03 making pregnancy safer

16
MAKING PREGNANCY SAFER (MPS) UPAYA MEMBUAT KEHAMILAN MENJADI LEBIH AMAN PENDAHULUAN Strategi penurunan AKI ditekankan pada upaya mendekatkan pelayanan kebidanan berkualitas pada masyarakat, terutama pertolongan persalinan dan penanganan kegawatdaruratan obstetri dan neonatal. Namun demikian setelah lebih dari sepuluh tahun upaya percepatan penurunan AKI dilaksanakan di Indonesia, hasilnya belum sesuai dengan yang kita harapkan bersama, sehingga masih diperlukan berbagai upaya untuk peningkatan dan pengembangan strategi. Untuk itu pada tahun 1999 WHO dengan dukungan dari badan-badan internasional seperti UNFPA, UNICEF, World Bank dan sektor terkait lainnya telah menyusun strategi Making Pregnancy Safer (MPS) untuk menjawab masalah yang berkaitan dengan masih tingginya AKI di negara berkembang, termasuk Indonesia. Pesan kunci MPS: Se tiap kehamilan harus diinginkan, setiap persalinan dilayani oleh tenaga kesehatan terlatih dan setiap komplikasi memperoleh pertolongan. HAL-HAL YANG PERLU DIKETAHUI: 1. Masalah Kesehatan lbu di Dunia dan Indonesia 2. Perkembangan Program Kesehatan lbu di Dunia dan Indonesia 3. Kebijaksanaan dan Strategi Penurunan Angka Kematian ibu di Indonesia 4. Sumberdaya Kesehatan di Indonesia 5. lntervensi 6. Hasil Kegiatan dan Cakupan Pelayanan Kesehatan lbu 7. Program Kesehatan lbu di Masa Mendatang dan Making Pregnancy Safer di Indonesia 1. MASALAH KESEHATAN IBU DI DUNIA DAN INDONESIA Tiga belas tahun setelah Prakarsa Safe Motherhood dicanangkan, masih lebih dari 600.000 wanita meninggal akibat komplikasi kehamilan dan pesalinan setiap tahunnya. Oleh karena itu, upaya Safe Motherhood terus mendapat perhatian utama di banyak negara. Untuk menggambarkan besarnya masalah kematian ibu, Potts menganalogikannya dengan jatuhnya setiap empat jam sekali sebuah pesawat jumbo jet berpenumpang 500 yang seluruh penumpangnya adalah wanita hamil, terutama dari negara berkembang.

Upload: yan-rospita-sari

Post on 31-Dec-2015

22 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: 03 Making Pregnancy Safer

MAKING PREGNANCY SAFER (MPS)UPAYA MEMBUAT KEHAMILAN MENJADI LEBIH AMAN

PENDAHULUAN

Strategi penurunan AKI ditekankan pada upaya mendekatkan pelayanan kebidanan berkualitas pada masyarakat, terutama pertolongan persalinan dan penanganan kegawatdaruratan obstetri dan neonatal. Namun demikian setelah lebih dari sepuluh tahun upaya

percepatan penurunan AKI dilaksanakan di Indonesia, hasilnya belum sesuai dengan yang kita harapkan bersama, sehingga masih diperlukan berbagai upaya untuk peningkatan dan pengembangan strategi.

Untuk itu pada tahun 1999 WHO dengan dukungan dari badan-badan internasional seperti UNFPA, UNICEF, World Bank dan sektor terkait lainnya telah menyusun strategi Making Pregnancy Safer (MPS) untuk menjawab masalah yang berkaitan dengan masih tingginya AKI di negara berkembang, termasuk Indonesia.

Pesan kunci MPS: Se tiap kehamilan harus diinginkan, setiap persalinan dilayani oleh tenaga kesehatan terlatih dan setiap komplikasi memperoleh pertolongan.

HAL-HAL YANG PERLU DIKETAHUI:

1. Masalah Kesehatan lbu di Dunia dan Indonesia

2. Perkembangan Program Kesehatan lbu di Dunia dan Indonesia

3. Kebijaksanaan dan Strategi Penurunan Angka Kematian ibu di Indonesia

4. Sumberdaya Kesehatan di Indonesia

5. lntervensi

6. Hasil Kegiatan dan Cakupan Pelayanan Kesehatan lbu

7. Program Kesehatan lbu di Masa Mendatang dan Making Pregnancy Safer di Indonesia

1. MASALAH KESEHATAN IBU DI DUNIA DAN INDONESIA

Tiga belas tahun setelah Prakarsa Safe Motherhood dicanangkan, masih lebih dari 600.000 wanita meninggal akibat komplikasi kehamilan dan pesalinan setiap tahunnya. Oleh karena itu, upaya Safe Motherhood terus mendapat perhatian utama di banyak negara. Untuk menggambarkan besarnya masalah kematian ibu, Potts menganalogikannya dengan jatuhnya setiap empat jam sekali sebuah pesawat jumbo jet berpenumpang 500 yang seluruh penumpangnya adalah wanita hamil, terutama dari negara berkembang.

