acara 2 takshe atika
TRANSCRIPT
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ekologi adalah ilmu yang mempelajari baik interaksi antar makhluk hidup
maupun interaksi antara makhluk hidup dengan dengan lingkungannya. Karakter
ekologi merupakan karakter non struktural yang meliputi habitat, inang, kebiasaan
makan, variasi makanan, parasit maupun reaksi inang. Habitat adalah tempat hidup
suatu organisme atau komunitas organisme. Di bumi ini pada dasarnya dikenal dua
habitat yaitu habitat perairan dan dan habitat daratan. Tetapi suatu organisme
adakalanya membutuhkan berbagai macam habitat dan siklus hidup sehinnga dikenal
habitat terestrial, semi akuatik, akuatik, dan arboreal (Radiopoetro, 1981).
Habitat yang baik akan mendukung perkembangbiakan organisme yang hidup
didalamnya secara normal. Habitat memiliki kapasitas tertentu untuk mendukung
pertumbuhan populasi organisme. Kapasitas untuk mendukung organisme disebut
daya dukung habitat. Habitat terdiri lebih dari dari sekedar vegetasi atau struktur
vegetasi yang merupakan jumlah kebutuhan sumber daya khusus suatu spesies
(Suhardi, 1983).
Hewan avertebrata metazoa tingkat tinggi phyla Mollusca., Annelida, dan
arthropoda banyak dijumpai di darat. Achatina fulica dan Felicaulis sp merupakan
contoh Mollusca yang hidup di darat. Beragam species cacing tanah dari genus
Lumbricus dan Pheretima tersebar cukup luas di daratan (Indarmawan et al., 2010).
Mollusca terutama dari classis Gastropoda, memiliki anggota yang hidup di air tawar.
Sebagai contoh : Bellarnya, Pila, Brotia, Melanoides dan Lymnaea. Di samping itu,
yang juga hidup di air tawar dari anggota classis Pelecypoda, antara lain Contradens,
Corbicula dan Anodonta. Cacing Tubifex merupakan satu-satunya anggota phylum
Annelida yang hidup di air tawar. Udang-udang renik seperti Moina, Daphnia dan
Cyclops atau udang tingkat tinggi seperti Macrobrachium, umum tardapat di air
tawar. Air di kolam, saluran-saluran air, sungai, danau, sawah dan genangan air
lainnya dapat digunakan untuk pengamatan hewan avertebrata yang hidup di air
tawar.
Hewan avertebrata dari kelompok protozoa, Porifera, Cnidaria, Protostomata
dan Deuterostomata, sebagian besar hidup di perairan, walaupun ada yang hidup di
darat. Protozoa yang umum dapat ditemukan jika media air diberi bahan pakan adalah
Trichodina, Tetrahymena, Paramecium, Spirostomata, Stentor, Stylonchia, Euglena,
Volvox, Phacus dan Vorticela. Classis Rotifera dari Pseudocoelomata cukup banyak
yang hidup di daerah perairan tawar, sebagai contoh Branchionus, Rotaria, Keratella,
Polyarthra dan Fitni (Suhardi, 1983).
B. Tujuan
Tujuan praktikum pengenalan hewan avertebrata dan vertebrata pada berbagai
habitat adalah untuk mengenali ciri-ciri yang tampak pada tubuh hewan avertebrata
dan vertebrata yang hidup di habitat terestrial, semi-akuatik, akuatik, dan arboreal,
mendeskripsikan ciri-ciri tempat hidup hewan avertebrata dan vertebrata yang
diamati.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Tabel 1. Pengamatan Pengelompokan Hewan Avertebrata dan Vertebrata
No.
