83023758 case final chano sgb
TRANSCRIPT
Pendahuluan
Sindroma Guillain-Barre (SGB) merupakan penyebab kelumpuhan yang cukup sering
dijumpai pada usia dewasa muda. SGB ini seringkali mencemaskan penderita dan keluarganya
karena terjadi pada usia produktif, apalagi pada beberapa keadaan dapat menimbulkan kematian,
meskipun pada umumnya mempunyai prognosa yang baik.
Beberapa nama disebut oleh beberapa ahli untuk penyakit ini, yaitu Idiopathic
polyneuritis, Acute Febrile Polyneuritis, Infective Polyneuritis, Post Infectious Polyneuritis,
Acute Inflammatory Demyelinating Polyradiculoneuropathy, Guillain Barre Strohl Syndrome,
Landry Ascending paralysis, dan Landry Guillain Barre Syndrome.
Definisi
Parry mengatakan bahwa, SGB adalah suatu polineuropati yang bersifat ascending dan
akut yang sering terjadi setelah 1 sampai 3 minggu setelah infeksi akut. Menurut Bosch, SGB
merupakan suatu sindroma klinis yang ditandai adanya paralisis flasid yang terjadi secara akut
berhubungan dengan proses autoimun dimana targetnya adalah saraf perifer, radiks, dan nervus
kranialis.
Etiologi
Etiologi SGB sampai saat ini masih belum dapat diketahui dengan pasti penyebabnya dan
masih menjadi bahan perdebatan. Beberapa keadaan/penyakit yang mendahului dan mungkin ada
hubungannya dengan terjadinya SGB, antara lain:
1. Infeksi
2. Vaksinasi
3. Pembedahan
4. Penyakit sistematik:
a. keganasan
b. systemic lupus erythematosus
c. tiroiditis
d. penyakit Addison
5. Kehamilan atau dalam masa nifas
SGB sering sekali berhubungan dengan infeksi akut non spesifik. Insidensi kasus SGB yang
berkaitan dengan infeksi ini sekitar antara 56% - 80%, yaitu 1 sampai 4 minggu sebelum gejala
neurologi timbul seperti infeksi saluran pernafasan atas atau infeksi gastrointestinal
Infeksi akut yang berhubungan dengan SGB
Infeksi Definite Probable Possible
Virus CMV
EBV
HIV
Varicella-zoster
Vaccinia/smallpox
Influenza
Measles
Mumps
Rubella
Hepatitis
Coxsackie
Echo
Bakteri Campylobacter Jejeni
Mycoplasma Pneumonia
Typhoid Borrelia B
Paratyphoid
Brucellosis
Chlamydia
Legionella
Listeria
Patogenesa
Mekanisme bagaimana infeksi, vaksinasi, trauma, atau faktor lain yang mempresipitasi
terjadinya demielinisasi akut pada SGB masih belum diketahui dengan pasti. Banyak ahli
membuat kesimpulan bahwa kerusakan saraf yang terjadi pada sindroma ini adalah melalui
mekanisme imunlogi.Bukti-bukti bahwa imunopatogenesa merupakan mekanisme yang
menimbulkan jejas saraf tepi pada sindroma ini adalah :
1. Didapatkannya antibodi atau adanya respon kekebalan seluler (celi mediated immunity)
terhadap agen infeksious pada saraf tepi.
2. Adanya auto antibodi terhadap sistem saraf tepi
3. Didapatkannya penimbunan kompleks antigen antibodi dari peredaran pada pembuluh darah
saraf tepi yang menimbulkan proses demyelinisasi saraf tepi.
Proses demyelinisasi saraf tepi pada SGB dipengaruhi oleh respon imunitas seluler dan
imunitas humoral yang dipicu oleh berbagai peristiwa sebelumnya, yang paling sering adalah
infeksi virus.
Peran imunitas seluler
Dalam sistem kekebalan seluler, sel limposit T memegang peranan penting disamping
peran makrofag. Prekursor sel limposit berasal dari sumsum tulang (bone marrow) steam cell
yang mengalami pendewasaan sebelum dilepaskan kedalam jaringan limfoid danperedaran.
Sebelum respon imunitas seluler ini terjadi pada saraf tepi antigen harus dikenalkan pada
limposit T (CD4) melalui makrofag. Makrofag yang telah menelan (fagositosis) antigen /
terangsang oleh virus, allergen atau bahan imunogen lain akan memproses antigen tersebut oleh
penyaji antigen (antigen presenting cell = APC). Kemudian antigen tersebut akan dikenalkan
pada limposit T (CD4). Setelah itu limposit T tersebut menjadi aktif karena aktivasi marker dan
pelepasan substansi interlekuin (IL2), gamma interferon serta alfa TNF. Kelarutan E selectin dan
adesi molekul (ICAM) yang dihasilkan oleh aktifasi sel endothelial akan berperan dalam
membuka sawar darah saraf, untuk mengaktifkan sel limfosit T dan pengambilan makrofag .
