ambulatory blood

16
SISTEM MANAJEMEN INFORMASI KEPERAWATAN PENGGUNAAN 24-hour AMBULATORY BLOOD PRESSURE MONITOR SEBAGAI ALAT PEMANTAUAN TEKANAN DARAH PADA PERAWATAN RUMAH PASIEN HIPERTENSI UNTUK MEMANTAU ADA TIDAKNYA KELAINAN JANTUNG Disusun untuk Memenuhi Tugas Ujian Tengah Semester Dosen : RR. Tutik Sri Hariyati, SKp, MARS Disusun Oleh: Diah Ratnawati (1006800781) PROGRAM MAGISTER KEPERAWATAN KOMUNITAS FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA TAHUN 2011

Upload: guruh-perkasa

Post on 09-Feb-2016

72 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Ambulatory Blood

SISTEM MANAJEMEN INFORMASI KEPERAWATAN PENGGUNAAN 24-hour AMBULATORY BLOOD PRESSURE MONITOR SEBAGAI ALAT PEMANTAUAN TEKANAN DARAH PADA PERAWATAN RUMAH PASIEN HIPERTENSI

UNTUK MEMANTAU ADA TIDAKNYA KELAINAN JANTUNG

Disusun untuk Memenuhi Tugas Ujian Tengah Semester Dosen : RR. Tutik Sri Hariyati, SKp, MARS

Disusun Oleh:

Diah Ratnawati (1006800781)

PROGRAM MAGISTER KEPERAWATAN KOMUNITAS

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS INDONESIA

TAHUN 2011

Page 2: Ambulatory Blood

ABSTRAK

Pengukuran sendiri TD memberi informasi yang berharga untuk penilaian pada penderita

hipertensi dan untuk mengawasi respons pengobatan, disamping mencegah adanya white

coat hypertension (WCH). WCH adalah meningkatnya TD secara persisten pada

pengukuran di ruang pemeriksaan klinik dan TD normal di luar ruang pemeriksaan

klinik. Definisi ini arbitrary dan diagnosis WCH ditegakkan dengan memonitor TD

selama 24 jam. Prevalensi WCH besarnya berkisar antara 5–60% tergantung karakteristik

klinik dari populasi setempat. Pengukuran TD di rumah dengan alat pengukur TD

rumahan atau ambulatory blood pressure monitoring (ABPM) 24 jam.

Pemantauan ABPM adalah metode semakin populer tekanan darah rekaman. Hal ini

meningkatkan presisi dan kemampuan untuk memproduksi pengukuran tekanan darah,

menghilangkan kesalahan dan bias pengamat, dan memungkinkan penilaian m evaluasi

pasien dengan atau tekanan darah variabel. Tak satu pun dari percobaan utama

pengobatan pada hipertensi telah dilakukan dengan menggunakan rekaman darah

ambula-inventaris tekanan; karena ini nilai prognostik pemantauan tersebut masih belum

pasti. Metode analisis data yang optimal, pentingnya bacaan malam hari dan waktu,

efektivitas biaya, dan fakta bahwa beberapa perangkat dipasarkan telah sepenuhnya vali-

tanggal juga perlu mengatasi. Meskipun masalah ini, pemantauan ambulatori sudah

membuat kontribusi penting untuk penilaian dan pengelolaan pasien yang dipilih dengan

tekanan darah tinggi .

Page 3: Ambulatory Blood

PENGGUNAAN 24-hour AMBULATORY BLOOD PRESSURE MONITOR SEBAGAI ALAT PEMANTAUAN TEKANAN DARAH

PADA PERAWATAN RUMAH PASIEN HIPERTENSI UNTUK MEMANTAU ADA TIDAKNYA KELAINAN JANTUNG

A. LATAR BELAKANG

Penyakit hipertensi merupakan penyakit yang terjadi akibat peningkatan

tekanan darah, seseorang dikatakan menderita hipertensi apabila memiliki tekanan

darah > 140/90 mmHg (ISH/WHO dan JNC VII Report 2003). Hipertensi

merupakan masalah kesehatan global yang memerlukan penangulangan yang baik,

Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi 2, yaitu: Hipertensi essensial

atau hipertensi primer dan Hipertensi sekunder atau hipertensi renal. Hipertensi

essensial atau hipertensi primer adalah hipertensi yang tidak diketahui

penyebabnya atau idiopatik, faktor yang dipengaruhi oleh; antara lain; genetik,

lingkungan, hiperaktivitas susunan saraf simpatis, sistem renin-angiotensin, defek

dalam ekskresi Na, peningkatan Na dan Ca intraselufar. Faktor-faktor yang

meningkatan resiko terjadinya antara lain obesitas, alkohol, merokok, serta

polisitemia.

