101618 ida farida fitk

104
PELAKSANAAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS PADA PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN PAI DI SMA NEGERI 28 JAKARTA Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) OLEH: IDA FARIDA 106011000103 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H/2011 M

Upload: rudts

Post on 09-Dec-2015

75 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

fitk

TRANSCRIPT

Page 1: 101618 Ida Farida Fitk

PELAKSANAAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS

PADA PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN PAI DI

SMA NEGERI 28 JAKARTA

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

(S.Pd.I)

OLEH:

IDA FARIDA

106011000103

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432 H/2011 M

Page 2: 101618 Ida Farida Fitk

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

PELAKSANAAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS PADA

PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN PAI DI SMA NEGERI

28 JAKARTA

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

(S.Pd.I)

Oleh :

Ida Farida

NIM: 106011000103

Di Bawah Bimbingan :

Siti Khadijah, M. A

NIP: 19660703 199403 1 004

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2011 M/1432 H

Page 3: 101618 Ida Farida Fitk

Saya yang bertanda tangan di bawah ini,

N a m a : Ida farida

Tempat/Tgl.Lahir : Majalengka, 27 Mei 1988

NIM : 106011000103

Jurusan / Prodi : Pendidikan Agama Islam

Judul Skripsi : Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas pada

Pembelajaran Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di

SMA Negeri 28 Jakarta.

Dosen Pembimbing : Siti Khadijah, M.A

dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya

sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis.

Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh Ujian Munaqasah.

Jakarta, 21 Mei 2011

Mahasiswa Ybs.

Materai 6000

Ida Farida

NIM. 106011000103

Page 4: 101618 Ida Farida Fitk

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi Ida Farida (106011000103) yang berjudul “Pelaksanaan Penelitian

Tindakan Kelas pada Pembelajaran Mata Pelajaran PAI di SMA Negeri 28

Jakarta” diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah pada

tanggal 20 Juni 2011 di hadapan dewan penguji. Oleh karena itu penulis berhak

memperoleh gelar Sarjana S1 (S.Pd.I) pada jurusan Pendidikan Agama Islam.

Jakarta, 20 Juni 2011

Panitia Ujian Munaqasah

Tanggal Tanda Tangan

Ketua Jurusan PAI

Bahrissalim, M.Ag .................. ......................

NIP. 19680307 199803 1 002

Sekretaris Jurusan PAI

Drs. Sapiudin Sidiq, MA .................. ......................

NIP. 19670328 200003 1 001

Penguji I

Dra. Hj. Elo al-Bugis, M.A. .................. ......................

NIP. 19560119 199403 2 001

Penguji II

Drs. E. Kusnadi .................. ......................

NIP. 19460201 196510 1 001

Mengetahui:

Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,

Prof. Dr. Dede Rosyada, MA

NIP. 19571005 198703 1 003

Page 5: 101618 Ida Farida Fitk

i

ABSTRAK

Nama: Ida Farida, NIM: 106011000103, Implementasi Penelitian

Tindakan Kelas (PTK) Pada Mata Pelajaran PAI di SMA Negeri 28 Jakarta,

Skripsi Program Strata I Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta 2011. Sebagai tenaga profesional, para guru dituntut

untuk melaksanakan pembaharuan atau perbaikan pembelajaran di kelas

disamping tugas pokoknya yaitu mengajar dan membimbing siswa untuk dapat

mengembangkan dirinya. Guru tidak lagi cukup hanya sebagai penerima

pembaharuan yang telah tuntas dikembangkan, tetapi diharapkan guru dapat aktif

berperan serta dalam memecahkan masalah pembelajaran yang dialami di kelas

melalui kegiatan penelitian. Penelitian tindakan kelas merupakan salah satu solusi

untuk permasalahan pembelajaran di kelas, namun belum banyak guru PAI yang

melakukan PTK sebagai salah satu solusi pemecahan masalah pembelajaran dan

untuk meningkatkan efektivitas belajar. Penerapan PTK akan berhasil dan

berjalan dengan baik bila didorong oleh keinginan guru untuk melakukan

perbaikan pembelajaran dan komitmen yang kuat dari guru yang bersangkutan,

bukan karena keinginan untuk mendapat imbalan finansial semata. Tujuan dari

penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di

SMA Negeri 28 Jakarta, kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan

pembelajarannya, dan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan penelitian

tindakan kelas pada mata pelajaran PAI di SMAN 28 Jakarta. Adapun metode

yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Metode

ini penulis dukung dengan teknik-teknik pengumpulan data yang meliputi

observasi, dokumentasi dan wawancara. Dari pengumpulan data yang dilakukan,

dan membandingkan antara satu metode dengan metode yang lainnya, maka

penulis menemukan bahwa implementasi penelitian tindakan kelas pada mata

pelajaran PAI yang dilaksanakan di SMAN 28 Jakarta meliputi 8 langkah. Yaitu:

1) ide awal, 2) prasurvey, 3) diagnosis, 4) perencanaan, 5) implementasi tindakan,

6) observasi, 7) refleksi, dan 8) penyusunan laporan. Berdasarkan pembandingan

praktek yang dilakukan dengan teori yang didapat dari berbagai literatur, maka

penelitian tindakan kelas yang dilakukan di SMA Negeri 28 Jakarta termasuk

penelitian yang berhasil.

Page 6: 101618 Ida Farida Fitk

ii

KATA PENGANTAR

بسم اهلل الرحمن الرحيم

Alhamdulillah, puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT atas

rahmat, karunia, dan hidayah yang diberikan kepada penulis sehingga penulis

mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul: “Implementasi

Penelitian Tindakan Kelas pada Mata Pelajaran PAI di SMA Negeri 28 Jakarta.”

Shalawat serta salam penulis haturkan pula kepada Nabi Besar Muhammad SAW,

keluarga, para sahabat dan para pengikutnya yang setia hingga akhir masa.

Karya tulis yang sederhana ini, merupakan skripsi yang diajukan kepada

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta sebagai tugas akhir perkuliahan guna mencapai sarjana strata

I (S.Pd.I).

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa karya tulis ini masih jauh dari

kesempurnaan sebagaimana yang diharapkan; walaupun waktu, tenaga, dan

pikiran telah diperjuangkan dengan segala keterbatasan kemampuan yang penulis

miliki demi terselesaikannya skripsi ini agar bermanfaat bagi penulis khususnya

dan pembaca pada umumnya.

Selama penyusunan skripsi ini dan selama penulis belajar di Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam, penulis banyak

mendapat bantuan, motivasi, serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,

penulis menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang tak terhingga

kepada:

1. Prof. DR. Dede Rosyada, MA., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Universitas Islam Negeri syarif Hidayatullah Jakarta

2. Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Siti Khadijah, MA., Dosen pembimbing skripsi yang telah membimbing

dan mengarahkan selama berlangsungnya penulisan skripsi ini, juga

memberikan ruang kebebasan kepada penulis untuk menentukan berbagai

proporsi, kategori dan interpretasi pada skripsi ini.

Page 7: 101618 Ida Farida Fitk

iii

4. Bapak Dr. Akhmad Sodiq, M. Ag., Dosen pembimbing akademik yang telah

membimbing dan mengarahkan penulis selama belajar di Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Sembah patuh ananda kepada kedua orang tua tercinta yaitu: ayahanda (Epen

Afandi), ibunda (Uju Jubaidah) yang dengan penuh ketulusan dan keikhlasan

dalam memberikan do’a, bantuan moril maupun materil, serta motivasi

terbesar kepada penulis. Dan adikku tersayang Ahmad Sa’id Fandi yang selalu

mendo’akan dan memberikan motivasi untuk penulis.

6. Para dosen dan karyawan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah

memberikan motivasi dan pelayanan serta bimbingan dalam mengembangkan

pemikiran dan intelektualitas selama belajar di bangku perkuliahan.

7. Bapak Drs. H. Edi Sumarto, selaku kepala sekolah SMAN 28 Jakarta dan para

guru serta staff SMAN 28 Jakarta.

8. Bapak Drs. Dwi Arsono, M.Si, selaku WAKASEK bidang humas yang telah

memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan penelitian dan

telah meluangkan waktunya.

9. Ibu Dra. Siti Mas’amah dan bapak Suhartoyo, BA., selaku guru PAI di SMAN

28 Jakarta yang telah meluangkan waktunya kepada penulis guna memberikan

informasi yang penulis butuhkan untuk menyelesaikan skripsi ini.

10. A’ Asep yang selalu meluangkan waktu untuk membantu dan memberi

semangat pada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Untuk sahabat-

sahabat dan saudara penulis (Mamay, Uni Vera, Lili, Ikenk, Dhaso, Teh Izma,

k’eLbe, Goni, ebih) yang senasib sepenanggungan, berbagi suka dan duka.

Yang selalu membantu dan memberikan motivasi.

11. Teman-teman PAI angkatan 2006 khususnya PAI C angkatan 2006 yang

senasib dan seperjuangan, penulis senang berteman dengan teman-teman.

12. Kepala sekolah dan rekan guru TK IT QOF Bambu Apus yang telah

memberikan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Dan

semua pihak yang telah ikut berpartisipasi dalam penulisan skripsi ini.

Page 8: 101618 Ida Farida Fitk

iv

Kepada semuanya penulis ucapkan terima kasih yang tak terhingga,

semoga Allah SWT membalas kebaikan yang kalian berikan dan apabila penulis

ada kesalahan, kekurangan dan kekhilafan mohon dimaafkan.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna

baik dari sistematika, bahasa maupun materi. Atas dasar ini, komentar, saran dan

kritik dari pembaca sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini, dapat membuka

cakrawala yang lebih luas bagi pembaca sekalian dan semoga bermanfaat untuk

kita semua amin.

Jakarta, 21 Mei 2011

Penulis

Ida Farida

Page 9: 101618 Ida Farida Fitk

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK ................................................................................................ i

KATA PENGANTAR .................................................................................. ii

DAFTAR ISI ................................................................................................ v

DAFTAR TABEL .......................................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1

B. Identifikasi Masalah .................................................................... 7

C. Pembatasan Masalah ................................................................... 7

D. Perumusan Masalah .................................................................... 7

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................... 8

BAB II KAJIAN TEORI

A. Penelitian tindakan kelas ............................................................. 9

1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas ................................... 9

2. Prinsip-prinsip Penelitian Tindakan Kelas ............................ 12

3. Langkah-langkah Penelitian Tindakan Kelas ........................ 14

4. Manfaat Penelitian Tindakan Kelas ....................................... 17

5. Keunggulan Penelitian Tindakan Kelas ................................ 22

B. Pendidikan Agama Islam ............................................................ 23

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam ..................................... 23

2. Tujuan Pendidikan Agama Islam .......................................... 27

3. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam ............................. 29

4. Faktor-faktor Penghambat dan Penunjang Pelaksanaan PAI 31

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... 35

B. Metode Penelitian ....................................................................... 35

C. Teknik Pengumpulan Data ........................................................... 36

D. Analisis Data ............................................................................... 39

Page 10: 101618 Ida Farida Fitk

vi

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Sejarah Singkat Berdirinya SMA Negeri 28 Jakarta................ 40

2. Visi, Misi dan Tujuan SMA Negeri 28 Jakarta ....................... 41

3. Keadaan Guru dan Karyawan .................................................. 43

4. Keadaan Siswa ......................................................................... 44

5. Keadaan Sarana dan Prasarana................................................. 45

B. Hasil Penelitian ............................................................................. 46

1. Pelaksanaan PAI di SMA Negeri 28 Jakarta ........................... 46

2. Kendala dalam Pelaksanaan Pembelajaran PAI ....................... 47

3. Implementasi PTK pada Mata Pelajaran PAI .......................... 48

a. Ide Awal yang Ditemukan ................................................... 49

b. Prasurvey ............................................................................ 49

c. Diagnosis ............................................................................ 50

d. Perencanaan ........................................................................ 50

e. Implementasi Tindakan ...................................................... 54

f. Observasi ............................................................................ 59

g. Refleksi .............................................................................. 60

h. Penyusunan Laporan .......................................................... 62

C. Analisis Data Hasil Temuan ........................................................ 63

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................... 66

B. Saran .......................................................................................... 67

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 68

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 11: 101618 Ida Farida Fitk

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Kisi-kisi wawancara ..................................................................... 37

Tabel 2 Keadaan guru dan karyawan SMAN 28 Jakarta .......................... 43

Tabel 3 Keadaan siswa SMA Negeri 28 Jakarta ....................................... 44

Tabel 4 Keadaan sarana dan prasarana SMAN 28 Jakarta ........................ 45

Tabel 5 Rencana pelaksanaan penelitian tindakan kelas ........................... 51

Page 12: 101618 Ida Farida Fitk

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah salah satu pilar kehidupan bangsa. Masa depan suatu

bangsa bisa dilihat melalui sejauhmana komitmen masyarakat dalam suatu

bangsa menjalankan pendidikan nasional. Tujuan pendidikan adalah untuk

bertaqwa serta beriman kepada Allah. Tujuan pendidikan ini sejalan dengan

tujuan penciptaan manusia, pengabdian kepada Allah. Yang ditegaskan dalam

Al Qur’an dalam surat Adz Dzariyat ayat 56:

“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi

kepada-Ku”. (QS. Adz Dzariyaat:56).

Tujuan pendidikan nasional menurut UU No. 20 Tahun 2003 pasal 3 tentang

Sistem Pendidikan Nasional bahwa: Pendidikan nasional bertujuan untuk

berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta

bertanggung jawab.1

1Undang-undang SISDIKNAS (UU RI No. 20 Tahun 2003), (Jakarta: Sinar Grafik, 2009),

Cet. II, h. 7.

Page 13: 101618 Ida Farida Fitk

2

Menurut Oemar Hamalik dalam bukunya Proses Belajar Mengajar, sejak

adanya manusia di muka bumi ini dengan peradabannya maka sejak itu pula

pada hakikatnya telah ada kegiatan pendidikan dan pengajaran. Berbeda

dengan masa sekarang, dimana pendidikan dan pengajaran itu diselenggarakan

di sekolah maka pada masa lampau kegiatan dilaksanakan di dalam kelompok-

kelompok masyarakat, yang dewasa disebut dengan istilah pendidikan

informal.2

Dari tonggak-tonggak sejarah dapat dilihat bagaimana persoalan-persoalan

yang timbul mereka pecahkan. Pada zaman dahulu dalam kehidupan sehari-

hari, para orang tua mengajar anaknya bagaimana cara menanam dan

memelihara padi, bagaimana cara melakukan pekerjaaan nelayan, bagaimana

cara berdagang, bagaimana cara bertukang membuat rumah, menjahit pakaian,

dan sebagainya.3

Dari lukisan singkat di atas kiranya dapat diperoleh gambaran, bahwa sejak

masa lampau kegiatan proses pendidikan dan pembelajaran itu telah banyak

dilakukan. Dan semakin dekat dengan masa kini semakin berkembang pula

cara dan teknik yang digunakan oleh manusia untuk mendidik dan mengajar

anak-anaknya. Begitu pula di sekolah, seiring perkembangan zaman maka

berkembang pula cara dan teknik yang digunakan guru dalam proses

pembelajaran guna mendidik dan mengajar siswanya.

Dalam proses pembelajaran guru merupakan orang yang memiliki peranan

penting. Karena guru merupakan orang yang paling sering berhubungan

langsung dengan siswa. Ini menunjukkan bahwa suksesnya sebuah proses

kegiatan pembelajaran itu sangat bergantung kepada guru. Oleh karena itu,

guru dituntut memiliki kompetensi dalam mengajar. Tetapi guru bukanlah satu-

satunya faktor yang berperan dalam proses pembelajaran melainkan ada faktor-

faktor lain yang tidak kalah pentingnya dengan guru yaitu siswa, metode,

media, lingkungan dan sebagainya.4

2Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: BumiAksara, 2009), Cet. IX, h. 3.

3Oemar Hamalik, Proses Belajar..., h. 3.

4 Alisuf Sabri, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya, 1999), Cet. I, h. 8.

Page 14: 101618 Ida Farida Fitk

3

Upaya peningkatan kualitas pendidikan merupakan salah satu fokus di

dalam pembangunan pendidikan Indonesia dewasa ini. Peningkatan kualitas

pendidikan tersebut dapat dicapai melalui berbagai cara, antara lain melalui

peningkatan kualitas pendidik dan tenaga kependidikan, pelatihan dan

pendidikan, serta memberikan kesempatan kepada tenaga kependidikan untuk

menyelesaikan masalah-masalah pembelajaran secara professional melalui

kegiatan penelitian secara terkendali.5

Sebagai tenaga profesional, para guru di samping melaksanakan tugas

pokoknya, yaitu mendidik dan membimbing siswa, mereka juga dituntut agar

dapat mengadakan pembaharuan atau perbaikan pembelajaran melalui

penelitian. Dengan demikian, guru tidak lagi cukup hanya sebagai penerima

pembaharuan pembelajaran yang sudah tuntas dikembangkan, melainkan ikut

bertanggung jawab, berperan serta aktif dalam mengembangkan pengetahuan

dan keterampilannya sendiri melalui penelitian yang dilakukan dalam proses

pembelajaran yang dikelolanya.

Penelitian yang dimaksud adalah PTK atau penelitian tindakan kelas. PTK

adalah salah satu solusi yang ditawarkan untuk mengatasi masalah

pembelajaran di kelas. Ditinjau dari kemanfaatan yang diperoleh dari hasil

PTK, salah satu di antaranya adalah berupa perbaikan praktis, yang meliputi

penanggulangan berbagai permasalahan belajar yang dialami siswa. Misalnya,

kesalahan-kesalahan konsep dalam memahami materi pembelajaran,

penggunaan desain dan strategi pembelajaran di kelas, penggunaan alat bantu,

media, dan sumber belajar, serta permasalahan dalam penggunaan sistem

evaluasi pembelajaran.6 Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama dalam bukunya

“Mengenal Penelitian Tindakan Kelas” mengatakan penelitian tindakan kelas

(PTK) adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan

cara (1) merencanakan, (2) melaksanakan, dan (3) merefleksikan tindakan

5Trianto, Panduan Lengkap Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) Teori

dan Praktik, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2011), h. 2. 6Tjutju Soendari, Penelitian Tindakan Kelas dalam Meningkatkan Prestasi Belajar ABK di

Sekolah, http://file.upi.edu/Direktori Diakses pada hari Rabu, 10 November 2010 pukul 15.32.

Page 15: 101618 Ida Farida Fitk

4

secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan memperbaiki kinerjanya

sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat.7

Tujuan utama bagi PTK adalah self-improvement melalui self-evaluation

dan self-reflection, yang pada akhirnya bermuara pada peningkatan mutu

proses dan hasil belajar siswa.8 Namun pada kenyataannya penulis menemukan

beberapa tujuan pelaksanaan PTK yang menyimpang dari tujuan PTK ini.

Seperti perbincangan penulis dengan seorang kepala sekolah dari SDN

Lebakwangi II Kecamatan Malausma Kabupaten Majalengka yang

menyebutkan bahwa tujuan dari PTK yang guru lakukan hanyalah sebagai

suatu syarat untuk mendapatkan sertifikasi yang akan memberikan kenaikan

gaji.9 Jadi tujuan guru melakukan PTK ini bukan untuk meningkatkan kualitas

pembelajaran dan mutu hasil pembelajaran yang telah diikuti siswa dalam

jangka waktu yang telah ditentukan. Tujuan yang mulanya ingin meningkatkan

kinerja guru itu sendiri menjadi menyimpang dan tidak sampai pada tujuan

awal dilakukannya PTK, Karena memang guru tidak mengetahui tujuan

penerapan PTK tersebut.

PTK di dunia PAI masih jarang dilakukan, belum banyak guru PAI yang

menggunakan PTK sebagai salah satu solusi pemecahan masalah untuk

meningkatkan efektivitas belajar. Sehingga banyak guru PAI yang masih

mengandalkan metode konvensional dalam mengajarkan materi agama

sehingga terkesan monoton dan membosankan, padahal keadaan siswa dari

tahun ke tahun berubah. Tingkat kecerdasan dan kritisnya semakin bertambah.

Maka dengan metode belajar yang biasa seperti yang para guru pelajari di

bangku kuliah beberapa puluh tahun yang lalu sudah tidak tepat lagi bila

diterapkan sekarang.

Seyogyanya guru menyadari bahwa keadaan, pengetahuan, dan kemampuan

siswa semakin berubah dibandingkan keadaan masa lalu saat mereka

7Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: PT

Indeks, 2009), h. 9. 8Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas...., h. 41.

9Wawancara Pribadi dengan Mulyadi adalah sebagai KEPSEK di SDN Lebakwangi II, tgl.

28 Januari 2010 di Ruang Guru.

Page 16: 101618 Ida Farida Fitk

5

mempelajari metode untuk mengajar. Cara yang dipakai untuk mengajarkan

pada para siswa dengan latar belakang yang berbeda tentu saja tidak bisa

disamakan terus menerus. Karena sudah barang tentu tidak tepat lagi.

Dalam pelaksanaannya PTK mesti dilakukan oleh guru kelas itu sendiri.

Karena hanya guru dari kelas itulah yang mengenal dengan baik para siswanya,

keadaan kelasnya, dan dialah yang bertanggung jawab terhadap kelas tersebut.

Apabila guru menerapkan hasil penelitian tindakan kelas ini, maka akan terjadi

suatu perbaikan, baik dalam metode mengajar yang digunakan guru,

ketertarikan siswa terhadap apa yang disampaikan oleh guru yang pada

akhirnya akan membuat suatu kemajuan terhadap prestasi seorang siswa dalam

hal menangkap apa yang diajarkan guru di kelas.

Melalui penelitian tindakan kelas masalah-masalah pendidikan dan

pembelajaran dapat dikaji, ditingkatkan dan dituntaskan, sehingga proses

pendidikan dan pembelajaran yang inovatif dan hasil belajar yang lebih baik,

dapat diwujudkan secara sistematis.10

Seperti yang telah penulis paparkan

sebelumnya bahwa selain tugas guru sebagai pendidik ia juga dituntut untuk

mengadakan pembaharuan atau perbaikan pembelajaran di kelas, begitu pula

dengan guru PAI. Sehingga ia dapat berperan serta aktif dalam

mengembangkan keterampilannya dan menyelesaikan masalah pembelajaran

secara profesional.

Di sekolah-sekolah umum mata pelajaran Pendidikan Agama Islam

mendapat alokasi waktu belajar lebih sedikit dibanding dengan pelajaran-

pelajaran yang lain, padahal materi agama mencakup banyak aspek, yang

meliputi fiqh, akidah, akhlak dan sejarah. Praktek ibadah, membutuhkan waktu

yang lebih banyak dalam pemahamannya, karena sesuai dengan tujuan

pendidikan agama itu sendiri yaitu membentuk manusia yang beriman dan

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, praktek ibadah ini tidak hanya

sebagai syarat untuk mendapatkan nilai dalam pelajaran agama tetapi juga

untuk diterapkan dan dibiasakan dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai syarat

10

Trianto, Panduan Lengkap Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research)..., h.

4.

