limit)
UCL = ṕ + 3 √ṕ ṕ
(3)
Batas Kendali Bawah (Lower Control Limit)
LCL = ṕ - 3 √ṕ ṕ
(4)
c. Lean Six Sigma dengan pendekatan Kaizen Blitz melalui metode Define,
Measure, Analyze, Improve, dan Control (DMAIC) dalam waktu enam
hari kerja.
Tahap Define
Pada tahap ini dilakukan penentuan masalah pada produksi produk
dengan menggunakan analaisis diagram pareto. Pembuatan diagram pareto
bertujuan untuk melihat seberapa besar persentase dari tiap-tiap jenis
52
kecacatan yang terjadi. Sehingga melalui diagram pareto dapat dilihat jenis
kecacatan yang paling berpengaruh dan dapat diputuskan untuk
konsentrasi lebih khusus untuk kecacatan.
Tahap Measure
Aktivitas-aktivitas value added time dan non value added time. Non-
Value-Added ataupun waste (pemborosan) merupakan aktivitas yang tidak
menambahkan nilai dari perspektifpelanggan dan tidak diperlukan untuk
hal keuangan, alasan bisnis yang legal, atau lainnya. Jenis kegiatan Non-
Value-Added antara lain : (1) Penanganan melampaui yang minimal
dibutuhkan seperti, transportasi, menyimpan bahan, menghitung,
menyimpan, mengambil. (2) Pengerjaan ulang yang diperlukan untuk
memperbaiki kesalahan. (3) Duplikasi kerja berupa pengawasan atau
pemantauan pekerjaan. (4) Menunggu, waktu idle, penundaan. (5)
Produksi berlebihan yaitu terlalu banyak atau terlalu cepat. (6) Pergerakan
staf yang tidak diperlukan. (7) Over processing (terlalu banyak langkah
untuk menyelesaikan pekerjaan atau melebihi kebutuhan pelanggan).
4.35%
26.09%
56.52%
100.00%
0.00%
20.00%
40.00%
60.00%
80.00%
100.00%
0
5
10
15
20
Am
ou
nt
Damage
Gambar 3.1 Contoh Diagram Pareto
53
Tahap Analyze
Setelah diketahui letak kesalahan yang mengakibatkan ketidaksesuaian
pada proses produksi, maka perlu dilihat kembali apa yang menjadi akar
permasalahan agar dapat dilakukan perbaikan dengan tepat. Analisis
Diagram Sebab Akibat adalah suatu pendekatan yang memungkinkan
dilakukan suatu analisis lebih terperinci dalam menemukan penyebab-
penyebab suatu masalah, ketidaksesuaian dan kesenjangan yang terjadi
(Nasution 2010).
Tahap Improve
Tahap improve yang dilakukan untuk mengurangi kesalahan pada
proses produksi yaitu dengan menentukan solusi yang tepat berdasarkan
faktor-faktor utama penyebab kesalahan.
Tahap Control
Pada tahap control, dilakukan pengawasan terhadap pengaplikasian
solusi yang diperoleh pada tahap improve.
54
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
Usaha kecil dan menengah merupakan salah satu faktor penunjang
pertumbuhan ekonomi masyarakat di daerah Bogor. Sejak dulu sudah
banyak masyarakat Bogor yang membangun usahanya sendiri untuk
menunjang kehidupannya. Contohnya saja masyarakat di daerah Ciomas dan
Ciapus yang terkenal dengan keahliannya menghasilkan sepatu dan sandal
berkualitas. Sepatu dan sandal yang dihasilkan oleh masyarakat daerah
Bogor ini biasa didistribusikan ke pusat perbelanjaan daerah Bogor dan
Jakarta. Bahkan seiring dengan perkembangan teknologi, tidak sedikit
penghasil sepatu dan sandal daerah Bogor ini menjual produknya hingga
luar Bogor dan Jakarta. Sudah banyak penghasil sepatu daerah Bogor yang
sudah mempunyai website sendiri untuk memperkenalkan produknya. Hal
ini mereka lakukan sebagai salah satu jalan untuk memperluas pangsa pasar.
Karena begitu menguntungkannya bisnis sepatu ini, sehingga banyak
masyarakat Bogor diluar daerah Ciomas dan Ciapus yang mencoba
peruntungannya untuk menghasilkan sepatu. Banyak dari mereka yang
berhasil dan bertahan hingga sekarang.
Walaupun UKM penghasil sepatu daerah Bogor sudah ada sejak puluhan
tahun lalu, namun masih banyak UKM yang masih belum terdaftar oleh
pemerintah kota Bogor, sehingga pemerintah kurang memperhatikan
kesejahteraan para pelaku UKM ini. Tantangan lain yang harus dihadapi
55
adalah persaingan dari pihak luar negeri yang mampu menghasilkan sepatu
dengan harga lebih murah dengan kualitas yang baik, salah satu contohnya
adalah produk sepatu dan sandal dari Cina.
Karena begitu banyaknya hambatan dan persaingan dari pihak luar, tidak
jarang UKM yang gulung tikar. Namun dilain sisi, banyak pula UKM yang
berusaha untuk lebih memajukan bisnisnya yaitu dengan mendirikan
Koperasi Sepatu dan Sandal Bogor atau yang disingkat Koseebo. Kaseebo
ini diresmikan pada tanggal 04 September 2014 oleh Kepala Dinas Koperasi
dan UKM Bapak H. Azzhahir, SH. MM. Tujuannya untuk memfasilitasi
serta mendukung pergerakan UKM penghasil sepatu daerah Bogor untuk
terus maju menjadi salah satu kekuatan ekonomi rakyat yang dapat
diandalkan serta memberi dampak terhadap pertumbuhan ekonomi daerah.
56
4.1.1 Profil UKM Penghasil Sepatu Daerah Bogor
Tabel 4.1
No Ciri-ciri Kusnadi Home
Industry
Assenda
Sepatu dan
Sendal
Mutiara
Sepatu dan
Sendal
Meliska Kalong Kulit
Asli
1 Pemilik Kusnadi Suparti R. Murjana Yudis Sutarmanto
2 Jumlah
Tenaga Kerja
a. Laki-laki 8 7 6 5 12
b.Perempuan 2 1 0 2 3
3 Gaji Pegawai
(per orang) Rp 10.000/pcs Rp 10.000/pcs Rp 8.000/pcs Rp 8.000/pcs Rp 15.000/pcs
4 Modal Awal Rp 40.000.000 Rp 20.000.000 Rp 12.000.000 Rp 10.000.000 Rp 40.000.000
5 Jumlah
Sepatu 100pcs/hari 50-60pcs/hari 30-50pcs/hari 30-50pcs/hari 100pcs/hari
6 Harga/pcs Rp 30.000-
50.000
Rp 25.000-
50.000 Rp 25.000 Rp 25.000
Rp 50.000-
150.000
7 Total
Omset/bulan Rp 50.000.000 Rp 30.000.000 Rp 20.000.000 Rp 20.000.000 Rp 60.000.000
8 Administrasi
Keuangan Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Ada
9 Jenis Produk Sepatu Pria Dr.
Kevin
Sepatu dan
Sendal
Sepatu dan
Sendal Sepatu Wanita Sepatu kulit
10 Alamat
Kp. Sukabakti
Rt 03/06 Ds.
Sukawening Kec. Dramaga
Kab. Bogor
Kp. Sindang
Barang Rt
02/03 Bogor-Jawa Barat
Desa Ciujung
Kec. Sukaraja
Kab. Bogor – Jawa Barat
Kabandungan
No. 07 Rt
04/06 Ciapus Bogor
Jl. Raya
Kedung
Halang No.189 Bogor
Utara
11 No. Telp/Hp 085718564040 02518486361 02518664721 081318542927 085693717577
57
No Ciri-ciri ALASKA Mulia (CV) Kelompok
Usaha Bersama Eterna
Azfa
Collection
1 Pemilik Saleh Achmad Zahari Suhanda Rachmat Ahmad
Nuryani
2 Jumlah
Tenaga Kerja
a. Laki-laki 10 14 15 9 6
b.Perempuan 0 1 5 1 0
3 Gaji Pegawai
(per orang) Rp 8.000/pcs
Rp2.400.000/
bulan Rp 10.000/pcs Rp 8.000/pcs Rp 8.000/pcs
4 Modal Awal Rp 15.000.000 Rp 25.000.000 Rp 30.000.000 Rp 15.000.000 Rp 12.000.000
5 Jumlah
Sepatu 50-80pcs/hari
100-
150pcs/hari 100pcs/hari 60-70pcs/hari 50-60pcs
6 Harga/pcs Rp 30.000-
50.000
Rp 30.000-
100.000
Rp 30.000-
50.000 Rp 25.000 Rp 25.000
7 Total
Omset/bulan Rp 30.000.000 Rp 60.000.000 Rp 50.000.000 Rp 35.000.000 Rp 20.000.000
8 Administrasi
Keuangan Tidak Ada Ada Ada Tidak Ada Tidak Ada
9 Jenis Produk Sepatu dan
57andal kulit
Sepatu pria
dan wanita
Sepatu pria dan
wanita
Sepatu pria dan
wanita
Sepatu pria
dan wanita
10 Alamat
Jl. Raya
Ciomas No. 33
Kab. Bogor
Jl. Ciomas
Pintu Ledeng
No. 324 Kab.
Bogor
Jl. Pintu
Ledeng Rt
03/08, Ciomas
Kab. Bogor
Desa Sukaharja
Rt 02/01
Ciomas Kab.
Bogor
Jl. Raya
Ciomas Pintu
Ledeng Rt
03/11
Pagelaran,
Ciomas
11 No. Telp/Hp 0251638875 0251323249 02518636861 0251633727 08992428179
No Ciri-ciri Aliks
Collection Ferels Shoes
Sepatu Mas
Idaman NSBWZ Shoes OVLY Shoes
1 Pemilik Alik Hans Rekson Abil Bawazier Licka Putrina
Dewi
2 Jumlah
Tenaga Kerja
a. Laki-laki 8 6 14 6 3
b.Perempuan 4 4 0 4 2
3 Gaji Pegawai
(per orang) Rp 10.000/pcs Rp 10.000/pcs Rp 10.000/pcs Rp 20.000/pcs Rp 15.000/pcs
4 Modal Awal Rp 25.000.000 Rp 25.000.000 Rp 20.000.000 Rp 50.000.000 Rp 10.000.000
5 Jumlah Sepatu
100pcs/hari 100pcs/hari 50-70pcs/hari 50-100pcs/hari 10-50pcs/hari
6 Harga Rp 25.000-
50.000 Rp 30.000-
60.000 Rp 25.000-
50.000 Rp 100.000-
200.000 Rp 100.000-
150.000
7 Total Omset/bulan
Rp 40.000.000 Rp 60.000.000 Rp 40.000.000 Rp 80.000.000 Rp 15.000.000
8 Administrasi Keuangan
Ada Ada Ada Ada Ada
9 Jenis Produk Sepatu pria dan
wanita Sepatu pria dan wanita
Sepatu kulit pria
Sepatu Wanita Sepatu Wanita
10 Alamat
Bukit ASRI
Blok D-14
No.18-19
Ciomas-Bogor
Komp. Paspampres
Jl. Anggrek
No. 47,
Cikaret-Bogor
Desa
Pasirlaya Kec.
Sukaharja
Kab. Bogor
Jl. Lodaya 1
No. 4 Bogor
Jl. Ciheleut No.
26, Pakuan-
Bogor
11 No. Telp/Hp 02518636024 02518389924 0251251029 085692835170 083819484559
58
No Ciri-ciri Simple8Corner
Endang
Home
Industry
Uyung Home
Industry VIVAN Shoes
Bengkel Dr.
Kevin
1 Pemilik Carlina Endang Uyung Ivan Heriyanto
Sofyan
2 Jumlah
Tenaga Kerja
a. Laki-laki 4 7 8 5 14
b.Perempuan 3 1 4 1 1
3 Gaji Pegawai
(per orang) Rp 20.000/pcs Rp 6.000/pcs Rp 8.000/pcs Rp 8.000/pcs Rp 10.000/pcs
4 Modal Awal Rp 50.000.000 Rp 10.000.000 Rp 20.000.000 Rp 18.000.000 Rp 10.000.000
5 Jumlah Sepatu
50-100pcs/hari 20-50pcs/hari 50-60pcs/hari 80pcs/hari 70pcs/hari
6 Harga Rp 50.000-
200.000 Rp 25.000-
50.000 Rp 25.000-
50.000 Rp 30.000-
50.000 Rp 30.000-
50.000
7 Total Omset/bulan
Rp 30.000.000 (Bersih)
Rp15.000.000 Rp 25.000.000 Rp 24.000.000 Rp 24.000.000
8 Administrasi Keuangan
Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada
9 Jenis Produk Kaftan dan
Sepatu Sepatu Kulit
Pria Sepatu Wanita
Sepatu Pria dan Wanita
Sepatu Kulit Imitasi
10 Alamat
Jl. Dr. Semeru
Gang Kelor
No. 160 Rt 02/10
Jl. Ciherang
Suka Bakti
Rt 03/11
Kec. Ciomas Desa Ciapus
Jl. Taman Sari No. 20 Desa
Pasir Eurih
Kec. Tamansari
Kab. Bogor
Jl. Pintu
Ledeng Rt
03/08 Kec.
Ciomas Kab. Bogor
Kp. Babakan
H. Saih No. 14
Rt 03/11
11 No. Telp/Hp 081808324720 - 085798723132 085691171076 089639392552
59
No Ciri-ciri Balete Shoes UKM Abdul
Shoes Bengkel TNI Nugraha Sugih
Jay Home
Industry
1 Pemilik Rudiarsa Abdul Latif Agus
Ardiansyah H. Cepi Jayadi
2 Jumlah
Tenaga Kerja
a. Laki-laki 5 10 7 5 9
b.Perempuan 1 0 0 0 0
3 Gaji Pegawai
(per orang) Rp 5.000/pcs Rp 10.000/pcs Rp 8.000/pcs Rp 8.000/pcs Rp 10.000/pcs
4 Modal Awal Rp 5.000.000 Rp 8.000.000 Rp 10.000.000 Rp 5.000.000 Rp 15.000.000
5 Jumlah
Sepatu 20pcs/hari 30pcs/hari 20pcs/hari 20-50pcs/hari 25pcs/hari
6 Harga Rp 30.000 Rp 25.000-
50.000 Rp 80.000 Rp 25.000
Rp 30.000-
50.000
7 Total
Omset/bulan
Rp 2.000.000
(Bersih) Rp 10.000.000 Rp 20.000.000 Rp 7.000.000 Rp 30.000.000
8 Administrasi
Keuangan Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada
9 Jenis Produk Sepatu Wanita Sepatu Pria Dr.
Kevin
Sepatu TNI
AU, AL, AD Sepatu Wanita Sepatu Pria
10 Alamat
Kp. Babakan
H. Saih Rt
01/11 No. 69
Ds. Pagelaran
Kec. Ciomas
Kp. Babakan H.
