analgesik sirih

121
UJI EFEK ANALGETIK DAN ANTIINFLAMASI EKSTRAK ETANOL 70% DAUN SIRIH (Piper betle, Linn) SECARA IN VIVO SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk Memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S. Far) Oleh : ALFI INAYATI 106102003392 JURUSAN FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN & ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010 / 1431 H

Upload: muhammad-arif-rahman

Post on 01-Jan-2016

109 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: analgesik sirih

UJI EFEK ANALGETIK DAN ANTIINFLAMASI EKSTRAK

ETANOL 70% DAUN SIRIH (Piper betle, Linn)

SECARA IN VIVO

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk

Memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S. Far)

Oleh :

ALFI INAYATI

106102003392

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN & ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2010 / 1431 H

Page 2: analgesik sirih

ii

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI

NAMA : ALFI INAYATI

NIM : 106102003392

JUDUL : UJI EFEK ANALGETIK DAN ANTIINFLAMASI EKSTRAK

ETANOL 70% DAUN SIRIH (Piper betle, Linn) SECARA

IN VIVO

Disetujui oleh :

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Ahmad Musir, M.Sc, Apt. Nurmeilis, M.Si, Apt.

NIP : 195012271980031003 NIP:197404302005012003

Mengetahui,

Ketua Program Studi Farmasi FKIK

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Drs. M. Yanis Musdja, M.Sc, Apt.

NIP. 1956010619851010001

Page 3: analgesik sirih

iii

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi dengan judul UJI EFEK ANALGETIK DAN ANTIINFLAMASI EKSTRAK

ETANOL 70 % DAUN SIRIH (Piper betle L.) SECARA IN VIVO

Telah disetujui, diperiksa dan dipertahakan dihadapan tim penguji oleh

Alfi Inayati NIM: 106102003392

Menyetujui,

Pembimbing:

1. Pembimbing I Drs. Ahmad Musir, M.Sc., Apt. ........................

2. Pembimbing II Nurmeilis M.Si., Apt. ........................

Penguji:

1. Ketua Penguji Drs. M. Yanis Musdja, M.Sc., Apt. ........................

2. Anggota Penguji I Eka Putri, M.Si., Apt. ........................

3. Anggota Penguji II Zilhadia, M.Si., Apt ........................

4. Anggota Peguji III Drs. M. Yanis Musdja, M.Sc., Apt. ........................

Mengetahui,

Dekan Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Prof. DR. (hc). dr. M.K. Tadjudin, Sp. And Tanggal lulus : 6 September 2010

Page 4: analgesik sirih

iv

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :

UJI EFEK ANALGETIK DAN ANTIINFLAMASI EKSTRAK

ETANOL 70% DAUN SIRIH (Piper betle, Linn) SECARA IN VIVO

Adalah karya saya sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun

kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip

dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah

disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

Penulis

Alfi Inayati

Page 5: analgesik sirih

v

ABSTRAK

JUDUL : UJI EFEK ANALGETIK DAN ANTIINFLAMASI

EKSTRAK ETANOL 70% DAUN SIRIH (Piper betle, Linn)

SECARA IN VIVO

Daun sirih (Piper betle, Linn) merupakan salah satu tanaman yang digunakan sebagai bahan obat tradisional dan telah lama digunakan oleh masyarakat. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrak daun sirih (Piper betle, Linn) sebagai analgetik dan antiinflamasi. Penelitian pertama merupakan penelitian uji efek analgetik menggunakan metode writhing test, dengan asam mefenamat 0,5% b/v dosis 91 mg/kgBB mencit sebagai kontrol positif dan asam asetat 0,5% sebagai senyawa perangsang nyeri, sedangkan penelitian kedua merupakan penelitian uji efek antiinflamasi menggunakan metode edema buatan pada telapak kaki tikus dengan menggunakan karagenan 2% sebagai zat pembuat udem dan natrium diklofenak dengan dosis 5,14 mg/kgBB sebagai kontrol positif. Subjek yang digunakan untuk uji efek analgetik adalah mencit putih jantan galur Deutche Denken Yoken (DDY) dengan variasi dosis 216 mg/kgBB, 432 mg/kgBB dan 864 mg/kgBB, sedangkan untuk uji efek antiinflamasi menggunakan tikus putih betina galur Sprague Dawley (SD) dengan variasi dosis 108 mg/kgBB, 216 mg/kgBB dan 432 mg/kgBB yang diberikan peroral sebagai praperlakuan untuk kedua penelitian ini. Dari hasil analisis menunjukkan ekstrak etanol 70% daun sirih memberikan efek analgetik dengan dengan persen inhibisi analgetik nya terbesar 84,80% pada dosis 864 mg/kgBB, sedangkan untuk efek antiinflamasi menunjukkan persen inhibisi udem tertinggi pada jam ke-1 dan menurun pada jam ke-4 dari ketiga variasi dosis ekstrak tersebut. Pada uji ANOVA menunjukan adanya perbedaan bermakna antara setiap dosis ekstrak dengan kontrol negatif (ρ ≤ 0,05) dan pada dosis tinggi tidak ada perbedaan secara bermakna dengan kontrol positif pada taraf uji 0,05 (ρ ≥ 0,05). Kata Kunci : Daun Sirih (Piper betle, Linn), Analgetik, Antiinflamasi

Page 6: analgesik sirih

vi

ABSTRACT

TITLE : EFFECT ANALGESIC AND ANTIINFLAMMATORY ASSAY

ETHANOL 70% EXTRACT OF BETEL LEAVES (Piper betle,

Linn) In Vivo

Betel leaves (Piper betle, Linn) is one of the plants used as traditional medicine and has long been used by communities. This research was carried out to determine the effect of betel leaves extract (Piper betle, Linn) as an analgesic and anti-inflammatory. The first study is a research test analgesic effect using the writhing test method, with 0.5% dose of mefenamic acid 91 mg/kg body weight of mice as a positive control and 0.5% acetic acid as a compound stimulus pain, while the second is a research study testing anti-inflammatory effects using artificial edema in rat foot using 2% carrageen an as a chorale maker edema and sodium diclofenac at a dose of 5.14 mg / kg as positive control. Subjects who used to test the analgesic effect is strain white male mice Deutche Denken Yoken (DDY) by altering the dose 216 mg/kg body weight, 432 mg/kg body weight and 864 mg/kg body weight, whereas for testing anti-inflammatory effects using female white rat strains Sprague Dawley(SD) with a variety of doses 108 mg/kg body weight, 216 mg/kg body weight and 432 mg/kg body weight given per oral as pre treatment for both the research. From the results of the analysis showed the ethanol extract of betel provide analgesic effects with a percent inhibition of its analgesic largest for 84,80% of the dose 864 mg/kg BW, while for the anti-inflammatory effects showed percent inhibition of shows the percent inhibition of edema highest on hour-1 and decreased at the 4th hour of the three variations of the extract dose. In the ANOVA showed that there were significant differences between each dose of the extract with the negative control (ρ ≤ 0,05) and at high doses there was no significant difference with the positive control at test level of 0.05 (ρ ≥ 0.05). Keywords : Betel leaves (Piper betle, Linn), analgesic, anti-inflammatory

Page 7: analgesik sirih

vii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur kehadirat Allah Swt atas segala rahmat dan

karunia-Nya sehingga skripsi berjudul Uji Efek Analgetik dan Antiinflamasi

Ekstrak Etanol 70% Daun Sirih (Piper betle, Linn) Secara In Vivo, dapat

diselesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Program Studi Farmasi, Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah,

Jakarta.

Pada Kesempatan ini, diucapkan terima kasih kepada Drs. Ahmad Musir,

M.Sc, Apt., selaku pembimbing I dan Nurmeilis, M.Si, Apt selaku pembimbing II

yang telah meluangkan waktu, tenaga, pikiran untuk membimbing dan

mengarahkan, sejak proposal skripsi, pelaksanaan penelitian sampai penyusunan

skripsi ini.

Selanjutnya ucapan terima kasih disampaikan juga kepada :

1. Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta Prof.Dr. (hc). dr. M. K. Tadjudin, SpAnd.

2. Ketua Program Studi Jurusan Farmasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Drs. M. Yanis Musdja, M.Sc, Apt.

3. Kedua Orang tuaku, kakakku Miftakhul Kamilah, Tantowi Jauhari,

sepupuku Ulya Risky Rufaida dan segenap sekeluarga besar yang selalu

memberikan dorongan moril, materil, spiritual hingga selesainya skripsi

ini.

4. Kak Via, Kak Eris, Mas tonny terima kasih selalu membantu saya selama

penelitian.

Page 8: analgesik sirih

viii

5. Teman-teman dekatku yang selalu mendukung Eli, Eka W, Yunita, Sri

Wulantini, Achit, Reni, Pipit, Gita, Nindi, Hana, Teman-teman sekelasku

Ela, Syifa, Eka Y, Alim, Erni, Adrian, Fikri, Azis, Dhani, Nino, Sobir,

Wida, Nuki, Erika, Dina, Amalia, Febri, Putrisa, Ami serta teman-teman

semester 8 kelas A.

6. Semua pihak yang terlibat baik langsung maupun tidak langsung yang

namanya tidak tersebutkan.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih banyak terdapat

kekurangan. Untuk itu saran dan kritik yang sifatnya membangun dari

pembaca untuk kesempurnaan dalam penulisan skripsi ini. Harapan penulis

laporan penelitian ini dapat berguna bagi pihak yang terkait.

September, 2010

Penulis

Page 9: analgesik sirih

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i LEMBAR PERSETUJUAN................................................................................ ii LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................... iii LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................ iv ABSTRAK .......................................................................................................... v ABSTRACT ........................................................................................................ vi KATA PENGANTAR ........................................................................................ vii DAFTAR ISI ....................................................................................................... ix DAFTAR TABEL ............................................................................................... xi DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xii DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xiii BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1 1.2 Perumusan Masalah .......................................................................... 3 1.3 Hipotesa ............................................................................................ 3 1.4 Tujuan Penelitian .............................................................................. 3 1.5 Manfaat Penelitian ............................................................................ 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Tanaman Sirih (Piper betle L.) ......................................... 5 2.1.1 Klasifikasi Tanaman ................................................................ 5 2.1.2 Nama Daerah ............................................................................ 5 2.1.3 Bagian Tanaman yang Digunakan ........................................... 6 2.1.4 Deskripsi Daun Sirih (Piperis Folium) .................................... 6 2.1.6 Habitat ...................................................................................... 6 2.1.7 Kandungan Kimia .................................................................... 7 2.1.8 Khasiat ..................................................................................... 7 2.2 Simplisia 2.2.1 Pengertian Simplisia.................................................................. 8 2.3 Ekstrak .............................................................................................. 8 2.3.1 Ekstraksi ................................................................................... 9 2.3.2 Ekstraksi Dengan Menggunakan Pelarut ................................. 10 2.4 Nyeri .................................................................................................. 11 2.4.1 Patofisiologi Nyeri ................................................................... 11 2.5 Analgetik ........................................................................................... 12 2.5.1 Asam mefenamat ...................................................................... 13 2.5.2 Beberapa percobaan untuk menentukan efek analgetik ........... 13 2.6 Inflamasi ............................................................................................ 15 2.6.1 Definisi Inflamasi ..................................................................... 15 2.6.2 Mekanisme Terjadinya Inflamasi ............................................. 15 2.6.3 Macam-macam inflamasi ......................................................... 16 2.6.4 Golongan obat antiinflamasi .................................................... 17 2.6.5 Natrium diklofenak .................................................................. 18 2.6.6 Beberapa metode uji antiinflamasi ........................................... 19

Page 10: analgesik sirih

x

2.6.7 Karagenan ................................................................................ 21 BAB III ALUR PENELITIAN ........................................................................ 22 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................... 23 4.2 Alat dan Bahan Penelitian ................................................................. 23 4.2.1 Alat Penelitian .......................................................................... 23 4.2.2 Bahan Penelitian....................................................................... 23 4.2.3 Bahan Kimia............................................................................. 24 4.2.4 Bahan Pereaksi ......................................................................... 24 4.2.5 Hewan Percobaan ..................................................................... 24 4.3 Prosedur Penelitian............................................................................ 25 4.3.1 Determinasi Tanaman .............................................................. 25 4.3.2 Penyiapan Bahan yang digunakan ........................................... 25 4.3.3 Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Sirih ..................................... 25 4.3.4 Pembuatan sediaan ................................................................... 26 4.3.5 Pengujian Parameter Spesifik dan Non Spesifik Simplisia dan Ekstrak ............................................................................... 27 4.3.6 Penapisan Fitokimia ................................................................. 29 4.4 Uji Analgetik dan Antiinflamasi ....................................................... 32 4.4.1 Aklimatisasi dan Pengelompokkan Hewan Percobaan ............ 32 4.4.2 Pengujian Efek Analgetik ........................................................ 35 4.4.3 Uji antiinflamasi ....................................................................... 36 4.4.4 Analisa Data ............................................................................. 38 BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian ................................................................................. 39 5.1.1 Determinasi Tanaman .............................................................. 39 5.1.2 Ekstraksi ................................................................................... 39 5.1.3 Hasil Pengujian Parameter Spesifik dan Non Spesifik Simplisia dan Ekstrak ............................................................... 39 5.1.4 Penapisan Fitokimia ................................................................. 40 5.2 Hasil Uji Analgetik ........................................................................... 41 5.3 Hasil Uji Antiinflamasi ..................................................................... 43 5.4 Pembahasan ....................................................................................... 45 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ....................................................................................... 55 6.2 Saran .................................................................................................. 56 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 57 DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... 61

Page 11: analgesik sirih

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Pembagian kelompok hewan uji analgetik............................................ 34 Tabel 2. Pembagian kelompok hewan uji antiinflamasi ..................................... 34 Tabel 3. Hasil ekstraksi ...................................................................................... 39 Tabel 4. Hasil pengujian parameter spesifik dan non spesifik ekstrak ............... 39 Tabel 5. Hasil penapisan fitokimia ekstrak daun sirih ........................................ 40 Tabel 6. Data pengamatan rata-rata jumlah geliat .............................................. 41 Tabel 7. Persentase inhibisi geliat ....................................................................... 42 Tabel 8. Rata-rata volume udem (mL) ................................................................ 43 Tabel 9. Rata-rata persen udem ........................................................................... 44 Tabel 10. Persen inhibisi udem ........................................................................... 45 Tabel 11. Conversion of animal doses to HED based on BSA ........................... 75 Tabel 12. Susut pengeringan pada simplisia ....................................................... 81 Tabel 13. Kadar abu simplisia ............................................................................. 82 Tabel 14. Kadar abu tak larut asam simplisia ..................................................... 83 Tabel 15. Kadar air pada ekstrak......................................................................... 84 Tabel 16. Kadar abu pada ekstrak ....................................................................... 85 Tabel 17. Kadar abu tak larut asam pada ekstrak................................................ 85 Tabel 18. Data persen inhibisi geliat pada kelompok perlakuan ........................ 87 Tabel 19. Pengukuran volume udem telapak kaki tikus yang diinduksi Karagenan pada masing-masing perlakuan ......................................... 89 Tabel 20. Persentase udem telapak kaki tikus setelah diinduksi karagenan Pada masing-masing perlakuan ........................................................... 90 Tabel 21. Persentase inhibisi udem telapak kaki tikus setelah diinduksi Karagenan pada masing-masing perlakuan ......................................... 91

Page 12: analgesik sirih

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Grafik rata-rata jumlah geliat rata-rata ................................................41 Gambar 2. Grafik persentase inhibisi geliat terhadap kelompok perlakuan .........42 Gambar 3. Grafik rata-rata volume udem terhadap waktu ....................................43 Gambar 4. Grafik hubungan persen rata-rata udem terhadap waktu ....................44 Gambar 5. Grafik persen inhibisi udem terhadap waktu.......................................45 Gambar 6. Daun sirih (Piper betle, Linn) .............................................................62 Gambar 7. Pletismometer ......................................................................................63 Gambar 8. Mencit putih jantan .............................................................................64 Gambar 9. Perlakuan sonde pada mencit ..............................................................64 Gambar 10. Penyuntikan secara intraperitoneal....................................................64 Gambar 11. Geliat pada mencit .............................................................................64 Gambar 12. Pelaksanaan sonde pada tikus ...........................................................65 Gambar 13. Penyuntikan karagenan secara subkutan ...........................................65 Gambar 14. Udem pada telapak kaki tikus ...........................................................65 Gambar 15. Pengukuran udem pada telapak kaki kiri tikus..................................65 Gambar 16. Bagan proses penyiapan simplisia.....................................................71 Gambar 17. Bagan aklimatisasi hewan percobaan ................................................72 Gambar 18. Skema kerja analgetik .......................................................................73 Gambar 19. Skema kerja antiinflamasi .................................................................74

Page 13: analgesik sirih

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Gambar daun sirih (Piper betle, Linn)..............................................62 Lampiran 2. Alat penelitian...................................................................................63 Lampiran 3. Perlakuan hewan uji (Analgetik) ......................................................64 Lampiran 4. Perlakuan hewan uji (Antiinflamasi) ................................................65 Lampiran 5. Hasil determinasi daun sirih (Piper betle, Linn) ..............................66 Lampiran 6. Hasil Analisa Asam Mefenamat .......................................................67 Lampiran 7. Sertifikat Natrium Diklofenak ..........................................................68 Lampiran 8. Sertifikat Analisa Diklofenak Sodium ..............................................69 Lampiran 9. Sertifikat Karagenan .........................................................................70 Lampiran 10. Proses penyiapan simplisia .............................................................71 Lampiran 11. Aklimatisasi hewan percobaan .......................................................72 Lampiran 12. Skema kerja analgetik .....................................................................73 Lampiran 13. Skema kerja antiinflamasi ..............................................................74 Lampiran 14. Rumus perhitungan dosis hewan ....................................................75 Lampiran 15. Perhitungan dosis ekstrak kental daun sirih (Piper betle, Linn).....76 Lampiran 16. Perhitungan dosis asam mefenamat dan Na diklofenak .................79 Lampiran 17. Hasil pemeriksaan simplisia daun sirih (Piper betle, L.) ...............81 Lampiran 18. Hasil pemeriksaan ekstrak etanol 70% daun sirih (Piper betle, Linn) ..........................................................84 Lampiran 19. Data persentase inhibisi geliat pada semua kelompok perlakuan ...87 Lampiran 20. Perhitungan persen inhibisi geliat...................................................88 Lampiran 21. Hasil pengamatan udem pada uji antiinflamasi ..............................89 Lampiran 22. Perhitungan persen udem dan persen inhibisi udem telapak Kaki tikus ........................................................................................92 Lampiran 23. Hasil statistik uji efek analgetik dengan metode Writhing test ......94 Lampiran 24. Hasil statistik uji efek antiinflamasi dengan metode edema Buatan pada telapak kaki tikus .......................................................99

Page 14: analgesik sirih

1

BAB I

P E N D A H U L U A N

1.1 LATAR BELAKANG

Indonesia adalah negara yang kaya akan tumbuh-tumbuhan. Di dalam

hutan tropis Indonesia diperkirakan terdapat sekitar 30.000 jenis tumbuhan.

Diduga dari jumlah tersebut sekitar 9.600 jenis diketahui berkhasiat sebagai

obat dan 200 jenis diantaranya merupakan tumbuhan obat penting bagi

industri obat tradisional (Sriningsih et al., 2006).

Masyarakat luas beranggapan bahwa penggunaan obat tradisional lebih

aman dibandingkan dengan obat kimia sehingga mereka lebih suka

menggunakan obat tradisional untuk menyembuhkan penyakitnya.

Walaupun demikian bukan berarti obat tradsional tidak memiliki efek

samping yang merugikan, bila penggunaannya kurang tepat. Dan kurangnya

informasi tentang obat tradisional oleh masyarakat merupakan salah satu

kendala dalam penggunaan obat tradisional sehingga penggunaannya

menjadi kurang optimal (Anggraini, 2008).

Salah satu tumbuhan yang telah lama dipergunakan oleh masyarakat

Indonesia sebagai bahan obat-obatan adalah daun sirih (Piper bettle, Linn).