Page 17: 101618 Ida Farida Fitk

6

seorang manusia yang beriman dan bertakwa, yaitu beribadah dengan sungguh-

sungguh kepada Tuhan Yang Maha Esa. Maka dengan waktu belajar yang

minim tersebut tujuan pembelajaran PAI itu sulit tercapai.

Dengan dilakukannya PTK maka akan diketahui mana metode yang paling

tepat diterapkan guru untuk para siswanya, sehingga siswa akan menjadi

tertarik dan memahami apa yang guru sampaikan. Pelaksanaan PTK akan

berhasil, hanya apabila didukung oleh kemampuan dan komitmen guru yang

merupakan aktornya. Selanjutnya, selain persyaratan kemampuan, keberhasilan

pelaksanaan PTK juga ditentukan oleh adanya komitmen guru yang merasa

tergugah untuk melakukan tindakan perbaikan. Dengan kata lain, PTK

dilakukan bukan karena ditugaskan oleh atasan atau di dorong oleh keinginan

untuk memperoleh imbalan finansial.11

SMA Negeri 28 Jakarta merupakan salah satu sekolah yang menerapkan

program ISO yang merupakan standar kualitas yang diakui internasional. Visi

dari sekolah ini adalah menguasai IPTEK berdasarkan IMTAQ dan mampu

bersaing secara global. Jika dilihat dari visi sekolah dan standar internasional

yang disandang oleh sekolah ini maka guru-gurunya dituntut untuk

mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya. Upaya yang dilakukan

sekolah untuk mewujudkan hal ini adalah dengan mengirim guru-gurunya pada

kegiatan-kegiatan pelatihan atau mengadakan pelatihan yang dapat menambah

wawasan guru di sekolah tersebut, contohnya pelatihan PTK, pelatihan ICT

(membuat bahan ajar dengan menggunakan komputer) dan lain sebagainya.

Guru PAI di sekolah ini sudah menerapkan PTK dalam menyelesaikan masalah

pembelajaran yang beliau hadapi. Oleh karena itu penulis memilih tempat ini

sebagai tempat penelitian,

Berdasarkan fenomena tersebut, penulis bermaksud mengadakan penelitian

dengan judul “Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas pada Pembelajaran Mata

Pelajaran PAI di SMA Negeri 28 Jakarta”.

11

Tjutju Soendari, Penelitian Tindakan Kelas dalam Meningkatkan Prestasi Belajar ABK di

Sekolah, http://file.upi.edu/Direktori Diakses pada hari Rabu, 10 November 2010 pukul 15.32.

Page 18: 101618 Ida Farida Fitk

7

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang pemikiran di atas, maka permasalahan yang dapat

diidentifikasi adalah sebagai berikut:

1. Kurang variatifnya metode pembelajaran yang diterapkan guru

2. Banyak guru yang belum menerapkan PTK dalam meningkatkan kualitas

pembelajaran

3. PTK belum menjadi solusi bagi pemecahan masalah pembelajaran

4. Belum adanya kesadaran guru untuk melakukan PTK atas kemauannya

sendiri

5. PTK yang dilakukan sebagian guru hanya sebagai formalitas bukan

bagaimana kualitas pembelajaran dapat meningkat

6. Kurang efektifnya pelaksanaan PTK pada mata pelajaran PAI

7. Minimnya alokasi waktu dalam pelajaran Pendidikan Agama Islam di

sekolah-sekolah umum.

C. Pembatasan Masalah

Pada penelitian ini penulis akan membatasi masalah yang hendak dibahas.

Penelitian ini akan dibatasi pada pelaksanaan penelitian tindakan kelas pada

pembelajaran mata pelajaran PAI yang mencakup pelaksanaan PAI di SMAN

28 Jakarta, pelaksanaan PAI yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

kurikulum yang diterapkan dalam pembelajaran PAI, dan pelaksanaan

penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh guru PAI di SMAN 28 Jakarta.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas maka perumusan masalahnya

adalah:

1. Bagaimana pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 28

Jakarta?

2. Apa saja kendala pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 28

Jakarta?

3. Bagaimana pelaksanaan PTK pada pembelajaran mata pelajaran PAI di

SMA Negeri 28 Jakarta?

Page 19: 101618 Ida Farida Fitk

8

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di SMAN 28

Jakarta.

2. Untuk mengetahui apa saja kendala dalam pembelajaran Pendidikan Agama

Islam di SMA Negeri 28 Jakarta.

3. Untuk mengetahui pelaksanaan PTK pada pembelajaran mata pelajaran PAI

di SMA Negeri 28 Jakarta.

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Secara akademik, penelitian ini dapat menambah wawasan mengenai

pelaksanaan penelitian tindakan kelas pada pembelajaran mata pelajaran

PAI. Selain itu, penelitian ini sebagai persyaratan dalam menyelesaikan

proses perkuliahan strata 1 (S1).

2. Secara praktis, hasil penelitian ini dapat menambah perbendaharaan

kepustakaan bagi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya mengenai

pelaksanaan penelitian tindakan kelas pada pembelajaran mata pelajaran

PAI.

3. Secara pragmatis, hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi para

mahasiswa, khususnya mahasiswa PAI dan mahasiswa pada umumnya yang

ingin mengadakan penelitian mengenai pelaksanaan penelitian tindakan

kelas pada pembelajaran mata pelajaran PAI.

Page 20: 101618 Ida Farida Fitk

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas

Pandangan para ahli tentang penelitian tindakan (Action Research)

berbeda-beda, walaupun secara paradigmatik memiliki kesamaan. Ide

tentang penelitian tindakan dikembangkan oleh Kurt Lewin setelah perang

dunia kedua, sebagai suatu cara penanganan masalah sosial. Kurt Lewin

mengemukakan adanya empat frase dalam melaksanakan penelitian

tindakan, yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi.1

Dalam literature berbahasa Inggris, PTK disebut dengan classroom

action research, sedangkan dalam kamus besar bahasa Indonesia penelitian

adalah pemeriksaan yang teliti, kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisis,

dan penyajian data yang dilakukan secara sistematis dan obyektif untuk

memecahkan suatu persoalan atau menguji suatu hipotesis untuk

mengembangkan prinsip-prinsip umum.2

1M. Djunaidi Ghony, Penelitian Tindakan Kelas, (Malang: UIN-Malang Press, 2008),

Cet. I, h. 6. 2Departemen pendidikan dan kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Cet. ke-1.

Jakarta: Balai Pustaka.1988) h. 920.

Page 21: 101618 Ida Farida Fitk

10

Penelitian tindakan kelas, terdiri dari tiga kata yang dapat dipahami

pengertiannya sebagai berikut:3

a. Penelitian, kegiatan mencermati suatu obyek, menggunakan aturan

metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang

bermanfaat untuk meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan

penting bagi peneliti.

b. Tindakan, sesuatu gerak kegiatan yang disengaja dilakukan dengan

tujuan tertentu, yang dalam penelitian ini berbentuk rangkaian siklus

kegiatan.

c. Kelas, sekelompok siswa yang dalam kurun yang sama menerima

pelajaran yang sama dari seorang guru. Batasan yang ditulis untuk

pengertian tentang kelas tersebut adalah pengertian lama, untuk

melumpuhkan pengertian yang salah dan difahami secara luas oleh

umum dengan “ruangan tempat guru mengajar”. Kelas bukan wujud

ruangan tetapi sekelompok siswa yang sedang belajar.

Dengan menggabungkan batasan pengertian tiga kata tersebut dapat

disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan

terhadap kegiatan yang sengaja dimunculkan, dan terjadi dalam sebuah

kelas.

Menurut Supardi dalam bukunya “Penelitian Tindakan Kelas”

mengatakan penelitian tindakan sebagai suatu bentuk investigasi yang

bersifat reflektif partisipasif, kolaboratif dan spiral, yang memiliki tujuan

untuk melakukan perbaikan sistem, metode kerja, proses, isi, kompetensi

dan situasi.4

Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama dalam bukunya “Mengenal

Penelitian Tindakan Kelas” mengatakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan cara

(1) merencanakan, (2) melaksanakan, dan (3) merefleksikan tindakan secara

3Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Edisi revisi VI,

(Jakarta: Rineka Cipta, 2006), Cet. Ke-13, h. 91. 4Suharsimi Arikunto, Suhardjono, Supardi, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Bumi

Aksara, 2007), Cet ke-4, h. 104.

Page 22: 101618 Ida Farida Fitk

11

kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan memperbaiki kinerjanya sebagai

guru, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat.5

Menurut McNiff yang dikutip oleh Mulyasa mengemukakan bahwa

action research adalah: ... a form of self-reflective inquiry undertaken by

participants (teacher, students or principals, for example) in social

(including educational) situations in order to improve the rationality and

justice of (a) their own social or educational practices, (b) their

understanding of these practices, and (c) the situations (and institutions) in

which these practices are carried out.6

Sedangkan menurut Ghony penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan

suatu proses dimana guru dan siswa menginginkan terjadinya perbaikan,

peningkatan, dan perubahan pembelajaran yang lebih baik agar tujuan

pembelajaran di kelas dapat tercapai secara optimal. Di samping itu,

penelitian tindakan kelas adalah salah satu stategi pemecahan masalah yang

memanfaatkan tindakan nyata dan proses pengembangan kemampuan dalam

mendeteksi dan memecahkan masalah.7

Berangkat dari pengertian para ahli tentang PTK di atas maka dapatlah

diambil beberapa poin kesimpulan tentang PTK. Bahwa penelitian tindakan

kelas (PTK) adalah:

a. PTK merupakan salah satu strategi pemecahan masalah di kelas,

b. Penelitian yang dilakukan oleh guru,

c. Dilakukan di kelasnya sendiri,

d. Adanya perencanaan, pelaksanaan, dan refleksi tindakannya,

e. Tujuannnya memperbaiki kinerja guru itu sendiri, dan

f. Hasilnya yang diharapkan adalah peningkatan hasil belajar siswa kelas

tersebut.

5Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta:

PT Indeks, 2009), h. 9. 6Mulyasa, Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan

Menyenangkan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), h. 151-152. 7 M. Djunaidi Ghony, Penelitian Tindakan Kelas..., h. 8.

Page 23: 101618 Ida Farida Fitk

12

2. Prinsip-prinsip PTK

PTK memiliki beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh guru di

sekolah. Prinsip tersebut diantaranya:8

a. Tidak mengganggu pekerjaan utama guru yaitu mengajar

b. Metode pengumpulan data tidak menuntut metode yang berlebihan

sehingga mengganggu proses pembelajaran.

c. Metodologi yang digunakan harus cukup reliabel sehingga hipotesis yang

dirumuskan cukup meyakinkan.

d. Masalah yang diteliti adalah masalah pembelajaran di kelas yang cukup

merisaukan guru dan guru memiliki komitmen untuk mencari solusinya.

e. Guru harus konsisten terhadap etika pekerjaannya dan mengindahkan

tatakrama organisasi. Masalah yang diteliti sebaiknya diketahui oleh

pimpinan sekolah dan guru sejawat sehinggga hasilnya cepat

tersosialisasi.

f. Masalah tidak hanya berfokus pada konteks kelas, melainkan dalam

perspektif misi sekolah secara keseluruhan (perlu kerjasama antara guru

dan dosen).

Menurut Suharsimi Arikunto dalam bukunya “Penelitian Tindakan

Kelas” dengan memahami prinsip-prinsip dan mampu menerapkannya,

kiranya apa yang dilakukan dapat berhasil dengan baik. Adapun prinsip-

prinsip dimaksud adalah:9

a. Kegiatan nyata dalam situasi rutin

Penelitian tindakan dilakukan oleh peneliti tanpa mengubah situasi

rutin. Menagapa? Jika penelitian dilakukan dalam situasi lain, hasilnya

tidak dijamin dapat dilaksanakan lagi dalam situasi aslinya, atau dengan

kata lain penelitiannya tidak dalam situasi wajar. Oleh karena itu,

penelitian tindakan tidak perlu mengadakan waktu khusus, tidak

mengubah jadwal yang sudah ada.

8Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas…, h. 17.

9Suharsimi Arikunto, Suhardjono, Supardi, Penelitian Tindakan Kelas…, h. 6.

Page 24: 101618 Ida Farida Fitk

13

b. Adanya kesadaran diri untuk memperbaiki kinerja

Penelitian tindakan didasarkan atas sebuah filosofi bahwa setiap

manusia tidak suka atas hal-hal yang statis, peningkatan diri untuk hal

yang lebih baik ini dilakukan terus menerus sampai tujuan tercapai, tetapi

sifatnya hanya sementara, karena dilanjutkan lagi dengan keinginan

untuk lebih baik yang datang susul menyusul.

c. SWOT sebagai dasar berpijak

Penelitian tindakan harus dimulai dengan melakukan analisis SWOT,

terdiri atas unsur-unsur S-Strength (kekuatan), W-Weaknesses

(kelemahan), O-Opportunity (kesempatan), T-Threat (ancaman). Empat

hal tersebut dilihat dari sudut guru yang melaksanakan maupun siswa

yang dikenai tindakan. Dengan berpijak pada hal tersebut, penelitian

tindakan dapat dilaksanakan hanya apabila ada kesejalanan antara

kondisi yang ada pada guru dan juga pada siswa.10

d. Upaya empiris dan sistemik

Prinsip keempat ini merupakan penerapan dari prinsip ketiga. Dengan

telah dilakukannya analisis SWOT, tentu saja apabila guru melakukan

penelitian tindakan, berarti sudah mengikuti prinsip empiris (terkait

dengan pengalaman) dan sistemik, berpijak pada unsur-unsur yang terkait

dengan keseluruhan sistem yang terkait dengan objek yang sedang

digarap. Pembelajaran adalah sebuah sistem, yang keterlaksanaannya

didukung oleh unsur-unsur yang kait-mengait. Jika guru mengupayakan

cara mengajar baru, harus juga memikirkan tentang sarana pendukung

yang berbeda dan lain sebagainya.

e. Ikuti prinsip SMART dalam perencanaan

SMART adalah kata bahasa Inggris yang artinya cerdas. Akan tetapi,

dalam proses perencanaan kegiatan merupakan singkatan dari lima huruf

bermakna. Adapun makna dari masing-masing huruf adalah sebagai

berikut.

10

Suharsimi Arikunto, Suhardjono, Supardi, Penelitian Tindakan Kelas…, h. 7.

Page 25: 101618 Ida Farida Fitk

14

S = Specific, khusus, tidak terlalu umum;

M = Managable, dapat dikelola, dilaksanakan;

A = Acceptable, dapat diterima lingkungan, atau

Achievable, dapat dicapai, dijangkau;

R = Realistic, operasional, tidak di luar jangkauan; dan

T = Time-bound, diikat oleh waktu, terencana.11

Setelah penulis memaparkan prinsip-prinsip dari PTK, maka dapat

diambil kesimpulan bahwa pelaku PTK harus memperhatikan prinsip-

prinsip dari PTK. Dengan memahami prinsip-prinsip tersebut maka

diharapkan pelaksanaan PTK akan berjalan dengan baik dan tujuan yang

diharapkanpun dapat tercapai. Prinsip tersebut yaitu tidak mengganggu

aktivitas utama guru yaitu mengajar, adanya kesadaran untuk memperbaiki

kinerja, dan sebagainya.

3. Langkah-langkah PTK

Dalam melaksanakan PTK ada beberapa langkah-langkah terperinci yang

seharusnya diikuti oleh peneliti/guru, yaitu: 1) adanya ide awal, 2)

prasurvey/temuan awal, 3) diagnosis, 4) perencanaan, 5) implementasi

tindakan, 6) observasi, 7) refleksi, 8) membuat laporan.12

a. Adanya ide awal

Pada umumnya ide awal yang menggayut di PTK ialah terdapatnya

permasalahan yang berlangsung di dalam suatu kelas. Ide awal tersebut

diantaranya berupa upaya yang dapat ditempuh untuk mengatasi

permasalahan. Dalam penerapan PTK itu, dapat diketahui hal-hal yang

perlu dilakukan peneliti demi perubahan dan perbaikan dalam kelas yang

sedang diajarnya. Misalnya: guru menemukan cara mengenalkan angka

kepada anak didiknya dengan membuat kartu mainan “Number.”

11

Suharsimi Arikunto, Suhardjono, Supardi, Penelitian Tindakan Kelas…, h. 6-8. 12

Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas...., h.

38.

Page 26: 101618 Ida Farida Fitk

15

b. Prasurvey

Prasurvey dimaksudkan untuk mengetahui secara detail kondisi yang

terdapat di kelas yang akan diteliti. Biasanya PTK ini dilakukan oleh

guru dan dosen. Bagi pengajar yang bermaksud melakukan penelitian di

kelas yang menjadi tanggung jawabnya, tidak perlu melakukan prasurvey

karena berdasarkan pengalamannya selama dia di depan kelas sudah

secara cermat dan pasti mengetahui berbagai permasalahan yang

dihadapinya, baik yang berkaitan dengan kemajuan siswa, sarana

pengajaran maupun sikap siswanya.

c. Diagnosis

Peneliti dari luar lingkungan kelas/sekolah perlu melakukan diagnosis

atau dugaan-dugaan sementara mengenai timbulnya suatu permasalahan

yang muncul di dalam satu kelas. Dengan diperolehnya hasil diagnosis,

peneliti PTK akan dapat menemukan berbagai hal, misalnya strategi

pengajaran, media pengajaran, dan materi pengajaran yang tepat dalam

kaitannya dengan implementasi PTK.13

d. Perencanaan

Penentuan perencanaan dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu

perencanaan umum dan perencanaan khusus. Perencanaan umum

dimaksudkan untuk menyusun rancangan yang meliputi keseluruhan

aspek yang terkait PTK. Sementara itu, perencanaan khusus

dimaksudkan untuk menyusun rancangan dari siklus per siklus. Oleh

karenanya dalam perencanaan khusus ini tiap kali terdapat perencanaan

ulang (replanning). Hal-hal yang direncanakan diantaranya terkait

dengan pendekatan pembelajaran, media dan materi pembelajaran, dan

sebagainya.

e. Implementasi Tindakan

Implementasi tindakan pada prinsipnya merupakan realisasi dari suatu

tindakan yang sudah direncanakan sebelumnya. Strategi apa yang

digunakan, materi apa yang diajarkan atau dibahas dan sebagainya.

13

M. Djunaidi Ghony, Penelitian Tindakan Kelas..., h. 70.

Page 27: 101618 Ida Farida Fitk

16

Dalam pelaksanaan PTK ada tiga hal yang harus diperhatikan, yaitu:

1) PTK adalah penelitian yang mengikutsertakan secara aktif peran guru

dan siswa dalam berbagai tindakan.

2) Kegiatan refleksi (renungan, pemikiran, evaluasi) dilakukan

berdasarkan pertimbangan rasional (menggunakan konsep teori) yang

mantap dan valid guna melakukan perbaikan tindakan dalam upaya

memecahkan masalah yang terjadi.

3) Tindakan perbaikan terhadap situasi dan kondisi pembelajaran

dilakukan dengan segera dan dilakukan secara praktis (dapat

dilakukan dalam praktik pembelajaran).14

f. Pengamatan

Pengamatan, observasi atau monitoring dapat dilakukan sendiri oleh

peneliti atau kolaborator, yang memang diberi tugas untuk hal itu. Pada

saat memonitoring pengamat haruslah mencatat semua peristiwa atau hal

yang terjadi di kelas penelitian. Misalnya, mengenai kinerja guru, situasi

kelas, perilaku dan sikap siswa, penyajian atau pembahasan materi,

penyerapan siswa terhadap meteri yang diajarkan, dan sebagainya.15

g. Refleksi

Pada prinsipnya yang dimaksud dengan istilah refleksi ialah perbuatan

merenung atau memikirkan sesuatu atau upaya evaluasi yang dilakukan

oleh para kolaborator atau partisipan yang terkait dengan suatu PTK yang

dilaksanakan. Refleksi ini dilakukan dengan kolaboratif, yaitu adanya

diskusi terhadap berbagai masalah yang terjadi di kelas penelitian.

Berdasarkan refleksi ini pula suatu perbaikan tindakan (replanning)

selanjutnya ditentukan.

h. Penyusunan laporan PTK

Laporan hasil PTK seperti halnya jenis penelitian yang lain, yaitu

disusun sesudah kerja penelitian di lapangan berakhir. Sebenarnya, PTK

yang dilakukan guru lebih bersifat individual. Artinya bahwa tujuan

14

Trianto, Panduan Lengkap Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research)

Teori dan Praktik, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2011), h. 73. 15

M. Djunaidi Ghony, Penelitian Tindakan Kelas..., h. 71.

Page 28: 101618 Ida Farida Fitk

17

utama bagi PTK adalah self-improvement melalui self-evaluation dan

self-reflection, yang pada akhirnya bermuara pada peningkatan mutu

proses dan hasil belajar siswa.16

Dalam menerapkan PTK terdapat 8 langkah yang seharusnya diikuti

oleh guru/peneliti. Langkah-langkah tersebut yaitu adanya ide awal,

prasurvey/temuan awal, diagnosis, perencanaan, implementasi tindakan,

observasi, refleksi dan menyusun laporan.

4. Manfaat PTK

Dengan tumbuhnya budaya meneliti pada guru dari pelaksanaan

penelitian tindakan kelas (PTK) yang berkesinambungan, berarti kalangan

guru semakin diberdayakan mengambil prakarsa profesional yang semakin

mandiri, percaya diri, dan makin berani mengambil resiko dalam

mencobakan hal-hal yang baru (inovasi) yang patut diduga akan

memberikan perbaikan serta peningkatan pengetahuan yang dibangun dari

pengalaman semakin banyak dan menjadi suatu teori tentang praktik yang

erat keterkaitannya dengan perbaikan realitas sosial pembelajaran dan

manfaat sebagai berikut:17

a. Pengalaman dalam penelitian tindakan kelas (PTK) akan menjadikan

guru berani menyusun sendiri kurikulum dari bawah, dan menjadikan

guru bersifat lebih mandiri.

b. Di samping itu, diharapkan dapat menumbuhkembangkan sikap inovatif

dan budaya meneliti para guru, khususnya dalam mencari solusi terhadap

permasalahan pembelajaran di dalam kelas.

c. Meningkatkan kerja sama antar guru, antar guru dengan siswa dalam

memecahkan permasalahan pembelajaran di kelas maupun di luar kelas.

d. Sebagai suatu program perbaikan pendidikan dalam pembelajaran

sekaligus merupakan program berdasar penelitian yang dilakukan terus

menerus (on going process).

16

Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas...., h.