Kebanyakan pasien yang menderita hipertensi tidak mempunyai keluhan.

Tetapi beberapa pasien mengeluh sakit kepala, pusing, lemas, sesak nafas, kelelahan,

mual, muntah, epistaksis, kesadaran menurun, kelemahan otot atau perubahan mental.

Keadaan ini memerlukan pemantauan secara berkesinambungan oleh keluarga

maupun petugas kesehatan untuk meminimalkan komplikasi yang dapat terjadi akibat

hipertensi yang tidak terkontrol.

Data World hypertension League Brochure (2003) menunjukkan bahwa

Hipertensi diderita lebih dari 1, 5 miliar jiwa di seluruh dunia, penggunaan garam yang

berlebih adalah faktor utama dalam meningkatkan tekanan darah, berdasarkan laporan

dari University of Aucland New Zaeland menunjukkan lebih dari 80 % penyakit

hipertensi terjadi di Negara berkembang termasuk Indonesia.

Bioritme kehidupan (chronobiology) menyebabkan pola sirkadian tekanan

darah. Pengetahuan tentang pola tekanan darah 24 jam dapat dimanfaatkan guna

pengobatan hipertensi yang lebih optimal ( Chronotherapeutics). Dengan pemantauan

tekanan darah selama 24 jam (APBM-Ambulatory Blod Pressure Monitoring)

diketahui adanya kenaikan tekanan darah pada pagi hari dimulai menjelang bangun

Page 4: Ambulatory Blood

tidur. Kenaikan tekanan darah pada pagi hari ini disebabkan karena kenaikan kadar

kortisol, kenaikan aktivitas Angiotensin II (Ang II), kenaikan tonus parasimpatis dan

perubahan mekanisme pembekuan darah. Dengan demikian pagi hari merupakan saat

rawan untuk terjadinya serangan kardiovaskuler seperti stroke, infark miokard dan

kematian mendadak.

Tekanan darah yang diukur di klinik jelas berkaitan dengan morbiditas dan

mortalitas kardiovaskuler . Namun sensitifitas pengukuran ini (positive predictive

value) 52% bila diukur tekanan diastolik sebanyak 2 kali dan 73% bila pengukuran

sebanyak 8 kali. Hal ini tentu saja menimbulkan kesulitan dalam penegakan diagnosis

hipertensi. Pasien bisa dianggap normotensive atau hipertensive kalau hanya

berdasarkan pengukuran tekanan darah sekali atau dua kali. Dengan ABPM dapat

diketahui perubahan tekanan darah setiap 15 menit pada pagi hari dan setiap 30

menit pada malam hari. Selain itu tekanan darah pada pengukuran ditempat praktek

dapat menujukkan nilai yang lebih tinggi. Keadaan ini dapat disebabkan misalnya

waktu tunggu ditempat praktek yang lama, kegelisahan, merokok sebelum diperiksa

dan menahan perasaan untuk buang air kecil. Akan tetapi dengan menyampingkan

sebab diatas tekanan darah masih dapat menunjukkan nilai tinggi daripada diukur

dirumah. Keadaan ini disebut sebagai white coat hypertension. Jadi diagnosis

hipertensi harus ditegakkan dengan mengulang pemeriksaan beberapa kali pada

waktu yang berbeda-beda. ABPM dapat menyingkirkan kemungkinan white coat

hypertension.

