adme tetrasiklin

29
ADME TETRASIKLIN Mengapa Tetrasiklin Tidak Boleh Diminum Bersama Susu? Mengapa Tetrasiklin Tidak Boleh Diberikan untuk Pasien dengan Gangguan Fungsi Ginjal dan Hati? Tetrasiklin merupakan golongan antibiotik yang bekerja dengan menghambat sintesis protein bakteri. Tetrasiklin akan berikatan pada ribosomal subunit 30S, sehingga menhambat ikatan aminoasil-tRNA ke sisi A pada kompleks ribosomal. Hambatan ikatan ini menyebabkan hambatan sintesis ikatan peptida. Secara umum tetrasiklin dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu: * Kelompok 1, meliputi agen yang absorpsinya lebih rendah dan kurang lipofil bila dibandingkan dengan kelompok 2. Contohnya adalah tetrasiklin, oksitetrasiklin, klortetrasiklin, demeklosiklin (demetil klorotetrasiklin), limesiklin, metasiklin dan rolitetrasiklin. Semuanya dapat diberikan secara per oral kecuali rolitetrasiklin. * Kelompok 2, lebih mudah diabsorpsi dan 3-5 kali lebih lipofil daripada obat-obat pada kelompok 1. Hal ini akan meningkatkan distribusi ke jaringan, namun data yang meyakinkan tidak ada. Obat-obatnya tersedia dalam sediaan oral dan intravena. Contohnya adalah doksisiklin dan minosiklin. * Kelompok 3, termasuk pengembangan aminometilsiklin yang belum melalui uji klinik, glisisiklin dan tigesiklin dan yang baru-baru ini diakui. Dalam uji in vitro, antibiotik ini secara aktif melawan bakteri yang resisten terhadap tetrasiklin. Secara khusus artikel ini akan membahas farmakokinetika tetrasiklin dari kelompok 1 meliputi absorpsi, distribusi, metabolisme, dan eliminasi dalam tubuh, sehingga pertanyaan yang menjadi judul di atas dapat terjawab. Kelompok 1 terdiri dari tetrasiklin, oksitetrasiklin, klortetrasiklin, demeklosiklin

Upload: daniel-suarez-parapat

Post on 08-Apr-2016

105 views

Category:

Documents


14 download

DESCRIPTION

kedokteran

TRANSCRIPT

Page 1: ADME TETRASIKLIN

ADME TETRASIKLIN

Mengapa Tetrasiklin Tidak Boleh Diminum Bersama Susu? Mengapa Tetrasiklin Tidak Boleh Diberikan untuk Pasien dengan Gangguan Fungsi Ginjal dan Hati?

Tetrasiklin merupakan golongan antibiotik yang bekerja dengan menghambat sintesis protein bakteri. Tetrasiklin akan berikatan pada ribosomal subunit 30S,

sehingga menhambat ikatan aminoasil-tRNA ke sisi A pada kompleks ribosomal. Hambatan ikatan ini menyebabkan hambatan sintesis ikatan peptida. Secara

umum tetrasiklin dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu:

* Kelompok 1, meliputi agen yang absorpsinya lebih rendah dan kurang lipofil bila dibandingkan dengan kelompok 2. Contohnya adalah tetrasiklin,

oksitetrasiklin, klortetrasiklin, demeklosiklin (demetil klorotetrasiklin), limesiklin, metasiklin dan rolitetrasiklin. Semuanya dapat diberikan secara per oral kecuali

rolitetrasiklin.* Kelompok 2, lebih mudah diabsorpsi dan 3-5 kali lebih lipofil daripada obat-

obat pada kelompok 1. Hal ini akan meningkatkan distribusi ke jaringan, namun data yang meyakinkan tidak ada. Obat-obatnya tersedia dalam sediaan oral dan

intravena. Contohnya adalah doksisiklin dan minosiklin.* Kelompok 3, termasuk pengembangan aminometilsiklin yang belum melalui uji klinik, glisisiklin dan tigesiklin dan yang baru-baru ini diakui. Dalam uji in vitro,

antibiotik ini secara aktif melawan bakteri yang resisten terhadap tetrasiklin.

Secara khusus artikel ini akan membahas farmakokinetika tetrasiklin dari kelompok 1 meliputi absorpsi, distribusi, metabolisme, dan eliminasi dalam

tubuh, sehingga pertanyaan yang menjadi judul di atas dapat terjawab. Kelompok 1 terdiri dari tetrasiklin, oksitetrasiklin, klortetrasiklin, demeklosiklin (demetil

klorotetrasiklin), limesiklin, metasiklin dan rolitetrasiklin.

Berikut ini tabel hasil penelitian yang dilakukan oleh Kenneth N. Agwuh dan Alasdair MacGowan tentang farmakokinetika tetrasiklin dari kelompok 1:

Pharmacokineticts of tetracyclines

Pharmacokineticts of tetracyclines

Absorpsi bervariasi dari 0% sampai hampir 90%, meskipun sebagian besar berada dalam kisaran 25-60%. Konsentrasi serum meningkat secara perlahan setelah

pemberian oral dengan absorpsi yang terjadi dalam perut, duodenum dan intestine. Cmax (mg/L) tergantung pada dosis, namun umumnya pada kisaran 1-5

mg/L. Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai konsentrasi puncak (Tmax) berkisar antara 2-4 jam kecuali demeklosiklin yang Cmax-nya tertunda sampai 4-

6 jam.

Absorpsi

Page 2: ADME TETRASIKLIN

Seluruh kelompok ini membentuk kompleks yang tidak larut dengan kalsium, magnesium, besi, dan aluminium, sehingga secara nyata akan mengurangi

absorpsi. Protein, lemak, dan karbohidrat juga akan mengurangi absorpsi sampai dengan 50%. Oleh karena itulah, maka tetrasiklin diberikan sebelum makan.

Susu mengandung kalsium, magnesium, besi, dan aluminium yang akan membentuk kompleks tidak larut dengan tetrasiklin. Susu juga mengandung

protein dan lemak, sehingga tetrasiklin tidak boleh diminum bersama dengan susu karena dapat menurunkan absorpsi.

Distribusi

Volume distribusi 1,3-1,7 L/kg atau total volume distribusinya 100-130 L. Hal ini secara tidak langsung menunjukkan konsentrasi dalam jaringan yaitu keseluruhan

dari kelompok ini penetrasi ke jaringannya kecil, sehingga disimpulkan distribusinya relatif sulit. Ikatan oleh protein bervariasi untuk masing-masing

obat.

Metabolisme dan Eliminasi

Tidak satupun dari kelompok ini mengalami metabolisme, kecuali tetrasiklin yang diekskresikan sebagai D-epitetrasiklin. Obat yang tidak mengalami perubahan

(metabolisme) diekskresi oleh ginjal dan melalui ekskresi bilier (obat terkonsentrasi dalam empedu dan diekskresi ke dalam usus halus). Eliminasi oleh

ginjal (Clr) berhubungan dengan filtrasi glomerular, kecuali chlortetrasiklin. Artinya darah dibersihkan dari tetrasiklin berdasarkan transpor konvektif. Jumlah

obat yang diekskresi ke dalam urin < 50%, rolitetrasiklin dikatakan memiliki eliminasi yang tinggi pada ginjal. Ekskresi > 40% terdapat pada feses setelah

ekskresi bilier dan semuanya memiliki sirkulasi enterohepatik. Sirkulasi enterohepatik ini dapat memperpanjang keberadaan obat dalam tubuh.