38-41. 17

M. Djunaidi Ghony, Penelitian Tindakan Kelas..., h. 29-30.

Page 29: 101618 Ida Farida Fitk

18

e. Merupakan kegiatan pengumpulan informasi tentang sistem perilaku,

atau komponen kegiatan yang lengkap, terinci, bermanfaat dalam

perbaikan kegiatan pembelajaran.

f. Merupakan kegiatan pengumpulan informasi selama waktu penelitian

berlangsung, yang memiliki manfaat dalam penyusunan tipe-model

pembelajaran dalam upaya perbaikan penyempurnaan pembelajaran

dalam mencapai tujuan secara optimal.

g. Dengan penelitian tindakan kelas ini diharapkan lembaga yang diteliti

dapat tumbuh menjadi lembaga yang dinamis, peneliti dapat memperoleh

pengertian mendalam tentang realitas pembelajaran, sehingga temuan

penelitian dapat dibuat laporan tertulis untuk keperluan praktis yang terus

diuji lebih lanjut.18

Menurut Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, manfaat PTK dapat

dilihat dari manfaatnya secara umum dan khusus.

a. Manfaat Umum

Manfaat PTK bagi guru banyak sekali, diantaranya yaitu:

1) Membantu guru memperbaiki mutu pembelajaran,

2) Meningkatkan profesionalitas guru,

3) Meningkatkan rasa percaya diri guru,

4) Memungkinkan guru secara aktif mengembangkan pengetahuan

dan keterampilannya.19

5) Inovasi pembelajaran

6) Pengembangan kurikulum di tingkat regional atau nasional.20

b. Manfaat Khusus PTK

1) Menumbuhkan Kebiasaan Menulis

Dengan melakukan PTK, guru menjadi terbiasa menulis, dan

sangat baik dampaknya terutama bila guru sekolah negeri atau PNS

akan naik pangkat, khususnya dari gol. IVA ke IVB, karena guru

diharuskan menulis karya tulis. Begitupun bagi guru sekolah swasta,

18

M. Djunaidi Ghony, Penelitian Tindakan Kelas..., h. 30-31. 19

Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas..., h. 14. 20

Suharsimi Arikunto, Suhardjono, Supardi, Penelitian tindakan Kelas..., h. 108.

Page 30: 101618 Ida Farida Fitk

19

PTK sangat penting untuk meningkatkan apresiasi, dan

profesionalisme guru dalam mengajar. Apalagi dengan adanya

program sertifikasi guru dari pemerintah.

2) Menumbuhkan Budaya Meneliti

Selain itu, PTK akan menumbuhkan budaya meneliti di kalangan

guru yang merupakan dampak dari pelaksanaan tindakan secara

berkesinambungan, maka manfaat yang dapat diperoleh secara

keseluruhan yaitu label inovasi pendidikan karena para guru semakin

diberdayakan untuk mengambil berbagai prakarsa profesional secara

lebih mandiri. Sikap mandiri akan memicu lahirnya “percaya diri”

untuk mencoba hal-hal baru yang diduga dapat menuju perbaikan

sistem pembelajaran. Sikap ingin selalu mencoba akan memicu

peningkatan kinerja dan profesionalisme seorang guru secara

berkesinambungan. Sehingga proses belajar sepanjang hayat terus

terjadi pada dirinya.21

3) Menggali Ide Baru

Melakukan PTK berarti kita juga dipaksa untuk berfikir masalah

apa saja yang terjadi dalam kelas dan menjadi bahan untuk melakukan

PTK. Oleh sebab itu maka PTK juga memupuk seorang guru untuk

menggali ide-ide baru yang segar.

4) Melatih Pemikiran Ilmiah

Adanya masalah yang dirasakan sendiri oleh guru dalam

pembelajaran di kelasnya merupakan awal dimulainya PTK. Masalah

tersebut dapat berupa masalah yang berhubungan dengan proses dan

hasil belajar siswa yang tidak sesuai dengan harapan guru atau hal-hal

lain yang berkaitan dengan perilaku mengajar guru dan perilaku

belajar siswa. Guru diarahkan untuk berfikir ilmiah, melalui masalah

yang mereka temukan.22

21

Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas..., h.

14. 22

Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas..., h. 14-

15.

Page 31: 101618 Ida Farida Fitk

20

5) Mengembangkan Keterampilan

Tujuan utama PTK adalah mengubah perilaku pengajaran guru,

perilaku siswa di kelas, peningkatan atau perbaikan praktik

pembelajaran, dan atau mengubah kerangka kerja pelaksanaan

pembelajaran kelas yang diajar oleh guru tersebut sehingga terjadi

peningkatan layanan professional guru dalam menangani proses

pembelajaran. Jadi, PTK lazimnya dimaksudkan untuk

mengembangkan keterampilan atau pendekatan baru pembelajaran

dan untuk memecahkan masalah dengan penerapan langsung di ruang

kelas.

6) Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Kelas

PTK berfungsi sebagai alat untuk meningkatkan kualitas

pelaksanaan pembelajaran kelas. Di ruangan kelas, menurut Cohen &

Manion (1980: 211) PTK berfungsi sebagai:

a) Alat untuk mengatasi masalah-masalah yang didiagnosis dalam

situasi pembelajaran di kelas;

b) Alat pelatihan jabatan, membekali guru dengan keterampilan dan

metode baru serta mendorong timbulnya kesadaran diri, khususnya

melalui pengajaran sejawat;

c) Alat untuk memasukkan pendekatan tambahan atau inovasi (secara

alami) ke dalam sistem yang ada;

d) Alat untuk meningkatkan komunikasi yang biasanya buruk antara

guru dan peneliti;

e) Alat untuk menyediakan alternatif bagi pendekatan yang subjektif,

impresionistic terhadap pemecahan masalah kelas;

f) Alat untuk mengembangkan keterampilan guru yang bertolak dari

kebutuhan untuk menanggulangi berbagai permasalahan

pembelajaran aktual yang dihadapi di kelasnya.23

23

Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas..., h. 15-

16.

Page 32: 101618 Ida Farida Fitk

21

Menurut Kunandar dalam bukunya Langkah Mudah Penelitian Tindakan

Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru, manfaat PTK dapat dilihat dari

dua aspek, yakni aspek akademis dan aspek praktis.24

a. Manfaat aspek akademis adalah untuk membantu guru menghasilkan

pengetahuan yang sahih dan relevan bagi kelas mereka untuk

memperbaiki mutu pembelajaran dalam jangka pendek.

b. Manfaat praktis dari pelaksanaan PTK antara lain: (1) merupakan

pelaksanaan inovasi dari bawah. Peningkatan mutu dan perbaikan proses

pembelajaran yang dilakukan guru secara rutin merupakan wahana

pelaksanaan inovasi pembelajaran. Oleh karena itu, guru perlu selalu

mencoba untuk mengubah, mengembangkan dan meningkatkan

pendekatan, metode, maupun gaya pembelajaran sehingga dapat

melahirkan suatu model pembelajaran yang sesuai dengan kondisi dan

karakteristik kelas; (2) pengembangan kurikulum di tingkat sekolah,

artinya dengan guru melakukan PTK, maka guru telah melakukan

implementasi kurikulum dalam tataran praktis, yakni bagaimana

kurikulum itu dikembangkan dan disesuaikan dengan situasi dan kondisi,

sehingga kurikulum dapat berjalan secara efektif melalui proses

pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan. 25

Akhirnya, inovasi pembelajaran yang “tumbuh dari bawah” itu dengan

sendirinya akan jauh lebih efektif jika dibandingkan dengan yang dilakukan

melalui penataran-penataran untuk tujuan serupa. Karena penataran tidak

jarang berangkat dari teori yang belum tentu sesuai dengan kebutuhan guru

secara individual bagi pemecahan persoalan pembelajaran khususnya dan

implementasi program sekolah umumnya yang tengah dihadapinya, baik

kurikuler maupun ekstra kurikuler.26

24

Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan

Profesi Guru, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h. 68. 25

Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan

Profesi Guru.., h. 68. 26

Tim Pelatih Proyek PGSM, Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research),

(Jakarta: Depdikbud, 1999), h. 18.

Page 33: 101618 Ida Farida Fitk

22

Upaya meningkatkan kualitas pendidik dan tenaga kependidikan lainnya

untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi saat menjalankan

tugasnya akan memberi dampak positif ganda. Pertama, peningkatan

kemampuan dalam menyelesaikan masalah pendidikan dan pembelajaran

yang nyata. Kedua, peningkatan kualitas isi, masukan, proses, dan hasil

belajar. Ketiga, peningkatan keprofesionalan pendidik dan tenaga

kependidikan lainnya. Keempat, penerapan prinsip pembelajaran berbasis

penelitian.27

5. Keunggulan PTK

Ada beberapa keunggulan dari PTK dibandingkan dengan penelitian

yang lain. Keunggulan-keunggulan itu antara lain adalah:

a. Praktis dan langsung relevan untuk situasi yang aktual.

b. Kerangka kerjanya yang teratur

c. Berdasarkan pada observasi nyata dan objektif

d. Fleksibel dan adaptif.

e. Dapat digunakan untuk inovasi pembelajaran.

f. Dapat digunakan untuk mengembangkan kurikulum tingkat kelas.

g. Dapat digunakaan untuk meningkatkan kepekaan atau profesionalisme

guru.28

Keunggulan penelitian tindakan kelas (PTK) ini ketika guru melakukan

kegiatan penelitian adalah:

a. Para guru tidak harus meninggalkan tempat kerjanya

b. Para guru dapat merasakan hasil dari tindakan yang telah direncanakan

c. Perlakuan (treatment) dilakukan pada siswa sehingga mereka dapat

merasakan hasil perlakuan (treatment) tersebut dalam kegiatan

pembelajaran mereka.29

27

Trianto, Panduan Lengkap Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research)

Teori dan Praktik, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2011), h. 3. 28

Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas..., h.

17. 29

M. Djunaidi Ghony, Penelitian Tindakan Kelas..., h. 2.

Page 34: 101618 Ida Farida Fitk

23

Namun demikian, PTK sebagai salah satu metode penelitian memiliki

beberapa keterbatasan, yang diantaranya: validitasnya masih sering

disangsikan, tidak dimungkinkan melakukan generalisasi karena sampel

sangat terbatas, peran guru yang „one man show‟ bertindak sebagai pengajar

dan sekaligus peneliti sering membuat dirinya menjadi sangat repot.30

B. Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Untuk mendapatkan pemahaman yang jelas tentang pengertian

Pendidikan Agama Islam, terlebih dahulu penulis akan menjelaskan arti

pendidikan itu sendiri agar pembahasan mengenai arti Pendidikan Agama

Islam bisa lebih terarah.

Dalam kamus besar bahasa Indonesia disebutkan bahwa pendidikan

adalah “proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok

orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan

latihan, proses, perbuatan, cara mendidik.”31

Kedewasaan yang dimaksud

adalah ia harus dapat menentukan diri sendiri dan bertanggung jawab

sendiri.32

Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003

bab I Pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa pendidikan adalah “usaha sadar dan

terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,

akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,

bangsa dan negara.33

Dalam arti luas makna pendidikan adalah suatu usaha yang sadar yang

teratur dan sistematis, yang dilakukan oleh orang-orang yang diserahi

30

Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas..., h.

14. 31

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai

Pustaka, 2002), cet. Ke-2, h. 263. 32

Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: Remaja Rosda

Karya, 2000), cet. Ke-13, h. 19. 33

Undang-undang SISDIKNAS (UU RI No. 20 Tahun 2003), (Jakarta: Sinar Grafik,

2009), Cet. Ke-2, h. 3.

Page 35: 101618 Ida Farida Fitk

24

tanggung jawab untuk mempengaruhi anak agar mempunyai sifat dan tabiat

sesuai dengan cita-cita pendidikan. Sedangkan definisi yang kiranya lebih

tegas yaitu pendidikan merupakan bantuan yang diberikan dengan sengaja

kepada siswa dalam pertumbuhan jasmani maupun rohaninya untuk

mencapai tingkat dewasa.34

Kenyataannya, pengertian pendidikan ini selalu mengalami

perkembangan, meskipun secara esensial tidak jauh beda. Berikut ini

dikemukakan sejumlah pengertian pendidikan yang diberikan oleh para ahli,

menurut Langeveld, yang dikutif oleh Hasbullah pendidikan adalah setiap

usaha, pengaruh, perlindungan dan bantuan yang diberikan kepada anak

tertuju kepada pendewasaan anak itu. Pengaruh datangnya dari orang

dewasa seperti sekolah, buku, putaran hidup sehari-hari, yang ditujukan

kepada orang yang belum dewasa.35

Ahmad D. Marimba mendefinisikan pendidikan merupakan bimbingan

secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani

siswa menuju terbentuknya kepribadian yang utama. Ada beberapa unsur

yang terdapat dalam pendidikan antara lain yaitu, usaha yang dilakukan

secara sadar, ada pendidik, ada yang dididik, mempunyai dasar dan tujuan,

dan ada alat-alat yang dipergunakan.36

Dari beberapa pengertian pendidikan yang diberikan para ahli tersebut,

meskipun berbeda secara redaksional, namun secara esensial terdapat

kesatuan unsur-unsur atau faktor-faktor yang terdapat di dalamnya, yaitu

bahwa pengertian pendidikan tersebut menunjukkan suatu proses

bimbingan, tuntunan atau pimpinan yang di dalamnya mengandung unsur-

unsur seperti pendidik, anak didik, tujuan dan sebagainya.

Penulis dapat menyimpulkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar yang

dilakukan manusia untuk membantu perkembangan jasmani dan rohani

34

Amir Daien Indrakusuma, Ilmu Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1973), h. 27. 35

Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008),

Edisi Revisi, h. 2. 36

Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: PT. Al-Ma‟arif,

1989), cet. Ke-VIII, h. 19.

Page 36: 101618 Ida Farida Fitk

25

siswa dalam rangka membentuk kepribadian yang berkualitas menuju arah

pendewasaan.

Setelah penulis uraikan pengertian tentang pendidikan secara umum,

penulis akan menguraikan pengertian Pendidikan Agama Islam menurut

para ahli. Menurut Zakiah Daradjat, Pendidikan Agama Islam adalah suatu

usaha untuk membina dan mengasuh siswa agar senantiasa dapat memahami

ajaran Islam secara menyeluruh. Lalu menghayati tujuan, yang pada

akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan

hidup.37

Nur Uhbiyati menjelaskan bahwa pendidikan Islam adalah bimbingan

yang dilakukan oleh seorang dewasa kepada terdidik dalam masa

pertumbuhan agar ia memiliki kepribadian muslim.38

Menurut Marimba

kepribadian muslim yaitu kepribadian yang memiliki nilai-nilai agama

Islam, memilih dan memutuskan serta berbuat berdasarkan nilai-nilai Islam,

dan bertanggung jawab sesuai dengan nilai-nilai Islam.39

Tayar Yusuf mengartikan Pendidikan Agama Islam sebagai usaha sadar

generasi tua untuk mengalihkan pengalaman, pengetahuan, kecakapan dan

keterampilan kepada generasi muda agar kelak menjadi manusia bertakwa

kepada Allah SWT. Sedangkan menurut A. Tafsir Pendidikan Agama Islam

adalah bimbingan yang diberikan seseorang kepada seseorang agar ia

berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam.40

Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam

menyiapkan siswa untuk mengenal, memahami, menghayati, mengimani,

bertakwa berakhlak mulia, mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber

37

Abdul Majid, Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi,

(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), h. 130. 38

Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: CV Pustaka Setia, 1998), cet. II, h.

11. 39

Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam..., h. 9. 40

Abdul majid, Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi..., h.

130.

Page 37: 101618 Ida Farida Fitk

26

utamanya kitab suci Al-qur‟an dan Al-hadits melalui kegiatan bimbingan,

pengajaran latihan, serta penggunaan pengalaman.41

Pendidikan Agama Islam diartikan sebagai usaha sadar untuk

menyiapkan peserta didik dalam meyakini, memahami, menghayati dan

mengamalkan agama Islam melalui kegiatan, bimbingan, pengajaran dan

atau latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain

dalam hubungan antar umat beragama dalam masyarakat untuk

mewujudkan persatuan nasional.42

Dari sekian banyak pengertian Pendidikan Agama Islam di atas pada

dasarnya saling melengkapi dan memiliki tujuan yang tidak berbeda, yakni

agar siswa dalam aktivitas kehidupannya tidak lepas dari pengamalan

agama, berakhlak mulia dan berkepribadian sesuai dengan ajaran agama

Islam. Dengan demikian bahwa Pendidikan Agama Islam yang

diselenggarakan pada semua jalur, jenjang dan jenis pendidikan

menekankan bukan hanya pada pengetahuan tentang Islam, tetapi juga

terutama pada pelaksanaan dan pengamalan agama siswa dalam seluruh

kehidupannya.

Dengan demikian dapat penulis simpulkan bahwa Pendidikan Agama

Islam merupakan bimbingan terhadap siswa agar berkembang fitrah

keberagamaannya melalui pengajaran agama Islam sehingga siswa dapat

memahami, menghayati dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari

dan ajaran agama tersebut dijadikannya sebagai pedoman hidupnya atau

pandangan hidupnya.

Mengingat betapa pentingnya pendidikan agama Islam dalam

mewujudkan harapan setiap orang tua, masyarakat, dan membantu

terwujudnya tujuan pendidikan nasional, maka pendidikan agama Islam

harus diberikan dan dilaksanakan di sekolah dengan sebaik-baiknya.43

41

Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2005), h.

21. 42

Abdul Rachman Shaleh, Pendidikan Agama dan Keagamaan, Visi, Misi dan Aksi,

(Jakarta: Gemawindu Pancaperkasa, 2000), cet. Ke-I, h. 31. 43

Abdul Majid, Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi..., h.

140.

Page 38: 101618 Ida Farida Fitk

27

2. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Sebelum lebih jauh menjelaskan tujuan pendidikan Islam terlebih dahulu

dijelaskan apa sebenarnya makna dari tujuan tersebut. Secara etimologi,

tujuan adalah “arah, maksud atau haluan.” Dalam bahasa arab, “tujuan

diartikan dengan kata “ahdaf”, sementara dalam bahasa Inggris diistilahkan

dengan kata „purpose‟. Secara terminologi, tujuan berarti sesuatu yang

diharapkan tercapai setelah sebuah usaha atau kegiatan selesai.44

Pendidikan Agama Islam sebagai mata pelajaran yang diajarkan di

sekolah umum adalah segala upaya penyampaian ilmu pengetahuan agama

Islam tidak hanya untuk difahami dan dihayati, tetapi juga diamalkan dalam

kehidupan sehari-hari, misalnya kemampuan siswa dalam melaksanakan

wudhu, shalat, puasa, dan ibadah-ibadah lain yang sifatnya hubungan

dengan Allah dan juga kemampuan siswa dalam beribadah yang sifatnya

hubungan antara sesama manusia, misalnya zakat, shadaqah, dan lain-lain

termasuk ibadah dalam arti luas.45

Tujuan pendidikan di Indonesia di dalam Undang-undang Sistem

Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003, yaitu: “Pendidikan nasional

bertujuan untuk berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang

beriman dan bertaqwa pada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis

serta bertanggungjawab.46

Tujuan pendidikan berfungsi memberikan arah terhadap pelaksanaan

pendidikan, sehingga diharapkan terhindar dari segala bentuk

penyimpangan, dan tindakan yang kurang efektif dalam pelaksanaan

pendidikan. Tujuan pendidikan juga merupakan faktor yang sangat penting,

karena merupakan arah yang hendak dituju oleh pendidikan itu. Demikian

44

Armai Arief, Pengantar Ilmu Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press,

2002), Cet. Ke-1 h. 15. 45

Abdul Rachman Shaleh, Pendidikan Agama & Perkembangan Watak bangsa,

(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), h. 38. 46

Undang-undang SISDIKNAS (UU RI No. 20 Tahun 2003)..., h. 7.

Page 39: 101618 Ida Farida Fitk

28

pula halnya dalam pendidikan agama, maka tujuan pendidikan agama itulah

yang hendak dicapai dalam kegiatan atau pelaksanaan pendidikan agama.

Pendidikan agama Islam di sekolah/madrasah bertujuan untuk

menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan

pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman siswa

tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus

berkembang dalam hal keimanan, ketakwaannya, berbangsa dan bernegara

serta untuk melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.47

Dari tujuan tersebut dapat ditarik beberapa dimensi yang hendak

ditingkatkan dan dituju oleh kegiatan pembelajaran PAI, yaitu (1) dimensi

keimanan siswa terhadap ajaran agama Islam; (2) dimensi pemahaman atau

penalaran (intelektual) serta keilmuan siswa terhadap ajaran agama Islam;

(3) dimensi penghayatan atau pengalaman batin yang dirasakan siswa dalam

menjalankan ajaran Islam; dan (4) dimensi pengamalannya dalam arti

bagaimana ajaran Islam yang telah diimani, difahami, dan dihayati atau

diinternalisasi oleh siswa mampu menumbuhkan motivasi dalam dirinya

untuk menggerakkan, mengamalkan, dan mentaati ajaran agama dan nilai-

nilainya dalam kehidupan pribadi, sebagai manusia yang beriman dan

bertakwa pada Allah SWT dan merealisasikannya dalam kehidupan

bermasyarakat, bernegara.48

Ahmad Tafsir menyatakan bahwa, tujuan Pendidikan Agama Islam itu

harus meliputi tiga kawasan (daerah binaan, domain), yaitu kognitif, afektif

dan psikomotor.49

Untuk kawasan kognitif, tujuannya adalah

mengembangkan atau membina pemahaman agama Islam, selain itu

kemampuan baca tulis huruf Alquran dan Tarikh Islam agar siswa faham

akan ajaran Islam. Pembinaan afektif bertujuan agar siswa menerima ajaran

47

Abdul Majid, Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi..., h.

135. 48

Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam; Upaya Mengefektifkan PAI di Sekolah,

(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), Cet. III, h. 78. 49

Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2007), Cet. IX, h. 86.

Page 40: 101618 Ida Farida Fitk

29

Islam. Pembinaan psikomotor bertujuan agar siswa terampil melakukan

ajaran Islam dalam kehidupannya sehari-hari.50

Pendidikan Agama Islam di sekolah bertujuan untuk meningkatkan

keyakinan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan siswa tentang agama

Islam sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertakwa

kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi,

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara untuk melanjutkan pendidikan

pada jenjang yang lebih tinggi.51

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan Pendidikan

Agama Islam adalah peningkatan keimanan, pemahaman, pengetahuan,

pengalaman siswa tentang agama Islam sehingga menjadi manusia yang

beriman dan bertakwa kepada Allah serta berakhlak mulia dalam kehidupan

pribadi, bermasyarakat dan bernegara. Dengan kata lain dapat dikatakan

juga bahwa tujuan akhir dari Pendidikan Agama Islam adalah membentuk

manusia muslim yang bertakwa kepada Allah yang selalu mengerjakan

perintah-Nya dan meninggalkan segala larangan-Nya.

Oleh karena itu berbicara pendidikan agama Islam, baik makna maupun

tujuannya haruslah mengacu pada penanaman nilai-nilai Islam dan tidak

dibenarkan melupakan etika sosial atau moralitas sosial. Penanaman nilai-

nilai ini juga dalam rangka menuai keberhasilan hidup (hasanah) di dunia

bagi siswa yang kemudian akan mampu membuahkan kebaikan (hasanah) di

akhirat kelak.52

3. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam

Ruang lingkup pelajaran Pendidikan Agama Islam meliputi lima unsur

pokok, yaitu: Al-qur‟an, keimanan, akhlak, Fiqh dan bimbingan ibadah,

serta tarikh/sejarah yang lebih menekankan pada perkembangan ajaran

agama, ilmu pengetahuan dan kebudayaan.53

50

Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam..., h. 86. 51

Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam..., h. 22. 52

Abdul Majid, Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi..., h.

136. 53

Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam; Upaya Mengefektifkan PAI di Sekolah..., h.

79.