Daun sirih merupakan salah satu jenis tumbuhan dari famili Piperaceae yang

telah dikenal luas sehingga mempunyai beberapa nama daerah, misalnya :

sedah, suruh (Jawa) (Sirait et al, 1992). Secara empiris, untuk pemakaian

dalam tumbuhan ini antara lain telah digunakan untuk obat batuk, bronchitis,

gangguan lambung (gastritis), rheumatik, bengkak-bengkak, menghilangkan

1

Page 15: analgesik sirih

2

bau badan, keputihan, hidung berdarah, mulut berbau, mata sakit (Sudarsono

et al., 1996).

Dari beberapa pustaka diketahui bahwa daun sirih mempunyai

kandungan kimia diantaranya minyak atsiri (terdiri hidroksi kavikol,

kavikol, kavibetol, estragol, eugenol, metil eugenol, ß-sitosterol, karvakrol,

terpen, seskuiterpen, triterpenoid), tanin, diastase, gula, dan pati (Mursito,

2004). Saeed et al (1993) dalam Rachmat et al, (2000) menyebutkan bahwa

isolasi kandungan minyak atsiri daun sirih berkhasiat sebagai antiplateled

dan anti bengkak (antiinflamasi).

Analgetik dan antiinflamasi masing-masing adalah senyawa-senyawa

yang dapat melenyapkan atau mengurangi rasa nyeri tanpa menghilangkan

kesadaran dan mengatasi edema. Rasa nyeri dan peradangan merupakan

gejala penyakit atau kerusakan yang paling sering terjadi yang disebabkan

karena suatu kerusakan jaringan atau gangguan metabolisme jaringan yang

diikuti dengan pembebasan dan pembentukan bahan mediator, seperti

prostaglandin, histamin, serotonin dan bradikinin (Tjay dan Kirana. 2007;

Mustcher, 1991; Ganiswara et al., 2007).

Berdasarkan uraian diatas dan belum adanya informasi yang lengkap

mengenai efek farmakologi dari ekstrak etanol daun sirih, maka dilakukan

pemeriksaan efek analgetik dan antiinflamasi ekstrak daun sirih ini. Dari

penelitian ini diharapkan diperoleh data dan fakta yang dapat dipertanggung

jawabkan secara ilmiah sehingga dapat dibuktikan bahwa ekstrak tumbuhan

ini benar-benar berkhasiat secara farmakologis.

Page 16: analgesik sirih

3

Pada penelitian ini dilakukan uji efek analgetik menggunakan mencit

sebagai hewan coba dengan metode Writhing test, dimana asam asetat

sebagai penginduksi rasa nyeri. Rasa nyeri ini pada mencit diperlihatkan

dalam bentuk respon gerakan geliat yaitu abdomen menyentuh dasar tempat

berpijak dan kedua pasang kaki ditarik kebelakang (Park et al, 1998).

Sebagai pembanding digunakan asam mefenamat dan Na CMC untuk

kontrol negatifnya. Sedangkan untuk pemeriksaan efek antiinflamasi

menggunakan tikus sebagai hewan coba dan menggunakan metode edema

buatan pada telapak kaki hewan percobaan yang disuntik dengan suspensi

karagen 2% (Kelompok kerja ilmiah, 1993).

1.2 PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dapat dirumuskan suatu

permasalahan, yaitu: apakah ekstrak etanol 70% daun sirih (Piper betle L.)

memiliki efek sebagai analgetik dan antiinflamasi secara in vivo ?

1.3 HIPOTESA

Ekstrak etanol 70% daun sirih (Piper betle L.) dapat menghambat rasa

nyeri pada mencit putih yang telah diinduksi asam asetat, serta dapat

menghambat pembentukkan udema pada tikus putih yang ditimbulkan oleh

larutan karagenan.

1.4 TUJUAN PENELITIAN

1. Menguji efek analgesik dari ekstrak etanol 70% daun sirih pada mencit

secara in vivo.

Page 17: analgesik sirih

4

2. Menguji efek antiinflamasi ekstrak etanol 70% daun sirih terhadap udem

yang ditimbulkan oleh larutan karagenan pada telapak kaki tikus secara in

vivo.

1.5 MANFAAT PENELITIAN

1. Menambah data penelitian tanaman obat tradisional yang berkhasiat

sebagai analgesik dan antiinflamasi.

2. Memberikan informasi ilmiah kepada masyarakat tentang khasiat ekstrak

etanol 70% daun sirih sebagai analgesik dan antiinflamasi.

Page 18: analgesik sirih

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Tanaman Sirih (Piper betle L.)

Tinjauan mengenai tumbuhan ini meliputi klasifikasi tumbuhan, nama

daerah, morfologi, bagian tanaman yang digunakan, deskripsi tumbuhan,

habitat, kandungan kimia serta khasiat.

2.1.1 Klasifikasi Tanaman

Tanaman sirih diklasifikasikan ke dalam:

Kingdom : Plantae

Divisio : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Piperales

Familia : Piperaceae

Genus : Piper

Spesies : Piper betle L. (Sirait et al, 1980).

2.1.2 Nama Daerah

Sumatera : ranub (Aceh), blo, sereh (Gayo), belo (Batak Karo), demban

(Batak Toba), sirieh, sirih, suruh (Palembang, Minangkabau),

canbai (Lampung).

Jawa : seureuh (Sunda), sedah, suruh (Jawa), sere (Madura).

Bali : base, sedah

Sulawesi : ganjang, gapura (Bugis), baulu (Bare), buya, dondili (Buol),

bolu (Parigi), komba (Selayar), lalama, sangi (Talaud).

5

Page 19: analgesik sirih

6

Maluku : ani-ani (Hok), papek, raunge, rambika (Alfuru), nein (Bonfia),

kakinuam (Waru), amu (Rumakai, Elpaputi, Ambon, Ulias),

garmo (Buru), bido (Macan).

Irian : reman (Wendebi), manaw (Makimi), namuera (Saberi),

etouwon (Armahi), nai wadok (Saarmi), mera (Sewan),

mirtan (Berik), afo (Sentani), wangi (Sawa), freedor (Awija),

dedami (Marind) (Sirait et al, 1980).

2.1.3 Bagian tanaman yang digunakan

Daun segar, setengah kering, atau daun kering. (Standar of ASEAN,

1993).

2.1.4 Deskripsi Daun Sirih (Piperis Folium)

Pemerian daun sirih adalah memiliki bau aromatik khas; rasa pedas,

khas. Secara makroskopik yaitu daun tunggal, warna coklat kehijauan

sampai coklat. Helaian daun berbentuk bundar telur sampai lonjong, ujung

runcing, pangkal berbentuk jantung atau agak bundar berlekuk sedikit,

pinggir daun rata agak menggulung ke bawah, panjang 5 cm sampai 18,5

cm, lebar 3 cm sampai 12 cm; permukaan atas rata, licin agak mengkilat,

tulang daun agak tenggelam; permukaan bawah agak kasar, kusam, tulang

daun menonjol, permukaan atas berwarna lebih tua dari permukaan bawah.

Tangkai daun bulat, warna coklat kehijauan, panjang 1,5 cm sampai 8 cm

(Sirait et al, 1980).

2.1.5 Habitat

Sirih tumbuh liar di hutan jati atau hutan sampai ketinggian 300 m di

atas permukaan laut. Untuk pertumbuhan yang baik memerlukan tanah

Page 20: analgesik sirih

7

yang kaya akan humus, subur, dan pengairan yang baik. (Standar of

ASEAN, 1993).

2.1.6 Kandungan Kimia

Sirih mengandung minyak atsiri 1 – 4,2%, hidroksikavikol, kavikol 7,2

– 16,7%, kavibetol 2,7 – 6,2%, llypyrokatekol 0 – 9,6%, karvakrol 2,2 –

5,6%, eugenol 26,8 – 42,5%, eugenol methyl ether 4,2 – 15,8%, p-cymene

1,2 – 2,5%, sineole 2,4 – 4,8%, caryophyllene 3,0 – 9,8%, candinene 2,4 –

15,8%, estragol, seskuiterpen, fenil propane, tannin, diastase, katekol,

pyrocatechin, terpinyl acetat, alkaloids, 1-alanine, ß-alanine, α-amino

butyric acid, 1-arginine, asparagine, 1-asam aspartat, 1-asam glutamat,

glisin, histidin, 1-leusin, 1-lisin, 1-metionin, fenilalanin, 1-prolin, 1-serin, 1-

teronin, 1-triptopan, 1-rirosin, 1-valin, α-alanin, sistin, asam oksalat, d(+)

asam malat, n-hentriakontan, n-pentatriakontan, δ-sitosterol, terpena, fenil

propana, gula, pati, flavonoid dan vitamin C (Standar of ASEAN, 1993;

Hariana, 2006; BPOM RI, 2004).

2.1.7 Khasiat

Khasiat daun sirih adalah sebagai anti sariawan, anti batuk, dan

antiseptik (Sirait et al, 1980). Selain itu juga sebagai antiradang, peluruh

kentut, dan menghilangkan gatal. Efek zat aktif eugenol (daun) untuk

mencegah ejakulasi, mematikan jamur Candida albicans yang merupakan

penyebab keputihan, antikejang. Tanin (daun) untuk mengurangi sekresi

cairan pada vagina, pelindung hati, antidiare, dan antimutagenik (Standar of

ASEAN, 1993; Hariana, 2006).

Page 21: analgesik sirih

8

2.2 Simplisia

2.2.1 Pengertian Simplisia

Simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai bahan obat dan

belum mengalami pengolahan apapun juga, dan kecuali dinyatakan lain,

berupa bahan yang telah dikeringkan. (Sampurno et al, 2000).

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Simplisia

Kualitas simplisia dipengaruhi oleh faktor bahan baku dan proses

pembuatannya.

a. Bahan baku simplisia

Berdasarkan bahan bakunya, simplisia dapat diperoleh dari tanaman liar

dan atau dari tanaman yang dibudidayakan. Jika simplisia diambil dari

tanaman budidaya maka keseragaman umur, masa panen, dan galur (asal

usul, garis keturunan) tanaman yang dipantau. Sementara jika diambil dari

tanaman liar maka banyak kendala dan variabilitas yang tidak bisa

dikendalikan seperti asal tanaman, umur, dan tempat tumbuh.

b. Proses pembuatan simplisia

Dasar pembuatan simplisia meliputi beberapa tahapan. Adapun tahapan

tersebut dimulai dari pengumpulan bahan baku, sortasi basah, pencucian, ,

pengeringan, sortasi kering, pengubahan bentuk, pengepakan, dan

penyimpanan.

2.3 Ekstrak

Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat

aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang

sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan. Massa atau

Page 22: analgesik sirih

9

serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi standar baku

yang telah ditetapkan. (Depkes RI, 1995).

Faktor-faktor yang mempengaruhi mutu ekstrak adalah :

1. Faktor biologi

Mutu ekstrak dipengaruhi dari bahan asal (tumbuhan obat), dipandang

secara khusus dari segi biologi yaitu jenis tumbuhan, lokasi tumbuhan

asal, waktu panen, penyimpanan, bahan tumbuhan, dan bagian yang

digunakan.

2. Faktor kimia

Mutu ekstrak dipengaruhi dari bahan asal (tumbuhan obat), dipandang

secara khusus dari kandungan kimia, yaitu :

a. Faktor internal, seperti jenis senyawa aktif dalam bahan, kompisisi

kualitatif senyawa aktif, kadar total rata-rata senyawa aktif.

b. Faktor eksternal, seperti metode ekstraksi perbandingan ukuran alat

ekstraksi, pelarut yang digunakan dalam ekstraksi, kandungan logam

berat, ukuran kekerasan, dan kekeringan bahan. (Sampurno et al, 2000).

2.3.1 Ekstraksi

Ekstraksi merupakan kegiatan penarikan kandungan kimia yang

terdapat pada simplisia. Karena di dalam simplisia mengandung senyawa

aktif yang berbeda-beda dan mempunyai struktur kimia yang berbeda-beda,

sehingga metode di dalam penarikan senyawa aktif di dalam simplisia harus

memperlihatkan faktor seperti : udara, suhu, cahaya, logam berat. Proses

ekstraksi dapat melalui tahap menjadi : pembuatan serbuk, pembasahan,

penyarian, dan pemekatan.

Page 23: analgesik sirih

10

2.3.2 Ekstraksi Dengan Menggunakan Pelarut

Dengan menggunakan metode penyarian atau pelarut dalam ekstraksi

dapat dibedakan macam-macam cara ekstraksi diantaranya :

1. Cara Dingin

a. Maserasi adalah proses pengekstraksikan simplisia dengan

menggunakan pelarut beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada

temperatur ruangan (kamar).

b. Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai

sempurna yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan. Proses

terdiri dari tahapan pengembangan bahan, tahap maserasi antara tahap

penampungan ekstrak, terus-menerus sampai diperoleh ekstrak

(perkolat) yang jumlahnya 1-5 kali bahan.

2. Cara Panas

a. Refluksi adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik

didihnya selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif

konstan dengan adanya perbandingan balik. Biasanya dilakukan

pengulangan proses pada residu pertama sampai 3-5 kali sehingga

terbentuk proses ektraksi sempurna.

b. Soklet adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang baru, secara

umum dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi

kontinyus dengan jumlah pelarut yang relatif konstan dengan adanya

pendinginan balik.

Page 24: analgesik sirih

11

c. Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinyus)

pada temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan yaitu secara

umum pada temperatur 40-50oC.

d. Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas

air mendidih (96-98oC) selama waktu tertentu (15-20 menit).

e. Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama (>30oC) dan

temperatur sampai titik didih air (Sampurno et al, 2000).

2.4 Nyeri

2.4.1 Patofisiologi Nyeri

Nyeri adalah gejala penyakit atau kerusakan yang sering terjadi.

Fungsinya untuk melindungi dan memberikan tanda bahaya tentang adanya

gangguan-gangguan di tubuh seperti peradangan, infeksi kuman atau

kejangan otot. Nyeri timbul jika adanya rangsangan mekanik, termal, kimia

atau listrik melampaui suatu nilai ambang tertentu (nilai ambang nyeri) dan

karena itu menyebabkan kerusakan jaringan, membebaskan mediator nyeri

yang dapat merangsang reseptor nyeri. Reseptor-reseptor nyeri terletak pada

ujung-ujung saraf bebas kulit, selaput lendir dan jaringan internal tertentu

seperti peritoneum, dinding arteri dan permukaan sendi. Dari tempat ini

rangsangan dialirkan melalui saraf-saraf sensoris ke SSP melalui sumsum

tulang belakang ke talamus (optikus) dan kemudian kepusat nyeri di dalam

otak besar, dimana rangsangan dirasakan sebagai nyeri (Tjay dan Kirana,

2002 ; Muschler, 1991).

Page 25: analgesik sirih

12

2.5 Analgetik

Analgetik adalah senyawa yang pada dosis terapi mengurangi atau

melenyapkan rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran (Mutschler, 1991).

Analgetik menurut potensi kerja dapat dibagi dalam dua golongan besar

yaitu analgetik narkotik dan analgetik perifer.

a. Analgetik Narkotik

Zat-zat ini memiliki daya menghalangi nyeri yang kuat sekali dengan

titik kerja yang terletak di SSP sehingga disebut juga analgetik kuat

(hipoanalgetik). Umumnya analgetik sentral ini dapat mengurangi

kesadaran (sifat meredakan dan menidurkan), mengakibatkan toleransi

dan kebiasaan serta ketergantungan fisik dan psikis misalnya golongan

morfin dan turunannya : morfin dan kodein, heroin, hidromorfin,

hidrokodon dan dionin. (Tjay dan Kirana, 2002; Mustchler, 1991).

b. Analgetik perifer (Non Narkotik)

Analgetik ini berkhasiat lemah sampai sedang yang bekerja pada

perifer karena obat ini tidak mempengaruhi SSP, tidak menurunkan

kesadaran atau mengakibatkan ketagihan. Disamping kerja analgetik,

senyawa ini juga bersifat antipiretik, termasuk golongan ini antara lain:

asam mefenamat, indometasin, piroksikam, dan parasetamol. Mekanisme

kerja analgetik ini adalah mempengaruhi proses sintesa prostaglandin

dengan jalan menghambat enzim siklooksigenase yang menyebabkan

asam arakidonat dan asam C20 tak jenuh tidak dapat membentuk

endoperokside yang merupakan prazat dari prostaglandin (Tjay dan

Kirana, 2002 ; Muschler, 1991).

Page 26: analgesik sirih

13

2.5.1 Asam Mefenamat

Asam mefenamat merupakan derivat antranilat dengan khasiat analgetik,

antipiretik dan antiradang. Asam mefenamat mencapai kadar puncak dalam

plasma dalam waktu 30-60 menit dan mempunyai waktu paruh yang pendek

yaitu 1-3 jam (Tjay dan Kirana, 2002; Katzung, 2002). Obat ini sering

digunakan untuk obat nyeri dan rema. Absorbsi obat ini melalui saluran

cerna berlangsung cepat dan lengkap yang terikat 90% pada protein plasma.

Efek samping yang paling sering terjadi adalah gangguan lambung-usus.

Pemakaian obat ini dikontraindikasikan pada kehamilan; belum dibuktikan

kemanjuran dan keamanannya pada anak kecil. Asam mefenamat, fenamat

yang lain, mempunyai sifat analgetik tetapi kemungkinan efek anti

inflamasinya kurang efektif dibandingkan aspirin (Tjay dan Kirana, 2002).

2.5.2 Beberapa percobaan untuk menentukan efek analgetik (Vogel, 2002)

1. Metode perangsangan panas.

Secara in vivo dilakukan pada mencit, tikus dan marmot dan secara

in vitro dilakukan pada anjing. Rangsang panas dapat dilakukan dengan

menggunakan lempeng tipis logam yang diletakkan di atas asam formalin

dan aseton mendidih pada suhu: 55-55,5 oC, tikus-tikus dijatuhkan pada

lempeng tersebut. Selain pengujian aktifitas analgetik dengan plate panas

dapat juga digunakan alat ”tail flick” yang dilaporkan oleh D’Amour dan

Smith. Kedua metode ini digunakan untuk uji efek analgetik narkotik

(Vogel, 2002; Turner, 1965). Uji rangsang panas secara in vitro dilakukan

dengan menggunakan darah anjing yang diberi obat analgetik dan yang

Page 27: analgesik sirih

14

tidak diberi obat. Penilaian dilakukan terhadap kemampuan obat

mengambat terjadinya haemolisa pada darah anjing.

2. Metode Perangsangan Mekanik

Penggunaan rangsang mekanik dapat dilakukan pada anjing, tikus dan

mencit yaitu dengan cara menekan jari kaki hewan percobaan dengan

menggunakan suatu alat yang dapat diatur tekanannya sehingga

menimbulkan efek nyeri tekan.

3. Metode Perangsang Listrik

Rangsang nyeri dapat juga ditimbulkan dengan mengguanakan alat

yang dapat menghasilkan arus listrik sesuai dengan yang diperlukan.

Dilakukan secara in vivo pada bagian tubuh yang peka dari hewan.

4. Metode Perangsangan Kimia

a. Metode Writhing test

Suatu zat kimia yang diberikan secara oral 30 menit sebelum pemberian

asam asetat 0,5% secara intraperitonial pada hewan coba. Pemberian asam

asetat untuk menimbulkan rasa nyeri pada mencit. Reaksi nyeri

diperlihatkan oleh mencit antara lain menggeliat, menggeser-geserkan

perut pada alas kandang. Mencit yang dapat dipakai adalah mencit yang

dapat memberikan reaksi seperti diatas . jumlah geliat langsung di amati

selama 30 menit dengan selang waktu 5 menit. Efek mengurangi rasa nyeri

dapat ditunjukkan dengan berkurangnya geliat mencit yang diberi bahan

uji. Beberapa zat kimia yang dapat menimbulkan efek nyeri pada

peritoneal adalah asam asetat, fenil benzoquinon dan larutan NaCl 4%.

Page 28: analgesik sirih

15

2.6 Inflamasi

2.6.1 Definisi Inflamasi

Inflamasi pada jaringan yaitu terjadinya respon jaringan terhadap

rangsangan yang merusak secara kimia, fisika, dan biologi. Seperti

kerusakan jaringan akibat radiasi panas, infeksi bakteri dan lainnya.

Rangsangan yang merusak tersebut menyebabkan pecahnya sel mast dan

melepaskan mediator-mediator inflamasi dan enzim-enzim lisosom yang

berperan pada proses inflamasi. Gejala inflamasi yaitu terjadinya panas

(kalor), kemerahan (rubor), bengkak (tumor), nyeri (dolor) dan gangguan

fungsi (fungsio laesa) (Tjay dan Kirana, 2002).