Adanya gangguan fungsi ginjal akan mempengaruhi eliminasi tetrasiklin, khususnya bila terjadi kerusakan pada glomerulus eliminasi tetrasiklin menjadi

lebih lama. Selain itu, adanya sirkulasi enterohepatik akan memperpanjang keberadaan obat dalam tubuh dan bila terdapat gangguan fungsi hati keberadaan

obat dalam tubuh akan semakin panjang. Oleh karena itulah, maka tetrasiklin tidak boleh diberikan kepada pasien dengan gangguan fungsi ginjal dan hati

karena dapat meningkatkan resiko toksisitasnya. Bila terpaksa harus diberikan tetrasiklin, maka dapat dilakukan penyesuaian dosis.

Daftar Pustaka

Agwuh, K. N., Alasdair MacGowan, 2006, Pharmacokinetics and Pharmacodynamics of The Tetracyclines Including Glycylcyclines, Journal of

Antimicrobial Chemotherapy, 256–265, Oxford University Press on behalf of the British Society for Antimicrobial Chemotherapy, United Kingdom

Page 3: ADME TETRASIKLIN

Mutscheler, E., 1999, Dinamika Obat, 649-651, Penerbit ITB, Bandung

Neal, M.J., 2006, At a Glance Farmakologi Medis, edisi kelima, 13, Penerbit Erlangga, Jakarta

PILIH SIDAL ATAU STATIK PAHAMI CARA KERJA ANTIBIOTIK

Dalam pemilihan antibiotik, perlu sikap hati-hati supaya tidak menimbulkan kekecewaan. Soal spektrum, ada ketentuan ketat pemilihan antibiotik yang spektrum luas maupun yang spektrum sempit (Baca artikel: Jangan sembarangan: Tentukan Spektrum Antibiotik Secara Tepat).Demikian pula di dalam memilih sifat antibiotik berdasar cara kerjanya. Kita mengenal ada 2 (dua) cara kerja/mekanisme kerja bakteri dalam melawan kuman. Yaitu, dengan mematikan bakteri (bakterisidal), dan dengan mentidakaktifkan bakteri (bakteriostatik).Drh Abadi Soetisna menganjurkan supaya yang dipakai terlebih dahulu adalah yang sidal (mematikan), supaya bakteri tidak resisten!Cara kerja dalam dua tujuan itu sendiri ada beberapa, yaitu:1. Mengganggu pembentukan dinding sel bakteri, misalnya antibiotika jenis penisilin.2. Mengganggu sintesa protein bakteri, misalnya antibiotika dari jenis streptomisin.3. Mengganggu pembentukan DNA (Asam Deoksiribo Nukleat), misalnya antibiotika dari jenis sulfa.4. Mengganggu enzim DNA Girase, misalnya antibiotika dari jenis quinolon.Sebagai ilustrasi, DNA yang merupakan kode genetik bagi bakteri berwujud spiral yang berputar dari kiri ke kanan. Untuk memisahkannya, spiral diputar dari kanan ke kiri hingga terpisah, sehingga terjadi proses pemretelan oleh antibiotik yang bersifat mengganggu DNA ini.Untuk itulah antibiotik yang bersifat khusus ini diberikan. Demikian juga dengan pentingnya ketepatan pilihan pemberian antibiotik yang lain!Lalu di mana letak antibiotik tersebut bersifat mematikan (sidal) dan bersifat menghambat (statik) bakteri?Menurut Drh Abadi Soetisna, semua jenis antibiotik dengan cara kerja tersebut dapat bersifat mematikan atau menghambat antibiotik.Antibiotik bersifat mematikan, bila dosisnya tinggi. Sedangkan antibiotik bersifat menghambat bila dosisnya rendah.Untuk memilihnya, selain tergantung spektrum kerja antibiotik(bacaartikel: Jangan Sembarangan, Tentukan Spektrum Antibiotik Secara Tepat), juga tergantung kondisi lapangan.Artinya, jangan pakai obat yang sama itu-itu juga. Perlu dilakukan perputaran penggunaan antibiotik,jangan sampai antibiotik yang sama kerjanya melulu.Bisa saja obat antibiotika yang diberikan jenisnya berbeda,namun ternyata cara kerjanya sama. Hal itu bisa menimbulkan resistensi.Untuk itu, jelas, pahami lebih dalam tentang jenis-jenis antibiotik ini.Untuk lebih mempertegas pembahasan masalah tersebut, maka Rochman Naim Dosen

Page 4: ADME TETRASIKLIN

FKH dan Pascasarjana IPB dalam sebuah media massa menuliskan sudut pandang lain tentang cara kerja dan mekanisme resistensi antibiotik.Rochman Naim mengungkap, sejak awal penemuannya oleh Alexander Fleming pada tahun 1928, antibiotik telah memberikan kontribusi yang efektif dan positif terhadap kontrol infeksi bakteri pada manusia dan hewan.Namun, sejalan dengan perkembangan dan penggunaannya tersebut, banyak bukti atau laporan yang menyatakan bahwa bakteri-bakteri patogen menjadi resisten terhadap antibiotik. Resistensi ini menjadi masalah kesehatan utama sedunia.Penggunaan antibiotik ini (pada manusia dan hewan) akan menghantarkan munculnya mikroorganisme resisten, tidak hanya mikroba sebagai target antibiotik tersebut, tetapi juga mikroorganisme lain yang memiliki habitat yang sama dengan mikroorganisme target.Hal ini dimungkinkan karena adanya transfer materi genetik (plasmid atau transposon) di antara genus bakteri yang berbeda yang masih memiliki hubungan dekat, meliputi bakteri Escherichia coli, Klebsiella, dan Salmonella.Penggunaan antibiotik pada pakan hewan sebagai pemacu pertumbuhan telah mengakibatkan pertumbuhan bakteri yang resisten terhadap antibiotik yang umum digunakan untuk terapi infeksi pada manusia.

Cara kerja AntibiotikDititurkan Rochman Naim, antibiotik memiliki cara kerja sebagai bakterisidal (membunuh bakteri secara langsung) atau bakteriostatik (menghambat pertumbuhan bakteri). Pada kondisi bakteriostasis, mekanisme pertahanan tubuh inang seperti fagositosis dan produksi antibodi biasanya akan merusak mikroorganisme.Ada beberapa cara kerja antibiotik terhadap bakteri sebagai targetnya, yaitu menghambat sintesis dinding sel, menghambat sintesis protein, merusak membran plasma, menghambat sintesis asam nukleat, dan menghambat sintesis metabolit esensial.Dinding sel bakteri terdiri atas jaringan makromolekuler yang disebut peptidoglikan. Penisilin dan beberapa antibiotik lainnya mencegah sintesis peptidoglikan yang utuh sehingga dinding sel akan melemah dan akibatnya sel bakteri akan mengalami lisis.Riboson merupakan mesin untuk menyintesis protein. Sel eukariot memiliki ribosom 80S, sedangkan sel prokariot 70S (terdiri atas unit 50S dan 30S). Perbedaan dalam struktur ribosom akan mempengaruhi toksisitas selektif antibiotik yang akan mempengaruhi sintesis protein.Di antara antibiotik yang mempengaruhi sintesis protein adalah kloramfenikol, eritromisin, streptomisin, dan tetrasiklin. Kloramfenikol akan bereaksi dengan unit 50S ribosom dan akan menghambat pembentukan ikatan peptida pada rantai polipeptida yang sedang terbentuk.Kebanyakan antibiotik yang menghambat protein sintesis memiliki aktivitas spektrum yang luas. Tetrasiklin menghambat perlekatan tRNA yang membawa asam amino ke ribosom sehingga penambahan asam amino ke rantai polipeptida yang sedang dibentuk terhambat.Antibiotik aminoglikosida, seperti streptomisin dan gentamisin, mempengaruhi tahap awal dari sintesis protein dengan mengubah bentuk unit 30S ribosom yang akan mengakibatkan kode genetik pada mRNA tidak terbaca dengan baik.Antibiotik tertentu, terutama antibiotik polipeptida, menyebabkan perubahan

