anak itp

33
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN PURPURA TROMBOSITOPENIK IDIOPATI ( ITP ) Disusun Oleh : Disusun oleh : 1. Dian Permata Sari P17420211061 2. Tyas Aminurokhmah P17420211098 3. Uppik Adhia Wirawanti P17420211099 Kelas II B KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN SEMARANG PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PURWOKERTO 2012/2013

Upload: lutvy-lfc

Post on 04-Jul-2015

1.853 views

Category:

Documents


19 download

TRANSCRIPT

Page 1: Anak   itp

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA KLIEN DENGAN

PURPURA TROMBOSITOPENIK IDIOPATI

( ITP )

Disusun Oleh :

Disusun oleh :

1. Dian Permata Sari P17420211061

2. Tyas Aminurokhmah P17420211098

3. Uppik Adhia Wirawanti P17420211099

Kelas II B

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN SEMARANG

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

PURWOKERTO

2012/2013

Page 2: Anak   itp

KONSEP DASAR

IDIOPATHIC TROMBOCYTOPENIC PURPURA ( ITP )

A. PENGERTIAN

1. Idiopathic Trombocytopenia Purpura ( ITP ) ialah suatu keadaan perdarahan

berupa petekie atau ekemosis di kulit / selaput lendir dan berbagai jaringan

dengan penurunan jumlah trombosit karena sebab yang tidak diketahui ( ITP

pada anak sering terjadi pada umur 2 – 8 tahun ), lebih sering terjadi pada

wanita. (Kapita Selekta Kedokteran jilid 2, 2000)

2. ITP adalah sindrom yang didalamnya ter ITP adalah suatu penyakit

perdarahan yang didapat sebagai akibat dari penghancuran trombosit yang

berlebihan (Suraatmaja, 2000).

3. ITP adalah salah satu gangguan perdarahan didapat yang paling umum terjadi,

(Perawatan Pediatri Edisi 2, 2002).

B. ETIOLOGI

Penyebab yang pasti belum diketahui, tatapi dikemukakan berbagai kemungkinan

diantaranya ialah :

1. Hipersplenisme

2. Infeksi virus ( demam berdarah, morbili, varisela, rubella, dsb ).

3. Intoksikasi makanan atau obat ( asetosal, PAS, fenilbutazon, diamox, kina,

sedormid )

4. Bahan kimia.

5. Pengaruh fisis ( radiasi, panas ).

6. Kekurangan faktor pematangan ( misalnya malnutrisi ).

7. DIC ( misalnya pada DSS, leukimia, respiratory distress syndrome pada

neonatus ).

8. Mekanisme imun yang menghancurkan trombosit.

9. Kelemahan pada endotel pembuluh darah.

Page 3: Anak   itp

C. PATOFISIOLOGI

Sebagai kelaimam yang bersifat autoimun, ITP sangat sering terjadi sebagai

gangguan terisolasi, tetapi kadang – kadang sebagai manifestasi pertama SLE.

Meskipun bentuk akut diketahui pada anak – anak, sebagian besar penderita

adalah wanita dewasa berumur antara 20 dan 40 tahun.

IgG antitrombosit reaktif dengan glikoprotein permukaan sel telah diidentifikasi

dalam serum kebanyakan kasus ITP. Dengan teknik – teknik khusus,

immunoglobulin juga dapat ditunjukan terikat pada permukaan trombosit. Limpa

memainkan peran penting dalam patogenesis kelainan ini. Limpa merupakan

tempat utama produksi antibodi antitrombosit dan destruksi trombosit yang

dilapisi IgG. Pada lebih dari dua pertiga penderita, splenektomi akan dikuti

kembalinya hitung trombosit menjadi normal dan remisi lengkap penyakitnya.

Limpa biasanya nampak normal sekali, atau mungkin disertai sedikit pembesaran

saja. Splenomegali demikian yang mungkin terjadi sebagai akibat bendungan

sinusoid dan pembesaran folikel –folikel limfoid, yang memeliki sentra germina

mencolok. Secara histologi sumsum tampak normal, tetapi biasanya dapat

menunjukan peningkatan jumlah megakariosit, kebanyakan megakariosit hanya

berinti satu dan diduga masih muda. Gambaran sumsum serupa dicatat dalam

berbagai bentuk trombositopeni sebagai akibat perusakan trombosit yang

dipercepat. Kepentingan pemeriksaan susmsum ialah untuk menyimgkirkan

trombositopeni sebagai akibat kegagalan sumsum. Entu saja temuan penting pada

umumnya terbatas pada perdarahan sekunder. Perdarahan dapat tampak

menyebar ke seluruh tubuh, khususnya dalan lapisan – lapisan serosa dan mukus.