Page 41: 101618 Ida Farida Fitk

30

Pada tingkat Sekolah Dasar (SD) penekanan diberikan kepada empat

unsur pokok, yaitu: keimanan, ibadah, Al-qur‟an. Sedangkan pada Sekolah

Lanjut Tingkat Pertama (SLTP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di

samping ke empat unsur pokok di atas maka unsur pokok syariah semakin

dikembangkan. Unsur pokok tarikh diberikan secara seimbang pada setiap

satuan pendidikan.54

Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam secara garis besar, mewujudkan

keserasian, keselarasan dan keseimbangan, antara:

a. Hubungan manusia dengan Allah SWT

b. Hubungan manusia dengan dirinya sendiri

c. Hubungan manusia dengan sesama manusia

d. Hubungan manusia dengan makhluk lain dan lingkungannya.55

Di dalam KTSP ruang lingkup Pendidikan Agama Islam yaitu kelompok

mata pelajaran agama dimaksudkan untuk membentuk siswa menjadi

manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta

berakhlak mulia. Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti, atau moral

sebagai perwujudan dari pendidikan agama.56

Standar kompetensi kelompok mata pelajaran agama bertujuan

membentuk siswa menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia. Tujuan tersebut dicapai

melalui muatan dan/atau kegiatan agama, kewarganegaraan, kepribadian,

ilmu pengetahuan dan teknologi, estetika, jasmani, olahraga, dan

kesehatan.57

Adapun standar kompetensi kelompok mata pelajaran Pendidikan Agama

Islam untuk tingkat SMA adalah:

a. Berperilaku sesuai dengan ajaran agama yang dianut sesuai dengan

perkembangan remaja.

54

Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam...., h. 22. 55

Sahilun A. Nasir, Peranan Pendidikan Agama terhadap Pemecahan Problema

Remaja, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), cet. II, h. 53. 56

Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Suatu Panduan Praktis, (Bandung:

Remaja Rosdakarya, 2007), h. 47. 57

Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan..., h. 97.

Page 42: 101618 Ida Farida Fitk

31

b. Menghargai keberagaman agama, bangsa, suku, ras, golongan sosial

ekonomi, dan budaya dalam tatanan global.

c. Berpartisipasi dalam penegakkan aturan-aturan sosial

d. Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam pergaulan di

masyarakat

e. Menghargai adanya perbedaan pendapat dan berempati terhadap orang

lain

f. Berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan santun melalui

berbagai cara termasuk pemanfaatan teknologi informasi yang

mencerminkan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan

g. Menjaga kebersihan, kesehatan, ketahanan dan kebugaran jasmani dalam

kehidupan sesuai dengan tuntunan agama

h. Memanfaatkan lingkungan sebagai makhluk ciptaan Tuhan secara

bertanggung jawab.58

4. Faktor-Faktor Penghambat dan Penunjang Pelaksanaan Pendidikan

Agama Islam

Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam yang berlangsung di sekolah

masih mengalami banyak kelemahan. Mengutip dari Maftuh Basyuni bahwa

Pendidikan Agama Islam yang berlangsung saat ini cenderung lebih

mengedepankan aspek kognisi (pemikiran) dari pada afeksi (rasa) dan

psikomotorik (tingkah laku).

Menurut Towaf yang dikutif oleh Muhaimin bahwa adanya faktor

penghambat dalam Pendidikan Agama Islam di sekolah, antara lain: (1)

pendekatan masih cenderung normative, dalam arti pendidikan agama

menyajikan norma-norma yang sering kali tanpa ilustrasi konteks sosial

budaya, sehingga siswa kurang menghayati nilai-nilai agama sebagai nilai

yang hidup dalam keseharian; (2) kurikulum Pendidikan Agama Islam

dirancang di sekolah sebenarnya lebih menawarkan minimum kompetensi

atau minimum informasi, tetapi pihak guru PAI sering kali terpaku padanya,

sehingga semangat untuk memperkaya kurikulum dengan pengalaman

58

Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan..., h. 94-95.

Page 43: 101618 Ida Farida Fitk

32

belajar yang bervariasi kurang tumbuh; (3) sebagai dampak yang menyertai

situasi tersebut di atas, maka guru PAI kurang berupaya menggali berbagai

metode yang mungkin bisa dipakai untuk pembelajaran agama, sehingga

pelaksanaan pembelajaran cenderung monoton; (4) keterbatasan

sarana/prasarana, sehingga pengelolaan cenderung seadanya. Pembelajaran

agama yang diklaim sebagai aspek yang penting sering kali kurang diberi

prioritas dalam urusan fasilitas.59

Mengutip dari Abuddin Nata bahwa salah satu masalah yang sering

dikemukakan para pengamat pendidikan Islam adalah adanya kekurangan

jam pelajaran untuk pengajaran agama Islam yang disediakan di sekolah-

sekolah umum seperti Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Umum dan

seterusnya.60

Mengingat pendidikan agama yang diberikan sekolah hanya dua jam

pelajaran dalam satu minggu, yang sesungguhnya merupakan hambatan,

tetapi ini dapat diatasi oleh semua penanggung jawab pendidikan, antara

lain melalui keluasan, kedalaman atau penambahan jumlah jam pelajaran

oleh sekolah atau juga dengan dasar integrasi tanggung jawab pendidikan

agama, yaitu bukan hanya oleh guru agama, tetapi juga oleh kepala sekolah

dan semua guru di sekolah yang bersangkutan. Demikian pula perlunya

kerja sama antara keluarga, sekolah dan masyarakat dalam rangka

melaksanakan prinsip keterpaduan.61

Telah dipaparkan beberapa faktor pelemah atau penghambat dalam

pelajaran PAI di sekolah, selain faktor penghambat terdapat pula faktor

penunjang. Artinya bahwa hal-hal yang berhubungan dengan unsur-unsur

yang dapat mempengaruhi pelaksanaan keberhasilan Pendidikan Agama

Islam.62

59

Muhaimin, Pengembangan Kurikulum PAI di Sekolah Madrasah dan Perguruan

Tinggi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), h. 23. 60

Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di

Indonesia, (Bogor: Kencana, 2003), h. 22. 61

Abdul Rahman Shaleh, Pendidikan Agama dan Pembangunan Watak Bangsa...., h. 41. 62

Abdul Rachman Shaleh, Pendidikan Agama dan Keagamaan, Visi, Misi dan Aksi..., h.

25.

Page 44: 101618 Ida Farida Fitk

33

Faktor-faktor penunjang itu diantaranya adalah:

a. Hasil yang diharapkan

Rumusan tujuan pendidikan agama adalah sebagai hasil yang diharapkan.

Tujuan tersebut eksplisit terdapat dalam rumusan-rumusan tujuan

pendidikan yang secara hirarkis tercantum dalam kurikulum

persekolahan yaitu tujuan nasional, tujuan institusional, tujuan kurikuler

dan tujuan instruksional.

b. Materi dan alokasi waktu

Materi dan alokasi waktu yang disediakan untuk mencapai tujuan

diperlukan materi. Makin jelas tujuan pendidikan agama itu makin jelas

pula materi yang diperlukan.

c. Metode

Terumuskannya tujuan pendidikan agama secara jelas dan ditetapkannya

materi yang jelas lagi terarah untuk mencapai tujuan itu, belumlah

merupakan jaminan keberhasilan pendidikan agama. Salah satu faktor

lain yang langsung berkaitan dengan materi adalah metode dan teknik

pengajaran yang dipilih secara tepat dan strategis.

d. Siswa sebagai peserta didik

Pengalaman empirik menunjukkan bahwa kondisi awal siswa dalam

proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah sangat

beragam, terutama di tingkat sekolah lanjutan. Keragaman siswa tersebut

dilatarbelakangi oleh asal sekolah dan pendidikan orang tua di

lingkungan keluarga, serta dari pengalaman keagamaan yang dijalaninya.

e. Orang tua siswa

Orang tua atau orang dewasa lainnya merupakan pendidik di dalam

keluarga. Tidak semua masalah-masalah pendidikan di sekolah dapat

diselesaikan sendiri oleh sekolah. Ia memerlukan bantuan keluarga siswa,

apalagi pendidikan agama.

f. Lingkungan pendidikan

Pendidikan agama secara langsung menyentuh esensi yang sangat

mendasar pada diri anak, terutama dari segi nilai, sikap, dan atau

Page 45: 101618 Ida Farida Fitk

34

pengalaman agamanya. Dapat dipastikan sekolah akan memberikan nilai,

sikap, dan tuntutan perilaku serta contoh keagamaan yang positif.

Demikian keberhasilan pendidikan agama atau juga bahkan sebaliknya,

kegagalannya akan dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungannya,

antara lain kontribusi dari teman sejawat, keluarga, media massa dan

lain-lain. Namun sekarang bagaimana menciptakan agar lingkungan

dapat diwujudkan sebagai lingkungan yang menunjang secara positif

bagi pendidikan agama.

g. Guru agama

Keberhasilan atau kegagalan pendidikan agama sering dialamatkan

kepada guru agama sebagai sumber utama. Seorang guru agama harus

dapat menjalankan tugasnya secara professional dan menjadi panutan

bagi siswanya.63

Jadi dapat disimpulkan bahwa kelemahan dari pelaksanaan Pendidikan

Agama Islam lebih banyak bermuara pada aspek metodologi pembelajaran

PAI dan orientasinya yang lebih bersifat normatif, teoritis, dan kognitif.

Aspek lainnya yang banyak disoroti adalah menyangkut aspek muatan

kurikulum atau materi pendidikan agama, sarana pendidikan agama,

termasuk di dalamnya buku-buku dan bahan ajar pendidikan agama.

Adapun faktor penunjang Pendidikan Agama Islam diantanya: hasil yang

diharapkan, materi dan alokasi waktu, metode, siswa sebagai peserta didik,

orang tua siswa, lingkungan pendidikan, dan guru agama. Keberhasilan

Pendidikan Agama Islam di sekolah-sekolah lebih banyak ditentukan oleh

kemampuan dan keterampilan guru agama dalam mengelola dan

melaksanakan proses pembelajaran.

63

Abdul Rachman Shaleh, Pendidikan Agama dan Keagamaan, Visi, Misi dan Aksi..., h.

25-28.

Page 46: 101618 Ida Farida Fitk

35

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 28 Jakarta yang terletak di Jalan

Raya Ragunan Jati Padang Pasar Minggu. Adapun waktu penelitian

dilaksanakan pada bulan November 2010 sampai dengan selesai, dengan

tahapan sebagai berikut melihat keadaan sekolah, membuat proposal penelitian,

studi pustaka, penyusunan instrument, dan mengadakan penelitian.

B. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan suatu cara atau jalan untuk memperoleh

kembali pemecahan terhadap segala permasalahan.1

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

deskriptif kualitatif, yaitu metode penelitian yang berusaha membuat deskripsi

dari fenomena yang diselidiki dengan cara melukiskan dan mengklasifikasikan

fakta atau karakteristik fenomena tersebut secara faktual dan cermat, kemudian

menuangkannya dalam bentuk kesimpulan. Untuk memperoleh data yang

objektif, maka digunakan dua bentuk penelitian, yaitu:

1. Library Research ( Metode Penelitian Kepustakaan)

Penelitian kepustakaan (library research), yaitu penelitian yang dilakukan

dengan mengumpulkan, membaca, dan menganalisa buku yang ada

relevansinya dengan masalah yang dibahas dalam skripsi, dengan tujuan

1P. Joko Subagyo, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta,

2004), h. 2.

Page 47: 101618 Ida Farida Fitk

36

untuk memudahkan dalam membuat konsep-konsep dan teori yang

berkaitan dengan bahasan dalam skripsi ini, serta beberapa pendapat sendiri

hasil dari menyimpulkan pendapat para pakar pendidikan.

2. Field Research (Metode Penelitian Lapangan)

Yaitu penelitian untuk memperoleh data-data lapangan langsung dengan

cara mendatangi sekolah yang akan diteliti. Adapun tujuannya adalah untuk

mendapatkan jawaban atas pertanyaan yang ada dalam perumusan masalah.

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 28 Jakarta.

C. Teknik Pengumpulan Data

Adapun dalam proses pengumpulan data penulis melakukan beberapa

langkah yaitu:

1. Observasi

Observasi, adalah alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang diselidiki.2

Observasi ini dilakukan untuk memperoleh data tentang gambaran umum

SMA Negeri 28 Jakarta, dengan berbagai informasi lainnya sebagai

pelengkap penelitian. Dalam hal ini penulis mendatangi SMA Negeri 28

Jakarta tersebut guna memperoleh data yang konkrit tentang hal-hal yang

menjadi subjek penelitian. Selain melihat dan mengamati langsung dari

dekat seluruh kegiatan sekolah.

2. Wawancara

Wawancara yaitu sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk

memperoleh informasi dari terwawancara (interviwee).3 Dalam penelitian

ini penulis mengadakan wawancara langsung dengan orang yang paling

mengetahui objek yang akan diteliti untuk memperoleh data dan informasi

yang tepat.

Berkaitan dengan penelitian ini penulis mengadakan wawancara

langsung dengan guru Pendidikan Agama Islam yang bernama ibu Siti

Mas’amah, karena baru beliaulah yang telah menerapkan PTK diantara tiga

2Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Edisi revisi VI,

(Jakarta: Rineka Cipta, 2006), Cet. Ke-13, h. 155. 3Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik..., h. 155.

Page 48: 101618 Ida Farida Fitk

37

guru PAI di SMAN 28 Jakarta, untuk memperoleh informasi bagaimana

pelaksanaan PTK pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMAN

28 Jakarta, untuk mendukung data penulis juga mengadakan wawancara

dengan kepala sekolah, serta pihak-pihak yang bersangkutan dengan

penulisan.

Adapun jenis interview yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah

bentuk semi structured, yaitu mula-mula interviwer menanyakan serentetan

pertanyaan yang sudah terstruktur, kemudian satu per satu diperdalam dalam

mengorek keterangan lebih lanjut. Dengan demikian jawaban yang

diperoleh bisa meliputi semua variabel, dengan keterangan yang lengkap

dan mendalam.4 Dengan kata lain, ketika wawancara berlangsung penulis

tidak sepenuhnya terkait kepada pedoman wawancara (interview guide)

yang telah penulis susun sebelumnya.

Tabel 1

Kisi-kisi Wawancara

Satuan Analisis Aspek Indikator No Item

Penelitian

Tindakan Kelas

1. Menemukan

ide awal

a. Terdapat kendala saat

proses pembelajaran

b. Menemukan solusi

terhadap masalah

pembelajaran

5, 6

2. Prasurvey Mengamati kelas yang

akan dijadikan sasaran

7

3. Diagnosis Dugaan sementara tentang

permasalahan yang timbul

7

4. Perencanaan a. Menentukan langkah yang

akan diambil

b. Menyusun perencanaan

8, 9

4Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek..., h. 227.

Page 49: 101618 Ida Farida Fitk

38

umum dan khusus

5. Implementasi

tindakan

a. Tindakannya sesuai

dengan perencanaan

b. Metode yang digunakan

10, 11

6. Observasi a. Mengamati pada saat

implementasi tindakan

b. Mencatat peristiwa yang

terjadi

12

7. Refleksi a. Mendiskusikan hal-hal

yang dirasa kurang

b. Menentukan langkah

selanjutnya

13, 14,

15

8. Penyusunan

laporan

Dapat menyelesaikan

laporan PTK

16, 17

(Untuk instrumen terlampir)

3. Studi Dokumentasi

Dokumentasi, dari asal katanya dokumen, yang artinya barang-barang

tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, penulis menyelidiki

benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-

peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya.5

Dalam penelitian ini studi dokumentasi dilakukan untuk memperoleh

data tentang penelitian tindakan kelas (PTK) melalui laporan PTK yang

telah dilakukan oleh guru PAI dan lain sebagainya yang berkenaan dengan

objek penelitian.

5 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek..., h. 158.

Page 50: 101618 Ida Farida Fitk

39

D. Analisis Data

Teknik analisa data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk

yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan, agar data yang terkumpul itu

dapat dianalisa dan diambil kesimpulan.

Tahap analisis data dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh di

lapangan kemudian diklasifikasikan, diolah dan dianalisa secara deskriptif

kualitatif yang kemudian hasilnya diambil dan dijadikan sebuah kesimpulan.6

Hal yang akan dianalisa adalah mengenai Pelaksanaan PTK pada Pembelajaran

Mata Pelajaran PAI, yang meliputi:

1. Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam

2. Kendala pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 28 Jakarta

3. Pelaksanaan PTK pada pembelajaran mata Pelajaran Pendidikan Agama

Islam di SMA Negeri 28 Jakarta.

Dalam teknik pemeriksaan keabsahan data, yang digunakan oleh penulis

adalah teknik triangulasi yaitu teknik pengumpulan data yang bersifat

menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang

lain. Bila peneliti melakukan pengumpulan data dengan triangulasi, maka

sebenarnya peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas

data.7 Selain itu teknik triangulasi juga berfungsi untuk mengetahui data yang

diperoleh, tidak konsisten atau kontradiksi. Oleh karena itu dengan

menggunakan teknik triangulasi dalam pengumpulan data, maka data yang

diperoleh akan lebih konsisten, tuntas dan pasti.

6Lexi J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2001), Cet. Ke-14, h. 85. 7Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2007),

h. 241.

Page 51: 101618 Ida Farida Fitk

40

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Sejarah Singkat Berdirinya SMA Negeri 28 Jakarta

Pada tanggal 2 Agustus 1965 di bawah pimpinan Bapak Drs. Djoko

Soetedjo dan Bapak Drs. Sumardi (almarhum), SMA 11 Filial berdiri di

kawasan Pasar Minggu tepatnya di SMP Negeri 41 Jakarta, yang sekarang

menjadi gedung KPKN IV (Kantor Perbendaharaan Kas Negara).1

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

Republik Indonesia No. 343/UKK.3/1970 tertanggal 5 Maret 1970, pada

tanggal 1 Januari 1970 SMA 11 Filial resmi menjadi SMA Negeri 28

Jakarta.2

Dalam perjalanannya SMA Negeri 28 selalu berusaha untuk

meningkatkan prestasi baik di bidang akademik maupun non akademik.

Terbukti pada tahun 1996 SMA Negeri 28 ditunjuk menjadi sekolah

Pendamping Unggulan wilayah Jakarta Selatan.

Berdasarkan Surat Keputusan Kepala Dinas Dikmenti Propinsi DKI

Jakarta Nomor: 17/2003; tanggal 2 Juli 2003 sejak Tahun Pelajaran

1Buku Panduan SMA Negeri 28 Jakarta tahun pelajaran 2010-2011, h. 4.

2Wawancara Pribadi dengan Dwi Arsono adalah sebagai WAKASEK Bid. HUMAS di

SMA Negeri 28 Jakarta, tgl. 15 Maret 2011 di Ruang Guru.

Page 52: 101618 Ida Farida Fitk

41

2003/2004 SMA Negeri 28 Jakarta ditunjuk menjadi SMA Plus Tingkat

Propinsi DKI Jakarta.3

Berdasarkan Surat Keputusan Kepala Dinas Dikmenti Propinsi DKI

Jakarta Nomor: 206a/2004; tanggal 11 Desember 2004, mulai tahun

pelajaran 2004/2005 SMA Negeri 28 Jakarta ditetapkan sebagai sekolah

Plus Standar Nasional.

Pada tahun 2007 direkomendasikan oleh Kepala Dinas Pendidikan

Menengah dan Tinggi Propinsi DKI Jakarta Nomor surat: 2306/-1.851.61,

tanggal 18 Juni 2007 sebagai Sekolah Bertaraf Internasional. Mulai tahun

pelajaran 2009/2010 SMA Negeri 28 Jakarta membuka kelas Internasional

dengan jumlah siswa 24 orang.4

2. Visi, Misi dan Tujuan SMA Negeri 28 Jakarta

a. Visi

“Menguasai IPTEK berdasarkan IMTAQ dan mampu bersaing secara

global”5

Indikator Visi:

1) Beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan yang Maha Esa.

2) Berbudi pekerti luhur dan berkepribadian tinggi.

3) Mandiri dan tangguh menghadapi tantangan.

4) Setia kawan, tebal rasa kebangsaan dan cinta tanah air.

5) Cerdas dan trampil sesuai kompetensi.

6) Memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi yang baik.

7) Berdisiplin untuk mencapai prestasi.

8) Mampu bersaing secara global di dunia Internasional.

3Wawancara Pribadi dengan Dwi Arsono adalah sebagai WAKASEK Bid. HUMAS di

SMAN 28 Jakarta, tgl. 15 Maret 2011 di Ruang Guru. 4Buku Panduan SMA Negeri 28 Jakarta tahun pelajaran 2010-2011, h. 5.

5Wawancara Pribadi dengan Dwi Arsono adalah sebagai WAKASEK Bid. HUMAS di

SMA Negeri 28 Jakarta, tgl. 15 Maret 2011 di Ruang Guru.

Page 53: 101618 Ida Farida Fitk

42

b. Misi6

1) Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif dan efisien,

agar setiap siswa dapat berkembang secara optimal, sesuai dengan

potensi yang dimiliki.

2) Meningkatkan pelayanan pembelajaran terhadap siswa sesuai dengan

kemampuan dan kecepatan belajar siswa, melalui pelaksanaan Sistem

Satuan Kredit Semester (SKS).

3) Pada tahun 2009/2010 sebagai sekolah bertaraf Internasional.

4) Menumbuhkan semangat juang menjadi yang terbaik secara intensif

kepada seluruh warga sekolah.

5) Menumbuhkan penghayatan keimanan dan ketaqwaan terhadap ajaran

agama yang dianut dan nilai nilai budaya bangsa sehingga menjadi

sumber kearifan dalam bertindak.

Indikator Misi:

a) Kegiatan keagamaan yang komprehensif.

b) Perilaku sosial yang kondusif.

c) Persaingan belajar yang kompetitif.

d) Perikehidupan, berbagsa dan bernegara yang normatif.

e) Perekayasaan yang tertib dan positif.

f) Lulusan SMA Negeri 28 mampu bersaing secara Internasional.

c. Tujuan7

1) Akademis

a) Meningkatkan perolehan nilai semester.

b) Meningkatkan perolehan nilai rata rata Ujian Nasional dan Ujian

Sekolah.

c) Menaikkan peringkat sekolah.

d) Menaikkan prosentase siswa yang diterima di Perguruan Tinggi

Negeri.

6Buku Panduan..., h. 2.

7Buku Panduan..., h. 3.

Page 54: 101618 Ida Farida Fitk

43

e) Menjadikan Sekolah yang mempunyai reputasi baik dalam

Olimpiade Sains Nasional (OSN).

2) Non Akademis

a) Mewujudkan iklim belajar yang kondusif.

b) Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang

Maha Esa.

c) Membina dan meningkatkan disiplin sekolah dan budi pekerti.

d) Meningkatkan prestasi kegiatan esktra kurikuler.