Page 5: ADME TETRASIKLIN

permeabilitas membran plasma yang akan mengakibatkan kehilangan metabolit penting dari sel bakteri. Sebagai contoh adalah polimiksin B yang menyebabkan kerusakan membran plasma dengan melekat pada fosfolipid membran.Rochman Naim menegaskan, sejumlah antibiotik mempengaruhi proses replikasi DNA/RNA dan transkripsi pada bakteri. Contoh dari golongan ini adalah rifampin dan quinolon. Rifampin menghambat sintesis mRNA, sedangkan quinolon menghambat sintesis DNA. (YR)

ntibiotik Kamis, 10 April 2008 @ 14:14 WIB - Musik, Film & Hiburan   Definisi ANTIBIOTIKAntibiotik dapat dikatakan sebagai perusak kehidupan, atau dapat disebut juga suatu zat kimiawi yang dihasilkan oleh mikroorganisme yang mempunyai kemampuan, dalam larutan encer, untuk menghambat pertumbuhan atau membunuh mikroorganisme lainnya.

Cara Kerja ANTIBIOTIKBerdasarkan mekanisme kerjanya dapat dibagi menjadi lima kelompok yaitu:1. Mengganggu metabolisme sel mikrobaAntimikroba yang termasuk dalam kelompok ini adalah sulfonamid, trimetoprin, asam p-aminosalisilat (PAS), dan Sulfon.

2. Menghambat sintesis dinding mikrobaObat yang termasuk dalam kelompok ini ialah penisilin, sefalosporin, basitrasin, vankomisin, dan sikloserin.

3. Mengganggu permeabilitas membran sel mikrobaObat yang termasuk dalam kelompok ini adalah polimiksin, golongan polien serta berbagai antimikroba kemoterapeutik, umpamanya antiseptik surface active agents.

4. Menghambat sintesis protein sel mikrobaObat yang termasuk dalam kelompok ini ialah golongan aminoglikosid, makrolid, linkomisin, tetrasiklin, dan kloramfenikol.

5. Menghambat sintesis atau merusak asam nukleat sel mikrobaObat yang termasuk dalam kelompok ini adalah rifampisin, dan golongan kuinolon.

Jenis-jenis ANTIBIOTIKMeskipun ada lebih dari 100 macam antibiotik, namun umumnya mereka berasal dari beberapa jenis antibiotik saja, sehingga mudah untuk dikelompokkan. Ada banyak cara untuk menggolongkan antibiotik, salah satunya berdasarkan struktur kimianya.

Berdasarkan struktur kimianya, antibiotik dikelompokkan sebagai berikut:a. Golongan AminoglikosidaDiantaranya adalag amikasin, gentamisin, kanamisin, neomisin, netilimisin, paromisin, sisomisin, streptomisin, dan tobramisin.

Page 6: ADME TETRASIKLIN

b. Golongan Beta-LaktamDiantaranya golongan karbapenem (ertapenem, imipenem, meropenem), golongan sefalosporin (sefaleksin, sefazolin, sefuroksim, sefadroksil, seftazidim), golongan beta-laktam monosiklik, dan golongan penisilin (penisilin, amoksisilin).

Salah satu contoh dari golongan beta-laktam ini adalah golongan sefalosporin dan golongan sefalosporin ini ada hingga generasi ketiga dan seftriakson merupakan generasi ketiga dari golongan sefalosporin ini.

SeftriaksonObat ini umumnya aktif terhadap kuman gram-positif, tetapi kurang aktif dibandingkan dengan sefalosporin generasi pertama. Untuk meningitis obat ini diberikan dua kali sehari sedangkan untuk infeksi lain umumnya cukup satu kali dalam sehari.

Dosis lazim obat ini ialah 1-2 g/hari IM atau IV dalam dosis tunggal atau dibagi dalam 2 dosis. Seftriakson tersedia dalam bentuk bubuk obat suntik 0.25 ; 0.5 ; dan 1 g. Apabila obat ini diberikan sebanyak 250mg akan sangat ampuh dan tanpa komplikasi oleh karena itu menjadi pilihan utama untuk uretritis oleh gonokokus.

c. Golongan GlikopeptidaDiantaranya vankomisin, teikoplanin, ramoplanin dan dekaplanin.

d. Golongan PoliketidaDiantaranya golongan makrolida (eritromisin, azitromisin, klaritromisin, roksitromisin), golongan ketolida (telitromisin), golongan tetrasiklin (doksisiklin, oksitetrasiklin, klortetrasiklin).

e. Golongan PolimiksinDiantaranya polimiksin dan kolistin.

f. Golongan Kuinolon (fluorokuinolon)Diantaranya asam nalidiksat, siprofloksasin, ofloksasin, norfloksasin, levofloksasin, dan trovafloksasin.

Golongan ini dapat digunakan untuk infeksi sistemik. Mekanisme resistensi melalui plasmid seperti yang banyak terjadi pada antibiotika lain tidak dijumpai pada golongan kuinolon, namun dapat terjadi dengan mekanisme mutasi pada DNA atau membrane sel kuman.

Golongan flourokuinolon aktif sekali terhadap enterobacteriaceae (E. coli, Klebsiella, Enterobacter, Proteus), Shigella, Salmonella, Vibrio, C. jejuni, B. catarrhalis, H. influenza, dan N. gonorrhoeae. Golongan ini juga aktif terhadap Ps. Aeruginosa. Berbagai kuman yang telah resisten terhadap golongan aminoglikosida dam beta-laktam ternyata masih peka terhadap fluorokuinolon.

Streptokokus (termasuk S. pyogenes grup A, Enterococcus faecalis, dan Streptococcus

Page 7: ADME TETRASIKLIN

viridans) termasuk ke dalam kuman yang kurang peka terhadap fluorokuinolon. Kuman-kuman anaerob pada umumnya resisten terhadap fluorokuinolon.

Golongan kuinolon baru umunya dapat ditoleransi dengan baik. Efek sampingnya yang terpenting adalah pada saluran cerna dan susunan saraf pusat. Manifestasi pada saluran cerna terutama berupa mual dan hilang nafsu makan, merupakan efek samping yang paling sering dijumpai. Efek samping pada susunan saraf pusat umumnya bersifat ringan berupa sakit kepala, vertigo dan insomnia.

Efek samping yang lebih berat pada SSP seperti reaksi psikotik, halusinasi, depresi dan kejang, jarang terjadi. Penderita berusia lanjut, khususnya dengan arteriosklerosis atau epilepsi, lebih cenderung mengalami efek samping susunan saraf ini.

g. Golongan StreptograminDiantaranya pristinamycin, virginiamycin, mikamycin, dan kinupristin-dalfopristin.

h. Golongan OksazolidinonDiantaranya linezolid dan AZD2563.

i. Golongan SulfonamidaDiantaranya kotrimoksazol dan trimetoprim.

j. Antibiotika lain yang penting, seperti kloramfenikol, klindamisin dan asam fusidat.