Saih Rt 01/10 Desa Pagelaran
Kec. Ciomas
Kp. Babakan
H. Saih Desa
Pagelaran No.
12 Rt 02/11
Ciomas
Kp. Babakan
H. Saih Rt
03/11 No. 26
Desa Pagelaran
Kec. Ciomas
Jl. Ciherang
Suka Bakti Rt
02/11 Desa
Ciapus Kec.
Ciomas No. 20
11 No. Telp/Hp 08561260685 081584453156 02518639087 08567777644 025188940464
No Ciri-ciri Bengkel H.
Endang Borneo Shoes Monita Shoes
She Must
Wear Sepatu Asih
1 Pemilik Rohmansyah Dony
Ardiansyah Monita
Laras
Febriani Asih
2 Jumlah
Tenaga Kerja
a. Laki-laki 4 12 9 4 8
b.Perempuan 3 3 1 2 4
3 Gaji Pegawai
(per orang) Rp 10.000/pcs Rp 10.000/pcs Rp 8.000/pcs Rp 6.000/pcs Rp 10.000/pcs
4 Modal Awal Rp 12.000.000 Rp 23.000.000 Rp 17.000.000 Rp 8.000.000 Rp 20.000.000
5 Jumlah
Sepatu 20-50pcs/hari 50pcs/hari 25-60pcs/hari 10-50pcs/hari 35-60pcs/hari
6 Harga Rp 30.000-
50.000
Rp 25.000-
50.000
Rp 30.000-
50.000
Rp 70.000-
150.000
Rp 25.000-
50.000
7 Total
Omset/bulan Rp 20.000.000 Rp 50.000.000 Rp 30.000.000 Rp 20.000.000 Rp 45.000.000
8 Administrasi
Keuangan Tidak Ada Ada Ada Tidak Ada Ada
9 Jenis Produk Sepatu Pria dan
Wanita Sepatu Wanita Sepatu Wanita
Sepatu
Wanita
Sepatu Pria
dan Wanita
10 Alamat
Kp. Lebak Jaya
Rt 02/06 No. 03 Desa
Sukaresmi Kec.
Ciomas
Jl. Nyi Raja Permas No. 40
Bogor
Jl. Surya
Kencana No. 26, Bogor
Tengah
Jalan
Malabar No. 16 Bogor-
Jawa Barat
Perum. Bukit
ASRI No. 31A, Ciomas-
Bogor
11 No. Telp/Hp 089656418088 083874555074 02518321285 - 02514734763
60
4.1.2 Bahan Baku serta Alat dan Mesin Produksi pada UKM Penghasil
Sepatu Daerah Bogor
Bahan baku utama yang digunakan dalam proses produksi dari 30 UKM
penghasil sepatu di daerah Bogor yang diteliti adalah bahan kulit sintetis,
bahan kulit atlantik, bahan canvas dan bahan denim. Jenis bahan baku yang
digunakan disesuaikan dengan jenis sepatu yang diproduksi. Untuk bahan
kulit sintetis dan kulit atlantik digunakan untuk sepatu kulit pria dan wanita,
bahan kulit sintetis dan kulit atlantik ini menjadi pilihan tertinggi karena
harga dari bahan kulit ini tergolong lebih murah dibanding jenis bahan kulit
yang lain, selain itu jenis bahan kulit ini memiliki banyak varian tekstur.
Bahan kanvas dan bahan denim biasanya digunakan untuk sepatu pria dan
wanita jenis flat shoes, giant flames, trumph atau moofeat.
Tabel 4.2
No Nama Alat dan Mesin
1. Mesin Jahit
2. List Cetakan
3. Lem
4. Latek atau Getah Karet
5. Busa
6. Tekson
7. Sol
8. Benang Nilon
9. Jarum
10. Mesin Seset
11. Gunting
12. Paku dan palu
13. Primer
14. Bontek
15. Mesin seset
61
4.1.3 Tahapan Produksi UKM Penghasil Sepatu Daerah Bogor
Secara umum tahapan produksi dari 30 UKM penghasil sepatu daerah
Bogor adalah sama, yaitu sebagai berikut:
1. Tahapan pertama yaitu menggambar pola sepatu bagian atas atau disebut
juga kap sepatu. Kemudian pola yang sudah dibuat digunting dan dijahit
dengan benang nilon hingga membentuk kap sepatu. Pada tahap ini
untuk UKM yang memproduksi sepatu pria dan wanita berbahan kulit,
sebelum dijahit bahan kulit harus diseset terlebih dahulu dengan
menggunakan mesin seset, gunanya untuk membuat bahan kulit menjadi
lebih tipis dan mudah dijahit.
2. Selanjutnya pada bagian depan dan belakang kap sepatu ditempelkan
tekson atau kertas pengeras yang tujuannya agar bagian depan dan
belakang sepatu bisa kaku.
3. Menggunting bontek menyerupai sol sepatu. Bontek ini digunakan untuk
sol sepatu bagian dalam. Kemudian bontek dipaku dengan paku khusus
pada list cetakan sepatu dan ditempelkan dengan kap sepatu yang sudah
ditempelkan kertas pengeras. Setelah list cetakan sudah terbalut kap atas
sepatu dan bontek, diamkan selama kurang lebih 6 jam.
4. Siapkan sol sepatu bagian luar dan tempelkan dengan latek atau getah
karet. Pastikan bahwa sol sepatu sudah lentur. Setelah sol dan latek
sudah menempel dengan baik, selanjutnya sol sepatu bagian luar
ditempelkan pada kap sepatu dan bontek pada list cetakan. Biarkan lem
mengering kurang lebih 10-15 menit.
62
5. Setelah lem mengering, list cetakan sepatu dikeluarkan. Kemudian
membersihkan sisa-sisa lem yang terlihat pada sepatu yang sudah jadi
dengan primer.
4.2 Uji Kenormalan Data
4.2.1 Validitas Konvergen (Convergent Validity)
Nilai validitas konvergen adalah nilai loading faktor pada variabel laten
dengan indikator-indikatornya. Nilai loading faktor diharapkan lebih besar
dari 0,50. Pada penelitian ini diperoleh nilai validitas konvergen keseluruhan
indikator adalah valid.
a. Variabel Pengendalian Bahan Baku (X1)
Gambar 4.1
Output PLS Algorithm
Sumber: Pengolahan data dengan SMART PLS 2013
Berdasarkan gambar 4.1, terlihat bahwa masing-masing indikator
individu dari Pengendalian Bahan Baku (X1) telah memenuhi convergent
validity. Hal tersebut karena semua loading faktor telah berada diatas 0,50,
sehingga tidak ada indikator yang perlu dibuang. Dengan nilai validitas
konvergen terkecil pada indikator X1.4 mengenai biaya pemesanan yaitu
sebesar 0,504 dan nilai tertinggi pada indikator X1.1 mengenai mutu bahan
baku yaitu sebesar 0,849.
63
b. Variabel Pengendalian Mutu Produk dalam Produksi (X2)
Gambar 4.2
Output PLS Algorithm
Sumber: Pengolahan data dengan SMART PLS 2013
Berdasarkan gambar 4.2, diketahui bahwa terdapat indikator individu
dari Pengendalian Mutu Produk dalam Produksi (X2) yang memiliki nilai
loading faktor dibawah 0,5 yaitu -0,174 pada indikator X2.10 tentang
standar jam kerja. Apabila indikator memiliki nilai outer loading kurang
dari 0,50 sebaiknya dilakukan modifikasi (Ghozali, 2011). Modifikasi
dilakukan dengan menghilangkan satu item pertanyaan yaitu item
pertanyaan nomor 16 yang berbunyi “UKM memberikan waktu istirahat
yang cukup bagi karyawan.” Setelah dilakukan modifikasi, diperoleh
hasil seperti pada gambar 4.3.
Gambar 4.3
Output PLS Algorithm
Sumber: Pengolahan data dengan SMART PLS 2013
64
Berdasarkan gambar 4.3, terlihat bahwa masing-masing indikator
individu dari Pengendalian Mutu Produk dalam Produksi (X2) telah
memenuhi convergent validity. Hal tersebut karena semua loading faktor
telah berada diatas 0,50. Dengan nilai validitas konvergen terkecil pada
indikator X2.3 mengenai tata letak layout yaitu sebesar 0,507 dan nilai
tertinggi pada indikator X2.8 mengenai standar upah sebesar 0,834.
c. Variabel Pengendalian Mutu Produk Akhir (X3)
Gambar 4.4
Output PLS Algorithm
Berdasarkan gambar 4.4, terlihat bahwa masing-masing indikator
individu dari Pengendalian Mutu Produk Akhir (X3) telah memenuhi
convergent validity. Hal tersebut karena semua loading faktor telah
berada diatas 0,50. Dengan nilai validitas konvergen terkecil pada
indikator X3.7 mengenai administrasi produk yaitu sebesar 0,554 dan
nilai tertinggi pada indikator X3.3 mengenai daya guna produk sebesar
0,838.
Sumber: Pengolahan data dengan SMART PLS 2013
65
d. Varibel Kualitas Pengendalian Mutu (Y1)
Gambar 4.5
Output PLS Algorithm
Sumber: Pengolahan data dengan SMART PLS 2013
Berdasarkan gambar 4.5, terlihat bahwa masing-masing indikator
individu dari Kualitas Pengendalian Mutu (Y1) telah memenuhi
convergent validity. Hal tersebut karena semua loading faktor telah
berada diatas 0,50. Dengan nilai validitas konvergen terkecil pada
indikator Y1.6 mengenai produk cacat yaitu sebesar 0,653 dan nilai
tertinggi pada indikator Y1.1 mengenai standar proses produksi sebesar
0,952.
4.2.2 Composite Reliability
Relibialitas sebenarnya adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner
yang merupakan indikator dari variabel. Suatu kuesioner dikatakan reliable
atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten
atau stabil dari waktu ke waktu (Imam Ghozali, 2009: 45).
Data yang memiliki composite reliability lebih besar dari 0,8
mempunyai reliabilitas yang tinggi. Nilai composite reliability yang
dihasilkan terlihat pada tabel 4.3. Nilai reliabilitas tertinggi yaitu pada
variabel Y1 sebesar 0,902 dan nilai reliabilitas terendah pada variabel X1
sebesar 0,850.
66
Tabel 4.3
Nilai Composite Reliability Composite Reliability > 0,8
X1 0.850
X2 0.876
X3 0.893
Y1 0.902
Sumber: Pengolahan data dengan SMART PLS 2013
4.2.3 Average Variance Extracted (AVE)
Average Variance Extracted digunakan untuk menilai validitas
diskriminan yang menggambarkan interkorelasi internal yaitu korelasi antar
indikator di dalam model. Nilai AVE yang diharapkan adalah lebih besar
dari 0,5 yang berarti indikator-indikator dalam model terbukti benar-benar
mengukur variabel yang ditargetkan dan tidak mengukur variabel lain. Nilai
AVE dibawah 0,5 menunjukkan bahwa indikator memiliki rata-rata tingkat
error yang lebih tinggi.
Pada tabel 4.4 nilai AVE pada variabel X1, X2 dan X3 tidak lebih besar
dari 0,5 namun mendekati 0,5 yang artinya indikator-indikator dalam model
mengukur variabel X1, X2 dan X3 yang ditargetkan namun memiliki sedikit
rata-rata tingkat error. Sedangkan yang tertinggi pada variabel Y1 yaitu
0,611 berarti indikator dalam model benar-benar mengukur variabel Y1.
Tabel 4.4
Nilai Average Variance Extracted
Original
Sample (O)
Sample Mean
(M)
Standard
Deviation
(STDEV)
T Statistics
(|O/STDEV|) P Values
X1 0.494 0.500 0.072 6.846 0.000
X2 0.448 0.457 0.063 7.062 0.000
X3 0.486 0.488 0.055 8.891 0.000
Y1 0.611 0.607 0.069 8.801 0.000
Sumber: Pengolahan data dengan SMART PLS 2013
67
4.2.4 Outer Weights
Hasil outer weight menunjukkan bahwa tiap indikator signifikan
terhadap variabelnya, karena t-statistiknya lebih besar dari 1,96. T-statistik
terendah yaitu pada indikator X1.5 mengenai biaya pemesanan (ordering cost)
pada variabel Pengendalian Bahan Baku (X1) yaitu sebesar 1,455. Sedangkan
t-statistik tertinggi yaitu pada indikator X3.3 mengenai daya guna produk pada
variabel Pengendaliann Mutu Produk Akhir (X3) yaitu sebesar 9,623.