3. Keadaan Guru dan Karyawan

Tabel 2

Tenaga Pengajar dan Pegawai8

No. Jabatan/Status L P Jumlah

1. Kepala sekolah 1 - 1

2. Wakasek 4 - 4

3. Guru PNS 18 27 45

4. Guru honorer 11 6 17

5. Peg. TU PNS 4 1 5

6. Peg. TU honorer 2 4 6

7. Perpustakaan honorer 1 1 2

8. Caraka PNS 2 - 2

9. Caraka honorer 11 - 11

10. Satpam 6 - 6

11. Supir 1 - 1

Total 61 39 100

Dari informasi data di atas, jumlah seluruh guru SMA Negeri 28 Jakarta

adalah sebanyak 62 orang, diantaranya guru PNS sebanyak 47 orang

meliputi guru laki-laki sebanyak 18 orang dan guru perempuan sebanyak 27

8Buku Panduan..., h. 15.

Page 55: 101618 Ida Farida Fitk

44

orang. Dan guru honorer sebanyak 17 orang, meliputi guru laki-laki 11

orang dan guru perempuan 6 orang.

Hubungannya dengan penelitian ini, diharapkan dengan jumlah guru

yang banyak dan rata-rata sudah PNS maka akan menghasilkan mutu hasil

belajar siswa yang diharapkan sekolah dapat tercapai.

Menurut data di atas, jumlah tenaga tata usaha administrasi 33 orang,

jumlah tenaga tetap 7 orang, tenaga tidak tetap 17 orang, tenaga penjaga

sekolah 6, perpustakaan 2 orang, supir 1 orang. Dan hubungannya dengan

penelitian ini pegawai yang ada cukup membantu, contohnya dalam hal

kebersihan lingkungan sekolah, keamanan dan sarana ibadah. Karena dalam

agama Islam kebersihan itu sebagian dari iman dan hal tersebut diajarkan

pada mata pelajaran PAI, secara tidak langsung siswa dapat

mengaplikasikannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.

4. Keadaan Siswa

Tabel 3

Keadaan Siswa9

Kelas

Jumlah Siswa

2008/2009 2009/2010 2010/2011

L P Jum L P Jum

X (reguler) 276 113 122 235 83 132 215

X (K.I) 13 11 24 10 14 24

XI IPA 200 93 107 200 93 107 200

XI IPA K.I 13 11 24

XI IPS 80 29 49 78 29 49 78

XII IPA 197 69 128 197 93 107 200

XII IPS 78 24 55 79 29 49 78

9Buku Panduan..., h. 6.

Page 56: 101618 Ida Farida Fitk

45

Berdasarkan data di atas, jumlah siswa pada tahun ajaran 2008/2009

sebanyak 831 siswa, 2009/2010 sebanyak 813 siswa, 2010/2011 sebanyak

819 siswa. Dari tabel di atas dapat terlihat bahwa sekolah SMAN 28 Jakarta

ini telah membuka kelas internasional pada tahun ajaran 2009/2010 hanya

untuk kelas X, dan selanjutnya pada tahun ajaran 2010/2011 membuka lagi

kelas internasional untuk kelas XI.

5. Keadaan Sarana dan Prasarana

Tabel 4

Sarana dan Prasarana10

No. Jenis Ruang Jumlah Keterangan

1. Ruang belajar 21 ruang AC+LCD

2. Ruang laboratorium IPA 3 ruang AC+LCD

3. Ruang lab bahasa 1 ruang AC

4. Ruang lab komputer 2 ruang AC+LCD

5. Ruang guru 1 ruang AC

6. Ruang perpustakaan 1 ruang AC

7. Perpustakaan digital 1 unit AC

8. Radio sekolah 1 unit AC

9. Ruang BK 1 ruang AC

10. Ruang kepala sekolah 1 ruang AC

11. Ruang tata usaha 1 ruang AC

12. Ruang audio visual 1 ruang AC+LCD

13. Ruang studio musik 1 ruang AC+LCD

14. Ruang OSIS 1 ruang AC

15. Ruang UKS 1 ruang AC

16. Ruang sekretariat sanggar 011 1 ruang AC

17. Tempat ibadah (masjid) 1 unit AC

18. Lapangan basket 2 lapangan

19. Lapangan bulu tangkis 1 lapangan

10

Buku Panduan..., h. 14-15.

Page 57: 101618 Ida Farida Fitk

46

20. Ruang serbaguna 1 ruang AC

21. Ruang ganti pakaian 1 ruang

22. Toilet siswa 18 kamar

23. Ruang satpam 1 ruang

24. Kantin 18 lapak

Sarana dan prasarana merupakan salah satu penunjang untuk tercapainya

tujuan pendidikan, begitupun Pendidikan Agama Islam. Dengan adanya

sarana dan prasarana yang lengkap siswa dapat belajar dengan efektif,

sarana prasarana yang ada di SMA Negeri 28 Jakarta sudah memadai.

Sarana yang mendukung pada saat pelaksanaan PTK adalah kelas yang

memadai, ruangannya yang sejuk dan dilengkapi dengan komputer dan

LCD yang dapat menunjang pada saat pengimplementasian penelitian

tindakan, kemudian masjid, sebagai sarana untuk praktek shalat.

B. Hasil Penelitian

1. Pelaksanaan PAI di SMA Negeri 28 Jakarta

Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 28 Jakarta

mengikuti kurikulum yang ada, kurikulum yang diterapkan di SMA Negeri

28 ini adalah kurikulum standar nasional yaitu KTSP yang disesuaikan

dengan kebutuhan stakeholder di SMAN 28, kemudian menyesuaikan

dengan kurikulum dari negara-negara lain diantaranya Cambridge dan

Canada. Dari hasil rapat kerja (RAKER), tersusunlah KTSP SMA Negeri 28

Jakarta.11

Dengan demikian, KTSP di SMAN 28 Jakarta ini adalah berdasarkan

pada kurikulum tingkat nasional yang kemudian diperkaya dan diadaptasi

sesuai kebutuhan, kemudian dalam menyusun kurikulum, mengadopsi dari

Cambridge dan Canada.

Dalam pembelajarannya, pendidikan agama Islam mendapat alokasi 2

jam pelajaran dalam satu minggu, metode yang digunakan bervariatif yaitu

11

Wawancara Pribadi dengan Dwi Arsono adalah sebagai WAKASEK Bid. HUMAS di

SMAN 28 Jakarta, tgl. 15 Maret 2011 di Ruang Guru.

Page 58: 101618 Ida Farida Fitk

47

ceramah, diskusi,12

pemberian tugas,13

praktek, sosio drama. Dalam

penyampaian materi kepada siswa menggunakan metode yang berbeda

antara satu kelas dengan kelas yang lainnya, karena kemampuan tiap anak

dalam satu kelas dengan kelas yang lainnya berbeda.14

2. Kendala dalam Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Kendala yang dihadapi dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di

SMA Negeri 28 Jakarta adalah:

a. kurang lancarnya siswa di dalam membaca ayat-ayat Al Qur’an. Hal ini

terbukti ketika diskusi dalam mengungkapkan dalil, mereka hanya

mengungkapkan terjemahnya saja.15

b. Latar belakang pendidikan siswanya sebelum masuk sekolah ini bukan

dari madrasah, tetapi dari sekolah Negeri bahkan ada juga dari yayasan-

yayasan tertentu.

c. Orang tua yang berbeda agama.16

d. Pemahaman siswa dalam menangkap materi yang diajarkan guru

berbeda-beda, ada yang cerdas dan ada yang kurang.17

e. Tidak adanya kerjasama antara orang tua dalam mendidik keberagamaan

anak. Sedangkan waktu anak lebih banyak di lingkungan keluarga dari

pada di sekolah.18

12

Wawancara Pribadi dengan Dwi Arsono adalah sebagai WAKASEK Bid. HUMAS di

SMAN 28 Jakarta, tgl. 15 Maret 2011 di Ruang Guru. 13

Wawancara Pribadi dengan Suhartoyo adalah sebagai Guru PAI di SMAN 28 Jakarta,

tgl. 24 Februari 2011. 14

Wawancara Pribadi dengan Siti Mas’amah adalah sebagai Guru PAI di SMAN 28

Jakarta, tgl. 11 Januari 2011. 15

Wawancara Pribadi dengan Suhartoyo adalah sebagai Guru PAI di SMAN 28 Jakarta,

tgl. 24 Februari 2011. 16

Wawancara Pribadi dengan Suhartoyo adalah sebagai Guru PAI di SMAN 28 Jakarta,

tgl. 24 Februari 2011. 17

Wawancara Pribadi dengan Siti Mas’amah adalah sebagai Guru PAI di SMAN 28

Jakarta, tgl. 11 Januari 2011. 18

Wawancara Pribadi dengan Dwi Arsono adalah sebagai WAKASEK Bid. HUMAS di

SMAN 28 Jakarta, tgl. 15 Maret 2011 di Ruang Guru.

Page 59: 101618 Ida Farida Fitk

48

Pendidikan agama Islam di sekolah mendapat alokasi waktu 2 jam

pelajaran dalam satu minggu, dan ini merupakan kendala dalam pelaksanaan

pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Tetapi guru agama dituntut untuk

bisa menyikapi hal tersebut dengan berbagai cara.

Kendala atau penghambat tersebut di atasi dengan diadakannya tadarus

setiap pagi sebelum memulai pelajaran, yang dibantu oleh siswa yang telah

dipilih untuk memandu jalannya tadarus. Tadarus ini wajib diikuti oleh

seluruh stakeholder sekolah, termasuk pegawai.19

Kemudian diadakan

kegiatan-kegiatan keislaman di luar kelas atau sekolah seperti pesantren

kilat, shalat berjamaah, siswa dianjurkan membaca buku-buku tentang

materi yang berkaitan dengan pendidikan Islam. Dan anak-anak rohis yang

sudah lancar membaca ayat Alqur’an mengajarkan pada teman-temannya

yang belum lancar.20

Kemudian menggunakan metode pembelajaran yang

dapat membuat siswa aktif dan senang terhadap pelajaran PAI, sehingga

siswa dapat mengamalkan pelajaran PAI di dalam kehidupannya.

3. Pelaksanaan PTK Pada Pembelajaran Mata Pelajaran PAI

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas pada pelajaran PAI di kelas X-7

SMA Negeri 28 Jakarta adalah pada materi pengamalan nilai-nilai

kemanusiaan sesuai ayat Alquran, maka penulis meneliti pelaksanaan

penelitian tindakan kelas itu hanya pada materi pengamalan nilai-nilai

kemanusiaan. Setiap penelitian dilakukan dengan tujuannya masing-masing,

termasuk juga penelitian tindakan kelas ini. Untuk memberikan manfaat,

hasil penelitian tindakan kelas ini tentu saja harus diimplementasikan. Mari

kita lihat runutan kejadian dalam penyusunan dan pengimplementasian dari

PTK ini.

Secara garis besar pelaksanaan PTK pada mata pelajaran PAI yang

dilaksanakan di SMA Negeri 28 Jakarta meliputi 8 langkah, yaitu: 1)

Adanya ide awal 2) Prasurvey, 3) Diagnosis, 4) Perencanaan, 5)

19

Wawancara Pribadi dengan Siti Mas’amah adalah sebagai Guru PAI di SMAN 28

Jakarta, tgl. 11 Januari 2011. 20

Wawancara Pribadi dengan Suhartoyo adalah sebagai Guru PAI di SMAN 28 Jakarta,

tgl. 24 Februari 2011.

Page 60: 101618 Ida Farida Fitk

49

Implementasi tindakan, 6) Observasi, 7) Refleksi, dan 8) Penyusunan

laporan.

a. Ide awal yang ditemukan guru PAI di SMAN 28 Jakarta

Dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas ada beberapa langkah

yang harus dilaksanakan oleh guru yang melaksanakan PTK, langkah

pertama yaitu adanya ide awal. Ide awal yang dimaksud disini adalah

ketika seorang guru menemukan masalah yang terjadi di kelasnya, dia

berusaha menemukan cara untuk menyelesaikan masalah tersebut agar

kegiatan pembelajaran tidak terganggu. Berdasarkan wawancara yang

penulis lakukan dengan guru mata pelajaran PAI di SMAN 28 Jakarta

ini, ibu Siti. Menurut beliau ada masalah dengan siswa saat mengajarkan

mata pelajaran Alquran. Menurut beliau, para siswa cenderung bosan

dengan cara penyampaian pembelajaran Alquran yang biasanya

disampaikan dengan ceramah.21

Berangkat dari masalah itulah, guru SMAN 28 Jakarta menemukan

ide awal PTK yang akan dilakukannya, yaitu mengajarkan pembelajaran

Alquran ini dengan metode active learning.

b. Prasurvey

Setelah ditemukannya ide awal maka dilakukan prasurvey. prasurvey

yang dimaksud adalah penelitian awal mengenai keadaan kelas yang

akan dilakukannya penelitian. Prasurvey ini hanya sebagai penelitian

lebih lanjut dan lebih khusus dari seorang guru, karena pada

kenyataannya guru kelaslah yang melakukan PTK dan hanya dilakukan

di kelasnya. Jadi pada dasarnya guru sudah mengetahui keadaan

kelasnya.

Menurut ibu Siti, guru yang melakukan PTK di SMAN 28 Jakarta ini,

prasurvey yang dilakukan adalah untuk mengoptimalkan hasil dari PTK

ini. Seperti di kelas manakah harusnya beliau melakukan PTK, karena

21

Wawancara Pribadi dengan Siti Mas’amah adalah sebagai Guru PAI di SMAN 28

Jakarta, tgl. 11 Januari 2011.

Page 61: 101618 Ida Farida Fitk

50

hasilnya akan lebih optimal apabila dilakukan di kelas yang memiliki

kriteria murid tertentu. Adapun kriteria kelas yang dipilih oleh guru di

SMAN 28 Jakarta agar hasil PTK-nya menjadi optimal adalah:

1) Siswanya tidak begitu pandai, dilihat dari rata-rata nilai kelasnya.

2) Sebagian besar siswanya tidak bisa menangkap pengajaran yang

disebutkan dalam penemuan masalah awal.

3) Kebanyakan siswanya tidak memperhatikan pada saat pembelajaran

berlangsung.22

c. Diagnosis

Diagnosis yaitu dugaan-dugaan sementara mengenai timbulnya suatu

permasalahan yang muncul di suatu kelas, diagnosis dilakukan oleh

peneliti dari luar lingkungan kelas/sekolah untuk menentukan strategi

pembelajaran, media pembelajaran dan materi pembelajaran. Pada tahap

ini ibu Siti sudah melakukannya jauh sebelum penelitian tindakan kelas

ini dimulai. Karena beliau merupakan guru kelas yang beliau jadikan

tempat penelitian tindakan kelas maka beliau telah mengetahui kondisi

dan kemampuan siswa di kelas tempat dilakukannya penelitian tindakan

kelas.

d. Perencanaan

Perencanaan tentu saja menjadi hal yang penting dalam melakukan

sesuatu. Karena perencanaan artinya menyusun apa-apa saja yang akan

dilakukan dan tujuannya. Tanpa perencanaan, sesuatu tidak akan

mencapai hasil yang optimal. Dalam PTK juga dibutuhkan perencanaan.

Perencanaan yang diperlukan dalam PTK ini adalah:

1) Merencanakan setting penelitian dan latar belakang subjek

penelitian.

Adapun perencanaan setting penelitian yang dilakukan ibu Siti, guru

yang dimaksud penulis diawal adalah di SMAN 28 Jakarta,

22

Wawancara Pribadi dengan Siti Mas’amah adalah sebagai Guru PAI di SMAN 28

Jakarta, tgl. 11 Januari 2011.

Page 62: 101618 Ida Farida Fitk

51

penelitiannya dilakukan di kelas X-7 yang menurut gurunya

memenuhi kriteria yang telah dijabarkan di atas.

2) Rencana tindakan yang akan dilakukan.

Adapun rencana yang akan dilakukan oleh guru seperti tercermin

dalam prosedur penelitian yang datanya penulis peroleh dari laporan

hasil PTK guru tersebut adalah:23

Tabel 5

Rencana Pelaksanaan PTK

Siklus ke Kegiatan

1

A. Pertemuan Pertama

1. Perencanaan

a. Identifikasi masalah dan penetapan alternatif

pemecahan masalah

b. Merencanakan pembelajaran yang akan

diterapkan dalam proses belajar mengajar.

c. Menerapkan standar kompetensi dan kompetensi

dasar.

d. Menentukan skenario pembelajaran dengan

pendekatan active learning (pembelajaran aktif)

e. Mempersiapkan sumber, bahan, dan alat yang

dibutuhkan.

f. Menyusun lembar observasi.

2. Tindakan Kelas

a. Siswa melakukan tadarus ±15 menit sebelum

pelajaran dimulai.

b. Siswa sudah menyiapkan laptop dan LCD sebagai

sarana untuk berdiskusi kelompok sesuai dengan

materi yang diberikan yaitu praktek sholat.

23

Analisis Dokumen Laporan PTK dengan judul Peningkatan Pengamalan Nilai-nilai

Kemanusiaan Sesuai Ayat Alquran Melalui Metode Active Learning, oleh Dra. Siti

Mas’amah.

Page 63: 101618 Ida Farida Fitk

52

c. Tanya jawab tentang materi yang sedang

dipelajari.

d. Guru menambah penjelasan.

Membuat kesimpulan.

3. Pengamatan

a. Melakukan observasi dengan menggunakan

lembar observasi yang sudah disiapkan untuk

mengumpulkan data.

b. Mencatat dalam jurnal harian

4. Refleksi

a. Melakukan evaluasi tindakan yang telah

dilakukan.

b. Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil

evaluasi untuk digunakan pada siklus berikutnya.

c. Evalusi tindakan I.

(hasil pertemuan pertama cakupan materi selesai 40%)

B. Pertemuan Kedua

1. Identifikasi masalah dan penetapan alternatif

pemecahan masalah.

2. Melakukan tadarus 15 menit sebelum pelajaran

dimulai.

3. Setiap siswa menyiapkan alat shalat.

4. Setiap siswa mempraktekkan gerakan dan bacaan.

5. Guru mengamati dan melakukan observasi dengan

menggunakan lembar observasi.

6. Guru memberikan penilaian kepada setiap siswa.

7. Melakukan evaluasi berdasarkan data yang

terkumpul.

8. Membahas hasil evaluasi.

(Hasil pertemuan kedua cakupan materi selesai 60%)

Page 64: 101618 Ida Farida Fitk

53

2

A. Pertemuan pertama

1. Identifikasi masalah dan penetapan alternatif

pemecahan masalah.

2. Melanjutkan praktek shalat bagi siswa yang belum.

3. Guru mengamati dan melakukan observasi dengan

menggunakan lembar observasi.

4. Guru menilai gerakan dan bacaan shalat siswa.

5. Melakukan evaluasi berdasarkan data yang

terkumpul.

6. Membuat hasil evaluasi

(Hasil pertemuan pertama pada siklus 2 cakupan materi

selesai 90%)

3

A. Pertemuan Pertama

1. Identifikasi masalah dan penetapan alternatif

pemecahan masalah.

2. Melanjutkan praktek shalat bagi siswa yang belum.

3. Guru mengamati dan melakukan observasi dengan

menggunakan lembar observasi.

4. Guru menilai gerakan dan bacaan shalat siswa.

5. Melakukan evaluasi berdasarkan data yang

terkumpul.

6. Membahas hasil evaluasi.

(Hasil pertemuan Pertama pada pertemuan ini 100%)

Berdasarkan data yang penulis peroleh dari hasil wawancara dan

meneliti laporan hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan, maka

penulis bisa menarik sebuah kesimpulan bahwa perencanaan yang dibuat

untuk penelitian tindakan kelas yang akan dilakukan tersusun dengan rapi

dan sesuai dengan kaidah perencanaan. Sesuai yang diungkapkan oleh

Rustam dan Mundilarto yang dikutip oleh Trianto bahwa tahap

Page 65: 101618 Ida Farida Fitk

54

perencanaan PTK terdiri atas langkah-langkah, antara lain:

mengidentifikasi masalah, menganalisis dan merumuskan masalah serta

merencanakan perbaikan.24

d. Implementasi tindakan

Implementasi tindakan adalah realisasi dari tindakan yang sudah

direncanakan sebelumnya. Materi yang diajarkan, dan lainnya seperti

yang penulis telah bahas di point sebelumnya. Berikut adalah deskripsi

dari implementasi tindakan sebagaimana penulis peroleh melalui hasil

studi dokumentasi dan wawancara.

1) Penelitian siklus pertama

Pengamatan pada siklus pertama, pelaku PTK mengamati

bagaimana siswa dalam melakukan diskusi sesuai dengan standar

kompetensi yakni manusia sebagai khilafah dan ikhlas dalam

beribadah yang terdiri dari beberapa langkah.25

a) Penelitian hari pertama

Sebelum dimulainya pelajaran, semua siswa muslim melakukan

tadarus bersama yang dipandu secara sentral dari ruang humas

sekolah. Pemandunya adalah siswa yang terpilih dari kelas satu,

dua, dan tiga secara berurutan yang memenuhi kriteria fasih dan

lancar selama 15 menit dan kemudian ditutup dengan do’a. Setelah

mengamati kesungguhan siswa tersebut, maka peneliti melanjutkan

pengamatan pada persiapan dan pelaksanaan diskusi sesuai materi

yang dipelajari. Sebelumnya guru sudah membagi 8 kelompok

dalam satu kelas. Setelah guru memberikan pengarahan, maka

siswa maju kedepan untuk mempresentasikan topik manusia

sebagai khalifah dengan menggunakan laptop dan LCD. Setelah itu

dilanjutkan dengan tanya jawab dan ditambah dengan penjelasan

24

Trianto, Panduan Lengkap Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research)

Teori dan Praktik, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2011), h. 68. 25

Analisis Dokumen Laporan PTK dengan judul Peningkatan Pengamalan Nilai-nilai

Kemanusiaan Sesuai Ayat Alquran Melalui Metode Active Learning oleh Dra. Siti

Mas’amah.

Page 66: 101618 Ida Farida Fitk

55

oleh guru. Kemudian kelompok berikutnya mendiskusikan topik

“ikhlas dalam beribadah” dan dilanjutkan dengan tanya jawab dan

bila siswa tidak atau belum tepat dalam memberikan jawaban,

maka guru membantu memberi jawaban. Hasilnya siswa yang aktif

mengikuti diskusi tergolong tanggungjawabnya tinggi sebanyak

67% dan yang kurang aktif 33%. Guru bersama siswa membuat

kesimpulan bahwa.

1)) Manusia sebagai khalifah di bumi memiliki tugas untuk

memakmurkan bumi dan melestarikannya. Hal itu bisa kita

amati dari rasa tanggungjawab di kelas, peduli terhadap teman

dan guru, kerjasama, etika ketika bertanya dan disiplin.

2)) Ikhlas dalam beribadah adalah perilaku yang harus

ditanamakan kepada siswa. Hal ini untuk melihat kejujuran

siswa.26

Setelah itu guru bersama siswa bersama-sama melakukan

evaluasi terhadap pelaksanaan diskusi guna pertemuan berikutnya.

Dan memberi informasi terhadap hal-hal yang harus dibawa untuk

pertemuan berikutnya. Yang laki-laki membawa kopiah atau peci,

dan yang perempuan membawa peralatan sholat (mukenah) untuk

praktek shalat.

b) Penelitian hari kedua

Sebelum memulai praktek shalat, siswa mengikuti tadarus

Alquran selama 15 menit dan dilanjutkan dengan doa.

