aliran-aliran filsafat matematika

21
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Filsafat merupakan efek kreatif akal manusia. Keinginan manusia untuk mencari kebenaranlah yang menjadi dasar mulanya timbul filsafat. Kebenaran yang didapat melalui filsafat merupakan kebenaran yang berasal dari kerja akal. Sejalan dengan perkembangannya filsafat tidak hanya sebagai induk dari ilmu pengetahuan, melainkan bagian dari ilmu pengetahuan itu sendiri. Seiring dengan berkembangnya objek kajian filsafat, maka filsafat sebagai tempat berpijaknya kegiatan keilmuan. filsafat matematika adalah cabang dari filsafat yang mengkaji anggapan- anggapan filsafat, dasar-dasar, dan dampak-dampak matematika. Tujuan dari filsafat matematika adalah untuk memberikan rekaman sifat dan metodologi matematika dan untuk memahami kedudukan matematika di dalam kehidupan manusia. Ilmu matematika bukan hanya ilmu yang terbatas pada hitungan , melainkan banyak lagi bagian dari matematika yang belum kita ketahui bentuknya. Apakah matematika itu ? Sampai saat ini belum ada kesepakatan yang bulat dari para ilmuan matematika tentang apa yang disebut matematika. Untuk menafsirkan matematika para ilmuan belum pernah mencapai titik “puncak” kesepakatan yang “sempurna”. Banyak def inisi yang dikemukakan oleh para ilmuan tentang matematika ini, menunjukkan bahwa ilmu matematika ini adalah ilmu yang memiliki kajian luas. Pada makalah ini penyusun akan membahas seluk beluk ilmu matematika dan aliran aliran dalam filsafat matematika. B. IDENTIFIKASI MASALAH Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam pada makalah ini adalah: a. Apakah Filsafat Matematika itu? b. Bagaimana aliran-aliran filsafat matematika itu? C. TUJUAN Adapun tujuan makalah ini adalah: a. Untuk mengetahui filsafat matematika b. Untuk mengetahui aliran-aliran filsafat matematika

Upload: nailul-hasibuan

Post on 18-Jul-2015

275 views

Category:

Education


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: Aliran-Aliran Filsafat Matematika

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Filsafat merupakan efek kreatif akal manusia. Keinginan manusia untuk mencari

kebenaranlah yang menjadi dasar mulanya timbul filsafat. Kebenaran yang didapat

melalui filsafat merupakan kebenaran yang berasal dari kerja akal. Sejalan dengan

perkembangannya filsafat tidak hanya sebagai induk dari ilmu pengetahuan, melainkan

bagian dari ilmu pengetahuan itu sendiri. Seiring dengan berkembangnya objek kajian

filsafat, maka filsafat sebagai tempat berpijaknya kegiatan keilmuan.

filsafat matematika adalah cabang dari filsafat yang mengkaji anggapan-

anggapan filsafat, dasar-dasar, dan dampak-dampak matematika. Tujuan dari filsafat

matematika adalah untuk memberikan rekaman sifat dan metodologi matematika dan

untuk memahami kedudukan matematika di dalam kehidupan manusia.

Ilmu matematika bukan hanya ilmu yang terbatas pada hitungan , melainkan

banyak lagi bagian dari matematika yang belum kita ketahui bentuknya. Apakah

matematika itu ? Sampai saat ini belum ada kesepakatan yang bulat dari para ilmuan

matematika tentang apa yang disebut matematika.

Untuk menafsirkan matematika para ilmuan belum pernah mencapai titik

“puncak” kesepakatan yang “sempurna”. Banyak definisi yang dikemukakan oleh para

ilmuan tentang matematika ini, menunjukkan bahwa ilmu matematika ini adalah ilmu

yang memiliki kajian luas.

Pada makalah ini penyusun akan membahas seluk beluk ilmu matematika dan

aliran – aliran dalam filsafat matematika.

B. IDENTIFIKASI MASALAH

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam pada makalah ini adalah:

a. Apakah Filsafat Matematika itu?

b. Bagaimana aliran-aliran filsafat matematika itu?

C. TUJUAN

Adapun tujuan makalah ini adalah:

a. Untuk mengetahui filsafat matematika

b. Untuk mengetahui aliran-aliran filsafat matematika

Page 2: Aliran-Aliran Filsafat Matematika

BAB II

ISI

A. Filsafat Matematika

Filsafat matematika adalah cabang dari filsafat yang mengkaji anggapan-

anggapan filsafat, dasar-dasar, dan dampak-dampak matematika. Tujuan dari filsafat

matematika adalah untuk memberikan rekaman sifat dan metodologi matematika dan

untuk memahami kedudukan matematika di dalam kehidupan manusia. Sifat logis dan

terstruktur dari matematika itu sendiri membuat pengkajian ini meluas dan unik di

antara mitra-mitra bahasan filsafat lainnya. (Wikipedia_Filsafat_matematika)

Filsafat matematika adalah cabang filsafat yang merenungkan dan menjelaskan

sifat matematika. Ini adalah makna dari epistemologi yaitu menjelaskan pengetahuan

manusia pada umumnya. Filsafat matematika membahas pertanyaan seperti: apa yang

menjadi dasar pengetahuan matematika? Bagaiman sifat kebenaran matematika? Apa

karakteristik kebenaran matematika? Apakah pembenaran untuk pernyataan-pernyataan

yang ada? Mengapa kebenaran matematika adalah suatu kebenaran yang penting?

Pendekatan epistemologinya adalah dengan mengasumsikan bahwa

pengetahuan dibidang apapun, diwakili oleh satu set proposisi bersama dengan satu

prosedur untuk memverifikasinya atau memberikan pembenaran atas pernyataan-

pernyataannya. Atas dasar ini, pengetahuan matematika terdiri dari proposisi beserta

pembuktiannya. Karena pembuktian matematika didasarkan pada alasan itu saja, tanpa

bantuan data empiris, pengetahuan matematika dipahami sebagai pengetahuan yang

paling pasti dari semua pengetahuan. Secara tradisional, filsafat matematika merupakan

penyedia dasar kepastian pengetahuan matematika. Artinya, menyediakan sistem

dimana pengetahuan matematika secara sistemik dapat membangun kebenarannya

sendiri. Hal ini tergantung pada asumsi secara luas, implisit atau eksplisit.