Di Indonesia sendiri, terjadi lebih dari 5 juta kehamilan setiap tahunnya. Sekitar 20.000 dari kehamilan tersebut berakhir dengan kematian yang diakibatkan oleh komplikasi obstetri yaitu perdarahan, infeksi, eklamsia dan komplikasi aborsi.

Komitmen pemerintah Indonesia untuk menurunkan Angka Kematian lbu (AKI) di Indonesia berawal pada tahun 1988 dengan dicanangkannya Prakarsa Safe Motherhood oleh Kepala Negara yang menyerukan semua sektor untuk berperan aktif dalam penurunan AKI sebesar 50% dari 450 menjadi 225 per 100.000 kelahiran hidup di tahun 2000.

Page 2: 03 Making Pregnancy Safer

Dalam perkembangannya, penurunan AKI yang dicapai tidak seperti yang diharapkan. Pada tahun 1995, AKI di Indonesia adalah 373 per 100.000 kelahiran hidup'. Angka ini sangat tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara maju, bahkan jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga di wilayah Asia Tenggara. Sebagai perbandingan Malaysia berhasil menurunkan AKI dari 242 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1957 menjadi 20 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1996.

Tabel 1. Angka kematian lbu di Indonesia

Sumber Angka Kematian lbu (AKI) / 100.000

kehamilan hidup

SKRT1986

SDKI 1992

SKRT 1995

450

390

373

Diagram berikut menunjukkan perbandingan AKI di Indonesia dengan negara-negara di wilayah Asia Tenggara lainnya:

Tingginya AKI di Indonesia ini- antara lain disebabkan oleh belum memadainya cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan dan rendahnya cakupan penanganan kasus obstetri. Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan yang pada tahun 1992 masih sekitar 25% telah meningkat meniadi 67% pada tahun 1999, namun belum mencapai 80% Yang diperkirakan sepadan dengan AKI sekitar 200 per 100-000 kelahiran hidup. Selain itu, sekitar 70% persalinan terjadi di rumah, yang dapat menghambat akses untuk mendapatkan pelayanan rujukan secara cepat bila sewaktu-waktu dibutuhkan. Penanganan kasus obstetri baru mencapai 10% dari perkiraan seluruh kasus komplikasi obstetrik sehingga masih banyak kematian ibu yang tidak tertangani oleh petugas

MAKING PREGNANCY SAFER 2

Page 3: 03 Making Pregnancy Safer

kesehatan, khususnya bila pertolongan persalinan dilakukan oleh dukun bayi atau anggota keluarga.

Deraiat kesehatan ibu di Indonesia masih belum memadai. Kejadian anemia pada ibu hamil masih sekitar 50% pada tahun 1995. Risiko kekurangan energi kronis (KEK) pada ibu hamil cukup tinggi, yaitu sekitar 30%, sehingga kejadian bayi berat lahir rendah (BBLR) masih sekitar 10%. Hal ini antara lain dilatar-belakangi oleh kehamilan dengan satu atau lebih keadaan " 4 TERLALU " yaitu terlalu muda (usia kurang dari 20 tahun), terlalu tua (usia lebih dari 35 tahun), terlalu sering (jarak antar kelahiran kurang dari 2 tahun) dan terlalu banyak (jumlah anak lebih dari tiga orang). Sekitar 65% kehamilan mempunyai satu atau lebih keadaan tersebut.

Keadaan lain yang melatar-belakangi keadaan kesehatan ibu adalah status perempuan terutama di pedesaan yang masih rendah, sehingga ibu tidak mempunyai keleluasaan untuk mengambil keputusan yang berkaitan dengan kesehatan diri dan janinnya. Hal ini diperburuk oleh rendahnya tingkat pedidikan sehingga kemampuannya terbatas untuk mengatasi berbagai masalah yang mempengaruhi derajat kesehatannya.

2. PERKEMBANGAN PROGRAM SAFE MOTHERHOOD DI DUNIA DAN DI INDONESIA

PERKEMBANGAN DI DUNIA

1987 Konferensi Safe Motherhood lnternasional di Nairobi, KenyaMerupakan forum pertama yang secara khusus membahas kematian ibu karena kehamilan dan persalinan. Dalam konferensi ini diungkapkan besarnya masalah kematian ibu di dunia dan bahwa sekitar 99% dari kematian tersebut terjadi di negara-negara berkembang. Kenyataan ini membuka mata dunia, bahwa telah terjadi ketimpangan yang besar antara masalah kesehatan wanita di negara maju dan di negara berkembang. Mulai saat itu dicanangkanlah upaya Safe Motherhood sebagai upaya global untuk menurunkan angka kematian dan kesakitan pada wanita dan bayi baru lahir, khususnya di negara berkembang.