Page 4: Anak   itp

D. PATHWAY

E. MANIFESTASI KLINIS

Page 5: Anak   itp

1. Masa prodroal – keletihan, demam, dan nyeri abdomen.

2. Secara spontan timbul petekia dan ekimosis pada kulit.

3. Mudah memar.

4. Epistaksis ( gejala awal pada sepertiga anak ).

5. Perdarahan traktus genitrourinarius ( menoragia, hematuria ) jarang.

6. Traktus digestivus ( hematemesis, melena ).

7. Perdarahan rongga mulut ( jarang ).

8. Pada mata ( konjungtiva, retina ).

9. Pada ITP akut dan berat dapat timbul pula pada selaput lendir yang berisi

darah ( bula hemoragik ).

10. Perdarahan pada SSP ( perdarahan subdural dan lain – lain ). Jarang terjadi.

11. Demam ringan 1 – 6 minggu sebelum tinbul gejala bila terdapat perdarahan

berat atau perdarahan traktus gastrointestinalis.

12. Renjatan ( shock ) dapat terjadi bila kehilangan banyak darah.

F. KLASIFIKASI

1. Akut

a. Awalnya dijumpai trombositopenia pada anak.

b. Paling sering, 90% sembuh sendiri dalam satu tahun.

c. Jumlah trombosit kembali normal dalam 6 bulan setelah diagnosa.

d. Tidak dijumpai kekambuhan berikutnya.

2. Kronik

a. 10 %, kasusnya dapat dianggap kronis apabila trombositopenia

berlangsung lebih dari 100 hari.

b. Trombositopenia berlangsung lebih dari 6 bulan setelah diagnosa.

c. Awitan tersembunyi dan berbahaya.

d. Jumlah trombosit tetap dibawah normal selama penyakit.

e. Bentuk ini terutema terjadi pada orang dewasa.

f. Keadaannya berlangsung dengan keadaan remisi dan relaps berganti –

ganti.

Page 6: Anak   itp

g. Selama relaps, terjadi memar – memar yang dapat besar sekali, dan dapat

terjadi perdarahan melalui hidumg, milut, uterus, atau saluran kemih.

h. Limpa teraba pada kurang dari sepertiga kasus.

i. Relaps dapat berakhir kira – kira dalam 1 tahun.

3. Kambuhan

a. Mula – mula terjadi trombositopenia.

b. Relaps berulang.

c. Jumlah trombosit kembali normal diantara waktu kambuh.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Uji Laboratorium dan Diagnostik :

1. Jumlah trombosit – menurun sampai kurang dari 40.000 mm3.

2. Hitung darah lengkap ( CBC ) – anemia karena ketidakmampuan sel darah

merah ( SDM ) menggunakan zat besi.

3. Aspirasi susmsum tulang – peningkatan megakariosit.

4. Jumlah leukosit – leukosits ringan sampai sedang : eosinofilia ringan.

5. Uji antibodi trombosit – dilakukan bila diagnosis diragukan.

a. Biopsi jaringan pada kulit dan gusi – diagnostik.

b. Uji antibodi antinuklir – untuk menyingkirkan kemungkinan lupus

eritematosus sistemik ( SLE ).

c. Pemeriksaan dengan slit lamp – untuk melihat adanya uveitis.

d. Biopsi ginjal – untuk mendiagnosis keterlibatan ginjal.

e. Foto toraks dan uji fungsi paru – diagnostik untuk manifestasi paru

( efusi, fibrosis interstitial paru ).

