analgesik opioida

26
OBAT ANALGESIK Analgesik : Obat yang dapat Analgesik : Obat yang dapat mengurangi atau mengurangi atau menghilangkan rasa menghilangkan rasa nyeri nyeri Nyeri didefinisikan sbg sensasi yg Nyeri didefinisikan sbg sensasi yg tdk menyenangkan yg dapat berupa tdk menyenangkan yg dapat berupa akut akut atau atau kronik kronik dan merupakan dan merupakan akibat dari proses neurokimia yg akibat dari proses neurokimia yg komplek di sistem saraf perifer dan komplek di sistem saraf perifer dan sistem saraf pusat. sistem saraf pusat.

Upload: bangkit99

Post on 26-Sep-2015

258 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

farmakologi

TRANSCRIPT

  • OBAT ANALGESIK

    Analgesik : Obat yang dapat mengurangi atau

    menghilangkan rasa nyeri

    Nyeri didefinisikan sbg sensasi yg tdk menyenangkan yg dapat berupa akut atau kronik dan merupakan akibat dari proses neurokimia yg komplek di sistem saraf perifer dan sistem saraf pusat.
  • OBAT ANALGESIK

    Untuk mengurangi/menghilangkan rasa nyeri bergantung pd jenisnya. Misalnya, untuk sakit kepala atau nyeri artritis yg ringan sampai sedang, penggunaan obat analgesik non-narkotika atau antiinflamasi non-steroid (AINS) sangat efektif. Tetapi, untuk nyeri yg hebat atau kronik, mis karena penyakit kanker, analgesik opioida/narkotika biasanya merupakan drug of choice.
  • OBAT ANALGESIK

    Berdasarkan kekuatan efek analgesik, gol obat analgesik terbagi atas :

    1. Analgesik Non-Narkotika/Non-Opioida

    2. Analgesik Narkotika/Opioida

  • OBAT ANALGESIK OPIOIDA/ NARKOTIKA

    Reseptor nyeri bila mendapatkan rangsangan

    nyeri akan memulai terjadi aktivasi pd serat aferen

    primer sampai pd sinap di dorsal horn dari spinal cord (medula spinalis).

    Relay neuron pd dorsal horn mentransmisikan informasi nyeri ke korteks sensori melalui neuron di batang otak.Transmiter yg berperan dalam hal ini al. substans P, calcitonin gene-related peptide, bradikinin yg dilepaskan oleh serat aferen primer.
  • OBAT ANALGESIK OPIOIDA/ NARKOTIKA

    Aktivitas relay neuron dari dorsal horn dimodulasi oleh inhibitory inputs, yg meliputi local interneuron yg melepaskan peptida opioida spt endorfin, dinorfin, dan enkefalin. Jadi pelepasan peptida opioida endogen pd batang otak dan spinal cord dapat mengurangi aktivitas relay neuron pada dorsal horn dan dapat menyebabkan analgesia.
  • OBAT ANALGESIK OPIOIDA/ NARKOTIKA

    Analgesik opioida adalah obat yg menyerupai peptida opioida endogen yg menyebabkan perpanjangan aktivasi reseptor opioida. Ini menimbulkan analgesia, depresi respirasi, euforia, dan sedasi.
  • OBAT ANALGESIK OPIOIDA/ NARKOTIKA

    Istilah opioida digunakan utk menunjukkan gol obat yg efek farmakologinya menyerupai morfin. Jadi opioida adalah senyawa atau obat alam atau sintetik yang menghasilkan efek serupa dengan efek morfin.Opiat : gol obat yg berasal dari opium & semisintetik dr morfin, yg memp kemiripan struktur dg morfin.Opium : getah yg berasal dari kotak biji tanaman Papaver somniferum.
  • OPIOIDA

    ANALGESIK OPIODA

    Kuat Moderat

    Morfin Meptazinol

    Diamorfin(Heroin) Pentazosin

    Fenazosin Kodein

    Levorfanol Dihidrokodein

    Petidin

    Metadon

    Meperidin

    PEPTIDA ENDOGEN

    Endorfin

    Dinorfin

    Enkefalin

  • KLASIFIKASI ANALGESIK OPIOIDA

    Berdasarkan sumber :

    Opioida Alam: morfin, kodein, & tebain (dari tanaman Papaver somniferum)Opioida Semisintetik : heroin, hidromorfon, levorvanol, nalorfin, buprenorfin, Opioida Sintetik: petidin, fentanil, metadon, dektropropoksifen, pentazosin
  • KLASIFIKASI ANALGESIK .