Makrofag akan mensekresikan protease yang dapat merusak protein myelin disamping
menghasilkan TNF dan komplemen.
Patologi
Pada pemeriksaan makroskopis tidak tampak jelas gambaran pembengkakan saraf tepi.
Dengan mikroskop sinar tampak perubahan pada saraf tepi. Perubahan pertama berupa edema
yang terjadi pada hari ke tiga atau ke empat, kemudiantimbul pembengkakan dan iregularitas
selubung myelin pada hari ke lima, terlihat beberapa limfosit pada hari ke sembilan dan
makrofag pada hari ke sebelas,poliferasi sel schwan pada hari ke tigabelas. Perubahan pada
myelin, akson, dan selubung schwan berjalan secara progresif, sehingga pada hari ke enampuluh
enam, sebagian radiks dan saraf tepi telah hancur. Asbury dkk mengemukakan bahwa perubahan
pertama yang terjadi adalah infiltrasi sel limfosit yang ekstravasasi dari pembuluh darah kecil
pada endo dan epineural. Keadaan ini segera diikuti demyelinisasi segmental. Bila
peradangannya berat akan berkembang menjadi degenerasi Wallerian. Kerusakan myelin
disebabkanmakrofag yang menembus membran basalis dan melepaskan selubung myelin dari sel
schwan dan akson.
Klasifikasi
Beberapa varian dari sindroma Guillan-Barre dapat diklasifikasikan, yaitu :
1. Acute inflammatory demyelinating polyradiculoneuropathy
2. Subacute inflammatory demyelinating polyradiculoneuropathy
3. Acute motor axonal neuropathy
4. Acute motor sensory axonal neuropathy
5. Fisher’s syndrome
6. Acute pandysautonomia
Gejala klinis dan kriteria diagnosa
Diagnosa SGB terutama ditegakkan secara klinis. SBG ditandai dengan timbulnya suatu
kelumpuhan akut yang disertai hilangnya refleks-refleks tendon dan didahului parestesi dua atau
tiga minggu setelah mengalami demam disertai disosiasi sitoalbumin pada likuor dan gangguan
sensorik dan motorik perifer.
Kriteria diagnosa yang umum dipakai adalah criteria dari National Institute of
Neurological and Communicative Disorder and Stroke (NINCDS), yaitu:
Ciri-ciri yang perlu untuk diagnosis:
a. Terjadinya kelemahan yang progresif
b. Hiporefleksi
Ciri-ciri yang secara kuat menyokong diagnosis SGB :
a. Ciri-ciri klinis:
o Progresifitas : gejala kelemahan motorik berlangsung cepat, maksimal dalam 4
minggu, 50% mencapai puncak dalam 2 minggu, 80% dalam 3 minggu, dan 90%
dalam 4 minggu.
o Relatif simetris
o Gejala gangguan sensibilitas ringan
o Gejala saraf kranial ± 50% terjadi parese N VII dan sering bilateral. Saraf otak
lain dapat terkena khususnya yang mempersarafi lidah dan otot-otot menelan,
kadang < 5% kasus neuropati dimulai dari otot ekstraokuler atau saraf otak lain
o Pemulihan: dimulai 2-4 minggu setelah progresifitas berhenti, dapat memanjang
sampai beberapa bulan.
o Disfungsi otonom. Takikardi dan aritmia, hipotensi postural, hipertensi dangejala
vasomotor.
o Tidak ada demam saat onset gejala neurologis.
b. Ciri-ciri kelainan cairan serebrospinal yang kuat menyokong diagnosa:
o Protein CSS. Meningkat setekah gejala 1 minggu atau terjadi peningkatan pada
LP serial
o Jumlah sel CSS < 10 MN/mm3
o Varian:
Tidak ada peningkatan protein CSS setelah 1 minggu gejala
Jumlah sel CSS: 11-50 MN/mm3
c. Gambaran elektrodiagnostik yang mendukung diagnosa:
o Perlambatan konduksi saraf bahkan blok pada 80% kasus. Biasanya kecepatan
hantar kurang 60% dari normal.
Diagnosa Banding
Gejala klinis SGB biasanya jelas dan mudah dikenal sesuai dengan criteria diagnostik
dari NINCDS, tetapi pada stadium awal kadang-kadang harus dibedakan dengan keadaan lain,
seperti:
o Mielitis akuta
o Poliomyelitis anterior akuta
o Porphyria intermitten akuta
o Polineuropati post difteri
Terapi
Pada sebagian besar penderita dapat sembuh sendir. Pengobatan secara umum bersifat
simtomik. Meskipun dikatakan bahwa penyakit ini dapat sembuh sendiri, perlu dipikirkan waktu
perawatan yang cukup lama dan angka kecacatan (gejala sisa) cukup tinggi sehingga pengobatan
tetap harus diberikan. Tujuan terapi khusus adalah mengurangi beratnya penyakit dan
mempercepat penyembuhan melalui sistem imunitas (imunoterapi).