H. KOMPLIKASI

1. Reaksi transfusi.

2. Relaps.

3. Perdarahan susunan saraf pusat ( kurang dari 1 % kasus yang terkena ).

Page 7: Anak   itp

I. PENATALAKSANAAN

1. Penatalaksanaan Medis

Tujuan pengobatan pada gangguan ini adalah mengurangi produksi antibodi

dan destruksi trombosit, seerta meningkatkan dan mempertahankan jumlah

trombosit.

a. Gamma Globulin

Infus gamma globulin intravena ( sandoglobin; Gamium N ) diikuti

dengan kenaikan hitung teombosit yang bertahan. Dosis besar gamma

globulin gamma intravena ( 400 mg/ kg selama 5 hari ) menginduksi

remisi pada banyak kasus ITP akut dan kadang – kadang pada ITP kronis.

Percobaan terkendali acak menunjukan efektifitas globulin G imun

( IGIV ), 19/kg/ 24 jam selama 1 atau 2 hari berturut – turut dalam

mengurangi frekuensi trombositopenia berat ( hitung trombosit kurang

lebih 20 x 10

b. Terapi kortikosteroid

Meskipun kortikosteroid tidak menunjukan jumlah kasus kronis,

kortikosteroid bermanfaat karena menngurangi keparahan dan

menyingkirkan lama sakit pada fase awal. Pada kasus yang lebih berat,

tatapi dengan kortikosteroid, seperti prednison dengan dosis 1 – 2

mg/kg/24 jam dalam dosis terbagi atau ekuivalensinya terindikasi.

Beberapa ahli menganjurkan pemeriksaan sumsum tulang untuk

menyingkirkan leukimia sebelum memulai prednison. Keperluan akan

terapi kortikosteroid diperdebatkan, meskipun hitung tromosit kembali ke

tingkat hemostatis lebih cepat dengan terapi seperti itu. Terapi ini

diteruskan sampai hitung trombosit normal atau selama 3 minggu, mana

saja yang terjadi pertama. Pada titik ini terapi steroid sebaiknya

dihentikan, meskipun hitung trombosit tetap rendah. Tetapi kortikosteroid

berkepanjangan tidak terindikasi dan dapat menekan sumsum tulang,

disamping menyebabkan perubahan cushingoid dan gagal tumbuh. Jika

trombositopenia menetap selama 4 – 6 bulan, pemberian singkat kedua

terapi kortikosteroid atau imunoglobulin intravena dapat diberikan.

Page 8: Anak   itp

c. Transfusi darah

Transfusi darah atau suspensi trombosit sedikit saja gunanya, karena

trombosit yang ditransfusikan akan capat sekali menghilang.

d. Steriod

Sangat berguna pada kasus akut jika perdarahannya berat. Pengobatan

rumat mungkin diperlukan selama kira – kira 4 minggu untuk menaikkan

kadar trombosit sampai mencapai 50 x 10 /L. Karena efeknya yang

terbaik adalah pada minggu pertama, maka steroid harus diberikan pada

saat itu ( bila memang diputuskan untuk diberikan ) atau tidak sama sekali.

e. Splenektomi

Berbahaya dan tidak perlu pada kasus akut. Kira – kira 60 – 70 % kasus

kronis dapat sembuh dengan splenektomi, teapi harus diingat :

1) Hanya diprlukan bila kecenderungan perdarahan tidak dapat

dikendalikan engan steroid. ( nilai aktual trombosit tidak penting ).

2) Selanjutnya dapat mengakibatkan infeksi.

3) Jika gangguan ini berlangsung lebih dari satu tahun atau anak itu

berusia lebih dari 5 tahun.

Page 9: Anak   itp

ASUHAN KEPERAWATAN PADA

PURPURA TROMBOSITOPENI IDIOPATI

A. PENGKAJIAN

1. Hematologi

a. Tanda – tanda vital

1) Nadi cepat

2) Pernapasan

b.Tampilan umum

1)Tanda – tanda gagal jantung kongesif

2) Gelisah

c.Kulit

1)Warna kulit pucat, ikterus

2)Petekie

3)Memar

4)Perdarahan dari membran mukosa atau dari luka suntikan atau pungsi vena.

d.Abdomen

1)Pembesaran hati

2)Pembesaran limpa

3)Tentukan lokasi daerah purpura

4)Tentukan tempat perdarahan

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri berubungan dengan epistaksis.

2. Nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan akumulasi lemak.

3. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan perubaan sirkulasi (ekimosis ).

.

Page 10: Anak   itp

C. INTERVENSI

DX I

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selam aproses

keperawatan diharapkan nyeri dapat berkurang atau hilang.