Di antara ahli – ahli matematika dan para filsuf tidak tampak kesatuan

pendapat mengenai apa filsafat matematika itu. Sebagai sekedar contoh dapatlah

dikutipkan dari perumusan – perumusan dari 2 buku matematika dan 2 buku filsafat

yang berikut:

1) Suatu filsafat matematika dapatlah dilukiskan sebagai suatu sudut pandangan yang

dari situ pelbagai bagian dan kepingan matematika dapat disusun dan dipersatuja

berdasarkan beberapa asas dasar.

Page 3: Aliran-Aliran Filsafat Matematika

2) Secara khusus suatu filsafat matematika pada dasarnya sama dengan suatu

percobaan penyusunan kembali yang dengannya kumpulan pengetahuan

matematika yang kacau – balau yang terhimpun selama berabad – abad diberi suatu

makna atau ketertiban tertentu.

3) Penelaah tentang konsep – konsep dari pembenaran terhadap asas – asas yang

dipergunakan dalam matematika

4) Penelaah tentang konsep – konsep dan sistem – sistem yang terdapat dalam

matematika, dan mengenai pembenaran terhadap pernyataan – pernyataan berikut.

Dua pendapat yang pertama dari ahli – ahli matematika menitik beratkan

filsafat matematika, sebagai usaha menyusun dan menertibkan bagian – bagian dari

pengetahuan matematika yang selama ini terus berkembang biak. Sedang 2 definisi

berikutnya dari ahli filsafat merumuskan filsafat matematika sebagai studi tentang

konsep – konsep dalam matematika dan pembenaran terhadap asas atau pembenaran

matematika.

Asumsi.

Peranan filsafat matematika adalah memberikan landasan yang sistematis dan

mutlak untuk pengetahuan matematika yaitu kebenaran matematika. Kebenaran

matematika merupakan Asumsi yang mendasari pondasi doktrin fungsi filsafat

matematika. Pondasi tersebut terikat pada pandangan absolutis matematika. Dalam hal

ini, pembenaran menjadi pandangan utama filsafat matematika.

B. Hakikat Matematika

Istilah matematika berasal dari bahasa Inggris , mathematics, yang artinya ilmu

pasti, matematika. Mathematical merupakan kata sifat, artinya berhubungan dengan

ilmu pasti. Mathematically adalah kata kerja yang artinya menurut ilmu pasti, secara

mathematis, dan mathematician adalah kata benda yang artinya, yaitu orang ahli

matematika.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, matematika artinya “ilmu tentang

bilangan, hubungan antara bilangan, dan prosedur operasional yang digunakan dalam

penyelesaian masalah mengenai bilangan”. Menurut Kerami (2002) matematika adalah

Page 4: Aliran-Aliran Filsafat Matematika

pengkajian logis mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang

berkaitan.

Selain itu ada juga yang mengatakan bahwa matematika adalah bahasa yang

dapat menghilangkan sifat yang kurang jelas dan emosional. Matematika adalah

metode berpikir logis. Matematika adalah sarana berpikir. Matematika adalah raja dari

ilmu lain yang perkembangannya tidak tergantung ilmu lain. Matematika merupakan

puncak kegemilangan intelektual. Di samping pengetahuan matematika itu sendiri,

matematika memberikan bahasa, proses dan teori, yang memberikan ilmu suatu bentuk

dan kekuasaan. Perhitungan matematika menjadi dasar bagi desain ilmu teknik

Secara tradisional, matematika telah dipandang sebagai paradigma pengetahuan

tertentu. Euclid mendirikan sebuah struktur logis yang megah hampir 2.500 tahun lalu

dalam Elements, yang sampai akhir abad kesembilan belas diambil sebagai paradigma

untuk mendirikan kebenaran dan kepastian. Newton menggunakan bentuk Elemen di

dalam bukunya Principia, dan Spinoza dalam Etika, untuk memperkuat klaim mereka

atas penjelasan kebenaran sistematis. Dengan demikian matematika telah lama diambil

sebagai sumber pengetahuan yang paling tertentu yang dikenal bagi umat manusia.

Sebelum menyelidiki sifat pengetahuan matematika, pertama-tama perlu untuk

mempertimbangkan sifat pengetahuan pada umumnya. Jadi kita mulai dengan bertanya,

apakah pengetahuan? Pertanyaan tentang apa yang merupakan pengetahuan inti dari

filsafat, dan pengetahuan matematika memainkan suatu peranan penting. Jawaban

filsafat standar untuk pertanyaan ini adalah bahwa pengetahuan adalah keyakinan yang

dibenarkan. Lebih tepatnya, bahwa pengetahuan awalnya terdiri dari dalil yang dapat

diterima (yaitu, percaya), asalkan ada alasan yang memadai untuk menegaskannya.

Matematika dikenal sebagai ilmu deduktif, karena proses mencari kebenaran

(generalisasi) dalam matematika berbeda dengan ilmu pengetahuan alam dan ilmu

pengetahuan yang lain. Metode yang pencarian kebenaran yang dipakai adalah metode

deduktif, tidak dapat dengan cara induktif. Pada ilmu pengetahuan alam adalah

metodeinduktif dan eksperimen.

Diberikan sebuah contoh membuktikan pernyataan berikut '1 + 1 = 2 'dalam

sistem aksiomatik aritmatika Peano. Untuk bukti ini kita membutuhkan definisi dan

aksioma s0 = 1, s1 = 2, x + 0 = x, x + sy = s (x + y) dari Aritmatika Peano, dan aturan

Page 5: Aliran-Aliran Filsafat Matematika

inferensi logis dari P (r), r = t ⇒ P (t); P (v) ⇒ P (c) (di mana r, t, v, c, dan P (t) kisaran

lebih dari istilah; variabel, konstanta, dan dalil dalam istilah t, masing-masing, dan ' '⇒

menandakan implikasi logis) .2 Berikut ini adalah bukti 1 + 1 = 2: x + sy = s (x + y), 1 +

sy = s (1 + y), 1 + s0 = s (1 + 0), x +0 = x, 1 +0 = 1, 1 + s0 = s1, s0 = 1, 1 +1 = s1, s1 =

2, 1 +1 = 2.