Nama Lokal Nama Ilmiah Kelas Habitat
1. Keong emas Pomacea caniculata Avertebrata Semi-akuatik
2. Bekicot Achatina fulica Avertebrata Terestrial
3. Capung Anax junius Avertebrata Semi-akuatik
4. Kalajengking Heterometrus sp Avertebrata Terestrial
5. Ikan pari Himantura sp Vertebrata Akuatik
6. Burung Hantu Tyto alba Vertebrata Arboreal
Gambar 1. Ikan Pari Gambar 2. Ikan Pari (Himantura sp) (Himantura sp)
Gambar 3. Kalajengking Gambar 4. Capung (Heterometrus sp) (Anax junius)
Gambar 5. Bekicot Gambar 6. Keong mas (Achatina fulica) (Pomacea caniculata)
Gambar 7. Burung Hantu (Tyto alba)
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan praktikum hewan avertebrata dan vertebrata
berdasarkan habitat adalah Heterometrus sp berhabitat terestrial, Achatina fulica
berhabitat terestrial, Pomaceae canaliculata dan Anax junius berhabitat semi akuatik,
Himanthura berhabitat akuatik dan Tyto alba berhabitat arboreal. Hal ini sesuai
dengan Campbel (2004), bahwa hewan vertebrata dan avertebrata berdasarkan
habitatnya dibedakan menjadi akuatik, terestrial, semi akuatik dan arboreal.
Hewab avertebrata akuatik yakni yang hidupnya di lingkungan perairan,
contohnya dari kelompok protozoa, porifera, cnidaria, Protosmata, dan
Deuterostomata. Hewan avertebrata metazoa tingkat tinggi seperti phyla Mollusca,
Annelida, dan Arthropoda banyak dijumpai di daratan, contohnya Achatina fulica dan
Felicaulis sp.
Vertebrata adalah hewan betulang belakng yang cara makannya dengan
mengambil suspensi mirip dengan Cephalochordata, dan memiliki keempat ciri dasar
chordata tersebut. Penelitian terbaru oleh para ahli sistematika molekuler mendukung
hipotesis bahwa cephalochordata adalah kerabat terdekat chordata. Vertebrata masih
mempertahankan karakteristik chordata primitif tetapi memiliki spesialisasi
tambahan, yaitu ciri-ciri yang diturunkan dan dimiliki bersama yang membedakan
sub filum ini dari chordata invertebrata. Banyak dari ciri-ciri yang membedakan
vertebrata-vertebrata ini terkait dengan ukuran besar dan gaya hidup yang aktif
(Campbell, 2004)
Menurut Djuhanda (1982), vertebrata memiliki struktur tubuh yang jauh lebih
sempurna dibandingkan dengan invertebrata. Hewan vertebrata memiliki tali yang
merupakan susunan tempat terkumpulnya sel-sel saraf dan memiliki perpanjangan
kumpulan saraf dari otak. Tali ini tidak dimiliki oleh hewan avertebrata. Hewan
vertebrata memiliki sistem kerja peredaran darah yang sempurna yang berpusat pada
organ jantung dengan pembuluh-pembuluh yang menjadi salurannya, sedangakn
avertebrata memiliki struktur morfologi dan anatomi lebih sederhana dibandingkan
dengan vertebrata dan sistem peredaran darah, pencernaan dan pernapasannya juga
lebih sedehana.
Karakter ekologi merupakan karakter non struktural antara lain meliputi habitat
inang, kebiasaan makan, variasi makanan, parasit maupun reaksi inang. Perbedaan
karakter struktural dan non struktural yaitu karakter ekologi struktural merupakan
karakter yang muncul dalam wujud sifat-sifat morfologi tubuh, meliputi bentuk dan
susunan alat-alat tubuh, ukuran tubuh, serta warna tubuh (kulit dan bulu)
(Indarmawan et al., 2010).