NOC : Pain Cntrol ( Kontrol nyeri )

Kriteria Hasil :

1. Mengenali faktor penyebab nyeri

2. Mengenali serangan nyeri

3. Menggunakan metode pencegahan

4. Menggunakan metode nonanalgetik

5. Mengebali gejala nyeri

6. Melaporkan nyeri sudah terkontrol

Skala Indikator

1. Tidak pernah dilakukan

2. Jarang dilakukan

3. Kadang dilakukan

4. Sering dilakukan

5. Selalu dilakukan

NIC : Pain Management ( Manajemen nyeri )

Intervensi :

1. Kaji tentang nyeri secara komprehensif ( lokasi, karakteristik, frekuensi,

kualitas, intensitas, faktor pencetus )

2. Observasi penyebab ketudaknyamanan dari nonverbal

3. Gunakan strategi komunukasi terapeutik

4. Berikan informasi tentang nyeri, penyebab, berapa lama dan antisipasi

ketergantunagan

5. Ajarkan teknik nonfarmakologok untuk mengurangi nyeri

6. Tingkatkan istirahat atau tidur untuk memfasilitasi manajemen nyeri

Page 11: Anak   itp

DX II

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan

diharapkan nutrisi pasien seimbang

NOC : Nutitional Status : food and fluid intake ( Status nutrisi : masukan

makanan dan cairan ).

Kriteria hasil :

1. Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan

2. Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan

3. Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi

4. Berikan makanan yang terpilih ( sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi )

Skala indikator :

1: Tidak pernah menunjukan

2: Jarang menunjukan

3: Kadang menunjukan

4: sering menunjukan

5: selalu menunjukan

NIC : Nutrition Monitoring ( Monitor nutisi )

Intervensi :

1. BB pasien dalam batas normal

2. Monitor interaksi anak atau orang tua selama makan

3. Monitor turgor kulit

4. Monitor makanan kesukaan

5. Monitor kalori dan intake nutrisi

Page 12: Anak   itp

DX III

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan

selama proses keperawatan diharapkan integritas kulit kembali baik dan

iritasi kulit minimal.

NOC : Tissue Integritas : Skin and mucus membrane

Kriteria Hasil :

1. Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan.

2. Tidak ada luka / lesi pada kuit

3. Perfusi jarinngan baik

4. Menunjukan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah

terjadinya cedera beerulang

5. Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan

perawatan alami

Indikator skala

1 : Kompromi luar biasa

2 : Kompromi sekali

3 : Kompromi baik

4 : Kompromi sedang

5 : Tidak ada kompromi

NIC : Pressure Management

Intervensi :

1. Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar

2. Hindari kerutan pada tempat tidur

3. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering

4. Mobilisasi pasien tiap 2 jam sekali

5. Monitor kulit akan adanya kemerahan

6. Oleskan lotion / minyak baby oil pada daerah yang tertekan

7. Monitor status nutrisi pasien

8. mandikan pasien dengan sebun dan air hangat

Page 13: Anak   itp

D.EVALUASI

DX I. Nyeri berhubungan dengan epistaksis

Kriteria Hasil :

1.Mengenali faktor penyebab nyeri

2.Mengenali serangan nyeri

3.Menggunakan metode pencegahan

4.Menggunakan metode nonanalgetik

5.Mengebali gejala nyeri

6.Melaporkan nyeri sudah terkontrol

DX II. Nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan akumulasi lemak

Kriteria Hasil :

1. Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan

2. Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan

3. Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi

4. Berikan makanan yang terpilih ( sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi )

DX III. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan perubahan sirkulasi

(ekimosis)

Kriteria Hasil :

1. Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan.

2.Tidak ada luka / lesi pada kuit

3.Perfusi jarinngan baik

4.Menunjukan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya

cedera beerulang

5.Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan perawatan

alami

Page 14: Anak   itp

DAFTAR PUSTAKA

Betz L. Cecily, dkk. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Edisi 3. Jakarta : EGC.

Hidayat, Aziz Alimul. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta: Salemba

Medika.

Johnson, Marion, dkk. 2000. Nursing Outcomes classification ( NOC ). Missouri:

Mosby.