Antibiotik dapat pula digolongkan berdasarkan organisme yang dilawan dan jenis infeksi. Berdasarkan keefektifannya dalam melawan jenis bakteri, dapat dibedakan antibiotik yang membidik bakteri gram positif atau gram negatif saja, dan antibiotik yang berspektrum luas, yaitu yang dapat membidik bakteri gram positif dan negatif.

Antibiotik Dapat menyebabkan Kecacatan pada Bayi

oleh : tb2g     Studi terkini menyebutkan bahwa pemakaian antibiotik untuk mengatasi infeksi saluran kemih pada ibu hamil akan meningkatkan

risiko anak cacat lahir. Dokter dan ibu hamil pun disarankan untuk lebih berhati-hati terhadap dua jenis antibiotik ini.risiko anak cacat lahir. Dokter dan ibu hamil pun disarankan untuk lebih berhati-hati terhadap dua jenis antibiotik ini.Peneliti menemukan fakta cacat lahir itu pada dua jenis antibiotik, yaitu sulfonamide (contoh: Bactrim) dan nitrofurantoins (contoh: Macrobid). Sementara itu, antibiotik penicillins dan erythromycins, yang banyak diresepkan untuk ibu hamil selama ini tergolong aman.Penggunaan antibiotik yang diketahui tidak aman itu harus menjadi perhatian para dokter dalam mengambil keputusan untuk menangani infeksi pada ibu hamil.Infeksi bakteri sangat berbahaya pada ibu hamil dan janinnya. Pemakaian antibiotik perlu

Page 8: ADME TETRASIKLIN

lebih diperhatikan, karena studi mengenai pengaruh antibiotik terhadap ibu hamil belum banyak dilakukan.Dalam investigasinya, peneliti menganalisis enam jenis antibiotik pada 13.000 wanita hamil yang kandungannya terdeteksi cacat dan juga 5.000 wanita hamil yang bebas dari cacat kandungan. Sebanyak 30 persen wanita dalam grup tersebut mengonsumsi antibiotik selama kehamilan, terutama pada trimester pertama.Hasilnya ternyata, sebanyak 14 persen wanita yang melahirkan anak cacat diketahui menggunakan antibiotik beberapa bulan sebelum kehamilan dan pada trimester pertama.Antibiotik sulfonamide terkait dengan enam jenis cacat lahir, sedangkan nitrofurantoins terkait pada empat jenis cacat. Dua jenis antibiotik ini berisiko paling banyak menghasilkan cacat lahir dibanding antibiotik lain yang risiko cacat lahirnya hanya 1 jenis.Cacat lahir itu antara lain ketidaknormalan jantung yang dikenal dengan hypoplastic left heart syndrome. Penggunaan sulfonamides akan meningkatkan risiko cacat tersebut hingga 4 kali lipat. Terjadi pada 1 dari 42.000 kelahiran.Studi ini dimuat dalam Archives of Pediatrics & Adolescent Medicine dan diharapkan menjadi panduam dokter dan ibu hamil untuk menggunakan antibiotik yang lebih aman.Peneliti menemukan fakta cacat lahir itu pada dua jenis antibiotik, yaitu sulfonamide (contoh: Bactrim) dan nitrofurantoins (contoh: Macrobid). Sementara itu, antibiotik penicillins dan erythromycins, yang banyak diresepkan untuk ibu hamil selama ini tergolong aman.Penggunaan antibiotik yang diketahui tidak aman itu harus menjadi perhatian para dokter dalam mengambil keputusan untuk menangani infeksi pada ibu hamil.Infeksi bakteri sangat berbahaya pada ibu hamil dan janinnya. Pemakaian antibiotik perlu lebih diperhatikan, karena studi mengenai pengaruh antibiotik terhadap ibu hamil belum banyak dilakukan.Dalam investigasinya, peneliti menganalisis enam jenis antibiotik pada 13.000 wanita hamil yang kandungannya terdeteksi cacat dan juga 5.000 wanita hamil yang bebas dari cacat kandungan. Sebanyak 30 persen wanita dalam grup tersebut mengonsumsi antibiotik selama kehamilan, terutama pada trimester pertama.Hasilnya ternyata, sebanyak 14 persen wanita yang melahirkan anak cacat diketahui menggunakan antibiotik beberapa bulan sebelum kehamilan dan pada trimester pertama.Antibiotik sulfonamide terkait dengan enam jenis cacat lahir, sedangkan nitrofurantoins terkait pada empat jenis cacat. Dua jenis antibiotik ini berisiko paling banyak menghasilkan cacat lahir dibanding antibiotik lain yang risiko cacat lahirnya hanya 1 jenis.Cacat lahir itu antara lain ketidaknormalan jantung yang dikenal dengan hypoplastic left heart syndrome. Penggunaan sulfonamides akan meningkatkan risiko cacat tersebut hingga 4 kali lipat. Terjadi pada 1 dari 42.000 kelahiran.Studi ini dimuat dalam Archives of Pediatrics & Adolescent Medicine dan diharapkan menjadi panduam dokter dan ibu hamil untuk menggunakan antibiotik yang lebih aman.

Wed, 21 Jul 2004 18:28:16 -0700

Page 9: ADME TETRASIKLIN

Untuk mbak Intan dan other parents yang mungkin baru bergabung di milis balitaanda, beberapa waktu lalu pernah di posting artikel mengenai apa saja jenisantibiotik dan kegunaan-nya.

Saya re-post artikel tersebut, mudah-mudahan bermanfaat bagi kita semua. Saransaya, sebagai pasien hendaknya kita lebih smart dan critical dalam menanggapisetiap analisa dan resep yang dokter berikan buat kita, untuk itu sangat perlubagi kita untuk membekali diri dengan pengetahuan dasar mengenai kesehatan.Saya bukan anti obat dan antibiotik tetapi saya menentang setiap penggunaanobat dan antibiotik yang tidak pada tempatnya. Ini tubuh kita, dan tubuh kitaitu anugerah dari Tuhan harus dijaga dengan sebaik-baiknya. Disamping itudengan mengkonsumsi obat-obatan dan antibiotik secara benar dan padatempatnya, we don't only save ourselves but also environment.

Salam sehat,Dewi==============================================================

Dear All,Dibawah ini merupakan ringkasan dari seminar paket ke 3 yang berjudulAntibiotik (AB) yang diadakan oleh Dr. Wati. Makalah lengkapnya ada di bag. 2.Selamat membaca dan mengamalkan.

Antibiotik? Siapa Takut?Mungkin begitulah kira2 pikiran kebanyakan pasien Indonesia ketika diberiresep oleh dokternya ketika berobat...karena sudah seringnya diberi AB, kitalangsung aja meminumnya tanpa mempertanyakan dahulu apakah benar kita perluAB? Lalu kapan sih kita perlu dan kapan tidak? Summary ini membahas dengansingkat apa itu AB dan beberapa topik yang berhubungan.....

Apa itu AB?AB ditemukan oleh Alexander Flemming pada tahun 1929 dan digunakan untukmembunuh bakteri secara langsung atau melemahkan bakteri sehingga kemudiandapat dibunuh dengan sistem kekebalan tubuh kita. AB ada yang merupakan1. produk alami,2. semi sintetik, berasal dari alam dibuat dengan beberapa perubahan agarlebih kuat, mengurangi efek samping atau untuk memperluas jenis bakteri yangdapat dibunuh,

Page 10: ADME TETRASIKLIN

3. full sintetik.

Jenis AB:1. Narrow spectrum, berguna untuk membunuh jenis2 bakteri secara spesifik.Mungkin kalau di militer bisa disamakan dengan sniper, menembak 1 targetdengan tepat. AB yang tergolong narrow spectrum adalah ampicillin danamoxycilin (augmentin, surpas, bactrim, septrim).