1990 World Summit for Children di New York, Amerika SerikatPada konferensi ini dicanangkan tujuh deklarasi, diantaranya adalah menurunkan AKI menjadi setengahnya pada periode 1990-2000. Untuk mencapai hal ini kemudian dibentuk jaringan global guna meningkatkan penerapan program Safe Motherhood di dunia. lni berarti keseluruh 166 negara yang menandatangani deklarasi tersebut telah menyatakan komitmennya untuk menurunkan AKI di negara masing-masing sebesar 50%.

MAKING PREGNANCY SAFER 3

Page 4: 03 Making Pregnancy Safer

1994 lntemasional Conference on Population and Development (ICPD) di Kairo, MesirKonsensus umum yang disepakati adalah bahwa peningkatan kualitas hidup manusia hanya dapat dicapai melalui partisipasi penuh dari kaum wanita di segala bidang. Dengan demikian pemberdayaan wanita menjadi pusat perhatian. Konferensi ini merupakan awal pengakuan global tentang kemitraan pria-wanita.

1995 Konferensi Dunia ke-IV tentang Wanita di Beijing, RRCPembahasan mengenai gender pada konferensi ini telah sangat berbeda dengan pemikiran Nairobi yang lebih sempit tentang upaya yang "terpusat pada wanita". Konferensi ini kembali mengemukakan kemitraan pria-wanita dan pemberdayaan wanita sebagai dasar dalam merencanakan program kesehatan dan kependudukan yang efektif.

1997 Safe Motherhood Technical Consultation di Colombo, Sri LankaKonferensi Internasional ini merupakan peringatan 10-tahun upaya global Safe Motherhood yang dicanangkan di Nairobi. Pertemuan yang diikuti oleh wakil dari 65 negara tersebut mengakui bahwa telah banyak usaha yang dilakukan dalam 10 tahun namun ditekankan pula perlunya upaya percepatan penurunan angka kematian ibu. Kebijakan yang tepat dan fokus pada intervensi program yang efektif akan dapat menurunkan AKI.

PERKEMBANGAN DI INDONESIA

TahunPerkembangan Program Safe Motherhood di Indonesia

1987 Indonesia berpartisipasi dalam pernyataan kesepakatan di Nairobi, Kenya untuk menurunkan AKI sebesar 50%, yaitu menjadi 225 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2000.

1988 Sebagai tindak lanjut Konferensi Indternational tentang Safe Motherhood di Nairobi, Kenya, Indonesia melaksanakan Lokakarya Nasional tentang Kesejahteraan lbu yang dikoordinasikan oleh Depkes dan diikuti oleh 17 sektor pemerintah, LSM dan NGO internasional. Lokakarya yang diresmikan oleh Presiden RI ini menghasilkan komitmen lintas sektoral untuk menurunkan AKI sesuai dengan kesepakatan global.

1989 Menteri Kesehatan menetapkan kebijaksanaan untuk mendidik dan menempatkan Bidan di Desa.

1990 Depkes mendapat bantuan dari WHO, UNFPA, UNICEF dan NGO lainnya melakukan Assessment Safe Motherhood yang menghasilkan tinjauan tentang aspek pelayanana kesehatan ibu, sosial budaya yang terkait dengan kesehatan ibu dan pendidikan bidan, serta menghasilkan Rekomendasi Rencana Kegiatan

1990-1996 Pendidikan dan penempatan 54.120 bidan di desa di seluruh Indonesia

1994 Pengembangan upaya akselerasi penurunan AKI, yang memberikan perhatian besar pada pertolongan persalinanoleh/didampingi tenaga kesehatan (minimal bidan) dan penanganan kasus obstetri/neonatal sejak di tingkat pelayanan terdepan (bidan di desa dan puskesmas)

1996 Peraturan menteri Kesehatan no. 572/1996 diterbitkan yang memberikan kewenangan lebih besar kepada bidan untuk memberikan pertolongan pertama pada kasus obstetri dan neonatus.

1996 Pencanangan Gerakan Sayang lbu oleh Presiden RI, yang dikoordinasikan oleh Kantor Menteri Negara Urusan Peranan Wanita (pada tahun 2000 menjadi Kantor Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan/BKKBN), dan bertujuan untuk menggerakkan masyara at serta advokasi dalam mengatasi "3 terlambat" (terlambat dalam mengenali tanda bahaya dan mengambil keputusan di tingkat keluarga,

MAKING PREGNANCY SAFER 4

Page 5: 03 Making Pregnancy Safer

teriambat mencapai fasilitas rujukan dan terlambat memperoleh pertolongan di fasilitas rujukan).

1999 Depkes menyusun kebijaksanaan lndonesia Sehat 2OlO yang menjelaskan visi dan misi masyarakat Indonesia di tahun 2010.