Kortikosteroid
Kebanyakan penelitian mengatakan bahwa penggunaan preparat steroid tidak mempunyai
nilai/tidak bermanfaat untuk terapi SGB.
Plasmaparesis
Plasmaparesis atau plasma exchange bertujuan untuk mengeluarkan factor autoantibodi
yang beredar. Pemakain plasmaparesis pada SGB memperlihatkan hasil yang baik, berupa
perbaikan klinis yang lebih cepat, penggunaan alat bantu nafas yang lebih sedikit, dan lama
perawatan yang lebih pendek. Pengobatan dilakukan dengan mengganti 200-250 ml plasma/kg
BB dalam 7-14 hari. Plasmaparesis lebih bermanfaat bila diberikan saat awal onset gejala
(minggu pertama).
Pengobatan imunosupresan:
1. Imunoglobulin IV
Pengobatan dengan gamma globulin intervena lebih menguntungkan dibandingkan
plasmaparesis karena efek samping/komplikasi lebih ringan. Dosis maintenance 0.4 gr/kg
BB/hari selama 3 hari dilanjutkan dengan dosis maintenance 0.4 gr/kg BB/hari tiap 15 hari
sampai sembuh.
2. Obat sitotoksik
Pemberian obat sitoksik yang dianjurkan adalah:
o 6 merkaptopurin (6-MP)
o Azathioprine
o Cyclophosphamid
Efek samping dari obat-obat ini adalah: alopecia, muntah, mual dan sakit kepala.
Prognosa
Pada umumnya penderita mempunyai prognosa yang baik tetapi pada sebagian kecil
penderita dapat meninggal atau mempunyai gejala sisa. 95% terjadi penyembuhan tanpa gejala
sisa dalam waktu 3 bulan bila dengankeadaan antara lian:
o Pada pemeriksaan NCV-EMG relatif normal
o Mendapat terapi plasmaparesis dalam 4 minggu mulai saat onset
o Progresifitas penyakit lambat dan pendek
o Pada penderita berusia 30-60 tahun
STATUS NEUROLOGI
No. MR : 170731 Masuk tanggal : 9 November 2011
Nama : Ny. S Keluar tanggal :-
Jenis kelamin : Permpuan Meninggal tanggal :-
Umur : 34 tahun Dokter : dr. Tumpal.S, SpS
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Ko-Assisten : Januar C Fladimir
Pendidikan : SLTA
Agama : Katolik
Alamat : Jl.Jati Barat Rt 07/08
ANAMNESIS
Autoanamnesis tanggal : 9 November 2011
Aloanamnesa tanggal : -
Keluhan Utama : Lemas Seluruh Badan
Keluhan Tambahan : Sesak Nafas, Borok dibokong, Demam
Riwayat perjalanan penyakit :
Pasien diantar oleh keluarganya dengan keluhan lemas pada seluruh badan sejak
kurang lebih satu bulan yang lalu. Kelurah berawal dari rasa pegal pada punggu seperti
ditepuk – tepuk dan lemas pada ke dua tangannya, untuk mengurani keluhan itu pasien
pergi ke tukang pijat, namun keluhan tidak berkurang, ketika dalam perjalanan pulang
pasien mulai merasa lemas pada ke dua tungkainya, namun pasien masih dapat berjalan
sendiri. Ketika tiba di rumah pasien terjatuh Karina kakinya menjadi semakin lemas
sehinga tidak dapat menggerakan kakinya lagi, kemudian perut terasa keram dan
berlanjut ke dada sehingga pasien merasa sesak. Pasien juga menyatakan tangannya juga
terasa semakin lemas. Pasien sempat dirawat di RS pasarebo selama tiga hari, Setelah itu
pasien pulang dan dirawat di rumah, pasien juga mengeluh muncul borok pada
bokongnya.
Riwayat Batuk Pilek, Diare, Demam, Vaksinasi dan hamil di sangkal oleh pasien.