2. Broad spectrum, membunuh semua jenis bakteri didalam tubuh, atau bisadisamakan dengan bom nuklir. Dianjurkan untuk menghindari mengkonsumsi ABjenis ini, karena more toxic dan juga membunuh jenis bakteri lainnya yangsangat berguna untuk tubuh kita. AB yang termasuk kategori ini adalahcephalosporin (cefspan, cefat, keflex, velosef, duricef, etc.).

BakteriBakteri berdasarkan sifat fisiknya dapat dibagi menjadi dua, yaitu grampositif (+) dan gram negatif (-). Infeksi dibagian atas difragma (dada)umumnya disebabkan oleh bakteri gram (+) sedangkan infeksi dibagian bawahdifragma disebabkan oleh bakteri gram (-). Biasanya, infeksi yang disebabkanoleh gram (+) lebih mudah dilawan. Didalam tubuh kita banyaksekali terdapat bakteri, bahkan salah satu kandungan ASI adalah bakteri.

Jadi, sebenarnya, kebanyakan bakteri tidaklah "jahat". Manfaat bakteri diususkita adalah:1. bakteri mengubah apa yang kita makan menjadi nutrisi yang dibutuhkan olehtubuh.2. memproduksi vitamin B & K.3. memperbaiki sel dinding usus yang tua dan sudah rusak.4. merangsang gerak usus sehingga kita tidak mudah muntah (konstipasi).5. menghambat berkembang biaknya bakteri jahat dan secara tidak langsungmencegah tubuh kita agar tidak terinfeksi bakteri jahat.

Sekarang kita tahu manfaatnya, jadi jangan lagi minum AB tanpa alasan yangjelas, karena hal ini akan membunuh bakteri yang baik tersebut.

VirusWalaupun sesama mikro-organisme, virus ukurannya jauh lebih kecil dibandingkandengan bakteri. Mereka berkembang biak dengan mengunakan sel tubuh kita, jadivirus akan mati bila berada diluar tubuh.Catatan penting: virus tidak dapat dibunuh oleh obat dan AB sama sekali tidakbekerja terhadap virus. Virus hanya bisa dibasmi oleh sistem imun atau dayatahan tubuh kita, salah satunya adalah dengan demam.Demam merupakan bagian dari sistem daya tahan tubuh yang bermanfaat untukmembasmi

Page 11: ADME TETRASIKLIN

virus, karena virus tidak tahan dengan suhu tubuh yang tinggi. Jadi apabilaanak/anda mengalami demam, sebaiknya tidak diobati apabila suhu tubuhnya tidakterlalu tinggi. Untuk petunjuk lebih lanjut, buka e-mail terdahulu yg membahasdemam.

When AB doesn't work?Menurut penelitian, ada 3 kondisi yang umumnya diterapi dengan AB, yaitu1. Demam, 2.Radang tenggorokan,3. Diare.

Padahal, sebenarnya, penggunaan AB untuk kondisi diatas tidaklah tepat dantidak berguna. Dibawah ini petunjuk kapan AB tidak bekerja:1. Colds & Flu2. Batuk atau bronchitis3. Radang tenggorokan4. Infeksi telinga. Tidak semua infeksi telinga membutuhkan AB.5. Sinusitis. Pada umumnya tidak membutuhkan AB.

Penggunaan AB tidak pada tempatnya dan berlebihan tidak akan menguntungkan,bahkan merugikan dan membahayakan.

When do we need AB?Dibawah merupakan beberapa jenis infeksi bakteri yang umumnya terjadi danmembutuhkan terapi AB:1. Infeksi saluran kemih2. Sebagian infeksi telinga tengah atau biasa disebut otitis media3. Sinusitis yang berat (berlangsung lebih dari minggu, sakit kepala,pembengkakan di daerah wajah)4. Radang tenggorokan karena infeksi kuman streptokokus (umumnya menyeranganak berusia 7 tahun atau lebih sedangkan pada anak usia 4 tahun hanya 15%yang mengalami r adang tenggorokan karena kuman ini)

How do I know this is bacterial infection?Untuk mengetahui apakah ada infeksi bakteri biasanya dengan melakukan kulturyang membutuhkan beberapa hari untuk observasi. Contohnya apabila dicurigaiadanya infeksi saluran kemih, lab. mengambil sample urin dan kemudiandikultur, setelah beberapa hari akan ketahuan bila ada infeksi bakteri berikutjenisnya.

Efek Negatif ABDibawah adalah efek samping yang dialami pemakai apabila mengkonsumsi AB;1. Gangguan saluran cerna (diare, mual, muntah, mulas) merupakan efek sampingyang paling sering terjadi.

Page 12: ADME TETRASIKLIN

2. Reaksi alergi. Mulai dari yang ringan seperti ruam, gatal sampai denganyang berat seperti pembengkakan bibir/kelopak mata, gangguan nafas, dll.3. Demam (drug fever). AB yang dapat menimbulkan demam bactrim, septrim,sefalsporoin & eritromisin.4. Gangguan darah. Beberapa AB dapat mengganggu sumsum tulang, salah satunyakloramfenikol.5. Kelainan hati. AB yang paling sering menimbulkan efek ini adalah obat TBseperti INH, rifampisin dan PZA (pirazinamid).6. Gangguan fungsi ginjal. Golongan AB yang bisa menimbulkan efek ini adalahaminoglycoside (garamycine, gentamycin intravena), Imipenem/Meropenem dangolongan Ciprofloxacin. Bagi penderita penyakit ginjal, harus hati2mengkonsumsi AB.

Pemakaian AB tidak pada tempatnya dan berlebihan (irrational) juga dapatmenimbulkan efek negatif yang lebih luas (long term), yaitu terhadap kita danlingkungan sekitar, contohnya:1. Irrational use ini juga dapat membunuh kuman yang baik dan berguna yangada didalam tubuh kita. Sehingga tempat yang semula ditempati oleh bakteribaik ini akan diisi oleh bakteri jahat atau oleh jamur. Kondisi ini disebutjuga sebagai "superinfection".

2. Pemberian AB yang berlebihan akan menyebabkan bakteri2 yang tidak terbunuhmengalami mutasi dan menjadi kuman yang resistance terhadap AB, biasa disebutSUPERBUGS. Jadi jenis bakteri yang awalnya dapat diobati dengan mudah denganAB yang ringan, apabila ABnya digunakan dengan irrational, maka bakteritersebut mutasi dan menjadi kebal, sehingga memerlukan jenis AB yang lebihkuat. Bayangkan apabila bakteri ini menyebar ke lingkungan sekitar. Lamakelamaan, apabila pemakaian AB yang irrational ini terus berlanjut, maka suatusaat akan tercipta kondisi dimana tidak ada lagi jenis AB yang dapat membunuhbakteri yang terus menerus bermutasi ini. Hal ini akan membuatkita kembali ke zaman sebelum AB ditemukan, dimana infeksi yang diakibatkanoleh bakteri ini tidak dapat diobati sehingga angka kematian akan drastismelonjak naik.

Note: Semakin sering mengkonsumsi AB, semakin sering kita sakit. The less youconsume AB, the less frequent you get sick.

