122130513 obat gawat darurat

Upload: cita-chotimah

Post on 13-Oct-2015

35 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

obat gawat darurat

TRANSCRIPT

  • Obat Gawat Darurat (Drugs Management) Technorati Tags: gawat,darurat,obat,drugs,management

    Tujuan : Untuk mengembalikan fungsi sirkulasi dan mengatasi keadaan gawat darurat lainnya dengan menggunakan obat-obatan

    Perhatian !

    Pemberian obat-obatan adalah orang yang kompeten di bidangnya (dokter atau tenaga terlatih

    di bidang gawat darurat)

    Mengingat banyaknya jenis-jenis kegawatdaruratan, maka pemberian obat yang disebutkan di

    bawah ini untuk mengatasi kegawatdaruratan secara umum sedangkan dalam menghadapi pasien, kita

    harus melihat kasus per kasus.

    Jenis-jenis obat :

    Epinephrin

    Indikasi : henti jantung (VF, VT tanpa nadi, asistole, PEA) , bradikardi, reaksi atau syok

    anfilaktik, hipotensi.

    Dosis 1 mg iv bolus dapat diulang setiap 35 menit, dapat diberikan intratrakeal atau transtrakeal dengan dosis 22,5 kali dosis intra vena. Untuk reaksi reaksi atau syok anafilaktik dengan dosis 0,3-0,5 mg sc dapat diulang setiap 15-20 menit. Untuk terapi bradikardi atau hipotensi dapat

    diberikan epinephrine perinfus dengan dosis 1mg (1 mg = 1 : 1000) dilarutka dalam 500 cc NaCl 0,9

    %, dosis dewasa 1 g/mnt dititrasi sampai menimbulkan reaksi hemodinamik, dosis dapat mencapai 2-10 g/mnt

    Pemberian dimaksud untuk merangsang reseptor adrenergic dan meningkatkan aliran darah ke otak dan jantung

    Lidokain (lignocaine, xylocaine)

    Pemberian ini dimaksud untuk mengatasi gangguan irama antara lain VF, VT, Ventrikel

    Ekstra Sistol yang multipel, multifokal, konsekutif/salvo dan R on T

    Dosis 1 1,5 mg/kg BB bolus i.v dapat diulang dalam 3 5 menit sampai dosis total 3 mg/kg BB dalam 1 jam pertama kemudian dosis drip 2-4 mg/menit sampai 24 jam

    dapat diberikan intratrakeal atau transtrakeal dengan dosis 22,5 kali dosis intra vena

    Kontra indikasi : alergi, AV blok derajat 2 dan 3, sinus arrest dan irama idioventrikuler

    Sulfas Atropin

    Merupakan antikolinergik, bekerja menurunkan tonus vagal dan memperbaiki sistim

    konduksi AtrioVentrikuler

    Indikasi : asistole atau PEA lambat (kelas II B), bradikardi (kelas II A) selain AV blok

    derajat II tipe 2 atau derajat III (hati-hati pemberian atropine pada bradikardi dengan iskemi atau

    infark miokard), keracunan organopospat (atropinisasi)

    Kontra indikasi : bradikardi dengan irama EKG AV blok derajat II tipe 2 atau derajat III.

  • Dosis 1 mg IV bolus dapat diulang dalam 3-5 menit sampai dosis total 0,03-0,04 mg/kg BB,

    untuk bradikardi 0,5 mg IV bolus setiap 3-5 menit maksimal 3 mg.

    dapat diberikan intratrakeal atau transtrakeal dengan dosis 22,5 kali dosis intra vena diencerkan menjadi 10 cc

    Dopamin

    Untuk merangsang efek alfa dan beta adrenergic agar kontraktilitas miokard, curah jantung

    (cardiac output) dan tekanan darah meningkat

    Dosis 2-10 g/kgBB/menit dalam drip infuse. Atau untuk memudahkan 2 ampul dopamine dimasukkan ke 500 cc D5% drip 30 tetes mikro/menit untuk orang dewasa

    Magnesium Sulfat

    Direkomendasikan untuk pengobatan Torsades de pointes pada ventrikel takikardi, keracunan

    digitalis.Bisa juga untuk mengatasi preeklamsia

    Dosis untuk Torsades de pointes 1-2 gr dilarutkan dengan dektrose 5% diberikan selama 5-60

    menit. Drip 0,5-1 gr/jam iv selama 24 jam

    Morfin

    Sebagai analgetik kuat, dapat digunakan untuk edema paru setelah cardiac arrest.

    Dosis 2-5 mg dapat diulang 5 30 menit

    Kortikosteroid

    Digunakan untuk perbaikan paru yang disebabkan gangguan inhalasi dan untuk mengurangi edema cerebri

    Natrium bikarbonat

    Diberikan untuk dugaan hiperkalemia (kelas I), setelah sirkulasi spontan yang timbul pada henti

    jantung lama (kelas II B), asidosis metabolik karena hipoksia (kelas III) dan overdosis antidepresi trisiklik.

    Dosis 1 meq/kg BB bolus dapat diulang dosis setengahnya.

    Jangan diberikan rutin pada pasien henti jantung.

    Kalsium gluconat/Kalsium klorida

    Digunakan untuk perbaikan kontraksi otot jantung, stabilisasi membran sel otot jantung

    terhadap depolarisasi. Juga digunakan untuk mencegah transfusi masif atau efek transfusi akibat darah

    donor yang disimpan lama

    Diberikan secara pelahan-lahan IV selama 10-20 menit atau dengan menggunakan drip

  • Dosis 4-8 mg/Kg BB untuk kalsium glukonat dan 2-4 mg/Kg BB untuk Kalsium klorida.

    Dalam tranfusi, setiap 4 kantong darah yang masuk diberikan 1 ampul Kalsium gluconat

    Furosemide

    Digunakan untuk mengurangi edema paru dan edema otak

    Efek samping yang dapat terjadi karena diuresis yang berlebih adalah hipotensi, dehidrasi

    dan hipokalemia

    Dosis 20 40 mg intra vena

    Diazepam

    Digunakan untuk mengatasi kejang-kejang, eklamsia, gaduh gelisah dan tetanus

    Efek samping dapat menyebabkan depresi pernafasan

    Dosis dewasa 1 amp (10 mg) intra vena dapat diulangi setiap 15 menit.

    Dosis pada anak-anak

    Epinephrin Dosis 0,01/Kg BB dapat diulang 3-5 menit dengan dosis 0,01

    mg/KgBB iv (1:1000)

    Atropin Dosis 0,02 mg/KgBB iv (minimal 0,1 mg) dapat diulangi dengan

    dosis 2 kali maksimal 1mg

    Lidokain Dosis 1 mg/KgBB iv

    Natrium

    Bikarbonat

    Dosis 1 meq/KgBB iv

    Kalsium Klorida Dosis 20-25 mg/KgBB iv pelan-pelan

    Kalsium

    Glukonat

    Dosis 60100 mg/KgBB iv pelan-pelan

    Diazepam Dosis 0,3-0,5 mg/Kg BB iv bolus

    Furosemide Dosis 0,5-1 mg/KgBB iv bolus

    Diposkan oleh/posting by dr.Iman di 21:00:00 Comments (3)

    Label: gawat darurat

    Reaksi:

    10 JULI 2009

    Evaluasi Neurologik (Disabity) Technorati Tags:gawat,darurat,disability,evaluasi,neurologik,avpu,gcs,glasgow

    Pengertian : Menilai adanya gangguan fungsi otak dan kesadaran (penurunan suplai oksigen ke

    otak)

    Tujuan : Untuk dapat mengetahui fungsi otak/ kesadaran dengan metode AVPU dan GCS

  • Prosedur

    Metode AVPU :

    Penilaian sederhana ini dapat digunakan secara cepat

    A = Alert/Awake : sadar penuh

    V = Verbal stimulation :ada reaksi terhadap perintah

    P = Pain stimulation : ada reaksi terhadap nyeri

    U = Unresponsive : tidak bereaksi

    Dan penilaian ukuran serta reaksi pupil :

    Ukuran dalam millimeter

    Respon terhadap cahaya / reflek pupil : ada / tidak, cepat atau lambat

    Simetris / anisokor

    Gambar 1. Menilai Reflek Pupil

    Metode Penilaian Derajat Skala Koma Glasgow GCS (Glasgow Coma Scale- Score) :

    Penilaian ini dipakai lebih lanjut. Respon yang diberikan pada penderita adalah respon nyeri berupa :

    E-SCORE (kemampuan membuka mata/eye opening responses)

    Nilai 4 : membuka mata spontan (normal)

    3 : dengan kata-kata akan membuka mata bila diminta

    2 : membuka mata bila diberikan rangsangan nyeri

    1 : tidak membuka mata walaupun dirangsang nyeri

  • V-SCORE (memberikan respon jawaban secara verbal/verbal responses)

    Nilai 5 : memiliki orientasi baik karena dapat memberi jawaban dengan baik dan benar pada pertanyaan-pertanyaan yang diajukan (nama, umur, dll)

    4 : memberikan jawaban pada pertanyaan tetapi jawabannya seperti bingung (confused conservation)

    3 : memberikan jawaban pada pertanyaan tetapi jawabannya hanya berupa kata-kata yang tidak jelas (inappropriate words)

    2 : memberikan jawaban berupa suara yang tidak jelas bukan merupakan kata (incomprehensible sounds)

    1 : tidak memberikan jawaban berupa suara apapun

    M-SCORE (menilai respon motorik ekstremitas/motor responses)

    Nilai 6 : dapat menggerakkan seluruh ekstremitas sesuai dengan permintaan

    5 :dapat menggerakkan ekstremitas secara terbatas karena nyeri (localized pain)

    4 : respon gerakan menjauhi rangsang nyeri (withdrawal)

    3 : respons gerak abnormal berupa fleksi ekstremitas.