Tabel 4.5
Nilai Outer Weights
Original
Sample (O)
Sample
Mean (M)
Standard
Deviation
(STDEV)
T Statistics
(|O/STDEV|) P Values
X1.1 <- X1 0.338 0.329 0.057 5.953 0.000
X1.2 <- X1 0.319 0.310 0.054 5.935 0.000
X1.3 <- X1 0.266 0.262 0.059 4.492 0.000
X1.4 <- X1 0.152 0.147 0.060 2.531 0.012
X1.5 <- X1 0.126 0.119 0.087 1.455 0.146
X1.6 <- X1 0.164 0.154 0.062 2.652 0.008
X2.1 <- X2 0.219 0.219 0.032 6.782 0.000
X2.2 <- X2 0.172 0.170 0.025 6.980 0.000
X2.3 <- X2 0.122 0.118 0.026 4.638 0.000
X2.4 <- X2 0.096 0.096 0.039 2.454 0.014
X2.5 <- X2 0.192 0.187 0.032 6.081 0.000
X2.6 <- X2 0.122 0.118 0.030 4.054 0.000
X2.7 <- X2 0.186 0.184 0.025 7.331 0.000
X2.8 <- X2 0.227 0.224 0.031 7.422 0.000
X2.9 <- X2 0.109 0.109 0.036 3.009 0.003
X3.1 <- X3 0.201 0.201 0.030 6.700 0.000
X3.2 <- X3 0.182 0.183 0.026 7.041 0.000
X3.3 <- X3 0.195 0.192 0.020 9.623 0.000
X3.4 <- X3 0.149 0.149 0.031 4.744 0.000
X3.5 <- X3 0.130 0.128 0.021 6.104 0.000
X3.6 <- X3 0.140 0.139 0.039 3.588 0.000
X3.7 <- X3 0.099 0.100 0.025 4.003 0.000
X3.8 <- X3 0.129 0.127 0.024 5.268 0.000
X3.9 <- X3 0.191 0.188 0.029 6.683 0.000
Y1.1 <- Y1 0.265 0.267 0.030 8.761 0.000
Y1.2 <- Y1 0.224 0.224 0.040 5.654 0.000
Y1.3 <- Y1 0.204 0.204 0.035 5.799 0.000
Y1.4 <- Y1 0.262 0.261 0.039 6.714 0.000
Y1.5 <- Y1 0.171 0.164 0.047 3.664 0.000
Y1.6 <- Y1 0.128 0.127 0.048 2.667 0.008
Sumber: Pengolahan data dengan SMART PLS 2013
68
4.2.5 Effect Size
Untuk mengetahui pengaruh antar variabel dalam hipotesis, dapat dilihat
dari hasil effect size (f2) pada tabel 4.6. Dari hasil perhitungan dapat
diketahui bahwa variabel X1 memiliki pengaruh yang besar terhadap X2,
begitu pula variabel X2 terhadap X3 dan X3 terhadap Y1, dapat dilihat dari
hasil t-statistik yaitu masing-masing sebesar 1,646; 2,547; 0,542. Variabel
X1 memiliki pengaruh yang sedang terhadap Y1 dilihat dari nilai t-
statistiknya sebesar 0,434, begitu pula dengan variabel X2 memiliki
pengaruh yang sedang terhadap Y1 dengan nilai t-statistik sebsar 0,203.
Tabel 4.6
Nilai Effect Size (f2)
Original
Sample (O)
Sample
Mean (M)
Standard
Deviation
(STDEV)
T Statistics
(|O/STDEV|) P Values
X1 -> X2 1.371 1.771 0.833 1.646 0.100
X1 -> Y1 0.092 0.187 0.211 0.434 0.665
X2 -> X3 3.497 4.253 1.373 2.547 0.011
X2 -> Y1 0.013 0.046 0.064 0.203 0.839
X3 -> Y1 0.168 0.295 0.310 0.542 0.588
Sumber: Pengolahan data dengan SMART PLS 2013
4.2.6 Pengujian Hipotesis
Dalam menguji hipotesis, dasar yang digunakan adalah nilai yang terdapat
pada hasil path coefficient dari perhitungan Bootstrap seperti berikut:
a. Pengujian Hipotesis H1
Tabel 4.7
Path Coefficient
Original
Sample (O)
Sample
Mean (M)
Standard
Deviation
(STDEV)
T Statistics
(|O/STDEV|) P Values
X1 -> X2 0.760 0.779 0.066 11.579 0.000
Sumber: Pengolahan data dengan SMART PLS 2013
69
Dari tabel 4.7 dapat diketahui bahwa terdapat hubungan yang positif
antara Pengendalian Bahan Baku (X1) terhadap Pengendalian Mutu
Produk dalam Produksi (X2) (koefisien parameter 0,760) dan signifikan
karena memiliki nilai t-statistik diatas 1,96 yakni sebesar 11,579.
b. Pengujian Hipotesis H2
Tabel 4.8
Path Coefficient
Original
Sample (O)
Sample
Mean (M)
Standard
Deviation
(STDEV)
T Statistics
(|O/STDEV|) P Values
X2 -> X3 0.882 0.893 0.026 33.319 0.000
Sumber: Pengolahan data dengan SMART PLS 2013
Dari tabel 4.8 dapat diketahui bahwa terdapat hubungan yang positif
antara Pengendalian Mutu Produk dalam Produksi (X2) terhadap
Pengendalian Mutu Produk Akhir (X3) (koefisien parameter 0,882) dan
signifikan karena memiliki nilai t-statistik diatas 1,96 yakni sebesar
33,319.
c. Pengujian Hipotesis H3
Tabel 4.9
Path Coefficient
Original
Sample (O)
Sample
Mean (M)
Standard
Deviation
(STDEV)
T Statistics
(|O/STDEV|) P Values
X1 -> Y1 0.260 0.286 0.188 1.384 0.167
Sumber: Pengolahan data dengan SMART PLS 2013
Dari tabel 4.9 dapat diketahui bahwa terdapat hubungan yang positif
antara Pengendalian Bahan Baku (X1) terhadap Kualitas Pengendalian
Mutu (Y1) (koefisien parameter 0,260) akan tetapi tidak signifikan
karena nilai t-statistik dibawah 1,96 yaitu 1,384. Hal ini terjadi karena
pada 30 UKM penghasil sepatu daerah Bogor memiliki kualitas bahan
baku yang kurang bagus, mereka lebih mengutamakan pada standar
70
harga bahan baku yang rendah. Bahan baku yang dimiliki 30 UKM ini
juga tidak mengikuti standar bahan baku yang sudah ditetapkan oleh
BSNI. Sehingga hipotesis bahwa pengendalian bahan baku berpengaruh
pada kualitas pengendalian mutu tidak terbukti pada 30 UKM penghasil
sepatu daerah Bogor.
d. Pengujian Hipotesis H4
Tabel 4.10
Path Coefficient
Original
Sample (O)
Sample
Mean (M)
Standard
Deviation
(STDEV)
T Statistics
(|O/STDEV|) P Values
X2 -> Y1 0.155 0.090 0.284 0.546 0.585
Sumber: Pengolahan data dengan SMART PLS 2013
Dari tabel 4.10 dapat diketahui bahwa terdapat hubungan yang
positif antara Pengendalian Mutu Produk dalam Produksi (X2) terhadap
Kualitas Pengendalian Mutu (Y1) (koefisien parameter 0,155) namun
tidak signifikan karena memiliki nilai t-statistik dibawah 1,96 yakni
sebesar 0,546. Hal ini terjadi karena 30 UKM penghasil sepatu daerah
Bogor setelah diteliti tidak memiliki standar khusus untuk proses
produksinya. Mereka masih menggunakan cara tradisional untuk
menjalankan produksinya. Alat dan peralatan yang digunakan pun masih
sangat tradisional, dan lebih banyak dikerjakan oleh tangan. Kemudian
dari segi tenaga kerja, 30 UKM ini biasanya memiliki karyawan yang
sudah memiliki kemampuan untuk membuat sepatu. Namun sayangnya,
tidak ada pelatihan-pelatihan khusus untuk mengembangkan kualitas
tenaga kerjanya, sehingga UKM dirasa kurang mampu untuk
menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman. Oleh sebab itu,
71
hipotesis bahwa pengendalian mutu produk dalam produksi berpengaruh
terhadap kualitas pengendalian mutu tidak terbukti pada 30 UKM
penghasil sepatu daerah Bogor.
e. Pengujian Hipotesis H5
Tabel 4.11
Path Coefficient
Original
Sample (O)
Sample
Mean (M)
Standard
Deviation
(STDEV)
T Statistics
(|O/STDEV|) P Values
X3 -> Y1 0.485 0.532 0.262 1.852 0.065
Sumber: Pengolahan data dengan SMART PLS 2013
Dari tabel 4.11 dapat diketahui bahwa terdapat hubungan yang
positif antara Pengendalian Mutu Produk Akhir (X3) terhadap Kualitas
Pengendalian Mutu (Y1) (koefisien parameter 0,485) namun tidak
signifikan karena memiliki nilai t-statistik dibawah 1,96 yakni sebesar
1,852. Dikarenakan kualitas bahan baku serta proses produksi pada 30
UKM penghasil sepatu daerah Bogor masih rendah dan tidak sesuai
dengan standar yang ditentukan oleh BSNI, maka berpengaruh pada
mutu produk akhir yang kurang mampu merepresentasikan kuliatas
pengendalian mutu yang baik. Sehingga hipotesis bahwa pengendalian
mutu produk akhir berpengaruh pada kualitas pengendalian mutu tidak
terbukti pada 30 UKM penghasil sepatu daerah Bogor.
4.3 Analisis Statistical Quality Control
Analisis statistical quality control digunakan untuk menganalisis data
sampel yang dikumpulkan dalam kegiatan pengawasan kualitas untuk
mengetahui suatu proses berada dalam keadaan in control atau out control.
72
Dalam penelitian ini untuk mengetahui apakah proses produksi UKM
penghasil sepatu daerah Bogor dalam keadaan terkontrol atau tidak terkontrol,
peneliti menggunakan garfik Kendali P atau grafik kendali prioritas dengan
batas pengendali 3 sigma. Dalam analisis Statistical Quality Control peneliti
mengambil 15 sample dari 30 UKM penghasil sepatu daerah Bogor yang
dipilih berdasarkan kriteria bahan baku, jumlah produksi, jumlah tenaga kerja,
jumlah modal awal serta jumlah omset perbulan.
Grafik Kendali P diolah menggunakan data perbandingan jumlah produk
yang rusak dengan jumlah produk yang dihasilkan per hari selama 6 hari
pengamatan produksi. Letak titik merupakan besarnya proporsi (ṕ ), nilai
proporsi yang tidak stabil diakibatkan oleh jumlah produksi dan kerusakan
sepatu yang terjadi setiap hari tidak tetap. Hal ini mengakibatkan garis UCL
dan LCL tidak sama pada setiap UKM.
1. Kusnadi Home Industry
Dari lampiran 4 dapat diketahui bahwa hasil perhitungan dengan
pendekatan 3 sigma menunjukan hasil CL, UCL dan LCL adalah sebesar
0,0078%; 0,1165%; dan -0,1009%. Kerusakan sepatu pada UKM Kusnadi
Home Industry masih berada dalam keadaan yang terkontrol. Hal tersebut
dapat dilihat dari keadaan setiap titik sebagai berikut:
a. Titik 1 sampai 6 berada di bawah garis UCL dan diatas garis LCL,
dimana nilai proporsinya berada pada kisaran 0%-0,023%.
b. Sebanyak 3 titik berada diatas garis CL, antara lain titik 2, 3 dan 4.
c. Sebanyak 3 titik berada dibawah garis CL, antara lain titik 1, 5 dan 6.
73
d. Tidak ada titik yang menunjukkan perilaku tidak normal, karena semua
tititk tidak ada yang mendekati garis UCL dan LCL.
Sumber: Data diolah dengan Microsoft Excel
2. Assenda Sepatu Sendal
Dari lampiran 4 dapat diketahui bahwa hasil perhitungan dengan
pendekatan 3 sigma menunjukan hasil CL, UCL dan LCL adalah sebesar
0,0173%; 0,1588%; dan -0,1242%. Kerusakan sepatu pada UKM Assenda
sepatu sendal masih berada dalam keadaan yang terkontrol. Hal tersebut
dapat dilihat dari keadaan setiap titik sebagai berikut:
a. Titik 1 sampai 6 berada di bawah garis UCL dan diatas garis LCL,
dimana nilai proporsinya berada pada kisaran 0%-0,038%.
b. Sebanyak 2 titik berada diatas garis CL, antara lain titik 4 dan 5.
c. Sebanyak 4 titik berada dibawah garis CL, antara lain titik 1, 2, 3 dan
6.
d. Tidak ada titik yang menunjukkan perilaku tidak normal, karena semua
tititk tidak ada yang mendekati garis UCL dan LCL.
1 2 3 4 5 6
ṕ 0 0.013 0.023 0.010 0.000 0.000
CL 0.0078 0.0078 0.0078 0.0078 0.0078 0.0078
UCL 0.1165 0.1165 0.1165 0.1165 0.1165 0.1165
LCL -0.1009 -0.1009 -0.1009 -0.1009 -0.1009 -0.1009
-0.15-0.1
-0.050
0.050.1
0.15
Pro
po
rtio
n
Gambar 4.6 Kusnadi Home Industry P Chart of Damage
74
e. Namun pada titik nomor 4 posisinya berada di atas CL mengalami
sedikit kenaikan dari posisi titik 1,2 dan 3. Akan lebih baik UKM
memeriksa penyebabnya agar tidak terjadi kesalahan yang sama.
Sumber: Data diolah dengan Microsoft Excel
3. Mutiara Sepatu Sendal
Dari lampiran 4 dapat diketahui bahwa hasil perhitungan dengan
pendekatan 3 sigma menunjukan hasil CL, UCL dan LCL adalah sebesar
0,02%; 0,1683%; dan -0,1284%. Kerusakan sepatu pada UKM Mutiara
Sepatu Sendal masih berada dalam keadaan yang terkontrol. Hal tersebut
dapat dilihat dari keadaan setiap titik sebagai berikut:
a. Titik 1 sampai 6 berada di bawah garis UCL dan diatas garis LCL,
dimana nilai proporsinya berada pada kisaran 0%-0,040%.
b. Sebanyak 3 titik berada diatas garis CL, antara lain titik 4, 5 dan 6.
c. Sebanyak 3 titik berada dibawah garis CL, antara lain titik 1, 2 dan 3.
d. Tidak ada titik yang menunjukkan perilaku tidak normal, karena semua
tititk tidak ada yang mendekati garis UCL dan LCL.
1 2 3 4 5 6
ṕ 0.016667 0.013 0.015 0.038 0.020 0.000
CL 0.0173 0.0173 0.0173 0.0173 0.0173 0.0173
UCL 0.1588 0.1588 0.1588 0.1588 0.1588 0.1588
LCL -0.1242 -0.1242 -0.1242 -0.1242 -0.1242 -0.1242
-0.15-0.1
-0.050
0.050.1
0.150.2
Pro
po
rtio
n
Gambar 4.7 Assenda Sepatu Sendal P Chart of Damage
75
e. Posisi titik 1, 2 dan 3 masih dalam posisi yang sama dibawah garis CL,
mengalami kenaikan pada titik 4 dan 6, walaupun tetap masih
terkontrol akan lebih baik jika UKM memeriksa letak kesalahan dan
melakukan perbaikan.
Sumber: Data diolah dengan Microsoft Excel
4. Meliska
Dari lampiran 4 dapat diketahui bahwa hasil perhitungan dengan
pendekatan 3 sigma menunjukan hasil CL, UCL dan LCL adalah sebesar
0,0133%; 0,1432%; dan -0,1166%. Kerusakan sepatu pada UKM Meliska
masih berada dalam keadaan yang terkontrol. Hal tersebut dapat dilihat
dari keadaan setiap titik sebagai berikut:
a. Titik 1 sampai 6 berada di bawah garis UCL dan diatas garis LCL,
dimana nilai proporsinya berada pada kisaran 0%-0,040%.
b. Sebanyak 3 titik berada diatas garis CL, antara lain titik 1,2 dan 3.
c. Sebanyak 3 titik berada dibawah garis CL, antara lain titik 4, 5 dan 6.
d. Tidak ada titik yang menunjukkan perilaku tidak normal, karena semua
tititk tidak ada yang mendekati garis UCL dan LCL.