Inappropriate AB Use

Page 13: ADME TETRASIKLIN

Berjuta2 resep ditulis yang mencantumkan AB untuk infeksi virus, padahal kitasemua tahu AB tidak berguna untuk memerangi virus. Ada 3 alasan mengapaapparopriate use of AB ini terjadi, yaitu:1. Diagnostic uncertainty.2. Time pressure.3. Patient Demand."People don't want to miss work or they have a sick childwho kept the family up all night and they're willing to try anyhing that mightwork". It's easier for the physician to give AB than to explain why it mightbe better not to use it.

Benar, seringkali kitapun sebagai pasien juga berperan didalam AB irrationaluse ini. Sudah terbentuk persepsi didalam pasien Indonesia, dimana kitaberanggapan bahwa kalau pulang dari kunjungan dokter itu harus membawa resep.Malah akan aneh kalau kita tidak pulang dengan membawa resep. Hal ini justrumendorong dokter untuk meresepkan AB ketika tidak diperlukan. Sebaiknya sikapini sedikit demi sedikit kita hilangkan.

How Can We Help?1. Rubah sikap kita ketika berkunjung ke dokter dengan menanyakan; Apapenyebab penyakitnya? bukan apa obatnya.2. Jangan sedikit2 minta dokter untuk meresepkan AB. Jangan mengkonsumsi ABuntuk infeksi virus seperti flu/pilek, batuk atau radang tenggorokan. Kalaumerasa tidak nyaman akibat infeksi tsb. tanya dokter bagaimana carameringankan gejalanya, tetapi tidak dengan AB.3. Tidak mempergunakan Desinfektan dirumah, cukup dengan air dan sabun. Hanyadiperlukan bila di rumah ada orang sakit dengan daya tahan tubuh rendah (pascatransplantasi, anak penyakit kronis, pemakaian steroid jangka panjang, dll.).

Battle of the Bugs: Fighting AB ResistanceMasalah bakteri yang kebal terhadap AB (AB resistance) ini telah menjadimasalah global dan sudah sejak beberapa dekade terakhir dunia kedokteranmencanangkan perang terhadap AB resistance ini.

Ada petunjuk yang dapat dilakukan untuk perihal pemakaian AB yangrasional, yaitu:1. Kurangi pemakaian AB, jangan menggunakan AB untuk infeksi virus.2. Gunakan AB hanya bila benar2 diperlukan dan mulailah dengan AB yang ringanatau narrow spectrum.3. Untuk infeksi yang ringan (infeksi saluran nafas, telinga atau sinus) yangmemang perlu AB, gunakan AB yang bekerja terhadap bakteri gram (+).4. Untuk infeksi kuman yang berat (infeksi dibawah diafrgma, seperti infeksi

Page 14: ADME TETRASIKLIN

ginjal/saluran kemih, apendisitis, tifus, prneumonia, meningitis bakteri)pilih AB yang juga membunuh kuman gram (+).5. Hindari pemakaian lebih dari satu AB, kecuali TBC atau infeksi berat dirumah sakit.6. Hindarkan pemakaian salep AB, kecuali untuk infeksi mata.

Rule fo ThumbBila anda memperoleh terapi AB, pertanyakanlah hal2 berikut:1. Why do I need AB?2. Apa yang dilakukan AB?3. Apa efek sampingnya?4. Apa yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya efek samping?5. Apakah AB harus diminum pada waktu tertentu, misalnya sebelum atau sesudahmakan?6. Bagaimana bila AB ini dimakan bersamaan dengan obat yang lain?7. Beritahu pula bila anda mempunyai alergi terhadap suatu obat atau makanan,dll.

Final MessageSebagai konsumen kesehatan yang bertanggung jawab, sebaiknya kita jugaberperan aktif dengan cara menggali dan mempelajari pengetahuan dasar ilmukesehatan. Dengan begitu kita akan menjadi konsumen kesehatan yang smart andcritical. So, semoga tulisan ini dapat menambah pengetahuan dasar ilmukesehatan para pembaca.

Tulisan ini dibuat bukan untuk menentang pemakaian AB. Sebaliknya kita harusmengetahui bagaimana pemakaian AB yang benar dan tepat karena justru AB yangirrational akan menyebabkan AB menjadi impotent atau kehilangan manfaatnya.Antibiotics save lives, therefore we also have to save Antibiotics.

Semoga bermanfaat.

Regards,Gendi Jatikusumah (father of pasha & sasi)

Guest   Book

PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA YANG TEPAT UNTUK BAKTERI GRAM   POSITIF

Posted on August 29, 2009. Filed under: Uncategorized | Tags: Referat |

Page 15: ADME TETRASIKLIN

I. LATAR BELAKANG

Semenjak diketemukannya penisilin ataupun obat-obat sulfa pada tahun 1930 an, sampai saat ini berbagai jenis antibiotika banyak sekali ditemukan dan dikembangkan, baik dengan teknik sintesis ataupun semisintesis. Pengembangan obat-obat golongan ini merupakan suatu tonggak kemajuan dalam dunia pengobatan, oleh karena berbagai penyakit infeksi dapat diobati secara efektif atau pada beberapa keadaan dapat dicegah terjadinya kecacadan. Contoh yang paling jelas adalah menurunnya kejadian demam rematik semenjak digunakannya penisilin dalam klinik sebagai profilaksi primer untuk infeksi streptokokus beta hemolitikus, walaupun jelas penurunan ini bukan semata-mata andil pemakaian antibiotika, tetapi juga karena membaiknya kondisi sosial-ekonomi.

Ketersediaan berbagai jenis antibiotika dalam klinik ternyata juga membawa dampak kesulitan bagi para praktisi terutama dalam melakukan pemilihan antibiotika secara tepat, mana yang paling aman dan efektif pada seorang pasien. Cepatnya penemuan berbagai jenis antibiotika baru, sayangnya tidak diikuti secara sepadan oleh berkembangnya prinsip-prinsip sistematika terapi antibiotika dalam klinik. Di samping itu sering kali praktisi menghadapi kesulitan dalam pemilihan antibiotika oleh karena gambaran sistematika pembagian (klasifikasi) dari berbagai jenis antibiotika ini kurang banyak dimengerti.

II. PEMBAGIAN JENIS ANTIBIOTIKA

Klasifikasi antibiotika yang sering dianjurkan dan digunakan adalah berdasarkan bagaimana kerja antibiotika tersebut terhadap kuman, yakni antibiotika yang bersifat primer bakteriostatik dan antibiotika yang bersifat primer bakterisid. Yang termasuk bakteriostatik di sini misalnya sulfonamida, tetrasiklin, kloramfenikol, eritromisin, trimetropim, linkomisin, klindamisin, asam paraaminosalisilat, dan lain-lain. Obat-obat bakteriostatik bekerja dengan mencegah pertumbuhan kuman, tidak membunuhnya, sehingga pembasmian kuman sangat tergantung pada daya tahan tubuh. Sedangkan antibiotika yang bakterisid, yang secara aktif membasmi kuman meliputi misalnya penisilin, sefalosporin, aminoglikosida (dosis besar), kotrimoksazol, rifampisin, isoniazid dan lain-lain.

Manfaat dari pembagian ini dalam pemilihan antibiotika mungkin hanya terbatas, yakni pada kasus pembawa kuman (carrier), pada pasien-pasien dengan kondisi yang sangat lemah (debilitated) atau pada kasus-kasus dengan depresi imunologik tidak boleh memakai antibiotika bakteriostatik, tetapi harus bakterisid. Secara klasik selalu dianjurkan bahwa kombinasi antibiotik bakterisid dan bakteriostatik akan merugikan oleh karena antibiotik bakterisid bekerja pada kuman yang sedang tumbuh, sehingga kombinasi dengan jenis bakteriostatik akan memperlemah efek bakterisidnya. Tetapi konsep ini mungkin tidak bisa begitu saja diterapkan secara luas dalam klinik, oleh karena beberapa kombinasi yang dianjurkan dalam klinik misalnya penisilin (bakterisid) dan kloramfenikol (bakteriostatik) justru merupakan alternatif pengobatan pilihan untuk meningitis bakterial yang umumnya disebabkan oleh kuman Neisseria meningitidis, Haemophilus influenza.