Karakter ekologi memiliki 6 karakter. Habitat adalah tempat hidup suatu
organisme atau komunitas organisme. Inang adalah organisme dimana parasit hidup
dan mendapatkan makanan. Kebiasaan makan hewan bila dilihat dari makannya yaitu
berburu secara aktif untuk hewan karnivora, berburu secara pasif contohnya katak,
makan dengan ribut contonya hiu, dan parasit contohnya cacing. Setiap organisme
memiliki variasi makan yang berbeda-beda. Organisme yang mendapat makanan dari
makhluk hidup lain disebut heterotrof dan di dalam sistem bertindak sebagai
konsumen. Berdasarkan variasi makan hewan dibagi menjadi herbivora, karnivora,
omnivora (Minarni et al., 2011).
Parasit didefinisikan sebagai organisme yang hidup pada organisme lain yang
disebut inang dan mendapatkan keuntungan dari inang yang ditempatinya hidup.
Reaksi inang dalam bentuk perlawanan inang dapat dibedakan menjadi dua reaksi
yaitu reaksi eksternal dan reaksi internal. Ketika menahan diri inang mungkin
menangkal parasitoid secara eksternal sebelum terjadi oviposisi, atau secara internal
setelah oviposisi terjadi. Reaksi pertahanan eksternal dapat dipertahankan dengan
menggerak-gerakan tubuh atau inang pindah ke bagian lain yang lebih aman. Reaksi
pertahanan internal terdiri atas reaksi seluler (enkapsulasi dan melanisasi) dan reaksi
humoral. Reaksi seluler terutama melibatkan sel darah serangga yang merupakan
reaksi adesive hemocytes (Tan and Low, 2011).
Menurut Clement dan Shelford (1939), Dibidang ilmu ekologi, bila pada suatu
tempat yang sama hidup berbagai kelompok spesies maka habitat tersebut disebut
biotop. Bioma adalah sekelompok tumbuhan dan hewan yang tinggal di suatu habitat
pada suatu lokasi geografis tertentu. Habitat dibagi menjadi empat antara lain:
1. Habitat akuatik yaitu hewan yang lebih banyak melakukan aktivitas hidupnya
dilingkungan perairan. Habitat ini hampir seluruhnya terdiri dari air, umumnya
dengan lahan kecil untuk berjemur atau beristirahat.
2. Habitat semi akuatik yaitu hewan yang hidup dilingkungan perairan dan daratan
dengan perbandinganrentang waktu yang seimbang. Habitat ini memisahkan air
dan tanah dan rasio akan tergantung pada species. Hewan semi akuatik contohnya
adah salamander, katak, buaya, dan beberapa kura.kura.
3. Habitat terestrial merupakan hewan yang aktivitasnya di daratan, contoh amphibia,
reptil, aves, dan mamalia.
4. Habitat arboreal yaitu hewan yang banyak melakukan aktivitasnya di pepohonan.
Contoh dari habitat ini adalah burung, katak pohon (Jasin, 1989).
Berikut ini adalah deskripsi dari preparat yang digunakan pada preparat yang
digunakan pada praktikum:
1. Bekicot(Achatina fulica)
Gastropoda adalah kelompok hewan yang menggunakan perut sebagai alat
gerak atau kakinya. Bekicot (Achatina fulica), hewan ini memiliki ciri khas berkaki
lebar dan pipih pada bagian ventral tubuhnya. Bekicot hidup pada habitat teterstrial
yang lembab. Organ-organ dalam dibungkus oleh mantel yang terbuaat dari suatu
jaringan khusus dan umumnya dilengkapi dengan kelenjar-kelenjar yang dapat
menghasilkan cangkang. Bekicot\(Achatina fulica) memiliki struktur berupa garis
pertumbuhan, semakin padat garis pertumbuhannya maka umur bekicot semakin tua
(Beng et al., 1982).
Banyak dari bekicot yang diperoleh diberi status hama bagi habitat perkebunan.
Bekicot merupakan keong besar dan yang terburuk dari yang pernah ditemukan.
Selain sebagai hama dan tanaman, bekicot juga dapat memberi resiko penyakit parasit
terhadap kesehatan publik (Tan and Low, 2011). Selain kerugian yang dihasilkan
bekicot juga merupakan salah satu sumber protein hewani yang pernah dijadikan
sebagai bahan tambahan ransum untuk pakan unggas seperti ayam.