Gejala-gejala ini merupakan akibat dari meningkatnya permeabilitas

kapiler dan migrasi leukosit ke daerah jaringan yang mengalami inflamasi

seperti histamin, serotonin, bradikinin dan prostaglandin.

Infeksi atau radang dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu :

a. Trauma mekanis (Khususnya benturan)

b. Radiasi (Sinar UV)

c. Kerusakan kimia langsung (bahan kimia kaustik dan korosif)

d.Kerusakan kimia tidak langsung (bahan pengawet dan bahan pewarna

makanan)

e. Organisme pengganggu (virus, bakteri dan parasit) (Bowman, 1980).

2.6.2 Mekanisme Terjadinya Inflamasi

Terjadi nya inflamasi dimulai dengan adanya stimulus yang merusak

jaringan, mengakibatkan sel mast pecah dan terlepasnya mediator-

mediator inflamasi. Terjadi vasodilatasi dari seluruh pembuluh darah pada

Page 29: analgesik sirih

16

daerah inflamasi sehingga aliran darah meningkat. Terjadinya perubahan

volume darah dalam kepiler dan venula, yang menyebabkan sel-sel endotel

pembuluh darah meregang dan terjadi kenaikan permeabilitas pembuluh

darah, protein plasma keluar dari pembuluh, timbullah edema. Infiltrasi

leukosit ke tempat inflamasi, pada tingkat awal infiltrasi oleh neutrofil,

selanjutnya infiltrasi oleh sel monosit. Kedua jenis leukosit ini berasal dari

pembuluh darah, melengket pada dinding endotelium venula kemudian

menuju daerah inflamasi dan memfagositosit penyebab inflamasi. Secara

kronologik jenis inflamasi ini termasuk tipe inflamasi akut (Guyton, 1995;

Katzung, 2007).

2.6.3 Macam-macam Inflamasi

Berdasarkan tipe terjadinya, inflamasi dapat dibagi atas 2 macam :

1. Inflamasi Akut

Inflamasi ini ditandai dengan kemerahan dan panas yang terlihat jelas

pada jaringan luar. Hal ini akibat pecahnya sel mast sehingga melepaskan

mediator-mediator inflamasi dan enzim lisosom serta ditandai dengan

banyaknya leukosit. Selain dari peristiwa tersebut, terjadi eksudasi cairan

plasma ke tempat inflamasi yang terus meningkat sehingga terbentuk

cairan eksudat yang ditandai dengan edema. Inflamasi akut akan hilang

setelah satu atau dua hari karena mempunyai waktu kerja yang pendek.

Sebagai contoh inflamasi akut ini adalah inflamasi akibat gigitan serangga,

akibat luka dan lainnya (Guyton, 1995; Underwood, 1999).

Page 30: analgesik sirih

17

2. Inflamasi Kronik

Inflamasi tipe ini ditandai dengan banyaknya eksudat jaringan

granulomatosis, monositosis, limfositosis dan pengumpulan plasma sel.

Akibatnya jaringan mengalami fibrosis dan timbullah hiperplasia disekitar

jaringan. Tetapi hal ini dapat terjadi tergantung dari kedudukan dan

kondisi inflamasi kronik. Elemen-elemen jaringan yang diserang akan

menghasilkan reaksi imun antara suatu antigen dengan suatu antibodi yang

merangsang terjadinya inflamasi. Inflamasi kronik mempunyai waktu

kerja yang lama. Sebagai contoh inflamasi kronik adalah inflamasi akibat

tuberkolosis dan rematoid artritis (Guyton, 1995; Underwood, 1999).

2.6.4 Golongan obat antiinflamasi

Obat-obat antiinflamasi adalah obat yang memiliki aktifitas menekan

atau mengurangi peradangan. Aktifitas ini dapat dicapai melalui berbagai

cara yaitu menghambat pembentukkan mediator radang prostaglandin,

menghambat migrasi sel-sel leukosit ke daerah radang, menghambat

pelepasan prostaglansin dari sel-sel tempat pembentukannya.

Berdasarkan mekanisme kerjanya obat-obat antiinflamasi terbagi ke dalam

golongan :

a. Antiinflamasi steroid

Bekerja dengan cara menghambat pelepasan prostaglandin dari sel-

sel sumbernya, termasuk golongan obat ini antara lain: hidrokortison,

prednison, prednisolon, metil prednisolon, triamsolon, deksametason, dan

betametason (Bowman, 1980).

Page 31: analgesik sirih

18

b. Antiinflamasi non steroid

Bekerja dengan menghambat enzim siklooksigenase sehingga konversi

asam arakidonat menjadi PGG2 terganggu. Termasuk golongan obat ini

adalah: aspirin, ibuprofen, naproksen, fenoprofen, indometasin, sulindak,

tolmetin, fenilbutazon, piroksikam, asam mefenamat dan diflunisal. Indikasi

obat ini adalah penyakit-penyakit yang disertai radang terutama penyakit

rematik yang disertai peradangan. Efek samping yang sering terjadi adalah

induksi tukak lambung atau tukak peptik yang kadang-kadang disertai

anemia sekunder akibat perdarahan saluran cerna. (Ganiswara, 2007).

2.6.5 Natrium Diklofenak

Natrium diklofenak merupakan obat antiinflamasi nonsteroid yang

bekerja menghambat enzim siklooksigenase yang berperan dalam

metabolisme asam arakidonat menjadi prostaglandin yang merupakan salah

satu mediator inflamasi. Natrium diklofenak merupakan derivat fenilasetat

yang mempunyai daya anti radang yang paling kuat dengan efek samping

yang kurang dibandingkan dengan obat lainnya (seperti indometasin,

piroxikam). Obat ini sering digunakan untuk segala macam nyeri pada

migrain dan encok. Absorpsi obat ini melalui saluran cerna berlangsung

cepat dan lengkap yang terikat 99% pada protein plasma dan mengalami

efek lintas awal (first-pass) sebesar 40-50%. Walaupun waktu singkat yakni

1-3 jam, Na diklofenak diakumulasi di cairan sinovilia yang menjelaskan

efek terapi di sendi jauh lebih panjang dari waktu paruh obat tersebut. Efek

samping yang lazim ialah mual, gastritis, eritema kulit, dan sakit kepala.

Pemakaian obat ini harus berhati-hati pada penderita tukak lambung dan

Page 32: analgesik sirih

19

pemakaian selama kehamilan tidak dianjurkan (Tjay dan Kirana, 2002;

Ganiswarna, 2007).

2.6.6 Beberapa metode uji antiinflamasi

1. Metode Pembentukan Edema Buatan

Metode ini berdasarkan pengukuran volume dari edema buatan.

Volume edema diukur sebelum dan sesudah pemberian zat yang di uji.

Beberapa iritan yang dipakai sebagai penginduksi edema antara lain

formalin, kaolin, ragi dan dekstran. Iritan yang umum digunakan dan

memiliki kepekaan yang tinggi adalah karagen (Vogel, 2002).

2. Metode Pembentukan Eritema

Metode ini berdasarkan pengamatan secra visual terhadap eritema pada

kulit hewan yang telah dicukur bukunya. Eritema dibentuk akibat iritasi

sinar UV selama 20 detik, sehingga terjadi vasodilatasi yang diikuti

dengan meningkatnya permeabilitas pembuluh darah dan leukositosis

lokal. Dua jam kemudian eritema yang terbentuk diamati (Vogel, 2002;

Turner, 1965).

3. Metode iritasi Dengan Panas

Metode ini berdasarkan pengukuran luas radang dan berat edema yang

terbentuk setelah diiritasi dengan panas. Mula-mula hewan diberi zat

warna tripan biru yang disuntik secara IV, dimana zat ini akan berikatan

dengan albumin plasma. Kemudian pada daerah penyuntikan tersebut

dirangsang dengan panas yang cukup tinggi. Panas menyebabkan

pembebasan histamin endogen sehingga timbul inflamasi. Zat warna akan

keluar dari pembuluh darah yang mengalami dilatasi bersama-sama

Page 33: analgesik sirih

20

dengan albumin plasma sehingga jaringan yang meradang kelihatan

berwarna. Penilaian derajat inflamasi diketahui dengan mengukur luas

radang akibat perembesan zat ke jaringan yang meradang. Pengukuran

juga dapat dilakukan dengan menimbang edema yang terbentuk, dimana

jaringan yang meradang dipotong kemudian ditimbang (Vogel, 2002;

Turner, 1965).

4. Metode Pembentukan Kantong Granuloma

Metode ini berdasarkan pengukuran volume eksudat yang terbentuk di

dalam kantong granuloma. Mula-mula benda terbentuk pelet yang terbuat

dari kapas yang ditanam di bawah kulit abdomen tikus menembus lapisan

linia alba. Respon yang terjadi berupa gejala iritasi, migrasi leukosit dan

makrofag ke tempat radang yang mengakibatkan kerusakan jaringan dan

timbullah granuloma (Vogel, 2002).

5. Metode Iritasi Pleura

Metode ini berdasarkan pengukuran volume eksudat yang terbentuk

karena iritasi dengan induktor radang. Adanya aktifitas obat yang diuji

ditandai dengan berkurangnya volume eksudat. Obat diberikan secara oral.

Satu jam kemudian disuntik dengan induktor radang seperti formalin

secara intra pleura. Setelah 24 jam, hewan dibunuh dengan eter lalu

rongga pleura dibuka dan volume eksudat inflamasi diukur (Turner, 1965).

6. Metode Penumpukan Kristal Synovitis

Pada percobaan ini telapak kaki tikus disuntik dengan suspensi ragi

brewer dalam larutan metil selulosa secara subkutan. Akibat penyuntikan

ini menyebabkan peningkatan suhu rektal lebih kurang 2oC atau lebih.

Page 34: analgesik sirih

21

Pada waktu 18 jam setelah penyuntikan diberikan obar secara oral dan

suhu rektal diukur dalam selang 30 menit (Vogel, 2002; Turner, 1965).

2.6.7 Karagenan

Karagenan dikenal juga dengan nama carragenan, carragenin,

carraghenates, chondrus extrak dan irish moss extrak (Reynold, 1982).

Karagenan merupakan suatu ekstrak kering ganggang laut merah

(Rhodopyceae) yang diperoleh dari spesies Chondrus crispus. Ekstrak

berwarna kuning kecoklatan sampai putih, sedikit berbau dan memberi rasa

berlendir pada lidah, larut sempurna dalam air panas yang bersifat kental.

Komposisi dari karagenan mengandung senyawa derivat mukopolisakarida

yaitu poligalaktosa sulfat. (Shen, 1981; Reynold, 1982).

Page 35: analgesik sirih

22

BAB III

ALUR PENELITIAN

Mencit

dan

Tikus

Dilakukan

aklimatisasi

Pengelompokkan hewan

uji berdasarkan perlakuan

yang diberikan (kontrol

positif, kontrol negatif,

Dosis rendah, Dosis

sedang, Dosis tinggi).

Daun sirih (Piper betle L.) DETERMINASI

Serbuk daun sirih

Ekstraksi dengan etanol 70%

Ekstrak kental

1. Penapisan fitokimia

2. Organoleptis (bentuk,

warna, bau dan rasa)

3. Susut Pengeringan dan

kadar air.

4. Kadar abu

5. Kadar abu tidak larut

asam

Uji analgetik

Analisa data

Uji antiinflamasi

Page 36: analgesik sirih

23

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia dan Farmakologi Jurusan

Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta dan Laboratorium Farmakologi Jurusan Farmasi UHAMKA.

Penelitian ini dilakukan selama ± 4 bulan (April 2010 – Juli 2010).

4.2 Alat dan Bahan Penelitian

4.2.1 Alat Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi : (1) Neraca analitik

(Wiggen Hauser); (2) Spuit injeksi suplantar dan peroral 1 ml & 3 ml

(Terumo); (3) Stopwatch (Olympic); (4) Alat-alat gelas (Pyrex Iwaki Glass);

(5) Vacum Rotari Evaporator (Memmert Eyele); (6) Pletismometer; (7)

Kandang mencit & tikus; (8) Sonde; (9) Timbangan hewan, (10) Blender

(National); (11) Oven (Memmert); (12) Kapas; (13) lumpang dan stamfer;

(14) tissu gulung; (15) label; (16) botol vial; (17) spatel.

4.2.2 Bahan Penelitian

Simplisia yang digunakan adalah daun sirih (Piperis Folium) dari

tanaman sirih (Piper betle, L.) yang diperoleh dari Balai Penelitian Tanaman

Rempah dan Obat (BALITRO).

23

Page 37: analgesik sirih

24

4.2.3 Bahan Kimia

Bahan Analgetik

Aquades, Asam asetat 0,5%, Asam mefenamat dari PT. Brataco sebagai

zat pembanding, Natrium Karboksimetilselulosa (Na CMC) dari PT.

Brataco.

Bahan Antiinflamasi

Aquades, Karagenan dari Puslit Oseanografi, Na diklofenak dari PT.

Kimia Farma, Natrium Karboksimetilselulosa (Na CMC) dari PT. Brataco.

4.2.4 Bahan Pereaksi

Bahan pelarut untuk ekstraksi adalah etanol 70%.

Bahan untuk penapisan fitokimia adalah ammonia (10%, 25%), etil asetat,

HCl (1%, 1:10), pereaksi Dragendorff, pereaksi Mayer, aquadest, lempeng

magnesium, HCl pekat, butanol, larutan besi (III) klorida (FeCl3) 1%,

pereaksi Stiasny, NaOH 1 N, eter, asam asetat anhidrat, H2SO4 pekat,

pereaksi Libermann-Burchard, petroleum eter.

4.2.5 Hewan percobaan

Hewan percobaan yang digunakan dalam penelitian uji efek

analgetik ini adalah mencit putih jantan (Mus Musculus) galur Deutche

Denken Yoken (DDY) umur 2 – 3 bulan, bobot 20 – 25 gram sedangkan

hewan yang digunakan untuk uji antiinflamasi ini adalah tikus putih betina

galur Sprague Dawley (SD) dengan berat badan 200 – 250 gram dan

berumur 2 – 3 bulan yang diperoleh dari Laboratorium Fakultas

Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor (IPB).

Page 38: analgesik sirih

25

4.3 Prosedur Penelitian

4.3.1 Determinasi Tanaman

Bahan yang digunakan adalah daun sirih (Piper betle L.) yang

diperoleh dari Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. Sebelum

dilakukan penelitian terhadap tumbuhan, terlebih dahulu dideterminasi

untuk mengidentifikasi jenis dan memastikan kebenaran simplisia.

Determinasi dilakukan di Herbarium Bogoriense, Puslit Biologi

Bidang Botani LIPI Cibinong.

4.3.2 Penyiapan Bahan yang Digunakan

a. Pengumpulan dan penyediaan simplisia

b. Daun sirih yang akan digunakan dicuci dengan air hingga bersih,

ditiriskan agar dapat bebas dari sisa cucian, dikeringkan dengan

diangin-anginkan, setelah kering dan bebas air kemudian digiling

hingga menjadi serbuk, serbuk yang diperoleh disimpan dalam wadah

bersih dan tertutup rapat.

4.3.3 Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Sirih

Pembuatan ekstrak dilakukan dengan metode maserasi. 400 gram

serbuk kering dari daun sirih (Piper betle L.) dimaserasi dengan

pelarut etanol 70% dan dilakukan pengadukan secara terus menerus.

Proses tersebut dilakukan selama 1,5-2,5 jam dimana pelarut tetap

diganti dan disaring. Proses tersebut diulangi terus menerus sampai

diperoleh filtrat yang mendekati jernih kemudian semua filtrat

digabung, dan diuapkan atau dipekatkan dengan rotary evaporator

Page 39: analgesik sirih

26

pada suhu 40°C hingga diperoleh ekstrak kental. Dihitung hasil %

kadar ekstrak dengan rumus :

Bobot ekstrak yang didapat

% kadar ekstrak = x 100%

Bobot serbuk simplisia yang diekstraksi

4.3.4 Pembuatan Sediaan

1. Pembuatan sediaan ekstrak etanol daun sirih

Ekstrak ditimbang sesuai dengan dosis yang direncanakan lalu

dilarutkan dengan larutan Na CMC 1% yang telah dibuat sebelumnya,

kemudian diaduk hingga homogen. Sediaan uji dibuat berdasarkan

volume ideal yang boleh dimasukkan ke dalam tubuh hewan

percobaan secara oral. Volume pemberian zat uji 1% dari berat hewan

dengan menggunakan rumus (Thompson, 1990):

VAO = dosis ( mg/ kg BB ) X Berat Badan ( kg )

Konsentrasi ( mg/ ml )

2. Pembuatan suspensi asam mefenamat 0,5% b/v

Untuk dosis 91 mg/kg BB

Asam mefenamat ditimbang sebanyak 18,2 mg digerus perlahan di

dalam lumpang, tambahkan 5 ml suspensi Na CMC 1 % sambil diaduk

homogen, kemudian ditambahkan sampai 10 ml. Dikocok homogen

dan dimasukkan ke dalam vial.

3. Pembuatan suspensi Na diklofenak

Untuk dosis 5,14 mg/kg BB

Page 40: analgesik sirih

27

Diklofenak ditimbang sebanyak 25,75 mg digerus perlahan di

dalam lumpang, tambahkan 30 ml suspensi Na CMC 1% sambil

diaduk homogen. kemudian dipindahkan ke dalam labu ukur 50 ml

lalu ditambahkan suspensi Na CMC 1% hingga tanda batas. Dikocok

homogen dan dimasukkan ke dalam vial.

4. Pembuatan larutan karagenan 2% b/v

Untuk membuat 10 ml larutan karagenan 2% b/v digunakan

digunakan karagenan sebanyak 0,2 gram, kemudian dilarutkan dengan

NaCl fisiologis sampai 10 ml dalam gelas ukur kemudian di panaskan

dalam water bath sambil di aduk sampai larut dengan sempurna.

4.3.5 Pengujian Parameter Spesifik dan Non Spesifik Simplisia dan Ekstrak

(Sampurno et al, 2000)

1. Parameter spesifik :

a. Organoleptik

Parameter ini mendeskripsikan bentuk, warna, bau, dan rasa.

2. Parameter non spesifik terdiri dari:

a. Susut Pengeringan dan Kadar Air.

Ekstrak atau simplisia ditimbang dengan seksama sebanyak 1 gram

sampai 2 gram dan dimasukkan ke dalam botol timbang dangkal

bertutup yang sebelumnya telah dipanaskan pada suhu 105oC

selama 30 menit dan telah ditara. Sebelum ditimbang, ekstrak

diratakan dalam botol timbang dengan menggoyang-goyangkan

botol, hingga merupakan lapisan setebal lebih kurang 5 mm sampai

10 mm, kemudian dimasukan ke dalam oven, buka tutupnya.

Page 41: analgesik sirih

28

Pengeringan dilakukan pada suhu penetapan yaitu 105oC hingga

diperoleh bobot tetap lalu ditimbang. Sebelum setiap pengeringan,

botol dibiarkan dalam keadaan tertutup mendingin dalam eksikator

hingga suhu kamar

b. Kadar Abu

1 g sampai 2 g ekstrak atau simplisia yang telah digerus dan

ditimbang seksama, dimasukan kedalam krus platina atau krus

silikat yang telah dipijarkan dan ditara, lalu ekstrak atau simplisia

diratakan. Dipijarkan perlahan-lahan hingga arang habis,

didinginkan, ditimbang. Jika arang tidak dapat hilang, ditambahkan

air panas, disaring dengan menggunakan kertas saring bebas abu.

Dipijarkan sisa abu dan kertas saring dalam krus yang sama. Filtrat

dimasukkan ke dalam krus, diuapkan, dipijarkan hingga bobot

tetap, ditimbang. Kadar abu dihitung terhadap berat ekstrak dan

dinyatakan dalam % b/b.

c. Kadar abu tidak larut asam: Abu yang diperoleh pada penetapan

kadar abu, didihkan dengan 25 ml HCl encer selama 5 menit,

dikumpulkan bagian yang tidak larut dalam asam, disaring melalui

krus kaca masir atau kertas saring bebas abu, cuci dengan air panas,

dipijarkan hingga bobot tetap, ditimbang. Dihitung kadar abu yang

tidak larut dalam asam terhadap bahan yang telah dikeringkan di

udara.