Penjelasan tentang bukti ini adalah sebagai berikut. s0 = 1 [D1] dan s1 = 2 [D2]

adalah definisi dari konstanta 1, dan 2 masing-masing, dalam Aritmatika Peano, x +0 =

x [A1] dan x + sy = s (x + y) [A2] adalah aksioma Aritmatika Peano. P (r), r = t ⇒ P (t)

[R1] dan P (v) ⇒ P (c) [R2], dengan simbol-simbol seperti dijelaskan di atas, aturan

logis dari inferensi. Pembenaran bukti, pernyataan demi pernyataan seperti yang

ditunjukkan pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1: Bukti 1 +1 = 2 dengan pembenaran

Langkah Kalimat Pembenaran dari kalimat

S1

S2

S3

S4

S5

S6

S7

S8

S9

S10

x + sy = s ( x + y )

1 + sy = s ( 1 + y)

1 + s0 = s ( 1 + 0)

x + 0 = s

1 + 0 = 1

1 + s0 = 1

s0 = 1

1 + 1 = s1

s1 = 2

1 + 1 = 2

A2

R2 diterapkan pada S1, menggunakan v = x, c = 1

R2 diterapkan pada S2, menggunakan v = y, c = 0

A1

R2 diterapkan pada S4, menggunakan v = x, c = 1

R1 diterapkan S3 dan S5, menggunakan r = 1 + 0, t =1

D1

R1 diterapkan S6 dan S7, menggunakan r = s0, t = 1

D2

R1 diterapkan S8 dan S9, menggunakan r = s1, t = 2

Bukti ini memperlihatkan '1 + 1 = 2 'sebagai pokok pengetahuan matematika

atau kebenaran, menurut analisis sebelumnya, karena bukti deduktif menetapkan

jaminan logis untuk menegaskan pernyataan itu. Selanjutnya adalah pengetahuan priori,

karena ditegaskan berdasarkan nalar semata.

Page 6: Aliran-Aliran Filsafat Matematika

Namun, apa yang belum jelas adalah dasar asumsi yang dibuat dalam

pembuktian. Asumsi yang dibuat terdiri dari dua jenis: asumsi matematika dan asumsi

logis. Asumsi matematika yang digunakan adalah definisi (D1 dan D2) dan aksioma

(A1 dan A2). Asumsi logis adalah aturan kesimpulan yang digunakan (R1 dan R2),

yang merupakan bagian yang mendasari bukti dari teori, dan kalimat yang mendasari

bahasa formal.

Kami menganggap pertama asumsi matematika. Definisi, menjadi definisi yang

eksplisit, yang bukan merupakan persoalan, karena pada prinsipnya mereka dapat

disingkirkan. Setiap pemunculan dari istilah yang didefinisikan 1 dan 2 dapat digantikan

oleh apa yang disingkat (s0 dan ss0, masing-masing). Hasil menghilangkan definisi ini

adalah bukti disingkat: x + sy = s (x + y), s0 + sy = s (S0 + y), s0 + s0 = s (s0 +0), x +0

= x, s0 +0 = s0, s0 + s0 = ss0; membuktikan 's0 + s0 = ss0', yang mewakili '1 +1 = 2 '.

Meskipun definisi eksplisit disingkat pada prinsipnya, itu tetap merupakan kenyamanan

yang tak diragukan, belum lagi bantuan untuk berpikir, untuk mempertahankan mereka.

Namun, dalam konteks ini kita prihatin untuk mengurangi asumsi-asumsi yang

minimum mereka, untuk mengungkapkan asumsi yang tak dapat dikurangi pengetahuan

matematika dan pembenaran.

Jika definisi tidak eksplisit, seperti dalam definisi asli dari induktif Peano (Heijenoort,

1967), yang diasumsikan di atas sebagai sebuah aksioma, dan bukan sebagai definisi,

maka definisi tidak akan eliminable pada prinsipnya. Dalam hal ini masalah dasar

definisi, yaitu asumsi yang menjadi landasannya, analog dengan aksioma.

Aksioma tidak terlepas pada pembuktian. Mereka harus dianggap baik sebagai

kebenaran aksiomatik, atau hanya mempertahankan pembenarannya, asumsi sementara,

diadopsi untuk memungkinkan perkembangan dari teori matematika yang sedang

dipertimbangkan. Kami akan kembali ke hal ini.

Asumsi logis, yaitu aturan inferensi (bagian dari bukti teori keseluruhan) dan

sintaks logis, diasumsikan sebagai bagian dari logika yang mendasarinya, dan

merupakan bagian dari mekanisme yang dibutuhkan untuk aplikasi alasan. Jadi logika

diasumsikan sebagai landasan bermasalah untuk pembenaran pengetahuan.

Singkatnya, kebenaran matematika SD '1 +1 = 2 ', tergantung untuk pembenaran pada

bukti matematika. Hal ini pada gilirannya tergantung pada asumsi sejumlah pernyataan

matematika dasar (aksioma), serta pada logika yang mendasarinya. Secara umum,

Page 7: Aliran-Aliran Filsafat Matematika

pengetahuan matematika terdiri dari pernyataan dibenarkan oleh bukti-bukti, yang

tergantung pada aksioma matematika (dan logika yang mendasari).

Akun ini pengetahuan matematika pada dasarnya adalah yang telah diterima

selama hampir 2.500 tahun. Presentasi awal pengetahuan matematika, Elemen Euclid,

berbeda dari data di atas hanya dengan derajat. Dalam Euclid, pengetahuan matematika

didirikan oleh deduksi logis dari aksioma dan postulat theoremsfrom (yang kita

termasuk di antara aksioma). Logika yang mendasari dibiarkan tidak ditentukan (selain

pernyataan dari beberapa aksioma mengenai hubungan kesetaraan). Aksioma-aksioma

tidak dianggap sebagai asumsi sementara diadopsi, diadakan hanya untuk pembangunan

teori di bawah pertimbangan. Aksioma dianggap kebenaran dasar yang diperlukan tidak

ada pembenaran, bukti luar diri mereka sendiri (Blanche, 1966) . 3 Karena itu, account

klaim untuk menyediakan dasar untuk pengetahuan matematika tertentu. Sebab bukti

logis mempertahankan kebenaran dan diasumsikan aksioma yang jelas kebenaran, maka

setiap teorema yang berasal dari mereka harus juga kebenaran (penalaran ini implisit,

tidak eksplisit di Euclid). Namun, klaim ini tidak lagi diterima karena aksioma Euclid

dan postulat tidak dianggap kebenaran dasar dan tak terbantahkan, tidak ada yang dapat

dinegasikan atau ditolak tanpa mengakibatkan kontradiksi. Bahkan, penolakan beberapa

dari mereka, yang paling notablythe Postulat Paralel, hanya mengarah ke badan lain

pengetahuan geometris (non-Euclidean geometri).