ABPM dapat mengetahui adanya penurunan tekanan darah pada malam hari

pada pasien hipertensi. Golongan pasien yang tekanan darahnya menurun pada

malam hari disebut dippers (10% atau lebih penurunan tekanan darah dari nilai

tekanan darah siang hari), sementara pasien hipertensi yang tidak menunjukkan

penurunan tekanan darah pada malam hari disebut golongan non dippers. Golongan

non dippers menunjukkan prognosis yang lebih buruk oleh karena timbulnya

kerusakan organ sasaran yang lebih nyata dan perburukan penyakit kardiovaskuler.

Perubahan tekanan darah pada pagi hari disebabkan oleh meningkatnya

kegiatan saraf simpatis dan peningkatan catecholamines ( epinephrine dan

norepinephine). Aktivitas renin angiotensin juga menigkat, menyebabkan

vasokonstriksi dan proses hipertrofi dinding pembuluh darah yang memungkinkan

timbulnya trombosis. Kecenderungan untuk terjadinya serangan kardiovaskuler pada

Page 5: Ambulatory Blood

pagi hari sudah cukup diketahui. Insiden infark miokard dan kematian mendadak

meningkat sejak bangun pagi sampai tengah hari. Demikian juga insidens stroke.

Terjadinya kardiovaskular berkaitan dengan mendadak naiknya tekanan darah

pada pagi hari saat terbangun dari tidur ( tekanan sistolik meningkat 3 mmHg/jam

dan tekanan diastolik meningkat 2 mmHg/jam). Pada saat sistem simpatis

kegiatannya meningkat sehingga terjadi kenaikan denyut jantung, kenaikan curah

jantung dan kenaikan aktivitas ventrikal. Selain itu viskositas darah dan agregasi

trombosit meningkat, sedangkan aktivitas fibrinolisis menurun. Selain itu

kemungkinan terjadinya ruptur plak atrerosklerosis meningkat juga, dengan demikian

jelaslah peningkatan tekanan darah pagi hari merupakan risiko terjadinya peristiwa

kardiovaskular.

B.PEMANTAUAN TEKANAN DARAH

Pemantauan tekanan darah di rumah, sebagaimana dimaksud dalam penilaian

ini, dilakukan oleh pasien sendiri menggunakan perangkat otomatis di rumah.

Pemantauan tekanan darah di rumah mempunyai keuntungan antara lain: untuk

mengurangi risiko kematian dan penyakit kardiovaskular, menghemat biaya dalam

perawatan kesehatan karena menurunkan jumlah kunjungan klinik dibandingkan

dengan pengobatan konvensional hipertensi dan mendiagnosis hipertensi resisten

dengan teknik pengukuran tekanan darah yang baik yang mendukung peningkatan

kadar tekanan darah (TD) yang meningkat persisten.

Penggunaan diuretik dengan dosis tidak adekuat sering menjadi penyebab

WCH salah satunya disebabkan oleh cara pengukuran TD tidak tepat. Hal ini dapat

menyebabkan tingginya tekanan intra-arteri pada hasil pengukuran. Pembacaan yang

terlalu tinggi dapat juga terjadi pada pasien dengan klasifikasi atau arteriosklerosis

pada arteri brakhialis sehingga tidak dapat dikompresi penuh. Masalah ini dapat

diatasi dengan pengukuran TD di rumah atau dengan pembacaan ABPM.

Beberapa dokter menyarankan agar penggunaan ABPM 24 jam diberikan

pada mereka yang pertama kali didiagnosis hipertensi dan untuk membuat keputusan

pengobatan. ABPM dapat memperbaiki pemantauan TD sehingga pengobatan dapat

dioptimalkan lebih cepat dan lebih banyak pasien yang dapat mencapai sasaran TD

pengobatan yang memadai. Dengan pengukuran TD yang lebih akurat dan terpercaya,

Page 6: Ambulatory Blood

khususnya karena perubahan sirkadian, ABPM telah terbukti dapat meramalkan

morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler serta kerusakan organ sasaran. ABPM

khususnya amat berguna bagi pasien yang hipertensinya sulit didiagnosis, meliputi

orang tua, pasien dengan diabetes, dan mereka yang mengidap hipertensi resisten.

Pada pasien dengan kondisi yang berhubungan kuat dengan risiko kardiovaskuler,

misalnya panyakit ginjal kronik, ABPM berguna untuk meramalkan severitas dan

prognosis.

