agenda strategis 2017 dan rkp 2018 - balilatfo.kemendesa.go.id · kesejahteraan masyarakat di...
TRANSCRIPT
Rapat Koordinasi Kemenko PMK: Agenda Strategis 2017 dan RKP 2018
Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi
17 Januari 2017
1
REPUBLIK INDONESIA
2
OUTLINE
(1) Ruang Lingkup Kementerian Desa,
PDT dan Transmigrasi
(2) Alokasi dan Realisasi Anggaran
Tahun 2016
(3) Program dan Kegiatan Tahun 2017
(4) Pembangunan Embung
(5) RKP 2018
3
RUANG LINGKUP KEMENTERIAN DESA, PDT DAN TRANSMIGRASI
4
5
6
ALOKASI DAN REALISASI ANGGARAN KEMENTERIAN DESA, PDT, DAN
TRANSMIGRASI TAHUN 2016
ALOKASI DAN REALISASI ANGGARAN KEMENTERIAN DESA, PDT DAN TRANSMIGRASI TAHUN 2016
No. UKE-1
Pagu Realisasi Anggaran
(Rp)
(%)
Pagu Tanpa Blokir Efisiensi
Jumlah Blokir Pagu Blokir Efisien Terhadap
Pagu Tanpa Blokir
Terhadap Pagu Setelah Blokir
-1 -2 -3 -4 -5 -6 -7 -8
1 ITJEN 40.517.542.000 743.423.900 39.774.118.100 36.422.506.589 89,89% 91,57%
2 Ditjen PPMD 2.674.547.530.000 447.805.390.000 2.226.742.140.000 2.013.759.528.178 75,29% 90,44%
3 DITJEN PKP 1.139.865.578.000 481.879.666.000 657.985.912.000 649.858.735.033 57,01% 98,76%
4 DITJEN PDTu 1.289.868.440.000 639.650.589.400 650.217.850.600 618.514.171.544 47,95% 95,12%
5 DITJEN PDT 887.855.245.000 312.252.733.000 575.602.512.000 523.878.085.012 59,00% 91,01%
6 DITJEN PKP2Trans 706.279.037.000 97.841.897.363 608.437.139.637 578.445.375.555 81,90% 95,07%
7 DITJEN PKTrans 921.848.457.000 71.139.915.363 850.708.541.637 827.246.192.954 89,74% 97,24%
8 BALILATFO 191.338.033.000 30.583.740.121 160.754.292.879 154.907.315.636 80,96% 96,36%
9 SETJEN 431.499.071.000 32.702.195.687 398.796.875.313 379.533.606.309 87,96% 95,17%
TOTAL 8.283.618.933.000 2.114.599.550.834 6.169.019.382.166 5.782.565.516.810 69,81% 93,74%
• Pagu Tanpa Blokir Efisiensi Ditjen PPMD merupakan pagu setelah revisi Droploan dan Penambahan Hibah Langsung
• Realisasi anggaran per tanggal 31 desember 2016 Rp. 5.782.565.516.810,- ( 69,81% terhadap pagu tanpa blokir efisiensi atau 93,74% terhadap pagu setelah dikurangi blokir efisiensi)
• Tingginya realisasi anggaran tidak lepas dari arahan Presiden perihal refocusing dan efisiensi anggaran 2016
• Sumber data dari aplikasi SMART (PMK249/2011) Ditjen Anggaran, Kemenkeu tgl 1 Januari 2017 pukul 22.50 WIB 7
8
9
10
PROGRAM DAN KEGIATAN TAHUN 2017
11
12
13
14
15
16
17
10
19
20
21
PEMBANGUNAN EMBUNG
Desa desa yang mengalami kekeringan lahan
Desa desa yang memiliki komoditi pertanian
Pertanian Desa yang tidak memiliki jaringan irigasi