Selain Euclid, pengetahuan matematika modern mencakup banyak cabang yang

bergantung pada asumsi set aksioma yang tidak dapat diklaim sebagai kebenaran

universal dasar, misalnya, aksioma teori grup, atau teori himpunan (Maddy, 1984).Ciri

utama matematika adalah penalaran deduktif tanpa mempersyaratkan penalaran

induktif. Penalaran deduktif ini lahir melalui kebenaran suatu konsep yang diperoleh

sebagai akibat logis dari pernyataan sebelumnya sehingga kaitan pernyataan yang

dahulu dengan berikutnya di dalam matematika selalu konsisisten. Walaupun dalam

matematika mencari kebenaran itu dapat dimulai dengan cara induktif, tetapi sterusnya

generalisasi yang benar untuk semua keadaan harus bisa di buktikan dengan cara

deduktif. Dalam matematika suatu generalisasi dari sifat, teori atau dalil itu dapat

diterima kebenarannya sesudahnya dibuktikan secara deduktif.

Page 8: Aliran-Aliran Filsafat Matematika

Matematika merupakan ilmu deduktif, aksiomatik, hirarkis, abstrak, bahasa

simbol yang padat artinya dan semacam sistem matematika. Sistem matematika

merupakan sistem yang berisi model-model matematika yang digunakan untuk

memecahkan persoalan-persoalan di dunia nyata. Manfaat lain dari ilmu matematika

adalah menjadikan pola pikir manusia yang mempelajarinya menjadi pola pikir

matematis yang sistematis, logis, kritis, dengan penuh kecermatan. Berdasarkan

perspektif epistemologi, kebenaran matematika terbagi dalam dua kategori, yaitu

pandangan absolut dan pandangan fallibilis. Absolutis memandang kebenaran

matematika secara absolut, bahwa „mathematics is the one and perhaps the only realm

of certain, unquestionable and objective knowledge‟, sedangkan menurut fallibilis

mathematicak truth is corrigible, and can never regarded as being above revision and

correction‟ (Ernest, 1991, p:3).

Menurut Woozley (dalam Ernest, 1991, p: 4), pengetahuan terbagi dalam dua

kategori, yaitu pengetahuan a priori dan pengetahuan a posteriori (empirical).

Pengetahuan apriori memuat proposisi yang didasarkan atas, tanpa dibantu dengan

observasi terhadap dunia. Penalaran di sini memuat penggunaan logika. Deduktif dan

makna dari istilah-istilah, secara tipikal dapat ditemukan dalam definisi. Secara kontras

pengetahuan a posteriori memuat proposi yang didasarkan atas pengalaman, yaitu

berdasarkan observasi dunia.

Absolutis memandang pengetahuan matematika didasarkan atas dua jenis

asumsi; matematika ini berkaitan dengan asumsi dari aksioma dan definisi, dan logika

yang berkaitan dengan asumsi aksioma, aturan menarik kesimpulan dan bahasa formal

serta sintak. Ada lokal (micro) dan ada global (macro) asumsi, seperti deduksi logika

cukup untuk menetapkan kebenaran matematika.

Menurut Wilder (dalam Ernest, 1991 p: 8), pandangan absolutis menemui

masalah pada permulaan permulaan abad 20, ketika sejumlah antinomis dan kontradiksi

yang diturunkan dalam matematika. Kontradiksi lainnya muncul adalah teori himpunan

dan teori fungsi. Penemuan ini berakibat terkuburnya pandangan absolutis tentang

matematika. Jika matematika itu pasti dan semua teoremanya pasti, bagaimana dapat

terjadi kontradiksi di antara teorema-teorema itu? Tesis dari fallibilis memiliki dua

bentuk yang ekivalen, satu positif dan satu negatif. Bentuk negatif berkaitan dengan

Page 9: Aliran-Aliran Filsafat Matematika

penolakan terhadap absolutis; pengetahuan matematika bukan kebenaran yang mutlak

dan tidak memiliki validitas yang absolut. Bentuk positifnya adalah pengetahuan

matematika dapat dikoreksi dan terbuka untuk direvisi terus menerus.

C. Pandangan Absolutis Pengetahuan Matematika

Pandangan absolutis pengetahuan matematika adalah bahwa hal itu terdiri dari

kebenaran tertentu dan tak tertandingi. Menurut pandangan ini, pengetahuan

matematika terdiri dari kebenaran absolut, dan mewakili ranah pengetahuan tertentu

yang unik, terpisah dari logika dan pernyataan benar berdasarkan arti istilah, seperti

'Semua bujangan belum menikah'. Banyak filsuf, baik modern dan tradisional, memiliki

pandangan absolutis pengetahuan matematika. Jadi menurut Hempel:

validitas matematika berasal dari ketentuan yang menentukan arti dari konsep-konsep

matematika, dan bahwa proposisi matematika karena itu pada dasarnya 'benar

menurutdefinisi'.

Dalam pemikiran absolut, dinyatakan bahwa Mathematics is the one and

perhaps the only realm of certain, unquestionable and objective knowledge yang

maksudnya adalah Matematika adalah suatu kemungkinan dan kenyataan yang tak

terbantahkan dan merupakan ilmu pengetahuan yang objektif. Sedangkan secara

fallibilis, Mathematica truth is corrigible, and can never regarded as being above

revision and correction, yang maksudnya adalah kebenaran Matematika dapat

dibenarkan dan tidak pernah bisa ditentang, diperbaiki maupun dikoreksi. Sehingga The

Liang Gie dalam bukunya yang berjudul Filsafat Matematika menyatakan bahwa

Filsafat Matematika merupakan sudut pandang yang menyusun dan mempersatukan

berbagai bagian dan kepingan Matematika berdasarkan beberapa asas dasar.

Lain pendukung kepastian matematika adalah Ajayer yang mengklaim berikut.