    Berdasarkan kerjanya :

    Agonis Opioida (Morphine-like opioid agonist)

    Agonis kuat : Morfin, heroin, fentanil, petidin, meperidin, metadon, fenazosin, sulfentanil, & levorfanol)

    Bekerja sbg agonis terutama pd reseptor , juga pd reseptor dan .

    Agonis lemah/sedang : Konidin, oksikodon, pentazosin, meptazinol

    Antagonis Opioida (Opiod antagonist)

    (Contoh : Nalokson, naltrekson)

    Bekerja menghambat/memblok kerja opioida.

    Agonis-Antagonis Opioida (Mixed agonist-antagonist)

    (Contoh : Nalorfin, pentazosin, siklazosin, meptazinol, bufrenorfin)

    Dpt bersifat sbg agonis atau antagonis pd reseptor2 ttt.

  • RESEPTOR OPIOIDA

    Semua obat gol ini bekerja melalui interaksi dg reseptor opioida spesifik di SSP menghasilkan efek yg serupa dg kerja neurotransmiter peptida endogen.

    Reseptor utama opioida : , , dan . Yg lainnya:

    Interaksi opioid dg reseptor-reseptor tsb memberikan efek yg berbeda.

    Interaksi dg reseptor memberikan efek analgesik, depresi respirasi, miosis, menurunkun motilitas sal pencernaan, & euforia.

  • RESEPTOR OPIOIDA

    Interaksi dg reseptor di otak & ssm tl blkng memberikan efek analgesik, miosis, depresi respirasi (lebih kecil), & disforia.

    - Interaksi dg reseptor memberikan efek analgesik

    Interaksi dg reseptor memberikan efek psikotomimetik, mis. disforia & halusinasi.

  • RESEPTOR OPIOIDA

    Kerja agonis, antagonis, dan agonis-antagonis opioida terhadap reseptor opioida

    Jenis obatJenis reseptor

    - Morfin++ ++

    - Fentanil+++ ++

    - Petidin++ ++

    - Pentazosin-?++

    - Nalbufin-?++

    - Nalokson---

    - Nalorfin-?+

  • Morfin & opioda agonis lain memberikan efek utama pd ssp dan saluran pencernaan, dg bekerja sbg agonis terutama pd reseptor . Obat ini memberikan bermacam-macam efek yg meliputi analgesik, perubahan mood, sedasi, depresi respirasi, penurunan motilitas GI tract, depresi pusat vasomotor (menyebabkan hipotensi postural), miosis, nausea, muntah, dsb.

    EFEK FARMAKOLOGI MORFIN & ANALGESIK OPIOIDA LAIN

  • .EFEK FARMAKOLOGI MORFIN

    Efek pd SSP

    a. Analgesia

    - Memberikan efek analgesik tp tanpa menghilangkan

    kesadaran.

    - Kadang2 rasa nyeri masih ada tp sensasi nyeri itu tdk mengganggu (pasien merasa comfortable).

    - Efek analgesik ditimbulkan paling sedikit oleh mekanisme berikut :

    * Penghambatan pelepasan neurotransmiter

    (substan P) pd prasinap neuron aferen di dorsal

    horn (di spinal cord).

    * Hiperpolarisasi sel saraf yg disebabkan oleh

    bertambahnya hantaran/konduksi K+

  • .EFEK FARMAKOLOGI MORFIN

    b. Euforia

    - Morfin menimbulkan perasaan senang yg kuat

    (euforia), shg kegelisahan atau ketidak nyamanan

    yg disebabkan oleh rasa sakit akan berkurang.

    - Euforia yg ditimbulkan bergantung pd keadaan. Pd

    pasien yg benderita nyeri, efek ini akan terasa

    sekali, tp pd pasien yg terbiasa dg rasa nyeri kronik,

    efek euporia tdk begitu terasa.

    - Efek euforia ber-beda2 utk obat2 analgesik opioida

    ini. Kodein dan pentazosin tdk memberikan efek

    euforia, dan nalorfin pd dosis analgesik malah

    menimbulkan disforia.

  • .EFEK FARMAKOLOGI MORFIN

    Depresi respirasi

    - Morfin dpt menyebabkan depresi pernapasan, paling

    sedikit sebagian mel efek langsung pd pusat

    pernapasan di batang otak, shg terjadi penurunan

    sensitivitas pusat pernapasan terhadap CO2.

    - Efek depresi pd pernapasan terjadi pd dosis kecil dan

    meningkat bila dosisnya dinaikan.

    - Morfin tdk mendepresi pusat medula yg mengontrol

    fungsi kardiovaskular (sebaliknya dg obat hipnotik

    sedatif).