Desa yang memiliki sumber air minum dari air hujan dan mata air
Desa Tidak Memiliki Waduk , Situ, Danau, maupun Bendungan
PARAMETER IDENTIFIKASI
DATA PODES BPS TAHUN 2014
TIDAKADA 68,963
49,057
45,591
3,466
ButuhEmbung(Nasional)
ButuhEmbung2
ButuhEmbung1
a b c
a
b
c
Total Desa Membutuhkan Embung
Desa Membutuhkan Embung tanpa Embung
Desa Membutuhkan Embung Meskipun Sudah Ada Embung
(Desa Memiliki Waduk, situ, danau, bendungan, namun masih ada desa yang mengalami kekeringan lahan, sumber air bersih dari mata air dan air hujan,dan tidak memiliki irigas)
IDENTIFIKASI KEBUTUHAN EMBUNG
ACEH 4,103 BENGKULU 893 D I YOGYAKARTA 134 KALIMANTAN BARAT 1,841 SULAWESI TENGAH 1,327 MALUKU UTARA 994
SUMATERA UTARA 4,135 LAMPUNG 1,563 JAWA TIMUR 2,889 KALIMANTAN TENGAH 1,200 SULAWESI SELATAN 1,445 PAPUA BARAT 1,437
SUMATERA BARAT 456 KEPULAUAN BANGKA BELITUNG 205 BANTEN 607 KALIMANTAN SELATAN 1,571 SULAWESI TENGGARA 1,543 PAPUA 4,713
RIAU 1,446 KEPULAUAN RIAU 256 BALI 302 KALIMANTAN TIMUR 735 GORONTALO 426
JAMBI 1,058 JAWA BARAT 2,297 NUSA TENGGARA BARAT 354 KALIMANTAN UTARA 410 SULAWESI BARAT 459
SUMATERA SELATAN 2,236 JAWA TENGAH 3,165 NUSA TENGGARA TIMUR 2,695 SULAWESI UTARA 1,172 MALUKU 990
49,057 DESA
DESA BUTUH EMBUNG DESA NASIONAL
75
176
249
255
289
389
393
406
442
567
636
841
964
966
1,01
8
1,09
7
1,11
2
1,23
8
1,34
1
1,36
2
1,38
2
1,40
8
1,45
4
1,47
1
1,69
2
2,05
8
2,08
3
2,31
1
2,55
0
2,93
8 3,86
8
3,95
9
4,60
1
(1,000)
-
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
D I Y
OG
YAKA
RTA
KEPU
LAU
AN B
ANG
KA B
ELIT
UNG
KEPU
LAU
AN R
IAU
NUS
A TE
NGG
ARA
BARA
T
BALI
KALI
MAN
TAN
UTAR
A
GORO
NTA
LO
SUM
ATER
A BA
RAT
SULA
WES
I BAR
AT
BAN
TEN
KALI
MAN
TAN
TIM
UR
BEN
GKU
LU
MAL
UKU
MAL
UKU
UTA
RA
JAM
BI
KALI
MAN
TAN
TEN
GAH
SULA
WES
I UTA
RA
SULA
WES
I TEN
GAH
RIAU
SULA
WES
I SEL
ATAN
PAPU
A BA
RAT
LAM
PUN
G
KALI
MAN
TAN
SELA
TAN
SULA
WES
I TEN
GGAR
A
KALI
MAN
TAN
BARA
T
JAW
A BA
RAT
SUM
ATER
A SE
LATA
N
NUS
A TE
NGG
ARA
TIM
UR
JAW
A TI
MUR
JAW
A TE
NGAH
SUM
ATER
A U
TARA
ACEH
PAPU
A
Jumlah Desa Membutuhkan Embung Menurut Provinsi
Desa Butuh Embung
Masuk pada kriteria lokasi prioritas 1 karena
selain tidak memiliki waduk, danau maupun
bendungan ada desa yang sering mengalami
kekeringan lahan, sumber air minum dari mata air dan air hujan dan dan desa memiliki
potensi pertanian namun tidak memiliki
irigasi
45,591 Desa
D I YOGYAKARTA 75 GORONTALO 393 MALUKU 964 RIAU 1,341 KALIMANTAN BARAT 1,692 SUMATERA UTARA 3,868