    2 : respons gerak abnormal berupa gerak ekstensi

    1 : tidak ada respons berupa gerak

    Gambar 2. Memberikan rangsang nyeri

    Jika ragu dalam menilai GCS, tetapkan suatu nilai yang jika salah tidak merugikan penderita

    - kalau GCS rendah yang berakibat kita harus melakukan tindakan, berikan nilai rendah.

    - kalau GCS tinggi membuat harapan yang lebih baik, berikan nilai tinggi agar upaya medik menjadi

    maksimal.

  • Skor Verbal Anak

    Nilai 5 : bicara jelas atau tersenyum, menuruti perintah

    4 : menangis tetapi bisa dibujuk

    3 : menangis tidak bisa dibujuk

    2 : Gelisah, agitasi

    1 : Tidak ada respon

    Penilaian GCS pada trauma kapitis :

    GCS 15 = kesadaran compos mentis (normal)

    GCS 14 = cedera kepala/otak ringan

    GCS 9 s/d 13 = cedera kepala sedang

    GCS 4 s/d 8 = cedera kapala berat

    GCS 3 = koma

    Tindakan :

    Pada dasarnya ditujukan pada optimalisasi aliran darah sistemik dan aliran darah otak

    (perfusi otak) dengan cara mencegah hipotensi, hipoksia dan mencegah peningkatan tekanan

    intrakranial

    Bila disebabkan oleh hipertermia, diberikan obat anti piretik dan pendinginan (cooling)

    Bila disebabkan oleh hipertensi ensefalopati (systole > 200 mmHg) diberikan obat anti

    hipertensi

    Diposkan oleh/posting by dr.Iman di 17:11:00 Comments (0)

    Label: gawat darurat

    Reaksi:

    09 JULI 2009

    Aplikasi Resusitasi Jantung Paru (RJP) Technorati Tags: gawat,darurat,resusitasi,jantung,paru,rjp,aplikasi

    1. Jika kita melihat pasien/korban yang tergeletak tampak tidak, pertama kali yang kita harus lakukan

    adalah memastikan bahwa lingkungan di sekitar korban yang tergeletak itu aman. Jika belum aman

    (misalnya korban tergeletak di tengah jalan raya atau di dalam gedung terbakar), maka korban harus

    dievakuasi/dipindah terlebih dahulu ke tempat yang aman dan memungkinkan mendapatkan

    pertolongan.

  • 2. Nilai respon pasien apakah pasien benar-benar tidak sadar atau hanya tidur saja. Mengecek

    kesadarannya dengan cara memanggil-manggil nama pasien, menepuk atau menggoyang bahu

    pasien, misalnya Pak-pak bangun ! atau Bapak baik-baik saja? Jika masih belum sadar atau bangun juga bisa diberi rangsang nyeri seperti menekan pangkal kuku jari. Jika pasien sadar,

    tanyakan mengapa ia terbaring di tempat ini. Jika pasien sadar, terlihat kesakitan atau terluka segera cari bantuan dan kemudian kembali sesegera mungkin untuk menilai kondisi pasien.

    3. Jika tidak ada respon berarti pasien tidak sadar. Aktifkan sistem emergensi dengan cara meminta

    tolong dibawakan alat-alat emergensi atau dipanggilkan petugas terlatih atau ambulan jika berada di

    luar RS. Misalnya Tolong ada pasien tidak sadar di ruang A, tolong panggil petugas emergensi atau Tolong ambil alat-alat emergensi ada pasien tidak sadar di ruang A. Jika di lapangan : Tolong ada pasien tidak sadar di pantai tolong panggil ambulan atau 118 . Jika yang menemukan korban tidak sadar lebih dari satu orang, maka satu orang mengaktifkan sistem emergensi sedangkan

    lainnya menilai kondisi pasien. INGAT ! Dalam menolong pasien tidak sadar, kita tidak mungkin

    bekerja sendiri jadi harus meminta bantuan orang lain. Dalam meminta bantuan, penolong harus

    menginformasikan kepada petugas gawat darurat mengenai lokasi kejadian, penyebabnya, jumlah

    dan kondisi korban dan jenis pertolongan yang akan diberikan. Jika tersedia alat defibrilator dengan

    AED (Automatic Emergency Defibrilator), maka kita dapat menyiapkannya untuk pemeriksaan heart rate dan irama jantung dan jika ada indikasi melakukan defibrilasi.

    4. Gunakan manuver chin lift untuk membuka jalan nafas korban yang tidak mengalami cedera

    kepala dan leher. Jika diperkirakan ada trauma leher maka gunakan tehnik jaw thrust. Untuk lebih

    jelas lihat kembali pengelolaan jalan nafas.Periksa pernafasan dengan menggunakan tehnik LLF

    (Look, Listen, Feel) dengan tetap mempertahankan terbukanya jalan nafas selama 10 detik. Teknik LLF dapat dilihat di pengelolaan jalan nafas.

    5.Jika yakin tidak ada pernafasan maka segera beri nafas buatan dua kali pernafasan dengan tetap

    menjamin terbukanya jalan nafas. Bisa dengan mulut ke mulut/hidung atau dengan menggunakan

    sungkup muka. Satu kali pernafasan selama satu detik sampai dada tampak mengembang. Jika dada tidak mengembang kemungkinan pemberian nafas buatan tidak adekuat atau jalan nafas tersumbat.

    6. Setelah nafas buatan diberikan segera nilai sirkulasi dengan mengecek nadi arteri karotis. Nadi

    carotis dapat diraba dengan menggunakan 2 atau 3 jari menempel pada daerah kira-kira 2 cm dari

    garis tengah leher atau jakun pada sisi yang paling dekat dengan pemeriksa. Waktu yang tersedia

    untuk mengukur nadi carotis sekitar 5 10 detik.

    7. Jika nadi teraba, nafas buatan diteruskan dengan kecepatan 10-12 kali/menit atau satu kali

    pernafasan diberikan setiap 5-6 detik disertai pemberian oksigen dan pemasangan infus. Jika perlu

    pemasangan ETT dan ventilator. Pemantauan/monitoring terus dilakukan. Pemeriksaan denyut nadi

    dilakukan setiap 2 menit sampai pasien stabil. Pasien dirawat di ruangIntensif Care Unit (ICU).

    Penyebab henti nafas harus dicari dengan melakukan anamnesis pada keluarga penderita dan pemeriksaan fisik

    8. Pikirkan penyebabnya hipotensi/syok, edema paru, infark myokard dan aritmia. Aritmia bisa

    berupa aritmia yang sangat cepat seperti Supra Ventrikel Takikardi (SVT), atrial flutter, atrial

    fibrilasi, ventrikel takikardi. Aritmia sangat lambat bisa berupa AV blok derajat II dan derajat III. Koreksi penyebab atau konsul ke dokter ahli.

  • 9. Jika nadi tidak teraba segera lakukan Resusitasi Jantung Paru (RJP) dengan perbandingan

    kompresi dada (pijat jantung luar) 30 dan ventilasi (nafas buatan) 2. Kecepatan kompresi dada adalah

    100 kali/menit. Kompresi dada merupakan tindakan yang berirama berupa penekanan telapak tangan

    pada tulang sternum sepertiga bagian bawah dengan tujuan memompa jantung dari luar sehingga

    aliran darah terbentuk dan dapat mengalirkan oksigen ke otak dan jaringan tubuh. Usahakan mengurangi penghentian kompresi dada selama RJP.

    Cara melakukan RJP :

    a.Penderita harus berbaring terlentang di atas alas yang keras. Posisi penolong berlutut di sisi korban sejajar dengan dada penderita.

    b.Penolong meletakkan bagian yang keras telapak tangan pertama penolong di atas tulang sternum di

    tengah dada di antara kedua puting susu penderita (2-3 jari di atas prosesus Xihoideus) dan letakkan

    telapak tangan kedua di atas telapak tangan pertama sehingga telapak tangan saling menumpuk.

    Kedua lutut penolong merapat, lutut menempel bahu korban, kedua lengan tegak lurus, pijatan

    dengan cara menjatuhkan berat badan penolong ke sternum.

    c. Tekan tulang sternum sedalam 4-5 cm (1 - 2 inci) kemudian biarkan dada kembali normal

    (relaksasi). Waktu kompresi dan relaksasi dada diusahakan sama. Jika ada dua penolong, penolong

    pertama sedang melakukan kompresi maka penolong kedua sambil menunggu pemberian ventilasi

    sebaiknya meraba arteri karotis untuk mengetahui apakah kompresi yang dilakukan sudah efektif.