C. 24-hour Ambulatory Blood Pressure monitoring (ABP)

Pengukuran tekanan darah ambulatori (Ambulatory blood pressure

monitoring = ABPM) merupakan teknik pengukuran tekanan Darah (TD) berulang-

ulang secara otomatis dengan interval tertentu (biasanya setiap 15 sampai 30 menit)

selama periode 24 – 48 jam, sehingga dapat memberikan rekam TD selama aktivitas

harian seseorang ( GE Healthcare, 2007 ).

Gambar 1

ABPM

Ambulatory merekam menunjukkan bahwa tekanan darah lebih tinggi pada

siang hari, ketika subjek yang paling aktif, dan lebih rendah di malam hari selama

tidur. Saat di mana hari menjadi malam hari dapat dinilai dengan meter aktivitas,

tetapi perangkat tersebut sangat mahal dan jarang digunakan dalam praktek klinis.

Page 7: Ambulatory Blood

Informasi serupa dapat diperoleh jika pasien menyimpan "tidur-bangun" buku harian.

Dengan tidak adanya meter kegiatan atau buku harian, kebanyakan monitor rawat

jalan yang diprogram untuk merekam tekanan siang hari antara 0700 dan 2300 dan

tekanan waktu malam hari antara 2300 dan 0700. Pengaturan dapat diubah dengan

mudah jika diinginkan.

Pemantauan tekanan darah selama perawatan dilakukan dengan pengukuran

tekanan darah selama periode 24-48 jam. Pemantauan tekanan darah di rumah,

sebagaimana dimaksud dalam penilaian ini, dilakukan oleh pasien sendiri dengan

menggunakan perangkat elektronik otomatis. Sebagai aturan, perangkat ini

menggunakan penentuan oscillometric tekanan darah dan peralatan terdiri dari manset

dan monitor elektronik yang dihubungkan dengan sebuah tabung udara. Monitor

register variasi tekanan, yaitu, osilasi. ( GE Healthcare, 2007 ).

Perekaman dilakukan ABPM dengan manset biasanya diterapkan pada

lengan yang tidak dominan. Salah satu rekaman tunggal 24 jam mungkin cukup

sebagai waktu yang lebih lama dari pemantauan belum terbukti lebih unggul. Pasien

harus dibiarkan sampai 30 menit dengan teknisi elektrokardiografi sehingga mereka

dapat merasa benar-benar yakin dengan perangkat. Frekuensi yang dibuat rekaman

dapat disesuaikan sesuai preferensi: setiap 30 menit sepanjang hari dan setengah jam

atau baik per jam sepanjang malam umumnya direkomendasikan.

Page 8: Ambulatory Blood

Gambar 2

Manset ABPM

Hal ini penting (dan meyakinkan) untuk membuat rekaman simultan tekanan

darah dengan Sphygmomanometer biasa di lengan yang lain pada saat perekam

ambulatori sedang dipasang. Jika perbedaan antara tekanan rawat rumah dan tekanan

manual lebih besar dari 10 mm Hg maka perekam rawat rumah dan sfigmomanometer

merkuri harus bergantian untuk menentukan apakah perbedaan ini disebabkan oleh

perekam atau lengan. Jika yang pertama maka nasihat dari seorang teknisi fisika medis

harus dicari, jika yang terakhir maka lengan memberikan tekanan yang lebih tinggi

harus digunakan untuk rekaman rawat rumah.

Pasien harus mencoba untuk menghentikan apapun yang mereka lakukan

ketika manset mengembang dan tahan lengan mereka masih ketika tekanan mereka

sedang direkam. Ini berarti bahwa pembacaan yang diperoleh tidak benar-benar Pasien

juga harus diajarkan cara mengaktifkan monitor untuk membaca kedua jika upaya

pertama gagal "rawat rumah.". Kebanyakan pasien bisa tidur pada malam hari saat

mengenakan manset dan sering kali menempatkan monitor di bawah bantal mereka

untuk kenyamanan. Karena monitor yang halus dan mahal, pasien sangat dianjurkan

untuk tidak melakukan kerja-untuk manual misalnya, bekerja pada membangun situs-

saat memakai perekam. Manset dapat dihapus sementara sebelum mandi atau mandi.