Page 42: analgesik sirih

29

4.3.6 Penapisan Fitokimia

a. Identifikasi Golongan Alkaloid

Sebanyak 2 gram sampel ditambahkan dengan 5 ml ammonia 25%,

digerus dalam mortir, kemudian ditambahkan 20 ml kloroform dan

digerus kembali dengan kuat, campuran tersebut disaring dengan

kertas saring. Filtrat berupa larutan organik diambil (sebagai larutan

A), sebagian dari larutan A (10 ml) diekstraksi dengan 10 ml larutan

HCl 1:10 dengan pengocokan dalam tabung reaksi, diambil larutan

bagian atasnya (larutan B). Larutan A diteteskan beberapa tetes pada

kertas saring dan ditetesi dengan pereaksi Dragendorff. Jika terbentuk

warna merah atau jingga pada kertas saring maka hal itu menunjukkan

adanya senyawa golongan alkaloid dalam sampel.

Larutan B dibagi dalam dua tabung reaksi, ditambahkan masing-

masing pereaksi Dragendorff dan Mayer. Jika terbentuk endapan

merah bata dengan pereaksi Dragendorff dan endapan putih dengan

pereaksi Mayer maka hal itu menunjukkan adanya senyawa golongan

alkaloid.

b. Identifikasi Golongan Flavonoid

1 gram sampel ditambahkan 50 ml air panas, dididihkan selama 5

menit, disaring dengan kertas saring, diperoleh filtrat yang akan

digunakan sebagai larutan percobaan. Ke dalam 5 ml larutan

percobaan (dalam tabung reaksi) ditambahkan serbuk atau lempeng

magnesium secukupnya dan 1 ml HCl pekat, serta 5 ml butanol,

dikocok dengan kuat lalu dibiarkan hingga memisah. Jika terbentuk

Page 43: analgesik sirih

30

warna pada lapisan butanol (lapisan atas) maka hal itu menunjukkan

adanya senyawa golongan flavonoid.

c. Identifikasi Golongan Saponin

Sebanyak 10 ml larutan percobaan yang diperoleh dari percobaan b

(identifikasi golongan flavonoid), dimasukkan ke dalam tabung reaksi

dan dikocok secara vertikal selama 10 detik, kemudian dibiarkan

selama 10 menit. Jika dalam tabung reaksi terbentuk busa yang stabil

dan jika ditambahkan 1 tetes HCl 1% busa tetap stabil maka hal itu

menunjukkan adanya senyawa golongan saponin.

d. Identifikasi Golongan Tanin

2 gram sampel ditambahkan 100 ml air, dididihkan selama 15 menit

lalu didinginkan dan disaring dengan kertas saring, filtrat yang

diperoleh dibagi menjadi dua bagian. Ke dalam filtrat pertama

ditambahkan 10 ml larutan FeCl3 1%, jika terbentuk warna biru tua

atau hijau kehitaman maka hal itu menunjukkan adanya senyawa

golongan tanin.

Ke dalam filtrat yang kedua ditambahkan 15 ml pereaksi Stiasny

(formaldehid 30% : HCl pekat = 2 : 1), lalu dipanaskan di atas

penangas air sambil digoyang-goyangkan. Jika terbentuk endapan

warna merah muda menunjukkan adanya tanin katekuat. Selanjutnya

endapan disaring, filtrat dijenuhkan dengan serbuk natrium asetat,

ditambahkan beberapa tetes larutan FeCl3 1%, jika terbentuk warna

biru tinta maka menunjukkan adanya tanin galat.

Page 44: analgesik sirih

31

e. Identifikasi Golongan Kuinon

Diambil 5 ml larutan percobaan dari percobaan b (identifikasi

golongan flavonoid), lalu dimasukkan ke dalam tabung reaksi,

ditambahkan beberapa tetes larutan NaOH 1 N. Jika terbentuk warna

merah maka hal itu menunjukkan adanya senyawa golongan kuinon.

f. Identifikasi Golongan Steroid dan Triterpenoid

1 gram sampel ditambahkan dengan 20 ml eter, dibiarkan selama 2 jam

dalam wadah dengan penutup rapat lalu disaring dan diambil filtratnya.

5 ml dari filtrat tersebut diuapkan dalam cawan penguap hingga

diperoleh residu/sisa. Ke dalam residu ditambahkan 2 tetes asam asetat

anhidrat dan 1 tetes asam sulfat pekat (pereaksi Libermann-Burchard).

Jika terbentuk warna hijau atau merah maka hal itu menunjukkan

adanya senyawa golongan steroid dan triterpenoid dalam simplisia

tersebut.

g. Identifikasi Golongan Minyak Atsiri

Sejumlah 2 gram sampel dalam tabung reaksi (volume 20 ml),

ditambahkan 10 ml pelarut petroleum eter dan dipasang corong (yang

diberi lapisan kapas yang telah dibasahi dengan air) pada mulut

tabung, dipanaskan selama 10 menit di atas penangas air dan

didinginkan lalu disaring dengan kertas saring. Filtrat yang diperoleh

diuapkan dalam cawan penguap hingga diperoleh residu. Residu

dilarutkan dengan pelarut alkohol sebanyak 5 ml lalu disaring dengan

kertas saring. Filtratnya diuapkan dalam cawan penguap, jika residu

Page 45: analgesik sirih

32

berbau aromatik/menyenangkan maka hal itu menunjukkan adanya

senyawa golongan minyak atsiri.

h. Identifikasi Golongan Kumarin

2 gram sampel dimasukkan ke dalam tabung reaksi (volume 20 ml),

ditambahkan 10 ml pelarut kloroform dan dipasang corong (yang

diberi lapisan kapas yang telah dibasahi dengan air) pada mulut

tabung, dipanaskan selama 10 menit di atas penangas air dan

didinginkan lalu disaring dengan kertas saring. Filtrat yang diperoleh

diuapkan dalam cawan penguap hingga diperoleh residu. Residu

ditambahkan air panas sebanyak 10 ml lalu didinginkan. Larutan

tersebut dimasukkan ke dalam tabung reaksi, ditambahkan 0,5 ml

larutan ammonia (NH4OH) 10%. Lalu diamati di bawah sinar lampu

ultraviolet pada panjang gelombang 365 nm. Jika terjadi fluoresensi

warna biru atau hijau maka hal itu menunjukkan adanya senyawa

golongan kumarin (Fransworth, 1966).

4.4 Uji Analgetik dan Antiinflamasi

4.4.1 Aklimatisasi dan pengelompokkan hewan percobaan

Sebelum digunakan sebagai hewan percobaan, semua mencit

dipelihara terlebih dahulu selama ± 2 minggu untuk penyesuaian

lingkungan, mengontrol kesehatan dan berat badan serta

menyeragamkan makanannya. Hewan percobaan dikelompokkan

secara acak menjadi 5 kelompok, masing-masing terdiri dari 5 ekor.

Page 46: analgesik sirih

33

Hal ini memenuhi Rumus Federer, yaitu:

(n-1) (t-1) ≥ 15

Keterangan :

n = jumlah hewan percobaan per kelompok

t = jumlah kelompok

Rumus Fereder untuk Metode Whriting test (Analgetik) :

(n-1) (5-1)≥ 15

(n-1) 4 ≥ 15

4n – 4 ≥ 15

4n ≥ 19

n ≥ 4,75 ~ 5

Rumus Fereder untuk Metode edema buatan pada telapak kaki tikus

(Antiinflamasi) :

(n-1) (5-1) ≥ 15

(n-1) 4 ≥ 15

4n – 4 ≥ 15

4n ≥ 19

n ≥ 4,75 ~ 5

Jadi jumlah minimal mencit yang digunakan dalam percobaan metode

whriting test adalah 5 ekor dalam satu kelompok, dan metode edema

buatan pada telapak kaki tikus adalah 5 ekor tikus dalam satu kelompok.

Adapun pembagian kelompok sebagai berikut :

Page 47: analgesik sirih

34

Tabel 1. Pembagian Kelompok Hewan Uji Analgetik

Kelompok Jumlah

Mencit

Perlakuan

1 5 Kontrol negatif, diberi Na CMC 1%

2 5 Kontrol positif, diberi suspensi asam

mefenamat 0,5% b/v

3 5 Diberi sediaan ekstrak daun sirih dalam

Na CMC 1% dosis 216 mg/kgBB

4 5 Diberi sediaan ekstrak daun sirih dalam

Na CMC 1% dosis 432 mg/kgBB

5 5 Diberi sediaan ekstrak daun sirih dalam

Na CMC 1% dosis 864 mg/kgBB

Setiap ekor disuntikan 0,4 ml/20 grBB mencit asam asetat 0,5% secara intraperitoneal (i.p)

Tikus dibagi menjadi 5 kelompok yang masing-masing kelompok terdiri

dari 5 ekor. Rinciannya sebagai berikut :

Tabel 2. Pembagian Kelompok Hewan Uji antiinflamasi

Kelompok Jumlah

Tikus

Perlakuan

1 5 Kontrol negatif, diberi Na CMC 1%

2 5 Kontrol positif, diberi Na diklofenak

3 5 Diberi sediaan ekstrak daun sirih dalam

Na CMC 1% dosis 108 mg/kgBB

4 5 Diberi sediaan ekstrak daun sirih dalam

Na CMC 1% dosis 216 mg/kgBB

5 5 Diberi sediaan ekstrak daun sirih dalam

Na CMC 1% dosis 432 mg/kgBB

Setiap ekor disuntikkan 0,4 ml/200 grBB tikus suspensi karagenan 2% secara

subkutan

Page 48: analgesik sirih

35

4.4.2 Pengujian Efek Analgetik

1. Persiapan hewan coba

Hewan coba mencit putih jantan galur DDY berumur 2-3 bulan dengan

berat badan 20-25 gram sebanyak 25 ekor mencit. Diadaptasikan dengan

lingkungan laboratorium sekitar kurang lebih 2 minggu, dengan tujuan

membiasakan hidup dalam lingkungan dan perlakuan.

2. Pengujian Efek Analgetik dengan Metode Writhing Test

1. Hewan percobaan dipuasakan makan selama ±18 jam, minum tetap

diberikan.

2. Setelah ditimbang, hewan dikelompokkan secara acak, yaitu: kelompok

kontrol negatif, kelompok kontrol positif, dan kelompok uji. Tiap

kelompok terdiri dari lima ekor.

3. Untuk kelompok kontrol negatif diberi Na CMC 1% sebanyak 0,5

ml/20 gr BB.

4. Untuk kelompok kontrol positif diberi asam mefenamat 0,5% b/v

dalam Na CMC 1% dengan dosis 91 mg/kgBB mencit.

5. Pada kelompok uji, masing-masing kelompok diberi zat uji dengan

dosis yang sesuai, secara oral.

6. Setelah 30 menit pemberian zat uji diinjeksi secara intraperitoneal (IP)

larutan asam asetat 0,5% dengan volume 0,4 ml/20 gram BB (Putri,

2001).

7. Hitung geliat yang terjadi selang 5 menit selama 30 menit.

8. Hitung persentase inhibisi pada masing-masing kelompok dosis dengan

menggunakan rumus (Turner, 1965) :

Page 49: analgesik sirih

36

%inhibisi geliat = 100% - ( jumlah geliatan rataan zat uji x 100%)

jumlah geliat rataan kontrol

4.4.3 Uji antiinflamasi

1. Persiapan hewan coba

Hewan coba tikus betina galur Sprague Dawley (SD) berumur 2-3 bulan

dengan berat badan 200-250 gram sebanyak 25 ekor tikus.

Diadaptasikan dengan lingkungan laboratorium sekitar kurang lebih 2

minggu, dengan tujuan membiasakan hidup dalam lingkungan dan

perlakuan.

2. Pengujian Efek Antiinflamasi dengan Metode Edema Buatan Pada

Telapak Kaki Tikus (Vogel, 2002).

1. Tikus dipuasakan ± 18 jam sebelum pengujian, air minum tetap

diberikan.

2. Pada hari pengujian, tikus ditimbang bobotnya dan dikelompokkan

secara acak; ada lima kelompok tikus dengan jumlah tikus masing-

masing kelompok adalah 5 ekor.

3. Volume kaki kiri belakang setiap tikus yang akan diinduksi, diberi

tanda pada mata kaki lalu diukur terlebih dahulu dengan cara

mencelupkan kaki tikus ke dalam raksa hingga tanda batas. Pada setiap

pengukuran, tinggi cairan pada alat dicatat sebelum dan sesudah

pengukuran.

4. Pada kelompok kontrol negatif, setiap tikus diberi Na CMC 1% dengan

dosis 2 ml/200 grBB tikus.

Page 50: analgesik sirih

37

5. Pada kelompok kontrol positif, setiap tikus diberi suspensi obat

antiinflamasi natrium diklofenak dalam Na CMC 1% dengan dosis

5,14 mg/kgBB tikus

6. Pada masing-masing kelompok uji diberikan suspensi bahan uji dalam

Na CMC 1% yang diatur sedemikian rupa sehingga sesuai dengan

dosis yang diinginkan.

7. Setelah 1 jam diberi sediaan uji, telapak tikus disuntik dengan larutan

karagenan 2% sebanyak 0,4 ml secara intrakutan, sebelumnya kaki

tikus dibersihkan dengan etanol 70%.

8. Setelah 1 jam kaki tikus dicelupkan ke dalam alat pletismometer hingga

batas mata kaki lalu diukur pada jam ke-1, 2, 3, 4, dan 5 setelah

diinduksi dengan karagenan.

9. Ukur volume edema telapak kaki masing-masing tikus.

10. Hitung persentase edema dan persentase inhibisi pembentukan edema

dengan rumus (Kelompok kerja ilmiah, 1993):

% udem = (X)t – (X)o x 100%

(X)o

% Inhibisi udem = a – b x 100%

a

Dimana :

( X )t = Volume telapak kaki tikus pada waktu t

( X )o = Volume telapak kaki tikus pada waktu nol

a = % udem rata-rata kelompok kontrol

b = % udem rata-rata kelompok yang diberi zat uji

Page 51: analgesik sirih

38

4.4.4 Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan uji Kolmogorov-Smirnov untuk

melihat distribusi data dan dianalisis dengan uji Levene untuk melihat

homogenitas data. Jika data terdistribusi normal dan homogenitas maka

dilanjutkan dengan uji Analisis varians (ANAVA) satu arah dengan taraf

kepercayaan 95% sehingga dapat diketahui apakah perbedaan yang

diperoleh bermakna atau tidak. Jika terdapat perbedaan bermakna,

dilanjutkan dengan uji beda nyata terkecil (LSD) (Santoso, 2008).

Page 52: analgesik sirih

39

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 HASIL PENELITIAN

5.1.1 Determinasi Tanaman

Determinasi tanaman telah dilakukan di laboratorium Herbarium LIPI

Bogor. Jawa Barat. Hasil determinasi telah menunjukkan bahwa tanaman yang

menjadi sampel adalah Piper betle, Linn atau lebih dikenal dengan sebutan daun

sirih dan bersuku Piperaceae.

5.1.2 Ekstraksi

Tabel 3. Hasil Ekstraksi

No. Jenis Hasil

1 Daun sirih segar 3 kg

2 Daun sirih kering 830 gr

3 Serbuk 400 gr

4 Ekstrak etanol kental 75,2 gr

5.1.3 Hasil Pengujian Parameter Spesifik dan Non Spesifik Simplisia dan

Ekstrak

Tabel 4. Hasil Pengujian Parameter Spesifik dan Non Spesifik Ekstrak

Karakteristik Simplisia

(Serbuk)

Persyaratan Ekstrak Kental

Daun Sirih

Persyaratan

Organoleptis Warna : Hijau

Bau : Khas

Rasa : Pedas

_

Warna : Coklat

tua

Bau : Khas

Rasa : Pedas

_

Susut 4,4% Tidak lebih dari 10% _ _

39

Page 53: analgesik sirih

40

pengeringan (Depkes RI, 1995)

Kadar air _ _

4,15% Tidak lebih dari 5,4% (BPOM,

2004). Kadar abu 11,68% Tidak lebih dari 14%

(Depkes RI, 1980). 7,90%

(Ekstrak etanol

70%)

Tidak lebih dari 0,29% ( ekstrak

etanol 95%) (BPOM, 2004).

Kadar abu tak

larut asam

4,12 % Tidak lebih dari 7% (Depkes RI, 1980)

3,52 %

(Ekstrak etanol

70%)

Tidak lebih dari 0,08% (ekstrak

etanol 95%) (BPOM, 2004)

% Kadar

Ekstrak

_ _ 18, 8% _

5.1.4 Penapisan Fitokimia

Berdasarkan hasil skrining fitokimia yang telah dilakukan pada daun sirih

(Piper betle, Linn) diperoleh beberapa golongan senyawa kimia yang hasilnya

dapat dilihat dibawah ini :

Tabel 5. Hasil Penapisan Fitomikia Ekstrak Daun Sirih

Golongan Senyawa Hasil Penapisan

Serbuk Ekstrak Kental

Alkaloid

Flavonoid

Saponin

Steroid

Triterpenoid

Tanin

Kuinon

Minyak Atsiri

Kumarin

+

+

+

+

+

+

-

+

+

+

+

+

+

+

+

-

+

+

Page 54: analgesik sirih

41

5.2 Hasil Uji Analgetik

a. Rata-rata geliat mencit setelah diinduksi asam asetat 0,5% pada masing-

masing perlakuan.

Tabel 6. Data pengamatan rata-rata jumlah geliat

Kelompok Rata-rata jumlah geliat menit ke

5’ 10’ 15’ 20’ 25’ 30’

Na CMC 1%

0,5 mL/20 g BB

44 39 38 35 24 14,67

Asam Mefenamat 0,5%

91mg/kg BB

7,33 6 4,33 3 2,33 1,33

Ekstrak Daun Sirih

216mg/kg BB

24,33 20 16,67 11,33 8,67 6,33

Ekstrak Daun Sirih

432mg/kg BB

16,33 13,67 9,67 7,67 5,67 4

Ekstrak Daun Sirih

864mg/kg BB

8,33 6,33 5,33 4,33 3,33 2,33

0

510

15

20

2530

35

4045

50

5' 10' 15' 20' 25' 30'

Waktu (menit)

Rat

a-ra

ta ju

mla

h g

elia

t

Kontrol negatif

Kontrol positif

Dosis rendah

Dosis sedang

Dosis tinggi

Gambar 1. Grafik rata-rata jumlah geliat

Page 55: analgesik sirih

42

b. Rata-rata persentase inhibisi geliat ekstrak daun sirih terhadap

kelompok perlakuan.

Tabel 7. Persentase inhibisi geliat

Kelompok Persentase inhibisi geliat

Na CMC 1%

0,5 ml/20 grBB

0 ± 0

Asam Mefenamat

0,5% 91mg/kg BB

87,54 ± 2,13

Ekstrak Daun Sirih

216mg/kg BB

54,91 ± 5,21

Ekstrak Daun Sirih

432mg/kg BB

70,79 ± 8,35

Ekstrak Daun Sirih

864mg/kg BB

84,80 ± 1,50

0

10

20

30

40

5060

70

80

90

100

Kontrolnegatif

Kontrolpositif

Dosisrendah

Dosissedang

Dosistinggi

Kelompok perlakuan

% i

nh

ibis

i g

elia

t

Series1

Gambar 2. Grafik persentase inhibisi geliat terhadap kelompok perlakuan

Page 56: analgesik sirih

43

5.3 Hasil Uji Antiinflamasi

a. Rata-rata volume edema telapak kaki tikus setelah diinduksi karagenan

pada masing-masing perlakuan.

Tabel 8. Rata-rata volume udem (mL)

Kelompok Rata-rata volume udem (mL) tiap 1 jam selama 5 jam

0 1 2 3 4 5

Na CMC 1%

2 mL/200 g BB

0,19 0,38 0,42 0,43 0,46 0,43

Na Diklofenak

5,14mg/kg BB

0,21 0,28 0,34 0,36 0,40 0,37

Ekstrak Daun Sirih

108mg/kg BB

0,20 0,33 0,38 0,41 0,43 0,41

Ekstrak Daun Sirih

216mg/kg BB

0,21 0,32 0,38 0,41 0,42 0,39

Ekstrak Daun Sirih

432mg/kg BB

0,21 0,30 0,35 0,37 0,39 0,36

0

0.05

0.1

0.15

0.2

0.25

0.3

0.35

0.4

0.45

0.5

0jam 1jam 2jam 3jam 4jam 5jam

Waktu

Rat

a-ra

ta u

dem

Kontrol negatif

Kontrol positif

Dosis rendah

Dosis sedang

Dosis tinggi

Gambar 3. Grafik rata-rata volume udem terhadap waktu

Page 57: analgesik sirih

44

b. Rata-rata persen radang telapak kaki tikus setelah diinduksi karagenan pada

masing-masing perlakuan.