    Jika nadi teraba berarti kompresi efektif.

    d. Setelah 30 kali kompresi dihentikan diteruskan dengan pemberian ventilasi 2 kali (1 siklus = 30

    kali kompres dan 2 kali ventilasi). Setiap 5 siklus dilakukan monitoring denyut nadi dan pergantian posisi penolong jika penolong lebih dari satu orang.

    e. Jika terpasang ETT maka tidak menggunakan siklus 30 : 2 lagi. Kompresi dilakukan dengan

    kecepatan 100 kali/menit tanpa berhenti dan ventilasi dilakukan 8-10 kali/menit. Setiap 2 menit dilakukan pergantian posisi untuk mencegah kelelahan.

    RJP pada anak

    1. Letakkan penderita pada posisi terlentang di atas alas yang keras

    2. Tiup nafas dua kali (tanpa alat atau dengan alat)

  • 3. Pijat jantung dengan menggunakan satu tangan dengan bertumpu pada telapak tangan di atas

    tulang dada, di tengah sternum.

    4. Penekanan tulang dada dilakukan sampai turun 3-4 cm dengan frekuensi 100 kali/menit.

    RJP pada bayi

    1. Letakkan penderita pada posisi terlentang di atas alas yang keras

    2. Tiup nafas 2 kali

    3. Untuk pijat jantung gunakan penekanan dua atau tiga jari. Bisa menggunakan ibu jari tangan kanan

    dan kiri menekan dada dengan kedua tangan melingkari punggung dan dada bayi. Bisa juga dengan

    menggunakan jari telunjuk, jari tengah dan atau jari manis langsung menekan dada.

    4. Tekan tulang dada sampai turun kira-kira sepertiga diameter anterior-posterior rongga dada bayi dengan frekuensi minimal 100 kali/menit.

    RJP pada situasi khusus

    1. Tenggelam

    Tenggelam merupakan penyebab kematian yang dapat dicegah. Keberhasilan menolong korban tenggelam tergantung dari lama dan beratnya derajat hipoksia.

    Penolong harus melakukan RJP terutama memberikan bantuan nafas, secepat mungkin setelah

    korban dikeluarkan dari air. Setelah melakukan RJP selama 5 siklus barulah seorang penolong

    mengaktifkan system emergensi. Manuver yang dilakukan untuk menghilangkan sumbatan jalan

    nafas tidak direkomendasikan karena bisa menyebabkan trauma, muntah dan aspirasi serta memperlambat RJP.

    2. Hipotermi

    Pada pasien tidak sadar oleh karena hipotermi, penolong harus menilai pernafasan untuk mengetahui

    ada tidaknya henti nafas dan menilai denyut nadi unuk menilai ada tidaknya henti jantung atau

    adanya bradikardi selama 30-45 detik karena frekuensi jantung dan pernafasan sangat lambat

    tergantung derajat hipotermi.

  • Jika korban tidak bernafas, segera beri pernafasan buatan. Jika nadi tidak ada segera lakukan

    kompresi dada. Jangan menunggu suhu tubuh menjadi hangat. Untuk mencegah hilangnya panas tubuh korban, lepaskan pakaian basah, beri selimut hangat jika mungkin beri oksigen hangat.

    3. Sumbatan jalan nafas oleh benda asing

    Lihat di pengeloaan jalan nafas

    Posisi sisi mantap (recovery position)

    Posisi ini digunakan untuk korban yang tidak sadar yang telah bernafas normal dan sirkulasi aman.

    Posisi ini dibuat untuk menjaga jalan nafas tetap terbuka dan mengurangi risiko sumbatan jalan nafas

    dan aspirasi. Caranya korban diletakkan miring pada salah satu sisi tubuh dengan tangan yang

    dibawah berada di depan badan.

    Diposkan oleh/posting by dr.Iman di 21:54:00 Comments (0)

    Label: gawat darurat

    Reaksi:

    Resusitasi Jantung Paru (RJP) Technorati Tags: gawat,darurat,resusitasi,jantung,paru,rjp

    Pengertian : Tindakan yang dilakukan untuk mengatasi henti nafas dan henti jantung

    Tujuan : Untuk mengatasi henti nafas dan henti jantung sehingga dapat pulih kembali

    Indikasi :

    1. Henti nafas (Respiratory Arrest), henti nafas yang bukan disebabkan gangguan pada jalan nafas dapat terjadi karena gangguan pada sirkulasi (asistole, bradikardia, fibrilasi ventrikel)

    2. Henti jantung (Cardiac Arrest) dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti:

    Hipoksemia karena berbagai sebab

    Gangguan elektrolit (hipokalemia, hiperkalemia, hipomagnesia)

    Gangguan irama jantung (aritmia)

    Penekanan mekanik pada jantung (tamponade jantung, tension pneumothoraks)

  • Diagnosis :

    Tidak terdapat adanya pernafasan (dengan cara Look-Listen-Feel)

    Tidak ada denyut jantung karotis

    Perhatian :

    Pada pasien yang telah terpasang monitor EKG dan terdapat gambaranasistole pada layar monitor,

    harus selalu dicek denyut nadi karotis untuk memastikan adanya denyut jantung. Begitu juga

    sebaliknya pada pasien terpasang monitor EKG yang telah di-RJP terdapat gambaran gelombang

    EKG harus diperiksa denyut nadi karotis untuk memastikan apakah sudah teraba nadi (henti jantung

    sudah teratasi) atau hanya gambaran EKGpulseless. Jika nadi karotis belum teraba maka RJP dilanjutkan

    Tindakan

    Tanpa alat :

    a.1 (satu) orang penolong : memberikan pernafasan buatan dan pijat jantung luar dengan

    perbandingan 2 : 30 dalam 2 menit (5 siklus). Tiap 5 siklus dievaluasi dengan mengecek pernafasan (LLF) dan jantung (perabaan nadi karotis). Jika masih henti jantung dan henti nafas, RJP dilanjutkan

    b. 2 (dua) orang penolong : memberikan pernafasan buatan dan pijat jantung luar yang dilakukan

    oleh masing-masing penolong secara bergantian dengan perbandingan 2 : 30 dalam 2 menit (5

    siklus). Tiap 5 siklus dievaluasi dengan mengecek pernafasan (LLF) dan jantung (perabaan nadi

    karotis). Jika masih henti jantung dan henti nafas, RJP dilanjutkan dengan berganti orang.

    c. Pijat jantung luar diusahakan 100 kali/menit

    Dengan alat :

    Untuk mencapai hasil RJP yang lebih baik harus segera diusahakan pemasangan intubasi endotrakeal

    RJP dihentikan bila :

    Jantung sudah berdetak ditandai adanya nadi dan nafas sudah spontan

    Mengecek nadi dan pernafasan

    Penolong sudah kelelahan

    Pasien dinyatakan tidak mempunyai harapan lagi/meninggal

    Diposkan oleh/posting by dr.Iman di 21:27:00 Comments (0)

    Label: gawat darurat

    Reaksi:

    27 JUNI 2009

    Terapi Cairan

  • Technorati Tags: gawat,darurat,cairan,terapi cairan,infus

    Pengertian : Tindakan yang dilakukan dengan pemberian cairan untuk mengatasi syok dan

    menggantikan volume cairan yang hilang akibat perdarahan atau dehidrasi

    Tujuan : Untuk menggantikan volume cairan tubuh yang hilang sebelumnya, menggantikan cairan hilang yang sedang berlangsung dan mencukupi kebutuhan cairan sehari

    Penilaian klinis kebutuhan cairan :

    Nadi ada dan penuh berarti volume sirkulasi adekuat

    Ekstremitas (telapak tangan/kaki) kemerahan/pink dan Capillary Refill Time kembali cepat <

    2 detik berati sirkulasi adekuat

    Edema perifer dan ronki paru mungkin terjadi hipervolumia

    Takikardi saat istirahat, tekanan darah menurun bisa jadi sirkulasi abnormal

    Turgor kulit menurun, mukosa mulut kering dan kulit tampak keriput : defisit cairan berat

    Produksi urin yang rendah bisa jadi karena hipovolumia

    Jalur masuk Cairan :

    Enteral : oral atau lewat pipa nasogastric

    Parenteral : lewat jalur pembuluh darah vena

    Intraoseous : pada pasien balita

    Jenis-jenis cairan :

    Enteral : oralit (oral rehidration solution), larutan gula garam, larutan air tajin dll.

    Parenteral : kristaloid, koloid dan transfusi

    Cairan parenteral

    Kristaloid :

    Kelompok cairan non ionik yang kebanyakan bersifat iso-osmolar

    Tidak mengandung partikel onkotik sehingga tidak menetap di intravascular

    Cairan ini baik untuk tujuan mengganti kehilangan volume terutama kehilangan cairan

    interstisial.

    Harganya murah, tidak menyebabkan reaksi anafilaksis

    Pemberian berlebih akan menyebabkan edema paru dan edema perifer.

    Untuk resusitasi digunakan Ringer Laktat (RL), Ringer Asetat (RA) dan NaCl 0,9%

    Koloid :

  • Cairan yang mengandung partikel onkotik yang dapat menyebabkan tekanan onkotik

    Sebagian besar menetap di intravaskuler

    Koloid yang bersifat plasma ekspander akan menarik cairan ekstravaskuler ke intravaskuler

    Dapat menyebabkan reaksi anafilaksis

    Harganya mahal

    Pemberian berlebih dapat menyebabkan edema paru tetapi tidak akan menyebabkan edema

    perifer.