Ngastiyah. 2003. Perawatan Anak Sakit Edisi 2. Jakarta: EGC

Santosa, Budi. 2006. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda. Prima Medika

Page 15: Anak   itp

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. Y

DENGAN DIAGNOSA IDIOPATIK TROMBOSITOPENIA PURPURA

DI RUANG KANTIL NO. 2 RSUD BANYUMAS

A. PENGKAJIAN

Ruang : Kantil

Tanggal pengkajian : 20 Februari 2013

Pengkaji : Kelompok

Waktu : Pukul 08.00 WIB

I. Identitas

1. Identitas pasien

Nama : Anak M

Umur : 9 tahun

Jenis kelamin : Laki – Laki

Agama : Islam

Status kawin : Belum kawin

Pendidikan : SD

Pekerjaan : -

Suku bangsa : Jawa

Alamat : Karangdadap, RT 03 RW 05 Kalibagor, Banyumas

Page 16: Anak   itp

Tgl. MRS : 19 Februari 2013

Dx. Medis : ITP

2. Penanggung Jawab

Nama : Ny. U

Umur : 35 Tahun

Pendidikan terakhir : SMA

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Karangdadap, RT 03 RW 05 Kalibagor,

Banyumas

Hubungan dengan klien : Ibu Pasien

II. Riwayat Kesehatan

1.) Keluhan utama :

Pasien mengatakan nyeri pada perut.

2.) Keluhan tambahan

Pasien mengatakan kulitnya kemerah-merahan, merasa letih, dan

demam.

3.) Riwayat penyakit sekarang

Page 17: Anak   itp

Pasien datang ke RSUD Banyumas pada tanggal 19 Februari 2013 pukul

13.00 di rawat di Bangsal Kantil no.2 dengan keluhan nyeri pada perut.

Pasien juga kulitnya kemerah-merahan dan merasa letih dan demam.

Diagnosa medis idiopatik trombositopenia purpura.

4.) Riwayat kesehatan dahulu

Keluarga mengatakan bahwa sebelumnya pasien belum pernah

mengalami penyakit seperti ini. Pasien tidak ada riwayat alergi terhadap

obat-obatan.

5.) Riwayat kesehatan keluarga

Pasien mengatakan bahwa anggota keluarganya tidak ada yang

mengalami penyakit seperti ini.

III. Pola Fungsional Gordon

a. Pola persepsi kesehatan dan manajemen kesehatan

DS : pasien mengatakan bahwa kesehatan itu penting

DO : pasien datang ke RS Margono dibawa keluarganya

b. Pola istirahat dan tidur

DS : pasien mengatakan tidurnya tidak terlalu nyenyak

DO : pasien tidur selama 5-6 jam sehari

c. Pola nutrisi

DS : pasien mengatakan sebelum sakit makannya banyak dan dihabiskan

dan setelah sakit tidak nafsu makan

Page 18: Anak   itp

DO : pasien hanya menghabiskan 2-3 sdm dan 3 gelas dalam sehari dan

terlihat letih, BB turun, conjungtiva anemis, Hb 9 gr/dl

d. Pola eliminasi

DS : pasien mengatakan setelah sakit BAB hanya 1x dalam 3 hari, BAK 3-

4 kali sehari

DO : tidak terpasang DC, konsistensi urin kunig muda, jumlah 500-1000cc

/ hari

e. Pola aktifitas dan latian

DS : pasien mengatakan letih, malas untuk beraktifitas

DO : aktifitas pasien dibantu keluarga

No. Kemampuan 0 1 2 3 4

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

Makan/minum

Toileting

Mandi

ROM

Berpindah

Berpakaian

Mobilisasi di tempat tidur

v

v

v

v

v

v

v

Keterangan :

0 : mandiri,

1 : dengan alat bantu,

2 : dibantu orang lain,

3 : dibantu orang lain dan alat,

4 : tergantung total

Page 19: Anak   itp

f. Konsep diri

DS: Pasien dan kelurga mengatakan ingin segera sembuh supaya bisa

menjalankan aktivitas seperti biasa lagi seperti ketika sebelum sakit.