2000 Pencanangan Making Pregnancy Safer.

3. KEBIJAKSANAAN DAN STRATEGI PENURUNAN AKI DI INDONESIA

KebijaksanaaanDepartemen Kesehatan dalam upaya pereepatan penurunan AKI menjadi 225/100-000 kelahiran hidup menekankan pada upaya mendekatkan pelayanan kebidanan dan bayi baru lahir berkualitas kepada masyarakat. Kebijaksanaan tersebut bersifat menyeluruh, terpadu dan dikaitkan dengan kegiatan yang ada serta memanfaatkan sumber daya yang tersedia baik pemerintah maupun swasta, disamping memperhatikan hal-hal berikut: Disesuaikan dengan adat kebiasaan masyarakat dan kondisi situasi setempat. Menggunakan teknologi tepat guna serta memanfaatkan potensi masyarakat yang

berdasarkan kemampuan setempat. telah ada, sehingga dapat dikerjakan dimana saja

Menekankan pelaksanaan bersifat desentralisasi dengan meiibatkan tenaga setempat secara aktif

Secara bertahap harus disempurnakan untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan Safe Motherhood, sehingga tuiuan dapat tercapai.

StrategiStrategi yang diterapkan dalam upaya mempercepat penurunan AKI adalah sebagai berikut: Peningkatan kepemimpinan, komitmen dan dukungan politis, agar sumber daya dapat diprioritaskan pada kegiatan yang berdampak menurunkan angka kematian ibu dan bayi baru lahir. Peningkatan mutu dan pemerataan pelayanan bagi ibu termasuk dukungan

pelayanan rujukan, antara lain melalui upaya deteksi dini dan penanganan risiko tinggi / komplikasi kehamilan dan persalinan sejak di tingkat masyarakat.

Pengembangan sistem informasi, menyediakan informasi yang lengkap dan tepat mengenai keadaan, masalah dan kemajuan upaya Safe Motherhood di setiap tingkatan.

Pengembangan sumber daya manusia. Menyangkut tersedianya tenaga profesional yang berkualitas yang dapat memanfaatkan teknologi tepat guna. Hal ini mencakup kegiatan peningkatan pengetahuan dan ketrampilan klinik dan non-klinik bagi tenaga yang menunjang pogram Safe Motherhood, sektor kesehatan dan sektor lainnya. Pengembangan teknologi tepat guna, mewujudkan penyediaan sarana dan prasarana tepat guna dan standar pelayanan serta kejelasan tanggung jawab dan peran masing pihak terkait disetiap tingkatan.

Pengembangan kegiatan institusi masyarakat yang mendukung pelayanan kesehatan ibu, seperti posyandu, pondok bersalin desa (polindes) dan dasa wisma.

Pemasaran sosial dan mobilisasi masyarakat untuk mengubah perilaku masyarakat dan dukungan terhadap upaya peningkatan derajat kesehatan ibu.

Pelaksanaan penelitian operational pendukung program, misalnya tentang faktor yang melatar-belakangi kematian ibu di masyarakat.

4. SUMBERDAYA KESEHATAN

FASILITAS

Rumah Sakit (Propinsi dan Kabupaten/Kota)

MAKING PREGNANCY SAFER 5

Page 6: 03 Making Pregnancy Safer

Semua rumah sakit diharapkan dapat berfungsi sebagai pusat rujukan medis yang bertanggung jawab di wilayah kabupaten/kota sehingga dapat memberi an pe ayanan obstetri berkualitas secara komprehensif (PONEK)

PuskesmasUntuk dapat memberikan kontribusi maksimal terhadap upaya penurunan angka kematian ibu, puskesmas diharapkan dapat memberikan pelayanan kegawat-daruratan obstetri dan neonatal dasar (PONED). Diharapkan secara bertahap 80% puskesmas dapat memberikan pelayanan PONED pada akhir tahun 201 0.

Puskesmas PembantuDiharapkan, fasilitas kesehatan yang potential ini dapat ditingkatkan pemanfaatannya sehingga dapat memberikan pelayanan kebidanan dasar termasuk pertolongan persalinan yang bersih dan aman.

Polindes/Bidan di DesaPenempatan bidan di desa harus ditunjang dengan fasilitas untuk memberikan pelayanan KIA yang berkualitas kepada masyarakat antara lain bidan kit, dana operational dan dana untuk pemondokan. Lebih ditekankan pada pembinaan daripada pembangunan Polindes baru, kecuali diketahui desa tersebut mempunyai tingkat partisipasi yang tinggi.

PosyanduPerlunya meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan Posyandu

Puskesmas kelilingDiharapkan sarana ini dapat lebih banyak memberikan pelayanan promotif dan preventif (KIA) disamping pelayanan kuratif, sehingga mempunyai kontribusi yang jelas terhadap upaya penurunan AKI.

Tabel 2. Fasilitas Kesehatan

Rumah Sakit 994Puskesmas 7.243Puskesmas Pembantu 21.115Polindes 46.965Posyandu 240.854

Sumber: Profil Kesehatan Indonesia, 1997

TENAGA

Dokter Spesialis KandunganDiperlukan pemerataan penempatan dokter spesialis di rumah sakit kabupaten/kota. Diharapkan 1 rumah sakit mempunyai 1 orang dokter spesialis kandungan. Perbandingan antara jumlah dokter spesialis dengan jumlah penduduk pada saat ini adalah 1 dokter spesialis kandungan untuk 200.000 penduduk.