Tabel 9. Rata-rata persen udem

Kelompok Persen rata-rata udem tiap 1 jam selama 5 jam

0 1 2 3 4 5

Na CMC 1%

2 mL/200 g BB

0 97,64 117,2 123,9 138,03 120,86

Na Diklofenak

5,14mg/kg BB

0 30,56 58,89 68,33 86,67 73,89

Ekstrak Daun Sirih

108mg/kg BB

0 66,76 93,63 103,7 118,18 81,67

Ekstrak Daun Sirih

216mg/kg BB

0 53,63 78,78 91,20 109,99 85,15

Ekstrak Daun Sirih

432mg/kg BB

0 42,12 70,90 77,57 90,60 77,57

0

20

40

60

80

100

120

140

160

1jam 2jam 3jam 4jam 5jam

Waktu

% r

ata-

rata

udem Kontrol negatif

Kontrol positif

Dosis rendah

Dosis sedang

Dosis tinggi

Gambar 4. Grafik hubungan % rata-rata udem terhadap waktu

Page 58: analgesik sirih

45

c. Rata-rata persen penghambatan radang telapak kaki tikus pada masing-masing

perlakuan selama 5 jam.

Tabel 10. Persen inhibisi udem

Kelompok Persen inhibisi udem tiap 1 jam selama 5 jam

0 1 2 3 4 5

Na Diklofenak

5,14mg/kg BB

0 67,02 49,38 44,9 37,08 38,68

Ekstrak Daun Sirih

108mg/kg BB

0 30,74 20,08 16,23 15,34 24,96

Ekstrak Daun Sirih

216mg/kg BB

0 45,33 32,95 26,25 20,59 29,73

Ekstrak Daun Sirih

432mg/kg BB

0 55,38 39,42 37,39 34,16 35,68

0

10

20

30

40

50

60

70

80

1jam 2jam 3jam 4jam 5jam

Waktu

% inhib

isi udem Kontrol positif

Dosis rendah

Dosis sedang

Dosis tinggi

Gambar 5. Grafik % inhibisi udem terhadap waktu

5.4 PEMBAHASAN

Pada penelitian ini digunakan ekstrak kental daun sirih (Piper betle, Linn)

diperoleh dari proses ekstraksi yang merupakan kegiatan penarikan kandungan

kimia yang terdapat pada simplisia. Proses ekstraksi dapat melalui tahap menjadi

Page 59: analgesik sirih

46

pembuatan serbuk, pembasahan, penyarian, dan pemekatan. Pembuatan serbuk

dilakukan daun sirih dikeringkan dengan cara diangin-anginkan untuk

menghindari kemungkinan rusaknya senyawa-senyawa komplek yang terkandung

di dalam daun lalu diblender menjadi serbuk. Pembasahan dan penyarian

merupakan salah satu cara ekstraksi yaitu maserasi. Maserasi adalah proses

pengekstrakkan simplisia dengan menggunakan pelarut beberapa kali pengocokan

atau pengadukan pada temperature ruangan kamar, dan pengulangan penambahan

pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat pertama dan seterusnya bertujuan

agar dapat menarik semua zat aktif yang terkandung di dalam daun. Kemudian

dilakukan pemekatan dengan alat Rotary Evaporator untuk memperoleh ekstrak

kental daun sirih. Dari proses tersebut didapatkan ekstrak kental sebanyak 75,2

gram. Selanjutnya pengujian simplisia dan ekstrak kental daun sirih dilakukan

penapisan fitokimia untuk mengetahui senyawa yang terkandung di dalam daun

sirih (Tabel 5). Kemudian uji parameter spesifik dan non spesifik ekstrak dengan

beberapa karakteristik ekstrak yaitu organoleptis, susut pengeringan, kadar air,

kadar abu dan kadar abu tak larut asam. Ekstrak kental daun sirih digunakan untuk

diuji efek analgetik dan antiinflamasi.

Pemakaian etanol 70% sebagai pelarut karena etanol 70% dapat melarutkan

senyawa organik dalam tumbuhan baik yang bersifat polar maupun non polar,

tidak beracun, tidak mudah ditumbuhi kapang dan kuman, dan pemanasan yang

diperlukan untuk pemekatan lebih sedikit. Disamping itu etanol 70% mempunyai

titik didih yang rendah (78,4oC) sehingga mudah diuapkan, aman digunakan dan

mudah mendapatkannya (Riawan, 1990).

Page 60: analgesik sirih

47

Bahan uji yang diberikan dalam bentuk tersuspensi dengan Na CMC 1%, hal

ini dikarenakan ekstrak tidak larut sempurna dalam air. Pada uji efek analgetik ini

dilakukan dengan metode Writhing test yang diperlihatkan dengan adanya

kontraksi dari dinding perut, kedua pasang kaki ditarik ke belakang sehingga

abdomen menyentuh dasar dari ruang yang ditempatinya. Metode ini dipilih,

karena mudah dilakukan tanpa memiliki keahlian khusus, dan tanpa menggunakan

alat yang khusus. Metode Writhing test digunakan untuk pengujian analgetik non

narkotik. Prinsip metode ini adalah mengamati penurunan jumlah geliat yang

terjadi akibat pemberian zat uji pada mencit yang diberi larutan asam asetat 0,5%

dengan volume 0,4 ml/20 grBB mencit, secara intraperitoneal. Larutan asam

asetat ini digunakan sebagai induktor nyeri berupa geliatan pada mencit

sedangkan bahan pembanding yang digunakan adalah asam mefenamat 0,5% b/v.

Dimana asam mefenamat ini terikat sangat kuat pada protein plasma (Ganiswara,

2007) dan paling umum digunakan untuk mengatasi nyeri.

Hewan percobaan yang digunakan uji efek analgetik ini adalah mencit putih

jantan galur Deutche Denken Yoken (DDY) karena dapat menghasilkan banyak

keturunan sehingga mudah didapat dalam jumlah banyak, memiliki ukuran tubuh

yang relatif kecil sehingga pada saat pengujian mudah diamati, sifat kanibalnya

rendah, dan memiliki harga jual yang relatif tidak mahal.

Pada uji efek analgetik ini digunakan 3 variasi kelompok dosis yaitu

kelompok dosis rendah 216 mg/kg BB, kelompok dosis sedang 432 mg/kg BB,

dan kelompok dosis tinggi 864 mg/kg BB. Pada kelompok ekstrak daun sirih

dosis 216 mg/kg BB, dosis 432 mg/kg BB dan dosis 864 mg/kg BB jumlah geliat

yang ditimbulkan lebih kecil dari pada kelompok kontrol negatif Na CMC 1%, hal

Page 61: analgesik sirih

48

ini berarti kelompok ekstrak daun sirih sudah dapat memberikan efek analgetik.

Pengamatan terhadap persen inhibisi geliat selama 30 menit menunjukkan bahwa

dosis 864 mg/kg BB memberikan efek yang maksimal.

Pada grafik hubungan antara kelompok dosis dengan jumlah geliat rataan

atau antara dosis dengan persentase inhibisi geliat (Lampiran 18). Terlihat bahwa

semakin tinggi dosis ekstrak daun sirih yang diberikan semakin kecil jumlah

peregangan yang terjadi. Ini berarti efek inhibisi terhadap rasa nyeri yang

ditimbulkan semakin besar. Sehingga dapat diduga ada hubungan antara dosis

dengan efek analgetiknya.

Data yang diperoleh dianalisa secara statistik menggunakan metode analisa

varian (ANOVA) satu arah. Metode ini digunakan untuk melihat rata-rata

persentase inhibisi geliat mencit pada kelompok perlakuan adalah sama atau

sebaliknya secara nyata. Jika terdapat perbedaan maka dilanjutkan dengan uji

LSD. Sebelum analisa tersebut dilakukan, telah dilakukan uji normalitas dengan

metode Kalmogorof-Smirnov dan homogenitasnya dengan metode Levene. Untuk

uji efek analgetik ini analisa awal dilakukan uji normalitas dengan metode

Kalmigorov-Smirnov untuk melihat distribusi data persen inhibisi geliat mencit

terhadap kelompok perlakuan (Lampiran 23) menunjukkan semua kelompok

perlakuan terdistribusi normal dan tidak berbeda secara bermakna. Kemudian

dilanjutkan uji homogenitas dengan metode Levene untuk melihat data persentase

inhibisi geliat mencit homogen atau tidak, hasil menunjukkan semua kelompok

perlakuan tidak terdistribusi homogen (ρ ≥ 0,05). Karena data tersebut tidak

memenuhi syarat homogenitas maka dilanjutkan uji Kruskal Willis untuk

Page 62: analgesik sirih

49

mengetahui ada atau tidaknya perbedaan data persentase inhibisi geliat mencit

pada data yang tidak memenuhi syarat normalitas dan homogenitas.

Kemudian uji BNT dengan metode LSD dilakukan apabila hasil pengujian

menunjukkan adanya perbedaan nilai secara bermakna dengan tujuan untuk

menetukan kelompok mana yang memberikan nilai yang berbeda secara

bermakna dengan kelompok lainnya. Hasil tersebut menunjukkan persentase

inhibisi geliat mencit seluruh kelompok berbeda secara bermakna dengan kontrol

positif kecuali dosis tinggi tidak berbeda secara bermakna pada taraf uji 0,05

(Lampiran 22). Berdasarkan uji tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa

pemberian ekstrak etanol daun sirih (Piper betle, Linn) dengan dosis 216

mg/kgBB, 432 mg/kgBB dan 864 mg/kg BB dapat menurunkan geliat pada

mencit putih jantan yang diinduksi asam asetat0,5% dan pada dosis 864mg/kg BB

mencit memberikan efek analgetik yang sama dengan asam mefenamat sebagai

kontrol positifnya.

Pada pengujian efek antiinflamasi digunakan metode pembentukkan edema

buatan pada telapak kaki belakang tikus putih betina dan karagenan sebagai

penginduksi udem. Metode ini dipilih, karena sederhana dan lebih mudah

dilakukan tanpa keahlian khusus namun memiliki hasil yang akurat. Metode

pembentukan edema buatan pada telapak kaki tikus yang sebenarnya

menggunakan 0,2 ml suspensi karagenan 1% dalam NaCl fisiologis sebagai

induksi secara subkutan (Kelompok kerja ilmiah, 1993). Namun, pada penelitian

kali ini menggunakan 0,4 ml suspensi karagenan 2% karena lebih terlihat volume

udem yang terbentuk pada telapak kaki tikus.

Page 63: analgesik sirih

50

Pengukuran volume udem menggunakan pletismometer dipengaruhi oleh

banyak faktor antara lain adalah volume air raksa pada alat, kejelasan tanda batas

harus terbenamnya kaki tikus dalam air raksa, posisi kaki tikus pada saat

pengukuran, cara pembacaan skala pada alat, dan kondisi perlakuan selama

penelitian. Pengurangan sebanyak mungkin pengaruh faktor tersebut dilakukan

dengan meningkatkan ketelitian saat pengukuran yaitu melakukan pengukuran

dengan pengulangan sebanyak tiga kali dan mengusahakan tikus dalam keadaan

tenang saat pengukuran.

Bahan pembanding yang digunakan pada penelitian adalah natrium

diklofenak. Dimana natrium diklofenak ini mempunyai daya absorbsi yang cepat

dalam tubuh dengan efek samping yang lebih rendah dari yang lainnya

(indometaxim, piroxicam) (Tjay dan Kirana, 2002). Natrium diklofenak juga

sering digunakan sebagai kontrol pembanding pada penelitian efek antiinflamasi.

Karagenan dipilih sebagai penginduksi udem karena dapat menimbulkan

gejala antiinflamasi akut, selain itu udem yang dihasilkan lebih responsif terhadap

obat-obat antiinflamasi. Pembentukkan udem oleh larutan karagenan 2% b/v

sebanyak 0,4 ml/200 gBB juga tidak menyebabkan kerusakan jaringan dan udem

dapat bertahan selama beberapa jam kemudian berangsur-angsur berkurang

setelah 24 jam.

Hewan percobaan yang digunakan adalah tikus putih betina karena dapat

diperoleh dalam jumlah banyak, ukuran telapak kaki tikus lebih mudah diamati

saat diukur volume udemnya. Hewan uji tersebut dipilih galur, umur, jenis

kelamin, dan kondisi perlakuan yang sama agar meminimalkan variasi biologis

selama penelitian. Pada penelitian ini digunakan hewan uji tikus putih betina galur

Page 64: analgesik sirih

51

Sprague Dawley dengan berat badan 200-250 gram dengan usia 2-3 bulan.

Pemilihan galur tikus tersebut didasarkan pada mekanisme patofisiologinya

terhadap iritasi, udem dan aktivasi asam arakhidonat dalam sintesis prostaglandin

dan tromboksan yang mirip dengan manusia (Convorti and Bellavite, 2010). Jenis

kelamin betina dipilih karena respon inflamasi pada tikus betina lebih nyata

dibandingkan pada tikus jantan. Respon inflamasi pada tikus putih dipengaruhi

oleh hormon estrogen dan testosteron (Green et al, 1999). Perlakuan hewan

dimulai dengan aklimatisasi terlebih dahulu selama dua minggu, agar hewan dapat

beradaptasi dengan lingkungan. Kemudian tikus dikelompokan menjadi lima

kelompok yang masing-masing kelompok terdiri dari tiga ekor tikus. Kelompok

kontrol negatif yang diberi 2 ml/200 grBB Na CMC 1% per oral, Kelompok

kontrol positif yang diberi pembanding natrium diklofenak per oral, Kelompok

dosis rendah yang diberikan ekstrak etanol daun sirih dengan dosis 108 mg/kgBB,

Kelompok dosis sedang yang diberikan ekstrak etanol daun sirih dengan dosis 216

mg/kgBB, dan Kelompok dosis tinggi yang diberi ekstrak etanol daun sirih

dengan dosis 432 mg/kg BB. Pengukuran dilakukan satu jam setelah penyuntikan

karagenan 2%.

Pengukuran volume udem pada telapak kaki tikus dilakukan setiap satu jam

selama 5 jam setelah telapak kaki tikus dibuat udem dengan induksi karagenan

(Lampiran 20, Tabel 19). Persentase penghambatan udem juga dihitung pada

setiap jam yang sama (Lampiran 20, Tabel 20). Pengamatan selama 5 jam

dilakukan untuk mengetahui waktu dimana volume udem maksimal terbentuk.

Pada penelitian ini, volume udem rata-rata terbesar terjadi pada jam keempat

Page 65: analgesik sirih

52

kemudian berangsur-angsur menurun pada jam kelima setelah diinduksi

karagenan (Tabel 8 dan Gambar 3).

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga variasi dosis ekstrak etanol

70% daun sirih mampu menghambat radang. Pada perlakuan menunjukkan bahwa

radang terbesar terlihat pada jam keempat. Pada dosis 432 mg/kgBB

memperlihatkan kemampuan menghambat udem terbesar yaitu 55,38% pada jam

pertama dan menurun pada jam keempat. Sedangkan pada dosis 108 mg/kgBB

memperlihatkan kemampuan menghambat udem terkecil yaitu 30,74% pada jam

pertama dan menurun pada jam keempat. Hal ini menunjukkan bahwa semakin

besar persentase penghambatan udem maka semakin kecil persentase udemnya,

dan sebaliknya jika semakin kecil penghambatan udem maka semakin besar

persentase udem tersebut, ini bisa disebabkan karena absorbsi yang cepat

kemudian efeknya menurun karena adanya proses ekskresi. Bila dilihat secara

keseluruhan pada gambar 5, maka persentase penghambatan udem pada setiap

kelompok uji masih lebih kecil dibandingkan dengan kelompok kontrol positif

yang diberikan Na diklofenak.

Data yang diperoleh dianalisa secara statistik, untuk uji antiinflamasi ini

analisa awal dilakukan uji normalitas dengan menggunakan metode Kalmogorof-

Smirnov untuk melihat distribusi data persen penghambatan udem telapak kaki

tikus pada jam ke-1, jam ke-2, jam ke-3, jam ke-4 dan jam ke-5 (Lampiran 23)

menunjukkan semua kelompok tikus terdistribusi normal dan tidak berbeda secara

bermakna. Kemudian dilanjutkan uji homogenitas dengan metode Levene untuk

melihat data persen penghambatan udem telapak kaki tikus homogen atau tidak,

hasil menunjukkan jam ke-2 dan jam ke-3 tidak terdistribusi homogen (ρ≥0,05)

Page 66: analgesik sirih

53

maka dilanjutkan uji Kruskall Willis. Selanjutnya dilakukan uji BNT dengan

metode LSD. (Lampiran 23)

Pada jam ke-2 dan jam ke-3 seluruh kelompok berbeda secara bermakna

dengan kontrol positif kecuali dosis tinggi tidak berbeda secara bermakna pada

taraf uji 0,05. Semua kelompok dosis ekstrak memperlihatkan tidak adanya

perbedaan secara bermakna antara ketiga kelompok dosis tersebut pada taraf uji

0,05 kecuali kelompok dosis rendah dengan kelompok dosis tinggi berbeda secara

bermakna.

Uji ANOVA pada jam ke-1, jam ke-4 dan jam ke-5 menunjukkan bahwa

seluruh kelompok berbeda secara bermakna dengan kontrol negatif. Pada jam ke-

1 dan jam ke-4 menunjukkan seluruh kelompok berbeda secara bermakna dengan

kelompok kontrol positif kecuali dosis tinggi tidak berbeda secara bermakna pada

taraf uji 0,05. Kemudian pada jam ke-5 menunjukkan seluruh kelompok ekstrak

tidak berbeda secara bermakna dengan kelompok positif kecuali dengan

kelompok kontrol negatif berbeda secara bermakna pada taraf uji 0,05.

Berdasarkan hasil uji tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pemberian

ekstrak etanol daun sirih (Piper betle, Linn) dengan dosis 108 mg/kgBB, 216

mg/kgBB dan 432 mg/kg BB dapat menurunkan radang pada telapak kaki tikus

putih betina yang diinduksi karagenan 2%.

Pada penelitian uji efek analgetik dan antiinflamasi ekstrak etanol 70% daun

sirih ini menunjukkan bahwa efek tergantung dosis pada peningkatan dosis

tertentu. Efek analgetik dan antiinflamasi dapat dilihat dari kandungan terbesar

pada daun sirih yaitu minyak atsiri dimana komponen minyak atsiri yang paling

berperan dalam efek analgetik dan antiinflamasi adalah triterpene dan terpenoid

Page 67: analgesik sirih

54

(Sudarsono et al, 1996). Minyak atsiri (triterpene dan terpenoid) berhubungan

dengan aktivitasnya sebagai antioksidan (Parwata et al, 2009) dimana kedua

senyawa ini mampu menghambat oksidasi asam arakhidonat menjadi

endoperoksida dan menurunkan aktivitas enzim lipoksigenase. Apabila oksidasi

asam arakhidonat dapat dihambat maka tidak terbentuk oksigen reaktif yang dapat

menyebabkan nyeri dan inflamasi. Penurunan aktivitas enzim lipoksigenase

menyebabkan tidak terbentuknya leukotrien yang dapat mengaktivasi leukosit

yang memacu terjadinya peradangan. Adanya hambatan pada oksidasi asam

arakhidonat dan penetralan oksigen reaktif menyebabkan triterpene dan terpenoid

berefek sebagai analgetik dan antiinflamasi, selain itu triterpen dan triterpenoid

dapat menghambat terbentuknya leukotrien sehingga proses antiinflamasi dapat

dihambat. Hal ini menunjukkan bahwa dalam ekstrak etanol 70% daun sirih tidak

hanya triterpene dan triterpenoid yang terkandung dalam minyak atsiri yang

bertanggung jawab dalam memberikan efek analgetik dan antiinflamasi.

