3. keynote speech staf ahli kemenperin

Upload: rahmadhan-r

Post on 06-Jul-2018

213 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/18/2019 3. Keynote Speech Staf Ahli Kemenperin

    1/10

    1

    KEYNOTE SPEECH

    MENTERI PERINDUSTRIAN

    “PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MELALUI

    PENGUATAN RISET IPTEK” 

    Pada Acara RAKORNAS IPTEK Tahun 2015

    Jakarta, 4 Agustus 2015.

    Kepada Yth:

      Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi

      Menko Pembangunan Manusia Dan Kebudayaan

      Ketua Panitia Rakornas IPTEK beserta jajaran

      Bapak/Ibu para undangan,

    Assalamualaikum Warrahmatul lahi Wabarrakatuh,

    Hadirin yang Saya hormati,

    Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 14

    Tahun 2015 tentang Rencana Induk Pembangunan Industri

    Nasional (RIPIN) Tahun 2015-2035, Visi Pembangunan Industri

    Nasional adalah menjadikan Indonesia Negara Industri Tangguh

    yang bercirikan struktur industri nasional yang kuat, dalam, sehat

    dan berkeadilan; industri yang berdaya saing tinggi di tingkat global

    serta industri yang berbasis inovasi dan teknologi. Dalam hal ini

     jelas terlihat kaitan yang erat antara tingkat inovasi dan teknologi,

    struktur industri yang kuat dan dalam yang akhirnya berdampakterhadap daya saing industri.

  • 8/18/2019 3. Keynote Speech Staf Ahli Kemenperin

    2/10

    2

    Dalam RIPIN juga dijelaskan bahwa untuk lebih terarah dan

    terfokus dalam pengembangan industri kedepan, maka ditetapkan

    industri prioritas yang selanjutnya dikelompokkan menjadi industri

    andalan, industri pendukung dan industri hulu. Kelompok industri

    andalan (industri pangan; industri farmasi, kosmetik dan alat

    kesehatan; industri tekstil, kulit, alas kaki dan aneka; industri alat

    transportasi; industri elektronika dan telematika/ICT; industri

    pembangkit energi), industri pendukung seperti industri barang

    modal, komponen, bahan penolong dan jasa industri serta industri

    hulu (agro; logam dasar dan bahan galian bukan logam; kimia dasarberbasis migas dan batubara).

    Hadirin yang berbahagia,

    Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional

    (RPJMN) tahun 2015-2019, Pemerintah memfokuskan kepada

    pembangunan di berbagai bidang dengan menekankan pencapaian

    daya saing kompetitif perekonomian berlandaskan keunggulansumber daya alam dan sumber daya manusia berkualitas serta

    kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) yang terus

    meningkat. Seiring dengan hal tersebut, dua pilar penting yang

    mampu mendukung peningkatan daya saing ekonomi nasional

    adalah inovasi dan kesiapan teknologi.

    Tingkat inovasi Indonesia dipandang masih cukup baik, dimanaposisi Indonesia menempati peringkat 31 dari 144 negara,

    sedangkan kesiapan teknologi Indonesia masih jauh di posisi 77.

    Hal ini mencerminkan bahwa riset yang telah dilakukan lembaga

    litbang, hasilnya masih banyak berujung pada laporan dan

    publikasi. Sementara itu, teknologi yang dihasilkan juga masih

    banyak belum banyak yang siap untuk digunakan oleh

    penggunanya, yaitu industri,”

  • 8/18/2019 3. Keynote Speech Staf Ahli Kemenperin

    3/10

    3

    Saudara sekalian yang berbahagia,

    Pembangunan industri telah memberikan dampak positif bagi

    perekonomian nasional karena mampu mendorong pertumbuhanekonomi dan menciptakan lapangan kerja. Tahun 2014 tercatat

    industri manufaktur memberikan kontribusi terhadap PDB sebesar

    23,37 %, terhadap ekspor senilai US $ 98,43 milyar atau 66,48%

    dari nilai total ekspor nasional serta menyerap sebanyak 15,26 juta

    tenaga kerja. Namun demikian, pengembangan industri ke depan

    banyak menghadapi tantangan dan kendala yang perlu diselesaikan

    secara bersama sama dikalangan pemangku kepentingan.