Riwayat Kencing manis, Daranh tinggi, Sakit jantung, Alergi di sangkal
Terapi yang sudah didapat : -
Penyakit dahulu :
Kebiasaan : Minum Kopi / Teh 1 – 2 cangkir sehari
Kedudukan dalam keluarga : Ibu rumah tangga
Riwayat partus, mensruasi : P2 A0
Dari lahir hingga 5 tahun berada di : Jakarta
PEMERIKSAAN UMUM
Kesadaran : E4 V5 M6 ( Composmentis )
Nadi : 88 x/menit, reguler, kuat angkat
Tekanan Darah : 90/60 MmHg
Suhu : 37,8° C
Respirasi : 27 x / menit
Umur klinis : 30 an
Bentuk Badan : Pignicus
Gizi : Baik
Kulit : Sawo matang
KGB : Tidak teraba membesar
PEMERIKSAAN REGIONAL
Kepala : Tak ada kelainan
Kalvarium : Tak ada kelainan
Mata : Konjungtiva tidak pucat, Sklera tidak ikterik
Hidung : Bentuk biasa, lapang, sekret (-)
Mulut : Tak ada kelainan
Telinga : Tak ada kelainan
Leher : Tak ada kelainan
Toraks : Pergerakan simetris, kanan = kiri
Jantung : BJ I dan II murni, gallop (-), mur - mur (–)
Paru-paru : BND Vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-
Abdomen : Supel, BU (+) 2x/menit, timpani
Hepar : Tidak teraba
Lien : Tidak teraba
Extremitas : Tidak ada kelainan
Sendi : Tidak ada kelainan
Otot-otot : Nyeri tekan (-)
PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
1. Rangsang Meningen
Kaku kuduk : -
Brudzinski I : -
Brudzinski II : - / -
Laseque : >70° / >70°
Kerniq : - / -
2. Saraf Kranial
N.I (Olfaktorius)
Kanan Kiri
cavum nasi Lapang Lapang
Penciuman Normosmia Normosmia
N. II (Optikus)
Visus : Baik
Lihat warna : Baik
Kampus : Luas
Funduscopy : Tidak dilakukan
N. III, IV, VI (Okolomotorius, Trochlearis, Abdusen)
Sikap bola mata
Ptosis : - / -
Strabismus : -
Eksoftalmus : -
Enoftalmus : -
Diplopia : -
Deviasi Konjuge : -
Pergerakan Bola mata
Lateral kanan : Baik
Lateral kiri : Baik
Atas : Baik
Bawah : Baik
Berputar : Baik
Pupil
Bentuk : Bulat, letaknya ditengah, tepi rata
Isokor : Isokor 3mm / 3mm
Reflek cahaya Kanan Kiri
Langsung : + +
Konsensual : + +
Reflek akomodasi : + +
N. V (Trigeminus)
Motorik
- Membuka Mulut : Baik
- Gerakan Rahang : Baik
- Menggigit : Baik
Sensorik
- Rasa Nyeri : Baik
- Rasa Raba : Baik
- Rasa Suhu : Tidak dilakukan
- Rasa Selaput Lendir : Tidak dilakukan
Reflek: - Reflek Kornea : Tidak dilakukan
- Reflek Maseter : -
N.VII (Fasialis)
Sikap wajah : Simetris
Mimik : Biasa
Angkat Alis : Baik,Simetris Kanan = Kiri
Kerut Dahi : Baik,Simetris Kanan = Kiri
Lagoftalmus : Tidak dilakukan
Kembung Pipi : Baik,Simetris Kanan = Kiri
Menyeringai : Baik,Simetris SNL Kanan = Kiri
Rasa Kecap (2/3 Depan) : Tidak dilakukan
N.VIII (Vestibulokokhlearis)
Vestibularis :
- Nistagmus spontan : - / -
- Vertigo : -
Kokhlearis :
Suara bisik : Baik
Gesekan jari : Baik
Tes “Rinne” : Baik / Baik
Tes “Weber” : Tidak ada lateralisasi
Tes “Schwabach” : Sama dengnan pemeriksa
N. IX, X (Glosofaringeus, Vagus)
Arkus Faring : Simetris
Palatum Mole : Intak
Disfoni : Tidak ada
Rinolali : Tidak ada
Disfagi : Tidak ada
Batuk : Tidak ada
Menelan : Tidak ada
Mengejan : Tidak ada
Refleks Faring : ( + )
Refleks Okulokardiak : ( + ) normal
Refleks Sinus Karotikus : ( + ) normal
N.XI ( Asesorius )
Menoleh (kanan,kiri,bawah) : Baik,Kanan = Kiri
Angkat Bahu : Lemah
N.XII ( Hipoglosus )
Sikap lidah dalam mulut : Simetris
Julur lidah : Baik, Tidak ada lateralisasi
Gerakan lidah : Baik
Tremor : ( - )
Fasikulasi : ( - )
Atrofi : ( - )
Tenaga otot lidah : Baik.