    Untuk resusitasi digunakan Dekstran, HES, gelatin

    Transfusi darah :

    Dipertimbangkan pemberiannya bila hemodinamika tidak stabil meskipun cairan sudah

    cukup banyak dan hemoglobin < 7 g/dl serta pasien masih berdarah kecuali pada penderita jantung,

    hemoglobin < 10 g/dl harus ditranfusi

    Penyediaannya membutuhkan golongan darah donor dan resipien serta cross check darah

    Agar aman diperlukan pemeriksaan darah yang lengkap seperti malaria, hepatitis, HIV dan

    lain-lain

    Dapat menyebabkan reaksi tranfusi

    Untuk resusitasi biasanya dalam bentuk Whole Blood Concentrate (WBC).

    Merupakan pilihan terakhir oleh karena bersifat RED ( Rare Expensive Dangers). Rare =

    penyediaannya terbatas, Expensive = harganya mahal, Dangers = berbahaya karena bisa

    menyebabkan reaksi transfusi dan penyebaran penyakit.

    Pergantian cairan sesuai perkiraan jumlah darah yang hilang (Estimate Blood Loss) :

    Kristaloid (Ra, NaCl 0,9 %, RA) : 2 4 kali EBL

    Koloid

    - Gelatin : 2 kali EBL

    - Dekstran, HES : 1 kali EBL

    Diposkan oleh/posting by dr.Iman di 10:18:00 Comments (0)

    Label: gawat darurat

    Reaksi:

    26 JUNI 2009

    Pengelolaan Sirkulasi (Circulation Management) Technorati Tags: gawat,darurat,sirkulasi,circulation,syok

  • Pengertian : Tindakan yang dilakukan untuk mengembalikan fungsi sirkulasi tubuh yang tadinya

    terhenti atau terganggu

    Tujuan : agar sirkulasi darah kembali berfungsi normal

    Diagnosis :

    Gangguan sirkulasi yang mengancam jiwa terutama jika terjadi henti jantung dan syok

    Diagnosis henti jantung ditegakkan dengan tidak adanya denyut nadi karotis dalam waktu 5 10 detik. Henti jantung dapat disebabkan kelainan jantung (primer) dan kelainan di luar jantung

    (sekunder) yang harus segera dikoreksi

    Diagnosis syok secara cepat dapat ditegakkan dengan tidak teraba atau melemahnya nadi

    radialis/nadi karotis, pasien tampak pucat, ekstermitas teraba dingin,berkeringat dingin dan

    memanjangnya waktu pengisian kapiler (capilary refill time > 2 detik)

    Gambar 1 .Cara meraba nadi carotis :

    Nadi carotis dapat diraba dengan menggunakan 2 atau 3 jari menempel pada daerah kira-kira 2 cm

    dari garis tengah leher atau jakun pada sisi yang paling dekat dengan pemeriksa. Waktu yang tersedia untuk mengukur nadi carotis sekitar 5 10 detik.

    Tanda-tanda sirkulasi normal :

    Perfusi perifer : teraba hangat, kering

    Warna akral : pink/merah muda

    Capillary refill time : < 2 detik

    Denyut nadi < 100

    Tekanan darah sistole >90-100

    Produksi urine 1 ml/kgBB/jam

    Tanda klinis syok :

  • Kulit telapak tangan dingin, pucat, basah

    Capillary refill time > 2 detik

    Nafas cepat

    Nadi cepat > 100

    Tekanan darah sistole < 90-100

    Kesadaran : gelisah s/d koma

    Pulse pressure menyempit

    JVP rendah

    Produksi urin < 0,5 ml/kgBB/jam

    Bandingkan dengan tangan pemeriksa !

    Gambar 2.Perbandingan telapak tangan pasien syok dengan pemeriksa

    Perkiraan besarnya tekanan darah sistolik jika nadi teraba di :

    - radialis : > 80 mmHg

    - femoralis : > 70 mmHg

    - Carotis : > 60 mmHg

    Jenis-jenis syok :

    1.Syok hipovolemik

    Penyebab : muntah/diare yang sering; dehidrasi karena berbagai sebab seperti heat stroke, terkena

    radiasi; luka bakar grade II-III yang luas; trauma dengan perdarahan; perdarahan masif oleh sebab lain seperti perdarahan ante natal, perdarahan post partum, abortus, epistaksis, melena/hematemesis.

    Diagnosis : perubahan pada perfusi ekstremitas (dingin, basah, pucat), takikardi, pada keadaan lanjut

    : takipneu, penurunan tekanan darah, penurunan produksi urin, pucat, lemah dan apatis

  • Tindakan : pemasangan 2 jalur intravena dengan jarum besar dan diberikan infus cairan kristaloid

    (Ringer Laktat/Ringer Asetat/NaCl 0,9 %) dengan jumlah cairan melebihi dari cairan yang hilang.

    Catatan : untuk perdarahan dengan syok kelas III-IV selain diberikan infus kritaloid sebaiknya disiapkan tranfusi darah segera setelah sumber perdarahan dihentikan.

    2.Syok kardiogenik

    Penyebab : dapat terjadi pada keadaan-keadaan antara lain kontusio jantung, tamponade jantung, tension pneumotoraks

    Diagnosis : hipotensi disertai gangguan irama jantung (bisa berupa bradiaritmia seperti blok AV atau

    takiaritmia seperti SVT, VT), mungkin terdapat peninggian JVP, dapat disebabkan oleh tamponade

    jantung (bunyi jantung menjauh atau redup dan tension pneumotoraks (hipersonor dan pergeseran

    trakea)

    Tindakan : pemasangan jalur intravena dengan cairan kristaloid (batasi jumlah cairan), pada aritmia

    berikan obat-obatan inotropik, perikardiosintesis untuk tamponade jantung dengan monitoring EKG, pemasangan jarum torakosintesis pada ICS II untuk tension pneumotoraks

    4. Syok septik

    Penyebab : proses infeksi berlanjut

    Diagnosis : fase dini tanda klinis hangat, vasodilatasi; fase lanjut tanda klinis dingin, vasokontriksi.

    Tindakan :ditujukan agar tekanan sistolik > 90-100 mmHg (Mean Arterial Pressure 60 mmHg).

    Tindakan awal : IVFD cairan kristaloid, beri antibiotika, singkirkan sumber infeksi

    Tindakan lanjut : penggunaan cairan koloid dikombinasi dengan vasopresor seperti dopamine

    5. Syok anafilaksis

    Penyebab : reaksi anafilaksis berat

    Diagnosis : tanda-tanda syok dengan riwayat adanya alergi (makanan, sengatan binatang dan lain-lain) atau setelah pemberian obat.

    Tindakan : resusitasi cairan dan pemberian epinefrin subcutan

    Catatan : tidak semua kasus hipotensi adalah tanda-tanda syok, tapi denyut nadi abnormal, irama jantung abnormal dan bradikardia biasanya merupakan tanda hipotensi

    Syok Hipovolemik

    Syok hipovolemik karena dehidrasi

  • Klasifikasi Penemuan Klinis Pengelolaan

    Dehidrasi ringan :

    Kehilangan cairan tubuh

    sekitar 5 % BB

    Selaput lendir kering, nadi

    normal atau sedikit meningkat

    Pergantian volume cairan yang

    hilang dengan cairan kristaloid

    (NaCl 0,9% atau RL)

    Dehidrasi sedang :

    Kehilangan cairan tubuh

    sekitar 8 % BB

    Selaput lendir sangat kering,

    lesu, nadi cepat, tekanan darah

    turun, oligouria

    Pergantian volume cairan yang

    hilang dengan cairan kristaloid

    (NaCl 0,9% atau RL)

    Dehidrasi berat :

    Kehilangan cairan tubuh > 10

    %

    Selaput lendir pecah-pecah,

    pasien dapat tidak sadar,

    tekanan darah menurun, anuria

    Pergantian volume cairan yang

    hilang dengan cairan kristaloid

    (NaCl 0,9% atau RL)

    Syok hipovolemik karena perdarahan :

    Menurut Advanced Trauma Life Support

    Klasifikasi Penemuan Klinis Pengelolaan

    Kelas I : kehilangan volume

    darah < 15 % EBV

    Hanya takikardi minimal, nadi <

    100 kali/menit

    Tidak perlu penggantian

    volume cairan secara IVFD

    Kelas II : kehilangan volume

    darah 15 30 % EBV Takikardi (>120 kali/menit),

    takipnea (30-40 kali/menit),

    penurunan pulse pressure,

    penurunan produksi urin (20-30

    cc/jam)

    Pergantian volume darah yang

    hilang dengan cairan kristaloid

    (NaCl 0,9% atau RL) sejumlah

    3 kali volume darah yang

    hilang

    Kelas III : kehilangan volume

    darah 30 - 40 % EBV

    Takikardi (>120 kali/menit),

    takipnea (30-40 kali/menit),

    perubahan status mental

    (confused), penurunan produksi

    urin (5-15 cc/jam)

    Pergantian volume darah yang

    hilang dengan cairan kristaloid

    (NaCl 0,9% atau RL) dan darah

    Kelas IV : kehilangan volume

    darah > 40 % EBV

    Takikardi (>140 kali/menit),

    takipnea (35 kali/menit),

    perubahan status mental

    (confused dan lethargic),

    Bila kehilangan volume darah >

    50 % : pasien tidak sadar,

    tekanan sistolik sama dengan

    diastolik, produksi urin minimal

    atau tidak keluar

    Pergantian volume darah yang

    hilang dengan cairan kristaloid

    (NaCl 0,9% atau RL) dan darah

  • Keterangan : EBV (estimate Blood Volume) = 70 cc / kg BB

    Tatalaksana mengatasi perdarahan :

    Airway (+ lindungi tulang servikal)

    Breathing (+ oksigen jika ada)

    Circulation + kendalikan perdarahan

    1. Posisi syok

    2. Cari dan hentikan perdarahan

    3. Ganti volume kehilangan darah

    Posisi syok

    Angkat kedua tungkai dengan menggunakan papan setinggi 45o. 300 500 cc darah dari kaki pindah ke sirkulasi sentral.