Kemungkinan senyawa lain yang terkandung dalam ekstrak daun sirih juga dapat

memberikan efek analgetik dan antiinflamasi.

Page 68: analgesik sirih

55

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 KESIMPULAN

1. Ekstrak kental etanol 70% daun sirih (Piper betle, Linn) dengan dosis

216mg/kgBB, 432mg/kgBB dan 864mg/kgBB mencit putih mempunyai

efek analgetik. Dosis uji yang memberikan persentase inhibisi geliat

mencit tertinggi adalah 864mg/kgBB sebesar 84,80%. Hasil uji statistik

dengan ANOVA menunjukkan semua kelompok ekstrak uji terdapat

perbedaan secara bermakna (ρ≤0,05) terhadap kontrol negatif dan pada

dosis tinggi tidak ada perbedaan secara bermakna (ρ≥0,05) dengan kontrol

positif.

2. Ekstrak kental etanol 70% daun sirih (Piper betle, Linn) dosis 108

mg/kgBB, 216 mg/kgBB dan 432 mg/kgBB mempunyai kemampuan

menurunkan udem pada telapak kaki tikus putih betina yang diinduksi

karagenan 2% tetapi lebih rendah dibandingkan dengan pembanding Na

diklofenak. Kelompok dosis tinggi 432 mg/kgBB dapat menurunkan udem

yang setara dengan Na diklofenak. Hasil uji statistik dengan ANOVA

menunjukkan semua kelompok ekstrak uji terdapat perbedaan secara

bermakna (ρ≤0,05) terhadap kontrol negatif dan pada dosis tinggi tidak

ada perbedaan secara bermakna (ρ≥0,05) dengan kontrol positif.

Page 69: analgesik sirih

56

6.2 SARAN

Perlu dilakukan pengujian efek analgetik dan antiinflamasi dari ekstrak

daun sirih dengan metode yang sama tetapi dengan dosis ditingkatkan lagi

untuk mendapatkan hasil yang lebih optimal.

Page 70: analgesik sirih

57

DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, Wenny. 2008. Efek Anti Inflamasi Ekstrak EtanolDaun Jambu Biji (Psidium guajava Linn.) Pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar. Surakarta: Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta

Bowman, WC. 1980. Texbook of pharmacology 2nd ed. Blackwell Scientific Publication. Oxford, London, hal 13.15, 13.17.

Badan Pengawas Obat dan Makanan RI. 2004. Monografi Ekstrak Tumbuhan Obat Indonesia, volume 1. BPOM RI, Jakarta: 96-98.

Conforti, A., Paolo, B., Simone, B., Flavia, C., Francesca, M.I., Roberto, R., Rat models of acute inflammation: a randomized controlled study on the effects of homeopathic remedies. University of Verona. http://www.biomedcentral.com/1472(-)6882/7/1 on september, 2010 at 13.30 WIB

Dalimartha S. 2003. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Trubus Agriwidya. Jakarta :

178-181. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia, edisi III.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta: xxx.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia, edisi IV. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Farnsworth, N.R. 1966. Biological and Phytochemical Screening of Plant.

J.Pharm, Sci: 55, 3. Green, P., Solbritt, R.D., William, M.I., Holly, J.S., Frederick, J.P., Joh, D.L. Sex

Steroid Regulation of the Inflammatory Response: Sympathoadrenal Dependence in the Female Rat. The Journal of Neuroscience, 19(10), May 15, 1999 : 4082-4089.

Gunawan, D., Sri Mulyani. 2004. Ilmu Obat Alam (Farmakognosi) Jilid 1.

Penebar Swadaya, Jakarta : 9-17. Guyton C. A. 1994. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 7. EGC. Jakarta : 307

Hariana, A. 2006. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya Seri 3. Penerbit Swadaya. Jakarta, 86-87.

Page 71: analgesik sirih

58

Hamid Hinna, Tarique Abdullah, Asif Ali, M. Sarwar Alam, and Ansari. Anti-inflammatory and Analgesic Activity of Uraria Lagopoides. Pharmaceutical Biology, Vol. 42, No. 2, 2004, 114-116.

Kelompok Kerja Ilmiah. 1993. Penapisan Farmakologi, Pengujian Fitokimia dan Pengujian Klinik. Pedoman Pengujian dan Pengembangan Fitofarmaka. Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam. Jakarta: Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica.: 3-2 , 43-45

Katzung, G.B. 2002. Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi 8. Salemba Medika.

Jakarta: 567.

Mursito, Bambang. 2004. Tampil Percaya Diri dengan Ramuan Tradisional. Penebar Swadaya. Jakarta : 108 – 109.

Mustchler, E. 1991. Dinamika Obat Buku Ajar Farmakologi dan Toksikologi Edisi 5, diterjemahkan oleh Widianto, M. B. dan A.S, ranti, Penerbit ITB. Jakarta, 177-195.

Parwata, O.A., Wiwik Susanah Rita dan Raditya Yoga. Isolasi dan Uji Antiradikal

Bebas Minyak Atsiri Pada Daun Sirih (Piper betle, Linn) Secara Spektroskopi Ultra Violet –Tampak. Jurnal Kimia, Vol. 3, No. 1, Januari 2009, 7-13

Park, Eun-Hee., Ja-Hoon Kahng dan Eun-Ah Paek. Studies On The

Pharmacological Actions of Cactus : Identification of Its Anti-inflammatory Effect. Archive of Pharmacal Research, Vol. 21, No. 1, November 1998, 30-34

Price, S. A. dan Wilson, L. M, 1995. Patofisiologi ; Konsep Klinis Proses-proses

Penyakit, Edisi IV, diterjemahkan oleh P. Nugraha, Penerbit EGC, Jakarta: 36-37.

Porchezhian, E., S.H. Ansari dan Sarfaraz Ahmad. Analgesic and Anti-

Inflammatory Effect of Alangium salvifolium. Pharmaceutical Biology, Vol. 39, No. 1, 2001, 65-66

Putri, E. 2001. Uji Efek Analgetik, Antipiretik dan Anti Inflamasi Ekstrak

Metanol Batang Brotowali (Tinospora crispa (L) Miers ex Hook. F. & Thems). Skripsi. UNAND

Rachmat, M., Mae Sri Hartati W dan Subagus Wahyuono. Aktivitas Antibakteri Sediaan Obat Kumur Berisi Minyak Atsiri Daun Sirih (Piper betle, Linn.) Dan Analisis Komposisi Minyak Atsirinya. Majalah Farmasi Indonesia, Vol. 11, No. 4, 2000, 235-240

Page 72: analgesik sirih

59

Reagan – Shaw, Shannon,. Nihal, Minakshi and Ahmad, Nihal. 2008. Dose

translation from animal to human studies revisiteh. The FASEB Journal 2008; 22 : 649-661. http://www.faseb.org. Diakses tanggal 21 April 2009, pukul 13.55

Reynold, J.E.F (editor). 1982. Martindle the Extra Pharmacopie, 30th Ed, The Pharmaceutical Press, London.

Riawan, S. 1990. Kimia Organik Edisi I. Binarupa Aksara. Jakarta, 76 Rumawas W. 1989. Patologi Umum. Bogor : Fakultas Kedokteran Hewan Institut

Pertanian Bogor

Rustam, E., Indah Atmasari dan Yanwirasti. Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Kunyit (Curcuma domestica Val.) Pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar. Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi, Vol. 2, No. 2, September 2007, 112-115

Sampurno, et al., 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat.

Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta: 1-17. Saeed, S. A., Farnas, S., Simjee, R. U., Malik, A., 1993, Triterpenes and ß-

Sitosterol from Piper betle L.: Isolation, Antiplatelet and Antiinflamatory Effects, Biochem. Soc. Trans, Vol 21. No. 4: 462S

Santoso, S. 2008. Panduan Lengkap Menguasai SPSS 16. PT. Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia. Jakarta : 237-247.

Shen, T.Y., “Non Steroidal Anti Inflammatory agents”, in M.E. Wolff, Burgers Medicinal Chemistry, 4th Ed, Part III, Jhon Willey & Son, New York, 1981

Sirait, M., Loohu, E., dan Sutrisno,R.B., 1980. Materia Medika Indonesia. Jilid

IV. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan (Dirjen POM). Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta : 92-98.

Sriningsih dan Agung EW. 2006. Efek Protektif Pemberian Ekstrak Etanol Herba Meniran (Phyllanthus niruri L.) Terhadap Aktivitas dan Kapasitas Fagositosis Makrofag Peritoneum Tikus. Dalam : Artocarpus Media Pharmaceutica Indonesiana Vol.6 (2). Fakultas Farmasi Universitas Surabaya, Surabaya: 91-96.

Standard of ASEAN Herbal Medicine. 1993. Volume 1. Jakarta, Indonesia : ASEAN Countries. Hal. 341-344

Page 73: analgesik sirih

60

Suhendi, A., Kuswandi dan Agung, E.N. Efek Analgetik Infusa Daun Dewa (Gynura procumbens (Lour) Merr.) Pada Mencit Putih Jantan Galur DDI. Jurnal Farmasi Indonesia, Vol. 4, No. 2, Desember 2003, 77-83.

Sudarsono., Pudjoarinto A., Gunawan D., Wahyuono S., Donatus IA., Dradjad.,

Wibowo S., dan Ngatidjan. 1996. Tumbuhan Obat. PPOT UGM. Yogyakarta.

Soesilo,S., Andajaningsih., Panjaitan, R., 1995. Farmakope Indonesia, edisi IV.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta: 1ii; 7.

Takahashi, M., Umehara, N., Suzuki, S., Tezuka, M., 2001, Analgesic Action of a Sustained Release Preparation of Diclofenac Sodium in a Canine Urate-Induced Gonarthritis, Journal of Health Science, 464–467, (online), (http://jhs.pharm.or.jp/47(5)/47(5)p464.pdf, diakses tanggal 14 april 2007).

Tjay, Tan H., Kirana Rahardja. 2002. Obat-obat Penting: Khasiat, Penggunaan, dan Efek-efek sampingnya, edisi kelima. PT Elexmedia Komputindo Kelompok Gramedia, Jakarta : 313

Thompson E. B., Drug Bioscreening, Drug Evaluation Techniques in

Pharmacology, Departement of Pharmacodinamics, College of Pharmacy, The University of Illion at Chicago, VCH, Weinheim Basel Cambridge, New York, 1990

Turner, A. 1965. Screenening Methods In Pharmacology. Academic Press, New York: 101-117, 152-163.

Underwood, J.C.E. 1999. Patologi Umum dan Sistematik Edisi 2. EGC. Jakarta :

232 – 235. Vogel, H.G., W. H, Vogel, Drug Discovery And Evaluation, Pharmacological

Assay, Springer, Verlag Berlin, Heidelberg, 2002. Wilmana, P.F., Sulistia Gan. 2007. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. bagian

Farmakologi FKUI. Jakarta : 230-240.

Page 74: analgesik sirih

LAMPIRAN

Page 75: analgesik sirih

Lampiran 1. Gambar daun sirih (Piper betle, Linn)

Gambar 6. Daun Sirih (Piper betle, Linn)

Page 76: analgesik sirih

Lampiran 2. Alat Penelitian

Gambar 7. Pletismometer

Page 77: analgesik sirih

Lampiran 3. Perlakuan Hewan Uji (Analgetik)

Gambar 8. Mencit Putih Jantan Gambar 9. Perlakuan sonde Gambar 10. Penyuntikan pada mencit secara intraperitoneal

Gambar 11. Geliat pada mencit

Page 78: analgesik sirih

Lampiran 4. Perlakuan Hewan Uji (Antiinflamasi) Gambar 12. Pelaksanaan sonde Gambar 13. Penyuntikan pada tikus karagenan secara subkutan Gambar 14. udem pada telapak Gambar 15. Pengukuran udem kaki tikus pada telapak kaki kiri tikus

Page 79: analgesik sirih

Lampiran 5. Hasil Determinasi Daun Sirih (Piper betle, Linn)

Page 80: analgesik sirih

Lampiran 6. Hasil Analisa Asam Mefenamat

Page 81: analgesik sirih

Lampiran 7. Sertifikat Natrium Diklofenak

Page 82: analgesik sirih

Lampiran 8. Sertifikat Analisa Diklofenak Sodium

Page 83: analgesik sirih

Lampiran 9. Sertifikat Karagenan

Page 84: analgesik sirih

Lampiran 10. Proses Penyiapan Simplisia

Gambar 16. Bagan proses penyiapan simplisia

Lampiran 11. Aklimatisasi Hewan Percobaan

Determinasi tanaman

Sortasi basah

Pencucian dengan air bersih

Diangin-anginkan

Sortasi kering

Daun sirih digiling hingga menjadi serbuk

Pembuatan ekstrak: Simplisia dimaserasi dengan etanol 70% dan dilakukan pengadukan secara terus menerus. Proses tersebut dilakukan selama 1,5-2,5 jam dimana pelarut tetap diganti. Filtrat digabung dan disaring.

Filtrat diuapkan pada suhu 40oC

Ekstrak kental

Pengujian parameter spesifik dan non spesifik ekstrak dan penapisan fitokimia

Page 85: analgesik sirih

Gambar 17. Bagan aklimatisasi hewan percobaan

Lampiran 12. Skema Kerja Analgetik

Disiapkan 25 ekor mencit jantan putih dengan bobot

20-25 g

Diadaptasikan atau diaklimatisasi selama ± 2

minggu dalam kondisi percobaan

Dikelompokkan secara acak menjadi 5 kelompok

5 ekor kelompok Kontrol Positif

5 ekor kelompok Kontrol Negatif

5 ekor kelompok Dosis Rendah

5 ekor kelompok Dosis Sedang

5 ekor kelompok Dosis Tinggi

Disiapkan 25 ekor tikus jantan putih dengan bobot

200 – 250 g

Page 86: analgesik sirih

30 menit

5 menit

Gambar 18. Skema kerja analgetik

5 ekor mencit Kontrol Positif

5 ekor mencit Kontrol Negatif

5 ekor mencit Dosis

216mg/kg BB

5 ekor mencit Dosis

432mg/kg BB

5 ekor mencit Dosis

864mg/kgBB

Diberikan Asam mefenamat dosis91mg/kgBB dalam Na CMC 1% per oral

Diberikan larutan 0,5 ml Na CMC 1% per oral

Diberikan ekstrak daun sirih dosis 216mg/kgBB dalam Na CMC 1% per oral

Diberikan ekstrak daun sirih dosis 432mg/kgBB dalam Na CMC 1% per oral

Setiap ekor disuntikan 0,4 ml/20grBB asam asetat 0,5% secara intraperitoneal (i.p)

Hitung geliat selama 30 menit dengan interval waktu 5 menit

Diberikan ekstrak daun sirih dosis 864mg/kgBB dalam Na CMC 1% per oral

Page 87: analgesik sirih

Lampiran 13. Skema Kerja Antiinflamasi

1 jam

Gambar 19. Skema kerja antiinflamasi

25 ekor tikus dibagi menjadi 5 kelompok

Timbang berat badan

Ukur volume telapak kaki kiri belakang tikus

Perlakuan tiap kelompok

Kontrol positif diberikan Na diklofenak

dosis 5,14mg/kgBB

dalam Na CMC 1% per

oral

Kontrol negatif diberikan

2ml/200grBB larutan Na CMC 1% per oral

Ekstrak daun sirih dosis

108mg/kgBB dalam Na CMC 1%

diberikan per oral

Ekstrak daun sirih dosis

216mg/kgBB dalam Na CMC 1%

diberikan per oral

Ekstrak daun sirih dosis

432mg/kgBB dalam Na CMC 1%

diberikan per oral

Masing-masing disuntikkan 0,4 ml/200grBB karagenan 2%

Ukur volume telapak kaki belakang tikus pada jam ke-1, 2, 3, 4, dan 5

Page 88: analgesik sirih

Lampiran 14. Rumus Perhitungan Dosis Hewan (Reagan-Shaw, Shannon,. Nihal, Minakashi and Ahmad, Nihal. 2008)

Formula for Dose Translation Based on BSA

HED (mg/kg) = Animal dose (mg/kg) multiplied by Animal Km Human Km

Tabel 11. Conversion of animal doses to HED based on BSA

Species Weight (kg) BSA (m2) Km factor

Human

Adult 60 1,6 37

Child 20 0,8 25

Baboon 12 0,6 20

Dog 10 0,5 20

Monkey 3 0,24 12

Rabbit 1,8 0,15 12

Guinea pig 0,4 0,05 8

Rat 0,15 0,025 6

Hamster 0,08 0,02 5

Mouse 0,02 0,007 3

Page 89: analgesik sirih

Lampiran 15. Perhitungan Dosis Ekstrak Kental Daun Sirih ( Piper betle, Linn )

Ekstrak daun sirih

Berat rata-rata dari 10 helai daun sirih segar = 1,6 gram

Berat serbuk simplisia yang diekstraksi = 400 gram

Berat ekstrak kental yang didapat = 75,2 gram

% kadar ekstrak = Berat ekstrak kental yang didapat

_________________________________ x 100%

Berat serbuk simplisia yang diekstraksi

= 75,2 gr x 100%

400

= 18,8 %

Dalam 400 gram serbuk daun sirih setara dengan :

400 gram = 250 helai daun sirih segar.

1,6 gram

Untuk berat ekstrak per satu daun yaitu

= Berat ekstrak kental yang didapat

Berat segar daun sirih

= 75,2 gram

250 helai

= 0,3 gram/helai daun sirih

Jadi, berat ekstrak untuk tiap satu daun sebanyak 0,3 gram.

Dosis untuk manusia 7 helai daun sirih untuk pengobatan bronchitis (Dalimartha,

2006) setara dengan :

7 helai daun sirih x 0,3 gram/helai daun sirih = 2,1 gram

Jadi, dosis manusia

= 2,1 gram atau 2100 mg

Page 90: analgesik sirih

Jadi, dosis yang digunakan untuk mencit dan tikus adalah:

Dosis mencit ( Uji Analgetik) :

HED (mg/kg) = animal dose (mg/kg) x Km animal

Km human

2100 mg/ 60 kg = animal dose (mg/kg) x 3 / 37

35 mg/kg = animal dose (mg/kg) x 3/ 37

Animal dose = 432 mg/kg atau 8,64 mg/20 gr BB

Dosis tikus (Uji antiinflamasi) :

HED (mg/kg) = animal dose (mg/kg) x Km animal

Km human

2100 mg/ 60 kg = animal dose (mg/kg) x 6 / 37

35 mg/kg = animal dose (mg/kg) x 6 / 37

Animal dose = 216 mg/kg atau 43,2 mg/200 gr BB

Keterangan :

A. Dosis mencit ( Uji analgetik)

1. Dosis rendah = ½ x dosis sedang = ½ x 8,64 mg/20 grBB = 4,32 mg/20

grBB atau 216 mg/kgBB

2. Dosis sedang = 1 x 8,64 mg/20 grBB = 8,64 mg/20 grBB atau

432 mg/kgBB

3. Dosis tinggi = 2 x dosis sedang = 2 x 8,64 mg/20 grBB = 17,28 mg/20

grBB atau 864 mg/kgBB

B. Dosis tikus ( Uji antiinflamasi)

1. Dosis rendah = ½ x dosis sedang = ½ x 43,2 mg/200 grBB = 21,6 mg/200

grBB atau 108 mg/kgBB

2. Dosis sedang = 1 x 43,2 mg/200 grBB = 43,2 mg/200 grBB atau 216

mg/kgBB

3. Dosis tinggi = 2 x dosis sedang = 2 x 43,2 mg/200 grBB = 86,4

mg/200grBB atau 432 mg/kgBB.

Page 91: analgesik sirih

1. Konsentrasi setiap pemberian untuk mencit dengan berat badan 20 gr

a. VAO pada dosis rendah =

0,5 ml = 20 gr x 4,32 mg/ 20 gr BB

[ ]

[ ] = 8,64 mg/ml

b. VAO pada dosis sedang =

0,5 ml = 20 gr x 8,64 mg/ 20 gr BB

[ ]

[ ] = 17,28 mg/ml

c. VAO pada dosis tinggi =

0,5 ml = 20 gr x 17,28 mg/ 20 gr BB

[ ]

[ ] = 34,56 mg/ml

2. Konsentrasi setiap pemberian untuk tikus dengan berat badan 200 gr

a. VAO pada dosis rendah =

2 ml = 200 gr x 21,6 mg/ 200 gr BB

[ ]

[ ] = 10,8 mg/ml

b. VAO pada dosis sedang =

2 ml = 200 gr x 43,2 mg/ 200 gr BB

[ ]

[ ] = 21,6 mg/ml

c. VAO pada dosis tinggi =

2 ml = 200 gr x 86,4 mg/ 200 gr BB

[ ]

[ ] = 43,2 mg/ml

Page 92: analgesik sirih

Lampiran 16. Perhitungan Dosis Asam mefenamat dan Na diklofenak

1. Dosis Asam Mefenamat 0,5% b/v : (Andi Suhedi, Kuswandi dan Agung

Endro Nugroho, 2003).