Sedangkan generalisasi ilmiah mudah mengaku menjadi keliru, kebenaran matematika

dan logika tampaknya semua orang perlu dan pasti. Kebenaran logika dan matematika

proposisi analitik atau tautologi. Kepastian dari proposisi apriori tergantung pada

kenyataan bahwa mereka tautologi. Sebuah proposisi yang tautologi jika analitik.

Sebuah proposisi adalah analitik jika benar hanya dalam kebajikan makna simbol

consistituent, dan karena itu tidak dapat dikonfirmasi atau dibantah baik oleh fakta

pengalaman.(Ayer,1946,halaman72,7716,).

Page 10: Aliran-Aliran Filsafat Matematika

Metode deduktif memberikan surat perintah untuk penegasan matematika

pengetahuan. Dasar-dasar untuk mengklaim bahwa matematika (dan logika)

menyediakan mutlak pengetahuan tertentu, yang adalah kebenaran, karena itu sebagai

berikut. Pertama-tama, dasar laporan digunakan dalam bukti yang dianggap benar.

Aksioma matematika dianggap benar, untuk tujuan mengembangkan sistem yang

sedang dipertimbangkan, definisi matematika adalah benar dengan fiat, dan aksioma

logis diterima sebagai benar. Kedua, aturan logika ofinference melestarikan kebenaran,

adalah mereka memungkinkan apa-apa selain kebenaran yang disimpulkan dari

kebenaran. Berdasarkan kedua fakta, setiap pernyataan dalam bukti deduktif, termasuk

kesimpulannya, adalah benar. Jadi, karena teorema matematika semua dibentuk dengan

cara bukti deduktif, mereka semua kebenaran tertentu. Ini merupakan dasar dari klaim

banyak filsuf bahwa kebenaran matematika adalah kebenaran tertentu.

Pandangan absolutis pengetahuan matematika didasarkan pada dua jenis asumsi:

orang matematika, tentang asumsi aksioma dan definisi, dan orang-orang logika tentang

asumsi aksioma, aturan inferensi dan bahasa formal dan sintaks. Ini adalah lokal atau

microassumptions. Ada juga kemungkinan asumsi makro-global atau, seperti aswhether

cukup deduksi logis untuk membuat semua kebenaran matematika. Saya kemudian akan

menyatakan bahwa masing-masing asumsi melemahkan klaim kepastian untuk

pengetahuan matematika. Pandangan absolutis pengetahuan matematika mengalami

masalah pada awal abad kedua puluh ketika sejumlah antinomi dan kontradiksi berasal

dalam matematika (Kline, 1980; Kneebone, 1963; Wilder, 1965). Dalam serangkaian

publikasi Gottlob Frege (1879, 1893) yang didirikan oleh jauh formulasi paling ketat

logika matematika yang dikenal pada waktu itu, sebagai dasar untuk pengetahuan

matematika. Russell (1902), bagaimanapun, mampu menunjukkan bahwa sistem Frege

tidak konsisten. Masalahnya terletak pada Hukum Kelima Dasar Frege, yang

memungkinkan menetapkan yang akan dibuat dari perpanjangan konsep apapun, dan

untuk konsep atau properti yang akan diterapkan untuk mengatur (Furth, 1964). Russell

diproduksi terkenal paradoks nya dengan mendefinisikan properti dari 'tidak unsur itu

sendiri. Hukum Frege memungkinkan perpanjangan properti ini dianggap sebagai satu

set. Tapi kemudian set ini adalah elemen dari dirinya sendiri jika, dan hanya jika, tidak,

kontradiksi. Hukum Frege tidak dapat dijatuhkan tanpa serius melemahkan sistem nya,

namun itu tidak bisa dipertahankan.

Page 11: Aliran-Aliran Filsafat Matematika

Kontradiksi lain juga muncul dalam teori set dan teori fungsi. Temuan tersebut,

tentu saja, implikasi besar bagi pandangan absolutis pengetahuan matematika. Karena

jika matematika yang pasti, dan semua teorema yang yakin, bagaimana bisa kontradiksi

(yaitu, dusta) berada di antara teorema nya? Karena tidak ada kesalahan tentang

penampilan kontradiksi-kontradiksi ini, pasti ada yang salah dalam dasar matematika.

Hasil dari krisis ini adalah pengembangan dari sejumlah sekolah dalam filsafat

matematika yang bertujuan adalah untuk menjelaskan sifat pengetahuan dan matematika

untuk membangun kembali kepastian.

D. Aliran-aliran dalam filsafat matematika

Para ahli banyak berbeda pendapat tentang pemikiran filsafat dan matematika.

Pemikiran tentang matematika diwarnai dengan perdebatan sengit antara ahli

matematika yang satu dengan ahli matematika lainnya. Karena adanya perdebatan ini

seoalah-olah para ahli terkotak-kotak menurut kelompoknya masing-masing

berdasarkan sudut pandang pandang dan ide yang dikeluarkannya. Sumardyono (2004)

menjelaskan bahwa secara umum terdapat tiga aliran besar yang mempengaruhi

perkembangan matematika, termasuk perkembangan pendidikan matematika, yakni:

1. Aliran Logikalisme atau Logisisme

Dalam Ernes (1991, p:9) Logika lebih dulu dianggap sebagai bagian dari logika

ilmu pasti matematika. Pendukung utama dari pandangan ini adalah G.Leibniz, G.frege

(1893), B.Russel (1919), A.N whitehead dan R. Carnap (1931). Di tangan Bertrand

Russel klaim logika menerima formulasi yang paling jelas dan eksplisit. Ada dua klaim:

i. Semua konsep matematika pada akhirnya dapat direduksi menjadi konsep

logis, asalkan untuk memasukkan konsep set atau sistem kekuasaan yang

mirip, seperti Teori Russel.

ii. Semua kebenaran matematika dapat dibuktikan dari aksioma dan aturan

inferensi logika.

Jika semua matematika dapat dinyatakan dalam istilah murni logis dan terbukti

dari prinsip-prinsip logis saja, kepastian pengetahuan matematika dapat tereduksi

menjadi logika tersebut. Logika dianggap memberikan landasan tertentu untuk

kebenaran, selain terlalu ambisius, upaya untuk memperpanjang logika seperti hukum

Kelima Frege. Melalui program logistis akan memberikan dasar logis untuk

Page 12: Aliran-Aliran Filsafat Matematika

pengetahuan matematika, mendirikan kembali kepastian yang mutlak dalam

matematika.