Page 16: ADME TETRASIKLIN

Pembagian lain juga sering dikemukakan berdasarkan makanisme atau tempat kerja antibiotika tersebut pada kuman, yakni :

1. Antibiotika yang bekerja menghambat sintesis dinding sel kuman, termasuk di sini adalah basitrasin, sefalosporin, sikloserin, penisilin, ristosetin dan lain-lain.

2. Antibiotika yang merubah permeabilitas membran sel atau mekanisme transport aktif sel. Yang termasuk di sini adalah amfoterisin, kolistin, imidazol, nistatin dan polimiksin.

3. Antibiotika yang bekerja dengan menghambat sintesis protein, yakni kloramfenikol, eritromisin (makrolida), linkomisin, tetrasiklin dan aminogliosida.

4. Antibiotika yang bekerja melalui penghambatan sintesis asam nukleat, yakni asam nalidiksat, novobiosin, pirimetamin, rifampisin, sulfanomida dan trimetoprim.

Pembagian ini walaupun secara rinci menunjukkan tempat kerja dan mekanismenya terhadap kuman, namun kiranya kurang memberikan manfaat atau membantu praktisi dalam memutuskan pemilihan obat dalam klinik. Masing-masing cara klasifikasi mempunyai kekurangan maupun kelebihan, tergantung kepentingannya.

Dalam praktek klinik, yang paling dikenal dan dipakai adalah pembagian jenis antibiotika berdasarkan susunan senyawa kimiawinya. Hal ini dapat dimengerti oleh karena nampaknya lebih praktis dan langsung dapat dipakai dalam praktek klinik, di mana nama-nama obat langsung terkait dengan nama kelompok antibiotika masing-masing. Hanya saja dengan makin banyaknya jenis antibiotika dan kemoterapetika baru yang diperkenalkan, sering praktisi menghadapi kesulitan, yakni di mana peran dari suatu jenis antibiotika baru dibandingkan dengan jenis-jenis lain yang sudah ada apa kelebihannya dibandingkan dengan antibiotika yang sudah ada dan apa kekurangannya.

Secara garis besar, jenis-jenis antibiotika yang ada paling tidak akan mencakup jenis-jenis berikut ini:

1. Golongan penisilin.

Golongan penisilin bersifat bakterisid dan bekerja dengan mengganggu sintesis dinding sel. Antibiotika pinisilin mempunyai ciri khas secara kimiawi adanya nukleus asam amino-penisilinat, yang terdiri dari cincin tiazolidin dan cincin betalaktam. Spektrum kuman terutama untuk kuman koki Gram positif. Beberapa golongan penisilin ini juga aktif terhadap kuman Gram negatif. Golongan penisilin masih dapat terbagi menjadi beberapa kelompok, yakni:

Penisilin yang rusak oleh enzim penisilinase, tetapi spektrum anti kuman terhadap Gram positif paling kuat. Termasuk di sini adalah Penisilin G (benzil penisilin) dan derivatnya yakni penisilin prokain dan penisilin benzatin, dan penisilin V (fenoksimetil penisilin). Penisilin G dan penisilin prokain rusak oleh asam lambung sehingga tidak bisa diberikan secara oral, sedangkan penisilin V dapat diberikan secara oral. Spektrum antimikroba di mana penisilin golongan ini masih merupakan pilihan utama meliputi infeksi-infeksi streptokokus beta hemolitikus grup A, pneumokokus, meningokokus, gonokokus,

Page 17: ADME TETRASIKLIN

Streptococcus viridans, Staphyloccocus, pyoneges (yang tidak memproduksi penisilinase), Bacillus anthracis, Clostridia, Corynebacterium diphteriae, Treponema pallidum, Leptospirae dan Actinomycetes sp.

Penisilin yang tidak rusak oleh enzime penisilinase, termasuk di sini adalah kloksasilin, flukloksasilin, dikloksasilin, oksasilin, nafsilin dan metisilin, sehingga hanya digunakan untuk kuman-kuman yang memproduksi enzim penisilinase.

Penisilin dengan spektrum luas terhadap kuman Gram positif dan Gram negatif, tetapi rusak oleh enzim penisilinase. Termasuk di sini adalah ampisilin dan amoksisilin. Kombinasi obat ini dengan bahan-bahan penghambat enzim penisiline, seperti asam klavulanat atau sulbaktam, dapat memperluas spektrum terhadap kuman-kuman penghasil enzim penisilinase.

Penisilin antipseudomonas (antipseudomonal penisilin). Penisilin ini termasuk karbenisilin, tikarsilin, meklosilin dan piperasilin diindikasikan khusus untuk kuman-kuman Pseudomonas aeruginosa.

2. Golongan sefalosporin

Golongan ini hampir sama dengan penisilin oleh karena mempunyai cincin beta laktam. Secara umum aktif terhadap kuman Gram positif dan Gram negatif, tetapi spektrum anti kuman dari masing-masing antibiotika sangat beragam, terbagi menjadi 3 kelompok, yakni:

1. Generasi pertama yang paling aktif terhadap kuman Gram positif secara in vitro. Termasuk di sini misalnya sefalotin, sefaleksin, sefazolin, sefradin. Generasi pertama kurang aktif terhadap kuman Gram negatif.

2. Generasi kedua agak kurang aktif terhadap kuman Gram positif tetapi lebih aktif terhadap kuman Gram negatif, termasuk di sini misalnya sefamandol dan sefaklor.

3. Generasi ketiga lebih aktif lagi terhadap kuman Gram negatif, termasuk Enterobacteriaceae dan kadang-kadang peudomonas. Termasuk di sini adalah sefoksitin (termasuk suatu antibiotika sefamisin), sefotaksim dan moksalatam.

3. Golongan amfenikol

Golongan ini mencakup senyawa induk kloramfenikol maupun derivat-derivatnya yakni kloramfenikol palmitat, natrium suksinat dan tiamfenikol. Antibiotika ini aktif terhadap kuman Gram positif dan Gram negatif maupun ricketsia, klamidia, spirokaeta dan mikoplasma. Karena toksisitasnya terhadap sumsum tulang, terutama anemia aplastika, maka kloramfenikol hanya dipakai untuk infeksi S. typhi dan H. influenzae.

4. Golongan tetrasiklin

Merupakan antibiotika spektrum luas bersifat bakteriostatik untuk kuman Gram positif dan Gram negatif, tetapi indikasi pemakaiannya sudah sangat terbatas oleh karena

Page 18: ADME TETRASIKLIN

masalah resistensi, namun demikian antibiotika ini masih merupakan pilihan utama untuk infeksi-infeksi yang disebabkan oleh klamidia, riketsia, dan mikoplasma. Mungkin juga efektif terhadap N. meningitidis, N. gonorhoeae dan H. influenzae., termasuk di sini adalah tetrasiklin, klortetrasiklin, oksitetrasiklin, doksisiklin, minosiklin, metasiklin dan demeklosiklin.