Dokter UmumPerlu pemerataan penempatan di Puskesmas. Setiap Puskesmas sekurangnya mempunyai 1 orang dokter umum. Jumiah dokter umum saat ini cukup memadai yaitu sekitar 25.103 atau 1 dokter umum per 11.700 penduduk

BidanPerlu dilakukan pemerataan penempatan bidan di desa. Setiap desa sekurangnya mempunyai 1 orang bidan. Jumlah bidan yang telah ditempatkan melalui program penempatan sebesar 54.120 bidan di desa.

Tabel 3. Tenaga Kesehatan yang berkaitan dengan KIA

Dokter Spesialls Kebidanan 987

MAKING PREGNANCY SAFER 6

Page 7: 03 Making Pregnancy Safer

Dokter Umum 25.103Bidan di Desa 59.813Perawat wanita 77.281

Sumber: Profil Kesehatan Indonesia, 1997

5. INTERVENSI

Kegiatan Sektor Kesehatan

Peningkatan deteksi dan penanganan ibu hamil berisikoKegiatan ini dilakukan melalui pemeriksaan antenatal. Kegiatan yang mendukung: Penggerakan puskesmas dan jajarannya, termasuk bidan di desa, untuk memberikan

pelayanan secara aktif agar secara bertahap cakupan pelayanan meningkat Peningkatan keterampilan pelaksana pelayanan KIA dalam deteksi dan penanganan

risiko tinggi/komplikasi obstetri. Pendataan sasaran dan pemutakhirannya secara berkala. Pemantauan secara terus-menerus cakupan pelayanan KIA dengan menggunakan

PWS-KIA. Pemberdayaan masyarakat, termasuk sasaran, dalam mengenal dan merujuk risiko

tinggi/komplikasi obstetri secara tepat waktu, melalui penyuluhan dan konseling. Pencegahan dan penaggulangan masalah kesehatan dan gizi (Anemia dan KEK)

Peningkatan cakupan persalinan yang ditolong/didampingi oleh tenaga kesehatan melalui: Pendampingan pertolongan persalinan dukun oleh bidan, tanpa memberikan

tambahan beban finansial bagi dukun dan ibu. Pelayanan/pertolongan persalinan secara aktif. Pelayanan antenatal yang komprehensif dengan pengaturan dana agar

persalinannya kelak dapat ditolong/didampingi oleh bidan tanpa harus mengeluarkan biaya lagi (tabulin).

Pembinaan pondok bersalin di desa.

Peningkatan sarana dan prasarana Puskesmas dan jajarannya dalam deteksi dan penanganan risiko tinggi melalui: Melengkapi alat-alat untuk pelayanan antenatal bagi para pelaksana pelayanan KIA. Melengkapi Puskesmas ruang rawat inap dengan alat-alat dan obat untuk

pertolongan kegawat-daruratan kebidanan, sehingga mampu PONED. Mengupayakan agar di setiap Puskesmas ada tempat bersalin yang dapat

dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat. Memastikan bahwa semua bidan di desa mempunyai bidan kit yang berfungsi baik,

mempunyai persediaan obat dan cairan infus yang cukup memadai. Membantu pengorganisasian transportasi untuk kasus rujukan.

Peningkatan pembinaan teknis bidan di desa di wilayah Dati II, melalui: Pembahasan rutin kinerja bidan di desa (triwulanan di tingkat Dati II dan bulanan di

tingkat Puskesmas). Penyegaran keterampilan dalam kegawat-daruratan obstetri. Penyusunan strategi supervise bidan di desa dengan memanfaatkan bidan

Coordinator dan bidan Puskesmas dengan melibatkan organisasi profesi (POGI, IBI). Pengaturan kerja magang di Bagian Kebidanan RS Dati II secara berkala selama

bidan bekerja di desa. Pendidikan berkelanjutan bagi bidan berupa penyegaran ilmu kebidanan di

Puskesmas, RS Dati II atau forum organisasi profesi.

MAKING PREGNANCY SAFER 7

Page 8: 03 Making Pregnancy Safer

Pembahasan kasus kesakitan/kematian ibu dalam forum audit maternal-perinatal dengan orientasi pemecahan masalah dan tindak lanjut untuk perbaikan.

Rujukan kasus obstetri ke RS Dati II sebagai media untuk peningkatan keterampilan.

Pemantapan kerjasama antara Dinkes Dati II dan RS Dati II agar RS Dati II sebagai fasilitas rujukan primer mampu: Memantapkan RS Dati II sebagai PON EK 24 jam. Mempunyai sistem yang tertata sehingga memberikan kesempatan kepada ibu dari

golongan tidak mampu untuk mendapatkan pelayanan standar, termasuk pertolongan gawat darurat di RS Dati II dengan biaya terjangkau.

Membantu Dinkes Dati II dalam mengidentifikasi dan mencari pemecahan masalah kesehatan ibu melalui forum audit maternal-perinatal atau forum lain yang telah ada.