    Permasalahan industri yang perlu mendapat perhatian dan

    komitmen dari pemangku kepentingan diantaranya: tingginya biaya

    logistik, kenaikan biaya produksi yang beruntun dan terkadang

    dalam waktu yang berdekatan (ongkos tenaga kerja, tarif listrik dan

    energi lainnya), jaminan pasokan bahan baku dan bahan penolong,

    hambatan non tarif pada pasar ekspor yang sering dikaitkan denganisu lingkungan, produktivitas sumber daya manusia yang masih

    rendah yang secara keseluruhan hal tersebut akan berdampak

    terhadap daya saing produk industry.

    Bapak, Ibu, Saudara sekalian yang saya hormati,

    Meningkatkan daya saing produk manufaktur tidak akan bisa

    diselesaikan oleh hanya satu kementerian dalam hal inikementerian perindustrian saja, melainkan harus

    melibatkankementerian/lembaga lain karena infrastruktur dan faktor

    produksi berada dibawah kewenangan instansi diluar Kementerian

    Perindustrian seperti Kementerian ESDM (energi dan bahan baku),

    Kementerian Pertanian (bahan baku), Kementerian PU dan Pera

    (infrastruktur), Kementerian Perhubungan (transportasi bahan

    maupun produk), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

    (isu lingkungan), Kementerian Riset, Teknologi Dan Pendidikan

  • 8/18/2019 3. Keynote Speech Staf Ahli Kemenperin

    4/10

    4

    Tinggi (sumber daya manusia), Badan Standardisasi Nasional

    (SNI), Kementerian Keuangan (kebijakan fiskal). Untuk itu, salah

    satu sikap dan kegiatan penentu yang harus diusung bersama

    adalah soliditas komitmen dari seluruh pihak sangat dalam upaya

    mendorong efisiensi dan daya saing produk nasional khususnya

    produk manufaktur.

    Hadirin sekalian,

    Kemajuan suatu bangsa tidak bisa dipisahkan dari daya saing dan

    ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek). Penguasaan iptek akan

    membawa suatu bangsa pada tingkatan kemajuan yang melebihi

    bangsa lain, dan bila ditelusuri lebih lanjut maka kemampuan

    sumber daya manusia dalam melakukan inovasi dalam berbagai

    bidang dan khususnya ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan

    kunci utama.

    Tidak dapat dipungkiri bahwa teknologi akan banyak memberikan

    perubahan pada perilaku kehidupan manusia dan warna dari suatu

    peradaban. Kita bahkan tidak pernah membayangkan bahwa kita

    akan hidup dalam suatu jaman dimana teknologi komunikasi dan

    informasi, kesehatan, transportasi, kedirgantaraan sudah

    berkembang sedemikian pesat. Teknologi komunikasi memiliki

    dampak sedemikian dahsyat sehingga berbicara tentang informasi

    hampir tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Dunia terasa sempitdan kejadian dibelahan Bumi manapun dalam sekejap akan

    menyebar keseluruh penjuru dunia dan ini sungguh sesuatu yang

    luar biasa.

    Bapak , Ibu, Saudara sekalian yang berbahagia,

    Teknologi yang ada merupakan hasil dari suatu kegiatan penelitian

    dan rancang bangun yang dilakukan secara tekun, terencanasecara terstruktur, simultan, berkelanjutan dan konsisten. Dedikasi,

  • 8/18/2019 3. Keynote Speech Staf Ahli Kemenperin

    5/10

    5

    kreativitas dan jumlah sumber daya manusia yang terlibat dalam

    kegiatan penelitian, pengembangan, rancang bangun dan

    perekayasaan sangat menentukan kualitas dan ragam dari produk

    teknologi yang akan dihasilkan.