3. Motorik
Derajat kekuatan otot ( 0-5 ) Kanan Kiri
Tonus otot (hiper,normo,hipo,atoni)
Lengan
- Fleksor : Hipotonus
- Ekstensor : Hipotonus
Tungkai
- Fleksor : Hipotonus
- Ekstensor : Hipotonus
Trofi Otot
Lengan : Eutrofi
Tungkai : Eutrofi
Gerakan Spontan Abnormal
Kejang : -
Tetani: -
Tremor : -
Khorea : -
3 3 3 3 2 2 3 3
1 1 1 1 1 1 1 1
Atetosis : -
4. Koordinasi
Statis
- Duduk : Tidak dilakukan
- Berdiri : Tidak dilakukan
- Tes Romberg : Tidak dilakukan
Dinamis
- Telunjuk Hidung : Tidak dilakukan
- Jari-jari : Tidak dilakukan
- Disdiadokokinesis : Tidak dilakukan
- Dismetri : Tidak dilakukan
- Bicara : Tidak dilakukan
- Menulis : Tidak dilakukan
5. Refleks
Refleks Tendo
- Biseps : ++ / ++
- Triseps : ++ / ++
- “Knee Pes Reflex” : + / +
- “Achilles Pes Reflex” : + / +
Refleks Abnormal
- Babinski : - / -
- Chaddock : - / -
- Oppenheim : - / -
- Gordon : - / -
- Schaeffer : - / -
- Hoffman Trommer : - / -
- Klonus lutut : - / -
- Klonus Kaki : - / -
6. Sensibilitas
Eksteroseptif
- Rasa raba : Kanan dan kiri berkurang
- Rasa nyeri : Kanan dan Kiri berkurang
- Rasa suhu : Tidak dilakukan
Propioseptif
- Rasa sikap : Baik
- Rasa getar : Baik
7. Vegetatif
Miksi : Kateter
Defekasi : Pampers
Salivasi : Baik
Sekresi keringat : Baik
Fungsi Seks : Tidak dilakukan
8. Fungsi Luhur
Memori : Baik
Bahasa : Baik
Afek dan emosi : Baik
Visuospatial : Baik
Kognitif : Baik
9. Tanda Regresi
Refleks menghisap : ( - )
Refleks menggigit : ( - )
Refleks memegang : ( - )
“ Snout Reflex ” : ( - )
10.Palpasi Saraf Tepi
N. Ulnaris : Teraba, tidak keras, nyeri (-)
N.Aurikularis Magnus : Tidak teraba
11.Laboratorium ( 9 November 2011 )
Hb : 11 g/dl Ureum : 14 mg /dl
Ht : 31.1 % Kreatinin : 0.48 mg / dl
Leukosid : 11,3 ribu / ul GDS : 116 mg / dl
Trombosit : 285 ribu / ul
AGD :
pH darah : 7.509 TCO2 : 21.8 mmol / L
PCO2 : 26.3 mmHg Konsentrasi 02 : 12.5 vol %
PO2 : 101.8 mmHg Elektrolit :
Saturasi 02 : 96.4 % Na : 125 mmol / L
B.E : - 0,6 mmol/L K : 3.9 mmol / L
HCO3 : 21 mmol / L Cl : 105 mmol / L
12.Pemeriksaan Penunjang
EKG
CT Scan
Assesment :
Diagnosa Klinis : Tetraperese
Diagnosa Topis : Saraf Perifer
Diagnosa Etoilogis : WD : Sindroma Guillain Barre
DD : SNH
Programe :
Diet :
IVFD : I NaCl 0,9 %
I RL + Neurobion / 24 Jam
Mm : Ceftriaxon 2 x 1 gr
Garam dapur 2 x 1 gr
Folow Up
Tanggal 10 November 2011
Keadaan Umum
Kesadaran : E4 V5 M6 ( Composmentis )
Nadi : 90 x / menit, reguler, kuat angkat
Tekanan Darah : 110 / 80 MmHg
Suhu : 37,8° C
Respirasi : 28 x / menit
PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
1. Rangsang Meningen
a. Kaku kuduk : - Laseque : > 70° / > 70°
b. Brudzinski I : - Kerniq : - / -
c. Brudzinski II : - / -
2. Saraf Kranial
N.I (Olfaktorius) Kanan Kiri
Cavum nasi Lapang Lapang
Penciuman Normosmia Normosmia
N. II (Optikus)
Visus : Baik
Lihat warna : Baik
Kampus : Luas
Funduscopy : Tidak dilakukan
N. III, IV, VI (Okolomotorius, Trochlearis, Abdusen)
Sikap bola mata
Ptosis : - / -
Strabismus : -
Eksoftalmus : -
Enoftalmus : -
Diplopia : -
Deviasi Konjuge : -
Pergerakan Bola mata
Lateral kanan : Baik
Lateral kiri : Baik
Atas : Baik
Bawah : Baik
Berputar : Baik
Pupil
Bentuk : Bulat, letaknya ditengah, tepi rata
Isokor : Isokor 3mm / 3mm
Reflek cahaya Kanan Kiri
Langsung : + +
Konsensual : + +
Reflek akomodasi : + +
N. V (Trigeminus)
Motorik
- Membuka Mulut : Baik
- Gerakan Rahang : Baik
- Menggigit : Baik
Sensorik
- Rasa Nyeri : Baik
- Rasa Raba : Baik
- Rasa Suhu : Tidak dilakukan
- Rasa Selaput Lendir : Tidak dilakukan
Reflek: - Reflek Kornea : Tidak dilakukan
- Reflek Maseter : -
N.VII (Fasialis)
Sikap wajah : Simetris
Mimik : Biasa
Angkat Alis : Baik,Simetris Kanan = Kiri
Kerut Dahi : Baik,Simetris Kanan = Kiri
Lagoftalmus : Tidak dilakukan
Kembung Pipi : Baik,Simetris Kanan = Kiri
Menyeringai : Baik,Simetris SNL Kanan = Kiri
Rasa Kecap (2/3 Depan) : Tidak dilakukan
N.VIII (Vestibulokokhlearis)
Vestibularis :
- Nistagmus spontan : - / -
- Vertigo : -
Kokhlearis :
Suara bisik : Baik Gesekan jari : Baik Tes “Rinne” : Baik / Baik Tes “Weber” : Tidak ada lateralisasi Tes “Schwabach” : Sama dengnan pemeriksa
N. IX, X (Glosofaringeus, Vagus)
Arkus Faring : Simetris
Palatum Mole : Intak
Disfoni : Tidak ada
Rinolali : Tidak ada
Disfagi : Tidak ada
Batuk : Tidak ada
Menelan : Tidak ada
Mengejan : Tidak ada
Refleks Faring : ( + )
Refleks Okulokardiak : ( + ) normal
Refleks Sinus Karotikus : ( + ) normal
N.XI ( Asesorius )
Menoleh (kanan,kiri,bawah) : Baik,Kanan = Kiri
Angkat Bahu : Lemah.