DO : pasien cukup kooperatif dalam setiap tindakan medis

g. Pola persepsi dan kognitif

DS : Pasien mengatakan tidak ada gangguan pada panca indranya, pasien

mengatakan tidak tahu tentang penyakitnya

DO : pasien dapat berkomunikasi dengan baik, tidak terpasang alat bantu

panca inderanya.

h. Pola Peran dan hubungan

DS : Pasien mengatakan bahwa ia sangat dekat dengan ibunya

DO : Di rumah sakit pasien ditunggui oleh ibu dan ayahnya

i. Pola Reproduksi dan Seksual

DS : Keluarga/pasien mengatakan kalau pasien adalah anak ke 2 dari 3

bersaudara

DO : Pasien berjenis kelamin laki- laki.

j. Pola Pertahanan diri/koping

DS : Pasien mengatakan apapun yang ia alami pada ibunya

DO: Pasien dan keluarganya sangat kooperatif selama di rumah sakit,

komunikasi pasien dan keluarga baik.

k. Keyakinan dan Nilai

DS : Keluarga pasien mengatakan seluruh anggota keluarga dalam

keluarganya beragama islam, keluarga pasien mengatakan bahwa

semuanya sudah pasrahkan pada Allah, yang penting sering berdoa dan

berusaha untuk sembuh.

DO : Keluarga pasien terlihat sering berdoa untuk kesembuhan anaknya

IV. Pemeriksaan fisik

Page 20: Anak   itp

1. Pemeriksaan umum

Keadaan umum : Cukup

Kesadaran : Compos Mentis

Tanda-tanda vital : TD : 100/70 mmHg

N : 72 x/menit

R : 28 x/menit

S : 37,5oC

2. Pemeriksaan head to toe

a. Kepala

Mesochepal, warna rambut hitam, bersih, tidak teraba massa yang

abnormal

b. Mata

Simetris, conjungtiva anemis

c. Hidung

Bentuk hidung simetris, tidak ada secret di hidung, tidak ada nyeri tekan

d. Telinga

Posisi telinga simetris, tidak ada serumen dalam telinga

e. Mulut dan gigi

Gigi bersih, tidak ada caries, lidah bersih, bibir pucat

Page 21: Anak   itp

f. Leher

Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada nyeri menelan,

g. Dada

Bentuk dada simetris, pengembangan dada simetris, R : 28x/menit

h. Abdomen

Simetris, gerakan abdomen mengikuti gerak napas, ada luka, ada nyeri

tekan, bising usus tidak normal

i. Genital

Pasien berjenis keamin laki-laki, tidak terpasang kateter

j. Kulit

Turgor kulit buruk, tambah kusut, hilang elastisitas

k. Ekstermitas

Atas : tidak ada edema

Bawah : tidak ada edema

3. Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium

Hari, Tanggal Jenis pemeriksaan Hasil Satuan Nilai

normal

Page 22: Anak   itp

Rabu,

20/02/2013

Paket darah

lengkap

Hemoglobin

Leukosit

Hematokrit

Eritrosit

Trombosit

MCV

MCH

MCHC

DIFFCOUNT

Eusinofil

Basofil

Netrofil

Limfosit

Monosit

LED

1 jam

2 jam

ELEKTROLIT

Natrium

Kalium

Klorida

Cholesterol

Trigliserida

Asam urat

9

10,1

39

3,3

100

87

30

34

0

0

80

13

7

115

30

140,8

4,4

105,7

118,0

80

8

g/dl

103 /ul

%

106/ul

103/ul

fl

pg

g/dl

-

-

-

-

-

mm/jam

mm/jam

mm/dl

mm/dl

mm/dl

mm/dl

mm/dl

mm/dl

11,7-15,5

3,6-11

35-47

3,8-5,2

150-440

80-100

26-34

32-36

1-3

0-1

50-70

25-40

2-8

<15

<15

135.0-142

3,5-5,0

95,0-110

150-200

70-140

<6,8

4. Terapi

• gamma globulin gamma intravena ( 400 mg/ kg selama 5 hari )

Page 23: Anak   itp

• prednison dosis 1 – 2 mg/kg/24 jam

• Merkaptopurin : 2,5-5 mg/kgbb/hari peroral.

• Azatioparin (imuran): 2-4 mg/kgbb/hari peroral.

• Siklofosfamid (endoxan): 2 mg/kgbb/hari peroral.