Page 9: Ambulatory Blood

Gambar 3

Osilasi ABPM

a. USB port

b. RS232 port

Minimum ABPM sebaiknya disetting 20 pembacaan selama periode 24 jam

diperlukan untuk mempertahankan tingkat yang dapat diterima presisi dan

reproduktifitas. Maka akan keluar cetak juga akan menunjukkan persentase bacaan

yang dianggap oleh perekam yang akan berlaku. Idealnya, 85% atau lebih pembacaan

harus jatuh ke dalam kategori ini. Jika kurang dari 70% dari pembacaan telah

"disetujui" maka pasien harus diminta jika ia mengalami kesulitan dengan monitor,

dengan penekanan mungkin kurang ditempatkan pada hasil akhir.

Gambar 4

Page 10: Ambulatory Blood

Contoh output dari rekaman APBM

Hasil akhir atau output dari rekaman ambulatory 24 jam didapat setelah

osilasi ABPM dihubungkan dengan komputer lewat USB port verification kemudian

kita ambil dari window program dan dapat dianalisis dalam beberapa cara, yang

paling populer yang adalah tekanan rata-rata siang hari. Kedua tekanan rata-rata siang

hari dan tekanan 24 jam rata-rata berkorelasi dengan kerusakan organ akhir, tetapi

penggunaan tekanan siang hari lebih masuk akal klinis dan lebih mudah dibandingkan

dengan tekanan klinik. Darah tekanan beban (persentase nilai di atas batas yang

ditentukan pada siang hari atau malam) dan darah variabilitas tekanan (deviasi standar

dari rata-rata siang hari tekanan) adalah dari kepentingan yang potensial tetapi belum

terbukti memiliki nilai prognostik independen dari tekanan rata-rata siang hari . ( GE

Healthcare, 2007 ).

D. PEMBAHASAN

ABPM merupakan suatu alternative alat yang bisa digunakan untuk

mendeteksi perubahan tekana darah dengan cepat dan akurat. Tentu saja pemantauan

tekanan darah yang baik merupakan langkah penting untuk menghindari komplikasi

yang bisa muncul pada klien dengan hipertensi. (Tonbul Z. Altintepe L et al. 2002).

Tabel 1: Indikasi klinik APBM

1. Membedakan white-coat hypertension dengan normal 2. Menegakkan diagnosis boderline hypertension 3. Menentukan pengobatan pada usia lanjut 4. Identifikasi hipertensi nokturnal 5. Mengkaji manfaat obat selama 24 jam 6. Hipertensi pada kehamilan 7. Identifikasi hipotensi selama pengobatan hipertensi

Karena ABPM tidak dimiliki oleh setiap rumah sakit dapat dicoba

pengukuran tekanan darah dirumah pada pagi, siang, dan malam hari. Namun

demikian setiap alat tentu memiliki beberapa keterbatasan disamping kelebihannya

dibandingkan dengan metode konvensional yang lain. Berikut hasil analisa penulis

terhadap kelebihan dan kekurangan dari ABPM ini.

Page 11: Ambulatory Blood

1. Keuntungan

Keuntungan dari ABPM adalah bahwa tekanan darah dapat diukur

berulang kali, jauh dari rumah sakit atau pembedahan praktek umum tanpa perlu bagi

pengamat. Hal ini untuk menghindari kesalahan dan bias pengamat pengamat dan

evaluasi izin dari WCH dan tanggapannya. Pemantauan rawat rumah meningkatkan

ketepatan pengukuran dengan mengambil banyak bacaan; siang hari rata-rata, waktu

malam, dan 24 jam kemudian tekanan dapat dihitung. Nilai-nilai ini lebih direproduksi

dari pembacaan klinik dan berhubungan lebih dekat dari tekanan klinik untuk tanda

pengganti morbiditas seperti hipertrofi ventrikel kiri, penyakit serebrovaskular

subklinis, retinopati hipertensi, dan mikroalbuminuria juga untuk hasil kardiovaskular

pada sebuah studi observasional besar.