Dosis lazim asam mefenamat untuk manusia adalah 500 mg untuk sekali

pakai. Untuk dosis analgetik adalah 91 mg/kgBB mencit sekali pakai maka

dosis yang dapat diberikan pada mencit (20 gr) adalah:

Konsentrasi asam mefenamat : 0,5 gram = 500 mg = 5 mg/ml

100 ml 100 ml

VAO = Berat badan hewan(gr) x dosis (mg/grBB)

Konsentrasi

= 0,02 kg x 91 mg/kg BB

5mg/ml

= 0,364 ml

VAOtotal = VAO x jumlah tikus

= 0,364 ml x 5 ekor

= 1,82 ml

Jumlah Asam mefenamat = VAOtotal x Konsentrasi

= 1,82 ml x 5 mg/ml

= 9,1 mg dalam 5 ml suspensi Na CMC 1%

Jadi, bila membuat 10 ml menjadi:

9,1 mg x 10 ml = 18,2 mg dalam 10 ml suspensi Na CMC 1%

5 ml

Page 93: analgesik sirih

2. Dosis Na diklofenak : ( Tjay dan Rahardja, 2007)

Dosis lazim Na diklofenak untuk manusia adalah 25 – 50 mg garam Na/K

untuk sekali pakai. Untuk dosis anti inflamasi adalah 25 - 50 mg sekali pakai

maka dosis yang dapat diberikan pada tikus (200 gr) adalah:

HED (mg/kg) = animal dose (mg/kg) x Km animal

Km human

50 mg/ 60 kg = animal dose (mg/kg) x 6 / 37

Animal dose = 5,14 mg/kg atau 1,03 mg/ 200 gr BB tikus

VAO = Berat badan hewan(gr) x dosis (mg/grBB)

Konsentrasi

2 ml = 200 gr x 1,03 mg/200 gr BB

[ ]

[ ] = 0,515 mg/ml

VAOtotal = VAO x jumlah tikus

= 2 ml x 5 ekor

= 5 ml

Jumlah Diklofenak = VAOtotal x Konsentrasi

= 5 ml x 0,515 mg/ml

= 2,575 mg dalam 5 ml suspensi Na CMC 1%

Jadi, bila membuat 50 ml menjadi:

2,575 mg x 50 ml = 25,75 mg dalam 50 ml suspensi Na CMC 1%

5 ml

Page 94: analgesik sirih

Lampiran 17. Hasil Pemeriksaan Simplisia Daun Sirih (Piper betle L.)

A. Penetapan nilai susut pengeringan

Berat botol timbang + tutup (berat awal kosong) = 23,6793 g

Berat botol timbang + tutup + simplisia (berat awal) = 24,7052 g

Berat simplisia = 1,0259 g

Tabel 12. Susut pengeringan pada simplisia

No Berat awal

(gram)

Berat akhir

(gram)

Susut pengeringan

1

24,7052

24,6824

4,4 %

2 24,6743

3 24,6633

4 24,6598

Susut pengeringan = berat awal – berat akhir

berat ekstrak

= 24,7052 – 24,6598

1,0259

= 4,4 %

B. Penetapan kadar abu

Berat botol timbang + tutup (berat awal kosong) = 23,7466 g

Berat botol timbang + tutup + simplisia (berat awal) = 24,7892 g

Berat ekstrak = 1,0426 g

X 100 %

X 100 %

Page 95: analgesik sirih

Tabel 13. Kadar abu pada simplisia

No Berat awal

(gram)

Berat akhir

(gram)

Kadar abu

1

24,7892

24,6884

11,68 %

2 24,5384

3 24,2074

4 23,8684

Kadar abu = berat akhir – berat kosong

berat simplisia

= 23,8684 – 23,7466

1,0426

= 11,68 %

C. Penetapan kadar abu tak larut asam

Berat botol timbang + tutup (berat awal kosong) = 23,8571 g

Berat botol timbang + tutup + ekstrak (berat awal) = 24,8597 g

Berat simplisia = 1,0026 g

Tabel 14. Kadar abu tak larut asam pada simplisia

No Berat awal

(gram)

Berat akhir

(gram)

Kadar abu

tak larut asam

1

24,8597

24,7415

4,12 %

2 24,7207

3 24,1099

4 23,8984

X 100 %

X 100 %

Page 96: analgesik sirih

Kadar abu tak larut asam = berat akhir – berak kosong

berat simplisia

= 23,8984 – 23,8571

1,0026

= 4,12 %

X 100 %

X 100 %

Page 97: analgesik sirih

Lampiran 18. Hasil Pemeriksaan Ekstrak Etanol 70% Daun Sirih (Piper betle L.)

A. Penetapan nilai kadar air

Berat botol timbang + tutup (berat awal kosong) = 22,6125 g

Berat botol timbang + tutup + ekstrak (berat awal) = 23,6380 g

Berat ekstrak = 1,0255 g

Tabel 15. Kadar air pada ekstrak

No Berat awal

(gram)

Berat akhir

(gram)

Kadar Air

1

23,6380

23,6174

4,15 %

2 23,6069

3 23,5984

4 23,5954

Kadar air = berat awal – berat akhir

berat ekstrak

= 23,638 – 23,5954

1,0255

= 4,15%

B. Penetapan kadar abu

Berat botol timbang + tutup (berat awal kosong) = 23,8643 g

Berat botol timbang + tutup + ekstrak (berat awal) = 24,8665 g

Berat ekstrak = 1,0022 g

X 100 %

X 100 %

Page 98: analgesik sirih

Tabel 16. Kadar abu pada ekstrak

No Berat awal

(gram)

Berat akhir

(gram)

Kadar Abu

1

24,8665

23,9800

7,90%

2 23,9795

3 23,9671

4 23,9435

Kadar abu = berat akhir – berat kosong

berat ekstrak

= 23,9435 – 23,8643

1,0022

= 7,90 %

X 100 %

X 100 %

Page 99: analgesik sirih

C. Penetapan kadar abu tak larut asam

Berat botol timbang + tutup (berat awal kosong) = 23,5412 g

Berat botol timbang + tutup + ekstrak (berat awal) = 24,5441 g

Berat ekstrak = 1,0029 g

Tabel 17. Kadar abu tak larut asam pada ekstrak

No Berat awal

(gram)

Berat akhir

(gram)

Kadar Abu

Tak Larut Asam

1

24,5441

24,5315

3,52%

2 23,9436

3 23,5770

4 23,5765

Kadar abu tak larut asam = berat akhir – berak kosong

berat ekstrak

= 23,5765 – 23,5412

1,0029

= 3,52 %

X 100 %

X 100 %

Page 100: analgesik sirih

87

Lampiran 19. Data persentase inhibisi geliat pada semua kelompok perlakuan

Tabel 18. Data persen inhibisi geliat pada kelompok perlakuan

Kel Perlakuan Dosis Mencit Jumlah geliat menit ke Jumlah geliat rataan

% inhibisi geliat 5’ 10’ 15’ 20’ 25’ 30’

1 Kontrol negatif 0,5 ml/20 gBB 1 47 42 42 41 21 15 34,67 0 (Na CMC 1%) 2 40 38 37 29 22 14 30 0 3 45 37 35 35 29 15 32,67 0 Rata-rata ± SD 44 39 38 35 24 14,67 0 ± 0 2 Kontrol positif 91 mg/kgBB 1 9 8 5 4 3 1 5 85,57 ( As. mefenamat

0,5% b/v) 2 7 5 4 3 2 2 3,83 87,23

3 6 5 4 2 2 1 3,33 89,81 Rata-rata ± SD 7,33 6 4,33 3 2,33 1 87,54 ± 2,13 3 Ekstrak Daun 216 mg/kgBB 1 28 20 17 9 8 5 14,50 58,17 Sirih 2 24 20 16 14 10 8 15,33 48,90 3 21 20 17 11 8 6 13,83 57,66 Rata-rata ± SD 24,33 20 16,67 11,33 8,67 6,33 54,91 ± 5,21 4 Ekstrak Daun 432 mg/kgBB 1 22 19 12 10 7 5 12,5 63,95 Sirih 2 16 13 10 8 6 4 9,5 68,33 3 11 9 7 5 4 3 6,5 80,10 Rata-rata ± SD 16,33 10,33 9,67 7,67 5,67 4 70,79 ± 8,35 5 Ekstrak Daun 864 mg/kgBB 1 9 7 6 4 3 2 5,16 85,11 Sirih 2 7 5 4 4 3 2 4,16 86,13 3 8 7 6 5 4 3 5,5 83,16 Rata-rata ± SD 8 6,33 5,33 4,33 3,33 2,33 84,80 ± 1,50

Page 101: analgesik sirih

Lampiran 20. Perhitungan % Inhibisi Geliat

1. Ekstrak daun sirih dosis 216 mg/kgBB

a. Mencit Pertama

%inhibisi geliat = 100% - ( jumlah geliatan rataan zat uji x 100%)

jumlah geliat rataan kontrol

= 100% - ( 14,50 / 34,67 x 100%)

= 100% - 41,82%

%inhibisi geliat = 58,17 %

b. Mencit kedua

%inhibisi geliat = 100% - ( jumlah geliatan rataan zat uji x 100%)

jumlah geliat rataan kontrol

= 100% - (15,33 / 30 x 100%)

= 100% - 51,1%

%inhibisi geliat = 48,90 %

c. Mencit ketiga

%inhibisi geliat = 100% - ( jumlah geliatan rataan zat uji x 100%)

jumlah geliat rataan kontrol

= 100% - (13,83 / 32,67 x 100%)

= 100% - 42,33%

%inhibisi geliat = 57,66 %

Page 102: analgesik sirih

Lampiran 21. Hasil Pengamatan Udem Pada Uji Antiinflamasi Tabel 19. Pengukuran volume udem telapak kaki tikus setelah diinduksi

karagenan pada masing-masing perlakuan.

Kel Perlakuan Dosis N Volume udem (mL) selama 5 jam pengamatan 0 1 2 3 4 5

1 Kontrol negatif 2ml/200gBB 1 0,18 0,38 0,40 0,40 0,44 0,40 (Na CMC 1%) 2 0,18 0,36 0,38 0,40 0,42 0,40 3 0,22 0,40 0,48 0,50 0,52 0,48 Rata-rata 0,19 0,38 0,42 0,43 0,46 0,43 SD 0,02 0,02 0,05 0,05 0,05 0,05 2 Kontrol Positif 5,14mg/kgBB 1 0,20 0,24 0,30 0,32 0,36 0,34 (Na diklofenak) 2 0,20 0,26 0,32 0,34 0,36 0,32 3 0,24 0,34 0,40 0,42 0,48 0,46 Rata-rata 0,21 0,28 0,34 0,36 0,40 0,37 SD 0,02 0,05 0,05 0,05 0,07 0,07 3 Ekstrak Daun 108mg/kgBB 1 0,18 0,30 0,36 0,38 0,42 0,40 Sirih 2 0,20 0,34 0,38 0,40 0,4 0,38 3 0,22 0,36 0,42 0,44 0,48 0,44 Rata-rata 0,20 0,33 0,38 0,41 0,43 0,41 SD 0,02 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03 4 Ekstrak Daun 216mg/kgBB 1 0,20 0,34 0,40 0,44 0,46 0,42 Sirih 2 0,22 0,32 0,38 0,40 0,42 0,40 3 0,22 0,32 0,36 0,40 0,40 0,36 Rata-rata 0,21 0,32 0,38 0,41 0,42 0,39 SD 0,01 0,01 0,02 0,02 0,02 0,03 5 Ekstrak Daun 432mg/kgBB 1 0,22 030 0,38 0,38 0,40 0,38 Sirih 2 0,20 0,28 0,34 0,36 0,38 0,34 3 0,20 0,30 0,34 0,36 0,40 0,38 Rata-rata 0,21 0,30 0,35 0,37 0,39 0,36 SD 0,01 0,01 0,02 0,01 0,01 0,02

Page 103: analgesik sirih

Tabel 20. Persentase udem telapak kaki tikus setelah diinduksi karagenan pada masing-masing perlakuan.

Kel Perlakuan Dosis N Waktu pengamatan (jam)

0 1 2 3 4 5 1 Kontrol negatif 2ml/200gBB 1 0 111,1 122,2 122,2 144,4 122,2 (Na CMC 1%) 2 0 100 111,1 122,2 133,3 122,2 3 0 81,81 118,2 127,3 136,4 118,2 Rata-rata 0 97,64 117,2 123,9 138,03 120,86 2 Kontrol Positif 5,14mg/kgBB 1 0 20 50 60 80 70 (Na diklofenak) 2 0 30 60 70 80 60 3 0 41,67 66,67 75 100 91,67 Rata-rata 0 30,56 58,89 68,33 86,67 73,89 3 Ekstrak Daun 108mg/kgBB 1 0 66,67 100 111,1 133,3 55 Sirih 2 0 70 90 100 100 90 3 0 63,63 90,90 100 100 100 Rata-rata 0 66,76 93,63 103,7 118,18 81,67 4 Ekstrak Daun 216mg/kgBB 1 0 70 100 110 130 110 Sirih 2 0 45,45 72,72 81,81 90,90 81,81 3 0 45,45 63,63 81,81 109,09 63,63 Rata-rata 0 53,63 78,78 91,20 109,99 85,15 5 Ekstrak Daun 432mg/kgBB 1 0 36,36 72,72 72,72 81,81 72,72 Sirih 2 0 40 70 80 90 70 3 0 50 70 80 100 90 Rata-rata 0 42,12 70,90 77,57 90,60 77,57

Page 104: analgesik sirih

Tabel 21. Persentase inhibisi udem telapak kaki tikus setelah diinduksi karagenan pada masing-masing perlakuan.

Kel Perlakuan Dosis N Waktu pengamatan (jam) 0 1 2 3 4 5

1 Kontrol negatif 2ml/200gBB 1 0 111,1 122,2 122,2 144,4 122,2 (Na CMC 1%) 2 0 100 111,1 122,2 133,3 122,2 3 0 81,81 118,2 127,3 136,4 118,2 Rata-rata 0 97,64 117,2 123,9 138,03 120,86 2 Kontrol Positif 5,14mg/kgBB 1 0 82 59,08 50,90 44,59 42,72 (Na diklofenak) 2 0 70 46 42,72 39,98 50,90 3 0 49,06 43,60 41,08 26,68 22,44 Rata-rata 0 67,02 49,38 44,90 37,08 38,68 3 Ekstrak Daun 108mg/kgBB 1 0 40 18,16 9,08 7,68 33,16 Sirih 2 0 30 19 18,16 24,98 26,35 3 0 22,22 23,09 21,44 13,35 15,39 Rata-rata 0 30,74 20,08 16,23 15,34 24,96 4 Ekstrak Daun 216mg/kgBB 1 0 37 18,16 9,98 9,97 9,98 Sirih 2 0 54,55 34,54 33,05 31,80 33,05 3 0 44,44 46,16 35,73 20,02 46,16 Rata-rata 0 45,33 32,95 26,25 20,59 29,73 5 Ekstrak Daun 432mg/kgBB 1 0 67,72 40,50 40,50 43,34 40,49 Sirih 2 0 60 37 34,53 32,48 42,72 3 0 38,88 40,77 37,15 26,68 23,85 Rata-rata 0 55,38 39,42 37,39 34,16 35,68

Page 105: analgesik sirih

Lampiran 22. Perhitungan % udem dan %inhibisi udem telapak kaki tikus

1. % udem ekstrak daun sirih dosis 108 mg/kgBB

a. Tikus pertama jam ke-1

% Udem = (X)t – (X)o x 100%

(X)o

= 0,30 – 0,18 x 100%

0,18

= 66,67 %

b. Tikus kedua jam ke-1

% Udem = (X)t – (X)o x 100%

(X)o

= 0,34 – 0,20 x 100%

0,20

= 70 %

c. Tikus ketiga jam ke-1

% Udem = (X)t – (X)o x 100%

(X)o

= 0,36 – 0,22 x 100%

0,22

= 63,63 %

Page 106: analgesik sirih

2. % inhibisi udem ekatrak daun sirih dosis 108 mg/kgBB

a. Tikus pertama jam ke-1

% inhibisi udem = a – b x 100%

a

= 111,1% – 66,67% x 100%

111,1%

= 40 %

b. Tikus kedua jam ke-1

% inhibisi udem = a – b x 100%

a

= 100% - 70% x 100%

100%

= 30 %

c. Tikus ketiga jam ke-1

% inhibisi udem = a – b x 100%

a

= 81,81% - 63-63% x 100%

81,81%

= 22,22 %

Page 107: analgesik sirih

Lampiran 23. Hasil Statistik Uji Efek Analgetik dengan Metode Writhing Test.

1. Uji Normalitas Kolmogorof-Smirnov dan Uji Homogenitas Levene Terhadap

persen inhibisi geliat pada tiap kelompok perlakuan

a. Uji Normalitas Kolmogorof-Smirnov

Tujuan : untuk mengetahui kenormalan data sebagai syarat uji ANOVA

Hipotesis

Ho : Data persen inhibisi geliat yang terdistribusi normal

Ha : Data persen inhibisi geliat yang tidak terdistribusi normal

Pengambilan keputusan

Jika nilai signifikan ≥0,05 maka Ho diterima

Jika nilai signifikan ≤0,05 maka Ho ditolak

Persen inhibisi geliat

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Hasil

N 15

Normal Parametersa Mean 59.6080

Std. Deviation 3.33299E1

Most Extreme Differences Absolute .210

Positive .182

Negative -.210

Kolmogorov-Smirnov Z .813

Asymp. Sig. (2-tailed) .522

a. Test distribution is Normal.

Keputusan : Ho diterima artinya uji normalitas persen inhibisi geliat seluruh

kelompok hewan uji terdistribusi normal.

Page 108: analgesik sirih

b. Uji Homogenitas Levene

Tujuan : Untuk melihat data persen inhibisi analgetik homogen atau tidak.

Hipotesis

Ho : Data persen inhibisi geliat bervariasi homogen

Ha : Data persen inhibisi geliat bervariasi tidak homogen

Pengambilan keputusan

Jika nilai signifikansi maka ≥0,05 Ho diterima

Jika nilai signifikansi maka ≤0,05 Ho ditolak

Persen inhibisi geliat

Test of Homogeneity of Variances

Levene Statistic df1 df2 Sig.

5.654 4 10 .012

Keputusan : Hasil data signifikan (ρ = 0,012) lebih kecil dari 0,05 hal ini

menunjukkan bahwa varian data tidak homogen maka dilanjutkan

dengan uji Kruskal Wallis karena syarat homogenitasnya belum

terpenuhi.

Page 109: analgesik sirih

c. Uji Kruskal Wallis

Tujuan : Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan data persen inhibisi

geliat mencit pada semua kelompok perlakuan yang tidak memenuhi

syarat pengujian ANOVA

Hipotesis

Ho : Data persen inhibisi geliat mencit tidak berbeda secara bermakna

Ha : Data persen inhibisi geliat mencit berbeda secara bermakna

Pengambilan keputusan

Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima

Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak

Persen inhibisi geliat

Test Statisticsa,b

Hasil

Chi-Square 13.329

df 4

Asymp. Sig. .010

a. Kruskal Wallis Test

b. Grouping Variable: Kelompok

Keputusan : Data persen inhibisi geliat mencit pada semua kelompok berbeda

secara bermakna maka dilanjutkan dengan BNT menggunakan metode LSD. Uji

BNT merupakan uji lanjutan yang dilakukan apabila hasil pengujian menunjukkan

adanya perbedaan nilai secara bermakna. Tujuannya adalah untuk menentukan

kelompok mana yang memberikan nilai yang berbeda secara bermakna dengan

kelompok lainnya.