Setelah itu guru memberikan penjelasan tentang praktek sholat

sebagai tolak ukur penilaian tanggung jawab, jujur, peduli terhadap

sesama, disiplin, sopan santun dan ikhlas. Tanggung jawab bisa

dilihat pada aplikasi siswa melakukan shalat 5 waktu sehari

semalam. Dan di sekolah bisa diamati oleh guru ketika shalat

dhuhur di masjid SMAN 28 Jakarta. Hakikat siswa melaksanakan

26

Analisis Dokumen Laporan PTK dengan judul Peningkatan Pengamalan Nilai-nilai

Kemanusiaan Sesuai Ayat Alquran Melalui Metode Active Learning oleh Dra. Siti

Mas’amah.

Page 67: 101618 Ida Farida Fitk

56

shalat adalah sebagai rasa tanggung jawab seorang hamba terhadap

Allah SWT.

Jujur bisa dilihat ketika siswa melakukan gerakan dan bacaan

shalat serta jumlah rakaat shalat. Hal inipun sebenarnya

mengajarkan kepada siswa bahwa makna bacaan shalat dan

gerakannya adalah perilaku jujur dan tidak boleh ditambah ataupun

dikurangi apalagi dirubah.

Peduli tehadap sesama bisa dilihat pada gerakan shalat ketika

salam. Dimana ketika salam kita menoleh ke kanan dan ke kiri. Hal

itu menandakan bahwa kita diajarkan mendoakan teman yang ada

di sebelah kanan dan kiri kita, karena makna salam yang dibaca

saat itu adalah doa.27

Disiplin bisa dilihat pada waktu pelaksanaan shalat. Di dalam

ajaran agama Islam, sangat dianjurkan shalat di awal waktu. Hal ini

mengajarkan pada siswa untuk disiplin dalam menggunakan waktu

dan memanfaatkan waktu.

Sopan santun bisa dilihat pada etika shalat, mulai dari cara

berpakaian yakni bagi laki-laki berpakaian sopan dan bagi wanita

berpakaian menutup aurat. Dan sangat dianjurkan menggunakan

warna putih, karena warna tersebut adalah sunah Rasul; artinya

Rasulullah SAW dalam keseharian terlebih ketika shalat lebih

senang menggunakan warna putih. Putih melambangkan kesucian

dan kebersihan.

Ikhlas bisa dilihat pada keseriusan siswa mengikuti praktek

shalat dan kekhusyukan ketika praktek sholat, sehingga

minimalnya secara kasat mata bisa dilihat bahwa tidak ada siswa

yang jumlah rakaatnya kurang ataupun salah. Dan yang lebih

penting adalah aplikasi siswa setelah praktek shalat yaitu bisa

mengaplikasikan bacaan dan gerakan shalat dalam praktek

27

Analisis Dokumen Laporan PTK dengan judul Peningkatan Pengamalan Nilai-nilai

Kemanusiaan Sesuai Ayat Alquran Melalui Metode Active Learning oleh Dra. Siti

Mas’amah.

Page 68: 101618 Ida Farida Fitk

57

kehidupan nyata baik ketika di sekolah bergaul dengan teman, guru

ataupun dengan satpam sekolah dan yang lainnya maupun di

lingkungan rumah atau keluarga dan masyarakat lingkungan

sekitar. Hal ini sesuai dengan hadist Rasullullah SAW yang artinya:

“Sesungguhnya shalat itu dapat mencegah dari perbuatan keji dan

munkar”. Hal tersebut tebukti bahwa siswa SMAN 28 tidak pernah

terlibat tawuran maupun perilaku negatif lainnya termasuk kelas X-

7.

Setelah guru memberikan penjelasan, barulah guru melakukan

observasi dan memberikan penilaian persiswa ketika praktek shalat.

Berdasarkan data yang ada dari 6 penilaian yakni kejujuran,

tanggung jawab, ikhlas, sopan santun, disiplin, dan peduli terhadap

sesama dari 38 siswa, maka siswa yang mendapatkan nilai amat

baik pada siklus 1 ini berjumlah 40%, nilai baik 44%, dan nilai

cukup 16%.28

2) Penelitian siklus kedua

Penelitian siklus kedua, pelaku PTK mengamati 6 nilai

kemanusiaan, yang dilakukan siswa pada kelas X-7 yang terangkum

dalam praktek shalat.

Sebelum memulai praktek shalat, siswa mengikuti tadarus Alquran

selama 15 menit dan dilanjutkan dengan do’a.

Setelah itu guru memberikan penjelasan tentang praktek shalat

sebagai tolak ukur penilaian tanggung jawab, jujur, peduli terhadap

sesama, disiplin, sopan santun dan ikhlas.

Peneliti memberikan hasil praktek shalat perorangan kepada siswa

dan menunjukkan mana gerakan yang belum betul dan yang sudah

betul serta bacaan yang belum betul dan belum fasih. Kemudian

dilanjutkan dengan tanya jawab tentang hasil praktek shalat dan

setelah itu praktek shalat dimulai.

28

Analisis Dokumen Laporan PTK dengan judul Peningkatan Pengamalan Nilai-nilai

Kemanusiaan Sesuai Ayat Alquran Melalui Metode Active Learning, oleh Dra. Siti

Mas’amah.

Page 69: 101618 Ida Farida Fitk

58

Berdasarkan data yang ada dari 6 penilaian yakni kejujuran,

tanggung jawab, ikhlas, sopan santun, disiplin dan peduli terhadap

sesama dari 38 siswa, maka siswa yang mendapatkan nilai amat baik

pada siklus 2 ini berjumlah 56%, nilai baik 44% dan nilai cukup 0%.

Hal ini menunjukkan bahwa ada peningkatan hasil yang lebih baik

antara siklus 1 dan siklus 2.29

3) Penelitian siklus ketiga

Penelitian pada siklus ketiga, pelaku PTK mengamati 6 nilai

kemanusiaan yang dilakukan siswa pada kelas X-7 yang terangkum

dalam praktek shalat.

Sebelum memulai praktek shalat, siswa mengikuti tadarus Alquran

selama 15 menit dan dilanjutkan dengan do’a.

Setelah itu guru (pelaku PTK) memberikan penjelasan tentang

praktek shalat sebagai tolak ukur penilaian tanggung jawab, jujur,

peduli terhadap sesama, disiplin, sopan santun dan ikhlas.

Pelaku PTK memberikan hasil praktek shalat perorangan kepada

siswa dan menunjukkan mana gerakan yang belum betul dan yang

sudah betul serta bacaan yang belum betul dan belum fasih. Kemudian

dilanjutkan dengan tanya jawab, tentang hasil praktek shalat dan

setelah itu praktek shalat dimulai.

Berdasarkan data yang ada dari 6 penilaian yakni kejujuran,

tanggung jawab, ikhlas, sopan santun, disiplin dan peduli terhadap

sesama dari 38 siswa, maka siswa yang mendapatkan nilai amat baik

pada siklus 3 ini berjumlah 68%, nilai baik 32% dan nilai cukup 0%.

Hal ini menunjukkan bahwa ada peningkatan hasil yang lebih baik

antara siklus 2 dan siklus 3.

Dari deskripsi panjang mengenai implementasi tindakan yang

dilakukan guru PAI (pelaku PTK), dapat ditarik sebuah kesimpulan

bahwa implementasi tersebut telah sesuai dengan perencanaan yang telah

29

Analisis Dokumen Laporan PTK dengan judul Peningkatan Pengamalan Nilai-nilai

Kemanusiaan Sesuai Ayat Alquran Melalui Metode Active Learning, oleh Dra. Siti

Mas’amah.

Page 70: 101618 Ida Farida Fitk

59

dibahas sebelumnya. Menurut pengamat penulis implementasi dari

perencanaan tersebut telah berjalan dengan baik dan tanpa halangan yang

berarti, masalah yang ditemui adalah terbatasnya waktu. Tapi menurut

pelaku PTK bisa diatasi dengan meminjam jam mengajar dari guru mata

pelajaran lain yang berada setelah mata pelajaran PAI.

e. Observasi

Pada tahap observasi ini, dilakukan oleh peneliti sendiri atau

kolaborator yang memang diberi tugas untuk hal itu. Dan yang menjadi

observer ibu Siti, guru PAI di SMAN 28 Jakarta ini. Ketika

mengimplementasikan tindakan yaitu rekan bidang studi yang sama, pak

Suhartoyo. Dan hasil dari penelitian ini diseminarkan di UNJ. Hasil dari

observasi siklus pertama adalah:

1) Siswa kurang aktif dalam menjawab pertanyaan

2) Siswa kurang berani dalam mengajukan pertanyaan

3) Siswa kurang terampil dalam menggunakan alat peraga ketika diskusi

4) Pemahaman siswa tentang materi Alqur’an masih kurang

5) Guru diharapkan memberi bimbingan dengan cara menyarankan pada

siswa agar semua anggota kelompok dapat memahami tujuan kegiatan

yang dikerjakan beserta hasilnya

6) Sebaiknya guru memberi arahan secara lebih detail tentang lafal

bacaan shalat dan gerakan shalat yang benar.

7) Pergunakan waktu dengan efisien dan efektif.30

Observasi siklus kedua:

1) Siswa kesulitan dalam menjawab pertanyaan

2) Siswa kurang berani dan kesulitan dalam mengajukan pertanyaan

3) Sebagian kelompok masih mengalami kesulitan dalam menggunakan

alat percobaan atau peraga

4) Guru tetap memberikan bimbingan dalam hal mempresentasikan hasil

kegiatan agar dapat berjalan lancar,

30

Analisis Dokumen Laporan PTK dengan judul Peningkatan Pengamalan Nilai-nilai

Kemanusiaan Sesuai Ayat Alquran Melalui Metode Active Learning, oleh Dra. Siti

Mas’amah.

Page 71: 101618 Ida Farida Fitk

60

5) Guru tetap memberi arahan secara lebih detail tentang lafal bacaan

shalat dan gerakan shalat yang benar.

6) Dalam pelaksanaan praktek shalat sebaiknya dibagi kelompok dengan

cara shalat jamaah.

Observasi siklus ketiga:

1) Keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan harus lebih ditingkatkan

lagi

2) Siswa masih kesulitan dalam mengajukan pertanyaan

3) Guru menilai ketika praktek shalat.31

f. Refleksi

Tahapan refleksi/evaluasi dapat ditentukan sesudah adanya

implementasi tindakan dan hasil observasi.

Refleksi siklus pertama:

1) Untuk meningkatkan siswa menjawab pertanyaan, maka guru

memberi pertanyaan dari bentuk pertanyaan yang sederhana dan

mudah dipahami oleh siswa

2) Untuk meningkatkan keberanian siswa mengajukan pertanyaan, guru

perlu memberi layanan pada siswa dengan cara membimbing

membuat pertanyaan melalui tahapan-tahapan bertingkat. Tahapan

tersebut dilaksanakan dengan pendekatan sebagai berikut: pada tahap

awal, siswa diharapkan menulis terlebih dahulu pertanyaan yang akan

diajukan. Tahap berikutnya siswa tanpa menulis pertanyaan

diharapkan dapat mengajukan pertanyaan.

3) Untuk meningkatkan siswa terampil menggunakan alat peraga, guru

melayani siswa dengan cara menunjukkan urutan langkah kerja

4) Untuk meningkatkan agar siswa dapat menjelaskan materi Alquran,

guru memberi bimbingan dengan cara menunjukkan buku tambahan

atau rujukan lain, agar siswa lebih jelas dan lengkap memahami

tentang materi yang akan disajikan

31

Analisis Dokumen Laporan PTK dengan judul Peningkatan Pengamalan Nilai-nilai

Kemanusiaan Sesuai Ayat Alquran Melalui Metode Active Learning, oleh Dra. Siti

Mas’amah.

Page 72: 101618 Ida Farida Fitk

61

5) Agar presentasi hasil kegiatan dapat berjalan lancar, maka guru

diharapkan memberi bimbingan dengan cara menyarankan pada siswa

agar semua anggota kelompok dapat memahami tujuan kegiatan yang

dikerjakan beserta hasilnya. Hasil kegiatan/diskusi kelompok disusun

secara sistematis

6) Agar praktek shalat berjalan dengan lancar dan mudah dikerjakan oleh

anak, maka sebaiknya guru memberi arahan secara lebih detail tentang

lafal bacaan shalat dan gerakan shalat yang benar

7) Agar pelaksanaan waktu bisa efisien dan efektif ketika praktek,

sebaiknya dalam satu kelas dibagi kelompok dengan cara shalat

berjamaah. Dan siswa bisa ikut mengawasi.32

Refleksi siklus kedua:

1) Agar siswa dapat menjawab pertanyaan dengan benar maka guru perlu

mengajukan pertanyaan dalam bentuk pertanyaan yang sederhana dan

yang mudah dipahami siswa

2) Guru tetap memberikan layanan bagi siswa yang masih mengalami

kesulitan mengajukan pertanyaan dengan cara membimbing membuat

pertanyaan melalui tahapan-tahapan bertingkat. Tahapan tersebut

dilakukan dengan menggunakan pendekatan sebagai berikut: pada

tahap awal, siswa diharapkan menulis terlebih dahulu pertanyaan yang

akan diajukan; tahap berikutnya, siswa tanpa menulis pertanyaan

diharapkan dapat mengajukan pertanyaan; dan seterusnya.

3) Guru tetap memberi layanan pada kelompok siswa yang mengalami

kesulitan dalam menggunakan alat percobaan dengan cara

menunjukkan urutan langkah kerja

4) Guru tetap memberikan bimbingan dalam hal mempresentasikan hasil

kegiatan agar dapat berjalan lancar, dengan cara menyarankan pada

siswa agar semua anggota kelompok dapat memahami tujuan kegiatan

yang dikerjakan beserta hasilnya

32

Analisis Dokumen Laporan PTK dengan judul Peningkatan Pengamalan Nilai-nilai

Kemanusiaan Sesuai Ayat Alquran Melalui Metode Active Learning, oleh Dra. Siti

Mas’amah.

Page 73: 101618 Ida Farida Fitk

62

5) Agar praktek shalat berjalan dengan lancar dan mudah dikerjakan oleh

anak, maka sebaiknya guru memberi arahan secara lebih detail tentang

lafal bacaan shalat dan gerakan shalat yang benar

6) Agar pelaksanaan praktek shalat bisa efisien dan efektif, sebaiknya

dalam satu kelas dibagi kelompok dengan cara shalat berjamaah. Dan

siswa bisa ikut mengawasi. Dan guru menyarankan agar siswa

membawa peralatan shalat.

Refleksi siklus ketiga:

1) Agar siswa dapat menjawab pertanyaan dengan benar maka guru perlu

mengajukan pertanyaan dalam bentuk pertanyaan yang sederhana dan

yang mudah dipahami siswa

2) Guru tetap memberikan layanan pada tahap awal: siswa diharapkan

menulis terlebih dahulu pertanyaan yang akan diajukan, tahap

berikutnya siswa tanpa menulis pertanyaan diharapkan dapat

mengajukan pertanyaan.

3) Guru tetap memberi layanan pada kelompok

4) Guru tetap memberikan bimbingan dalam hal mempresentasikan hasil

kegiatan agar dapat berjalan dengan lancar

5) Guru mengamati dan menilai pelaksanaan praktek shalat.

g. Penyusunan laporan

Setelah kegiatan penelitian selesai maka tahap akhir adalah

melaporkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan, begitupun dengan

PTK. Setelah kegiatan penelitian selesai dan tujuan pembelajaran telah

berjalan sesuai harapan maka peneliti menyusun laporan penelitian

tindakan tersebut.

Dalam penyusunan laporan penelitian tindakan yang telah ibu Siti

lakukan, beliau dibiayai oleh Ditjen PMPTK, Departemen Pendidikan

Nasional bekerjasama dengan Lembaga Penelitian Universitas Negeri

Jakarta.33

33

Wawancara Pribadi dengan Siti Mas’amah adalah sebagai Guru PAI di SMAN 28

Jakarta, tgl. 11 Januari 2011.

Page 74: 101618 Ida Farida Fitk

63

C. Analisis Data Hasil Temuan

1. Pelaksanaan PAI di SMA Negeri 28 Jakarta

Kurikulum yang diterapkan di SMAN 28 adalah kurikulum tingkat

nasional yaitu KTSP, KTSP SMAN 28 berdasarkan kebutuhan yang

diperlukan stakeholder di SMAN 28 dan meng-adopt kurikulum dari

Cambridge dan Canada.

KTSP merupakan kurikulum yang dicanangkan pemerintah pada tahun

2006, kurikulum ini bersifat desentralisasi. Pemerintah memberikan

kesempatan yang seluas-luasnya kepada sekolah untuk mengembangkan

kurikulum pembelajaran. Tujuannya yaitu sekolah bisa menyesuaikan

dengan kebutuhan di sekolahnya dan menyesuaikan dengan keadaan

sekolahnya. Supaya guru tidak hanya terpaku pada kurikulum yang ada,

sehingga ada usaha untuk memperkaya kurikulum yang ada.

Atho’ Mudzhar mengemukakan bahwa merosotnya moral dan akhlak

siswa disebabkan antara lain akibat kurikulum pendidikan agama yang

terlampau padat materi, dan materi tersebut lebih mengedepankan aspek

pemikiran.34

Pihak SMAN 28 telah berusaha semaksimal mungkin untuk

mengembangkan kurikulum PAI, sehingga dalam pembelajarannya tidak

hanya mengedepankan pemikiran saja tetapi juga bagaimana siswa dapat

mengamalkan dalam kehidupannya.

2. Kendala dalam Pelaksanaan Pembelajaran PAI

Kendala dalam pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam yaitu

siswa kebanyakan hanya belajar agama di sekolah saja. Dan kurang adanya

dasar-dasar agama yang diajarkan oleh orang tua yang nantinya akan saling

melengkapi dengan materi yang diajarkan di sekolah. Hal ini sejalan dengan

yang diungkapkan oleh Tafsir yang dikutip oleh Muhaimin bahwa kesulitan

yang dihadapi dalam pelaksanaan Pendidikan Agama Islam datang dari luar

bidang studi PAI itu sendiri antara lain menyangkut dedikasi guru PAI

34

Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah,

Madrasah, dan Perguruan Tinggi, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h. 25.

Page 75: 101618 Ida Farida Fitk

64

mulai menurun, lebih bersifat transaksional dalam bekerja, orang tua di

rumah mulai kurang memperhatikan pendidikan agama bagi anaknya.35

Keadaan seperti yang dijelaskan di atas benar-benar terjadi dalam

kehidupan siswa SMAN 28 Jakarta karena menurut wawancara yang

dilakukan penulis mengetahui bahwa ternyata sebagian besar siswanya

berasal dari keluarga yang berbeda agama. Dapat dimengerti jika memang

terdapat kebingungan dari anak untuk kehidupan beragamanya.

3. Pelaksanaan PTK pada Pembelajaran Mata Pelajaran PAI

Dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas yang dilakukan di SMAN

28 ada beberapa langkah yang telah dilakukan, yaitu adanya ide awal,

prasurvey, diagnosis, perencanaan, implementasi tindakan, observasi,

refleksi dan penyusunan laporan. Hal ini sesuai dengan langkah-langkah

PTK yang telah dikemukakan oleh Para ahli yang penulis sebutkan pada bab

sebelumnya.

Setelah dilakukan langkah-langkah tersebut (PTK) siswa mengalami

kemajuan baik dari segi nilai, maupun perilakunya. Pada awalnya siswa

yang mendapat nilai cukup pada tanggungjawab, kejujuran, peduli terhadap

sesama, keikhlasan, kesopanan dan kedisiplinan dari 38 siswa sebanyak

16%, nilai baik 44% dan amat baik 40%. Kemudian meningkat menjadi

nilai cukup 0%, baik 44% dan amat baik 56%. Dan pada siklus selanjutnya

meningkat lagi menjadi nilai cukup 0%, baik 32% dan amat baik meningkat

menjadi 68%. (lihat lampiran)

Implementasi PTK di SMAN 28 ini dilakukan secara prosedural, dan

mengikuti langkah-langkah yang telah ditetapkan. Dalam pelaksanaan PTK

ada tiga hal yang harus diperhatikan, yaitu:

a. PTK adalah penelitian yang mengikutsertakan secara aktif peran guru

dan siswa dalam berbagai tindakan.

b. Kegiatan refleksi (renungan, pemikiran, evaluasi) dilakukan berdasarkan

pertimbangan rasional (menggunakan konsep teori) yang mantap dan

35

Muhaimin, Pengembangan Kurikulum pendidikan Agama Islam di Sekolah,

Madrasah, dan Perguruan Tinggi..., h. 28.

Page 76: 101618 Ida Farida Fitk

65

valid guna melakukan perbaikan tindakan dalam upaya memecahkan

masalah yang terjadi.

c. Tindakan perbaikan terhadap situasi dan kondisi pembelajaran dilakukan

dengan segera dan dilakukan secara praktis (dapat dilakukan dalam

praktik pembelajaran).36

Mengacu kepada pendapat di atas, maka pelaksanaan PTK di SMAN 28

telah dilakukan sesuai dengan kaidah yang berlaku. Dilihat dari hasil

wawancara, studi dokumentasi dan observasi yang dilakukan.

Pelaksanaan PTK di SMAN 28 dikategorikan cukup baik, karena

menyebabkan peningkatan kualitas pembelajaran PAI, dibuktikan dengan

peningkatan nilai rata-rata kelas siswa dan peningkatan perilaku siswa di

sekolah.

36

Trianto, Panduan Lengkap Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research)

Teori dan Praktik, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2011), h. 73.

Page 77: 101618 Ida Farida Fitk

66

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang telah penulis uraikan pada

bab-bab terdahulu mengenai pelaksanaan PTK pada pembelajaran mata

pelajaran PAI di SMA Negeri 28 Jakarta, dapat ditarik kesimpulan sebagai

berikut:

1. Pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 28

Jakarta mengikuti kurikulum standar nasional yaitu KTSP yang kemudian

diperkaya dan diadaptasi dengan kebutuhan di SMAN 28, kemudian dalam

menyusun kurikulum, mengadopsi dari Cambridge dan Canada.

2. Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaannya adalah kurang adanya kerja

sama dari orang tua siswa untuk mengajarkan materi agama di rumah,

sehingga kebanyakan siswa hanya belajar agama di sekolah saja.

3. Pelaksanaan PTK pada pembelajaran mata pelajaran PAI di SMA Negeri 28

Jakarta dikategorikan cukup baik, hal ini terbukti dari pelaksanaan

penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan secara prosedural dan adanya

peningkatan yang lebih baik dari nilai maupun perilaku siswa.

Page 78: 101618 Ida Farida Fitk

67

B. SARAN

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka saran yang penulis ajukan adalah:

1. Dalam pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam sebaiknya guru

PAI menggunakan metode pembelajaran yang membuat siswa aktif melalui

penelitian tindakan kelas, sehingga ia dapat terlibat aktif dalam

mengimplementasikan kurikulum dan memungkinkan ia memberi sumbang

saran untuk menyempurnakan kurikulum tersebut.