• Heparin: 1 mg/kgbb intravena, dilanjutkan dengan dosis 1 mg/kgbb

perinfus selama 4 jam sampai tercapai masa pembekuan lebih dari 30

menit ( 1 mg ekuivalen dengan 100 U)

• Protamin sulfat : dosis sama banyak dengan jumlah mg heparin yang

telah diberikan. Pemberiannya secara intravena.

• Transfusi darah: umumnya 10-15 ml/kgbb/hari.

• IVFD RL 20 tpm

B. ANALISA DATA

No Data Fokus Etiologi Problem1. DS : pasien mengeluh sakit

perut

DO :

P : nyeri karena penyakit

Q : seperti ditusuk-tusuk

R : pada daerah abdomen

S : skala 5

T : nyeri kadang-kadang

Epistaksis Nyeri akut

Page 24: Anak   itp

TD : 100/70 mmHg

RR : 28 x / menit

N : 72 x / menit

S : 37,5oC2. DS : pasien mengeluh tidak

nafsu makan

DO : pasien hanya

menghabiskan 2-3 sdm dan 3

gelas, BB turun, conjungtiva

anemis, Hb 9 gr/dl

Asupan nutrisi yang

kurang

Ketidakseimbngan

nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh

3. DS : pasien mengatakan

kulitnya mengalami

perubahan

DO : pasien terlihat kulitnya

terdapat bercak merah, turgor

kulit buruk, tambah kusut.

(Internal) perubahan

sirkulasi : ekimosis

Kerusakan integritas

kulit

C. INTERVENSI

Diagnosa Kep Tujuan Dan Indikator

( NOC )

Intervensi Kep

( NIC )

Nama

&

ParafDx I

Nyeri Akut

berhubungan

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 1 x 24 jam,

diharapkan pasien tidak

Paint management

1. Lakukan

pengkajian nyeri

Page 25: Anak   itp

dengan

epistaksis

mengalami nyeri.

Indikator:

Pain Level

Indikator Awal Akhir1. Melaporkan

adanya nyeri

2. Luas bagian

tubuh yang

terpengaruh

3. Ekspresi

nyeri pada

wajah

2

2

2

4

4

4

Skala:

1. Kuat

2. Berat

3. Sedang

4. Ringan

5. Tidak ada

secara

komprehensif

(lokasi,

karakteristik,

durasi, frekuensi,

kualitas dan faktor

presipitasi)

2. Kontrol

lingkungan yang

dapat

mempengaruhi

nyeri seperti suhu

ruangan,

pencahayaan dan

kebisingan

3. Ajarkan tentang

teknik

nonfarmakologi :

nafas dalam,

relaksasi, distraksi,

kompres

hangat/dingin

4. Berikan analgetik

untuk mengurangi

nyeri

5. Monitor vital signDx II

Ketidakseimb

angan nutrisi

kurang dari

kebutuhan

Setelah dilakukan tindakan

keperawatanselama 1 x 24 jam,

diharapkan klien dapat terpenuhi

kebutuhan nutrisinya.

Indikator:

Nutritional

management

(manajemen nutrisi):

1. Kaji adanya alergi

makanan

Page 26: Anak   itp

tubuh

berhubungan

dengan

asupan

nutrisi yang

kurang

Nutritinal status

Indikator Awal Akhir

1. Intake zat

gizi (nutrien)

2. Intake zat

makanan dan

cairan

3. Energi

2

2

2

4

4

4

Skala :

1. Keluhan ekstrim

2. Keluhan berat

3. Keluhan sedang

4. Keluhan ringan

5. Tidak ada keluhan

2. Kolaborasi dengan

ahli gizi untuk

menentukan

jumlah kalori dan

nutrisi yang

dibutuhkan pasien

Dx III

Kerusakan

integritas

kulit

berhubungan

dengan

(Internal)

perubahan

sirkulasi :

ekimosis

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 1 x 24 jam, di

harapkan integritas kulit klien

utuh.