    - Depresi pernapasan merupakan penyebab terjadinya

    kematian pd orang yg mengalami keracunan morfin.

  • .EFEK FARMAKOLOGI MORFIN

    Depresi refleks batuk

    - Supresi batuk oleh morfin tdk berkorelasi dg efek

    analgesik dan depresi pernapasan.

    - Kodein (OH pd morfin diganti dg OCH3) pd dosis di

    bawah dosis analgesik memberikan efek supresi batuk

    yg kuat, shg digunakan sbg obat batuk (antitusif).

    Miosis

    - Morfin dan sebagian besar agonist dan menyebabkan kontriksi pupil (miosis). Ini disebabkan oleh stimulasi pd nukleus saraf okulomotor.

    - Pin-point pupil merupakan tanda yg khas pd orang yg mengalami overdosis morfin, krn kebanyakan pd orang yg mengalami koma dan depresi pernapasan terjadi dilatasi pupil.

  • .EFEK FARMAKOLOGI MORFIN

    Nause dan emesis

    - Nausea dan emesis adalah efek yg tdk diinginkan

    dari morfin, yg disebabkan oleh stimulasi langsung

    chemoreceptor trigger zone (CTZ) di daerah

    postrema medula.

    - Efek emetik morfin dpt dicegah oleh antagosis opioida,

    nalokson.

    Sal pencernaan

    * Pd lambung : Motilitas lambung wkt pengosongan

    lambung kemungkinan refluk usofagus.

    Tonus lambung dan duodenum absorpsi obat yg

    diberikan secara oral terhambat.

  • .EFEK FARMAKOLOGI MORFIN

    Sal pencernaan

    * Pd usus halus : motilitas dan tonus otot polos usus halus . Air dalam usus banyak terabsorpsi dan sekresi intestin berkurang viskositas isi usus konstipasi.

    * Pd usus besar : gelombang peristaltik kolon dan tonus kolon smp terjadi spasmus pengeluaran isi kolon tertahan.

    Sistem kardiovaskular

    - Morfin menyebabkan vasodilatasi arteri dan vena krn morfin menstimulasi pelepasan histamin dr mast cells hipotensi

  • .EFEK FARMAKOLOGI MORFIN

    Farmakokinetik

    Absorpsi

    - Umumnya, analgesik opioida mudah diabsorpsi

    dr sal pencernaan, tp pemberian subkutan &

    intramuskular lebih cepat terabsorpsi.

    - Opioida yg lebih lipofilik lebih mudah diabsorpsi

    mel mukosa hidung atau bukal.

  • .EFEK FARMAKOLOGI MORFIN

    Distribusi

    - Morfin dlm plasma darah akan terikat oleh

    protein + 1/3-nya.

    - Morfin tdk bertahan di jaringan, dan 24 jam

    setelah pemberian terakhir, kons dlm jaringan

    sangat rendah.

    - Morfin melewati blood-brain barrier jauh lebih

    lambat drpd opioida yg lebih larut dlm lemak

    spt kodein, heroin, dan metadon.

  • .EFEK FARMAKOLOGI MORFIN

    Metabolisme & Ekskresi

    - Kebanyakan analgesik opioida mengalami first-

    fast metabolism, shg kurang efektif bila

    diberikan secara oral drpd secara parenteral.

    - Wkt paruh dlm plasma sktr 3-6 jam.

    - Metabolisme dlm hati merupakan cara utama

    utk menginaktivasi morfin biasanya mel

    konyugasi dg glukuronida pd ggs 3-OH.

    - Morfin dieksresikan sbg morfin-3-glukuronid

    mel urin, dan juga empedu; 90% dr ekskresi

    total terjadi selama hari pertama.

  • .EFEK FARMAKOLOGI MORFIN

    Toleransi dan kebergantungan

    Toleransi

    - berkembang dg cepat dan dapat diditeksi

    dalam 12-24 jam dr pemberian morfin.

    - terjadi pd hampir semua efek morfin termasuk

    analgesia, euforia, dan depresi pernapasan, tp

    lebih kecil efeknya pd konstipasi dan konstriksi

    pupil.

    - Perkembangan toleransi trhdp salah satu

    opioida blm tentu terjadi trhdp opioida lain. Bila

    terjadi cross-tolerance mungkin krn kedua

    obat itu bekerja pd reseptor yg sama.

  • .EFEK FARMAKOLOGI MORFIN

    Kebergantungan

    - Kebergantungan fisik dan psikis dpt terjadi

    terutama trhdp opioida kuat, dan penghentian

    pemakaian secara tiba2 dpt menyebabkan

    withdrawal syndrome.