1 2 3 4 5 6
ṕ 0 0.000 0.019 0.036 0.025 0.040
CL 0.0200 0.0200 0.0200 0.0200 0.0200 0.0200
UCL 0.1683 0.1683 0.1683 0.1683 0.1683 0.1683
LCL -0.1284 -0.1284 -0.1284 -0.1284 -0.1284 -0.1284
-0.15-0.1
-0.050
0.050.1
0.150.2
Pro
po
rtio
n
Gambar 4.8 Mutiara Sepatu Sendal P Chart of Damage
76
Sumber: Data diolah dengan Microsoft Excel
5. Azfa Collection
Dari lampiran 4 dapat diketahui bahwa hasil perhitungan dengan
pendekatan 3 sigma menunjukan hasil CL, UCL dan LCL adalah sebesar
0,0224%; 0,1764%; dan -0,1316%. Kerusakan sepatu pada UKM Azfa
Collection masih berada dalam keadaan yang terkontrol. Hal tersebut
dapat dilihat dari keadaan setiap titik sebagai berikut:
a. Titik 1 sampai 6 berada di bawah garis UCL dan diatas garis LCL,
dimana nilai proporsinya berada pada kisaran 0%-0,050%.
b. Sebanyak 2 titik berada diatas garis CL, antara lain titik 4 dan 6.
c. Sebanyak 4 titik berada dibawah garis CL, antara lain titik 1, 2, 3 dan
5.
d. Tidak ada titik yang menunjukkan perilaku tidak normal, karena semua
tititk tidak ada yang mendekati garis UCL dan LCL.
e. Posisi titik 1, 2 dan 3 masih dalam posisi yang sama dibawah garis CL,
mengalami kenaikan pada titik 4 dan 6, walaupun tetap masih
1 2 3 4 5 6
ṕ 0.02 0.040 0.020 0.000 0.000 0.000
CL 0.0133 0.0133 0.0133 0.0133 0.0133 0.0133
UCL 0.1432 0.1432 0.1432 0.1432 0.1432 0.1432
LCL -0.1166 -0.1166 -0.1166 -0.1166 -0.1166 -0.1166
-0.15-0.1
-0.050
0.050.1
0.150.2
Pro
po
rtio
n
Gambar 4.9 Meliska P Chart of Damage
77
terkontrol akan lebih baik jika UKM memeriksa letak kesalahan dan
melakukan perbaikan.
Sumber: Data diolah dengan Microsoft Excel
6. Endang Home Industry
Dari lampiran 4 dapat diketahui bahwa hasil perhitungan dengan
pendekatan 3 sigma menunjukan hasil CL, UCL dan LCL adalah sebesar
0,0356%; 0,2143%; dan -0,1432%. Kerusakan sepatu pada UKM Endang
Home Industry masih berada dalam keadaan yang terkontrol. Hal tersebut
dapat dilihat dari keadaan setiap titik sebagai berikut:
a. Titik 1 sampai 6 berada di bawah garis UCL dan diatas garis LCL,
dimana nilai proporsinya berada pada kisaran 0,022%-0,067%.
b. Sebanyak 3 titik berada diatas garis CL, antara lain titik 2, 3 da 4.
c. Sebanyak 3 titik berada dibawah garis CL, antara lain titik 1, 5 dan 6.
d. Tidak ada titik yang menunjukkan perilaku tidak normal, karena semua
tititk tidak ada yang mendekati garis UCL dan LCL.
1 2 3 4 5 6
ṕ 0 0.020 0.000 0.044 0.020 0.050
CL 0.0224 0.0224 0.0224 0.0224 0.0224 0.0224
UCL 0.1764 0.1764 0.1764 0.1764 0.1764 0.1764
LCL -0.1316 -0.1316 -0.1316 -0.1316 -0.1316 -0.1316
-0.15-0.1
-0.050
0.050.1
0.150.2
Pro
po
rtio
n
Gambar 4.10 Azfa Collection P Chart of Damage
78
e. Namun pada titik nomor 3 posisinya berada di atas CL mengalami
sedikit kenaikan dari posisi titik 1 dan 2. Akan lebih baik UKM
memeriksa penyebabnya agar tidak terjadi kesalahan yang sama.
Sumber: Data diolah dengan Microsoft Excel
7. Uyung Home Industry
Dari lampiran 4 dapat diketahui bahwa hasil perhitungan dengan
pendekatan 3 sigma menunjukan hasil CL, UCL dan LCL adalah sebesar
0,0206%; 0,1704%; dan -0,1292%. Kerusakan sepatu pada UKM Uyung
Home Industry masih berada dalam keadaan yang terkontrol. Hal tersebut
dapat dilihat dari keadaan setiap titik sebagai berikut:
a. Titik 1 sampai 6 berada di bawah garis UCL dan diatas garis LCL,
dimana nilai proporsinya berada pada kisaran 0%-0,040%.
b. Sebanyak 3 titik berada diatas garis CL, antara lain titik 3, 4 dan 6.
c. Sebanyak 3 titik berada dibawah garis CL, antara lain titik 1, 2 dan 5.
d. Tidak ada titik yang menunjukkan perilaku tidak normal, karena semua
tititk tidak ada yang mendekati garis UCL dan LCL.
1 2 3 4 5 6
ṕ 0.0222222 0.040 0.067 0.044 0.020 0.020
CL 0.0356 0.0356 0.0356 0.0356 0.0356 0.0356
UCL 0.2143 0.2143 0.2143 0.2143 0.2143 0.2143
LCL -0.1432 -0.1432 -0.1432 -0.1432 -0.1432 -0.1432
-0.2-0.15
-0.1-0.05
00.05
0.10.15
0.20.25
Pro
po
rtio
n
Gambar 4.11 Endang Home Industry P Chart of Damage
79
Sumber: Data diolah dengan Microsoft Excel
8. VIVAN Shoes
Dari lampiran 4 dapat diketahui bahwa hasil perhitungan dengan
pendekatan 3 sigma menunjukan hasil CL, UCL dan LCL adalah sebesar
0,0111%; 0,1335%; dan -0,1112%. Kerusakan sepatu pada UKM VIVAN
Shoes masih berada dalam keadaan yang terkontrol. Hal tersebut dapat
dilihat dari keadaan setiap titik sebagai berikut:
a. Titik 1 sampai 6 berada di bawah garis UCL dan diatas garis LCL,
dimana nilai proporsinya berada pada kisaran 0,000%-0,033%.
b. Sebanyak 3 titik berada diatas garis CL, antara lain titik 3, 4 dan 6.
c. Sebanyak 3 titik berada dibawah garis CL, antara lain titik 1, 2 dan 5.
d. Tidak ada titik yang menunjukkan perilaku tidak normal, karena semua
tititk tidak ada yang mendekati garis UCL dan LCL.
e. Namun pada titik nomor 4 posisinya berada di atas CL mengalami
sedikit kenaikan dari posisi titik 1, 2 dan 3. Akan lebih baik UKM
memeriksa penyebabnya agar tidak terjadi kesalahan yang sama.
1 2 3 4 5 6
ṕ 0.01 0.020 0.029 0.040 0.000 0.025
CL 0.0206 0.0206 0.0206 0.0206 0.0206 0.0206
UCL 0.1704 0.1704 0.1704 0.1704 0.1704 0.1704
LCL -0.1292 -0.1292 -0.1292 -0.1292 -0.1292 -0.1292
-0.15-0.1
-0.050
0.050.1
0.150.2
Pro
po
rtio
n
Gambar 4.12 Uyung Home Industry
80
Sumber: Data diolah dengan Microsoft Excel
9. Bengkel Dr. Kevin
Dari lampiran 4 dapat diketahui bahwa hasil perhitungan dengan
pendekatan 3 sigma menunjukan hasil CL, UCL dan LCL adalah sebesar
0,0083%; 0,1196%; dan -0,1029%. Kerusakan sepatu pada UKM Bengkel
Dr. Kevin masih berada dalam keadaan yang terkontrol. Hal tersebut dapat
dilihat dari keadaan setiap titik sebagai berikut:
a. Titik 1 sampai 6 berada di bawah garis UCL dan diatas garis LCL,
dimana nilai proporsinya berada pada kisaran 0%-0,020%.
b. Sebanyak 4 titik berada diatas garis CL, antara lain titik 1,3,4 dan 5.
c. Sebanyak 2 titik berada dibawah garis CL, antara lain titik 2 dan 6.
d. Tidak ada titik yang menunjukkan perilaku tidak normal, karena semua
tititk tidak ada yang mendekati garis UCL dan LCL.
1 2 3 4 5 6
ṕ 0 0.017 0.000 0.033 0.000 0.017
CL 0.0111 0.0111 0.0111 0.0111 0.0111 0.0111
UCL 0.1335 0.1335 0.1335 0.1335 0.1335 0.1335
LCL -0.1112 -0.1112 -0.1112 -0.1112 -0.1112 -0.1112
-0.15-0.1
-0.050
0.050.1
0.15
Pro
po
rtio
n
Gambar 4.13 VIVAN Shoes P Chart of Damage
81
Sumber: Data diolah dengan Microsoft Excel
10. Balete Shoes
Dari lampiran 4 dapat diketahui bahwa hasil perhitungan dengan
pendekatan 3 sigma menunjukan hasil CL, UCL dan LCL adalah sebesar
0,0222%; 0,1758%; dan -0,1313%. Kerusakan sepatu pada UKM Balete
Shoes masih berada dalam keadaan yang terkontrol. Hal tersebut dapat
dilihat dari keadaan setiap titik sebagai berikut:
a. Titik 1 sampai 6 berada di bawah garis UCL dan diatas garis LCL,
dimana nilai proporsinya berada pada kisaran 0,000%-0,067%.
b. Sebanyak 3 titik berada diatas garis CL, antara lain titik 1, 4 dan 6.
c. Sebanyak 3 titik berada dibawah garis CL, antara lain titik 2, 3 dan 5.
d. Tidak ada titik yang menunjukkan perilaku tidak normal, karena semua
tititk tidak ada yang mendekati garis UCL dan LCL.
e. Namun pada titik nomor 4 posisinya berada di atas CL mengalami
sedikit kenaikan dari posisi titik 1, 2 dan 3. Akan lebih baik UKM
memeriksa penyebabnya agar tidak terjadi kesalahan yang sama.
1 2 3 4 5 6
ṕ 0.01 0.000 0.010 0.020 0.010 0.000
CL 0.0083 0.0083 0.0083 0.0083 0.0083 0.0083
UCL 0.1196 0.1196 0.1196 0.1196 0.1196 0.1196
LCL -0.1029 -0.1029 -0.1029 -0.1029 -0.1029 -0.1029
-0.15-0.1
-0.050
0.050.1
0.15
Pro
po
rtio
n
Gambar 4.14 Bengkel Dr. Kevin P Chart of Damage
82
Sumber: Data diolah dengan Microsoft Excel
11. UKM Abdul Shoes
Dari lampiran 4 dapat diketahui bahwa hasil perhitungan dengan
pendekatan 3 sigma menunjukan hasil CL, UCL dan LCL adalah sebesar
0,0506%; 0,2506%; dan -0,1494%. Kerusakan sepatu pada UKM Abdul
Shoes masih berada dalam keadaan yang terkontrol. Hal tersebut dapat
dilihat dari keadaan setiap titik sebagai berikut:
a. Titik 1 sampai 6 berada di bawah garis UCL dan diatas garis LCL,
dimana nilai proporsinya berada pada kisaran 0,000%-0,067%.
b. Sebanyak 3 titik berada diatas garis CL, antara lain titik 1, 4 dan 5.
c. Sebanyak 3 titik berada dibawah garis CL, antara lain titik 2, 3 dan 6.
d. Tidak ada titik yang menunjukkan perilaku tidak normal, karena semua
tititk tidak ada yang mendekati garis UCL dan LCL.
e. Namun pada titik nomor 5 posisinya berada di atas CL mengalami
kenaikan cukup tinggi dari posisi titik 1, 2, 3dan 4. Akan lebih baik
UKM memeriksa penyebabnya agar tidak terjadi kesalahan yang sama.
1 2 3 4 5 6
ṕ 0.033333 0.000 0.000 0.067 0.000 0.033
CL 0.0222 0.0222 0.0222 0.0222 0.0222 0.0222
UCL 0.1758 0.1758 0.1758 0.1758 0.1758 0.1758
LCL -0.1313 -0.1313 -0.1313 -0.1313 -0.1313 -0.1313
-0.15-0.1
-0.050
0.050.1
0.150.2
Pro
po
rtio
n
Gambar 4.15 Balete Shoes P Chart of Damage
83
Sumber: Data diolah dengan Microsoft Excel
12. Nugraha Sugih
Dari lampiran 4 dapat diketahui bahwa hasil perhitungan dengan
pendekatan 3 sigma menunjukan hasil CL, UCL dan LCL adalah sebesar
0,0089%; 0,1225%; dan -0,1048%. Kerusakan sepatu pada UKM Nugraha
Sugih masih berada dalam keadaan yang terkontrol. Hal tersebut dapat
dilihat dari keadaan setiap titik sebagai berikut:
a. Titik 1 sampai 6 berada di bawah garis UCL dan diatas garis LCL,
dimana nilai proporsinya berada pada kisaran 0%-0,020%.
b. Sebanyak 2 titik berada diatas garis CL, antara lain titik 1 dan 5.
c. Sebanyak 4 titik berada dibawah garis CL, antara lain titik 2, 3, 4 dan
6.
d. Tidak ada titik yang menunjukkan perilaku tidak normal, karena semua
tititk tidak ada yang mendekati garis UCL dan LCL.
1 2 3 4 5 6
ṕ 0.066667 0.050 0.000 0.067 0.080 0.040
CL 0.0506 0.0506 0.0506 0.0506 0.0506 0.0506
UCL 0.2506 0.2506 0.2506 0.2506 0.2506 0.2506
LCL -0.1494 -0.1494 -0.1494 -0.1494 -0.1494 -0.1494
-0.2-0.15
-0.1-0.05
00.05
0.10.15
0.20.25
0.3
Pro
po
rtio
n
Gambar 4.16 UKM Abdul Shoes P Chart of Damage
84
e. Pada titik pertama mengalami kenaikan yang cukup tinggi diatas garis
CL namun tetap terkendali karena ada titik selanjutnya posisi titik
berada dibawah garis CL.