KEPULAUAN BANGKA BELITUNG 176 SUMATERA BARAT 406 MALUKU UTARA 966 SULAWESI SELATAN 1,362 JAWA BARAT 2,058 ACEH 3,959
KEPULAUAN RIAU 249 SULAWESI BARAT 442 JAMBI 1,018 PAPUA BARAT 1,382 SUMATERA SELATAN 2,083 PAPUA 4,601
NUSA TENGGARA BARAT 255 BANTEN 567 KALIMANTAN TENGAH 1,097 LAMPUNG 1,408 NUSA TENGGARA TIMUR 2,311
BALI 289 KALIMANTAN TIMUR 636 SULAWESI UTARA 1,112 KALIMANTAN SELATAN 1,454 JAWA TIMUR 2,550
KALIMANTAN UTARA 389 BENGKULU 841 SULAWESI TENGAH 1,238 SULAWESI TENGGARA 1,471 JAWA TENGAH 2,938
DESA MEMBUTUHKAN EMBUNG (PRIORITAS 1)
7 13 17 21 26 28 29 33 40 40 50 52 55 59 60 72 83 89 99 99 103 105 112 117 144 149 153 155227 239 267
339384
-50
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
KEP
ULA
UA
N R
IAU
BA
LI
SULA
WES
I BA
RA
T
KA
LIM
AN
TAN
UTA
RA
MA
LUK
U
MA
LUK
U U
TAR
A
KEP
ULA
UA
N B
AN
GK
A B
ELIT
UN
G
GO
RO
NTA
LO
JAM
BI
BA
NTE
N
SUM
ATE
RA
BA
RA
T
BEN
GK
ULU
PA
PU
A B
AR
AT
D I
YOG
YAK
AR
TA
SULA
WES
I UTA
RA
SULA
WES
I TEN
GG
AR
A
SULA
WES
I SEL
ATA
N
SULA
WES
I TEN
GA
H
NU
SA T
ENG
GA
RA
BA
RA
T
KA
LIM
AN
TAN
TIM
UR
KA
LIM
AN
TAN
TEN
GA
H
RIA
U
PA
PU
A
KA
LIM
AN
TAN
SEL
ATA
N
AC
EH
KA
LIM
AN
TAN
BA
RA
T
SUM
ATE
RA
SEL
ATA
N
LAM
PU
NG
JAW
A T
ENG
AH
JAW
A B
AR
AT
SUM
ATE
RA
UTA
RA
JAW
A T
IMU
R
NU
SA T
ENG
GA
RA
TIM
UR
Jumlah Desa Memiliki Waduk/Danau/Bendungan Menurut Provinsi
Desa Memiliki Danau
3,466 Desa
Masuk pada wilayah Prioritas 2 dalam
pembangunan Embung karena meskipun Desa
yang memiliki waduk/Danau/Bendungan namun masih ada
desa yang tidak ada irigasi, mengalami
kekeringan lahan dan ada desa yang sumber
air minumnya bersumber dari air hujan dan mata air
KEPULAUAN RIAU 7 KEPULAUAN BANGKA BELITUNG 29 PAPUA BARAT 55 NUSA TENGGARA BARAT 99 ACEH 144 SUMATERA UTARA 267
BALI 13 GORONTALO 33 D I YOGYAKARTA 59 KALIMANTAN TIMUR 99 KALIMANTAN BARAT 149 JAWA TIMUR 339
SULAWESI BARAT 17 JAMBI 40 SULAWESI UTARA 60 KALIMANTAN TENGAH 103 SUMATERA SELATAN 153 NUSA TENGGARA TIMUR 384
KALIMANTAN UTARA 21 BANTEN 40 SULAWESI TENGGARA 72 RIAU 105 LAMPUNG 155
MALUKU 26 SUMATERA BARAT 50 SULAWESI SELATAN 83 PAPUA 112 JAWA TENGAH 227
MALUKU UTARA 28 BENGKULU 52 SULAWESI TENGAH 89 KALIMANTAN SELATAN 117 JAWA BARAT 239
JUMLAH DESA MEMBUTUHKAN EMBUNG (PRIORITAS 2)
26
RKP 2018
27
Proses perencanaan dan anggaran adalah memastikan tujuan pembangunan dapat dicapai dengan mengoptimalkan seluruh sumber daya (pemerintah, perbankan dan swasta) melalui EFISIENSI, EFEKTIVITAS dan KEADILAN alokasi sumber daya (pengeluaran atau belanja pemerintah, penyaluran kredit perbankan dan investasi swasta).