2. Kekurangan

Pemantauan rawat rumah akan memakan waktu dan memiliki implikasi

untuk pelatihan staf dalam menset alat ABPM. Ambulatory monitor cenderung tidak

memberikan pembacaan yang akurat pada pasien dengan atrial fibrilasi. Timbul

keluhan subyektif seperti gangguan tidur dan ketidaknyamanan manset yang umum,

meskipun hanya sebagian kecil pasien akan menolak pengukuran kedua. Mungkin

kritik utama pemantauan rawat rumah adalah bahwa kita belum tahu apakah itu

prognostically unggul tekanan klinik di hasil percobaan. Data awal telah menunjukkan

bahwa pengurangan massa ventrikel kiri pada pasien hipertensi dengan pengobatan

obat berkorelasi lebih erat dengan tekanan rawat rumah dibandingkan dengan tekanan

klinik, namun belum ditunjukkan bahwa yang sama berlaku untuk acara vaskular

seperti infark miokard dan stroke. Studi yang dirancang untuk menguji pemantauan

rawat rumah dengan cara ini sedang berlangsung-misalnya, Syst-Eur sidang-tapi

belum dilaporkan.

Page 12: Ambulatory Blood

Tabel 2: Keuntungan dan kerugian dari ABPM

Keuntungan

Menghindari kesalahan dan bias pengamat pengamat Lebih direproduksi dari tekanan klinik Korelasi lebih dekat untuk mengakhiri pengganti poin seperti hipertrofi ventrikel

kiri Memungkinkan penilaian WCH dan responnya

Kekurangan

Aparatur mahal Prosedur ini memakan waktu Implikasi untuk pelatihan staf Tidak dapat diandalkan di atrial fibrilasi Beberapa pasien tidak toleran terhadap perangkat Pembacaan malam sering mengganggu tidur Belum diuji dalam percobaan hasil

E. KESIMPULAN

Pemantauan tekanan darah ambulatory dengan teknik non-invasif intermiten

digunakan secara luas meskipun artefak karena manset ukuran, gerakan, posisi tubuh,

variabilitas jangka pendek tekanan darah, dan gangguan tidur. Namun, kinerja monitor

portabel dalam kondisi benar-benar rawat jalan dan selama latihan tetap menjadi

masalah kontroversi, serta prosedur yang diperlukan untuk validasi perangkat dalam

situasi seperti ini. Di sisi lain, ada kesepakatan umum bahwa setiap kali monitor akan

digunakan dalam populasi khusus, seperti subjek yang lebih tua atau wanita hamil,

atau dalam kondisi khusus, seperti olahraga, demonstrasi tertentu keakuratan dalam

subgrup didefinisikan dan kondisi dijamin. (Eamon Dolan,Alice Stanton,et al, 2007).

Produsen harus menyediakan monitor rawat rumah yang meliputi manset

besar sebagai bagian standar dari peralatan. Pasokan energi dan pompa dari monitor

portabel harus memadai untuk mengembang manset ini lebih besar pada interval

Page 13: Ambulatory Blood

sesingkat mungkin. Setiap kali pemantauan rawat jalan dilakukan bersamaan dengan

pembacaan konvensional, keduanya harus dilakukan dengan manset dan kandung

kemih dengan ukuran yang sama sehingga perbandingan antara hasil dari kedua jenis

pengukuran dapat mungkin.

Apakah teknik auscultatory atau oscillometric lebih disukai masih

diperdebatkan, karena kedua teknik memiliki kelebihan dan kekurangan tertentu dan

keduanya dapat memberikan hasil yang akurat di bawah berbagai kondisi operasi.

Kombinasi mereka dalam satu perangkat, bagaimanapun, mungkin berguna untuk

mencapai persentase yang lebih tinggi pembacaan berhasil diselesaikan dan

memungkinkan perbandingan antara pembacaan tekanan informatif simultan dengan

dua metode yang berbeda. Pendapat kuat berlaku bahwa produsen harus

mengungkapkan algoritma dari perangkat mereka, terutama jika program ini tidak

langsung didasarkan pada prinsip fisiologis tetapi secara empiris ditentukan. Hal ini

akan memberikan peneliti yang terlibat dalam validasi, serta pengguna ilmiah dan

klinis, wawasan yang lebih baik pada apa yang dapat diharapkan sehubungan dengan

kinerja dalam populasi pasien tertentu dan di bawah kondisi operasi tertentu. Selain

itu, produsen harus menentukan semua perubahan yang dibuat ke perangkat keras dan

perangkat lunak dari sebuah monitor yang sebelumnya divalidasi.