    Gambar 3. Posisi syok

    2.Menghentikan perdarahan (prioritas utama)

    Tekan sumber perdarahan

    Tekankan jari pada arteri proksimal dari luka

    Bebat tekan pada seluruh ekstremitas yang luka

    Pasang tampon sub fasia (gauza pack)

    Hindari tourniquet (torniquet = usaha terakhir)

    Perdarahan permukaan tubuh ekstremitas lakukan penekanan, gunakan sarung tangan atau plastik

    sebagai pelindung !

    Gambar 5. Perdarahan dan cara menekan perdarahan

  • Perdarahan 20 cc/menit = 1200 cc / jam !

    3. Pemasangan infus dan pergantian volume darah dengan cairan/darah.

    4. Cari sumber perdarahan yang tersembunyi

    Rongga perut (hati, limpa, arteri), rongga pleura, panggul atau pelvis, tulang paha (femur),

    kulit kepala (anak)

    5. Lokasi dan Estimasi perdarahan

    Fraktur femur tertutup : 1,5-2 liter

    Fraktur tibia tertutup : 0,5 liter

    Fraktur pelvis : 3 liter

    Hemothorak : 2 liter

    Fraktur iga (tiap satu) : 150 cc

    Luka sekepal tangan : 500 cc

    Bekuan darah sekepal : 500 cc

    Catatan :

    1. Menilai respon pada penggantian volume adalah penting, bila respon mnmal kemungkinan adanya

    sumber perdarahan aktif yang harus dihentikan, segera lakukan pemeriksaan golongan darah dan

    cross matched, konsultasi dengan ahli bedah, hentikan perdarahan luar yang tampak (misalnya pada

    ekstremitas)

    2. Penggantian darah dapat digunakan darah lengkap (WBC) atau komponen darah merah (PRC). Usahakan jangan memberikan tranfusi yang dingin karena dapat menyebabkan hipotermi.

    Diposkan oleh/posting by dr.Iman di 15:04:00 Comments (2)

    Label: gawat darurat

    Reaksi:

    25 JUNI 2009

    Terapi Oksigen Technorati Tags: gawat,darurat,oksigen,terapi oksigen

    Pengertian : Memberikan tambahan oksigen kepada pasien agar kebutuhan oksigennya terpenuhi

    Tujuan : Agar oksigenasi seluruh tubuh pasien adekuat

    Indikasi :

    Sumbatan jalan nafas

  • Henti nafas

    Henti jantung

    Nyeri dada/angina pektoris

    Trauma thorak

    Tenggelam

    Hipoventilasi (respirasi < 10 kali/menit)

    Distress nafas

    Hipertemia

    Syok

    Stroke (Cerebro Vasculer Attack)

    Keracunan gas

    Pasien tidak sadar

    Peralatan :

    Oksigen medis (oksigen tabung)

    Flowmeter/regulator

    Humidifier

    Nasal kanul

    Face mask

    Partial rebreather mask

    Non rebreather mask

    Venture mask

    Bag valve mask (ambu bag)

    Konsentrasi oksigen tergantung dari jenis alat dan flowrate (liter permenit) yang diberikan. Kondisi

    pasien menentukan keperluan alat dan konsentrasi oksigen yang diperlukan.

    Tabel 1. Jenis Peralatan dan Konsentrasi Oksigen

    JENIS ALAT KONSENTRASI OKSIGEN ALIRAN OKSIGEN

    Nasal kanula 24-32% 2-4 LPM

    Simple Face Mask 35-60% 6-8 LPM

    Partial Rebreather 35-80% 8-12 LPM

    Non Rebrether 50-95/100% 8-12 LPM

    Venturi 24-50% 4-10 LPM

    Bag-Valve-Mask (Ambubag)

    Tanpa oksigen 21% (udara)

    Dengan oksigen 40-60% 8-10 LPM

    Dengan reservoir 100% 8-10 LPM

    Perhatian :

  • - pemberian oksigen atas indikasi yang tepat

    - Awas pasien muntah, siapkan penghisap

    - Pantau pernafasan dan aliran oksigen (LPM)

    Catatan :

    - Oksigen dapat menyebabkan mukosa kering

    - Pergunakan hummidifier pada pemberian oksigen > 30 menit

    - Terangkan pada pasien tindakan apa yang akan dilakukan.

    Tabel 2. Tabung oksigen dengan 2000 PSI

    Ukuran Vol (Liter) Durasi/Kecepatan Aliran

    Kecil 300 29 menit

    Sedang 650 50 menit

    Besar 3000 4 jam 41 menit

    Untuk keselamatan

    Jangan menggunakan minyak/pelumas pada alat-alat oksigen (tabung, regulator, fitting,

    valve, kran)

    Dilarang merokok dan menyalakan api dekat area oksigen

    Jangan simpan oksigen pada suhu lebih dari 125oF

    Pergunakan sambungan-sambungan reguler/valve yang tepat

    Tutup rapat-rapat katup/kran bila tidak dipakai

    Jaga tabung agar tidak jatuh

    Pilih posisi yangt epat pada saat menghubungkan katup/kran

    Yakinkan oksigen selalu ada

    Periksa dan pelihara alat-alat

    Pakailah oksigen dengan benar

    Diposkan oleh/posting by dr.Iman di 17:52:00 Comments (0)

    Label: gawat darurat

    Reaksi:

    Keadaan Gawat Darurat yang Mengganggu Pernapasan Technorati Tags: gawat,darurat,pernapasan,ganggu pernapasan

    Jika ada luka dada terbuka atau menghisap

    - Luka tembus dada, tindakan : tutup luka

  • - Luka dada terbuka atau menghisap, tindakan : tutup luka

    - Flail chest, tindakan : fiksasi dengan plester lebar

    Cara menutup luka tembus dada : sehelai plastik tipis berbentuk segi empat diplester 3 sisinya,

    sedangkan satu sisi yang tidak diplester menjadi katup satu arah. Cara ini digunakan pada pasien

    yang dicurigai menderita tension pneumothoraks. Jika penderita melakukan inspirasi, maka udara

    yang tadinya masuk ke dalam rongga paru akan keluar melalui katup searah tersebut. Jika penderita

    melakukan ekspirasi maka katup searah akan menutup sehingga menghalangi udara luar masuk ke rongga dada melalui luka tembus dada.

    Mengetahui adanya tension pneumotorak

    Diagnosis ini harus ditegakkan secara klinis

    Inspeksi dan palpasi thoraks : sisi yang sakit tampak tertinggal

    Palpasi trakea : terdorong ke sisi yang sehat

    Perkusi toraks : sisi yang sakit hipersonor

    Auskultasi : sisi yang sakit menghilang

    Jika ada patah tulang iga dan emfisema subkutis harus waspada akan adanya tensionpnemothoraks

    Setelah dipastikan adanya tension pneumothoraks segera lakukan punksi pleura (needle thoracostomy) tanpa tunggu foto sinar X !

    Gambar 1. Punksi pleura

    Cara melakukan pungsi pleura dengan jarum :

    Persiapan : spuit disposible 10 cc, jarum besar (G 14 atau G16 untuk dewasa, wing nedle G 23 untuk bayi), aqua steril.

    Tindakan : desinfektan daerah yang akan dilakukan tindakan. Beri anestesi lokal kalau perlu. Pasang

    O2 dan infus. Spuit 10 cc berisi aqua steril yang telah dilepas pompa spuitnya dengan jarum besar,

  • ditusukkan sedalam kira-kira 5 cm di tepi atas costa III sela iga ke 2 (InterCostae 2) sejajar dengan garis tengah tulang selangka (mid clavicula line) pada sisi yang dicurigai tension pneumothoraks.

    Hasil :

    - Jika keluar gelembung udara berarti ada pneumothorak. Jarum jangan dicabut sampai drain (WSD) atau pipa torakostomi terpasang.

    - Jika air terhisap masuk berarti tidak ada pnemothoraks. Jarum segera dicabut sebelum air habis.

    Jika ada patah tulang iga ganda (flail chest)

    Gambar 2. Tampak adanya gerakan nafas paradoksal pada flail chest

    Tindakan yang dilakukan pada penderita flail chest :

    Tutup dengan plester besar/elastic bandage melewati tempat patahan tulang iga.

    Jika ada hemothorak

    Gambar 3. Tampak gambaran hemothoraks pada sisi kiri foto thoraks

    Tindakan : jika perdarahan dalam rongga thoraks sampai mengganggu pernafasan, maka segera

    pasang WSD sebelum dilakukan tindakan thorakostomi.

    Jika ada emfisema (sub) kutis

  • Gambar 4. Emfisema sub kutis

    Emfisema sub kutis teraba seperti plastik tipis yang diremas. Paling sering disebabkan oleh

    pnemothorak. Cara mengatasi emfisema subkutis dengan menginsisi sampai lapisan sub kutan daerah

    yang dirasa terdapat emfisema, kemudian diurut-urut ke arah lubang insisi. Kalau perlu pasang

    thorak drain.