Whitehead dan Russel (1910-1913) mampu membangun klaim pertama dari

klaim dua melalui rantai definisi. Namun logis kandas pada klaim kedua. Kenyataanya

matematika membutuhkan aksioma non-logis seperti aksioma tak terhingga (himpunan

semua bilangan asli adalah tidak terbatas) dan aksioma pilihan (produk Cartesian dari

himpunan tidak kosong).

Tapi meskipun semua pernyataan logis dapat dinyatakan dalam bentuk konstanta

logis bersama-sama dengan variabel, sebaliknya, semua pernyataan dapat menyatakan

cara ini adalah logis. Aksioma ketidakterbatasan sebagai contoh dari proposisi yang

meskipun dapat diucapkan dalam hal logis tetapi tidak dapat menegaskan dengan logis

untuk menjadi kenyataan (Russel, 1919, halaman 202-3, penekanan asli).

Teorema Matematika tergantung pada Sebuah set asumsi matematika tereduksi.

Memang, sejumlah aksioma teorema matematika tergantung pada kumpulan asumsi

dan negasi tanpa inkonsistensi (Cohen, 1966), sehingga klaim kedua yang logistis

disangkal.

Secara umum, ilmu merupakan pengetahuan berdasarkan analisis dalam menarik

kesimpulan menurut pola pikir tertentu. Matematika, menurut Wittgenstein, merupakan

metode berpikir logis. Berdasarkan perkembangannya, masalah logika makin lama

makin rumit dan membutukan suatu metode yang sempurna. Dalam pandangan inilah,

logika berkembang menjadi matematika. Menurut Russell, bahwa “matematika

merupakan masa kedewasaan matematika, sedangkan logika adalah masa kecil

matematika”

Menurut Ernest (1991), ada beberapa keberatan terhadap logisisme antara lain:

a. Bahwa pernyataan matematika sebagai impilikasi pernyataan sebelumnya,

dengan demikian kebenaran-kebenaran aksioma sebelumnya memerlukan

eksplorasi tanpa menyatakan benar atau salah. Hal ini mengarah pada kekeliruan

karena tidak semua kebenaran matematika dapat dinyatakan sebagai pernyataan

implikasi.

b. Teorema Ketidak sempurnaan Godel menyatakan bahwa bukti deduktif tidak

cukup untuk mendemonstrasikan semua kebenaran matematika. Oleh karena itu

Page 13: Aliran-Aliran Filsafat Matematika

reduksi yang sukses mengenai aksioma matematika melalui logika belum cukup

untuk menurunkan semua kebenaran matematika.

c. Kepastian dan keajegan logika bergantung kepada asumsi-asumsi yang tidak

teruji dan tidak dijustifikasi. Program logisis mengurangi kepastian pengetahuan

matematika dan merupakan kegagalan prinsip dari logisisme. Logika tidak

menyediakan suatu dasar tertentu untuk pengetahuan matematika.

2. Aliran Formalisme

Landasan matematika formalisme dipelopori oleh ahli matematika besar dari Jerman

David Hilbert. Menurut aliran ini sifat alami dari matematika ialah sebagai sistem

lambang yang formal, matematika bersangkut paut dengan sifat – sifat struktural dari

simbol – simbol dan proses pengolahan terhadap lambang – lambang itu. Simbol –

simbol dianggap mewakili berbagai sasaran yang menjadi obyek matematika. Bilangan

– bilangan misalnya dipandang sebagai sifat – sifat struktural yang paling sederhana

dari benda – benda.

Menurut Ernest (1991) formalis memiliki dua tesis, yaitu

1. Matematika dapat dinyatakan sebagai sistem formal yang tidak dapat

ditafsirkan sebarangan, kebenaran matematika disajikan melalui

teorema-teorema formal.

2. Keamanan dari sistem formal ini dapat didemostrasikan dengan

terbebasnya dari ketidak konsistenan.

Berdasarkan landasan pemikiran itu seorang pendukung aliran formalisme

merumuskan matematika sebagai ilmu tentang sistem – sistem formal. Walaupun semua

sistem matematika masih menggunakan sistem aksioma, tetapi menganggap matematika

sebagai konsep formalisme tidak dterimaoleh beberapa ahli.keberatan bermula ketika

Godel membuktikan bahwa tidak mungkin bisa membuat sistem yang lengkap dan

konsisten dalam dirinya sendiri. Pernyataan ini dikenal dengan Teorema

Ketidaklengkapan Godel (Godel’s Incompleteness Theorem).

Ketidak lengkapan Teorema Kurt Godel (Godel, 1931) menunjukkan syarat

yang tidak bisa dipenuhi. Teorema pertamanya menunjukkan bahwa bahkan tidak

semua kebenaran dari aritmatika dapat diturunkan dari aksioma Peano (atau setiap

aksioma set yang rekursif lebih besar). Teorema ketidaklengkapan kedua menunjukkan

Page 14: Aliran-Aliran Filsafat Matematika

bahwa dalam kasus konsistensi pembuktian memerlukan metamatematika. Misalnya,

untuk membuktikan konsistensi dari aritmatika Peano mengharuskan semua aksioma

dari sistem itu dan asumsi lebih lanjut, seperti prinsip induksi transfinit seperti bilangan

ofer kountbale (Genten, 1936). Mungkin Formalis dapat memberikan dukungan bagi

pandangan absolutis sistem matematika, memberikan tantangan bagi kebenaran

matematika. Namun, Tidak semua kebenaran matematika dapat direpresentasikan

sebagai teorema dalam sistem formal, dan lebih jauh lagi, sistem itu sendiri tidak dapat

dijamin kebenarannya.

3. Aliran Intuisionisme

Intuisionisme seperti L.E.J. Brouwer (1882-1966), berpendapat bahwa

matematika suatu kreasi akal budi manusia. Bilangan, seperti cerita bohong adalah

hanya entitas mental, tidak akan ada apabila tidak ada akal budi manusia

memikirkannya. Selanjutnya intuisionis menyatakan bahwa obyek segala sesuatu

termasuk matematika, keberadaannya hanya terdapat pada pikiran kita, sedangkan

secara eksternal dianggap tidak ada. Kebenaran pernyataan p tidak diperoleh melalui

kaitan dengan obyek realitas, oleh karena itu intusionisme tidak menerima kebenaran

logika bahwa yang benar itu p atau bukan p (Anglin, 1994).