N.XII ( Hipoglosus )
Sikap lidah dalam mulut : Simetris
Julur lidah : Baik, Tidak ada lateralisasi
Gerakan lidah : Baik
Tremor : ( - )
Fasikulasi : ( - )
Atrofi : ( - )
Tenaga otot lidah : Baik.
3. Motorik
Derajat kekuatan otot ( 0-5 ) Kanan Kiri
Jalan
- Langkah : Tidak di lakukan
- Lenggang lengan : Tidak di lakukan
- Di atas tumit : Tidak di lakukan
- Jinjit : Tidak di lakukan.
Tonus otot (hiper,normo,hipo,atoni)
Lengan
- Fleksor : Hipotonus
- Ekstensor : Hipotonus
Tungkai
3 3 3 3 2 2 3 3
1 1 1 1 1 1 1 1
- Fleksor : Hipotonus
- Ekstensor : Hipotonus
-
Trofi Otot
Lengan : Eutrofi
Tungkai : Eutrofi
Gerakan Spontan Abnormal
Kejang : -
Tetani : -
Tremor : -
Khorea : -
Atetosis : -
4. Koordinasi
Statis
- Duduk : Tidak dilakukan
- Berdiri : Tidak dilakukan
- Tes Romberg : Tidak dilakukan
Dinamis
- Telunjuk Hidung : Tidak dilakukan
- Jari-jari : Tidak dilakukan
- Disdiadokokinesis : Tidak dilakukan
- Dismetri : Tidak dilakukan
- Bicara : Tidak dilakukan
- Menulis : Tidak dilakukan
5. Refleks
Refleks Tendo
- Biseps : ++ / ++
- Triseps : ++ / ++
- “Knee Pes Reflex” : + / +
- “Achilles Pes Reflex” : + / +
Refleks Abnormal
- Babinski : - / -
- Chaddock : - / -
- Oppenheim : - / -
- Gordon : - / -
- Schaeffer : - / -
- Hoffman Trommer : - / -
- Klonus lutut : - / -
- Klonus Kaki : - / -
6. Sensibilitas
Eksteroseptif
Rasa raba : Kanan dan kiri berkurang Rasa nyeri : Kanan dan Kiri berkurang Rasa suhu : Tidak dilakukan
Propioseptif
Rasa sikap : Baik
Rasa getar : Baik
7. Vegetatif
Miksi : Kateter
Defekasi : Pampers
Salivasi : Baik
Sekresi keringat : Baik
Fungsi Seks : Tidak dilakukan
8. Fungsi Luhur
Memori : Baik
Bahasa : Baik
Afek dan emosi : Baik
Visuospatial : Baik
Kognitif : Baik
9. Tanda Regresi
Refleks menghisap : ( - )
Refleks menggigit : ( - )
Refleks memegang : ( - )
“ Snout Reflex ” : ( - )
10.Palpasi Saraf Tepi
N. Ulnaris : Teraba, tidak keras, nyeri (-)
N.Aurikularis Magnus : Tidak teraba
11. Laboratorium
12. Pemeriksaan Penunjang
Assesment :
Diagnosa Klinis :
Diagnosa Topis : Saraf Perifer
Diagnosa Etoilogis : WD : Sindroma Guillain Barre
DD : SNH
Programe :
Diet :
IVFD : I NaCl 0,9 %
I RL + Neurobion / 24 Jam
Mm : Ceftriaxon 2 x 1 gr
Garam dapur 2 x 1 gr
Folow Up
Tanggal 11 November 2011
Keadaan Umum
Kesadaran : E4 V5 M6 ( Composmentis )
Nadi : 90 x / menit, reguler, kuat angkat
Tekanan Darah : 110 / 80 MmHg
Suhu : 37,8° C
Respirasi : 28 x / menit
PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
13.Rangsang Meningen
a. Kaku kuduk : - Laseque : > 70° / > 70°
b. Brudzinski I : - Kerniq : - / -
c. Brudzinski II : - / -
14.Saraf Kranial
N.I (Olfaktorius) Kanan Kiri
Cavum nasi Lapang Lapang
Penciuman Normosmia Normosmia
N. II (Optikus)
Visus : Baik
Lihat warna : Baik
Kampus : Luas
Funduscopy : Tidak dilakukan
N. III, IV, VI (Okolomotorius, Trochlearis, Abdusen)
Sikap bola mata
Ptosis : - / -
Strabismus : -
Eksoftalmus : -
Enoftalmus : -
Diplopia : -
Deviasi Konjuge : -
Pergerakan Bola mata
Lateral kanan : Baik
Lateral kiri : Baik
Atas : Baik
Bawah : Baik
Berputar : Baik
Pupil
Bentuk : Bulat, letaknya ditengah, tepi rata
Isokor : Isokor 3mm / 3mm
Reflek cahaya Kanan Kiri
Langsung : + +
Konsensual : + +
Reflek akomodasi : + +
N. V (Trigeminus)
Motorik
- Membuka Mulut : Baik
- Gerakan Rahang : Baik
- Menggigit : Baik
Sensorik
- Rasa Nyeri : Baik
- Rasa Raba : Baik
- Rasa Suhu : Tidak dilakukan
- Rasa Selaput Lendir : Tidak dilakukan
Reflek: - Reflek Kornea : Tidak dilakukan
- Reflek Maseter : -
N.VII (Fasialis)
Sikap wajah : Simetris
Mimik : Biasa
Angkat Alis : Baik,Simetris Kanan = Kiri
Kerut Dahi : Baik,Simetris Kanan = Kiri
Lagoftalmus : Tidak dilakukan
Kembung Pipi : Baik,Simetris Kanan = Kiri
Menyeringai : Baik,Simetris SNL Kanan = Kiri
Rasa Kecap (2/3 Depan) : Tidak dilakukan
N.VIII (Vestibulokokhlearis)
Vestibularis :
- Nistagmus spontan : - / -
- Vertigo : -
Kokhlearis :
Suara bisik : Baik Gesekan jari : Baik Tes “Rinne” : Baik / Baik Tes “Weber” : Tidak ada lateralisasi Tes “Schwabach” : Sama dengnan pemeriksa
N. IX, X (Glosofaringeus, Vagus)
Arkus Faring : Simetris
Palatum Mole : Intak
Disfoni : Tidak ada
Rinolali : Tidak ada
Disfagi : Tidak ada
Batuk : Tidak ada
Menelan : Tidak ada
Mengejan : Tidak ada
Refleks Faring : ( + )
Refleks Okulokardiak : ( + ) normal
Refleks Sinus Karotikus : ( + ) normal
N.XI ( Asesorius )
Menoleh (kanan,kiri,bawah) : Baik,Kanan = Kiri
Angkat Bahu : Lemah.
N.XII ( Hipoglosus )
Sikap lidah dalam mulut : Simetris
Julur lidah : Baik, Tidak ada lateralisasi
Gerakan lidah : Baik
Tremor : ( - )
Fasikulasi : ( - )
Atrofi : ( - )
Tenaga otot lidah : Baik.
15.Motorik
Derajat kekuatan otot ( 0-5 ) Kanan Kiri
Jalan
- Langkah : Tidak di lakukan
- Lenggang lengan : Tidak di lakukan
- Di atas tumit : Tidak di lakukan
- Jinjit : Tidak di lakukan.