Sistem pencernaan terdiri atas mulut, kerongkongan yang pendek, lambung,
usus dan anus. Makanan pokoknya berupa sisa-sisa tumbuhan dan daun-daun lunak,
terutama daun lunak. Bekas gigitannya berbentuk lubang atau lekukan bergerigi
kecil-kecil sesuai dengan lidahnya yang bergerigi lembut. Bekicot merupakan hewan
hermaphrodite, memiliki cangkang yang berukuran besar, ambilicusnya tertutup dan
bibir aperture tajam tanpa penebalan. Hewan ini termasuk dalam family Acatinadae
dan merupakan hewan pemakan tanaman (Mulyaningrum, 2008).
Gambar 1. Bekicot (Achatina fulica)
Menurut Jasin (1989), klasifikasi Bekicot adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Phylum : Mollusca
Class : Gastropoda
Order : Pulmonata
Family : Achatinidae
Genus : Achatina
Species : Achatina fulica
2. Burung Hantu (Tyto alba)
Burung hantu (Tyto alba) adalah kelompok burung yang merupakan anggota
ordo Strigiformes. Burung ini termasuk golongan burung buas (karnivora, pemakan
daging) dan merupakan hewan malam (nokturnal). Mata yang menghadap ke depan,
memungkinkan mengukur jarak dengan tepat, paruh yang kuat dan tajam, kaki yang
cekatan dan mampu mencengkeram dengan kuat. Burung hantu Tyto alba termasuk
salah satu species burung hantu familia Tytonidae. Tyto alba mempunyai ciri-ciri
yaitu susunan bulu di kepala yang membentuk lingkaran wajah, leher burung ini
demikian lentur sehingga wajahnya dapat berputar 180 derajat ke belakang, warna
bulu sayap atas dan punggung abu-abu agak kuning, sayap bawah dan dada sampai
perut berwarna putih berbintik hitam. Tyto alba betina, bulu leher depan berwarna
kuning berbintik hitam sedang jantan putih berbintik hitam. Bola mata hitam tajam
keduanya menghadap ke depan dan di bawahnya terdapat paruh yang ujungnya
bengkok ke bawah tajam kokoh. Kaki berbulu, dengan 4 jari yang berkuku tajam.
Ekor burung hantu umumnya pendek, namun sayapnya besar dan lebar. Rentang
sayapnya mencapai sekitar tiga kali panjang tubuhnya. Tyto alba termasuk hewan
arboreal karena aktivitasnya kebanyakan pada pepohonan, selain itu termasuk
vertebrata (Radiopoetro, 1977).
Gambar 2. Burung Hantu (Tyto alba)Klasifikasi Burung Hantu menurut Radiopoetro (1988) :
Phylum : Chordata
Classis : Aves
Ordo : Strigiformes
Familia : Tytonidae
Genus : Tyto
Spesies : Tyto alba
3. Kalajengking (Heterometrus sp)
Kalajengking adalah sebuah arthropoda dengan delapan kaki, termasuk dalam
ordo Scorpiones dalam kelas Arachnida. Tubuh kalajengking dibagi menjadi dua
segmen: cephalothorax dan abdomen. Abdomen terdiri dari mesosoma dan
metasoma. Seluruh spesies kalajengking memiliki bisa. Pada umumnya, bisa
kalajengking termasuk sebagai neurotoxin. Suatu pengecualian adalah Hemiscorpius
lepturus yang memiliki bisa cytotoxic. Neurotoxin terdiri dari protein kecil dan juga
sodium dan potassium, yang berguna untuk mengganggu transmisi neuro sang korban
(Jasin, 1989).