Intuisionisme mengaku memberikan suatu dasar untuk kebenaran matematika

menurut versinya, dengan menurunkannya (secara mental) dari aksima-aksioma intuitif

tertentu, penggunaan intuitif merupakan metode yang aman dalam pembuktian.

Pandangan ini berdasarkan pengetahuan yang eksklusifpada keyakinan yang subyektif.

Tetapi kebenaran absolut (yang diakui diberikan intusionisme) tidak dapat didasarkan

pada padangan yang subyektif semata (Ernest, 1991).

Ada berbagai macam keberatan terhadap intusionisme, antara lain; (1)

intusionisme tidak dapat mempertanggung jawabkan bahwa obyek matematika bebas,

jika tidak ada manusia apakah 2 + 2 masih tetap 4; (2) matematisi intusionisme adalah

manusi timpang yang buruk dengan menolak hukum logika p atau bukan p dan

mengingkari ketakhinggaan, bahwa mereka hanya memiliki sedikit pecahan pada

matematika masa kini. Intusionisme, menjawab keberata tersebut seperti berikut; tidak

Page 15: Aliran-Aliran Filsafat Matematika

ada dapat diperbuat untuk manusia untuk mencoba membayangkansuatu dunia tanpa

manusia; (2) Lebih baik memiliki sejumlah sejumlah kecil matematika yang kokoh dan

ajeg dari pada memiliki sejumlah besar matematika yang kebanyakan omong kosong

(Anglin, 1994).

4. Aliran Konstruktivisme

Kontrutivisme dalam filsafat matematika dapat ditelusuri dari tokoh Kant dan

Kronecker (Korner, 1960). Menurut paham konstruktivisme, pengetahuan diperoleh

melalui proses aktif individu mengkonstruksi arti dari suatu teks, pengalaman fisik,

dialog, dan lain-lain melalui asimilasi pengalaman baru dengan pengertian yang telah

dimiliki seseorang. Tujuan pendidikannya menghasilkan individu yang memiliki

kemampuan berpikir untuk menyelesaikan persoalan hidupnya. Program

konstruktivisme adalah salah satu yang merekonstruksi pengetahuan matematika (dan

mereformasi praktek matematika) untuk menjaganya dari kehilangan makna, dan dari

kontradiksi. Untuk tujuan ini, konstruktivis menolak argumen non-konstruktif seperti

pembuktian Cantor bahwa bilangan real adalah uncountable dan hukum logis.

Dalam Ernest (1991, p:11) Para konstruktivis yang paling terkenal adalah

intuisionis L. E. Brouwer (1913) dan Heyting (1931,19560). Baru-baru ini

matematikawan E. Bishop (1967) telah melakukan program konstruktivisme dengan

merekonstruksi sebagian analisis substansial, dengan cara konstruktif. konstruktivisme

mencakup berbagai macam pandangan yang berbeda, ultra-intiusionis dari A.Yessenin

(yang ketat menurut intiusionis filosofis L.E Brouwer), intuitionis tengah (A.Heyting

dan H.Weyl), intuitionis logika modern (A. Troelstra) pada jangkauan konstruktivis

kurang lebih liberal termasuk P.Lorezon dan Martin. Berbagai pandangan, misalnya

pandangan bahwa matematika klasik mungkin tidak cukup kuat dan perlu dibangun

kembali melalui metode konstruvisme dan penalaran. Konstruvisme mengklaim bahwa

kebenaran matematika dan keberadaan objek matematika harus ditetapkan melalui

metode konstruktif. Ini berarti bahwa konstruksi matematika dibutuhkan untuk

mendirikan kebenaran atau keberadaan, dibandingkan dengan metode mengandalkan

bukti oleh kontradiksi. Untuk konstruktivis pengetahuan, harus dibangun melalui bukti-

bukti yang konstruktif, berdasarkan logika konstruktivis terbatas, dan sesuai dengan

dengan prosedur konstruktif. Meskipun beberapa Konstruktivis menyatakan bahwa

matematika adalah studi proses konstruktif yang dilakukan menggunakan pensil dan

Page 16: Aliran-Aliran Filsafat Matematika

kertas, oleh pandangan ketat intuisionis, oleh Brouwer, matematika memiliki tempat

utama. Salah satu konsekuensi, Brower menganggap semua axiomasisasi besifat logika

intuisi sehingga dianggap tidak pernah memiliki bentuk akhir.

Intuisionis merupakan konstruktif filosofi paling lengkap dalam matematika.

Dua klaim dipisahkan dari intuisionis yaitu tesis positif dan negatif Dumment.

Yang positif menyatakan bahwa cara menafsirkan pengertian dari intuisionis

matematika dan operasi logis adalah satu koheren dan sah, bahwa matematika intuistik

dipahami dari teori. Tesis negatif menyatakan bahwa gagasan matematis dan operasi

logis adalah tidak koheren dan tidak sah (Dumment). Tesis negatif intuisionis ditolak.

Masalah lain untuk tampilan kontruktivisme adalah beberapa hal yang tidak

konsisten dengan matematika klasikal. Misalnya, rangkaian bilangan real seperti yang

didefinisikan oleh intuisionis adalah dapat dihitung. Ini bertentangan dengan faham

klasik bukan karena ada kontradiksi yang melekat, tetapi karena definisi bilangan real

berbeda. Gagasan konstruktivisme sering memiliki arti yang berbeda dari pengertian

klasik yang sesuai.

Konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa

pengetahuan adalah bentukan (konstruksi) kita sendiri (Von Glaserfeld). Pengetahuan

bukan tiruan dari realitas, bukan juga gambaran dari dunia kenyataan yang ada.

Pengetahuan merupakan hasil dari konstruksi kognitif melalui kegiatan seseorang

dengan membuat struktur, kategori, konsep, dan skema yang diperlukan untuk

membentuk pengetahuan tersebut.

Jika behaviorisme menekankan ketrampilan atau tingkah laku sebagai tujuan

pendidikan, sedangkan maturasionisme menekankan pengetahuanyang berkembang

sesuai dengan usia, sementara konstruktivisme menekankan perkembangan konsep dan

pengertian yang mendalam, pengetahuan sebagai konstruksi aktif yang dibuat siswa.