2. Dalam pelaksanaan Pendidikan Agama Islam seyogyanya kerjasama antara

guru PAI dan guru lainnya, antara pihak sekolah dan orang tua siswa lebih

ditingkatkan lagi, sehingga tujuan Pendidikan Agama Islam yang

diharapkan dapat tercapai.

3. Penelitian tindakan kelas sangat baik dilakukan sebagai salah satu metode

pemecahan masalah yang dialami guru ketika proses pembelajaran, dan

diharapkan tujuan proses pembelajaran dapat tercapai dengan optimal.

Page 79: 101618 Ida Farida Fitk

68

DAFTAR PUSTAKA

Arief, Armai, Pengantar Ilmu Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat

Press, Cet. I, 2002.

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Edisi revisi

VI, Jakarta: Rineka Cipta, Cet. XIII, 2006.

_____, dkk, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Bumi Aksara, Cet. IV, 2007.

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai

Pustaka, Cet. II, 2002.

Departemen pendidikan dan kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

Jakarta: Balai Pustaka, Cet. I, 1988.

Ghony, M. Djunaidi, Penelitian Tindakan Kelas, Malang: UIN-Malang Press,

2008.

Hamalik, Oemar, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara, Cet. IX, 2009.

Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, Edisi Revisi, Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 2008.

Indrakusuma, Amir Daien, Ilmu Pendidikan, Surabaya: Usaha Nasional, 1973.

Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan

Profesi Guru, Jakarta: Rajawali Pers, 2009.

Kusumah, Wijaya dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas,

Jakarta: PT Indeks, 2009.

Majid, Abdul dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi,

Bandung: Remaja Rosdakarya, Cet. III, 2006.

Marimba, Ahmad D., Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: PT. Al-

Ma’arif, Cet. VIII, 1989.

Moleong, Lexi J., Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, Cet. XIV, 2001.

Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam; Upaya Mengefektifkan PAI di Sekolah,

Bandung: PT Remaja Rosdakarya, Cet. III, 2004.

_____, Pengembangan Kurikulum PAI di Sekolah Madrasah dan Perguruan

Tinggi, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007.

Page 80: 101618 Ida Farida Fitk

69

Mulyasa, Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan

Menyenangkan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006.

_____, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Suatu Panduan Praktis, Bandung:

Remaja Rosdakarya, 2007.

Nata, Abuddin, Manajemen Pendidikan Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam

di Indonesia, Bogor: Kencana, 2003.

Nasir, Sahilun A., Peranan Pendidikan Agama terhadap Pemecahan Problema

Remaja, Jakarta: Kalam Mulia, cet. II, 2002.

Purwanto, Ngalim, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Bandung: Remaja

Rosda Karya, Cet. XIII, 2000.

Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2005.

Sabri, Alisuf, Ilmu Pendidikan, Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya, 1999.

Shaleh, Abdul Rachman, Pendidikan Agama dan Keagamaan, Visi, Misi dan Aksi,

Jakarta: Gemawindu Pancaperkasa, Cet. I, 2000.

Subagyo, P. Joko, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek, Jakarta: Rineka

Cipta, 2004.

Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta,

2007.

Tafsir, Ahmad, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, Cet. IX, 2007.

Tim Pelatih Proyek PGSM, Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action

Research), (Jakarta: Depdikbud, 1999), h. 18.

Trianto, Panduan Lengkap Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action

Research) Teori dan Praktik, Jakarta: Prestasi Pustaka, 2011.

Undang-undang SISDIKNAS (UU RI No. 20 Tahun 2003), Jakarta: Sinar Grafik,

2009.

Uhbiyati, Nur, Ilmu Pendidikan Islam, Bandung: CV Pustaka Setia, Cet. II, 1998.

Tjutju Soendari, Penelitian Tindakan Kelas dalam Meningkatkan Prestasi Belajar

ABK di Sekolah, http://file.upi.edu/Direktori Diakses pada hari Rabu, 10

November 2010 pukul 15.32.

Page 81: 101618 Ida Farida Fitk

70

Wawancara

Arsono, Dwi, Wawancara, Jakarta, 15 Maret 2011.

Mas’amah, Siti Wawancara, Jakarta, 11 Januari 2011.

Mulyadi, Wawancara, Majalengka, 28 Januari 2010.

Suhartoyo, Wawancara, Jakarta, 24 Februari 2011.

Page 82: 101618 Ida Farida Fitk

BERITA WAWANCARA

Identitas Responden

Nama : Siti Mas’amah

Pendidikan terakhir : S1

Jabatan : Guru PAI

Hari/tanggal : Selasa/11 Januari 2011

Tempat : Ruang Guru

Waktu : 13.00-14.30 WIB

1. Apa saja pelatihan atau seminar yang diikuti dalam rangka meningkatkan

kompetensi dalam mengajar mata pelajaran PAI?

pelatihan PTK, kiat menjadi guru yang disukai siswa, pelatihan dalam

penyusunan silabus dan kisi-kisi ujian, dan lain-lain.

2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran PAI di SMAN 28 Jakarta?

Setiap kelas itu beda-beda karena kemampuan tiap anak dalam satu kelas

dengan kelas yang lainnya berbeda. Di sekolah ini dipisah-pisahkan anak

yang cerdas dengan yang tidak, anak yang tidak cerdas itu diberi pendekatan

khusus.

Dan metode apa saja yang digunakan?

Jawaban : Dalam mengajar PAI biasanya ibu menggunakan metode ceramah,

tanya jawab, pemberian tugas, presentasi, diskusi.

3. Seberapa seringkah ibu mengganti metode yang digunakan?

Yang pasti dalam satu pertemuan itu tidak mungkin hanya menggunakan satu

metode saja, tetapi lebih dari satu misalnya ceramah dan diskusi serta

pemberian tugas.

4. Atas dasar apa ibu mengganti metode tersebut?

Untuk menarik perhatian siswa, karena bila hanya menggunakan metode

ceramah saja siswa tidak akan aktif. Sekarang dalam proses pembelajaran itu

dituntut siswa yang aktif bukan guru.

Page 83: 101618 Ida Farida Fitk

5. Biasanya, masalah apa yang paling sering ibu hadapi dalam mengajar mata

pelajaran PAI?

Penguasaan atau pemahaman siswa dalam menangkap materi yang dijelaskan

guru itu tidak sama, ada yang cerdas, sedang dan di bawah rata-rata atau tidak

cerdas. Dan anak yang kurang cerdas harus diberi pendekatan khusus.

6. Dalam melakukan PTK, ada beberapa langkah yang harus dilewati. Salah

satunya adalah menemukan ide awal. Pada saat ini, bagaimana cara ibu

menemukan permasalahan di dalam kelas?

Karena saya mengajar di kelas, saya tahu bagaimana kemampuan siswanya.

Pelajaran tarekh itu susah, anak-anak kurang suka kalo hanya dengan

ceramah. Selain tarekh pelajaran Qur’an juga kurang disukai anak-anak. Dan

ketika MGMP guru agama di sekolah lainpun mengalami kesulitan dalam

mengajar Qur’an dan Tarekh.

Dan apakah masalah tersebut ibu diskusikan terlebih dahulu dengan guru

bidang studi yang sama?

Saya tidak mendiskusikannya dengan teman guru bidang studi yang sama di

sekolah ini, tetapi saya berdiskusi dengan guru bidang studi yang sama di

sekolah yang berbeda.

7. Apakah ibu melakukan prasurvey dan diagnosis?

Ya. Saya melakukan prasurvey, untuk mengetahui kelas mana yang akan saya

gunakan. Sedangkan untuk diagnosis tidak, saya sudah mengetahui

kemampuan siswa dalam satu kelasnya. Saya melakukan PTK berdasarkan

pada kesulitan yang dihadapi dan tidak perlu adanya diagnosis lagi.

Pada tahap prasurvey apa yang ibu lakukan?

Menganalisis kelas mana yang akan digunakan sebagai sasaran dilakukannya

PTK, kelas yang rata-rata anaknya pintar tidak perlu lagi dilakukan PTK,

memilih kelas yang nilainya dibawah rata-rata. Kelas yang sebagian siswanya

sulit untuk memahami materi yang disampaikan dan sebagian siswanya tidak

memperhatikan.

Page 84: 101618 Ida Farida Fitk

Setelah ibu melakukan prasurvey dan diagnosis langkah apa yang ibu ambil

untuk memecahkan masalah tersebut?

Saya menentukan kelas mana yang akan dijadikan sasaran, dan saya mencoba

untuk menerapkan metode pembelajaran selain metode caramah. Kemudian

saya memulai untuk membuat perencanaan PTK dan mulai menulis.

8. Apa saja yang ibu lakukan pada tahap perencanaan?

Saya mencari data-data dari buku dan internet.

Apakah ibu membuat jadwal pelaksanaan (persiapan, implementasi,

monotoring, refleksi dan pelaporan)?

Ya, saya membuat jadwal pelaksanaan seperti yang tertera di laporan PTK.

Dan peralatan apa yang ibu siapkan?

Absen, angket, lembar observasi untuk menilai kegiatan siswa.

9. Apa yang ibu lakukan pada perencanaan khusus (siklus persikus)?

Pada pertemuan pertama saya mengajar dengan metode ceramah, kemudian

saya menilai. Rata-rata nilai anak-anak misalnya 80 dan saya ingin

menaikkan nilai anak menjadi 90, kemudian saya mencoba metode baru yaitu

activ learning, setelah itu saya menilai lagi.

Apa yang ibu lakukan di siklus pertama?

Pertama, saya menjelaskan tentang materi, kemudian mengamati pelaksanaan

diskusi kelas dan presentasi dengan menggunakan LCD dan dilanjutkan

dengan tanya jawab. Pada pertemuan berikutnya saya menjelaskan tentang

praktek shalat sebagai tolok ukur penilaian nilai-nilai kemanusiaan, kemudian

melakukan praktek shalat dan menilai satu persatu.

Shalat saya pilih sebagai tolok ukur penilaian nilai-nilai kemanusiaan karena

sesuai dengan bunyi ayat

Menurut saya, jika seorang anak telah mengerjakan shalat dengan benar,

maka dia akan mengaplikasikan lafal-lafal shalat tersebut ke dalam

pribadinya dan kehidupannya.

Page 85: 101618 Ida Farida Fitk

Apakah ada perbedaan dengan siklus selanjutnya? Bagaimana

perbedaannya?

Pasti ada perbedaannya ya, dari segi nilai, ada peningkatan. Dan karena anak-

anak merasa senang belajar materi tersebut maka dengan senang hati ia akan

menerapkan dalam kehidupannya. Kalau dengan metode ceramah saja anak-

anak kurang antusias, tetapi setelah ditambah metode baru anak-anak senang

sekali.

10. Apa yang ibu lakukan pada tahap implementasi tindakan?

Implementasi itu kan aplikasi dari perencanaan tadi itu, bisa lihat di laporan

PTK kemaren.

Kendala apa saja yang dihadapi dalam pembelajaran ketika ibu

mengimplementasikan tindakan?

Kendala yang dihadapi dalam penggunaan waktu, karena pelajaran PAI hanya

2 jam pelajaran. Dari sarana tidak ada masalah karena disini sarananya

lengkap.

Bagaimana menyikapi hal tersebut?

Untuk menyikapinya saya meminjam jam pelajaran rekan guru yang

mengajar setelah jam pelajaran saya.

11. Siapa yang menjadi sasaran pada saat ibu mengimplementasikan tindakan?

Ada anak yang cerdas dan tidak, kalo kelas yang anak-anaknya cerdas sudah

tidak perlu menggunakan PTK. Saya gunakan kelas yang anak-anaknya susah

memahami materi, X-7 dan XII-IPS 1

12. Siapa yang menjadi monitoring/pengamat ketika ibu mengimplementasikan

tindakan?

Teman MGMP (musyawarah guru mata pelajaran)

Setelah ibu mengimplementasikan tindakan, apakah hasil observasi itu

langsung didiskusikan?

Ya, hasil observasinya didiskusikan.

Page 86: 101618 Ida Farida Fitk

Kalau ya, bagaimana efek dari implementasi tindakan itu? Boleh saya tahu

hasil observasinya?

Siswa kurang berani dalam mengajukan pertanyaan, siswa merasa kesulitan

dalam menjelaskan materi Alquran. Selanjutnya bisa dilihat di laporan PTK.

13. Apa yang ibu lakukan pada tahap refleksi?

Memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada untuk meningkatkan proses

pembelajaran di siklus selanjutnya.

14. Siapa yang menjadi teman diskusi pada saat ibu merefleksi/ mengevaluasi

kegiatan/tindakan yang telah dilakukan?

Teman MGMP.

15. Langkah apa yang ibu ambil setelah adanya refleksi?

Saya mencoba metode baru, dan mengurangi kekurangan-kekurangan yang

ada.

16. Bagaimana ibu menyusun laporan PTK?

Waktu itu pemerintah membiayai guru-guru yang menulis karya ilmiah,

waktu itu saya dapat 3 juta

Menurut ibu apakah menyusun laporan PTK itu sulit?

Tergantung mood, kalo lagi enak cepet ngerjainnya. Tapi ketika datang rasa

males akan lama karena kalo PNS itu dari hari senin-jum’at harus hadir

walaupun tidak ada jam pelajaran.

17. Berapa siklus PTK yang kira-kira diperlukan agar tujuan yang ibu harapkan

tercapai?

3-4 siklus, sampai tujuan yang diharapkan tercapai.

Bagaimana sebelum dan setelah dilakukan PTK?

Sebelum dilakukan PTK, menurut saya karena anak-anak kurang tertarik

terhadap materi yang disampaikan, membacanyapun malas. Kemudian

hasilnya tidak maksimal karena mengalami kesulitan dalam belajarnya. Dan

saya berupaya untuk menggunakan metode-metode lain yang dapat

diterapkan, sehingga anak-anak mudah belajarnya yang pada akhirnya akan

menghasilkan hasil belajar yang maksimal.

Page 87: 101618 Ida Farida Fitk

Setelah adanya PTK yang berubah itu dari nilai saja atau perilaku juga?

Jika hanya mengejar teori/nilai saja tidak akan ada gunanya. Dan

kenyataannya tidak hanya nilai anak-anak saja yang mengalami peningkatan

tetapi juga sikap siswa menjadi lebih baik.

18. Menurut ibu apa manfaat penelitian tindakan kelas khususnya bagi

pembelajaran PAI?

a. Menjadikan siswa-siswi mudah mempelajari materi yang diajarkan oleh

guru karena menggunakan perubahan metode.

b. Karena anak-anak menjadi senang, maka lebih memudahkan dia untuk

mengamalkannya. Jadi tidak hanya mempelajari saja tapi juga

mengamalkannya karena mereka senang terhadap proses pembelajarannya.

Jakarta, 20 Mei 2011

Interviewer Interviewee

Ida Farida Dra. Siti Mas’amah

Page 88: 101618 Ida Farida Fitk

BERITA WAWANCARA

Identitas Responden

Nama : Suhartoyo, BA.

Pendidikan terakhir : Sarjana Muda

Jabatan : Guru PAI

Hari/tanggal : Kamis/24 Februari 2011

Tempat : Ruang Guru

Waktu : 15.15-15.40 WIB

1. Bagaimana pelaksanaan pendidikan agama Islam di SMAN 28 Jakarta ini?

Pendidikan Agama Islam dilaksanakan sesuai dengan kurikulum, apa yang ada

di dalam kurikulum kita laksanakan.

Dan metode apa saja yang digunakan?

Metode yang digunakan pemberian tugas dan diskusi.

2. Kendala apa saja yang dihadapi dalam pembelajaran pendidikan agama

Islam?

Kendalanya satu, walaupun sudah kita lakukan banyak hal, anak-anak kurang

lancar di dalam membaca ayat-ayat Alquran. Buktinya ketika diskusi, ayat atau

haditsnya itu hanya diambil artinya, walaupun mereka membawa Alquran.

Karena kurang fasih dalam membaca ayat Alquran jadinya kurang percaya diri.

Bagaimana menyikapi hal tersebut?

Tiap pagi kita adakan tadarus Alquran, dan juga pernah yang belum kita

lakukan walaupun kita sudah berusaha minta untuk usul bahwa diadakan

konsultasi mata pelajaran agama, tetapi belum terlaksana. Dan di masjid

diadakan kegiatan, anak-anak rohis yang sudah lancar membaca ayat Alquran

diharapkan juga bisa mengajarkan pada teman-temannya yang belum lancar

membaca Alquran. Tetapi yang ikut itu paling beberapa persen, karena

mungkin kegiatan-kegiatannya itu banyak sekali.

Page 89: 101618 Ida Farida Fitk

Dan juga yang kedua, background anak-anak kita itu tidak dari madrasah,

tetapi dari sekolah-sekolah negeri, bahkan ada juga dari yayasan tertentu.

Ada juga kendala dari orang tua, bapak ibunya beda agama.

3. Siapa yang bertanggung jawab terhadap keberhasilan proses pendidikan

agama Islam? Apakah hanya guru PAInya saja?

Semua guru bertanggung jawab. Alhamdulillah disini semuanya mendukung,

walaupun tidak semua persen guru-guru disini mendukung, dalam pelaksanaan

kegiatan-kegiatan para guru mendukung termasuk kepala sekolah. Jadi tidak

bisa hanya dianjurkan satu guru, semuanya harus mendukung kalau ingin

pendidikan agama itu berhasil.

Alhamdulillah disini mendukung, tidak ada yang menghalang-halangi.

walaupun nanti dukungannya ada yang kuat ada yang tidak. Mungkin di dalam

penyampaian materi, baik agama ataupun pelajaran yang lainnya dalam

prosesnya itu dikaitkan dengan pendidikan agama tetapi ternyata tidak semua

seperti itu.

4. Apakah ada tuntutan dari kepala sekolah atau ada peraturan sendiri tentang

pelaksanaan PTK?

Kalau harus tidak ada. PTK itu kaitannya dengan karya tulis dan merupakan

suatu syarat untuk bisa naik golongan, kalau dari kepala sekolah menyerahkan

saja, jadi tidak dituntut harus membuat. Kecuali RPP dan yang berhubungan

dengan pembelajaran memang harus.

5. Apa harapan bapak tentang pelaksanaan pendidikan agama Islam di sekolah

ini?

Harapan saya, PAI mewarnai semua mata pelajaran. Walaupun kadang-kadang

kita lihat perbedaan waktu belajar untuk pelajaran agama dengan yang lain itu

sangat berbeda, karena pelajaran PAI hanya 2 jam pelajaran berbeda dengan

pelajaran lain. Tetapi kita dituntut untuk bisa mensiasati hal tersebut.

Maka kita dengan berbagai cara, berbagai upaya mengadakan kegiatan-

kegiatan diluar kelas. Misalnya ada pesantren kilat, mentor khotib dan lain

sebagainya.

Page 90: 101618 Ida Farida Fitk

Jakarta, 20 Mei 2011

Interviewer Interviewee

Ida Farida Suhartoyo, BA.

Page 91: 101618 Ida Farida Fitk

BERITA WAWANCARA

Identitas Responden

Nama : Drs. Dwi Arsono, M. Si

Pendidikan terakhir :

Jabatan : Wakasek Bid. Humas

Hari/tanggal : Selasa/15 Maret 2011

Tempat : Ruang Guru

Waktu : 12.35-13.30 WIB

1. Bagaimana sejarah berdirinya SMAN 28 Jakarta dan bagaimana

perkembangannya?

Sejarah berdirinya SMA Negeri 28 Jakarta pada awalnya merupakan

pengembangan dari SMA 11 Filial Jakarta. Pada saat itu SMA 11 Filial

Jakarta berdiri di kawasan Pasar Minggu. Pimpinan yang pertama dalam filial

tersebut adalah Bapak Drs. Djoko Soetejo. Kemudian dalam

perkembangannya pada tahun 1970 tepatnya 1 Januari 1970, berdasarkan SK

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia

No.343/UKK3/1970 tertanggal 5 Maret 1970 SMA 11 Filial Jakarta resmi

menjadi SMA Negeri 28 Jakarta. Kemudian pada tahun 2003 karena prestasi

dan reputasinya yang terus meningkat, SMA Negeri 28 Jakarta ditunjuk oleh

Pemerintah DKI Jakarta melalui Dinas Pendidikan DKI Jakarta menjadi

sekolah plus tingkat Propinsi DKI Jakarta. Satu tahun berikutnya, pada tahun

2004, berkat keseriusan dan komitmen yang kuat dari sekolah ini, SMA

Negeri 28 Jakarta ini ditunjuk sebagai sekolah plus dengan standar nasional.

Beberapa tahun kemudian, tepatnya tahun 2007 sekolah ini direkomendasikan

oleh dinas Pendidikan sebagai salah satu sekolah bertaraf internasional.

Komitmen yang kuat ini terus kami pertahankan, sehingga kami bekerja sama

Page 92: 101618 Ida Farida Fitk

dengan Cambridge University untuk membangun kelas internasional pada

tahun 2010 dalam rangka percepatan RSBI.

2. Apakah visi dan misi pendidikan sekolah ini?

Kemudian untuk visi SMA Negeri 28 Jakarta adalah menguasai IPTEK

berdasarkan IMTAQ dan mampu bersaing secara global. Sedangkan misinya:

a. Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif dan efisien, agar

setiap siswa dapat berkembang secara optimal, sesuai dengan potensi yang

dimiliki.

b. Meningkatkan pelayanan pembelajaran terhadap siswa sesuai dengan

kemampuan dan kecepatan belajar siswa, melalui pelaksanaan sistem

satuan kredit semester (SKS).

c. Pada tahun 2009 / 2010 sebagai sekolah bertaraf Internasional.

d. Menumbuhkan semangat juang menjadi yan terbaik secara intensif kepada

seluruh warga sekolah.

e. Menumbuhkan penghayatan keimanan dan ketakwan terhadap ajaran

agama yang dianut dan nilai-nilai budaya bangsa sehinggga menjadi

sumber kerarifan dalm bertindak.

Untuk mencapai misi tersebut, tahun ajaran 2010/2011 ini ada 4 hal yang

dicanangkan. Tujuannya adalah dalam rangka menjadikan murid SMA Negeri

28 Jakarta menjadi:

a. Menjadikan keanekaragaman atau perbedaan itu menjadi sebuah kekuatan

dan bukan sebaliknya, menjadi bahan perpecahan.

b. Selalu menggugah hati. Menanamkan rasa empati terhadap sesama siswa

guru dan lainnya, dengan cara membiasakan diri bersalaman dengan

sesama elemen sekolah setiap kali bertemu. Selain itu juga dibudayakan

membaca Alquran setiap pagi, berdoa sebelum memulai pelajaran.

c. Adanya kemampuan untuk menganalisis potensi yang ada dalam diri siswa

masing-masing. dengan demikian siswa bisa mengembangkan potensi

tersebut untuk kepentingannya dimasa datang. Untuk menumbuhkan yang

demikian itu siswa diajak untuk berpartisipasi dalam suatu event tertentu.

d. Percaya diri dan jujur.

Page 93: 101618 Ida Farida Fitk

3. Bagaimana keadaan sumber daya pendidikannya?

Sumber daya dalam pendidikan bisa kita bagi menjadi 2. Pertama, sumber

daya manusia. Mengenai sumber daya manusia yang kita miliki, sejauh ini

SMAN 28 Jakarta memiliki 66 orang guru yang 5 orang diantaranya bertitel

Strata 2. Dan yang sedang menempuh jenjang S2 ini berjumlah 4 orang.