Sumber: Data diolah dengan Microsoft Excel
13. Bengkel H. Endang
Dari lampiran 4 dapat diketahui bahwa hasil perhitungan dengan
pendekatan 3 sigma menunjukan hasil CL, UCL dan LCL adalah sebesar
0,0385%; 0,2220%; dan -0,1449%. Kerusakan sepatu pada UKM Bengkel
H. Endang masih berada dalam keadaan yang terkontrol. Hal tersebut
dapat dilihat dari keadaan setiap titik sebagai berikut:
a. Titik 1 sampai 6 berada di bawah garis UCL dan diatas garis LCL,
dimana nilai proporsinya berada pada kisaran 0,022%-0,067%.
b. Sebanyak 4 titik berada diatas garis CL, antara lain titik 1, 3, 4 dan 5.
c. Sebanyak 2 titik berada dibawah garis CL, antara lain titik 2 dan 6.
d. Tidak ada titik yang menunjukkan perilaku tidak normal, karena semua
tititk tidak ada yang mendekati garis UCL dan LCL.
1 2 3 4 5 6
ṕ 0.0333333 0.000 0.000 0.000 0.020 0.000
CL 0.0089 0.0089 0.0089 0.0089 0.0089 0.0089
UCL 0.1225 0.1225 0.1225 0.1225 0.1225 0.1225
LCL -0.1048 -0.1048 -0.1048 -0.1048 -0.1048 -0.1048
-0.15-0.1
-0.050
0.050.1
0.15
Pro
po
rtio
n
Gambar 4.17 Nugraha Sugih P Chart of Damage
85
e. Namun pada titik nomor 4 posisinya berada di atas CL mengalami
kenaikan cukup tinggi dari posisi titik 1, 2 dan 3. Akan lebih baik
UKM memeriksa penyebabnya agar tidak terjadi kesalahan yang sama.
Sumber: Data diolah dengan Microsoft Excel
14. Monita Shoes
Dari lampiran 4 dapat diketahui bahwa hasil perhitungan dengan
pendekatan 3 sigma menunjukan hasil CL, UCL dan LCL adalah sebesar
0,0275%; 0,1921%; dan -0,1371%. Kerusakan sepatu pada UKM Monita
Shoes masih berada dalam keadaan yang terkontrol. Hal tersebut dapat
dilihat dari keadaan setiap titik sebagai berikut:
a. Titik 1 sampai 6 berada di bawah garis UCL dan diatas garis LCL,
dimana nilai proporsinya berada pada kisaran 0,000%-0,080%.
b. Sebanyak 2 titik berada diatas garis CL, antara lain titik 4 dan 6.
c. Sebanyak 4 titik berada dibawah garis CL, antara lain titik 1, 2, 3 dan
5.
1 2 3 4 5 6
ṕ 0.04 0.022 0.040 0.067 0.040 0.022
CL 0.0385 0.0385 0.0385 0.0385 0.0385 0.0385
UCL 0.2220 0.2220 0.2220 0.2220 0.2220 0.2220
LCL -0.1449 -0.1449 -0.1449 -0.1449 -0.1449 -0.1449
-0.2-0.15
-0.1-0.05
00.05
0.10.15
0.20.25
Pro
po
rtio
n
Gambar 4.18 Bengkel H. Endang P Chart of Damage
86
d. Tidak ada titik yang menunjukkan perilaku tidak normal, karena semua
tititk tidak ada yang mendekati garis UCL dan LCL.
e. Namun pada titik nomor 6 posisinya berada di atas CL mengalami
kenaikan cukup tinggi dari posisi titik 1, 2, 3, 4 dan 5. Akan lebih baik
UKM memeriksa penyebabnya agar tidak terjadi kesalahan yang sama.
Sumber: Data diolah dengan Microsoft Excel
15. She Must Wear
Dari lampiran 4 dapat diketahui bahwa hasil perhitungan dengan
pendekatan 3 sigma menunjukan hasil CL, UCL dan LCL adalah sebesar
0,0350%; 0,2129%; dan -0,1429%. Kerusakan sepatu pada UKM She
Must Wear masih berada dalam keadaan yang terkontrol. Hal tersebut
dapat dilihat dari keadaan setiap titik sebagai berikut:
a. Titik 1 sampai 6 berada di bawah garis UCL dan diatas garis LCL,
dimana nilai proporsinya berada pada kisaran 0,000%-0,060%.
b. Sebanyak 4 titik berada diatas garis CL, antara lain titik 1, 2, 3 dan 4.
c. Sebanyak 2 titik berada dibawah garis CL, antara lain titik 5 dan 6.
1 2 3 4 5 6
ṕ 0.01 0.025 0.000 0.040 0.010 0.080
CL 0.0275 0.0275 0.0275 0.0275 0.0275 0.0275
UCL 0.1921 0.1921 0.1921 0.1921 0.1921 0.1921
LCL -0.1371 -0.1371 -0.1371 -0.1371 -0.1371 -0.1371
-0.2-0.15
-0.1-0.05
00.05
0.10.15
0.20.25
Pro
po
rtio
n
Gambar 4.19 Monita Shoes P Chart of Damage
87
d. Tidak ada titik yang menunjukkan perilaku tidak normal, karena semua
tititk tidak ada yang mendekati garis UCL dan LCL.
e. Namun pada titik nomor 4 posisinya berada di atas CL mengalami
kenaikan cukup tinggi dari posisi titik 1, 2 dan 3. Akan lebih baik
UKM memeriksa penyebabnya agar tidak terjadi kesalahan yang sama.
Sumber: Data diolah dengan Microsoft Excel
4.4 Analisis Lean Six Sigma
Dari hasil analisis dengan pendekatan Statistical Quality Control telah
diketahui bahwa 15 UKM penghasil sepatu daerah Bogor yang diteliti,
kerusakan yang terjadi pada setiap unit sepatu yang dihasilkan tergolong
sedikit dan masih dapat dikontrol dengan baik. Namun, untuk mencapai
kualitas proses produksi yang baik UKM perlu terus melakukan perbaikan
terhadap proses produksinya agar dapat mengurangi jumlah kerusakan. Untuk
mencapai hal tersebut, UKM perlu mengidentifikasi letak kesalahan yang
sering terjadi dalam setiap proses produksi. Analisis dengan pendekatan Lean
Six Sigma melalui metode DMAIC dapat membantu UKM untuk
1 2 3 4 5 6
ṕ 0.05 0.040 0.040 0.060 0.020 0.000
CL 0.0350 0.0350 0.0350 0.0350 0.0350 0.0350
UCL 0.2129 0.2129 0.2129 0.2129 0.2129 0.2129
LCL -0.1429 -0.1429 -0.1429 -0.1429 -0.1429 -0.1429
-0.2-0.15
-0.1-0.05
00.05
0.10.15
0.20.25
Pro
po
rtio
n
Gambar 4.20 She Must Wear P Chart of Damage
88
mengidentifikasi dan mengurangi kesalahan pada tahap produksi sehingga
dapat mengurangi biaya produksi dan meningkatkan laba.
4.4.1 Tahap Define dan Measure
Melalui tahap define dan measure, dapat menentukan masalah pada proses
produksi di 15 UKM penghasil sepatu daerah Bogor dengan menggunakan
analisis diagram pareto. Pembuatan diagram pareto dapat membantu untuk
mengetahui besar persentase dari setiap kesalahan yang terjadi. Sehingga
dapat diketahui jenis kesalahan yang paling berpengaruh terhadap kerusakan
produk sepatu dan UKM dapat melakukan perbaikan.
Pada pemeriksaan di 15 UKM penghasil sepatu daerah Bogor selama 6
hari produksi, ditemukan jenis kesalahan yang terjadi antara lain yaitu
kesalahan dalam menggambar pola, kesalahan dalam memotong pola,
kesalahan menjahit kap sepatu dan proses pengeleman yang kurang rapih.
Jenis dan jumlah kesalahan produksi dapat dilihat pada Lampiran 3.
1. Kusnadi Home Industry
Berdasarkan diagram pareto pada gambar 4.21, jenis kesalahan yang
paling sering terjadi yaitu pada proses pengeleman dengan jumlah
kesalahan 10 unit (43,48%), posisi kedua adalah kesalahan dalam menjahit
pola yaitu pada 7 unit (30,43%), posisi ketiga adalah kesalahan pada saat
memotong pola yaitu 5 unit (21,74%) dan posisi keempat yaitu kesalahan
menggambar pola yaitu 1 unit (4,35%).
89
Sumber: Data diolah dengan Microsoft Excel
2. Assenda Sepatu Sendal
Berdasarkan diagram pareto pada gambar 4.22, jenis kesalahan yang
paling sering terjadi yaitu pada proses pengeleman dengan jumlah
kesalahan 6 unit (50%), posisi selanjutnya yaitu kesalahan dalam menjahit
dan memotong pola yaitu sama-sama dengan jumlah 3 unit (25%) dan
tidak ada kesalahan dalam menggambar pola.
Sumber: Data diolah dengan Microsoft Excel
3. Mutiara Sepatu Sendal
Berdasarkan diagram pareto pada gambar 4.23, jenis kesalahan yang
paling sering terjadi yaitu pada proses menjahit pola dengan jumlah
4.35%
26.09%
56.52%
100.00%
0.00%20.00%40.00%60.00%80.00%100.00%
0
5
10
15
20
SalahMemola
SalahMemotong
SalahMenjahit
Pengeleman
Am
ou
nt
Damage
Gambar 4.21 Diagram Pareto Kusnadi Home Industry
0.00%
25.00%
50.00%
100.00%
0.00%
20.00%
40.00%
60.00%
80.00%
100.00%
02468
1012
SalahMemola
SalahMemotong
SalahMenjahit
Pengeleman
Am
ou
nt
Damage
Gambar 4.22 Diagram Pareto Assenda Sepatu Sendal
90
kesalahan 7 unit (50%), posisi kedua adalah kesalahan pada proses
pengeleman yaitu pada 4 unit (28,57%), posisi ketiga adalah kesalahan
pada saat mengambar pola yaitu 2 unit (14,29%) dan posisi keempat yaitu
kesalahan memotong pola yaitu 1 unit (7,14%).
Sumber: Data diolah dengan Microsoft Excel
4. Meliska
Berdasarkan diagram pareto pada gambar 4.24, jenis kesalahan yang
paling sering terjadi yaitu pada proses pengeleman dengan jumlah
kesalahan 8 unit (44,44%), posisi kedua adalah kesalahan dalam menjahit
pola yaitu pada 6 unit (33,33%), posisi ketiga adalah kesalahan pada saat
memotong pola yaitu 3 unit (16,67%) dan posisi keempat yaitu kesalahan
menggambar pola yaitu 1 unit (5,56%).
14.29% 21.43%
71.43%
100.00%
0.00%
20.00%
40.00%
60.00%
80.00%
100.00%
02468
101214
SalahMemola
SalahMemotong
SalahMenjahit
Pengeleman
Am
ou
nt
Damage
Gambar 4.23 Diagram Pareto Mutiara Sepatu Sendal
91
Sumber: Data diolah dengan Microsoft Excel
5. Azfa Collection
Berdasarkan diagram pareto pada gambar 4.25, jenis kesalahan yang
paling sering terjadi yaitu pada proses pengeleman dengan jumlah
kesalahan 14 unit (46,67%), posisi kedua adalah kesalahan dalam menjahit
pola yaitu pada 11 unit (36,67%), posisi ketiga adalah kesalahan pada saat
memotong pola yaitu 3 unit (10%) dan posisi keempat yaitu kesalahan
menggambar pola yaitu 2 unit (6,67%).
Sumber: Data diolah dengan Microsoft Excel
5.56%
22.22%
55.56%
100.00%
0.00%
20.00%
40.00%
60.00%
80.00%
100.00%
0
5
10
15
SalahMemola
SalahMemotong
SalahMenjahit
Pengeleman
Am
ou
nt
Damage
Gambar 4.24 Diagram Pareto Meliska
6.67% 16.67%
53.33%
100.00%
0.00%
20.00%
40.00%
60.00%
80.00%
100.00%
0
5
10
15
20
25
30
SalahMemola
SalahMemotong
SalahMenjahit
Pengeleman
Am
ou
nt
Damage
Gambar 4.25 Diagram Pareto Azfa Collection
92
6. Endang Home Industry
Berdasarkan diagram pareto pada gambar 4.26, jenis kesalahan yang
paling sering terjadi yaitu pada proses memotong pola dengan jumlah
kesalahan 7 unit (31,82%), posisi kedua adalah kesalahan dalam
pengeleman yaitu pada 6 unit (27,27%), posisi ketiga adalah kesalahan
pada saat menjahit pola yaitu 5 unit (22,73%) dan posisi keempat yaitu
kesalahan menggambar pola yaitu 4 unit (18,18%).
Sumber: Data diolah dengan Microsoft Excel
7. Uyung Home Indusry
Berdasarkan diagram pareto pada gambar 4.27, jenis kesalahan yang
paling sering terjadi yaitu pada proses pengeleman dengan jumlah
kesalahan 11 unit (40,74%), posisi kedua adalah kesalahan dalam menjahit
pola yaitu pada 8 unit (29,63%), posisi ketiga adalah kesalahan pada saat
memotong pola yaitu 5 unit (18,52%) dan posisi keempat yaitu kesalahan
menggambar pola yaitu 3 unit (11,11%).
18.18%
50.00%
72.73%
100.00%
0.00%
20.00%
40.00%
60.00%
80.00%
100.00%
0
5
10
15
20
SalahMemola
SalahMemotong
SalahMenjahit
Pengeleman
Am
ou
nt
Damage
Gambar 4.26 Diagram Pareto Endang Home Industry
93
Sumber: Data diolah dengan Microsoft Excel
8. VIVAN Shoes
Berdasarkan diagram pareto pada gambar 4.28, jenis kesalahan yang
paling sering terjadi yaitu pada proses pengeleman dengan jumlah
kesalahan 13 unit (44,83%), posisi kedua adalah kesalahan dalam menjahit
pola yaitu pada 9 unit (31,03%), posisi ketiga adalah kesalahan pada saat
menggambar pola yaitu 4 unit (13,79%) dan posisi keempat yaitu
kesalahan memotong pola yaitu 3 unit (13,79%).