Kalajengking menggunakan bisanya untuk membunuh atau melumpuhkan
mangsa mereka agar mudah dimakan. Bisa kalajengking lebih berfungsi terhadap
arthropod lainnya dan kebanyakan kalajengking tidak berbahaya bagi manusia;
sengatan menghasilkan efek lokal (seperti rasa sakit, pembengkakan). Namun
beberapa spesies kalajengking, terutama dalam keluarga Buthidae dapat berbahaya
bagi manusia. Salah satu yang paling berbahaya adalah Leiurus quinquestriatus, dan
anggota dari genera Parabuthus, Tityus, Centruroides, dan terutama Androctonus.
Kalajengking yang paling banyak menyebabkan kematian manusia adalah
Androctonus australis (Jasin, 1989).
Sistematika kalajengking saat ini didasarkan hampir sepenuhnya pada karakter
morfologi eksternal, meskipun luas tubuh literature mendokumentasikan karakter
filogenetis yang sistem informatifnya dari anatomi internal (khususnya mesosoma)
dari kalajengking. Mesosoma ini berisi sistem organ kalajengking, termasuk usus dan
kelenjar dari sistem pencernaan, sistem reproduksi, sistem pernapasan, sistem
peredaran darah, dan organ limfoid (Volschenk, 2008).
Gambar 3. Kalajengking (Heterometrus sp)
Menurut Sureshan (2007), klasifikasi dari kalajengking adalah sebagai
berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Arachnida
Order : Scorpiones
Family : Scorpionoidea
Genus : Heterometrus
Species : Heterometrus sp
4. Capung (Anax junius)
Capung atau sibar-sibar dan capung jarum adalah kelompok serangga yang
tergolong ke dalam bangsa Odonata. Kedua macam serangga ini jarang berada jauh-
jauh dari air, tempat mereka bertelur dan menghabiskan masa pra-dewasa anak-
anaknya. Siklus hidup capung, dari telur hingga mati setelah dewasa, bervariasi
antara enam bulan hingga maksimal enam atau tujuh tahun. Capung meletakkan
telurnya pada tetumbuhan yang berada di air. Ada jenis yang senang dengan air
menggenang, namun ada pula jenis yang senang menaruh telurnya di air yang agak
deras. Setelah menetas, tempayak (larva) capung hidup dan berkembang di dasar
perairan, mengalami metamorfosis menjadi nimfa, dan akhirnya keluar dari air
sebagai capung dewasa. Sebagian besar siklus hidup capung dihabiskan dalam bentuk
nimfa, di bawah permukaan air, dengan menggunakan insang internal untuk bernafas.
Nimfa capung hidup sebagai hewan karnivora yang ganas. Nimfa capung yang
berukuran besar bahkan dapat memburu dan memangsa berudu dan anak ikan.
Setelah dewasa, capung hanya mampu hidup maksimal selama empat bulan (Donal,
1996).
Gambar 4. Capung (Anax junius)
Klasifikasi capung menurut Jasin (1989) adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Order : Odonata
Family : Aeshnidae
Genus : Anax
Species : Anax junius
5. Keong mas (Pomacea canaliculata)
Siput atau keong adalah nama umum yang diberikan untuk anggota kelas
moluska Gastropoda. Dalam arti sempit, istilah ini diberikan bagi mereka yang
memiliki cangkang bergelung pada tahap dewasa. Keong mas memiliki morfologi
yang sama dengan keong sawah. Cangkang berbentuk bulat mengerut, berwarna
kuning keemasan, berdiameter 1,2-1,9 cm, tinggi 2,2-3,6 cm, dan berat 4,2-15,8 g.
keong mas berkembang biak secara ovipar dan menghasilkan telur. Seekor keong mas
betina mampu bertelur 500 butir dalam seminggu dengan masa perkembang biakkan
selama 3-4 tahun. Keong mas betelur pada pagi dan sore hari, telur akan menetas
dalam waktu 7-14 hari dan hari ke-60 keong telah menjadi dewasa dan dapat
berkembang biak (Ruslan dan Harianto, 2009).