Indikator:

Tissue Integrity : Skin and

Mucous Membranes

Indikator Awal Akhir1. Temperatur

jaringan sesuai

yang di

harapkan

2. Elastisitas

sesuai yang

diharapkan

3. Warna sesuai

yang

2

2

2

4

4

4

Pressure

management

1. Anjurkan pasien

untuk

menggunakan

pakaian yang

longgar

2. Jaga kebersihan

kulit agar tetap

bersih dan kering

3. Mobilisasi pasien

setiap 2 jam sekali

4. Memandikan

pasien dengan

sabun dan air

hangat

Page 27: Anak   itp

diharapkan

4. Perfusi

jaringan

2 4

Skala:

1. Keluhan ekstrim

2. Keluhan berat

3. Keluhan sedang

4. Keluhan ringan

5. Tidak ada keluhan

D. IMPLEMENTASI

Page 28: Anak   itp

Tanggal

/ jamDx Implementasi Respon pasien Paraf

Rabu,20

Februari

2013

08. 00

10.00

12.00

I

I

I

I,II,II

I

II

II

I

I

II

II

II

III

- Mengkaji keluhan

utama

- Mengobservasi KU

pasien

- Mengobservasi nyeri

pasien

- Memberikan terapi

obat

- Memonitor tetesan

infus

- Memberikan diit sesuai

program

- Memonitor TTV

- Memonitor tetesan

infus

- Mengatur posisi semi

fowler

- Memotivasi pasien

untuk makan makan

yang mengandung zat

besi

- Memonitor istirahat

pasien

- Mengkaji apakah

- Pasien mengatakan

sakit pada perut, letih,

demam, bercak merah

pada kulit

- KU cukup, compos

mentis

P : nyeri karena penyakit

Q : seperti ditusuk-tusuk

R : pada daerah abdomen

S : skala 5

T : nyeri kadang-kadang

- Obat masuk

- Infus RL 20 tpm

- Pasien menghabiskan

2-3 sdm porsi makanan

dari RS

- TD : 100/70 mmHg

- RR : 28 x / menit

- N : 72 x / menit

- S : 37,5oC

- Infus RL 20 tpm

- Pasien nyaman

- Pasien mendengarkan

perawat

- Pasien dapat istirahat

- Pasien tidak

mempunyai riwayat

alergi makanan

- Turgor kulit buruk

Page 29: Anak   itp

E. EVALUASI

Hari/

tanggalDx Catatan Perkembangan Paraf

Rabu, 20

Februari

2013

14.00

I S : pasien mengatakan masih merasa sakit pada perutnya

O : pasien masih terlihat menahan sakit

P : nyeri karena penyakit

Q : seperti ditusuk-tusuk

R : pada daerah abdomen

S : skala 3

T : nyeri kadang-kadang

TD : 100/70 mmHg

RR : 28 x / menit

N : 72 x / menit

S : 37,5oC

A : masalah belum teratasi

Page 30: Anak   itp

II

P :

Indikator Skala

awal

Skala

Tujuan

Skala

akhir1. Melaporkan adanya

nyeri

2. Luas bagian tubuh

yang terpengaruh

3. Ekspresi nyeri pada

wajah

2

2

2

4

4

4

3

3

3Skala :

1. Tidak dilakukan sama sekali

2. Jarang dilakukan

3. Kadang dilakukan

4. Sering dilakukan

5. Selalu dilakukan

P : Lanjutkan intervensi

- Monitor TTV

- Memeberi program sesuai terapi

S : Pasien mengatakan selama sakit masih merasa lemah dan

tidak nafsu makan

O : pasien hanya menghabiskan 2-3 sdm porsi RS, BB turun,

conjungtiva anemis, Hb 9 gr/dl

A : masalah belum teratasi

Indikator Skala

awal

Skala

tujuan

Skala

akhir

Page 31: Anak   itp

III

1. Intake zat gizi

(nutrien)

2. Intake zat

makanan dan cairan

3. Energi

2

2

2

4

4

4

3

3

3

P : Lanjutkan intervensi

- kolaborasi dengan ahli gizi

- Pemberian makan sedikit tapi sering

S : Pasien mengatakan kulitnya masih kemerah-merahan

O : Pasien terlihat lemah, turgor kulit buruk, tidak elastis

A : masalah belum teratasi

Indicator Skala

awal

Skala

tujuan

Skala

akhir1. Temperatur jaringan

sesuai yang di

harapkan

2. Elastisitas sesuai

yang diharapkan

3. Warna sesuai yang

diharapkan

Perfusi jaringan

2

2

2

4

4

4

3

3

3

P : Lanjutkan intervensi

- Observasi perubahan kulit

- Monitor TTV

- Memberi program sesuai terapi

Page 32: Anak   itp
Page 33: Anak   itp