Selain itu, ada juga guru yang telah mendapatkan sertifikasi dari Cambridge,

khususnya materi IPA dan ESL yang berjumlah 6 orang. Keenam orang guru

tersebut sudah mendapatkan rekomendasi dari Cambridge dan diakui sebagai

guru berstandar Internasional. Dalam pemilihan guru teladanpun SMAN 28

Jakarta ini meraih juara 1 ditingkat Jakarta Selatan dan juara ketiga tingkat

nasional.

Kedua, dari segi Tata Usaha pada umumnya para karyawan di sekolah ini

memiliki kemampuan IT yang baik sehingga kegiatan dibidang tersebut bisa

ditangani secara baik.

4. Prestasi apa saja yang perrnah diraih oleh sekolah ini?

Prestasi yang sudah diraih oleh sekolah ini diantaranya adalah menempati

lima besar peringkat dalam rata-rata nilai ujiannya. Dan tingkat diterima

siswa di PTN mencapai 76,36% pada tahun 2008/2009 dan meningkat

menjadi 77% ditahun berikutnya dan target yang hendak dicapai tahun ini

adalah 80%. Dari segi lomba-lomba yang diikuti kita memiliki prestasi yang

tidak sedikit, diantaranya meraih medali perak dalam bidang biologi dan

ekonomi. Dalam lomba non-akademik, SMAN 28 menjadi juara dalam

penulisan karya ilmiah yang diselenggarakan oleh Honda. Dan masih banyak

lagi yang lain.

5. Upaya apa yang dilakukan untuk meningkatkan kompetensi dan

profesionalisme guru?

Pertama, kita sebagai pihak yang berwenang di sekolah memberi kesempatan

yang seluas-luasnya pada para guru untuk mengembangkan dirinya sebaik

mungkin melalui seminar-seminar, pelatihan maupun PTK. Karena dari awal

komitmen kita adalah adanya perbaikan dan kemajuan dari tahun ke tahun

dalam hal-hal yang baru. Dengan demikian para guru senantiasa terdorong,

Page 94: 101618 Ida Farida Fitk

termotivasi untuk mencari hal-hal yang baru disamping kegiatan yang sudah

dilaksanakan rutin dari sekolah seperti MGMP.

6. Usaha apa saja yang telah dilakukan sehubungan dengan peningkatan mutu

pendidikan khususnya Pendidikan Agama Islam?

Untuk pendidikan agama Islam saya rasa sudah tidak diragukan bahwa guru

telah menunaikan kewajibannya dalam menyampaikan materi di kelasnya

masing-masing. yang saya fikir mesti ditingkatkan lagi adalah

pengamalannya dalam kehidupan sehari-hari para siswanya. Dalam rangka

menumbuhkan hal ini, pihak sekolah mengadakan program-program untuk

memancing penerapan nilai-nilai keagamaan ini di sekolah. Salah satunya

dengan cara membiasakan diri bersalaman dengan rekan yang berpapasan

pada pagi hari dan pembacaan ayat-ayat Alquran pagi hari melalui pengeras

suara bagi siswa muslim. Selain itu juga sekolah ini selalu mengadakan

kegiatan yang bernuansa keagamaan, seperti pesantren kilat setiap bulan

ramadhan. Dan ekstra kulikuler rohis untuk memfasilitasi kegiatan beragama

siswa.

7. Bagaimana pelaksanaan PAI di SMAN 28 Jakarta?

Pengajaran Pendidikan Agama Islam dialokasikan dua jam pelajaran setiap

minggunya. Kompetensi yang hendak dicapai disusun sendiri oleh guru yang

bersangkutan. Metode yang variatif selalu dianjurkan agar siswa tidak

menjadi bosan. Kurikulum yang diterapkan di sekolah adalah KTSP

(Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) yang didapatkan dari hasil rapat

kerja (RAKER) tema yang dirumuskan dalam RAKER adalah hasil dari

MGMP yang menjadi kegiatan rutin seperti yang telah dijelaskan tadi.

Dengan demikian, KTSP di SMAN 28 Jakarta ini adalah berdasarkan pada

kurikulum tingkat nasional yang kemudian diperkaya dan diadaptasi dengan

kebutuhan. Dalam menyusun kurikulum, kita mengadopsi dari Cambridge

dan Canada.

Page 95: 101618 Ida Farida Fitk

Kendala apa saja yang dihadapi dalam pembelajaran Pendidikan Agama

Islam?

Di SMAN 28 Jakarta ini pihak sekolah telah mencoba memfasilitasi kegiatan

beragama siswa. Namun kendala yang dihadapi adalah kenyataan bahwa

siswa menghabiskan sebagian besar waktunya di rumah dibandingkan dengan

di sekolah. Masalah yang paling sering ditemui tentang kehidupan beragama

siswa adalah banyaknya siswa yang orang tuanya berbeda agama.

Kebingungan terjadi disaat si anak di sekolah. Agama mana yang sebenarnya

ia pilih. Dan agama manapun yang ia pilih nantinya tak akan maksimal.

Karena kebingungan yang terjadi tersebut. Dan tidak adanya kerjasama antara

orang tua dalam mendidik keberagamaan anak.

8. Apakah ada kebijakan sekolah yang mengharuskan guru-gurunya melakukan

penelitian tindakan kelas?

PTK ini disosialisasikan oleh Pemda Jakarta sebagai syarat kenaikan pangkat

seorang guru. Kebijakannya yaitu apabila seorang guru tidak naik pangkat

selama 6 tahun berturut-turut, maka dia akan dialihfungsikan. Tapi sejauh ini,

dalam rangka peningkatan mutu yang menjadi target sekolah ini dari tahun ke

tahun, para guru menyikapi PTK ini sebagai satu jalan untuk meningkatkan

profesionalisme guru itu sendiri yang imbasnya akan meningkatkan kualitas

pembelajaran di sekolah. Dan sejauh ini pihak sekolah memberikan dukungan

penuh terhadap pelaksanaan PTK di sekolah.

9. Apa kiat-kiat bapak terkait tentang pemanfaatan penelitian tindakan kelas?

PTK dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan proses pembelajaran. Proses

pembelajaran yang sudah dilakukan PTK sehingga dihasilkan suatu

model/proses pembelajaran yang baik, akan kita jadikan model untuk

diinformasikan pada guru yang lain. Bila diterapkan pada pembelajaran A,

bagaimana jika diterapkan pada pembelajaran B. Apakah sama atau tidak.

Jika tidak, berarti harus dilakukan suatu improvisasi, suatu inovasi baru

sehingga model tersebut cocok. Misalnya pelajaran Fisika dan Agama belum

tentu sama, tapi tetap ada suatu benang merah antara keduanya. PTK kita

manfaatkan untuk pengembangan lebih lanjut karena pendidikan suatu proses

Page 96: 101618 Ida Farida Fitk

yang berkelanjutan, tidak pernah berhenti. Medianya pun harus selalu

berkembang sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan zaman.

Apakah bapak mengadakan pelatihan khusus kepada guru dalam hal PTK?

Ya. Disini mengadakan pelatihan tentang penelitian tindakan kelas.

10. Apakah bapak mengadakan kontrol terhadap guru yang melakukan penelitian

tindakan kelas?

Dalam hal ini, kepala sekolah tidak melakukan kontrol secara langsung

terhadap guru yang melakukan PTK, tetapi melihat perkembangnanya. Sejauh

ini yang dilakukan oleh kepala sekolah adalah menginformasikan pada para

guru yang lain agar sebisa mungkin mendukung dan memberikan bantuan

sebisanya kepada yang melakukan PTK dan diharapkan juga menjadi

motivasi bagi guru yang lain untuk mau dan bisa melakukan PTK juga.

11. Sejauh mana peran bapak dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas yang

dilakukan oleh guru-guru di SMAN 28?

Sekolah hanya menjadi fasilitator terhadap pelaksanaan PTK di sekolah. Kita

memberikan dukungan penuh terhadap guru yang melakukan PTK dan

mendorong agar PTK dilakukan dengan sebaik-baiknya. Dengan cara

memberikan waktu yang seluas-luasnya pada guru yang sedang melakukan

PTK. Dan apabila ada suatu kebutuhan yang kurang, dalam hal ini sekolah

bersedia membantu dan memberikan bantuan.

Dan bagaimana penilaian bapak tentang cara mengajar guru yang

melaksanakan penelitian tindakan kelas dengan yang tidak melaksanakan

penelitian tindakan kelas?

Ada suatu perbedaan tentunya antara guru yang melakukan PTK dengan

tidak. Guru yang melakukan PTK mempunyai wawasan lebih maju dan cara

menanggapi siswa lebih variatif. Disamping hasil proses belajarnya lebih

baik, karena mereka menganalisis perkembangan proses pembelajaran dan

memperbaikinya jika dirasa ada kekurangan.

Page 97: 101618 Ida Farida Fitk

12. Adakah pengawas yang memantau jalannya PTK dari seorang guru untuk

menjaga dari terganggunya proses belajar mengajar dan menjaga kualitas

sekolah?

Saat ini pengawasan dilakukan oleh kepala sekolah. Pengawasan secara

langsung sampai saat ini belum ada. Pengawasan yang dilakukan masih

dengan cara tidak langsung. Dan biasanya seorang guru yang melakukan PTK

melaporkan kepada kepala sekolah mengenai perkembangannya.

13. Apakah ada reward atau penghargaan yang diberikan pada guru yang

melakukan PTK dengan harapan agar guru berlomba-lomba melakukan PTK

untuk memperbaiki kualitas pembelajaran?

Reward dalam bentuk materi atau sertifikat belum ada. Mungkin itu akan

menjadi sebuah ide yang bagus untuk diterapkan di sekolah. Tapi yang saya

tahu, guru yang melakukan PTK akan mendapatkan sebuah penghargaan

terutama dari Dinas Pendidikan sehubungan dengan PTK yang dilakukannya.

Seperti yang kita tahu, bahwa syarat untuk memperoleh sertifikasi salah

satunya adalah dengan melakukan PTK tersebut.

14. Bagaimana perlakuan sekolah terhadap laporan hasil PTK guru?

Karya-karya dari guru sangat dihargai baik disini. Kami menyediakan tempat

untuk karya-karya guru tersebut di perpustakaan. Diharapkan dengan adanya

karya tersebut (dalam hal ini laporan PTK), guru yang lain akan menjadi

terdorong untuk juga melakukan PTK. Dan laporan PTK yang telah

dilaksanakan terdahulu bisa menjadi acuan dalam penelitian berikutnya.

15. Apakah ada manfaatnya untuk siswa tentang guru yang melaksanakan PTK

pada pembelajarannya (apakah ada manfaatnya tentang siswa yang

pembelajarannya menggunakan penelitian tindakan tersebut)?

Jelas saja ada. Sebagaimana kita ketahui bahwa PTK akan menghasilkan

sebuah metode yang benar-benar tepat untuk diterapkan pada siswa. Sehingga

siswa gampang dalam menangkap materi yang disampaikan. Jadi, nilai siswa

akan semakin bagus adanya. Dan dengan demikian kami akan memiliki anak-

anak yang berprestasi.

Page 98: 101618 Ida Farida Fitk

16. Apa harapan bapak kepada guru dalam hal pelaksanaan penelitian tindakan

kelas di sekolah?dan bagaimana tindak lanjutnya?

Proses belajar mengajar adalah proses yang unik dan berkelanjutan maka

seyogyanyalah seorang guru terus-menerus melakukan perbaikan dalam cara

mengajarnya. Karena dengan cara mengajar yang benar-benar tepat, siswa

akan cenderung lebih tertarik dan mengerti dengan apa yang disampaikan

yang selanjutnya akan meningkatkan prestasi anak didik kami disini.

Kemudian melakukan suatu pemetaan dari hasil PTK yang kemudian bisa

didiskusikan dalam MGMP, dan menginformasikan pada guru lain baik di

sekolah ini atau sekolah lain. Kemudian kita dorong hasil PTK itu diikut

sertakan dalam lomba-lomba penelitian karya tulis guru.

Harapan saya, semua guru akan melakukan perbaikan dalam cara

mengajarnya sehingga prestasi akan semakin meningkat. Dan dengan

sendirinya sekolah ini akan menjadi sekolah yang baik dan mencetak lulusan-

lulusan yang berkualitas.

Jakarta, 20 Mei 2011

Interviewer Interviewee

Ida Farida Drs. Dwi Arsono, M. Si

Page 99: 101618 Ida Farida Fitk

LEMBAR UJI REFERENSI

Bab No Judul dan Halaman Buku Paraf

Pembimbing

I

1.

Undang-undang SISDIKNAS (UU RI No. 20

Tahun 2003), (Jakarta: Sinar Grafik, 2009), Cet.

II, h. 7.

2.

Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar,

(Jakarta: BumiAksara, 2009), Cet. IX, h. 3.

3. Oemar Hamalik, Proses Belajar..., h. 3.

4.

Alisuf Sabri, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: CV

Pedoman Ilmu Jaya, 1999), Cet. I, h. 8.

5.

Trianto, Panduan Lengkap Penelitian Tindakan

Kelas (Classroom Action Research) Teori dan

Praktik, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2011), h. 2.

6.

Tjutju Soendari, Penelitian Tindakan Kelas dalam

Meningkatkan Prestasi Belajar ABK di Sekolah,

http://file.upi.edu/Direktori Diakses pada hari

Rabu, 10 November 2010 pukul 15.32.

7.

Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal

Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: PT Indeks,

2009), h. 9.

8. Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal

Penelitian Tindakan Kelas...., h. 41.

8.

Wawancara Pribadi dengan Mulyadi adalah

sebagai KEPSEK di SDN Lebakwangi II, tgl. 28

Januari 2010 di Ruang Guru.

10.

Trianto, Panduan Lengkap Penelitian Tindakan

Kelas (Classroom Action Research)..., h. 4.

11.

Tjutju Soendari, Penelitian Tindakan Kelas dalam

Meningkatkan Prestasi Belajar ABK di Sekolah,

http://file.upi.edu/Direktori Diakses pada hari

Rabu, 10 November 2010 pukul 15.32.

II

1.

M. Djunaidi Ghony, Penelitian Tindakan Kelas,

(Malang: UIN-Malang Press, 2008), Cet. Ke-1, h.

6.

2.

Departemen pendidikan dan kebudayaan, Kamus

Besar Bahasa Indonesia. Cet. ke-1. Jakarta: Balai

Pustaka.1988) h. 920.

3.

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu

Pendekatan Praktik, Edisi revisi VI, (Jakarta:

Rineka Cipta, 2006), Cet. Ke-13, h. 91.

Page 100: 101618 Ida Farida Fitk

4.

Suharsimi Arikunto, Suhardjono, Supardi,

Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Bumi

Aksara, 2007), Cet ke-4, h. 104.

5.

Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal

Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: PT Indeks,

2009), h. 9.

6.

Mulyasa, Menjadi Guru Profesional: Menciptakan

Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan,

(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), h. 151-

152.

7. Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal

Penelitian Tindakan Kelas…, h. 8.

8. M. Djunaidi Ghony, Penelitian Tindakan Kelas...,

h. 8.

9. M. Djunaidi Ghony, Penelitian Tindakan Kelas...,

h. 8.

10.

Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal

Penelitian Tindakan Kelas…, h. 17.

11. Suharsimi Arikunto, Suhardjono, Supardi,

Penelitian Tindakan Kelas…, h. 6.

12.

Suharsimi Arikunto, Suhardjono, Supardi,

Penelitian Tindakan Kelas…, h. 6-8.

13. Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal

Penelitian Tindakan Kelas...., h. 38.

14. M. Djunaidi Ghony, Penelitian Tindakan Kelas...,

h. 70.

15.

M. Djunaidi Ghony, Penelitian Tindakan Kelas...,

h. 71.

16. Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal

Penelitian Tindakan Kelas...., h. 38-41.

17.

M. Djunaidi Ghony, Penelitian Tindakan Kelas...,

h. 29-30.

18.

M. Djunaidi Ghony, Penelitian Tindakan Kelas...,

h. 30-31.

19.

Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal

Penelitian Tindakan Kelas..., h. 14.

20. Suharsimi Arikunto, Suhardjono, Supardi,

Penelitian tindakan Kelas..., h. 108.

21. Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal

Penelitian Tindakan Kelas..., h. 14.

Page 101: 101618 Ida Farida Fitk

22.

Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal

Penelitian Tindakan Kelas..., h. 14-15.

23. Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal

Penelitian Tindakan Kelas..., h. 15-16.

24.

Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan

Kelas sebagai Pengembangan Profesi Guru,

(Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h. 68.

25.

Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan

Kelas sebagai Pengembangan Profesi Guru.., h.

68.

26.

Tim Pelatih Proyek PGSM, Penelitian Tindakan

Kelas (Classroom Action Research), (Jakarta:

Depdikbud, 1999), h. 18.

27.

Trianto, Panduan Lengkap Penelitian Tindakan

Kelas (Classroom Action Research) Teori dan

Praktik, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2011), h. 3.

28. Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal

Penelitian Tindakan Kelas..., h. 17.

29. M. Djunaidi Ghony, Penelitian Tindakan Kelas...,

h. 2.

30. Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal

Penelitian Tindakan Kelas..., h. 14.

31.

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar

Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2002),

cet. Ke-2, h. 263.

32.

Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan

Praktis, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2000),

cet. Ke-13, h. 19.

33.

Undang-undang SISDIKNAS (UU RI No. 20

Tahun 2003), (Jakarta: Sinar Grafik, 2009), Cet.

Ke-2, h. 3.

34. Amir Daien Indrakusuma, Ilmu Pendidikan,

(Surabaya: Usaha Nasional, 1973), h. 27.

35.

Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan,

(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), Edisi

Revisi, h. 2.

36.

Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat

Pendidikan Islam, (Bandung: PT. Al-Ma’arif,

1989), cet. Ke-VIII, h. 19.

37.

Abdul Majid, Dian Andayani, Pendidikan Agama

Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2006), cet. Ke-III, h. 130.

38. Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung:

CV Pustaka Setia, 1998), cet. II, h. 11.

39. Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam..., h. 9.

Page 102: 101618 Ida Farida Fitk

40. Abdul majid, Dian Andayani, Pendidikan Agama

Islam Berbasis Kompetensi..., h. 130.

41.

Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam,

(Jakarta: Kalam Mulia, 2005), h. 21.

42.

Abdul Rachman Shaleh, Pendidikan Agama dan

Keagamaan, Visi, Misi dan Aksi, (Jakarta:

Gemawindu Pancaperkasa, 2000), cet. Ke-I, h. 31.

43.

Abdul Majid, Dian Andayani, Pendidikan Agama

Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung: PT

Remaja Rosdakarya, 2004), cet. I, h. 140.

44.

Armai Arief, Pengantar Ilmu Metodologi

Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2002),

Cet. Ke-1 h. 15.

45. Abdul Rachman Shaleh, Pendidikan Agama &

Pembangunan Watak Bangsa..., h. 38.

46. Undang-undang SISDIKNAS (UU RI No. 20

Tahun 2003)..., h. 7.

47. Abdul Majid, Dian Andayani, Pendidikan Agama

Islam Berbasis Kompetensi..., h. 135.

48.

Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam; Upaya

Mengefektifkan PAI di Sekolah, (Bandung: PT

Remaja Rosdakarya, 2004), Cet.Ke-3, h. 78.

49.

Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama

Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007),

Cet. Ke-IX, h. 86.

50. Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama

Islam..., h. 86.

51. Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama

Islam..., h. 22.

52.

Abdul Rahman Shaleh,Pendidikan Agama &

Pembangunan Watak Bangsa..., h. 92.

53.

Abdul Majid, Dian Andayani, Pendidikan Agama

Islam Berbasis Kompetensi..., h. 136.

54.

Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam; Upaya

Mengefektifkan PAI di Sekolah..., h. 79.

55. Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama

Islam...., h. 22.

56.

Sahilun A. Nasir, Peranan Pendidikan Agama

terhadap Pemecahan Problema Remaja, (Jakarta:

Kalam Mulia, 2002), cet. II, h. 53.

57. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Page 103: 101618 Ida Farida Fitk

Suatu Panduan Praktis, (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2007), h. 47.

58.

Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan...,

h. 97.

59.

Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan...,

h. 94-95.

60.

Muhaimin, Pengembangan Kurikulum PAI di

Sekolah Madrasah dan Perguruan Tinggi,

(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), h. 23.

61.

Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan Mengatasi

Kelemahan Pendidikan Islam di Indonesia,

(Bogor: Kencana, 2003), h. 22.

62.

Abdul Rahman Shaleh, Pendidikan Agama dan

Pembangunan Watak Bangsa...., h. 41.

63.

Abdul Rachman Shaleh, Pendidikan Agama dan

Keagamaan, Visi, Misi dan Aksi..., h. 25.

64.

Abdul Rachman Shaleh, Pendidikan Agama dan

Keagamaan, Visi, Misi dan Aksi..., h. 25-28.

III

1.

P. Joko Subagyo, Metode Penelitian dalam Teori

dan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), h. 2.

2.

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu

Pendekatan Praktik, Edisi revisi VI, (Jakarta:

Rineka Cipta, 2006), Cet. Ke-13, h. 155.

3.

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu

Pendekatan Praktek..., h. 227.

4.

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu

Pendekatan Praktek..., h. 158.

5.

Lexi J. Moleong, Metodologi Penelitian

Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2001), Cet. Ke-14, h. 85.

6.

Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif,

Kuantitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2007),

h. 241.

IV

1.

Buku Panduan SMA Negeri 28 Jakarta tahun

pelajaran 2010-2011, h. 4.

2. Wawancara Pribadi dengan Dwi Arsono adalah

sebagai WAKASEK Bid. HUMAS di SMA

Page 104: 101618 Ida Farida Fitk

Negeri 28 Jakarta, tgl. 15 Maret 2011 di Ruang

Guru.

3.

Wawancara Pribadi dengan Siti Mas’amah adalah

sebagai Guru PAI di SMAN 28 Jakarta, tgl. 11

Januari 2011.

4.

Wawancara Pribadi dengan Suhartoyo adalah

sebagai Guru PAI di SMAN 28 Jakarta, tgl. 24

Februari 2011.

5.

Analisis Dokumen Laporan PTK dengan judul

Peningkatan Pengamalan Nilai-nilai

Kemanusiaan Sesuai Ayat Alquran Melalui

Metode Active Learning, oleh Dra. Siti Mas’amah.

6.

Trianto, Panduan Lengkap Penelitian Tindakan

Kelas (Classroom Action Research) Teori dan

Praktik, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2011), h. 68.

7.

Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan

Agama Islam di Sekolah, Madrasah, dan

Perguruan Tinggi, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009),

h. 25.

8.

Muhaimin, Pengembangan Kurikulum pendidikan

Agama Islam di Sekolah, Madrasah, dan

Perguruan Tinggi..., h. 28.

9.

Trianto, Panduan Lengkap Penelitian Tindakan

Kelas (Classroom Action Research) Teori dan

Praktik, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2011), h. 73.

Jakarta, Juni 2011

Yang Mengesahkan

Pembimbing

Siti Khadijah, M. A