5. Golongan aminoglikosida

Merupakan golongan antibiotika yang bersifat bakterisid dan terutama aktif untuk kuman Gram negatif. Beberapa mungkin aktif terhadap Gram positif. Streptomisin dan kanamisin juga aktif terhadap kuman TBC. Termasuk di sini adalah amikasin, gentamisin, kanamisin, streptomisin, neomisin, metilmisin dan tobramisin, antibiotika ini punya sifat khas toksisitas berupa nefrotoksik, ototoksik dan neurotoksik.

6. Golongan makrolida

Golongan makrolida hampir sama dengan penisilin dalam hal spektrum antikuman, sehingga merupakan alternative untuk pasien-pasien yang alergi penisilin. Bekerja dengan menghambat sintesis protein kuman. Aktif secara in vitro terhadap kuman-kuman Gram positif, Gram negatif, mikoplasma, klamidia, riketsia dan aktinomisetes. Selain sebagai alternatif penisilin, eritromisin juga merupakan pilihan utama untuk infeksi pneumonia atipik (disebabkan

oleh Mycoplasma pneumoniae) dan penyakit Legionnaires (disebabkan Legionella pneumophilla) termasuk dalam golongan makrolida selain eritromisin juga roksitromisin, spiramisin, josamisin, rosaramisin, oleandomisin dan trioleandomisin.

7. Golongan linkosamid

Termasuk di sini adalah linkomisin dan klindamisin, aktif terhadap kuman Gram positif termasuk stafilokokus yang resisten terhadap penisilin. Juga aktif terhadap kuman anaerob, misalnya bakteroides. Sering dipakai sebagai alternatif penisilin antistafilokokus pada infeksi tulang dan sendi serta infeksi-infeksi abdominal. Sayangnya, pemakaiannya sering diikuti dengan superinfeksi C. difficile, dalam bentuk kolitis pseudomembranosa yang fatal.

8. Golongan polipeptida

Antibiotika golongan ini meliputi polimiksin A, B, C, D dan E. Merupakan kelompok antibiotika yang terdiri dari rangkaian polipeptida dan secara selektif aktif terhadap kuman Gram negatif, misalnya psedudomonas maupun kuman-kuman koliform yang lain. Toksisitas polimiksin membatasi pemakaiannya, terutama dalam bentuk neurotoksisitas dan nefrotoksisitas. Mungkin dapat berperan lebih penting kembali dengan meningkatnya infeksi pseudomonas dan enterobakteri yang resisten terhadap obat-obat lain.

Page 19: ADME TETRASIKLIN

9. Golongan antimikobakterium

Golongan antibiotika dan kemoterapetika ini aktif terhadap kuman mikobakterium. Termasuk di sini adalah obat-obat anti TBC dan lepra, misalnya rifampisin, streptomisin, INH, dapson, etambutol dan lain-lain.

10. Golongan sulfonamida dan trimetropim

Kepentingan sulfonamida dalam kemoterapi infeksi banyak menurun karena masalah resistensi. Tetapi beberapa mungkin masih aktif terhadap bentuk-bentuk infeksi tertentu misalnya sulfisoksazol untuk infeksi dan infeksi saluran kencing. Kombinasi sulfamektoksazol dan trimetoprim untuk infeksi saluran kencing, salmonelosis, kuman bronkitis, prostatitis. Spektrum kuman mencakup kuman-kuman Gram positif dan Gram negatif.

11. Golongan kuinolon

Merupakan kemoterapetika sintetis yang akhir-akhir ini mulai populer dengan spektrum antikuman yang luas terutama untuk kuman-kuman Gram negatif dan Gram positif, enterobakteriaceae dan pseudomonas. Terutama dipakai untuk infeksi-infeksi nosokomial. Termasuk di sini adalah asam nalidiksat, norfloksasin, ofloksasin, pefloksasin dan lain-lain.

12. Golongan lain-lain

Masih banyak jenis-jenis antibiotika dan kemoterapetika lain yang tidak tercakup dalam kelompok yang disebutkan di atas. Misalnya saja vankomisin, spektinomisin, basitrasin, metronidazol, dan lain-lain. Informasi mengenai pemakaian dan sifat masing-masing dapat dicari dari sumber pustaka baku. Vankomisin terutama aktif untuk Gram positif, terutama untuk S. areus, S. epidermidis, S. pneumoniae. Juga merupakan pilihan untuk infeksi stafilokokus yang resisten terhadap metisilin. Tetapi karena toksisitasnya, maka vankomisin hanya dianjurkan kalau antibiotika lain tidak lagi efektif.

Di samping antibiotika yang telah disebutkan di atas, akhir-akhir ini juga mulai diperkenalkan jenis-jenis baru dari golongan beta laktam misalnya kelompok monosiklik beta laktam yakni aztreonam, yang terutama aktif terhadap kuman Gram negatif, termasuk pseudomonas. Juga antibiotika karbapenem (misalnya imipenem) yang dikatakan tahan terhadap penisilinase dan aktif terhadap kuman-kuman Gram positif dan Gram negatif.

III. PEMBAGIAN JENIS BAKTERI

Untuk mempermudah dalam pemilihan antibiotik, mungkin ada baiknya untuk mengenal kembali jenis-jenis infeksi atau jenis-jenis infeksi atau jenis-jenis kuman penyebab infeksi secara global. Kuman-kuman penyebab infeksi secara umum dapat dikategorikan secara besar sebagai berikut:

Page 20: ADME TETRASIKLIN

1. Bakteri Gram positif

Kuman Gram positif dibedakan menjadi dua kelompok, yakni kuman aerob dan kuman anaerob.

Kuman Gram positif aerob: meliputi kuman-kuman koken (streptokokus, stafilokokus), basilus (saprofit), spiral (treponema dan leptospira), batang (korinebakteria) dan lain-lain. Jadi secara sederhana kuman-kuman yang sering dihadapi dalam praktek dari golongan ini misalnya kuman stafilokokus, streptokokus. Untuk kuman-kuman Gram positif aerob ini, antibiotika pilihan utama adalah penisilin spektrum sempit (asalkan tidak ada resistensi karena produksi enzim penilisinase). Penisilin spektrum luas, eritromisin, sefalosporin, mempunyai aktifitas antikuman terhadap golongan Gram positif aerob, tetapi tidak sekuat penisilin spektrum sempit di atas. Contoh yang gampang adalah infeksi saluran nafas oleh streptokokus maupun infeksi-infeksi piogenik dengan pernanahan.

Kuman Gram positif anaerob: yang paling penting di sini kemungkinan adalah kuman-kuman batang positif, yakni klostridia, misalnya C. tetani, C. botulinum, C. gas gangren dan lain-lain. Untuk kuman-kuman ini penisilin dengan spektrum sempit tetap merupakan obat pilihan utama, juga metronidazol.

2. Bakteri Gram negatif

Kuman gram negatif juga terbagi menjadi kuman yang bersifat aerob dan anaerob.

Gram negatif aerob: termasuk koken (N. gonorrhoeae, N. meningitidis atau pnemokokus), kuman-kuman enterik (E.coli, klebsiela dan enterobakter), salmonela, sigela, vibrio, pseudomonas, hemofilus dan lain-lain. Untuk kumankuman kelompok ini, pilihan antibiotik dapat berupa penisilin spektrum luas, tetrasiklin, kloramfenikol, sefalosporin dan lain-lain. Sebagai contoh, antibiotik pilihan untuk kuman vibrio adalah tetrasiklin, untuk salmonela adalah

kloramfenikol, untuk hemofilus adalah kloramfenikol.

Gram negatif anaerob: yang termasuk di sini yang penting adalah golongan bakteroides dan fusobakterium. L