Melakukan pembinaan teknis profesi kebidanan kepada bidan yang bekerja di Puskesmas/desa melalui kegiatan berkala berupa magang, penyegaran pengetahuan/ keterampilan, penanganan kasus rujukan, dll.

Pemantapan kemampuan pengeloia program Dati II dalam perencanaan, penggerakan sasaran, pemantauan dan evaluasi kegiatan yang berkaitan dengan upaya akselerasi penurunan angka kematian ibu melalui: Peningkatan kemampuan dalam menentukan prioritas kegiatan berdasar masalah

yang ada dan bersumber pada data yang akurat. Peningkatan pemahaman dan kemampuan untuk menuangkan kegiatan prioritas ke

dalam bentuk usulan kegiatan sesuai ketentuan DUP terpadu yang berlaku saat ini.

Peningkatan kemampuan penggerakan infrastruktur di Dati II dalam: pelaksanaan program kesehatan ibu, peningkatan kualitas pelayanan secara berkesinambungan, pemantauan kesakitan dan kematian ibu, pemilihan tenaga berpotensi sebagai pengeloia program di tingkat Dati II. pendidikan jangka pendek dan jangka panjang untuk pengelola program KIA Dati II. studi banding ke Dati II lain dari Propinsi yang sama/lain untuk menimba

pengalaman positif. Peningkatan pembinaan oleh Ka Dinkes Dati II dan pengeloia program KIA Propinsi.

Peningkatan peran serta lintas program, lintas sektor dan masyarakat melalui:Peningkatan kerja sama lintas program di tingkat Dati II, khususnya yang terkait langsung dengan upaya akselerasi penurunan angka kematian ibu, dengan menggunakan forum yang ada.

Peningkatan komitmen dan dukungan politis dari Kepala Pemerintahan Dati II/Bupati dalam hal: dukungan dana bersumber Dati II untuk kegiatan yang terkait dengan upaya

akselerasi penurunan AKI, penggerakan sasaran untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan ibu yang tersedia,

dukungan dalam mengatasi masalah transportasi dan biaya bagi kasus rujukan yang tidak mampu.

Penyuluhan masyarakat pemasaran sosial yang berkaitan dengan upaya akselerasi penurunan AKI.

KEGIATAN DI LUAR SEKTOR KESEHATAN

Gerakan Sayang lbu (GSI)Gerakan Sayang lbu (GSI) merupakan suatu upaya advokasi dan mobilisasi sosial bertujuan untuk mendukung upaya percepatan penurunan angka kematian ibu (AKI).

MAKING PREGNANCY SAFER 8

Page 9: 03 Making Pregnancy Safer

Pelaksanaan GSI dimulai sejak pertengahan tahun 1996, ujicoba selama 6 bulan di kabupaten di propinsi Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat dan Sulawesi Selatan.

Pita PutihDibentuk pada tanggal 5 Mei 1999 di Manila.Forum Pita Putih, adalah sebuah forum mancanegara yang peduli akan Safe Motherhood untuk menggugah dunia agar memberi perhatian pada kenyataan yang sangat pahit bahwa setiap menit ada satu wanita meninggal karena kehamilan maupun persalinan. Di Indonesia dibentuk pada tanggal 10 Nopember 1999 dan sejak saat itu aktif mempromosikan upaya Safe Motherhood.

Kelangsungan Hidup, Perkembangan dan Perlindungan lbu dan Anak (KHPPIA)Upaya yang dirintis oleh Ditjen Pembangunan Daerah, Depdagri dan UNICEF sejak tahun 1990 ini bertujuan untuk menghimpun koordinasi lintas sektor dalam merencanakan kegiatan dan pembiayaan dari berbagai sumber dana untuk menurunkan AKI dan AKB.

Gerakan Reproduksi Keluarga Sejahtera (GRKS)GRKS dirintis oleh BKKBN sebagai kelanjutan dari Gerakan lbu Sehat Sejahtera. Gerakan ini pada dasarnya merupakan upaya promotif untuk mendukung terciptanya keluarga yang sadar akan pentingnya mengupayakan kesehatan reproduksi. Di antara masalah reproduksi yang dikemukakan adalah masalah kematian ibu. Karena itu promosi yang dilakukan melalui GRKS juga meliputi promosi untuk kesejahteraan ibu.