Sumber: Data diolah dengan Microsoft Excel
11.11%
29.63%
59.26%
100.00%
0.00%
20.00%
40.00%
60.00%
80.00%
100.00%
0
5
10
15
20
25
SalahMemola
SalahMemotong
SalahMenjahit
Pengeleman
Am
ou
nt
Damage
Gambar 4.27 Diagram Pareto Uyung Home Industry
13.79% 24.14%
55.17%
100.00%
0.00%
20.00%
40.00%
60.00%
80.00%
100.00%
0
5
10
15
20
25
SalahMemola
SalahMemotong
SalahMenjahit
Pengeleman
Am
ou
nt
Damage
Gambar 4.28 Diagram Pareto VIVAN Shoes
94
9. Bengkel Dr. Kevin
Berdasarkan diagram pareto pada gambar 4.29, jenis kesalahan yang
paling sering terjadi yaitu pada proses pengeleman dengan jumlah
kesalahan 15 unit (53,57%), posisi kedua adalah kesalahan dalam menjahit
pola yaitu pada 8 unit (28,57%), posisi ketiga adalah kesalahan pada saat
memotong pola yaitu 4 unit (14,29%) dan posisi keempat yaitu kesalahan
menggambar pola yaitu 1 unit (3,57%).
Sumber: Data diolah dengan Microsoft Excel
10. Balete Shoes
Berdasarkan diagram pareto pada gambar 4.30, jenis kesalahan yang
paling sering terjadi yaitu pada proses pengeleman dengan jumlah
kesalahan 17 unit (53,13%), posisi kedua adalah kesalahan dalam menjahit
pola yaitu pada 10 unit (31,25%), posisi ketiga adalah kesalahan pada saat
memotong pola yaitu 5 unit (15,63%) dan tidak ada kesalahan dalam
menggambar pola.
3.57%
17.86%
46.43%
100.00%
0.00%
20.00%
40.00%
60.00%
80.00%
100.00%
0
5
10
15
20
25
SalahMemola
SalahMemotong
SalahMenjahit
Pengeleman
Am
ou
nt
Damage
Gambar 4.29 Diagram Pareto Bengkel Dr. Kevin
95
Sumber: Data diolah dengan Microsoft Excel
11. UKM Abdul Shoes
Berdasarkan diagram pareto pada gambar 4.31, jenis kesalahan yang
paling sering terjadi yaitu pada proses pengeleman dengan jumlah
kesalahan 15 unit (42,86%), posisi kedua adalah kesalahan dalam menjahit
pola yaitu pada 12 unit (34,29%), posisi ketiga adalah kesalahan pada saat
memotong pola yaitu 6 unit (17,14%) dan posisi keempat yaitu kesalahan
menggambar pola yaitu 2 unit (5,71%).
Sumber: Data diolah dengan Microsoft Excel
0.00% 15.63%
46.88%
100.00%
0.00%
20.00%
40.00%
60.00%
80.00%
100.00%
0
5
10
15
20
25
30
SalahMemola
SalahMemotong
SalahMenjahit
Pengeleman
Am
ou
nt
Damage
Gambar 4.30 Diagram Pareto Balete Shoes
5.71%
22.86%
57.14%
100.00%
0.00%
20.00%
40.00%
60.00%
80.00%
100.00%
05
101520253035
SalahMemola
SalahMemotong
SalahMenjahit
Pengeleman
Am
ou
nt
Damage
Gambar 4.31 Diagram Pareto UKM Abdul Shoes
96
12. Nugraha Sugih
Berdasarkan diagram pareto pada gambar 4.32, jenis kesalahan yang
paling sering terjadi yaitu pada proses pengeleman dengan jumlah
kesalahan 15 unit (51,72%), posisi kedua adalah kesalahan dalam
memotong pola yaitu pada 7 unit (24,14%), posisi ketiga adalah kesalahan
pada saat menggambar pola yaitu 4 unit (13,79%) dan posisi keempat
yaitu kesalahan menjahit pola yaitu 3 unit (10,34%).
Sumber: Data diolah dengan Microsoft Excel
13. Bengkel H. Endang
Berdasarkan diagram pareto pada gambar 4.33, jenis kesalahan yang
paling sering terjadi yaitu pada proses pengeleman dengan jumlah
kesalahan 19 unit (46,34%), posisi selanjutnya adalah kesalahan pada saat
menggambar dan memotong pola yaitu sama-sama berjumlah 8 unit
(19,51%) dan posisi terakhir yaitu kesalahan pada saat menjahit pola 6 unit
(14,63%).
13.79%
37.93% 48.28%
100.00%
0.00%
20.00%
40.00%
60.00%
80.00%
100.00%
0
5
10
15
20
25
SalahMemola
SalahMemotong
SalahMenjahit
Pengeleman
Am
ou
nt
Damage
Gambar 4.32 Diagram Pareto Nugraha Sugih
97
Sumber: Data diolah dengan Microsoft Excel
14. Monita Shoes
Berdasarkan diagram pareto pada gambar 4.34, jenis kesalahan yang
paling sering terjadi yaitu pada proses pengeleman dengan jumlah
kesalahan 16 unit (50%), posisi kedua adalah kesalahan dalam menjahit
pola yaitu pada 10 unit (31,25%), posisi ketiga adalah kesalahan pada saat
menggambar pola yaitu 6 unit (18,75%) dan tidak ada kesalahan dalam
memotong pola.
Sumber: Data diolah dengan Microsoft Excel
19.51%
39.02% 53.66%
100.00%
0.00%
20.00%
40.00%
60.00%
80.00%
100.00%
0
10
20
30
40
SalahMemola
SalahMemotong
SalahMenjahit
Pengeleman
Am
ou
nt
Damage
Gambar 4.33 Diagram Pareto Bengkel H. Endang
18.75% 18.75%
50.00%
100.00%
0.00%
20.00%
40.00%
60.00%
80.00%
100.00%
0
5
10
15
20
25
30
SalahMemola
SalahMemotong
SalahMenjahit
Pengeleman
Am
ou
nt
Damage
Gambar 4.34 Diagram Pareto Monita Shoes
98
15. She Must Wear
Berdasarkan diagram pareto pada gambar 4.35, jenis kesalahan yang
paling sering terjadi yaitu pada proses menjahit pola yaitu sebanyak 18
unit (48,65%), kemudian kesalahan saat menggambar pola dan proses
pengeleman berjumlah sama yaitu 8 unit (21,62%), kemudian kesalahan
dalam memotong pola sebanyak 3 unit (8,11%).
Sumber: Data diolah dengan Microsoft Excel
4.4.2 Tahap Analyze
Setelah dapat diketahui letak kesalahan yang mengakibatkan
ketidaksesuain terhadap unit sepatu yang dihasilkan, akan lebih baik jika
UKM mengetahui akar dari permasalahan agar dapat diperbaiki dengan
tepat. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan pengamatan dan wawancara
kepada pegawai serta pemilik UKM kemudian menggunakan diagram
sebab-akibat sebagai pendekatan yang digunakan untuk menganalisis secara
terperinci faktor-faktor penyebab kesalahan yang terjadi pada proses
produksi 15 UKM penghasil sepatu daerah Bogor.
21.62% 29.73%
78.38%
100.00%
0.00%
20.00%
40.00%
60.00%
80.00%
100.00%
0
10
20
30
SalahMemola
SalahMemotong
SalahMenjahit
Pengeleman
Am
ou
nt
Damage
Gambar 4.35 Diagram Pareto She Must Wear
99
Gambar 4.36 memuat faktor penyebab kesalahan di 15 UKM penghasil
sepatu daerah Bogor. Salah satu faktor yang menyebabkan kesalahan pada
unit sepatu diantaranya adalah tenaga kerja.
Tenaga kerja memiliki peran sangat penting dalam keberlangsungan
sebuah usaha, oleh karena itu perlu adanya seleksi serta pelatihan tenaga
kerja yang baik. Dalam 15 UKM yang diteliti diketahui bahwa kesalahan
produksi sepatu yang berasal dari tenaga kerja lebih disebabkan oleh
kurangnya konsentrasi, kehati-hatian, ketelitian serta keterampilan pada
sebagian pegawai baru. Hal ini sangat berpengaruh pada kualitas proses
produksi terutama pada proses penggambaran pola yang membutuhkan
keterampilan dan konsentrasi yang baik, proses pengguntingan pola yang
harus dilakukan secara hati-hati dan teliti, proses penjahitan yang
memerlukan kehati-hatian, ketelitian, konsentrasi serta keterampilan
menjahit yang baik, lalu proses pengeleman yang perlu sangat hati-hati agar
lem tidak mengenai bagian-bagian yang tidak diinginkan serta agar tekson
dan bontek tidak menggelembung saat ditempelkan.
Pemberian gaji yang dilakukan oleh 15 UKM ini yaitu dihitung
berdasarkan jumlah sepatu yang dibuat oleh pegawainya. Rata-rata nominal
yang diberikan untuk gaji pegawainya adalah Rp 5.000/pcs – Rp 20.000/pcs,
dengan rata – rata jumlah sepatu yang dihasilkan per UKM adalah 20 – 100
buah sepatu dalam satu hari. Kemudian untuk pemberian bonus, tidak semua
UKM yang diteliti memberikan bonus kepada pegawainya dengan berbagai
alasan. Contohnya pada UKM Azfa collection tidak memberikan bonus
100
dikarenakan omset yang di hasilkan tidak mencukupi untuk pemberian
bonus, namun digantikan dengan pemberian konsumsi setiap harinya. Pada
UKM Bengkel Dr. Kevin bonus diberikan namun tidak menentu dan tidak
dianggarkan, dikarenakan tergantung pada jumlah omset yang diperoleh.
Sedangkan pada UKM Kusnadi Home Industry pemberian bonus sudah
dianggarkan dan dilakukan secara rutin walaupun tidak selalu dalam bentuk
uang, melainkan dalam bentuk barang atau konsumsi.
Dari hasil wawancara dengan para pegawai, diperoleh informasi bahwa
kurangnya ketelitian, kehati-hatian dan konsentrasi disebabkan oleh
keinginan untuk mencapai target jumlah pembuatan sepatu, sehingga para
pegawai dapat membawa pulang gaji lebih banyak. Sedangkan untuk
keterampilan yang dimiliki oleh pegawai cenderung tidak berubah dari hari
ke hari dikarenakan tidak adanya pelatihan yang diberikan, sehingga para
pegawai tidak dapat mengembangkan keterampilannya menyesuaikan
dengan perkembangan zaman.
Gambar 4.36
Diagram Sebab-akibat
Sumber: Data diolah
Tenaga Kerja
Kesalah
an
Produksi
Kehati-hatian
Ketelitian
Keterampilan
Konsentrasi
101
4.4.3 Tahap Improve
Setelah mengetahui pusat kesalahan serta faktor-faktor penyebab
kesalahan tersebut, tahap selanjutnya adalah tahap perbaikan dengan
menggunakan solusi-solusi yang tepat untuk mengatasi masalah. Berikut
rekomendasi perbaikan yang dapat digunakan untuk mengurangi kesalahan
yang terjadi pada proses produksi 15 UKM penghasil sepatu daerah Bogor:
Gambar 4.37
Rekomendasi Perbaikan
Sumber: Data diolah
Tenaga Kerja Perhitungan yang tepat berdasarkan
omset yang diperoleh untuk pemberian
gaji dan bonus yang layak bagi pegawai.
Pengaplikasian administrasi keuangan.
Mengikuti seminar kewirausahaan untuk
menambah ilmu dan informasi mengenai
bidang usaha.
Perhatikan lingkungan kerja yang bersih
agar para pegawai dapat nyaman dalam
membuat sepatu.
Pemberian pelatihan untuk
mengembangkan kreatifitas pegawai.
Pelatihan kembali para pegawai yang
memiliki kualitas kerja yang kurang baik.
Perhatikan kesehatan pegawai.
Menetapkan metode kerja
Mengatur tata letak layout untuk
mempermudah pegawai dalam membuat
sepatu.
102
4.4.4 Tahap Control
Tahap control sangat diperlukan bagi pelaksanaan perencanaan
perubahan yang telah disusun sebelumnya. Tujuan utama dari analisis lean
six sigma selain memperbaiki proses produksi juga untuk memberikan hasil
produksi yang lebih baik untuk jangka waktu yang panjang. Oleh karena itu,
selain mencari solusi atas faktor-faktor penyebab kesalahan produksi, UKM
juga perlu menetapkan standarisasi pengukuran proses yang optimal dalam
rangka pengawasan proses produksi setelah perubahan dilakukan.
Kesalahan-kesalahan yang terjadi dalam proses produksi disebabkan
salah satunya yaitu oleh faktor tenaga kerja. Dalam tahapan control, untuk
mencegah terjadinya kesalahan dalam proses pelaksanaan perubahan, para
pemilik UKM perlu melakukan hal-hal berikut:
1. Selalu melakukan pengawasan pada tahap penggambaran,
pengguntingan dan penjahitan pola agar kesalahan tidak berpengaruh
pada tahapan produksi lainnya. Selanjutnya pengawasan terhadap tahap
pengeleman juga harus dilakukan dengan sangat teliti, karena tahap
pengeleman sangat penting agar sepatu yang dihasilkan dapat digunakan
dalam jangka waktu yang panjang.
2. Melakukan analisis tanggapan dari pelanggan, tujuannya untuk
mengatahui secara detail apa yang menjadi kelebihan serta kekurangan
dari sepatu yang dihasilkann oleh UKM. Selain itu UKM juga dapat
mengetahui apa yang menjadi keinginan dan kebutuhan pelanggan
dimasa yang akan datang.
103
3. Membangun kerjasama tim antar pegawai. Tujuannya agar para pegawai
dapat berdiskusi tentang rancangan sepatu serta proses produksi yang
baik.
104
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Melalui uji kenormalan data dengan Smart PLS, dapat diketahui bahwa
kualitas pengendalian mutu pada 30 UKM penghasil sepatu daerah
Bogor dapat dinilai melalui kualitas pengendalian mutu produk akhir.
Untuk memperoleh kualitas pengendalian mutu produk akhir yang baik,
maka UKM perlu memperhatikan pula kualitas pengendalian bahan baku
serta kualitas pengendalian mutu produk dalam produksi. Sehingga hasil
akhirnya adalah UKM memiliki kualitas pengendalian mutu yang baik.
2. Berdasarkan penelitian dengan menggunakan diagram kendali P,
diketahui bahwa kualitas proses produksi pada 15 UKM penghasil
sepatu daerah Bogor adalah dalam keadaan yang terkontrol. Meskipun
ke 15 UKM ini masih memiliki kesalahan dalam proses produksinya,
namun kesalahan tersebut masih dapat ditolerir karena nilai proporsinya
masih berada pada batas kendali 3 sigma.