Tonus otot (hiper,normo,hipo,atoni)
Lengan
- Fleksor : Hipotonus
- Ekstensor : Hipotonus
Tungkai
- Fleksor : Hipotonus
3 3 3 3 2 2 3 3
1 1 1 1 1 1 1 1
- Ekstensor : Hipotonus
-
Trofi Otot
Lengan : Eutrofi
Tungkai : Eutrofi
Gerakan Spontan Abnormal
Kejang : -
Tetani : -
Tremor : -
Khorea : -
Atetosis : -
16.Koordinasi
Statis
- Duduk : Tidak dilakukan
- Berdiri : Tidak dilakukan
- Tes Romberg : Tidak dilakukan
Dinamis
- Telunjuk Hidung : Tidak dilakukan
- Jari-jari : Tidak dilakukan
- Disdiadokokinesis : Tidak dilakukan
- Dismetri : Tidak dilakukan
- Bicara : Tidak dilakukan
- Menulis : Tidak dilakukan
17.Refleks
Refleks Tendo
- Biseps : ++ / ++
- Triseps : ++ / ++
- “Knee Pes Reflex” : + / +
- “Achilles Pes Reflex” : + / +
Refleks Abnormal
- Babinski : - / -
- Chaddock : - / -
- Oppenheim : - / -
- Gordon : - / -
- Schaeffer : - / -
- Hoffman Trommer : - / -
- Klonus lutut : - / -
- Klonus Kaki : - / -
18. Sensibilitas
Eksteroseptif
Rasa raba : Kanan dan kiri berkurang Rasa nyeri : Kanan dan Kiri berkurang Rasa suhu : Tidak dilakukan
Propioseptif
Rasa sikap : Baik
Rasa getar : Baik
19. Vegetatif
Miksi : Kateter
Defekasi : Pampers
Salivasi : Baik
Sekresi keringat : Baik
Fungsi Seks : Tidak dilakukan
20. Fungsi Luhur
Memori : Baik
Bahasa : Baik
Afek dan emosi : Baik
Visuospatial : Baik
Kognitif : Baik
21.Tanda Regresi
Refleks menghisap : ( - )
Refleks menggigit : ( - )
Refleks memegang : ( - )
“ Snout Reflex ” : ( - )
22.Palpasi Saraf Tepi
N. Ulnaris : Teraba, tidak keras, nyeri (-)
N.Aurikularis Magnus : Tidak teraba
23. Laboratorium
24. Pemeriksaan Penunjang
Assesment :
Diagnosa Klinis :
Diagnosa Topis : Saraf Perifer
Diagnosa Etoilogis : WD : Sindroma Guillain Barre
DD : SNH
Programe :
Diet :
IVFD : I NaCl 0,9 %
I RL + Neurobion / 24 Jam
Mm : Ceftriaxon 2 x 1 gr
Garam dapur 2 x 1 gr
RESUME
Pasien seorang wanita 34 tahun datang dengan keluhan lemas pada seluruh badan sejak
kurang lebih 1 bulan yang lalu. Kelurah berawal dari lemas pada ke dua tangannya yang berawal
dari ujung jari yang merambat keatas, kemudian pasien mulai merasa lemas pada ke dua
tungkainya, namun pasien masih dapat berjalan ± 30 menit kemudian pasien terjatuh karina
kakinya menjadi semakin lemas sehinga tidak dapat menggerakan kakinya lagi, kemudian perut
terasa keram dan berlanjut ke dada sehingga pasien merasa sesak. Pasien sempat dirawat di RS
pasarebo selama tiga hari, Setelah itu pasien pulang dan dirawat di rumah, pasien juga mengeluh
muncul borok pada bokongnya.
Riwayat Batuk Pilek, Diare, Demam, Vaksinasi dan hamil di sangkal oleh pasien. Riwayat
Kencing manis, Daranh tinggi, Sakit jantung, Alergi di sangkal.
Keadaan Umum :
Kesadaran : E4 V5 M6 ( Composmentis )Nadi : 90 x / menit, reguler, kuat angkatTekanan Darah : 110 / 80 MmHgSuhu : 37,8° CRespirasi : 28 x / menit
Pemeriksaan Neurologis :1. Rangsang Meningen : Dalam batas normal2. Saraf Kranial : Dalam batas normal3. Motorik :
Derajat kekuatan otot ( 0-5 )
Tonus otot (hiper,normo,hipo,atoni): Hipotonus.
4. Refleks : Refleks Fisiologis :- Biseps : ++ / ++- Triseps : ++ / ++- Knee Pes Reflex : + / +- Achilles Pes Reflex : + / +Refleks Abnormal : ( - )
5. Sensibilitas
3 3 3 3 2 2 3 31 1 1 1 1 1 1 1
Eksteroseptif Rasa raba : Kanan dan kiri berkurang Rasa nyeri : Kanan dan Kiri berkurang Rasa suhu : Tidak dilakukan
Propioseptif Rasa sikap : Baik Rasa getar : Baik
6. Vegetatif Miksi : Kateter Defekasi : Pampers
7. Fungsi Luhur : Baik8. Tanda Regresi : ( - )9. Palpasi Saraf Tepi
N. Ulnaris : Teraba, tidak keras, nyeri (-) N.Aurikularis Magnus : Tidak teraba
10. Laboratorium Na : 125 mmol / L
11. Pemeriksaan Penunjang : EKG dan CT Brain
Assesment :
Diagnosa Klinis : Tetraparese
Diagnosa Topis : Saraf Perifer
Diagnosa Etoilogis : WD : Sindroma Guillain Barre
DD : SNH.
Programe :
Diet :
IVFD : I NaCl 0,9 %
I RL + Neurobion / 24 Jam
Mm : Ceftriaxon 2 x 1 gr
Garam dapur 2 x 1 gr
Prognosis :
- Ad vitam :Dubia at bonam
- Ad sanasionum :Dubia at bonam
- Ad fungsionum :Dubia at bonam