Dukungan Badan di luar Sektor Kesehatan dalam Pelaksanaan Program Safe Motherhood di Indonesia

1. Sektor Pemerintah Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional Departemen Pendidikan Nasional Departemen Dalam Negeri

2. Badan Donor World Bank, ADB World Health Organization (WHO), UNFPA, UNICEF * USAID, Aus-AID, JICA

3. Organisasi Profesional dan LSM POGI (Perkumpulan Obstetri dan Ginakologi Indonesia) IDI (Ikatan Dokter Indonesia) IBI (Ikatan Bidan Indonesia) IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) PKBI (Persatuan Keluarga Berencana Indonesia) PERINASIA (Perkumpulan Perinatologi Indonesia) PKK (Pembinaan Keseiahteraan Keluarga) Lainnya

6. HASIL KEGIATAN DAN CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN IBU

Adanya trend peningkatan cakupan kegiatan program KIA seperti dapat dilihat pada diagram berikut:

MAKING PREGNANCY SAFER 9

Page 10: 03 Making Pregnancy Safer

Pelatihan

Depkes bekerjasama dengan lintas sektor dan organisasi profesi melaksanakan pelatihan sebagai berikut: Melatih bidan di desa dalam pertolongan pertama pada kegawat-daruratan obstetri

neonatal melalui jalur pemerintah. Bekerjasama dengan Mother Care untuk melatih bidan di desa dan bidan puskesmas

dalam penanganan kegawat-daruratan obstetri dan neonatal, serta konseling dan komunikasi interpersonal

Bekerjasama dengan IBI melakukan pelatihan Pelayanan Pertolongan Gawat Darurat Obstetri Neonatal (PPGDON) melalui jalan swasta untuk meningkatkan keterampilan teknis bidan swasta, terutama dalam kegawatdaruratan obstetri.

Bekerjasama dengan POGI dan RS Harapan Kita melakukan TOT Kegawatdaruratan Obstetri bagi Tim RS Kabupaten.

Bekerjasama dengan JNPK, WHO dan JHPIEGO dalam proyek MHTP (Maternal Health Training Program) dan MNH (Maternal Neonatal Health) melakukan pelatihan Asuhan Persalinan Dasar (APN), Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar (PONED), Asuhan Pasca Keguguran (APK)

Membantu Pusdiklat Depkes dalam melaksanakan Diklat Jarak Jauh bagi bidan.

Standar dan Pedoman Program KIA

Buku Pedoman Pelayanan Kebidanan Dasar Kematian lbu: Tragedi yang Tak Perlu Terjadi Buku Materi Ajar Safe Motherhood Pedoman Pengenalan Tanda Bahaya pada Kehamilan, Persalinan dan Nifas Poster Pertumbuhan Janin dan Proses Persalinan Buku Pegangan Bidan di Desa Buku Pedoman Penanganan Kegawat-Daruratan Obstetri dan Neonatal Standar Pelayanan Kebidanan Buku Acuan Nasional pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Modul untuk

Pendidikan Bidan Pedoman Pencatatan dan Pelaporan Kematian lbu oleh Bidan di Desa

Pengawasan Wilayah Setempat Kesehatan lbu Anak (PWS-KIA) KMS lbu hamil Format pelayanan kesehatan ibu Audit Maternal Perinatal Penatalaksanaan Penyakit Menular Seksual Melalui Pelayanan KIA Pedoman Penanganan Pertolongan Persalinan dan Nifas Bagi Petugas Puskesmas Petuniuk Pelaksanaan Supervisi Check-List KIA.

MAKING PREGNANCY SAFER 10

Page 11: 03 Making Pregnancy Safer

Bagan Acuan Pelayanan Kesehatan lbu dan Anak. Pedoman Tugas Bidan Puskesmas Sebagai Bidan Koordinator. lbu Sehat Bayi Sehat.

Hasil kegiatan lainnya: Model penghitungan AKI

7. PROGRAM KESEHATAN IBU DI MASA MENDATANG DAN MAKING PREGNANCY SAFER

Target di Indonesia Program Kesehatan lbu yang akan dicapai sesuai dengan Indonesia Sehat 2010 dalam upaya meningkatkan pelayanan kesehatan ibu yang bermutu dan terjangkau adalah sebagai berikut:

Menurunkan angka kematian ibu (AKI) dari 450 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1986 menjadi 125 per 100.000 kelahiran hidup pada akhir tahun 2010.

Tersedianya tenaga pelayanan kesehatan kebidanan yang terampil di setiap desa.

Meningkatnya cakupan pelayanan antenatal menjadi 95%. Meningkatnya cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan menjadi 90%. Penanganan kasus komplikasi obstetri/risiko tinggi 80% dari kasus. Tersedianya informasi dan pelayanan keluarga berencana menjadi 90% bagi

wanita usia subur. Imunisasi TT pada wanita hamil menjadi 90%.

Making Pregnancy Safer di Indonesia

Making Pregnancy Safer [MPS] merupakan strategi sektor kesehatan yang ditujukan untuk mengatasi masalah kembar kesehatan dan kesakitan ibu dan bayi. Strategi MPS merupakan tonggak sejarah yang menandai komitmen baru untuk memastikan hak ibu dan bayinya.

Strategi MPS disusun berdasarkan pengetahuan epidemiologi yang didapat sejak pencanangan Prakarsa Safe Motherhood di Nairobi tahun 1987. Strategi ini disusun berdasarkan konsensus yang dicapai pada International Conference on Population and Development (ICPD-Cairo, 1994), Konferensi Dunia ke-IV tentang Wanita (Beijing, 1995) dan pernyataan bersama WHO/UNFPA/UNICEF/World Bank.