3. Melalui diagram pareto dapat diketahui penyebab kerusakan/ kecacatan
pada proses produksi 15 UKM penghasil sepatu daerah Bogor sebagain
besar terjadi pada proses pengeleman. Kerusakan/ kecacatan dalam
proses pengeleman ini biasanya adalah dalam bentuk lem yang kurang
merekat, posisi lem yang kurang tepat dan lem yang menempel di bagian
kap sepatu sehingga mengurangi kualitas produk. Selain itu letak
kesalahan yang sering terjadi adalah pada proses menjahit pola,
105
kesalahan ini biasanya berbentuk jahitan yang kurang rapih atau warna
benang yang ternyata kurang cocok dengan warna dasar sepatu. Salah
memotong pola dan salah memola sepatu menjadi faktor kecil penyebab
kerusakan/ kecacatan produk.
4. Dari hasil pengamatan serta wawancara dengan pemilik dan pegawai,
diketahui terdapat faktor utama yang paling mempengaruhi mutu 15
UKM penghasil sepatu daerah Bogor salah satunya yaitu tenaga kerja.
Pada diagram sebab-akibat dapat diketahui bahwa faktor penentu mutu
UKM dipengaruhi juga oleh hal-hal seperti konstentrasi, keterampilan,
ketelitian serta kehati-hatian.
5.2 Saran
1. Karena kualitas pengendalian mutu dipengaruhi oleh kualitas produk
akhir maka UKM sebaiknya perlu meningkatkan kualitas bahan baku
serta kualitas produk dalam proses. Untuk bahan baku, UKM sebaiknya
memilih bahan baku yang memiliki kualitas dengan standar yang lebih
baik dari segi estetika dan kegunaannya, bukan hanya sekedar dari segi
harga yang ekonomis. Karena kualitas bahan baku yang baik walaupun
mahal akan tetap memberikan nilai jual yang tinggi atas produk akhir
tersebut, serta konsumennya juga akan berubah menjadi konsumen
menengah-keatas.
2. Untuk mengurangi jumlah kesalahan dalam proses produksi, sebaiknya
para pemilik UKM mengoptimalkan tenaga kerja yang ada dengan
memberikan pelatihan pembuatan sepatu demi untuk meningkatkan
106
kualitas tenaga kerja agar dapat menyesuaikan dengan perkembangan
zaman, kemudian pemberian bonus atau tunjangan serta memperhatikan
kesehatan tenaga kerja untuk meningkatkan semangat kerja para
pegawai. Kemudian untuk mesin dan peralatan peru dilakukan
perawatan secara rutin agar mesin tidak cepat rusak sehingga dapat
mengurangi biaya pembelian mesin baru. Dalam proses produksi,
metode kerja yang baku dan tertulis sangat penting agar para tenaga
kerja dapat bekerja sesuai prosedur kerja yang ditetapkan. Ketersediaan
fasilitas yang baik di lingkungan kerja akan membantu tenaga kerja
untuk bekerja secara aman dan nyaman, serta tata letak tempat produksi
juga akan memudahkan para tenaga kerja sehingga waktu produksi akan
lebih efisien.
107
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, M. Ma’ruf. Metodologi Penelitian Kuantitatif (Untuk: Ekonomi,
Manajemen, Komunikasi, dan Ilmu Sosial Lainnya. Aswaja Pressindo,
Yogyakarta, 2015.
Ahyari, Agus. Manajemen Produksi Pengendalian Produksi. BPFE, Yogyakarta,
2002.
Ariani, D.W. Manajemen Kualitas Pendekatan Sisi Kualitatif. Ghalia Indonesia,
Jakarta, 2002.
Assauri, Sofjan Prof. Dr. Manajemen Produksi dan Operasi. Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, 2008.
Dwi, Christine, Lidya Agustina, Verani Carolina. Kajian Teoritis Sistem
Manajemen Mutu pada Usaha Kecil Menengah Menghadapi Tantangan
Globalisasi. [Jurnal]. Yogyakarta. 2012.
Gaspersz, Vincent. Lean Six Sigma for Manufacturing and Service Industries. PT.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2007.
Ghozali, Imam. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Badan
Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 2009.
Ghozali, Imam. Structural Equation Modeling Metode Alternatif dengan Partial
Least Square. Badan Penerbit Undip, Semarang, 2011.
Handoko, T. Hani.Dasar-dasar Manajemem Produksi dan Operasi., BPFE,
Yogyakarta, 2000.
Hansen, Don R dan Maryanne M. Mowen. Managerial Accounting. Salemba
Empat, Jakarta, 2011.
Henryanto, Eko, BN Marbun. Pengendalian Mutu Terpadu. PT. Pusaka Binaman
Pressindo, Jakarta, 1993.
Herdiansyah, Haris. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial.
Salemba Humanika, Jakarta, 2010.
Hunger, J. David, Thomas L. Wheelen. Manajemen Strategi., Penerbit Andi,
Yogyakarta, 2003.
Imae, Masaake. 10 QC Maxim, 1971.
108
Nasution, M.N.Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management).Ghalia
Indonesia, Bogor, 2005.
Slamet, Achmad. Penganggaran, Perencanaan dan Pengendalian Usaha.
UNNES PRESS, Semarang, 2007.
Sumarsan, Thomas. Sistem Pengendalian Manajeman. Indeks, Jakarta, 2010.
Tambunanan, Tulus. Usaha Mikro Kecil dan Menengah Indonesia.LP3ES,
Jakarta,2012.
Yamit, Zulian. Manajemen Kualitas Produk dan Jasa. Ekonisis, Yogyakarta,
2005.
Data/informasi
http://www.depkop.go.id/index.php?option=com_phocadownload&view=categor
y&id=118:data-umkm-2013&Itemid=93 , diakses pada 07 Oktober 2015 pada
pukul 10:53.
Direktorat Jenderal Kerjasama ASEAN Departemen Luar Negeri RI. 2009. Cetak
Biru Komunitas Ekonomi ASEAN (ASEAN ECONOMIC COMMUNITY
BLUEPRINT).
http://kecamatanrumpin.bogorkab.go.id/index.php/post/detail/389/koperasi-
sepatu-dan-sandal-bogor-koseebo-resmi-beroperasi#.VsRxmvlYrIU , diakses
pada 17 Februari 2016 pada pukul 20:12.
109
RAHASIA
KUESIONER PENELITIAN
ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU
PRODUKSI DENGAN PENDEKATAN STATISTICAL
QUALITY CONTROL (SQC) DAN LEAN SIX SIGMA PADA
USAHA KECIL DAN MENENGAH
LAMPIRAN 1
Kuesioner Penelitian
No. Responden : __________ (Diisi oleh peneliti)
Tanggal/Bulan/Tahun : ____/____/____
Petunjuk Pengisian : Jawablah pertanyaan atau pernyataan berikut ini
dengan memberi tanda silang (X) pada kotak pilihan
yang telah disediakan. Jawablah pertanyaan tersebut
dengan sejujurnya. Kuesioner ini hanya
dipergunakan untuk bahan penelitian semata.
A. Identitas Responden
Nama Responden : ----------------------------
Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan
Umur : ----------------- Tahun
No. Telp./ HP : ----------------------------
B. Profil UKM
Nama UKM : ----------------------------
Nama Pemilik : ----------------------------
Alamat UKM : ----------------------------
Jenis Produk : ---------------------------
Jumlah Tenaga Kerja : --------------------------- orang
a. Laki-laki : ---------------------------- orang
b. Perempuan : ---------------------------- orang
Modal Awal : Rp ----------------------
Total Omset (per bulan) : Rp ----------------------
Administrasi Keungan : Ada Tidak ada
110
C. Penerapan Pengendalian Mutu Produksi dengan Pendekatan Statistical
Quality Control (SQC) dan Lean Six Sigma pada Usaha Kecil dan
Menengah
Pada bagian ini, Bapak/Ibu diminta untuk membubuhkan tanda silang (X)
pasa salah satu alternatif jawaban yang menurut Bapak/Ibu paling tepat pada
kolom yang telah tersedia.
Keterangan :
Simbol Kategori Nilai/Bobot
SS Sangat Setuju 5
S Setuju 4
KS Kurang Setuju 3
TS Tidak Setuju 2
STS Sangat Tidak Setuju 1
D. Pengendalian Bahan Baku
No Pernyataan
Alternatif Jawaban
SS S KS TS STS
Variabel Pengendalian Bahan Baku 5 4 3 2 1
1. UKM menetapkan standar khusus
untuk kualitas bahan baku
2.
UKM melakukan pengecekkan
terhadap bahan baku secara teliti dan
dilakukan secara rutin
3.
UKM menggunakan bahan baku
secara terkendali sehingga tidak ada
bahan baku yang terbuang
4.
Dalam pembelian bahan baku, terdapat
biaya-biaya pemesanan seperti biaya
administrasi pembelian,
pengangkutan, penerimaan,
pemeriksaan dan lain-lain merupakan
salah satu biaya yang harus
dikeluarkan oleh UKM
111
5.
Biaya pemesanan termasuk biaya
administrasi pembelian,
pengangkutan, penerimaan,
pemeriksaan bahan baku dan lain-lain
termasuk dalam biaya yang
dianggarkan UKM
6.
Biaya sewa gudang, gaji pengawas
bahan baku dan biaya peralatan
gudang merupakan biaya yang
dikeluarkan UKM untuk menjaga
kualitas persediaan bahan baku
E. Pengendalian Mutu Produk dalam Produksi
No.
Pernyataan Alternatif Jawaban
SS S KS TS STS
Variabel Pengendalian Mutu
Produk dalam Produksi 5 4 3 2 1
7.
Kapasitas alat produksi yang dimiliki
UKM mampu memproduksi barang
dengan baik setiap harinya
8.
Rata-rata barang yang diproduksi
UKM mencapai lebih dari 50 buah
setiap harinya
9. UKM menerapkan tata letak layout
untuk memudahkan proses produksi
10.
Terdapat tim/orang yang melakukan
pengawasan terhadap kualitas proses
produksi
11.
Terdapat tim/orang yang melakukan
perawatan terhadap peralatan produksi
yang digunakan
12.
Terdapat pelatihan-pelatihan bagi
karyawan untuk meningkatkan
kualitas karyawan
13. UKM telah menetapkan standar upah
yang sesuai untuk para karyawan
14.
Selain upah pokok, UKM juga
memberikan tunjangan lain seperti
bonus, asuransi kesehatan atau yang
lainnya kepada karyawan
112
15.
Standar jam kerja yang ditetapkan
UKM adalah 5 hari kerja dalam
seminggu, 8 jam kerja setiap harinya
16. UKM memberikan waktu istirahat
yang cukup bagi karyawan
F. Pengendalian Mutu Produk Akhir
No
Pernyataan Alternatif Jawaban
SS S KS TS STS
Variabel Pengendalian Mutu
Produk Akhir 5 4 3 2 1
17.
Produk yang dihasilkan UKM
memiliki ketahanan lebih dari satu
tahun
18. Produk yang dihasilkan UKM mudah
dirawat dan diperbaiki
19.
Produk yang dihasilkan UKM
memiliki estetika serta kualitas
design yang mengikuti trend
20.
Produk yang dihasilkan memiliki
keandalan dalam menjalankan fungsi
yang dimaksudkan
21.
UKM melakukan pencatatan
terhadap arus keluar masuk hasil
produksi
22.
UKM melakukan pencatatan
terhadap tanggal penerimaan dan
pengeluaran hasil produksi
23.
UKM melakukan pencatatan
terhadap nama produk yang
dihasilkan
24.
Dalam hal packaging, UKM
melakukan design khusus agar dapat
memberi nilai tambah terhadap
kualitas produk
25.
Pengiriman produk ke tangan
konsumen dilakukan secara hati-hati
dan cermat oleh UKM agar produk
tidak cacat
113
G. Kualitas Pengendalian Mutu UKM
No
Pernyataan Alternatif Jawaban
SS S KS TS STS
Variabel Kualitas Pengendalian
Mutu UKM 5 4 3 2 1
26.
UKM mampu menjalankan proses
produksi dengan benar sesuai dengan
standar yang berlaku
27. UKM mampu mengurangi biaya
produksi dan meningkatkan laba
28.
UKM mampu mengurangi kerugian
akibat praktik-praktik pemborosan,
pembuangan, cacat dan pengerjaan
kembali produk
29.
UKM mampu menghasilkan produk
yang memenuhi bahkan melebihi
ekspektasi, kebutuhan serta kepuasan
pelanggan
30.
Harga produk yang ditetapkan oleh
UKM sesuai dengan kualitas produk
yang dihasilkan
31.