    Diposkan oleh/posting by dr.Iman di 15:49:00 Comments (0)

    Label: gawat darurat

    Reaksi:

    Pengelolaan Fungsi Pernapasan (Breathing Management) Technorati Tags: gawat,darurat,pernapasan,breathing

    Pengertian : Memperbaiki fungsi ventilasi dengan cara memberikan pernafasan buatan untuk

    menjamin kebutuhan oksigen dan pengeluaran gas CO2.

    Tujuan : Menjamin pertukaran udara di paru-paru secara normal.

    Diagnosis : Ditegakkan bila pada pemeriksaan dengan menggunakan metode Look Listen Feel (lihat

    kembali pengelolaan jalan nafas) tidak ada pernafasan dan pengelolaan jalan nafas telah dilakukan (jalan nafas aman).

    Tindakan

    Tanpa Alat : Memberikan pernafasan buatan dari mulut ke mulut atau dari mulut ke hidung sebanyak

    2 (dua) kali tiupan awal dan diselingi ekshalasi.

    Dengan Alat : Memberikan pernafasan buatan dengan alat Ambu bag (self inflating bag) yang dapat pula ditambahkan oksigen. Dapat juga diberikan dengan menggunakan ventilator mekanik

    (ventilator/respirator)

    Pemeriksaan pernafasan :

    Look -Lihat

  • - gerak dada

    - gerak cuping hidung (flaring nostril)

    - retraksi sela iga

    - gerak dada

    - gerak cuping hidung (flaring nostril)

    - retraksi sela iga

    Listen -Dengar

    - Suara nafas, suara tambahan

    Feel -Rasakan

    - Udara nafas keluar hidung-mulut

    Palpasi -Raba

    - gerakan dada, simetris?

    Perkusi - Ketuk

    - Redup? Hipersonor? Simetris?

    Auskultasi (menggunakan stetoskop)

    - Suara nafas ada? Simetris? Ronki atau whezing?

    Rontgen dada

    kalau tersedia dan pasien sudah stabil

    Menilai pernafasan

    Ada napas? Napas normal atau distres

    Ada luka dada terbuka atau menghisap?

    Ada Pneumothoraks tension?

    Ada Patah iga ganda (curiga Flail Chest) ?

    Ada Hemothoraks?

    Ada emfisema bawah kulit?

    Tanda distres nafas

  • Nafas dangkal dan cepat

    Gerak cuping hidung (flaring nostril)

    Tarikan sela iga (retraksi)

    Tarikan otot leher (tracheal tug)

    Nadi cepat

    Hipotensi

    Vena leher distensi

    Sianosis (tanda lambat)

    Pemberian nafas buatan

    Diberikan sebanyak 12-20 kali/menit sampai dada nampak terangkat.

    Diberikan bila nafas abnormal, tidak usah menunggu sampai apnea dulu

    Berikan tambahan oksigen bila tersedia.

    Jika udara masuk ke dalam lambung, jangan dikeluarkan dengan menekan lambung karena akan berisiko aspirasi.

    Nafas buatan dilakukan dengan in-line immobilisation (fiksasi kepala-leher) agar tulang leher tidak banyak bergerak.

    Cara memberikan nafas buatan dari mulut ke mulut

    Gambar 1. pada orang dewasa

    Untuk memberikan bantuan pernafasan mulut ke mulut, jalan nafas korban harus terbuka. Perhatikan

    kedua tangan penolong pada gambar masih tetap melakukan teknik membuka jalan nafas Chin lift. Hidung korban harus ditutup bisa dengan tangan atau dengan menekankan pipi penolong pada

    hidung korban. Mulut penolong mencakup seluruh mulut korban. Mata penolong melihat ke arah

    dada korban untuk melihat pengembangan dada. Pemberian pernafasan buatan secara efektif dapat

  • diketahui dengan melihat pengembangan dada korban.Berikan 1 kali pernafasan selama 1 detik,

    berikan pernafasan biasa.kemudian berikan pernafasan kedua selama 1 detik. Berikan nafas secara

    biasa untuk mencegah penolong mengalami pusing atau berkunang-kunang. Untuk bayi dan anak,

    nafas buatan yang diberikan lebih sedikit dari orang dewasa, dengan tetap melihat pengembangan

    dada.Usahakan hindari pemberian pernafasan yang terlalu kuat dan terlalu banyak karena dapat

    menyebabkan kembung dan merusak paru-paru korban. Konsentrasi oksigen melalui udara ekspirasi mulut sekitar 17 %.

    Cara memberikan nafas buatan dari mulut ke hidung

    Cara ini direkomendasikan jika pemberian nafas buatan melalui mulut korban tidak dapat dilakukan

    misalnya terdapat luka yang berat pada mulut korban, mulut tidak dapat dibuka, korban di dalam air atau mulut penolong tidak dapat mencakup mulut korban.

    Cara memberikan nafas buatan dari mulut ke stoma (lubang trakeostomi)

    Cara ini diberikan pada pasien trakeostomi. Caranya sama dengan mulut ke mulut hanya saja lubang tempat masuknya udara adalah lubang trakeostomi

    Pemberian nafas buatan dengan menggunakan alat

    Gambar 2. ambubag (bag-valve-masker)

    Ambu bag terdiri dari bag yang berfungsi untuk memompa oksigen udara bebas, valve/pipa berkatup

    dan masker yang menutupi mulut dan hidung penderita. Penggunaan ambu bag atau bagging sungkup

    memerlukan keterampilan tersendiri. Penolong seorang diri dalam menggunakan amb bag harus

    dapat mempertahankan terbukanya jalan nafas dengan mengangkat rahang bawah, menekan sungkup

    ke muka korban dengan kuat dan memompa udara dengan memeras bagging. Penolong harus dapat

    melihat dengan jelas pergerakan dada korban pada setiap pernafasan.

    Ambu bag sangat efektif bila dilakukan oleh dua orang penolong yang berpengalaman. Salah seorang

    penolong membuka jalan nafas dan menempelkan sungkup wajah korban dan penolong lain memeras bagging. Kedua penolong harus memperhatikan pengembangan dada korban

    Gambar 3. Cara menggunakan ambubag

  • Ambu bag digunakan dengan satu tangan penolong memegang bag sambil memompa udara

    sedangkan tangan lainnya memegang dan memfiksasi masker. Pada Tangan yang memegang masker,

    ibu jari dan jari telunjuk memegang masker membentuk huruf C sedangkan jari-jari lainnya

    memegang rahang bawah penderita sekaligus membuka jalan nafas penderita dengan membentuk huruf E.

    Konsentrasi oksigen yang dihasilkan dari ambu bag sekitar 20 %. Dapat ditingkatkan menjadi 100% dengan tambahan oksigen.

    Untuk kondisi yang mana penderita mengalami henti nafas dan henti jantung, dilakukan resusitasi jantung-paru-otak.

    Diposkan oleh/posting by dr.Iman di 15:38:00 Comments (0)

    Label: gawat darurat

    Reaksi:

    12 JUNI 2009

    Pengelolaan Jalan Napas (Airway Management) dengan Alat Technorati Tags: gawat,darurat,jalan napas,airway,alat bantu napas

    Cara ini dilakukan bila pengelolaan jalan nafas tanpa alat tidak berhasil dengan sempurna dan

    fasilitas tersedia.

    Peralatan dapat berupa :

    a. Pemasangan Pipa (tube)

    Dipasang jalan nafas buatan dengan pipa, bisa berupa pipa orofaring (mayo), pipa nasofaring

    atau pipa endotrakea tergantung kondisi korban.

    Penggunaan pipa orofaring dapat digunakan untuk mempertahankan jalan nafas tetap terbuka

    dan menahan pangkal lidah agar tidak jatuh ke belakang yang dapat menutup jalan nafas terutama

    bagi penderita tidak sadar

    Pemasangan pipa endotrakea akan menjamin jalan nafas tetap terbuka, menghindari aspirasi

    dan memudahkan tindakan bantuan pernafasan

  • b. Pengisapan benda cair (suctioning)

    Bila terdapat sumbatan jalan nafas oleh benda cair. Pengisapan dilakukan dengan alat bantu

    pengisap (pengisap manual atau dengan mesin)

    Pada penderita trauma basis cranii maka digunakan suction yang keras untuk mencegah

    suction masuk ke dasar tengkorak

    c. Membersihkan benda asing padat dalam jalan nafas

    Bila pasien tidak sadar terdapat sumbatan benda padat di daerah hipofaring maka tidak

    mungkin dilakukan sapuan jari, maka digunakan alat Bantu berupa : laringoskop, alat pengisap, alat

    penjepit.

    d. Membuka jalan nafas

    Dapat dilakukan krikotirotomi atau trakeostomi

    Cara ini dipilih bila pada kasus yang mana pemasangan pipa endotrakeal tidak mungkin

    dilakukan, dipilih tindakan krikotirotomi dengan jarum. Untuk petugas medis yang terlatih, dapat

    melakukan krikotirotomi dengan pisau atau trakeostomi.

    e. Proteksi servikal

    Dalam mengelola jalan nafas, jangan sampai melupakan control servikal terutama pada

    multiple trauma atau tersangka cedera tulang leher.