MPS menyerukan kepada seluruh pihak terkait, seperti pemerintah, masyarakat dan organisasi international, untuk melaksanakan kegiatan yang berorientasi pada hasil dan untuk mencapai tujuan dan target bersama yaitu:

Mencapai persalinan oleh tenaga terlatih sebesar 80% pada tahun 2005; Menurunkan kematian yang berhubungan dengan persalinan sebesar 75% pada

tahun 2015.

Strategi MPS menyerukan kepada seluruh mitra untuk melaksanakan kegiatan di empat area berikut yang kurang mendapat perhatian di masa lalu, yaitu:

melakukan konsolidasi untuk mendukung kemitraan dalam menyusun dan mendanai strategi MPS nasional,

membangkitkan komitmen tingkat tinggi dari badan-badan PBB dan organisasi lainnya untuk menyusun program kegiatan bersama;

melibatkan departemen dan program terkait dalam sektor kesehatan seperti diantaranya bank darah, pencegahan infeksi, gizi dan sistem kesehatan; dan

memenuhi kebutuhan sistem kesehatan yang diperlukan untuk menurunkan kematian ibu dan bayi

Pesan Kunci MPS

MAKING PREGNANCY SAFER 11

Page 12: 03 Making Pregnancy Safer

Kompleksnya masalah kematian ibu memeriukan strategi kesehatan yang memastikan bahwa:

Setiap persalinan harus diinginkan; Setiap persalinan dilayani tenaga kesehatan teriatih dan Setiap komplikasi memperoleh pertolongan.

Kerangka Pikir MPS dalam Safe Motherhood

Dukungan yang efektif untuk upaya Safe Motherhood nasional membutuhkan pelaksanaan kegiatan dalam kerangka pikir MPS yang meliputi area: Membangun Kemitraan Advokasi Penelitian untuk Pengembangan Penyusunan Standar dan Instrumen Meningkatkan Dukungan Kapasitas, Teknis dan Kebijaksanaan Monitoring dan Evaluasi

Tujuan MPS

Untuk mencapai peningkatan proporsi jumiah wanita dan bayi yang dapat mengakses pelayanan kesehatan ibu dan anak pada akhir tahun 2005.

Bagaimana MPS Mendukung Penurunan Kematian lbu dan Bayi

Strategi kegiatan yang akan dilakukan melalui kemitraan dengan pemerintah dan mitranya: Meningkatkan kapasitas pemerintah; Menyusun atau memperbaharui kebijaksanaan dan standar nasional pelayanan

kebidanan untuk Kesehatan lbu Anak, KB, termasuk pelayanan pasca abortus, pelayanan aborsi bila dilegalkan) dan menyusun kombinasi perundangan untuk mendukung kebijaksanaan dan standar ini;

Membangun sistem yang menjamin pelaksanaan standar ini dengan baik; Meningkatkan akses kepada pelayanan kesehatan ibu-anak dan pelayanan KB yang

efektif dengan memacu investasi sektor pemerintah dan swasta serta mengembangkan pengaturan alternatif (seperti melalui kontrak) untuk memaksimumkan kontribusi pihak swasta pada tujuan nasional;

Mendorong pelayanan di tingkat keluarga dan masyarakat yang mendukung kesehatan ibu anak dan KB;

MAKING PREGNANCY SAFER 12

Page 13: 03 Making Pregnancy Safer

Meningkatkan sistem untuk monitoring pelayanan kesehatan ibu dan anak, dan Menempatkan Safe Motherhood sebagai prioritas dalam agenda pembangunan

kesehatan nasional dan internasional;

Strategi MPS menjamin akses pelayanan kesehatan ibu dan anak yang berkualitas untuk semua wanita dan bayinya, tanpa tergantung pada lokasi, status sosio-ekonomi dan ras. Hal ini dilakukan dengan mengintegrasikan paket-paket intervensi pada sistem kesehatan melalui kegiatan bersama yang dilakukan oleh seluruh mitra yang terlibat dengan berbagai keahlian.

Hasil yang Diharapkan

Dengan pelaksanaan strategi MPS diharapkan hal-hal berikut dapat dicapai: Meningkatnya kerjasama dan koordinasi di tingkat nasional, termasuk terbentuknya

mekanisme untuk monitoring dan evaluasi. Mantapnya sistem kesehatan melalui penyusunan kebijaksanaan, strategic rencana

yang terkoordinasi, meningkatnya sumber daya manusia, dan terbentuknya sistem rujukan dan supervise untuk penurunan kematian dan kesakitan ibu dan perinatal.

Meningkatnya kualitas dan cakupan pelayanan kesehatan melalui adaptasi Standar Pelayanan Kebidanan WHO dan intervensi yang berbasis temuan.

Tersusunnya pesan-pesan dan intervensi untuk masyarakat dalam untuk meningkatkan pelayanan kesehatan maternal dan perinatal.

MAKING PREGNANCY SAFER 13