F. IMPLIKASI DALAM KEPERAWATAN

Pemeriksaan ABPM selama 24 jam memungkinkan mendapatkan informasi

adanya variabilitas TD (misal variabilitas TD oleh karena adanya stresor baik siang

maupun malam hari) yang dapat dilakukan dalam suasana lingkungan pasien sehari-

hari. Dengan ABPM, variasi sirkadian TD dapat dipastikan, dimana pada keadaan

normal terdapat penurunan > 10% pd rata-rata TD malam hari dibandingkan dengan TD

siang hari(diping).Tidak dijumpainya penurunan (non-diping) telah dibuktikan

berhubungan dgn kerusakan target organ dan prognosis. Pemantauan tekanan darah

merupakan salah satu dari penatalaksanaan klien dengan hipertensi disamping diet,

aktivitas, dan obat. Perawat memiliki peranan yang penting dalam memberikan asuhan

pada klien dengan hipertensi. Dalam hal pemantauan tekanan darah peran perawat

adalah membantu klien dalam melakukan monitoring tersebut, kolaborasi dalam

penatalaksanaanya jika hasil pemantauan tidak normal, dan memberikan pendidikan

kesehatan tentang pentingnya pemantauan tekanan darah. ( Sturrock N DC et al, 2000).

Page 14: Ambulatory Blood

ABPM dapat memberikan kemudahan bagi perawat saat memantau klien

dengan tekanan darah yang rendah atau tinggi, atau bagi klien-klien yang memiliki

indikasi untuk selalu di pantau tekanan darahnya. ABPM dapat mengurangi beban kerja

perawat saat harus melaksanakan pemantauan tekanan darah klien hipertensi dan klien

dpt mandiri, karena hasil monitoring secara otomatis akan terekam dalam memory

osilasi, hal ini juga akan memberikan akurasi yang baik saat dibutuhkan pemantauan

ketat tekanan darah klien.

Page 15: Ambulatory Blood

DAFTAR PUSTAKA

Amar J.Isabelle V. Rossignol E et al. (2000). Nocturnal blood pressure and 24-hour pulse pressure are potent indicators of mortality in hemodialysis patients. Kidney International, 57: 2485-2491 Anonymus. (2007). Ringkasan Eksekutif Penaggulangan Hipertensi 2007; Perhimpunan Hipertensi Indonesia (Ina SH) Jakarta.

Buluh SD, Li Y, Oddone EZ, Neary PM, MM Orr, orang jorok JM, et al. (2010). Ekonomi evaluasi pemantauan tekanan darah di rumah dengan atau tanpa lewat telepon perilaku manajemen diri pada pasien dengan hipertensi. Am J Hypertens, 23 (2) :142-8.

Eamon Dolan,Alice Stanton,et al. (2007). Superiority of Ambulatory Over Clinic Blood Pressure Measurement in Predicting Mortality.The Dublin Outcome Study.Hypertension:156-160

Fagard RH, Van Den Broeke C, De Cort P. (2005). Signifikansi prognosis tekanan darah yang diukur di kantor, di rumah dan selama pemantauan pada pasien rawat jalan yang lebih tua dalam praktek umum. J Hum Hypertens, 19 (10) :801-7.

Hansen TW, Kikuya M, Thijs L, Bjorklund-Bodegård K, Kuznetsova T, T Ohkubo, et al. (2007). Prognostik keunggulan rawat jalan siang hari lebih dari tekanan darah konvensional dalam empat populasi: suatu meta-analisis dari 7.030 individu. J Hypertens, 25 (8) :1554-64.