Teknis perencanaan dan penganggaran melalui efisiensi, efektivitas, dan keadilan adalah dengan melakukan fokus pada PROGRAM-PROGRAM PRIORITAS dengan memperbaiki KUALITAS BELANJA.
Politik perencanaan dan anggaran harus dikendalikan oleh TUJUAN yang akan dicapai (policy driven), dan tidak seharusnya dikendalikan oleh ketersediaan anggaran (budget driven).
DASAR PEMIKIRAN RKP 2018 Teknis perencanaan dan anggaran memastikan
tujuan dan sasaran pembangunan nasional yaitu sesuai dengan Nawa Cita yang telah dijabarkan dalam RPJMN 2015 – 2019.
Kebijakan anggaran belanja yang dilakukan tidak berdasarkan money follow function, tetapi money follow program prioritas. Tidak perlu semua tugas dan fungsi (tusi) harus dibiayai secara merata.
Memangkas program yang nomenklaturnya tidak jelas dan tidak ada manfaatnya bagi rakyat.
Semua nomenklatur Proyek harus jelas, misalnya membeli jaring, membeli benih, dan seterusnya.
Pemerintah harus bekerja keras mengoptimalkan semua sumber daya (pemerintah, perbankan dan swasta) untuk mencapai tujuan dan sasaran pembangunan, tidak terbatas pada Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (Dekon/TP).
28
SUMATERA
22% terhadap
PDB
KALIMANTAN
7,7% terhadap PDB
JAWA: 58,4%
terhadap PDB
BALI-NUSA TENGGARA
3,2% terhadap
PDB
PAPUA: 2,5%
terhadap PDB
SULAWESI
6,2% terhadap
PDB
Sumber: Kementerian Keuangan, 2017 (diolah)
• Konsentrasi aktivitas ekonomi di Pulau Jawa dan Sumatera melahirkan fokus pembangunan yang hanya berkutat di Pulau Jawa dan Sumatra (Jawa dan Sumatra centric) sejak 35 tahun yang lalu;
• Pada Tahun 2016, kontribusi pembentukan PDB Nasional masih didominasi daerah-daerah di Pulau Jawa yang mencapai 58,4%. Sedangkan daerah-daerah di Kawasan Timur Indonesia masih sangat rendah, seperti Papua hanya menyumbang 2,5%.
KESENJANGAN PEMBANGUNAN ANTARWILAYAH
• Kesenjangan pembangunan antarwilayah juga terjadi antara kawasan perkotaan dan perdesaan;
• Kondisi tersebut kemudian melahirkan permasalahan sosial ekonomi, salah satunya kemiskinan;
• Sejak Maret 2016 hingga September 2016 persentase kemiskinan di Perkotaan dan Perdesaan sama-sama mengalami penurunan;
• Namun persentase penduduk miskin di Perdesaan tetap lebih besar dibandingkan kawasan Perkotaan.
Sumber: BPS, September 2016 (diolah)
PERLU ADANYA KEBIJAKAN YANG BERSIFAT AFIRMATIF DAN ASIMETRIS UNTUK MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DI PERDESAAN, DAERAH TERTINGGAL, KAWASAN PERBATASAN, DAN
KAWASAN TRANSMIGRASI
29
1. Belum optimalnya pengelolaan potensi desa dan kawasan perdesaan sebagai pondasi keunggulan daerah dan keunggulan bangsa;
2. Terbatasnya akses pelayanan sosial dasar (pendidikan, kesehatan, perumahan, air bersih dan sanitasi, dan listrik) di desa, daerah tertinggal, kawasan perbatasan, dan kawasan transmigrasi;
3. Terbatasnya infrastruktur dasar terutama transportasi (darat, sungai dan laut, dan udara), energi, informasi dan dan telekomunikasi mengakibatkan terhambatnya kegiatan ekonomi;
4. Rendahnya keterkaitan (konektivitas) menuju kawasan perbatasan negara dan daerah tertinggal menyebabkan ketimpangan harga dan inflasi yang tinggi;
5. Rendahnya akses transportasi dan telekomunikasi membuat masyarakat khususnya di perbatasan negara dan pulau kecil terluar tergantung pada fasilitas dan barang kebutuhan dari negara tetangga menyebabkan lemahnya kedaulatan negara di perbatasan;
6. Belum optimalnya tata kelola pemerintahan Desa sesuai dengan amanat Undang-Undang No.6 Tahun 2014, termasuk belum tertatanya pendampingan kepada masyarakat dan pemerintah desa, rendahnya kualitas dokumen perencanaan pembangunan desa, belum optimalnya pengelolaan keuangan desa, dan belum berkembangnya kawasan perdesaan yang berkelanjutan;
7. Tingginya kesenjangan dalam penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah, serta kesejahteraan masyarakat.