    Dipasang dari tempat kejadian. Usahakan leher jangan banyak bergerak. Posisi kepala harus

    in line (segaris dengan sumbu vertikal tubuh)

    Gambar 1. Sebagian peralatan pengelolaan jalan napas

    Diposkan oleh/posting by dr.Iman di 22:03:00 Comments (0)

    Label: gawat darurat

    Reaksi:

  • 11 JUNI 2009

    Pengelolaan Jalan Napas (Airway Management) Tanpa Alat Technorati Tags: gawat,darurat,jalan napas,airway

    Pengertian : tindakan yang dilakukan untuk membebaskan jalan napas dengan tetap memperhatikan

    kontrol servikal

    Tujuan : membebaskan jalan napas untuk menjamin jalan masuknya udara ke paru secara normal sehingga menjamin kecukupan oksigenase tubuh

    Pemeriksaan Jalan Napas :

    L = Look/Lihat gerakan nafas atau pengembangan dada, adanya retraksi sela iga, warna mukosa/kulit

    dan kesadaran

    L = Listen/Dengar aliran udara pernafasan

    F = Feel/Rasakan adanya aliran udara pernafasan dengan menggunakan pipi penolong

    Gambar 1. Cara pemeriksaan Look-Listen-Feel (LLF) dilakukan secara simultan. Cara ini dilakukan

    untuk memeriksa jalan nafas dan pernafasan.

    Tindakan

    Membuka jalan nafas dengan proteksi cervikal

    Chin Lift maneuver (tindakan mengangkat dagu)

    Jaw thrust maneuver (tindakan mengangkat sudut rahang bawah)

    Head Tilt maneuver (tindakan menekan dahi)

    Gambar dan penjelasan lihat dibawah.

    Ingat! Pada pasien dengan dugaan cedera leher dan kepala, hanya dilakukanmaneuver jaw thrust dengan hati-hati dan mencegah gerakan leher.

  • Untuk memeriksa jalan nafas terutama di daerah mulut, dapat dilakukan teknik Cross

    Finger yaitu dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjuk yang disilangkan dan menekan gigi atas

    dan bawah.

    Bila jalan nafas tersumbat karena adanya benda asing dalam rongga mulut dilakukan

    pembersihan manual dengan sapuan jari.

    Kegagalan membuka nafas dengan cara ini perlu dipikirkan hal lain yaitu adanya sumbatan

    jalan nafas di daerah faring atau adanya henti nafas (apnea)

    Bila hal ini terjadi pada penderita tidak sadar, lakukan peniupan udara melalui mulut, bila

    dada tidak mengembang, maka kemungkinan ada sumbatan pada jalan nafas dan dilakukanmaneuver

    Heimlich.

    Gambar 2. Pemeriksaan sumbatan jalan nafas di daerah mulut dengan menggunakan teknik cross finger

    Tanda-tanda adanya sumbatan (ditandai adanya suara nafas tambahan) :

    Mendengkur(snoring), berasal dari sumbatan pangkal lidah. Cara mengatasi : chin lift,

    jaw thrust, pemasangan pipa orofaring/nasofaring, pemasangan pipa endotrakeal.

    Berkumur (gargling), penyebab : ada cairan di daerah hipofaring. Cara mengatasi : finger

    sweep, pengisapan/suction.

    Stridor (crowing), sumbatan di plika vokalis. Cara mengatasi :cricotirotomi, trakeostomi.

    2. Membersihkan jalan nafas

    Sapuan jari (finger sweep)

    Dilakukan bila jalan nafas tersumbat karena adanya benda asing pada rongga mulut belakang atau hipofaring seperti gumpalan darah, muntahan, benda asing lainnya sehingga hembusan nafas hilang.

    Cara melakukannya :

    Miringkan kepala pasien (kecuali pada dugaan fraktur tulang leher) kemudian buka mulut

    dengan jaw thrust dan tekan dagu ke bawah bila otot rahang lemas (maneuver emaresi)

    Gunakan 2 jari (jari telunjuk dan jari tengah) yang bersih atau dibungkus dengan sarung

    tangan/kassa/kain untuk membersihkan rongga mulut dengan gerakan menyapu.

  • Gambar 3. Tehnik finger sweep

    3. Mengatasi sumbatan nafas parsial

    Dapat digunakan teknik manual thrust

    Abdominal thrust

    Chest thrust

    Back blow

    Gambar dan penjelasan lihat di bawah!

    Jika sumbatan tidak teratasi, maka penderita akan :

    Gelisah oleh karena hipoksia

    Gerak otot nafas tambahan (retraksi sela iga, tracheal tug)

    Gerak dada dan perut paradoksal

    Sianosis

    Kelelahan dan meninggal

    Prioritas utama dalam manajemen jalan nafas adalah JALAN NAFAS BEBAS!

    Pasien sadar, ajak bicara. Bicara jelas dan lancar berarti jalan nafas bebas

    Beri oksigen bila ada 6 liter/menit

    Jaga tulang leher : baringkan penderita di tempat datar, wajah ke depan, posisi leher netral

    Nilai apakah ada suara nafas tambahan.

  • Gambar4. Pasien tidak sadar dengan posisi terlentang, perhatikan jalan nafasnya! Pangkal lidah

    tampak menutupi jalan nafas

    Lakukan teknik chin lift atau jaw thrust untuk membuka jalan nafas. Ingat tempatkan korban pada tempat yang datar! Kepala dan leher korban jangan terganjal!

    Chin Lift

    Dilakukan dengan maksud mengangkat otot pangkal lidah ke depan

    Caranya : gunakan jari tengah dan telunjuk untuk memegang tulang dagu pasien kemudian angkat.

    Head Tilt

    Dlilakukan bila jalan nafas tertutup oleh lidah pasien, Ingat! Tidak boleh dilakukan pada pasien dugaan fraktur servikal.

    Caranya : letakkan satu telapak tangan di dahi pasien dan tekan ke bawah sehingga kepala menjadi tengadah dan penyangga leher tegang dan lidahpun terangkat ke depan.

    Gambar 5. tangan kanan melakukan Chin lift ( dagu diangkat). dan tangan kiri melakukan head tilt. Pangkal lidah tidak lagi menutupi jalan nafas.

    Jaw thrust

  • Caranya : dorong sudut rahang kiri dan kanan ke arah depan sehingga barisan gigi bawah berada di

    depan barisan gigi atas

    Gambar 6 dan 7. manuver Jaw thrust dikerjakan oleh orang yang terlatih

    Mengatasi sumbatan parsial/sebagian. Digunakan untuk membebaskan sumbatan dari benda

    padat.

    Gambar 8. Tampak ada orang yang tersedak atau tersumbat jalan nafasnya

    Abdominal Thrust (Manuver Heimlich)

    Dapat dilakukan dalam posisi berdiri dan terlentang.

    Caranya berikan hentakan mendadak pada ulu hati (daerah subdiafragma abdomen).

    Abdominal Thrust (Manuver Heimlich) pada posisi berdiri atau duduk

  • Caranya : penolong harus berdiri di belakang korban, lingkari pinggang korban dengan kedua lengan

    penolong, kemudian kepalkan satu tangan dan letakkan sisi jempol tangan kepalan pada perut

    korban, sedikit di atas pusar dan di bawah ujung tulang sternum. Pegang erat kepalan tangan dengan

    tangan lainnya. Tekan kepalan tangan ke perut dengan hentakan yang cepat ke atas. Setiap hentakan harus terpisah dan gerakan yang jelas.

    Abdominal Thrust (Manuver Heimlich) pada posisi tergeletak (tidak sadar)

    Caranya : korban harus diletakkan pada posisi terlentang dengan muka ke atas. Penolong berlutut di

    sisi paha korban. Letakkan salah satu tangan pada perut korban di garis tengah sedikit di atas pusar

    dan jauh di bawah ujung tulang sternum, tangan kedua diletakkan di atas tangan pertama. Penolong menekan ke arah perut dengan hentakan yang cepat ke arah atas.

    Berdasarkan ILCOR yang terbaru, cara abdominal thrust pada posisi terbaring tidak dianjurkan, yang dianjurkan adalah langsung melakukan Resusitasi Jantung Paru (RJP).

    Abdominal Thrust (Manuver Heimlich) pada yang dilakukan sendiri

    Pertolongan terhadap diri sendiri jika mengalami obstruksi jalan napas.