    Sumber daya iptek dalam hal ini, bukan saja sumber daya manusia

    (SDM), tetapi juga anggaran/pembiayaan iptek, sarana/prasarana

    iptek, data dan informasi iptek serta kekayaan intelelektual. Di

    bidang SDM, jumlah Peneliti dan Perekayasa kita masih sangat

    minim dibandingkan negara-negara maju. Perbandingan jumlah

    peneliti dengan penduduk di Indonesia tahun 2013, masih berkisar529,38 peneliti dari setiap 1 juta jiwa, dan jumlah peneliti hanya

    sekitar 8.912 orang dan perekayasa 2.322 orang, sedangkan

    pengajar di Perguruan Tinggi (PT) Negeri dan Swasta sekitar

    120.492 ribu orang.

    Persentase anggaran untuk kegiatan riset sejauh ini masih

    didominasi anggaran pemerintah, yaitu 81,1 persen, sedangkanswasta 14,3 persen dan perguruan tinggi 4,6 persen. Secara

    keseluruhan, anggaran riset di Indonesia hanya berkisar 0,08

    persen dari produk domestik bruto (PDB).

    Padahal menurut rekomendasi United Nations Educational,

    Scientific, and Cultural Organisation (UNESCO), rasio anggaran

    Iptek yang memadai adalah sebesar 2 persen dari PDB.

    Berdasarkan survei SCImago (SCImago Journal & Country Rank )

    (2013), publikasi berdasarkan hasil penelitian selama 16 tahun

    (1996-2013) hanya mencapai 25.481 tulisan. Padahal jumlah

    dosen/peneliti di PT saja sekitar 120.492 orang. Belum lagi Peneliti

    dan Perekayasa pada Kementerian/Lembaga sebanyak 11.234

    orang. Dengan jumlah tersebut, posisi Indonesia hanya berada di

    urutan ke-61 dari 239 negara yang disurvei, berada jauh di bawahnegara-negara ASEAN seperti Singapura (32), Malaysia (37), dan

  • 8/18/2019 3. Keynote Speech Staf Ahli Kemenperin

    6/10

    6

    Thailand (43). Indonesia hanya berhasil mengungguli Vietnam (66),

    Philippina (70), Kamboja (125), Brunei Darsussalam (134), Laos

    (136), Myanmar (140) Timor Leste (211)

    Forum Ekonomi Dunia atau World Economic Forum

    (WEF) mempublikasikan ranking daya saing global (The Global

    CompetitivenessReport/GCR) tahun 2014-2015. Dalam publikasi ini,

    posisi Indonesia menempati peringkat 34 dari 144 negara, atau naik

    4 (empat) tingkat dari posisi sebelumnya 38 (tahun 2013-2014), dan

    posisi ke-50 pada 2012-2013.

    Menurut WEF, naiknya ranking indeks daya saing Indonesia pada

    periode ini dikarenakan perbaikan di beberapa kriteria seperti

    infrastruktur dan konektifitas, kualitas tatakelola sektor swasta dan

    publik,efisiensi pemerintahan, dan pemberantasan korupsi.

    WEF sendiri mengelompokkan Indonesia sebagai lima besar

    ekonomi ASEAN bersama Malaysia, Filipina, Thailand, dan

    Vietnam, yang terus memperbaiki peringkat daya saing mereka

    sejak tahun 2009.Adapun negara-negara Asia yang posisinya di

    atas Indonesia antara lain adalah Singapura (2), Jepang (6), Taiwan

    (14), Malaysia (20), Korsel (26), China (28), dan Thailand (31).

    Tingkat inovasi Indonesia dipandang masih cukup baik, dimana

    posisi Indonesia menempati peringkat 31 dari 144 negara,

    sedangkan kesiapan teknologi Indonesia masih jauh di posisi 77.Hal ini mencerminkan bahwa riset yang telah dilakukan lembaga

    litbang, hasilnya masih banyak berujung pada laporan dan

    publikasi, sedangkan teknologi yang dihasilkan masih banyak

    belum siap untuk diterapkan ditingkat industri.