UKM mampu menghasilkan produk
sesuai dengan spesifikasinya atau
tanpa cacat
114
LAMPIRAN 2
Jawaban Kuesioner
No. X1.1 X1.2 X1.3 X1.4 X1.5 X1.6 X2.1 X2.2 X2.3 X2.4 X2.5 X2.6 X2.7 X2.8 X2.9 X2.10
1 5 5 5 3 4 3 5 5 3 4 4 3 5 4 2 4
2 5 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 3 5 4 3 4
3 4 4 3 5 5 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 5
4 5 4 3 3 4 3 4 3 2 5 4 3 4 4 3 4
5 5 5 4 5 4 3 5 5 5 5 4 4 5 4 4 5
6 4 4 3 5 4 2 4 4 3 4 4 3 5 4 4 4
7 5 5 4 5 4 4 5 5 5 5 4 3 5 4 4 5
8 5 5 4 5 4 2 5 5 3 5 4 3 5 4 3 4
9 5 4 4 4 4 3 5 4 3 4 4 4 5 4 3 4
10 5 4 4 4 4 2 4 4 2 4 4 2 4 4 2 5
11 5 4 4 4 4 3 4 5 2 5 3 4 5 4 3 5
12 4 4 3 4 4 2 5 5 3 5 4 3 5 4 3 4
13 5 4 5 5 4 2 5 4 5 5 4 3 4 4 3 5
14 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5
15 5 4 4 5 4 3 5 3 5 4 4 5 4 4 4 5
16 5 4 4 5 5 4 5 5 5 5 4 4 5 5 4 4
17 3 3 4 4 4 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 5
18 4 4 3 4 4 3 3 4 3 5 4 3 4 3 3 3
19 4 4 4 4 4 3 5 5 3 5 4 4 5 4 4 4
20 5 5 5 5 5 4 5 5 3 5 5 3 5 5 3 3
21 4 4 3 3 3 2 5 2 5 4 4 3 4 3 3 4
22 3 3 3 4 3 2 4 3 3 4 3 3 4 3 3 5
23 5 4 4 5 5 3 4 4 3 4 4 3 4 4 3 4
24 4 4 3 4 3 2 4 3 4 5 4 3 4 3 3 4
25 4 4 3 5 4 4 3 4 3 4 4 3 4 3 3 5
26 4 4 3 3 3 2 4 3 3 5 3 3 4 3 3 5
27 4 4 5 4 4 3 4 5 4 4 4 3 4 4 3 5
28 4 4 3 5 4 2 4 4 3 4 4 3 5 4 2 4
29 4 4 3 4 4 2 4 3 2 4 4 3 4 4 3 4
30 4 4 4 4 4 2 4 5 3 4 3 3 4 4 3 4
115
LANJUTAN LAMPIRAN 2
Jawaban Kuesioner
No. X3.1 X3.2 X3.3 X3.4 X3.5 X3.6 X3.7 X3.8 X3.9 Y1.1 Y1.2 Y1.3 Y1.4 Y1.5 Y1.6
1 5 5 4 5 4 4 4 4 5 5 4 5 5 4 4
2 5 5 4 4 4 4 5 4 5 5 4 4 5 5 5
3 3 4 3 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 4 4
4 5 5 4 4 4 3 5 3 5 4 4 4 4 4 4
5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 4 4 5 5 4
6 5 5 4 4 5 5 5 4 5 5 4 4 5 5 4
7 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5
8 4 5 5 4 5 5 5 4 5 5 4 4 5 5 4
9 4 5 5 4 5 5 5 4 5 5 4 4 5 5 4
10 4 4 4 5 3 3 3 5 5 5 4 4 4 4 5
11 4 5 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4
12 5 5 5 5 4 4 4 3 5 5 4 3 5 5 4
13 5 5 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 5 5 4
14 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 4
15 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 4 4
16 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5
17 4 3 3 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 2 3
18 4 4 3 3 4 3 4 3 3 3 4 3 3 4 3
19 5 5 4 4 5 5 5 4 5 5 4 4 5 4 4
20 5 5 4 5 5 3 5 4 5 5 5 5 4 4 4
21 4 5 4 4 5 3 5 3 5 4 3 4 5 5 5
22 3 4 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 3 4 3
23 5 4 3 5 3 3 3 2 5 5 4 4 5 4 5
24 4 3 4 4 4 4 2 3 5 5 4 4 4 5 5
25 4 4 4 4 4 3 5 4 3 4 3 4 4 4 3
26 4 4 4 4 3 3 3 4 5 4 3 3 4 4 4
27 4 4 5 4 5 4 5 3 5 5 4 4 4 5 4
28 4 4 4 4 5 4 5 4 5 4 3 3 4 5 4
29 4 5 4 4 5 4 4 5 5 4 3 3 4 4 4
30 4 4 4 4 3 3 3 3 5 4 3 4 4 4 4
116
LAMPIRAN 3
Output PLS Algorithm
117
LAMPIRAN 4
Kusnadi Home Industry
Assenda Sepatu Sendal
No (n) (D) ṕ CL UCL LCL
No (n) (D) ṕ CL UCL LCL
1 100 0 0 0.0078 0.1165 -0.1009
1 60 1 0.016667 0.0173 0.1588 -0.1242
2 75 1 0.013 0.0078 0.1165 -0.1009
2 75 1 0.013 0.0173 0.1588 -0.1242
3 86 2 0.023 0.0078 0.1165 -0.1009
3 65 1 0.015 0.0173 0.1588 -0.1242
4 100 1 0.010 0.0078 0.1165 -0.1009
4 52 2 0.038 0.0173 0.1588 -0.1242
5 80 0 0.000 0.0078 0.1165 -0.1009
5 100 2 0.020 0.0173 0.1588 -0.1242
6 100 0 0.000 0.0078 0.1165 -0.1009
6 100 0 0.000 0.0173 0.1588 -0.1242
Σ 541 4 0.047
Σ 452 7 0.104
Mutiara Sepatu Sendal
Meliska
No (n) (D) ṕ CL UCL LCL
No (n) (D) ṕ CL UCL LCL
1 45 0 0 0.0200 0.1683 -0.1284
1 50 1 0.02 0.0133 0.1432 -0.1166
2 50 0 0.000 0.0200 0.1683 -0.1284
2 50 2 0.040 0.0133 0.1432 -0.1166
3 52 1 0.019 0.0200 0.1683 -0.1284
3 50 1 0.020 0.0133 0.1432 -0.1166
4 56 2 0.036 0.0200 0.1683 -0.1284
4 45 0 0.000 0.0133 0.1432 -0.1166
5 40 1 0.025 0.0200 0.1683 -0.1284
5 50 0 0.000 0.0133 0.1432 -0.1166
6 50 2 0.040 0.0200 0.1683 -0.1284
6 55 0 0.000 0.0133 0.1432 -0.1166
Σ 293 6 0.120
Σ 300 4 0.080
Azfa Collection
Endang Home Industry
No (n) (D) ṕ CL UCL LCL
No (n) (D) ṕ CL UCL LCL
1 50 0 0 0.0224 0.1764 -0.1316
1 45 1 0.022222 0.0356 0.2143 -0.1432
2 50 1 0.020 0.0224 0.1764 -0.1316
2 50 2 0.040 0.0356 0.2143 -0.1432
3 45 0 0.000 0.0224 0.1764 -0.1316
3 30 2 0.067 0.0356 0.2143 -0.1432
4 45 2 0.044 0.0224 0.1764 -0.1316
4 45 2 0.044 0.0356 0.2143 -0.1432
5 50 1 0.020 0.0224 0.1764 -0.1316
5 50 1 0.020 0.0356 0.2143 -0.1432
6 60 3 0.050 0.0224 0.1764 -0.1316
6 50 1 0.020 0.0356 0.2143 -0.1432
Σ 300 7 0.134
Σ 270 9 0.213
118
Uyung Home Industry
VIVAN Shoes
No (n) (D) ṕ CL UCL LCL
No (n) (D) ṕ CL UCL LCL
1 100 1 0.01 0.0206 0.1704 -0.1292
1 60 0 0 0.0111 0.1335 -0.1112
2 50 1 0.020 0.0206 0.1704 -0.1292
2 60 1 0.017 0.0111 0.1335 -0.1112
3 70 2 0.029 0.0206 0.1704 -0.1292
3 60 0 0.000 0.0111 0.1335 -0.1112
4 50 2 0.040 0.0206 0.1704 -0.1292
4 60 2 0.033 0.0111 0.1335 -0.1112
5 40 0 0.000 0.0206 0.1704 -0.1292
5 60 0 0.000 0.0111 0.1335 -0.1112
6 80 2 0.025 0.0206 0.1704 -0.1292
6 60 1 0.017 0.0111 0.1335 -0.1112
Σ 390 8 0.124
Σ 360 4 0.067
Bengkel Dr. Kevin
Balete Shoes
No (n) (D) ṕ CL UCL LCL
No (n) (D) ṕ CL UCL LCL
1 100 1 0.01 0.0083 0.1196 -0.1029
1 30 1 0.033333 0.0222 0.1758 -0.1313
2 100 0 0.000 0.0083 0.1196 -0.1029
2 30 0 0.000 0.0222 0.1758 -0.1313
3 100 1 0.010 0.0083 0.1196 -0.1029
3 25 0 0.000 0.0222 0.1758 -0.1313
4 100 2 0.020 0.0083 0.1196 -0.1029
4 30 2 0.067 0.0222 0.1758 -0.1313
5 100 1 0.010 0.0083 0.1196 -0.1029
5 20 0 0.000 0.0222 0.1758 -0.1313
6 100 0 0.000 0.0083 0.1196 -0.1029
6 30 1 0.033 0.0222 0.1758 -0.1313
Σ 600 5 0.050
Σ 165 4 0.133
UKM Abdul Shoes
Nugraha Sugih
No (n) (D) ṕ CL UCL LCL
No (n) (D) ṕ CL UCL LCL
1 30 2 0.067 0.0506 0.2506 -0.1494
1 30 1 0.033333 0.0089 0.1225 -0.1048
2 20 1 0.050 0.0506 0.2506 -0.1494
2 25 0 0.000 0.0089 0.1225 -0.1048
3 30 0 0.000 0.0506 0.2506 -0.1494
3 45 0 0.000 0.0089 0.1225 -0.1048
4 15 1 0.067 0.0506 0.2506 -0.1494
4 30 0 0.000 0.0089 0.1225 -0.1048
5 25 2 0.080 0.0506 0.2506 -0.1494
5 50 1 0.020 0.0089 0.1225 -0.1048
6 50 2 0.040 0.0506 0.2506 -0.1494
6 30 0 0.000 0.0089 0.1225 -0.1048
Σ 170 8 0.303
Σ 210 2 0.053
Bengkel H. Endang
Monita Shoes
No (n) (D) ṕ CL UCL LCL
No (n) (D) ṕ CL UCL LCL
1 50 2 0.04 0.0385 0.2220 -0.1449
1 100 1 0.01 0.0275 0.1921 -0.1371
2 45 1 0.022 0.0385 0.2220 -0.1449
2 80 2 0.025 0.0275 0.1921 -0.1371
3 50 2 0.040 0.0385 0.2220 -0.1449
3 60 0 0.000 0.0275 0.1921 -0.1371
4 30 2 0.067 0.0385 0.2220 -0.1449
4 50 2 0.040 0.0275 0.1921 -0.1371
5 50 2 0.040 0.0385 0.2220 -0.1449
5 100 1 0.010 0.0275 0.1921 -0.1371
6 45 1 0.022 0.0385 0.2220 -0.1449
6 50 4 0.080 0.0275 0.1921 -0.1371
Σ 270 10 0.231
Σ 440 10 0.165
119
She Must Wear
No (n) (D) ṕ CL UCL LCL
1 40 2 0.05 0.0350 0.2129 -0.1429
2 25 1 0.040 0.0350 0.2129 -0.1429
3 50 2 0.040 0.0350 0.2129 -0.1429
4 50 3 0.060 0.0350 0.2129 -0.1429
5 50 1 0.020 0.0350 0.2129 -0.1429
6 40 0 0.000 0.0350 0.2129 -0.1429
Σ 255 9 0.210
120
LAMPIRAN 5
Kusnadi Home Industry
Assenda Sepatu Sendal
Damage
Amount
of
Damages
Percentation Com
Percentation
Damage
Amount
of
Damages
Percentation Com
Percentation
Salah Memola 1 4.35% 4.35%
Salah Memola 0 0.00% 0.00%
Salah Memotong 5 21.74% 26.09%
Salah Memotong 3 25.00% 25.00%
Salah Menjahit 7 30.43% 56.52%
Salah Menjahit 3 25.00% 50.00%
Pengeleman 10 43.48% 100.00%
Pengeleman 6 50.00% 100.00%
Total 23
Total 12
Mutiara Septau Sendal
Meliska
Damage Amount of
Damages Percentation
Com
Percentation
Damage Amount of
Damages Percentation
Com
Percentation
Salah Memola 2 14.29% 14.29%
Salah Memola 1 5.56% 5.56%
Salah Memotong 1 7.14% 21.43%
Salah Memotong 3 16.67% 22.22%
Salah Menjahit 7 50.00% 71.43%
Salah Menjahit 6 33.33% 55.56%
Pengeleman 4 28.57% 100.00%
Pengeleman 8 44.44% 100.00%
Total 14
Total 18
Azfa Collection
Endang Home Industry
Damage Amount of
Damages Percentation
Com
Percentation
Damage Amount of
Damages Percentation
Com
Percentation
Salah Memola 2 6.67% 6.67%
Salah Memola 4 18.18% 18.18%
Salah Memotong 3 10.00% 16.67%
Salah Memotong 7 31.82% 50.00%
Salah Menjahit 11 36.67% 53.33%
Salah Menjahit 5 22.73% 72.73%
Pengeleman 14 46.67% 100.00%
Pengeleman 6 27.27% 100.00%
Total 30
Total
22
Uyung Home Indsutry
VIVAN Shoes
Damage Amount of
Damages Percentation
Com
Percentation
Damage Amount of
Damages Percentation
Com
Percentation
Salah Memola 3 11.11% 11.11%
Salah Memola 4 13.79% 13.79%
Salah Memotong 5 18.52% 29.63%
Salah Memotong 3 10.34% 24.14%
Salah Menjahit 8 29.63% 59.26%
Salah Menjahit 9 31.03% 55.17%
Pengeleman 11 40.74% 100.00%
Pengeleman 13 44.83% 100.00%
Total 27
Total 29
Bengkel Dr. Kevin
Balete Shoes
121
Damage Amount of
Damages Percentation
Com
Percentation
Damage Amount of
Damages Percentation
Com
Percentation
Salah Memola 1 3.57% 3.57%
Salah Memola 0 0.00% 0.00%
Salah Memotong 4 14.29% 17.86%
Salah Memotong 5 15.63% 15.63%
Salah Menjahit 8 28.57% 46.43%
Salah Menjahit 10 31.25% 46.88%
Pengeleman 15 53.57% 100.00%
Pengeleman 17 53.13% 100.00%
Total 28
Total 32
UKM Abdul Shoes
Nugraha Sugih
Damage Amount of
Damages Percentation
Com
Percentation
Damage Amount of
Damages Percentation
Com
Percentation
Salah Memola 2 5.71% 5.71%
Salah Memola 4 13.79% 13.79%
Salah Memotong 6 17.14% 22.86%
Salah Memotong 7 24.14% 37.93%
Salah Menjahit 12 34.29% 57.14%
Salah Menjahit 3 10.34% 48.28%
Pengeleman 15 42.86% 100.00%
Pengeleman 15 51.72% 100.00%
Total 35
Total 29
Bengkel H. Endang
Monita Shoes
Damage Amount of
Damages Percentation
Com
Percentation
Damage Amount of
Damages Percentation
Com
Percentation
Salah Memola 8 19.51% 19.51%
Salah Memola 6 18.75% 18.75%
Salah Memotong 8 19.51% 39.02%
Salah Memotong 0 0.00% 18.75%
Salah Menjahit 6 14.63% 53.66%
Salah Menjahit 10 31.25% 50.00%
Pengeleman 19 46.34% 100.00%
Pengeleman 16 50.00% 100.00%
Total 41
Total 32
She Must Wear
Damage Amount of
Damages Percentation
Com
Percentation
Salah Memola 8 21.62% 21.62%
Salah Memotong 3 8.11% 29.73%
Salah Menjahit 18 48.65% 78.38%
Pengeleman 8 21.62% 100.00%
Total 37