Page 110: analgesik sirih

d. Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) Pada Semua Kelompok Perlakuan

Tujuan : Untuk mengetahui persen inhibisi geliat yang bermakna di antara kelima

kelompok perlakuan.

Hipotesis :

Ho : Tidak terdapat perbedaan yang bermakna di antara kelima kelompok

perlakuan.

Ha : Terdapat perbedaan yang bermakna di antara kelima kelompok perlakuan.

Pengambilan Keputusan :

Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima

Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak

Persen inhibisi geliat

Multiple Comparisons

(I) Kelompok (J) Kelompok

Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

Kontrol negatif Kontrol positif -87.53667* 3.71939 .000 -95.8240 -79.2493

Dosis rendah -54.91000* 3.71939 .000 -63.1973 -46.6227

Dosis sedang -70.79333* 3.71939 .000 -79.0807 -62.5060

Dosis tinggi -84.80000* 3.71939 .000 -93.0873 -76.5127

Kontrol positif Kontrol negatif 87.53667* 3.71939 .000 79.2493 95.8240

Dosis rendah 32.62667* 3.71939 .000 24.3393 40.9140

Dosis sedang 16.74333* 3.71939 .001 8.4560 25.0307

Dosis tinggi 2.73667 3.71939 .479 -5.5507 11.0240

Dosis rendah Kontrol negatif 54.91000* 3.71939 .000 46.6227 63.1973

Kontrol positif -32.62667* 3.71939 .000 -40.9140 -24.3393

Dosis sedang -15.88333* 3.71939 .002 -24.1707 -7.5960

Dosis tinggi -29.89000* 3.71939 .000 -38.1773 -21.6027

Page 111: analgesik sirih

Dosis sedang Kontrol negatif 70.79333* 3.71939 .000 62.5060 79.0807

Kontrol positif -16.74333* 3.71939 .001 -25.0307 -8.4560

Dosis rendah 15.88333* 3.71939 .002 7.5960 24.1707

Dosis tinggi -14.00667* 3.71939 .004 -22.2940 -5.7193

Dosis tinggi Kontrol negatif 84.80000* 3.71939 .000 76.5127 93.0873

Kontrol positif -2.73667 3.71939 .479 -11.0240 5.5507

Dosis rendah 29.89000* 3.71939 .000 21.6027 38.1773

Dosis sedang 14.00667* 3.71939 .004 5.7193 22.2940

Keterangan : * berbeda secara bermakna pada taraf uji 0,05

Kesimpulan :

1. Kelompok kontrol negatif berbeda secara bermakna dengan kelompok

kontrol positif dan seluruh kelompok dosis pada taraf uji 0,05.

2. Kelompok kontrol positif berbeda secara bermakna dengan kelompok

dosis rendah dan dosis sedang sedangkan dengan kelompok dosis tinggi

tidak berbeda secara bermakna pada taraf uji 0,05.

3. Data persen inhibisi geliat semua kelompok dosis ekstrak memperlihatkan

adanya perbedaan secara bermakna antara ketiga dosis tersebut pada taraf

uji 0,05.

Page 112: analgesik sirih

Lampiran 24. Hasil Statistik Uji Efek Antiinflamasi dengan Metode Edema

Buatan pada Telapak Kaki Tikus.

1. Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov dan Uji Homogenitas Levene terhadap

persen inhibisi udem kaki tikus

a. Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov

Tujuan : Untuk melihat distribusi data persen inhibisi udem kaki tikus

Hipotesis

Ho : Data persen inhibisi udem kaki tikus tidak terdistribusi normal

Ha : Data persen inhibisi udem kaki tikus terdistribusi normal

Pengambilan keputusan

Jika nilai signifikansi maka ≥ 0,05 Ho diterima

Jika nilai signifikansi maka ≤ 0,05 Ho ditolak

Persen inhibisi udem

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Jam1 Jam2 Jam3 Jam4 Jam5

N 15 15 15 15 15

Normal Parametersa Mean 39.7247 28.4040 24.9547 21.4367 25.8140

Std. Deviation 2.58721E1 1.88121E1 1.75570E1 1.56372E1 1.75471E1

Most Extreme Differences Absolute .138 .161 .211 .123 .132

Positive .138 .134 .136 .115 .129

Negative -.125 -.161 -.211 -.123 -.132

Kolmogorov-Smirnov Z .533 .624 .817 .476 .511

Asymp. Sig. (2-tailed) .939 .831 .517 .977 .957

a. Test distribution is Normal.

Keputusan : Uji normalitas persen inhibisi udem kaki tikus seluruh kelompok

hewan uji terdistribusi normal.

Page 113: analgesik sirih

b. Uji Homogenitas Levene

Tujuan : Untuk melihat data persen inhibisi udem kaki tikus homogen atau

tidak.

Hipotesis

Ho : Data persen inhibisi udem kaki tikus bervariasi homogen

Ha : Data persen inhibisi udem kaki tikus tidak bervariasi homogen

Pengambilan keputusan

Jika nilai signifikansi ≥ maka 0,05 Ho diterima

Jika nilai signifikansi ≤ maka 0,05 Ho ditolak

Persen inhibisi udem

Test of Homogeneity of Variances

Levene Statistic df1 df2 Sig.

Jam1 2.393 4 10 .120

Jam2 3.937 4 10 .036

Jam3 6.754 4 10 .007

Jam4 1.725 4 10 .221

Jam5 2.581 4 10 .102

Keputusan : Uji homogenitas persen inhibisi udem telapak kaki tikus seluruh

kelompok hewan uji bervariasi homogen kecuali persen inhibisi

telapak kaki tikus pada jam ke-2 dan jam ke-3 (ρ ≥ 0,05)

Kesimpulan : Data persen inhibisi udem telapak kaki tikus jam ke-1, jam ke-4

dan jam ke-5 dapat dilanjutkan dengan ANAVA karena syarat normalitas dan

homogenitasnya telah terpenuhi, sedangkan data persen inhibisi udem telapak

Page 114: analgesik sirih

kaki tikus jam ke-2 dan jam ke-3 dilanjutkan dengan uji Kruskal Wallis karena

syarat normalitas dan homogenitasnya belum terpenuhi.

2. Uji Kruskal Wallis dan BNT (Beda NYata Terkecil) terhadap persen inhibisi

udem kaki tikus.

Tujuan : Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan data persen inhibisi

udem kaki tikus untuk data yang tidak memenuhi syarat pengujian

ANOVA

Hipotesis

Ho : Data persen inhibisi udem kaki tikus tidak berbeda secara bermakna

Ha : Data persen inhibisi udem kaki tikus berbeda secara bermakna

Pengambilan keputusan

Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima

Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak

Persen inhibisi udem

Test Statisticsa,b

Jam2 Jam3

Chi-Square 11.175 12.791

df 4 4

Asymp. Sig. .025 .012

a. Kruskal Wallis Test

b. Grouping Variable: Kelompok

Keputusan : Data persen inhibisi udem telapak kaki tikus jam ke-2 dan jam ke-3

berbeda secara bermakna maka dilanjutkan dengan uji BNT menggunakan metode

LSD. Uji BNT merupakan uji lanjutan yang dilakukan apabila hasil pengujian

Page 115: analgesik sirih

menunjukkan adanya perbedaan nilai secara bermakna. Tujuannya adalah untuk

menentukkan kelompok mana yang memberikan nilai yang berbeda secara

bermakna dengan kelompok lainnya.

Uji BNT (LSD) persen inhibisi udem jam ke-2 dan jam ke-3

Multiple Comparisons

Dependent

Variable (I) Kelompok (J) Kelompok

Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound

Upper

Bound

Jam2 Kontrol negatif Kontrol positif -49.56000* 6.09568 .000 -63.1420 -35.9780

Dosis rendah -20.08333* 6.09568 .008 -33.6654 -6.5013

Dosis sedang -32.95333* 6.09568 .000 -46.5354 -19.3713

Dosis tinggi -39.42333* 6.09568 .000 -53.0054 -25.8413

Kontrol positif Kontrol negatif 49.56000* 6.09568 .000 35.9780 63.1420

Dosis rendah 29.47667* 6.09568 .001 15.8946 43.0587

Dosis sedang 16.60667* 6.09568 .021 3.0246 30.1887

Dosis tinggi 10.13667 6.09568 .127 -3.4454 23.7187

Dosis rendah Kontrol negatif 20.08333* 6.09568 .008 6.5013 33.6654

Kontrol positif -29.47667* 6.09568 .001 -43.0587 -15.8946

Dosis sedang -12.87000 6.09568 .061 -26.4520 .7120

Dosis tinggi -19.34000* 6.09568 .010 -32.9220 -5.7580

Dosis sedang Kontrol negatif 32.95333* 6.09568 .000 19.3713 46.5354

Kontrol positif -16.60667* 6.09568 .021 -30.1887 -3.0246

Dosis rendah 12.87000 6.09568 .061 -.7120 26.4520

Dosis tinggi -6.47000 6.09568 .313 -20.0520 7.1120

Dosis tinggi Kontrol negatif 39.42333* 6.09568 .000 25.8413 53.0054

Kontrol positif -10.13667 6.09568 .127 -23.7187 3.4454

Dosis rendah 19.34000* 6.09568 .010 5.7580 32.9220

Dosis sedang 6.47000 6.09568 .313 -7.1120 20.0520

Jam3 Kontrol negatif Kontrol positif -44.90000* 6.08862 .000 -58.4663 -31.3337

Dosis rendah -16.22667* 6.08862 .024 -29.7930 -2.6604

Page 116: analgesik sirih

Dosis sedang -26.25333* 6.08862 .002 -39.8196 -12.6870

Dosis tinggi -37.39333* 6.08862 .000 -50.9596 -23.8270

Kontrol positif Kontrol negatif 44.90000* 6.08862 .000 31.3337 58.4663

Dosis rendah 28.67333* 6.08862 .001 15.1070 42.2396

Dosis sedang 18.64667* 6.08862 .012 5.0804 32.2130

Dosis tinggi 7.50667 6.08862 .246 -6.0596 21.0730

Dosis rendah Kontrol negatif 16.22667* 6.08862 .024 2.6604 29.7930

Kontrol positif -28.67333* 6.08862 .001 -42.2396 -15.1070

Dosis sedang -10.02667 6.08862 .131 -23.5930 3.5396

Dosis tinggi -21.16667* 6.08862 .006 -34.7330 -7.6004

Dosis sedang Kontrol negatif 26.25333* 6.08862 .002 12.6870 39.8196

Kontrol positif -18.64667* 6.08862 .012 -32.2130 -5.0804

Dosis rendah 10.02667 6.08862 .131 -3.5396 23.5930

Dosis tinggi -11.14000 6.08862 .097 -24.7063 2.4263

Dosis tinggi Kontrol negatif 37.39333* 6.08862 .000 23.8270 50.9596

Kontrol positif -7.50667 6.08862 .246 -21.0730 6.0596

Dosis rendah 21.16667* 6.08862 .006 7.6004 34.7330

Dosis sedang 11.14000 6.08862 .097 -2.4263 24.7063

Keterangan : * berbeda secara bermakna pada taraf uji 0,05

Kesimpulan :

Jam ke-2 dan Jam ke-3

1. Kelompok kontrol negatif berbeda secara bermakna dengan kelompok kontrol

positif, kelompok kontrol dosis rendah, dosis sedang, dan dosis tinggi pada

taraf uji 0,05.

2. Seluruh kelompok berbeda secara bermakna dengan kelompok kontrol positif

kecuali dosis tinggi tidak berbeda secara bermakna pada taraf uji 0,05.

3. Semua kelompok dosis ekstrak memperlihatkan tidak adanya perbedaan secara

bermakna antara ketiga kelompok dosis tersebut pada taraf uji 0,05 kecuali

kelompok dosis rendah dengan kelompok dosis tinggi berbeda secara

bermakna.

Page 117: analgesik sirih

3. Uji Anava Satu Arah

Tujuan : Untuk mengetahui adanya perbedaan yang bermakna dari persen inhibisi

udem kaki tikus tiap kelompok perlakuan

Hipotesis

Ho : Tidak terdapat perbedaan yang bermakna terhadap persen inhibisi udem kaki

tikus tiap kelompok perlakuan.

Ha : Terdapat perbedaan yang bermakna terhadap persen inhibisi udem kaki tikus

tiap kelompok perlakuan.

Pengambilan keputusan :

Jika nilai signifikansi maka ≥ 0,05 Ho diterima

Jika nilai signifikansi maka ≤ 0,05 Ho ditolak

a. Uji ANOVA satu arah terhadap persen inhibisi udem seluruh kelompok hewan

uji pada jam ke-1, jam ke-4 dan jam ke-5.

Persen inhibisi udem

ANOVA

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Jam1 Between Groups 8055.427 4 2013.857 15.306 .000

Within Groups 1315.717 10 131.572

Total 9371.144 14

Jam4 Between Groups 2712.952 4 678.238 9.548 .002

Within Groups 710.354 10 71.035

Total 3423.306 14

Jam5 Between Groups 2836.772 4 709.193 4.812 .020

Within Groups 1473.821 10 147.382

Total 4310.593 14

Page 118: analgesik sirih

Keputusan : Persen inhibisi udem seluruh kelompok pada jam ke-1, jam ke-4

dan jam ke-5 berbeda secara bermakna.

b. Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) jam ke-1, jam ke-4 dan jam ke-5

Tujuan : Untuk mengetahui persen inhibisi udem kaki tikus yang bermakna di

antara keempat kelompok perlakuan.

Hipotesis :

Ho : Tidak terdapat perbedaan volume udem yang bermakna di antara keempat

kelompok perlakuan.

Ha : Terdapat perbedaan volume yang bermakna di antara keempat kelompok

perlakuan.

Pengambilan Keputusan :

Jika nilai signifikansi maka ≥ 0,05 Ho diterima

Jika nilai signifikansi maka ≤ 0,05 Ho ditolak

Persen inhibisi udem

Multiple Comparisons

Depen

dent

Variabl

e (I) Kelompok (J) Kelompok

Mean

Difference (I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

Jam1 Kontrol negatif Kontrol positif -67.02000* 9.36560 .000 -87.8879 -46.1521

Dosis rendah -30.74000* 9.36560 .008 -51.6079 -9.8721

Dosis sedang -45.33000* 9.36560 .001 -66.1979 -24.4621

Dosis tinggi -55.53333* 9.36560 .000 -76.4012 -34.6655

Page 119: analgesik sirih

Kontrol positif Kontrol negatif 67.02000* 9.36560 .000 46.1521 87.8879

Dosis rendah 36.28000* 9.36560 .003 15.4121 57.1479

Dosis sedang 21.69000* 9.36560 .043 .8221 42.5579

Dosis tinggi 11.48667 9.36560 .248 -9.3812 32.3545

Dosis rendah Kontrol negatif 30.74000* 9.36560 .008 9.8721 51.6079

Kontrol positif -36.28000* 9.36560 .003 -57.1479 -15.4121

Dosis sedang -14.59000 9.36560 .150 -35.4579 6.2779

Dosis tinggi -24.79333* 9.36560 .024 -45.6612 -3.9255

Dosis sedang Kontrol negatif 45.33000* 9.36560 .001 24.4621 66.1979

Kontrol positif -21.69000* 9.36560 .043 -42.5579 -.8221

Dosis rendah 14.59000 9.36560 .150 -6.2779 35.4579

Dosis tinggi -10.20333 9.36560 .302 -31.0712 10.6645

Dosis tinggi Kontrol negatif 55.53333* 9.36560 .000 34.6655 76.4012

Kontrol positif -11.48667 9.36560 .248 -32.3545 9.3812

Dosis rendah 24.79333* 9.36560 .024 3.9255 45.6612

Dosis sedang 10.20333 9.36560 .302 -10.6645 31.0712

Jam4 Kontrol negatif Kontrol positif -37.08333* 6.88164 .000 -52.4166 -21.7501

Dosis rendah -15.33667* 6.88164 .050 -30.6699 -.0034

Dosis sedang -20.59667* 6.88164 .014 -35.9299 -5.2634

Dosis tinggi -34.16667* 6.88164 .001 -49.4999 -18.8334

Kontrol positif Kontrol negatif 37.08333* 6.88164 .000 21.7501 52.4166

Dosis rendah 21.74667* 6.88164 .010 6.4134 37.0799

Dosis sedang 16.48667* 6.88164 .038 1.1534 31.8199

Dosis tinggi 2.91667 6.88164 .681 -12.4166 18.2499

Dosis rendah Kontrol negatif 15.33667* 6.88164 .050 .0034 30.6699

Kontrol positif -21.74667* 6.88164 .010 -37.0799 -6.4134

Dosis sedang -5.26000 6.88164 .462 -20.5932 10.0732

Dosis tinggi -18.83000* 6.88164 .021 -34.1632 -3.4968

Dosis sedang Kontrol negatif 20.59667* 6.88164 .014 5.2634 35.9299

Kontrol positif -16.48667* 6.88164 .038 -31.8199 -1.1534

Dosis rendah 5.26000 6.88164 .462 -10.0732 20.5932

Dosis tinggi -13.57000 6.88164 .077 -28.9032 1.7632

Page 120: analgesik sirih

Dosis tinggi Kontrol negatif 34.16667* 6.88164 .001 18.8334 49.4999

Kontrol positif -2.91667 6.88164 .681 -18.2499 12.4166

Dosis rendah 18.83000* 6.88164 .021 3.4968 34.1632

Dosis sedang 13.57000 6.88164 .077 -1.7632 28.9032

Jam5 Kontrol negatif Kontrol positif -38.68667* 9.91235 .003 -60.7728 -16.6006

Dosis rendah -24.96667* 9.91235 .030 -47.0528 -2.8806

Dosis sedang -29.73000* 9.91235 .013 -51.8161 -7.6439

Dosis tinggi -35.68667* 9.91235 .005 -57.7728 -13.6006

Kontrol positif Kontrol negatif 38.68667* 9.91235 .003 16.6006 60.7728

Dosis rendah 13.72000 9.91235 .196 -8.3661 35.8061

Dosis sedang 8.95667 9.91235 .387 -13.1294 31.0428

Dosis tinggi 3.00000 9.91235 .768 -19.0861 25.0861

Dosis rendah Kontrol negatif 24.96667* 9.91235 .030 2.8806 47.0528

Kontrol positif -13.72000 9.91235 .196 -35.8061 8.3661

Dosis sedang -4.76333 9.91235 .641 -26.8494 17.3228

Dosis tinggi -10.72000 9.91235 .305 -32.8061 11.3661

Dosis sedang Kontrol negatif 29.73000* 9.91235 .013 7.6439 51.8161

Kontrol positif -8.95667 9.91235 .387 -31.0428 13.1294

Dosis rendah 4.76333 9.91235 .641 -17.3228 26.8494

Dosis tinggi -5.95667 9.91235 .561 -28.0428 16.1294

Dosis tinggi Kontrol negatif 35.68667* 9.91235 .005 13.6006 57.7728

Kontrol positif -3.00000 9.91235 .768 -25.0861 19.0861

Dosis rendah 10.72000 9.91235 .305 -11.3661 32.8061

Dosis sedang 5.95667 9.91235 .561 -16.1294 28.0428

Keterangan : * berbeda secara bermakna pada taraf uji 0,05

Kesimpulan :

a. Jam ke-1 dan Jam ke-4 1. Kelompok kontrol negatif berbeda secara bermakna dengan kelompok kontrol

positif, kelompok kontrol dosis rendah, dosis sedang, dan dosis tinggi pada

taraf uji 0,05.

Page 121: analgesik sirih

2. Seluruh kelompok berbeda secara bermakna dengan kelompok kontrol positif

kecuali dosis tinggi tidak berbeda secara bermakna pada taraf uji 0,05.

3. Semua kelompok dosis ekstrak memperlihatkan tidak adanya perbedaan secara

bermakna antara ketiga kelompok dosis tersebut pada taraf uji 0,05 kecuali

kelompok dosis rendah dengan kelompok dosis tinggi berbeda secara

bermakna.

b. Jam ke-5

1. Kelompok kontrol negatif berbeda secara bermakna dengan kelompok kontrol

positif, kelompok kontrol dosis rendah, dosis sedang, dan dosis tinggi pada

taraf uji 0,05.

2. Seluruh kelompok ekstrak tidak berbeda secara bermakna dengan kelompok

positif kecuali dengan kelompok kontrol negatif berbeda secara bermakna

pada taraf uji 0,05.