    Hadirin sekalian yang berbahagia,

    Daya saing sebagian besar produk industri manufaktur di Indonesia

    masih harus ditingkatkan secara terus menerus untuk menghadapi

  • 8/18/2019 3. Keynote Speech Staf Ahli Kemenperin

    7/10

    7

    persaingan ditingkat global maupun regional, dan bahkan yang

    paling dekat menghadapi pemberlakuan Masyarakat Ekonomi

     ASEAN pada akhir 2015 mendatang. Dari sekitar 4.000 produk

    yang masuk daftar pos tarif manufaktur, sekitar 31 persen yang

    berdaya saing tinggi di tingkat ASEAN.Produk berdaya saing tinggi

    tersebut terdiri dari produk logam, kimia dasar, kimia hilir, serta

    tekstil dan aneka. Sisanya yang 69% perlu terus diupayakan agar

    mampu bersaing.

    Hadirin sekalian yang berbahagia, 

    Memperhatikan kondisi yang diuraikan diatas mulai dari peranan

    industri dalam menunjang perekonomian nasional, jumlah SDM

    peneliti, jumlah publikasi ilmiah, dukungan anggaran untuk

    melakukan kegiatan riset dan pengembangan, posisi daya saing

    dan tingkat inovasi bangsa, tingkat daya saing produk manufaktur di

     ASEAN, maka hal itu semua bisa kita jadikan referensi untuk

    langkah langkah kedepan untuk memperkuat daya saing industrinasional.

    Tuntutan peran penelitian dan pengembangan (litbang) dalam

    meningkatkan daya saing industrisemakin strategis sesuai dengan

    dinamika persaingan antar negara yang semakin ketat, khususnya

    di bidang industri dan perdagangan.

    Untuk menghasilkan litbang yang dapat diaplikasikan dan benar-benar dibutuhkan industri, perlu komitmen dari stakeholder litbang

    melalui koordinasi dan kolaborasi dengan pembagian peran yang

     jelas. “Dibutuhkan sinergitas antar berbagai unsur kelembagaan

    iptek untuk mendukung strategi pengembangan dan kebijakan

    industr i,” ujarnya. 

    Hadirin yang berbahagia,

  • 8/18/2019 3. Keynote Speech Staf Ahli Kemenperin

    8/10

    8

    Untuk memperkuat peranan riset dan pengembangan dalam

    meningkatkan daya saing industri, intervensi pemerintah masih

    sangat dibutuhkan. Pemerintah perlu mendorong kegiatan litbang

    dan meningkatkan akses terhadap infrastruktur pendukung (untuk

    teknologi yang mempunyai prospek tapi belum cukup matang),

    memberikan insentif berupa kegiatan pengkajian/kelayakan usaha

    (untuk teknologi yang secara teknis telah teruji tapi perlu penerapan

    dalam skala lebih luas), memberikan insentif dalam konteks jaminan

    resiko penerapan (untuk teknologi yang belum kompetitif di

    pasaran), pemerintah bertindak sebagai pengguna teknologi/produkuntuk mendorong penggunaan yang lebih luas di masyarakat (untuk

    teknologi yang sudah kompetitif).

    Penguatan peranan litbang melalui kelembagaan yang sudah ada

     juga dapat dilakukan hal-hal seperti penambahan sarana dan

    prasarana secara bertahap dan berkelanjutan, menerapkan metoda

    teknometer untuk mengukur kesiap terapan hasil litbang, lebih focusmengembangkan bahan baku dan bahan penolong substitusi impor

    serta pengembangan desain dan rancang bangun perekayasaan

    untuk teknologi rendah karbon.

    Hadirin yang Saya hormati,. 

    Keunggulan komparatif memang belum sepenuhnya dapat

    ditinggalkan, karena nyatanya pertumbuhan ekonomi bangsa inimasih ditopang oleh sumber daya alam, seperti halnya hasil

    pertambangan, perkebunan, pertanian, perikanan dan lain-lain.