Jika seseorang tidak aktif membangun pengetahuannya, meskipun usianya tua tetap

tidak akan berkembang pengetahuannya. Suatu pengetahuan dianggap benar bila

pengetahuan itu berguna untuk menghadapi dan memecahkan persoalan atau

fenomenayang sesuai. Pengetahuan tidak bisa ditransfer begitu saja, melainkan harus

diinterpretasikan sendiri oleh masing-masing orang. Pengetahuan juga bukan

sesuatuyang sudah ada, melainkan suatu proses yang berkembang terus-menerus. Dalam

Page 17: Aliran-Aliran Filsafat Matematika

proses itu keaktivan seseorang sangat menentukan dalam mengembangkan

pengetahuannya.

Jean Piaget adalah psikolog pertama yang menggunakan filsafat

konstruktivisme, sedangkan teori pengetahuannya dikenal dengan teori adaptasi

kognitif. Sama halnya dengan setiap organisme harus beradaptasi secara fisik dengan

lingkungan untuk dapat bertahan hidup, demikian jugastruktur pemikiran manusia.

Manusia berhadapan dengan tantangan, pengalaman, gejala baru, dan persoalan yang

harus ditanggapinya secara kognitif (mental). Untuk itu, manusia harus

mengembangkan skema pikiran lebih umum atau rinci, atau perlu perubahan, menjawab

dan menginterpretasikan pengalaman-pengalaman tersebut. Dengan cara itu,

pengetahuan seseorang terbentuk dan selalu berkembang. Proses tersebut meliputi:

Skema/skemata adalah struktur kognitif yang dengannya seseorang beradaptasi dan

terus mengalami perkembangan mental dalam interaksinya dengan lingkungan.

Skema juga berfungsi sebagai kategori-kategori utnuk mengidentifikasikan

rangsanganyang datang, dan terus berkembang.

Asimilasi adalah proses kognitif perubahan skema yang tetap mempertahankan

konsep awalnya, hanya menambah atau merinci.

Akomodasi adalah proses pembentukan skema atau karena konsep awal sudah tidak

cocok lagi.

Equilibrasi adalah keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi sehingga

seseorang dapat menyatukan pengalaman luar dengan struktur dalamya (skemata).

Proses perkembangan intelek seseorang berjalan dari disequilibrium menuju

equilibrium melalui asimilasi dan akomodasi.

Prinsip-prinsip kontruktivisme banyak digunakan dalam pembelajaran sains dan

matematika. Prinsip-prinsip yang diambil adalah

pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri, baik secara personal maupun sosial

pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke siswa, kecuali hanya dengan

keaktifan siswa sendiri untuk menalar.

murid aktif mengkonstruksi terus-menerus, sehingga selalu terjadi perubahan

konsep menuju konsep yang lebih rinci, lengkap, serta sesuai dengan konsep ilmiah

guru sekadar membantu penyediakan sarana dan situasi agar proses konstruksi

siswa berjalan mulus (Suparno, 1997).

Page 18: Aliran-Aliran Filsafat Matematika

BAB III

KESIMPULAN

Filsafat matematika adalah cabang filsafat yang merenungkan dan menjelaskan

sifat matematika yang menjadikan dasar pengetahuan matematika

Matematika adalah ilmu tentang bilangan, hubungan antara bilangan, dan

prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai

bilangan

Aliran logikalisme menganggap logika memberikan dasar logis untuk

pengetahuan matematika, mendirikan kembali kepastian yang mutlak dalam

matematika.

Aliran formalisme menganggap sifat alami dari matematika ialah sebagai sistem

lambang yang formal, matematika bersangkut paut dengan sifat – sifat struktural

dari simbol – simbol dan proses pengolahan terhadap lambang – lambang itu.

Simbol – simbol dianggap mewakili berbagai sasaran yang menjadi obyek

matematika.

Menurut paham konstruktivisme, pengetahuan diperoleh melalui proses aktif

individu mengkonstruksi arti dari suatu teks, pengalaman fisik, dialog, dan lain-

lain melalui asimilasi pengalaman baru dengan pengertian yang telah dimiliki

seseorang.

Page 19: Aliran-Aliran Filsafat Matematika

DAFTAR PUSTAKA

Anglin, W. S., 1994, Mathematics: A Concise History and Philosophy, Springer-Verlag, New York

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, 1999, Kamus Besar

Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta.

Echols,John M dan Hasan Shadilly, 2003, Kamus Inggris-Indonesia, Gramedia, Jakarta.

Ernest, P, 1991, The Philosphy of Mathematics Education, The Palmer Press, London

Fathani,Abdul Halim. 2009. Matematika(Hakikat &Logika). Jogjakarta: Ar-Ruzz

Media

Gie ,The Liang, 1981, Filsafat Matematika, Supersukses, Yogyakarta.

Kerami, Djati, 2002, Kamus Matematika, Balai Pustaka, Jakarta.

Suriasumantri,Jujun S, 2003, Ilmu dalam Perspektif, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta

Wikipedia, 2014, Filsafat Matematika, Online: http://id.wikipedia.org/wiki/ Filsafat_

matematika, 10 November 2014

Page 20: Aliran-Aliran Filsafat Matematika

DAFTAR ISI

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .............................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah......................................................................................... 1

C. Tujuan ........................................................................................................... 1

BAB II : PEMBAHASAN

A. Filsafat Matematika ...................................................................................... 2

B. Hakikat Matematika...................................................................................... 3

C.

D. Aliran-aliran dalam filsafat matematika ....................................................... 5

1. Aliran Logikalisme .............................................................................. 5

2. Aliran Formalisme ............................................................................... 7

3. Aliran Kontruktivisme ......................................................................... 8

BAB III : PENUTUP

Kesimpulan........................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 12

Page 21: Aliran-Aliran Filsafat Matematika

Filsafat Matematika dan Aliran-Alirannya 21

KELOMPOK I:

EFRIDAYANI 8146172016

LILIS 8146172038

NAILUL HIMMI HSB 8146172050

RUMINDA HUTAGALUNG 8146172061

SAIFUL 8146172062

KELAS: PENDIDIKAN MATEMATIKA B-1 2014

Dosen Mata Kuliah

Dr. Izwita Dewi, M.Pd

PROGRAM PASCA SARJANA (PPs)

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2014