Keong Mas adalah hewan pemakan segala. Keong mas biasa memakan
tumbuhan yang berada di perairan (terutama Macrophyta) dan tumbuhan yang jatuh
diperairan (baik itu terendam maupun mengambang), detritus, dan bahan hewani.
Keong mas muda yang masih kecil biasanya makan ganggang dan detritus, dan yang
lebih tua/besar, (15mm keatas) individu kemudian beralih ke tanaman yang lebih
tinggi. Daun padi yang masih muda merupakan makanan favorit keong mas, oleh
karena itu keong mas merupakan salah satu hama utama bagi petani padi. Biasanya
petani menggunakan racun saponin untuk membasmi keong mas.
Kelas Gastropoda menempati urutan kedua terbanyak dari segi jumlah spesies
anggotanya setelah Insecta (serangga). Habitat, bentuk, tingkah laku, dan anatomi
siput pun sangat bervariasi di antara anggota-anggotanya. Siput dapat ditemukan pada
berbagai lingkungan yang berbeda: dari parit hingga gurun, bahkan hingga laut yang
sangat dalam. Sebagian besar spesies siput adalah hewan laut. Banyak juga yang
hidup di darat, air tawar, bahkan air payau. Kebanyakan siput merupakan herbivora,
walaupun beberapa spesies yang hidup di darat dan laut dapat merupakan omnivora
atau karnivora predator. Beberapa contoh Gastropoda adalah bekicot (Achatina
fulica), siput kebun (Helix sp.), siput laut (Littorina sp.) dan siput air tawar (Limnaea
sp.) (Clifford, 1975).
Menurut Pitojo (1996) klasifikasi keong emas (Pomacea caniculata) adalah
sebagai berikut:
Gambar 5. Keong Mas (Pomacae canaliculata)
Kingdom : Animalia
Phylum : Molusca
Class : Gastropoda
Order : Mesogastropoda
Family : Ampullariidae
Genus : Pomacea
Species : Pomacea canaliculata
6. Ikan Pari (Himantura sp)
Ikan pari adalah salah satu spesies ikan pari terbesar di dunia. Lebar tubuhnya
dari ujung sirip dada ke ujung sirip lainnya mencapai hampir 7 meter (kemungkinan
lebih karena ada laporan yang mengatakan bahwa ada manta yang lebar tubuhnya
mencapai 9,1 meter). Bobot terberat manta sendiri yang pernah diukur mencapai 3
ton. Ada 3 spesies yang sebelumnya dianggap merupakan bagian dari genus Manta:
Manta birostris (pari manta Atlantik), Manta hamiltoni (pari manta Pasifik), dan
Manta raya (pari manta Pangeran Alfred). Ketiga pari manta itu sendiri sangat mirip
satu sama lain (Radiopoetro, 1981).
Himantura sp. memiliki fisik yang secara umum mirip dengan kebanyakan
ikan pari dengan sirip dada yang lebar serta ekor kecil seperti cambuk. Sirip dadanya
yang lebar membuat tubuhnya terlihat pipih. Ekor manta sendiri lebih pendek
dibandingkan dengan ekor ikan pari kebanyakan dan tidak bersengat. Kulit manta
juga diselubungi lapisan lendir yang jauh lebih tebal dibandingkan ikan pari
kebanyakan. Lapisan lendir ini diduga ada hubungannya untuk melindungi kulitnya
yang rentan. Manta juga memiliki ukuran otak yang lebih besar dibandingkan ikan
pari lain dan hiu kerabatnya sehingga mereka dianggap lebih cerdas dibandingkan
kerabatnya yang lain. Pari manta adalah ovovivipar di mana telur menetas saat masih
berada di dalam tubuh induknya (Radiopoetro, 1981).
Gambar 6. Ikan pari (Himantura sp)
Menurut Djuhanda (1985), klasifikasi dari ikan pari adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Chondrichthyes
Order : Rajiformes
Family : Myliobatidae
Genus : Dasyatidae
Species : Himantura sp