    Tetapi karena suatu saat sumber daya alam tersebut akan tergerus

    seiring dengan perjalanan waktu. Oleh karenanya kita harus

    menyiapkan diri secara bertahap untuk mengedepankan

    pengelolaan kekayaan intelektual sebagai basis keunggulan

    kompetitif.

  • 8/18/2019 3. Keynote Speech Staf Ahli Kemenperin

    9/10

    9

    Dengn berbagai program dan kegiatan , mudah2an upaya

    percepatan pengembangan inovasi dapat dilakukan, sehingga

    peranan SDM dan Iptek semakin optimal dalam mendukung daya

    saing industri yang pada gilirannya meningkatkan perekonomian

    nasional dan kesejahteraan masyarakat Indonesia kini dan di masa

    mendatang.

    Hadirin yang Saya hormati,

    Dalam menghadapi persaingan global, hampir semua negara di

    dunia berbenah diri agar bisa bertahan ataupun menang dalam

    persaingan. Thailand misalnya, melalui strategi “ patent war ”,

    berupaya mendorong negaranya untuk menjadikan kekuatan paten

    lokal bernilai ekonomi tinggi sebagai tumpuan negara untuk tujuan

    memperkecil serangan paten impor dalam perdagangan

    internasional.

    Namun demikian, untuk meraih paten lokal bernilai ekonomi tinggi

    tidaklah mudah, terlebih ketika konsep sistem royalti bagi inventor

    sebagai bagian dari sistem penghargaan dan pengakuan (reward

    and recognition system) dalam kerangka HKI tidak berjalan searah

    dengan harapan yang begitu tinggi di kalangan peneliti/perekayasa.

    Produksi paten di Indonesia masih relatif kecil dan suatu contoh

    misalnya di Kementerian Perindustrian yang didukung oleh sekitar

    400 peneliti, dari tahun 2005 hingga 2014 hanya mampumengajukan aplikasi sebanyak 62 paten, 24 diantaranya sudah

    keluar sertifikat patennya, 16 masih dalam tahap pemeriksaan

    substansi dan 22 dalam tahap pemeriksaan administrasi.

    Isu kesejahteraan peneliti/perekayasa tetap akan mengemuka

    sepanjang kegiatan penelitian berlangsung di suatu negara. Isu

    royalti bagi inventor sudah sejak lama muncul di kalangan peneliti,

    khususnya di kalangan mereka yang telah berhasil menelorkan

    invensi (penemuan teknologi baru) bernilai ekonomi tinggi.

  • 8/18/2019 3. Keynote Speech Staf Ahli Kemenperin

    10/10

    10

    Pengaturan tentang hak royalti itu sendiri salah satunya dinyatakan

    pada Pasal 12 ayat (3) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001

    tentang Paten, bahwa inventor berhak mendapatkan imbalan yang

    layak dengan memperhatikan manfaat ekonomi yang diperoleh dari

    invensi tersebut.

    Bapak, Ibu, Saudara sekalian yang saya hormati, 

    Kementerian Perindustrian melalui Badan Penelitian dan

    Pengembangan Industri (BPPI) terus berupaya mengatasi

    permasalahan di industri dengan menetapkan arah kegiatan

    litbangyasa yang difokuskan untuk mendukung pengembangan

    industri substitusi impor dalam rangka mengurangi impor bahan

    baku dan barang modal serta mendukung akselerasi hilirisasi

    industri.

    Guna menghasilkan litbang yang dapat diaplikasikan dan benar-

    benar dibutuhkan industri, perlu komitmen dari stakeholder litbang

    melalui koordinasi dan kolaborasi dengan pembagian peran yang

     jelas. Dibutuhkan sinergitas antar berbagai unsur kelembagaan

    iptek untuk mendukung strategi pengembangan dan kebijakan

    industri.

    Demikian kami sampaikan, terima kasih atas perhatian saudara

    sekalian.

    Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh 

    Menteri Perindustrian

    Saleh Husein