Heart Foundation. (2008). Guide to Management of Hypertension; Assessing and managing raised blood pressure in adults; available from www.heartfoundation.org.au

Hijau BB, Cook AJ, Ralston JD, Fishman PA, Catz SL, Carlson J, et al. (2008). Efektivitas pemantauan tekanan darah di rumah, komunikasi web, dan perawatan apoteker pada kontrol hipertensi: uji coba terkontrol secara acak. JAMA, 299 (24) :2857-67.

Mancia G, De Backer G, Dominiczak A, Cifkova R, R Fagard, Germano G, et al. (2007). Pedoman Pengelolaan Hipertensi Arteri: Satuan Tugas Pengelolaan Hipertensi Arteri dari Masyarakat Eropa Hipertensi (ESH) dan dari Masyarakat Kardiologi Eropa (ESC). J Hypertens, 25 (6) :1105-87.

Márquez-Contreras E, Martell-Claros N, Gil-Guillen V, de la Figuera-Von Wichmann M, Casado-Martínez JJ, Martin-de Pablos JL, et al. (2006). Keampuhan darah di rumah Program pemantauan tekanan pada kepatuhan terapi pada hipertensi: studi EAPACUM-HTA. J Hypertens, 24 (1) :169-75.

Ohkubo T, Asayama K, Kikuya M, Metoki H, Obara T, Saito S, et al. (2004). Prediksi stroke iskemik dan hemoragik oleh diri-mengukur tekanan darah di rumah: studi Ohasama. Darah Tekan Monit; 9 (6) :315-20.

Page 16: Ambulatory Blood

Pickering TG, Daichi Shimbo, D Phil, Donald Haas. (2006). Ambulatory Blood Pressure Monitoring. N Engl J Med, 354: 2368-2374.

Staessen JA, Den Hond E, H Celis, Fagard R, L Keary, Vandenhoven G, et al. (2004).

Pengobatan antihipertensi berdasarkan pengukuran tekanan darah di rumah atau di kantor dokter: uji coba terkontrol secara acak. JAMA, 291 (8) :955-64.

Shimada K, T Fujita, Ito S, Naritomi H, Ogihara T, Shimamoto K, et al. (2008).

Pentingnya pengukuran tekanan darah di rumah untuk mencegah stroke dan penyakit kardiovaskular pada pasien hipertensi: analisis sub-Evaluasi Hipertensi Jepang dengan Antagonis Angiotensin II losartan Terapi (J-KESEHATAN) studi, penelitian observasional prospektif nasional. Hypertens Res, 31 (10) :1903-11.

Stergiou GS, Baibas NM, Kalogeropoulos PG. (2007). Prediksi risiko kardiovaskular berdasarkan pengukuran tekanan darah di rumah: studi Didima. J Hypertens, 25 (8) :1590-6.

Sturrock N DC, George E, Pound N, Stevenson J, Peck GM, Sowter H. (2000). Non-dipping circadian blood pressure and renal impairment are associated with increased mortality in diabetes mellitus. Diabetic Medicine, 17: 360-64.

The Joint National Committee on detection. (2003). Evaluation and Treatment of High Blood Pressure: The Seventh Report of the Joint National Committee on Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure. Hypertension, 42:1206-52.

Tonbul Z. Altintepe L. Sozlu C. Yildiz A. Turk S. (2002). Ambulatory blood pressure monitoring in haemodialysis and continuous ambulatory peritoneal dialysis (CAPD) patients. Journal of Human Hypertension, 16: 585-89.

Verberk WJ, Kroon AA, Lender JW, Kessels AG, GA van Montfrans, Smit AJ, et al. (2007). Self-pengukuran tekanan darah di rumah mengurangi kebutuhan akan obat antihipertensi: uji coba terkontrol secara acak. Hipertensi, 50 (6) :1019-25.

World Health Organization, International Society of Hypertension Writing Group. (2003). World Health Organization (WHO)/International Society of Hypertension (ISH) statement on management of hypertension. J Hypertens, 21:1983- 92.

Yasui D, Asayama K, Ohkubo T, Kikuya M, Kanno A, Hara A, et al. (2010). Stroke risiko hipertensi yang diobati berdasarkan tekanan darah di rumah: studi Ohasama. Am J Hypertens, 23 (5) :508-14.