    Caranya : kepalkan sebuah tangan, letakkan sisi ibu jari pada perut di atas pusar dan di bawah ujung

    tulang sternum, genggam kepala itu dengan kuat, beri tekanan ke atas kea rah diafragma dengan

    gerakan yang cepat, jika tidk berhasil dapat dilakukan tindakan dengan menekan perut pada tepi meja atau belakang kursi

    Gambar 9. Abdominal Thrust dalam posisi berdiri

    Back Blow (untuk bayi)

    Bila penderita sadar dapat batuk keras, observasi ketat. Bila nafas tidak efektif atau berhenti, lakukan

    back blow 5 kali (hentakan keras pada punggung korban di titik silang garis antar belikat dengan tulang punggung/vertebrae)

  • Gambar 10. Back blow pada bayi

    Chest Thrust (untuk bayi, anak yang gemuk dan wanita hamil)

    Bila penderita sadar, lakukan chest thrust 5 kali (tekan tulang dada dengan jari telunjuk atau jari

    tengah kira-kira satu jari di bawah garis imajinasi antara kedua putting susu pasien). Bila penderita sadar, tidurkan terlentang, lakukanchest thrust, tarik lidah apakah ada benda asing, beri nafas buatan

    Diposkan oleh/posting by dr.Iman di 23:04:00 Comments (0)

    Label: gawat darurat

    Reaksi:

    Posting LamaBeranda

    Langganan: Entri (Atom)

    CARI BLOG INI

    Cari

    Gadgets powered by Google

    Gadgets powered by Google

    TULISAN TERBARU

    dokter-medis

    Mekanisme Terjadinya Remodeling Ventrikel Kiri

    7/20/2012

    Kegawatdaruratan Elektrokardiografi

  • 2/26/2012

    Penghambat SGLT-2 sebagai Terapi Anti Diabetes

    10/25/2011

    Efek Hormon Tiroid pada Sistem Kardiovaskuler

    3/9/2011

    Sudden Cardiac Death

    2/6/2011

    dokter-medis

    Mekanisme Terjadinya Remodeling Ventrikel Kiri

    7/20/2012

    Kegawatdaruratan Elektrokardiografi

    2/26/2012

    Penghambat SGLT-2 sebagai Terapi Anti Diabetes

    10/25/2011

    Efek Hormon Tiroid pada Sistem Kardiovaskuler

    3/9/2011

    Sudden Cardiac Death

    2/6/2011

    SPONSOR

  • FOREDI UTK TAHAN LAMA SEX REKOMENDASI BOYKE!

    Herbal Oles Anti Ejakulasi Dini, Resmi BPOM, Aman

    INVESTASI 95 RIBU HASIL 30 JUTA/BULAN, MAU ?

    KUNJUNGI WWW.MCUO.NET

    MAU GAJI 20 JUTA ? KERJA 2 JAM MODAL CUMA 95RIBU

    KUNJUNGI WWW.MCUO.NET

    GASA REKOM BOYKE UTK EREKSI KERAS LEBIH KENCENG!

    Herbal, Resmi BPOM, Aman Bikin Istri Ketagihan!

    INVESTASI 95 RIBU HASIL 30 JUTA/BULAN, MAU ?

    KUNJUNGI WWW.MCUO.NET

    FOREDI ANTI EJAKULASI DINI BIKIN ISTRI KETAGIHAN!

    Dijamin Istri Kewalahan Dan Ketagihan Tiap Malam!

    TAMBAH UKURAN VITAL METODE ARAB SUDAN

    www.BESAR-PANJANG.com atau KLIK-DISINI

    MAU GAJI 20 JUTA ? KERJA 2 JAM MODAL CUMA 95RIBU

    KUNJUNGI WWW.MCUO.NET

    CARA ALAMI MEMPERBESAR ALAT VITAL

    Kuat Seks & buat istri anda klepek2 tanpa obat2an

    LOWONGAN KERJA ONLINE 2012

    Menerima Karyawan Baru..Gaji Dibayar 80 - 150 Ribu

    LOWONGAN KERJA TERBARU !

    Kerja gaji 80.000 s/d 150.000 per Job

    KumpulBlogger.com

    FOREDI UTK TAHAN LAMA SEX REKOMENDASI BOYKE!

    Herbal Oles Anti Ejakulasi Dini, Resmi BPOM, Aman

    INVESTASI 95 RIBU HASIL 30 JUTA/BULAN, MAU ?

    KUNJUNGI WWW.MCUO.NET

    MAU GAJI 20 JUTA ? KERJA 2 JAM MODAL CUMA 95RIBU

    KUNJUNGI WWW.MCUO.NET

  • GASA REKOM BOYKE UTK EREKSI KERAS LEBIH KENCENG!

    Herbal, Resmi BPOM, Aman Bikin Istri Ketagihan!

    INVESTASI 95 RIBU HASIL 30 JUTA/BULAN, MAU ?

    KUNJUNGI WWW.MCUO.NET

    FOREDI ANTI EJAKULASI DINI BIKIN ISTRI KETAGIHAN!

    Dijamin Istri Kewalahan Dan Ketagihan Tiap Malam!

    TAMBAH UKURAN VITAL METODE ARAB SUDAN

    www.BESAR-PANJANG.com atau KLIK-DISINI

    MAU GAJI 20 JUTA ? KERJA 2 JAM MODAL CUMA 95RIBU

    KUNJUNGI WWW.MCUO.NET

    CARA ALAMI MEMPERBESAR ALAT VITAL

    Kuat Seks & buat istri anda klepek2 tanpa obat2an

    LOWONGAN KERJA ONLINE 2012

    Menerima Karyawan Baru..Gaji Dibayar 80 - 150 Ribu

    LOWONGAN KERJA TERBARU !

    Kerja gaji 80.000 s/d 150.000 per Job

    KumpulBlogger.com

    MAU TERBITKAN IKLAN ?

    Kumpulblogger.com

    ABOUT ME

    dr.Iman

    Blog ini berusaha menampilkan ilmu kesehatan yang praktis dipakai sehari-hari juga

    berusaha menjelaskan fenomena yang berkembang di masyarakat sesuai dengan ilmu

    kesehatan dan kedokteran terkini.

    Lihat profil lengkapku

    TEMANKU

  • SPONSOR

    SPONSOR

    Masukkan Code iniK1-

    B648Y4-E untuk berbelanja di

    KutuKutuBuku.com

    SAHABATKU

    --( ) Dokter Pengobatan

    Nabawi--

    (BAGUS) TEKS, DOA,

    CARA BACAAN

    TAHLIL/TAHLILAN:

    Sejarah Tahlilan, Hukum

    Acara Tahlilan hari ke 7, 40,

    100 dan 1000, Bidah

    Tahlilan dalam Islam,

    Tahlilan menurut Imam

    Syafii

    14 jam yang lalu

    Blog Informasi Dokter

    Indonesia

    DICARI DOKTER

    SPESIALIS

    1 tahun yang lalu

    Indonesian Funny

    Bird Prices

    2 tahun yang lalu

    JANTUNG SEHAT

    ARBITER 6-HALTS: HDL

    Raising With Niacin Superior

    to Ezetimibe

    2 tahun yang lalu

    Internal Medicine

  • Ads Powered by:KumpulBlogger.com

    News

    Congestive Heart Failure

    2 tahun yang lalu

  • Ads Powered by:KumpulBlogger.com

    TULISAN ACAK

    Kegawatdaruratan

    Elektrokardiografi

    Tips : Menghadapi

    Ujian

  • Elektrokardiografi

    (EKG)

    Pedoman Tata

    Laksana Penyakit

    Hipertensi

    Makanan untuk Ibu

    Menyusui

    Penurunan Berat

    Badan dan Gula Darah

    Terkontrol pada DM Tipe

    2 dengan Terapi Agonis

    GLP-1

    Hipertensi dan

    Faktor-Faktor Risikonya

    Diet Sayur dan Buah

    dengan Kejadian

    Diabetes Melitus Tipe 2

    Merawat Rambut

    dengan Madu dan

    Minyak Zaitun

    Tahapan

    Perkembangan Anak

    LINK PENTING

    AHA Journals

    Annals of Internal

    Medicine

    Centers for Disease

    Control

    Departemen

    Kesehatan RI

    Highwire

    Ikatan Dokter

    Indonesia

    The New England

    Journal of Medicine

    KATEGORI

    alat kesehatan (1)

    diabetes (6)

    Elektrokardiografi

    (EKG) (2)

    etika hukum

    kedokteran (6)

    fenomena

    kedokteran(2)

  • gawat darurat (16)

    humor (3)

    infeksi

    nosokomial (1)

    jantung dan

    pembuluh darah (16)

    kecantikan (4)

    kesehatan

    reproduksi(7)

    nutrisi (10)

    pengalamanku (2)

    penyakit infeksi (8)

    psikologi (6)

    renungan (4)

    Tips belajar (3)

    Tips kesehatan (13)

    tumbuh kembang

    anak (7)

    BLOG ARCHIVE

    2012 (2)

    2011 (5)

    2010 (9)

    2009 (97)

    o Desember (4)

    o November (7)

    o Oktober (6)

    o September (4)

    o Agustus (3)

    o Juli (17)

    Menjaga Agar Gigi Tetap

    Sehat

    Saat Pertama Kali PTT

    Tips Mengatasi Susah

    Tidur (Insomnia)

    Batu Nisan

    Elektrokardiografi (EKG)

    Obat Gawat Darurat

    (Drugs Management)

    Siapkan Energi Bekerja

    dengan Sarapan

    Evaluasi Neurologik

  • (Disabity)

    Aplikasi Resusitasi

    Jantung Paru (RJP)

    Resusitasi Jantung Paru

    (RJP)

    Bahaya Masturbasi yang

    Berlebihan

    UU Praktik Kedokteran

    No 29 Tahun 2004

    Memperkuat Otot

    Seksual

    Ternyata Kondom Tidak

    Bisa Mencegah HIV /

    AIDS

    Uji Kompetensi Dokter

    Indonesia (UKDI)

    Hiperkolesterolemia

    (Bagian 2)

    Hiperkolesterolemia

    (Bagian 1)

    o Juni (33)

    o Mei (21)

    o April (2)

    Name :

    Web URL : http://

    Message : by. oggix.com

    more smileys

    Shout!!

    Reset

  • LANGGANAN RSS

    Subscribe in a reader