ISU STRATEGIS
• Berdasarkan Peraturan Presiden 12 Tahun 2015 tentang Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, salah satu tugas dan fungsi Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi adalah sebagai koordinator, regulator, dan eksekutor dalam pembangunan desa, daerah tertinggal, dan transmigrasi.
• Sebagai pembangunan multisektor, diperlukan dukungan dan kontribusi kementerian/lembaga terkait, pemerintah daerah, pemerintah desa, dan seluruh pihak dalam percepatan pembangunan desa.
30
KOORDINATOR:
KEMENTERIAN DESA PDT DAN TRANSMIGRASI
KEMENTERIAN/
LEMBAGA
PEMERINTAH
DAERAH
SWASTA
PERGURUAN TINGGI
MASYARAKAT
LEMBAGA SWADAYA MASYARA
KAT
PEMERINTAH DESA
KOORDINASI STAKEHOLDERS DALAM PEMBANGUNAN DESA
SINKRONISASI PERENCANAAN PEMBANGUNAN (PUSAT-DAERAH-DESA)
Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional
(RPJM Nasional)
Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah Tingkat
Provinsi
(RPJMD Provinsi)
Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah Tingkat
Kabupaten
(RPJMD Kabupaten)
Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Desa
(RPJM Desa)
Rencana Kerja Pemerintah Tingkat
Nasional
Rencana Kerja Pemerintah
Daerah Tingkat Provinsi
Rencana Kerja Pemerintah
Daerah Tingkat Kabupaten
Rencana Kerja Pemerintah
Desa
Rencana Pembangunan Lima Tahunan
Rencana Pembangunan Tahunan
• Diperlukan sinkronisasi program kegiatan dalam perencanaan pembangunan mulai dari tingkat pusat hingga ke level desa;
• Perencanaan pembangunan harus mampu mengakomodir kebutuhan pembangunan hingga ke level desa karena desa sebagai lokus utama
pembangunan termasuk dalam pembangunan daerah tertinggal.
Rencana Kerja (Renja)
Rencana Kerja dan Anggaran
Kementerian/Lembaga (RKA-KL)
• Rencana Kerja (Renja) dan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga (RKA-KL) disusun sebagai penjabaran Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJM Nasional) dan Rencana Kerja Pemerintah Tingkat Nasional (RKP Nasional). 31
32
PELAKSANAAN KONSOLIDASI DAN HARMONISASI ANGGARAN PEMBANGUNAN DARI BERBAGAI SUMBER KE DESA
PUSAT
PROVINSI
KABUPATEN
KECAMATAN/DESA
Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat
Dana Alokasi Khusus (DAK), Dekonsentrasi
Alokasi Dana Desa
Dana Desa
Dana Alokasi Khusus (DAK), Tugas Pembantuan
Tugas Pembantuan
• Musyawarah Perencanaan Pembangunan Kabupaten, Kecamatan, dan Desa harus harus sinergi dan harmonis, diantarnya melalui dokumen RPJMN, RPJMD, dan RPJMDes
• Banyaknya dana yang disalurkan ke tingkat desa sehingga dibutuhkan peningkatan koordinasi yang intensif secara vertikal (dari tingkat pusat hingga ke tingkat desa).
33
TERIMA KASIH